laporan pelaksanaan kongres perhimpunan dokter …

190
LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA KE-18 TAHUN 2018 A. Kepanitiaan Kongres Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia Ke-18 Tahun 2018 B. Kumpulan Ketetapan Kongres Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia Ke-18 Tahun 2018 PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA Gd. Rumah Sakit Hewan Jakarta Lt.2 Jl. Harsono RM No. 28 Ragunan Jakarta 12550 Telp/Fax : 021-7813359, Email : [email protected] , Website : https://www.pdhi-online.org

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

97 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

i

LAPORAN PELAKSANAAN

KONGRES

PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA

KE-18 TAHUN 2018

A. Kepanitiaan Kongres Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia Ke-18 Tahun 2018

B. Kumpulan Ketetapan Kongres Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia Ke-18 Tahun 2018

PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA Gd. Rumah Sakit Hewan Jakarta Lt.2

Jl. Harsono RM No. 28 – Ragunan – Jakarta 12550

Telp/Fax : 021-7813359, Email : [email protected] ,

Website : https://www.pdhi-online.org

Page 2: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

ii

KATA PENGANTAR

Viva Veteriner,

Terlebih dahulu kami panjatkan puji syukur ke hadirat Illahi robi, Tuhan Yang Mahaesa. Berkat

rahmat dan hidayah-Nya, Laporan Pelaksanaan Kongres Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia

ke18 Tahun 2018 dapat diselesaikan sesuai harapan.

Kongres PDHI ke-18 tahun 2018 ini diselenggarakan pada tanggal 1-3 November di Nusa

Dua Convention Center Bali. Kongres ini dihadiri delegasi dari 52 PDHI Cabang dan peninjau dari

20 Organisasi Non Teritorial PDHI, dibuka oleh Gubernur Provinsi Bali I Wayan Koster dan pidato

pengarahan oleh Menteri Pertanian RI yang disampaikan oleh Dirjen Peternakan dan Kesehatan

Hewan Drh Ketut Diarmita, MP.

Selain itu, dalam momentum ini juga dilaksanakan pertemuan berskala nasional dan

internasional, sebagai berikut:

1. Kongres Federation of Asian Veterinary Associoations (FAVA) ke-20;

2. FAVA Council Meeting ke-40;

3. Pertemuan jaringan Veterinary Statutory Bodies (VSB) ASEAN ke-1;

4. Pertemuan jejaring FAVA dan African Veterinary Association (AVA) ke-1;

5. JSPS Core-to-Core Program-Tripartite Meeting Indonesia-Thailand-Jepang ke-;

6. Konferensi Ilmiah Veteriner Nasional (KIVNAS) ke-16;

7. Konverensi Asosiasi Rumah Sakit Hewan Indonesia ke-1;

8. Kongres Ikatan Istri Dokter Hewan Indonesia ke-

9. Pertemuan Ilmiah beberapa Organisasi Non-Teritorial; dan

10. Pameran Kesehatan Hewan Internasional.

Peristiwa penting yang perlu dicatat dalam momentum ini diantaranya adalah:

1. Terpilihnya Drh M. Munawaroh, MM sebagai Ketua Umum Pengurus Besar PDHI Periode

2018-2022;

2. Dikukuhkannya Dr. Drh. Heru Setijanto, PAVet(K) sebagai Presiden FAVA periode 2018-

2020;

3. Dikukuhkannya Prof. Drh. Bambang Pontjo Priosoerjanto, MS, PhD, APVet., sebagai Sekretaris Jenderal FAVA periode 2018-2020;

4. Terpilihnya Drh. Tri Isyani Tungga Dewi sebagai Ketua Umum Pengurusd Pusat Persatuan

Istri Dokter Hewan Indonesia (Pidhi) periode 2018-2022.

5. Penetapan pelaksanaan Kongres PDHI ke-19 Tahun 2022 di Makasar Sulawesi Selatan.

6. Penetapan pelaksanaan FAVA Council Meeting dan Pre Congress Workshop pada tanggal

13-14 November 2020 di Borneo Convention Centre, Kuching, Malaysia.

Banyaknya aspek yang dicapai dan dihasilkan oleh para dokter hewan melalui dinamika

kesejawatan, keorganisasian, dan kepemimpinan, mendorong kami untuk menyajikan laporan ini

menjadi 2 (dua) bagian, sebagai berikut:

A. Kepanitiaan Kongres Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia ke 18 Tahun 2018 yang

memuat daftar panitia, daftar pimpinan sidang, daftar delegasi dan daftar peninjau.

B. Kumpulan Ketetapan Kongres Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia ke 18 Tahun 2018

yang berisikan Keputusan Ketua Umum PDHI periode 2014-2018 tentang Hasil Pemilihan

Ketua Sidang Dan Sekretaris Kongres PDHI ke-18, serta 23 Ketetapan Kongres PDHI ke-

18 Tahun 2018.

Page 3: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

iii

Laporan ini merupakan hasil kerja kolektif. Padanya melekat nilai-nilai yang bersifat refliktif dari

suatu usaha dan kinerja bersama. Tentu dengan suatu harapan hal ini dapat diteruskan dan

diestafetkan dari generasi ke generasi berikutnya. Selain itu, laporan ini juga diharapkan menjadi

basis perbaikan secara berkelanjutan (continuous improvement), sehingga pada akhirnya dokter

hewan Indonesia mampu menjadi tuan rumah di negeri sendiri.

Sebagai hasil kerja kolektif, kami menyadari bahwa masih banyak hal-hal yang mestinya kami

laporkan, masih luput dari jangkauan dan pengamatan. Kami mengharapkan kepengurusan yang

akan datang dapat menyempurnaka hal tersebut. Seiring dengan itu, kami mengucapkan

terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung keberlangsungan organisasi PDHI

sampai dengan pelaksanaan kongres dan serah terima jabatan.

Untuk itu semua, marilah kita munajat kepada Allah SWT, agar kita semua diberikan kemudahan

dalam memajukan PDHI. Marilah kita doakan kepada mereka yang telah membukakan jalan,

menyumbangkan pikiran, tenaga dan dana, serta telah menjadi teladan, sehingga organisasi ini

maju ke depan. Untuk mereka semua – yang berjuang tanpa pamrih - semoga hal itu dicatat

sebagai amal kebaikan yang tidak pernah putus, serta menjadi pahala dan barokah yang

berkelimpahan. Aamin.

Jakarta 12 Desember 2018

Tim Sekretariat Kongres.

Page 4: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

iv

Daftar Isi

Kata Pengantar Daftar Isi

A Pelaksanaan Kongres Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia Ke-18 Tahun 2018

1. Kepanitiaan Kongres Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia Ke-18 Tahun 2018……………………………………………………………………………………………………………

1

2. Pimpinan Persidangan Kongres Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia Ke-18 Tahun 2018…………………………………………………………………………………………………

3

3. Delegasi dan Peninjau Berdasarkan Sidang Komisi……………………………………….. 4

B Kumpulan Ketetapan Kongres Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia Ke-18 Tahun 2018

Umum

1. Keputusan No. 01/Istimewa/PB-PDHI/XI/2018 PB PDHI tentang Pemilihan Ketua, dan Sekretaris Kongres Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia ke-18 Tahun 2018…………………………………………………………………………………………………

11

2. Ketetapan No. 01/Kongres Ke-18/PDHI/2018 Tentang Tempat Pelaksanaan Kongres Ke-19 Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia Tahun 2022 dan Wakil Ketua Kongres Ke-18 Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia Tahun 2018..................................................... …………………………………………………………………….

14

3. Ketetapan No. 02/Kongres Ke-18/PDHI/2018 Tentang Ketetapan Tentang Tata-Tertib Kongres Ke-18 Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia Tahun 2018……………………………….…………………………………………………………………………...

15

4. Ketetapan No. 03/Kongres Ke-18/PDHI/2018 Tentang Pengesahan Laporan Pertanggungjawaban Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia Periode Masa Bakti 2014–2018…………………………………………………………………....

19

5. Ketetapan No. 22/Kongres Ke-18/PDHI/2018 Tentang Prosedur Pemilihan Ketua Umum dan Penyusunan Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia…………………………….………………………………………………………………………

180

6. Ketetapan No. 23/Kongres Ke-18/PDHI/2018 Tentang Ketua Umum Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia Periode 2018-2022…. 183

Kepengurusan dan Program Kerja

1. Ketetapan No. 04/Kongres Ke-18/PDHI/2018 Tentang Pokok-pokok Program Kerja Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia Periode Masa Bhakti 2018-2022………………………………………..…………………………………………………………

60

2. Ketetapan No. 21/ Kongres Ke-18/PDHI/2018 Tentang Agenda Nasional Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia……………………………………………………… 177

Page 5: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

v

Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga

1. Ketetapan No. 05/Kongres Ke-18/PDHI/2018Tentang Penyempurnaan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia…………………………………………….…………………………………………….………...

63

2. Ketetapan No. 06/Kongres Ke-18/PDHI/2018 Tentang Lagu Mars Dokter Hewan Indonesia……………………………..……………………………..……………………………

99

Keorganisasian dan Keanggotaan

1. Ketetapan No. 07/Kongres Ke-18/PDHI/2018 Tentang Wilayah Kerja Cabang Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia. ……………………………………………………….

104

2. Ketetapan No. 08/Kongres Ke-18/PDHI/2018 Tentang Pengukuhan Organisasi Non Teritorial………………………….………………………….……………………

108

3. Ketetapan No. 10/Kongres Ke-18/PDHI/2018 Tentang Penyeliaan Paramedis Veteriner dalam Rangka Pelayanan Kesehatan Hewan…………………………………..

118

Veterinary Statutory Body (VSB) dan Program Internasional

1. Ketetapan No. 09/Kongres Ke-18/PDHI/2018 Tentang Kedudukan PDHI sebagai Badan Penentu Status Veteriner (Veterinary Statutory Body/VSB)…….. 111

2. Ketetapan No. 15/Kongres Ke-18/PDHI/2018 Tentang Peran Aktif PDHI dalam Organisasi Kedokteran Hewan Internasional…………………………………….... 151

Etik, Kode Etik, Acuan Dasar Profesi, dan Standar Operasional Prosedur

1. Ketetapan No. 11/Kongres Ke-18/PDHI/2018 Tentang Penguatan Majelis Kehormatan Perhimpunan dan Pengembangan Etika Profesi Veteriner…………

124

2. Ketetapan No. 12/Kongres Ke-18/PDHI/2018 Tentang Penguatan Asosiasi Dokter Hewan Praktisi Hewan Laboratorium dengan Mandat sebagai Komisi Penilai Kelayakan Implementasi Kesejahteraan Hewan Untuk Kegiatan Pelatihan dan Pendidikan Berkelanjutan PDHI…..………………………………………….

133

3. Ketetapan No. 13/Kongres Ke-18/PDHI/2018 Tentang Acuan Dasar Profesi Kedokteran Hewan Indonesia………………..………………..………………..…………………..

137

4. Ketetapan No. 14/Kongres Ke-18/PDHI/2018 Tentang Penyusunan Standar Operasi Baku dan Penyelarasan Perangkat Pelayanan Jasa Medik Veteriner……………………………………………………………………………………………………..

145

Kompetensi, Pendidikan, dan Pelatihan

1. Ketetapan No. 16/Kongres Ke-18/PDHI/2018 Tentang Pelaksanaan Peningkatan Kapasitas Kepemimpinan Veteriner Indonesia (Indonesia Veterinary Leadership).. ……………………………………….………………………………………

154

2. Ketetapan No. 17/Kongres Ke-18/PDHI/2018 Tentang Penyempurnaan Pelaksanaan Uji Kompetensi Dokter Hewan Indonesia (UKDHI)…………………….

169

Page 6: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

vi

3. Ketetapan No. 18/Kongres Ke-18/PDHI/2018 Tentang Dukungan dan Partisipasi Aktif terhadap Persiapan dan Pelaksanaan Akreditasi Program Studi Kedokteran Hewan melalui Lembaga Akreditasi Mandiri Perguruan Tinggi Kesehatan (LAM-PTKes)……………………………… …………………………………...

171

4. Ketetapan No. 19/Kongres Ke-18/PDHI/2018 Tentang Pengembangan Skema Kompetensi Lembaga Sertifikasi Profesi Kesehatan Hewan (LSP-Keswan)………………………………………………………………. …………………………………….

173

5. Ketetapan No. 20/Kongres Ke-18/PDHI/2018 Tentang Dukungan dan Partisipasi Aktif terhadap Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan Tentang Pendidikan Tinggi Kedokteran Hewan…………………………………………………………………………………………………………

175

Page 7: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

1

KEPANITIAAN KONGRES

PERHIMPUNAN DOKTER HEWANINDONESIA KE-18

TAHUN 2018

SUSUNAN PANITIA PUSAT KONGRES FAVA-IVMA 2018

Pelindung/Penasehat : Ketua Umum PB PDHI PANITIA PENGARAH : Event International ( arahan dikomunikasikan melalui Ketua Umum PBPDHI dan Ketua

Panitia Kongres FAVA-IVMA ) Event Nasional Ketua Umum PBPDHI (Heru Setijanto)

Ketua I PB PDHI (R.P. Agus Lelana) Ketua II PB PDHI (Suparno Saderi) Ketua III PB PDHI (Bambang Pontjo Priosoerjanto) SekJen PBPDHI (Sjachrena Lubis) Dewan Penasehat PB PDHI (R.D.Wiwiek Bagja, Desianto dan Ronny Mudigdo) Ketua Panitia Kongres FAVA-IVMA (Bambang Pontjo)

SUSUNAN PANITIA PELAKSANA Ketua : Bambang Pontjo Priosoerjanto Wakil Ketua I ; Siti Ooy Komariah Wakil Ketua II : Made Restiati Sekretaris : Ratni Ernita Wakil Sekretaris : Fitri Dewi Fathiyah Bendahara : Tri Widharetna Wakil Bendahara : Wardhani Endang Setyawati KESEKRETARIATAN : Sekretaris Panitia (Penanggung Jawab) Registrasi / Akomodasi / Informasi : Agustin Indrawati

Handina Rakhmawati Fitriya N.A Dewi Supratikno Fakhrul Ulum A.C. Kemal Priska Eka Setyaningrum Nani Maerani

ACARA 1. Welcome Dinner

Penanggungjawab/koordinator : Farida Camalia Zenal Siti Ooy Komariah

2. Pembukaan/Penutupan Kongres

Penanggungawab/koordinator : Andhi Trapsilo : Farida Camalia Zenal

3. Cultural Night & Dinner

Penanggungjawab/koordinator : Andhi Trapsilo PDHI Cabang Bali

4. Kongres PDHI

Penanggungjawab/koordinator : R.P. Agus Lelana (Narasumber Komisi I) Baso Darmawan

Adi Sasmita Novi Wulandari Muhammad Andhika Nur Suparno Saderi (Narasumber Komisi II) R. Nurcahyo Nugroho Sugeng Dwi Hastono Muhamad Supika Bambang Pontjo Priosoeryanto (Narasumber Komisi III) Agustin Indrawati Gunadi Setiadarma Siti Zahrina Ummi Hani Trisandi

Page 8: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

2

5. KIVNAS dan FAVA Congress

Penanggungjawab/koordinator : Agustin Indrawati Handina Rakhmawati

Chairun Nisa’ Sri Murtini Risa Tiuria Ligaya Tumbelaka Wahono Esti Fitriya N.A Dewi Fakhrul Ulum

Danang Dwi Cahyadi NLP Ika Mayasari Dwi Windiana

6. PAMERAN/EXHIBITION/LOGISTIK

Penanggungjawab/koordinator : A.C. Kemal Sugeng Dwi Hastono

Supratikno

7. KONSUMSI : Kuswardani PDHI Cabang Bali

8. TRANSPORTASI/ AKOMODASI (di Hotel)

Penanggungjawab/koordinator : Budi Jasa Widyananta PDHI Cabang Bali

9. PUBLIKASI/DOKUMENTASI

Penanggungjawab/koordinator : Heni Widyastuti Fakhrul Ulum

10. DANA DAN SPONSORSHIP

Penanggungjawab/koordinator : Siti Ooy Komariah Andhi Trapsilo

Adi Sasmita Ratni Ernita Fitri Dewi Fathiyah

11. DARMAWISATA/PROGRAM SOSIAL

Contact Persons : Dibawah koordinasi PDHI Cabang Bali

CATATAN :

Semua unit Panitia Pusat mendapat dukungan pendampingan oleh PDHI Cabang Bali, Panitia Cabang dan Mahasiswa

FKH/IMAKAHI. Untuk acara internasional, Panitia Pusat dan Panitia Cabang PDHI bersifat mendukung teknis dan

para koordinator berasal dari organisasi internasional yang terkait yaitu :

Koordinator Kegiatan Internasional

1. Acara FAVA Council Meeting : Dr. Achariya Sailasuta (Thailand) Dr. Dau Ngoc Hau (Vietnam)

2. Acara JSPS / C to C : Dr. Naoaki Mizawa Dr. Tamaki Okabayashi Dr. Fumiko Tagami

3. FAVA-AVA Meeting : Dr. Achariya Sailasuta

4. AVSBN : Dr. Achariya Sailasuta

Page 9: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

3

Daftar Pelaksana Sidang

Sidang Pleno

Ketua Sidang : Drh Laode Mastari, MM

Wakil Ketua Sidang : Drh Anak Agung Joni Wahyuda

Sekretaris Sidang : Drh Ni Made Restiati, Mphil

Sidang Komisi A

Ketua Sidang : Drh Ansyar Jalaludin

Sekretaris Sidang : Prof Dr Drh Suwarno, MSi

Narasumber : Dr Drh R.P Agus Lelana, SpMP, MSi

Drh Ratni Ernita

Sidang Komisi B

Ketua Sidang : Drh Indriantari

Sekretaris Sidang : Drh Pradipta Hendra Saputra

Narasumber : Dr Drh Wiwiek Prayudi Bagja

Drh Suparno

Prof Drh Dondin Sajuthi, PhD

Sidang Komisi C

Ketua Sidang : Drh Susatyo Budi Yahoni, MSi

Sekretaris Sidang : Drh Anton Susilo Adi Puspito

Narasumber : Prof Drh Bambang Pontjo Priosoeryanto APVet

Page 10: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

4

Peserta Sidang Komisi

Komisi A

NO. PDHI CABANG NAMA DELEGASI

1 PDHI ACEH Drh Zulyazaini Yahya, MSi

2 PDHI ACEH Drh Nurhasni 3 PDHI BALI Drh I Made Sunada

4 PDHI BALI Drh I Ketut Gunatha

5 PDHI BANTEN 1 Drh Indardi 6 PDHI BANTEN 2 Drh Suli B Teruli

7 PDHI BANTEN 2 Drh Joko Ismadi 8 PDHI BANTEN II Drh Herisma H

9 PDHI BENGKULU Drh Hafli Hasibuan, MM

10 PDHI DI YOGYAKARTA Drh Aniq Syihabuddin 11 PDHI DKI JAKARTA Drh Enny Pudjiwati, MM

12 PDHI DKI JAKARTA Drh Adnan Ahmad 13 PDHI JABAR 1 Drh Pranyata Tangguh Waskita

14 PDHI JABAR 1 Drh Rosalia Ariyani 15 PDHI JABAR 2 Prof Drh Deni Noviana, PhD DAiCVIM 16 PDHI JABAR 2 Drh Mustika

17 PDHI JABAR 4 Drh Teguh Budi Wibowo

18 PDHI JABAR 5 Drh Jack Ruben Simatupang

19 PDHI JABAR 5 Drh Rudi Panggabean 20 PDHI JABAR 5 Drh M. Munawaroh

21 PDHI JAMBI Drh Rospita Pane, ME

22 PDHI JATENG 1 Drh Andreas Iwan Suseno

23 PDHI JATENG 2 Drh Nur Rohmat, MP

24 PDHI JATENG 4 Drh Leni Sri Lestari 25 PDHI JATENG 5 Drh R Prajoga

26 PDHI JATENG 6 Drh Arif Rahman 27 PDHI JATIM 1 Prof Dr Drh Suwarno, MSi

28 PDHI JATIM 10 Drh Istar Abadi, MAgr

29 PDHI JATIM 2 Drh Syailin

30 PDHI JATIM 3 Drh Cendy Herdiawan

31 PDHI JATIM 4 Drh Feby Cahayaningrum

32 PDHI JATIM 4 Drh Santika Pramesti

33 PDHI JATIM 7 Drh Puput Ridjalu Widjaja

34 PDHI JATIM 8 Drh Nanang Miftahudin, MM 35 PDHI JATIM 9 Drh Didik Isdiyanto

36 PDHI KALSEL Drh Edi Santosa 37 PDHI KALTENG Drh Ganjar Priyatno

38 PDHI KALTENG Drh Nina Ariyani

39 PDHI KALTIM 1 Drh Subagya 40 PDHI KALTIM 2 Drh Irma M S

41 PDHI KEPRI Drh Honismandri 42 PDHI KEPRI Drh Iwan Berri Prima, MM

Page 11: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

5

NO. PDHI CABANG NAMA DELEGASI

43 PDHI KEPRI Drh Otny Maltasari 44 PDHI LAMPUNG Drh Ruri Astuti Wulandari

45 PDHI LAMPUNG Drh Heru Setiawan

46 PDHI PAPUA Drh L M Mastari, MSi 47 PDHI PAPUA Drh Richardo C A Rumulus, SPt

48 PDHI RIAU Drh Agus Shafiq Ryadi 49 PDHI RIAU Drh MI Rita S

50 PDHI RIAU Drh I G A Eri Agusthusana

51 PDHI SULSEL Drh Anak Agung P Joni W

52 PDHI SULSEL Drh Wahyu Suhadji

53 PDHI SULTRA Drh Junaedi R 54 PDHI SUMBAR Drh Wahidin Beruh

55 PDHI SUMSEL Dr Drh Jafrizal, MM

56 PDHI SUMUT Drh Ansyar

57 ADH-MAI Drh Ida Ayu Dian Kusuma Dewi

58 ADHPHKI Drh Ivan Satriawan

59 AEVI Drh Anak Agung Gde Putra

60 AKIVI Drh Gunadi Setiadarma 61 AKTIVI Drh WIsmo Adjie Nugroho

62 APVI Drh Vetnizah Juniantito PhD APVet

63 IDHKI Drh I Putu Terunanegara 64 IDHKI Drh Putu Gede Widiarsa Putra

Komisi B

NO. PDHI CABANG NAMA DELEGASI

1 PDHI ACEH Drh T. Munazar

2 PDHI BALI Drh I Dewa Made Anom

3 PDHI BANTEN 1 Drh Novia Herwandi, MPH

4 PDHI BANTEN 2 Drh Mawardi Nasution 5 PDHI BANTEN 2 Drh I Nyoman Wacika

6 PDHI BANTEN 2 Drh Dhany Rosnaedi

7 PDHI BENGKULU Drh Nopiyeni, MMA 8 PDHI BENGKULU Drh Wenny

9 PDHI DI YOGYAKARTA Drh Sapto Subagyo

10 PDHI DI YOGYAKARTA Prof Dr Drh A E T H Wahyuni, MSi

11 PDHI DKI JAKARTA Drh Sukirno

12 PDHI DKI JAKARTA Drh Dzawil Hidjah 13 PDHI JABAR 1 Drh Indriantari

14 PDHI JABAR 1 Drh Igar Utari 15 PDHI JABAR 2 Drh R Soenarti D Waspada, MSi MARS

16 PDHI JABAR 4 Drh Aceu Siti Maemunah, MP 17 PDHI JABAR 4 Drh Idham

18 PDHI JABAR 5 Drh Jack Ruben Simatupang

19 PDHI JAMBI Drh Togu Permadi Samosir

Page 12: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

6

NO. PDHI CABANG NAMA DELEGASI

20 PDHI JATENG 1 Drh Nur Ahmad 21 PDHI JATENG 2 Drh Dewi Ratnawati

22 PDHI JATENG 3 Drh Esti Dwi Utami MSi

23 PDHI JATENG 4 Drh Afiani Rifdani 24 PDHI JATENG 5 Drh Eko Budi Priyo Atmoko

25 PDHI JATIM 1 Drh Anang Murjito 26 PDHI JATIM 1 Drh Ina Nurani

27 PDHI JATIM 10 Drh Muhammad Ilham Akbar Husni

28 PDHI JATIM 2 Drh Dodik Prasetyo MVet

29 PDHI JATIM 3 Drh Etty Nurhayati

30 PDHI JATIM 4 Drh Wir Yeni Hasanah 31 PDHI JATIM 4 Drh Alifnur Rifqi Alhana

32 PDHI JATIM 4 Drh. Muh. Lukman Hadi

33 PDHI JATIM 8 Drh Kresno Adi

34 PDHI KALBAR Drh Dwi Suprapti, MSi

35 PDHI KALSEL Drh Rina Parlina

36 PDHI KALTENG Drh Ketut Prasojo

37 PDHI KALTIM 1 Drh Pradipta Hendra Saputra 38 PDHI KALTIM 1 Drh Jumiyanti

39 PDHI KEPRI Drh Paulus Mbolo Maranata

40 PDHI KEPRI Drh Fery Firdaus 41 PDHI LAMPUNG Drh Agung Kusmartuti

42 PDHI MALUKU UTARA Drh Setiyo Winingsih

43 PDHI NTB I Drh Erwin Kusbianto, MSi

44 PDHI NTB I Drh Rama

45 PDHI NTT Dr Drh Maxs U E Sanam, MSc

46 PDHI PAPUA Drh I Nyoman Polos

47 PDHI PAPUA Drh Ahnu Miftahul Ulum 48 PDHI RIAU Drh Hamria

49 PDHI RIAU Drh Guswandi 50 PDHI SULSEL Drh Suhartono

51 PDHI SULTENG Drh Ambar Retnowati MSi

52 PDHI SULTRA Drh Putu Nara Kusuma Prasanjaya 53 PDHI SUMBAR Drh Iis Irawanti, M.Sc

54 PDHI SUMSEL Drh Tri Siwi Hariningsih

55 PDHI SUMUT Drh Agus Rahayu

56 ADHPHKI Drh Andreas Heriyanto 57 AKIVI Prof Drh Ida Tjahjati

58 AKTIVI Drh Gustav Ananta Mueller

59 IDH MAI Drh Fidry Rahmanda Ikhwan

Page 13: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

7

Komisi C

NO. PDHI CABANG NAMA DELEGASI

1 PDHI ACEH Dr Drh. Nurliana, MSi

2 PDHI BANTEN 1 Drh Sri Herny 3 PDHI BANTEN 1 Drh Ami Kosriami Rahayu

4 PDHI BANTEN 1 Drh Tri Januardini Damarsanti 5 PDHI BANTEN 2 Drh Bayu Pramono

6 PDHI BANTEN 2 Drh Rayati

7 PDHI BENGKULU Drh Jananta

8 PDHI BENGKULU Drh Fitri

9 PDHI DI YOGYAKARTA Dr Drh Widagdo Sri Nugroho, MP 10 PDHI DKI JAKARTA Drh Maria Theresia Widiastuti

11 PDHI DKI JAKARTA Dr Drh Puspita Suryani Handaja K

12 PDHI JABAR 1 Drh Anton Susilo Adi Puspito 13 PDHI JABAR 1 Drh Afrida Aizzatun Istiqomah

14 PDHI JABAR 2 Drh Leni Maylina, MSi 15 PDHI JABAR 4 Drh Idik Abdullah, MM

16 PDHI JAMBI Drh Arikianto 17 PDHI JATENG 1 Drh Riyanto

18 PDHI JATENG 3 Drh Liem Djien Hauw

19 PDHI JATENG 4 Drh Evi Nurwulandari 20 PDHI JATENG 5 Drh Susatyo Budi Yahono, MSi

21 PDHI JATENG 5 Drh Ari Nilawati

22 PDHI JATIM 1 Drh Miyayu Soneta Sofyan MVet

23 PDHI JATIM 10 Dr Drh Miarsono Sigit MP

24 PDHI JATIM 2 Drh Ratna Fitri Herdayani

25 PDHI JATIM 3 Drh Ni Made Mentari Maharani

26 PDHI JATIM 3 Drh. Gaguk Musdijanto 27 PDHI JATIM 4 Drh Nuryo Sekarnoto

28 PDHI JATIM 6 Drh Rahendra Prasetyo Eko Sudarsono

29 PDHI JATIM 7 Drh Gatot Pindo S 30 PDHI JATIM 8 Drh Yessyinta Bunga Candra Lukyta

31 PDHI JATIM 9 Drh Gatot Bambang Sutejo 32 PDHI KALSEL Drh Rima Firdhiati

33 PDHI KALTENG Drh Eko Hari Yuwono

34 PDHI KALTIM 1 Drh Linda Widyastuti1

35 PDHI KALTIM 1 Drh Wafiatiningsih

36 PDHI KALTIM 1 Drh Intan Puru D 37 PDHI KALTIM 1 Drh Jumiyanti

38 PDHI KEPRI Drh Ana Dela

39 PDHI KEPRI Drh Arlinda

40 PDHI LAMPUNG Drh Vita Maharjanti

41 PDHI NTB I Drh Rama 42 PDHI NTT Drh Aji Winarso, MSi

43 PDHI PAPUA Drh Rafael Heri Nugroho

44 PDHI PAPUA Drh Muhlis Natsir, MKes

Page 14: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

8

NO. PDHI CABANG NAMA DELEGASI

45 PDHI RIAU Drh Dewi Anggreini, MM 46 PDHI SULSEL Dr Drh Dwi Kusumasari

47 PDHI SULSEL Drh Dini Yudianingtyas

48 PDHI SULTENG Drh Sri Hidayatul Rohmah 49 PDHI SULTRA Drh Jusriati

50 PDHI SUMBAR Drh M.Kamil, MP 51 PDHI SUMSEL Drh Weny Patrioti, MSi

52 ADHI-MAI Drh Maulid Dio Suhendro

53 ADHPHKI Drh Siti Komariah

54 ADHPTCI Drh Tatang Cahyono

55 AEVI Drh Syafrison Idris 56 AKIVI Drh Setyo Widodo

57 AKTIVI Drh Silfiana Ganda

58 AMVI Dr Drh Joko Pamungkas

59 APARVI Drh Risa Tiuria

60 APARVI Prof Dr Drh Upik Kesumawati

61 APVI Prof Drh Bambang Pontjo Priosoeryanto APVet

62 ASKESMAVETI Drh Sri Hartati 63 ASKESMAVETI Drh Fitri

Page 15: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

9

Daftar Materi Persidangan Kongres PDHI Ke-18, 2018

Sidang Pleno

Nomor Ketetapan Judul Ketetapan

01/Istimewa/PB-PDHI/XI/2018 Pemilihan Ketua dan Sekretaris Kongres Ke-18 Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia

01/Kongres Ke-18/PDHI/2018

Tempat Pelaksanaan Kongres Ke-19 Perhimpunan Dokter

Hewan Indonesia Tahun 2022 dan Wakil Ketua Kongres

Ke-18 Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia Tahun 2018

02/Kongres Ke-18/PDHI/2018 Ketetapan Mengenai Tata-Tertib Kongres Ke-18 Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia Tahun 2018

22/Kongres Ke-18/PDHI/2018 Ketetapan Mengenai Prosedur Pemilihan Ketua Umum dan Penyusunan Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia

03/Kongres Ke-18/PDHI/2018 Ketetapan Mengenai Pengesahan Laporan Pertanggungjawaban Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia Periode Masa Bakti 2014–2018

23/Kongres Ke-18/PDHI/2018 Ketetapan Mengenai Susunan Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia Periode 2018-2022

Komisi A

Nomor Ketetapan Judul Ketetapan

04/Kongres Ke-18/PDHI/2018 Ketetapan Mengenai Pokok-pokok Program Kerja Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia Periode Masa Bhakti 2018-2022

05/Kongres Ke-18/PDHI/2018 Ketetapan Mengenai Penyempurnaan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia

06/Kongres Ke-18/PDHI/2018 Ketetapan Mengenai Lagu Mars Dokter Hewan Indonesia

07/Kongres Ke-18/PDHI/2018 Ketetapan Mengenai Wilayah Kerja Cabang Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia

08/Kongres Ke-18/PDHI/2018 Ketetapan Mengenai Pengukuhan Organisasi Non Teritorial

09/Kongres Ke-18/PDHI/2018 Ketetapan Mengenai Kedudukan PDHI sebagai Badan Penentu Status Veteriner (Veterinary Statutory Body/ VSB)

Page 16: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

10

Komisi B

Nomor Ketetapan Judul Ketetapan

10/Kongres Ke-18/PDHI/2018 Ketetapan mengenai Penyeliaan Paramedis Veteriner dalam Rangka Pelayanan Kesehatan Hewan

11/Kongres Ke-18/PDHI/2018 Ketetapan Mengenai Penguatan Majelis Kehormatan Perhimpunan dan Pengembangan Etika Profesi Veteriner

12/Kongres Ke-18/PDHI/2018

Ketetapan Mengenai Penguatan Asosiasi Dokter Hewan Praktisi Hewan Laboratorium Indonesia Dengan Mandat Sebagai Komisi Etik Penggunaan dan Pemeliharaan Hewan Laboratorium

13/Kongres Ke-18/PDHI/2018 Ketetapan Mengenai Acuan Dasar Profesi Kedokteran Hewan Indonesia

14/Kongres Ke-18/PDHI/2018

Ketetapan Mengenai Penyusunan Standar Operasi Baku

dan Penyelarasan Perangkat Pelayanan Jasa Medik

Veteriner

Komisi C

Nomor Ketetapan Judul Ketetapan

15/Kongres Ke-18/PDHI/2018 Ketetapan Mengenai Peran Aktif PDHI dalam Organisasi Kedokteran Hewan Internasional

16/Kongres Ke-18/PDHI/2018 Ketetapan Mengenai Pelaksanaan Peningkatan Kapasitas Kepemimpinan Veteriner Indonesia (Indonesia Veterinary Leadership)

17/Kongres Ke-18/PDHI/2018 Ketetapan Mengenai Pengembangan dan Penyempurnaan Pelaksanaan Uji Kompetensi Dokter Hewan Indonesia (UKDHI)

18/Kongres Ke-18/PDHI/2018

Ketetapan Mengenai Dukungan dan Partisipasi Aktif terhadap Persiapan dan Pelaksanaan Akreditasi Program Studi Kedokteran Hewan melalui Lembaga Akreditasi Mandiri Perguruan Tinggi Kesehatan (LAM-PTKes)

19/Kongres Ke-18/PDHI/2018 Ketetapan mengenai Pengembangan Skema Kompetensi Lembaga Sertifikasi Profesi Kesehatan Hewan (LSP-Keswan)

20/Kongres Ke-18/PDHI/2018 Ketetapan Mengenai Dukungan dan Partisipasi Aktif terhadap Penyusunan Peraturan Pemerintah Tentang Pendidikan Tinggi Kedokteran Hewan

21/ Kongres Ke-18/PDHI/2018 Ketetapan Mengenai Agenda Nasional Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia

Page 17: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

11

Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia

KEPUTUSAN

PENGURUS BESAR PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA

Nomor 01/Istimewa/PB-PDHI/XI/2018

TENTANG

PEMILIHAN KETUA DAN SEKRETARIS

KONGRES KE-18 PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA

PENGURUS BESAR PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA,

Menimbang:

1. bahwa Kongres adalah kelengkapan organisasi yang memegang kekuasaan tertinggi dan

bertugas untuk menyusun dan mengesahkan ketetapan bagi penyelenggaraan organisasi;

2. bahwa untuk menjalankan tugas tersebut Kongres memandang perlu untuk menetapkan Tata

Cara Pemilihan dan Penetapan Ketua dan Sekretaris Kongres agar Kongres dapat berjalan

lancar yang dipimpin oleh Ketua Umum PB PDHI periode yang akan berakhir.

Mengingat:

1. Pasal 5 dan 14 Anggaran Dasar PDHI

2. Pasal 11 dan 22 Anggaran Rumah Tangga PDHI

Memperhatikan:

Tanggapan, diskusi, saran, dan usulan peserta kongres yang berkembang pada saat Kongres

Ke-18 PDHI Tahun 2018.

MEMUTUSKAN

Menetapkan:

1. Tatacara pemilihan Ketua, dan Sekretaris Kongres Ke-18 PDHI Tahun 2018 sebagaimana

terlampir.

2. Ketua umum PB PDHI periode 2014-2018, atas persetujuan delegasi PDHI Cabang

memberikan Mandat kepada Ketua Kongres dan Sekretaris Kongres terpilih sebagai berikut:

Ketua : Drh. Laode Mastari, MM

Sekretaris : Drh. Ni Made Restiati, Mphil

Page 18: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

12

3. Untuk memimpin dan melaksanakan Kongres Ke-18 PDHI dengan sebaik–baiknya.

Diputuskan di Bali Pada tanggal 01 November 2018 Ketua Umum PB PDHI Periode 2014-2018 (Dr. Drh. Heru Setijanto, PAVet (K))

Page 19: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

13

Lampiran: TAP. Nomor 01/Kongres Ke-18/PDHI/2018

Tentang: TATA CARA PEMILIHAN KETUA, WAKIL KETUA DAN SEKRETARIS KONGRES

Ke-18 PDHI

TATA CARA PEMILIHAN KETUA, WAKIL KETUA DAN

SEKRETARIS KONGRES Ke-18 PDHI

Pasal 1

Pembukaan Kongres dimulai dengan pemilihan Ketua, Wakil Ketua dan Sekretaris Kongres ke-18

PDHI dipimpin oleh Ketua Umum PB PDHI masa 2014-2018

Pasal 2

(1) Ketua Kongres dipilih dari delegasi peserta Kongres.

(2) Calon Ketua Kongres menyatakan kesediaannya.

(3) Ketua Kongres terpilih adalah calon yang memperoleh dukungan suara terbanyak.

(4) Dalam keadaan tidak terpenuhinya butir 2, Ketua Umum PDHI dapat menyarankan seseorang

anggota PDHI Cabang yang dipandang mampu untuk menjadi Ketua Kongres dengan

persetujuan forum Kongres.

(5) Wakil Ketua Kongres adalah Ketua PDHI Cabang yang akan menjadi tempat dimana

diselenggarakannya Kongres Ke-19 PDHI tahun 2022.

(6) Sekretaris Kongres adalah Ketua atau salah satu pengurus PDHI Cabang tempat

diselenggarakannya Kongres Ke-18 PDHI tahun 2018 (PDHI Cabang Bali).

Pasal 3

(1) Dalam hal pemilihan Ketua Kongres pada pasal 2 ayat (1), maka Ketua Umum PB PDHI

meminta pendapat forum untuk usulan nama calon Ketua Kongres sekaligus menanyakan

kesediaannya.

(2) Nama calon yang telah menyatakan kesediaannya, dipilih secara musyawarah mufakat.

(3) Apabila musyawarah mufakat tidak tercapai, maka pemilihan dilaksanakan melalui

pengambilan suara (voting) secara tertulis dimana setiap cabang memilih 1 nama calon.

(4) Nama calon yang memperoleh suara terbanyak ditetapkan sebagai Ketua Kongres Ke-18

PDHI Tahun 2018.

(5) Dalam hal terdapat 2 nama calon dengan jumlah suara terbanyak yang sama, maka dilakukan

pemilihan ulang terhadap 2 calon tersebut.

(6) Nama calon yang memperoleh suara terbanyak pada ayat (5) di atas, ditetapkan sebagai

Ketua Kongres Ke-18 PDHI Tahun 2018.

Pasal 4

(1) Setelah terpilihnya Ketua, Wakil Ketua dan Sekretaris Kongres Ke-18 PDHI Tahun 2018,

Ketua Umum PB PDHI menyerahkan Pimpinan Persidangan Kongres Ke-18 Tahun 2018

kepada Ketua Kongres terpilih.

(2) Ketua Kongres Ke-18 PDHI Tahun 2018 bertugas dan bertanggung jawab untuk memimpin

jalannya Kongres Ke-18 PDHI Tahun 2018 sesuai dengan Tata Tertib dan Agenda Kongres.

Pasal 5

Hal-hal yang belum diatur dalam tata tertib ini akan ditetapkan lebih lanjut oleh

Ketua Kongres Ke-18 PDHI Tahun 2018 setelah memperoleh persetujuan Kongres.

Page 20: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

14

Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia

KETETAPAN KONGRES KE-18

PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA TAHUN 2018

TAP. Nomor 01/Kongres Ke-18/PDHI/2018

TENTANG

TEMPAT PELAKSANAAN KONGRES KE-19 PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA

TAHUN 2022 DAN WAKIL KETUA KONGRES KE-18

PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA TAHUN 2018

KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA,

Menimbang:

1. bahwa masa Kepengurusan Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PB

PDHI) adalah selama masa antara dua Kongres yang lamanya 4 (empat) tahun.

2. bahwa Kota Makassar sebagai tempat pelaksanaan Kongres berikutnya, dipandang

memenuhi persyaratan sebagai tempat Kongres Ke-19 PDHI Tahun 2022.

Mengingat:

1. Pasal 14 Anggaran Dasar PDHI;

2. Pasal 22 ayat (6) Anggaran Rumah Tangga PDHI

Memperhatikan:

Tanggapan, diskusi, saran, dan usulan peserta kongres yang berkembang pada saat

Kongres Ke-18 PDHI Tahun 2018.

MEMUTUSKAN

Menetapkan:

1. Kongres Ke-19 PDHI Tahun 2022 diselenggarakan di Kota Makassar

2. Kepada PB PDHI Periode masa bhakti 2018–2022 dan Pengurus PDHI Cabang Sulawesi

Selatan agar dapat melaksanakan Kongres tersebut dengan sebaik–baiknya.

3. Drh. Anak Agung Joni Wahyuda sebagai wakil ketua Kongres Ke-18 PDHI Tahun 2018

Ditetapkan di Bali Pada tanggal 01 November 2018

Ketua Kongres Ke-18 PDHI

(Drh. Laode Mastari, MM)

Sekretaris Kongres Ke-18 PDHI

(Drh. Ni Made Restiati, MPhil)

Page 21: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

15

Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia

KETETAPAN KONGRES KE-18

PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA TAHUN 2018 TAP. Nomor 02/Kongres Ke-18/PDHI/2018

TENTANG TATA-TERTIB KONGRES KE-18

PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA TAHUN 2018

KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA,

Menimbang: 1. bahwa Kongres adalah kelengkapan organisasi yang memegang kekuasaan tertinggi dan

bertugas untuk menyusun ketetapan-ketetapan yang mendukung penyelenggaraan organisasi untuk masa antara dua Kongres;

2. Bahwa untuk menjalankan tugas tersebut Kongres memandang perlu untuk menetapkan Agenda Acara Kongres dan Tata Tertib Kongres agar Kongres dapat berjalan lancar dan dapat menyelesaikan tugasnya dalam satu Ketetapan Kongres.

Mengingat: 1. Pasal 14 Anggaran Dasar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia 2. Pasal 11 dan 22 Anggaran Rumah Tangga Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia.

Memperhatikan:

Tanggapan, diskusi, saran, dan usulan peserta kongres yang berkembang pada saat Kongres Ke-18 PDHI Tahun 2018.

