diare 4
TRANSCRIPT
Kadang terpikir “kok bisa ya ada orang yang setega itu?”. “apa rasa kasih dan takut sudah gak ada di dunia ini?”. “kok bisa gampang banget membunuh seorang anak kecil yang gak berdosa?”.Kalau kita melihat dan mendengar berita di televisi akhir2 ini mengenai kekerasan, bahkan pembunuhan terhadap anak, membangkitkan emosi kita untuk ikut menghakimi bahkan mengadili. Ya, sadis dan kejam!!anak kecil sebagai individu yang kecil dan lemah selalu menjadi korban nafsu orang dewasa. Dimana letak kesalahan masyarakat kita?apakah didikan dari kecil yang salah, menyebabkan seseorang tumbuh menjadi individu yang berjiwa kejam?atau lingkungan sekitar dimana kita tumbuh menyebabkan kita juga bertumbuh menjadi sama seperti lingkungan yang buruk itu?berarti orangtua dan lingkungan sekitar berperan sangat besar dalam pembentukan individu-individu ini.Saya tidak melihat dari sisi anak kecil yang menjadi korban,tapi saya ingin menyoroti dari sisi pelaku kekerasan yang kejam ini. Mengapa mereka bisa menjadi individu yang sedemikian kejam,yang tidak bisa berpikir panjang menentukan mana yang baik dan mana yang tidak baik, mana yang benar dan mana yang salah? Yang hanya bisa memuaskan nafsu sesaat dan tidak bisa mengontrol emosi, sehingga harus menyelesaikan masalah dengan MEMUKUL, MEMBAKAR, MENYAKITI, bahkan MEMBUNUH hanya karena ketakutan dan kepanikannya. Bagaimana sebenarnya didikan orangtua mereka dulu?bagaimana lingkungan tempat mereka dibesarkan dulu?apakah mungkin orangtua mengajarkan anak2
mereka untuk menyakiti?apakah lingkungan mereka dulu merupakan kumpulan orang2 preman yang sadis?yang juga suka menyakiti oranglain?Menurut saya, tidak ada orangtua yang mengajarkan anaknya membunuh, yang ada hanyalah orangtua yang tidak bisa mengontrol emosi mereka sehingga dalam memecahkan atau menghadapi masalah dalam rumah tangga mereka selalu mengandalkan kekerasan dan keputusasaan, sehingga yang ada dalam rumah tangga itu hanyalah KERIBUTAN, PERTENGKARAN, KESEDIHAN, KEPUTUSASAAN, JALAN PINTAS. Bukannya KETENANGAN, MUSYAWARAH, KEDAMAIAN, SUKACITA, UCAPAN SYUKUR, USAHA, KERJA KERAS. Itulah yang menyebabkan anak2 tumbuh menjadi individu yang buruk dan susah mengendalikan diri mereka, sehingga saat besar dapat menjadi individu yang buruk.Jadi apa yang dapat kita pelajari dari kasus ini?tidak perlu kita ikut2 an menghakimi atau mengadili, karena itu sudah ada bagiannya sendiri. Sekarang yang perlu kita pelajari adalah bagaimana kita menciptakan anak2 kita menjadi individu yang dapat bersosialisasi dengan baik, dapat membawa diri mereka dan mengenal siapa diri mereka dengan baik, dapat mengendalikan emosi mereka dengan baik, dapat menjadi individu yang ceria, bersukacita, selalu mengucap syukur, dan yang lebih penting adalah bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah, bukan hanya sekedar tau mana yang baik dan mana yang tidak baik.Anak adalah anugrah Tuhan yang indah dan besar buat orangtua. Seperti jika kita mempunyai berlian atau permata yang berharga ratusan juta rupiah, pasti kita
tidak ingin permata itu rusak, kotor atau bahkan tergores sedikit saja bukan?maka sudah seharusnya seperti itulah kita menjaga anak2 kita. Bagaimana caranya?bukan hanya dengan pendidikan agama, tetapi juga dengan menjadi contoh sehari2. Menjadi teladan bagi anak2 kita, menjadi cermin buat mereka, menjadi pola. Nah, kalo sudah begini, banyak hal yang harus kita pikirkan sebelum menjadi orangtua kan?bukan hanya kesiapan financial atau mental saja, tetapi sudahkah kita bisa menjadi contoh nantinya bagi mereka?tentu saja diawali dengan dapat menjadi contoh bagi orang lain sekitar kita. Jadi sebenarnya masalahnya tidak sederhana, tetapi sangat KOMPLEKS. Tidak perlu ribut, tidak perlu ikut mengadili, tidak perlu menjudge orang berlebihan, tetapi mari kita semua bergandengan tangan sama2 membentuk anak menjadi individu yang benar saat mereka menjadi dewasa nanti. Mulailah dari keluarga kita masing2. Kita harus bisa memutus rantai kehidupan yang sudah salah. Pelaku kekerasan berawal dari korban kekerasan, dan korban kekerasan terjadi karena pelaku mendapat kekerasan pula, begitu seterusnya. Mari kita putus melalui anak2 kita yang sedang bertumbuh, jadikan mereka individu yang baik yang nantinya mereka juga dapat menghasilkan individu yang baik pula, begitu seterusnya, seperti dapat dianalogikan dengan film “PAY IT FORWARD”. Tidak perlu juga kita mengkambinghitamkan pemerintah yang tidak bisa memecahkan masalah ekonomi atau ini itu, sehingga menyebabkan orang mengambil jalan pintas atau putus asa. Itu hanyalah
alasan yang dicari-cari. Karena hidup kita tergantung dari diri kita sendiri, bukan dari oranglain. Tuhan memberi kita akal budi buat berpikir dan mengasihi, dan tangan buat bekerja dan membelai, bukan akal budi buat melamun dan tangan buat meminta dan bertopang dagu,atau tangan buat memukul dan menyakiti.
