dermatitis kontak alergi

39
DERMATITIS KONTAK ALERGI LAPORAN KASUS Oleh: Pande Putu Gede Krisna Bayu Pramana Rimbawan (1002005071) Pembimbing: dr. Made Sastiningsih, Sp.KK DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA BAGIAN/ SMF ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN FK UNUD/RSUD TABANAN 2015

Upload: vimal

Post on 14-Jul-2016

123 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

dermatitis

TRANSCRIPT

Page 1: Dermatitis Kontak Alergi

DERMATITIS KONTAK ALERGI LAPORAN KASUS

Oleh:Pande Putu Gede Krisna Bayu Pramana Rimbawan

(1002005071)

Pembimbing:

dr. Made Sastiningsih, Sp.KK

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYABAGIAN/ SMF ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

FK UNUD/RSUD TABANAN2015

Page 2: Dermatitis Kontak Alergi

OUTLINE• PENDAHULUAN• TINJAUAN PUSTAKA• LAPORAN KASUS• PEMBAHASAN• SIMPULAN

DERMATITIS KONTAK ALERGI

Page 3: Dermatitis Kontak Alergi

PENDAHULUAN

Dermatitis

peradangan pada kulit (epidermis dan dermis)

faktor eksogen /endogen

menimbulkan kelainan klinis

efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi)

tanda polimorfik tidak selalu timbul bersamaan

Dermatitis yang disebabkan oleh bahan atau substansi yang

menempel pada kulit

nonimunologik

(DKI)

mengalami sensitisasi terhadap suatu alergen

RESPON

Dermatitis Kontak

(DKA)

imunologik

DKA DKI<mengenai orang yang keadaan kulitnya hipersensitif Pentingnya deteksi, pemahaman dan

penanganan dini pada penyakit DKA

menurunkan morbiditas dan memperbaiki prognosis DKA

KRONIS RESIDIF

GATAL

Page 4: Dermatitis Kontak Alergi

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Dermatitis Kontak Alergi (DKA)

Epidemiologi Dermatitis kontak alergi dapat terjadi pada semua umur

Pada penelitian epidemiologi di St Spiridion, Romania tahun 2008-2009 bahwa wanita lebih sering terkena dermatitis kontak alergi dibanding laki-laki, yaitu 1.83: 1 dan 64.46% berusia di atas 45 tahun.

reaksi inflamasi akibat pemaparan bahan alergen pada dermal yang mampu

mengaktivasi sel T dan kemudian akan bermigrasi pada tempat pemaparan tersebut

terjadi pada seseorang yang telah mengalami sensitisasi terhadap

suatu alergen

<

Page 5: Dermatitis Kontak Alergi

EtiologiPenyebab dermatitis kontak alergi adalah bahan kimia sederhana

bersifat lipofilik, sangat reaktif, dapat menembus stratum korneum

sehingga mencapai sel epidermis dibawahnya

Berbagai faktor berpengaruh dalam timbulnya DKA, misalnya:potensi sensitisasi alergen, dosis per unit area, lama pajanan, suhu, dan kelembaban lingkungan, vehikulum, dan pH

berat molekul umumnya rendah (< 1000 dalton

hapten

faktor individu, misalnya keadaan kulit pada lokasi kontak (keadaan stratum korneum, ketebalan epidermis), status imunologik (misalnya sedang menderita sakit, terpajan sinar matahari)

Page 6: Dermatitis Kontak Alergi

Patogenesis DKA

•Matthias Peiser. Role of Th17 cells in skin Inflammation of allergic contact dermatits. Clinical and Developmental Immunology Hindawi 2013, 261037 : p 1-10

Page 7: Dermatitis Kontak Alergi

Gejala KlinisPenderita pada umumnya mengeluh

Kelainan kulit bergantung pada keparahan dermatitis. Pada yang akut dimulai dengan bercak eritema berbatas tegas, kemudian diikuti edema, papulovesikel, vesikel atau bula.

Akut Subakut Kronis

- Vesikel atau bula yang terisi cairan

jernih multiple dan berat. Bila

terjadi vesikel/berair, timbul erosi

dan eczema

- Edema, eritema

- Infeksi sekunder dengan bakteri

gram (+)

- Eritem bertambah

- Edema mengurang

- Papul menggantikan vesikel

- Kemerahan dan bengkak

- Lebih menonjolkan sisik,

hyperkeratosis, dan

likenifikasi di daerah yang

terkena

GATAL !

