definisi gatriti1.doc
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gastritis adalah proses inflamsi pada lapisan mukosa dan sub mukosa
lambung. Secara histopastologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltarsi sel-
sel radang pada daerah tersebut. Gastritis merupakan salah satu penyakit
yang banyak dijumpai di klinik / ruangan penyakit dalam pada umumnya.
Kejadian penyakit gastritis meningkat sejak 5 – 6 tahun ini dan menyerang
laki-laki lebih banyak dari pada wanita. Laki-laki lebih banyak mengalami
gastritis karena kebiasaan mengkonsumsi alkohol dan merokok.
Secara garis besar gastritis dapat dibagi menjadi beberapa macam
berdasarkan pada manifestasi klinis, gambaran histologi yang khas, distribusi
anatomi dan kemungkinan patogenesis gastritis. Berdasarkan pada
manifestasi klinis, gastritis dapat dibagi menjadi akut dan kronik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi gastritis?
2. Apa etiologi gastritis?
3. Bagaimana patogenesis gastritis?
4. Bagaimana patofisiologi gastritis?
5. Bagaimana epidemiologi gastritis?
6. Bagaimana gejala klinis gastritis?
7. Bagaimana gambaran laboratorium penyakit gastritis?
8. Bagaimana diagnosa gastritis?
9. Apa implikasi terhadap gizi akibat gastritis?
10.Bagaimana terapi gastritis melalui medikamentosa dan gizi?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi penyakit gastritis.
2. Mengetahui etiologi, pathogenesis, patofisiologi, dan epidemiologi penyakit
gastritis.
1
3. Mengetahui gejala klinis, gambaran laboratorium dan diagnosa penyakit
gastritis.
4. Mengetahui gangguan metabolisme pada penyakit gastritis.
5. Mengetahui terapi gastritis melalui mediamentosa dan gizi.
D. Manfaat Penulisan
1. Memberikan informasi mengenai penyakit gastritis.
2. Memberikan referensi untuk mahasiswa terutama mahasiswa gizi tentang
penyakit gastritis.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Gatritis
Gastritis adalah istilah kedokteran untuk suatu keadaan inflamasi
mukosa (jaringan lunak) lambung. Keadaan ini sering ditandai dengan gejala
klinis yang sangat bervariasi yang sering kali tidak korelasi dengan beratnya
inflamasi pada mukosa lambung tersebut. Gastritis bukanlah suatu penyakit
tunggal, namun beberapa kondisi-kondisi yang berbeda yang semuanya
mempunyai peradangan lapisan lambung.
Terkadang pemakaian istilah gastritis sendiri sering dipakai untuk
semua kelainan non spesifik dengan keluhan sementara, seperti keluhan
samar-samar seperti rasa tak enak di epigastrium atau muntah-muntah.
Secara umum gastritis dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Gastritis akut
Gastritis akut meliputi spektrum dari inflamasi yang jelas, yang disebut
gastritis akut superfisialis, gastritis akut hemoragik dan gastritis erosif.
Karena lemahnya garis pembatas maka istilah gastritis akut erosif dipakai
untuk seluruh varian, walaupun pada beberapa kasus tidak dijumpai
adanya erosi.
2. Gastritis kronis
Gastritis kronis ditandai dengan perubahan mukosa karena peradangan
menahun, kelenjar yang atrofi dengan metaplasi. Walaupun seringkali
tanpa gejala, namun merupakan kelainan yang penting karena ada
hubungannya dengan anemia pernisiosa, ulkus peptikum dan karsinoma
lambung. Pada lambung gastritis kronis dapat dibagi lagi dalam sub
klasifikasi menjadi gastritis kronis superfisialis, gastritis antrofik dan antrofik
gaster menurut rentang derajat beratnya peradangan mukosa, dan
hubungan dengan perubahan kelenjarnya. Penelitian jangka panjang
menunjukan bahwa derajat beratnya kelainan hanya mewakili stadium
pada progresi dan regresi situasi yang mendasarinya. Jadi, setelah
3
beberapa tahun gastritis superfisialis dapat berubah menjadi gastritis
atrofik demikian pula sebaliknya.