Diposkan oleh dina di 20:53 1 komentar Link ke posting ini
14 Maret 2010TINJAUAN PUSTAKA PENGGUNAAN PROBIOTIK SEBAGAI TERAPI DIARE AKUT PADA ANAK
PENDAHULUAN
Diare merupakan penyebab kematian utama pada anak di dunia, terhitung 5-10 juta
kematian/tahun.1 Sampai saat ini penyakit diare masih menjadi masalah dunia terutama di
Negara berkembang. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan dan
kematian akibat diare.2 WHO memperkirakan 4 milyar kasus terjadi di dunia pada tahun 2000
dan 2,2 juta diantaranya meninggal, sebagian besar anak-anak dibawah umur 5 tahun.2,3
Meskipun diare membunuh sekitar 4 juta orang/tahun di Negara berkembang, ternyata diare
juga masih merupakan masalah utama di Negara maju.3 Di Amerika, setiap anak mengalami
7-15 episode diare dengan rata-rata usia 5 tahun, 9% anak yang dirawat di Rumah Sakit
dengan diare berusia kurang dari 5 tahun, dan 300-500 anak meninggal setiap tahun.3 Di
Negara berkembang rata-rata tiap anak dibawah usia 5 tahun mengalami episode diare 3 kali
pertahun.4
Di Indonesia, diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama. Hal ini
disebabkan masih tingginya angka kesakitan dan menimbulkan banyak kematian terutama
pada bayi dan balita, serta sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB).2,5
Data dari profil kesehatan Indonesia tahun 2002 menunjukkan bahwa angka kesakitan diare
berdasarkan propinsi terjadi penurunan dari tahun 1999-2001. Pada tahun 1999 angka
kesakitan diare sebesar 25,63 per 1000 penduduk menurun menjadi 22,69 per 1000 penduduk
pada tahun 2000 dan 12,00 per 1000 penduduk pada tahun 2001.6 Sedangkan berdasarkan
profil kesehatan Indonesia 2003, penyakit diare menempati urutan kelima dari 10 penyakit
utama pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit dan menempati urutan pertama pada pasien
rawat inap di Rumah Sakit. Berdasarkan data tahun 2003 terlihat frekuensi kejadian luar biasa
(KLB) penyakit diare sebanyak 92 kasus dengan 3865 orang penderita, 113 orang meninggal,
dan Case Fatality Rate(CFR) 2,92%.7 Kasus diare akut yang ditangani di praktek sehari-hari
berkisar 20% dari total kunjungan untuk usia di bawah 2 tahun dan 10% untuk usia di bawah
3 tahun.4
Penyakit diare sering menyerang bayi dan balita, bila tidak diatasi lebih lanjut akan
menyebabkan dehidrasi yang mengakibatkan kematian.5 Data terakhir dari Departemen
Kesehatan menunjukkan bahwa diare menjadi penyakit pembunuh kedua bayi di bawah lima
tahun (balita) di Indonesia setelah radang paru ataupneumonia.2
Penelitian multisenter selama 1 tahun di beberapa Negara Eropa menunjukkan bahwa 65,6%
dari 287 anak terinfeksi oleh patogen, dan infeksi terbanyak adalah karena Rotavirus
(35,1%).1,4Rotavirus sebagai patogen penyebab tersering pada usia 6-24 bulan. Infeksi oleh
bakteri lebih sering terjadi pada beberapa bulan awal kehidupan (bayi muda) dan pada anak
usia sekolah.4
Terapi utama untuk diare akut adalah rehidrasi oral.4,5,8,9 Pada banyak kasus, dehidrasi akibat
diare dapat ditangani dengan baik melalui keseimbangan cairan rehidrasi oral selama 4-6
jam.8 Dua puluh empat tahun yang lalu, terapi rehidrasi oral pertama kali dibuktikan efektif
untuk mengatasi pasien dengan dehidrasi berat akibat kolera. Perkembangan dari terapi
sederhana ini sudah dipakai dan diterima selama hampir 20 abad. Terapi oral sekarang
menjadi usulan utama WHO dalam usaha menurunkan angka kematian dan kecacatan dan
ditetapkan dalam Diarrheal Disease Control Program dan dipakai oleh 100 negara di dunia.3
Menurut Ketua Unit Kelompok Kerja Gastro Hepatologi Ikatan Dokter Anak Indonesia Pusat
dr.M.Juffrie,PhD,Sp.A(K), akhir-akhir ini penggunaan probiotik mulai diperkenalkan untuk
mengatasi masalah diare di Indonesia. Apalagi di Indonesia diare merupakan penyebab
kematian terbesar pada bayi dan balita yaitu masing-masing sekitar 42% dan 25%.10 Adapun
penyebab diare terbesar berdasarkan survey secara umum adalah Rotavirus (sekitar 60%),
berikutnya adalah bakteri patogen. Sedang pada anak balita, hampir 84% penyebab diare
adalah rotavirus, yang lainnya adalah oleh bakteri patogen yang didominasi oleh Shigella,
Salmonella, Aeromonas, Campylobacter, dan lain-lain.10
Probiotik secara luas telah diketahui memberikan keuntungan pada berbagai kondisi
penyakit. Dalam beberapa studi terbatas menunjukkan, penggunaan probiotik sebagai
profilaksis dapat memberikan kontribusi menurunkan angka kejadian dan lamanya penyakit
pada subyek orang sehat. Probiotik juga dapat menurunkan angka kejadian diare pada
anak.11 Terapi probiotik, merupakan "complementary" atau "integrative" medicine dan mulai
menjadi terapi utama pada penyakit-penyakit pediatrik.12
The American Academy of Pediatric Subcomitte on Acute Gastroenteritis mendorong agar
probiotik (contohnyaLactobacillus GG) dimasukkan sebagai parameter praktisi yang
direkomendasikan. Meskipun penggunaan probiotik sebagai terapi terhadap diare akibat
bakteri dan pada kondisi penyakit sedang sampai berat belum banyak diteliti, tetapi
penggunaan probiotik pada diare akibat virus dan pada kondisi penyakit ringan menunjukkan
hasil yang bagus.12,13
Probiotik, merupakan mikroorganisme yang dapat memberikan efek positif bagi kesehatan
apabila dikonsumsi, dan sudah banyak dilakukan penelitian mengenai hal ini, dan sudah
digunakan pada manusia.11,12,14 Probiotik yang digunakan pada susu formula berguna pada
anak-anak yang ditempatkan pada Tempat Penitipan Anak(TPA) atau pada anak-anak yang
tidak mendapat ASI, dimana anak-anak ini termasuk dalam golongan yang rentan terhadap
infeksi.12,13 ASI menyebabkan usus kaya akan mikroflora probiotik dengan sedikit bakteri
patogen, dibandingkan dengan susu formula. Hal ini merupakan salah satu mekanisme yang
menurunkan angka kejadian infeksi diare pada anak yang mendapat ASI. Sudah dibuktikan
bahwa ASI merupakan sumber bakteri asam laktat (lactic acid bacteria) bagi usus bayi.13
Secara umum, penelitian-penelitian telah menunjukkan adanya keuntungan pada konsumsi
