dermatitis kontak alergi
DESCRIPTION
dermatitisTRANSCRIPT
DERMATITIS KONTAK ALERGI LAPORAN KASUS
Oleh:Pande Putu Gede Krisna Bayu Pramana Rimbawan
(1002005071)
Pembimbing:
dr. Made Sastiningsih, Sp.KK
DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYABAGIAN/ SMF ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
FK UNUD/RSUD TABANAN2015
OUTLINE• PENDAHULUAN• TINJAUAN PUSTAKA• LAPORAN KASUS• PEMBAHASAN• SIMPULAN
DERMATITIS KONTAK ALERGI
PENDAHULUAN
Dermatitis
peradangan pada kulit (epidermis dan dermis)
faktor eksogen /endogen
menimbulkan kelainan klinis
efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi)
tanda polimorfik tidak selalu timbul bersamaan
Dermatitis yang disebabkan oleh bahan atau substansi yang
menempel pada kulit
nonimunologik
(DKI)
mengalami sensitisasi terhadap suatu alergen
RESPON
Dermatitis Kontak
(DKA)
imunologik
DKA DKI<mengenai orang yang keadaan kulitnya hipersensitif Pentingnya deteksi, pemahaman dan
penanganan dini pada penyakit DKA
menurunkan morbiditas dan memperbaiki prognosis DKA
KRONIS RESIDIF
GATAL
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Dermatitis Kontak Alergi (DKA)
Epidemiologi Dermatitis kontak alergi dapat terjadi pada semua umur
Pada penelitian epidemiologi di St Spiridion, Romania tahun 2008-2009 bahwa wanita lebih sering terkena dermatitis kontak alergi dibanding laki-laki, yaitu 1.83: 1 dan 64.46% berusia di atas 45 tahun.
reaksi inflamasi akibat pemaparan bahan alergen pada dermal yang mampu
mengaktivasi sel T dan kemudian akan bermigrasi pada tempat pemaparan tersebut
terjadi pada seseorang yang telah mengalami sensitisasi terhadap
suatu alergen
<
EtiologiPenyebab dermatitis kontak alergi adalah bahan kimia sederhana
bersifat lipofilik, sangat reaktif, dapat menembus stratum korneum
sehingga mencapai sel epidermis dibawahnya
Berbagai faktor berpengaruh dalam timbulnya DKA, misalnya:potensi sensitisasi alergen, dosis per unit area, lama pajanan, suhu, dan kelembaban lingkungan, vehikulum, dan pH
berat molekul umumnya rendah (< 1000 dalton
hapten
faktor individu, misalnya keadaan kulit pada lokasi kontak (keadaan stratum korneum, ketebalan epidermis), status imunologik (misalnya sedang menderita sakit, terpajan sinar matahari)
Patogenesis DKA
•Matthias Peiser. Role of Th17 cells in skin Inflammation of allergic contact dermatits. Clinical and Developmental Immunology Hindawi 2013, 261037 : p 1-10
Gejala KlinisPenderita pada umumnya mengeluh
Kelainan kulit bergantung pada keparahan dermatitis. Pada yang akut dimulai dengan bercak eritema berbatas tegas, kemudian diikuti edema, papulovesikel, vesikel atau bula.
Akut Subakut Kronis
- Vesikel atau bula yang terisi cairan
jernih multiple dan berat. Bila
terjadi vesikel/berair, timbul erosi
dan eczema
- Edema, eritema
- Infeksi sekunder dengan bakteri
gram (+)
- Eritem bertambah
- Edema mengurang
- Papul menggantikan vesikel
- Kemerahan dan bengkak
- Lebih menonjolkan sisik,
hyperkeratosis, dan
likenifikasi di daerah yang
terkena
GATAL !