B. Etiologi Gastritis
Gastritis dapat terjadi karena :
Pemakaian yang sering dari obat-obatan anti inflamasi non steroid
(NSAID), seperti aspirin yang tanpa pelindung selaput enterik.
Peminum alkohol yang kronik
Perokok berat
Infeksi campylobacter
Obat kematerapeutik anti tumor
Stres berat misalnya, luka bakar yang luas
Trauma atau pembedahan SSP (susunan saraf pusat)
Radiasi pada lambung
Keracunan makanan karena staphylococcus enterotoksik
Dinding lambung terkikis sehingga mengakibatkan luka pada dinding
lambung karena, ada atau tidaknya makanan, mukosa lambung akan terus
bergerak seperti halnya mencerna makanan. Sehingga, ketika tidak ada
makanan dinding lambung akan terluka karena gerakan tersebut.
Dapat juga terjadi pada penderita anemia pernisiosa, ulkus peptikum,
karsinoma lambung, selain itu bisa terjadi pada lansia.
C. Patogenesis
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan kerusakan mukosa
lambung, antara lain:
Kerusakan mucosal barrier sehingga difusi balik ion H meninggi.
Perfusi mukosa lambung yang terganggu.
Jumlah asam lambung
Faktor-faktor tersebut biasanya tidak berdiri sendiri. Misalnya stress
fisis akan menyebabkan perfusi mukosa lambung terganggu, sehingga timbul
daerah-daerah infark kecil. Disamping itu sekresi asam lambung juga terpacu.
Suasana asam yang terdapat pada lumen lambung akan mempercepat
kerusakan mucosal barrier oleh cairan usus.
4
Gejala gastritis pada penderita yang mengkonsumsi NSAID, alkohol
dan rokok dapat tetlihat lebih jelas. Penggunaan aspirin secara terus menerus
dapat menimbulkan perdarahan pada mukosa lambung sehingga
menyebabkan gastritis.
D. Patofisiologi
1. Gastritis Akut
Gastritis akut biasanya ditandai dengan membran mukosa lambung
teriritasi bakteri endoktosin, obat NSAID, alkohol , kafein, aspirin menjadi
edema dan mukosanya memerah dan hiperemik (kangesti dengan jaringan,
cairan dan darah) dan akan mengalami erosi superfisial. Bagian ini
mensekresi sejumlah getah lambung yang mengandung sangat sedikit
asam tetapi banyak muncul, sehingga terjadi sekresi superfisial dan dapat
menimbulkan haemoragi yang dimanifestasikan hematemesis.
2. Gastritis Kronik
Gastritis kronik terdapat dalam dua bentuk yakni atrofik dan
hipertrofik. Diketahui terdapat dua jenis gastritis atrofik, yaitu antrum dan
fundus. Gastritis antrum mengenai antrum pilori dan biasanya berkaitan
dengan aklorhidria. Gastritis fundus berkaitan dengan penurunan jumlah sel
parietal dalam korpus lambung dan anemia pernisiosa. Secara histologis,
kedua bentuk gastritis ini memperlihatkan gambaran serupa. Mukosa
mengandung lebih sedikit kelenjar sehingga lebih tipis daripada normal.
Mukosa juga memperlihatkan metaplasia interstisium, dimana epitel
lambung diganti kelenjar usus. Kelenjar-kelenjar ini mirip dengan kelenjar
pada usus halus dan mengandung sel goblet dan sel paneth. Mukosa juga
memperlihatkan tanda-tanda peradangan kronik dan mengandung infiltrat
limfiod dan sel plasma
E. Epidemiologi
Penderita gastritis kebanyakan adalah orang-orang dengan tingkat
stress tinggi yang hidup di kota dengan tuntutan kerja yang tinggi menguras
5
waktu tenaga sehingga orang tersebut memiliki pola hidup yang tidak sehat,
misalnya merokok, mengkonsumsi alkohol, makan tidak teratur, asupan
makanan tidak sesuai kebutuhan, dan lain-lain.