Page 8: Dermatitis Kontak Alergi

Predileksi

DKA pada Wajah

DKA pada Lengan

DKA pada Tangan

DKA pada Leher

Page 9: Dermatitis Kontak Alergi

DIAGNOSIS

AnamnesisRiwayat awal pasien terkena penyakit

Gambaran klinis

mempertimbangkan pekerjaan, kontak alergen

Basic 4 Sacred 7

Riw. Penyakit SekarangRiw. Penyakit Dahulu

Riw. Penyakit KeluargaRiw. Sosial / Individu

Onset, Lokasi, Kuantitas, Kualitas, Kronologi, Faktor

yang memperberat dan memperingan, Keluhan

penyerta

Pemeriksaan Fisikmelihat lokalisasi

dan pola kelainan kulit

Status Dermatologi !

Pemeriksaan Penunjang

Tes tempel (patch test)

Page 10: Dermatitis Kontak Alergi

Diagnosis BandingVariabel DKI DKA

Penderita Banyak orang Tidak banyak yang menderita

Lokasi Terlokalisasi TersebarBatas tegas Sering khas Dapat terjadiWaktu untuk resolusi klinis setelah bahan disingkirkan

Sering mengurang setelah 96 jam Beberapa hari

Terjadinya reaksi Terjadi cepat dengan iritan kuat (menit-jam); lambat dengan iritan lemah

24-72 jam

Hubungan dengan pekerjaan Membaik dengan liburan lama (4 minggu)

Dapat membaik bahkan pada akhir minggu

Atopi Predisposisi Predisposisi tidak diketahui

Morfologi Eritem, sisik, fisura Vesikel yang sulit dibedakan dari iritan

Agen penyebab Tergantung pada konsentrasi agen dan kondisi barier kulit; hanya terjadi di atas ambang batas

Relatif tidak terkait dengan jumlah aplikasi, biasanya konsentrasi yang sangat sedikit pun bias mencetuskan.

Sistem imun Respon imun tidak spesifik Tipe IV

Page 11: Dermatitis Kontak Alergi

Penatalaksanaan

• Pencegahan

• Pengobatan Topikal

• Pengobatan Sistemik

Penggunaan sarung tangan karet di ganti dengan sarung tangan plastik, menggunakan mesin cuci, sikat bergagang panjang, penggunaan deterjen sesuai aturan pabrik

Antibiotika dan antimikotikaMengatasi superinfeksi atau infeksi sekunder

Steroid menghambat aktivasi dan proliferasi spesifik antigen

Antihistamin

Kortikosteroid

Menghambat pelepasan histamin danmemperoleh efek sedatif

Bekerja dengan menghambat proliferasi limfosit

Kortikosteroid

Page 12: Dermatitis Kontak Alergi

PROGNOSISPrognosis DKA umumnya baik, sejauh bahan kontaktannya

dapat disingkirkan

Prognosis kurang baik dan menjadi kronis, bila pajanan dengan bahan iritan tidak mungkin dihindari

Page 13: Dermatitis Kontak Alergi

Laporan Kasus

Page 14: Dermatitis Kontak Alergi

Identitas Pasien

Nama : NLKTMDJenis kelamin : PerempuanUsia : 12 tahunTempat Tanggal Lahir : Tabanan, 2 November 2003Alamat : Jalan Pahlawan no 22 Delod Peken, TabananAgama : HinduSuku bangsa : BaliWarga negara : IndonesiaPendidikan : SMPPekerjaan : PelajarStatus : Belum menikahNo. RM : 463833Tanggal pemeriksaan : 6 Oktober 2015

Page 15: Dermatitis Kontak Alergi

AnamnesisKeluhan Utama: gatal dan kemerahan pada kedua telapak tangan.

• Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien datang diantar oleh kakaknya ke Poliklinik Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Daerah Tabanan pada hari Selasa pagi, tanggal 6 Oktober 2015 dengan keluhan kedua tangan gatal disertai kemerahan. Keluhan gatal dan kemerahan ini dikatakan muncul 3 hari yang lalu dengan lokasi di kedua telapak tangan dan juga di kedua siku pasien. Pasien tidak mengetahui dengan jelas asal mula kronologi terjadinya gatal dan kemerahan pada tangannya. Gatal dirasakan terlebih dahulu di kedua telapak tangan, lengan dan juga siku pasien kemudian diikuti bercak kemerahan di kedua telapak tangan pasien.

