dewi

Upload: dewi-suryanti

Post on 11-Mar-2016

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Tuberculosis ParuDewi Suryanti (102013198)Fakultas kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 2015Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510No. Telp (021) 5694-2061

PendahuluanPernafasan merupakan salah satu sistem penting dalam proses kehidupan manusia. Oksigen berfungsi untuk membantu dalam pembentukan energi, proses ini disebut sebagai inhalasi. Hasil sisa dari proses pembakaran adalah karbondioksida yang kemudian akan dikeluarkan melalui proses ekspirasi. Selama bernafas, banyak zat asing yang bisa masuk melalui jalur pernafasan manusia. Sistem pertahanan tubuh dengan sendirinya akan menyaring dan membuang zat asing tersebut. Namun terkadang orang bisa terserang penyakit yang diakibatkan zat asing tersebut.Salah satunya adalah Tuberkulosis.Skenario Kasus 7:Tn. A, usia 35 tahun datang untuk mengetahui kondisi penyakit TB parunya. Pasien mempunyai riwayat pengobatan TB 2x.Pertama kali berobat pasien hanya minum obat selama sekitar 1 bulan kemudian tidak melanjutkan pengobatannya lagi. Saat ini pasien menjalani pengobatan TB yang ke-2 kalinya, pasien mengaku mendapatkan obat suntik kali ini, dan sudah berjalan selama 6 bulan

Pembahasan1. AnamnesisSetiap pemeriksaan diawali dengan anmnesis, dengan tujuan mengumpulkan data pribadi pasien yang menyangkut: nama, usia, jenis kelamin, alamat, pekerjaan dll. Selain identitas pasien, pada anamnesis juga ditanyakan data keluarga seperti orang tua, istri/suami, anak-anak, maupun saudara.Setelah itu tidak lupa menanyakan riwayat social yang mencakupi kebiasaan hidup serta keadaan lingkungan.Pada kasus kali ini pasien sebelumnya telah berobat, pasien diketahui menderita TB paru dan sedang menjalani pengobatan.Pasien ingin mengetahui keadaan penyakitnya lebih lanjut lagi.Pasien sedang menjalani pengobatan kedua yang sudah berjalan selama 6 bulan, sebelumnya pasien pernah menjalani pengobatan selama 1 bulan dan tidak dilanjutkan.Selanjutnya di lanjukan dengan melihat keadaan umum pasien. Dimana dalam kasus ini pasien tampak sakit sedang, kesadaran composmetis. Dengan hasil pemeriksaan tekanan darah 120/70, nadi 78 x/i, pernafasan 20 x/i, dan suhu 37,50c. 2. Pemeriksaan FisikTerdiridari pemeriksaan dasar yang mencangkup inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Dan di dapatkan hasil Kepala: mata conjungtiva anemis, sclera ikterik, KGB leher tidak teraba, JVP 5-2cm/air, tyroid tidak teraba membesar. Torax: suaranafas bronco vesikuler, ronkhi (-/-), wezzing (-/-), murni jantung 1 dan 2 murni reguler, mur-mur (-), galops (-). Abdomen: perut datar, nyeri tekan (-), bising usus (-) normal. Ekstremitas: sianosis (-), clabing finger (-), acral hangat, perfusi kurang dari 3detik, udem (-).3. Pemeriksaan Penunjang : pemeriksaan radilogi, pemeriksaan bakteriologi, pemeriksaan darah rutin/darah lengkap

Working Diagnosis: TBC dengan Deferential Diagnosis TBC putus berobat, multi drung persisten, extensif drung persisten, total drung resisten.