probiotik dan keuntungan ini terjadi karena adanya kolonisasi di epitel.11 Banyak yang telah
melaporkan keuntungan dalam mengatasi gejala penyakit, seperti mengurangi durasi dari
diare akibat rotavirus, mengurangi gejalairritable bowel syndrome dan mengatasi
penyakit atopic. Karena banyaknya keuntungan yang bisa diperoleh dari penggunaan
probiotik ini, maka saat ini banyak penelitian dilakukan dalam rangka penggunaan probiotik
untuk pencegahan penyakit.11 Menurut sebuah laporan dalam jurnal The Pediatric Infectious
Disease edisi Juni 2008, probiotik Eschericia Coli Nissle 1917 efektif dalam penanganan
diare dengan durasi lebih dari 4 hari pada bayi dan anak-anak. Dr.Henker dan koleganya
mencatat bahwa E.coli strain Nissle 1917 (EcN) non patogenik telah dilisensi di eropa selama
90 tahun dalam penanganan penyakit-penyakit usus besar.15
Namun sampai saat ini probiotik yang dipasarkan di Indonesia adalah berasal dari import
dengan memanfaatkan strain-strain bakteri dari peneliti-peneliti di luar negeri, baik Jepang
maupun Eropa. Tantangan yang dihadapi oleh peneliti Indonesia adalah mengangkat isolate
probiotik local untuk dapat dikomersialkan.10
Penelitian tentang probiotik sebetulnya telah lama dikembangkan di Fakultas Teknologi
Pertanian dan Pusat Studi Pangan dan Gizi, Universitas Gadjah Mada (PSPG) lebih dari 10
tahun yang lalu. Diawali dengan isolasi bakteri asam laktat (yang juga dikenal
sebagai friendly bacteria) dari berbagai makanan fermentasi.10Penelitian tersebut dilakukan
oleh Prof.Dr.Endang S.Rahayu beserta timnya yang waktu itu berkolaborasi dengan peneliti
Luar Negeri dibidang yang sama dari Jepang dan Amerika. Ratusan koleksi bakteri asam
laktat saat ini disimpan di koleksi kultur yang dimiliki oleh PSPG yaitu FNCC (Food and
Nutrition Culture Collection). Isolat-isolat bakteri asam laktat selanjutnya diseleksi dan
dipilih yang memiliki potensi sebagai agensia probiotik.10
Karena semakin berkembangnya penelitian dan penggunaan probiotik sebagai terapi dan
profilaksis pada diare, terutama diare akut, maka penulis tertarik untuk melakukan tinjauan
pustaka agar dapat membangkitkan kembali rasa ingin tahu kita dan menggali informasi lebih
banyak lagi, agar penggunaan probiotik dalam praktek sehari-hari bisa lebih maksimal,
mengingat tingginya angka kesakitan dan kematian akibat diare di Negara kita ini.
ISI
I DIARE
Batasan
Diare adalah peningkatan jumlah feses/hari dan atau peningkatan frekuensi
BAB, biasa terjadi dalam beberapa hari.
1. Diare akut
1.1.1 Definisi
Diare akut adalah perubahan konsistensi tinja yang terjadi tiba-tiba akibat
kandungan air di dalam tinja melebihi normal (10ml/kg/hari), menyebabkan
peningkatan frekuensi defekasi lebih dari 3 kali sehari.4
1.1.2 Epidemiologi
Setiap tahun diperkirakan lebih dari satu milyar kasus diare di dunia dengan 3,3 juta kasus kematian sebagai akibatnya. Diperkirakan angka kejadian di negara berkembang berkisar 3,5 – 7 episode per anak pertahun dalam 2 tahun pertama kehidupan dan 2 – 5 episode per anak per tahun dalam 5 tahun pertama kehidupan. Hasil survei oleh Depkes. diperoleh angka kesakitan diare tahun 2000 sebesar 301 per 1000 penduduk angka ini meningkat bila dibanding survei pada tahun 1996 sebesar 280 per 1000 penduduk. Diare masih merupakan penyebab utama kematian bayi dan balita. Hasil Surkesnas 2001 didapat proporsi kematian bayi 9,4% dengan peringkat 3 dan proporsi kematian balita 13,2% dengan peringkat 2. Diare pada anak merupakan penyakit yang mahal yang berhubungan secara langsung atau tidak terdapat pembiayaan dalam masyarakat. Biaya untuk infeksi rotavirus ditaksir lebih dari 6,3 juta poundsterling setiap tahunnya di Inggris dan 352 juta dollar di Amerika Serikat.16
1.1.3 Etiologi
Selama 2 dekade, penelitian menunjukkan karakteristik dari diare akut. Pada
awal 1970 agen penyebab dapat diidentifikasi dalam 15-20% episode diare.
Sekarang, dengan semakin berkembangnya teknik diagnostik, dapat ditemukan
agen penyebab dalam 60-80%.3 Sebagian besar penyebab infeksi diare adalah
Rotavirus, disamping virus lainnya sepertiNorwalk Like Virus, Enteric
Adenovirus, Astovirus, dan Calicivirus. Beberapa patogen bakteri
seperti Salmonella, Shigella, Yersinia, Campylobacter, dan beberapa strain
khusus E.Coli. Beberapa parasit yang sering menyebabkan diare
meliputi Giardia, Crytosporidium, dan Entamoeba Histolytica.1,3
Penyebab diare pada anak dapat dilihat pada tabel 1.4,17,18 Infeksi usus
merupakan penyebab tersering awitan diare akut yang sporadis. Tabel 2
memperlihatkan jenis patogen penyebab diare pada diare.4
Table 1. Penyebab diare akut
Infeksi
Infeksi usus (termasuk keracunan makanan)
Infeksi ekstra usus (otitis media akut, infeksi saluran kemih,
pneumonia)
Obat-obatan
Antibiotik
Obat-obatan lain
Alergi makanan
Cow's milk protein allergy(CMPA)
Alergi protein kedelai
Alergi makanan multipel
Kelainan proses
cerna/absorpsi
Defisiensi enzim sukrase/isomaltase
Hipolaktase awitan lambat (atau tipe dewasa)
Defisiensi vitamin Defisiensi niasin
Tertelan logam berat Co, Zn, cat
Penelitian multisenter selama 1 tahun di beberapa Negara Eropa menunjukkan
bahwa 65,6% dari 287 anak terinfeksi oleh patogen, dan infeksi terbanyak
adalah karena Rotavirus (35,1%).
Tabel 2. Patogen penyebab diare akut
Patogen Frekuensi kasus sporadic di Negara berkembang (%)
Virus
Rotavirus
Calcivirus
Astrovirus
Enteric type adenovirus
25 – 40
1 – 20
4 – 9
?
Bakteri
Campylobacter jejuni
Salmonella
Escherichia coli
Shigella
Yersinia enterocolitica
Clostridium difficile
Vibrio para haemolyticus
Vibrio cholera 01
Vibrio cholera non 01
Aeromonas hydrophilia
6 – 8
3 – 7
3 – 5
0 – 3
1 – 2
0 – 2
0 – 1
-
?
0 – 2
Parasit
Cryptosporidium
Giardia lamblia
1 – 3
1 - 3
Infeksi di luar usus yang sering disertai diare adalah otitis media akut, infeksi
saluran kemih, dan penyakit paru, yang biasanya menyebabkan diare yang
ringan dan dapat sembuh sendiri dengan penyembuhan penyakit dasarnya.