Page 16: Dermatitis Kontak Alergi

Gatal dirasakan terutama saat bangun tidur dan terasa sepanjang hari sehingga mengganggu aktivitas pasien sehari-hari. Ketika ditanya kualitas gatalnya dari 1-10, pasien mengatakan gatalnya berada di skala 5. Sejauh ini, pasien mengatakan belum ada hal-hal ataupun faktor yang memperberat maupun memperingan gejala tersebut. Pasien tidak mengalami keluhan gatal selama tidurnya. Pasien mengatakan mengalami panas badan (38,5C) 3 hari yang lalu, yakni pada awal terjadinya gatal dan kemerahan pada kulit. Saat itu, pasien dibawa keluarganya ke IGD RSUD Tabanan dan mendapatkan penanganan serta obat pulang. Keluhan panas pasien membaik keesokan harinya, namun pasien masih merasa gatal. Pasien menceritakan bahwa semua keluhan tersebut muncul 3 hari yang lalu saat pergi tirta yatra (sembahyang) bersama teman dan gurunya pada pagi hari. Pasien menjalani pemelukatan (disiram dengan air tirta) di tempat persembahyangan tersebut. Karena lelah setelah aktivitas sembahyang seharian, ketika pulang ke rumah, pasien mengaku tidak mandi dan merasa lemas, kemudian keluhan demam, gatal serta kemerahan di kedua tangannya muncul. Riwayat trauma fisik dan psikis disangkal. Pasien belum memeriksakan dan mengobati keluhan gatal serta kemerahan yang muncul pada tangannya tersebut.

Anamnesis (……Cnt’d)

Page 17: Dermatitis Kontak Alergi

• Riwayat Penyakit Dahulu:Pasien memiliki riwayat alergi setelah makan udang. Hal ini dialaminya ketika masih berada di Sekolah Dasar dan masih berlanjut sampai saat ini. Gejala alergi yang dialaminya hanya gatal-gatal, tanpa disertai sesak maupun kejang. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik seperti hipertensi, diabetes melitus, asma, maupun penyakit jantung dan ginjal. Riwayat menjalani operasi ataupun mendapatkan tranfusi darah disangkal oleh pasien. Pasien belum pernah menjalani tes alergi, sehingga ia belum mengetahui alergi lainnya selain alergi makan udang. Pasien saat ini tidak sedang dalam masa pengobatan terhadap suatu penyakit. Pasien sempat menjalani rawat inap selama 1 minggu di RSUD Tabanan pada Bulan Juni 2014 dengan diagnosa DHF, kemudian sembuh tanpa sekuel. Riwayat penyakit kongenital dan tumbuh kembang pada pasien, disangkal oleh keluarga pasien.

Page 18: Dermatitis Kontak Alergi

• Riwayat Penyakit Keluarga:Keluarga pasien tidak ada yang mengeluhkan gejala seperti pasien. Riwayat penyakit kronik dan sistemik di keluarga, seperti hipertensi, diabetes mellitus, asma, penyakit jantung dan ginjal disangkal oleh keluarga pasien. Riwayat penyakit herediter dan atopi di keluarga juga disangkal.

• Riwayat Sosial Individu:Tidak ada teman maupun tetangga pasien yang mengalami keluhan seperti yang dialami pasien. Pasien merupakan seorang pelajar yang duduk di kelas 1 SMP di Tabanan dengan tingkat aktivitas sedang. Kondisi ekonomi keluarga pasien termasuk dalam tingkat ekonomi menengah ke atas. Pasien memiliki waktu istirahat dan relaksasi yang cukup. Secara rutin, pasien membersihkan badannya sebanyak 2 kali sehari. Pasien tidak mengalami penurunan nafsu makan. Hubungan dengan keluarga dan teman-temannya dikatakan baik. Pasien tidak memiliki hewan peliharaan di rumahnya. Lingkungan rumah pasien dikatakan bersih dan memiliki sirkulasi udara serta pencahayaan ruangan yang baik. Riwayat merokok, mengkonsumsi alkohol dan penggunaan obat terlarang disangkal oleh pasien.

