dari ongreske ongres - pustaka ilmiah universitas...

2
Pikiran Rakyat .(um>Ao~ OCNON UNPAD ) C ) o Senin o Selasa o Rabu o Kamis o Jumat o Sabtu Minggu 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 @) 27 28 29 30 31 OJan OPeb o Mar OApr OMei eJun OJul 0 Ags OSep OOkt ONov ODes Dari ongreske I antara bahasa-bahasa ibu di Indonesia, bahasa Sunda paling sering dikongreskan. Bahkan, intensitasnya akan menyamai Kongres Bahasa Indonesia karena sama- sama diselenggarakan sem- bilan kali. Bahasa lain yang kerap mengadakan kongres adalah bahasa Jawa (lima kali) dan bahasa Bali (lima kali). Kongres Bahasa Sunda (KBS) diprakarsai oleh Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda (LBSS). Sebelum kemerdekaan, masyarakat pendukung bahasa Sunda juga pernah menyelenggarakan kongres, yaitu 1914, 1918, 1922, 1926, dan 1929. Kemudian pada 1952, inohong Sunda menyelenggarakan Konferensi Bahasa Sunda di Bandung yang menjadi cikal bakallahirnya LBSS. Jadi, jika dihitung dengan masa sebelum ke- merdekaan, bahasa Sunda telah 14 kali diba- has dalam suatu kongres. Penyelenggaraan KBSdilatari oleh per- masalahan bahasa Sunda, yang kemudian diperbincangkan untuk mencari titik temu dan kesepakatan. Hasil kongres selanjutnya dituangkan dalam keputusan atau rekomen- dasi agar dilaksanakan oleh pihak-pihak pembuat kebijakan serta masyarakat pen- dukung bahasa Sunda. Isu yang selalu mengemuka dari setiap penyelenggaraan KBS adalah upaya menye- suaikan bahasa Sunda dengan perkembangan zaman. Agar bahasa Sunda ngindung ka waktu,.hasil Konferensi Bahasa Sunda tahun 1952 merekomendasikan dibentuknya suatu badan untuk memelihara bahasa dan sastra Sunda. Kemudian berdirilah LBSS. Salah satu kegiatan yang tertuang dalain anggaran dasar LBSSadalah menyelenggarakan KBS.: Sejak pendiriannya, LBSStelah delapan kali mengadakan KBS,dan tahun ini yang ke- sembilan. Kongres Bahasa Sunda I sampai IV diadakan di Bandung, yaitu 1954, 1956, 1958, dan 1961. Dari empat kongres tersebut, rekomendasi yang paling nyata adalah dibukanyajurusan sastra Sunda di Universi- tas Padjadjaran (Unpad) dan Institut Keguru- an dan Ilmu Pendidikan/IKIP (sekarang Uni- versitas Pendidikan Indonesia/Ul'I), penyusunan pedoman ejaan bahasa Sunda dan penyusunan Kamus Umum Bahasa Sun- da. Selain itu, diterbitkan pula buku-buku yang berkaitan dengan bahasa dan sastra Sunda. Selama 27 tahun, sejak 1961, LBSStidak mengadakan kongres. Atas dorongan dari be- berapa tokoh pemuda, antara lain Acil Bimbo dan Uu Rukmana, pada 1988 LBSS menye- lenggarakan KBSV di Cipayung Bogor. Ma- man Sumantri, Ketua LBSSpada periode 1984-1988 menyebutkan bahwa KBSVmeru- pakan upaya untuk merumuskan kembali ba- hasa Sunda dalam menyongsong abad 21. Se- lanjutnya, LBBSmenyelenggarakan kembali KBSVII di Gedung Merdeka tahun 1993, KBS VII di Garut 2001, dan KBSVIII di Subang 2005· Rekomendasi dan realisasi Penyelenggaraan KBSbertujuan untuk menemukan solusi, kesepakatan, kebijakan, dan strategi berkaitan dengan permasalahan bahasa, sastra, dan aksara Sunda. Meskipun demikian, kongres-kongres sebelumnya ke- rap kali mendapat sorotan tatkala dipandang sebagai acara rutin yang bersifat seremonial. Hal itu lantaran beberapa rekomendasi kong- res belum juga dilaksanakan hingga datang kongres berikutnya. Kegiatan rutin pada setiap KBSpada dasarnya sama, yaitu membentuk