Deferinsial diagnosis TB resisten obat adalah TB yang disebabkan oleh kuman mycobaktrium tuberculosis yang telah mengalami kekebalan terhadap OAT Multi Drung resisten Tuberculosis (MDR-TB) adalah Tb resisten Obat terhadap minimal dua obat anti TB yang paling poten yaitu INH dan rimfapisin secara bersama-sama atau disertai resisiten terhadap obat anti Tb lini pertama lainnya seperti etambutol, streptomisin dan pirazinamid. Extensively Drug Resisten tuberculosis atau XDR Tb adalah kekebalan MDR disertai dengan kekebalan terhadap obat anti TB lini kedua yaitu golongan flurokuinolon dan setidaknya obat anti Tb lini kedua suntik seperti kanan misisn, amikasisn, atau kapreomisin.Tuberculosis (TB)TB merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang disebut sebagai Mycobacterim tuberculosis.Yang menyebar melalui droplet yang dibatukkan atau dibersinkan oleh seseorang dengan TB infeksius.Tidak semua TB bersifat infeksius. Penderita dengan TB di organ yang lain selain paru jarang menularkan kepada orang lain. Resiko tertular sangat bergantung pada berapa lama dan berapa dekat terekspos oleh bakterinya. Resikonya menjadi lebih tinggi pada mereka yang tinggal untuk waktu yang lama bersama penderita TB.(1)Penderita TB Paru kategori I adalah TB Paru yang tergolong dalam penderita kasus baru dengan hasil pemeriksaan dahak pewarnaan langsung BTA positif (+) atau BTA negatif (-) namun dengan lesi yang luas.Resistensi primer adalah strain Mycobacterium tuberculosis yang mengalami resisten terhadap obat antituberkulosis dimana pasien yang tidak memiliki riwayat pengobatan sebelumnya atau telah mendapat pengobatan antituberkulosis dengan lamanya kurang dari 1 (satu) bulan.2Mycobacterium tuberculosis, adalah bakteri tidak bergerak yang memiliki bentuk seperti batang dengan ujung bulat.Walaupun tergolong sebagai bakteri gram positif, bakteri ini hanya sedikit di nodai dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen.Bakteri ini merupakan bakteri tahan asam dan tampak seperti batang kecil berwarna merah atau pink sedikit bengkok dibawah mikroskop.M. tuberculosistidak dapat tumbuh di media normal dan hanya dapat berkembang di media yang diperkaya.Memiliki tingkat pertumbuhan yang lambat selama 13-20 jam di medium padat maupun cair.Bakteri ini bersifat aerob dan bergantung pada ketersediaan oksigen. Maka dari itu bakteri ini akan berkembang biak dengan bebas bila konsentrasi oksigen tinggi.3

Gambar 1.Mycobacterium tuberculosishttp://textbookofbacteriology.net/acid-fastbacilli.jpegEpidemiologiDi DuniaDiperkirakan telah menginfeksi 1/3 penduduk dunia. Tahun 1993 WHO mencanangkan kedaruratan global penyakit TB karena pd sbagian besar Negara di dunia, TB tidak terkendali (banyak yang tidak dapat disembuhkan dan penularan terus menyebar luas). Tahun 1995, diperkirakan setiap tahun terjadi 9 juta penderita baru TB denga kematian berkisar 3 juta orang.95% kasus TB diperkirakan terdapat di negara berkembang75% kasus TB diperkirakan adalah populasi usia reproduktif (15-50 tahun). Di negara2 berkembang kematian karena TB mencapai proporsi 25% dari seluruh sebab kematian.Kematian karena TB pada perempuan lebh banyak karena kematian karena masalah kehamilan, persalinan dan nifas.

Di IndonesiaSKRT 1995, menunjukkan bahwa di Indonesia,TB merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah penyakit kardiovaskuler dab penyakit saluran napas, atau nomor 1 untuk golongan penyakit infeksi. Tahun 1999, di Indonesia diperkirakan setiap 100.000 penduduk Indonesia terdapat 130 penderita baru TB paru BTA positifPatofisiologiInfeksi dimulai dengan adanya lesi primer di paru-paru.Mycobacterium tuberculosis tidak menarik PMN dan oleh karena itu tidak menyebabkan inflamasi akut.Limfosit dan makrofag tertarik dengan bacteria berkapsul ini. Sel imun ini mulai membentuk antibody dan menahan infeksi dengan cara membentuk suatu granuloma yang disebut sebagai tuberkel. Isi dari tuberkel mengandung bakteri yang mati, jaringan paru, dan sel imun yang secara bersamaan terlihat berpenampilan seperti keju yang disebut nekrosis caseous.Setelah nekrosis, tuberkel berubah dengan mengalami proses fibrosis dan kalsifikasi, bila sistem imun tubuh kuat, maka infeksi akan berhasil ditahan dan menyebabkannya menjadi inaktif sema berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Pada fase ini pasien biasanya bersifat asymptomatic. Bila infeksi gagal ditahan maka pasien akan menjadi symptomatic dengan TB progressif primer. TB sekunder terjadi saat seseorang kembali terinfeksi oleh bakteri TB atau infeksi primer kembali teraktivasi oleh karena adanya penurunan daya tahan tubuh pasien.Antibody yang terbentuk selama tahap primer diaktivasikan dengan cepat dan menyebabkan nekrosis jaringan yang membesar di jaringan paru.Selama TB sekunder pasien menjadi symptomatic.Batuk sering menyebabkan terjadinya rupturnya kapiler jaringan paru, sehingga menyebabkan batuk berdarah.Batuk dari pasien terinfeksi menyebabkan terkontaminasinya udara sekitar dengan bakteri.Semakin banyaknya rongga yang tercipta di jaringan paru, kemampuan jaringan untung memberikan oksigen terhadap darah berkurang. Individu yang terinfeksi menjadi sulit bernafas dan mengalami berkurangnya massa tubuh sehingga memberikan gambaran telah termakan oleh penyakitnya.4

