tugas gerotik dewi

59
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK Di pstw budi luhur kasongan-bantul Nama: Ni Luh Sri Utami Dewi NIM: 12160141 Program Pendidikan Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Respati Yogyakarta

Upload: dhee

Post on 02-Jan-2016

15 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Gerotik Dewi

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIKDi pstw budi luhur kasongan-bantul

Nama:

Ni Luh Sri Utami Dewi

NIM:

12160141

Program Pendidikan Profesi Ners

Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Respati Yogyakarta

2013

BAB I

PENDAHULUAN

Page 2: Tugas Gerotik Dewi

A. Latar Belakang

Proses menua merupakan proses yang terus-menerus (berlanjut) secara

alamiah.Dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua mahluk

hidup.Menua(menjadi tua) adalh suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi

normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan

yang diderita.

Menurut Undang-undang Dalam istilah sakit termasuk cacat, kelemahan, dan usia

lanjut. Berdasarkan pernyataan ini, lanjut usia di anggap sebagai semacam penyakit.hal

ini tidak benar.gerontologi berpendapat lain, sebab lanjut usia bukan suatu penyakit,

melainkan suatu masa atau tahap hidup manusia. Menua bukanlah suatu penyakit tetapi

proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam

maupun luar tubuh.walaupun demikian, memang harus diakui bahwa ada berbagai

penyakit yang sering menghinggapi kaum lanjut usia.

Pada lanjut usia fungsi paru mengalami kemunduran dengan datangnya usia tua

yang disebabkan elastisitas jaringan paru-paru dan dinding dada makin berkurang.

Dalam usia yang lebih lanjut kekuatan kontraksi otot pernafasan dapat berkurang

shingga sulit bernafas. Berkurangnya fungsi paru_paru juga disebabkan oleh

berkurangnya fungsi sistem respirasi seperti fungsi ventilasi paru.Infeksi yang sering

diderita para lanjut usia adalah Pnemonia 40%, TBC 25,2%, Asma 8,4%, Bronkitis

7,3%, Empisema 5%, ISPA 13,8% dan biasanya diikuti penyakit penyerta, misalnya :

diabetes mellitus, payah jantung kronik, dan penyakit-penyakit vaskuler

A. Tujuan

1. Mempertahankan derajat kesehatan pada lansia pada taraf yang setinggi-tingginya,

sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan.

2. Memelihara kondisi kesehatan dengan aktivitas-aktivitas fisik dan mental.

3. merangsang para petugas kesehatan (dokter, perawat) untuk dapat mengenal dan

menegakkan diagnosa yang tepat dan dini bila mereka menjumpai suatu kelainan

tertentu.

Page 3: Tugas Gerotik Dewi

4. Mencari upaya semaksimal mungkin agar para lansia yang menderita suatu penyakit

atau gangguan, masih dapat mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa perlu

suatu pertolongan (memelihara kemandirian secara maksimal).

Page 4: Tugas Gerotik Dewi

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Gerontologi adalah ilmu yang mempelajari secara khusus mengenai faktor-faktor

yang menyangkur Lanjut Usia.

Gerontik adalah ilmu yang mempelajari, membahas, meneliti segala bidang masalah

Lanjut Usia, bukan saja mengenai kesehatan namun juga menyangkut sosial kesejahteraan,

pemukiman, lingkungan hidup, pendidikan, perundang-undangan.

Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan

jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga

tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Nugroho,

2000)

B. Batasan atau Pembagian Lanjut Usia

Adapun beberapa pendapat mengenai pembagian atau batasan-batasan Lanjut Usia,

yakni:

1. Menurut WHO

Lanjut Usia meliputi:

a. Middle Age : 45-59 tahun

b. Elderly : 60-70 tahun

c. Old : 75-90 tahun

d. Very Old : Di atas 90 tahun

2. Menurut Prof. DR. Ny. Sumiati Ahmad Mohammad

Perkembangan manusia dibagi sebagai berikut:

Page 5: Tugas Gerotik Dewi

a. Masa Bayi : 0-1 tahun

b. Masa Pra sekolah : 1-6 tahun

c. Masa Sekolah : 6-10 tahun

d. Masa Pubertas : 10-20 tahun

e. Masa Dewasa : 20-40 tahun

f. Masa Setengah Umur : 40-65 tahun

g. Masa Lanjut Usia : 65 tahun ke atas

3. Menurut Dra. Ny. Josmasdani

a. Fase Inventus : 25-40 tahun

b. Fase Verilitas : 40-50 tahun

c. Fase Prasenium : 55-65 tahun

d. Fase Senium : 65 tahun ke atas

4. Menurut Prof. DR. Koesoemato Setyonegoro

a. Elderly Adulhood : 18/20-25 tahun

b. Middle Years : 25-60/65 tahun

c. Geriatric Age : Di atas 65/70 tahun

d. Young Old : 70-75 tahun

e. Old : 75-80 tahun

f. Very Old : Di atas 80 tahun

5. Menurut UU No. IV. Tahun 1965 Pasal 1

Menyatakan bahwa seseorang dapat dikatakan Lanjut Usia setelah mencapai umur

55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan

hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain.

C. Teori-teori Proses Menua

Adapun teori-teori menua, yaitu:

1. Teori-teori Biologis

a. Secara keturunan dan atau mutasi, setiap sel pada saatnya akan mengalami

mutasi.Contohnya, mutasi daripada sel-sel kelamin.

Page 6: Tugas Gerotik Dewi

b. Pemakaian dan merusak, kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh lelah.

c. Pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh, yang disebut teori Akumlasi dari

produk sisa

d. Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan.

e. Tidak ada perlindungan terhadap: Radiasi, Penyakit dan Kekurangan Gizi.

f. Reaksi dari kekebalan sendiri. Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat

diproduksi suatu zat khusus, ada jaringan tubuh tertentu tidak tahan terhadap zat

tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.

2. Teori-teori Kejiwaan Sosial

a. Aktivitas dan kegiatan:

o Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara langsung.

o Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari Lanjut Usia.

b. Kepribadian berlanjut

o Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada Lanjut Usia.

c. Putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan kemunduran individu

dengan individu lainnya.

D. Mitos-mitos Lansia dan Kenyataannya

Menurut Sheiera Saul:

1. Mitos Kedamaian dan Ketenangan

Lanjut Usia dapat santai menikmati hasil kerja dan jerih payahnya di masa muda

dan dewasanya, badai dan berbagai goncangan kehidupan seakan-akan sudah berhasil

dilewati.

