dermatitis kontak alergi pksms

30
Case Report Session DERMATITIS KONTAK ALERGI Disusun Oleh : Sukhvinder Singh 0810314160 Preseptor : Dr.dr. Rika Susanti Sp (F) 1

Upload: sukh-vinder

Post on 24-Jan-2016

77 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

that eventually became dermatitis atopik.

TRANSCRIPT

Page 1: Dermatitis Kontak Alergi Pksms

Case Report Session

DERMATITIS KONTAK ALERGI

Disusun Oleh :

Sukhvinder Singh 0810314160

Preseptor :

Dr.dr. Rika Susanti Sp (F)

KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP IIFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

PUSKESMAS ULAK KARANG PADANG2015

1

Page 2: Dermatitis Kontak Alergi Pksms

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

DERMATITIS KONTAK ALERGI

Pendahuluan

Dermatitis kontak adalah peradangan kulit disebabkan oleh agen eksternal. Dua jenis dermatitis

utama adalah dermatitis kontak iritan (ICD) dan dermatitis kontak alergi (ACD). ICD terjadi

sebagai akibat dari kerusakan langsung ke stratum korneum oleh bahan kimia atau agen fisik

yang terjadi lebih cepat dari kulit mampu memperbaiki dirinya sendiri. Hasil ini merupakan

Reaksi kulit nonimmunologic inflamasi. Sebelumnya sensitisasi tidak diperlukan. Meskipun

kerentanan bervariasi antara individu, diberikan paparan yang cukup untuk iritan, siapa pun

dapat mengembangkan ICD. ACD adalah hipersensitivitas tipe IV tertunda kepada reaksi kimia

eksternal (alergen) yang hanya terjadi pada individu yang rentan yang sebelumnya telah

tersensitisasi.

Bahan penyebab dermatitis kontak alergik pada umumnya adalah bahan kimia yang

terkandung dalam alat-alat yang dikenakan oleh penderita (asesoris, pakaian, sepatu, kosmetika,

obat topikal dll), atau yang berhubungan dengan pekerjaan atau hobi (semen, sabun cuci,

pestisida, bahan pelarut, bahan cat, tanaman dll) dapat pula oleh bahan yang berada disekitarnya

(debu semen, bulu binatang atau polutan yang lain). Disamping bahan penyebab ada faktor

penunjang yang mempermudah timbulnya dermatitis kontak tersebut yaitu suhu udara,

kelembaban, gesekan dan oklusi.

2

Page 3: Dermatitis Kontak Alergi Pksms

Dermatitis kontak alergik pada lingkungan kerja terjadi lebih sedikit dari pada dermatitis

kontak iritan, namun bila hanya ditinjau dari statistik yang ada hal ini dapat menyesatkan karena

sesungguhnya banyak dermatitis kontak alergi yang tidak terdiagnosis sehingga tidak dilaporkan.

Salah satu penyebab utamanya adalah tidak tersedianya alat / bahan uji tempel (patch test)

sebagai sarana diagnostik.

Untuk menegakkan diagnosis dermatitis kontak alergik perlu dilakukan uji tempel. Uji

tempel bila memungkinkan dilakukan 2 minggu setelah dermatitisnya sembuh. Oleh karena bila

baru saja sembuh, apalagi masih aktif, maka ambang rangsang kulit terhadap iritasi maupun

sensitasi menurun. Tujuan uji tempel selain untuk membuktikan bahwa dermatitis yang terjadi

adalah dermatitis kontak alergik, juga untuk menemukan jenis bahan alergen kontak. Kecuali ini

dapat pula sebagai tes prediksi untuk menentukan bahan apa saja yang dapat ditoleransi oleh

penderita. Supaya hasilnya dapat dipercaya uji tempel harus selalu disesuaikan dengan riwayat

penyakit dan pemeriksaan klinis serta dilakukan dengan prosedur baku.

Definisi

Dermatitis kontak adalah respon peradangan kulit akut atau kronik terhadap paparan

bahan iritan eksternal yang mengenai kulit. Dikenal dua macam jenis dermatitis kontak yaitu

dermatitis kontak iritan yang timbul melalui mekanisme non imunologik dimana kerusakan kulit

terjadi langsung tanpa didahului proses sensitisasi dan dermatitis kontak alergik yang

diakibatkan mekanisme imunologik, terjadi pada seseorang yang telah mengalami sensitisasi

terhadap suatu alergen.