Pada kasus gastritis akut, faktor penyimpangan makan merupakan titik
awal yang mempengaruhi terjadinya perubahan dinding/lambung.
Peningkatan produk cairan lambung dapat dirangsang oleh konsumsi
makanan atau minuman, cuka, cabai, kopi, alkohol serta makanan lain yang
bersifat merangsang juga dapat mendorong timbulnya kondisi tersebut. Pada
akhirnya kekuatan dinding lambung menjadi semakin parah. Tak jarang
kondisi seperti itu akan menimbulkan luka pada dinding lambung. Faktor obat-
obatan zat kimia Beberapa macam obat yang bersifat asam atau basa keras
dapat menyebabkan gastritis. Obat-obatan yang mengandung salisilat
misalnya aspirin (sering digunakan sebagai obat pereda sakit kepala) dalam
tingkat yang berlebihan dapat menimbulkan gastritis.
Faktor psikologi Stress baik primer maupun sekunder dapat
merangsang peningkatan produksi asam-asam gerakan paristaltik lambung.
Stress juga akan mendorong gerakan antara makanan dan dinding lambung
menjadi tambah kuat. Hal ini dapat menyebabkan luka pada lambung. Stress
berat (sekunder) akibat kebakaran, kecelakaan maupun pembedahan sering
pula menyebabkan tukak lambung akut. Infeksi bakteri Gastritis akibat infeksi
bakteri dari luar tubuh jarang terjadi sebab bakteri tersebut akan terbunuh oleh
asam lambung. Kuman penyakit atau infeksi bakteri penyebab gastritis,
umumnya berasal dari dalam tubuh penderita bersangkutan. Keadaan ini
sebagai wujud komplikasi penyakit yang telah ada sebelumnya.
6
F. Gejala Klinis
Gejala-gejala yang paling umum adalah gangguan atau sakit perut.
Gejala-gejala lain adalah:
bersendawa,
perut kembung,
mual dan muntah
Suatu perasaan penuh atau terbakar di perut bagian atas.
Nyeri ulu hati
Anoreksia
Nausea
Nyeri seperti ulkus peptik
Keluhan-keluhan anemia
Darah dalam muntahan atau tinja-tinja yang hitam mungkin adalah suatu
tanda perdarahan didalam lambung, yang mungkin mengindikasikan suatu
persoalan yang serius yang memerlukan perhatian medis yang segera.
7
G. Gambaran Laboratorium
Keterangan gambar :
A : mukosa lambung normal
B : bastritis erosive
C : gastritis atrofik
D : gastritis hipertrofik
E : tukak peptik
Gambar 1 : gastritis erosif. Mukosa superficial hilang disertai kongestidan
perdarahan.
Gambar 2 : gastritis yang disebabkan oleh helicobacter pylori. Basil melekat
ke permukaan apeks sel-sel lambung.
Gambar 3 : gastritis atrofik antrum. Mukosa mengandung lebih sedikit kelenjar
dari pada normal dan stroma disebuk oleh sel-sel radang
kronik.
8
Gambar 4 : gastritis atrofik antrum. Kelenjar memperlihatkan metaplasia yang
ditandai oleh sel goblet (G) dan sel paneth (P).
9
Gambar 4Gambar 3
Gambar 2Gambar 1
H. Diagnosa
Gastritis didiagnosis melalui satu atau lebih tes-tes medis:
Endoskopi saluran pencernaan bagian atas. Dokter mendorong dengan
pelan-pelan suatu endoskop, suatu tabung kecil yang berisi sebuah
kamera kecil, melalui mulut anda (atau adakalanya melalui hidung) dan
turun kedalam lambung anda untuk melihat pada lapisan perut/lambung.