Kenyataannya:

a. Sering ditemui stress karena kemiskinan dan berbagai keluhan serta penderitaan karena

penyakit.

b. Depresi.

c. Kekhawatiran.

d. Paranoid.

Page 7: Tugas Gerotik Dewi

e. Masalah psikotik

2. Mitos Konservatisme dan Kemunduran

Pandangan bahwa Lanjut Usia pada umumnya:

a. Konservatif

b. Tidak kreatif

c. Menolak inovasi

d. Berorientasi ke masa silam

e. Merindukan masa lalu

f. Kembali ke masa anak-anak

g. Susah berubah

h. Keras kepala

i. Cerewet

Kenyataannya:

Tidak semua Lansia bersikap dan berpikir demikian.

3. Mitos Berpenyakitan

Lansia dipandang sebagai masa degenerasi biologis yang disertai dengan berbagai

penderitaan akibat bermacam penyakit yang menyertai proses menua (Lansia merupakan

masa berpenyakitan dan kemunduran).

Kenyataannya:

a. Memang proses penuaan disertai menurunnya daya tahan tubuh dan metabolisme

sehingga rawan terhadap penyakit.

b. Tetapi banyak penyakit masa sekarang dapat dikontrol dan diobati.

4. Mitos Senilitas

Lansia dipandang sebagai masa pikun yang disebabkan oleh kerusakkan tertentu

dari otak.

Kenyataannya:

Tidak semua Lansia dalam proses penuaannya diiringi dengan kerusakan bagian

otak (banyak yang masih sehat dan segar)

Page 8: Tugas Gerotik Dewi

5. Mitos Seksualitas

Menunjukkan bahwa kehidupan seks pada lansia normal saja. Memang frekuensi

hubungan seksual menurun sejalan meningkatnya usia, tetapi masih tetap tinggi.

6. Mitos Ketidakproduktifan

Lansia dipandang sebagai usia tidak produktif.

Kenyataannya:

Tidak demikian, banyak Lansia yang mencapai kematangan, kemantapan dan

produktifitas mental dan material pada Lanjut Usia.

E. Penurunan-penurunan dari Sistem-sistem yang Terjadi pada Lansia

Penurunan-penurunan itu meliputi:

1. Sistem Persyarafan

a. Cepatnya menurun hubungan persyarafan.

b. Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stress.

c. Mengecilnya syaraf panca indra: Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran,

mengecilnya syaraf penciuman dan perasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu

dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.

2. Sistem Pendengaran

a. Presbiakusis (gangguan pada pendengaran): Hilangnya kemampuan atau daya

pendengaran pada telinga dalam terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang

tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata.

b. Membran tympani menjadi atrofi, menyebabkan otosklerosis.

c. Terjadi pengumpulan serumen, dapat mengeras karena meningkatnya keratin.

3. Sistem Penglihatan

a. Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.

b. Kornea lebih berbentuk sferis (bola).

c. Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa)

d. Meningkatnya ambang penangkap sinar: Daya adaptasi terhadap kegelapan lebih

lambat susah melihat dalam cahaya gelap.

Page 9: Tugas Gerotik Dewi

e. Hilangnya daya akomodasi.

f. Menurunnya lapangan pandang: Berkurangnya luas pandangan.

g. Menurunnya daya membedakan warna biru dan hijau pada skala.

4. Sistem Kardiovaskuler

a. Katup jantung menebal dan menjadi kaku

b. Kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi

dan volumenya.

c. Kehilangan elastisitas pembuluh darah.

d. Tekanan darah meninggi, diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari pembuluh

darah perifer.

5. Sistem Respirasi

a. Otot-otot pernapasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.

b. Menurunnya aktivitas dari silia.

c. Alveoli ukurannya menebal dari biasa dan jumlahnya berkurang.

d. O2 pada arteri menurun menjadi 755 mmHg.

e. CO2 pada arteri tidak berganti.

f. Kemampuan untuk batuk berkurang.

g. Paru-paru kehilangan elastisitas: Kapasitas residu meningkat, menarik napas lebih

berat, kapasitas pernapasan maksimum menurun dan kedalaman bernapas menurun.

6. Sistem Gastrointestinal

a. Kehilangan gigi.

b. Indera pengecap menurun.

c. Oesophagus melebar.

d. Lambung; rasa lapar menurun, asam lambung menurun, waktu mengosongkan

menurun.

e. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.

f. Fungsi absorpsi melemah.

g. Liver (hati): Makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya

aliran darah.

7. Sistem Genito Urinaria

Page 10: Tugas Gerotik Dewi

a. Ginjal: Mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menjadi menurun

sampai 50%, penyaringan di glomerulo menurun sampai 50%, fungsi tubulus

berkurang akibatnya kurangnya kemampuan mengonsentrasi urin, berat jenis urin

menurun, nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat.

b. Vesika Urinaria: Otot-otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau

menyebabkan frekuensi buang air seni meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan

pada pria Lanjut Usia, sehingga menyababkan retensi urine.

c. Pembesaran prostat.

d. Atrofi vulva.

e. Vagina: Selaput lendir menjadi kering, elastisitas jaringan menurun, permukaannya

menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya lebih alkali, terjadi

perubahan-perubahan warna.

f. Daya Seksual: Frekuensi sexual intercourse cenderung menurun secara bertahap tiap

tahun tetapi kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus sampai tua.

8. Sistem Endokrin

a. Produksi hamper dari semua hormone menurun.

b. Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.

c. Pituitari: Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya di dalam pembuluh

darah, berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH dan LH.

d. Menurunnya aktifitas tiroid: Menurunnya BMR (Basal Metabolik Rate), menurunnya

daya pertukaran zat.

e. Menurunnya produksi aldosteron.

f. Menurunnya sekresi hormone kelamin: Progesteron, Estrogen, Testosteron.

9. Sistem Kulit

a. Kulit mengkerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak.

b. Kulit kapala dan rambut menipis, berwarna kelabu.

c. Rambut dalam hidung dan telinga menebal.

d. Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunnya cairan dan vaskularisasi.

e. Kuku manjadi keras dan rapuh.

f. Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk.

g. Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.