Menurut Gell dan Coombs dermatitis kontak alergik adalah reaksi hipersensitifitas tipe

lambat (tipe IV) yang diperantarai sel, akibat antigen spesifik yang menembus lapisan epidermis

kulit. Antigen bersama dengan mediator protein akan menuju ke dermis, dimana sel limfosit T

menjadi tersensitisasi. Pada pemaparan selanjutnya dari antigen akan timbul reaksi alergi.

Epidemiologi

Diramalkan bahwa jumlah DKA maupun DKI makin bertambah seiring dengan

bertambahnya jumlah produk yang mengandung bahan kimia yang dipakai oleh masyarakat.

3

Page 4: Dermatitis Kontak Alergi Pksms

Namun informasi mengenai prevalensi dan insidens DKA di masyarakat sangat sedikit, sehingga

berapa angka yang mendekati kebenaran belum didapat.

Usia tidak mempengaruhi timbulnya sensitisasi namun dermatitis kontak alergik

lebih jarang dijumpai pada anak-anak. Lebih sering timbul pada usia dewasa tapi dapat mengenai

segala usia. Prevalensi pada wanita dua kali lipat dari pada laki-laki. Bangsa Kaukasian lebih

sering terkena dari pada ras bangsa lain. Nampaknya banyak juga timbul pada bangsa Afrika-

Amerika namun lebih sulit dideteksi. Jenis pekerjaan merupakan hal penting terhadap tingginya

insiden dermatitis kontak.

Dahulu diperkirakan bahwa kejadian DKI akibat kerja sebanyak 80% dan DKA 20%,

tetapi data baru dari Inggris dan Amerika Serikat menunjukkan bahwa dermatitis kontak akibat

kerja karena alergi ternyata cukup tinggi yaitu berkisar antara 50% dan 60%. Sedangkan dari

satu penelitian ditemukan frekuensi akibat DKA bukan akibat kerja tiga kali lebih sering dari

pada DKA akibat kerja.

Di Amerika Serikat penyakit kulit akibat kerja perseribu pekerja paling banyak dijumpai

berturut-turut pada pekerja pertanian 2,8%, pekerja pabrik 1,2%, tenaga kesehatan 0,8% dan

pekerja bangunan 0,7%. Menurut laporan Internasional Labour Organization terbanyak dijumpai

pada tukang batu & semen 33%, pekerja rumah tangga 17% dan pekerja industri logam dan

mesin 11% sedangkan tenaga kesehatan 1%. 15 Sejak tahuan 1974 insiden penyakit kulit akibat

kerja telah menurun di Amerika Serikat, namun banyak kasus-kasus yang tidak pernah

dilaporkan, baik akibat tidak terdiagnosis sebagai penyakit akibat kerja oleh dokter atau

penderita atau telah diterapi sebagai dermatosis yang bukan disebabkan oleh pekerjaan. Kasus-

kasus yang tidak dilaporkan ini diperkirakan mencapai 20-50 kali lipat dari jumlah yang

dilaporkan.

Di Eropa insiden juga tinggi seperti Swedia dermatitis kontak dijumpai pada 4,8% dari

populasinya. Di Belanda 6%, di Stockholm 8% dan Bergen 12%.

Di Indonesia terlihat bahwa frekuensi dermatitis kontak menunjukan peningkatan di

tahun-tahun terakhir ini. Di bagian Alergi-Imunologi RSCM Jakarta tahun 1988 dilaporkan 35

kasus, berumur antara 6-67 tahun. 21 diantaranya dengan dugaan dermatitis kontak alergika yang

tidak diketahui penyebabnya dan 14 orang dengan dermatitis kronis non spesifik yang

penyebabnya tidak diketahui. Di Manado dari tahun 1988-1991 dijumpai 83 orang dengan

4

Page 5: Dermatitis Kontak Alergi Pksms

dermatitis kontak (4,45%), di Singkawang Kalimantan Barat pada tahun 1991-1992 dermatitis

kontak dijumpai sebanyak 73 orang (17,76%). Tahun 1992 di RS Dr. Pirngadi Medan Nasution

melaporkan terdapat 301 pasien dermatitis kontak (laki-laki 109 orang dan wanita 192 orang),

tahun 1993 sebanyak 332 orang (109 orang laki-laki dan 223 orang wanita), tahun 1994 dijumpai

427 kasus (122 orang laki-laki dan 305 orang wanita).Golongan usia tertinggi adalah 25-44 tahun

1992 dan 1994 adalah kelompok pelajar dan mahasiswa (27,24% dan 32,55%), sedangkan pada

tahun 1993 adalah petani diikuti oleh penjual di pasar, tukang becak, pembantu dan

pengangguran.