Dokter akan memeriksa peradangan dan mungkin mengeluarkan suatu
contoh kecil jaringan untuk pemeriksaan. Prosedur untuk mengangkat
suatu contoh jaringan disebut sebuah biopsi.
Tes Darah. Dokter mungkin memeriksa jumlah sel darah merah anda
untuk melihat apakah anda mempunyai anemia, yang berarti bahwa anda
tidak mempunyai cukup sel-sel darah merah. Anemia dapat disebabkan
oleh perdarahan dari lambung.
Tes Tinja/Feces. Tes ini memeriksa kehadiran darah dalam feces anda,
suatu tanda perdarahan. Tes feces mungkin juga digunakan untuk
mendeteksi kehadiran H. pylori dalam saluran pencernaan.
I. Implikasi terhadap gizi (gangguan metabolism gizi)
Atrofi lambung dapat menyebabkan gangguan penyerapan terutama
terhadap vitamin B12. Gangguan penyerapan terhadap vitamin B12 selanjutnya
dapat menyebabkan anemia yang secara klinik hampir sama dengan anemia
pernisiosa. Keduanya dapat dipisahkan dengan memeriksa antibodi terhadap
faktor intrinsik. Penderita anemia pernisiosa biasanya mempunyai antibodi
terhadapa faktor intrinsik dalam serum atau cairan gasternya. Selain vitamin
B12 penyerapan besi juga dapat terganggu.
10
J. Terapi
1. Medikamentosa
Pemberian obat-obat H2 blocking, antasid atau obat-obat ulkus
lambung dapat menjadikan pH lambung 4 atau lebih. Untuk pengguna
aspirin atau antiinflamasi nonsteroid, pencegahan yang terbaik ialah
dengan misoprostol, suatu derivate prostaglandin mukosa.
Prostaglandin membantu mengurangi sekresi asam lambung,
menambah sekresi mukus, bikarbonat dan menambah aliran darah
mukosa serta pertahanan dan perbaikan mukosa.
2. Gizi
Diet yang diberikan pada penderita gastritis adalah diet penyakit
lambung. Prinsip diet pada penyakit lambung bersifat ad libitum, yang
artinya adalah bahwa diet lambung dilakukan berdasarkan kehendak
pasien. Umumnya diet lambung bersifat menghindari makanan yang
merangsang dan menimbulkan gas, makanan yang sulit dicerna dan
makanan yang terlalu panas atau dingin.
Tujuan diet penyakit lambung adalah untuk memberikan makanan
dan cairan secukupnya yang tidak memberatkan lambung serta mencegah
dan menetralkan sekresi asam lambung yang berlebihan.
Syarat-syarat diet untuk penyakit lambung :
Mudah dicerna, porsi kecil dan sering diberikan.
Energi dan protein cukup, sesuai kemampuan pasien untuk
menerimanya.
Lemak rendah, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total yang
ditingkatkan secara bertahap hingga sesuai dengan kebutuhan.
Rendah serat, terutama serat tidak larut air yang ditingkatkan secara
bertahap.
11
Tidak mengandung bahan makanan atau bumbu yang tajam, baik
secara termis, mekanis, maupun kimia (disesuaikan dengan daya
terima perorangan)
Laktosa rendah, bila ada gejala intoleransi laktosa, umunya tidak
dianjurkan minum susu terlalu banyak karena dapat merangsang
pengeluaran asam lambung secara berlebihan.
Makan secara perlahan dilingkungan yang tenang.
Pada fase akut dapat diberikan makanan pareteral saja selama 24-48
jam untuk member istirahat pada lambung.
Berikan minuman yang mengandung elektrolit dan hidratarang
sederhana untuk mengatasi dehidrasi serta gangguan keseimbangan
elektrolit.
Hindari makanan yang bersifat merangsang dan menimbulkan gas.