Page 11: Tugas Gerotik Dewi

10. Sistem Muskuluskletal

a. Tulang kehilangan density dan makin rapuh.

b. Kifosis.

c. Pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan terbatas.

d. Discusintervertebralis menipis dan menjadi pendek.

e. Tendon mengkerut dan mengalami sklerosis.

f. Atrofi seranut otot, sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot-otot menjadi

kram dan menjadi tremor.

Page 12: Tugas Gerotik Dewi

STROKE

1.    Pengertian

Stroke adalah deficit neurologist akut yang disebabkan oleh gangguan aliran darah yang timbul

secara mendadak dengan tanda dan gejala sesuai dengan daerah fokal otak yang terkena (WHO,

1989).

Stroke adalah gangguan suplai oksigen ke sel-sel saraf yang dapat disebabkan oleh atau

pecahnya satu atau lebih pembuluh darah yang memperdarahi otak dengan tiba-tiba (Brunner &

Suddarth, 2002). 

Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak. Stroke dapat terjadi

akibat pembentukan thrombus disuatu arteri cerebrum, akibat embolus yang mengalir ke otak

dari tempat lain di tubuh, atau akibatr perdarahan otak, dari tempat lain ditubuh ataorwinu akibat

perdarahan otak (Corwin, 2001).

Stroke terjadi ketika penyediaan darah ke bagian dari otak terganggu, menyebabkan sel-sel otak

mati. Ketika aliran darah ke otak terganggu atau terhalangi, oksigen dan glukose tidak dapat

disampaikan ke otak.

Berdasarkan proses patologi dan gejala klinisnya stroke dapat diklasifikasikan menjadi :

a.    stroke hemoragik

Terjadi perdarahan cerebral dan mungkin juga perdarahan subarachnoid yeng disebabkan

pecahnya pembuluh darah otak. Umumnya terjadi pada saat melakukan aktifitas, namun juga

dapat terjadi pada saat istirahat. Kesadaran umumnya menurun dan penyebab yang paling

banyak adalah akibat hipertensi yang tidak terkontrol.

b.    stroke non hemoragik

Dapat berupa iskemia, emboli, spasme ataupun thrombus pembuluh darah otak. Umumnya

terjadi setelah beristirahat cukup lama atau angun tidur. Tidak terjadi perdarahan, kesadaran

umumnya baik dan terjadi proses edema otak oleh karena hipoksia jaringan otak.

2.    Faktor Penyebab

Page 13: Tugas Gerotik Dewi

a.    Penyakit jantung coroner

b.    Cholesterol tinggi

c.    Penyakit kencing manis

d.    Kelainan pembekuan darah

e.    Kebiasaan merokok

f.    Obesitas / kegemukan

g.    Stress

h.    Usia lanjut

i.    Kurang aktivitas

3.    Tanda dan Gejala

a.    Kelemahan mendadak, mati rasa, kesemutan pada muka, kesemutan pada lengan atau kaki

b.    Kehilangan kemampuan berbicara secara tiba-tiba atau kesulitan memahami perkataan

c.    Kehilangan penglihatan mendadak pada sebelahmata atau kedua mata

d.    Sakit kepala hebat mendadak

e.    Penurunan kesadaran

f.    Kesulitan menelan

g.    Tersedak waktu makan atau minum

h.    Gangguan emosi atau daya ingat

4.    Pencegahan Stroke

a.    Menghindari stress

Page 14: Tugas Gerotik Dewi

b.    Menghentikan kebiasaan merokok

c.    Diet rendah garam dan lemak, memperbanyak makan sayur dan buah

d.    Olah raga teratur

e.    Mengontrol tekanan darah dan gula darah serta check up kesehatan secara teratur

f.    Kontrol teratur bila mengidap penyakit kronis seperti darah tinggi (Hipertensi), kencing

manis (Diabetes Melittus), cholesterol tinggi, penyakit jantung dll

g.    Minum obat secara teratur sesuai petunjuk dokter

5.    Pengobatan Tradisional

a. Sambiloto

Bahan : 

Sambiloto (Androgapis paniculata) secukupnya

Cara Pembuatan :

Rebus satu genggam daun dan batang sambiloto kering (sekitar 15-25 gr) dengan 3 gelas

air dalan kuali tanah. Biarkan mendidih sampai air tersisa setengah bagian (1,5 gelas).

Setelah dingin disaring.

Cara Penggunaan :

Minumlan 3 kali sehari masing-masing ½ gelas. Minumlah satu jam sebelum makan.

Jika lupa usahakan diminum aktu perut kosong. Konsumsi ramuan ini hingga berangsur

sembuh.

Catatan:

Salah satu penyebab stroke aalah tekanan darah tinggi. Jadi dengan mengkonsumsi

secara rutin rebusan sambiloto, diharapkan tekanan darah akan menurun hingga batas

normal sehingga resiko dapat dihindarkan. Namun untuk wanita hamil dilarang minum

ramuan ini karena dapat menyebabkan keguguran.

b. Sambung nyawa

Bahan : 

Sambung nyawa (Gynura procumbens) secukupnya

Page 15: Tugas Gerotik Dewi

Cara Pembuatan :

Lalap daun segar sebanyak 2-3 lembar tiap hari atau jus daun segar, lalu minum.

Cara Penggunaan :

Minumlan 3 kali sehari hingga berangsur sembuh.

• Catatan :

Sambung nyawa biasanya dikosumsi untuk menurunkan kolesterol darah, terutama

penderita jantung koroner maupun stroke yang disebabkan oleh tingginya kadar

kolesterol darah.

c. Daun dewa

Bahan : 

Daun Dewa (Gynura segetum) secukupnya

Cara I

Cara Pembuatan :

Digunakan mentah sebagai lalap.

• Cara Penggunaan :

Makan sebagai lalap 3 lembar daun dewa, dimakan 3 kali sehari.

Cara II

• Cara Pembuatan : 

Tumbuk halus 20 gr umbi daun dewa. Tambahkan 100 ml (½ gelas) air matang.

Kemudian disaring.

• Cara Penggunaan :

Minum ramuan sehari sekali setiap sore hari.

• Catatan :

Konsumsi daun maupun umbi daun dewa banyak menolong menyembuhkan

penyakit stroke. Penyebabnya adalah sifat dari tumbuhan ini adalah menghilangkan

bekuan darah di dalam pembuluh, sehingga mencegah dan mengobati stroke serta

serangan jantung.

