dermatitis kontak

25
ASUHAN KEPERAWATAN DERMATITIS KONTAK SISTEM INTEGUMEN II STIKES PERTAMEDIKA

Upload: rissa08

Post on 10-Jul-2016

11 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

LAPORAN PENDAHULUAN

TRANSCRIPT

Page 1: Dermatitis Kontak

ASUHAN KEPERAWATAN

DERMATITIS KONTAK

SISTEM INTEGUMEN II

STIKES PERTAMEDIKA

JAKARTA

Page 2: Dermatitis Kontak

A. Tinjauan teoritis

1. Definisi

Dermatitis kontak (dermatitis venenata) merupakan reaksi inflamasi kulit

terhadap unsur-unsur fisik, kimia, atau biologi. Penyakit ini adalah kelainan

inflamasi yang sering bersifat ekzematosoa dan disebabkan oleh reaksi kulit

terhadap sejumlah bahan yang iritatif atau alergenik. Dermatitis kontak adalah

peradangan oleh kontak dengan suatu zat tertentu, ruamnya terbatas pada daerah

tertentu dan seringkali memiliki batas yang tegas.

 

2. Etiologi

Zat – zat yang dapat menyebabkan dermatitis kontak melelui 2 cara yaitu :

a. Iritasi ( dermatitis iritan )

Reaksi alergi ( dermatitis kontak alergika )

Sabun detergen dan logam – logam tertentu bisa mengiritasi kulit

setelah beberapa kali digunakan.

Penyebab dermatitis kontak alergika

Kosmetika : Cat kuku, penghapus cat kuku, deodorant, pelemban

lotion sehabis bercukur, parfum, tabir surya.

Senyawa kimia ( dalam perhiasan ) : nikel

Tanaman : Racun IVY ( tanaman merambat ) racun pohon ek, sejenis

rumput liar, primros.

Obat – obat yang terkandung dalam kritim kulit : antibiotic ( penisilin,

sulfonagnid, neomisin ), autihistamin ( defenhidramin )

Zat kimia yang digunakan dalam pengelolaan pakaian.

3. Manifestasi klinik

Gejala dermatitis kontak mencakup keluhan :

Gatal – gatal

Rasa terbakar

Lesi kulit ( vesikel )

Edema yang diikuti oleh pengeluaran secret

Pembentukan krusta serta akhirnya mongering dan mengelupas kulit.

Reaksi yang berulang – ulang dapat disertai penebalan kulit dan perubahan

pigmentasi. Invasi sekunder oleh bakteri dapat terjadi pada kulit yang

Page 3: Dermatitis Kontak

mengalami ekskoriasis karena digosok atau digaruk. Biasanya tidak terdapat

gejala sistemik kecuali jika erupsinya tersebar luas.

 

4. Patofisiologi

Dermatitis Kontak Iritan

Pada dermatitis kontak iritan kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang

disebabkan oleh bahan iritan melalui kerja kimiawi maupun fisik. Bahan iritan

merusak lapisan tanduk, dalam beberapa menit atau beberapa jam bahan-bahan iritan

tersebut akan berdifusi melalui membran untuk merusak lisosom, mitokondria dan

komponen-komponen inti sel. Dengan rusaknya membran lipid keratinosit maka

fosfolipase akan diaktifkan dan membebaskan asam arakidonik akan membebaskan

prostaglandin dan leukotrin yang akan menyebabkan dilatasi pembuluh darah dan

transudasi dari faktor sirkulasi dari komplemen dan system kinin. Juga akan menarik

neutrofil dan limfosit serta mengaktifkan sel mast yang akan membebaskan histamin,

prostaglandin dan leukotrin. PAF akan mengaktivasi platelets yang akan

menyebabkan perubahan vaskuler. Diacil gliserida akan merangsang ekspresi gen dan

sintesis protein. Pada dermatitis kontak iritan terjadi kerusakan keratisonit dan

keluarnya mediator- mediator. Sehingga perbedaan mekanismenya dengan dermatis

kontak alergik sangat tipis yaitu dermatitis kontak iritan tidak melalui fase sensitisasi.

Ada dua jenis bahan iritan yaitu :

Iritan kuat akan menimbulkan kelainan kulit pada pajanan pertama pada

hampir semua orang,

Iritan lemah hanya pada mereka yang paling rawan atau mengalami kontak

berulang-ulang. Faktor kontribusi, misalnya kelembaban udara, tekanan,

gesekan dan oklusi, mempunyai andil pada terjadinya kerusakan tersebut.