Pemberian suplemen vitamin C bersama protein diperlukan untuk
mempercepat kesembuhan jaringan lambung yang luka. Karena terapi
antasid beresiko mengurangi penyerapan zat besi, maka pemberian
suplemen besi yang tidak mengiritasi lambung dapat dilakukan untuk
mencegah anemia. Bahkan pada gastritis kronis yang mengganggu
produksi faktor intrinsik diperlukan suplemen B12 untuk mencegah
anemia pernisiosa.
Selain hal-hal di atas, untuk mengurangi asam lambung dapat
digunakan madu karena kandungan mineral yang cukup tinggi pada madu
dapat mengurangi derajat keasaman dan membantu mencegah
pendarahan lambung. Semakin gelap warna madu, kandungan mineralnya
semakin tinggi.
Macam diet dan indikasi pemberian
Untuk mengetahui ada atau tidaknya pendarahan pada saluran
cerna bagian atas, dapat digunakan diet pemeriksaan benzidin. Bahan
makanan yang dapat menimbulkan reaksi dengan larutan benzidin tidak
diperbolehkan (bahan makanan yang mengandung hemoglobin dan
klorofil). Diet benzidin biasanya hanya diberikan selama 2-3 hari
12
saja.menurut keadaan pasien, makanan diberikan dalam keadaan saring
atau lunak.
Untuk pasien gastritis akut diberikan diet lambung 1. Makanan
diberikan dalam bentuk saring dan merupakan perpindahan dari Diet
Pasca-Hematemesis-Melena, atau setelah fase akut teratasi. Makanan
diberikan setiap 3 jam selama 1-2 hari saja karena membosankan serta
kurang energi, zat besi, thiamin dan vitamin C.
Sedangkan untuk pasien gastritis kronis diberikan diet lambung II
sebagai perpindahan dari diet lambung I. Makanan berbentuk lunak, porsi
kecil serta diberikan berupa 3kali makanan lengkap dan 2-3kali makanan
selingan. Makanan ini cukup energi, protein, vitamin C tetapi kurang
thiamin.
Diet Lambung III diberikan sebagai perpindahan dari diet lambung II
pada pasien gastritis kronik yang hampir sembuh. Makanan berbentuk
lunak atau biasa bergantung pada toleransi pasien. Makanan ini cukup
energi dan zat gizi lainya.
Bahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan
Bahan
makanan
Dianjurkan Tidak dianjurkan
Sumber
karbohidrat
Beras dibubur atau ditim;
kentang dipure; macaroni
direbus; roti dipanggang;
biscuit, krekers; mi, bihun,
tepung-tepungan dibuat
bubur atau pudding.
Beras ketan, beras
tumbuk, roti whole wheat,
jagung; ubi, singkong,
tales; cake, dodol dan
berbagai kue yang terlalu
manis dan berlemak
tinggi.
Sumber
protein
hewani
Daging sapi empuk, hati,
ikan, ayam giling atau
cincang dan direbus,
disemur, ditim, dipaggang;
telur ayam direbus,
didadar, ditim, duceplok
air dan dicampur dalam
Daging, ikan, ayam yang
diawet, digoreng; daging
babi; telur diceplok atau
digoreng.
13
makanan; susu
Sumber
protein
nabati
Tahu, tempe, direbus,
ditim, ditumis; kacang
hijau direbus, dan
dihaluskan.
Tahu, tempe digoreng;
kacang tanah, kacang
merah, kacang tolo.
Sayuran Sayuran yang tidak
banyak erat dan tidak
menimbulkan gassetelah
dimasak; bayam, bit, labu
siam, labu kuning, wortel,
tomat direbus dan ditumis.
Sayuran mentah, sayuran
berserat tinggi dan
menimbulkan gas seperti
daun singkong, kol,
kacang panjang, lobak,
sawi, dan asparagus.
Buah-
buahan
Papaya, pisang, jeruk
manis, sari buah; pear dan
peach dalam kaleng
Buah yang tinggi serat dan
atau menimbulkan gas
seperti jambu biji, nanas,
apel, kedondong, durian,
nangka; buah yang
dikeringkan
Lemak Margarine dan mentega;
minyak untuk menumis
dan santan encer
Lemak hewan dan santan
kental.
