bab ii landasan teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/bab 2_09-176.pdf · tesis 9...

21
Tesis 9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Latar Belakang 2.1.1 Definisi Batubara Batubara merupakan sedimen organik, lebih tepatnya merupakan batuan organik, terdiri dari kandungan bermacam-macam pseudomineral. Batubara terbentuk dari sisa tumbuhan yang membusuk dan terkumpul dalam suatu daerah dengan kondisi banyak air, biasa disebut rawa-rawa. Kondisi tersebut yang menghambat penguraian menyeluruh dari sisa-sisa tumbuhan yang kemudian mengalami proses perubahan menjadi batubara. Secara umum, setelah sisa tanaman tersebut terkumpul dalam suatu kondisi tertentu yang mendukung (banyak air), pembentukan dari peat (gambut) umumnya terjadi. Dalam hal ini peat tidak dimasukkan sebagai golongan batubara, namun terbentuknya peat merupakan tahap awal dari terbentuknya batubara. Proses pembentukan batubara sendiri secara singkat dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan dari sisa-sisa tumbuhan yang ada, mulai dari pembentukan peat (peatifikasi) kemudian lignit dan menjadi berbagai macam tingkat batubara, disebut juga sebagai proses coalifikasi, yang kemudian berubah menjadi antrasit. Pembentukan batubara ini sangat menentukan kualitas batubara, dimana proses yang berlangsung selain melibatkan metamorfosis dari sisa tumbuhan, juga tergantung pada keadaan pada waktu geologi tersebut dan kondisi lokal seperti iklim dan

Upload: vandiep

Post on 02-Mar-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Tesis

9

BAB II

LANDASAN TEORI 2.1. Latar Belakang

2.1.1 Definisi Batubara

Batubara merupakan sedimen organik, lebih tepatnya merupakan batuan

organik, terdiri dari kandungan bermacam-macam pseudomineral. Batubara terbentuk

dari sisa tumbuhan yang membusuk dan terkumpul dalam suatu daerah dengan

kondisi banyak air, biasa disebut rawa-rawa. Kondisi tersebut yang menghambat

penguraian menyeluruh dari sisa-sisa tumbuhan yang kemudian mengalami proses

perubahan menjadi batubara.

Secara umum, setelah sisa tanaman tersebut terkumpul dalam suatu kondisi

tertentu yang mendukung (banyak air), pembentukan dari peat (gambut) umumnya

terjadi. Dalam hal ini peat tidak dimasukkan sebagai golongan batubara, namun

terbentuknya peat merupakan tahap awal dari terbentuknya batubara. Proses

pembentukan batubara sendiri secara singkat dapat didefinisikan sebagai suatu

perubahan dari sisa-sisa tumbuhan yang ada, mulai dari pembentukan peat

(peatifikasi) kemudian lignit dan menjadi berbagai macam tingkat batubara, disebut

juga sebagai proses coalifikasi, yang kemudian berubah menjadi antrasit.

Pembentukan batubara ini sangat menentukan kualitas batubara, dimana proses yang

berlangsung selain melibatkan metamorfosis dari sisa tumbuhan, juga tergantung

pada keadaan pada waktu geologi tersebut dan kondisi lokal seperti iklim dan

Tesis

10

tekanan. Jadi pembentukan batubara berlangsung dengan penimbunan akumulasi dari

sisa tumbuhan yang mengakibatkan perubahan seperti pengayaan unsur karbon,

alterasi, pengurangan kandungan air, dalam tahap awal pengaruh dari

mikroorganisme juga memegang peranan yang sangat penting.

2.1.2 Potensi Batubara

Batubara merupakan salah satu sumber energi yang banyak dipergunakan

untuk pembangkit listrik, dimana konsumsi batubara dunia mengalami kenaikan yang

sangat pesat. Bila pada tahun 1990 total konsumsi batubara dunia baru 3.461 ton,

pada tahun 2007 meningkat menjadi 5.522 ton atau meningkat sebesar 59,5% atau

3,5% per tahun. International Energy Agency (IEA) memperkirakan konsumsi energi

dunia akan tumbuh rata-rata 2,6% per tahun antara periode 2010-2015 dan melambat

menjadi 1,7% pertahun sepanjang tahun 2015-2030. meningkatnya konsumsi

batubara dunia tidak lepas dari meningkat pesannya permintaan energi dunia dimana

batubara merupakan pemasok energi terbesar setelah minyak dengan kontribusi 26%.