 

a. Dermatitis Kontak Alergi

Pada dermatitis kontak alergi, ada dua fase terjadinya respon imun tipe IV

yang menyebabkan timbulnya lesi dermatitis ini yaitu :

1) Fase Sensitisasi

Fase sensitisasi disebut juga fase induksi atau fase aferen. Pada fase ini

terjadi sensitisasi terhadap individu yang semula belum peka, oleh

bahan kontaktan yang disebut alergen kontak atau pemeka. Terjadi bila

Page 4: Dermatitis Kontak

hapten menempel pada kulit selama 18-24 jam kemudian hapten

diproses dengan jalan pinositosis atau endositosis oleh sel LE

(Langerhans Epidermal), untuk mengadakan ikatan kovalen dengan

protein karier yang berada di epidermis, menjadi komplek hapten

protein. Protein ini terletak pada membran sel Langerhans dan

berhubungan dengan produk gen HLA-DR (Human Leukocyte

Antigen-DR). Pada sel penyaji antigen (antigen presenting cell).

Kemudian sel LE menuju duktus Limfatikus dan ke parakorteks

Limfonodus regional dan terjadilah proses penyajian antigen kepada

molekul CD4+ (Cluster of Diferantiation 4+) dan molekul CD3.

CD4+berfungsi sebagai pengenal komplek HLADR dari sel

Langerhans, sedangkan molekul CD3 yang berkaitan dengan protein

heterodimerik Ti (CD3-Ti), merupakan pengenal antigen yang lebih

spesifik, misalnya untuk ion nikel saja atau ion kromium saja. Kedua

reseptor antigen tersebut terdapat pada permukaan sel T. Pada saat ini

telah terjadi pengenalan antigen (antigen recognition). Selanjutnya sel

Langerhans dirangsang untuk mengeluarkan IL-1 (interleukin-1) yang

akan merangsang sel T untuk mengeluarkan IL-2. Kemudian IL-2 akan

mengakibatkan proliferasi sel T sehingga terbentuk primed me mory T

cells, yang akan bersirkulasi ke seluruh tubuh meninggalkan limfonodi

dan akan memasuki fase elisitasi bila kontak berikut dengan alergen

yang sama. Proses ini pada manusia berlangsung selama 14-21 hari,

dan belum terdapat ruam pada kulit. Pada saat ini individu tersebut

telah tersensitisasi yang berarti mempunyai resiko untuk mengalami

dermatitis kontak alergik.

 

2) Fase elisitasi

Fase elisitasi atau fase eferen terjadi apabila timbul pajanan kedua dari

antigen yang sama dan sel yang telah tersensitisasi telah tersedia di

dalam kompartemen dermis. Sel Langerhans akan mensekresi IL-1

yang akan merangsang sel T untuk mensekresi Il-2. Selanjutnya IL-2

akan merangsang INF (interferon) gamma. IL-1 dan INF gamma akan

merangsang keratinosit memproduksi ICAM-1 (intercellular adhesion

molecule-1) yang langsung beraksi dengan limfosit T dan lekosit, serta

Page 5: Dermatitis Kontak

sekresi eikosanoid. Eikosanoid akan mengaktifkan sel mast dan

makrofag untuk melepaskan histamin sehingga terjadi vasodilatasi dan

permeabilitas yang meningkat. Akibatnya timbul berbagai macam

kelainan kulit seperti eritema, edema dan vesikula yang akan tampak

sebagai dermatitis. Proses peredaan atau penyusutan peradangan terjadi

melalui beberapa mekanisme yaitu proses skuamasi, degradasi antigen

oleh enzim dan sel, kerusakan sel Langerhans dan sel keratinosit serta

pelepasan Prostaglandin E-1dan 2 (PGE-1,2) oleh sel makrofag akibat

stimulasi INF gamma. PGE-1,2 berfungsi menekan produksi IL-2R sel

T serta mencegah kontak sel T dengan keratisonit. Selain itu sel mast

dan basofil juga ikut berperan dengan memperlambat puncak

degranulasi setelah 48 jam paparan antigen, diduga histamin berefek

merangsang molekul CD8 (+) yang bersifat sitotoksik. Dengan

beberapa mekanisme lain, seperti sel B dan sel T terhadap antigen

spesifik, dan akhirnya menekan atau meredakan peradangan.