Patogenesis TB resisten ObatLima celah penyebab terjadinya TB-MDR (SPIGOTS): 1. Pemberian terapi TB yang tidak adekuat akan menyebabkan mutants resisten. Hal ini amat ditakuti karena dapat terjadi resisten terhadap OAT lini pertama; 2. Masa infeksius yang terlalu panjang akibat keterlambatan diagnosis akan menyebabkan penyebaran galur resitensi obat. Penyebaran ini tidak hanya pada pasien di rumah sakit tetapi juga pada petugas rumah sakit, asrama, penjara dan keluarga pasien; 3. Pasien dengan TB-MDR diterapi dengan OAT jangka pendek akan tidak sembuh dan akan menyebarkan kuman. Pengobatan TB-MDR sulit diobati serta memerlukan pengobatan jangka panjang dengan biaya mahal; 4. Pasien dengan OAT yang resisten yang mendapat pengobatan jangka pendek dengan monoterapi akan menyebabkan bertambah banyak OAT yang resisten (The amplifier effect). Hal ini menyebabkan seleksi mutasi resisten karena penambahan obat yang tidak multipel dan tidak efektif; 5. HIV akan mempercepat terjadinya terinfeksi TB menjadi sakit TB dan akan memperpanjang periode infeksious.2

Gejala KlinisBila organ paru yang terinfeksi M. tuberculosis maka gejala yang timbul ialah gejala respiratorik. Batuk lebih dari 2 minggu, batuk darah, sesak napas, dan nyeri dada. Gejala respiratorik ini sangat bervariasi, mulai tidak ada gejala sampai gejala yang cukup berat. Hal ini tergantung dari luas lesi. Bronkus yang belum terlibat proses penyakit mungkin pasien tidak ada gejala batuk. Batuk yang pertama terjadi karena iritasi bronkus dan selanjutnya batuk diperlukan untuk membuang dahak ke luar. Gejala yang lain adalah gejala sistemik, diantaranya yaitu: demam, malaise, keringat malam, anoreksia, berat badan menurun. Gejala yang lain adalah gejala TB ekstra paru. Tergantung dari organ yang terlibat, misalnya pada limfadenitis tuberkulosa akan terjadi pembesaran yang lambat dan tidak nyeri dari kelenjar getah bening, pada meningitis tuberkulosa akan terlihat gejala meningitis, sementara pada yang rongga pleuranya terdapat cairan.Pada pemeriksaan jasmani TB paru, kelainan yang didapat tergantung luas yang mengenai struktur paru. Kelainan paru pada umumnya terletak di apeks paru daerah lobus superior dan segmen posterior serta daerah apeks lobus inferior. Pada pemeriksaan jasmani dapat ditemukan antara lain suara napas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan mediastinum. Pada pleuritis TB, kelainan pemeriksaan fisik tergantung jumlah cairan di rongga pleura. Pada perkusi akan ditemukan pekak, pada auskultasi suara napas yang melemah sampai tidak terdengar pada sisi yang terdapat cairan. Pada limfadenitis tuberkulosa, terlihat pembesaran kelenjar getah bening, tersering di daerah leher, kadang-kadang di daerah ketiak.Pasien yang dicurigai kemungkinan TB-MDR adalah sebagai berikut: Kasus TB paru kronik; pasien TB paru gagal pengobatan kategori 2; pasien TB yang pernah diobati TB termasuk OAT lini kedua seperti kuinolon dan kanamisin; pasien TB paru yang gagal pengobatan kategori 1; pasien TB paru dengan hasil pemeriksaan dahak tetap positif setelah sisipan dengan kategori 1; TB paru kasus kambuh; pasien TB yang kembali setelah lalai/default pada pengobatan kategori 1 dan atau kategori 2; suspek TB dengan keluhan, yang tinggal dekat dengan pasien TB-MDR konfirmasi, termasuk petugas kesehatan yang bertugas dibangsal TB-MDR. Deteksi awal TB-MDR dan memulai terapi sedini mungkin merupakan faktor penting untuk tercapainya keberhasilan terapi.5