World Energy Council memperkirakan cadangan batubara dunia terbukti

mencapai 847.448 juta ton pada akhir tahun 2007 tersebar dilebih dari 50 negara.

Berdasarkan kandungan kalorinya, sebesar 50,8% antrasit (kalori sangat tinggi) dan

bituminus (kalori tinggi), dan 48,2% berupa sub bituminus (kalori sedang) dan lignit

(kalori rendah). Dengan tingkat produksi saat ini menurut IEA, maka batubara dapat

dieksploitasi setidaknya sampai minimal 133 tahun kedepan, jauh lebih lama dengan

minyak dan gas bumi yang masing-masing hanya hanya dapat dieksploitasi sekitar 42

tahun dan 60 tahun kedepan.

Tesis

11

Meskipun tersebar dilebih dari 50 negara, sekitar 76,3% cadangan batubara

terbukti terkonsentrasi di 5 negara yakni Amerika Serikat (28,6%), Rusia (18,5%),

China (13,5%), Australia (9%), dan India (6,7%) seperti terlihat pada gambar 2.1.

Pada tahun 2007 kelima negara memberikan kontribusi sebesar 82% terhadap total

produksi batubara dunia yang sebesar 5.543 juta ton.

Gambar 2.1. Cadangan Terbukti Batubara Dunia

Menurut data World Energy Council pada tahun 2007 Indonesia memiliki

cadangan batubara terbukti sebesar 4,3 miliar ton, dan menurut data Departemen

Energi dan Sumber Daya Mineral cadangan batubara terbukti Indonesia mencapai 5,3

miliar ton, sedangkan untuk cadangan terkira mencapai 13,411 miliar ton.

2.1.3 Konsumsi Batubara Dunia

Sebagai pembangkit listrik, batubara penyumbang terbesar untuk energi

primer yaitu sebesar (41%), dibandingkan dengan energi lainnya seperti gas

Tesis

12

(20,1%), hydro (16%), nuklir (14,8%) dan minyak (5,8%). Disejumlah negara

peran batubara sebagai pembangkit listrik sangat dominan seperti di polandia

(93%), Afirka Selatan (93%), Australia (80%), Cina (78%), dan Indonesia

(71%).

Pasar batubara terbesar adalah Asia yang mengkonsumsi sekitar 54%

dari konsumsi batubara dunia dan impor batubara terbesar adalah dari negara-

negara Asia seperti Jepang, Korea, Cina Taipe, India, dan Cina. Jepang adalah

negara pengimpor batubara terbesar di dunia dengan volume impor 182 juta ton

tahun 2007, diikuti oleh Korea, Cina Taipe masing 88 juta ton dan 69 juta ton.

2.1.4 Industri Batubara Indonesia

Dalam beberapa tahun terakhir, batubara telah memainkan peran yang

cukup penting bagi perekonomian Indonesia. Sektor ini memberikan

sumbangan yang cukup besar bagi devisa negara. Tahun 2008 batubara mampu

menyumbang $320,6 juta untuk devisa. Untuk konsumsi energi nasional

batubara menyerap 71% konsumsi batubara domestik, disamping industri

semen, Industri tekstil dan Industri pulp.

Tren produksi batubara Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami

peningkatan. Dimana pemasaran produksi batubara ada yang diekspor dan ada

yang digunakan untuk domestik. Pada Gambar 2.2. terlihat tren produksi,

ekspor dan domestik batubara Indonesia tahun 1992-2008. sebagian besar

penjualan batubara Indoensia di ekspor, dimana pada tahun 2008 dari

total

Tesis

13

Juta Ton

0

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

140,000

160,000

180,000

200,000

1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

ProduksiPenjualan EksporPenjualan Domestik

Gambar 2.2. Tren Produksi Penjualan, Ekspor dan Domestik Batubara Indonesia Tahun 1992 - 2008

total penjualan 188,711 juta ton, di ekspor sebesar 140,354 juta ton, dan

domestik hanya sekitar 48,750 juta ton.