Page 16: Tugas Gerotik Dewi

HIPERTENSI PADA LANSIA

a. DefinisiHipertensi adalah apabila tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan tekanan

diastolik > 90 mmHg, atau apabila pasien memakai obat anti hipertensi (Slamet Suyono,

2001 dan Arif Mansjoer, 2001).

Hipertensi menurut WHO adalah hipertensi jika tekanan darah sistolik lebih dari

140 mmHg atau tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Hipertensi adalah peningkatan

dari tekanan sistolik standar dihubungkan dengan usia, tekanan darah normal adalah

refleksi dari kardiak out put atau denyut jantung dan resistensi puerperal. Hipertensi

adalah desakan darah yang berlebihan dan hampir konstan pada arteri. Tekanan

dihasilkan oleh kekuatan jantung ketika memompa darah, hipertensi, berkaitan dengan

kenaikan tekanan diastolik, dan tekanan sistolik atau kedua-duanya secara terus menerus.

b. Etiologi

Hipertensi dapat disebabkan oleh interaksi bermacam-macam faktor antara lain:

1. Kelelahan

2. Proses penuaan

3. Keturunan

4. Diet yang tidak seimbang

5. Stress

6. Akibat/ komplikasi dari penyakit hipertensi: Gagal jantung, gagal ginjal, stroke

(kerusakan otak), kelumpuhan.

c. Patofisiologi

Komponen-komponen utama pada system kardiovaskuler adalah jantung dan

vaskularisasinya. Jantung pada lansia normal tanpa hipertensi atau penyalit klinis tetap

mempunyai ukuran yang sama atau menjadi sedikit lebih kecil daripada usia setengah

bayi. Secar umum frekuensi denyut jantung menurun, isi sekuncup menurun dan curah

jantung berkurang 30-40%.

Perubahan juga terjadi pada katup mitral dan aorta, katup-katup tersebut

mengalami sklerosis dan penebalan. Endokardium menebal dan terjadi sklerosis, miokard

menjadi lebih kaku dan lebih lambat dalam pemulihan kontraktilitas dan kepekaan,

Page 17: Tugas Gerotik Dewi

sehingga stress mendadak/lama dan takikardia kurang diperhatikan. Peningkatan

frekuensi jantung dalam berespon terhadap stress berkurang dan peningkatan frekuensi

jantung lebih lama untuk pengembalian pada kondisi dasar. Untuk mengkompensasi

adanya masalah dalam frekuensi jantung, maka isi sekuncup meningkat, sehingga

meningkatkan curah jantung yang dapat mengakibatkan peningkatan tekanan darah

Penurunan kadar hemoglobin pada lansia mengakibatkan penurunan pada

konsentrasi oksigen yang dapat ditransportasi oleh darah sehinga oksigenasui menjadi

tidak adekuat. Ditambah lagi dengan masukan diet yang buruk, kondisi psikologis seperti

kesepian, serta adanya penyakit kronis dapat menjadi faktor pemberat anemia

Perubahan-perubahan normal pada jantung (kekuatan otot jantung berkurang),

pembuluh darah (arteriosklerosis;elastisitas dinding pembuluh darah berkurang), dan

kemampuan memompa dari jantung harus bekerja keras sehingga terjadi hipertensi.

Semua hal tersebut ini berhubungan dengan proses menua dimana dapat mengubah

fungsi dan menempatkab para lansia pada resiko terhadap penyakit.

Perubahan-perubahan yang terjadi pada Jantung :

1. Pada miokardium terjadi brown atrophy disertai akumulasi lipofusin (aging pigment)

pada serat-serat miokardium.

2. Terdapat fibrosis dan kalsifikasi dari jaringan fibrosa yang menjadi rangka dari

jantung. Selain itu pada katup juga terjadi kalsifikasi dan perubahan sirkumferens

menjadi lebih besar sehingga katup menebal. Bising jantung (murmur) yang

disebabkan dari kekakuan katup sering ditemukan pada lansia.

3. Terdapat penurunan daya kerja dari nodus sino-atrial yang merupakan pengatur

irama jantung. Sel-sel dari nodus SA juga akan berkurang sebanyak 50%-75% sejak

manusia berusia 50 tahun. Jumlah sel dari nodus AV tidak berkurang, tapi akan

terjadi fibrosis. Sedangkan pada berkas His juga akan ditemukan kehilangan pada

tingkat selular. Perubahan ini akan mengakibatkan penurunan denyut jantung.

4. Terjadi penebalan dari dinding jantung, terutama pada ventrikel kiri. Ini

menyebabkan jumlah darah yang dapat ditampung menjadi lebih sedikit walaupun

terdapat pembesaran jantung secara keseluruhan. Pengisian darah ke jantung juga

melambat.

Page 18: Tugas Gerotik Dewi

5. Terjadi iskemia subendokardial dan fibrosis jaringan interstisial. Hal ini disebabkan

karena menurunnya perfusi jaringan akibat tekanan diastolik menurun.

Perubahan-perubahan yang terjadi pada Pembuluh darah :

1. Hilangnya elastisitas dari aorta dan arteri-arteri besar lainnya. Ini menyebabkan

meningkatnya resistensi ketika ventrikel kiri memompa sehingga tekanan sistolik

dan afterload meningkat. Keadaan ini akan berakhir dengan yang disebut “Isolated

aortic incompetence”. Selain itu akan terjadi juga penurunan dalam tekanan

diastolik.

2. Menurunnya respons jantung terhadap stimulasi reseptor ß-adrenergik. Selain itu

reaksi terhadap perubahan-perubahan baroreseptor dan kemoreseptor juga menurun.

Perubahan respons terhadap baroreseptor dapat menjelaskan terjadinya Hipotensi

Ortostatik pada lansia.

3. Dinding kapiler menebal sehingga pertukaran nutrisi dan pembuangan melambat.

Perubahan-perubahan yang terjadi pada Darah :

1. Terdapat penurunan dari Total Body Water sehingga volume darah pun menurun.

2. Jumlah Sel Darah Merah (Hemoglobin dan Hematokrit) menurun. Juga terjadi

penurunan jumlah Leukosit yang sangat penting untuk menjaga imunitas tubuh. Hal

ini menyebabkan resistensi tubuh terhadap infeksi menurun.