Etiologi

Penyebab DKA adalah bahan kimia sederhana dengan berat molekul umumnya rendah

(<1000 dalton), merupakan alergen yang belum diproses, disebut hapten, bersifat lipofilik, sangat

reaktif, dapat menembus stratum korneum sehingga mencapai sel epidermis dibawahnya (sel

hidup). Berbagai faktor berpengaruh dalam timbulnya DKA, misalnya potensi sensitisasi

alergen, dosis per unit area, luas daerah yang terkena, lama pajanan, oklusi, suhu dan

kelembaban lingkungan, vehikulum dan pH. Juga faktor individu, misalnya keadaan kulit pada

lokasi kontak (keadaan stratum korneum, ketebalan epidermis), status imunologik (misalnya

sedang menderita sakit, terpajan sinar matahari).

Patogenesis

Mekanisme terjadinya kelainan kulit pada DKA adalah mengikuti respons imun yang

diperantarai oleh sel (cell-mediated immune respons) atau reaksi imunologik tipe IV, suatu

hipersensitifitas tipe lambat. Reaksi ini terjadi melalui dua fase, yaitu fase sensitisasi dan fase

elisitasi. Hanya individu yang telah mengalami sensitisasi dapat menderita DKA.

1. Fase sensitisasi

Hapten yang masuk kedalam sel epidermis melewati stratum korneum akan ditangkap

oleh sel langerhans dengan cara pinositosis dan diproses secara kimiawi oleh enzim lisosom atau

sitosol serta di konjugasikan pada molekul HLA-DR menjadi antigen lengkap. Pada awalnya sel

Langerhans dalam keadaan istirahat dan hanya berfungsi sebagai makrofag dengan sedikit

5

Page 6: Dermatitis Kontak Alergi Pksms

kemampuan menstimulasi sel T. Tetapi setelah keratinosit terpajan oleh hapten yang juga

mempunyai sifat iritan, akan melepaskan sitokin (IL-1) yang akan mengaktifkan sel Langerhans

sehinga mampu menstimulasi sel-T. Aktivasi tersebut akan mengubah fenotip sel Langerhans

dan meningkatkan sekresi sitokin tertentu (misalnya IL-1) serta ekspresi molekul permukaan sel

termasuk MHC klas I dan II, ICAM-1, LFA-3 dan B7. Sitokin proinflamasi lain yang dilepaskan

oleh keratinosit yaitu TNFα, yang dapat mengaktifasi sel-T, makrofag dan granulosit,

menginduksi perubahan molekul adesi sel dan pelepasan sitokin juga meningkatkan MHC klas I

dan II.

TNFα menekan produksi E-cadherin yang mengikat sel Langerhans pada epidermis, juga

menginduksi aktivitas gelatinolisis sehingga memperlancar sel Langerhans melewati membran

basalis bermigrasi ke kelenjar getah bening setempat melalui saluran limfe. Di dalam kelenjar

limfe, sel Langerhans mempresentasikan kompleks HLA-DR-antigen kepada sel-T penolong

spesifik, yaitu yang mengekspresikan molekul CD4 yang mengenali HLA-DR sel Langerhans,

dan kompleks reseptor sel-T-CD3 yang mengenali antigen yang telah diproses. Ada atau tidak

adanya se-T spesifik ini ditentukan secara genetik.

Sel Langerhans mensekresikan IL-1 yang menstimulasi sel-T untuk mensekresi IL-2 dan

mengekspresi reseptor IL-2 (IL-2R). Sitokin ini akan menstimulasi proliferasi sel T spesifik,

sehingga menjadi lebih banyak. Turunan sel ini yaitu sel T memori (sel T teraktivasi) akan

meninggalkan kelenjar getah bening dan beredar keseluruh tubuh. Pada saat tersebut individu

menjadi tersensitisasi. Fase ini rata-rata berlangsung selama 2-3 minggu.

Menurut konsep ‘danger’ signal (sinyal ‘bahaya’) bahwa sinyal antigenik murni suatu

hapten cenderung menyebabkan toleransi, sedangkan sinyal iritannya menimbulkan sensitisasi.

Dengan demikian terjadinya sensitisasi kontak bergantung pada adanya sinyal iritan yang dapat

berasal dari alergen kontak sendiri, dari ambang rangsang yang rendah terhadap respon iritan,

dari bahaya kimia inflamasi pada kulit yang meradang, atau kombinasi dari ketiganya. Jad sinyal

‘bahaya’ yang menyebabkan sensitisasi tidak berasal dari sinyal antigenik sendiri, melainkan dari

iritasi yang menyertainya. Suatu tindakan mengurangi iritasi akan menurunkan potensi

sensitisasi.