2.2 Teori Permintaan (Demand)

Teori permintaan/demand adalah kemauan dan kemampuan dari konsumen

untuk membeli sejumlah barang tertentu pada harga tertentu dalam waktu tertentu

(the willingness and ability of buyers to purchase different quantities of good at

different prices during a spesific time period1)).

Permintaan adalah kebutuhan masyarakat / individu terhadap suatu jenis

barang tergantung kepada faktor-faktor sebagai berikut:

Harga barang itu sendiri

Tesis

14

Harga barang lain

Pendapatan konsumen

Cita masyarakat / selera

Jumlah penduduk

Musim / iklim

Prediksi masa yang akan datang

2.2.1 Hukum Permintaan (The Law of demand)

Pada hakikatnya makin rendah harga suatu barang maka makin banyak

permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya, makin tinggi harga suatu barang

maka makin sedikit permintaan terhadap barang tersebut 1).

↓↑ dQP

↑↓ dQP cateris paribus

Dimana P = harga/price dan Qd = jumlah permintaan/quantity demanded

Dari hipotesa di atas dapat disimpulkan, bahwa:

1. Apabila harga suatu barang naik, maka pembeli akan mencari barang lain yang

dapat digunakan sebagai pengganti barang tersebut, dan sebaliknya apabila

barang tersebut turun, konsumen akan menambah pembelian terhadap barang

tersebut.

2. Kenaikan harga menyebabkan pendapatan riil konsumsn berkurang, sehingga

memaksa konsumen mengurangi pembelian, terutama barang yang akan naik

harganya.

Tesis

15

2.2.2 Pengaruh Faktor Bukan Harga Terhadap Permintaan

Beberapa faktor bukan harga yang mempengaruhi permintaan, antara lain :

Harga barang lain

Hubungan suatu barang dengan barang lain dapat dibedakan menjadi 3

(tiga) golongan:

a. Barang pengganti / barang subsidi, yaitu apabila suatu barang dapat

menggantikan fungsi barang lain.

Contoh : Miyak tanah dan gas, minyak tanah dan batubara

Harga barang subsidi dapat mempengaruhi permintaan terhadap barang

yang digantikannya.

b. Barang pelengkap / Complementer, yaitu apabila suatu barang selalu

digunakan secara bersama.

Contoh : gula dan kopi

c. Barang yang tidak saling berhubungan

Contoh : Batubara dengan sandal komoditi pertanian

Pendapatan Konsumen

Berhubungan pendapatan konsumen akan menimbulkan perubahan

permintaan terhadap berbagai jenis barang.

Jenis barang dapat dibedakan menjadi 2 (Dua) macam, yaitu :

a. Barang normal, yaitu barang yang permintaannya akan meningkat

apabila pendapatan konsumen naik

Tesis

16

b. Barang inferior / barang bermutu rendah, yaitu barang yang diminta

konsumen berpenghasilan rendah, apabila pendapatan konsumen

tersebut naik maka permintaan terhadap barang inferior akan menurun.

Corak distribusi pendapatan

Jika Pemerintah menaikan pajak pada orang kaya, untuk menaikan

pendapatan yang berpenghasilan rendah, maka corak permintaan barang

berubah.

Cita rasa masyarakat / selera

Perubahan cita rasa masyarakat akan merubah permintaan terhadap

suatu barang

Jumlah Penduduk

Pertambahan penduduk akan diakui oleh adanya kesempatan kerja.

Dengan demikian akan merubah daya beli masyarakat, selanjutnya akan

menambah permintaan berbagai barang.

Prediksi masa yang akan datang

Jika konsumen memprediksi akan adanya kenaikan harga suatu barang

dimasa yang akan datang, maka permintaan terhadap barang tersebut

meningkat.

2.3. Teori Penawaran (Supply)

Penawaran/supply adalah kemauan atau kemampuan dari produsen untuk

memproduksi dan menawarkan barang tertentu pada harga tertentu dalam suat

Tesis

17

periode tertentu (the willingness and ability of sellers to produce and offer to sell

different quantities of a good at different prices during a specific time period 1).