Penggunaan beberapa macam obat, terutama antibiotik, sering dihubungkan
denganClostridium difficile. Alergi terhadap protein susu sapi (CMPA)
merupakan salah satu diagnosis banding yang perlu dipertimbangkan selain
sindrom malabsorpsi bila diare tidak sembuh dalam 10-14 hari.4
1.1.4 Patofisiologi
Ada beberapa mekanisme patofisiologis yang terjadi, sesuai dengan penyebab
diare.
Virus dapat secara langsung merusak vili usus halus sehingga mengurangi luas
permukaan usus halus dan mempengaruhi mekanisme enzimatik.4
Bakteri mengakibatkan diare melalui beberapa mekanisme yang berbeda.
Bakteri non invasive(vibrio cholera, E.coli patogen) masuk dan dapat melekat
pada usus, berkembang baik disitu, dan kemudian akan mengeluarkan enzim
mucinase (mencairkan lapisan lendir), kemudian bakteri akan masuk ke
membran, dan mengeluarkan sub unit A dan B, lalu mengeluarkan cAMP yang
akan merangsang sekresi cairan usus dan menghambat absorpsi tanpa
menimbulkan kerusakan sel epitel. Tekanan usus akan meningkat, dinding usus
teregang, kemudian terjadilah diare.4
Bakteri invasive (salmonella spp, shigella sp, E.coli invasive, campylobacter)
mengakibatkan ulserasi mukosa dan pembentukan abses yang diikuti oleh
respon inflamasi. Toksin bakteri dapat mempengaruhi proses selular baik di
dalam usus maupun di dalam usus. Enterotoksin Escherichia coli yang tahan
panas akan mengaktifkan adenilat siklase, sedangkan toksin yang tidak tahan
panas mengaktifkan guanilat siklase. E.colienterohemoragik dan Shigella
menghasilkan verotoksin yang menyebabkan kelainan sistemik seperti kejang
dan sindrom hemolitik uremik.4
1.1.5 Manifestasi Klinis
Anamnesis
Anamnesis anak dengan gejala diare akut perlu dimulai dengan mengambil
informasi yang mungkin mengarahkan kita pada penyakit lain yang presentasi
klinisnya mirip dengan diare akut.4 Gejala respiratori seperti batuk, sesak nafas
atau takipneu mengarahkan pada adanya penyakit dasar pneumonia. Adanya
sakit telinga mungkin merupakan gejala otitis media akut. Frekuensi berkemih,
urgensi, dan nyeri saat berkemih mengarahkan kita pada
pielonefritis.4 Anamnesis yang baik akan memberi petunjuk kemungkinan
penyebab diare tanpa harus melakukan pemeriksaan penunjang.17
Tujuan kedua anamnesis adalah untuk menilai beratnya gejala dan resiko
komplikasi seperti dehidrasi. Pertanyaan spesifik mengenai frekuensi, volume
dan lamanya muntah serta diare, diperlukan untuk menentukan derajat
kehilangan cairan dan gangguan elektrolit yang terjadi.4 Ringkasan cara
penilaian dehidrasi dapat dilihat pada tabel 3.4
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dimaksudkan untuk 2 tujuan utama, mencari tanda- tanda
penyakit penyerta dan memperkirakan derajat dehidrasi.4 Penilaian yang tidak
akurat terhadap defisit cairan dan kehilangan cairan yang terus terjadi
merupakan faktor penting penyebab kesakitan dan kematian pada muntah dan
diare akut.4 Gejala dan tanda dehidrasi perlu ditemukan dan tentukan derajat
dehidrasi (lihat tabel 3).
1.1.6 Kriteria Diagnosis
Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 7 hari.4 Pada diare terjadi
perubahan konsistensi tinja yang terjadi tiba-tiba akibat kandungan air di dalam
tinja melebihi normal (10ml/kg/hari), dan menyebabkan frekuensi defekasi lebih
dari 3 kali sehari.4,17 Derajat dehidrasi dibedakan menjadi tanpa dehidrasi,
dhidrasi ringan-sedang, dan dehidrasi berat.
Tabel 3. Penilaian derajat dehidrasi diare akut
Derajat
dehidrasi
Keadaa
n umumRasa haus
Kelopak/
air mata
Mulu
tKulit Urin
Tanpa
dehidrasi,
(<5%BB)
Baik,
kompos
mentis
Minum
normalNormal Basah Normal Normal
Ringan-
sedang,
(5-
10%BB)
Rewel,
gelisah
Minum
seperti
kehausan
Cekung,
produksi
kurang
Kerin
g
Pucat
,capillary
refill <2 detik
Berkuran
g
Berat,
(>10%B
B)
Letargi,
lemah,
kesadara
n
Malas
minum/tida
k dapat
Sangat
cekung,
tidak ada
Sanga
t
kerin
Pucat
,capillary
refill >2 detik
Tidak
ada
menurun
, nadi
dan
nafas
cepat
minum g
1.1.7 Pemeriksaan Penunjang
Pada sebagian besar kasus tanpa dehidrasi atau dengan dehidrasi ringan tidak
diperlukan pemeriksaan penunjang.4 Pada dehidrasi berat perlu dilakukan
pemeriksaan elektrolit serum, nitrogen urea, kadar gula darah dan analisis gas
darah.4
Pemeriksaan virologik dan mikrobiologik perlu dilakukan hanya bila hasilnya
dapat digunakan untuk mengganti tata laksana. Adanya darah secara
makroskopik dan mikroskopik mengarah padaShigella,
Campylobacter, atauEnterohemorrhagic Escherichia coli sp sebagai penyebab.4
Pemeriksaan untuk mendeteksi virus seperti tes antigen rotavirus dapat
mengkonfirmasi penyebab, tetapi tidak mengubah tata laksana. Pemeriksaan
antigen Giardia dan apusan feses untuk telur dan parasit umumnya tidak
diperlukan kecuali diare berlanjut lebih dari 10 hari atau ada riwayat paparan.4
1.1.8 Tata Laksana
Rehidrasi Oral
Pada anak dengan diare akut dehidrasi ringan sedang, perlu segera diberikan
cairan rehidrasi oral.4,17 Kandungan natrium dalam cairan rehidrasi oral yang
direkomendasikan oleh WHO adalah 90 mmol/L, yaitu sesuai dengan
kandungan natrium dalam tinja pasien kolera (90-140 mmol/L). kadar natrium
yang direkomendasikan oleh ESPGHAN (European Society of Pediatric
Gastroenterology anad Nutrition) adalah 60-75 mmol/L mengingat kadar
natrium dalam tinja pasien rotavirus hanya sekitar 35-45 mmol/L.4
Pada diare umumnya saat ini dianjurkan untuk menggunakan cairan sesuai
anjuran ESPGHAN.4