 

5. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis gangguan

integument yaitu :

Biopsi kulit

Biopsi kulit adalah pemeriksaan dengan cara mengambil cintih jaringan dari kulit

yang terdapat lesi. Biopsi kulit digunakan untuk menentukan apakah ada

keganasan atau infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan jamur.

Uji kultur dan sensitivitas

Uji ini perlu dilakukan untuk mengetahui adanya virus, bakteri, dan jamur pada

kulit.

Kegunaan lain adalah untuk mengetahui apakah mikroorganisme tersebut resisten

pada obat – obat tertentu. Cara pengambilan bahan untuk uji kultur adalah dengan

mengambil eksudat pada lesi kulit.

Pemeriksaan dengan menggunakan pencahayaan khusus

Pemeriksaan kulit perlu mempersiapkam pencahayaan khusus sesuai kasus. Factor

pencahayaan memegang peranan penting.

Page 6: Dermatitis Kontak

Uji tempel

Uji ini dilakukan pada klien yang diduga menderita alergi. Untuk mengetahui

apakah lesi tersebut ada kaitannya dengan factor imunologis. Untuk

mengidentifikasi respon alergi Uji ini menggunakan bahan kimia yang

ditempelkan pada kulit, selanjutnya dilihat bagaimana reaksi local yang

ditimbulkan. Apabila ditemukan kelainan pada kulit, maka hasil nya positif.

 

6. Pencegahan

Pencegahan dermatitis kontak berarti menghindari berkontak dengan bahan yang

telah disebutkan di atas. Strategi pencegahan meliputi:

o Bersihkan kulit yang terkena bahan iritan dengan air dan sabun. Bila

dilakukan secepatnya, dapat menghilangkan banyak iritan dan alergen

dari kulit.

o Gunakan sarung tangan saat mengerjakan pekerjaan rumah tangga

untuk menghindari kontak dengan bahan pembersih.

o Bila sedang bekerja, gunakan pakaian pelindung atau sarung tangan

untuk menghindari kontak dengan bahan alergen atau iritan.

7. Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mengistirahatkan kulit yang sakit dan

melindunginya terhadap kerusakan lebih lanjut. Riwayat sakit yang rinci harus

dianamnesia. Kemudian iritan yang menyebabkan didentifikasi dan dihilangkan,

iritasi local harus dihindari, dan pemakaian sabun umumnya tidak dilakukan

sebelum terjadi kesembuhan banyak preparat dianjurkan penggunaannya untuk

meredakan dermatitis. Umumya lotion yang netral dan tidak mengandung obat

dapat dioleskan pada bercak – bercak eritema ( inflamasi kulit ) yang kecil.

Kompres yang sejuk dan basah juga dapat dilakukan pada daerah dermatitis

vesikuler yang kecil. Remukan halus es yang ditambahkan pada air kompres

kerapkali memberikan efek antipruritus. Kompres basah biasanya membantu

membersihkan lesi eozema yang mengeluarkan secret. Kemudian preparat krim

atau salep yang mengandungsalah satu jenis kostikoateroid dioleskan tipis – tipis.

Mandi dengan larutan yang mengandung obat dapat diresepkan, untuk dermatitis

dengan daerah – daerah lesi yang lebih luas. Pada dermatitis yang menyebar luas,

pemberian kortokosteroid jangka pendek dapat diprogramkan.

Page 7: Dermatitis Kontak

 

 

B. TEORI KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Untuk menetapkan bahan alergen penyebab dermatitis kontak alergik

diperlukan anamnesis yang teliti, riwayat penyakit yang lengkap, pemeriksaan

fisik dan uji tempel. Anamnesis ditujukan selain untuk menegakkan diagnosis

juga untuk mencari kausanya. Karena hal ini penting dalam menentukan terapi

dan tindak lanjutnya, yaitu mencegah kekambuhan. Diperlukan kesabaran,

ketelitian, pengertian dan kerjasama yang baik dengan pasien. Pada anamnesis

perlu juga ditanyakan riwayat atopi, perjalanan penyakit, pekerjaan, hobi, riwayat

kontaktan dan pengobatan yang pernah diberikan oleh dokter maupun dilakukan

sendiri, obyek personal meliputi pertanyaan tentang pakaian baru, sepatu lama,

kosmetika, kaca mata, dan jam tangan serta kondisi lain yaitu riwayat medis

umum dan mungkin faktor psikologik. Pemeriksaan fisik didapatkan adanya

eritema, edema dan papula disusul dengan pembentukan vesikel yang jika pecah

akan membentuk dermatitis yang membasah. Lesi pada umumnya timbul pada

tempat kontak, tidak berbatas tegas dan dapat meluas ke daerah sekitarnya.