Keinginan para penjual dalam menawarkan barang ada berbagai tingkat harga

ditentukan oleh beberapa faktor penting, yaitu :

Harga barang itu sendiri

Harga-harga barang lain

Biaya produksi

Tujuan perusahaan

Tingkat produksi yang digunakan

2.3.1 Hukum Penawaran (The Law of Supply)

Hukum penawaran adalah suatu pernyataan yang menjelaskan tentang sifat

hubungan antara harga suatu barang dan jumlah barang tersebut ditawarkan pada

penjual. Hukum penawaran pada dasarnya menyatakan bahwa semakin tinggi harga

suatu barang, semakin banyak jumlah barang tersebut akan ditawarkan oleh para

penjual. Sebaliknya semakin rendah harga suatu barang semakin sedikit jumlah

barang tersebut yang ditawarkan.

↑↑ sQP

↓↓ sQP ceteris paribus

Dimana : P = harga/price dan Qs = jumlah penawaran/quantity suppied

2.3.2 Pengaruh bukan harga terhadap penawaran :

Beberapa faktor bukan harga yang mempengaruhi permintaan, yaitu :

Harga barang lain

Tesis

18

Barang subtitusi maupun complementer akan mempengaruhi suatu barang

yang dibutuhkan masyarakat. Jika harga barang import naik masyarakat

cenderung untuk membeli barang buatan dalam negeri. Sehingga

mendorong produsen dalam negeri untuk menambah produksinya, maka

penawaran harga tersebut meningkat.

Biaya produksi

Jika biaya untuk memperoleh faktor produksi tinggi, maka perusahaan akan

rugi, bahkan akan menutup perusahaannya, sehingga barang yang

diproduksinya akan menurun.

Tujuan produksi

Setiap perusahaan mempunyai tujuan memeksimumkan keuntungan,

sehingga perusahaan menggunakan kapasitas produksinya secara maksimal,

tetapi menggunakan pada tinggkat kapasitas yang memaksimumkan

keuntungan sehingga penawaran akan kecil.

Tingkat teknologi

Kemajuan teknologi akan mengakibatkan:

- Produksi akan bertambah cepat

- Biaya produksi semakin rendah, keuntungan akan bertambah.

Dengan demikian kemajuan teknologi cenderung menaikan penawaran.

Tesis

19

2.4. Elastisitas

Elastistitas adalah ukuran kuantitatif yang menunjukkan seberapa besar

pengaruh perubahan harga atau faktor-faktor lainnnya terhadap perubahan permintaan

dan penawaran dari suatu komoditas.

Elastisitas dapat dibedakan menjadi elastisitas permintaan dan elastisitas

penawaran. Elastisitas permintaan merupakan suatu ukuran kuantitatif yang

menunjukkan besarnya pengaruh perubahan harga atau faktor-faktor lainnya terhadap

perubahan permintaan suatu komoditas, sedangkan elastisitas penawaran merupakan

suatu ukuran kuantitatif yang menunjukkan besarnya pengaruh perubahan harga

maupun faktor-faktor lainnya terhadap perubahan penawaran komoditas tersebut.

2.4.1.Elastisitas Permintaan

Secara umum penaksiran elastisitas permintaan berguna bagi perusahaan

maupun bagi pemerintah. Adapun manfaat dari penaksiran elastisitas permintaan

adalah :

1. Bagi perusahaan (produsen), elastisitas permintaan dapat menjadi landasan dalam

menyusun kebijakan penjualannya. Bila diketahui sifat responsif permintaan atas

komoditas yang dihasilkan perusahaan, pihak perusahaan dapat menentukan perlu

tidaknya untuk menaikkan harga jual komoditas yang dihasilkannya.

2. Bagi pemerintah dapat digunakan untuk meramalkan kesuksesan dari kebijakan

tertentu yang akan dilaksanakannya.

Secara umum elastisitas permintaan dapat dibedakan menjadi elastisitas

permintaan terhadap harga (price elasticity of demand), Elastisitas permintaan

Tesis

20

terhadap pendapatan (income elasticity of demand) dan Elastisitas permintaan

silang (cross price elasticity of demand).