Tabel 4. Pedoman Tata Laksana diare akut4
berdasarkan derajat dehidrasi
Derajat
dehidrasi
% defisit
Rehidrasi Penggantian cairan
Tanpa dehidrasi
(<5% BB)
Tidak perlu
10 ml/kg tiap diare
2-5 ml/kg tiap muntah
Ringan sedang
(5-10% BB)
CRO 75 ml/kg/3 jam
10 ml/kg tiap diare
2-5 ml/kg tiap muntah
Berat Cairan intravena 10 ml/kg tiap diare
(>10% BB)
<12 bulan: 30 ml/kg/1 jam atau
70 ml/kg/5 jam
2-5 ml/kg tiap muntah
BB=berat badan, CRO=cairan rehidrasi oral
Tabel 5. Komposisi cairan Parenteral dan Oral16 :
Osmolalitas(mOsm/
L)
Glukosa(g/
L)
Na+(mEq/
L)
CI-
(mEq/
L)
K+(mEq/
L)
Basa(mEq/
L)
NaCl 0,9 % 308 - 154 154 - -
NaCl 0,45 %
+D5428 50 77 77 - -
NaCl 0,225%
+D5253 50 38,5 38,5 - -
Riger Laktat 273 - 130 109 4 Laktat 28
Ka-En 3B 290 27 50 50 20 Laktat 20
Ka-En 3B 264 38 30 28 8 Laktat 10
Standard
WHO-ORS311 111 90 80 20 Citrat 10
Reduced 245 70 75 65 20 Citrat 10
osmalarity
WHO-ORS
EPSGAN
recommenda
tion
213 60 60 70 20 Citrat 3
Pemberian Makanan Secepatnya (early refeeding)
Makanan per oral diberikan sesegera mungkin saat kondisi
sudah membaik.17 Rekomendasi pemberian makanan
secepatnya pada tata laksana diare akut terutama ditekankan
pada meneruskan pemberian ASI dan makanan sehari-
hari.4 Hal ini dapat mencegah terjadinya gangguan gizi,
menstimulasi perbaikan usus, dan mengurangi derajat serta
lamanya penyakit.4,16
Anak yang lebih besar yang telah menerima bermacam
variasi makanan sebaiknya diberikan makanan yang
seimbang, cukup energi dan mudah dicerna. Karbohidrat
kompleks seperti nasi, mie, kentang, roti, biskuit dan pisang
sebaiknya diberikan sejak awal, kemudian ditambahkan
sayuran dan daging matang.4 Makanan yang perlu dihindari
adalah yang mengandung gula sederhana seperti minuman
ringan (soft drink), jus buah kental, minuman mengandung
kafein, dan sereal yang dilapisi gula.4
Pemberian Probiotik
Terdapat banyak laporan tentang penggunaan probiotik
dalam tatalaksana diare akut pada anak.4,13,16 Hasil meta
analisa Van Niel dkk menyatakan lactobacillus aman dan
efektif dalam pengobatan diare akut infeksi pada anak,
menurunkan lamanya diare kira-kira 2/3 lamanya diare, dan
menurunkan frekuensi diare pada hari ke dua pemberian
sebanyak 1 – 2 kali. Kemungkinan mekanisme efek
probiotik dalam pengobatan diare adalah perubahan
lingkungan mikro lumen usus, produksi bahan anti mikroba
terhadap beberapa patogen, kompetisi nutrien, mencegah
adhesi patogen pada anterosit, modifikasi toksin atau
reseptor toksin, efektrofik pada mukosa usus dan imunno
modulasi.16
Mengurangi durasi diare juga dapat dilakukan dengan
pemberian probiotik bersamaan dengan makanan.8 Produk
susu yang difermentasi merupakan "palatable source of
nutriens". Proses fermentasi akan mengurangi konsentrasi
laktosa dan peningkatan konsentrasi asam laktat, galaktosa,
asam amino bebas, asam lemak, dan beberapa vitamin B.
sehingga dapat terjadi ketahanan terhadap serangan infeksi
dan perbaikan kembali keseimbangan lingkungan flora
normal dalam usus.8
Obat-obatan
Pemberian antiemetik, antimotilitas, dan antidiare sebagai
pengobatan diare kurang bermanfaat bahkan dapat
menyebabkan komplikasi yang serius.4,16 Obat-obatan
tersebut tidak mengurangi volume tinja ataupun
memperpendek lama sakit. Efek sedasi atau anoreksia yang
ditimbulkan akan mengurangi keberhasilan terapi rehidrasi
oral.4
Penggunaan antibiotik tidak efektif pada infeksi virus dan
hanya terindikasi pada keadaan tertentu antara lain :
(1)patogen telah teridentifikasi, (2)bayi atau anak dengan
defek imun, (3)terapi terhadap kolera, (4)bayi kurang dari 3
bulan dengan biakan tinja positif.4
Mikronutrien
Dasar pemikiran pengunaan mikronutrien dalam pengobatan diare akut
didasarkan kepada efeknya terhadap fungsi imun atau terhadap struktur dan
fungsi saluran cerna dan terhadap proses perbaikan epitel seluran cerna selama
diare. Seng telah dikenali berperan di dalam metallo – enzymes, polyribosomes ,
selaput sel, dan fungsi sel, juga berperan penting di dalam pertumbuhan sel dan
fungsi kekebalan . Sazawal S dkk melaporkan pada bayi dan anak lebih kecil
dengan diare akut, suplementasi seng secara klinis penting dalam menurunkan
lama dan beratnya diare.4,16,19,20
1.1.9 Pencegahan dan Edukasi
Ada beberapa kiat pencegahan terjadinya diare antara lain : (1)pemberian ASI
eksklusif 4-6 bulan, (2)sterilisasi botol setiap sebelum penberian susu formula,
(3)persiapan dan penyimpanan makanan bayi/anak secara bersih, (4)gunakan air
bersih dan matang untuk minum, (5)kebiasaan mencuci tangan, (6)membuang
tinja di jamban, (7)pemberian makanan seimbang untuk menjaga status gizi.
1. Diare Persisten
1.2.1 Definisi
Diare persisten adalah diare akut karena infeksi usus yang karena sesuatu sebab
melanjut 14 hari atau lebih.4,16 Diare persisten didefinisikan sebagai berlanjutnya
episode diare selama 14 hari atau lebih yang dimulai dari suatu diare cair akut
atau berdarah (disentri).16 Kejadian ini sering dihubungkan dengan kehilangan
berat badan dan infeksi non intestinal.
1.2.2 Epidemiologi
Dari 8 studi komunitas di Asia dan Amerika Latin didapati persentase diare
persisten antara 3 sampai 23% dari seluruh kasus diare. Pada 7 studi lainnya
insiden diare persisten sangat bervariasi.16 Di India insiden diare persisten per
tahun sekitar 7 kasus tiap 100 anak yang berumur 4 tahun atau kurang dan 150
kasus di Brazil. Pada seluruh studi insiden tertinggi pada anak dibawah 2 tahun.