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak

dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf

simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla

spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor

dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis

ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan

merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan

dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor

seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap

Page 19: Tugas Gerotik Dewi

rangsang vasokonstriksi. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang

pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,

mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi

epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan

steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.

Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan

rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi

angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi

aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh

tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini

cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan

fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan

darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis,

hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh

darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang

pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya

dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup)

mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer,

2001).

d. Tanda dan gejala

Tanda dan gejala hipertensi pada lansia secara umum adalah : Sakit kepala,

Perdarahan hidung, Vertigo, Mual muntahPerubahan penglihatan, Kesemutan pada

kaki dan tangan, Sesak nafas, Kejang atau komaNyeri dada

Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :

1. Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan

darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti

hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.

2. Gejala yang lazim

Page 20: Tugas Gerotik Dewi

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri

kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang

mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.

Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita

hipertensi yaitu : mengeluh sakit kepala, pusing, lemas, kelelahan, sesak nafas,

gelisah, mual muntah, epistaksis, kesadaran menurun.

e. Komplikasi

Akibat atau komplikasi dari penyakit hipertensi yang dapat terjadi pada lansia adalah :

1. gagal jantung 2. gagal ginjal 3. stroke 4. kelumpuhan.

f. Pemeriksaan penunjang

1. Hemoglobin / hematokrit : Untuk mengkaji hubungan dari sel–sel terhadap volume

cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor–faktor resiko seperti

hiperkoagulabilitas dan anemia

2. BUN : Memberikan informasi tentang perfusi ginjal

3. Glukosa : Hiperglikemi (diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat

diakibatkan oleh peningkatan katekolamin (meningkatkan hipertensi)

4. Kalium serum : Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama

(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.

5. Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi

6. Kolesterol dan trigliserid serum : Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus

untuk adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskuler)

7. Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan

hipertensi

8.   Kadar aldosteron urin/serum : Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab)

9. Urinalisa : Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal atau adanya diabetes.

10. Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi

11. Steroid urin : Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme

Page 21: Tugas Gerotik Dewi

12. IVP : Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim ginjal,

batu ginjal/ureter.

13. Foto dada : Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung

14. CT scan :Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati

15. EKG : Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi,

peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi

g. Penatalaksanaan

1. Pencegahan Primer

Faktor resiko hipertensi antara lain: tekanan darah diatas rata-rata, adanya hipertensi

pada anamnesis keluarga, ras (negro), tachycardi, obesitas dan konsumsi garam yang

berlebihan dianjurkan untuk:

a) Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar tidak terjadi

hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, dsb.

b) Dilarang merokok atau menghentikan merokok.

c) Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah garam.

d) Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan.  

e) Pencegahan sekunder

2. Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui menderita hipertensi

berupa:

a) Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat maupun dengan

tindakan-tindakan seperti pada pencegahan primer.

b) Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara normal dan

stabil mungkin. Faktor-faktor resiko penyakit jantung ischemik yang lain harus

dikontrol.

c) Batasi aktivitas

Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas

akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan

pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.

Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :

a. Terapi tanpa Obat

Page 22: Tugas Gerotik Dewi

Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan

sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat

ini meliputi :

1) Diet

Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :

- Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr

- Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh

- Penurunan berat badan

- Penurunan asupan etanol

- Menghentikan merokok

2) Latihan Fisik

Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah dianjurkan untuk

penderita hipertensi. Macam olah raganya yaitu isotonis dan dinamis

seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain. Intensitas olah raga

yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut

nadi maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20

– 25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x

perminggu dan paling baik 5 x perminggu

3) Edukasi Psikologis. Pemberian edukasi psikologis untuk penderita

hipertensi meliputi :

- Tehnik Biofeedback

Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada

subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh

subyek dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai

untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga

untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.

- Tehnik relaksasi

Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk

mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita

untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks

4) Pendidikan Kesehatan (Penyuluhan)

Page 23: Tugas Gerotik Dewi

Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien

tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat

mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

b. Terapi dengan Obat

Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja

tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar

penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu

dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh

Komite Dokter Ahli Hipertensi (JOINT NATIONAL COMMITTEE ON

DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD

PRESSURE, USA, 1988) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta,

antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal

pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada

pada penderita.

Pengobatannya meliputi :

1) Step 1 : Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis,

ACE inhibitor

2) Step 2 : Alternatif yang bisa diberikan : Dosis obat pertama dinaikkan.,

Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama, Ditambah obat ke –2 jenis

lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca antagonis, Alpa blocker,

clonidin, reserphin, vasodilator

3) Step 3 : Alternatif yang bisa ditempuh :  Obat ke-2 diganti, Ditambah

obat ke-3 jenis lain

4) Step 4 : Alternatif pemberian obatnya : Ditambah obat ke-3 dan ke-4, Re-

evaluasi dan konsultasi dan Follow Up untuk mempertahankan terapi

Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan

komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan (perawat, dokter)

dengan cara pemberian pendidikan kesehatan.

Page 24: Tugas Gerotik Dewi

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian Lansia Sebagai Individu

Nama Perawat : Sri Utami Dewi

Tanggal Pengkajian : 15 Juli 2013

Jam Pengkajian : Pkl 12.00 WIB

Biodata Klien

1. Nama : Tn. S

2. Umur : 66 tahun

3. Agama : Islam

4. Pendidikan : SMA

5. Pekerjaan : Petani

6. Status Nikah : Menikah

7. Alamat : Sewon-Bantul

Biodata Penanggungjawab

1. Nama : Ny. S

2. Umur : 51 tahun

3. Agama : Islam

4. Pendidikan : SD

5. Pekerjaan : IRT

6. Status Nikah : Menikah

7. Hubungan dengan klien : Adik kandung

Keluhan Utama

Klien mengatakan sering merasakan pusing, kepala cekot-cekot.

Page 25: Tugas Gerotik Dewi

Pengkajian 11 Pola Gordon

A. Pola Persepsi Kesehatan dan Pemeliharaan Kesehatan

DS:

Klien mengatakan dirinya memiliki riwayat hipertensi dari tahun 2002 dan diabetes

mellitus dari tahun 1994 sehingga klien sangat menjaga pola makan dengan baik. Klien

mengatakan rutin melakukan pemeriksaan kesehatan di poliklinik PSTW seminggu sekali

pada hari rabu dan sering meminta obat kepada petugas puskesmas yang datang. Klien

menyadari bahwa dirinya harus menjaga pola makan, aktifitas dan istirahat yang cukup.