MEMUTUSKAN

Menetapkan: Tata-Tertib Kongres Ke-18 PDHI Tahun 2018 sebagaimana terlampir

Ditetapkan di Bali

Pada tanggal 01 November 2018

Ketua Kongres Ke-18 PDHI

(Drh. Laode Mastari, MM)

Sekretaris Kongres Ke-18 PDHI

(Drh. Ni Made Restiati, MPhil)

Page 22: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

16

Lampiran: TAP. Nomor 02/Kongres Ke-18/PDHI/2018 Tentang: TATA-TERTIB KONGRES KE-18 PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA

TAHUN 2018

TATA TERTIB KONGRES KE-18 PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA TAHUN 2018

BAB I

Peserta

Pasal 1 Peserta Kongres Ke-18 PDHI Tahun 2018 terdiri dari: 1. Peserta Delegasi adalah utusan PDHI Cabang sebanyak-banyaknya 6 (enam) orang disertai

surat mandat dari masing-masing PDHI Cabang dan memiliki Kartu Tanda Anggota (KTA). 2. Peserta Peninjau adalah:

a. Utusan PDHI Cabang sebanyak-banyaknya 2 (dua) orang dengan surat mandat dari masing-masing PDHI Cabang sebagai peninjau.

b. Utusan Organisasi Non Teritorial (ONT) sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang dengan surat mandat dari masing-masing Ketua ONT.

c. Fungsionaris Pengurus Besar Periode 2014-2018, d. Majelis Kehormatan Perhimpunan, e. Memiliki KTA

3. Peserta Kehormatan adalah perorangan/wakil instansi yang ditunjuk/diundang oleh PB PDHI.

Pasal 2

(1) Peserta Delegasi mempunyai hak bicara dan hak suara. (2) Peserta Peninjau mempunyai hak bicara. (3) Peserta Kehormatan hanya memiliki hak memberi saran

Pasal 3

(1) Kongres dianggap sah apabila dihadiri oleh paling sedikit sebanyak 2/3 jumlah PDHI Cabang yang telah disahkan.

(2) Besarnya jumlah suara setiap PDHI Cabang ditentukan berdasarkan acuan sebagai berikut: a. Jumlah anggota yang sah, memiliki KTA yang masih berlaku b. Jarak dari lokasi PDHI Cabang berada ke lokasi Kongres

(3) Jumlah suara setiap PDHI Cabang Perhimpunan dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Suara = Jumlah Anggota/10 + suara tambahan

a. besaran suara berdasarkan jumlah anggota adalah sebagai berikut: Jumlah anggota cabang dibagi sepuluh (10)

b. Besaran suara tambahan berdasarkan jarak geografis linier antara lokasi Cabang Perhimpunan berada ke titik Kongres adalah sebagai berikut:

1. Jarak 0-500 km mempunyai tambahan hak = 1 suara 2. Jarak 501-1000 km mempunyai tambahan hak = 2 suara 3. Jarak > 1000 mempunyai tambahan hak = 3 suara

Page 23: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

17

BAB II Pimpinan Sidang dan Pengambilan Keputusan

Pasal 4

(1) Kongres dipimpin oleh seorang Ketua, dibantu oleh seorang Wakil Ketua dan Sekretaris Kongres.

(2) Pembagian tugas antara Ketua, Wakil Ketua dan Sekretaris Kongres ditetapkan oleh Ketua Kongres.

(3) Ketua Kongres dapat menunjuk Tim Perumus dan atau para pembantu lainnya dari anggota delegasi kongres untuk membantu menyempurnakan Keputusan-Keputusan Kongres demi kelancaran penyelenggaraan Kongres.

Pasal 5

(1) Kongres bertugas untuk: a. Menerima dan mengesahkan/menolak pertanggungjawaban Ketua Umum PB PDHI

Periode 2014-2018. b. Menyusun dan mengesahkan Pokok-Pokok Program Kerja PDHI Periode 2018-2022. c. Memilih Ketua Umum PB PDHI Periode 2018-2022 d. Membuat Keputusan dan Ketetapan tentang :

1. Hasil-hasil kesepakatan yang dicapai pada Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) yang dilaksanakan selama Periode 2014-2018

2. Hasil-hasil kesepakatan yang dicapai pada Kongres Ke-18 PDHI Tahun 2018 3. Menetapkan hal-hal lain yang dipandang penting bagi kemajuan profesi dan

kemandirian organisasi profesi kedokteran hewan. (2) Acara/agenda sidang-sidang Kongres ditetapkan/disahkan oleh Kongres.

Pasal 6

Apabila jumlah PDHI Cabang Peserta Kongres Ke-18 PDHI Tahun 2018 tidak mencapai kuorum sebagaimana dimaksud pasal 3 ayat (1), maka:

1. Dilakukan musyawarah Peserta Delegasi Kongres yang hadir untuk menetapkan keabsahan Kongres Ke-18 PDHI Tahun 2018;

2. Berdasarkan pasal 6 ayat (1), Ketua Kongres memutuskan bahwa Kongres Ke-18 PDHI Tahun 2018 sah.

Pasal 7

(1) Pengambilan keputusan dalam Kongres dilaksanakan dengan jalan musyawarah untuk mufakat.

(2) Apabila setelah diusahakan dengan jalan musyawarah sebagaimana pasal 7 ayat (1) di atas tidak tercapai, maka keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak.

BAB III

Agenda Acara Kongres

Pasal 8 1. Agenda acara Kongres terdiri dari Sidang Pleno dan Sidang Komisi yang disusun secara runut

dan sistematis sehingga tujuan Kongres tercapai 2. Pelaksanaan Sidang Pleno dan Sidang Komisi dapat didampingi oleh narasumber atas

persetujuan Ketua Kongres

Pasal 9 Agenda acara Kongres sebagaimana disebutkan dalam Pasal 8 adalah sebagai berikut:

1. Sidang Kongres dipimpin oleh Ketua, Wakil Ketua dan Sekretaris Kongres Ke-18 PDHI Tahun 2018 dan Pernyataan Kepengurusan PDHI Periode 2014-2018 demisioner.

2. Sidang kongres terdiri dari:

Page 24: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

18

a. Sidang Pleno b. Sidang Komisi

3. Sidang Pleno sebagaimana dimaksud pada ayat (2) butir a di atas berisi: a. Penetapan tata-tertib Kongres Ke-18 PDHI Tahun 2018 b. Pembacaan Laporan Pertanggungjawaban Ketua Umum Pengurus Besar PDHI

Periode 2014-2018 c. Tanggapan atas Laporan Pertanggungjawaban Ketua Umum Pengurus Besar

PDHI Periode 2014-2018 d. Penerimaan dan Pengesahan Laporan Pertanggungjawaban dan penyampaian

apresiasi kepada Ketua Umum PB PDHI Periode 2014–2018 e. Pengelompokan peserta Kongres ke dalam forum Sidang Komisi dan pembacaan

narasumber untuk masing-masing Sidang Komisi: f. Penyampaian laporan masing-masing komisi g. Perumusan hasil sidang komisi sebagai bahan Ketetapan Kongres h. Penetapan hasil keputusan Kongres Ke-18 PDHI Tahun 2018 i. Penetapan prosedur dan pelaksanaan pemilihan Ketua Umum PB PDHI Periode

2018-2022 j. Penyerahan hasil keputusan Kongres dari Ketua Kongres kepada Ketua Umum

PB PDHI 2018-2022 k. Sambutan Ketua Umum Pengurus Besar PDHI Periode 2018-2022

4. Sidang Komisi sebagaimana dimaksud ayat (2) butir b terdiri atas: a. Komisi A: Organisasi dan Program Kerja b. Komisi B: Etik dan Kode Etik c. Komisi C: Penyeliaan, Pendidikan, dan Keilmuan Veteriner

Pasal 10

Urutan agenda acara Kongres tersebut di atas dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi

BAB IV Tata Tertib Persidangan

Pasal 11

Peserta Kongres wajib hadir di ruang persidangan 15 menit sebelum acara dimulai dan menempati kursi yang telah disediakan.

Pasal 12 (1) Ketua Kongres bertanggung jawab atas jalannya persidangan. (2) Ketua Kongres memberikan dan mengatur waktu sebaik-baiknya bagi peserta delegasi untuk

menyampaikan hak bicara dan atau hak suaranya. (3) Ketua Kongres memberikan dan mengatur waktu sebaik-baiknya bagi peserta peninjau dan

kehormatan untuk menyampaikan hak bicara dan saran. (4) Ketua Kongres berhak menganulir interupsi dari peserta kongres terhadap usulan/materi

yang tidak relevan maupun yang berpotensi menimbulkan konflik pribadi.

Pasal 13 (1) Peserta Kongres wajib mengikuti tata tertib dan jalannya persidangan dengan baik. (2) Peserta Kongres wajib meminta izin kepada Ketua Kongres bila hendak meninggalkan

ruangan sidang pleno. (3) Peserta Kongres wajib mengisi daftar absensi.

Pasal 14

Hal-hal yang belum diatur dalam tata tertib ini akan ditetapkan lebih lanjut oleh Ketua Kongres

setelah memperoleh persetujuan Kongres.

Page 25: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

19

Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia

KETETAPAN KONGRES KE-18

PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA TAHUN 2018

TAP. Nomor 03/Kongres Ke-18/PDHI/2018

TENTANG

PENGESAHAN LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN

PENGURUS BESAR PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA

PERIODE 2014–2018

KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA,

Menimbang:

1. bahwa Ketua Umum PB PDHI dipilih dan bertanggung jawab kepada Kongres;

2. bahwa masa jabatan Ketua Umum PB PDHI adalah 4 (empat) tahun, dan karenanya pada masa

akhir jabatannya wajib memberikan laporan pertanggungjawaban kepada Kongres;

3. bahwa Kongres sebagai kelengkapan organisasi PDHI yang memegang kekuasaan tertinggi

perlu membahas dan mengambil keputusan untuk menerima atau menolak

pertanggungjawaban tersebut dalam sebuah Ketetapan Kongres.

Mengingat:

1. Pasal 14 Anggaran Dasar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia

2. Pasal 11 dan 22 Anggaran Rumah Tangga Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia

3. TAP nomor 02/Kongres Ke-18/PDHI/2018 tentang Tata Tertib Kongres.

Memperhatikan:

1. Naskah Laporan Pertanggungjawaban Ketua Umum PB PDHI Periode 2014-2018;

2. Tanggapan, diskusi, saran, dan usulan peserta kongres yang berkembang pada saat Kongres

Ke-18 PDHI Tahun 2018.

MEMUTUSKAN

Menetapkan:

Menerima laporan Pertanggungjawaban Ketua Umum PB PDHI Periode 2014 – 2018 dengan

beberapa catatan terlampir.

Ditetapkan di Bali Pada tanggal 02 November 2018

Ketua Kongres Ke-18 PDHI

(Drh. Laode Mastari, MM)

Sekretaris Kongres Ke-18 PDHI

(Drh. Ni Made Restiati, MPhil)

Page 26: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

20

Lampiran 1 : TAP. Nomor 03/Kongres Ke-18/PDHI/2018

Tentang: LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN KETUA UMUM PB PDHI PERIODE 2014 – 2018

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN

PENGURUS BESAR PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA

PERIODE MASA BAKTI 2014-2018

Dr. Drh. Heru Setijanto, PAVet (K)

Ketua Umum Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia

Mandataris Kongres PDHI ke 17 tahun 2014 di Palembang

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat dan hidayah-Nya kita keluarga

besar dokter hewan dari seluruh Indonesia yang tergabung dalam Perhimpunan Dokter Hewan

Indonesia melalui perwakilan delegasi PDHI Cabang dan Organisasi Non Teritorial (ONT) PDHI

dapat berkumpul kembali dalam rangka Kongres ke 18 PDHI di Nusa Dua, Bali.

Perkenankan saya selaku mandataris Kongres ke 17 PDHI tahun 2014 pada kesempatan yang

baik ini menyampaikan laporan pertanggungjawaban Pengurus Besar PDHI periode 2014-2018

atas pelaksanaan program kerja dan ketetapan kongres yang ditetapkan pada tahun 2014 di

Palembang.

Laporan pertanggungjawaban disusun dalam 4 (empat) bagian yaitu (1) Pendahuluan, (2)

Pelaksanaan Program, (3) Tantangan ke Depan, dan (4) Penutup. Laporan keuangan Pengurus

Besar PDHI termasuk laporan keuangan Yayasan Hemera Zoa akan disampaikan secara terpisah,

namun merupakan satu kesatuan dengan laporan pertanggungjawaban ini.

PENDAHULUAN

Dalam perjalanan pengabdian profesi, tidak dapat dipungkiri bahwa kita telah dihadapkan

dengan berbagai permasalahan dan peristiwa yang bersifat global, nasional, regional, lokal

ataupun spesifik yang terkait erat dengan keterlibatan pemerintah, masyarakat luas, bahkan

keterlibatan profesi kedokteran hewan itu sendiri. Untuk itu kita perlu terus menempa sense of

crisis untuk menjunjung tinggi amanat penderitaan rakyat di satu sisi dan mengembangkan sense

of belonging terhadap profesi di sisi yang lain. Kita harus mampu melakukan manajemen

perubahan menuju citra dan reputasi profesi kedokteran hewan yang lebih baik, yaitu dengan

memahami berbagai permasalahan dan perkembangan yang secara langsung maupun tidak

langsung mempengaruhi kinerja dan pengabdian profesi kedokteran hewan saat ini dan di masa

depan.

Sejumlah permasalahan tersebut meliputi: kemiskinan, pengangguran, ketersediaan dan

stabilitas harga pangan dan energi serta berbagai permasalahan lainnya. Tantangan yang

dihadapi dalam mengatasi sejumlah permasalahan tersebut juga akan menjadi semakin besar

mengingat semakin terbatasnya sumberdaya yang tersedia dan semakin tingginya dinamika

berbagai variabel yang mempengaruhi penyelesaian terhadap sejumlah permasalahan tersebut.

Peningkatan jumlah penduduk, perubahan iklim, intensitas bencana yang cenderung meningkat

serta kondisi sosial politik nasional, regional dan global merupakan variabel-variabel yang akan

menentukan keberhasilan dalam menyelesaikan sejumlah permasalahan tersebut. Peningkatan

jumlah penduduk akan berimplikasi terhadap semakin tingginya kebutuhan penyediaan pangan,

energi dan penyediaan lapangan pekerjaan. Di sisi lain, perubahan iklim dan intensitas bencana

Page 27: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

21

yang cenderung meningkat berpotensi menurunkan kemampuan kita dalam berproduksi, baik

produksi pangan maupun non pangan. Oleh karena itu, berbagai pendekatan dan paradigma baru

serta inovasi dibutuhkan dalam mengatasi sejumlah permasalahan tersebut.

Sampai saat ini, tekanan terhadap permintaan bahan pangan dan energi yang menjadi kebutuhan

pokok masyarakat belum mampu dipenuhi dari produksi nasional. Disamping menyangkut aspek

ketersediaan, fluktuasi harga pangan dan energi juga menjadi isu yang kerapkali menjadi

perhatian masyarakat. Tekanan harga pangan dan energi yang cenderung meningkat juga

menjadi tantangan yang masih akan dihadapi di masa mendatang.

Perkembangan yang terjadi saat ini juga dicirikan oleh semakin berkembangnya teknologi

informasi dalam berbagai bidang kehidupan. Saat ini kita sudah memasuki era Revolusi Industri

4.0 yang ditandai dengan kemunculan supercomputer, robot pintar, kendaraan tanpa pengemudi,

editing genetic dan perkembangan neuroteknologi yang memungkinkan manusia untuk lebih

mengoptimalkan fungsi otak. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era Revolusi

Industri 4.0 akan mengubah dunia sebagaimana revolusi industri sebelumnya.

Era Revolusi Industri 4.0 memiliki inti perubahan pada perkembangan Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi (IPTEK) dan pengaruhnya yang lebih dalam di setiap aktivitas kehidupan manusia.

Perkembangan IPTEK di era Revolusi Industri 4.0 akan memberikan kemajuan signifikan dari

segi penggunaan kecerdasan buatan dan digitalisasi sistem yang akan mendorong pertukanan

arus informasi secara lebih cepat dan komprehensif. Hal ini akan sangat berdampak pada

pergeseran peran tenaga manusia yang akan digantikan dengan mesin. Struktur ekonomi yang

dulunya didominasi sektor agraris akan beralih menuju sektor manufaktur. Perekonomian juga

dicirikan dengan kemunculan kota-kota industri dan fenomena urbanisasi.

Fenomena ini justru bertentangan dengan keadaan Indonesia yang akan menghadapi periode

bonus demografi pada tahun 2030. Bonus demografi ditandai dengan jumlah penduduk usia

produktif (15-64 tahun) yang mencapai sekitar 70% dari seluruh angkatan kerja di suatu negara.

Bonus demografi pada dasarnya merupakan anugerah dalam proses percepatan pembangunan

untuk mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara. Akan tetapi jika tidak dimaksimalkan

dengan baik, potensi ini justru akan menyebabkan peningkatan pada sektor kemiskinan,

kesenjangan, hingga kriminalitas.

Revolusi Industri 4.0 pada awalnya akan menyebabkan pengurangan kebutuhan tenaga manusia.

Akan tetapi, fenomena ini justru akan membawa peluang pekerjaan baru di bidang yang lain. Para

ahli ekonomi percaya bahwa fokus utama pada masa depan bukan berkurangnya lowongan

pekerjaan, melainkan kurangnya kemampuan tenaga manusia yang sesuai dengan jenis-jenis

pekerjaan di masa depan. Tenaga manusia yang berkualitas akan menjadi perebutan akibat

perkembangan teknologi yang mendorong setiap orang harus memiliki keahlian dan kompeten

dalam pekerjaan tertentu. Tantangan Indonesia ke depan adalah bagaimana menerapkan

komposisi kebijakan-kebijakan yang dapat mendorong tumbuhnya Sumberdaya Manusia yang

mampu bertahan dalam keadaan ekonomi disrupsi dan penuh dengan ketidakpastian. Arah

kebijakan dan program-program pemerintah juga harus berfokus pada peningkatan

kesejahteraan masyarakat melalui perkembangan sektor pendidikan, ekonomi dan infrastruktur

pelayanan.

RUANG LINGKUP

Ruang lingkup dalam laporan pertanggungjawaban ini meliputi pelaksanaan dari Ketetapan

Kongres ke 17 PDHI 2014 yang mencakup:

Page 28: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

22

1. Dinamika Lingkungan Internal, yaitu pelaksanaan dari Ketetapan Kongres ke 17 PDHI

2014 yang bersifat internal seperti keorganisasian, keanggotaan, administrasi dan

kesekretariatan, dan pelaksanaan program kerja internal.

2. Diamika Lingkungan Eksternal, yaitu pelaksanaan dari Ketetapan Kongres ke 17 PDHI

2014 yang bersifat eksternal yang mencakup aspek respek dan reputasi, aliansi dan

kemitraan, dan advokasi dan legislasi.

PELAKSANAAN PROGRAM KERJA

1. Dinamika Lingkungan Internal

1.1. Keorganisasian dan Kesisteman

Sesuai dengan Tap. Nomor 21/Kongres Ke-17/PDHI/2014 Tentang Susunan Pengurus

Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia Periode Masa Bakti 2014-2018, struktur

organisasi Pengurus Besar PDHI yang terdiri atas Ketua Umum dengan 3 Wakil Ketua

yang membawahi Bidang Organisasi dan Keanggotaan; Bidang Hukum, Advokasi dan

Pencerahan Masyarakat; dan Bidang Keilmiahan dan Standarisasi Profesi yang

dilengkapi dengan Komisi-Komisi pendukungnya, serta peran Sekretaris Jenderal

beserta para Wakil Sekretaris Jenderal I,II,III dirasakan cukup fleksibel dan efisien.

Struktur dan pembagian penanganan urusan dalam kepengurusan PBPDHI hingga tahun

2018 ini cukup efektif dalam menangani banyak jenis urusan keorganisasian dan

keprofesian veteriner yang merupakan tantangan dalam meningkatkan eksistensi dan

peran profesi di Indonesia, khususnya di era otonomi daerah. Sebagai organisasi profesi,

PDHI khususnya Pengurus Besar di tingkat pusat harus tanggap dan mengupayakan

berbagai langkah yang dapat membawa dokter hewan dihargai, berperan jelas dan tidak

terabaikan dengan memberikan pandangan-pandangan dan argumentasi yang secara

ilmiah dapat dipertanggung jawabkan, memenuhi nilai-nilai etika veteriner dan sumpah

profesi, bermartabat dan bebas dari pengaruh politik dan uang.

1.2. Pemekaran dan Penguatan Organisasi

Dalam periode masa kerja 2014-2018 telah terjadi penambahan/pemekaran PDHI

Cabang sebanyak 5 Cabang, yaitu PDHI Cabang Jawa Timur 8, Jawa Timur 9, Jawa Timur

10, Jawa Barat 6, dan Maluku Utara, sehingga saat ini sudah terdapat 52 PDHI Cabang di

Indonesia.

Page 29: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

23

Tabel 1. Nama PDHI Cabang dan Jumlah Anggota (update per 22 Oktober 2018)

No. Nama PDHI Cabang Jumlah Anggota

No. Nama PDHI Cabang

Jumlah Anggota

No. Nama PDHI Cabang

Jumlah Anggota

1 Aceh 327 19 Jawa Barat 6 33 37 Bali 470 2 Sumatera Utara 263 20 Jawa Tengah 1 210 38 Kalimantan Barat 66

3 Riau 211 21 Jawa Tengah 2 99 39 Kalimantan Tengah 69 4 Kepulauan Riau 122 22 Jawa Tengah 3 380 40 Kalimantan Selatan 102

5 Jambi 96

23 Jawa Tengah 4 217

41 Kalimantan Timur 1

84

6 Sumatera Barat 211

24 Jawa Tengah 5 53

42 Kalimantan Timur 2

43

7 Sumatera Selatan 143 25 Jawa Tengah 6 27 43 Sulawesi Utara 46 8 Bengkulu

59 26 Daerah Istimewa

Yogyakarta 892

44 Gorontalo 32

9 Lampung 145 27 Jawa Timur 1 818 45 Sulawesi Tengah 43

10 Bangka Belitung 41 28 Jawa Timur 2 591 46 Sulawesi Tenggara 21 11 Banten 1 50 29 Jawa Timur 3 63 47 Sulawesi Selatan 315

12 Banten 2 324

30 Jawa Timur 4 74

48 Nusa Tenggara Barat 1

298

13 DKI Jakarta 345

31 Jawa Timur 5 71

49 Nusa Tenggara Barat 2

43

14 Jawa Barat 1 272

32 Jawa Timur 6 100

50 Nusa Tenggara Timur

166

15 Jawa Barat 2 784 33 Jawa Timur 7 62 51 Maluku Utara 5 16 Jawa Barat 3 81 34 Jawa Timur 8 59 52 Papua 222

17 Jawa Barat 4 63 35 Jawa Timur 9 58 18 Jawa Barat 5 196 36 JawaTimur 10 65

Sementara itu menurut Anggaran Rumah Tangga Pasal 17 ayat 1, PB PDHI mempunyai

wewenang untuk mendorong terbentuknya ikatan dokter hewan yang bernaung di

bawah PDHI menurut kesamaan minat, kesamaan keahlian dan kesamaan bidang kerja,

yaitu Organisasi Non Teritorial (ONT). ONT adalah organisasi yang hanya beraktivitas

ilmiah yang bermanfaat dan meningkatkan kompetensi anggotanya serta membuat

aturan-aturan etikal ilmiah keprofesian sesuai kelompoknya.

Dalam periode masa kerja 2014-2018 telah terjadi penambahan sebanyak 5 ONT, yaitu

(1) Asosiasi Dokter Hewan Pengobatan Tradisional Cina Indonesia (ADHPTCI); (2)

Asosiasi Dokter Hewan Monogastrik Indonesia (ADHMI); (3) Asosiasi Dokter Hewan

Megafauna Akuatik Indonesia (ADHMAI); (4) Asosiasi Mikrobiologi Veteriner Indonesia

(AMVI). Sedangkan Asosiasi Dokter Hewan Akupunkturis Indonesia (ADHAI) berubah

menjadi (5) Asosiasi Akupunktur dan Terapi Integratif Veteriner Indonesia (AKTIVI).

Tabel 2. Nama Organisasi Non Teritorial (ONT) No. Nama Organisasi Non Teritorial 1. Ikatan Dokter Hewan Karantina Indonesia (IDHKI) 2. Ikatan Dokter Hewan Sapi Perah Indonesia (IDHSPI) 3. Asosiasi Kesehatan Masyarakat Veteriner Indonesia (ASKESMAVETI) 4. Asosiasi Dokter Hewan Praktisi Hewan Kecil Indonesia (ADHPHKI) 5. Asosiasi Dokter Hewan Satwa Liar, Akuatik dan Hewan Eksotik Indonesia (ASLIQEWAN) 6. Asosiasi Dokter Hewan Perunggasan Indonesia (ADHPI) 7. Asosiasi Patologi Veteriner Indonesia (APVI) 8. Asosiasi Epidemiologi Veteriner Indonesia (AEVI) 9. Asosiasi Farmakologi dan Farmasi Veteriner Indonesia (AFFAVETI) 10. Asosiasi Dokter Bedah Veteriner Indonesia (ADBVI) 11. Asosiasi Kedokteran Interna Veteriner Indonesia (AKIVI) 12. Asosiasi Dokter Hewan Praktisi Hewan Laboratorium Indonesia (ADHPHLI) 13. Asosiasi Dokter Hewan Kuda Indonesia (ADHKI) 14. Asosiasi Medik Reproduksi Veteriner Indonesia (AMERVI) 15. Asosiasi Parasitologi Veteriner Indonesia (APARVI) 16. Asosiasi Dokter Hewan Pengobatan Tradisional Cina Indonesia (ADHPTCI) 17. Asosiasi Dokter Hewan Monogastrik Indonesia (ADHMI) 18. Asosiasi Dokter Hewan Megafauna Akuatik Indonesia (ADHMAI) 19. Asosiasi Mikrobiologi Veteriner Indonesia (AMVI) 20. Asosiasi Akupunktur dan Terapi Integratif Veteriner Indonesia (AKTIVI)

Page 30: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

24

1.3. Keanggotaan dan Integritas

Keanggotaan PDHI telah menjadi legalitas seorang dokter hewan khususnya bagi yang

aktif bekerja dengan menggunakan ilmu-ilmu kedokteran hewan di sektor bidang kerja

Kesehatan Hewan. Kategori dokter hewan yang disyaratkan memiliki legalitas

profesionalnya diatur pemerintah melalui UU No.18 tahun 2009 jo UU No.41 tahun 2014

tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan dan melalui peraturan turunannya PP No. 3

tahun 2017 tentang Otoritas Veteriner menyebutkan bahwa Tenaga Kesehatan Hewan

adalah orang yang menjalankan aktivitas di bidang Kesehatan Hewan berdasarkan

kompetensi dan kewenangan Medik Veteriner yang hierarkis sesuai dengan pendidikan

formal dan/atau pelatihan Kesehatan Hewan bersertifikat.

Dengan demikian, organisasi profesi harus memiliki data base para dokter hewan yang

teregistrasi (memiliki nomor registrasi yang keaktifannya terjaga setiap 4 tahun),

mengakui kompetensinya sebagai dokter hewan lulusan Fakultas Kedokteran Hewan

yang terakreditasi (mengakui ijazah yang diterbitkan FKH) serta mensyaratkan

kesertaan pada kegiatan-kegiatan ilmiah (pendidikan berkelanjutan) untuk

meningkatkan kompetensinya.

Untuk penjaminan anggota PDHI yang melayani masyarakat dan mengantisipasi adanya

masalah hukum, maka setiap dokter hewan yang legal harus memiliki 3 dokumen yaitu:

1. Kartu Tanda Anggota

2. Nomor registrasi dalam bentuk Surat Tanda Registrasi Veteriner (STRV)

3. Sertifikat Kompetensi

Anggota PDHI dari tahun ke tahun makin meningkat, menunjukkan kesadaran tinggi dari

para anggota bahwa legalitas merupakan suatu keniscayaan. Jumlah anggota menurut

PDHI Cabang dapat dilihat pada tabel 1.

1.4. Internalisasi Kode Etik, dan Prinsip-prinsip Kesejahteraan Hewan

PB PDHI telah melakukan sosialisasi ke cabang-cabang yang meminta atau ditawarkan

untuk adanya pencerahan mengenai etika dan prinsip kesejahteraan hewan.

Pemahaman etika dan prinsip kesejahteraan hewan juga dilakukan kepada lingkungan

fakultas kedokteran hewan baik pimpinan maupun para mahasiwa sebagai aturan

hukum, etika maupun keilmiahannya.

Saat ini seluruh Fakultas Kedokteran Hewan di Indonesia telah memasukkan Etika dan

Legislasi sebagai salah satu mata kuliah wajib di dalam kurikulumnya.

Selain itu PB PDHI bekerjasama dengan Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner,

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan mengadakan seminar, workshop,

TOT antara lain:

a. TOT Kesrawan pada sapi, babi, dan unggas

b. Pelatihan Kesrawan untuk Peternak penerima Bantuan sapi pemerintah di Aceh,

Sumatera Utara, dan Riau

c. Pelatihan Kesrawan Rumah Potong Hewan di Semarang, Solo, dan Malang

d. Pelatihan Kesrawan pada babi di Siborong-borong Sumatera Utara

e. Penyusunan Pedoman dan Materi Training Kesrawan

1.5. Keprofesionalan dan Kepemimpinan

Di dalam organisasi Pengurus Besar PDHI masa bakti 2014-2018 telah dibentuk Komisi

Pengembangan Kepemimpinan Veteriner (Veterinary Leadership) sesuai dengan

rekomendasi Tap. Nomer 07/Kongres Ke-17/PDHI/2014 tentang Pokok-pokok Program

Page 31: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

25

Kerja PDHI. Komisi ini bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Peternakan dan

Kesehatan Hewan dan AusAid telah mengadakan pelatihan kepemimpinan veteriner

(veterinary leadership) secara rutin terutama untuk dokter hewan pemerintah dan

mengajak pula dokter hewan non pemerintah.

Menindaklanjuti Tap. Nomor 09/Kongres Ke-17/PDHI/2014 tentang Penyelenggaraan

Ujian Nasional Sertifikasi Dokter Hewan Indonesia dan menyelaraskan implementasi

dari Tap. Nomor 17/Kongres Ke-16/PDHI/2010 tentang Ujian Nasional Sertifikasi

Kompetensi Dokter Hewan Indonesia (Ujinas SKDHI), maka pelaksanaan Ujinas SKDHI

telah berjalan dengan baik bagi lulusan dokter hewan baru sejak Juni 2010. Sedangkan

bagi lulusan dokter hewan sebelum Juni 2010 diberlakukan sistem pemutihan. Kebijakan

ini diambil setelah diadakannya pertemuan dengan Direktorat Jenderal Pendidikan

Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pada tahun 2014.

Ujinas SKDHI diselenggarakan oleh Komite yang dibentuk bersama oleh PB PDHI dan

Asosiasi Fakultas Kedokteran Hewan Indonesia, yaitu Komite Ujian Nasional Sertifikasi

Kompetensi Dokter Hewan Indonesia. Sertifikat Kompetensi yang diterbitkan

ditandatangani oleh Ketua Umum PB PDHI dan Ketua Komite Ujinas SKDHI sebagai

representasi dari AFKHI (sesuai dengan Permendikbud No. 81 tahun 2014, pasal 17).

Dengan bergantinya Kemendikbud menjadi Kementerian Riset, Teknologi dan

Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) telah terjadi pula berbagai perubahan terkait

profesi kedokteran hewan. Penjelasan yang lebih rinci akan disampaikan pada bagian

lain dalam laporan pertanggungjawaban ini.

2. Dinamika Lingkungan Eksternal

2.1. Respek dan Reputasi

Membangun respek masyarakat terhadap profesionalitas dokter hewan

Definisi veteriner menurut UU No. 41 tahun 2014 tentang Perubahan atas UU No. 18

tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan yang berbunyi “segala urusan

menyangkut hewan, produk hewan dan penyakit-penyakitnya”, semakin memperkuat

posisi dan peran dokter hewan. Peran dokter hewan sangat penting dalam kehidupan

manusia karena dokter hewan mempunyai fungsi yang sangat kompleks (fungsi

veteriner), yaitu safety, security, assurance, animal welfare dan animal health services.

Perkembangan demografi yang ditandai dengan jumlah penduduk usia produktif (15-64

tahun) yang mencapai sekitar 70% dari seluruh angkatan kerja di Indonesia, juga

memberikan kontribusi terhadap pemahaman masyarakat atas peran penting dokter

hewan tersebut.

Melalui berbagai kegiatan advokasi dan pencerahan masyarakat, baik yang dilakukan

oleh Pengurus Besar PDHI maupun PDHI Cabang di seluruh Indonesia dengan berbagai

kegiatan seperti pemeriksaan hewan kurban, layanan kesehatan hewan terpadu

bersama Dinas-Dinas terkait, talk show, peringatan hari besar terkait dunia veteriner,

pameran, dan Indo Pet Expo telah memberikan pemahaman yang lebih baik kepada

masyarakat tentang profesi veteriner, dengan demikian respek masyarakatpun

meningkat. Peningkatan respek masyarakat terhadap profesi veteriner juga mengangkat

reputasi dokter hewan di mata masyarakat.

Terhadap isu-isu nasional maupun internasional yang berkembang, PB PDHI turut

berkontribusi memberikan saran, masukan bahkan respon aksi melalui beberapa

aktivitas antara lain:

Page 32: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

26

1) Pada tahun 2015, PB PDHI telah mengirimkan sebanyak 36 orang anggota PDHI

untuk mengikuti Pelatihan Asesor Kompetensi yang diadakan oleh Badan Nasional

Sertifikasi Profesi (BNSP). Asesor Kompetensi yang telah dimiliki oleh PB PDHI

inilah yang kemudian diberi tugas untuk membentuk Lembaga Sertifikasi Profesi di

bawah PDHI sesuai dengan perintah dalam TAP Nomor 11/Kongres Ke-

17/PDHI/2014 tentang Pembentukan Lembaga Sertifikasi Profesi Kedokteran

Hewan Ke Badan Nasional Sertifikasi Profesi.

Alhamdulillah, Lembaga Sertifikasi Profesi Kesehatan Hewan (LSP Keswan) telah

terbentuk, dengan Direkturnya adalah Prof. Drh. Bambang Pontjo Priosoerjanto, MS,

PhD, APVet. Beberapa skema kompetensi telah dibuat dan LSP Keswan telah

melaksanakan beberapa kali asesmen antara lain untuk skema kompetensi Juru

Sembelih Halal, Dokter Hewan Praktisi Hewan Laboratorium, dan Penanggung Jawab

Teknis Instalasi Karantina Hewan.

2) Bersama dengan ASOHI mengangkat isu mengenai obat hewan antara lain terkait

kesulitan praktisi hewan kecil untuk memperoleh obat hewan, terkait isu

Antimicrobial Resistant (AMR). Kerjasama antara PB PDHI dan ASOHI mendapatkan

respon positif dari pemerintah, sehingga terbit regulasi sebagai solusi atas

permasalahan tersebut. Selain itu PB PDHI juga aktif menjadi narasumber dalam

Pelatihan Penanggungjawab Teknis Obat Hewan (PJTOH) yang rutin

diselenggarakan oleh ASOHI bekerjasama dengan Direktorat Kesehatan Hewan,

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Di masa yang akan datang

para peserta pelatihan PJTOH ini diarahkan untuk disertifikasi oleh LSP Keswan.

Skema kompetensi PJTOH sudah disiapkan.

3) Perubahan kebijakan pemerintah mengenai importasi hewan dan produk hewan

dari yang semula country base menjadi zone base memerlukan langkah-langkah

antisipatif terhadap implikasi dampak kebijakan tersebut. Salah satu langkah

antisipatif yang diambil oleh pemerintah saat itu adalah menyiapkan pulau karantina

sebagaimana perintah pada UU No. 41 tahun 2014 tentang Perubahan atas UU No. 18

tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan, pasal 36D. PB PDHI telah

diminta saran dan pendapatnya oleh Sekretariat Kabinet Republik Indonesia

mengenai hal tersebut dan masukan dari PB PDHI telah dijadikan bahan

pertimbangan dalam penyusunan rencana pembangunan pulau karantina oleh

pemerintah (Kementerian Pertanian, cq. Badan Karantina Pertanian).

4) Tahun 2018 Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games dan merupakan tahun

bersejarah bagi olahraga berkuda di Indonesia, mengingat belum bebasnya

Indonesia dari beberapa penyakit kuda yang dipersyaratkan bagi tuan rumah

penyelenggara event olahraga berkuda Internasional. Setelah melalui berbagai

upaya dan dengan bimbingan tenaga ahli dari OIE, akhirnya Indonesia melalui

Kementerian Pertanian berhasil memperoleh sertifikat Equine Disease Free Zone

(EDFZ) sehingga dapat menyelenggarakan cabang olahraga berkuda pada Asian

Games. Untuk itu PB PDHI menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada para sejawat

yang tergabung dalam Asosiasi Dokter Hewan Kuda Indonesia (ADHKI) dan para

sejawat dari Pusat Karantina Hewan yang tergabung dalam Ikatan Dokter Hewan

Karantina Indonesia (IDHKI). Tidak kalah perannya, apresiasi juga disampaikan

kepada sejawat dari Asosiasi Epidemiologi Veteriner Indonesia (AEVI) dan PDHI

Cabang DKI Jakarta yang telah bekerjasama bahu membahu dalam menyukseskan

perhelatan akbar cabang olahraga berkuda Asian Games 2018.

Page 33: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

27

2.2. Aliansi dan Kemitraan

1) Pengembangan jejaring kerjasama dalam negeri dan luar negeri

Informasi dan iptek menjadi komoditas yang sangat berharga dan sangat

berpengaruh terhadap pengembangan organisasi secara berkelanjutan. Oleh karena

itu, penting untuk membangun dan meningkatkan jejaring kerjasama yang sinergis

dengan berbagai pihak nasional maupun internasional.

1.1) Kerjasama dalam negeri antara lain dengan Kementerian Pertanian (Kementan),

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Kementerian Kelautan

dan Perikanan (KKP), Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan

Kebudayaan (Kemenko PMK), Sekretariat Kabinet Republik Indonesia,

Perhimpunan Kebun Binatang Se Indonesia (PKBSI), Asosiasi Fakultas

Kedokteran Hewan Indonesia (AFKHI), Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia

(ISPI), Indonesia One Health University Network (INDOHUN), Penyelenggara

Indo Livestock Expo dan Forum (PT NAPINDO), Sucofindo, LSM Advokasi

Kesrawan, Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI), Perhimpunan Ikan Hias

Indonesia (PIHI), Himpunan Peternak Domba dan Kambing Indonesia (HPDKI),

dan organisasi/asosiasi terkait lainnya.

1.2) Kerjasama luar negeri antara lain dengan OIE Sub Regional South East Asia (OIE

SR-SEA), Federation of Asian Veterinary Associations (FAVA), World Veterinary

Association (WVA), Food and Agricultural Organization (FAO), Human Society

Internasional (HSI), Kedutaan Besar Amerika, Kedutaan Besar Australia,

Kedutaan Besar Spanyol, Kedutaan Besar Jepang, World Small Animal

Veterinarian Association (WSAVA), Federation of Asian Small Animal

Veterinarian Associations (FASAVA), Asian Associations of Veterinary School

(AAVS), European School for Advanced Veterinary Studies (ESAVS), South East

Asia Veterinary School Associations (SEAVSA), South East Asian One Health

University Network (SEAOHUN), Meat and Lifestock Australia (MLA), World

Animal Protection (WAP).

Aktivitas kerjasama luar negeri yang dapat dilakukan antara lain adalah

pertukaran (exchange) yang dapat dimaknai sebagai pertukaran sumberdaya

yang dimiliki antar kedua belah pihak, seperti sumber daya manusia. Jaringan

yang dibentuk tidak selalu berupa jaringan fisik berbasis internet, tetapi juga

jaringan non fisik berupa hubungan manusiawi (human relations) yang

melahirkan kepercayaan (trust) dalam menyusun kebijakan dan peraturan yang

disepakati bersama untuk memungkinkan terjadinya pertukaran dalam segala

bidang.

Untuk kegiatan pertukaran sumberdaya manusia, PB PDHI selaku anggota FAVA

mendapatkan kesempatan untuk mengirimkan anggotanya mengikuti Training

Program for Asian Veterinarian (TPFAV) yang diadakan oleh Japan Veterinary

Medical Association (JVMA) selama satu tahun di Jepang. Pada tahun 2017-2018,

Drh. Leni Sri Lestari (PDHI Cabang Jawa Tengah 4) terpilih mengikuti program

tersebut dan dapat menyelesaikan program dengan baik serta memperoleh

penghargaan sebagai peserta program terbaik dari JVMA. Pada tahun 2018-

2019, Drh. Yoli Zulfadli (PDHI Cabang Sumatera Barat) terpilih mengikuti

program dan saat ini masih berlangsung. Untuk program tahun 2019-2020, PB

PDHI mendapatkan peluang untuk dapat mengirimkan 2 orang dokter hewan.

Namun demikian, sampai dengan batas akhir pengusulan hanya ada 1 orang

Page 34: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

28

yang memenuhi persyaratan, yaitu Drh. Didik Nur Hadi (PDHI Cabang Jawa Barat

4) yang diusulkan sebagai kandidat dari PB PDHI.

2) Pengembangan aliansi kesejahteraan hewan

UU No. 18 tahun 2009 pasal 67 menyebutkan penyelenggaraan kesejahteraan hewan

dilaksanakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah bersama Masyarakat. Dalam

rangka peningkatan penerapan kesejahteraan hewan, PB PDHI bekerjasama dengan

Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner (Ditkesmavet) telah mengadakan

beberapa pelatihan/TOT tentang Kesrawan di Rumah Potong Hewan, Kesrawan dan

Manajemen Pemeliharaan Sapi Potong Bantuan Pemerintah, serta menyusun konsep

Standar Kesrawan Nasional.

Kerjasama PB PDHI dan Human Society International (HSI) menyelenggarakan

kegiatan pelatihan kesrawan pada babi dengan melibatkan Asosiasi Dokter Hewan

Monogastrik Indonesia (ADHMI) dan kegiatan kesrawan pada unggas, khususnya

mengenai pemeliharaan ayam petelur dengan sistem bebas sangkar (cage free

system).

Koalisi PB PDHI dan Dog Meat Free Indonesia (DMFI) yang digagas oleh 5 organisasi

non-profit, Jakarta Animal Aid Network (JAAN), Change for Animal Foundation

(CFAF), Animal Friends Jogja (AFJ), Humane Society International (HSI), dan Four

Paws, mengadakan kampanye yang bertujuan menjamin kesejahteraan hewan,

dalam hal ini anjing, dan melindungi kesehatan masyarakat dari bahaya rabies yang

mungkin tersebar dari konsumsi daging anjing.

3) Pengembangan aliansi medik dan non-medik

Penyeliaan terhadap paramedik telah diamanatkan baik di dalam UU No.18 tahun

2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan maupun di dalam Peraturan

Menteri Pertanian No. 02/Permentan/OT.140/1/2010 tentang Pedoman Pelayanan

Jasa Medik Veteriner. Dalam rangka aliansi medik dan non-medik, yang dimaksud

“penyeliaan” adalah terkait dengan hubungan antara Dokter Hewan dengan

Paramedik Veteriner. Sedangkan “perujukan” adalah terkait dengan kepakaran

keilmuan dokter hewan yang terukur dengan sertifikasi.

Organisasi Ikatan Paramedik Veteriner Indonesia (IPAVETI) di dalam kongresnya

pada tahun 2011 di Jakarta menyatakan bahwa IPAVETI berada di bawah binaan

PDHI. Namun demikian kemampuan keorganisasian IPAVETI sangat lemah dan tidak

berakar, termasuk komitmen para pengurusnya yang sarat dengan kepentingan

paramedik PNS, padahal paramedik veteriner tidak hanya di pemerintahan, juga di

sektor swasta. Pola pikir berbasis tantangan kompetensi yang bersertifikat serta

perijinan sebagaimana diamanatkan aturan hukum bidang veteriner, belum

dipahami dan belum mampu disosialisasikan. Pada tahun 2016 di Yogyakarta

IPAVETI bertransformasi menjadi PAVETI dan bersama dengan PB PDHI mulai

mendiskusikan konsep penyeliaan dan perujukan sebagaimana diatur dalam

peraturan perundangan. Pada kesempatan kongres kali ini, PB PDHI mengusulkan

draf konsideran ketetapan kongres tentang penyeliaan paramedik veteriner dalam

rangka pelayanan kesehatan hewan.