Predileksi
DKA pada Wajah
DKA pada Lengan
DKA pada Tangan
DKA pada Leher
DIAGNOSIS
AnamnesisRiwayat awal pasien terkena penyakit
Gambaran klinis
mempertimbangkan pekerjaan, kontak alergen
Basic 4 Sacred 7
Riw. Penyakit SekarangRiw. Penyakit Dahulu
Riw. Penyakit KeluargaRiw. Sosial / Individu
Onset, Lokasi, Kuantitas, Kualitas, Kronologi, Faktor
yang memperberat dan memperingan, Keluhan
penyerta
Pemeriksaan Fisikmelihat lokalisasi
dan pola kelainan kulit
Status Dermatologi !
Pemeriksaan Penunjang
Tes tempel (patch test)
Diagnosis BandingVariabel DKI DKA
Penderita Banyak orang Tidak banyak yang menderita
Lokasi Terlokalisasi TersebarBatas tegas Sering khas Dapat terjadiWaktu untuk resolusi klinis setelah bahan disingkirkan
Sering mengurang setelah 96 jam Beberapa hari
Terjadinya reaksi Terjadi cepat dengan iritan kuat (menit-jam); lambat dengan iritan lemah
24-72 jam
Hubungan dengan pekerjaan Membaik dengan liburan lama (4 minggu)
Dapat membaik bahkan pada akhir minggu
Atopi Predisposisi Predisposisi tidak diketahui
Morfologi Eritem, sisik, fisura Vesikel yang sulit dibedakan dari iritan
Agen penyebab Tergantung pada konsentrasi agen dan kondisi barier kulit; hanya terjadi di atas ambang batas
Relatif tidak terkait dengan jumlah aplikasi, biasanya konsentrasi yang sangat sedikit pun bias mencetuskan.
Sistem imun Respon imun tidak spesifik Tipe IV
Penatalaksanaan
• Pencegahan
• Pengobatan Topikal
• Pengobatan Sistemik
Penggunaan sarung tangan karet di ganti dengan sarung tangan plastik, menggunakan mesin cuci, sikat bergagang panjang, penggunaan deterjen sesuai aturan pabrik
Antibiotika dan antimikotikaMengatasi superinfeksi atau infeksi sekunder
Steroid menghambat aktivasi dan proliferasi spesifik antigen
Antihistamin
Kortikosteroid
Menghambat pelepasan histamin danmemperoleh efek sedatif
Bekerja dengan menghambat proliferasi limfosit
Kortikosteroid
PROGNOSISPrognosis DKA umumnya baik, sejauh bahan kontaktannya
dapat disingkirkan
Prognosis kurang baik dan menjadi kronis, bila pajanan dengan bahan iritan tidak mungkin dihindari
Laporan Kasus
Identitas Pasien
Nama : NLKTMDJenis kelamin : PerempuanUsia : 12 tahunTempat Tanggal Lahir : Tabanan, 2 November 2003Alamat : Jalan Pahlawan no 22 Delod Peken, TabananAgama : HinduSuku bangsa : BaliWarga negara : IndonesiaPendidikan : SMPPekerjaan : PelajarStatus : Belum menikahNo. RM : 463833Tanggal pemeriksaan : 6 Oktober 2015
AnamnesisKeluhan Utama: gatal dan kemerahan pada kedua telapak tangan.
• Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang diantar oleh kakaknya ke Poliklinik Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Daerah Tabanan pada hari Selasa pagi, tanggal 6 Oktober 2015 dengan keluhan kedua tangan gatal disertai kemerahan. Keluhan gatal dan kemerahan ini dikatakan muncul 3 hari yang lalu dengan lokasi di kedua telapak tangan dan juga di kedua siku pasien. Pasien tidak mengetahui dengan jelas asal mula kronologi terjadinya gatal dan kemerahan pada tangannya. Gatal dirasakan terlebih dahulu di kedua telapak tangan, lengan dan juga siku pasien kemudian diikuti bercak kemerahan di kedua telapak tangan pasien.