DO:

Klien tampak rapi dan bersih. Rambut tampak bersih tidak kotor,tampak beruban dan

tidak kering. Kulit tampak keriput dan tidak kering. Mulut dan gigi tampak bersih,

terlihat gigi terdapat beberapa karies, klien tidak menggunakan gigi palsu.

B. Pola Nutrisi-Metabolik

DS:

Klien mengkonsumsi makanan dari PSTW 3 kali sehari, karena sedang puasa klien hanya

makan sahur dan buka. Klien makan porsi cukup, nasi, sayur, lauk terkadang

ditambahkan dengan susu atau kacang hijau. Jenis makanan yang disukai klien adalah

kentang karenan mengetahui kondisi diri yang menderita DM. nafsu makan klien baik,

tidak mengalami kesulitan menelan atau mual, kembung. Klien mengkonsumsi diet DM

setiap hari. BB 60 kg, TB 176 cm

DO:

Kondisi kulit pasien tampak keriput. Konjungtiva tidak anemis, palpebral tidak ada

oedema, sclera anikterik, mukosa bibir lembab, tidak menggunakan gigi palsu.

Kemampuan mengunyah baik. IMT 19,4 (baik)

C. Pola Eliminasi

DS:

Klien mengatakan BAB 1 kali sehari dengan konsistensi lembek, warna cokelat, tidak ada

inkontinensia tidak ada kesulitan BAB, tidak ada penggunaan obat pencahar dalam BAB.

Page 26: Tugas Gerotik Dewi

Klien mengatakan BAK baik frekuensi 6-7 kali sehari 1500cc per hari warna jernih, tidak

ada inkontinensia, tidak menggunakan pencahar, dan tidak ada nyeri saat BAK. Klien

mengatakan tidak mengalami pengeluaran urin saat batuk atau bersin.

DO:

Klien tampak sehat, tampak abdomen tidak kembung, bising usus 18x/menit

D. Pola Aktivitas dan Latihan

DS:

Klien mengatakan kegiatan latihan sehari-hari adalah senam pagi dan rutin dilaksanakan

setiap hari. Klien mengatakan tidak ada keluhan saat bergerak atau beraktivitas. Klien

mengatakan tidak mengalami gangguan dalam keseimbangan dan tidak ada keluhan sesak

nafas atau kelelahan. Klien mengatakan juga tidak ada keluhan nyeri dada atau batuk.

DO:

Klien tampak tidak menggunakan alat bantu apapun dalam beraktifitas. Lingkungan

wisma tampak cukup aman untuk lansia karena tersedia pengaman disekitar tembok.

Pasien berjalan dengan postur yang baik. Kekuatan otot ekstremitas atas ka/ki nilai 5/5,

ekstremitas bawah ka/ki nilai 5/5. Klien tampak mampu memenuhi kebutuhan dasar

dengan sendiri. Tampak tidak ada tanda sianosis dan diaphoresis. TD 160/100 mmHg

nadi 82 kali/menit, CRT 2 detik, akral hangat, indeks KATZ A : mandiri untuk segala

aktifitas.

E. Pola Istirahat Tidur

DS:

Klien mengatakan badannya terasa segar setelah bangun pagi dari tidur pada malam hari.

Klien mengatakan tidur malam dari pkl 20.00-03.00wib dan tidur siang dari pkl 13.30-

15.00wib tidur nyenyak tidak pernah terbangun atau gangguan tidur. Klien mengatakan

ketika tidur terkadang mendengkur tetapi tidak sering dan keras.

DO:

Klien tidak tampak kelelahan, tidak tampak lingkaran hitam pada kelopak mata, klien

tidak sedang mengkonsumsi obat untuk dapat tidur.

Page 27: Tugas Gerotik Dewi

F. Pola Kognitif-Perseptual

DS:

Klien mengatakan tidak sedang menggunakan alat bantu dengar, klien mampu dalam

melihat dan mendengar dengan baik, klien mengatakan tidak mengalami gangguan dalam

proses mengingat karena masih mengingat kejadian beberapa tahun yang lalu. Klien

mengatakan tidak mengalami disorientasi karena mampu menyebutkan teman-teman, hari

tanggal, dan tempat berada sekarang. Klien mengambil keputusan secara mandiri dan

mengatakan tidak ada keluhan gelisah, marah-marah dan menarik diri.

DO:

Klien tidak tampak kebingungan atau kesulitan dalam berkonsentrasi. Klien mampu

dalam fungsimelihat, mendengar, pengecap, penghidu dan perasa.

MMSE

G. Pola Persepsi diri-Konsep Diri

DS:

Klien mengatakan tidak mengalami kekhawatiran, jika mengalami kekhawatiran dapat

mengidentifikasi sumber dan mencari solusi. Klien mengatakan bahwa dirinya saat ini

merasakan kebahagiaan berada di PSTW. Memiliki perasaan positif terhadap dirinya,

menghargai dirinya dan tidak pernah berfikir tentang kegagalan atau kesusahan.

DO:

Klien tampak sering bergaul dengan teman yang lain, klien tampak sangat aktif dalam

kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan seperti senam pagi, pengajian, dendang ria. Klien

tampak tenang dalam mengikuti setiap kegiatan.

H. Pola peran-Hubungan

DS:

Klien mengatakan sebelum berada d PSTW dirinya sebagai pengurus desa kurang lebih

15 tahun. Klien mengatakan interkasi dengan lansia yang lain sangat baik. Klien

mengatakan tidak ada perubahan peran akibat proses penuaan Karen hidup bersosialisasi

selamanya akan berjalan. Klien mengatakan orang-orang yang ia sayangi (anak-anaknya)

sduah memiliki keluarga sendiri, mereka pasti akan mengunjungi saya.

Page 28: Tugas Gerotik Dewi

DO:

Tampak klien berhubungan baik dengan lansia yang lain, komunikasi yang baik antar

lansia dan pengurus panti serta berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan

di panti.