4) Pengembangan kemitraan dengan otoritas veteriner/pemerintah

Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia adalah organisasi yang independen,

profesional dan berbadan hukum sebagai pembawa suara profesi. Dalam rangka

melaksanakan pemberdayaan potensi tenaga kesehatan hewan dan pembinaan

praktek kedokteran hewan, maka sesuai dengan peraturan perundangan (UU No.

Page 35: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

29

18/2009 jo No. 41/2014 dan PP No. 3/2017), PDHI merupakan mitra resmi

pemerintah.

Beberapa program pemerintah yang memerlukan dukungan pemberdayaan tenaga

kesehatan hewan dalam kegiatan veteriner, secara resmi meminta kepada PB PDHI

ataupun PDHI cabang di wilayah kerja kedinasan daerah yang memiliki anggota

untuk membantu pemerintah, antara lain dalam hal pemeriksaan hewan kurban,

pengendalian rabies dan sebagainya.

Dengan terbitnya PP No. 3 tahun 2017 tentang Otoritas Veteriner, maka diperlukan

revisi dan penyempurnaan beberapa Peraturan Menteri. Sejalan dengan Tap. Nomor

19/Kongres Ke-17/PDHI/2014 Tentang Perlunya Revisi Dan Penyempurnaan

Permentan Nomor 02 Tahun 2010 Tentang Pelayanan Jasa Medik Veteriner, maka

PB PDHI telah berperan secara aktif memberikan masukan dan dorongan kepada

pemerintah melalui Direktorat Kesehatan Hewan untuk segera merampungkan

revisi dan penyempurnaan Permentan dimaksud. Namun demikian nampaknya apa

yang telah disusun dan didiskusikan serta disepakati masih belum dapat disetujui

sehingga sampai sekarang Permentan tersebut belum terbit. Hal ini berdampak pula

ke daerah, terutama terkait dengan masalah pengurusan perijinan dan jasa layanan

kesehatan hewan.

Hal lain yang saat ini sedang disusun adalah Permentan tentang praktik kedokteran

hewan. Sungguh merupakan suatu kemunduran besar bagi profesi kita, mengingat di

dalam UU No. 18 tahun 2009 pasal 96 disebutkan “Ketentuan praktik kedokteran

hewan dan ketentuan veteriner yang belum cukup diatur dalam Undang-Undang ini

akan diatur tersendiri dengan undang-undang”, namun di dalam UU No. 41 tahun

2014 pasal tersebut telah dihapus. Dengan terbitnya PP No. 3 tahun 2017 tentang

Otoritas Veteriner, ketentuan mengenai praktik kedokteran hewan diamanatkan

kembali untuk diatur dalam bentuk Peraturan Menteri.

5) Penyelarasan dan Penyempurnaan Pendidikan Kedokteran Hewan (Tap.

Nomor 13/Kongres Ke-17/PDHI/2014 Tentang Revitalisasi Pendidikan

Kedokteran Hewan)

Keluaran dari Program Revitalisasi Program Pendidikan Kedokteran Hewan tahun

2013 adalah draf Rancangan Permendikbud tentang Pendidikan Kedokteran Hewan,

akan tetapi tidak dapat diproses lebih lanjut, mengingat terjadi pergantian

Kementerian dari Kemendikbud menjadi Kemristekdikti. Namun demikian PB PDHI

bersama dengan AFKHI tetap secara intens mengadakan pertemuan dan

berkoordinasi dengan Kemristekdikti dalam rangka meningkatkan kualitas

pendidikan kedikteran hewan di Indonesia.

Alhamdulillah pada tahun 2017, Kemristekdikti melalui Direktur Jenderal

Pembelajaran dan Kemahasiswaan, cq. Direktur Penjaminan Mutu telah memberikan

bantuan dana hibah dalam rangka “Peningkatan Mutu Pendidikan Kedokteran

Hewan Menuju Standar Internasional” selama 2 tahun berturut-turut (2017-2018).

Bantuan tersebut diberikan kepada Fakultas Kedokteran Hewan UGM untuk

mengkoordnir pelaksanaan pertemuan, diskusi, review, seminar dan sebagainya.

Keluaran dari program tersebut antara lain adalah (1) draf Peraturan Pemerintah

tentang Pendidikan Tinggi Kedokteran Hewan, yang akan mengatur pendidikan

kedokteran hewan berbagai strata pendidikan, vokasi, akademik, dan profesi; (2)

Pengembangan Sistem Uji Kompetensi Nasional Bidang Kedokteran Hewan; dan (3)

Pembentukan Lembaga Akreditasi Mandiri Bidang Kedokteran Hewan.

Page 36: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

30

2.3. Advokasi dan Legislasi

1) Advokasi terkait pemberdayaan tenaga dokter hewan

Mengingat dokter hewan ada di berbagai bidang, maka advokasi profesi dilakukan

dengan mengadakan pendekatan-pendekatan ke berbagai pihak baik

Kementerian/Lembaga non Kementerian yang mempekerjakan dokter hewan

maupun dengan beberapa pemerintahan daerah dengan mendukung dan

mendampingi PDHI Cabang setempat sesuai permintaan. Adapun pendekatan

kepada Kementerian/Lembaga non Kementerian yang memberdayakan tenaga

dokter hewan antara lain sebagai berikut: (1) Kementerian Pemberdayaan Aparatur

Negara dan Reformasi Birokrasi; (2) Kementerian Pertanian (termasuk Badan SDM);

(3) Kementerian Ligkungan Hidup dan Kehutanan; (4) Kementerian Kelautan dan

Perikanan; (5) Kementerian Dalam Negeri; (6) Kementerian Tenaga Kerja; (7)

Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi; (8) Kementerian Koordinator

Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan; dan (9) Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia.

Fokus pendekatan kepada berbagai instansi adalah untuk memperoleh penataan

tenaga kesehatan hewan agar dapat berkembang fungsi dan karirnya sesuai dengan

penataan oleh Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi, dan memungkinkan terjadinya rekrutmen tenaga dokter hewan secara

wajar.

Alhamdulillah tahun 2018 ini, dengan diakuinya profesi dokter hewan masuk dalam

kelompok rumpun ilmu kesehatan/medik setara dengan dokter dan dokter gigi,

maka telah dibuka formasi untuk tenaga dokter hewan di berbagai instansi pusat dan

daerah. Untuk itu saya menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada para sejawat di

Pengurus Besar dan Pengurus PDHI Cabang yang telah berupaya maksimal

mengargumentasikan kedudukan, posisi, tugas dan fungsi profesi dokter hewan

dalam pembangunan nasional, khususnya dalam bidang kesehatan hewan secara

luas.

2) Penanganan masalah hukum dan etika pada praktik kedokteran hewan

Kategori pelanggaran praktik kedokteran hewan terdiri atas:

a. Pelanggaran terhadap Kode Etik Dokter Hewan

b. Pelanggaran yang dikategorikan sebagai mal praktek yang terdiri dari:

Salah dalam tindakan kedokteran hewan

Memberikan penanganan pada pasien yang kurang tepat bila diukur dari

standar yang seharusnya

Bertindak ilegal untuk kepentingan diri sendiri dalam posisi dipercaya

oleh pengguna jasa

c. Pelanggaran terhadap hukum yang mengatur bidang kesehatan hewan dan

menimbulkan kerugian-kerugian.

Dalam hal adanya pelanggaran praktek kedokteran hewan terjadi 2 situasi:

a. Dilaporkan oleh sesama dokter hewan

b. Dilaporkan oleh pengguna jasa dokter hewan

Penanganan kasus-kasus terkait hukum dan etika sampai saat ini adalah dilakukan

oleh PDHI Cabang masing-masing dengan meminta arahan dari PB PDHI dan

dikonsultasikan kepada Majelis Kehormatan Perhimpunan. Namun demikian

Page 37: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

31

terdapat pula kasus-kasus yang meningkat sampai pengadilan, sehingga perlu

adanya penanganan khusus seperti kasus di Sumatera Barat dan yang masih hangat

menimpa sejawat kita anggota PDHI Jawa Barat 2.

TANTANGAN KE DEPAN

Penegakan Kehormatan Perhimpunan

Majelis Kehormatan Perhimpunan yang telah ditetapkan berdasarkan SK PB-PDHI Nomor 20

Skpts/KU/PBPDHI/03-2016 perlu ditindaklanjuti dengan grand design penegakkan kehormatan

perhimpunan yang terdiri dari unsur (1) nilai-nilai dan disiplin internal, (2) keorganisasian, (3)

peran fakultas, (4) tata-hubungan kelembagaan, (5) pendefinisian malpraktik, (6) standar

prosedur operasional, dan (7) perjuangan legal-formal berdasarkan tatanan hukum di Indonesia.

1. Unsur nilai-nilai kehormatan perhimpunan yang telah dimiliki perhimpunan adalah dalam

bentuk sumpah/janji dokter hewan dan kode etik profesi. Nilai-nilai ini perlu

disempurnakan dengan arah yang lebih jelas. Penyempurnaan konsep etika profesi ini

diusulkan untuk dibagi dalam dua kategori, yaitu etika perilaku dan etika medik/keilmiahan.

Penyempurnaan kode etik ini perlu dikaitkan dengan dinamika perkembangan hubungan

antara dokter hewan dengan sejawat dokter hewan, dengan pengguna jasa, dengan pasien

(berbasis kesejahteraan hewan), dengan kepentingan publik, dengan citra-reputasi, serta

dengan nilai-nilai profesi medik veteriner. Adapun disiplin internal perhimpunan adalah

Anggaran Dasar dan Anggaran Dasar Rumah Tangga. Penyempurnaannya mengikuti

mekanisme musyawarah dan ditetapkan dalam kongres.

2. Sesuai dengan hasil Musyawarah Kerja Nasional PDHI tahun 2016 telah diamanatkan kepada

seluruh PDHI Cabang dan ONT untuk membentuk Komisi Etik dan Disiplin. Untuk

memperkuat unsur organisasi penegakan kehormatan perhimpunan, setiap PDHI Cabang

dapat menyusun Komisi Etik yang disahkan oleh Ketua Cabang dengan anggota minimum 3

(tiga) orang sesuai persyaratan dan melibatkan ketua dan sekretaris cabang sebagai ex-

officio. Persyaratan tersebut diantaranya adalah berpikir, berkata, dan bertindak positif,

respektif, proaktif, promotif, preventif, akomodatif, advokatif, kolegial, edukatif, etikal, dan

legal.

3. Unsur peran fakultas dalam penegakan kehormatan perhimpunan sekurangnya ditunjukkan

dengan adanya pembinaan fakultas kedokteran hewan secara langsung dalam

penyelenggaraan mata kuliah pengenalan profesi, etika dan legislasi veteriner,

kesejahteraan hewan, serta mata kuliah lainnya yang relevan. Sebagai tahap awal,

penyelarasan dan pengintegrasian kurikulum perlu dilakukan dengan mengacu pada

dokumen RPPKH (2013), sehingga pembekalan kepada calon dokter hewan diperoleh

standar yang lebih baik.

4. Unsur tata hubungan kelembagaan dalam penegakan kehormatan perhimpunan perlu

dilakukan untuk mengefektifkan tata-hubungan organisasi dalam penegakan kehormatan

perhimpunan. Dalam konteks itu setiap gugus organisasi di level pengurus besar, pengurus

cabang, dan pengurus ONT didorong untuk melaksanakan hal-hal sebagai berikut:

a. Memahami bahwa konsep disiplin internal organisasi bersifat dinamis. Yaitu mengikuti

perkembangan hubungan dokter hewan dengan sejawat dokter hewan, dengan

pengguna jasa, dengan pasien (berbasis kesejahteraan hewan), dengan kepentingan

publik, dengan citra-reputasi dan nilai-nilai profesi medik veteriner. Disiplin internal ini

termuat dalam sumpah/janji dan kode etik profesi, anggaran dasar dan anggaran

rumah-tangga, serta berbagai nuansa praktik kedokteran hewan. Untuk menegakkan

Page 38: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

32

disiplin internal ini sebagai entitas hukum, keberadaan peraturan perundangan tentang

Praktik Kedokteran Hewan sangat diperlukan. Dalam batas-batas tertentu muatan

disiplin internal ini telah dicantumkan dalam UU Nomor 18 Tahun 2009 jo UU Nomor

41 Tahun 2014.

b. Hakekat ethical leadership dan pengembangannya serta keterkaitannya dengan sumpah

dan kode etik profesi. Hal ini dikaitkan dengan konsep dasar penerapan tindakan medik

secara lege artis serta keterkaitannya dengan prosedur operasi baku (SOP) tindakan

medis secara umum maupun pada spesies tertentu. Selain itu juga memperhatikan

prinsip-prinsip dasar etika dan legislasi veteriner maupun prinsip-prinsip dasar

membangun kesejawatan dan manajemen konflik.

c. Prinsip-prinsip dasar penerapan kesejahteraan hewan serta keterkaitannya dengan

pengembangan prosedur umum manajemen hewan maupun prosedur khusus untuk

masing-masing spesies.

5. Pendefinisian malpraktik sangat penting dikaitkan dengan bentuk tindakan apakah cukup

ditangani oleh komisi etik yang ada di setiap PDHI Cabang atau harus ditangani Majelis

Kehormatan Perhimpunan. Prioritas kegiatan yang perlu dilakukan sehubungan dengan hal

ini adalah:

a. Lingkup tugas dan kewenangan komisi etik di PDHI Cabang, dan tata hubungan kerja

komisi etik PDHI Cabang dan MKP.

b. Pemilahan katagori kasus ringan dan berat dan peran MKP.

c. Adanya SOP proses pengambilan keputusan, penjenjangan kasus dan penanganannya.

Sesuai dengan AD/ART di bagian HAK ANGGOTA ada mekanisme berjenjang.

d. Tugas ONT untuk menyiapkan Komisi Etik dan Disiplin yang melibatkan staf pengajar

FKH, juga dikaitkan dengan Anggaran Rumah Tangga Pasal 16 yang perlu

disempurnakan redaksinya sesuai misi yang diemban.

e. Tata hubungan kerja PB dan MKP dalam hal penyusunan peraturan perhimpunan.

Pengembangan ONT menuju go international

Dalam rangka memberikan kontribusi terhadap peningkatan kemampuan profesi Dokter Hewan,

maka salah satu tujuan ONT adalah meningkatkan kompetensi dan ilmu para anggotanya sesuai

bidang keahlian dan bidang minatnya, termasuk dengan cara menjalin kerjasama

nasional/internasional dengan sepengetahuan Pengurus Besar. Ke depan, Pengurus Besar akan

terus mendorong ONT dapat berkiprah di level regional maupun internasional dan menjadi

anggota asosiasi sejenis. Apresiasi yang tinggi disampaikan kepada ADHPHKI yang beberapa

minggu lalu telah resmi sebagai anggota penuh (full membership) dari World Small Animal

Veterinarian Association. Demikian pula apresiasi disampaikan kepada ADHPTCI sebagai

anggota dari WATCVM, yang telah go international dengan melakukan beberapa kali workshop

berseri dan berjenjang yang diikuti oleh peserta dari mancanegara.

Tidak mau kalah IDHKI, kemarin 31 Oktober 2018, menyelenggarakan workshop untuk

membangun kemandirian dan kedigdayaan karantina di wilayah ASEAN sebagai langkah awal

untuk menuju “Establishment of the ASEAN Communication Group on Animal Quarantine,

Strengthening SPS measures towards ASEAN Animal Quarantine Framework”.

Berkaitan dengan makin tingginya minat sejawat untuk meningkatkan kompetensi melalui

training/workshop yang berkualitas, serta sesuai dengan hasil Mukernas 2016 dan Rakornas

ONT 2017, Pengurus Besar PDHI telah membentuk Komisi Penilai Kelayakan Implementasi

Kesejahteraan Hewan untuk Kegiatan Pelatihan/Continuing Professional Development/Workshop

Page 39: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

33

(Animal Care and Use Committee for IVMA training) yang dikoordinasikan oleh Asosiasi Dokter

Hewan Praktisi Hewan Laboratorium Indonesia (ADHPHLI). Komisi ini bertugas mengkaji

kelayakan etik dan aspek kesejahteraan hewan dari kegiatan pelatihan dan CPD yang

diselenggarakan oleh PDHI Cabang dan/atau ONT, jika melibatkan tindakan-tindakan menangani

hewan hidup sesuai tujuan (hands on session).

Perubahan dan Pengembangan Ujian Kompetensi Dokter Hewan Indonesia

Tahun 2017-2018, Fakultas Kedokteran Hewan UGM mendapatkan hibah dana dari Kementerian

Ristek Dikti untuk kegiatan “Peningkatan Mutu Pendidikan Kedokteran Hewan Menuju Standar

Internasional”. Salah satu keluaran dari kegiatan tersebut adalah Pengembangan Sistem Uji

Kompetensi Nasional Bidang Kedokteran Hewan. Perubahan dan pengembangan ujian

kompetensi Dokter Hewan Indonesia ini dilakukan sesuai dengan Undang-Undang tentang

Sistem Pendidikan Nasional (UU Nomor 20 tahun 2003) dan menyinergikan dengan Undang-

Undang tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (UU Nomor 18 tahun 2009 jo UU Nomor 41

tahun 2014) beserta peraturan turunannya.

Berkaitan dengan pelaksanaan sistem baru tersebut, maka akan terjadi beberapa perubahan

atau penyesuaian, antara lain:

1. Ujian Nasional Sertifikasi Kompetensi Dokter Hewan Indonesia akan berubah nama menjadi

Ujian Nasional Kompetensi Dokter Hewan Indonesia atau disingkat UKDHI.

2. Penanggung jawab UKDHI terdiri dari unsur Kemristekdikti (Ditjen Belmawa), Ketua AFKHI

dan Ketua PB-PDHI.

3. Pelaksanaan UKDHI akan dilakukan oleh Panitia Nasional UKDHI yg terdiri dari perwakilan

Kemristekdikti (Ditjen Belmawa), PDHI dan FKH penyelenggara UKDHI (FKH dgn akresitasi

A) dengan penetapan SK Menristekdikti/Dirjen Belmawa.

4. Semua proses pendaftaran berada di Kemenristekdikti secara on line dikaitkan dengan data

pada Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PD Dikti).

5. Tipe ujian terdiri dari 2 jenis yaitu :

a. Teori menggunakan metode Computer Based Test (CBT)/Multiple Choice Question (MCQ)

b. Praktek menggunakan metode Objective Structure Clinical Examination (OSCE).

Kedua metode tersebut sama dengan sistem yang digunakan pada ujian kompetensi dokter.

6. Perpindahan dari sistem ujian yang saat ini dilakukan menjadi sistem di atas akan ada masa

transisi yang belum ditentukan berapa lama, namun tampaknya masa berlangsungnya masa

transisi ini tidak akan lama (mungkin sekitar 6 - 12 bulan) sejak sistem ini disetujui oleh

Menristekdikti.

7. Semua Dokter Hewan MUTLAK WAJIB memiliki Sertifikat Kompetensi Dokter Hewan

Indonesia/SKDHI.

8. SKDHI akan menjadi syarat bagi seorang dokter hewan unruk mengurus berbagai hal terkait

profesinya sebagai dokter hewan, termasuk melamar pekerjaan.

Dengan demikian, bagi anggota PDHI yang belum memiliki SKDHI bersegeralah mengurusnya

sebelum sistem baru diberlakukan, karena begitu sistem baru tersebut ditetapkan dan

diberlakukan, maka tidak ada lagi PEMUTIHAN seperti yang saat ini masih dilakukan, melainkan

semua dokter hewan yang belum memiliki SKDHI diwajibkan mengikuti UKDHI. SKDHI akan

digunakan sebagai syarat pengajuan Surat Tanda Registrasi Veteriner (STRV) yang tetap akan

dilakukan oleh PDHI, dan pengaturan perpanjangan masa berlaku STRV harus memenuhi

sejumlah satuan kredit kompetensi, yang kita kenal selama ini dengan satuan kredit pendidikan

berkelanjutan (SKPB). STRV ini juga merupakan syarat untuk mengurus ijin praktik.

Page 40: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

34

PENUTUP

Adalah satu kenyataan bahwasanya peran dan kedudukan Profesi Dokter Hewan di negara ini

masih perlu diperjuangkan agar sesuai dengan tugas dan fungsinya. Di era otonomi daerah saat

ini, semua sarjana keilmuan mengklaim peran dan kedudukannya masing-masing di berbagai

Kementerian. Kementerian Kehutanan dikuasai Sarjana Kehutanan, Kementerian Kelautan dan

Perikanan dikuasai Sarjana Perikanan, Kementerian Pertanian subsektor tumbuhan/tanaman

dikuasai Sarjana Pertanian dan subsektor Peternakan langsung diklaim oleh para Sarjana

Peternakan. Dimana kedudukan dokter hewan dan bagaimana cara berperannya?

Ternyata di dalam semua aturan hukum yang ada, kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat

veteriner diuraikan kepentingannya dengan cukup jelas. Namun secara spesifik tidak ada

penjabaran SIAPA yang harus berperan dan mengapa harus LATAR BELAKANG KEDOKTERAN

HEWAN dan bagaimana kewenangannya sebagai profesi medik veteriner. Hal inilah yang

diperjuangkan terus-menerus oleh PB PDHI.

Kita masih ingat ketika UU No. 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan hewan di

judicial review oleh PB PDHI periode 2006-2010, khususnya terkait pasal 68 ayat (4). Saat itu

saya diminta sebagai saksi ahli dan alhamdulillah PB PDHI memenangkan gugatan, sehingga pasal

68 ayat (4) yang semula berbunyi “…..Menteri dapat melimpahkan kewenangannya kepada

otoritas Veteriner” berubah menjadi “….. Menteri melimpahkan kewenangannya kepada

otoritas Veteriner”. Kata “dapat” berdasarkan putusan Mahakamah Konstitusi Nomor

137/PUU-VII/2009 bertentangan dengan UUD 1945 sehingga tidak mempunyai kekuatan hukum

mengikat.

Selain itu pada pasal 65 ayat (5) mengamanatkan “Otoritas veteriner bersama organisasi profesi

kedokteran hewan melaksanakan Siskeswanas dengan memberdayakan potensi tenaga

kesehatan hewan dan membina pelaksanaan praktik kedokteran hewan di seluruh wilayah

Negara Kesatuan Republik Indonesia”. Siapakah yang dimaksud dengan organisasi profesi

kedokteran hewan pada pasal 65 ayat (5) ini ? Bagi kita sudah jelas, itu adalah Perhimpunan

Dokter Hewan Indonesia dan diperkuat antara lain dengan PP No 41 tahun 2012, pasal 24 ayat 3,

Peraturan Menteri Pertanian No. 02/Permentan/OT.140/1/2010 yang menyebutkan bahwa

yang dimaksud dengan organisasi profesi kedokteran hewan adalah Perhimpunan Dokter Hewan

Indonesia.

Dengan demikian dalam penyusunan berbagai aturan hukum yang mengatur veteriner harus

melibatkan PB PDHI selaku suara nasional dan diperlukan monitoring terus menerus terhadap

perubahan-perubahan aturan hukum di berbagai sektor YANG CENDERUNG menghilangkan

peran veteriner atau BAHKAN MENGHAPUS kata PDHI dari aturan hukum yang sudah susah

payah diperjuangkan. Yang sangat memprihatinkan, justru yang mencoba menyingkirkan peran

PDHI selaku suara profesi adalah tidak saja dari bidang hukum yang awam tentang kesehatan dan

kedokteran namun juga termasuk sejawat dokter hewan yang tidak mengikuti perkembangan

profesi dan bahkan TIDAK MAU menjadi anggota PDHI dan tidak merasa perlu. Akibatnya

terkesan dalam forum-forum adanya opini berbeda di antara dokter hewan sendiri.

Untuk eksistensi kita di dalam negara kita tercinta, perjuangan penataan hukum bidang veteriner

serta masuknya kalimat-kalimat yang mengamanatkan peran profesi veteriner MASIH PANJANG

PERJUANGANNYA. Khususnya saat ini di periode PB PDHI masa bakti 2014-2018 merupakan

masa yang sangat melelahkan melawan penggembosan-penggembosan profesi di berbagai

aturan akibat adanya perubahan-perubahan aturan dengan dalih efisiensi dan efektifitas. Namun

Page 41: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

35

demikian, melalui upaya yang telah dilakukan berhasil pula membuahkan hasil yang

menggembirakan dan ini merupakan tantangan bagi profesi veteriner ke depan, antara lain:

1. Melalui Kemristekdikti kita telah berhasil memasukkan bidang kedokteran hewan dalam

rumpun ilmu kesehatan/medik, sehingga sekarang ini setara dengan dokter dan dokter gigi.

Konsekuensi dari pengakuan tersebut adalah memperjuangkan terbitnya peraturan

pemerintah tentang pendidikan kedokteran hewan agar legal standing profesi dokter hewan

menjadi lebih jelas.

2. Menghadapi kebijakan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dan Sertifikasi Kompetensi Kerja

Bidang Kesehatan Hewan, Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) telah mengarahkan dan

mendorong Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Keswan untuk segera melalukan sertifikasi

terhadap beberapa skema kompetensi yang disesuaikan dengan okupasi lapangan pekerjaan

bidang kesehatan hewan.

3. Dalam rangka pelayanan kesehatan hewan secara Nasional, perlu diatur penerbitan Surat Ijin

Praktik (SIP) dokter hewan dengan berbagai kualifikasinya agar legal dalam pelayanannya.

Penerbitan SIP ini harus dapat memfasilitasi 514 kabupaten/kota di negara ini. Disinilah

peran PDHI Cabang untuk dapat mengadvokasi pemerintah daerah agar penerbitan SIP tidak

berbeda antar wilayah.

4. Bagaimana kita berkontribusi pada aturan-aturan hukum di sektor satwa liar yang sudah

menerbitkan Permen LHK No.31 tahun 2012 tentang Lembaga Konservasi yang mewajibkan

adanya dokter hewan. Bagaimana mengembangkan kompetensi dokter hewan satwa liar

merupakan tantangan tersendiri bagi profesi veteriner.

5. Meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap maraknya kekejaman pada hewan harus

dapat disikapi dengan aturan hukum yang jelas dimana dokter hewan harus berkedudukan

independen, professional dan kompeten dengan pemahaman dan otoritas dalam mengukur

kesejahteraan hewan. Harus dipahami bahwa dokter hewan adalah profesi yang menegakkan

prinsip animal welfare. Oleh karenanya pemahaman terhadap kesejahteraan hewan harus

terus menerus ditingkatkan.

Dalam menentukan prioritas mana yang didahulukan, tentu perjuangan dalam menegakkan

aturan-aturan hukum yang memayungi profesi kita JANGAN SAMPAI TERLEPAS dan TIDAK

DIKAWAL, dan ini memerlukan orang-orang yang intens mengikuti dan berkelanjutan. Itu

sebabnya kita memiliki Ketua II Bidang Advokasi, Legislasi dan Pencerahan Masyarakat yang

terus mengawal dan tentu saja dalam pelaksanaan harian, hampir semua individu PB PDHI yang

kompeten diperdebatan hukum diturunkan sesuai sektor.

Saat ini kita memiliki 52 PDHI Cabang yang tersebar mulai dari Aceh sampai ke Papua dan terus

dapat berkembang sesuai dengan dinamika di tiap-tiap wilayah. Berbagai upaya terus dilakukan

agar dapat menjangkau anggota di daerah-daerah.

Oleh karena itu, mengakhiri laporan pertanggungjawaban ini saya mengajak sejawat semua

untuk bersama-sama, bahu-membahu berpikir dan berbuat untuk anggota kita yang sangat

variatif secara nasional dan bukan hanya yang di kota-kota besar saja, tetapi juga yang di daerah-

daerah yang jauh dari kota besar dengan akses sumberdaya yang terbatas.

Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia adalah satu-satunya organisasi profesi dokter hewan

yang sah dan legal secara hukum yang berlaku di Indonesia yang menaungi seluruh dokter hewan

Indonesia darimanapun dia diluluskan.

Banggalah menjadi dokter hewan Indonesia. Viva Veteriner !!!

Page 42: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

36

Page 43: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

37

Page 44: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

38

Page 45: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

39

Page 46: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

40

Page 47: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

41

Page 48: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

42

Page 49: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

43

Page 50: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

44

Page 51: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

45

Page 52: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

46

Page 53: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

47

Page 54: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

48

Page 55: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

49

Page 56: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

50

Page 57: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

51

Page 58: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

52

Page 59: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

53

Page 60: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

54

Page 61: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

55

Page 62: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

56

Page 63: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

57

Page 64: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

58

Page 65: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

59

Page 66: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

60

Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia

KETETAPAN KONGRES KE-18

PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA TAHUN 2018

TAP. Nomor 04/Kongres Ke-18/PDHI/2018

TENTANG

POKOK-POKOK PROGRAM KERJA

PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA PERIODE 2018-2022

KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INODNESIA

Menimbang

1. bahwa Kongres adalah kelengkapan organisasi yang memegang kekuasaan tertinggi dan

bertugas untuk menyusun ketetapan-ketetapan yang mendukung penyelenggaraan

organisasi;

2. bahwa kongres sangat menghargai prakarsa dan perjuangan PB PDHI Periode 2010-2014

yang telah memberikan bahan berupa Rancangan Program Kerja PDHI untuk Periode 2014-

2018.

3. bahwa kongres memandang perlu agar PDHI melakukan perubahan4 prospektif yang

dituangkan dalam program kerja yang relevan dengan tuntutan zaman.

4. bahwa kongres memandang perlu untuk menetapkan Program Kerja PDHI dengan satu

Ketetetapan Kongres.

Mengingat

1. Pasal 5, 7 dan 8 Anggaran Dasar PDHI.

2. Pasal 1, 11, 12, 16, dan 17 Anggaran Rumah Tangga PDHI.

3. TAP Nomor 03/Kongres Ke-18/PDHI/2018 tentang Tata Tertib Kongres.

Memperhatikan

1. Tanggapan, diskusi, saran, dan usulan peserta kongres yang berkembang pada saat Kongres

Ke-18 PDHI Tahun 2018.

Page 67: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

61

MEMUTUSKAN

Menetapkan

1. Pokok Pokok Program Kerja PDHI Periode 2018-2022 sebagaimana terlampir

2. Memberikan mandat kepada PB PDHI terpilih untuk melaksanakan Pokok Pokok Program

Kerja tersebut.

Ditetapkan di Bali

Pada tanggal 02 November 2018

Ketua Kongres Ke-18 PDHI

(Drh. Laode Mastari, MM)

Sekretaris Kongres Ke-18 PDHI

(Drh. Ni Made Restiati, MPhil)

Page 68: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

62

Lampiran: TAP. Nomor 04/Kongres Ke-18/PDHI/2018

Tentang: POKOK-POKOK PROGRAM KERJA PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA

PERIODE 2018-2022

POKOK-POKOK PROGRAM KERJA

PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA PERIODE 2018-2022

1. Pemantapan keanggotaan dan konsolidasi organisasi

2. Penguatan integritas dan profesionalitas veteriner

3. Pengembangan minat dan spesialisasi medik veteriner

4. Pelaksanaan sertifikasi dan akreditasi kompetensi penyelenggaraan kesehatan hewan

5. Advokasi peran, fungsi, dan wewenang dokter hewan

6. Penggalian dana perhimpunan dan kesejahteraan dokter hewan

7. Promosi dan hubungan masyarakat

8. Pengembangan sistem edukasi, informasi, dan komunikasi

9. Kerja sama dalam negeri dan luar negeri

10. Penguatan kelembagaan veteriner

Page 69: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

63

Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia

KETETAPAN KONGRES KE-18

PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA TAHUN 2018

TAP. Nomor 05/Kongres Ke-18/PDHI/2018

TENTANG

PENYEMPURNAAN ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA

KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INODNESIA

Menimbang

1. bahwa Kongres adalah kelengkapan organisasi yang memegang kekuasaan tertinggi dan

bertugas untuk menyusun ketetapan-ketetapan yang mendukung penyelenggaraan

organisasi;

2. bahwa Kongres menerima laporan pertanggungjawaban Ketua Umum PB PDHI yang

menekankan pentingnya: (a) penguatan Majelis Kehormatan Perhimpunan menjadi Majelis

Kehormatan Perhimpunan dan Etika Profesi Veteriner (MKPEPV); (b) penghapusan fungsi

Majelis Pendidikan Profesi Kedokteran Hewan (MP2KH) sejalan dengan lahirnya Asosiasi

Fakultas Kedokteran Hewan Indonesia (AFKHI); (c) pelengkapan atribut organisasi berupa

Mars Dokter Hewan Indonesia;

3. bahwa Kongres memandang perlu adanya perbaikan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran

Rumah Tangga PDHI untuk kehidupan berorganisasi yang lebih baik;

Mengingat

1. Pasal 1, 19, 20, dan 22 Anggaran Dasar PDHI.

2. Pasal 1, 2 dan 3 Anggaran Rumah Tangga PDHI

3. TAP Nomor 02/Kongres Ke-18/PDHI/2018 tentang Tata Tertib Kongres.

Memperhatikan

1. Tanggapan, diskusi, saran, dan usulan peserta kongres yang berkembang pada saat Kongres

Ke-18 PDHI Tahun 2018.

Page 70: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

64

MEMUTUSKAN

Menetapkan

1. Daftar Isian Masalah (DIM) perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PDHI

sebagaimana disajikan pada Lampiran 1.

2. Catatan tambahan pada saat pembahasan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga

PDHI

3. Penyempurnaan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PDHI sebagaimana

disajikan pada Lampiran 3.

Ditetapkan di Bali

Pada tanggal 02 November 2018

Ketua Kongres Ke-18 PDHI

(Drh. Laode Mastari, MM)

Sekretaris Kongres Ke-18 PDHI

(Drh. Made Restiati, MPhil)

Page 71: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

65

Lampiran 1 : TAP. Nomor 05/Kongres Ke-18/PDHI/2018

Tentang: DAFTAR ISIAN MASALAH PENYEMPURNAAN ANGGARAN DASAR DAN

ANGGARAN RUMAH TANGGA PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA

1. Usulan susunan Bab dalam Anggaran Dasar

Usulan mengenai perubahan urutan bab dalam Anggaran Dasar. Berikut adalah pokok-

pokok bab yang ada dalam Anggaran Dasar.

BAB I KETENTUAN UMUM BAB II NAMA

BAB III PENDIRIAN

BAB IV TEMPAT KEDUDUKAN

BAB V AZAS TUJUAN DAN FUNGSI

BAB VI KEPENGURUSAN

BAB VII HAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA

BAB VIII PENGEOLAAN KEUANGAN DAN ADMINISTRASI

BAB IX MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA DAN PENGAWASAN INTERNAL

BAB X PEMBUBARAN ORGANISASI

BAB XI PENGESAHAN DAN PERUBAHAN

BAB XII KETENTUAN PENUTUP

BAB XIII KETENTUAN PERALIHAN

DAFTAR ISIAN MASALAH PENYEMPURNAAN ANGGARAN DASAR DAN

ANGGARAN RUMAH TANGGA PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA

Anggaran Dasar

No Aspek Lokus Narasi awal Narasi penyempurnaan

1 Penambahan substansi

Pasal 1 - Penambahan Definisi Kongres Kongres adalah kelengkapan organisasi yang memegang kekuasaan tertinggi Perhimpunan. (ART Pasal 22)

2 Penambahan substansi

Pasal 1 Pengurus pusat adalah pengurus besar

Pengurus Pusat adalah Pengurus Besar atau badan pengurus Perhimpunan Dokter Hewan di Indonesia di tingkat pusat.

Page 72: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

66

3 Penambahan substansi

Pasal 3 Perhimpunan berkedudukan di Ibu Kota Negara

Perhimpunan berkedudukan di Ibu Kota Negara Kesatuan Republik Indonesia

4 Perubahan istilah

Pasal 12 butir a Pasal 14 butir d Pasal 16 Ayat (4)

Majelis Kehormatan Perhimpunan

Majelis Kehormatan Perhimpunan dan Etika Profesi Veteriner

5 Penambahan substansi

Pasal 16 ayat (1) - Sumber keuangan bisa berasal dari APBN dan APBD

6 Penambahan substansi

Pasal 16 ayat (2) Tahun Fiskal dari Perhimpunan adalah dari awal bulan Januari sampai akhir bulan Desember tahun yang sama,

Tahun Fiskal dari Perhimpunan adalah dari awal bulan Januari sampai akhir bulan Desember tahun yang sama, kecuali untuk kepentingan kongres.

7 Penambahan substansi

Pasal 18 PDHI mempunyai atribut yang terdiri dari Bendera, Selempang kain......dst

PDHI mempunyai atribut yang terdiri dari Bendera, Mars Dokter Hewan Indonesia, Selempang kain......dst

Anggaran Rumah Tangga

No Aspek Lokus Narasi awal Narasi penyempurnaan

1 Penambahan substansi

Pasal 1 ayat (2) butir g - Pemberian penghargaan kepada orang-orang yang berjasa atau tokoh masyarakat yang berjasa dalam pengembangan profesi dokter hewan

2 Penambahan substansi

Pasal 2 ayat (2) butir c Menerima pengesahan sebagai anggota perhimpunan dalam bentuk Kartu Tanda Anggota dan STRV yang mempunyai masa berlaku 4 tahun

Menerima pengesahan sebagai anggota perhimpunan dalam bentuk Kartu Tanda Anggota yang berlaku seumur hidup kecuali pindah cabang dan STRV yang mempunyai masa berlaku 4 tahun

3 Penambahan substansi

Pasal 4 - Syarat anggota aktif, nonaktif

Page 73: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

67

4 Perubahan istilah

Pasal 6 Ayat (1) butir c Pasal 6 Ayat (2) butir e Pasal 7 Ayat (1) butir b Pasal 7 Ayat (1) butir d Pasal 9 Ayat (2) Pasal 12 butir e Bab VI Pasal 16 Ayat (1) Pasal 16 Ayat (2) butir b Pasal 16 Ayat (2) butir d Pasal 16 Ayat (3) Pasal 16 Ayat (4) Pasal 16 Ayat (5) Pasal 16 Ayat (6) Pasal 16 Ayat (7) Pasal 16 Ayat (8) Pasal 16 Ayat (9) Pasal 19 Pasal 22 Ayat (2) butir b Pasal 22 Ayat (6) butir e Pasal 25

Majelis Kehormatan Perhimpunan

Majelis Kehormatan Perhimpunan dan Etika Profesi Veteriner

5 Penambahan substansi

Pasal 6 ayat (2) butir e Hak memperoleh advokasi dan perlindungan dari Perhimpunan atas pertimbangan Majelis Kehormatan Perhimpunan

Hak memperoleh advokasi dan perlindungan hukum dari Perhimpunan atas pertimbangan Majelis Kehormatan Perhimpunan

6 Pengurangan substansi (Penghilangan butir b dan d)

Pasal 7 ayat (1) b. Hak untuk membela diri di Forum Majelis Kehormatan Perhimpunan (bagi anggota yang mendapatkan teguran pelanggaran) dan bilamana terbukti tidak melakukan pelanggaran dapat memperoleh hak rehabilitasi nama di forum Kongres

d. Hak memperoleh advokasi dan perlindungan dari Perhimpunan atas pertimbangan Majelis Kehormatan Perhimpunan

-

Page 74: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

68

7 Penambahan substansi

Pasal 8 ayat 1 Setiap anggota yang memiliki hak untuk praktek dokter

Setiap anggota biasa yang memiliki hak untuk praktek dokter

8 Pengurangan substansi

Pasal 8 ayat 2 Bila tidak mempunyai Kartu Tanda Anggota PDHI, maka harus melengkapi persyaratan keanggotaan dan melunasi persyaratan pembayaran iuran keanggotaan

-

9 Penambahan substansi

Pasal 8 ayat (2) butir b kelengkapan persyaratan yang berlaku yaitu Ijazah, Sertifikat Komptensi dokter hewan, Kartu Tanda Anggota PDHI, KTP, dan rencana tempat praktek

kelengkapan persyaratan yang berlaku yaitu Ijazah, Sertifikat Komptensi dokter hewan, Kartu Tanda Anggota PDHI, KTP, Surat Tanda Registrasi Veteriner (STRV) dan rencana tempat praktek

10 Penambahan ayat

Pasal 11 Masa jabatan ketua Cabang adalah maksimal 2 kali berturut-turut

Masa jabatan ketua Cabang adalah maksimal 2 kali berturut-turut atau tidak berturut-turut dan selanjutnya tidak dapat dipilih kembali.

11 Perubahan substansi: menghilangkan kata ‘dapat’

Pasal 16 Ayat (6) PDHI Cabang dapat membentuk Komisi Etik dan Disiplin yang merupakan...dst

PDHI Cabang membentuk Komisi Etik dan Disiplin yang merupakan...dst

12 Penambahan substansi

Pasal 18 Yayasan Yayasan dan/atau badan usaha

13 Pengurangan substansi (Ayat (5))

Pasal 18 Keberadaan yayasan dan berbagai unit usaha dibawahnya perlu mendapatkan ketetapan yang diperbaharui pada setiap kongres setelah mendapatkan laporan pertanggungjawabannya.

-

14 Penambahan substansi

Pasal 36 Ayat (1) - d. Mars Dokter Hewan Indonesia

Page 75: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

69

dengan partitur sebagaimana terlampir

15 Penambahan substansi

Pasal 36 - (5) Mars Dokter Hewan Indonesia dinyanyikan setiap kegiatan seremonial setelah menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya

Page 76: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

70

Lampiran 2 : TAP. Nomor 05/Kongres Ke-18/PDHI/2018

Tentang: DAFTAR ISIAN MASALAH PENYEMPURNAAN ANGGARAN DASAR DAN

ANGGARAN RUMAH TANGGA PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA

CATATAN TAMBAHAN PADA SAAT PEMBAHASAN ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PDHI

2. Pendampingan Komisi Etik Cabang oleh PB PDHI

Cabang yang sudah memilki komisi etik atau akan membentuk komisi etik diharapkan

dapat memberikan pelatihan kepada anggota Komisi Etik Cabang/ anggota biasa sebagai

landasan untuk melaksanakan tugas/ mempersiapkan diri sebagai anggota Komisi Etik

Cabang.

3. Penyusunan Peraturan Perhimpunan sebagai Penjabaran dari ART

Sebagai bentuk pengerucutan dari ART, maka perlu disusun beberapa Peraturan

Perhimpunan tentang:

- Persyaratan pindah cabang

- Surat rekomendasi untuk yang bekerja di luar cabang

- Honororaium perjalanan ketua, anggota, petugas, panitia PDHI

- Tata hubungan Kerja antara ONT dengan PB dan Cabang

- Pedoman konsultasi perhimpunan

4. Usulan Laporan Pertanggungjawaban Keuangan

Laporan Keuangan dilaporkan secara rutin dengan periode waktu tertentu. Contohnya 6

bulan sekali atau setahun sekali.

5. Usulan mengenai koordinator wilayah di tingkat cabang

Page 77: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

71

Lampiran 2 : TAP. Nomor 05/Kongres Ke-18/PDHI/2018

Tentang: PENYEMPURNAAN ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA TAHUN 2018

ANGGARAN DASAR

PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA (PDHI)

PEMBUKAAN

Bahwa sesungguhnya hewan adalah makhluk karunia Tuhan Yang Maha Esa yang

diberikan kepada umat manusia agar disyukuri dan di dayagunakan untuk kemakmuran, kesejahteraan, peningkatan taraf hidup, pemenuhan kebutuhan pangan protein hewani dan ketenteraman bathin masyarakat bangsa dan negara.