Karena beberapa bagian tubuh sangat mudah tersensitisasi dibandingkan bagian

tubuh yang lain maka predileksi regional diagnosis regional akan sangat

membantu penegakan diagnosis.

Kriteria diagnosis dermatitis kontak alergik adalah :

Adanya riwayat kontak dengan suatu bahan satu kali tetapi lama, beberapa kali

atau satu kali tetapi sebelumnya pernah atau sering kontak dengan bahan serupa.

Terdapat tanda-tanda dermatitis terutama pada tempat kontak.

Terdapat tanda-tanda dermatitis disekitar tempat kontak dan lain tempat yang

serupa dengan tempat kontak tetapi lebih ringan serta timbulnya lebih lambat,

yang tumbuhnya setelah pada tempat kontak.

Rasa gatal

Uji tempel dengan bahan yang dicurigai hasilnya positif.

Berbagai jenis kelainan kulit yang harus dipertimbangkan dalam diagnosis

banding adalah :

Page 8: Dermatitis Kontak

a. Dermatitis atopik : erupsi kulit yang bersifat kronik residif, pada tempat-

tempat tertentu seperti lipat siku, lipat lutut dise rtai riwayat atopi pada

penderita atau keluarganya. Penderita dermatitis atopik mengalami efek pada

sisitem imunitas seluler, dimana sel TH2 akan memsekresi IL-4 yang akan

merangsang sel Buntuk memproduksi IgE, dan IL-5 yang merangsang

pembentukan eosinofil. Sebaliknya jumlah sel T dalam sirkulasi menurun dan

kepekaan terhadap alergen kontak menurun.

b. Dermatitis numularis : merupakan dermatitis yang bersifat kronik residif

dengan lesi berukuran sebesar uang logam dan umumnya berlokasi pada sisi

ekstensor ekstremitas.

c. Dermatitis dishidrotik : erupsi bersifat kronik residif, sering dijumpai pada

telapak tangan dan telapak kaki, dengan efloresensi berupa vesikel yang

terletak di dalam.

d. Dermatomikosis : infeksi kulit yang disebabkan oleh jamur dengan efloresensi

kulit bersifat polimorf, berbatas tegas dengan tepi yang lebih aktif.

e. Dermatitis seboroik : bila dijumpai pada muka dan aksila akan sulit dibedakan.

Pada muka terdapat di sekitar alae nasi, alis mata dan di belakang

f. telinga.

g. Liken simplek kronikus : bersifat kronis dan redisif, sering mengalami iritasi

atau sensitisasi. Harus dibedakan dengan dermatitis kontak alergik bentuk

kronik.

2. Pengkajian

Aktivitas / Istirahat

Tanda : Penurunan kekuatan, tahanan, Perubahan tonus

Sirkulasi

Tanda : pembentukan edema jaringan

Integritas Ego

Gejala : Pekerjaan, masalah tentang keluarga

Tanda : ansietas, menarik diri

Eliminasi

Tanda : Diuresis ( setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam

sirkulasi )

Makanan / Cairan

Page 9: Dermatitis Kontak

Tanda : edema jaringan umum

Neurosensori

Tanda : perubahan orientasi, perilaku

Nyeri / kenyamanan

Gejala : nyeri pada kulit

Pernapasan

Gejala : terkurung dalam ruang tertutup, terpajan lama

Keamanan

Tanda : adanya destruksi jaringan.

 

3. Diagnosa keperawatan

DP 1. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan perubahan fungsi

barier kulit

Sasaran     : pemeliharaan integritas kulit

Hasil yang diharapkan :

Mempertahankan integritas kulit

Tidak ada laserasi

Tidak ada tanda – tanda cedera termal

Tidak ada infeksi

Memberikan obat topical yang diprogramkan

Menggunakan obat yang diresepkan sesuai jadwal.