Gatal dirasakan terutama saat bangun tidur dan terasa sepanjang hari sehingga mengganggu aktivitas pasien sehari-hari. Ketika ditanya kualitas gatalnya dari 1-10, pasien mengatakan gatalnya berada di skala 5. Sejauh ini, pasien mengatakan belum ada hal-hal ataupun faktor yang memperberat maupun memperingan gejala tersebut. Pasien tidak mengalami keluhan gatal selama tidurnya. Pasien mengatakan mengalami panas badan (38,5C) 3 hari yang lalu, yakni pada awal terjadinya gatal dan kemerahan pada kulit. Saat itu, pasien dibawa keluarganya ke IGD RSUD Tabanan dan mendapatkan penanganan serta obat pulang. Keluhan panas pasien membaik keesokan harinya, namun pasien masih merasa gatal. Pasien menceritakan bahwa semua keluhan tersebut muncul 3 hari yang lalu saat pergi tirta yatra (sembahyang) bersama teman dan gurunya pada pagi hari. Pasien menjalani pemelukatan (disiram dengan air tirta) di tempat persembahyangan tersebut. Karena lelah setelah aktivitas sembahyang seharian, ketika pulang ke rumah, pasien mengaku tidak mandi dan merasa lemas, kemudian keluhan demam, gatal serta kemerahan di kedua tangannya muncul. Riwayat trauma fisik dan psikis disangkal. Pasien belum memeriksakan dan mengobati keluhan gatal serta kemerahan yang muncul pada tangannya tersebut.
Anamnesis (……Cnt’d)
• Riwayat Penyakit Dahulu:Pasien memiliki riwayat alergi setelah makan udang. Hal ini dialaminya ketika masih berada di Sekolah Dasar dan masih berlanjut sampai saat ini. Gejala alergi yang dialaminya hanya gatal-gatal, tanpa disertai sesak maupun kejang. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik seperti hipertensi, diabetes melitus, asma, maupun penyakit jantung dan ginjal. Riwayat menjalani operasi ataupun mendapatkan tranfusi darah disangkal oleh pasien. Pasien belum pernah menjalani tes alergi, sehingga ia belum mengetahui alergi lainnya selain alergi makan udang. Pasien saat ini tidak sedang dalam masa pengobatan terhadap suatu penyakit. Pasien sempat menjalani rawat inap selama 1 minggu di RSUD Tabanan pada Bulan Juni 2014 dengan diagnosa DHF, kemudian sembuh tanpa sekuel. Riwayat penyakit kongenital dan tumbuh kembang pada pasien, disangkal oleh keluarga pasien.
• Riwayat Penyakit Keluarga:Keluarga pasien tidak ada yang mengeluhkan gejala seperti pasien. Riwayat penyakit kronik dan sistemik di keluarga, seperti hipertensi, diabetes mellitus, asma, penyakit jantung dan ginjal disangkal oleh keluarga pasien. Riwayat penyakit herediter dan atopi di keluarga juga disangkal.
• Riwayat Sosial Individu:Tidak ada teman maupun tetangga pasien yang mengalami keluhan seperti yang dialami pasien. Pasien merupakan seorang pelajar yang duduk di kelas 1 SMP di Tabanan dengan tingkat aktivitas sedang. Kondisi ekonomi keluarga pasien termasuk dalam tingkat ekonomi menengah ke atas. Pasien memiliki waktu istirahat dan relaksasi yang cukup. Secara rutin, pasien membersihkan badannya sebanyak 2 kali sehari. Pasien tidak mengalami penurunan nafsu makan. Hubungan dengan keluarga dan teman-temannya dikatakan baik. Pasien tidak memiliki hewan peliharaan di rumahnya. Lingkungan rumah pasien dikatakan bersih dan memiliki sirkulasi udara serta pencahayaan ruangan yang baik. Riwayat merokok, mengkonsumsi alkohol dan penggunaan obat terlarang disangkal oleh pasien.