Bahwa profesi dokter hewan adalah profesi mulia yang mengabdi untuk kesejahteraan manusia melalui dunia hewan yang diwujudkan dalam bentuk penggalian dan pengamalan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran hewan untuk pembangunan kesehatan hewan, penyediaan produk asal hewan yang aman dan pangan asal hewan yang aman, sehat, utuh dan halal; perlindungan kesehatan hewan, manusia,masyarakat dan lingkungan serta menjaga keseimbangan dan kelestarian ekosistem, dengan memperhatikan prinsip-prinsip kesejahteraan hewan.

Bahwa sesungguhnya profesi dokter hewan di Indonesia perlu berhimpun dengan tujuan untuk meningkatkan pengabdiannya dalam mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang – Undang Dasar 1945.

Bahwa untuk mewujudkan cita-cita luhur di atas diperlukan persatuan dan kesatuan seluruh dokter hewan Indonesia yang terkoordinasi dan terorganisasi dalam suatu wadah perhimpunan.

Maka dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa dibentuklah Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia yang merupakan satu-satunya wadah dokter hewan di Indonesia dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga sebagai berikut :

BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) yang dimaksud dengan : a. Perhimpunan adalah organisasi yang terdiri dari anggota-anggota yang memiliki prinsip-

prinsip khusus yang sama dan bergabung untuk mencapai tujuan yang sama. b. Pengurus Pusat adalah Pengurus Besar atau badan pengurus Perhimpunan Dokter Hewan di

Indonesia di tingkat pusat. c. Perhimpunan Dokter Hewan di daerah merupakan Cabang dari PDHI Pusat dan disebut PDHI

Cabang yang dikukuhkan oleh Pengurus Besar melalui Surat Keputusan Pengesahan Cabang serta memiliki batasan-batasan wilayah kerja (teritorial).

Page 78: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

72

d. Organisasi Non Teritorial (ONT) adalah Organisasi di bawah naungan PDHI yang dibentuk berdasarkan minat/keahlian/bidang kerja yang sama melalui suatu prosedur dan memperoleh pengesahan oleh Pengurus Besar PDHI.

e. Dokter Hewan (Veterinarian) adalah orang yang telah Lulus Program Pendidikan Profesi Kedokteran Hewan di Indonesia dari institusi Pendidikan Kedokteran Hewan yang telah terakreditasi ataupun institusi Pendidikan Kedokteran Hewan di Luar Negeri yang ijazahnya telah mendapatkan pengesahan dari kementrian terkait, sehingga memiliki kewenangan medik veteriner dalam melaksanakan pelayanan kesehatan hewan.

f. Dokter hewan spesialis/ahli adalah dokter hewan yang memiliki kemampuan lebih di suatu spesies atau disiplin ilmu veteriner tertentu yang dibuktikan dengan gelar serta memiliki sertifikat internasional dan atau nasional, dan kepakaran spesialisnya disahkan oleh instansi/lembaga yang berwenang menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.

g. Anggota Biasa adalah Dokter Hewan yang teregistrasi pada PDHI dan berkewajiban membayar iuran keanggotaan sebagaimana diatur dalam AD/ ART ini.

h. Anggota Luar Biasa adalah Dokter Hewan Warga Negara Asing dan Sarjana non dokter hewan lulusan Universitas/Institut Dalam Negeri dan Luar Negeri yang mengajar di Fakultas Kedokteran Hewan atau bekerja di organisasi/lembaga/instansi yang relevan dengan Ilmu Kedokteran Hewan dan memenuhi persyaratan keanggotaan.

i. Anggota Kehormatan adalah seseorang yang mempunyai jasa besar di bidang pengembangan profesi kedokteran hewan dan perhimpunan.

j. Anggota Muda adalah Sarjana Kedokteran Hewan (SKH) yang mengambil Program Pendidikan Dokter Hewan (PPDH) di Fakultas Kedokteran Hewan di Indonesia dan dipersiapkan menjadi dokter hewan profesional.

k. Izin Praktek adalah izin untuk menjalankan Praktek Dokter Hewan yang dikeluarkan oleh Bupati/Wali Kota berdasarkan rekomendasi dari PDHI Cabang setempat.

l. Praktek Kedokteran Hewan adalah fungsi veteriner berupa kegiatan berdasarkan kaidah, ilmu dan etik kedokteran hewan (medik veteriner) yang meliputi Konsultasi Veteriner dan Tindakan Kedokteran (promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif) dengan menerapkan azas kesejahteraan hewan, yang meliputi : 1. Melakukan pemeriksaan dan diagnosa penyakit; uji pendukung serta upaya

penyembuhan (therapi) baik secara medikamentosa maupun tindakan bedah; tindakan pencegahan dan pelayanan medis lainnya terhadap hewan.

2. Melakukan penyidikan dan penelitian secara laboratoris sebagai dasar dilaksanakannya tindakan penanggulangan penyakit hewan.

3. Melakukan pekerjaan di tempat yang memproduksi produk-produk untuk kesehatan hewan seperti sediaan dan bahan farmasi, bahan biologi dan feed-additive (tambahan dalam pakan hewan)serta alat dan mesin veteriner.

4. Melakukan pemeriksaan ante mortem dan post mortem terhadap hewan-hewan dan produk-produk hewan sebelum diedarkan sebagai bahan konsumsi manusia dan fungsi kesehatan masyarakat veteriner lainnya.

5. Mengajar dan mendidik dalam ilmu-ilmu kedokteran hewan pada fakultas kedokteran hewan atau sekolah-sekolah yang berafiliasi dalam ilmu-ilmu kehewanan dan peternakan .

6. Melakukan berbagai bentuk pelayanan kedokteran hewan, konsultasi dan nasehat kepada suatu instansi, dimana ia berkedudukan di instansi tersebut sebagai Dokter Hewan yang berstatus pegawai di instansi tersebut.

7. Pelayanan dibidang medik reproduksi antara lain diagnosa kebuntingan, diagnosa kemajiran, tindakan menolong kelahiran, inseminasi buatan, embryo transfer serta penanganan gangguan-gangguan penyakit reproduksi lainnya.

8. Melakukan tindakan penilaian (assesment) aspek kesejahteraan hewan di berbagai tempat yang memelihara, menggunakan dan mengurus hewan dan menerbitkan rekomendasi kesrawan secara berkala.

Page 79: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

73

m. Hewan adalah binatang atau satwa yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada di darat, air, dan/atau udara, baik yang dipelihara maupun yang di habitatnya.

n. Instansi adalah lembaga pemerintah dan swasta yang mempekerjakan Dokter Hewan untuk Praktek Kedokteran Hewan sebagaimana pada butir l.

o. Keberadaan yayasan dan berbagai unit usaha dibawahnya perlu mendapatkan ketetapan yang diperbaharui pada setiap kongres setelah mendapatkan laporan pertanggungjawabannya.

f. Delegasi Kongres adalah utusan yang memperoleh mandat mengikuti Kongres dari PDHI cabang.

BAB II NAMA, KEDUDUKAN, DAN WAKTU PENDIRIAN

Pasal 2

(1) Perhimpunan ini bernama PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA, disingkat PDHI

secara internasional disebut Indonesian Veterinary Medical Association (IVMA) dan untuk selanjutnya disebut Perhimpunan.

(2) Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia adalah satu-satunya wadah profesi Dokter Hewan bagi seluruh Dokter Hewan Indonesia dan merupakan lanjutan dari Perhimpunan Ahli Ilmu Kehewanan Indonesia.

BAB III PENDIRIAN

Pasal 3

Perhimpunan didirikan pada tanggal 9 Januari 1953 di Lembang, Bandung untuk jangka waktu yang tidak ditentukan dan selanjutnya kedudukan hukumnya harus memenuhi peraturan perundangan yang berlaku dan mendapatkan pengakuan dari berbagai badan hukum yang berkepentingan.

BAB IV TEMPAT KEDUDUKAN

Pasal 4

Perhimpunan berkedudukan di Ibu Kota Negara Kesatuan Republik Indonesia.

BAB V

AZAS, TUJUAN, DAN FUNGSI

Pasal 5 (1) Perhimpunan didirikan oleh anggota dan untuk anggota yang berdasarkan pada prinsip

hukum (legal principles) dan prinsip budaya (cultural principles) yaitu tata hubungan antar manusia yang beradab.

Page 80: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

74

(2) Prinsip hukum (legal Principles) yang dianut adalah :

a. Semua anggota berstatus sederajat (Ekual).

b. Perhimpunan adalah milik anggotanya. c. Rapat Umum Anggota adalah forum tertinggi perhimpunan.

d. Rapat Umum Anggota sebagaimana dimaksud dalam pasal ini adalah Kongres Perhimpunan.

e. Kongres perhimpunan menentukan strategi, garis besar program kerja nasional, pertanggungjawaban kerja dan keuangan kepengurusan Pengurus Besar, serta mengangkat dan memberhentikan Ketua Umum PB PDHI dan kepengurusannya

f. Bendahara Pengurus Besar wajib membuat Laporan Keuangan Tahunan untuk memenuhi persyaratan pertanggung jawaban keuangan sebuah organisasi masyarakat sesuai peraturan perundangan bidang keuangan yang berlaku.

g. Selaku organisasi masyarakat sesuai peraturan perundangan yang berlaku harus memenuhi segala persyaratan yang ditetapkan guna mempertahankan status hukumnya baik tingkat pusat maupun cabang.

(3). Prinsip Budaya (Cultural Principles). a. Profesional.

b. Keilmuan.

c. Kekeluargaan.

d. Kemasyarakatan. e. Bebas dan tidak terikat pada suatu Partai Politik atau Organisasi Politik.

Pasal 6

Perhimpunan berazaskan Pancasila dan berdasarkan Undang Undang Dasar 1945

Pasal 7 (1) Perhimpunan bertujuan mewujudkan misi perhimpunan membina kepentingan para anggota

sesuai dengan perkembangan dan tuntutan profesi Kedokteran Hewan dalam rangka meningkatkan kualitas pengabdiannya kepada masyarakat, Bangsa dan Negara dengan motto, "Manusya Mriga Satwa Sewaka" (mengabdi untuk kesejahteraan manusia melalui dunia hewan).

(2) Perhimpunan memperjuangkan kepentingan anggota dalam bentuk: a. Mempertahankan dan meningkatkan citra profesi meliputi moral dan profesionalisme b. Membawa suara nasional profesi berkenaan masalah profesi c. Menjadi kekuatan pemersatu kepentingan profesi d. Membela segala kepentingan anggota dan hewan selaku objek profesi. e. Memelihara, menjaga dan mempertahankan kepentingan profesi veteriner. f. Menjadi perantara dalam peningkatan pengetahuan dan kompetensi anggota.

BAB VI KEGIATAN

Pasal 8

(1) Perhimpunan melakukan kegiatan ke dalam dan ke luar.

(2) Kegiatan ke dalam meliputi usaha untuk meningkatkan komitmen, harkat dan martabat

(etika) keprofesian serta kepentingan dan kesejahteraan anggota.

Page 81: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

75

(3) Kegiatan ke luar meliputi :

a. usaha untuk memposisikan peran, kedudukan, wewenang dan apresiasi masyarakat terhadap kekhususan profesi dokter hewan;

b. usaha untuk memposisikan peran, kedudukan, wewenang dan apresiasi masyarakat terhadap kekhususan profesi dokter hewan;

c. Mengembangkan kerjasama dan jejaring dengan berbagai organisasi dan lembaga yang terkait dengan profesi veteriner baik di dalam negeri maupun dari luar negeri.

BAB VII SUSUNAN DAN KELENGKAPAN ORGANISASI

Pasal 9 Susunan Organisasi Perhimpunan terdiri dari: a. Pengurus Besar b. Pengurus Cabang

Pasal 10 Kelengkapan organisasi terdiri dari : a. Majelis Kehormatan Perhimpunan dan Etika Profesi Veteriner b. Organisasi Non Teritorial (ONT). c. Koordinator wilayah yang dipilih berdasarkan musyawarah di antara para ketua cabang yang

berdomisili satu provinsi d. Berbagai bentuk unit kerja berstatus hukum maupun tidak berstatus hukum yang diadakan

sesuai keperluan organisasi.

Pasal 11 Struktur, komposisi kepengurusan organisasi dan kelengkapan organsasi, serta tata hubungan perhimpunan sebagaimana dimaksud pada pasal 9 dan 10 diatur di dalam Anggaran Rumah Tangga.

BAB VIII RAPAT-RAPAT

Pasal 12

Jenis Rapat Jenis-jenis rapat terdiri dari : a. Kongres b. Kongres Luar Biasa c. Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) d. Rapat Majelis Kehormatan Perhimpunan dan Etika Profesi Veteriner e. Rapat Pleno Pengurus Besar f. Rapat Umum Anggota Cabang g. Rapat Pengurus Cabang h. Rapat Koordinasi Nasional ONT i. Rapat Anggota ONT (Musyawarah Nasional ONT) j. Rapat Pengurus ONT

Page 82: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

76

BAB IX KEANGGOTAAN, HAK DAN KEWAJIBAN

Pasal 13

Untuk menjadi anggota perhimpunan, wajib teregistrasi dan memenuhi ketentuan untuk menjadi anggota sesuai kategori keanggotaannya serta selanjutnya memperoleh Kartu Tanda Anggota (KTA) sebagai identitas keanggotaan PDHI dan Surat Tanda Registrasi Veteriner (STRV) sebagai identitas keanggotaan aktif.

Pasal 14 (1). Hak-hak anggota aktif terdiri dari :

a. Hak bicara dan hak suara b. Hak memilih dan dipilih c. Hak membela diri d. Hak-hak lainnya yang ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga.

(2). Kewajiban anggota adalah :

a. Menjunjung tinggi berbagai nilai yang berlaku pada profesi Dokter Hewan sebagaimana di dalam Kode Etik dokter hewan.

b. Menjaga nama baik dan kehormatan Korps dan profesi Dokter Hewan c. Menaati Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan Peraturan Perhimpunan.

BAB X ADMINISTRASI DAN KEUANGAN

Pasal 15

Perhimpunan menganut manajemen administrasi secara desentralisasi kecuali Surat Keputusan Pengesahan Pengangkatan Kepengurusan, Surat Keputusan Kongres dan Surat Keputusan Musyawarah Kerja Nasional.

Pasal 16

Keuangan Perhimpunan diperoleh dari:

a. Uang Pendaftaran/Registrasi Awal dan Iuran Anggota b. Sumbangan yang tidak mengikat dan usaha lain yang sah. c. Sumber keuangan bisa berasal dari APBN dan/atau APBD

(2) Tahun Fiskal dari Perhimpunan adalah dari awal bulan Januari sampai akhir bulan

Desember tahun yang sama, kecuali untuk kepentingan kongres dan/atau penyelesaian

sengketa.

(3) Pengurus Besar dengan melalui suatu ketetapan menetapkan peraturan-peraturan

mengenai hal-hal sebagai berikut :

a. Penentuan Bank dimana akan dibuka Rekening Giro untuk keperluan perhimpunan b. Penentuan penyimpanan uang-uang perhimpunan. c. Penentuan pengeluaran uang untuk keperluan aktifitas perhimpunan.

(4) Majelis Kehormatan Perhimpunan harus menunjuk seorang akuntan publik independen

untuk melakukan audit keuangan perhimpunan.

Page 83: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

77

(5) Pembayaran imbal jasa terhadap akuntan publik sebagaimana dimaksud ayat (4) pasal ini

besarannya adalah berdasarkan standar tarif jasa yang berlaku dan wajar dan dibayarkan

oleh Pengurus Besar Perhimpunan.

Pasal 17

(1) Keuangan dan kekayaan Perhimpunan wajib dikelola secara transparan dan akuntabel oleh

Pengurus Perhimpunan pada setiap tingkatan. (2) Laporan keuangan Perhimpunan merupakan rekapitulasi dari keuangan Pengurus Besar

dan Pengurus Cabang.

(3) Keuangan dan kekayaan organisasi dilaporkan seiring dengan pergantian kepengurusan.

BAB X LOGO DAN ATRIBUT

Pasal 18

(1) Logo PDHI berbentuk lingkaran warna ungu dengan warna dasar putih. Ditengah lingkaran

terdapat gambar ular melilit tongkat tiga mahkota dengan kepala diatas mahkota menghadap ke kanan dan tongkat berdiri di antara dua kaki huruf V (V dari kata Veteriner) dan dibawahnya tercantum huruf-huruf PDHI.

(2) Ketentuan pemasangan logo PDHI diatur dalam ART

Pasal 19

PDHI mempunyai atribut yang terdiri dari Bendera, Selempang kain berwarna kuning emas dan bergaris tengah berwarna ungu dengan peneng kuningan berlogo dan Panji-panji yang seluruhnya mencantumkan logo PDHI dan digunakan pada kegiatan-kegiatan sesuai yang diatur dalam ART.

BAB XII PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PERHIMPUNAN

Pasal 20

Anggaran Dasar Perhimpunan dapat diubah oleh dan dalam Kongres atas usulan pengurus besar dan atau pengurus cabang yang disetujui oleh 2/3 cabang

Page 84: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

78

BAB XIII KEWENANGAN KHUSUS

Pasal 21

Hal-hal yang belum diatur di dalam Anggaran Dasar ini diatur lebih lanjut di dalam Anggaran Rumah Tangga Perhimpunan.

BAB IX MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA DAN PENGAWASAN INTERNAL

Pasal 22

(1) Penyelesaian sengketa dalam organisasi dilakukan melalui musyawarah kekeluargaan

sesuai tingkatan Kekuasaan Perhimpunan yang telah diatur dalam Anggaran Dasar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia.

(2) Mekanisme musyawarah kekeluargaan sesuai tingkatan Kekuasaan Perhimpunan seperti yang dimaksud pada ayat (1) akan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia.

(3) Apabila penyelesaian sengketa dalam organisasi sesuai mekanisme seperti yang dimaksud pada ayat (1) dan (2) tidak menyelesaikan sengketa dalam organisasi tersebut, maka penyelesaian sengketa dilakukan sesuai tata cara yang telah diatur dalam aturan perundang-undangan tentang organisasi kemasyarakatan.

Pasal 23

(1) Pengawasan internal organisasi wajib dilakukan oleh seluruh anggota Perhimpunan

terhadap jalannya organisasi baik oleh pengurus-pengurus Perhimpunan atau pihak-pihak lain yang ditunjuk oleh pengurus untuk mengurusi badan-badan lain yang dibentuk oleh pengurus Perhimpunan demi kepentingan kebutuhan organisasi sesuai fungsi dan tujuan organisasi.

(2) Untuk menjamin terlaksananya pengawasan internal organisasi seperti yang dimaksud pada ayat (1), maka perlu dibentuk adanya badan pengawas internal organisasi.

(3) Tata cara pembentukan, pengangkatan, tugas dan kewenangan badan pengawas internal organisasi diatur dalam Anggaran Rumah Tangga Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia.

XV

PEMBUBARAN ORGANISASI

Pasal 24

Perhimpunan hanya dapat dibubarkan oleh dan dalam Kongres Luar Biasa Khusus untuk Pembubaran yang dihadiri dan disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 Cabang Perhimpunan.

BAB XVI PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PERHIMPUNAN

Pasal 25

Anggaran Dasar Perhimpunan dapat diubah oleh dan dalam Kongres atas usulan pengurus besar dan atau pengurus cabang yang disetujui oleh 2/3 cabang.

Page 85: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

79

BAB XVII PENUTUP

Pasal 26

Hal-hal lain yang tidak diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Perhimpunan, akan diatur dalam peraturan tersendiri setelah melalui mekanisme musyawarah mufakat sesuai yang telah diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Perhimpunan.

BAB XVIII PENGESAHAN DAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PERHIMPUNAN

Pasal 27

(1) Perubahan Anggaran Dasar ini disahkan dalam Kongres Perhimpunan yang diadakan di

Bali tanggal 3 November 2018 yang selanjutnya disebut Anggaran Dasar PDHI. (2) Keputusan-keputusan Kongres dan atau Pengurus Besar PDHI terdahulu yang

bertentangan dengan Anggaran Dasar dinyatakan tidak berlaku. (3) Anggaran Dasar PDHI ini berlaku sejak ditetapkan.

Ditetapkan di : Bali

Pada Tanggal : 02 November 2018

Ketua Kongres,

Drh Laode Mastari, MM

Page 86: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

80

ANGGARAN RUMAH TANGGA PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA

BAB I

KEGIATAN Pasal 1

(1) Kegiatan Perhimpunan ke dalam meliputi:

a. Membina keorganisasian, keprofesian, dan sosialisasi nilai-nilai etika veteriner,

acuan perilaku profesi veteriner dan pemahaman kesejahteraan hewan; b. Meningkatan kompetensi dan keterampilan anggota melalui kegiatan pendidikan

berkelanjutan (seminar, lokakarya dan lain-lain) yang bersertifikat dan berstandar kompetensi;

c. Mendukung pendidikan profesi, penelitian dan pengembangan ilmu kedokteran hewan di berbagai sector;

d. Mengadakan berbagai fasilitas komunikasi dan mediasi yang bersifat ilmiah dan keanggotaan dalam berbagai bentuk media sesuai kemampuan organisasi (majalah, web-site dan lain-lain);

e. Mengusahakan dan/atau menciptakan kesempatan yang dapat membantu baik secara langsung maupun tidak langsung kesejahteraan para anggota

f. Meningkatkan citra profesi yang membanggakan anggota; g. Menggerakkan anggota (apabila diperlukan) pada terjadinya keadaan khusus

bidang Veteriner yang memerlukan partisipasi seluruh anggota secara nasional; h. Melaksanakan advokasi terhadap anggota.

(2) Kegiatan Perhimpunan keluar meliputi:

a. Memberikan sumbangan pemikiran baik diminta maupun tidak diminta kepada pemerintah dalam merumuskan kebijakan penyelenggaraan kesehatan hewan dalam arti yang seluas-luasnya

b. Membantu pemberdayaan masyarakat dan meningkatkan kesehatan hewan untuk kesejahteraan masyarakat

c. Menjalin kerjasama dengan organisasi dan lembaga / badan yang berkaitan dengan profesi/bidang kedokteran hewan di dalam dan luar negeri

d. Menanamkan kesadaran kesehatan masyarakat veteriner bagi terjaminnya ketentraman dan kesejahteraan masyarakat.

e. Menjaga ketertiban dan kelestarian lingkungan, khususnya lingkungan yang berkaitan dengan sumberdaya hewan.

f. Mensosialisasikan peran profesi dokter hewan dan manfaat hewan bagi kehidupan manusia.

g. Pemberian penghargaan kepada orang-orang berjasa dan tokoh masyarakat yang berjasa dalam pengembangan profesi dokter hewan

(3) Kegiatan Perhimpunan berkaitan dengan Pendidikan Profesi: a. Membangun kerjasama dengan Asosiasi Fakultas Kedokteran Hewan Indonesia

dalam menghasilkan lulusan dokter hewan yang bermutu b. Memfasilitasi kebutuhan sumberdaya penyelenggaraan pendidikan profesi

kedokteran hewan c. Menjaga mutu layanan profesi sebagai rujukan penyelenggaraan pendidikan

profesi kedokteran hewan. d. Menyediakan materi ilmiah tentang pengetahuan Kedokteran Hewan yang harus

dikuasai oleh seorang dokter hewan dalam bentuk pendidikan berkelanjutan

Page 87: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

81

BAB II KEANGGOTAAN

Anggota Biasa

Pasal 2

(1) Anggota Biasa adalah Dokter Hewan Warga Negara Indonesia yang merupakan lulusan dari Institusi Pendidikan Kedokteran Hewan di Indonesia yang telah terakreditasi ataupun lulusan Institusi pendidikan Kedokteran Hewan di Luar Negeri yang ijazahnya telah mendapatkan pengesahan dari Kementrian Pendidikan Nasional

(2) Untuk menjadi Anggota Biasa PDHI setiap Dokter Hewan wajib mendaftarkan diri dengan

cara sebagai berikut :

a. Mengisi formulir permohonan menjadi anggota PDHI Cabang sesuai dengan wilayah domisilinya ataupun wilayah tempat kerjanya.

b. Membayar uang pendaftaran keanggotaan pada waktu registrasi dan membayar iuran keanggotaan.

c. Menerima pengesahan sebagai anggota perhimpunan dalam bentuk Kartu Tanda Anggota yang berlaku seumur hidup kecuali pindah cabang dan STRV yang mempunyai masa berlaku 4 tahun.

d. STRV sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat diperpanjang setelah anggota memenuhi satuan kredit pendidikan berkelanjutan (SKPB) yang jumlahnya sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Perhimpunan dan membayar biaya perpanjangan STRV.

Anggota Luar Biasa Pasal 3

(1) Anggota Luar Biasa adalah Dokter Hewan Warga Negara Asing dan Sarjana Non Dokter

Hewan lulusan Universitas/Institut yang mengajar di Fakultas Kedokteran Hewan atau bekerja di organisasi/instansi yang relevan dengan ilmu Kedokteran hewan dan memenuhi persyaratan keanggotaan

(2) Untuk menjadi anggota luar biasa setiap orang perlu mendaftarkan diri dengan cara:

a. Mengisi formulir permohonan menjadi anggota b. Yang bersangkutan diusulkan kepada PB PDHI dengan tembusan kepada PDHI

Cabang tempat domisili/tempat kerja calon yang bersangkutan dan mendapat dukungan tertulis dari sekurang-kurangnya 2 (dua) anggota biasa.

c. WNA yang menyatakan ingin menjadi anggota luar biasa PDHI harus memenuhi persyaratan sebagaimana peraturan perundangan yang berlaku

d. Setelah melalui prosedur huruf a dan huruf b, PB PDHI memberikan pertimbangan dan persetujuan diterima atau tidaknya sebagai anggota PDHI.

e. Dalam hal telah memperoleh persetujuan tertulis dari PB PDHI maka yang bersangkutan membayar uang pendaftaran keanggotan pada waktu registrasi serta membayar iuran keanggotaan.

f. Menerima pengesahan sebagai anggota perhimpunan dalam bentuk Kartu Tanda Anggota yang mempunyai masa berlaku yang terbatas.

Page 88: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

82

Anggota Kehormatan Pasal 4

(1) Anggota Kehormatan adalah seseorang yang mempunyai jasa besar di bidang

pengembangan profesi kedokteran hewan dan perhimpunan (2) Anggota kehormatan diangkat oleh Kongres atas Usul Pengurus Besar atau Cabang

dengan menyampaikan berbagai alasan pengusulannya

Anggota Muda Pasal 5

(1) Anggota Muda adalah Sarjana Kedokteran Hewan (SKH) yang mengambil Program

Pendidikan Dokter Hewan (PPDH) di Institusi Pendidikan Kedokteran Hewan di Indonesia dan dipersiapkan menjadi dokter hewan profesional

(2) Tata cara menjadi Anggota Muda adalah sebagai berikut :

a. Mengisi formulir dan Melengkapi syarat permohonan menjadi anggota muda b. Menerima pengesahan sebagai anggota muda dari PB PDHI dalam bentuk kartu

tanda anggota muda

Hak-hak Anggota Pasal 6

(1) Hak-hak Anggota Biasa yang dijamin perhimpunan adalah :

a. Hak mengeluarkan pendapat dan hak suara dalam rapat-rapat perhimpunan; b. Hak untuk dipilih menjadi atau memilih pengurus Perhimpunan; c. Hak untuk membela diri di Forum Majelis Kehormatan Perhimpunan dan Etika

Profesi Veteriner dan Komisi Etik Veteriner (bagi anggota yang mendapatkan teguran pelanggaran) dan bilamana terbukti tidak melakukan pelanggaran dapat memperoleh hak rehabilitasi nama di forum Kongres

(2) Hak-hak lain yang diberikan kepada anggota biasa adalah :

a. Hak untuk memperoleh izin praktek b. Hak mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Perhimpunan c. Hak untuk membentuk kelompok atau ikatan yang bernaung di bawah PDHI

menurut kesamaan minat dan atau keahliannya d. Hak untuk mengusulkan dibentuknya cabang baru, bila daerah tersebut

mempunyai anggota minimal 10 Dokter Hewan, jauh dari PDHI Cabang yang sah, berada di pulau lain dengan tingkat komunikasi dan transportasi yang sulit dengan memperoleh persetujuan dari cabang yang menaunginya

e. Hak memperoleh advokasi dan perlindungan hukum dari Perhimpunan atas pertimbangan Majelis Kehormatan Perhimpunan dan Etika Profesi Veteriner.

Pasal 7

(1) Hak-hak Anggota Luar Biasa dan Anggota Muda adalah : a. Hak bicara dalam setiap rapat Perhimpunan

Page 89: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

83

b. Hak untuk membela diri di Forum Majelis Kehormatan Perhimpunan dan Etik Profesi Veteriner (bagi anggota yang mendapatka teguran pelanggaran) dan bilamana terbukti tidak melakukan pelanggaran dapat memperoleh hak rehabilitasi nama di forum Kongres

c. Hak mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Perhimpunan d. Hak memperoleh advokasi dan perlindungan hukum dari Perhimpunan atas

pertimbangan Majelis Kehormatan Perhimpunan dan Etik Profesi Veteriner.

(2) Hak-hak yang diberikan kepada Anggota Kehormatan adalah: a. Hak memberi saran/nasehat dan masukan untuk kebaikan perhimpunan b. Hak bicara dalam setiap rapat Perhimpunan

Rekomendasi dan Izin Praktek Dokter Hewan

Pasal 8 (1) Setiap anggota biasa yang memiliki hak untuk praktek dokter hewan sesuai AD ketentuan

umum butir l nomor 1 s/d 8, harus memiliki rekomendasi izin praktek yang diterbitkan oleh PDHI Cabang setempat.

(2) Dalam rangka memperoleh izin praktek, maka: a. Disyaratkan mengajukan permohonan kepada Bupati/Walikota dan melengkapi

persyaratan yang berlaku serta melampirkan rekomendasi tertulis dari PDHI Cabang setempat.

b. Dalam rangka memperoleh rekomendasi tertulis sebagaimana diperlukan pada butir (a), PDHI Cabang harus melakukan verifikasi kelengkapan persyaratan yang berlaku yaitu Ijazah, Sertifikat Kompetensi dokter hewan, Kartu Tanda Anggota PDHI, KTP, Surat Tanda Registrasi Veteriner (STRV) dan rencana tempat praktek

c. Bila tidak mempunyai Kartu Tanda Anggota PDHI, maka harus melengkapi persyaratan keanggotaan dan melunasi persyaratan pembayaran iuran keanggotaan

(3) Dalam hal seorang dokter hewan melaksanakan praktek di luar wilayah cabang asal keanggotaannya, wajib mendapatkan surat keterangan sebagai anggota PDHI Cabang asal dan rekomendasi PDHI Cabang tempat melaksanakan praktek.

Berhentinya Keanggotaan

Pasal 9

(1) Anggota-anggota Perhimpunan berhenti karena : a. Atas permintaan sendiri b. Karena meninggal dunia c. Diberhentikan karena melanggar ketentuan-ketentuan perhimpunan

(2) Anggota yang diberhentikan oleh cabang dapat naik banding melalui PB PDHI sesuai

ketentuan prosedur yang diterbitkan oleh Majelis Kehormatan Perhimpunan dan Etika Profesi Veteriner.

Kewajiban Anggota

Pasal 10

(1) Setiap anggota wajib membayar uang pendaftaran (registration fee) dan iuran anggota (membership fee).

Page 90: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

84

(2) Anggota yang lalai untuk membayar iuran anggota dapat dikenakan sanksi administratif atau denda oleh pengurus Cabang Perhimpunan.

(3) Besarnya uang pendaftaran (registration fee) dan uang iuran anggota (membership fee) serta sanksi sebagaimana dimaksud ayat (1) dan (2) ditetapkan oleh Pengurus Cabang

(4) Setiap anggota PDHI berkewajiban menjunjung tinggi dan mengamalkan sumpah dan kode etik dokter hewan Indonesia, mematuhi anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, ketentuan PDHI dan peraturan yang berlaku serta selalu menjaga dan mempertahankan kehormatan PDHI.

BAB III KEPENGURUSAN

Pengurus Besar

Pasal 11

(1) Pengurus Besar adalah badan pengurus di tingkat pusat yang bertanggung jawab

kepada anggota melalui Kongres.

(2) Pengurus Besar dipilih oleh dan bertanggung jawab kepada Kongres.

(3) Pengurus Besar Bertanggung jawab untuk dan atas nama organisasi

(4) Pengurus Besar sekurang-kurangnya terdiri dari : a. Seorang Ketua Umum ; b. Ketua Bidang Organisasi dan Keanggotaan ; c. Ketua Bidang Hubungan Masyarakat dan Advokasi Profesi ; d. Ketua Bidang Ilmiah, Sertifikasi dan Continuing Education ; e. Seorang Sekretaris Jenderal ; f. Wakil Sekretaris Jenderal Bidang Organisasi dan Keanggotaan ; g. Wakil Sekretaris Jenderal Bidang Hubungan Masyarakat dan Advokasi Profesi ; h. Wakil Sekretaris Jenderal Bidang Ilmiah, Sertifikasi dan Continuing Education ; i. Bendahara sesuai kebutuhan ; j. Komisi – komisi sesuai bidang dan keperluan

(5) Dalam hal yang diperlukan dapat menambah Bidang atau komisi sesuai kebutuhan

(6) Setiap ketua bidang mengkoordinasikan kegiatan dengan komisi yang relevan dengan

bidangnya.

(7) Dalam hal diperlukan dapat menambah Bidang atau komisi sesuai kebutuhan

(8) Pengurus Besar menerima mandat dari dan menjalankan program kerja Perhimpunan yang ditetapkan Kongres.

(9) Periode kepengurusan PB PDHI adalah 4 tahun atau diantara 2 kongres

(10) Seorang Ketua Umum PB PDHI hanya dapat menjabat selama 2 periode kepengurusan

secara berturut-turut atau tidak berturut-turut dan tidak dapat dipilih kembali sebagai

Page 91: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

85

Ketua Umum.

(11) Ketua Umum Terpilih wajib membentuk kepengurusan dan diumumkan dalam waktu satu (1) bulan setelah terpilih.

(12) Dalam masa kepengurusan berikutnya Ketua Umum PB PDHI sebelumnya secara Ex-

officio menjadi anggota Pengurus Besar sebagai penasehat tanpa mempunyai hak suara. (13) Penasehat diminta atau tidak diminta berkewajiban memberikan masukan kepada

PBPDHI. (14) Ketua PB, anggota PB, petugas-petugas, Anggota Panitia di PDHI dapat diberikan

honorarium dan uang perjalanan dinas PDHI sebagai kompensasi dalam menjalankan kewajiban-kewajiban mereka untuk kepentingan perhimpunan sebagaimana yang ditugaskan.

(15) Pembayaran honorarium dan atau uang perjalanan sebagaimana pada butir 14 tidak

boleh dilakukan kepada siapapun tanpa persetujuan sebelumnya dari mayoritas Pengurus Inti dengan kewajiban mempertanggungjawabkan keuangan dengan melampirkan semua kwitansi/faktur pertanggungjawaban

(16) Pengurus Inti adalah Ketua Umum PB PDHI, Sekretaris Jenderal dan Bendahara (17) PB PDHI diberi wewenang untuk mengangkat sekretaris eksekutif guna menjalankan

operasional sekretariat PB PDHI sehari-hari yang untuk pekerjaannya ini diberikan honorarium sesuai standar yang lazim

(18) PB PDHI diberi wewenang untuk mengangkat sekretaris eksekutif guna menjalankan

operasional sekretariat PB PDHI sehari-hari yang untuk pekerjaannya ini diberikan honorarium sesuai standar yang lazim

(19) PB PDHI dalam menjalankan program jangka menengah dan bersifat strategis dapat membentuk kepanitiaan/kelompok kerja (Pokja) yang dipertanggung jawabkan dalam kongres

(20) Pengurus Besar menerima mandat dari dan menjalankan program kerja Perhimpunan

yang ditetapkan Kongres. (21) Pengurus Besar bertanggung jawab untuk dan atas nama organisasi. (22) Pengurus Besar berperan sebagai fasilitator nasional Perhimpunan

(23) Kepanitiaan/Pokja yang dibentuk oleh PB PDHI tidak mempunyai hak untuk mengatas

namakan PDHI dan bilamana melakukan sosialisasi materi kegiatannya harus dengan dampingan Pengurus Besar

Pasal 12

PB PDHI selaku organisasi profesi bertugas : a. Memberikan masukan dan sikap kepada Pemerintah dalam hal adanya isu-isu

nasional berkenaan bidang veteriner dan penyakit hewan ; b. Memberikan alternatif terbaik sesuai profesi dalam menangani penyakit hewan

yang berdampak nasional ; c. Atas permintaan pemerintah menangani urusan-urusan khusus yang

menyangkut bidang Kedokteran hewan/veteriner ;

Page 92: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

86

d. PB PDHI paling kurang mengurusi bidang keorganisasian dan keilmiahan; e. Bersama Majelis Kehormatan Perhimpunan dan Etika Profesi Veteriner

menyusun, mengevaluasi dan merevisi kode etik dan acuan dasar profesi.; f. Menyusun suatu standar kompetensi profesi kedokteran hewan yang khusus

(spesifik) sesuai bidang keahlian yang terwakili dalam ONT di bawah PDHI; g. Menyusun suatu standar kompetensi profesi kedokteran hewan yang bersifat

umum dan nasional serta mengacu kepada standar internasional profesi veteriner;

h. Menyusun standar dan akreditasi pendidikan berkelanjutan Profesi Kedokteran Hewan yang ditetapkan berdasarkan besaran satuan kredit pendidikan berkelanjutan (continuing education credit hour)/SKPB;

i. Memantau dan mengevaluasi hasil pendidikan kedokteran dokter hewan yang diluluskan oleh FKH-FKH di Indonesia;

j. Memberikan rekomendasi bagi paramedis/dokter hewan/dokter hewan spesialis lulusan luar negeri yang akan bekerja di Indonesia sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan mekanisme yang disepakat

Pengurus Cabang

Pasal 13

(1) Ketua Cabang dipilih dan ditetapkan oleh Rapat Umum Anggota Cabang yang memenuhi

Quorum suara yang setuju yaitu 50% + 1 (2) Struktur kepengurusan Cabang mengikuti struktur kepengurusan PB PDHI, dengan

setidak-tidaknya terdiri atas a. Ketua Cabang b. Wakil Ketua c. Sekretaris Cabang d. Bendahara Cabang e. Komisi-komisi

(3) Masa jabatan ketua Cabang adalah maksimal 2 kali berturut-turut atau tidak berturut-

turut dan selanjutnya tidak dapat dipilih kembali.

(4) Pembidangan di luar pengurus inti, dapat disusun sesuai dengan kebutuhan setempat dan tantangan organisasi

(5) Masa Jabatan Pengurus Cabang selama 4 (empat) tahun atau diantara 2 Rapat Umum Anggota Cabang

(6) Dalam hal seorang Ketua Cabang tidak bisa aktif di daerah tersebut karena pindah atau alasan lain, maka dilakukan pemilihan ketua cabang baru

(7) Dalam hal masa kepengurusan cabang telah melewati 4 (empat) tahun, PB PDHI wajib mengambil tindakan berupa : a. Pembinaan pengurus dan anggota; b. Peringatan lisan; c. Peringatan Tertulis; dan/atau d. Memfasilitasi untuk mengadakan Rapat Umum Anggota Cabang.

Pasal 14 (1) Pembentukan cabang perhimpunan yang baru, atas dasar usulan anggota dan harus

mendapatkan rekomendasi PDHI Cabang asal dengan alasan dan pertimbangan yang kuat

Page 93: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

87

dan diyakini dapat memberdayakan serta memperkokoh peran profesi veteriner di daerah tersebut

(2) Dalam hal pemekaran cabang, pengaturan tertib administrasi pemekaran cabang, dan perpindahan keanggotaan, dapat menjadi pertimbangan

(3) PDHI Cabang mendapat pembinaan, monitoring, dan evaluasi dari PB PDHI berkenaan

dengan tata laksana organisasi di PDHI Cabang, dan juga. PDHI Cabang dapat dimonitoring dan evaluasi oleh anggota PDHI Cabang

(4) PDHI Cabang melakukan advokasi terkait dengan persyaratan perijinan praktek

pelayanan kesehatan hewan yang memberatkan, dengan mempertimbangkan bahwa pelayanan kesehatan hewan merupakan bentuk bela negara

(5) Setiap cabang sekurang-kurangnya terdiri atas 10 anggota (6) Apabila di suatu wilayah provinsi anggotanya kurang dari 10 (sepuluh) orang maka

sebagai perkecualian, PB PDHI dapat mengesahkan sebuah cabang atas usulan anggota di wilayah yang bersangkutan

Pasal 15 Pengurus Cabang bertugas : a. Mengurus keorganisasian, pelayanan administrasi dan membina anggota cabang.

b. Memberikan layanan rekomendasi izin praktek di wilayah kerja cabang baik untuk

anggota cabang bersangkutan maupun anggota cabang lain sesuai Peraturan Perhimpunan.

c. Memberikan masukan kepada Pemerintah daerah dalam hal di wilayahnya terkait isu-

isu bidang veteriner dan penyakit hewan. d. Menangani urusan-urusan khusus yang menyangkut bidang veteriner, atas permintaan

pemerintah daerah

BAB IV KELENGKAPAN ORGANISASI

Majelis Kehormatan Perhimpunan dan Etika Profesi Veteriner

Pasal 16

(1) Pengurus Besar mengangkat suatu Majelis Kehormatan Perhimpunan dan Etika Profesi Veteriner sesuai dengan mandat yang diberikan oleh Kongres paling lambat satu tahun setelah kongres.

(2) Majelis Kehormatan Perhimpunan dan Etika Profesi Veteriner (MKP-EPV), merupakan alat kelengkapan organisasi yang dibentuk untuk melakukan pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penerapan etika profesi kedokteran hewan.

(3) Majelis Kehormatan Perhimpunan dan Etika Profesi Veteriner bertugas untuk : a. Menyusun dan mengevaluasi serta mengusulkan revisi terhadap isi Kode Etik dan

Acuan Dasar Profesi bersama PB PDHI b. Menegakkan nilai-nilai yang terkandung dalam Kode Etik profesi dengan

melakukan pemanggilan dan dengar pendapat (hearing) terhadap seorang dokter hewan yang dilaporkan secara tertulis oleh cabang ke Majelis Kehormatan

Page 94: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

88

Perhimpunan dan Etika Profesi Veteriner melakukan pelanggaran Kode Etik c. Memberitahukan melalui Surat Tercatat kepada yang bersangkutan untuk hadir

di Forum Dengar Pendapat untuk menjawab sangkaan dan membela diri dengan bukti-bukti

d. Majelis Kehormatan Perhimpunan dan Etika Profesi Veteriner melaporkan Keputusannya secara tertulis kepada Pengurus Besar (PB) dengan tembusan kepada PDHI Cabang yang bersangkutan berupa rekomendasi untuk : i. Menganggap persoalan selesai atau

ii. Menjatuhkan hukuman yang berbentuk sebagai berikut : 1. Memberikan surat teguran 2. Memberlakukan skorsing sebagai anggota selama periode

tertentu 3. Memberhentikan yang bersangkutan dari keanggotaan PDHI 4. Mengatur supaya hukuman dapat ditangguhkan atau dibekukan

untuk periode tertentu dengan syarat-syarat tertentu dari Majelis Kehormatan Perhimpunan dan Etika Profesi Veteriner sesuai dengan kewenanganya

(4) Majelis Kehormatan Perhimpunan dan Etika Profesi Veteriner, terdiri sekurang-kurangnya dari 5 (lima) orang dengan berbagai kriteria sebagaimana berikut: a. Mantan Ketua Umum dan mantan Sekjen PB-PDHI b. Dokter Hewan senior (senioritas berdasarkan pengalaman profesi) yang

etikalsesuai profesi veterinerdan atau pernah aktif di kepengurusan PDHI c. Figur intelektual perguruan tinggi yang etikal dan terbukti mempunyai komitmen

besar terhadap martabat profesi d. Figur yang menghasilkan karya intelektual dan terbukti mempunyai komitmen

besar terhadap martabat profesi e. Ex-officio Ketua Umum PB PDHI dan Sekretaris Jenderal PB PDHI

(5) MKP-EPV sekurang-kurangnya terdiri dari ketua, sekretaris, dan anggota.