INTERVENSI RASIONAL

Mandiri:

pantau keadaan kulit pasien

Jaga dengan cermat terhadap resiko

terjadinya cedera termal akibat penggunaan

kompres hangat dengan suhu yang terlalu

tinggi dan akibat cidera panas yang tidak

terasa ( bantalan pemanasan, radiator )

Anjurkan pasien untuk menggunakan

kosmetik dan preparat tabir surya.

 

Mengetahui kondisi kulit untuk

dilakukan pilihan intervensi

yang tepat

Penderita dermatosis dapat

mengalami penurunan

sensitivitas terhadap panas.

Banyak masalah kosmetika pada

hakekatnya semua kelainan

Page 10: Dermatitis Kontak

Kolaborasi:

Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian

obat anti histamine dan salep kulit

malignitas kulit dapat dikaitkan

dengan kerusakan kulit kronik.

Penggunaan anti histamine dapat

mengurangi respon gatal serta

mempercepat proses pemulihan

 

 

DP 2. Nyeri dan yang berhubungan dengan lesi kulit

Sasaran : peredaan ketidaknyamanan

Hasil yang diharapkan :

Mencapai peredaan gangguan rasa

Mengutarakan dengan kata – kata bahwa gatal telah reda

Memperlihatkan tidak adanya gejala ekskoriasi kulit karena garukan

Mematuhi terapi yang diprogramkan

Pertahankan keadekuatan hidrasi dan lubrikasi kulit.

Menunjukkan kulit utuh ; kulit menunjukkan, kemajuan dalam

penampilan yang sehat.

INTERVENSI RASIONAL

Mandiri:

Periksa daerah yang terlibat

Upaya untuk menemukan

penyebab gangguan rasa

nyaman

Mencatat hasil – hasil

observasi secara rinci dengan

memakai terminology

deskriptif.

Mengantisipasi reaksi alergi

yang mungkin terjadi ;

mendapatkan riwayat

pemakaian obat.

 

Pemahaman tentang luas dan karakteristik

kulit meliputi bantuan dalam menyusun

rencana intervensi.

Membantu mengidentifikasi tindakan yang

tepat untuk memberikan kenyamanan.

Deskripsi yang akurat tentang erupsi kulit

diperlukan untuk diagnosisi dan pengobatan.

Banyak kondisi kulit tampak serupa tetapi

mempunyai etiologi yang berbeda. Respons

inflamasi kutan mungkin mati pada pasien

lansia.

Ruam menyeluruh terutama dengan aeitan

yang mendadak dapat mennjukkan reaksi

Page 11: Dermatitis Kontak

Kendalikan factor – factor

iritan

Pertahankan kelembaban kira –

kira 60 % ; gunakan alat

pelembab.

Pertahankan lingkungan dingin

Gunakan sabun ringan ( Dove )

atau sabun yang dibuat untuk

kulit sensitive ( Neutrogena,

Avveno ).

Lepaskan kelebihan pakaian

atau peralatan di tempat tidur.

Cuci linen tempat tidur dan

pakaian dengan sabun ringan

Hentikan pemajanan berulang

terhadap detergen, pembersih,

dan pelarut.

Gunakan tindakan perawatan

kulit untuk mempertahankan

integritas kulit dan

meningkatkan kenyamanan

pasien.

lakukan kompres penyejuk

dengan air suam – suam kuku

ataukompres dingin guna

meredakan rasa gatal.

Atasi kekeringan (serosis)

sebagaimana dipreskripsikan.

Kolaborasi: 

Oleskan lotion dan krim kulit

segera setelah mandi

Gunakan terapi topical seperti

alergi terhadap obat.

Rasa gatal diperburuk oleh panas, kimia, dan

fisik.

Dengan kelembaban yang rendah, kulit akan

kehilangan air.

Kesejukan mengurangi gatal

Upaya ini mencakup tidak adanya larutan

detegen, zat pewarna atau bahan pengeras.

Meningkatkan lingkungan yang sejuk

Sabun yang keras dapat menimbulkan iritasi

kulit.

Setiap substansi yang mneghilangkan air,

lipid atau protein dari epidermis akan

mengubah fungsi barier kulit.

Kulit merupakan barier yang penting yang

harus dipertahankan keutuhannya agar dapat

berfungsi dengan benar.