6

Page 7: Dermatitis Kontak Alergi Pksms

2. Fase elisitasi

Fase kedua (elisitasi) hipersensitivitas tipe lambat terjadi pada pajanan ulang alergen

(hapten). Seperti pada fase sensitisasi, hapten akan ditangkap oleh sel Langerhans dan diproses

secara kimiawi oleh sel antigen, diikat oleh HLA-DR kemudian diekspresikan di permukaan sel.

Selanjutnya kompleks HLA-DR-antigen akan dipresentasikan kepada sel T yang telah

tersensitisasi (sel T memori) baik dikulit maupun dikelenjar limfe sehingga terjadi proses

aktivasi. Dikulit proses aktivasi lebih kompleks dengan hadirnya sel-sel lain. Sel Langerhans

mensekresikan IL-1 yang menstimulasi sel-T untuk memproduksi IL-2 dan mengekspresi IL-2R,

yang akan mernyebabkan proliferasi dan ekspansi populasi sel-T di kulit. Sel-T teraktivasi juga

mengeluarkan IFN-γ yang akan mengaktifkan keratinosit mengekspresi ICAM-1 dan HLA-DR.

Adanya ICAM-1 memungkinkan keratinosit untuk berinteraksi dengan sel-T dan leukosit yang

lain yang mengekspresi molekul LFA-1. Sedangkan HLA-DR memungkinkan keratinosit untuk

berinteraksi langsung dengan sel-T CD4+ dan juga memungkinkan presentasi antigen kepada sel

tersebut. HLA-DR juda dapat merupakan target sel-T sitotoksik pada keratinosit. Keratinosit

menghasilkan juga sejumlah sitokin antara lain IL-1, IL-6, TNF-α dan GMCSF, semuanya dapat

mengaktivasi sel-T. IL-1 dapat menstimulasi keratinosit menghasilkan eikosanoid. Sitokin dan

eikosanoid ini akan mengaktifkan sel mas dan makrofag. Sel mas yang berada didekat pembuluh

darah dermis akan melepaskan antara lain histamin, berbagai jenis faktor kemotaktik, PGE2 dan

PGD2, dan leukotrien B4 (LTB4). Eikosanoid baik yang berasal dari sel mas (prostaglandin)

maupun dari keratinosit atau leukosit menyebabkan dilatasi vaskular dan meningkatkan

permeabilitas sehingga molekul larut seperti komplemen dan kinin mudah berdifusi kedalam

dermis dan epidermis. Selain itu faktor kemotaktik dan eikosanoid akan menarik neutrofil,

monosit dan sel darah dari dalam pembuluh darah masuk kedalam dermis. Rentetan kejadian

tersebut akan menimbulkan respon klinik DKA. Fase elisitasi umumnya berlangsung antara 24-

48 jam.

Gejala klinik

Penderita umumnya mengeluh gatal. Kelainan kulit bergantung pada keparahan

dermatitis dan lokasinya. Pada yang akut dimulai dengan bercak eritematosa yang berbatas jelas,

kemudian diikuti edema, papulovesikel, vesikel atau bula. Vesikel atau bula dapat pecah dan

7

Page 8: Dermatitis Kontak Alergi Pksms

menimbulkan erosi dan eksudasi (basah). DKA akut di tempat tertentu, misalnya kelopak mata,

penis, skrotum, eritema dan edema lebih dominan dari pada vesikel. Pada yang kronis terlihat

kulit kering, berskuama, papul, likenifikasi, dan mungkin juga fisur, batasnya tidak jelas.

Kelainan ini sulit dibedakan dengan dermatitis kontak; mungkin penyebabnya juga campuran.

DKA dapat meluas ketempat lain, misalnya dengan cara autosensitisasi. Skalp, telapak

tangan dan kaki relatif resisten terhadap DKA.

Diagnosis

Diagnosis didasarkan atas hasil anamnesis yang cermat dan pemeriksaan klinis yang

teliti.

Pertanyaan mengenai kontaktan yang dicurigai didasarkan kelainan kulit yang ditemukan.

Misalnya, ada kelainan kulit berukuran numular di sekitar umbilikus berupa hiperpigmentasi,

likenifikasi, dengan papul dan erosi, maka perlu dipertanyakan apakah penderita memakai

kancing celana atau kepala ikat pinggang yang terbuat dari logam (nikel). Data yang berasal dari

anamnesis juga meliputi riwayat pekerjaan, hobi, obat topikal yang pernah digunakan, obat

sistemik, kosmetika, bahan-bahan yang diketahui menimbulkan alergi, penyakit kulit yang

pernah dialami, riwayat atopi, baik yang bersangkutan maupun keluarganya.