1. Elastisitas permintaan terhadap harga (price elasticity of demand)

Yaitu mengukur seberapa besar perubahan jumlah komoditas yang diminta

apabila harganya berubah. Atau dapat juga disebut juga ukuran kepekaan

perubahan jumlah komoditas yang diminta terhadap perubahan harga komoditas

tersebut dengan asumsi citeris paribus.

a. Permintaan yang Elastis dan Inelastis

Permintaan komoditas memiliki elastisitas yang beragam. Permintaan

komoditas dikatakan elastis jika jumlah komoditas yang diminta peka

terhadap perubahan harga dan dikatakan inelastis (tidak elastis) jika jumlah

komoditas yang diminta kurang peka terhadap perubahan harga.

Klasifikasi elastisitas suatu komoditas mengikuti kaidah berikut :

Elastisitas nol (tidak elastis sempurna). Dalam hal ini perubahan harga

suatu komoditas tidak akan berubah jumlah komoditas yang diminta

tersebut (kurva permintaan komoditas sejajar dengan sumbu tegak)

Elastisitas sempurna. Pada suatu harga tertentu, pasar sanggup membeli

semua komoditas yang ada di pasar, berapa pun banyaknya komoditas

yang dipasarkan oleh para penjual pada harga tersebut semuanya akan

dapat terjual.

Elastisitas uniter. Untuk komoditas dengan elastisitas uniter (nilai mutlak

elastisitas sama dengan 1), perubahan harga komoditas tersebut dalam

suatu persentase tertentu, akan diikuti dengan perubahan jumlah

Tesis

21

komoditas yang diminta tersebut dalam persentease yang sama (pada

umumnya dalam arah yang berlawanan), sehingga nilai mutlak hasil bagi

kedua nilai tersebut adalah satu.

Elastis (nilai mutlak ηp > 1). Jumlah komoditas yang diminta akan

mengalami perubahan dengan persentase yang melebihi persentase

perubahan harga.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Elastisitas Permintaan

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya elastisitas permintaan

suatu komoditas. Beberapa faktor yang terpenting adalah :

Tingkat kemampuan komoditas-komoditas lain untuk menggantikan

komoditas tersebut.

Persentase pendapatan yang akan dibelanjakan untuk membeli komoditas

Jangka waktu untuk menganalisi permintaan

2. Elastisitas permintaan terhadap pendapatan (income elasticity of demand)

Adalah suatu besaran yang berguna untuk menunjukkan responsivitas konsumsi

suatu komoditas terhadap perubahan pendapatan (income), nilai yang diperoleh

dapat digunakan untuk membedakan komoditas apakah termasuk dalam

komoditas mewah, normal, atau inferior.

3. Elastisitas permintaan silang (cross price elasticity of demand)

Adalah koefisien yang menunjukkan besarnya perubahan permintaan suatu

komoditas apabila terjadi perubahan harga komoditas lain. Koefisien elastisitas

permintaan silang sering digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan

komplemen atau substitusi diantara komoditas.

Tesis

22

2.4.2.Elastistas Penawaran

Apa yang berlaku untuk permintaan terhadap suatu komoditas dapat pula

berlaku untuk penawarannya. Elastisitas penawaran terhadap harga (price elasticity of

supply) mengukur persentase perubahan jumlah komoditas yang ditawarkan sebagai

reaksi terhadap perubahan harga komoditas tersebut sebesar 1 %. Dengan demikian

elastisitas penawaran terhadap harga dapat digunakan untuk mengukur respon

penawaran sebagai akibat perubahan harga.

1. Penggolongan Kurva Penawaran

Bentuk kurva penawaran mempengaruhi besarnya elastisitas penawaran terhadap

harga. Dalam kaitannya dengan elastisitas penawaran terhadap harga, maka kurva

penawaran dapat digolongkan menjadi :

Elastis Sempurna, bila penjual bersedia menjual semua komoditasnya pada

suatu harga tertentu.

Elastis, bila perubahan harga komoditas menyebabkan perubahan komoditas

yang ditawarkan dalam porsi yang lebih besar dari porsi perubahan harga.

Elastis Uniter, dengan kurva penawaran berupa garis lurus yang bermula

dari titik 0 dan merupakan kasus khusus dimana persentase kenaikan jumlah

yang ditawarkan sama dengan persentase kenaikan harga.

Tidak Elastis, bila persentase perubahan harga menimbulkan persentase

perubahan yang lebih kecil kepada jumlah yang ditawarkan.

Tidak Elastis Sempurna, dalam hal ini penjual sama sekali tidak dapat

menambah jumlah penawarannya walaupun harga bertambah tinggi.