(6) Persyaratan agar dapat menjadi pengurus MKP-EPV adalah anggota yang memiliki

kemampuan dalam memahami etika profesi kedokteran hewan, berintegritas moral dan etika yang tinggi serta komitmen terhadap organisasi.

(7) Pengurus Besar mengangkat dan mengesahkan pengurus Majelis Kehormatan Perhimpunan dan Etika Profesi Veteriner.

(8) Majelis Kehormatan Perhimpunan dan Etika Profesi Veteriner mempunyai masa jabatan yang berakhir bersamaan dengan masa jabatan Pengurus Besar

(9) MKP-EPV bertanggungjawab dan melaporkan secara periodik kepada Ketua Umum Pengurus Besar.

(10) Sebelum Majelis Kehormatan Perhimpunan dan Etika Profesi Veteriner yang baru dibentuk maka segala urusan berkenaan tugas dan fungsi majelis kehormatan tetap dilaksanakan oleh Majelis yang berakhir masa tugasnya namun segala keputusan yang dikeluarkan oleh majelis ini harus dikukuhkan kembali oleh majelis penggantinya

(11) PDHI Cabang membentuk Komisi Etik dan Disiplin (KED) yang merupakan unit yang mengurus isu etika di bawah arahan Majelis Kehormatan Perhimpunan dan Etika Profesi Veteriner dan untuk isu spesifik melibatkan ONT dalam isu terkait

Page 95: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

89

(12) PDHI Cabang melakukan penegakan disiplin internal dan kode etik Dalam hal penegakan sebagaimana dimaksud pada butir kedua belum dapat diselesaikan, penyelesaian dapat dilanjutkan ke Majelis Kehormatan Perhimpunan dan Etika Profesi Veteriner.

(13) Dalam hal diperlukan, Komisi Etik dan Disiplin serta Majelis Kehormatan Perhimpunan dan Etika Profesi Veteriner dapat melibatkan tenaga konsultan hukum

(14) Majelis Kehormatan Perhimpunan dan Etika Profesi Veteriner menyusun dan melaksanakan Pedoman/SOP penanganan kasus pelanggaran kode etik dan disiplin

(15) PB PDHI dan/atau PDHI Cabang Terhadap pelanggaran dalam bidang pelayanan

kesehatan hewan yang dilakukan oleh pihak di luar anggota PDHI, perlu merekomendasikan tindak lanjut penegakannya kepada instansi yang berwenang

(16) PDHI Cabang melakukan upaya peningkatan kesadaran masyarakat secara persuasif, sistematis dan berkelanjutan untuk mencegah dan mengurangi terjadinya pelanggaran dalam bidang pelayanan kesehatan hewan.

Pasal 17 (1) Cabang Perhimpunan membentuk alat kelengkapan organisasi yang serupa dengan MKP-

EPV yang diberi nama Komisi Etik dan Disiplin.

(2) Komisi Etik dan Disiplin diangkat dan disahkan oleh Pengurus Cabang.

(3) Komisi Etik dan Disiplin bertanggung jawab dan melaporkan secara periodik kepada Ketua Pengurus Cabang.

(4) Persyaratan agar dapat menjadi pengurus KED adalah anggota yang memiliki kemampuan dalam memahami etika profesi kedokteran hewan, berintegritas moral dan etika yang tinggi serta komitmen terhadap organisasi.

(5) Masa jabatan KED sesuai dengan masa jabatan Pengurus Cabang.

Pasal 18 Tugas dan wewenang MKP-EPV dan KED adalah:

1. Melakukan tugas pembinaan, pengawasan dan penilaian dalam pelaksanaan etik kedokteran hewan, termasuk perbuatan anggota yang melanggar kehormatan dan tradisi luhur kedokteran hewan.

2. Merekomendasikan pemberian sanksi etik terhadap anggota kepada Ketua Pengurus Perhimpunan sesuai tingkatannya.

3. Mengevaluasi serta mengusulkan revisi terhadap isi Kode Etik dan Acuan Dasar Profesi bersama Pengurus Perhimpunan sesuai tingkatannya untuk di bahas dan disahkan dalam Kongres Perhimpunan.

4. Menegakkan nilai-nilai yang terkandung dalam Kode Etik profesi dengan melakukan pemanggilan dan dengar pendapat terhadap anggota yang melakukan pelanggaran Kode Etik

5. MKP-EPV dan KED melaporkan setiap hasil pemeriksaan etik secara tertulis kepada Pengurus Perhimpunan sesuai tingkatannya berupa rekomendasi agar ditindak lanjuti dengan membuat keputusan Perhimpunan terhadap setiap kasus yang diperiksa oleh MKP-EPV dan KED.

6. Keputusan yang dimaksud pada butir 5 antara lain: a. Tidak bersalah dan tidak ada pelanggaran etik profesi sehingga dilakukan

rehabilitasi nama anggota yang dilaporkan;

Page 96: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

90

b. Bersalah dan terbukti melanggar etika profesi serta menjatuhkan sanksi berupa: 1. Surat teguran/peringatan serta wajib mengikuti kegiatan pemahaman

etika profesi selama waktu yang ditentukan; 2. skorsing sebagai anggota selama periode tertentu 3. Memberhentikan yang bersangkutan dari keanggotaan Perhimpunan

Tata cara lebih lanjut pelaksanaan tugas dan wewenang MKP-EPV dan KED akan diatur tersendiri dalam Peraturan Perhimpunan yang memuat Pedoman Penanganan Pelanggaran Kode etik dan Disiplin Perhimpunan yang disusun oleh MKP-EPV dan KED dan di sahkan dalam Kongres.

Organisasi Non Teritorial (ONT)

Pasal 19

(1) PB PDHI mempunyai wewenang untuk mendorong terbentuknya ikatan dokter hewan

yang bernaung di bawah PDHI menurut kesamaan minat atau asosiasi, kesamaan keahlian dan kesamaan bidang kerja.

(2) Minat dan Keahlian yang dimaksud adalah dalam spesies hewan dan disiplin ilmu kedokteran hewan

(3) Tatacara pembentukan ikatan adalah bilamana sekelompok dokter hewan dengan minat/bidang/keahlian yang sama bersepakat untuk membentuk ONT di bawah PDHI

(4) Anggaran Dasar (AD) ONT adalah AD PDHI dan Anggaran Rumah Tangga (ART)nya harus mencantumkan pernyataan tentang AD ONT sebagaimana tersebut di atas dan statusnya yang bernaung di bawah PDHI

(5) ONT adalah organisasi yang hanya beraktivitas ilmiah yang bermanfaat dan meningkatkan kompetensi anggotanya serta membuat aturan-aturan etikal ilmiah keprofesian sesuai kelompoknya dan ONT tidak dibenarkan melakukan advokasi kedudukan dan peran profesi maupun pendekatan-pendekatan keorganisasian kemasyarakatan secara sendiri, melainkan sebagai bagian dan atau bersama dengan PDHI (PB ataupun Cabang)

(6) ONT secara aktif memberikan informasi perkembangan teknis profesi kepada PB PDHI dan melaksanakan kegiatan produktif dalam rangka peningkatan kemampuan profesi

(7) ONT tidak memiliki cabang yang bersifat teritorial (kewilayahan) namun bila dipandang perlu dapat membentuk komisariat untuk memudahkan komunikasi dan administrasi

(8) Tata hubungan Kerja antara ONT dengan PB dan Cabang diatur dalam Peraturan Perhimpunan

(9) ONT dan kepengurusannya disahkan oleh PB PDHI dan keberadaannya dibawah naungan PDHI dikukuhkan dengan Ketetapan Kongres

(10) Anggota ONT adalah anggota PDHI Cabang kecuali anggota sebuah ONT yang tidak bergelar dokter hewan.

(11) ONT bertujuan untuk :

Page 97: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

91

a. Meningkatkan kompetensi dan ilmu para anggotanya sesuai bidang keahlian dan bidang minatnya, termasuk dengan cara menjalin kerjasama nasional/internasional dengan sepengetahuan Pengurus Besar

b. Memberikan pendapat dan masukan professional diminta ataupun tidak, apabila terjadi keadaan khusus yg menyangkut bidangnya yang memerlukan sikap dan pendapat profesi

(12) ONT memberikan kontribusi peningkatan kemampuan profesi Dokter Hewan

Pasal 20

(1) PDHI dapat membentuk berbagai yayasan dan/atau badan usaha berstatus hukum maupun tidak berstatus hukum yang diadakan sesuai keperluan organisasi.

(2) Pengurus PDHI dapat mendirikan yayasan dan/atau badan usaha dengan tujuan : a. Membantu PDHI dalam merealisasikan program jangka panjang dan

berkelanjutan. b. Yayasan dan/atau badan usaha dapat beraktivitas untuk menghimpun dana

sesuai aturan hukum yang mengatur fungsi yayasan untuk keperluan mendanai kegiatan-kegiatan PDHI yang bermanfaat bagi anggota secara nasional.

(3) Pengurus yayasan dan/atau badan usaha bertanggung jawab kepada Pengurus PDHI

(4) Dasar pembentukan Yayasan dan/atau badan usaha sesuai fungsi yayasan dan/atau badan usaha untuk keperluan sebagaimana ayat (2) b ditetapkan dengan Surat Keputusan yang dikeluarkan oleh Pengurus PDHI.

Tata Hubungan Kerja Organisasi

Pasal 21

Pengurus Besar, Pengurus Cabang, Pengurus ONT dan Majelis Kehormatan Perhimpunan dan Etika Profesi Veteriner, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam organisasi PDHI.

Pasal 22

Setiap kebijakan/keputusan Cabang dan ONT tidak boleh bertentangandengan kebijakan/ keputusan Pengurus Besar

Pasal 23

ONT harus berkoordinasi dengan Pengurus Besar dan Pengurus Cabang dalam melaksanakan Kegiatan di wilayah kerja cabang

BAB V

RAPAT – RAPAT

Kongres

Pasal 24

(1) Kongres adalah kelengkapan organisasi yang memegang kekuasaan tertinggi Perhimpunan.

(2) Kongres dihadiri oleh :

Page 98: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

92

a. Pengurus Besar Perhimpunan b. Majelis Kehormatan Perhimpunan dan Etika Profesi Veteriner c. Delegasi Kongres d. Pengamat/Peninjau Kongres

(3) Delegasi Kongres adalah perwakilan dari setiap cabang

(4) Pengamat/Peninjau Kongres adalah : a. Perwakilan ONT b. Perwakilan FKH-FKH c. Perwakilan Ikatan Mahasiswa Kedokteran Hewan Indonesia (IMAKAHI) d. Anggota cabang di luar delegasi e. Undangan PB PDHI

(5) Kongres diadakan 4 (empat) tahun sekali.

(6) Tugas Kongres : a. Menetapkan tempat dan waktu Kongres berikutnya. b. Menerima dan mensahkan pertanggungjawaban Pengurus Besar. c. Melakukan amandemen terhadap AD dan ART Perhimpunan dan

mengesahkannya. d. Menerbitkan ketetapan-ketetapan tentang berbagai hal yang disepakati pada

setiap Mukernas di antara dua Kongres dan yang tercantum dalam laporan pertanggung jawaban PB PDHI yang telah disahkan maupun kesepakatan-kesepakatan yang diperoleh pada saat Kongres.

e. Memberikan mandat kepada Pengurus Besar untuk mengangkat anggota-anggota Majelis Kehormatan Perhimpunan dan Etika Profesi Veteriner dan Majelis Pendidikan Profesi Dokter Hewan yang memenuhi syarat-syarat tertentu.

f. Memberikan mandat kepada Pengurus Besar untuk mengesahkan ONT dan kepengurusannya.

g. Membuat keputusan untuk perkembangan dan kemajuan Perhimpunan h. Merumuskan Program Kerja Perhimpunan untuk masa jabatan Pengurus Besar

berikutnya. i. Memilih dan mensahkan Ketua Umum Perhimpunan atau Formatur Pengurus

Besar Perhimpunan. j. Menerbitkan dan mensahkan pernyataan sikap dan atau rekomendasi

perhimpunan

(7) Kongres dianggap sah apabila dihadiri minimal 2/3 dari jumlah Cabang yang telah disahkan.

(8) Pengambilan Keputusan-keputusan di dalam Kongres dilaksanakan secara musyawarah untuk mencapai mufakat, dalam hal tidak memungkinkan, maka keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak dengan ketentuan jumlah suara setiap cabang sebagai berikut :

Suara = Jumlah Anggota/10 + suara tambahan

a. Besaran suara berdasarkan jumlah anggota adalah sebagai berikut: Jumlah anggota cabang dibagi sepuluh (10)

b. Besaran suara tambahan berdasarkan jarak geografis linier antara lokasi Cabang Perhimpunan berada ke titik Kongres adalah sebagai berikut: 1. Jarak 0-500 km mempunyai tambahan hak = 1 suara 2. Jarak 501-1000 km mempunyai tambahan hak = 2 suara

Page 99: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

93

3. Jarak > 1000 mempunyai tambahan hak = 3 suara

(9) Dalam hal Kongres tidak mencapai Quorum seperti ayat (1) maka diambil keputusan-keputusan yang belum bersifat tetap sampai keputusan-keputusan termaksud di atas diusahakan menjadi tetap secara referendum oleh Panitia Kongres. Keputusan Kongres dan Keputusan Referendum sama kuatnya.

Kongres Luar Biasa

Pasal 25

Dalam keadaan yang luar biasa yang memerlukan keputusan Kongres dapat diadakan Kongres Luar Biasa atas usul sekurang-kurangnya 2/3 dari seluruh jumlah Cabang yang ada

Musyawarah Kerja Nasional

Pasal 26

1. Musyawarah Kerja Nasional diselenggarakan sekurang–kurangnya satu kali dalam masa antara dua Kongres

2. Musyawarah Kerja Nasional diadakan dengan tujuan untuk : a. Melakukan konsolidasi perhimpunan b. Mengevaluasi hasil pelaksanaan program kerja perhimpunan c. Memperoleh kesepakatan untuk keputusan nasional perhimpunan yang bersifat

mendesak. d. Mengambil tindakan korektif bila ada penyimpangan e. Mempersiapkan penyelenggaraan Konferensi Ilmiah Veteriner Nasional. f. Mempersiapkan penyelenggaraan Kongres Berikutnya g. Membahas masalah nasional/internasional yang berdampak terhadap Profesi.

Rapat Majelis Kehormatan Perhimpunan dan Etika Profesi Veteriner

serta Rapat Komisi Etik dan Disiplin

Pasal 27

(1) Rapat Majelis Kehormatan Perhimpunan dan Etika Profesi Veteriner dan Rapat Komisi Etik dan Disiplin diadakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali setahun.

Rapat Pleno Pengurus Besar

Pasal 28

(1) Rapat Pleno Pengurus Besar dilakukan sedikitnya sekali dalam waktu 1 (satu) tahun

yang dihadiri sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah Pengurus

(2) Apabila tidak terpenuhi quorum, mekanisme pengambilan keputusan ditunda 3 jam, apabila masih tidak quorum, maka rapat dapat dilanjutkan dan hasil keputusannya dinyatakan sah dan mengikat.

Rapat Umum Anggota Cabang Pasal 29

(1) Rapat Umum Anggota Cabang merupakan pengambilan keputusan tertinggi pada tingkat cabang

Page 100: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

94

(2) Rapat Umum Anggota Cabang dilaksanakan sekurang-kurangnya sekali dalam empat tahun,diselenggarakan di akhir kepengurusan

(3) Dalam keadaan luar biasa rapat umum anggota cabang dapat diadakan sewaktu-waktu atas usul atau inisiatif sepuluh orang anggota dan mendapat persetujuan lebih dari 50% + 1 jumlah anggota biasa yang ada.

(4) Apabila enam bulan setelah habis masa bakti periode kepengurusan dan telah minimal tiga kali diingatkan PB untuk mengadakan Rapat Umum Anggota Cabang tetapi tidak dilaksanakan, maka Pengurus Besar segera menunjuk tim caretaker yang terdiri dari satu orang pengurus cabang yang telah kadaluarsa dan dua orang anggota PDHI cabang, untuk menyelenggarakan rapat umum anggota cabangMemilih Ketua PDHI cabang untuk periode berikutnya

(5) Rapat Umum Anggota Cabang bertugas a. Menerima dan mensyahkan pertangungjawaban pengurus cabang: b. Menetapkan program kerja cabang dengan tetap berpedoman kepada program

kerja nasional yang ditetapkan Kongres c. Memilih Ketua PDHI cabang untuk periode berikutnya

(6) Rapat Umum Anggota Cabang dihadiri sekurang-kurangnya 1/2 dari jumlah anggota

PDHI cabang yang terdaftar

(7) Dalam hal Rapat Umum Anggota Cabang tidak mencapai Quorum seperti ayat (6) maka rapat ditunda selama 2 jam. Apabila masih belum juga tercapai quorum maka rapat dapat dilanjutkan dan hasil keputusannya dianggap sah

Rapat Pengurus Cabang

Pasal 30

(1) Rapat Pengurus cabang dilakukan sedikitnya sekali dalam 6 (enam) bulan, sekurang-kurangnya dihadiri 2/3 jumlah pengurus.

(2) Hasil-hasil keputusan Rapat PengurusCabang dipertanggungjawabkan kepada Rapat

Anggota Cabang dan kepada Pengurus Besar.

Rapat Koordinasi Nasional ONT

Pasal 31 (1) Rapat Koordinasi Nasional ONT diselenggarakan sekurang–kurangnya satu kali dalam

masa antara dua Kongres.

(2) Peserta Rapat Koordinasi Nasional adalah PB PDHI dan pengurus seluruh ONT yang berada dibawah PB PDHI

(3) Rapat Koordinasi Nasional ONT diadakan dengan tujuan untuk : a. Melakukan konsolidasi ONT b. Melaporkan dan Mengevaluasi program kerja ONT kepada PB PDHI c. Melaksanakan pembinaan ONT oleh PB PDHI d. Mempersiapkan penyelenggaraan Konferensi Ilmiah Veteriner Nasional e. Membahas isue isue nasional/internasional yang berdampak terhadap Profesi

yang bersifat keilmuan

Page 101: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

95

Rapat Anggota ONT (Musyawarah Nasional ONT) Pasal 32

(1) Rapat Anggota ONT (Musyawarah Nasional ONT) diatur dalam anggaran Rumah Tangga masing-masing ONT.

(2) Hasil-hasil Rapat Anggota ONT (Musyawarah Nasional ONT) dipertanggungjawabkan kepada Pengurus Besar

Rapat Pengurus ONT

Pasal 33

(3) Rapat Pengurus ONT diatur dalam Anggaran Rumah Tangga masing-masing ONT.

(4) Hasil-hasil keputusan Rapat Pengurus ONT dipertanggungjawabkan kepada Rapat

Anggota ONT dan kepada Pengurus Besar.

BAB VI ADMINISTRASI DAN KEUANGAN

Pasal 34 (1) Administrasi Perhimpunan bersifat desentralisasi yaitu :

a. Masing–masing cabang mengatur administrasinya sendiri b. Menganut kaidah umum administrasi

(2) Administrasi yang ditangani PB adalah:

a. Surat Keputusan Pengangkatan dan Pengesahan Ketua Cabang dan

Kepengurusannya b. Surat Keputusan Kongres maupun Mukernas

Pasal 35

(1) Setiap anggota wajib membayar uang keanggotaan Perhimpunan yang besarnya

ditentukan oleh Pengurus Besar atau Rekomendasi Kongres. a. Iuran keanggotaan mengikuti tahun buku keuangan PDHI sehingga pembayaran

berlaku dari bulan Januari sampai dengan Desember. b. Bilamana pendaftaran terjadi setelah bulan Juli, maka dikenakan iuran untuk

senilai 1/2 tahun. c. Dokter hewan yang berada di wilayah dimana tidak terdapat PDHI Cabang dapat

berkonsultasi langsung ke Pengurus Besar PDHI untuk mendapatkan arahan tentang status keanggotaannya.

d. Tidak dipungut uang iurananggota untuk anggota muda. e. Anggota Luar Biasa membayar uang iuran anggota untuk satu tahunpenuh. f. Anggota Kehormatan dibebaskan dari uang iurananggota.

(2) Cabang-cabang wajib mengirimkan 10% dari uang iuran anggota kepada PB dalam 60

hari setelah menerima iuran dimaksud.

(3) Denda kelambatan membayar kepada PB harus ditetapkan oleh Rapat Umum Anggota (Kongres) dan dikenakan terhadap anggota maupun cabang yang tidak mengirim uang iuran yang telah dipungut dalam waktu yang tertentu.

Page 102: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

96

(4) Tidak membayar atau tidak mengirim uang keanggotaan dapat dikenakan sanksi-sanksi administratif dari PDHI, setelah terlebih dahulu diperingatkan.

(5) Guna membiayai operasional organisasi, PB dan Cabang dapat membentuk suatu unit usaha atau menanamkan uang dalam bentuk kegiatan bersama dengan catatan aman dan berbadan hukum.

Pasal 36 Pengurus Besar dapat mengangkat dan mempekerjakan pegawai-pegawai yang dianggap perlu untuk menjalankan urusan-urusan atau kegiatan PDHI di bawah pimpinan Direktur Pelaksana dengan syarat-syarat sebagai berikut :

a. Direktur Pelaksana adalah pejabat Kepala Administrasi dan harus mengurus pekerjaan sehari-hari dari PDHI menurut petunjuk PB.

b. Direktur Pelaksana dan para pegawai yang bekerja untuk urusan PDHI memperoleh gaji dari sumber keuangan PDHI yang sah.

c. Dengan bekerjasama dengan Bendahara, Direktur Pelaksana harus mengurus keuangan PDHI sebagai berikut :

i. Menyimpan segera semua uang yang diterima oleh PDHI ke Rekening Bank yang disetujui oleh Pengurus Besar

ii. Membayar segera semua kewajiban pembayaran dan hutang-hutang PDHI yang telah mendapat persetujuan PB.

iii. Bendahara harus menandatangani suratperintah pembayaran, jika perlu PB menunjuksalah satu pengurus intisebagai alternatif.

iv. Menyelenggarakan pembukuansebaik-baiknya sesuai standard yang sewaktu-waktu dapat diperiksa untuk diaudit.

v. Mempersiapkan anggaran tahunan untuk tahun mendatang. d. Menyerahkan kepada Ketua Umum PB. semua pembukuan, uang tunai dan

barang-barang inventaris milik PDHI yang dalam tanggungjawabnya, segera setelah selesai tugas pekerjaannya.

e. Dalam keadaan PB PDHI belum memiliki seorang Direktur Pelaksana maka segala urusan administrasi dan keuangan PDHI dilaksanakan oleh Sekretaris Pelaksana di bawah petunjuk pengurus inti PB PDHI.

BAB VII LOGO DAN ATRIBUT

Logo

Pasal 37

(1) Perhimpunan mempunyai logo yang spesifik melambangkan profesi kedokteran di bidang veteriner sebagai lambang pengenal organisasi PDHI. a. Logo PDHI berbentuk lingkaran warna ungu dengan warna dasar putih dimana

warna ungu merupakan warna khas profesi veteriner internasional b. Lambang V yang berada ditengah diambil dari huruf pertama kata Veteriner c. Ditengah huruf V terdapat tongkat tiga mahkota yang mencirikan profesi medik

yaitu mengangkat sumpah profesi, berkode etik dan kompetensi layananannya dijamin dengan perizinan

d. Gambar ular yang meliliti tongkat yang merupakan lambang profesi medik (profesi penyembuh). Lambang profesi penyembuh harus ada dalam setiap lambang ONT.

e. Didalam lingkaran di bawah huruf V terdapat tulisan PDHI (Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia)

(2) Logo PDHI wajib dicantumkan pada kelengkapan surat menyurat organisasi, stempel, Kartu Tanda Anggota, Sertifikat Kompetensi, Surat Tanda Registrasi Nasional

Page 103: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

97

(STRV),spanduk kegiatan PDHI, Sertifikat Pendidikan Berkelanjutan dengan posisi di sebelah kiri atas bilamana PDHI selaku pelaku utama kegiatan.

(3) Atribut resmi PDHI dan penggunaannya diatur dalam Pedoman Pelaksanaan Organisasi PDHI.

Atribut

Pasal 38

(1) Perhimpunan mempunyai atribut yang digunakan pada acara resmi berupa: a. Bendera warna putih berlogo PDHI dan bertuliskan Perhimpuan Dokter Hewan

Indonesia b. Selempang kain yang dikalungkan di leher berwarna kuning emas dan bergaris

tengah berwarna ungu dengan peneng kuningan berlogo PDHI c. Panji berbentuk segi lima warna ungu dengan rumbai warna emas berlogo PDHI

bertuliskan Manusya Mriga Satwa Sewaka dan Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia.

(2) Atribut bendera dan panji dipasang setiap ada kegiatan seremonial yaitu :

a. Kongres b. Mukernas

(3) Selempang kain hanya digunakan oleh Ketua Umum atau Sekjen atau Pengurus Inti yang

mewakili PB PDHI pada acara –acara pelantikan pengurus cabang dan juga mengalungkan selempang kepada Ketua Cabang.

(4) Selempang kain hanya digunakan oleh Ketua Umum atau Sekjen pada acara pelantikan majelis-majelis.

Pasal 39 Dalam hal kerjasama dengan melibatkan Organisasi lain dimana PDHI menjadi pelaku utama kegiatan maka bendera maupun logo PDHI berada diposisi sebelah kiri

BAB VIII KETENTUAN PENUTUP

Pasal 40

(1) Anggaran Rumah Tangga ini setelah diubah dan disahkan oleh dan dalam Kongres XV PDHI di Jakarta 11 – 14 Juli 2006 menjadi Anggaran Rumah tangga PDHI yang sah dan berlaku sejak ditetapkan Hal-hal yang belum diatur di dalam Anggaran Rumah Tangga ini akan ditentukan lebih lanjut dalam Peraturan Perhimpunan yang ditetapkan oleh Pengurus Besar.

Page 104: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

98

(2) Keputusan-keputusan Kongres dan atau Pengurus Besar PDHI terdahulu yang bertentangan dengan Anggaran Rumah Tangga dinyatakan tidak berlaku.

Ditetapkan di : Bali Pada Tanggal : 02 November 2018 Ketua Kongres, Drh Laode Mastari, MM

Page 105: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

99

Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia

KETETAPAN KONGRES KE-18

PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA TAHUN 2018

TAP. Nomor 06/Kongres Ke-18/PDHI/2018

TENTANG

LAGU MARS DOKTER HEWAN INDONESIA

KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INODNESIA

Menimbang

1. bahwa Kongres adalah kelengkapan organisasi yang memegang kekuasaan tertinggi dan

bertugas untuk menyusun ketetapan-ketetapan yang mendukung penyelenggaraan

organisasi untuk masa antara dua Kongres;

2. bahwa Kongres sangat menghargai prakarsa dan perjuangan PB PHDI Periode 2014-2018

yang telah memberikan materi kelengkapan organisasi berupa Mars Dokter Hewan

Indonesia;

3. bahwa sebagai kelengkapan atribut organisasi, Kongres memandang perlu ditetapkannya

lagu Mars Dokter Hewan Indonesia.

Mengingat

1. Pasal 17 dan 18 Anggaran Dasar PDHI.

2. Pasal 35 dan 36 Anggaran Rumah Tangga PDHI.

3. TAP Nomor 02/Kongres Ke-18/PDHI/2018 tentang Tata tertib Kongres.

Memperhatikan

1. Tanggapan, diskusi, saran, dan usulan peserta kongres yang berkembang pada saat

Kongres Ke-18 PDHI Tahun 2018.

MEMUTUSKAN

Menetapkan

1. Lagu Mars Dokter Hewan Indonesia sebagai atribut organisasi PDHI dan menjadi bagian

dari AD/ART PDHI.

Page 106: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

100

2. Penugasan kepada PB PDHI, PDHI Cabang, dan Organisasi Non Teritorial untuk

memperdengarkan dan/atau menyanyikan Mars Dokter Hewan Indonesia setelah

menyanyikan lagu Indonesia Raya pada setiap kegiatan formal Perhimpunan.

Ditetapkan di Bali

Pada tanggal 02 November 2018

Ketua Kongres Ke-18 PDHI

(Drh. Laode Mastari, MM)

Sekretaris Kongres Ke-18 PDHI

(Drh. Ni Made Restiati, MPhil)

Page 107: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

101

Lampiran: TAP. Nomor 06/Kongres Ke-18/PDHI/2018

Tentang: MARS DOKTER HEWAN INDONESIA

MARS DOKTER HEWAN INDONESIA

Page 108: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

102

Page 109: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

103

Page 110: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

104

Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia

KETETAPAN KONGRES KE-18

PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA TAHUN 2018

TAP. Nomor 07/Kongres Ke-18/PDHI/2018

TENTANG

WILAYAH KERJA CABANG PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA

KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INODNESIA

Menimbang

1. bahwa Kongres adalah kelengkapan organisasi yang memegang kekuasaan tertinggi dan

bertugas untuk menyusun ketetapan-ketetapan yang mendukung penyelenggaraan

organisasi;

2. bahwa Kongres sangat menghargai prakarsa dan perjuangan PB PDHI Periode 2014-2018

yang telah mendorong terbentuknya pemekaran wilayah kerja PDHI Cabang.

3. bahwa Kongres memandang perlu ditetapkannya wilayah kerja untuk masing-masing PDHI

Cabang.

Mengingat

1. Pasal 1 dan 11 Anggaran Dasar PDHI.

2. Pasal 14 Anggaran Rumah Tangga PDHI.

3. TAP Nomor 02/Kongres Ke-18/PDHI/2018 tentang Tata tertib Kongres.

Memperhatikan

1. Tanggapan, diskusi, saran, dan usulan peserta kongres yang berkembang pada saat Kongres

Ke-18 PDHI Tahun 2018.

MEMUTUSKAN

Menetapkan

1. Ketetapan Mengenai Wilayah Kerja Cabang Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia

sebagaimana terlampir

Page 111: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

105

2. Penyebutan Nama Cabang pada semua dokumen administrasi yang dilengkapi dengan

penulisan wilayah kerja

Ditetapkan di Bali

Pada tanggal 02 November 2018

Ketua Kongres Ke-18 PDHI

(Drh. Laode Mastari, MM)

Sekretaris Kongres Ke-18 PDHI

(Drh. Ni Made Restiati, MPhil)

Page 112: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

106

Lampiran: TAP. Nomor 07/Kongres Ke-18/PDHI/2018

Tentang: WILAYAH KERJA CABANG PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA

WILAYAH KERJA CABANG PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA

No. PDHI Cabang Wilayah Kerja

1 Aceh Provinsi Aceh

2 Sumatera Utara Provinsi Sumatera Utara

3 Sumatera Barat Provinsi Sumatera Barat

4 Riau Provinsi Riau

5 Kepulauan Riau Provinsi Kepulauan Riau

6 Sumatera Selatan Provinsi Sumatera Selatan

7 Jambi Provinsi Jambi

8 Bengkulu Provinsi Bengkulu

9 Lampung Provinsi Lampung

10 Bangka Belitung Provinsi Bangka Belitung

11 Banten I Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Serang, Kota Cilegon, Kota Serang

12 Banten II Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan

13 DKI Jakarta Provinsi DKI Jakarta

14 Jawa Barat I Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Subang, Kabupaten Sumedang

15 Jawa Barat II Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota Depok

16 Jawa Barat III Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Majalengka

17 Jawa Barat IV Kabupaten Tasikmalaya, Kota Tasikmalaya, Kabupaten Garut, Kabupaten Ciamis, Kota Banjar, Kabupaten Pangandaran

18 Jawa Barat V Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, Kota Cikarang, Kabupaten Karawang

19 Jawa Barat VI Kabupaten Sukabumi, Kota Sukabumi, Kabupaten Cianjur

20 Jawa Tengah I Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Kota Salatiga, Kabupaten Kendal, Kabupaten Demak, Kabupaten Grobogan

21 Jawa Tengah II Kabupaten Banyumas, Kabupaten Cilacap, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banjarnegara

22 Jawa Tengah III Kota Magelang, Kabupaten Magelang, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Kebumen

23 Jawa Tengah IV Kabupaten Sragen, Kota Surakarta, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Klaten

24 Jawa Tengah V Kabupaten Kudus, Kabupaten Jepara, Kabupaten Pati, Kabupaten Rembang, Kabupaten Blora

25 Jawa Tengah VI Kabupaten Brebes, Kabupaten Tegal, Kota Tegal, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Pekalongan, Kota Pekalongan, Kabupaten Batang

26 DI Yogyakarta Provinsi DI Yogyakarta

Page 113: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

107

27 Jawa Timur I Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, Kota Mojokerto, Kabupaten Jombang, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Pamekasan, Kabupaten Sumenep, Kabupaten Sampang

28 Jawa Timur II Kota Malang, Kabupaten Malang, Kota Batu, Kota Pasuruan, Kabupaten Pasuruan, Kota Probolinggo, Kabupaten Probolinggo

29 Jawa Timur III Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Situbondo

30 Jawa Timur IV Kabupaten Banyuwangi

31 Jawa Timur V Kota Madiun, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Ngawi, Kabupaten Pacitan

32 Jawa Timur VI Kabupaten Gresik, Kota Gresik, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Tuban, Kabupaten Bojonegoro

33 Jawa Timur VII Kabupaten Jember, Kabupaten Lumajang

34 Jawa Timur VIII Kota Blitar, Kabupaten Blitar 35 Jawa Timur IX Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Trenggalek 36 Jawa Timur X Kota Kediri, Kabupaten Kediri, Kabupaten Nganjuk

37 Bali Provinsi Bali

38 Nusa Tenggara Barat I Kota Mataram, Kabupaten Lombok Utara, Kabupaten Lombok Tengah, Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten Lombok Timur, Kota Bima, Kabupaten Bima, Kabupaten Dompu

39 Nusa Tenggara Barat II Kabupaten Sumbawa, Kabupaten Sumbawa Barat 40 Nusa Tenggara Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur

41 Kalimantan Selatan Provinsi Kalimantan Selatan

42 Kalimantan Tengah Provinsi Kalimantan Tengah

43 Kalimantan Barat Provinsi Kalimantan Barat

44 Kalimantan Timur I Kabupaten Berau, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Mahakam Ulu, Kabupaten Bontang

45 Kalimantan Timur II Kota Balikpapan, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kota Tanah Grogot, Kota Paser, Kabupaten Kutai Kartanegara

46 Sulawesi Selatan Provinsi Sulawesi Selatan

47 Sulawesi Tengah Provinsi Sulawesi Tengah

48 Sulawesi Tenggara Provinsi Sulawesi Tenggara

49 Sulawesi Utara Provinsi Sulawesi Utara

50 Gorontalo Provinsi Gorontalo

51 Maluku Utara Provinsi Maluku Utara

52 Papua Provinsi Papua, Provinsi Papua Barat

Page 114: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

108

Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia

KETETAPAN KONGRES KE-18

PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA TAHUN 2018

TAP. Nomor 08/Kongres Ke-18/PDHI/2018

TENTANG

PENGUKUHAN ORGANISASI NON TERITORIAL

KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INODNESIA

Menimbang 1. bahwa Kongres adalah kelengkapan organisasi yang memegang kekuasaan tertinggi dan

bertugas untuk menyusun ketetapan-ketetapan yang mendukung penyelenggaraan organisasi;

2. bahwa kongres sangat menghargai prakarsa dan perjuangan PB PDHI Periode 2014-2018 yang telah mendorong dan menambah terbentuknya organisasi seminat berdasarkan keahlian, disiplin ilmu, dan bidang kerja.

3. bahwa kongres memandang perlu ditetapkannya organisasi seminat berdasarkan keahlian, disiplin ilmu, dan bidang kerja sebagai Organisasi Non Teritorial Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia

Mengingat 1. Pasal 1 dan 12 Anggaran Dasar PDHI. 2. Pasal 17 Anggaran Rumah Tangga PDHI. 3. TAP Nomor 02/Kongres Ke-18/PDHI/2018 tentang Tata Tertib Kongres.

Memperhatikan 1. Tanggapan, diskusi, saran, dan usulan peserta kongres yang berkembang pada saat Kongres

Ke-18 PDHI Tahun 2018.

Page 115: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

109

MEMUTUSKAN Menetapkan Ketetapan Mengenai Pengukuhan Organisasi Non Teritorial Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia sebagaimana terlampir

Ditetapkan di Bali Pada tanggal 02 November 2018

Ketua Kongres Ke-18 PDHI

(Drh. Laode Mastari, MM)

Sekretaris Kongres Ke-18 PDHI

(Drh. Ni Made Restiati, MPhil)

Page 116: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

110

Lampiran: TAP. Nomor 08/Kongres Ke-18/PDHI/2018

Tentang: KETETAPAN MENGENAI PENGUKUHAN ORGANISASI NON TERITORIAL PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA

ORGANISASI NON TERITORIAL PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA

Nama Organisasi dan singkatannya:

Berbasis Keilmuan

1. Asosiasi Kesehatan Masyarakat Veteriner Indonesia (ASKESMAVETI)

2. Asosiasi Mikrobiologi Veteriner Indonesia (AMVI)

3. Asosiasi Medik Reproduksi Veteriner Indonesia (AMERVI)

4. Asosiasi Epidemiologi dan Ekonomi Veteriner Indonesia (AEEVI)

5. Asosiasi Kedokteran Interna Veteriner Indonesia (AKIVI)

6. Asosiasi Akupuntur dan Terapi Integratif Veteriner Indoensia (AKTIVI)

7. Asosiasi Patologi Veteriner Indonesia (APVI)

8. Asosiasi Farmakologi dan Farmasi Veteriner Indonesia (AFFAVETI)

9. Asosiasi Parasitologi Veteriner Indonesai (APARVI)

10. Asosiasi Dokter Bedah Veteriner Indonesia (ADBVI)

11. Asosiasi Dokter Hewan Pengobatan Tradisional China Indonesia (ADHPTCI)

Berbasis lapangan kerja

12. Ikatan Dokter Hewan Karantina Indonesia (IDHKI)

Berbasis Spesies Hewan

13. Asosiasi Dokter Hewan Praktisi Hewan Kecil Indonesia (ADHPHKI)

14. Asosiasi Dokter Hewan Monogastrik Indonesia (ADHMI)

15. Asosiasi Dokter Hewan Satwa Liar, Akuatik, dan Hewan Eksotik Indonesia (ASLIQEWAN)

16. Asosiasi Dokter Hewan Praktisi Hewan Laboratorium Indonesia (ADHPHLI)

17. Asosiasi Dokter Hewan Kuda Indonesia (ADHKI)

18. Ikatan Dokter Hewan Sapi Perah Indonesia (IDHSPI)

19. Asosiasi Dokter Hewan Perunggasan Indonesia (ADHPI)

20. Asosiasi Dokter Hewan Megafauna Akuatik Indonesia (ADH-MAI)

Kepengurusan

1. Kepengurusan inti meliputi Ketua, Sekretaris, dan Bendahara

2. Dalam mengembangkan keahlian sesuai dengan bidang keilmuan, bidang pekerjaan,

dan/atau minat berdasarkan spesies hewan, pengurus ONT menetapkan Dewan Pakar/

Tim Ahli.

3. Dalam mengemban tugas operasionalnya, pengurus ONT menetapkan tim kerja

operasional.

4. Periode kepengurusan ditentukan oleh masing-masing ONT.

Page 117: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

111

Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia

KETETAPAN KONGRES KE-18

PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA TAHUN 2018 TAP. Nomor 09/Kongres Ke-18/PDHI/2018

TENTANG

KEDUDUKAN PDHI SEBAGAI BADAN PENENTU STATUS VETERINER (VETERINARY STATUTORY BODY/ VSB)

KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA,

Menimbang:

1. Bahwa Kongres adalah kelengkapan organisasi yang memegang kekuasaan tertinggi dan bertugas untuk menyusun ketetapan-ketetapan yang mendukung penyelenggaraan organisasi untuk masa antara dua Kongres;

2. Bahwa dalam penyelenggaraan organisasi, Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia secara terus-menerus menyempurnakan kinerjanya dalam mengemban tiga tugas utama, yaitu:

a. menghimpun dan mengaktifkan dokter hewan melalui registrasi dan organisasi;

b. menjamin kualitas dan kapasitas anggota senantiasa berperilaku etikal dan professional; dan

c. melaksanakan partnership dengan pemerintah maupun swasta dalam rangka penye-lenggaan urusan kesehatan hewan dalam arti yang seluas-luasnya;

3. Bahwa kinerja sebagaimana dimaksud selama 8 tahun telah dipantau oleh Badan Kesehatan Hewan Dunia (OIE), dan PDHI dinilai layak agar terus melaksanakan fungsinya serta mengembangkan dirinya sebagai Veterinary Statutory Body;

4. Bahwa dewasa ini Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Penertiban Aparatur Negara telah menerapkan persyaratan Surat Tanda Registrasi (STR) bagi tenaga kesehatan hewan yang melamar sebagai Aparatur Sipil Negara. Tenaga kesehatan hewan dimasud meliputi dokter hewan, sarjana kedokteran hewan, dan paramedik veteriner.

5. Bahwa dengan dengan pertimbangan tersebut, Kongres perlu untuk mengokohkan kedududkan PDHI sebagai Badan Penentu Status Veteriner (Veterinary Statutory Body).

Mengingat:

1. Pasal 7 ayat (2) Anggaran Dasar PDHI 2. Pasal 1 Anggaran Rrumah Tangga PDHI

Page 118: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

112

Memperhatikan: Tanggapan, diskusi, saran, dan usulan peserta kongres yang berkembang pada saat Kongres Ke-18 PDHI Tahun 2018.

MEMUTUSKAN Menetapkan:

Kedudukan PDHI sebagai Badan Penentu Status Veteriner (Veterinary Statutory Body).

Ditetapkan di Bali

Pada tanggal 02 November 2018

Ketua Kongres Ke-18 PDHI

(Drh. Laode Mastari, MM)

Sekretaris Kongres Ke-18 PDHI

(Drh. Ni Made Restiati, MPhil)

Page 119: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

113

Lampiran: TAP. Nomor 09/Kongres Ke-18/PDHI/2018

Tentang: KEDUDUKAN PDHI SEBAGAI BADAN PENENTU STATUS VETERINER (VETERINARY STATUTORY BODY).

KEDUDUKAN PDHI SEBAGAI BADAN PENENTU STATUS VETERINER

(VETERINARY STATUTORY BODY).

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Badan Penentu Status Veteriner (Veterinary Statutory Body, VSB) didefinisikan sebagai

badan independen di suatu negara yang mengemban tugas melakukan registrasi tenaga

kesehatan hewan, menjamin kualitas kinerjanya, serta mengembangkan partnership dengan

pemerintah dan swasta bagi terlaksananya penyelenggaraan kesehatan hewan yang lebih baik.

Ketentuan ini diamanatkan dalam Terestrial Animal Health Code, Badan Kesehatan Hewan Dunia,

OIE.

