distosia

Upload: sheikha-nabila-muzakkir

Post on 11-Oct-2015

10 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Distosia kehamilan

TRANSCRIPT

  • BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Persalinan Patologis.

    Persalinan patologis disebut juga dengan dystocia berasal dari bahasa

    Yunani. Dys atau dus artinya jelek atau buruk, tocos artinya persalinan.

    Persalinan patologis adalah persalinan yang membawa satu akibat buruk bagi

    ibu dan anak. (Departemen of Gynekologi, 1999). Sementara persalinan normal

    menurut WHO adalah persalinan yang dimulai secara spontan, beresiko rendah

    pada awal persalinan dan tetap selama proses persalinan. Bayi dilahirkan secara

    spontan dalam persentase belakang kepala usia kehamilan 37 minggu sampai 42

    minggu, setelah persalinan ibu dan bayi dalam kondisi sehat. (Depkes, 2002).

    Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat

    hidup dari uterus melalui vagina ke dunia luar (Wikjiosastro, 2002). Sementara

    menurut Irene dan Margaret (2002) persalinan adalah proses bergeraknya janin,

    plasenta dan membrane keluar dari uterus yang tidak disadari yang

    menghasilkan affacement dan dilatasi cerviks yang menghasilkan persalinan.

    2.1.1 Faktor-Faktor yang mempengaruhi persalinan patologis

    1. Power adalah kekuatan oleh adanya His atau Kontraksi rahim. Kontraksi

    rahim terjadi sejak awal persalinan yaitu pada kala I. His yang tidak adekuat

    dapat mengakibatkan persalinan patologis pada setiap kala persalinan. Pada

    awal kala I his masih jarang yaitu satu kali dalam 15 menit dan kekuatan 20

    detik, semakin lama makin cepat, yaitu 3 kali dalam 10 menit dengan kekuatan

    60 detik, yang memerlukan waktu sekitar 8 sampai 12 jam pada primi para dan

    12 jam pada multi para. Bila kontraksi rahim tidak adekuat, dapat

    mengakibatkan serviks sebagai jalan lahir tidak terbuka. Oleh karena itu untuk

    Universitas Sumatera Utara

  • merangsang kontraksi rahim dilakukan induksi persalinan dengan menggunakan

    sintosinon drip. Apabila kemajuan persalinan juga tidak ada maka biasanya

    dilakukan tindakan bedah yaitu dengan seksio sesaria (Sarwono, 2005).

    Pada kala II, yaitu sejak pembukaan jalur pertama jalan lahir lengkap,

    bila kontraksi rahim tidak adekuat maka dilakukan induksi persalinan dengan

    menggunakan sintosinon drip. Apabila ibu kelelahan dan tidak mampu untuk

    mengedan untuk menyelamatkan ibu dan janin dilakukan tindakan pertolongan

    persalinan dengan menggunakan Vakum ekstraksi untuk melahirkan kepala.

    (Sarwono, 20005).

    Kala III persalinan adalah kala pengeluaran uri, Uri lahir sekitar 10

    sampai 15 menit setelah anak lahir. Jika uri belum lahir lebih dari 30 menit,

    kemungkinan masalah pada kala III yaitu uri tertahan akibat kontraksi rahim

    tidak ada, selain itu uri lengket erat pada dinding rahim, hal ini dapat

    mengakibatkan pendarahan. Untuk merangsang rahim dilakukan manajemen

    aktif kala III yaitu: Pemberian sintosinon satu ampul, disuntik dengan intra

    muskuler. Melakukan message pada rahim, peregangan pusat terkendali.

    Apabila uri tidak lahir dilakukan Manual plasenta yaitu memasukkan tangan

    kedalam rahim untuk melahirkan uri. (Pusdiknakes, 2003).

    Kala IV persalinan yaitu sejak uri lahir sampai 2 jam pasca persalinan.