WHO dan UNICEF memperkirakan pada tahun 1991 diare persisten terjadi 10%
dari episode diare dengan kematian sebanyak 35% pada anak di bawah 5 tahun .
Studi di Banglades, India, Peru dan Brazil mendapatkan kematian sekitar 45%
atau 30-50% kematian dari diare persisten.16
Meskipun insiden diare persisten paling banyak terjadi pada anak di bawah 2
tahun, namun kematian sering terjadi pada anak 1 – 4 tahun dimana malnutrisi
sering timbul. Hal ini dikarenakan kamatian oleh karena diare persisten sering
berhubungan dengan malnutrisi.4,16,21
Tabel 6. Lamanya episode diare.
Negara
Persentase lamanya episode diare (%)
1-7 hari 8-14 hari >14 hari
Indonesia 83 14 4
Guatemala 53 27 19
Peru 79 14 7
Peru 88 9 3
Bangladesh 66 21 14
Bangladesh 71 22 7
Bangladesh 50 27 23
India 35 55 10
Tabel 7. Insiden diare persisten ( 100 anak/tahun) berdasarkan kelompok umur.
Negara
Kelompok Umur
<1 thn.1
tahun2 tahun 3 tahun
4
tahun0-4 thn.
India 31 9 6 2 1 7
Nepal 15 17 12 10 10 14
Peru 31 22 16 - - 26
Bangladesh 75 25 29 28 6 34
Bangladesh 58 57 55 39 33 48
Bangladesh 64 74 67 43 43 59
Brazil 171 216 160 90 60 150
1.2.3 Etiologi
FAKTOR INTRALUMINAL FAKTOR MUKOSA
Kelainan pankreas Perubahan integritas
Fibrosis kistik
Sindrom Shwachman-diamond
Sindrom Johannson-blizzard
Defisiensi enzim pancreas
terisolasi
Pancreatitis kronis
Sindrom pearson
Infeksi bakteri, viral, fungal
Infeksi parasit
Intoleransi protein sapi dan kedelai
Inflammatory bowel disease (colitis ulseratif, crohn)
Kelainan asam empedu Perubahan fungsi imunologis
Kolestasis kronik
Reseksi ileum terminal
Bakteri tumbuh lampau
Penggunaan sekuestran asam
empedu secara kronik
Malabsorbsi asam empedu
primer
Enteropati autoimun
Gastroenteropati osinofilik
AIDS
Imunodefisiensi
Defisiensi immunoglobulin A dan G
Kelainan usus halus Perubahan fungsi
Osmolaritas intraluminar
Malabsorbsi karbohidrat
Defisiensi sukrase, lactase
congenital dan didapat
Asupan berlebih minuman
berkarbonasi
Asupan berlebih sorbital,
Mg(OH)2 dan laktulose
Defek Cl⁻/HCO3,Na⁺/H⁺, asam empedu, enteropati
akrodermatitis, defisiensi folat selektif,
abetaproteinemia
Perubahan fungsi pencernaan
Defisiensi enterokinase
Defisiensi glukoamilase
Perubahan area permukaan
Penyakit seliak
Sindrom postgastroenteritis
Penyakit inklusi mikrovilus
Short bowel syndrome
Perubahan fungsi sekretorik
Bakteri yang memproduksi enterotoksin
Tumor yang mensekresi peptide vasoaktif
Perubahan struktur anatomi
Penyakit Hirschprung
Obstruksi parsial usus kecil
Malrotasi
Sejumlah studi telah mencoba menemukan patogen utama yang berhubungan
dengan diare persisten. Informasi ini berguna untuk meramalkan perjalanan
penyakit dan membantu memutuskan apakah perlu pemakaian
antibiotik.16 Empat studi di India, Bangladesh dan Peru menemukan
bahwaRotavirus, Aeromonas, Campylobacter, Shigella dan Giardia
Lamblia sama seringnya pada diare akut dan diare persisten. Cryptosporidium
lebih sering pada diare persisten dibanding diare akut di Bangladesh. Bukti dari
beberapa studi menyatakan bahwa Entero-adherent E Coli terutama
dihubungkan dengan diare persisten. Studi Ashraf, dkk di Bangladesh
mendapatkan bakteri patogen dari isolasi feses berupa Diaregenic E coli sebesar
66% (ETEC,EAEC dan EPEC) diikuti C jejuni 32%.16
Terdapat banyak bakteri, virus dan parasit sebagai penyebab diare karena
infeksi, sejumlah patogen baru memperlihatkan agen penyebab diare yang
sering ditemukan.16
Tabel 8. Penyebab infeksi diare
EnteropathogenDiare
AkutDisentry Diare persisten
Virus
Rotavirus + + +
Enteric adenovirus (types 40.41) + + +
Calicivirus + + +
Astrovirus + + +
Cytomegalovirus + + +
Bakteri
Vibrio cholera and other vibrios + - +
Enterotoxigenik E coli (ETEC) + - +
Enteropathogenic E coli (EPEC) + - +
Enteroaggregative E coli (EAggEC) + - +
Enteroinavsive E coli (EIEC) + - +
Enterohaemorraghic E coli (EHEC) + + +
Shigella spp + + +
Salmonella spp + + +
Campylobacter spp + + +
Yersinia spp + + +
Clostridium defficile + + +
Mycobacterium tuberculosis - + +
Protozoa
Giardia intestinalis + - +
Cryptosporidium parvum + - +
Microsporidia + - +
Isospora belli + - +
Cyclospora cayetanensis + - +
Entamoeba histolytica + + +
Balantidium coli + + +
Helminths
Strongyloides stercoralis - - +
Schistosoma spp - + +
1.2.4 Patofisiologi
Secara patogenesis, diare persisten dapat terjadi melalui diare sekretorik dan
diare osmotik. Pada diare sekretorik, toksin merangsang c-AMP atau c-GMP
untuk mensekresikan secara aktif air dan elektrolit ke dalam lumen usus
sehingga terjadi diare. Sedangkan pada diare osmotik, kenaikan tekanan osmotik
dalam lumen usus akibat fermentasi makanan yang tidak diserap akan menarik
sel ke dalam lumen usus sehingga terjadi diare.4
Titik sentral patogenesis diare persisten adalah kerusakan mukosa usus yang
pada tahap awal disebabkan oleh etiologi diare akut. Berbagai faktor resiko
melalui interaksi timbal balik menyebabkan rehabilitasi kerusakan mukosa
terhambat dan memperberat kerusakan.16
Faktor resiko terjadinya diare persisten adalah umur kurang dari 6 bulan,
dilahirkan prematur, ditemukan malnutrisi, tidak mendapat ASI, adanya
penyakit penyerta, penggunaan antibiotik, dan anemia.4,16,21Faktor penyebab
tersering berturut-turut adalah intoleransi laktosa sekunder, enteropati karena
alergi terhadap protein susu sapi (CMPSE-cow's milk protein sensitive
enteropathy), sindrom malabsorpsi, bakteri tumbuh lampau (bacterial
overgrowth), diare karena antibiotik (antibiotic-induced diarrhea), dan infeksi
persisten.4,16
1.2.5 Manifestasi klinis
Diare berlangsung 14 hari atau lebih. Bila terjadi diare hebat dapat terlihat
gejala-gejala dehidrasi ringan sampai berat, asidosis dan gangguan
keseimbangan elektrolit seperti lemah, kembung dan muntah. Status gizi anak
biasanya kurang atau buruk.4
1.2.6 Kriteria Diagnosis
Diare persisten bukanlah penyakit, tetapi merupakan entitas klinik yang
disebabkan berbagai macam etiologi. Oleh karena itu, upaya penting perlu
dilakukan untuk mencari etiologinya, karena pengobatan didasarkan pada faktor
penyebabnya. Berikut adalah hal-hal yang penting dilakukan4 :
1. Tentukan apakah diarenya tergolong osmotik atau sekretorik. Cara
membedakan keduanya adalah dengan cara memuasakan pasien
selama 24 jam (tentu saja pasien mendapat terapi cairan parenteral):
bila diare berkurang/berhenti maka diarenya jenis osmotic, bila diare
berlangsung terus menunjukkan jenis diare adalah sekretorik.