Terdapat empat tipe bentuk kelembagaan VSB di dunia. Indonesia merupakan tipe VSB

yang dikelola oleh organisasi profesi kedokteran hewan, PDHI. Pengkatagorian ini dilakukan OIE,

sejalan dengan pelaksanaan assesment terhadap pelaksanaan animal health services yang

diselenggarakan di Indonesia. Dalam konteks itu, PDHI dinilai layak, bahkan dijadikan sebagai

percontohan di Asia Tenggara. Pada saat ini aktif dalam pertemuan-pertemuan Asian Veterinary

Statutory Body Network.

Dewasa ini Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Penertiban Aparatur

Negara telah menerapkan persyaratan Surat Tanda Registrasi (STR) bagi tenaga kesehatan

hewan yang melamar sebagai Aparatur Sipil Negara. Tenaga kesehatan hewan dimasud meliputi

dokter hewan, sarjana kedokteran hewan, dan paramedik veteriner.

Dengan pertimbangan tersebut, Kongres memandang perlu untuk mengokohkan

kedududkan PDHI sebagai Badan Penentu Status Veteriner (Veterinary Statutory Body).

Maksud dan Tujuan

Pengaturan ini dimaksudkan untuk menata pelaksanaan PDHI sebagai veterinary

statutory body. Tujuan dari pengaturan ini adalah (1) meregistrasi dokter hewan dan tenaga

kesehatan hewan lainnya di Indonesia, (2) menjamin kualitas kinerja (performance) dokter

hewan dan tenaga kesehatan hewan lainnya, serta (3) mengembangkan partnership dengan

pemerintah dan swasta bagi terlaksananya penyelenggaraan kesehatan hewan yang lebih baik.

REGISTRASI

Dokter Hewan.

1. Bentuk registrasi dokter hewan dinyatakan sebagai Surat Tanda Registrasi Veteriner (STRV).

2. Kegiatan registrasi ini mensyaratkan adanya Sertifikat Kompetensi Dokter Hewan Indonesia.

Sertifikat ini diperoleh melalui Ujian Nasional Kompetensi Dokter Hewan yang sekarang

dirubah menjadi Ujian Kompetensi Dokter Hewan Indonesia (UKDHI). Pelaksanaan ujian ini

Page 120: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

114

menjadi tanggungjawab kerjasama antara PDHI, Asosiasi Fakultas Kedokteran Hewan

Indonesia (AFKHI), dan kementerian yang bertanggungjawab dalam penyelenggaraan

pendidikan tinggi (dalam hal ini adalah Kementerian Pendidikan Tinggi, Riset dan

Teknologi).

3. Perlu menjadi pemahaman bahwa berdasarkan Undang Undang Nomor 12 Tahun 2012

tentang Pendidikan Tinggi, untuk pendidikan profesi dikenal adanya sertifikat profesi dan

sertifikat kompetensi. Sertifikat kompetensi adalah sebutan lain dari ijazah dan sertifikat

profesi dalam konteks ini merupakan Sertifikat Kompetensi Dokter Hewan Indonesia.

4. Registrasi ini juga berpengertian bahwa dokter hewan yang bersangkutan menjadi anggota

Perhimpunan yang tercatat di Pengurus Cabang PDHI. Pengurus Cabang yang dituju adalah

disesuaikan dengan alamat yang tercantum dalam Kartu Tanda Penduduk (KTP dan/atau

Kartu Keluarga (KK). Dengan alasan itu, pengajuan registrasi dibantu/dilakukan oleh

Pengurus Cabang PDHI kepada Pengurus Besar PDHI.

5. Wujud keanggotaan dokter hewan pada perhimpunan tersebut adalah memiliki Kartu Tanda

Anggota (KTA). KTA dan STRV ini diterbitkan oleh Pengurus Besar PDHI, sehingga setiap

dokter hewan memiliki nomor khusus dan unik untuk kedua hal tersebut.

6. STRV dan KTA merupakan modal bagi dokter hewan untuk melamar penjadi Aparat Sipil

Negara atau mengurus Surat Izin Praktik.

7. Surat pengangkatan sebagai Aparat Sipil Negara, memiliki fungsi sebagai landasan legalitas

bagi dokter hewan untuk melakukan tindakan medis dan keputusan medis dalam lingkup

pekerjaan yang diembannya. Hal ini tidak berlaku jika dilakukan di luar jam kerja yang telah

ditetapkan oleh instansinya. Jika dokter hewan ASN melakukan aktivitas diluarkan jam

kerja, yang bersangkutan wajib memiliki Surat Izin Dokter Hewan.

8. Berbekal dengan KTA dan STRV dokter hewan dapat mengurus izin praktik dalam bentuk

Surat Izin Dokter Hewan (SIDH). Berdasarkan UU No.18 Tahun 2009 tentang Peternakan

dan Kesehatan Hewan disebutkan bahwa surat izin praktik kesehatan hewan dikeluarkan

oleh bupati/Walikota.

9. Pengeluaran SIDH oleh Pemerintah tersebut dilakukan berdasarkan rekomendasi Pengurus

Cabang. Secara teknis Pemerintah menunjuk otoritas veteriner, unit Pelayanan Terpadu

Satu Pintu (PTSP), atau kantor dinas yang relevan menerbitkan izin tersebut.

10. Penerbitan rekomendasi oleh Pengurus Cabang juga memperhatikan kelayakan berdasarkan

jenis pelayanan jasa medik veteriner yang hendak dikembangkan.

11. Masih terdapat pembicaraan berkenaan dengan wilayah praktik dokter hewan yang lebih

dari satu wilayah administrasi kabupaten/kota; yaitu yang disebabkan karena lokasi hewan

dan penyebaran spesies hewan peliharaan yang tidak merata di seluruh Indonesia. Baberapa

Cabang PDHI yang berdekatan secara geografis dan anggotanya padat dengan aktivitas

pelayanan jasa medik veteriner saling melakukan koordinasi, sehingga memungkinkan

anggotanya melakukan pelayanan di luar wilayah administrasi tersebut. Upaya

menggkoordinasikan pelayanan kesehatan hewan ini perlu didiskusikan lebih lanjut,

sehingga menjadi ketentuan yang betul-betul berfaedah bagi semua pihak.

Sarjana Kedokteran Hewan

1. Dalam konteks pendidikan kedokteran hewan, posisi Sarjana Kedokteran Hewan (SKH)

merupakan jembatan menuju Pendidikan Profesi Dokter Hewan.

2. Dengan diberlakukan sistem standar kualifikasi nasional oleh Kementerian Tenaga Kerja dan

Transmigrasi RI, kualifikasi SKH perlu dimantapkan dengan suatu narasi kompetensi

dan/atau learning outcome (capaian belajar) yang relevan dengan peta okupasi tenaga

Page 121: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

115

kesehatan hewan. Dengan pendekatan ini diharapkan SKH dapat memiliki sertifikat

kompetensi yang relevan dengan peta okupasi tenaga kesehatan hewan. Pada saat ini

sertifikat kompetensi bisa berupa ijazah Pendidikan Sarjana Kedokteran Hewan.

3. Berkenaan dengan registrasi SKH, PDHI perlu melakukan koordinasi dengan propgram

studi/fakultas atau Asosiasi Fakultas Kedokteran Hewan Indonesia (AFKHI); hal ini

mengingat basis keberadaan SKH tersebut ada di fakultas/program studi.

4. Mengingat pemberian registrasi oleh Pengurus Besar mensyaratkan adanya keanggotaan

dalam organisasi PDHI, pihak Pengurus Cabang dapat mendata lulusan SKH tersebut sebagai

Anggota Muda PDHI.

5. Pada saat .menyiapkan surat pengantar untuk mengurus registrasi tersebut, Pengurus

Cabang hendaknya melakukan verifikasi terhadap alasan yang menjadi motivasi mengapa

SKH tersebut perlu mengurus registrasi dan tidak menunggu menyelesaikan pendidikan

menjadi dokter hewan.

6. Pengurus Besar setelah memeriksa kelengkapan administrasi dapat menerbitkan Surat

Tanda Registrasi Veteriner Muda (STRVM).

Paramedik Veteriner

1. Istilah paramedik dalam UU nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan

Hewan dijelaskan sebagai lulusan sekolah kejuruan dan/atau lulusan diploma di bidang

kesehatan hewan.

2. Perbedaan marwah pendidikan menyebabkan lulusan diploma yang ingin meneruskan

pendidikan menjadi dokter hewan harus kembali mengikuti pendidikan program sarjana

(strata-1) kedokteran hewan.

3. Sejak Oktober 2018, Kementerian Penertiban Aparatur Negara RI telah memberlakukan

ketentuan bagi paramedik yang melamar bekerja sebagai Aparatur Sipil Negara wajib

memiliki surat tanda registrasi (STR).

4. Dalam perkembangannya, banyak lulusan diploma yang masuk dalam lingkup diploma

kesehatan hewan menghubungi Pengurus Besar dan/atau Pengurus Cabang untuk

mendapatkan STR Pelayanan Kesehatan Hewan (STRP) tersebut. Alasan lainnya, PAVETI

sebagai induk organisasi tersebut belum memiliki mekanisme penerbitan STRP. Situasi ini

menjadi justifikasi pengukuhan peran PDHI sebagai Veterinary Statutory Body.

5. Penerbitan STRP mesyaratkan adanya keanggotaan dalam PAVETI. Mekanisme pendaftaran

sebagai anggota PAVETI merupakan otoritas organisasi PAVETI.

6. Penerbitan STRP dilaksanakan oleh Pengurus Besar PDHI setelah menerima rekomendasi

dari Pengurus Cabang.

7. Pengurus Cabang mengirimkan surat rekomendasi setelah menerima surat pengantar dari

Pengurus PAVETI atau sekurang-kurangnya tanda bukti yang menunjukkan yang

bersangkutan anggota PAVETI. Pengiriman ini juga dilengkapi dengan persyaratan

administrasi yang lain, sebagaimana berlaku untuk dokter hewan.

8. Konsekuensi dari sistem ini PAVETI perlu menyusun mekanis organisasi dan mekanisme

perekrutan amggota. Dalalm konteks mekanisme organisasi disarankan PAVETI memiliki

sistem cabang seperti Pengurus Cabang PDHI, sehingga koordinasinya menjadi lebih cepat.

Mekanisme koordinasi dapat dikembangkan dalam kegaiatan rapat kerja bersama.

9. Dalam sistem perekrutan anggota perlu dikembangkan pemahaman bahwa pekerjaan

paramedik veteriner bersifat spesifik, sehingga perlu adanya verifikasi bidang pelayanan

kesehatan hewan yang akan ditekuni dikaitkan dengan eksistensi 20 jenis Organisasi Non

Page 122: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

116

Teritorial PDHI. Kegiatan verifikasi ini dapat menjadi basis pelaksanaan pelatihan

pemantapan kompetensi bagi paramedik veteriner.

PENJAMINAN KENERJA

Pada hakekatnya penjaminan mutu kinerja dapat diukur melalui kepuasan

stakehoders terhadap proses layanan jasa/produksi maupun terhadap hasil dari kinerja tersebut.

Dalam konteks kehidupan berprofesi di bidang kesehatan hewan, penjaminan mutu kinerja

tersebut tidak cukup ditimbang dari proses dan hasil, tetapi juga hubungannya dengan

kesesuaian terhadap standar dan pedoman yang telah ditetapkan secara internal, secara nasional

maupun secara internasional.

Standar dan pedoman yang bersifat internal pada umumnya diukur dari besarnya

keterpaparan nilai-nilai etika, sehingga dapat dipahami pada saat ini PDHI telah memiliki

sumpah/janji profesi, kode etik profesi dokter hewan, acuan dasar profesi dokter hewan, serta

standar operasi baku dalam pelayanan jasa medik veteriner. Keberadaan organisasi yang

sifatnya teritorial (Cabang PDHI) dan non-teritorial (ONT PDHI), serta upaya penguatan Majelis

Kehormatan Perhimpunan dan Etika Profesi Veteriner merupakan pendekatan kelembagaan

yang daripadanya melahirkan mekanisme-mekanisme penjaminan mutu kinerja yang sifatnya

komprehensif dan sistematis. Salah satu contohnya adalah adanya advokasi dan pelatihan/

pendidikan berkelanjutan.

Standar dan pedoman yang bersifat nasional pada umumnya diterbitkan melalui

sistem peraturan perundang-undangan. Tidak jarang merupakan adopsi dari ketentuan

internasional. Penjelasan tersebut di atas, harus dilihat sebagai pendekatan yang komprehensif

dan sistematis untuk melaksanakan fungsi PDHI sebagai VSB.

PENGEMBANGAN PARTNERSHIP

Pengembangan partnership sebagai bentuk dedikasi kedokteran hewan dalam

mewujudkan sistem kesehatan hewan nasional perlu dilihat dari peran tiga pilar kelembagaan

kesehatan hewan menurut Badan Kesehatan Hewan Dunia OIE. Tiga pilar tersebut meliputi

kelembagaan Otoritas Veteriner (Veterinary Autority), Pendidikan Tinggi Kedokteran Hewan

(Veterinary Education Establisment); dan Organisasi Profesi Kedokteran Hewan (Veterinary

Statutory Body). Berikut contoh-contoh penting kelembagaan tersebut:

Partnership berbasis otoritas eteriner/kementerian

1. Otoritas Veteriner Nasional

2. OtoVet di lingkungan Kementerian Pertanian RI; Acuan kesehatan hewan terrestrial.

3. OtoVet di Kementerian Perikanan & Kelautan RI; Acuan kesehatan satwa aquatik.

4. OtoVet di Kementerian Kehutanan & Lingkungan Hidup RI: Acuan kesehatan satwa liar.

5. Kementerian Kesehatan RI: Acuan kesehatan hewan laboratorium

6. Otovet di setiap Provinsi, Kabupaten/Kota.

Partnership berbasis pendidikan/okupasi

1. Asosiasi Fakultas Kedokteran Hewan Indonesia

2. Asosiasi Rumah Sakit Hewan Indonesia

3. Asosiasi Obat Hewan Indonesia

Page 123: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

117

4. Asosiasi lainnya yang dilibatkan dalam penjaminan mutu kinerja dokter hewan dan tenaga

kesehatan hewan lainnya.

Partnership berbasis kekuatan internal

1. Majelis Kehormatan Perhimpunan dan Etika Profesi Veteriner

2. 20 Organisasi Non Teritorial PDHI

3. 52 Cabang PDHI

4. PAVETI

5. Ikatan Mahasiswa Kedokteran Hewan Indonesia (IMAKAHI)

LANGKAH NYATA

1. Konsolidasi organisasi melalui perangkat musyawarah kerja nasional dan lain sebagainya

sebagaimana tercantum dalam AD-ART, yang kemudian diperkuat dengan pelatihan

Indonesia Veterinary Leadership.

2. Mengefektifkan pelayanan melalui modernitas sistem registrasi, informasi dan komunikasi.

3. Menggalang kerjasama (Partnership) berbasis pada kesepakatan bersama dengan pihak-

pihak eksternaldan internal PDHI.

4. Mengembangkan sistem evaluasi dalam mendukung perbaikan secara berkelanjutan,

termasuk menjadikan insan kesehatan hewan menjadi tuan rumah di negeri sendiri.

Page 124: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

118

Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia

KETETAPAN KONGRES KE-18

PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA TAHUN 2018 TAP. Nomor 10/Kongres Ke-18/PDHI/2018

TENTANG

PENYELIAAN PARAMEDIS VETERINER DALAM RANGKA PELAYANAN KESEHATAN HEWAN

KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA,

Menimbang:

1. bahwa menurut Pasal 68 Undang-undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan

Kesehatan Hewan dalam rangka pelaksanaan Siskeswanas, Otoritas Veteriner bersama

dengan Organisasi Profesi Kedokteran Hewan melakukan pemberdayaan potensi tenaga

kesehatan hewan dan pembinaan praktik Kedokteran Hewan;

2. bahwa menurut penjelasan Pasal 70 Ayat (1) Undang-undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang

Peternakan dan Kesehatan Hewan, pada hakikatnya pemenuhan kebutuhan tenaga

kesehatan hewan dalam rangka pembangunan nasional adalah tersedianya satu kesatuan

adanya tenaga medik veteriner (dokter hewan dan/atau dokter hewan spesialis) dan

berbagai tingkatan kompetensi tenaga medik veteriner yang dibutuhkan oleh setiap

provinsi, kabupaten/kota, sampai tingkat kecamatan.

3. bahwa menurut Pasal 71 Ayat (2) tenaga paramedik veteriner dan sarjana kedokteran

hewan tersebut melaksanakan urusan kesehatan hewan yang menjadi kompetensinya dan

dilakukan di bawah penyeliaan dokter hewan. Dalam Pasal tersebut dijelaskan bahwa yang

dimaksud dengan dibawah penyeliaan dokter hewan adalah pengawasan dokter hewan

secara berkelanjutan kepada kinerja tenaga paramedik veteriner dan/atau sarjana

kedokteran hewan dalam melaksanakan urusan kesehatan hewan yang dilakukan

berdasarkan acuan otoritas veteriner dan/atau kesepakatan bersama antara kedua belah

pihak dengan memperhatikan batas-batas kemampuan;

4. bahwa untuk menyelaraskan fungsi dokter hewan sebagai penyelia paramedik veteriner

dalam rangka pelayanan kesehatan hewan, Kongres merasa perlu menetapkan Ketentuan

tentang Penyeliaan Paramedis Veteriner dalam Rangka Pelayanan Kesehatan Hewan

Mengingat:

Pasal 12 huruf j Anggaran Rumah Tangga PDHI

Page 125: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

119

Memperhatikan:

Tanggapan, diskusi, saran, dan usulan peserta kongres yang berkembang pada saat Kongres

Ke-18 PDHI Tahun 2018

MEMUTUSKAN

Menetapkan:

Penyeliaan Paramedis Veteriner Dalam Rangka Pelayanan Kesehatan Hewan sebagaimana

terlampir

Ditetapkan di Bali Pada tanggal 02 November 2018

Ketua Kongres Ke-18 PDHI

(Drh Laode Mastari MM)

Sekretaris Kongres Ke-18 PDHI

(Drh Ni Made Restiati, MPhil)

Page 126: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

120

Lampiran: TAP. Nomor 10/Kongres Ke-18/PDHI/2018

Tentang: PENYELIAAN PARAMEDIS VETERINER DALAM RANGKA PELAYANAN KESEHATAN HEWAN SEBAGAIMANA TERLAMPIR

PENYELIAAN PARAMEDIS VETERINER DALAM RANGKA PELAYANAN KESEHATAN HEWAN

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penyeliaan dalam konteks budaya mutu dapat diartikan sebagai upaya membangun

kebiasaan untuk berperilaku yang semakin baik dan menghasilkan suatu produk dan/atau jasa

yang lebih sempurna. Dalam konteks pelayanan, penyeliaan lebih ditujukan pada kepuasan

pelanggan. Dalam konteks kehidupan berprofesi, penyeliaan mengandung nilai-nilai yang

bermuatan nilai tambah. Diantanya sebagai suatu pangilan bela negara yang berbasis pada upaya

peningkatan kompetensi maupun kemampuan kerja secara berkelanjutan. Hal ini sudah tentu

harus memberikan dampak positif untuk kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara

yang lebih baik.

Penyeliaan paramemedik veteriner ini sangat penting, jika kita menyadari bahwa pihak-

pihak yang memberikan andil dalam membangun kesehatan hewan di Indonesia bukan saja

dokter hewan, tetapi segenap tenaga kesehatan hewan dan pihak lain yang terkait. Tenaga

kesehatan hewan ini meliputi tenaga medik veteriner yang terdiri dari dokter hewan dan dokter

hewan spesialis, sarjana kedokteran hewan, serta tenaga paramedik veteriner yang bisa

merupakan lulusan sekolah kejuruan dan/atau pendidikan diploma yang berbasis pada rumpun

keilmuan kesehatan hewan.

Berdasarkan pandangan tersebut di atas, penyeliaan paramedik veteriner ini dikatakan

berhasil jika dalam prosesnya terbangunnya adanya komunikasi professional (professional

communication) antara paramedik veteriner dengan dokter hewan sebagai penyelia. Dalam

komunikasi itu, mereka diharapkan dapat membangun learning community bahkan dapat

membangun suatu teamwork bagi kesuksesan yang dicita-citakan bersama.

Maksud dan Tujuan

Penyeliaan paramedik veteriner dimaksudkan untuk membangun proses dan hasil

pelayanan kesehatan hewan yang lebih baik. Tujuan dari penyeliaan ini adalah terbangunya

budaya mutu di kalangan tenaga kesehatan hewan.

DASAR HUKUM

1. Pasal 68 Undang-undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan

menyebutkan bahwa dalam rangka pelaksanaan Siskeswanas, Otoritas Veteriner bersama

dengan Organisasi Profesi Kedokteran Hewan melakukan pemberdayaan potensi tenaga

kesehatan hewan dan pembinaan praktik Kedokteran Hewan.

Page 127: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

121

2. Pada penjelasan Pasal 70 Ayat (1) disebutkan bahwa yang dimaksud dengan pemenuhan

kebutuhan tenaga kesehatan hewan pada hakekatnya adalah tersedianya satu kesatuan

tenaga medik veteriner (dokter hewan dan/atau dokter hewan spesialis) bersama dengan

berbagai tingkatan kompetensi tenaga medik veteriner yang dibutuhkan oleh setiap

provinsi, kabupaten/kota, sampai tingkat kecamatan.

3. Pada Pasal 71 Ayat (2) disebutkan bahwa tenaga paramedik veteriner dan sarjana

kedokteran hewan dalam melaksanakan urusan kesehatan hewan yang menjadi

kompetensinya dilakukan di bawah penyeliaan dokter hewan. Dalam Penjelasan Pasal

disebutkan bahwa yang dimaksud dengan di bawah penyeliaan dokter hewan adalah

pengawasan dokter hewan secara berkelanjutan kepada kinerja tenaga paramedik veteriner

dan/atau sarjana kedokteran hewan dalam melaksanakan urusan kesehatan hewan yang

dilakukan berdasarkan acuan otoritas veteriner dan/atau kesepakatan bersama antara

kedua belah pihak dengan memperhatikan batas-batas kemampuan;

IMPLEMENTASI

Ketentuan Umum

1. Penyelia adalah seseorang yang diberikan tugas dalam sebuah tatanan kegiatan atau

tugas kewenangan sebagaimana dia mempunyai kuasa dan wewenang untuk melakukan

penyeliaan.

2. Penyeliaan adalah pengawasan oleh Dokter Hewan Penyelia secara berkelanjutan kepada

Tenaga Paramedik Veteriner dalam melaksanakan Pelayanan Kesehatan Hewan.

3. Tenaga Paramedik Veteriner adalah tenaga yang melaksanakan kegiatan Kesehatan

Hewan di bawah Penyeliaan Dokter Hewan.

4. Surat Izin Paramedik Veteriner Pelayanan Kesehatan Hewan yang selanjutnya disebut

SIPP Keswan adalah bukti tertulis untuk melakukan Pelayanan Kesehatan Hewan selain

Medik Reproduksi di bawah Penyeliaan Dokter Hewan.

5. Kegiatan penyeliaan paramedik veteriner oleh dokter hewan dan ditetapkan oleh pejabat Otoritas

Veteriner.

6. Cara penyeliaan dapat dilakukan dengan pendekatan wawancara, portofolio dan desk

evaluation dapat juga dikembangkan untuk memetakan lingkup dan arah pelaksanaan

penyeliaan.

Tipe Penyeliaan

1. Penyeliaan paramedik veteriner PNS; substansi kegiatannya ditetapkan oleh otoritas

veteriner, dokter hewan berwenang, atau dokter hewan penanggungjawab dalam lingkup

instansi yang bersangkutan.

2. Penyeliaan paramedik veteriner swasta, dimana paramedik bekerjasama dalam satu unit

kerja dengan dokter hewan; substansi kegiatannya penyeliaan ditentukan oleh dokter

hewan penanggungjawab dalam unit perusahaan tersebut.

Page 128: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

122

3. Penyeliaan paramedik veteriner mandiri, dimana paramedik memberikan pelayanan

kesehatan hewan secara mandiri; substansi penyeliaan ditentukan berdasarkan

kesepakatan bersama antara paramedik tersebut dengan dokter hewan penyeliaan.

Persyaratan paramedik veteriner dalam penyeliaan

1. Paramedik veteriner yang bersangkutan merupakan anggota dan memiliki KTA PAVETI.

2. Memiliki Surat Tanda Registrasi Pelayanan Kesehatan Hewan (STRP) dari PDHI Cabang.

3. Diperlakukan masa transisi bagi paramedik veteriner yang tidak memiliki KTA maupun

STRP melalui sistem penjaminan atasan.

4. Bentuk masa transisi tersebut dirembug bersama antara PDHI dan PAVETI melalui moderasi

Otoritas Veteriner untuk Paramedik PNS atau melalui moderasi Dokter hewan

penanggungjawab untuk Paramedik Swasta.

5. Paramedik Veteriner Mandiri, selain memiliki KTA dan STRP wajib memiliki Surat Ijin

Pelayanan Paramedik Kesehatan Hewan (SIPP).

6. Mekanisme pengurusan ijin pelayanan tersebut diatur lebih lanjut bersama Cabang PDHI

setempat yang memberikan memberikan rekomendasi pengurusan STRP.

Kesiapan ONT dan Cabang PDHI.

1. ONT dan/atau Cabang PDHI perlu melihat kegiatan penyeliaan paramedik veteriner ini

sebagai kegiatan bela negara, sekaligus saatnya untuk berbagi ilmu, berbagai perhatian, dan

berbagi kebahagiaan sebagai shodakoh untuk kehidupan yang lebih baik, dunia-akherat.

2. ONT dan/atau cabang PDHI juga perlu memandang penyeliaan paramedik veteriner ini

sebagai kegiatan untuk merapatkan barisan bagi terwujudnya pembangunan kesehatan

hewan yang lebih baik.

3. Cabang PDHI berkoordinasi dengan ONT untuk melakukan penyeliaan paramedik veteriner

mandiri.

4. Verifikasi kesanggupan perlu dilakukan oleh Cabang PDHI kepada dokter hewan yang

besangkutan.

5. Pelaksanaan penyeliaan paramedik veteriner mandiri tersebut dikordinasikan dengan

jejaring PAVETI terdekat.

6. Jurnal kegiatan perlu dipersiapkan sebagai alat pantau periodesasi pelaksanaan penyeliaan

paramedik veteriner.

Wacana Ke depan

1. Dalam pelaksanaan penyeliaan paramedik veteriner dilakukan kontrak antara dokter hewan

penyelia dengan paramedik veteriner mandiri dengan masa berlaku selama 4 tahun.

2. Lingkup penyeliaan tersebut yang dimungkinkan adalah pelayanan kesehatan hewan untuk

ternak ruminansia, babi dan/atau unggas.

3. Penyeliaan selain sebagaimana pada butir 2 (dua) menjadi tanggung jawab dokter hewan

yang berada pada tempat pelayanan kesehatan hewan terkait.

4. Terdapat point-point kesepakatan yang berisi hak dan kewajiban antara dokter hewan

penyelia dengan paramedik veteriner mandiri.

Page 129: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

123

5. Contoh hak dan kewajiban dokter hewan penyelia: (a) memberikan rambu-rambu

kewenangan medik veteriner yang boleh dilakukan oleh paramedik veteriner mandiri sesuai

dengan hasil pemetaan penguasaan kompetensi; (b) memberikan arahan dan pengawasan

tentang pelayanan paramedik veteriner yang efektif, sekurangnya dilaksanakan 3 bulan

sekali, (c) meminta laporan rutin bulanan atas pelaksanaan pelayanan kesehatan kewan.

6. Contoh hak dan kewajiban paramedik veteriner mandiri: (a) melaksanakan pelayanan

kesehatan hewan dengan memperhatikan rambu-rambu kewenangan medik veteriner yang

telah disepakati bersama dengan dokter hewan penyelia, (b) merujukkan penanganan

masalah kesehatan hewan ternak kepada dokter hewan penyelia yang berada di luar

jangkauan kemampuan kompetensi, (c) memperoleh bimbingan teknis kesehatan hewan, (d)

menyerahkan laporan bulanan pelaksanaan pelayanan kesehatan hewan, (e) melaporkan

kejadian penyakit menular kepada dokter hewan penyelia selambatnya 24 jam kejadian, (f)

dilarang melakukan hal-hal yang berada di luar kewenangan kompetensi paramedik

veteriner.

Page 130: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

124

Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia

KETETAPAN KONGRES KE-18

PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA TAHUN 2018

TAP. Nomor 11/Kongres Ke-18/PDHI/2018

TENTANG

PENGUATAN MAJELIS KEHORMATAN PERHIMPUNAN

DAN PENGEMBANGAN ETIKA PROFESI VETERINER

KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INODNESIA

Menimbang

1. bahwa Kongres adalah kelengkapan organisasi yang memegang kekuasaan tertinggi dan

bertugas untuk menyusun ketetapan-ketetapan yang mendukung penyelenggaraan

organisasi untuk masa antara dua Kongres;

2. bahwa kongres sangat berkepentingan untuk memperkuat hasil keputusan Musyawarah

Kerja Nasional PDHI periode masa bhakti 2014-2018 khususnya yang berkaitan dengan

masalah etika dan penanganannya;

3. bahwa pada kenyataannya masalah etika terus berkembang secara dinamis sejalan dengan

perkembangan peradaban manusia maupun tuntutan masyarakat untuk mendapatkan

perlakuan secara profesional.

4. bahwa untuk mengantisipasi peningkatan masalah etika yang melibatkan dokter hewan

dan tenaga kesehatan hewan lainnya di seluruh Indonesia, keberadaan Majelis Kehormatan

Perhimpunan (MKP) perlu diperkuat dengan empat pendekatan, yaitu (1) penguatan

kapasitas penguasaan aspek etika profesi veteriner, (2) penguatan kapabilitas organisasi

PDHI Cabang; 3) penguatan didukung dan proaktivitas PDHI Organisasi Non Teritorial,

serta (4) penguatan pembekalan wawasan etika profesi veteriner mulai dari kampus,

termasuk pemberdayaan dosen pengasuh mata kuliah legislasi dan etika veteriner

5. bahwa untuk mempertegas amanah tersebut, nama MKP perlu disempurnakan menjadi

Majelis Kehormatan Perhimpunan dan Etika Profesi Veteriner. Hal ini sesuai dengan

keberadaan Komisi Etik Cabang yang dibentuk oleh masing-masing pengurus cabang.

6. bahwa dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut di atas, Kongres merasa perlu untuk

menetapkan upaya penguatan Majelis Kehormatan Perhimpunan dan Etika Profesi

Veteriner, Komisi Etik Cabang, serta mekanisme kerja manakala diperlukan adanya sidang

Etik.

Mengingat

1. Pasal 12 Anggaran Dasar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia.

Page 131: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

125

2. Pasal 16 dan 19 Anggaran Rumah Tangga Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia

3. TAP Nomor 03/Kongres Ke-18/PDHI/2018 tentang Tata Tertib Kongres.

Memperhatikan

Tanggapan, diskusi, saran, dan usulan peserta kongres yang berkembang pada saat Kongres

Ke-18 PDHI Tahun 2018.

MEMUTUSKAN

Menetapkan

1. Penguatan Majelis Kehormatan Perhimpunan dan Pengembangan Etika Profesi Veteriner

sebagaimana terlampir.

2. Majelis Kehormatan agar segera menyusun pedoman pelaksanaan penguatan penegakkan

etika profesi veteriner selambat-lambatnya 1 (satu) tahun setelah kongres ke-18 PDHI

tahun 2018.

Ditetapkan di Bali Pada tanggal 02 November 2018

Ketua Kongres Ke-18 PDHI

(Drh. Laode Mastari, MM)

Sekretaris Kongres Ke-18 PDHI

(Drh. Ni Made Restiati, MPhil)

Page 132: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

126

Lampiran: TAP. Nomor 11/Kongres Ke-18/PDHI/2018

Tentang: PENGUATAN MAJELIS KEHORMATAN PERHIMPUNAN DAN PENGEMBANGAN

ETIKA PROFESI VETERINER

PENGUATAN MAJELIS KEHORMATAN PERHIMPUNAN DAN

PENGEMBANGAN ETIKA PROFESI VETERINER

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pada hakekatnya etika adalah kumpulan nilai-nilai baik dan buruk, salah dan benar yang

disepakati oleh sekumpulan orang dengan profesi yang sama untuk bertindak, berbuat, dan

berperilaku yang lebih baik. Pada kenyataannya masalah etika terus berkembang dinamis sejalan

perkembangan peradaban manusia. Dalam urusan kesehatan hewan dan profesi medik veteriner,

masalah etika juga terus berkembang dinamis. Hal ini diantaranya ditandai dengan semakin

besarnya tuntutan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang lebih baik dan lebih

profesional.

Masalah etika profesi veteriner sangat beragam. Ditinjau dari moral etika, hal itu ditandai

dengan adanya perilaku yang merugikan, menyusahkan dan/atau mengganggu/mengambil hak

orang lain. Ditinjau dari katagori masalah, masalah etika meliputi ketidaksesuaian terhadap nilai-

nilai etika veteriner, konflik etikolegial, dan/atau sengketa medik. Pelanggaran etik pada

umumnya berbasis pada kekurangpahaman terhadap konsep etika, sehingga terjadilah

pelanggaran terhadap kaidah kesejahteraan hewan maupun kaidah pelestarian lingkungan.

Hubungan etikal dokter hewan ada 4 (empat) arah yaitu; hubungan antara dokter hewan

dengan sejawatnya; hubungan dokter hewan dengan pengguna jasanya; hubungan dokter hewan

dengan hewan yang menjadi objek profesinya dan hubungan dokter hewan dengan masyarakat

terkait tanggung jawab kepada bangsa dan negara.

Berbagai cara dapat dilakukan untuk mengatasi masalah etika profesi veteriner. Dalam

konteks suprastruktur, PDHI telah menyiapkan perangkat disiplin internal. Hal itu antara lain

dilakukan dengan peningkatan pemahaman terhadap hakekat sumpah/janji profesi, kode etik,

dan acuan dasar profesi dokter hewan. Dalam konteks implementasi diperlukan adanya

penyusunan SOP dan penyelarasan perangkat pelayanan jasa medik veteriner, sehingga

kemanapun client akan mendapatkan pelayanan yang sama. Dalam konteks operasional

diperlukan adanya penguatan kelembagaan pemangku etika profesi veteriner sebagai gugus-

gugus dokter hewan yang senantiasa mensosialisasikan konsep etika leadership maupun nilai-

nilai etika profesi veteriner di kalangan dokter hewan.

Mengingat pentingnya penguatan kelembagaan ini, berikut ini diuraikan penguatan

Majelis Kehormatan Perhimpunan dan Pengembangan Etika Veteriner.

Maksud dan Tujuan

Penguatan Majelis Kehormatan Perhimpunan dan Pengembangan Etika Profesi Veteriner

ini dimaksudkan untuk meningkatkan sikap dan perilaku etikal dalam wadah organisasi profesi

kedokteran hewan.

Page 133: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

127

Tujuannya adalah (1) menguatkan kelembagaan pemangku etika profesi veteriner di

Indonesia; (2) menyiapkan dokter hewan yang kredibel dalam rangka memperluas pemahaman

dan/atau penyeliaan dalam rangka penanganan masalah etika profesi veteriner; (3) mengatur

tata hubungan kerja kelembagaan pemangku etika profesi veteriner; dan (4) mengatur

mekanisme penyelesaian masalah etika profesi veteriner.

BATASAN

1. Etika Kedokteran Hewan atau disebut juga Etika Profesi Veteriner adalah sekumpulan

nilai-nilai dan moralitas profesi kedokteran hewan yang tercantum dalam Kode Etik Dokter

Hewan Indonesia (KEDHI), fatwa-fatwa etik, pedoman dan kesepakatan etik lainnya dari

PDHI sebagai organisasi profesi.

2. Kode Etik Dokter Hewan Indonesia, disingkat KEDHI, adalah aturan internal profesi yang

harus dipatuhi untuk menjaga moral etika profesi dan disusun dalam bentuk buku berupa

pasal-pasal beserta penjelasannya dan disahkan oleh Kongres PDHI.

3. Pemangku Etika Profesi Veteriner adalah kelembagaan yang mengemban amanah yang

berkaitan dengan urusan etika profesi veteriner, yang meliputi MKP-EPV, KEC, Dewan

Pakar/Tim Ahli ONT, dan dosen pengampu mata kuliah legislasi dan etika veteriner.

4. Majelis Kehormatan Perhimpunan dan Etika Profesi Veteriner atau disingkat MKP-EPV

adalah perangkat organisasi pusat dengan garis koordinasi dengan Pengurus Besar yang

mengemban amanah menegakkan kesepakatan maupun fatwa-fatwa yang berbasis etika di

berbagai sektor kedokteran hewan/pelayanan jasa medik veteriner.

5. Komisi Etik Cabang dan Disiplin atau disingkat KEC adalah unit khusus yang dibentuk

Cabang PDHI dalam rangka mengkoordinasikan kegiatan internal organisasi yang berbasis

kebijakan, pembinaan pelaksanaan dan pengawasan penerapan etika kedokteran

hewan/etika profesi veteriner, serta menjalankan tugas kemahkamahan profesi.

6. Dewan Pakar/ Tim Ahli Organisasi Non Teritorial PDHI adalah sekelompok dokter

hewan yang memiliki spesialisasi, keahlian atau kepakaran khusus yang mengemban

amanah untuk menyusun standar dan/atau prosedur khusus yang bernuansa etikal,

sehingga menyempurnakan perilaku maupun kinerja dokter hewan dalam pelayanan

kesehatan hewan.

7. Dokter hewan adalah orang yang memiliki profesi kedokteran hewan, sertifikat kompetensi

dan kewenangan medik veteriner dalam pelayanan kesehatan hewan.

8. Pengabdian Profesi adalah setiap bentuk praktik kedokteran Hewan yang memiliki nilai-

nilai bela negara, meliputi pendidikan, penelitian dan pelayanan kedokteran yang dilakukan

oleh dokter hewan di wilayah kerja Cabang untuk tugas kemanusiaan universal.

9. Masalah etika profesi veteriner adalah masalah-masalah yang timbul dikarenakan adanya

ketidaksesuaian terhadap nilai-nilai etika profesi veteriner, konflik etikolegial, dan/atau

sengketa medik.

10. Moral etika adalah dasar perilaku dokter hewan/ tenaga kesehatan hewan lainnya yang

harus ditegakkan agar tidak terjadi hal-hal yang merugikan, menyusahkan dan mengambil

hak pihak lain.

11. Konflik etikolegal adalah ketidaksepahaman antar dokter hewan, antara dokter hewan

dengan pengurus organisasi kesehatan hewan dan/atau antara dokter hewan dengan tenaga

kesehatan hewan lainnya, sehingga berpotensi menurunkan citra dan keluhuran profesi

serta memerlukan kepastian pedoman etika, fatwa dan atau disiplin keprofesian.

Page 134: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

128

12. Sengketa medik adalah ketidaksepahaman antara pihak dokter hewan dengan pihak

pengguna jasa yang berdampak adanya pengaduan terhadap dokter hewan tersebut kepada

lembaga peradilan atau lembaga yang menaungi keorganisasian dokter hewan/PDHI (MKP-

EPV).

13. Kemahkamahan profesi adalah pelaksanaan dengar pendapat atau sidang tertututup yang

dilaksanakan MPK-EPV dan/atau KEC dalam rangka menangani masalah etik profesi

veteriner, baik yang sifatnya ketidaksesuaian terhadap nilai-nilai etika veteriner, konflik

etikolegial, dan/atau sengketa medik.

14. Pengayoman profesi adalah langkah-langkah yang dilakukan MKP-EPV dan/atau KEC

bersama Pengurus Besar dan/atau Pengurus Cabang dalam memberikan pengayoman

kepada dokter hewan yang menghadapi masalah persengketaan.

PEMANGKU ETIKA PROFESI VETERINER

Kelembagaan Pemangku Etika Profesi Veteriner meliputi:

7. Majelis Kehormatan Perhimpunan dan Etika Profesi Veteriner (MKP-EPV) yang diangkat

oleh Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia;

8. Komisi Etik Cabang Perhinmpunan Dokter Hewan Indonesia (KEC PDHI) yang diangkat oleh

Pengurus Cabang Perimpunan Dokter Hewan Indonesia;

9. Dewan Pakar/Tim Ahli Organisasi Non Teritorial Perhi oleh Perhimpunan Dokter Hewan

Indonesia (DP/TA-ONT PDHI) yang ditetapkan/ditunjuk Pengurus ONT; dan

10. Tim Dosen Pengasuh Mata Kuliah Legislasi dan Etika Veteriner yang ditetapkan/ditunjuk

oleh Pimpinan Fakultas Kedokteran Hewan.

Keanggotaan Pemangku Etika Profesi Dokter Hewan

1. Majelis Kehormatan Perhimpunan dan Etika Profesi Veteriner (MKP-EPV), sekurang-

kurangnya terdiri dari lima orang; yaitu seorang ketua, seorang sekretaris, dua orang

anggota bersifat ex-officio adalah ketua umum PB-PDHI dan Sekertaris Jenderal PB-PDHI,

serta seorang anggota yang dipilih berdasarkan kepakarannya.

2. Komisi Etik Cabang Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (KEC-PDHI) beranggotakan tiga

sampai lima orang; yaitu seorang anggota bersifat ex-officio, bisa ketua atau sekretaris PDHI

Cabang, dan dua sampai empat orang dokter hewan anggota Cabang PDHI yang ditunjuk

dan/atau dipilih oleh pengurus Cabang PDHI,

3. Dewan pakar/Tim Ahli Organisasi Non Teritorial PDHI adalah seorang atau lebih yang

disiapkan Pengurus ONT PDHI untuk membantu penyelesaian masalah etika profesi

veteriner sesuai dengan bidang kelimuan/kepakaran/keahlian yang dimiliki berdasarkan

pendidikan/pelatihan/pemagangan/ pengalaman.

4. Pemangku Mata Kuliah Legislasi dan Etika Veteriner adalah seorang atau lebih dosen

pendidikan tinggi dengan latar belakang dokter hewan yang ditunjuk atau ditetapkan atau

ditunjuk oleh Pimpinan Fakultas Kedokteran Hewan/ Program Studi Kedokteran Hewan

untuk menguasai materi ajar yang sama secara nasional.

Syarat Dokter Hewan Majelis Kehormatan Perhimpunan dan Etika Profesi Veteriner

Dibahas dalam AD-ART PDHI.

Page 135: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

129

Syarat Dokter Hewan Komisi Etik dan Disiplin Cabang PDHI

1. Tidak mudah berkonflik dengan orang lain (tidak berpikiran negatif/cepat berburuk sangka)

2. Tidak meremehkan orang lain serta tidak memiliki kasus konflik baik hukum maupun etika

3. Menguasai berbagai materi keorganisasian PDHI dan potensi konflik yang dapat terjadi

4. Menghargai sesama kolega veteriner sekalipun ada yang kurang sepaham

5. Komitmen yang tinggi terhadap profesi dengan bertindak proaktif (mengemban amanat

tetapi pasif/ tidak berbuat apa-apa = membunuh organisasi/eksistensi profesi)

6. Tidak komersial yang non etikal

7. Siap berjuang untuk mempromosikan/mengadvokasi peran profesi di berbagai bidang

sesuai otoritas keilmuan medis veteriner

8. Sadar hukum dan memahami etika veteriner yang merupakan landasan kuat untuk kita

mampu menghadapi pihak-pihak yang mencari-cari kesalahan dokter hewan maupun

mencermati hal-hal yang dapat mengganjal peran dan fungsi dokter hewan

AKUNTABILITAS PEMANGKU ETIKA PROFESI VETERINER

Majelis Kehormatan Perhimpunan dan Etika Profesi Veteriner

1. Mengemban amanah menegakkan kesepakatan maupun fatwa-fatwa yang berbasis pada

nilai-nilai etika yang disepakati PDHI serta nilai-nilai yang bersifat universal dalam

penyelenggaraan kesehatan hewan, khususnya praktik kedokteran hewan dan/atau

pelayanan jasa medik veteriner.