Page 19: Dermatitis Kontak Alergi

Pemeriksaan Fisik• Status Present

Keadaan umum : BaikKesadaran : Compos mentis (GCS E4V5M6)Tekanan Darah : -Nadi : 86 kali/menit Respirasi : 18 kali/menitSuhu : 36,5oCVAS : 0Berat Badan : 42 kgGizi : Cukup

Page 20: Dermatitis Kontak Alergi

Status Generale

Kepala : NormosefaliMata : Anemis -/-, ikterik -/-THT : Kesan tenang, pembesaran KGB (-)Toraks : Pulmo: vesikuler +/+ ; rhonki -/- ; wheezing -/-

Cor: S1S2 tunggal regular; murmur (-)Abdomen : Bising usus (+), distensi (-)Ekstremitas : Hangat (+) Edem (-)

Page 21: Dermatitis Kontak Alergi

Status Dermatologis

Lokasi: regio palmar dextra - Tampak plak eritema soliter, bentuk geografika, ukuran 3cm x 4cm, berbatas tegas, unilateral.

Lokasi: regio palmar dextra et sinistra - Tampak papul eritema multipel, bentuk lentikuler, ukuran 1cmx1cm, berbatas tegas, tersusun diskret, distribusi bilateral.

Page 22: Dermatitis Kontak Alergi

Usulan Pemeriksaan Penunjang• Tes tempel (patch test) --- tidak dikerjakan

Page 23: Dermatitis Kontak Alergi

RESUMEPasien perempuan, umur 12 tahun, datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Tabanan tanggal 6 Oktober 2015 dengan keluhan gatal dan kemerahan pada kedua telapak tangan sejak 3 hari yang lalu. Gatal dirasakan terlebih dahulu di kedua telapak tangan, lengan dan juga siku pasien kemudian diikuti bercak kemerahan di kedua telapak tangan pasien. Pasien tidak mengetahui dengan jelas asal mula kronologinya. Gatal dirasakan terutama saat bangun tidur dan terasa sepanjang hari sehingga mengganggu aktivitas pasien. Belum ada faktor yang memperberat maupun memperingan gejala yang dialami pasien. Riwayat demam (+) 3 hari yang lalu. Pemeriksaan fisik umum ditemukan dalam batas normal. Status dermatologis pada palmar dekstra tampak plak eritema soliter, bentuk geografika, ukuran 3cm x 4cm, berbatas tegas, unilateral. Pada palmar dekstra et sinistra juga ditemukan efloresensi berupa papul eritema multipel, bentuk lentikuler, ukuran 1cmx1cm, berbatas tegas, tersusun diskret dengan distribusi bilateral.

Page 24: Dermatitis Kontak Alergi

DIAGNOSISDiagnosis Banding 1. Dermatitis Kontak Alergi (DKA)2. Dermatitis Kontak Iritan (DKI)3. Dermatitis Atopik

Diagnosis KerjaDermatitis Kontak Alergi (DKA) fase

subakut et causa suspect air tirta

Page 25: Dermatitis Kontak Alergi

PenatalaksanaanPengobatan medikamentosa

Topikal : Krim Desoksimetason 0,25% dioleskan pada lesi 2x/hari

Sistemik : - Mebhydrolin napadysilate (Interhistin) 3 x 50 mg (selama 7 hari)

- Methylprednisolone tablet 3 x 8 mg (selama 7 hari)

Page 26: Dermatitis Kontak Alergi

KIE• Memberi penjelasan kepada keluarga tentang penyakit pasien, gejala klinis,

penyebab, perjalanan penyakit sampai prognosisnya.• Meminta pasien untuk menghindari bahan alergen. Kemungkinan pada kasus

pasien ini, alergen berasal dari air tirta pegunungan yang didapat saat sembahyang. Alergen ini dicurigai, karena pasien tidak pernah melakukan kontak terhadap benda lain di luar kebiasannya sehari-hari dalam jangka waktu 1 minggu terakhir.