    Kala IV disebut juga dengan kala pengawasan. Kemungkinan terjadi pendarahan

    masih ada akibat kontraksi rahim yang tidak ada, robekan jalan lahir, Uri

    tertinggal sebagian dan adanya gangguan pembekuan darah. Peredaran selama

    persalinan dianggap patologis apabila perdarahan lebih dari 500 CC ( Sarwono

    2005)

    2. Passage ( jalan lahir)

    Universitas Sumatera Utara

  • 9

    Waktu persalinan anak akan melewati jalan lahir, yang terdiri dari

    tulang dan otot. Tulang panggul terdiri dari tiga bidang, yaitu pintu bawah

    panggul. Selain itu otot-otot vagina dan perineum apabila kaku dapat

    menghalangi lahirnya anak. Bila salah salah satu ukuran panggul tersebut tidak

    normal, janin tidak dapat melewati jalan lahir sehingga harus dilahirkan dengan

    seksio sesaria, vakum ekstraksi.

    3. Passenger (anak)

    Berat anak yang normal adalah 2500 sampai 4000 gram. Apabila

    ukuran anak melebihi 4000 gram anak tidak bisa melewati jalan lahir. Untuk

    mencegah macet persalinan dan robekan jalan lahir yang luas dan aspeksia pada

    janin biasanya dilakukan persalinan dengan tindakan seksio sesaria.

    4. Posisi Ibu

    Posisi ibu mempengaruhi anatomi dan fisiologi penyesuaian untuk

    kelahiran. Posisi yang benar memberi keuntungan . perobahan posisi sering

    menghilangkan letih, penambahan kenyamanan dan memperbaiki sirkulasi.

    Posisi yang benar termasuk jongkok, berdiri jalan. Dalam posisi yang benar

    dapat membantu penurunan janin, kontraksi uterus umumnya lebih kuat dan

    kuat dan juga efisien untuk dilatasi servik, menghasilkan persalinan yang lebih

    pendek, cepat. Dalam penambahan posisi benar, mengambil posisi yang benar

    menurunkan timbulnya tekanan tali umbilicalis.

    2.2 Peran Karakteristik Ibu dalam Persalinan Patologis

    1. Umur

    Pada umur ibu kurang dari 20 tahun rahim dan panggul belum tumbuh

    mencapai ukuran dewasa. Akibanya apabila ibu hamil pada umur ini mungkin

    mengalami persalinan lama atau macet, karena ukuran kepala bayi lebih besar

    Universitas Sumatera Utara

  • sehingga tidak dapat melewati panggul. Sedangkan pada umur ibu yang lebih

    dari 35 tahun, kesehatan ibu sudah mulai menurun, jalan lahir kaku, sehingga

    rigiditas tinggi. Selain itu beberapa penelitian yang dilakukan bahwa komplikasi

    penelitian yang dilakukan bahwa komplikasi kehamilan yaitu Preeklamasi,

    Abortus, partus lama lebih sering terjadi pada usia dini. Lebih dari 35 tahun

    akibatnya ibu hamil. Lebih dari 35 tahun. Pada zaman dahulu akibanya ibu

    hamil pada usi ini mungkin lebih besar anak cacat, persalinan lama, yaitu lebih

    dari 12 jam pada primi para dan lebih dari 12 jam dan 8 jam pada multi para.

    Selain itu dapat mengakibatkan perdarahan karena uterus tidak berkontraksi

    (Depkes, 2001).

    2. Paritas

    Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan ibu. Sampai dengan paritas

    tiga rahim ibu bisa kembali seperti sebelum hamil. Setiap kehamilan rahim

    mengalami pembesaran, terjadi peregangan otot-otot rahim selama 9 bulan

    kehamilan. Akibat regangan tersebut elastisitas otot-otot rahim tidak kembali

    seperti sebelum hamil setelah persalinan. Semakin sering ibu hamil dan

    melahirkan, semakin dekat jarak kehamiilan dan kelahiran, elastisitas uterus

    semakin terganggu, akibatnya uterus tidak berkontraksi secara sempurna dan

    mengakibatkan perdarahan pasca kehamilan (Sarwono, 2005).

    3. Pendidikan

    Ibu yang mempunyai pendidikan tinggi, yang bekerja di sektor formal

    mempunyai akses yang lebih baik terhadap informasi tentang kesehatan, lebih

    aktif menentukan sikap dan lebih mandiri mengambil tindakan perawatan.

    Rendahnya pendidikan ibu, berdampak terhadap rendahnya pengetahuan ibu.

    Universitas Sumatera Utara

  • Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Makin rendah pengetahuan ibu,

    makin sedikit keiinginan memanfaatkan pelayanan kesehatan (Rukmini, 2005).