I. Pola Seksual-Reproduksi

DS:

Klien mengatakan hubungan seksual yang tidak bisa dilakukan saat ini bukan masalah

karena orientasinya saat ini bukanlah hubungan antar suami-istri. Klien mengtakan

dengan pernah 3 kali menikah sudah cukup baginya. Saat ini klien hanya menikmati

masa-masa tua bersama lansia yang berada di panti.

J. Pola Koping-Toleransi Stress

DS:

Klien mengatakan tidak ada yang membuat ia stress berada di PSTW karena di panti

hidupnya tenang dan tidak ada beban. Jika ada masalah tinggal dibicarakan saja. Klien

mengatakan status kesehatannya saat ini dipengaruhi oleh usia yang semakin bertambah.

Pengalaman traumatic yang dialami klien saat ditinggal meninggal oleh istrinya.

DO:

Klien tampak tenang mood baik, afek sesuai, tidak tampak kecemasaan.

GDS:

K. Pola Nilai-Kepercayaan

DS:

Klien meyakini agama dan kepercayaan yang dijalani sekarang adalah yang terbaik, klien

menganut agama islam dari budaya jawa. Teratur melaksanakan ibadah sholat 5 waktu,

rutin mengikuti pengajian setiap hari kamis, tahun ini mulai rutin menjalankan ibadah

puasa.

DO:

Tampak klien setiap siang hari ibadah sholat d mushola lengkap dengan atribut dalam

beribadah.

Page 29: Tugas Gerotik Dewi

ANALISA DATA

No Data Fokus Etiologi Problem

1. DS:

- Klien mengatakan terkadang pusing

kepala cekot-cekot

- Mengatakan sekalanyeri 5 ketika

sakit kumat, hilang timbul

DO:

- TD = 160/100 mmHg

- Nadi = 82 kali/menit

peningkatan tekanan

intra kranial

Gangguan rasa

nyaman nyeri

2. DS:

- Klien mengatakan memiliki riwayat

penyakit HT dan DM

DO:

- TD = 160/100 mmHg

vasokontriksi pembuluh darah.

Resiko tinggi

penurunan curah

jantung

Page 30: Tugas Gerotik Dewi

PLANNING

DP Tujuan KH Rencana tindakan RasionalParafnama

Gangguan rasa nyaman nyeri b.d peningkatan tekanan intra kranial

Tujuan: Menghilangkan rasa nyeri

Kriteria hasil : Melaporkan

ketidakyamanan hilang atau terkontrol.

Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan.

Intervensi : Pertahankan tirah

baring selama fase akut.

Berikan tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, misalnya kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher.

Hilangkan/ minimalkan aktifitas vasokontraksi yang dapat meningkatkan sakit kepala, misalnya batuk panjang, mengejan saat BAB.

Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan.

Meminimalkan stimulasi dan meningkatkan relaksasi.

Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral,efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya.

Aktifitas yang meningkatkan vasokontraksi menyebabkan sakit kepala pada adanya peningkatan vaskuler serebral.

Meminimalkan penggunaan oksigen dan aktivitas yang berlebihan

dewi

Page 31: Tugas Gerotik Dewi

Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi pembuluh darah.

Tujuan : Tidak terjadi penurunan curah jantung

Kriteria Hasil : Klien berpartisipasi

dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah/beban kerja jantung

Mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapat diterima

Memperlihatkan normal dan frekwensi jantung stabil dalam rentang normal pasien.

Intervensi:1. Observasi tekanan

darah.

2. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer

3. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas.

8. Perbandingan dari tekanan darah memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang keterlibatan vaskuler.

9. Denyutan karotis, jugularis, radialis dan femoralis mungkin teramati saat palpasi. Denyut pada tungkai mungkin menurun, mencerminkan efek dari vasokontriksi dan kongesti vena.

10. ICS4 umum terdengar pada pasien hipertensi berat karena adanya hipertropi atrium, perkembangan ICS3 menunjukan hipertropi ventrikel dan kerusakan fungsi, adanya krakels, mengidapat mengindikasikan kongesti paru sekunder terhadap terjadinya atau gagal

dewi

Page 32: Tugas Gerotik Dewi

4. Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler.

5. Berikan lingkungan yang nyaman, tenang, kurangi aktivitas atau keributan ligkungan,

6. Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi dan distraksi.

7. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi anti hipertensi dan diuretik.

jantung kronik.

11. Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat mencerminkan dekompensasi/penurunan curah jantung.

12. Membantu untuk menurunkan rangsangan simpatis, meningkatkan relaksasi.

13. Dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress, membuat efek tenang,sehingga akan menurunkan tekanan darah.

14. Menurunkan tekanan darah.

Page 33: Tugas Gerotik Dewi

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

DP Tgl/Jam Implementasi Evaluasi

Gangguan rasa nyaman nyeri b.d peningkatan tekanan intra kranial

17/7/2013Pkl 11.00 WIB

1. Mempertahankan tirah baring selama fase akut.

2. Memberikan tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, misalnya relaksasi dan distraksi

3. menghilangkan/ minimalkan aktifitas vasokontraksi yang dapat meningkatkan sakit kepala, misalnya batuk panjang, mengejan saat BAB.

4. Membantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan.

S:Klien mengatakan nyeri sering timbul ketika merasa lelah. Nyeri pada kepala cekot-cekot

O:- Klien tampak sehat tidak tampak

keluhan- Klien mampu mempraktekan

teknik mengurangi nyeri dengan distraksi

- Klien mampu melakukan aktifitas sehari-hari dengan baik dan tanpa bantuan.

- TD 150/100 mmHg- Nadi 82x/menit

A:Tujuan belum tercapai

P:- Pertahankan tirah baring- Evaluasi teknik relakasi

Page 34: Tugas Gerotik Dewi

Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi pembuluh darah.

17/7/2013Pkl 11.00 WIB

1. Observasi tekanan darah.

2. Catat keberadaan, kualitas denyutan jantung

3. Amati warna kulit, kelembaban, dan masa pengisian kapiler.

4. Berikan lingkungan yang nyaman, tenang, kurangi aktivitas atau keributan ligkungan,

5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi anti hipertensi dan diuretik.

S:Klien mengatakan keadaannya baik-baik saja dan rutin mengkonsumsi obat.