• Tetap menjaga kebersihan dengan mandi dan mengganti pakaian secara teratur.• Kontrol gizi, dengan mengkonsumsi makanan cukup gizi.• Menggunakan terapi yang telah diberikan sesuai dengan anjuran dokter dan

apabila keluhan masih timbul, penderita diharapkan kontrol ulang ke poli kulit dan kelamin.

• Pasien juga disarankan melakukan tes alergi untuk mengetahui alergen pasien secara jelas.

Page 27: Dermatitis Kontak Alergi

PROGNOSIS

• Ad vitam : bonam• Ad sanationam : dubia ad bonam• Ad fungsionam : dubia ad bonam• Ad kosmetikam : dubia ad bonam

Page 28: Dermatitis Kontak Alergi

PEMBAHASANTEORI - KASUS

Page 29: Dermatitis Kontak Alergi

PEMBAHASANPembahasan Kasus Teori

Anamnesis Pasien perempuan, umur 12 tahun, datang

dengan keluhan gatal dan kemerahan pada

kedua telapak tangan sejak 3 hari yang lalu.

Gatal dirasakan terlebih dahulu di kedua telapak

tangan, lengan dan juga siku pasien kemudian

diikuti bercak kemerahan di kedua telapak tangan

pasien. Pasien tidak mengetahui dengan jelas

asal mula kronologinya. Gatal dirasakan terutama

saat bangun tidur dan terasa sepanjang hari

sehingga mengganggu aktivitas pasien. Belum

ada faktor yang memperberat maupun

memperingan gejala yang dialami pasien.

Riwayat demam (+) 3 hari yang lalu.

Perempuan lebih sering mengalami DKA

daripada laki-laki, dan ada peningkatan insiden

dengan bertambahnya usia. Meskipun demikian,

tidak menutup kemungkinan prevalensi yang

besar pada usia muda. Kelainan kulit umumnya

muncul 24-72 jam pada tempat terjadinya

kontak dengan bahan alergen. Derajat kelainan

kulit yang timbul bervariasi ada yang ringan ada

pula yang berat. Pada yang ringan mungkin

hanya berupa eritema dan edema, sedangkan

pada yang berat selain eritema dan edema yang

lebih hebat disertai pula vesikel atau bula yang

bila pecah akan terjadi erosi dan eksudasi. Lesi

cenderung menyebar dan keluhan subyektif

berupa gatal.

Page 30: Dermatitis Kontak Alergi

PEMBAHASAN

Lokalisasi Pasien mengeluhkan gatal dan kemerahan

di kedua tangannya, terutama di bagian

telapak tangan.

Kejadian dermatitis kontak baik iritan

maupun alergik paling sering di tangan.

Demikian pula kebanyakan dermatitis

kontak akibat kerja ditemukan di tangan.

Sebagian besar memang oleh karena bahan

iritan. Bahan penyebabnya misalnya

deterjen, antiseptik, getah

sayuran/tanaman, semen, dan pestisida.

Hal ini disebabkan karena tangan

merupakan bagian tubuh yang paling

sering kontak dengan benda lain.

Pembahasan Kasus Teori

Page 31: Dermatitis Kontak Alergi

PEMBAHASANPembahasan Kasus Teori

Etiologi Pasien mengalami keluhan tangan gatal dan

kemerahan beberapa hari setelah melakukan

perjalanan tirta yatra bersama teman dan

gurunya ke Pura Besakih dan Pura Batur. Pasien

menjalani pemelukatan (disiram dengan air tirta)

di tempat persembahyangan tersebut. Karena

lelah setelah aktivitas sembahyang seharian,

ketika pulang ke rumah, pasien mengaku tidak

mandi dan merasa lemas karena perjalanan jauh

dan terpajan matahari. Air tirta tersebut

mengandung mineral pegunungan yang diduga

merupaka alergen bagi pasien. Selain itu suhu

sekitar serta kelembaban lingkungan

pegunungan memegang peran penting dalam

mencetuskan gejala tersebut.

Penyebab dermatitis kontak alergi adalah bahan

kimia sederhana dengan berat molekul

umumnya rendah (<1000 dalton) yang disebut

hapten, bersifat lipofilik, sangat reaktif, dapat

menembus stratum korneum sehingga mencapai

sel epidermis dibawahnya (sel hidup).