    4. Perilaku Ibu

    Perilaku adalah merupakan totalitas penghayatan dan aktifitas

    seseorang yang merupakan hasil bersama baik eksternal maupun internal.

    Seorang ahli pedidikan membagi perilaku kedalam 3 domain: pengetahuan,

    sikap dan tindakan. Bila perilaku didasari rendah pengetahuan akan langgeng

    dari yang tidak didasari pengetahuan (Rogers, 1974). Ibu hamil harus

    berperilaku sehat, agar kehamilan tidak mempunyai masalah yang dapat

    mengakibatkan komplikasi dalam persalinan. Adapun perilaku ibu selama hamil

    meliputi: kunjungan, asupan gizi, makan tablet zat besi sejak kehamilan 20 mg,

    senam hamil, perawatan jalan lahir, pemanfaatan layanan kesehatan.

    (Syaiffudin, 2005).

    Untuk memantau kondisi kesehatan ibu, pertumbuhan dan

    perkembangan janin, serta mendeteksi dini masalah dan komplikasi selama

    kehamilan, ibu dianjurkan memeriksakan kehamilan minimal 4 kali: yaitu 1 kali

    pada trimester pertama, satu kali selama trimester, trimester dua dan dua kali

    pada trimester ketiga. Selain itu untuk meningkatkan kondisi kesehatan ibu

    waktu kunjungan diberi informasi mengenai perawatan kehamilan, bahaya

    kehamilan.

    Asupan gizi selama hamil penting untuk uterus, plasenta dan janin.

    Oleh karena itu jika asupan gizi kurang dapat menyebabkan malnutrisi ultra

    utrin, yang mengakibatkan berat badan bayi lahir rendah. sebaliknya bila ibu

    hamil makan berlebihan dapat menyebabkan bayi besar, yang dapat

    Universitas Sumatera Utara

  • mengakibatkan anak sulit lahir melewati jalan lahir. Adapun asupan gizii selama

    hamil meliputi karbohidrat, protein, lemak, mineral dan vitamin.

    Makan tablet zat besi selama kehamilan sejak umur kehamilan 20

    minggu. Penambahan volume darah ibu naik sekitar 33%. Volume plasma

    meningkat 50 % dalam kehamilan. Selama trimester II terjadi hemeokonsentrasi,

    oleh karena itu kemungkinan hemoglobin (Hb) ibu menurun. Hb ibu normal

    minimal 11 gr%. Apabila hb itu rendah kemungkinan komplikasi dalam

    kehamilan dan persalinan yaitu persalinan macet atonia uteri, perdarahan pasca

    persalinan (Bobak I, 2000).

    Perawatan jalan lahir: Cerviks, Vagina dan Vulva merupakan jalan

    lahir yang dilalui oleh bayi. Selama kehamilan terjadi peningkatan cairan (Fluor

    albus). Oleh karena peningkatan hormon esterogen dan progesteron. Selain itu

    PH vagina meningkat dan sedikit asam yaitu sekitar 5,5 sampai 6,5. Hal ini

    dapat mengakibatkan ibu sangat rentan infeksi jalan lahir, infeksi jamur yang

    dapat mengakibatkan khorioamnites, yang berpengaruh terhadap kondisi

    kesehatan janin (Bobak I, 2000). Oleh karena itu ibu hamil dianjurkan merawat

    jalan lahir dengan memperhatikan kebersihan, cebok dengan air bersih, hangat,

    air sirih antiseptik dan memakai pakaian dalam bersih dan mengisap.

    5. Status pasien

    Menurut Roekmini dan Wiludjeng (2005) status ibu bersalin yang

    dirawat di ruang bersalin terdiri dari 2 bagian yaitu ibu bersalin, ibu yang datang

    sendii dan ibu yang dirujuk. Bila ibu di rujuk sejak kala I kemungkinan ibu

    masih bisa mendapatkan asuhan yang lengkap pada tiap tahap persalinan,

    namun bila ibu dirujuk pada kala dua, tiga dan empat, biasanya kondisi ibu

    sudah dalam bermasalah. Untuk menyelamatkan janin biasanya dilakukan

    Universitas Sumatera Utara

  • persalinan dengan tindakan persalinan yaitu: seksio sesaria, vakum ekstraksi,

    induksi persalinan, manual plasenta dan lain-lain.