2. Mengusulkan perubahan dan/atau penyempurnaan Kode Etik Profesi Dokter Hewan

Indonesia dan substansi acuan dasar profesi (Veterinary Professional Conduct) dokter

hewan.

3. Mendorong ONT agar menentukan dan membentuk Dewan Pakar/Tim Ahli dalam rangka

penyusunan kode etik yang bersifat khusus keilmiahan ONT terkait (bila ada), dan

pembuatan pedoman operasi baku untuk jenis-jenis tindakan ilmiah dalam batasan limgkup

keilmuan/kepakaran di ONT termaksud.

4. Membuat syarat, mendorong pembentukan, dan menguraikan peran Komisi Etik dan Disiplin

Cabang (KEC) PDHI agar mampu berfungsi sepanjang waktu.

5. Menyusun tata hubungan kerja dan mekanisme koordinasikan tugas/kerja dan kewenangan

Komisi Etik dan Disiplin Cabang (KEC) PDHI dengan MKP dalam penyelesaian adanya

masalah etika yang muncul di kalangan komunitas dokter hewan.

Komisi Etik Cabang PDHI

1. Memantapkan diri sebagai pihak yang memiliki otoritas dalam mengimplementasikan tata

nilai etika profesi veteriner, sejalan dengan tata nilai yang dikembangkan oleh MKP.

2. Bersama Pengurus Cabang PDHI melaksanakan sosialisasi pilar-pilar disiplin internal PDHI,

seperti Hakikat Sumpah Dokter Hewan, Kode Etik Dokter Hewan, Acuan Dasar Profesi

Dokter Hewan, serta Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga

3. Bersama Pengurus mendorong terwujudnya perilaku profesional yang etikal dan

terselenggaranya pelayanan jasa medik veteriner yang terstandar

Page 136: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

130

4. Melakukan resolusi konflik bila terjadi kesenjangan sistem nilai profesi Dokter Hewan secara

internal. malpraktik, ataupun tuntutan klien/masyarakat kepada Profesi Dokter Hewan

KERENTANAN ETIKA PROFESI VETERINER

1. Setiap pelaku profesi baik dokter hewan maupun tenaga kesehatan hewan lainnya harus

diasumsikan rentan terhadap masalah etika profesi veteriner.

2. Masalah etika profesi veteriner adalah masalah-masalah yang timbul dikarenakan adanya

pelanggaran etik (murni), konflik etikolegial, dan/atau sengketa medik.

3. Pelanggaran etik (murni) adalah perilaku dokter hewan/ tenaga kesehatan hewan lainnya

yang tidak terpuji sehingga melanggar moral etika, seperti merugikan, menyusahkan dan

mengambil hak pihak lain.

4. Konflik etikolegal adalah ketidaksepahaman antar dokter hewan, antara dokter hewan

dengan pengurus organisasi kesehatan hewan dan/atau antara dokter hewan dengan tenaga

kesehatan hewan lainnya, sehingga berpotensi menurunkan citra dan keluhuran profesi

serta memerlukan kepastian pedoman etika, fatwa dan atau disiplin keprofesian.

5. Sengketa medik adalah ketidaksepahaman antara pihak dokter hewan dengan pihak

pemilik hewan/pasien yang berdampak adanya pengaduan dokter hewan tersebut kepada

lembaga peradilan atau lembaga yang menaungi keorganisasian dokter hewan/PDHI (MKP-

EPV).

PENGUATAN ETIKA PROFESI VETERINER

Harapan ke depan

1. Berkembangnya jiwa kepemimpinan yang etikal di semua kalangan dokter hewan.

2. Terbangunnya learning community dokter hewan bagi upaya-upaya perbaikan yang

sifatnya berkelanjutan, khusus dalam meningkatkan intensitas moral (moral intensity)

maupun ethical sensitivity di kalangan dokter hewan.

3. Menurunnya masalah-masalah etika profesi veteriner baik yang sifatnya pelanggaran

etik (murni), konflik etikolegial, dan/atau sengketa medik maupun hal-hal yang bersifat.

peningkatan kesadaran etika dan hukum.

4. Jika terpaksa terjadi, muncullah dokter hewan proaktif yaitu dokter hewan yang memiliki

sikap terpuji yang berupaya untuk mendapat penilaian dari KEC dan/atau MKP-EPV,

sehingga meringankan dalam penyelesaian konflik etikolegial ataupun sengketa medik di

peradilan.

5. Jika terpaksa terjadi, perlu digelar kemahkamahan profesi yaitu suatu upaya pelaksanaan

dengar-pendapat atau sidang tertututup yang dilaksanakan oleh MPK-EPV dan/atau KEC

dalam rangka menangani masalah etik profesi veteriner, baik yang sifatnya pelanggaran etik

(murni), konflik etikolegial, dan/atau sengketa medik.

6. Sebagai keluaran dari point 4 dan 5 muncul pengayoman profesi, yaitu langkah-langkah

yang diambil oleh MPK-EPV dan/atau KEC bersama Pengurus Besar dan/atau Pengurus

Cabang untuk memberikan pengayoman kepada dokter hewan yang menghadapi konflik

etikolegial di tempat kerja maupun sengketa medik di lembaga peradilan.

Page 137: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

131

7. Terasahnya ethical leadership melalui berbagi pengalaman dan wawasan dari kasus kasus

dunia kesehatan dan medis dari kelompok ilmu yang sejenis.

Arah penyempurnaan etika profesi veteriner

1. Etika dalam hubungan antar sejawat dokter hewan

2. Etika dalam hubungan dokter hewan dengan pengguna jasa

3. Etika dalam hubungan dokter hewan dengan pasiennya berbasis prinsip kesejahteraan

hewan

4. Etika dalam hubungan dokter hewan dengan kepentingan publik

5. Etika dalam menjaga citra korps veteriner serta nilai-nilai profesi medik veteriner

6. Etika dalam menggunakan media social dan teknologi informasi dalam urusan pelayanan

jasa medik veteriner

Arah pengembangan nilai-nilai etika/tindakan medik berbasis keunggulan ONT.

1. Isu Etika Disiplin Ilmu harus ditangani oleh para pakar di bidang ilmu bersangkutan.

2. Dalam keperluan butir 1 setiap ONT perlu membentuk Dewan Pakar dengan kriteria yang

ditentukan ONT bersangkutan.

3. Dewan pakar bertugas menginventarisasi permasalahan etika terkait disiplin ilmu di

masing-masing ONT.

4. Dewan Pakar ONT menyusun standar untuk masing-masing tindakan yang terkait dengan

layanan di bidang disiplin ilmunya.

5. Kategori tindakan malpraktek di masing-masing disiplin ilmu sesuai ONT perlu dirinci.

6. Dalam hal muncul masalah etika profesi veteriner atau munculnya tuduhan malpraktek di

ranah disiplin ilmu tertentu, maka Dewan Pakar ONT yang terkait dapat menjadi narasumber

professional untuk penyelesaian masalah tersebut di tingkat KEC.

Arah Penyusunan Pedoman

1. Pedoman pembinaan etika profesi veterriner

2. Pedoman pengaduan masalah etika

3. Pedoman pemanggilan dokter hewan yang dirundung masalah etika profesi veteriner

(pelanggaran etik (murni), konflik etikolegial, dan/atau sengketa medik)

4. Pedoman menjadi Dokter Hewan Proaktif.

5. Pedoman kemahkamahan pelanggaran etik

a. Kelalaian/malpraktik dalam tindakan medik veteriner

b. Pelanggaran kaidah kesejahteraan hewan

c. Pelanggaran kaidah kelestarian lingkungan

d. Pelanggaran kaidah administrasi negara (etika administrasi)

6. Pedoman penanganan konflik kolegial

7. Pedoman penanganan sengketa medik

8. Pedoman pengayoman profesi veteriner

Page 138: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

132

TATA HUBUNGAN KERJA

Pengurus Besar – Pengurus Cabang – Pengurus ONT

1. PB-PDHI mendorong dan memantau pembentukan dan pelaksanaan /akuntabilitas Komisi

Etik Cabang; (1) jika dilakukan secara tertulis ditembuskan kepada MKP-EPV, (2) jika

dilakukan secara langsung dilakukan dengan membuat berita acara kegiatan, ditembuskan

kepada MKP-EPV.

2. PB-PDHI mendorong dan memantau pembentukan dan pelaksanaan Akuntabilitas Komisi

Etik ONT/ Dewan Pakar/ Tim Ahli; (1) jika dilakukan secara tertulis ditembuskan kepada

MKP-EPV, (2) jika dilakukan secara langsung dilakukan dengan membuat berita acara

kegiatan, ditembuskan kepada MKP-EPV.

3. Pengurus Cabang dan/atau Pengurus ONT dapat secara proaktif melaporkan hasil kegiatan

penguatan dan advokasi nilai-nilai Etika Profesi Veteriner di masing-masing Cabang

dan/atau ONT.

KEC – MKP-EPV:

1. KEC merupakan unit yang dibentuk melalui pengesahan Pengurus Cabang PDHI.

2. KEC adalah lembaga pembinaan dan/atau penyelesaian masalah etika profesi veteriner di

tingkat Cabang PDHI.

3. Atas adanya masalah etika profesi veteriner yang dimasukkan kepada PDHI Cabang maupun

PB -PDHI harus diteruskan kepada KEC dan MKP-EPV dalam waktu selambatnya 7 hari.

4. Keputusan MKP-EPV yang direkomendasikan melalui PB-PDHI terhadap kasus banding yang

disampaikan KEC/ Pengurus Cabang PDHI harus disampaikan dalam waktu selambat-

lambatnya dalam 2 (dua) minggu.

5. Penyelesaian kasus di tingkat masing-masing harus diselesaikan maksimum dalam waktu 30

hari, kecuali adanya kendala karena hal yang tidak terhindarkan.

Kemahkamahan pada KEC

1. KEC menerima kasus dari PDHI Cabang.

2. KEC mengadakan rapat internal untuk memetakan dan mencari penyelesaian.

3. Bila dipandang perlu yang bersangkutan dipanggil untuk memberikan klarifikasi.

4. Dalam keadaan yang bersangkutan tidak memenuhi undangan untuk klarifikasi, maka

keputusan tetap dibuat sebagai rekomendasi dan diputuskan oleh Pengurus Cabang PDHI.

5. KEC memutuskan status kasus dan rekomendasi penyelesaian kepada Cabang PDHI.

6. Kasus maupun penyelesaian oleh KEC dilaporkan ke PB-PDHI dengan tembusan kepada

MKP-EPV.

7. Bilamana pada tingkat cabang tidak terselesaikan, kasus dilimpahkan ke tingkat MKPEPV.

8. Pada keadaan anggota PDHI yang bermasalah itu berkeberatan atas keputusan KEC, yang

bersangkutan dapat mengajukan banding ke tingkat MKP-EPV melalui PB PDHI.

9. Selanjutnya keputusan MKP-EPV berupa rekomendasi kepada PB PDHI bersifat final dan

mengikat.

Page 139: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

133

Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia

KETETAPAN KONGRES KE-18

PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA TAHUN 2018

TAP. Nomor 12/Kongres Ke-18/PDHI/2018

TENTANG

PENGUATAN ASOSIASI DOKTER HEWAN PRAKTISI HEWAN LABORATORIUM DENGAN

MANDAT SEBAGAI KOMISI PENILAI KELAYAKAN IMPLEMENTASI KESEJAHTERAAN

HEWAN UNTUK KEGIATAN PELATIHAN DAN PENDIDIKAN BERKELANJUTAN PDHI

KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA

Menimbang:

1. bahwa dalam menjamin kompetensi profesi dokter hewan diperlukan berbagai kegiatan

pelatihan dan pendidikan berkelanjutan yang dapat melibatkan tindakan-tindakan

penanganan hewan hidup sesuai tujuan kegiatan;

2. bahwa kesejahteraan hewan merupakan hal fundamental yang harus dipahami oleh setiap

dokter hewan dan hendaknya dielaborasikan dalam setiap hal penggunaan hewan, dimana

salah satunya penggunaan hewan dalam kegiatan pelatihan dan pendidikan berkelanjutan;

3. bahwa PDHI melalui PDHI Cabang dan ONT secara rutin melaksanakan berbagai kegiatan

pelatihan, lokakarya dan pendidikan berkelanjutan yang memerlukan proses kajian

kelayakan implementasi kesejahteraan hewan agar sesuai aturan hukum, tuntutan global

maupun standar internasional;

4. bahwa definisi hewan laboratorium secara internasional adalah hewan yang digunakan

dalam kegiatan penelitian, pengujian, pendidikan dan pengembangbiakan atau penangkaran

untuk tujuah ilmiah, sehingga hewan yang digunakan dalam kegiatan pelatihan dan

pendidikan berkelanjutan termasuk dalam kategori hewan laboratorium;

5. bahwa sebagai salah satu bentuk tanggung jawab moral, Asosiasi Dokter Hewan Praktisi

Hewan Laboratorium Indonesia di bawah naungan PDHI sesuai kompetensinya telah

berperan aktif menjaga kesejahteraan hewan laboratorium di Indonesia, dan karenanya

diperlukan sebuah mandat khusus berupa penguatan peran dalam lingkup program dan

kegiatan pelatihan dan pendidikan berkelanjutan yang diselenggarakan oleh PDHI

sebagaimana disepakati dalam Musyawarah Kerja Nasional PDHI dan Rapat Koordinasi

Nasional ONT PDHI di tahun 2017 ;

Page 140: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

134

6. bahwa dengan menimbang poin 1, 2, 3, 4 dan 5 di atas, maka Kongres merasa perlu

ditetapkan Penguatan Asosiasi Dokter Hewan Praktisi Hewan Laboratorium dengan Mandat

sebagai Komisi Penilai Kelayakan Implementasi Kesejahteraan Hewan untuk Kegiatan

Pelatihan dan Pendidikan Berkelanjutan.

Mengingat:

Pasal 12 Anggaran Rumah Tangga PDHI

Memperhatikan:

Tanggapan, diskusi, saran, dan usulan peserta kongres yang berkembang pada saat Kongres

Ke-18 PDHI Tahun 2018

MEMUTUSKAN

Menetapkan:

1. Penguatan Asosiasi Dokter Hewan Praktisi Hewan Laboratorium Indonesia (ADHPHLI)

dengan Mandat sebagai Komisi Penilai Kelayakan Implementasi Kesejahteraan Hewan

untuk Kegiatan Pelatihan dan Pendidikan Berkelanjutan (Animal Care and Use

Committee/ACUC) PDHI sebagaimana terlampir

2. Kewenangan ACUC PDHI melakukan kajian, menerbitkan Nomor Persetujuan ACUC dan

memantau implementasi kesejahteraan hewan dalam kegiatan pelatihan dan pendidikan

berkelanjutan yang diselenggarakan oleh PDHI sehingga dampaknya dirasakan bagi

kemajuan PDHI sebagai organisasi yang memenuhi standar internasional.

Ditetapkan di Bali

Pada tanggal 02 November 2018

Ketua Kongres Ke-18 PDHI

(Drh. Laode Mastari, MM)

Sekretaris Kongres Ke-18 PDHI

(Drh. Ni Made Restiati, MPhil)

Page 141: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

135

Lampiran: TAP. Nomor 12/Kongres Ke-18/PDHI/2018

Tentang: PENGUATAN ASOSIASI DOKTER HEWAN PRAKTISI HEWAN

LABORATORIUM DENGAN MANDAT SEBAGAI KOMISI PENILAI KELAYAKAN

IMPLEMENTASI KESEJAHTERAAN HEWAN UNTUK KEGIATAN PELATIHAN

DAN PENDIDIKAN BERKELANJUTAN PDHI

PENGUATAN ASOSIASI DOKTER HEWAN PRAKTISI HEWAN LABORATORIUM DENGAN

MANDAT SEBAGAI KOMISI PENILAI KELAYAKAN IMPLEMENTASI KESEJAHTERAAN

HEWAN UNTUK KEGIATAN PELATIHAN DAN PENDIDIKAN BERKELANJUTAN PDHI

PENDAHULUAN

Penjaminan kesejahteraan hewan diperlukan pada berbagai kegiatan pemeliharaan dan

penggunaan hewan. Sesuai standar internasional dan tuntutan global, penggunaan hewan dalam

kegiatan penelitian, pengujian, pendidikan dan penangkaran/pengembangbiakan hewan untuk

tujuan ilmiah memerlukan kaji etik dan/atau kaji kelayakan implementasi kesejahteraan hewan

(kesrawan) yang dibuktikan dengan penerbitan ethical clearance atau nomor persetujuan komisi

yang berwenang. Adapun standarisasi mengenai hal ini masih berkembang dan belum merata di

Indonesia sehingga memerlukan pemantapan di berbagai sektor, tidak hanya pada kegiatan

penelitian namun juga pelatihan.

Dalam rangka mempertahankan kompetensi profesi, ONT selama ini telah menyelenggarakan

berbagai program Continuing Professional Development (CPD) dalam bentuk kegiatan pelatihan

dan lokakarya (workshop) di berbagai lokasi di Indonesia dan seringkali melibatkan sesi

praktikum atau wet lab yang melibatkan tindakan pada hewan hidup. Berdasarkan diskusi pada

Mukernas PDHI (2017) dan Rakornas ONT (2017), disepakati bahwa diperlukan perbaikan

pelaksanaan kegiatan CPD dalam bentuk implementasi penjaminan kesrawan yang lebih optimal.

Mengingat terbatasnya institusi penyelenggara yang memiliki komisi yang berwenang

melakukan kajian dan penilaian tersebut, maka PDHI berusaha memfasilitasi perbaikan dengan

membentuk suatu komisi yang mampu menilai kelayakan implementasi kesejahteraan hewan

untuk kegiatan CPD di lingkup PDHI, baik yang diselenggarakan oleh PDHI Cabang maupun ONT.

Asosiasi Dokter Hewan Praktisi Hewan Laboratorium Indonesia (ADHPHLI) merupakan ONT

yang memiliki kompetensi di bidang hewan laboratorium yaitu hewan yang dipelihara dan

digunakan untuk tujuan penelitian, pengujian, pendidikan, dan penangkaran untuk tujuan ilmiah.

Kompetensi tersebut termasuk aspek penilaian dan penjaminan kesejahteraan hewan.

Mempertimbangkan kesesuaian kompetensi, maka PB-PDHI berkoordinasi dengan ADHPHLI membentuk Komisi Penilai Kelayakan Implementasi Kesejahteraan Hewan untuk Kegiatan

Pelatihan dan Pendidikan Berkelanjutan PDHI (Animal Care and Use Committee; ACUC PDHI).

Komisi tersebut bertugas mengkaji kelayakan etik dan aspek kesrawan kegiatan pelatihan dan

CPD yang diselenggarakan oleh PDHI Cabang dan/atau ONT jika melibatkan tindakan

penanganan hewan hidup.

Mengingat pentingnya penguatan kelembagaan ini, berikut ini diuraikan penguatan Komisi

Penilai Kelayakan Implementasi Kesejahteraan Hewan untuk Kegiatan Pelatihan dan Pendidikan

Berkelanjutan PDHI (ACUC PDHI).

Page 142: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

136

Maksud dan Tujuan

Penguatan ADHPHLI dengan mandat sebagai Komisi Penilai Kelayakan Implementasi

Kesejahteraan Hewan untuk Kegiatan Pelatihan dan Pendidikan Berkelanjutan PDHI (ACUC

PDHI) dimaksudkan untuk meningkatkan penjaminan implementasi kesrawan dalam kegiatan

pelatihan yang diselenggarakan oleh PDHI agar sesuai aturan hukum serta memenuhi standar

internasional.

Tujuannya adalah (1) menguatkan kelembagaan pemangku kaji kelayakan implementasi

kesrawan untuk penggunaan hewan dalam kegiatan pelatihan dan pendidikan berkelanjutan

PDHI; (2) mengatur tata hubungan kerja komisi; dan (3) mengatur mekanisme kaji kelayakan

implementasi kesrawan.

Implementasi

1. Penguatan Asosiasi Dokter Hewan Praktisi Hewan Laboratorium Indonesia (ADHPHLI)

dengan Mandat sebagai Komisi Penilai Kelayakan Implementasi Kesejahteraan Hewan untuk

Kegiatan Pelatihan dan Pendidikan Berkelanjutan (Animal Care and Use Committee/ACUC)

PDHI dilaksanakan dengan pembentukan tim khusus/komite kerja di ADHPHLI;

2. Diperlukan konsolidasi antara ADHPHLI dengan PB-PDHI dan ONT-ONT yang relevan agar

dapat memfasilitasi kegiatan PDHI secara tepat sasaran;

3. Prosedur Operasional Baku Komisi yang menjadi pedoman pelaksanakan proses kajian,

penilaian dan pantauan implementasi kesejahteraan hewan disusun mengacu pada referensi

nasional dan internasional.

Batasan

1. ACUC PDHI tidak melakukan kaji etik kegiatan penelitian dan pengujian pada hewan;

2. Kegiatan yang dapat dikaji oleh ACUC PDHI merupakan kegiatan pelatihan dan pendidikan

berkelanjutan yang melibatkan tindakan-tindakan pada hewan hidup (sesi wet-lab atau

hands-on) yang diajukan oleh PDHI Cabang dan/atau ONT;

3. Proses penilaian akan melibatkan perwakilan ONT dengan kompetensi dan bidang keahlian

yang sesuai agar dapat merumuskan kajian yang akurat;

4. Proses kajian akan dilakukan hanya jika kegiatan yang diajukan diselenggarakan di institusi

yang tidak memiliki Komisi yang mampu mengemban fungsi kaji kelayakan implementasi

kesrawan.

Page 143: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

137

Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia

KETETAPAN KONGRES KE-18

PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA TAHUN 2018

TAP. Nomor 13/Kongres Ke-18/PDHI/2018

TENTANG

ACUAN DASAR PROFESI KEDOKTERAN HEWAN INDONESIA

KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INODNESIA

Menimbang

1. bahwa Kongres adalah kelengkapan organisasi yang memegang kekuasaan tertinggi dan

bertugas untuk menyusun ketetapan-ketetapan yang mendukung penyelenggaraan

organisasi;

2. bahwa Kongres sangat menghargai prakarsa dan perjuangan PB PDHI Periode 2014-2018

yang telah memberikan inisiatif untuk membuat Acuan Dasar Profesi Kedokteran Hewan

Indonesia

3. bahwa Kongres memandang perlu untuk menetapkan Acuan Dasar Profesi Kedokteran

Hewan Indonesia.

Mengingat

Pasal 12 dan Pasal 16 Anggaran Rumah Tangga PDHI

Memperhatikan

1. Tanggapan, diskusi, saran, dan usulan Peserta Kongres yang berkembang pada saat Kongres

Ke-18 PDHI Tahun 2018.

MEMUTUSKAN

Menetapkan

Ketetapan Mengenai Acuan Dasar Profesi Kedokteran Hewan Indonesia sebagaimana terlampir

Ditetapkan di Bali Pada tanggal 02 November 2018

Ketua Kongres Ke-18 PDHI

(Drh. Laode Mastari, MM)

Sekretaris Kongres Ke-18 PDHI

(Drh. Ni Made Restiati, MPhil)

Page 144: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

138

Lampiran: TAP. Nomor 13/Kongres Ke-18/PDHI/2018

Tentang: KETETAPAN MENGENAI ACUAN DASAR PROFESI KEDOKTERAN HEWAN

INDONESIA

ACUAN DASAR PROFESI KEDOKTERAN HEWAN INDONESIA

Dengan senantiasa memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa dan dengan

bertumpu pada kesadaran bahwa kehidupan berprofesi bersifat dinamis menuju kehidupan yang

lebih baik, maka disusunlah Acuan Dasar Profesi Kedokteran Hewan Indonesia sebagai berikut:

1. Definisi Bahwasanya dokter hewan pada hakikatnya adalah orang yang memiliki profesi kedokteran hewan, sertifikat kompetensi, dan kewenangan medik veteriner dalam pelayanan kesehatan hewan.

2. Moto

Bahwasanya profesi kedokteran hewan sebagaimana tersurat dalam motonya Manusya

mriga satwa sewaka adalah profesi mulia yang mengabdi untuk kesejahteraan manusia

melalui dunia hewan yang diwujudkan dalam bentuk penggalian dan pengamalan ilmu

pengetahuan dan teknologi kedokteran hewan dalam rangka pembangunan kesehatan

hewan, penyediaan produk asal hewan yang aman dan pangan asal hewan yang aman,

sehat, utuh dan halal; perlindungan kesehatan hewan, manusia, masyarakat dan

lingkungan, serta menjaga keseimbangan dan kelestarian ekosistem, dengan

memperhatikan prinsip-prinsip kesejahteraan hewan.

3. Kompetensi

Bahwasanya sertifikat kompetensi dokter hewan merupakan keterangan tertulis yang

menjelaskan tingkat penguasaan atas kemampuannya dalam melaksanakan urusan

kesehatan hewan. Sertifikat kompetensi yang pertama bagi dokter hewan adalah

mengacu pada day one competence yang disusun oleh Badan Kesehatan Hewan Dunia

(OIE). Secara nasional, sertifikat kompetensi ini diterbitkan bersama oleh perhimpunan

dan fakultas. Sertifikat kompetensi selanjutnya adalah bernuansa Sertifikat Kompetensi

Kerja untuk menjawab kualifikasi dokter hewan di tingkat Internasional dan dalam

rangka pelaksanaan Undang-Undang Aparatur Sipil Negara. Selain itu, sertifikasi ini

sangat penting dalam rangka mekanisme pemenuhan kebutuhan tenaga kesehatan

hewan berdasarkan peta okupasi maupun proyeksinya dalam pembangunan nasional.

4. Kewenangan medik veteriner

Bahwasanya kewenangan medik veteriner merupakan kewenangan dokter hewan dalam pengambilan keputusan medik dan tindakan medik yang sifatnya promotif, preventif,

kuratif, dan rehabilitatif. Dalam pengambilan keputusan, dokter hewan senantiasa

berpijak pada prinsip-prinsip fundamental profesi dengan mengedepankan: a) keputusan

yang professional, b) independensi, c) kenetralan, d) integritas, e) objektifitas, f) legislasi

veteriner, g) organisasi umum, h) kebijakan mutu, h) prosedur dan standar, i) informasi,

keluhan, dan naik banding, j) dokumentasi, k) introspeksi, l) komunikasi, m) sumberdaya

manusia dan keuangan. Dalam pengambilan keputusan tersebut selain aspek teknis

kesehatan hewan hendaknya juga mempertimbangkan dimensi yang lain, seperti aspek

sosial ekonomi veteriner serta dengan menerapkan keterampilan veterinary leadership

dan kemajuan teknologi informasi.

Page 145: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

139

5. Pelayanan Kesehatan Hewan

Bahwasanya pelaksanaan pelayanan kesehatan hewan merupakan implementasi kaidah

kedokteran hewan yang dilakukan secara lege artis dengan memperhatikan etika dan

estetika, serta peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan hewan, maupun ketentuan lainnya ang relevan. Untuk memperkokoh integritas tersebut, dokter hewan

senantiasa memegang teguh Sumpah/Janjinya kepada Tuhan Yang Maha Esa,

melaksanakan Kode Etik Profesi, serta memperkuat komitmennya terhadap

kemanusiaan, keilmuan, keinovasian, kelestarian, dan kehidupan dalam bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara. Pelayanan jasa medik veteriner merupakan salah satu bentuk

jasa pelayanan kesehatan hewan yang sifatnya spesifik menurut katagori bentuk

pelayanan, target spesies, disiplin ilmu serta sarana dan prasarana yang digunakan.

Dengan alasan itu, pengembangan pelayanan jasa medik veteriner menjadi obligasi bagi

organisasi non teritorial.

6. Kode Etik Profesi

Bahwasanya Kode Etik Profesi merupakan tuntunan perilaku dokter hewan dalam

mematutkan dirinya sebagai profesi penyembuh maupun dalam membawakan dirinya

ketika menjalin hubungan dengan hewan (klien), kawanan hewan (herd) pengelola/

pemilik hewan (klien), sesama profesi (rujukan), mitra kerja (paramedik veteriner),

masyarakat, pemerintah, serta lingkungan. Karena merupakan tuntunan perilaku

terhadap kondisi dalam suatu ruang dan waktu yang terus berubah, maka kode etik

hendaknya dipahami sebagai hasil/produk kesepakatan sesama anggota profesi yang

sifatnya dinamis bagi terwujudnya kinerja profesi itu menjadi lebih baik.

7. Sumpah/Janji Dokter Hewan

Bahwasanya keberadaan dokter hewan sebagai profesi penyembuh sekaligus sebagai

insan relegius tidak memiliki makna yang berarti bagi kehidupan tanpa berkah, rahmat,

dan hidayah Allah SWT. Sumpah/Janji Profesi dokter hewan merupakan afirmasi hamba

Allah untuk menjalankan profesinya dengan sungguh-sungguh dan sepenuh hati.

Sumpah/janji profesi dokter hewan ini juga merupakan inti dari moralitas profesi

sekaligus sebagai sistem kontrol batiniah bagi dokter hewan dalam

mendharmabhaktikan profesinya yang lebih baik bagi kehidupan bangsa, negara dan

masyarakat. Prinsip dari moralitas profesi penyembuh diucapkan pertama kali oleh

Hipocrates yang menyatakan bahwa dalam mengobati janganlah kita menambah celaka

atau sakit bagi yang diobati. Secara utuh prinsip moral ini memiliki kesamaan dengan

moral etika dan moral hukum, yaitu (1) tidak merugikan hak orang lain, (2) tidak

mengambil hak orang lain, dan (3) tidak membuat orang lain susah

8. Legalitas

Bahwasanya aspek legalitas sebagai dokter hewan praktisi merupakan keniscayaan yang

harus dipenuhi sebagai prasyarat dalam pelayanan kesehatan hewan yang professional

dan akuntabel. Melengkapi aspek legalitas merupakan cermin bahwa dokter hewan

merupakan warga negara yang patut dijadikan model bagi profesi kesehatan lainnya.

Legalitas yang dimaksud tersebut harus mampu menunjukkan bahwa a) dokter hewan

tersebut benar-benar lulusan yang menerima ijazah dari lembaga pendidikan kedokteran

hewan di Indonesia atau yang diakui di Indonesia; b) dokter hewan tersebut memiliki

sertifikat kompetensi; c) dokter hewan tersebut benar benar mendapat rekomendasi

praktik dari organisasi profesi yang menaunginya; serta d) dokter hewan tersebut

Page 146: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

140

memiliki surat izin praktik dokter hewan dari pimpinan daerah dokter hewan tersebut

berdomisili.

9. Kearifan memanfaatkan hewan

Bahwasanya dokter hewan merupakan insan yang dilatih sedemikian rupa untuk memiliki kepekaan yang tinggi terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pelestarian

sumberdaya hewani. Oleh sebab itu, merupakan keniscayaan bagi dokter hewan untuk

memberikan perhatian maupun tindakan yang layak kepada hewan yang dipercayakan

kepadanya. Perhatian dan tindakan tersebut baik untuk perawatan, produksi,

reproduksi, dan penelitian, serta menghindari penggunaan yang sifatnya eksklusif

maupun untuk tujuan-tujuan tidak dibenarkan.

10. Kesejahteraan Hewan

Bahwasanya kesejahteraan hewan (animal welfare) adalah kondisi hewan dan/atau

lingkungan hewan yang harus mendapat perhatian kemanusiaan maupun

penanganannya sedemikian rupa sehingga mencapai suatu kondisi yang ideal/optimal

secara fisik, psikis, dan kenyamanan, sehingga mendekati ukuran animal well being yang

sebenarnya. Hukum kaidah kesejahteraan hewan (animal welfare code) mulai berlaku

manakala regulasi biologis hewan tersebut sedikit atau banyak dipengaruhi atau

tergantung dari campur tangan manusia. Komponen regulasi biologis hewan tersebut

diantaranya meliputi: 1) ruang gerak, 2) kehidupan sosial dan reproduksi, 3) akses

terhadap makan dan minum, 4) keleluasaan melakukan ekskresi dan sekresi, serta 5)

merespon terhadap pengaruh-pengaruh luar (iritabilitas). Sehubungan dengan itu,

dokter hewan harus memerankan dirinya sebagai pihak yang mampu memberikan

perhatian kemanusiaan dan memberikan penanganan yang profesional kepada hewan

dan lingkungannya, sehingga tercapai suatu kondisi animal well being dengan lingkungan

hidup yang lestari. Profesionalitas dokter hewan dalam penanganan masalah

kesejahteraan hewan tersebut pada umumnya dihubungkan dengan nilai-nilai five

freedom, yaitu: 1) bebas dari rasa lapar dan haus, 2) bebas dari rasa sakit dan penyakit, 3) bebas dari rasa tidak nyaman, 4) bebas dari rasa takut dan tercekam (stress), serta 5)

bebas untuk mengespresikan dirinya secara alami. Penanganan khusus pada hewan

laboratorium dilakukan dengan menerapkan nilai-nilai Three R, yaitu Reduce, Replace,

dan Refinement. Dewasa ini telah dirumuskan 12 butir pendekatan pengukuran

kesejahteraan hewan berdasarkan kesepakatan bersama secara Internasional yang

dituangkan dalam standar dan/atau pedoman pelaksanaan animal welfare, yaitu: 1)

tanggungjawab (responsibilities), 2) keamanan (security), 3) perkandangan dan lapamgan

bermain (enclosures), 4) kebutuhan nutrisi/ransum dan air) dietary and water

requirements, 5) kesehatan dan kesejahteraan (health and wellbeing), 6) manajemen

reproduksi (reproductive management), 7) etanasi (euthanaisa), 8) penangkapan dan

penangganan (capture dan restrain), 9) (pelatihan) training, 10) (program intensif)

interactive program, 11) transportasi (transportation), 12) identifikasi dan pencatatan

hewan (animal identification and records).

11. Standar operasi baku

Bahwasanya demi menjaga kepercayaan dari masyarakat pengguna jasa dokter hewan,

adanya standar operasi baku pada setiap metode, prosedur, perlakuan, kinerja, dan tata

cara yang berlaku untuk setiap perorangan maupun kelompok, harus terus diupayakan.

Dengan harapan dapat mengurangi kesenjangan kesenjangan dalam pelaksanaan

pelayanan kesehatan hewan, termasuk dalam mewujudkan sistem penjaminan mutu

pelayanan kesehatan hewan dalam arti seluas-luasnya. Sehubungan dengan itu, dokter

Page 147: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

141

hewan hendaknya membiasakan diri untuk menginisiasi adanya standar operasi baku

semua hal yang berkenaan dengan pelayanan kesehatan hewan. Lebih penting lagi

dengan adanya standar operasi baku pelayanan jasa medik veteriner, dokter hewan

diharapkan dapat mengargumentasikan dan menginterpretasikan tindakan-tindakan

yang telah dilakukannya.

12. Menjaga kehormatan

Bahwasanya demi menjaga kehormatan profesi, dokter hewan hendaknya senantiasa

mawas diri dan bertindak hati-hati. Dokter hewan hendaknya tidak mendukung, tidak

menyembunyikan, tidak melakukan prosedur atau terkait dengan perorangan yang

meragukan nilai kebenarannya maupun reputasinya. Dokter hewan hendaknya

menghindari prosedur-prosedur yang sifatnya ilegal, berkontra, dan bertolak belakang

dengan standar etika ataupun metode ilmiah yang bertentangan dengan kesejahteraan

hewan, merusak produksi hewan, mengganggu keseimbangan ekologi, atau yang

memenangkan kepentingan lain yang tidak mulia/terhormat menurut ukuran profesi

veteriner.

13. Akuntabilitas

Bahwasanya proaktivitas dokter hewan dalam mempertanggungjawabkan semua

tindakannya sangat penting untuk meningkatkan reputasinya di tempat kerja maupun di

lingkungan masyarakat. Manakala semua dokter hewan di Indonesia menunjukkan

akuntabilitas yang sama, maka secara langsung maupun tidak langsung, hal ini akan

meningkatkan reputasi dokter hewan berikut organisasinya di seluruh Indonesia. Bahwa

untuk menjadi pribadi yang memiliki akuntabilitas yang tinggi, diperlukan adanya latihan

ataupun pembiasaan diri untuk selalu bertanggung jawab atas tindakan yang

dilakukannya. Tindakan itu sendiri hendaknya dilakukan dengan mengerahkan seluruh

pengetahuan terbaiknya, tehnik-tehnik yang termutakhir, serta penggunaan obat-obatan

yang memadai semaksimal mungkin. Selain itu, dokter hewan harus dibebaskan dari

tindakan-tindakan ataupun tugas-tugas yang dapat membahayakan dirinya secara fisik atau infeksi atau dapat memburukkan/merugikan kualitas layanannya atau yang bersifat

ilegal. Dalam konteks itu, dokter hewan hendaknya senantiasa mengevaluasi apa yang

telah dilakukannya termasuk melakukan analisisis antara tindakan-tindakan yang

dilakukan dengan kemungkinan konsekuensi yang timbul. Demi menjaga akuntabilitas

tersebut, hendaknya dokter hewan dalam menjalankan tugasnya tidak melakukan

kesalahan (malpraktik) atau bahkan sampai melanggar hukum.

14. Transaksi terapeutik

Bahwasanya dokter hewan merupakan profesi yang memiliki hak untuk mendapatkan

imbal jasa atas layanan yang telah diberikan sesuai dengan besarnya usaha yang telah

dilakukan. Namun demikian, dalam menuntut hak transaksi terapeutik hendaknya

dilakukan dengan kejujuran, keadilan (tidak curang), masuk akal (reasonable), serta

berdasarkan peran penting yang bersangkutan dalam profesi tersebut. Imbal jasa ini

hendaknya sesuai dengan ketentuan yang berlaku di negara di mana ia bekerja,

memenuhi aturan hukum, serta memenuhi standar yang ditetapkan oleh organisasi

profesi. Tidak dibenarkan secara etika untuk menawarkan harga yang kompetitif hanya

karena ingin memperoleh suatu pekerjaan profesi.

Page 148: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

142

15. Informed consent

Bahwasanya informed consent merupakan proses komunikasi antara dokter hewan

dengan klien tentang kesepakatan tindakan medis veteriner yang akan dilakukan oleh

dokter hewan tersebut. Dalam konteks ini, dokter hewan memiliki kewajiban untuk

menginformasikan kepada klien tentang status penyakit hewan miliknya, rencana tindakan yang akan dilakukan, prospek keberhasilannya, risikonya, dan keadaaan

keadaan lainnya yang dapat merubah hasil tindakan medik veteriner yang dilaksanakan.

Informed consent merupakan tanggung jawab etikal dokter hewan dan merupakan

kekuatan hukum bagi dokter hewan untuk melakukan berbagai tindakan yang disepakati

bersama klien.

16. Kerahasiaan profesi

Bahwasanya kerahasiaan informasi di ruang publik merupakan hak privasi bagi semua

orang, termasuk kerahasiaan atas kondisi penyakit yang diderita oleh pasien dokter

hewan. Kerahasiaan yang dimaksudkan adalah bilamana tidak menyangkut kepentingan

publik, tidak bertentangan dengan hukum dan tidak mengganggu pihak ketiga di mana

hal ini menjadi dasar kehormatan dan tanggung jawab dokter hewan. Dalam konteks ini,

dokter hewan harus mampu membedakan antara kerahasiaan di ruang publik dengan

kerahasiaan yang harus dibuka untuk kepentingan publik, contohnya dalam rangka

persidangan di pengadilan. Kerahasiaan yang bersifat teknologi juga harus dikategorikan

dalam kewajiban profesional dokter hewan. Kerahasiaan profesi ini adalah hak dan

tanggung jawab yang esensial bagi profesi veteriner.

17. Second opinion

Bahwasanya second opinion merupakan pendapat pihak kedua tentang penyelesaian

masalah dari sudut pandang yang berbeda. Second opinion dapat menjadi alternatif bagi

klien untuk ikut mengambil keputusan atas nasib kesehatan hewannya. Dokter bewan

harus menghargai hak klien untuk berkonsultasi dengan kolega/sejawat dokter hewan

lainnya atau dengan seorang spesialis dari profesi lain pada setiap waktu yang sesuai

dengan pokok urusan.

18. Rekam medik

Bahwasanya rekam medik merupakan bagian dari kelengkapan pelayanan jasa medik

veteriner yang sangat esensial dalam urusan administrasi maupun sebagai implementasi

dari kewenangan medik veteriner. Sehubungan dengan itu, dokumen haruslah bersifat

otentik, ditandatangani oleh dokter hewan yang bersangkutan (in charge), dilakukan

secara berkelanjutan dan bertahap, mencerminkan suatu tindakan pengawasan yang

ketat, serta diekspresikan sebagai dokumen yang benar, nyata, berkesungguhan (serius)

dan tidak ada kepentingan lain/keberpihakan.

19. Reseptir obat hewan

Bahwasanya obat hewan merupakan sediaan obat yang sifatnya alami, farmasetik,

premix, dan biologik yang digunakan untuk mendukung tindakan medik veteriner baik

yang bersifat promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif. Atas dasar itulah dokter

hewan dengan kewenangan medik veteriner yang dimilikinya harus tetap berhati-hati

dalam menuliskan resep baik obat dengan kategori obat keras, obat bebas, dan obat bebas

terbatas. Selain itu, dokter hewan harus mempertimbangkan resiko resiko yang mungkin

berdampak terhadap kesehatan manusia, kesehatan hewan, dan/atau kesehatan

lingkungan bila digunakan tidak sesuai dengan saran dokter hewan. Dokter hewan harus

Page 149: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

143

menuliskan resep obat hewan dari obat obat yang terdaftar resmi berdasarkan

keamanannya dan memberikannya dalam bentuk dan dosis yang paling nyaman dan

bermanfaat. Kemudian dalam melakukan terapi, hendaknya dokter hewan menggunakan

obat-obatan, penjualan obat-obatan maupun alat kesehatan agar tidak eksperimental,

komersial akan tetapi tepat guna serta mengutamakan kemanusiaan diatas kepentingan

pribadi

20. Belajar sepanjang hayat

Bahwasanya menempatkan dokter hewan sebagai bagian dari perubahan peradaban

dunia mengandung pesan moral agar dokter hewan harus mampu menyelaraskan diri

terhadap perkembangan global, sehingga membuat dirinya setara dengan perkembangan

terbaru dalam lingkup ilmu pengetahuan, teknologi dan keprofesiannya sepanjang waktu.

Untuk itu menjadi keharusan bagi dokter hewan untuk membiasakan diri “belajar

sepanjang hayat”. Kegiatan ini mengandung makna, pentingnya dokter hewan

memutakhirkan, menyelaraskan, menyebarkan, dan mengembangkan ilmu pengetahuan

yang dimilikinya. Memutakhirkan mengandung arti senantiasa mengupdate terhadap

perkembangan ilmu pengetahuan terkini. Menyelaraskan mengandung arti pentingnya

saling berbagi, dalam bentuk seminar, workshop, atau pertemuan lainnya. Menyebarkan

mengandung arti pentingnya dokter hewan berpartisipasi dalam kegiatan pendidikan

berkelanjutan. Mengembangkan mengandung arti penting kegiatan penelitian,

investigasi, survey sehingga menghasilkan publikasi yang bernuansa inovatif.