Pemeriksaan Fisik• Status Present
Keadaan umum : BaikKesadaran : Compos mentis (GCS E4V5M6)Tekanan Darah : -Nadi : 86 kali/menit Respirasi : 18 kali/menitSuhu : 36,5oCVAS : 0Berat Badan : 42 kgGizi : Cukup
Status Generale
Kepala : NormosefaliMata : Anemis -/-, ikterik -/-THT : Kesan tenang, pembesaran KGB (-)Toraks : Pulmo: vesikuler +/+ ; rhonki -/- ; wheezing -/-
Cor: S1S2 tunggal regular; murmur (-)Abdomen : Bising usus (+), distensi (-)Ekstremitas : Hangat (+) Edem (-)
Status Dermatologis
Lokasi: regio palmar dextra - Tampak plak eritema soliter, bentuk geografika, ukuran 3cm x 4cm, berbatas tegas, unilateral.
Lokasi: regio palmar dextra et sinistra - Tampak papul eritema multipel, bentuk lentikuler, ukuran 1cmx1cm, berbatas tegas, tersusun diskret, distribusi bilateral.
Usulan Pemeriksaan Penunjang• Tes tempel (patch test) --- tidak dikerjakan
RESUMEPasien perempuan, umur 12 tahun, datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Tabanan tanggal 6 Oktober 2015 dengan keluhan gatal dan kemerahan pada kedua telapak tangan sejak 3 hari yang lalu. Gatal dirasakan terlebih dahulu di kedua telapak tangan, lengan dan juga siku pasien kemudian diikuti bercak kemerahan di kedua telapak tangan pasien. Pasien tidak mengetahui dengan jelas asal mula kronologinya. Gatal dirasakan terutama saat bangun tidur dan terasa sepanjang hari sehingga mengganggu aktivitas pasien. Belum ada faktor yang memperberat maupun memperingan gejala yang dialami pasien. Riwayat demam (+) 3 hari yang lalu. Pemeriksaan fisik umum ditemukan dalam batas normal. Status dermatologis pada palmar dekstra tampak plak eritema soliter, bentuk geografika, ukuran 3cm x 4cm, berbatas tegas, unilateral. Pada palmar dekstra et sinistra juga ditemukan efloresensi berupa papul eritema multipel, bentuk lentikuler, ukuran 1cmx1cm, berbatas tegas, tersusun diskret dengan distribusi bilateral.
DIAGNOSISDiagnosis Banding 1. Dermatitis Kontak Alergi (DKA)2. Dermatitis Kontak Iritan (DKI)3. Dermatitis Atopik
Diagnosis KerjaDermatitis Kontak Alergi (DKA) fase
subakut et causa suspect air tirta
PenatalaksanaanPengobatan medikamentosa
Topikal : Krim Desoksimetason 0,25% dioleskan pada lesi 2x/hari
Sistemik : - Mebhydrolin napadysilate (Interhistin) 3 x 50 mg (selama 7 hari)
- Methylprednisolone tablet 3 x 8 mg (selama 7 hari)
KIE• Memberi penjelasan kepada keluarga tentang penyakit pasien, gejala klinis,
penyebab, perjalanan penyakit sampai prognosisnya.• Meminta pasien untuk menghindari bahan alergen. Kemungkinan pada kasus
pasien ini, alergen berasal dari air tirta pegunungan yang didapat saat sembahyang. Alergen ini dicurigai, karena pasien tidak pernah melakukan kontak terhadap benda lain di luar kebiasannya sehari-hari dalam jangka waktu 1 minggu terakhir.
• Tetap menjaga kebersihan dengan mandi dan mengganti pakaian secara teratur.• Kontrol gizi, dengan mengkonsumsi makanan cukup gizi.• Menggunakan terapi yang telah diberikan sesuai dengan anjuran dokter dan
apabila keluhan masih timbul, penderita diharapkan kontrol ulang ke poli kulit dan kelamin.