Minuman Sirup, teh. Minuman yang
mengandung soda dan
alcohol, kopi, es krim.
Bumbu Gula, garam, kunci, jahe,
kencur, kunyit, sereh,
salam, laos, terasi.
Cabai, bawang, merica,
cuka, dan sebagainya
yang tajam.
Contoh menu sehari diet lambung I dan II
Pagi
Bubur nasi/tim nasi
Telur ceplok air
Setup wortel
Teh
Pukul 10.00
Pudding maizena + saus sirup
14
Siang
Bubur nasi/tim nasi
Semur daging giling
Setup bayam
Jus papaya
Pukul16.00
Roti bakar
Orak arik telur
Malam
Bubur nasi/tim nasi
Sup ayam giling
Tumis labu siam+tomat
Pisang
Pukul 20.00
Susu
Contoh menu sehari diet lambung III
Pagi
Nasi tim/nasi
Telur dadar
Setup wortel
Pukul 10.00
Pudding maizena/agar-agar+saus
susu
Susu
Siang
Nasi tim/nasi
Semur ayam
Tahu bumbu tomat
Sayur bening bayam
Pepaya
Pukul16.00
Bubur kacang hijau
Malam
Nasi tim/nasi
Ikan bumbu tomat
Tim tempe
Sayur lodeh
Pisang
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gastritis adalah istilah kedokteran untuk suatu keadaan inflamasi
mukosa (jaringan lunak) lambung yang disebabkan oleh pemakaian obat
NSAID, alcohol, infeksi bakteri, merokok, stress dan gaya hidup yang tidak
sehat. Gastritis dibagi menjadi dua, yaitu gastritis akut dan gastritis kronis.
Penderita gastritis kebanyakan adalah orang-orang dengan tingkat
stress tinggi yang hidup di kota dengan tuntutan kerja yang tinggi menguras
waktu tenaga sehingga orang tersebut memiliki pola hidup yang tidak sehat.
Gejala-gejala yang paling umum adalah gangguan atau sakit perut,
seperti : bersendawa, perut kembung, mual dan muntah, perasaan penuh
atau terbakar di perut bagian atas, nyeri ulu hati, anoreksia, nausea, nyeri
seperti ulkus peptik, keluhan-keluhan anemia, darah dalam muntahan atau
tinja-tinja yang hitam.
Gastritis dapat didiagnosa dengan tes endoskopi saluran cerna atas,
tes darah atau tes tinja. Atrofi pada lambung dapat menyebabkan
terganggunya penyerapan vitamin B12.
Pengobatan gastritis melalui medikamentosa dapat dilakukan dengan
pemberian obat-obat H2 blocking, antasid atau obat-obat ulkus lambung. Diet
yang diberikan pada penderita gastritis adalah diet penyakit lambung.
Umumnya diet lambung bersifat menghindari makanan yang merangsang dan
menimbulkan gas, makanan yang sulit dicerna dan makanan yang terlalu
panas atau dingin. Diet yang diberikan untuk pasien gastritis akut adalah diet
lambung I dan II, sedangkan untuk pasien gastritis kronis dapat diberikan diet
lambung III.
B. Saran
Menerapkan pola hidup sehat, seperti menghindari minum alkohol,
16
merokok, penggunaan obat NSAID dan stres dapat mencegah terjadinya
penyakit gastritis. Selain itu makan makanan yang bergizi dan teratur juga
dapat menghindari gastritis.
Pasien dan keluarga dengan penyakit gastritis membutuhkan
pengawasan diet makanan setelah pulang dari rumah sakit dan sangat mudah
terkena bila tidak mematuhi tentang penatalaksanaan diet dirumah. Makan
makanan yang teratur dan menghindari makan yang dapat mengiritasi
lambung.
17
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddart. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 Vol. 2.
Jakarta EGC.
Damjanov, Ivan. 2000. Histopatologi. Jakarta : Widya Medika.