Berbagai faktor berpengaruh dalam timbulnya

dermatitis kontak alergi, misalnya potensi

sensitisasi alergen, dosis per unit area, lama

pajanan, suhu, dan kelembaban lingkungan,

vehikulum, dan pH. Juga faktor individu,

misalnya keadaan kulit pada lokasi kontak

(keadaan stratum korneum, ketebalan epidermis),

status imunologik (misalnya sedang menderita

sakit, terpajan sinar matahari).

Page 32: Dermatitis Kontak Alergi

PEMBAHASANPembahasan Kasus Teori

Pemeriksaan

Fisik

Dari status present dan status generale

pasien secara umum dalam batas normal.

Namun dari status dermatologi pasien,

didapatkan beberapa efloresensi, yaitu:

pada palmar dekstra tampak plak eritema

soliter, bentuk geografika, ukuran 3cm x

4cm, berbatas tegas, unilateral. Pada

palmar dekstra et sinistra juga ditemukan

efloresensi berupa papul eritema

multipel, bentuk lentikuler, ukuran

1cmx1cm, berbatas tegas, tersusun diskret

dengan distribusi bilateral

.Kelainan kulit bergantung pada keparahan

dermatitis. Pada yang akut dimulai

dengan bercak eritema berbatas tegas,

kemudian diikuti edema, papulovesikel,

vesikel atau bula. Vesikel atau bula dapat

pecah menimbulkan erosi dan eksudasi

(basah). Pada yang kronis terlihat kulit

kering, berskuama, papul, likenifikasi dan

mungkin juga fisur, batasnya tidak tegas.

Page 33: Dermatitis Kontak Alergi

PEMBAHASANPembahasan Kasus Teori

Pemeriksaan

Penunjang

Pada pasien, dapat diusulkan pemeriksaan

penunjang berupa tes tempel (patch test)

untuk mengetahui alergen pada pasien.

Namun hal ini tidak dilakukan di

poliklinik, mengingat terbatasnya waktu

dan dana serta tenaga medis. Diagnosis

untuk DKA dapat ditegakkan hanya

berdasarkan gejala klinis, status

dermatologis dan dari anamnesis.

Gold standard untuk menegakkan

diagnosis DKA, termasuk yang dicurigai

adalah uji tempel (patch test). Untuk

melakukan uji tempel diperlukan antigen,

biasanya antigen standar buatan pabrik,

misalnya finn chamber system kit. Untuk

menginterpretasi hasil uji tempel tidak

mudah. Interpretasi dilakukan setelah

pembacaan kedua. Respon alergi biasanya

menjadi lebih jelas antara pembacaan

pertama dan kedua

Page 34: Dermatitis Kontak Alergi

PEMBAHASANPembahasan Kasus Teori

Diagnosis Dermatitis Kontak Alergi (DKA) fase

subakut et causa suspect air tirta

Diagnosis pasien DKA dapat

ditegakkan berdasarkan dari hasil

anamnesis, gejala klinis serta dari

status dermatologis. Jika tidak diberi

pengobatan dan kontak dengan

alergen sudah tidak ada maka proses

akut akan menjadi subakut atau

kronis. Pada fase subakut ini akan

terlihat eritema, edema ringan,

vesikula, krusta dan pembentukan

papul-papul.

Page 35: Dermatitis Kontak Alergi

PEMBAHASANPembahasan Kasus Teori

Pengobatan medikamentosa

Topikal : Krim Desoksimetason 0,25%

dioleskan pada lesi 2x/hari

Sistemik : - Mebhydrolin napadysilate

(Interhistin) 3 x 50 mg (selama 7

hari)

-

Methylprednisolone tablet 3 x 8

mg (selama 7 hari)

Pengobatan yang diberikan dapat berupa pengobatan topikal dan sistemik.

1. Pengobatan topikal

Kortikosteroid mempunyai peranan penting dalam sistem imun. Pemberian

topikal akan menghambat reaksi aferen dan eferen dari dermatitis kontak

alergik. Steroid menghambat aktivasi dan proliferasi spesifik antigen.

2. Pengobatan Sistemik

- Antihistamin

Maksud pemberian antihistamin adalah untuk memperoleh efek sedatifnya.

Ada yang berpendapat pada stadium permulaan tidak terdapat pelepasan

histamin. Tapi ada juga yang berpendapat dengan adanya reaksi antigen-

antobodi terdapat pembebasan histamin, serotonin, SRS-A, bradikinin dan

asetilkolin.