2. Bila diare osmotik, cari kemungkinan intoleransi laktosa, CMPSE,
atau sindrom malabsorpsi
3. Bila diare sekretorik, cari kemungkinan bakteri tumbuh lampau,
diare karena antibiotik atau infeksi persisten.
1.2.7 Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang perlu dilakukan untuk mencari etiologi diare
persisten, yaitu4:
1. pH tinja dan bahan perduksi (clinitest) untuk mendeteksi intoleransi
laktosa
2. eliminasi dan provokasi protein susu sapi untuk mendeteksi CMPSE
3. uji malabsorpsi (steatokrit dantripsin activity test) untuk mendeteksi
sindrom malabsorpsi
4. uji hydrogen napas untuk mendeteksi bakteri tumbuh lampau.
Carannya: pasien dipuasakan 4 jam, kemudian diukur kadar gas
H2 pada keadaan basal. Pasien diberi larutan glukosa/laktosa dan
kemudian kadar gas H2 diukur setiap 30 menit. Bila terjadi kenaikan
dini (30 menit dan >20 ppm) dinyatakan positif bakteri tumbuh
lampau.
5. Uji toksin clostridium difficiledalam tinja untuk mendeteksi diare
karena antibiotic
6. Kultur tinja untuk mendeteksi infeksi persisten baik kuman aerob
maupun anaerob.
1.2.8 Tata Laksana
Pemberian makan merupakan bagian esensial dalam tatalaksana diare persisten
untuk menghindari dampak diare persisten terhadap status gizi dan
mempertahankan hidrasi. Hidrasi dipertahankan dengan pemberian tambahan
cairan dan cairan rehidrasi oral jika diperlukan. Kadang diperlukan pemberian
cairan intravena bila gagal pemberian oral.4,16
Diare persisten akan mempengaruhi status gizi karena penurunan masukan
makanan, gangguan penyerapan makanan, kehilangan zat gizi dari dalam tubuh
melalui kerusakan saluran cerna dan meningkatnya kebutuhan energi oleh
karena demam dan untuk perbaikan saluran cerna. Pemberian Air Susu Ibu
(ASI) harus dilanjutkan selama diare berlangsung.4,16
Dukungan nutrisi amat penting untuk mencegah dan mengobati malnutrisi yang
terjadi. Berikanlah diet sesuai dengan usia dan status gizi penderita. Pada awal
terapi, laktosa mungkin perlu dihindari karena mungkin telah terjadi kerusakan
mukosa usus yang bermakna. Suplementasi mikronutrien seperti Zn dan Fe
sangat diperlukan untuk mempercepat regenerasi mukosa usus halus.4
Bila alergi susu sapi, ASI diteruskan dan ibu tidak mengkonsumsi susu sapid an
makanan yang terbuat dari susu sapi (keju, es krim, dll). Bila tidak minum ASI,
pasien diberi formula hidrolisat protein.4,16
Pada sindrom malabsorpsi, pasien diberi makanan atau formula elemental. Bila
diet per oral belum dapat diberikan, pasien sebaiknya diberi nutrisi parenteral
selama 2 minggu untuk mempercepat regenerasi mukosa usus halus.4 Pada
bakteri tumbuh lampau, berikan metronidazol 30mg/kg/hari selama 10-14 hari.