Tesis

23

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Elastisitas Penawaran

Terdapat dua faktor yang dapat dianggap sebagai faktor yang sangat penting

dalam menentukan elastisitas penawaran. Kedua faktor tersebut adalah sifat dari

perubahan biaya produksi dan jangka waktu analisis.

a. Sifat Perubahan Biaya Produksi

Penawaran suatu komoditas merupakan penawaran yang tidak elastis bila

kenaikan penawaran hanya dapat dilakukan dengan mengeluarkan biaya

tambahan yang sangat tinggi. Pada umumnya hal ini disebabkan karena :

1) Kapasitas produksi telah mencapai tingkat yang tinggi sehingga untuk

menambah produksi harus dilakukan investasi baru.

2) Faktor-faktor produksi yang diberlakukan untuk meningkatkan produksi

sangat sulit untuk diperoleh.

Sebaliknya penawaran suatu komoditas merupakan penawaran yang

elastis bila tambahan penawaran dapat dilakukan dengan mengeluakan

biaya tambahan yang rendah.

b. Jangka Waktu Analisis

Dalam menganalisis pengaruh waktu terhadap elaatisitas penawaran dapat

dibedakan tiga jenis jangka waktu :

• Masa amat singkat

Dalam masa yang amat singkat, para penjual tidak dapat menambah

penawarannya sehingga dengan demikian penawarannya bersifat

tidak elastis sempurna.

Tesis

24

• Jangka Pendek

Dalam jangka pendek kapasitas alat-alat produksi yang ada tidak

dapat ditambah. Tetapi setiap perusahaan masih dapat menaikkan

produksi dengan menggunakan kapasitas yang tersedia.

• Jangka Panjang

Dalam jangka panjang, produksi dan jumlah komoditas yang

ditaawarkan dapat dengan mudah ditambah, oleh karenanya

penawaran lebih bersifat elastis.

2.5. Teori Pembentukan Harga

Teori pembentukan harga merupakan salah satu dasar dalam ilmu ekonomi

khususnya mikroekonomi. Dalam kondisi pasar persaingan sempurna, harga suatu

barang/komoditi merupakan perpotongan antara kurva demand (permintaan) dan

kurva supply (penawaran). Demand adalah kemauan dan kemampuan konsumen

untuk membeli kuantitas barang yang berbeda pada harga yang berbeda selama waktu

tertentu (Arnold, 2008). Hukum yang berlaku pada demand adalah ketika harga

barang naik, maka jumlah permintaan akan barang akan turun, demikian sebaliknya

ceteris paribus. Supply adalah kemauan dan kemampuan produsen untuk

memproduksi dan menawarkan kuantitas barang yang berbeda pada harga berbeda

selama waktu tertentu. Hukum yang berlaku pada supply adalah ketika harga barang

naik, maka jumlah produksi barang akan naik, jika harga turun maka jumlah produksi

Tesis

25

akan barang akan turun ceteris paribus. Teori ini berlaku untuk semua jenis

komoditas, termasuk di dalamnya adalah komoditas batubara.

Pada Gambar 2.3. terlihat bentuk kurva demand-supply. Sumbu tegak

(ordinat) dari grafik menunjukkan harga dari komoditas, sedangkan sumbu mendatar

(absis) menunjukkan volume atau kuantitas dari komoditas yang diperjualbelikan.

Gambar 2.3. Kurva Demand-Supply

2.6. Keseimbangan Pasar (Equilibirium)

Adalah jumlah barang yang ditawarkan oleh produsen sama dengan jumlah barang

yang diminta oleh konsumen pada suatu tingkat harga tertentu, Gambar 2.4. berikut :

Gambar 2.4. Keseimbangan Pasar (equilibirium)

S

P = Price / harga S = Supply / penawaran D = Demand / permintaan P E = Equiliberium / keseimbangan

Q = Quantity / kuantitas D

Q

S

P = Price / harga S = Supply / penawaran P D = Demand / permintaan Q = Quantity / kuantitas D Q

E

Tesis

26

2.7. Pasar Persaingan Sempurna

Pasar adalah suatu institusi atau badan yang menjalankan aktivitas jual beli

barang-barang dan atau jasa-jasa. Teori pasar persaingan sempurna dibuat atas dua

asumsi penting yang berkenaan dengan prilaku perusahaan individual dan yang

berkenaan dengan industri.