- Kortikosteroid

Diberikan pada kasus yang sedang atau berat, secara peroral, intramuskular

atau intravena. Pilihan terbaik adalah prednison dan prednisolon. Steroid lain

lebih mahal dan memiliki kekurangan karena berdaya kerja lama. Bila

diberikan dalam waktu singkat maka efek sampingnya akan minimal.

Page 36: Dermatitis Kontak Alergi

PEMBAHASANPembahasan Kasus Teori

Prognosis Ad vitam : bonam

Ad sanationam : dubia ad bonam

Ad fungsionam : dubia ad bonam

Ad kosmetikam : dubia ad bonam

Prognosis DKA umumnya baik,

sejauh bahan kontaktannya dapat

disingkirkan. Prognosis kurang baik

dan menjadi kronis, bila bersamaan

dengan dermatitis oleh faktor endogen

(dermatitis atopik, dermatitis

numularis, atau psoriasis), atau

pajanan dengan bahan iritan yang

tidak mungkin dihindari.

Page 37: Dermatitis Kontak Alergi

SIMPULANDermatitis Kontak Alergi (DKA) merupakan reaksi hipersensitifitas tipe lambat (tipe IV) yang diperantarai sel T, akibat antigen spesifik yang menembus lapisan epidermis kulit. Ada dua fase yaitu fase sensitisasi dan fase elisitasi. Untuk menegakkan diagnosis Dermatitis Kontak Alergik diperlukan anamnesis yang teliti, riwayat penyakit yang lengkap, pemeriksaan fisik dan uji tempel. Pada prinsipnya penatalaksanaan DKA yang baik adalah mengidentifikasi penyebab dan menyarankan pasien untuk menghindarinya. Prognosis DKA pada pasien ini baik, sejauh bahan kontaknya dapat disingkirkan.

Page 38: Dermatitis Kontak Alergi

DAFTAR PUSTAKA• Sularsito SA and Djuanda S. Dermatitis; in: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editors. Ilmu Penyakit Kulit dan

Kelamin, ed 5. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009, pp 148-150.• Wolff K, Johnson RA. Fitzpatrick’s Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology. 6th ed. New York: The

McGraw-Hill Companies; 2009. h. 20 33.• Statescua L, Branisteanu D, Dobreb C, Solovastru LG, Vasilcab A, Petrescu Z, Azoicaic D. Contact dermatitis

– epidemiological study. Maedica A Journal of Clinical Medicine, Volume 6 No.4; 2011. P 277-281• Matthias Peiser. Role of Th17 cells in skin Inflammation of allergic contact dermatits. Clinical and

Developmental Immunology Hindawi 2013, 261037 : p 1-10• Vocanson M, Hennino A, Rozi A, Poyet, Nicolas JF. Effector and regulatory mechanisms in allergic contact

dermatitis. John Wiley & Sons A/S Allergy 2009: 64: 1699–1714• Baratawijaya KG, Rengganis I. Alergi Dasar. Edisi 1. 2009. Jakarta: Interna Publishing, p 299-314• Bourke J, Coulson I, English J. Guidelines for care of contact dermatitis. British Journal of Dermatology

2001; 145: 877-885• Bonamonte D, Foti C, Vestita M, Angelini G. Noneczematous contact dermatitis. Allergy Hindawi 2013, p 1-

10• Adisesh A, Robinson E, Nicholson PJ, Sen D, Wilkinson M. U.K. standards of care for occupational contact

dermatitis and occupational contact urticaria. British Journal of Dermatology 2013, 168, pp1167–1175• Schnuch A, Aberer W, Agathos M, Becker D, Brasch J, Elsner P, Frosch PJ, Fuchs T, Geier J, Hillen U, Löffler H,

Mahler V, Richter G, Szliska C. Patch testing with contact allergens. JDDG 9˙2008. P 770-775• Diepgen TL, Agner T, Aberer W, Jones JB, Cambazard FR, Elsner P, Mcfadden J, Coenra PJ. Management of

chronic hand eczema. Contact Dermatitis 2007: 57: 203–210

Page 39: Dermatitis Kontak Alergi

TERIMA KASIH