Pada diare karena antibiotic, hentikan antibiotik bila mungkin. Berikan
metronidazol 30-50 mg/kg/hari selama 7-10 hari dan probiotik 2x106-9cfu selam
7-10 hari.4 Pada infeksi persisten, berikan antibiotik sesuai hasil kultur dan
resistensi selama 7-10 har.i4
1.2.9 Pencegahan dan Edukasi4
1. Hindari penggunaan antibiotik dan antidiare pada anak dengan diare akut
2. Berikanlah terapi nutrisi yang adekuat pada setiap anak dengan diare akut
untuk mencegah terjadinya gangguan gizi untuk memutus lingkaran setan diare-
malnutrisi-diare
3. Galakkan penggunaan ASI.
II PROBIOTIK
2.1 Definisi
Probiotik adalah mikroorganisme hidup, yang jika diberikan dalam jumlah yang
adekuat akan memberi keuntungan menyehatkan pada individu.11
Probiotik adalah bakteri non patogen yang menguntungkan yang hidup berkoloni
dalam usus halus dan dapat menyebabkan perubahan mikroflora usus dan
mempengaruhi aktivitas metabolik dengan hasil yang menguntungkan bagi host.13
2.2 Manfaat
Bakteri probiotik memberikan efek yang menguntungkan bagi keseimbangan mikroba
usus host dan dapat memperbaiki atau meningkatkan sistem imun.13
L.Reuteri, satu dari spesies lactobacillus, sudah digunakan secara luas selama
beberapa tahun sebagai suplemen makanan. Beberapa studi menunjukkan efek positif
pada gangguan pencernaan sperti diare dan konstipasi.13
Lactobacillus dan bifidobacterium secara umum merupakan bakteri non patogen,
karena mereka secara alami ada di dalam usus.13 Efikasi dari beberapa probiotik
tergantung dari genus, spesies dan strain. Tidak semua bakteri tahan asam mempunyai
efek probiotik.12 Probiotik multipel strain lebih efektif daripada single strain.12
Lactobacillus GG yang diisolasi dari manusia, stabil terhadap asam lambung dan
empedu, dan mempunyai kemampuan berkolonisasi di usus manusia. Bahan
antimicrobial yang diproduksi oleh Lactobacillus GGdapat mengontrol proliferasi dari
organisme gram negatif dan gram positif. Bahan antimikrobial ini tidak menghambat
aktivitas lactobacillus lainnya. Strain ini sudah digunakan dengan sukses dalam terapi
terhadap Colitis yang relaps akibat clostridium difficile.8
Pemberian makan disertai susu fermentasi yang mengandung lactobacillus
casei atau lactobacillus acidophilus dapat memproduksi imunostimulasi pada host
dengan mengaktivasi makrofag dan limfosit. Hal ini berhubungan dengan bahan yang
diproduksi oleh organisme-organisme ini selama proses fermentasi yaitu beberapa
bahan metabolit, peptide dan enzim.8
Pada anak dengan malnutrisi, diare akut menyebabkan perubahan keseimbangan
mikroflora secara drastis, pada kasus ini pemberian produk yang difermentasi dapat
membantu rekolonisasi.8
Tambahan probiotik pada makanan sehari-hari merupakan cara yang efektif untuk
mengurangi demam, flu dan angka kejadian batuk, serta menurunkan durasi dari
pemggunaan antibiotik, pada usia 3-5 tahun.11
Kondisi-kondisi lain yang dapat diatasi dengan probiotik antara lain diare
kronik, inflammatory bowel disease,irritable bowel syndrome dan alergi makanan,
dan dapat mencegah kondisi yang lebih buruk, dari travelers diare dan NEC menjadi
infeksi urogenital, penyakit atopik dan karies gigi.12 Vanderhoff dan peneliti lain
menilai adanya kemungkinan penggunaan pada bayi dan anak sehat.12
Susu formula bayi yang mengandung Bifidobacterium lactis atau Lactobacillus
reuteri, dapat menurunkan resiko diare, gejala gangguan saluran pernapasan, demam
dan parameter kelainan lainnya. Anak-anak yang mempunyai resiko terhadap
penyakit ini seperti anak-anak di TPA, dapat diberikan formula probiotik profilaksis
secara teratur. Beberapa penulis melaporkan adanya penurunan episode penyakit dan
jumlah hari kesakitan akibat diare dan demam.12
Pada suatu studi jangka panjang menunjukkan bahwa probiotik yang digunakan
selama beberapa bulan pada bayi adalah aman dan ketika digunakan selamam
beberapa tahun pada populasi umum, dilakukan skrining terhadapa bakteremia karena
bakteri probiotik.12Weizman dkk membandingkan 2 probiotik dan placebo yang
berbeda dapat menunjukkan tingkat keuntungan yang berbeda pula pada berbagai
kondisi. Hal ini mungkin terjadi, karena kondisi lingkungan yang kompleks pada usus
manusia, probiotik dengan multipel strain dapat lebih efektif daripada single strain.
2.3 Mekanisme
Pada saluran cerna manusia, probiotik menginduksi kolonisasi dan dapat tumbuh
secara in situ di lambung, duodenum dan ileum. Pada epitel ileum manusia,
mikroorganisme ini dapat menginduksi aktivitas immunomodulatory, termasuk
pengambilan CD4+ T Helper cells. Probiotik menginduksi sistem imun, produksi
musin, down regulation dari respon inflamasi, sekresi bahan antimikroba, pengaturan
permeabilitas usus, mencegah perlekatan bakteri patogen pada mukosa, stimulasi
produksi immunoglobulin dan mekanisme probiotik lainnya.12
Enzim akan memproduksi bakteri asam laktat yang dapat mempengaruhi proses
metabolisme host. Yogurt mempunyai aktivitas laktase yang tinggi, yang dapat
membantu keadaan malabsorbsi laktosa. Selama proses fermentasi susu, secara
umum, mikroorganisme akan menggunakan laktosa sebagai substrat. Hasilnya,
konsentrasi laktosa dalam yogurt akan lebih rendah daripada susu yang tidak
difermentasi. Malabsorbsi laktosa dapat mempengaruhi mekanisme diare dengan
memproduksi tekanan osmotic intraluminal sehingga mendorong air dan elektrolit ke
dalam lumen usus, akibatnya karbohidrat yang tidak diabsorbsi dapat menyebabkan
kolonisasi bakteri di usus kecil.
2.4 Dosis Penggunaan
Tergantung perkiraan populasi normal bakteri tersebut. Menurut Mitsuoka (ahli
probiotik dari Jepang), lactobacilli populasinya adalah 10 pangkat 6, sedangkan
bifidobacteria adalah 10 pangkat 8. Namun memang para produsen melebihkan
jumlahnya 2 - 3 log (pangkat 10) untuk mengantisipasi kerusakan akibat melalui
saluran cerna bagian atas (lambung)24.
Dosis probiotik yang dianjurkan adalah 10 pangkat 7 hingga 10 pangkat 9.
Rekomendasi dari Mitsuoka untuk bakteri Lactobacillus memang sekitar 10 pangkat
6. Jika kita memberikan kurang dari itu, maka proses keseimbangan tidak tercapai
yang berarti tidak bisa disebut probiotik. Oleh karena itu, preparat probiotik
Lactobacillus umumnya diberikan pada dosis 10 pangkat 7 hingga pangkat 9.Untuk
Dialac® yang mengandung heat-killed bacteria, memang agak berbeda.
Perbedaannya, jumlah yang dihitung tersebut (10 pangkat 10) adalah pada saat
fermentasi dan preparasi sel Tyndallized. Selain itu karena bakteri sudah dimatikan,
maka tidak akan berproliferasi hingga mencapai target. Berbeda dengan bakteri yang
hidup yang masih bisa bertambah jumlahnya pada saat mencapai sel target. Tentu hal
ini juga sudah memperhitungkan adanya sebagian bakteri yang mati pada perjalanan
sebelum mencapai target24.
Sebuah penelitian di Bangladesh merekomendasikan penggunaan Lactobacillus
paracasei strain ST 11, dalam bentuk Lypholized ST 11 (5 x 109 colony forming units)
2 kali sehari selama 5 hari, disertai dengan pemberian ORS (oral rehydration
solution)22.
Hung-Chih dan kawan-kawan, menggunakan Bifidobacterium bifidum dan
Lactobacillus acidophilus yang ditambahkan ke dalam ASI atau susu formula untuk
mencegah terjadinya NEC(Necrotizing Enterocolitis) pada bayi dengan berat badan
sangat rendah <1500 gram, yaitu dalam bentuk Infloran (L.acidophilus 109 colony
forming units dan B.bifidum 109 colony forming units) 125mg/kgBB per dosis, 2 kali
sehari selama 6 minggu23.