Pemeriksaan fisis sangat penting, karena dengan melihat lokasi dan pola kelainan kulit

yang sering terjadi dapat diketahui kemungkinan penyebabnya. Misalnya, di ketiak oleh

deodoran; di pergelangan tangan oleh jam tangan; di kedua kaki oleh sepatu/sandal. Pemeriksaan

hendaknya dilakukan ditempat yang cukup terang, pada seluruh kulit untuk melihat

kemungkinan kelainan kulit lain karena sebab-sebab endogen.

Diagnosis Banding

Kelainan kulit DKA sering tidak menunjukkan gambaran morfologik yang khas, dapat

menyerupai dermatitis atopik, dermatitis numularis, dermatitis seboroik, atau psoriasis.

Diagnosis banding yang terutama ialah dengan DKI. Dalam keadaaan ini pemeriksaan uji tempel

perlu dipertimbangkan untuk menentukan, apakah dermatitis tersebut karena kontak alergi.

Uji Tempel

8

Page 9: Dermatitis Kontak Alergi Pksms

Pelaksanaan uji tempel dilakukan setelah dermatitisnya tenang (sembuh) sekurang-

kurangnya 2 minggu. Tempat melakukan uji tempel biasanya di punggung, dapat pula dibagian

luar lengan atas. Bahan uji diletakkan pada sepotong kain atau kertas, ditempel pada kulit yang

utuh, ditutup dengan bahan impermeabel, kemudian direkat dengan plester. Setelah 48 jam di

buka, reaksi di baca 48 jam (pada waktu dibuka), 72 jam dan atau 96 jam. Untuk bahan tertentu

bahkan baru memberikan reaksi setelah satu minggu. Hasil positif dapat berupa eritema dengan

urtikaria sampai vesikel atau bula. Penting dibedakan apakah reaksi karena alergi kontak atau

karena iritasi, sehubungan dengan konsentrasi bahan uji terlalu tinggi. Bila oleh karena iritasi,

reaksi akan menurun setelah 48 jam (reaksi tipe decresendo), sedangkan reaksi alergi kontak

makin meningkat (reaksi tipe cresendo).

Pengobatan

Hal yang perlu diperhatikan pada pengobatan dermatitis kontak adalah upaya pencegahan

terulangnya kontak kembali dengan alergen penyebab, dan menekan kelainan kulit yang timbul.

Kortikosteroid dapat diberikan dalam jangka pendek untuk mengatasi peradangan pada

DKA akut yang ditandai dengan eritema, edema, vesikel atau bula, serta eksudativa (madidans),

misalnya prednison 30 mg/hari. Umumnya kelainan kulit akan mereda setelah beberapa hari.

Sedangkan kelainan kulit cukup dikompres dengan larutan garam faal atau larutan air salisil

1:1000.

Untuk DKA ringan atau DKA akut yang telah mereda (setelah mendapatkan pengobatan

kortikosteroid sistemik), cukup diberikan kortikosteroid secara topikal.

Prognosis

Prognosis DKA umumnya baik, sejauh bahan kontaknya dapat disingkirkan. Prognosis

kurang baik dan menjadi kronis bila terjadi bersamaan dengan dermatitis oleh faktor endogen

(dermatitis atopik, dermatitis numularisatau psoriasis), atau terpajan oleh alergen yang tidak

mungkin dihindari.

9

Page 10: Dermatitis Kontak Alergi Pksms

BAB II

LAPORAN KASUS

1. Identitas Pasien

a. Nama : Tn Af

b. Kelamin : Laki-laki

c. Umur : 53 tahun

d. Pekerjaan / pendidikan : pekerja bengkel las mobil / SD

e. Alamat : Belanti Barat 7, Ulak Karang

2. Latar belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga

a. Status perkawinan : Telah nikahb. Jumlah anak : 2 orangc. Status ekonomi keluarga : Menengah bawahd. KB : -e. Kondisi rumah : - Rumah permanen, 1 lantai, 3 kamar.

- WC 1 ( didalam rumah)- Sumber air dari pdam- Sampah di buang di tempat pengumpulan

f. Kondisi tempat kerja : - Pasien berkerja di sebuah bengkel las mobil yang terletak di Belanti Barat, Ulak Karang. Bengkel tersebut bersifat tidak permanen. Terdapat sebuah kamar kantor di bagian belakang bengkel yang berdinding kayu dan zinc. Dinding perkarangan dan atap bengkel dibuat dari zinc dan kayu. Lantai bengkel tidak bersemen. Bengkel dikelilingi selokan yang selebar kira-kira setengah meter dan sedalam 1 kaki. Terdapat sebuah ruang yang berbatas dinding zinc disamping ruang kantor yang di gunakan sebagai WC dan tempat mencuci peralatan. Terdapat 5 orang karyawan termasuk pasien yang berkerja di bengkel tersebut.