O:- Warna kulit tidak ada sianosis- Nadi 82x/menit- TD 150/100 mmHg- Lingkungan nyaman diberikan- Obat hipertensi telah dikonsumsi

A:Tujuan belum tercapai

P:- Observasi tekanan darah- Berikan lingkungan yang nyaman- Anjurkan mengkonsumsi obat

hipertensi

Page 35: Tugas Gerotik Dewi

DP Tgl/Jam Implementasi Evaluasi

Gangguan rasa nyaman nyeri b.d peningkatan tekanan intra kranial

18/7/2013Pkl 11.00 WIB

1. Mempertahankan tirah baring selama fase akut.

2. menghilangkan/ minimalkan aktifitas vasokontraksi yang dapat meningkatkan sakit kepala, misalnya batuk panjang, mengejan saat BAB.

3. Membantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan.

S:Klien mengatakan kepala tidak terlalu

merasakan nyeri.

O:

- Klien beristirahat siang

- Klien tampak sehat

- TD = 150/100 mmHg

- Nadi 84x/mnt

- Klien mampu melakukan aktifitas sehari-hari dengan baik dan tanpa bantuan.

A:

Tujuan tercapai sebagian

P:

- Mempertahankan tirah baring

- Meminimalkan aktifitas

- Membantu ambulasi klien

Page 36: Tugas Gerotik Dewi

Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi pembuluh darah.

18/7/2013Pkl 11.00 WIB

1. Observasi tekanan darah.

2. Catat keberadaan, kualitas denyutan jantung

3. Amati warna kulit, kelembaban, dan masa pengisian kapiler.

4. Berikan lingkungan yang nyaman, tenang, kurangi aktivitas atau keributan ligkungan,

5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi anti hipertensi dan diuretik.

S:Klien mengatakan keadaannya sehat dan

masih minum obat dan menjaga

kesehatan makan.

O:

- Warna kulit tidak ada sianosis

- Nadi 84x/menit

- TD 150/100 mmHg

- Lingkungan nyaman diberikan

- Obat hipertensi telah dikonsumsi

A:

Tujuan belum tercapai

P:

- Observasi tekanan darah

- Berikan lingkungan yang nyaman

- Anjurkan mengkonsumsi obat

hipertensi

Page 37: Tugas Gerotik Dewi

DP Tgl/Jam Implementasi Evaluasi

Gangguan rasa nyaman nyeri b.d peningkatan tekanan intra kranial

19/7/2013Pkl 11.00 WIB

1. Mempertahankan tirah baring

2. menghilangkan/ minimalkan aktifitas misalnya batuk panjang, mengejan saat BAB.

3. Membantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan.

S:

Klien mengatakan keadaan tubuh sehat,

badan sudah terasa ringan dan nyaman.

O:

- Klien tampak sehat

- Ambulasi klien mandiri

- TD 140/90 mmHg

- Nadi 86 x/mnt

A:

Tujuan tercapai

P:

Hentikan intervensi

Page 38: Tugas Gerotik Dewi

Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi pembuluh darah.

19/7/2013Pkl 11.00 WIB

1. Observasi tekanan darah.

2. Amati warna kulit, kelembaban

3. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian

terapi anti hipertensi dan diuretik.

S:Klien mengatakan kondisi tubuh sehat

O:- Klien tampak sehat

- Tidak ada sianosis yang tampak

- TD 140/90 mmHg

- Nadi 86 x/mnt

A:

Tujuan tercapai

P:

Hentikan intervensi

Page 39: Tugas Gerotik Dewi

BAB IV

PEMBAHASAN KASUS

Tn S merupakan seorang Lansia yang berumur 66 tahun dan termasuk kelompok Usai

Lanjut Old Fase Sinium. Di usianya yang lanjut ini Tn S sudah banyak mengalami

perubahan-perubahan pada system-sistem tubuhnya, namun perubahan-perubahan tersebut

hanya perubahan normal yang biasa dialami oleh Lansia lain.

Penulis menemukan masalah yang serius dari hasil pengkajian, maka penulis dapat

merumuskan Diagnosa Keperawatan sebagai berikut:

DP1 Gangguan rasa nyaman nyeri b.d peningkatan tekanan intra kranial

DP2 Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi pembuluh

darah.

Adapun alasan penulis mengangkat Diagnosa Keperawatan tersebut kerena kelemahan fisik

yang dialami sudah lama dan merupakan prioritas yang sangat mengancam kesehatan klien.

Dalam pelaksanaan pemberian Asuhan Keperawatan penulis sekaligus menerapkan

Rencana Keperawatan dengan klien, dengan alasan menyesuaikan keadaan atau situasi di

lapangan atau turut mengikutsertakan anggota keluarga lainnya sehingga penerapan Asuhan

Keperawatan dapat diteruskan oleh keluarga.

Page 40: Tugas Gerotik Dewi

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Menua adalah suatu proses menghilang secara perlahan-lahan kemampuan jaringan

untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya atau

seseorang yang karena usia lanjut mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial.

Perubahan ini akan mempengaruhi seluruh aspek kehidupan termasuk kesehatannya. Untuk

dapat memberikan Asuhan Keperawatan Lansia, diharapkan perawat memiliki kemampuan

menguasai proses terjadinya menua serta masalah-masalah yang terjadi pada Lansia.

Untuk mempertahankan Usia Lanjut yang sehat dan umur panjang, diperlukan peran

perawat, keluarga, masyarakat yang maksimal. Mempertahankan derajat kesehatan dengan

memelihara kondisi kesehatan Lansia perlu memperhatikan keamanan dan kenyamanan

Lansia.

B. Saran

Bagi Institusi Pendidikan : Diharapkan dengan sangat Dosen Pembimbing hadir

bersama Mahasiswa saat di lapangan.

Page 41: Tugas Gerotik Dewi

DAFTAR PUSTAKA

Barbara CL. 1996. Essential of Medicial-Surgical Nursing, A Nursing Process Approah.

The Mosby Company St. Louis: USA.

Boedhi, Darmojo. 1999. Buku Ajar Geriatri (Kesehatan Usia Lanjut), edisi ke 2. EGC:

Jakarta.

Brunner & Suddart. 2001. Textbook of Medicial Surgical Nursing, Editon 9. Lippincoot.

Doengoes, ME. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta.

Nugroho, Wahyudi. 2000. Keperawatan Gerontik, Edisi ke-2. Jakarta.

Price, Sylvia A and Lorink Willson. Pathofisiologi: Konsep Klinik Proses-proses

Penyakit. EGC: Jakarta.