Dalam kaitannya dengan perusahaan, diasumsikan bahwa perusahaan dalam

pasar persaingan sempurna merupakan perusahaan penerima harga pasar (price

taker). Perusahaan yang beroperasi di pasar persaingan sempurna tidak dapat

mempengaruhi pasar melalui tindakan-tindakan yang dilakukanny sendiri, dengan

kata lain perusahaan menerima secara pasif barapapun harga yang berlaku.

2.8. Teori Produksi

Produksi adalah suatu kegiatan yang mengubah input menjadi output. Kegiatan

tersebut dalam ekonomi dinyatakan dalam fungsi produksi. Fungsi produksi

menunjukkan jumlah maksimum output yang dapat dihasilkan dari pemakaian

sejumlah input dengan menggunakan teknologi tertentu. Produksi dapat digambarkan

sebagai berikut pada Gambar 2.5.

Tesis

27

Gambar 2.5. Proses Produksi

Secara matematika fungsi produksi dapat dituliskan sebagai berikut :

Q = F (K, L, X, E)

Dimana :

Q = Output

K; L; X; E = Input (kapital (K), tenaga kerja (L), tanah dan sumber daya alam (X),

keahlian (E) )

F = Fungsi

2.9. Kebijakan Fiskal Pemerintah

Dalam konsep teori ekonomi makro, kebijakan fiskal merupakan kebijakan

pemerintah yang berkaitan dengan pengaturan kinerja ekonomi melalui mekanisme

penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Kebijakan fiskal ini terwujud dalam

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang didalamnya terlihat berapa

pengeluaran pemerintah, darimana pendapatan tersebut, komposisi pendapatan, untuk

apa saja pendapatan yang telah didapat pemerintah, sektor mana yang mendapat

alokasi pengeluaran tertinggi dan mana yang terendah, dan sebagainya.

Input (Kapital, tenaga kerja, tanah dan sumber daya alam, keahlihan)

Fungsi Produksi (dengan teknologi

tertentu Output

(barang atau jasa

Tesis

28

Kaitannya dengan sektor pertambangan batubara, pemerintah bersama dengan

DPR telah mengeluarkan kebijakan mengenai Energi Nasional, Pertambangan

Mineral dan Batubara, perpajakan dan lain-lain.

Dalam penerimaan pendapatan negara, khusus penerimaan pendapatan dari

sektor batubara bagi perusahaan pertambangan batubara yang telah mendapat izin

untuk beroperasi dan telah melakukan kegiatan produksi, maka terhadap peruahaan-

perusahaan tersebut diwajibkan untuk membayar kewajiban-kewajiban keuangan

kepada pemerintah pusat maupun daerah. Pembayaran kewajiban-kewajiban ini

merupakan konsekuensi diberikannya hak-hak dan perizinan untuk melakukan

kegiatan usaha, pelayanan dan fasilitas-fasilitas yang diterima, penguasaan atas

barang tambang dan manfaat yang diterima dari barang tambang tersebut.

Jenis-jenis kewajiban keuangan yang harus dibayarkan perusahaan

pertambangan kepada negara dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu pajak dan non

pajak. Kewajiban pajak dikelompokkan lagi menjadi pajak langsung dan pajak tidak

langsung.

Pajak Langsung terdiri dari :

Pajak Penghasilan Badan (PPh Pasal 22, 23, 25, dan 29)

Pajak Penghasilan Karyawan (PPh Pasal 21/26)

Pajak Penghasilan atas Bunga, Dividen dan Royalti (PPh Pasal 23, 26)

Pajak Bumi dan Bangunan

Tesis

29

Pajak Tidak Langsung terdiri dari :

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang

Mewah (PPnBM)

Bea Materai

Jenis-jenis kewajiban Non Pajak :

Bea Masuk atas Barang-Barang yang diimpor

Iuaran Tetap/Landrent/Deadrent

Iuran Produksi/Royalti

Dana Hasil Produksi Batubara/DHPB (khusus bagi PKP2B)

Bea Balik Nama

Pungutan-pungutan/retribusi Pemerintah Daerah.