panitia, mengundang pemakalah, mempresentasikan makalah, dan kemudian menyusun rekomen- dasi. LBSS sebagai lembaga yang mem- prakarsai terselenggaranya KBSkemudian mengadakan sosialisasi hasil kongres kepada pihak-pihak yang memiliki kebijakan agar da- pat dirasakan oleh masyarakat. Adanya KBSsemestinya membawa iklim yang lebih baik agar bahasa Sunda berkem- bang dan digunakan di tengah masyarakat Sunda. Betapa tidak, pada setiap KBSahli ba- hasa Sunda mengemukakan gagasan dan so- lusi, mencari titik temu, merancang strategi, hingga tercapai kesepakatan. Lembaran rekomendasi yang tertuang dalam keputusan kongres merupakan agenda untuk mengem- bangkan bahasa Sunda di masa depan. Setiap bahasa ibu di Indonesia memiliki permasalahan yang sama, yaitu merasakan kemunduran, sulit mengimbangi perkemban- gan zaman, dan serangan kosakata dari ba- hasa nasional dan asing. Masalah-masalah inilah yang sering kali dibahas pada seminar, kongres, saresehan, atau perbincangan di an- tara pemerhati bahasa. Kebijakan UNESCO tentang pencanangan Hari Bahasa Ibu Inter- nasional mungkin memberi semangat untuk memperkuat eksistensi bahasa ibu. Akan tetapi, hal itu tidak serta-merta menjadikan bahasa Sunda lebih berkembang. o ngres Bahasa Sunda, sebagai bahasa ibu terbesar kedua di Indonesia, tentunya memiliki ke- sempatan yang besar untuktetap hidup di masyarakat. Sayangnya, tak ernah ada data yang akurat tentangjumlah enutur bahasa Sunda. Pada 1992, Maman umanti dalam Media Informasi LBSSVI .nyebutkan jum- lah penutur bahasa Sunda banyak 20 juta. Summer Institute of Linguis .cs mencatat ada 27juta pengguna bahasa S tda pada 2005. Pada 2011entah berapa. B BPS Jawa Barat pun tidak mencatatn . Pentingnya da- ta penutur bahasa Sunda b hanya per- soalan statistik, tetapi menj ill rujukan agar kebijakan tentang bahasa S nda tidak salah sasaran. ' Isu lainnya tentang bah Sunda adalah masalah kemurnian bahasa. Sekitar satu abad silam, R. H. Muhamad Mu (1822-1886) menganggap bahasa Sunda idak murni lagi karena sudah berbaur dengan kata-kata dari bahasa Arab, Jawa, dan Me ayu. Demikian pula R. Sa1jadibrata pada 1 ,o-an menye- butkan struktur bahasa Sun a sudah sim- pang siur dan kamayalon. agaimana de- ngan saat ini? Ya, tentu hariis ada rujukan untuk masyarakat tentang bahasa Sunda yang "baik dan benar". Jika ta-kata dari ba- hasa lain dianggap tidak tepat, tentu harus ada alternatif yang tertuang alam kamus. Satu-satunya sumber ruj an masyarakat tentang bahasa Sunda adal h kamus yang sesuai dengan pajamaman. Untuk pangsa generasi muda, diperlukan ula kamus yang lebih mendekati keseharian mereka, kamus praktis dan terbenam dalam peranti teknologi. Hallain yang perlu dilak kan dalam pengembangan bahasa adalah merancang komputansi linguistik un . bahasa Sunda, seperti yang banyak digun an pada ba- hasa-bahasa asing. Teknologi semantik, se- bagai suatu kemajuan dari ilmu komputer, dapat digunakan untuk me] analisis bahasa Sunda. Semoga hasil dari Kongres Bahasa Sunda IX di Bogor, Juli 2011 mendatang, dapat menghasilkan produk kamus yang tidak hanya bersifat konvensional tradisional, tetapi dapat memiliki aksesibilitas global agar dapat digunakan oleh sege p masyarakat dengan mudah.*** Kliping Hu m a s Onpad 2011 DADAN SUI'ISNA, Redaktur Majalah "Cupumanik", pengurus Paguyuban Panglawungan Sastra Sunda. 1