• Pasien juga disarankan melakukan tes alergi untuk mengetahui alergen pasien secara jelas.
PROGNOSIS
• Ad vitam : bonam• Ad sanationam : dubia ad bonam• Ad fungsionam : dubia ad bonam• Ad kosmetikam : dubia ad bonam
PEMBAHASANTEORI - KASUS
PEMBAHASANPembahasan Kasus Teori
Anamnesis Pasien perempuan, umur 12 tahun, datang
dengan keluhan gatal dan kemerahan pada
kedua telapak tangan sejak 3 hari yang lalu.
Gatal dirasakan terlebih dahulu di kedua telapak
tangan, lengan dan juga siku pasien kemudian
diikuti bercak kemerahan di kedua telapak tangan
pasien. Pasien tidak mengetahui dengan jelas
asal mula kronologinya. Gatal dirasakan terutama
saat bangun tidur dan terasa sepanjang hari
sehingga mengganggu aktivitas pasien. Belum
ada faktor yang memperberat maupun
memperingan gejala yang dialami pasien.
Riwayat demam (+) 3 hari yang lalu.
Perempuan lebih sering mengalami DKA
daripada laki-laki, dan ada peningkatan insiden
dengan bertambahnya usia. Meskipun demikian,
tidak menutup kemungkinan prevalensi yang
besar pada usia muda. Kelainan kulit umumnya
muncul 24-72 jam pada tempat terjadinya
kontak dengan bahan alergen. Derajat kelainan
kulit yang timbul bervariasi ada yang ringan ada
pula yang berat. Pada yang ringan mungkin
hanya berupa eritema dan edema, sedangkan
pada yang berat selain eritema dan edema yang
lebih hebat disertai pula vesikel atau bula yang
bila pecah akan terjadi erosi dan eksudasi. Lesi
cenderung menyebar dan keluhan subyektif
berupa gatal.
PEMBAHASAN
Lokalisasi Pasien mengeluhkan gatal dan kemerahan
di kedua tangannya, terutama di bagian
telapak tangan.
Kejadian dermatitis kontak baik iritan
maupun alergik paling sering di tangan.
Demikian pula kebanyakan dermatitis
kontak akibat kerja ditemukan di tangan.
Sebagian besar memang oleh karena bahan
iritan. Bahan penyebabnya misalnya
deterjen, antiseptik, getah
sayuran/tanaman, semen, dan pestisida.
Hal ini disebabkan karena tangan
merupakan bagian tubuh yang paling
sering kontak dengan benda lain.
Pembahasan Kasus Teori
PEMBAHASANPembahasan Kasus Teori
Etiologi Pasien mengalami keluhan tangan gatal dan
kemerahan beberapa hari setelah melakukan
perjalanan tirta yatra bersama teman dan
gurunya ke Pura Besakih dan Pura Batur. Pasien
menjalani pemelukatan (disiram dengan air tirta)
di tempat persembahyangan tersebut. Karena
lelah setelah aktivitas sembahyang seharian,
ketika pulang ke rumah, pasien mengaku tidak
mandi dan merasa lemas karena perjalanan jauh
dan terpajan matahari. Air tirta tersebut
mengandung mineral pegunungan yang diduga
merupaka alergen bagi pasien. Selain itu suhu
sekitar serta kelembaban lingkungan
pegunungan memegang peran penting dalam
mencetuskan gejala tersebut.
Penyebab dermatitis kontak alergi adalah bahan
kimia sederhana dengan berat molekul
umumnya rendah (<1000 dalton) yang disebut
hapten, bersifat lipofilik, sangat reaktif, dapat
menembus stratum korneum sehingga mencapai
sel epidermis dibawahnya (sel hidup).
Berbagai faktor berpengaruh dalam timbulnya
dermatitis kontak alergi, misalnya potensi
sensitisasi alergen, dosis per unit area, lama
pajanan, suhu, dan kelembaban lingkungan,
vehikulum, dan pH. Juga faktor individu,
misalnya keadaan kulit pada lokasi kontak
(keadaan stratum korneum, ketebalan epidermis),
status imunologik (misalnya sedang menderita
sakit, terpajan sinar matahari).