10

Page 11: Dermatitis Kontak Alergi Pksms

- Sampah dibuang di tempat pembuangan sampah yang berdekatan, lebih kurang 2 kali setiap minggu. Selain itu sampah berbentuk kaleng-kaleng cat kosong dan tiub dompol epoxy resin yang terpakai sering dikumpulkan di dekat pintu masuk bengkel sebelum di buang. - Pencahayaan di bengkel tersebut terbatas cahaya alamiah yang dapat masuk dari bagian bengkel yang tidak tertutup zinc. Terdapat 1 colokan utama di dinding kayu bagian kantor dan 4 colokan connector yang tersambung pada colokan utama yang di gantung dibagian tengah dan depan bengkel. Listrik di bengkel digunakan untuk alat-alat mengecat mobil dan grinder. Sumber listrik adalah dari genset yang terletak di bagian belakang bengkel.

- Di bengkel tersebut biasanya terdapat sekitar 3-4 mobil yang sedang di cat.Proses cat terbagi 3 dimana pada bagian awal, cat yang lama di lepaskan dengan acetylene torch dan grinder. Seterusnya dompol yang diperbuat dari polyester resin di tampalkan pada seluruh bagian mobil untuk memastikan cat melekat dengan kuat dan rata. Seterusnya seluruh mobil di cat sesuai dengan permintaan klien. Seluruh proses dapat mengambil waktu 2 sampai 3 bulan tergantung ukuran mobil ketersediaan alat dan karyawan.

Kesan : higen dan keamanan kurang baik dan resiko terjadi kecelakan dan kontaminasi lingkungan dinilai cukup besar.

g. Kondisi Lingkungan Kerja

- Pasien berkerja bersama 4 karyawan lain di bengkel las mobil. Setiap karyawan mendapat tugas yang spesifik di proses mengecat mobil. Pasien melakukan tugas menempelkan polyester resin yang disebutnya “dompol” pada bagian badan mobil yang sebelumnya telah dibersihkan dari cat asli. Karyawan biasanya tidak melakukan tugas diluar apa yang di tugaskan.

- Pasien berkerja menggunakan kepingan kayu atau kuas untuk menempelkan polyester resin tersebut ke bagian-bagian mobil dan kemudian meratakannya dengan kepingan besi atau penggaris. Pasien tidak memakai sarung tangan atau apa-apa alat melindung diri yang lain pada saat berkerja.

- Karyawan lain tidak menggunakan alat pelindung diri atau sarung tangan. Karyawan yang memakai acetylene torch untuk membuang lapisan cat sebelumnya menggunakan gogel untuk proteksi mata.

11

Page 12: Dermatitis Kontak Alergi Pksms

h. Aspek Psikologis

- Pasien mengaku memiliki hubungan yang baik dengan karyawan lain di bengkel dan dengan pemilik bengkel.

- Pasien mengaku memiliki hubungan baik dengan anggota keluarga.

- Pasien memilik jadwal kerja yang cukup fleksibel dimana pasien dapat mengambil hari libur dan waktu untuk istirahat makan. Pasien tidak merasa dibebankan oleh pekerjaannya.

3. Keluhan Utama

Pasien merasakan gatal-gatal pada tangan dan lengan kiri dan kanan sejak 1 tahun yang lalu.

4. Riwayat Penyakit Sekarang

Sejak 1 tahun yang lalu, pasien merasakan gatal di kedua tangan. Saat itu pasien merasa tangannya ada merah-merah dan gatal yang kemudian makin lama makin membesar dan menyebar ke kedua lengan.

Gatal dirasakan sepanjang hari, tidak tercetuskan oleh makanan. Karena gatal, pasien sering menggaruk tangannya.

Pasien mengaku keluhan gatal-gatal bermula 1 minggu setelah pasien berkerja di bengkel las mobil.

Gejala sama dibagian lain tubuh tidak ada. Rasa nyeri atau perih pada daerah lesi tidak ada pada pasien Pasien bekerja sebagai tukang di bengkel las mobil dan memiliki tanggungjawab

spesifik membuat lapisan pertama pada bagian mobil yang akan dicat dengan melapisi badan mobil dengan dompol.