Upload: hoangkhanh

Post on 12-Mar-2019

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Pikiran Rakyat .(um>Ao~OCNON UNPAD )

C )o Senin o Selasa o Rabu o Kamis o Jumat o Sabtu • Minggu

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1617 18 19 20 21 22 23 24 25 @) 27 28 29 30 31

OJan OPeb oMar OApr OMei eJun OJul 0 Ags OSep OOkt ONov ODes

Dari ongreskeI antara bahasa-bahasa ibudi Indonesia, bahasa Sundapaling sering dikongreskan.Bahkan, intensitasnya akanmenyamai Kongres BahasaIndonesia karena sama-sama diselenggarakan sem-bilan kali. Bahasa lain yang

kerap mengadakan kongres adalah bahasaJawa (lima kali) dan bahasa Bali (lima kali).

Kongres Bahasa Sunda (KBS) diprakarsaioleh Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda(LBSS). Sebelum kemerdekaan, masyarakatpendukung bahasa Sunda juga pernahmenyelenggarakan kongres, yaitu 1914,1918, 1922, 1926, dan 1929. Kemudian pada1952, inohong Sunda menyelenggarakanKonferensi Bahasa Sunda di Bandung yangmenjadi cikal bakallahirnya LBSS. Jadi, jikadihitung dengan masa sebelum ke-merdekaan, bahasa Sunda telah 14 kali diba-has dalam suatu kongres.

Penyelenggaraan KBSdilatari oleh per-masalahan bahasa Sunda, yang kemudiandiperbincangkan untuk mencari titik temudan kesepakatan. Hasil kongres selanjutnyadituangkan dalam keputusan atau rekomen-dasi agar dilaksanakan oleh pihak-pihakpembuat kebijakan serta masyarakat pen-dukung bahasa Sunda.

Isu yang selalu mengemuka dari setiappenyelenggaraan KBS adalah upaya menye-suaikan bahasa Sunda dengan perkembanganzaman. Agar bahasa Sunda ngindung kawaktu,.hasil Konferensi Bahasa Sunda tahun1952 merekomendasikan dibentuknya suatubadan untuk memelihara bahasa dan sastraSunda. Kemudian berdirilah LBSS. Salah satukegiatan yang tertuang dalain anggaran dasarLBSSadalah menyelenggarakan KBS.:

Sejak pendiriannya, LBSStelah delapankali mengadakan KBS,dan tahun ini yang ke-sembilan. Kongres Bahasa Sunda I sampai IVdiadakan di Bandung, yaitu 1954, 1956, 1958,dan 1961.Dari empat kongres tersebut,rekomendasi yang paling nyata adalahdibukanyajurusan sastra Sunda di Universi-tas Padjadjaran (Unpad) dan Institut Keguru-an dan Ilmu Pendidikan/IKIP (sekarang Uni-versitas Pendidikan Indonesia/Ul'I),penyusunan pedoman ejaan bahasa Sundadan penyusunan Kamus Umum Bahasa Sun-da. Selain itu, diterbitkan pula buku-bukuyang berkaitan dengan bahasa dan sastraSunda.

Selama 27 tahun, sejak 1961, LBSStidak

mengadakan kongres. Atas dorongan dari be-berapa tokoh pemuda, antara lain Acil Bimbodan Uu Rukmana, pada 1988 LBSSmenye-lenggarakan KBSV di Cipayung Bogor. Ma-man Sumantri, Ketua LBSSpada periode1984-1988 menyebutkan bahwa KBSVmeru-pakan upaya untuk merumuskan kembali ba-hasa Sunda dalam menyongsong abad 21. Se-lanjutnya, LBBSmenyelenggarakan kembaliKBSVII di Gedung Merdeka tahun 1993, KBSVII di Garut 2001, dan KBSVIII di Subang2005·

Rekomendasi dan realisasiPenyelenggaraan KBSbertujuan untuk

menemukan solusi, kesepakatan, kebijakan,dan strategi berkaitan dengan permasalahanbahasa, sastra, dan aksara Sunda. Meskipundemikian, kongres-kongres sebelumnya ke-rap kali mendapat sorotan tatkala dipandangsebagai acara rutin yang bersifat seremonial.Hal itu lantaran beberapa rekomendasi kong-res belum juga dilaksanakan hingga datangkongres berikutnya.