Penghisapan air yang bertahap dari kasa

kompres akan menyejukkan kulit dan

meredakan pruritus.

Kulit yang kering dapat menimbulkan

daerah dermatitis dengan kemerahan, gatal,

deskuamasi dan pada bentuk yang lebih

berat, pembengkakan, pembentukan lepuh,

keretakan dan eksudat.

 

 

Hidrasi yang efektif pada stratum korneum

mencegah gangguan lapisan barier pada

kulit.

Tindakan ini membantu meredakan gejala

Masalah pasien dapat disebabkan oleh iritasi

Page 12: Dermatitis Kontak

yang dipreskripsikan.

Anjurkan pasien untuk

menghindari pemakaian salep

ayau lotion yang dibeli tanpa

resep dokter.

Jaga agar kuku selalu

terpangkas.

 

atau sensitisasi karena pengobatan sendiri.

Pemotongan kuku akan mengurangi

kerusakan kulit karena garukan.

DP 3. Perubahan pola tidur yang berhubungan dengan pruritus

Sasaran : Pencapaian tidur yang nyenyak.

Hasil yang diharapkan :

Mencapai tidur yang nyenyak

Melaporkan peredaan rasa gatal

Mempertahankan kondisi lingkungan yang tepat

Menghindari konsumsi kafein pada sore gari dan menjelang tidur pada

malam hari.

Mengenali tindakan untuk mneingkatkan tidur.

Mengalami pola tidur / istirahat yang memuaskan.

INTERVENSI RASIONAL

Mandiri :

Bantu pasien melakukan gerak

badan secara teratur

jaga kamar tidur agar tetap

memiliki ventilasi dan

kelembaban yang baik.

 

Kolaborasi:

Cegah dan obati kulit yang kering

Anjurkan kepada klien menjaga

kulit selalu lembab

 

Gerak badan memberikan efek yang

menguntungkan untuk tidur jika

dilaksanakan pada sore hari.

Udara yang kering membuat kulit terasa

gatal. Lingkungan yang nyaman

meningkatkan relaksasi.

Pruritus noeturnal mengganggu tidur yang

normal.

Tindakan ini mencegah kehilangan air.

Page 13: Dermatitis Kontak

Anjurkan klien Menghindari

minuman yang mengandung

kafein menjelang tidur di malam

hari.

Anjurkan klien Mengerjakan hal

– hal yang ritual dan rutin

menjelang tidur.

Kulit yang kering dan gatal biasanya tidak

dapat disembuhkan tetapi bisa

dikendalikan.

Kafein memiliki efek puncak 2 – 4 jam

sesudah dikonsumsi.

Tindakan ini memudahkan peralihan dari

keadaan terjaga menjadi keadaan tertidur. 

DP 4. Perubahan citra tubuh yang berhubungan dengan penampakan kulit yang

tidak baik.

Sasaran : Pengembangan peningkatan penerimaan diri.

Hasil yang diharapkan :

Mengembangkan peningkatan kemauan untuk menerima keadaan diri.

Mengikuti dan turut berpatisipasi dalam tindakan perawatan – mandiri.

Melaporkan perasaan dalam penegndalian situasi.

Menguatkan kembali dukungan positif dari diri sendiri.

Mengutarakan perhatian terhadap diri sendiri yang lebih sehat.

Tampak tidak begitu memperhatikan kondisi.menggunakan teknik

menyembunyikan kekurangan dan menekankan teknik untuk

meningkatkan penampilan.

 

 

INTERVENSI  RASIONAL 

Page 14: Dermatitis Kontak

Mandiri:

Kaji adanya gangguan pada citra

diri pasien ( menghindari kontak

mata, ucapan yang merendahkan

diri sendiri, ekpresi keadaan muak

terhadap kondisi kulitnya ).

Identifikasi stadium psikososial

tahap perkembangan.

Berikan kesempatan untuk

pengungkapan. Dengarkan

(dengan cara yang terbuka, tidak

menghakimi) untuk

mengekspresikan berduka /

ansietas tentang perubahan citra

tubuh.

Nilai rasa keprihatinan dan

ketakutan pasien. Bantu pasien

yang cemas dalam

mengembangkan kemampuan

untuk menilai diri dan mengenali

serta mengatasi masalah.

dorong sosialisasi dengan orang

lain 

 

Gangguan citra diri akan menyertai setiap

penyakit atau keadaan yang tampak nyata

bagi pasien. Kesan sesorang terhadap

dirinya sendiri akan berpengaruh pada

konsep diri.