    2.3 Peran asuhan dalan persalinan patologis

    2.3.1 Asuhan Selama Persalinan kala I

    Persalinan kala I adalah waktu yang diperlukan untuk pembukaan jalan

    lahir dari 1 CM pada awal persalinan kala I sampai pembukaan serviks 10 CM.

    Waktu yang dibutuhkan 12 jam pada primi para dan 6 sampai 8 jam pada multi

    para. His pada awal kala 1 tiap 10 -15 menit dan kekuatan 20 detik dan

    berangsur bertambah menjadi 3 kali dalam 10 menit dengan kekuatan sekitar 60

    detik menjelang bayi lahir. (Syaiffudin, 2002). Selama kala I ibu perlu

    mendapatkan asuhan sayang ibu yang meliputi:

    1. Dukungan emosioanl

    Kelahiran seorang bayi akan mempengaruhi kondisi emosional seluruh

    keluarga. Oleh karena itu usahakan suami atau anggota keluarga yang lain

    terlibat dalam proses persalinan. Usahakan agar mereka melihat, membantu jika

    memungkinkan. Selama persalinan ibu akan merasa nyeri menderita dan merasa

    kuatir tentang proses persalinan yang akan dilalui. Yakinkan ibu agar tidak

    merasa takut dan cemas.

    a. Memberikan dukungan dan meyakinkan diri pasien

    b. Memberikan informasi mengenai proses dan kemajuan persalinanya

    c. Mendengar keluhannya dan mencoba untuk sensistif terhadap perasaannya

    2. Pengaturan posisi

    Anjurkan ibu yang sedang dalam proses persalinan untuk mendapatkan

    posisi yang paling nyaman. Berjalan, duduk atau jongkok akan membantu

    Universitas Sumatera Utara

  • proses penurunan kepala janin. Anjurkan ibu untuk berjalan dan bergerak, tidak

    berbaring telentang. Tidur telentang dapat menekan pembuluh darah (Vena

    Cava Inferior), yang dapat mengakibatkan suplai berdarah ke janin berkurang

    sehingga bayi gawat janin. (Syaiffudin, 2005). Posisi yang dianjurkan:

    a. Melakukan perubahan posis

    b. Menganjurkan posisi sesuaid dengan keinginan ibu, jika ibu ingin di tempat

    tidur dianjurkan tidur miring ke kiri

    c. Menganjurkan ibu untuk berjalan-jalan di ruang bersalin

    d. Anjurkan ibu didampingi suami atau keluarga untuk memijat atau menggosok

    pungung dan membasuh muka antar kontraksi.

    e. Ibu diperbolehkan melakukan aktifitas sesuai kesanggupannya .

    f. Ajarkan ibu teknik relaksasi, cara bernafas. Ibu diminta untuk menarik nafas

    panjang, menahan nafasnya sebentar kemudian dilepas dengan cara meniup

    udara keluar sewaktu serasa kontraksi

    3. Pemberian cairan

    Anjurkan ibu untuk minum cairan yang mengandung nutrisi atau air

    bias. Cairan akan memberi tenaga dan mencegah ibu dari dehidrasi yang akan

    dapat mempengaruhi His. Dehidrasi akan membuat ibu lelah, menurunkan

    kekuatan his.

    4. Kebersihan

    Infeksi yang dapat terjadi selama proses persalinan akan dapat

    menyebabkan kematian atau penyakit pada janin. Penolong persalinan harus

    mencari sesering mungkin, menggunakan alat yang steril untuk mencegah

    infeksi. Ibu dalam proses persalinan dianjurkan berkemih setiap 2 jam agar tidak

    Universitas Sumatera Utara

  • menghambat penurunan kepala janin dan kenyamanan ibu. Tidak dianjurkan

    melakukan kateterisasi (mengeluarkan urin dengan alat).

    2.3.2 Asuhan Selama Persalinan Kala II

    Persalinan kala II ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan dalam

    untuk memastikan pembukaan serviks sudah lengkap atau kepala janin sudah

    tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm. Penanganan yang sebaiknya

    deiberikan pada ibu antara lain (Syaiffudin, 2002).