PEMBAHASANPembahasan Kasus Teori
Pemeriksaan
Fisik
Dari status present dan status generale
pasien secara umum dalam batas normal.
Namun dari status dermatologi pasien,
didapatkan beberapa efloresensi, yaitu:
pada palmar dekstra tampak plak eritema
soliter, bentuk geografika, ukuran 3cm x
4cm, berbatas tegas, unilateral. Pada
palmar dekstra et sinistra juga ditemukan
efloresensi berupa papul eritema
multipel, bentuk lentikuler, ukuran
1cmx1cm, berbatas tegas, tersusun diskret
dengan distribusi bilateral
.Kelainan kulit bergantung pada keparahan
dermatitis. Pada yang akut dimulai
dengan bercak eritema berbatas tegas,
kemudian diikuti edema, papulovesikel,
vesikel atau bula. Vesikel atau bula dapat
pecah menimbulkan erosi dan eksudasi
(basah). Pada yang kronis terlihat kulit
kering, berskuama, papul, likenifikasi dan
mungkin juga fisur, batasnya tidak tegas.
PEMBAHASANPembahasan Kasus Teori
Pemeriksaan
Penunjang
Pada pasien, dapat diusulkan pemeriksaan
penunjang berupa tes tempel (patch test)
untuk mengetahui alergen pada pasien.
Namun hal ini tidak dilakukan di
poliklinik, mengingat terbatasnya waktu
dan dana serta tenaga medis. Diagnosis
untuk DKA dapat ditegakkan hanya
berdasarkan gejala klinis, status
dermatologis dan dari anamnesis.
Gold standard untuk menegakkan
diagnosis DKA, termasuk yang dicurigai
adalah uji tempel (patch test). Untuk
melakukan uji tempel diperlukan antigen,
biasanya antigen standar buatan pabrik,
misalnya finn chamber system kit. Untuk
menginterpretasi hasil uji tempel tidak
mudah. Interpretasi dilakukan setelah
pembacaan kedua. Respon alergi biasanya
menjadi lebih jelas antara pembacaan
pertama dan kedua
PEMBAHASANPembahasan Kasus Teori
Diagnosis Dermatitis Kontak Alergi (DKA) fase
subakut et causa suspect air tirta
Diagnosis pasien DKA dapat
ditegakkan berdasarkan dari hasil
anamnesis, gejala klinis serta dari
status dermatologis. Jika tidak diberi
pengobatan dan kontak dengan
alergen sudah tidak ada maka proses
akut akan menjadi subakut atau
kronis. Pada fase subakut ini akan
terlihat eritema, edema ringan,
vesikula, krusta dan pembentukan
papul-papul.
PEMBAHASANPembahasan Kasus Teori
Pengobatan medikamentosa
Topikal : Krim Desoksimetason 0,25%
dioleskan pada lesi 2x/hari
Sistemik : - Mebhydrolin napadysilate
(Interhistin) 3 x 50 mg (selama 7
hari)
-
Methylprednisolone tablet 3 x 8
mg (selama 7 hari)
Pengobatan yang diberikan dapat berupa pengobatan topikal dan sistemik.
1. Pengobatan topikal
Kortikosteroid mempunyai peranan penting dalam sistem imun. Pemberian
topikal akan menghambat reaksi aferen dan eferen dari dermatitis kontak
alergik. Steroid menghambat aktivasi dan proliferasi spesifik antigen.
2. Pengobatan Sistemik
- Antihistamin
Maksud pemberian antihistamin adalah untuk memperoleh efek sedatifnya.
Ada yang berpendapat pada stadium permulaan tidak terdapat pelepasan
histamin. Tapi ada juga yang berpendapat dengan adanya reaksi antigen-
antobodi terdapat pembebasan histamin, serotonin, SRS-A, bradikinin dan
asetilkolin.