Diagnosis Untuk menegakkan diagnosis resistensi obat TB diawali dengan mengenali faktor risiko dan mempercepat dilakukan diagnosis laboratorium. Deteksi lebih awal dan memulai terapi TB-MDR merupakan faktor penting mencapai keberhasilan pengobatan. Pemeriksaan dilakukan meliputi sputum BTA, uji kultur M. tuberculosis dan resistensi obat. Kemungkinan resistensi obat TB secara simultan dipertimbangkan dengan pemeriksaan sputum BTA sewaktu menjalani paduan terapi awal.Diagnosis terjadinya resisten obat anti tuberkulosis dilakukan berdasarkan uji laboratorium untuk menunjukkan isolat Mycobacterium tuberculosis yang menginfeksi tubuh secara in vitro sensitif atau telah resisten terhadap satu atau lebih obat-obat antituberkulosis.TB-MDR adalah sesuatu bentuk resistensi obat TB dimana basil TB tidak bisa lagi dibunuh oleh sedikitnya dua buah antibiotik terbaik yang umumnya dapat menyembuhkan penyakit TB yaitu: Rifampisin (RIF) dan Isoniasid (INH) berdampak pada pengobatan yang lebih sulit dan membutuhkan waktu lebih lama hingga 2 tahun.

Pemeriksaan RadiologisPemeriksaan standar ialah foto toraks PA. Pemeriksaan lain atas indikasi: foto lateral, top-lordotik, oblik, CT-Scan thorax. Pada pemeriksaan foto toraks, tuberkulosis dapat memberi gambaran bermacam-macam bentuk (multiform). Gambaran radiologik yang dicurigai sebagai lesi TB aktif: Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru dan segmen superior lobus bawah; Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau nodular; Bayangan bercak milier; Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang).

Pemeriksaan Bakteriologis Pemeriksaan bakteriologik untuk menemukan kuman tuberkulosis mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan diagnosis. Bahan untuk pemeriksaan bakteriologik ini dapat berasal dari dahak, cairan pleura, liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar (bronchoalveolar lavage/BAL), urin, faeces dan jaringan biopsi (termasuk biopsi jarum halus/BJH).2Pada penelitian ini pemeriksaan bakteriologis dilakukan dengan mengambil sampel dari dahak/sputum penderita TB, kemudian dilakukan pewarnaan BTA dengan Ziehl-Nielsen. Pemeriksaan dilanjutkan dengan pemeriksaan kultur BTA dan uji sensitifitas obat antituberkulosis.

Pewarnaan Sediaan Metode Ziehl-Nielsen Bahan yang diperlukan : Botol gelas berwarna coklat berisi larutan Carbol Fuchin 0,3%; botol gelas berwarna coklat berisi alkohol (HCl-Alcohol 3%); botol coklat berisi larutan Methylen Blue 0,3%; rak untuk pengecatan slide; baskom ditempatkan dibawah rak; corong dengan kertas filter; pipet; pinset; pengukur waktu; api spiritus; air yang mengalir berupa air ledeng atau botol pipet berisi air; dan beberapa rak cadangan.2Pewarnaan sediaan yang telah difiksasi, maksimum 12 slide, harus ada jarak diatara sediaan untuk mencegah kontaminasi. Cara Pewarnaan : Sediaan dahak yang telah difiksasi diletakkan pada rak dengan hapusan dahak menghadap ke atas, kemudian diteteskan larutan carbol fuchsin 0,3% pada hapusan dahak sampai menutupi seluruh permukaan sediaan dahak. Panaskan dengan nyala api spiritus sampai keluar uap selama 3-5 menit. Zat warna tidak boleh mendidih atau kering. Apabila mendidih atau kering maka carbol fuchsin akan terbentuk kristal (partikel kecil) yang dapat terlihat seperti kuman TB. Api spiritus disingkirkan, kemudian sediaan diamkan selama 5 menit. Lalu sediaan dibilas dengan air mengalir pelan sampai zat warna yang bebas terbuang. Sediaan diteteskan dengan asam alkohol (HCl Alcohol 3%) sampai warna merah Fuchsin hilang. Kemudian dibilas dengan air mengalir pelan. Larutan Methylen blue 0,3 % diteteskan pada sediaan sampai menutupi seluruh permukaan. Sediaan didiamkan 10 20 detik. Sediaan dibilas dengan air mengalir pelan. Sediaan dikeringkan diatas rak pengering di udara terbuka (jangan dibawah sinar matahari langsung.