Kegiatan rutin pada setiap KBSpadadasarnya sama, yaitu membentuk panitia,mengundang pemakalah, mempresentasikanmakalah, dan kemudian menyusun rekomen-dasi. LBSS sebagai lembaga yang mem-prakarsai terselenggaranya KBSkemudianmengadakan sosialisasi hasil kongres kepadapihak-pihak yang memiliki kebijakan agar da-pat dirasakan oleh masyarakat.

Adanya KBSsemestinya membawa iklimyang lebih baik agar bahasa Sunda berkem-bang dan digunakan di tengah masyarakatSunda. Betapa tidak, pada setiap KBSahli ba-hasa Sunda mengemukakan gagasan dan so-lusi, mencari titik temu, merancang strategi,hingga tercapai kesepakatan. Lembaranrekomendasi yang tertuang dalam keputusankongres merupakan agenda untuk mengem-bangkan bahasa Sunda di masa depan.

Setiap bahasa ibu di Indonesia memilikipermasalahan yang sama, yaitu merasakankemunduran, sulit mengimbangi perkemban-gan zaman, dan serangan kosakata dari ba-hasa nasional dan asing. Masalah-masalahinilah yang sering kali dibahas pada seminar,kongres, saresehan, atau perbincangan di an-tara pemerhati bahasa. Kebijakan UNESCOtentang pencanangan Hari Bahasa Ibu Inter-nasional mungkin memberi semangat untukmemperkuat eksistensi bahasa ibu. Akantetapi, hal itu tidak serta-merta menjadikanbahasa Sunda lebih berkembang.

ongresBahasa Sunda, sebagai bahasa ibu terbesar

kedua di Indonesia, tentunya memiliki ke-sempatan yang besar untuktetap hidup dimasyarakat. Sayangnya, tak ernah ada datayang akurat tentangjumlah enutur bahasaSunda. Pada 1992, Maman umanti dalamMedia Informasi LBSSVI .nyebutkan jum-lah penutur bahasa Sunda banyak 20 juta.Summer Institute of Linguis .cs mencatat ada27 juta pengguna bahasa S tda pada 2005.Pada 2011 entah berapa. B BPS JawaBarat pun tidak mencatatn . Pentingnya da-ta penutur bahasa Sunda b hanya per-soalan statistik, tetapi menj ill rujukan agarkebijakan tentang bahasa S nda tidak salahsasaran. '

Isu lainnya tentang bah Sunda adalahmasalah kemurnian bahasa. Sekitar satu abadsilam, R. H. Muhamad Mu (1822-1886)menganggap bahasa Sunda idak murni lagikarena sudah berbaur dengan kata-kata daribahasa Arab, Jawa, dan Me ayu. Demikianpula R. Sa1jadibrata pada 1 ,o-an menye-butkan struktur bahasa Sun a sudah sim-pang siur dan kamayalon. agaimana de-ngan saat ini? Ya, tentu hariis ada rujukanuntuk masyarakat tentang bahasa Sundayang "baik dan benar". Jika ta-kata dari ba-hasa lain dianggap tidak tepat, tentu harusada alternatif yang tertuang alam kamus.

Satu-satunya sumber ruj an masyarakattentang bahasa Sunda adal h kamus yangsesuai dengan pajamaman. Untuk pangsagenerasi muda, diperlukan ula kamus yanglebih mendekati keseharian mereka, kamuspraktis dan terbenam dalam perantiteknologi.

Hallain yang perlu dilak kan dalampengembangan bahasa adalah merancangkomputansi linguistik un . bahasa Sunda,seperti yang banyak digun an pada ba-hasa-bahasa asing. Teknologi semantik, se-bagai suatu kemajuan dari ilmu komputer,dapat digunakan untuk me] analisis bahasaSunda.

Semoga hasil dari Kongres Bahasa SundaIX di Bogor, Juli 2011 mendatang, dapatmenghasilkan produk kamus yang tidakhanya bersifat konvensional tradisional,tetapi dapat memiliki aksesibilitas global agardapat digunakan oleh sege p masyarakatdengan mudah.***

Kliping Hu m a s Onpad 2011

DADAN SUI'ISNA,Redaktur Majalah "Cupumanik", pengurus

Paguyuban Panglawungan Sastra Sunda.

1

SUASANA Kongres Bahasa Sunda ke-» yang berlangsung di Gedung Merdeka Bandung Tahun 1993."