- Kortikosteroid
Diberikan pada kasus yang sedang atau berat, secara peroral, intramuskular
atau intravena. Pilihan terbaik adalah prednison dan prednisolon. Steroid lain
lebih mahal dan memiliki kekurangan karena berdaya kerja lama. Bila
diberikan dalam waktu singkat maka efek sampingnya akan minimal.
PEMBAHASANPembahasan Kasus Teori
Prognosis Ad vitam : bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Ad kosmetikam : dubia ad bonam
Prognosis DKA umumnya baik,
sejauh bahan kontaktannya dapat
disingkirkan. Prognosis kurang baik
dan menjadi kronis, bila bersamaan
dengan dermatitis oleh faktor endogen
(dermatitis atopik, dermatitis
numularis, atau psoriasis), atau
pajanan dengan bahan iritan yang
tidak mungkin dihindari.
SIMPULANDermatitis Kontak Alergi (DKA) merupakan reaksi hipersensitifitas tipe lambat (tipe IV) yang diperantarai sel T, akibat antigen spesifik yang menembus lapisan epidermis kulit. Ada dua fase yaitu fase sensitisasi dan fase elisitasi. Untuk menegakkan diagnosis Dermatitis Kontak Alergik diperlukan anamnesis yang teliti, riwayat penyakit yang lengkap, pemeriksaan fisik dan uji tempel. Pada prinsipnya penatalaksanaan DKA yang baik adalah mengidentifikasi penyebab dan menyarankan pasien untuk menghindarinya. Prognosis DKA pada pasien ini baik, sejauh bahan kontaknya dapat disingkirkan.
DAFTAR PUSTAKA• Sularsito SA and Djuanda S. Dermatitis; in: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editors. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin, ed 5. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009, pp 148-150.• Wolff K, Johnson RA. Fitzpatrick’s Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology. 6th ed. New York: The
McGraw-Hill Companies; 2009. h. 20 33.• Statescua L, Branisteanu D, Dobreb C, Solovastru LG, Vasilcab A, Petrescu Z, Azoicaic D. Contact dermatitis
– epidemiological study. Maedica A Journal of Clinical Medicine, Volume 6 No.4; 2011. P 277-281• Matthias Peiser. Role of Th17 cells in skin Inflammation of allergic contact dermatits. Clinical and
Developmental Immunology Hindawi 2013, 261037 : p 1-10• Vocanson M, Hennino A, Rozi A, Poyet, Nicolas JF. Effector and regulatory mechanisms in allergic contact
dermatitis. John Wiley & Sons A/S Allergy 2009: 64: 1699–1714• Baratawijaya KG, Rengganis I. Alergi Dasar. Edisi 1. 2009. Jakarta: Interna Publishing, p 299-314• Bourke J, Coulson I, English J. Guidelines for care of contact dermatitis. British Journal of Dermatology
2001; 145: 877-885• Bonamonte D, Foti C, Vestita M, Angelini G. Noneczematous contact dermatitis. Allergy Hindawi 2013, p 1-
10• Adisesh A, Robinson E, Nicholson PJ, Sen D, Wilkinson M. U.K. standards of care for occupational contact
dermatitis and occupational contact urticaria. British Journal of Dermatology 2013, 168, pp1167–1175• Schnuch A, Aberer W, Agathos M, Becker D, Brasch J, Elsner P, Frosch PJ, Fuchs T, Geier J, Hillen U, Löffler H,
Mahler V, Richter G, Szliska C. Patch testing with contact allergens. JDDG 9˙2008. P 770-775• Diepgen TL, Agner T, Aberer W, Jones JB, Cambazard FR, Elsner P, Mcfadden J, Coenra PJ. Management of
chronic hand eczema. Contact Dermatitis 2007: 57: 203–210
TERIMA KASIH