    1. Anjurkan pendamping memberikan dorongan/ dukungan selama

    proses persalinan dan kelahiran.dengan alasan memisahkan ibu orang

    yang memberikan dukungan akan berkaitan dengan hasil persalinan

    yang baik.

    2. Berikan dorongan dan besarkan hati ibu. Jelaskan kemajuan

    persalinan pada ibu dan keluarga, serta ibu dalam meneran.

    3. Biarkan ibu memilih posisi yang sesuai meneran

    4. Penolong harus memberikan rasa aman dan nyaman,

    menghilangkan rasa takut pada ibu, memberikan dukungan moral

    serta membesarkan hati ibu.dukungan ini membantu ibui agar santai.

    Memberikan pujian saat ibu mengejan.

    5. Menjaga kebersihan diri, agarn terhindar dari infeksindir. Jika ada

    darah lendir atau cairan ketuban keluar dari vagina segera

    dibersihkan.

    6. Mengipas dan memijat untuk menambah kenyamanan bagi ibu.

    7. Memberi dukungan mental untuk mengurangi kecemasan atau

    ketakutan ibu dengan cara: menjaga privasi ibu, penjelasan tentang

    proses dan kemajuan persalinan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8. Mengatur posisi ibu dalam membimbing mengedan dapat dipilih

    berbagai macam posisi berikut: jongkok, tidur miring, setengah

    duduk. Posisi tegak ada kaitannya dengan berkurangnya rasa nyeri,

    mudah mengedan, kurangya mentrauma vagina dan perineum dan

    infeksi.

    9. Menjaga kandung kemih tetap kosong, oleh karena itu itu ibu

    dianjurkan berkemih sesering mungkin.

    10. Memberikan cukup minum, disamping untuk memberi tenaga dan

    mencegah dehidrasi.

    11. Pada saat mengedan, bantu ibu memperoleh posisi yang paling

    nyaman. Setian posisi memiliki keuntungannya masing-masing,

    misalnya posisi setengah duduk dapat membantu turunya kepala

    janin jika persalinan berjalan lambat.

    12. Ibu di bimbing mengedan, selama his, anjurkan kepada ibu untuk

    mengambil nafas. Mengedan tanpa diselingi bernafas,

    kemungkinan dapat menurunkan PH pada arteri umbilcius yang

    dapat menyebabkan denyut jantung tidak normal. Minta ibu

    bernafas selagi kontrraksi ketika kepala janin akan lahir. Hal ini

    menjaga agar perineum meregang pelandan mengontrol lainnya

    kepala serta mencegah robekan. Setelah bayi lahir nilai warna kulit,

    tonus otot, kemampuan bernafas dan aktifitas.

    13. Periksa denyut jantung janin (DJJ) pada saat kontraksi dan setelah

    setiap kontraksi untuk memastikan janin tidak mengalami

    bradikardi (

  • 2.3.3 Asuhan Selama Persalinan Kala III

    Asuhan pada kala III (Pengeluaran Aktif Plasenta) membantu

    menghindarkan terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penatalaksanaan aktif

    kala III meliputi:

    1. Memberikan oksitosin untuk merangsang uterus berkontraksi yang juga

    mempercepat pelepasan plasenta. Oksotosin dapat diberikan dalam 2

    menit setelah kelahiran bayi. Jika oksotosin tidak tersedia, rangsangan

    puting payudara ibu atau susukan bayi guna menghasilkan oksitosin

    alamiah.

    2. Lakukan penegangan tali pusat terkendali ( PTT) dengan cara: satu

    tangan diletakkan pada korups uteri tepat di atas simfisis puubis. Selama

    kontraksi tangan mendorong korups uteri dengan gerakan dorso cranial

    kearah beakang dan ke arah kepala ibu. Tangan yang lain memegang

    tali pusat dan tunggu adanya kontraksi kuat (2-3 menit). Selama

    kontraksi dilakukan tarikan terkendali pada tali pusat yang terus

    menerus, dalam tegangan yang sama dengan tangan ke uterus.

    3. PTT dilakukan hanya selama uterus berkontraksi. Tangan pada uterus

    merasakan kontraksi atau ibu dapat juga memberi tahu petugas ketika ia

    merasakan kontraksi. Ketika uterus sedang tidak berkontraksi, tangan

    petugas dapat tetap berada pada uterus tetapi bukan melakukan PTT.