Pembacaan Sediaan Slide BTA Hasil pemeriksaan mikroskopis dibacakan dengan skala IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung Disease), yaitu: Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang, disebut negatif; Ditemukan 19 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah kuman yang ditemukan Scanty; Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + (1+); Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut + + (2+); Ditemukan >10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut + + + (3+).

Kultur M. tuberculosis Kemungkinan terjadinya resistensi obat pada seorang penderita, maka pemeriksaan kultur/ biakan dan uji sensitifitas/ resistensi obat setidaknya terhadap isoniazid dan rifampisin seharusnya dilaksanakan segera untuk meminimalkan kemungkinan penularan.2Pada identifikasi M. tuberculosis, pemeriksaan dengan media biakan lebih sensitif dibandingkan dengan pemeriksaan mikroskopis. Pemeriksaan biakan dapat mendeteksi 10 1000 mycobacterium/ml. media biakan terdiri dari media padat dan media cair. Media Lowenstein-Jensen adalah media padat yang menggunakan media basa telur. Media ini pertama kali dibuat oleh Lowenstein yang selanjutnya dikembangkan oleh Jensen sekitar tahun 1930-an, bahkan saat ini media ini terus dikembangkan oleh peneliti lain misalnya Ogawa, Kudoh, Gruft, Wayne dan Doubek dan lain-lain. Media Lowenstein-Jensen digunakan untuk isolasi dan pembiakan mycobacteria species. Pemeriksaan identifikasi dengan menggunakan media Lowenstein-Jensen ini memberikan sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi dan dipakai sebagai alat diagnostik pada program penanggulangan TB.2Identifikasi mycobacterium dimulai dengan menilai waktu pertumbuhan, warna pigmen, morfologi koloni dan hasil pewarnaaan BTA. Langkah awal untuk identifikasi pada media padat adalah: Seleksi Koloni: Keberadaan satu atau lebih jenis koloni diamati. Penampilan kasar, halus cembung, halus menyebar, halus dengan tepi berkeriput, kasar transparan, kasar keruh dan sebagainya dideskripsikan; Pigmen paska inkubasi di tempat gelap (kuning, orange, kuning muda, kuning-orange) diamati. Jika tak berpigmen, sebut sebagai buff; Jika terdapat lebih dari satu jenis koloni, dilakukan subkultur untuk tiap jenis koloni dan diamati hal-hal tersebut diatas. Pewarnaan BTA dengan Ziehl Neelsen. Meyakinkan tidak ada pencemaran. Kecepatan pertumbuhan. Rapid grower akan tumbuh dalam 7 hari atau kurang, sedangkan slow grower akan tumbuh setelah 7 hari (tidak selalu jelas batasnya); Pencahayaan Mikobakterium yang termasuk photokromogen akan menghasilkan pigmen jika dipaparkan cahaya. Namun pigmen hanya optimal jika koloni kuman terpisah. Jika pertumbuhannya sangat padat, pigmen tak akan muncul; Dilakukan uji biokimia tertentu pada koloni murni.2Morfologi koloni M. tuberculosis pada media Loewenstein Jensen adalah sebagai berikut: kasar, kering, rapuh, tengah bertumpuk dengan tepi berjejas tipis; kadang-kadang tipis dan menyebar. Hari tumbuh 12 28 hari dan tidak berpigmen baik pada tempat yang terang maupun gelap (buff).2-3Bila terdapat kontaminasi pada kultur, dilaporkan segera dan diulangi pembuatan kultur. Bila kultur POSITIF dan pertumbuhan dinilai sebagai M. tuberculosis, dilaporkan segera pada pihak yang berkepentingan. Pada minggu ke 4 dapat dibuat laporan sementara. Pada minggu ke 8 dibuat laporan akhir.