Pasien mengaku bahwa tidak pernah memakai sarung tangan atau alat perlindungan diri saat berkerja dan sering berkerja tanpa memakai baju dengan alasan rasa gerah. Pasien menyangkal riwayat tidak mencuci tangan setelah selesai pekerjaan.

Pasien pernah berobat sebelumnya ke puskesmas sebanyak dua kali dan diberikan obat salep tetapi setelah pengobatan selama 2 minggu dan menyatakan bahwa

12

Page 13: Dermatitis Kontak Alergi Pksms

gejala gatalnya berkurang tetapi tidak sembuh sepenuhnya dan mulai gatal lagi setelah obat salepnya habis.

Tidak ada tukang lain di bengkel tersebut yang menderita gejala seperti ini.

5. Riwayat Penyakit Dahulu:

Riwayat keluhan serupa : disangkal

Riwayat alergi makanan : disangkal

Riwayat alergi obat : disangkal

Riwayat DM : disangkal

Riwayat HT : disangkal

Riwayat asma : disangkal

Riwayat bersin-bersin pagi hari : disangkal

Riwayat gatal di kelopak mata : disangkal

6. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat keluhan serupa : disangkal

Riwayat alergi : disangkal

Riwayat asma : disangkal

7. Pemeriksaan fisik

1. Status Generalis

a. Kepala : dalam batas normal

b. Mata : dalam batas normal

c. Hidung : dalam batas normal

d. Mulut : dalam batas normal

e. Leher : dalam batas normal

f. Punggung : dalam batas normal

13

Page 14: Dermatitis Kontak Alergi Pksms

g. Dada : dalam batas normal

h. Abdomen : dalam batas normal

i. Gluteus dan anogenital : dalam batas normal

j. Ekstremitas atas : lihat status dermatologis

k. Ekstremitas bawah : dalam batas normal

2. Status Dermatologis

Regio brachii dextra et sinistra

Tampak plak eritem berbatas tegas dengan ukuran milier sampai lentikular dengan

ekskoriasi dan skuama diatasnya.

F. DIAGNOSIS BANDING

Dermatitis Kontak Alergi

Dermatitis Kontak Iritan

Dermatofitosis

.

14

Page 15: Dermatitis Kontak Alergi Pksms

Gambar 1.tempat tidur pasien

1. Aspek psikologis di keluarga:

Suami pasien telah meninggal. Pasien tinggal bersama anaknya yang berumur 15 tahun.

Keluhan utama

15

Page 16: Dermatitis Kontak Alergi Pksms

Bintik-bintik kemerahan yang terasa gatal di sela-sela jari tangan kanan dan kiri,

punggung tangan kanan dan kiri,ketiak kanan dan kiri,perut , bokong, punggung kaki

kanan dan kiri, dan sela-sela jari kaki kanan dan kiri sejak 1 bulan yang lalu

2. Riwayat penyakit sekarang :

Bintik-bintik kemerahan yang terasa gatal di sela-sela jari tangan kanan dan kiri,

punggung tangan kanan dan kiri,ketiak kanan dan kiri,perut , bokong, punggung kaki

kanan dan kiri, dan sela-sela jari kaki kanan dan kiri sejak 1 bulan yang lalu.

Awalnya bintik-bintik kemerahan yang gatal terdapat di sela-sela jari tangan kanan dan

kiri, lalu bintik-bintik kemerahan ini menyebar ke punggung tangan kanan dan kiri,

ketiak,perut, bokong, punggung kaki kanan dan kiri, dan sela-sela jari kaki kanan dan kiri

Gatal terutama dirasakan pada malam hari.

Seprei dan alas bantal jarang diganti. Pasien lupa kapan terakhir kali mengganti seprei

Pasien memakai alat mandi bersama dengan anaknya (+)

Pasien tidur satu tempat tidur dengan anaknya

Pasien mandi dua kali sehari

Pasien mengganti bajunya 2 kali sehari

3. Riwayat penyakit dahulu :

Pasien memiliki riwayat keluhan bintik-bintik kemerahan yang gatal di tubuh pada 1

bulan yang lalu dan telah mengkonsumsi “obat kampong” untuk mengurangkan rasa gatal

namun menurut pasien rasa gatal tidak berkurang

4. Riwayat penyakit keluarga :

Anak pasien mengalami keluhan bintik-bintik kemerahan yang terasa gatal sejak 3

minggu yang lalu belum pernah mendapatkan pengobatan.

Pasien dan keluarga tidak ada riwayat bersin-bersin di pagi hari.

Pasien dan keluarga tidak ada riwayat nafas menciut.