    Ulangi langkah-langkah PTT pada setiap kontraksi sampai plasenta

    terlepas.

    4. Begitu plasenta terasa terlepas, plasenta di keluarkan dengan

    menggerakkan tangan atau klem pada tali pusat mendekati plasenta.

    Plasenta di keluarkan dengan gerakan ke bawah dan ke atas sesuai

    Universitas Sumatera Utara

  • dengan kalan lahir. Kedua tangan dapat memegang plasenta dan

    perlahan memutar plasenta searah jarum jam untuk mengeluarkan

    selaput ketuban.

    5. Segera setela plasenta dan selaputnya dikeluarkan, fundus uteri dipijat

    agar menimbulkan kontraksi. Hal ini dapat mengurangi pengeluaran

    darah dan mencegah perdarahan pasca persalinan, jika uterus tidak

    berkontraksi kuat selama 10-15 detik atau jika perdarahan hebat terjadi

    maka segera laktoni kompresi bimanual dalam. Jika atonia uteri tidak

    teratasi dalam waktu 1-2 menit, ikuti protokol untuk perdarahan pasca

    persalinan.

    6. Jika amenggunakan manajemen aktif dan plasenta belum juga lahir

    dalam waktu 30 menit, periksa kandung kemih dan lakukan katerisasi

    jika kandung kemih penuh, periksa adanya tanda-tanda pelepasan

    plasenta, berikan oksitosin 10 unit Intra muskuler dimana dosis ketiga

    dalam jarak waktu 15 menit dari pemberian oksitosin dosis pertama,

    siapkan rujukan jika tidak ada tanda-tanda pelepasan plasenta.

    7. Periksa ibu secara seksama dan jahit semua robekan pada serviks atau

    vagina atau perbaiki episiotomi.

    2.3.4 Asuhan Selama Persalinan Kala IV

    Dua jam pertama setelah persalinan merupakan awal yang kritis bagi

    ibu dan bayi.kemungkinan perdarahan akibat tidak adanya kontraksi, uterus

    yang lelah karena rahim ibu baru saja mengalami perubahan fisik. Rahim yang

    selama inii membesar akan berangsur kembali seperti di luar hamil. Penolong

    harus tinggal bersama ibu untuk memastikan kondisi fital sgn, keadaan rahim.

    Asuhan kala IV meliputi:

    Universitas Sumatera Utara

  • 1. Pemeriksaan undus uteri tiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 20-

    30 menit selama jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat, pijat uterus sampai

    menjadi keras. Apabila uterus berkontraksi,otot uterus akan menjepit

    pembuluh darah untuk menghentikan perdarahan. Hal ini dapat

    mengurangi kehilangan darah dan mencegah perdarahan pasca

    persalinan

    2. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, kandung kemih dan perdarahan setiap

    15 menit pada jam pertamadan setiap 30 menit selama jam kedua.

    3. Menganjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi dan

    menawarkan ibu makanan dan minuman yang disukainnya

    4. Membersihkan ibu, vulva, dan perineum. Kenakan pakaian ibu yang

    bersih dan kering

    5. Membiarkan ibu beristirahat karna lelah melahirkan bayinya dan

    membantu ibu pada posisi yang aman.

    6. Membiarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan bayi

    dan ibu sebagai permulaan dengan menyusui bayinya .

    7. Segera seteslah bayi lahir adalah waktu yang tepat untuk memulai

    memberikan ASI (Air Susu Ibu) karena menyusui juga membantu uterus

    berkontraksi.

    8. Jika ibu perlu ke kamar mandi, ibu boleh bangun dan dibantu karena

    masih dalam keadaan lemah atu pusing setelah persalinan. Pastikan ibu

    sudah buang air kecil dam 3 jam pasca persalinan.

    9. Ajari ibu atauanggota keluarga tentang bagaimana merangsang kontraksi

    mengenal tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.4 Kerangka Konsep

    _ Variabel Independen

    20

    Variabel Dependen

    Karakteristik Ibu

    - umur - paritas - tingkat pendidikan - perilaku - status pasien

    Asuhan yang diterima Ibu - Asuhan Kala I - Asuhan Kala II - Asuhan Kala III - Asuhan kala IV

    Lingkungan - Fasilitas - Alat

    Persalinan patologis

    Universitas Sumatera Utara