Penatalaksanaan Pengobatan kasus resistensi sangat mahal, lebih toksisk, kurang efektif pada infeksi laten sehingga sering mengalami kegagalan. Oleh karena itu, strategi dalam program pengendalian resistensi TB harus ditekankan pada pentingnya pencegahan transmisi galur resisten.Pengobatan TB-MDR memerlukan waktu yang lebih lama yaitu 18-24 bulan. Terdiri atas dua tahap: tahap awal dan tahap lanjutan. Pedoman WHO membagi pengobatan TB-MDR menjadi lima group berdasarkan potensi dan efikasinya. Klasifikasi OAT yang dipergunakan dalam pengobatan TB-MDR dibagi dalam 5 kelompok berdasarkan potensi dan efikasinya, yaitu: Kelompok Pertama: Pirazinamid dan Etambutol, paling efektif dan ditoleransi dengan baik; Kelompok Kedua: injeksi Kanamisin atau Amikasin, jika alergi diganti dengan Kapreomisin atau Viomisin, yang bersifat bakterisidal; Kelompok Ketiga: Fluoroquinolone, diantaranya: Levofloksasin, Moksifloksasin, Ofloksasin, yang bersifat bakterisidal tinggi; Kelompok Keempat: PAS, Etionamid, Protionamid dan Sikloserin, merupakan bakteriostatik lini kedua; Kelompok Kelima: Amoksisilin+Asam Klavulanat, Makrolide baru (Klaritromisin), dan Linezolid, masih belum jelas efikasinya. TB-MDR terjadi bila strain Mycobacterium tuberculosis yang resisten terhadap Isoniazid dan Rifampisin yang merupakan dua obat yang paling kuat dari lini pertama. Pada pengobatan MDR, petugas kesehatan harus mengubah kombinasi obat dengan menambahkan lini kedua. Obat lini kedua memiliki lebih banyak efek samping, praktis pengobatan lebih lama, dan biaya mungkin 100 kali lebih besar dibandingkan terapi lini pertama. TB jenis MDR juga dapat tumbuh resisten terhadap obat lini kedua yang akan lebih menyulitkan pengobatan lagi.

Kategori -1 (2HRZE/HRZE/5HRE)Kategori 1 ini dapat diberikan pada pasien TB paru BTA positif, TB paru BTA negatif foto toax positif dan Tb ekstra paru.

Kategori- 2 (2HERZS/HRZE/5HRE)Kategori 2 ini diberikan pada pasien BTA positif yang telah di obati sebelumnya yaitu pada pasien kambuh, gagal maupun pasien denga pengobatan setelah putus berobat. Pada pasien denan riwayat pengobatan TB lini pertama, pengobatan sebaiknya erdasarakan hasil uji kepekaan secara individual. Selama menunggu uji kepekaan diberikan panduan pengobatan 2HRZES/HRZE/5HRE. HRZE merupakan obat sisipan tahap intensif yang diberikan selama satu bulan.

PencegahanVaksin BCG (Basil dari Calmette dan Guerin) Vaksinasi terhadap TB bisa dilakukan dengan pemberian injeksi intradermal dengan strain Mycobacterium bovis, species yang dapat menyebabkan tuberculosis pada sapi dan juga manusia. Vaksin ini mengandung basil basil TB sapi yang telah dihilangkan virulensinya setelah dibiakkan di laboratorium selama bertahun-tahun.Vaksinasi meninggalkan tanda bekas luka yang nyata, biasanya di lengan bawah dan memberikan kekebalan selama 3-6 tahun terhadap infeksi primer dan efektif untuk rata-rata 70%.Vaksin BCG terutama efektif untuk menghindari TB Miliar dan TB meningitis. Bayi di daerah dengan insidensi TB besar seringkali diimunisasi dengan BCG secara rutin.6Pencegahan secara individual bisa dilakukan dengan menutup mulut saat batuk maupun bersin, menghindari berbicara dari jarak yang sangat dekat, memperbaiki ventilasi ruangan, menggunakan masker, perbanyak masuknya sinar matahari, sampai rutin membersihkan debu.KesimpulanHipotesis diterima dimana pada kasus ini pasien mengalami resistensi terhadap pengobatan, dan dapat di kategorikan resisten sakunder karena pada kauss ini pasien telah melakukan pengobatan lebih dari satu bulan.