Terhadap hubungan antara stadium

perkembangan, citra diri dan reaksi serta

pemahaman pasien terhadap kondisi

kulitnya.

Pasien membutuhkan pengalaman yang

harus didengarkan dan dipahami.

Tindakan ini memberikan kesempatan

pada petugas kesehatan untuk

menetralkan kecemasan yang tidak perlu

terjadi dan memulihkan realitas situasi.

Ketakutan merupakan unsure yang

merusak adaptasi pasien.

Meningkatkan penerimaan diri dan

sosialisasi. 

 

 

DP 5. Kurang pengetahuan tentang perawatan kulit dan cara-cara menangani

kelainan kulit.

Sasaran : Pemahaman terhadap perawatan kulit

Hasil yang diharapkan :

Memiliki pemahaman terhadap perawatan diri

Mengikuti terapi seperti yang diprogramkan dan dapat

mengungkapkan rasional tindakan yang dilakukan.

Page 15: Dermatitis Kontak

Menjalankan mandi, pencucian, dan balutan basah sesuai yang

diprogramkan.

Gunakan obat topical dengan tepat

Memahami pentingnya nutrisi unutk kesehatan kulit.

 

 

INTERVENSI  RASIONAL 

Tentukan apakah pasien

mnegetahui (memahami dan

salah mengerti) tentang kondisi

dirinya.

Jaga agar pasien mendapatkan

informasi yang benar ;

memperbaiki kesalahan

konsepsi / informasi

Peragakan penerapan terapi

yang diprogramkan ( kompres

basah ; obat topical )

Berikan nasihat kepada pasien

untuk menjaga agar kulit tetap

lembab dan fleksibel dengan

tindakan hidrasi dan pengolesan

krim serta lotion kulit.

Dorong pasien untuk

mendapatkan status nutrisi yang

sehat. 

Memberikan data dasar untuk

mengembangkan rencana penyuluhan.

Pasien harus memiliki perasaan bahwa ada

sesuatu yang dapat mereka perbuat.

Kebanyakan pasien merasakan manfaatnya.

Memungkinkan pasien memperoleh

kesempatan untuk menunjukkan cara yang

tepat unutk melakukan terapi.

Stratum korneum memerlukan air agar

fleksibilitas kulit tetap terjaga. Pengolesan

krim atau lotion untuk melembabkan kulit

akan memcegah agar kulit tidak menjadi

kering, kasar, retak, dan bersisik.

Penampakan kulit mencerminkan kesehatan

umum seseorang. Perubahan pada kulit

dapat menandakan status nutrisi yang

abnormal.

 

 

DP 6. Resiko infeksi berhubungan dengan lesi, bercak – bercak merah pada kulit

Sasran : tidak adanya komplikasi

Hasil yang diharapkan :

Tetap bebas dari infeksi

Page 16: Dermatitis Kontak

Mengungkapakn tindakan perawatan kulit yang mneingktakan

kebersihan dan mencegah kerusakan.

Mengidentifikasi tanda dan gejala infeksi untuk dilaporkan

Mengidentifikasi efek merugikan dari obat yang harus dilaporkan ke

petugas perawatan kesehatan

Berpartisipasi dalam tindakan perawatan kulit ( mis : penggantian

balutan, mandi )

INTERVENSI RASIONAL 

Miliki indeksi kecurigaan yang

tinggi terhadap suatu infeksi

pada pasien yang system

kekebalannya teganggu.

Berikan petunjuk yagn jelas

dan rinci kepada pasien

mengenai program terapi

Laksanakan pemakaian

kompres basah seperti yang

diprogramkan untuk

mengurangi intensitas

inflamasi

Setiap keadaan yang mneggangu status imun

akan memperbesar resiko terjadinya infeksi

kulit.

Pendidikan pasien yang efektif bergantung

pada ketrampilan – ketrampilan

interpersonal professional kesehatan dan

pada pemberian instruksi yang jelas yang

diperkuat dengan instruksi tertulis.

Kompres basah akan menghasilkan

pendinginan lewat pengisatan yang

menimbulkan vasokontriksi pembuluh drah

kulit dan dengan demikian mengurangi

eritema serta produksi serum.