Pasien dan keluarga tidak ada riwayat alergi makanan sebelumnya.

Pasien dan keluarga tidak ada riwayat alergi obat sebelumnya.

5. Pemeriksaan Fisik

16

Page 17: Dermatitis Kontak Alergi Pksms

STATUS GENERALIS

Keadaan umum : Tidak tampak sakit

Kesadaran : Composmentis

Nadi : 90 x/menit

Nafas : 18 x/menit

Suhu : 36,3oC

BB : 52 kg

TB : 153 cm

Status gizi : Baik

Pemeriksaan Thorak

- Paru

Inspeksi : Simetris kiri dan kanan dalam keadaan statis dan dinamis

Palpasi : fremitus kiri = kanan

Perkusi : Sonor

Auskultasi : Vesikuler, Rhonchi (-), Wheezing (-)

- Jantung

Inspeksi : Iktus tidak terlihat

Palpasi : Iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V kiri

Perkusi : Batas jantung dalam batas normal

Auskultasi : Irama teratur, bising (-)

Pemeriksaan Abdomen

Inspeksi : Tidak tampak membuncit, distensi (-), kelainan kulit di perut (di status

dermatologikus)

Palpasi : Hepar dan lien dalam batas normal, NT (-), NL (-)

Perkusi : Tymphani

Auskultasi : Bising usus (+) normal

- Ekstremitas : Refilling kapiler baik, RF ++/++, RP -/-

17

Page 18: Dermatitis Kontak Alergi Pksms

STATUS DERMATOLOGIKUS

Lokasi : di sela-sela jari tangan kanan dan kiri, punggung tangan kanan dan

kiri, ketiak kanan dan kiri, punggung kaki kanan dan kiri,perut

dan sela- sela jari kaki kanan dan kiri

Distribusi : regional, bilateral

Bentuk : Tidak khas

Susunan : Tidak khas

Batas : Tidak tegas

Ukuran : milier (pada punggung tangan, jari tangan,punggung kaki dan

sela-sela

jari kaki), numular (ketiak kanan dan kiri),

Efloresensi : Papul eritema, plak eritema, scab,ekskoriasi

Status Venereologikus

Tidak diperiksa

Kelainan Selaput

Tidak ditemukan kelainan

Kelainan Kuku

Jaringan sekitar kuku tidak ditemukan kelainan

Kelainan Rambut

Tidak ditemukan kelainan

Kelainan Kelenjar Limfe

18

Page 19: Dermatitis Kontak Alergi Pksms

Tidak ditemukan pembesaran KGB submandibula, regiocoli, aksila,

supraklavikula, dan infraklavikula.

6. Laboratorium:

Pemeriksaan kerokan kulit diharapkan ditemukan telur, kutu

7. Diagnosis Kerja :

Skabies

8. Diagnosis Banding

Tinea

9. Manajemen :

Promotif :

Memberikan edukasi kepada pasien tentang penyakitnya serta upaya-upaya pencegahan

yang harus dilakukan terutama pengobatan terhadap penyakitnya.

Edukasi pasien terutama mengenai terapi terhadap penyakitnya (terutama mengenai cara

penggunaan salep dengan cara yang benar yaitu mengoleskan salep ke seluruh tubuh

kecuali wajah setiap malam selama 3 hari berturut turut)

Preventif :

Meminta anggota keluarga ( adik pasien) yang mengalami bintik-bintik kemerahan yang

gatal di tubuh turut berobat.

Menjaga kebersihan rumah (semua pakaian, handuk, seprei, alas bantal yang digunakan

pasien di rumah dicuci dengan air hangat,deterjen dan dijemur di terik matahari sampai

kering dan diseterika)

Menjemur kasur yang digunakan pasien di bawah terik matahari.

Kuratif :

Sistemik

Cetirizin 1 x 10 mg

19

Page 20: Dermatitis Kontak Alergi Pksms

Topikal

Salep 2-4

Rehabilitatif :

Kontrol kembali ke puskesmas 3 hari lagi untuk menilai efek pengobatan.

Penulisan Resep

Dinas Kesehatan Kota Padang

Puskesmas Kuranji

Padang, 10 Augustus

2015

R/ CTM tab No X

∫ 3 dd tab 1

R/ Salep 2-4 salf pot No II

∫ ue

( dioleskan seluruh tubuh kecuali wajah 3 hari

20

Page 21: Dermatitis Kontak Alergi Pksms

berturut-turut)

Pro : R

Umur : 50 tahun

Lampiran :

21

Page 22: Dermatitis Kontak Alergi Pksms

22