Hartono, Andry. 2006. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit edisi 2. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Hirlan, Theo Soeharjono. 1990. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI.
Instalasi Gizi Perjan RS Dr. Cipto Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisien
Indonesia. 2008. Penuntun Diet edisi baru. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama.
Robbins dan Kumar. 1995. Buku Ajar Patologi II. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Tierney, L., dkk. 2002. Diagnosis dan Terapi Kedokteran Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta: Salemba Medika.
Tim Penerjemah EGC. 1994. Kamus Kedokteran Dorland edisi 26. Jakarta :
Penerbit buku kedokteran EGC.
Wirakusumah, Emma Pandi. 2010. Sehat Cara Al-Qur’an dan Hadis. Jakarta:
Mizan Publika.
www.spesialis.info.com/gastritis
www.bidankusahabatku.com/gastritis_penyakit_maag
www.kondas-gastritis.com
18
KETERANGAN ISTILAH MEDIS YANG DIGUNAKAN
Anoreksia : tidak ada atau kehilangan selera untuk makan.
Apeks : istilah umum yang digunakan dalam nomenklatur anatomical untuk
menyebutkan puncak tubuh, organ atau bagian, atau ujung lancip
suatu struktur konus.
Biopsy : pengambilan dan pemeriksaan, biasanya mikroskopik, dari jaringan
tubuh yang hidup yang dilkukan untuk menegakkan diagnosis pasti.
Difusi : proses menjadi difus atau tersebar luas. Gerakan molekul spontan
atau partikel dalam larutan, disebabkan gerakan acak suhu,
sehingga kadarnya sama diseluruh larutan, proses ini tidak perlu
tambahan energi.
Endoskop : alat untuk memeriksa bagian dalam organ berongga.
Erosif : ditandai dengan atau menybabkan erosi.
Hemoragik : berkaitan dengan atau ditandai dengan perdarahan; menerangkan
jaringan dimana telah terjadi perdarahan.
Infark : area nekrosis koagulasi pada jaringan akibat iskemia local,
disebabkan oleh obstruksi sirkulasi ke daerah itu, paling sering
karena thrombus atau embolus.
Infeksi : invasi dan pembiakkan mikroorganisme dijaringan tubuh, secara
klinis mungkin tidak tampak atau timbul cedera selular local akibat
kompetisi metabolism, toxin, replikasi interasel atau repon antigen-
antibodi.
Infiltrasi : difusi atau penimbunan di dalam sel atau jaringan bahan yang
normalnya tak terdapat di situ atau dalam jumlah yang tidak normal.
Inflamasi : respons protektif setempat yang ditimbulkan oleh cedera atau
kerusakaan jaringan, yang berfungsi menghancurkan, mengurangi
atau mengurung baik agen pencedera maupun jaringan yang cedera
itu.
19
Lumen : rongga atau saluran didalam tabung atau organ pipa.
Metaplasi : perubahaan dari jenis sel dewasa dalam jaringan menjadi bentuk
yang tidak normal untuk jaringan tersebut.
Mukosa : membrane mukosa atau tonika mukosa.
Nausea : suatau sensasi tidak menyenangkan, secara samar dialihkan pada
epigastrium dan abdomen, dan seringkali memuncak dengan
muntah-muntah.
Radiasi : penyimpangan dari pusat tertentu; struktur yang terbentuk dari
unsure-unsur yang divergen.
Serum : bagian jernih dari cairan berbagai hewan, yang dipisahkan dari
unsur-unsur yang lebih padat, putusnya cairan bening yang terpisah
dari bekuan dan sel-sel darah pada proses pembekuan darah.
Spectrum : pita pemetaan panjang gelombang getaran-getaran
elektromagnetis yang diperoleh dengan refraksi dan difraksi.
Superfisiallis : sebutan yang dipakai untuk menunjukan struktur yang terletak
lebih dekat degan permukaan tubuh daripada yang lainnya.
Trauma : luka atau cedera baik fisik atau psikis.
20