21. Berbagi ilmu dan pengalaman

Bahwasannya berbagi ilmu dan pengalaman merupakan ciri-ciri dari masyarakat ilmiah

maupun merupakan korsa dokter hewan sebagai komunitas pembelajar (learning

community). Untuk itu, dokter hewan harus terus melatih diri dalam mempublikasikan

dan/atau mempresentasikan makalah ilmiah, sehingga dihargai keberadaannya sebagai

agen perubahan bagi kemajuan profesi, maupun dalam menjunjung martabat profesi

veteriner. Merupakan kewajiban bagi penulis untuk menghasilkan suatu tulisan yang menarik perhatian masyarakat pembaca. Namun demikian merupakan kewajiban

baginya untuk mencantumkan sumber sitasi bahkan memberikan penghargaan kepada

pihak yang telah merintis inovasi tersebut. Plagiasi merupakan pelanggaran serius

terhadap etika profesional.

22. Personal branding

Bahwasanya suatu promosi maupun penyebaran informasi tentang pelayanan jasa medik

veteriner merupakan personal branding yang tidak dapat dihindarkan dalam rangka

memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat. Meskipun demikian, kegiatan

ini haruslah dilakukan dengan cara yang wajar, dengan sungguh sungguh dan tetap

dengan memegang teguh prinsip prinsip kehormatan pribadi, citra dan reputasi profesi,

serta dengan penuh toleransi dan tenggang rasa. Dalam ko nteks ini, personal branding

lebih disarankan dalam bentuk pelayanan dokter hewan secara etikal kegiatan promosi

peran profesi veteriner kepada khalayak masyarakat hendaknya dilakukan secara

bermartabat. Penggunaan iklan dimungkinkan untuk dokter hewan atau kelompok

dokter hewan yang sedang membuka praktik, pindah alamat, atau menutup praktik.

Dalam periklanan pelayanan profesi tersebut hendaknya dihindari gaya komersial dan

tetap mengedepankan komitmen professional.

Page 150: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

144

23. Kesejawatan

Bahwasanya hubungan kerja dengan sesama profesi, profesi lain, maupun perorangan

lainnya merupakan modal sosial dalam membangun kebersamaan dan dalam

memecahkan berbagai kompleksitas masalah. Sehubungan dengan itu, dalam

memperlakukan pihak lain, dokter hewan harus mampu menghormati dan menempatkan dirinya sebaik mungkin agar sesuai dengan kriteria keprofesian, batas batas kepentingan

pihak lain, perlakuan yang setara, serta memenuhi kriteria profesional yang berlaku.

Kemudian demi terjaganya hubungan baik sesawa sejawat, hendaknya menghindari

berkembangnya konflik dan merendahkan sesama sejawat.

Page 151: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

145

Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia

KETETAPAN KONGRES KE-18

PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA TAHUN 2018

TAP. Nomor 14/Kongres Ke-18/PDHI/2018

TENTANG

PENYUSUNAN STANDAR OPERASI BAKU DAN PENYELARASAN PERANGKAT PELAYANAN JASA MEDIK VETERINER

KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INODNESIA

Menimbang

1. bahwa Kongres adalah kelengkapan organisasi yang memegang kekuasaan tertinggi dan

bertugas untuk menyusun ketetapan-ketetapan yang mendukung penyelenggaraan

organisasi;

2. bahwa Kongres sangat menghargai prakarsa dan perjuangan PB PDHI Periode 2014-2018

yang telah berinisiatif untuk menyempurnakan penyelenggaraan pelayanan jasa medik

veteriner.

3. bahwa pelayanan jasa medik veteriner yang telah diatur dalam Peraturan Menteri

Pertanian RI Nomor 02 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelayanan Jasa Medik Veteriner

masih belum dilengkapi dengan standar operasi baku yang relevan dengan spesies hewan

yang ditangani maupun keilmuan dan teknologi yang digunakan.

4. bahwa organisasi profesi kedokteran hewan dewasa ini telah dilengkapi dengan ONT yang

memiliki kepakaran/keahlian dalam penyelarasan perangkat pelayanan jasa medik

veteriner maupun standar operasi baku yang relevan dengan spesies hewan yang ditangani

maupun keilmuan dan teknologi yang digunakan.

5. bahwa untuk mendukung program pemerintah dalam penyelenggaraan kesehatan hewan,

dan dalam kegiatan pembinaan praktik kedokteran hewan, kongres memandang perlu

ditetapkannya Penyelarasan Perangkat dan Standar Operasi Baku Pelayanan Jasa Medik

Veteriner.

Mengingat

1. Pasal 1 dan 5 Anggaran Dasar PDHI.

2. Pasal 1, 11, dan 17 Anggaran Rumah Tangga PDHI.

Memperhatikan

1. Tanggapan, diskusi, saran, dan usulan peserta kongres yang berkembang pada saat Kongres

Ke-18 PDHI Tahun 2018.

Page 152: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

146

MEMUTUSKAN

Menetapkan

Ketetapan Mengenai Penyusunan Standar Operasi Baku dan Penyelarasan Perangkat Pelayanan

Jasa Medik Veteriner sebagaimana terlampir.

Ditetapkan di Bali Pada tanggal 02 November 2018

Ketua Kongres Ke-18 PDHI

(Drh. Laode Mastari, MM)

Sekretaris Kongres Ke-18 PDHI

(Drh. Ni Made Restiati, MPhil)

Page 153: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

147

Lampiran: TAP. Nomor 18/Kongres Ke-18/PDHI/2018

Tentang: PENYUSUNAN STANDAR OPERASI BAKU DAN PENYELARASAN

PERANGKAT DAN PELAYANAN JASA MEDIK VETERINER

PENYUSUNAN STANDAR OPERASI BAKU DAN PENYELARASAN PERANGKAT

PELAYANAN JASA MEDIK VETERINER

PENDAHULUAN

Pelayanan jasa medik veteriner merupakan pilar penting penyelenggaraan kesehatan

hewan. Tidak sekedar urusan kesembuhan pasien dan kepuasan klien, di dalamnya termuat

semangat bela negara pengabdian profesi dokter hewan yang secara moral berusaha

memberikan respek kepada semua pihak yang berkepentingan. Termasuk kepentingan

berbangsa, bernegara, dan/atau bermasyarakat.

Pemerintah melalui Peraturan Menteri Nomor 02 Tahun 2010 telah menerbitkan

Pedoman Pelayanan Jasa Medik Veteriner, yaitu sebagai penjabaran aspek pelayanan kesehatan

hewan yang diamanatkan dalam Undang Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan

Kesehatan Hewan.

Setelah diimplementasikan lebih dari 8 tahun, banyak kalangan praktisi mengusulkan

pentingnya penyempurnaan pedoman tersebut. Di antaranya adalah pentingnya (1) keselarasan

perangkat pelayanan jasa medik veteriner yang didukung dengan (2) tersedianya standar operasi

baku berbasis spesies, keilmuan dan/atau teknologi. Pendekatan standar ini sangat penting agar

pelayanan kesehatan hewan di Indonesia memiliki mutu yang setara di dunia Internasional.

Kegiatan ini mendesak dilakukan. Selain untuk menjawab tekanan tantangan global, hal ini

dimaksudkan untuk memberikan arahan pelayanan yang mencegah dari mal praktik, lebih etikal,

dan lebih professional sesuai kaidah ilmu kedokteran hewan.

Sehubungan dengan luasnya cakupan masalah yang harus ditangani, maka diperlukan

keterlibatan segenap pemangku kepentingan dengan berbagai ragam latar belakang pengalaman,

pelatihan dan pendidikan. Berdasarkan pertimbangan itu, berikut ini disajikan arahan dan ruang

lingkup kegiatan maupun bentuk kemitraan yang dapat mengefektifkan upaya tersebut.

LINGKUP PELAYANAN JASA MEDIK VETERINER

Lingkup pelayanan jasa medik veteriner secara garis besar telah diatur dalam Undang-

Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan. Secara garis besar

meliputi:

b. Pelayanan jasa medik veteriner yang berbasis fasilitas kerumahsakitan, contohnya a) dokter

hewan praktik mandiri; b) dokter hewan praktik bersama; c) klinik hewan; d) klinik

ambulatoir; e) rumah sakit hewan; dan/atau rumah sakit hewan khusus; serta f) pusat

kesehatan hewan (Puskeswan).

c. Pelayanan jasa medik veteriner yang berbasis fasilitas non-kerumahsakitan, contohnya

pelayanan jasa laboratorium veteriner, pelayanan rumah potong hewan, pelayanan apotek

dan penyediaan obat hewan, dan lain sebagainya.

d. Pelayanan jasa medik veteriner berbasis konsultasi kesehatan hewan dan kedokteran

populasi untuk manajemen kesehatan ternak.

Page 154: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

148

SASARAN PENYELARASAN PERANGKAT PELAYANAN JASA MEDIK VETERINER

Penyelarasan pelayanan jasa medik veteriner ini dimaksudkan agar tata cara pemberian pelayanan oleh praktisi dokter hewan tidak jauh berbeda antara yang satu dengan yang lain. Salah satu dampak yang diinginkan adalah terbangunnya citra dan reputasi pelayanan medik veteriner yang lebih positif. Selain itu juga untuk menghindari munculnya celah-celah yang dapat dijadikan complaint oleh klien dan/atau masyarakat atas jasa yang diberikan oleh praktisi dokter hewan.

Berikut ini disajikan komponen perangkat pelayanan jasa medik veteriner yang perlu diselaraskan, dikembangkan, dan distandarkan secara berkelanjutan:

1. Wawasan dan sikap profesionalitas dokter hewan;

2. Kelengkapan aspek legal;

3. Kelayakan sarana, prasarana, dan fasilitas medis;

4. Kelayakan manajemen praktik dokter hewan;

5. Kelayakan keamanan kerja dan penataan lingkungan kerja;

6. Kelayakan transaksi terapeutik dan manajemen klien;

7. Ketersediaan obat dan perangkat medikasi

8. Kemutakhiran sistem rekam medik;

9. Kelayakan penanganan animal welfare

10. Penyeliaan tenaga paramedik veteriner.

TARGET PENYUSUNAN SOP PELAYANAN JASA MEDIK VETERINER

Berdasarkan sasaran pelayanan jasa medik veteriner yang perlu diselaraskan, berikut ini

adalah Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) yang perlu diprioritaskan dan ditindaklanjuti dengan

penyusunan standar operasi baku.

1. Berkaitan dengan wawasan dan sikap profesionalitas dokter hewan;

a. Kewajiban utama dokter hewan praktisi.

b. Tanggung jawab atas keilmuan, kemampuan, dan teknik-teknik kedokteran hewan.

c. Etika profesi dokter hewan terhadap klien, rekan sejawat, paramedik veteriner,

tenaga bantu kesehatan hewan, masyarakat sekitar dan lingkungan hidup dalam

pelayanan jasa medik veteriner.

2. Berkaitan dengan kelengkapan legal aspek;

a. Surat Izin Praktik (SIP) setiap dokter hewan

b. Kelengkapan administrasi dalam membuka/mendirikan fasilitas pelayanan medik

veteriner.

3. Berkaitan dengan kelayakan sarana, prasarana dan fasilitas medis;

a. Kelengkapan dan kelayakan sarana-prasarana dan fasilitas pelayanan jasa medik

veteriner untuk praktik dokter hewan mandiri, praktik dokter hewan bersama, klinik

hewan, rumah sakit hewan, rumah sakit hewan khusus, dan pusat kesehatan hewan

(Puskeswan).

b. Kelengkapan dan kelayakan ambulatoir klinik.

c. Kelengkapan dan kelayakan fasilitas laboratorium veteriner.

d. Kelengkapan dan kelayakan fasilitas pemeliharaan dan perawatan hewan.

e. Kelengkapan dan kelayakan alat transportasi hewan.

f. Kelengkapan dan kelayakan instrumen diagnosis.

Page 155: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

149

4. Berkaitan dengan kelayakan manajemen praktik dokter hewan;

a. Tata kelola klinik.

b. Tindakan gawat darurat.

c. Manajemen keperawatan.

d. Manajemen diet.

e. Manajemen vaksinasi.

f. Pedoman anestesi.

g. Pedoman pembedahan.

h. Pedoman eutanasia.

5. Berkaitan dengan kelayakan keamanan kerja dan penataan lingkungan kerja;

a. Pengutamaan kesehatan dan keselamatan kerja.

b. Ketersedian Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K).

c. Kebersihan lingkungan kerja.

d. Terbebaskan dari polusi udara dan suara

e. Penataan lingkungan dan dekorasi ruangan kerja.

6. Berkaitan dengan kelayakan transaksi terapeutik dan manajemen klien;

a. Etika menghadapi klien.

b. Kemampuan komunikasi professional.

c. Kemampuan menggali informasi kepemilikan hewan.

d. Kemampuan menggali anamnesa.

e. Kemampuan menegakkan diagnosa dan diagnosa banding.

f. Kemampuan menegakkan prognosa.

g. Kemampuan melakukan informed consent.

h. Kemampuan menetapkan harga jasa.

i. Kemampuan memberikan second opinion.

j. Kemampuan mengembangkan sistem rujukan kasus.

7. Berkaitan dengan ketersediaan obat dan perangkat medikasi

a. Sistem penyimpanan obat keras.

b. Sistem penyimpanan obat berbahan biologis.

c. Sistem audit kelayakan obat.

d. Penyediaan, penyimpaan, pengelolaan, dan penggunaan obat hewan.

e. Penggunaan obat-obatan pemacu dalam kompetisi hewan

f. Penggunaan analgesik dan anestesi dalam pembedahan.

8. Berkaitan dengan kemutakhiran sistem rekam medik;

a. Sistem diagnosis berbasis kecakapan klinis.

b. Sistem diagnosis berbasis kecakapan laboratoris.

c. Manajemen rekam medis dan pelaporan penyakit.

d. Manajemen informasi kasus gawat darurat.

e. Manajemen informasi keperawatan harian.

9. Berkaitan dengan kelayakan penanganan animal welfare

a. Handling and restain hewan.

b. Pengandangan hewan.

Page 156: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

150

c. Pengangkutan hewan.

d. Menindak hewan tanpa menderita dan/atau cacat.

e. Penyembelihan hewan.

f. Pengambilan sampel.

g. Pembedahan tidak untuk menutupi cacat genetik

h. Penyediaan pakan dalam perawatan hewan.

i. Penggunaan substansi terapeutik pada kompetisi hewan

j. Kepantasan penggunaan hewan untuk pengajaran.

k. Kepantasan penggunaan hewan untuk penelitian.

l. Kepantasan penggunaan hewan untuk atraksi.

m. Konsekuensi dari temuan residu obat

10. Berkaitan dengan penyeliaan tenaga paramedik veteriner.

a. Kontrak penyeliaan secara lisan dan/atau tertulis.

b. Kontrak penyeliaan berbasis penguasaan kompetensi

TIM PENYELARAS DAN PENYUSUN

1. Tim terpadu penyusunan standar operasi baku pelayanan jasa medik veteriner dikelola oleh

suatu komisi penyelarasan pelayanan jasa medik veteriner.

2. Komisi ini berada di bawah struktur organisasi PB PDHI.

3. Komisi merupakan representasi ONT di lingkungan PDHI secara sendiri maupun gabungan.

4. Komisi ini bertugas untuk: a) menyusun daftar inventarisasi masalah yang harus

diprioritaskan untuk disusun sebagai Prosedur Operasi Baku pelayanan jasa medik

veteriner; b) menyusun agenda kegiatan pembahasan; c) mengembangkan jejaring dengan

organisasi atau lembaga yang relevan.

5. Jejaring penyusunan prosedur operasi baku pelayanan jasa medik veteriner disebut sebagai

tim terpadu yang sekurang-kurangnya terdiri dari: Asosiasi Rumah Sakit Hewan Indonesia

(ARSHI), Asosiasi Fakultas Kedokteran Hewan Indonesia (AFKHI).Asosiasi Obat Hewan

Indonesia (ASOHI), dan Asosisasi Paramedik Veteriner Indonesia (APAVETI).

6. Komisi dapat melakukan kegiatan sendiri atau bersama dengan salah satu atau lebih jejaring

sesuai dengan kebutuhan pembahasan dalam rangka penyelarasan perangkat dan

penyusunan prosedur operasi baku pelayanan jasa medik veteriner.

7. Komisi ini maupun tim terpadu yang terbentuk sebagai pengembangan Komisi Penyelarasan

Jasa Medik Veteriner melakukan konsultasi dan koordinasi dengan pemerintah baik pusat

maupun daerah.

8. Komisi ini maupun tim terpadu yang terbentuk sebagai pengembangan Komisi Penyelarasan

Jasa Medik Veteriner mengemban tanggung jawab moral untuk mendukung pelaksanaan

otoritas veteriner di Indonesia.

9. Hasil kegiatan komisi maupun tim terpadu diujicobakan pada beberapa cabang PDHI,

sehingga mendapat respons perbaikan yang memadai.

10. Komisi melaporkan kegiatannya di dalam Mukernas PDHI.

11. Pelatihan hasil penyelarasan perangkat dan penyusunan SOP dikategorikan sebagai

peningkatan kompetensi dan bersertifikat.

12. Dalam rangka pelatihan, dibentuk sistem mentoring, instruktur atau fasilitator.

Page 157: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

151

Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia

KETETAPAN KONGRES KE-18

PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA TAHUN 2018 TAP. Nomor 15/Kongres Ke-18/PDHI/2018

TENTANG PERAN AKTIF PDHI DALAM ORGANISASI KEDOKTERAN HEWAN INTERNASIONAL

KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA,

Menimbang:

1. bahwa Kongres adalah kelengkapan organisasi yang memegang kekuasaan tertinggi dan

bertugas untuk menyusun ketetapan-ketetapan yang mendukung penyelenggaraan

organisasi;

2. bahwa Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia sebagai satu-satunya wadah profesi Dokter

Hewan bagi seluruh Dokter Hewan Indonesia, terus berusaha menyejajarkan anggotanya

dan organisasinya agar setara dengan organisasi profesi kedokteran hewan di dunia;

3. bahwa dengan semangat itu pada tahun 2018, Ketua Umum PB-PDHI periode 2014-2018

terpilih sebagai presiden dan organisasi PDHI dipercaya untuk melaksanakan Kongres

Federation of Asian Veterinary Association (FAVA);

4. bahwa dalam rangka ikut menjaga perdamaian dunia, serta untuk meningkatkan harkat dan

martabat dokter hewan Indonesia di tingkat internasional, Kongres memandang perlu agar

PDHI terus berperan aktif dalam organsisasi kedokteran hewan internasional.

Mengingat:

2. Pasal 17, 24, dan 29 Anggaran Rumah Tangga PDHI

Memperhatikan:

Tanggapan, diskusi, saran, dan usulan Peserta Kongres yang berkembang pada saat Kongres

Ke-18 PDHI Tahun 2018.

MEMUTUSKAN

Menetapkan:

1. Peran aktif PDHI dalam organisasi kedokteran hewan internasional (terlampir)

2. Mendukung anggota PDHI menjadi pengurus organisasi internasional

Ditetapkan di Bali

Pada tanggal 02 November 2018

Ketua Kongres Ke-18 PDHI

(Drh. Laode Mastari, MM)

Sekretaris Kongres Ke-18 PDHI

(Drh. Ni Made Restiati, MPhil)

Page 158: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

152

Lampiran: TAP. Nomor 15/Kongres Ke-18/PDHI/2018

Tentang: PERAN AKTIF PDHI DALAM ORGANISASI KEDOKTERAN HEWAN

INTERNASIONAL

PERAN AKTIF PDHI DALAM ORGANISASI KEDOKTERAN HEWAN INTERNASIONAL

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kecenderungan (trend) keterlibatan PDHI dalam organisasi kedokteran hewan

internasional semakin meningkat. Salah satu indikatornya pada tahun 2018, PDHI mendapat

kehormatan menjadi tuan rumah penyelenggaraan Kongres Federation of Asian Veterinary

Association (FAVA) 2018. Tidak itu saja, Ketua Umum Pengurus Besar PDHI Periode 2014-2018

terpilih menjadi Presiden FAVA Periode 2018-2020. Demikian juga Ketua III Pengurus Besar

PDHI Periode 2014-2018 terpilih menjadi Sekjen FAVA 2018-2020.

Selain capaian tersebut di atas, cukup banyak capaian PDHI dalam kegiatan

internasional lainnya. Contohnya Asian Association of Veterinary School (AAVS), Asian Society of

Veterinary Pathology (ASVP), dan World Small Animal Veterinary Association (WSAVA). Kegiatan

tersebut, selain kegiatan insidental, ada juga yang menghasilkan sertifikat pelatihan, keanggotaan

bersifat internasional maupun pengakuan yang bersifat internasional. Outcome dari kegiatan ini

selain dirasakan dalam bentuk peningkatan kapasitas sumber daya manusia juga dalam

pengembangan networking,

Meskipun kegiatan internasional tersebut cukup banyak dilakukan, namun demikian,

belum banyak dipikirkan atau dijadikan momentum yang sifatnya memberikan feedback atau

berdampak positif terhadap keberlangsungan penyelenggaraan berprofesi masa depan. Dengan

alasan tersebut perlu dilakukan pengaturan peran aktif PDHI dalam organisasi kedokteran

hewan internasional.

Maksud dan Tujuan

Maksud dari pengaturan ini adalah untuk mengapresiasi dokter hewan baik secara

perorangan maupun secara keorganisasian yang berperan aktif dalam organisasi kedokteran

hewan internasional. Tujuan dari pengaturan ini adalah untuk mendapatkan nilai tambah dari

kegiatan tesebut bagi peningkatan kemampuan dokter hewan maupun organisasi dalam

pembangunan kesehatan hewan di Indonesia.

GARIS-GARIS BESAR PENGATURAN

1. Semua dokter hewan yang berperan aktif dalam kegiatan/organisasi kedokteran hewan

internasional baik atas inisiatif sendiri, atas tugas institusi, maupun atas tugas organisasi

diasumsikan memiliki kontribusi bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta

keterampilan dalam pelayanan profesi medik veteriner.

2. Dokter hewan yang bersangkutan dapat diketahui mengikuti kegiatan yang bersifat

internasional oleh PDHI, dengan cara melaporkan, atau dilaporkan oleh kolega terdekatnya,

atau oleh institusinya.

Page 159: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

153

3. Kepada dokter hewan yang bersangkutan bisa dipertimbangkan mendapatkan sertifikat

mengikuti Pendidikan Berkelanjutan sesuai dengan ketentuan SKPB.

4. Selain itu, PDHI memberikan apresiasi kepada yang bersangkutan dalam bentuk recognition

sebagai person yang memperkaya ranah roadmap pemgembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi kedokteran hewan, keterampilan profesional dalam pelayanan jasa medik

veteriner, serta kelengkapan sumber daya okupasi di bidang kesehatan hewan dalam arti

yang seluas-luasnya di tingkat nasional dan internasional.

5. Untuk memproyeksikan roadmap pengembangan kedokteran hewan tersebut maupun

mendata kegiatan dokter hewan di kancah internasional, PB PDHI memberikan tugas kepada

salah satu ketua dan/atau membentuk komisi yang relevan.

6. Ketua dan/atau Komisi yang relevan tersebut berkoordinasi dengan pengurus ONT untuk

melanjutkan proses proyeksi roadmap lebih rinci berdasarkan literasi yang disampaikan

dokter hewan yang bersangkutan.

7. Dokter hewan yang bersangkutan sewaktu-waktu diharapkan siap berbagi pengalaman dan

pengetahuan pada forum di level PB PDHI, Pengurus PDHI Cabang, Pengurus ONT, atau

forum yang lebih luas.

8. Kegiatan pada butir 7 dapat dilaksanakan sebagai ajang pendidikan berkelanjutan, atau in

house training.

9. Dokter hewan yang bersangkutan merupakan aset bagi PDHI.

Page 160: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

154

Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia

KETETAPAN KONGRES KE-18

PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA TAHUN 2018 TAP. Nomor 16/Kongres Ke-18/PDHI/2018

TENTANG

PELAKSANAAN PENINGKATAN KAPASITAS KEPEMIMPINAN VETERINER INDONESIA (INDONESIA VETERINARY LEADERSHIP)

KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA,

Menimbang:

1. bahwa pada hakekatnya dokter hewan adalah orang yang memiliki profesi kedokteran

hewan, sertifikat kompetensi, dan kewenangan medik veteriner dalam pelayanan kesehatan

hewan. Kewenangan medik veteriner yang dimaksud meliputi kemampuan dalam pengambil

keputusan dan melakukan tindakan tindakan medik. Pelaksanaan kewenangan ini tidak

cukup berbasis pada kemampuan teknis kesehatan hewan semata, tetapi juga keterampilan

non-teknis yang erat kaitannya dengan aspek kepemimpinan. Dengan pertimbangan itu

lahir keilmuan terapan veteriner yang disebut veterinary leadership.

2. bahwa melalui program Australia Indonesia Partnership for Emerging Infectious Diseases,

pada tahun 2012 enam dokter hewan Indonesia dari IPB dan UGM berkesempatan mengikuti

training for trainer (TOT) Indonesia Veterinary Leadership (IVL). Melalui Kementerian

Pertanian RI, mereka diberdayakan untuk melatih dokter hewan manajer tingkat menengah

dari kalangan kementerian, pemerintah daerah, balai-balai dan perguruan tinggi, sehingga

menghasilkan fasilitator untuk menyebarkan keterampilan tersebut bagi kemajuan

penyelenggaraan kesehatan hewan.

3. bahwa dengan pertimbangan itu, Pengurus Besar PDHI Periode 2014-2018 telah

membentuk Komisi Kepemimpinan Veteriner untuk menjembatani desiminasi IVL,

peningkatan kapasitas anggota, serta dukungan terhadap penguatan kelembagaan

kesehatan hewan, termasuk otoritas veteriner. Tahap ini telah dilakukan dengan seksama,

maka pada giliran berikutnya perlu disusun suatu kerangka kerja sehingga IVL memberikan

dampak yang sebesar-besarnya bagi penyelenggaraan kesehatan hewan.

Mengingat: Pasal 12 huruf j Anggaran Rumah Tangga PDHI

Memperhatikan: Tanggapan, diskusi, saran, dan usulan peserta kongres yang berkembang pada saat Kongres

Ke-18 PDHI Tahun 2018

Page 161: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

155

MEMUTUSKAN

Menetapkan:

Pelaksanaan Peningkatan Kapasitas Kepemimpinan Veteriner Indonesia (Indonesia

Veterinary Leadership)

Ditetapkan di Bali

Pada tanggal 02 November 2018 Ketua Kongres Ke-18 PDHI

(Drh. Laode Mastari, MM)

Sekretaris Kongres Ke-18 PDHI

(Drh. Ni Made Restiati, MPhil)

Page 162: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

156

Lampiran: TAP. Nomor 16/Kongres Ke-18/PDHI/2018

Tentang: PELAKSANAAN PENINGKATAN KAPASITAS KEPEMIMPINAN VETERINER

INDONESIA (INDONESIA VETERINARY LEADERSHIP)

PELAKSANAAN PENINGKATAN KAPASITAS KEPEMIMPINAN VETERINER

INDONESIA (INDONESIA VETERINARY LEADERSHIP)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penguatan kapasitas kepemimpinan veteriner (veterinary leadership) sudah menjadi kebutuhan di kalangan dokter hewan dunia. Sidang Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE) pada tahun 2014 menegaskan bahwa kepemimpinan (leadership) merupakan salah satu sektor yang harus diperkuat. Hal ini mengingat pengetahuan teknis dokter hewan dipandang belum cukup memadai untuk mempengaruhi dan membuat kebijakan yang tepat tanpa didukung dengan kapasitas non-teknis.

Keterampilan non-teknis dalam hal kepemimpinan dan manajemen ini di beberapa negara maju terbukti mampu meningkatkan kemampuan dokter hewan untuk secara efektif menerapkan praktik-praktik terbaik dalam hal kesiapsiagaan dan respons terhadap penyakit hewan darurat, serta meningkatkan pengendalian penyakit hewan menular strategis lainnya. Prinsip-prinsip manajemen organisasi, keterampilan komunikasi, dan manajemen tim dapat diterapkan secara luas oleh dokter hewan penyelenggara kesehatan hewan di Indonesia, untuk bisa mempersiapkan diri lebih baik dalam menghadapi berbagai tantangan yang ada saat ini dan beragam tantangan lain yang akan muncul dalam dunia kesehatan hewan.

Lahirnya konsep Indonesia Veterinary Leadership tidak dapat dilepaskan dari ridlo Allah SWT, motivasi dan tekad yang bulat dari segenap pemangku IVL, serta dukungan dari dalam negeri maupun luar negeri. Inisiatif Kepemimpinan Veteriner Indonesia (IVL) diinisiasi oleh Universitas Sydney bekerjasama dengan Fakultas Kedokteran Hewan UGM dan IPB. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kapasitas tenaga pengajar tersebut dalam menyusun kurikulum kepemimpinan veteriner di Indonesia. Sebanyak 6 dosen dari kedua fakultas tersebut telah mengikuti pelatihan intensif selama 6 bulan di Universitas Sydney kemudian mengembangkan kurikulum pelatihan yang sesuai dengan konteks di Indonesia. Kurikulum yang dikembangkan oleh tenaga pengajar tersebut kemudian diujicobakan melalui dukungan dari Program Australia Indonesia Partnership for Emerging Infectious Diseases (AIPEID) pada awal tahun 2014.

Permasalahan

Pada saat ini diseminsi konsep Indonesia Veterinery Leadership sudah dlaksanakan dan

telah menghasilkan alumni lebih dari 150 dokter hewan dari kalangan dokter hewan di pemerintahan pusat dan daerah, serta perguruan tinggi. Para alumni ini siap menjadi fasilitator pelatihan IVL di Indonesia. Selain 6 orang yang terlatih di Australia, kegiatan ini juga menghasilkan 30 instruktur untuk memperkuat para fasilitator tersebut dalam mendiseminasikan IPB di Indonesia. Selain itu, hampir lebih 500 dokter hewan pernah terpapar dengan konsep IVL.

Pada bulan September 2018, program AIPEID telah ditutup, namun tidak berarti IVL mendeg. PDHI yang dari sejak awal mengawal proses diseminasi IVL perlu mengambil inisiatif untuk melanjutkan kegitan tersebut dengan lebih aktif dan mandiri. Caranya tentu dengan

Page 163: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

157

melibatkan sistem organisasi PDHI, baik pengurus besar, pengurus cabang maupun ONT. Pendekatan ini dilanjutkan dengan meningkatkan kemitraan dengan otoritas veteriner di pusat maupun daerah, termasuk balai-balai serta perguruan tinggi.

Maksud dan Tujuan

Pengaturan ini dimaksudkan untuk menata pelaksanaan Peningkatan Kapasitas Kepemimpinan Veteriner Indonesia (Indonesia Veterinary Leadership) di lingkungan PDHI maupun lingkungan instnasi dan perusahaan yang lebih luas. Tujuannya adalah meningkatkan kemampuan keterampilan dokter hewan dalam kepemimpinan dan manajemen di bidang kesehatan hewan dalam arti yang seluas-luasnya.

Keluaran yang diharapkan adalah sebagai berikut: 1. Bagi instansi asal peserta: selama pelatihan intensif di ruang kelas dan dilanjutkan

dengan implementasi untuk melaksanakan tugas individu ditempat kerja selama tiga sampai empat bulan diharapkan para peserta akan meningkatkan kemampuan pememimpinannya sehingga dapat berkontribusi banyak terhadap berbagai program baik diinstansinya maupun program lintas sektoral.

2. Bagi para peserta: pengembangan keterampilan serta pengetahuan kepemimpinan yang relevan mengenai berbagai aspek individu, tim, serta organisasi dalam lingkungan kerja; berpeluang untuk menerapkan pembelajaran baru ini pada program yang nyata dengan dukungan dari mentor dan atasan.

3. Bagi para pelatih: pengembangan keterampilan dalam hal pembelajaran orang dewasa serta penyampaian kurikulum kepemimpinan yang efektif dalam format kursus singkat intensif dengan panduan fasilitator berpengalaman; pemahaman yang lebih baik dalam hal kurikulum kepemimpinan yang diperoleh dari pengalaman mengajarkannya ke orang lain.

PELAKSANAAN

Metode pelatihan

Pelatihan percontohan ini didasarkan pada prinsip-prinsip pembelajaran orang dewasa dan akan melibatkan waktu belajar sendiri yang dipandu oleh mentor, refleksi perorangan (individual), serta kelompok.

Selama masa periode pembelajaran dalam kelas, akan menggunakan berbagai teknik fasilitasi untuk membantu peserta memantapkan proses pembelajaran mengenai berbagai konsep. Antara lain mencakup: 1. Diskusi kelompok

2. Refleksi perorangan

3. Studi kasus dibidang veteriner Indonesia

4. Kegiatan terkait evaluasi dan refleksi ditulis dalam buku kerja, dan berbagai latihan terkait beragam topik yang menggunakan pemahaman secara menyeluruh mengenai bermacam-macam dimensi kepemimpinan

5. Multimedia – rekaman video dan audio untuk menangani berbagai gaya pembelajaran

6. Penerapan langsung

7. Catatan dan bahan bacaan

8. Kuesioner penilaian mandiri

9. Penerapan teori untuk penyelesaian masalah di lingkungan kerja

Page 164: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

158

Materi Pelatihan

Pelatihan IVL mencakup 17 modul yang membahas berbagai dimensi penting dari kepemimpinan. Topik-topik ini dapat digolongkan dalam tiga konteks kepemimpinan – kepemimpinan personal, Memimpin Orang Lain, dan kepemimpinan Organisasional.

Kepemimpinan Personal Memimpin Orang Lain Kepemimpinan

Organisasional

Perbedaan individu

Pengambilan keputusan

Pengelolaan karier

Etika

Stres dan kesejahteraan

Membangun ketahanan diri

Motivasi

Kuasa dan pengaruh

Tim

Komunikasi dan negosiasi

Kecerdasan sosial

Melatih dan memberi masukan

Rancangan kerja

Budaya organisasi

Pengelolaan perubahan

Pengelolaan pengetahuan

Manajemen waktu

Daftar Isi

Modul 1. Kepemimpinan (Leadership)

- Definisi dan pengertian kepemimpinan

- Tipe-tipe kepemimpinan

- Kepemimpinan yang efektif

Modul 2. Perilaku dan Budaya Organisasi

- Definisi Budaya Organisasi

- Tingkatan Budaya Organisasi dan Strategi Perubahannya

- Menganalisa dan Menafsirkan Budaya Organisasi

- Menghidari Ketidakpastian

Modul 3. Perbedaan Individu

- Teori Triadic Recriprocal Determinism

- Teori Lima Besar Kepribadian - Kecerdasan Emosional

Modul 4. Pengaruh dan Kekuasaan

- Definisi Kekuasaaan

- Sumber Kekuasaan

- Teori Strategis Kontijensi

- Strategi Mempengaruhi - Hasil dari Upaya Mempengaruhi

Modul 5. Tim

- Definisi Tim

- Peran Tim

- Berbagi Peran dalam Tim

- Membangun Tim yang Efektif

- Disain Tim

- Pengembangan Tim

- Tim Virtual

Page 165: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

159

Modul 6. Pengambilan Keputusan

- Definisi Pengambilan Keputusan

- Dasar-dasar Pengambilan Keputusan

- Dua tipe Keputusan

- Enam Langkah Proses pengambilan keputusan

Modul 7. Kecerdasan Sosial

- Pemahaman dan Pengertian Kecerdasan Sosial

- Data, Information, Knowlegde and Wisdom (DKIW) Pyramid

- Dimensi dan Indikator Kecerdasan Sosial - Sensitivitas Komunikasi Interkultural

Modul 8. Stress dan Kesejahteraan

- Definisi stress

- Sumber stress

- Pengaruh stress terhadap kinerja

- Mengelola stress - Membangun ketahanan diri (resilience)

Modul 9. Komunikasi dan Negosiasi

- Pengertian Komunikasi

- Pengertian verbal dan non verbal

- Hambatan komunikasi

- Negosiasi

- Jenis negosiasi

- Manajemen Konflik - Akibat konflik

Modul 10. Manajemen Perubahan

- Pengertian Manajemen Perubahan

- The Rollercoaster of Change

- Memulai Perubahan pada Level Individu

- Strategi Manajemen Perubahan

- Proses Perubahan Menurut Kanter (Kanter Wheel)

Modul 11. Motivasi

- Pengertian Motivasi

- Jenis – Jenis Motivasi

- Teori Motivasi/Hirarki Kebutuhan Maslow

- Keterlibatan - Self Efficacy dan Self Esteem

Modul 12. Etika dan Nilai

- Pengertian Etika, Moral dan Nilai

- Perilaku Etis

- Intensitas Moral

- Kriteria Moral

- Ethical Dilemma/Dilema Etik

- Ethical Sensitivity/Sinsitivitas Etik

- Ethical Leadership

Page 166: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

160

Modul 13. Coaching and Feedback

- Jendela Johari

- Situational Leadership

- Teori Kepribadian (Implicit Personality Theories)

Modul 14. Manajemen Karir

- Definisi Karir

- Jenis Jalur Karir

- Memetakan Jalur Karir

Modul 15. Manajemen Waktu

- Definisi Manajemen Waktu

- Prinsip – Prinsip Dasar Manajemen Waktu

- Matriks Pengelolaan Waktu

- HBR Artikel: Who’s Got The Monkey?

Modul 16. Manajemen Pengetahuan

- Pendahuluan

- Konsep Utama – Manajemen Pengetahuan

- Refleksi

Modul 17. Design Pekerjaan

- Pengertian

- Konsep Utama Desin Pekerjaan

- Komponen Model karakteristik kerja

- Pengayaan Kerja

Modul 18. Gender dan Kepemimpinan

Penutup

Page 167: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

161

PELAKSANAAN PENINGKATAN KAPASITAS KEPEMIMPINAN VETERINER INDONESIA

(INDONESIA VETERINARY LEADERSHIP)

LIST IVL ALUMNI

No Nama Instansi Regional Keteranga

n HP/WA Email

1 Syafrison Idris, drh, Msi Ditkeswan Pusat Trainer

2 Sigit Nurtanto, drh Ditkeswan Pusat

3 Yuni Yupiana, drh, MSc Ditkeswan Pusat

4 Ernawati, drh Ditkeswan Pusat

5 Yurike Elisadewi Ratnasari, drh, Msi Ditkeswan Pusat

6 Makmun, drh, MSc DitBitPro Pusat

7 Muhammad Fauzi, drh Ditkeswan Pusat

8 Imas Yuyun, drh Ditkeswan Pusat Trainer

9 Nurhayati, drh Ditkeswan Pusat

10 Ira Firgorita, drh Ditkesmavet Pusat

11 MM Hidayat, drh, MSc Ditkeswan Pusat Trainer

12 R Nurcahyo Nugroho, drh, Msi Barantan Pusat Trainer 08565003737

13 Esmiralda Ekafitri, drh, Msi Barantan Pusat 081383775795 [email protected]

14 Fauziah, drh, Msi Barantan Pusat 082112786958 [email protected]

15 Apris Beniawan Barantan Pusat Trainer

16 Agus Rauf, drh Dinas Pertanian Sulbar BBVet Maros 082187903616

17 Inti Zaman, drh Dinas PKH Sulsel BBVet Maros 081342968945 [email protected]

18 Anung Endah Suasti, drh Dinas Pertanian DIY BBVet Wates 08122757068 [email protected]

Page 168: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

162

19 Trini Susmiati, drh, MSc, DR FKH UGM BBVet Wates 08158941016 [email protected]

20 Chaerul Basri, drh, Mepid, DR FKH IPB Pusat 081298329950 [email protected]

21 Hera Maheswari, drh, MSc, DR FKH IPB Pusat Trainer 081310769193 [email protected]

22 Jusuf Hidayat, drh BBPKH Cinagara Pusat 0878702926757

[email protected]

23 Alfinus, drh BBVet Maros BBVet Maros 085255769971 [email protected]

24 Ully Indah Apriliana BBVet Wates BBVet Wates 08121559391 [email protected]

25 Mahmud Siswanto, drh BBVet Denpasar

26 Putut Eko Wibowo, drh Ditkeswan Pusat 085249531190 [email protected]

27 Arif Luqmanulhakim, drh Ditkeswan Pusat 0811932827 [email protected]

28 Drh. Mario Lintang Pratama Ditkeswan Pusat 081328075566 [email protected]

29 Drh. Raden Enen Rina RM Ditkeswan Pusat 08121323826 [email protected]

30 Drh. Ermawanto Ditkeswan Pusat 081359316549 [email protected]

31 Drh. Dewi Sholihah Ditkeswan Pusat 081806843614 [email protected]

32 Drh. Yadi Cahyadi Sutanto, MSc Ditkesmavet Pusat Trainer 0816633919 [email protected]

33 Drh. Nila Sari Rahayu Ditkesmavet Pusat 08128727443 [email protected]

34 Drh. Arif Hukmi Ditkesmavet Pusat 085263302226 [email protected]

35 Drh. Sri Endah Ekandari, Msi Barantan Pusat 08175786303 [email protected]

36 Drh. Marlefzena BBKP Soekarno Hatta Pusat 082110307276 [email protected]

Page 169: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

163

37 Drh. Nurlina Saking, Mkes Disnakkeswan Sulsel BBVet Maros Trainer 081343677222 [email protected]

38 Drh. Rinandar Sahora Dinas Pertanian Sulbar BBVet Maros 081220301390 [email protected]

39 Drh. Hartono Disnakkan Soppeng BBVet Maros 085208049000 [email protected]

40 Drh. Hapsari Mahatmi, MP Univ Udayana BBVet Denpasar Trainer 082147286559 [email protected]

41 Drh. Novalino H G Kallau, Msi Univ Nusa Cendana BBVet Denpasar 081338657329 [email protected]

42 Drh. Yulfia N Selan, MSc Univ Nusa Cendana BBVet Denpasar Trainer 081236252131 [email protected]

43 Drh. Nuzul Asmilia, M.Si Univ Syah Kuala Bvet Medan 08126948959 [email protected]

44 Drh. Dwinna Aliza, MSc Univ Syah Kuala Bvet Medan 08136269333 [email protected]

45 Drh. Analis W Wardhana, M. Biomed Universitas Brawijaya BBVet Wates 081252212525 [email protected]

46 Drh. Suryo Kuncorojakti Universitas Airlangga BBVet Wates Trainer 081233540725 [email protected]

47 Drh. Agus Jaelani Ditkesmavet Pusat 081291779900 [email protected]

48 Drh. Muh. Thamrin Barantan BBVet Wates Trainer 08157968940 [email protected]

49 Drh. Vitasari Savitri Ditkeswan Pusat [email protected]

50 Drh, Megawaty Iskandar Ditkeswan Pusat Trainer [email protected]

51 drh. Siti Yulianti Ditkeswan Pusat [email protected]

52 Drh. Chornelly Yohana Ditkeswan Pusat [email protected]

53 Drh. Purnama Martha OS Ditkeswan Pusat [email protected]

54 Drh. Erna Rahmawati Fitriastuti Ditkeswan Pusat Trainer [email protected]

Page 170: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

164

55 Drh. Rince Morita Butar Butar Ditkeswan Pusat 081338074197 [email protected]

56 Drh. Anis Trsina Fitrianti Direktorat Kesmavet Pusat Trainer 08561330338 [email protected]

57 Drh. Anes Doni K Barantan Pusat Trainer 081213956442 [email protected]

58 Drh. Teguh Pratomo Barantan Pusat [email protected]

59 Drh. Agung Joni Wahyuda Dinas Pertanian Kota Makassar BBVet Maros Trainer 081343608008

[email protected]

60 Drh. Hermawan Setiyadi Dinas PKH Jawa Tengah BBVet Wates 08122518979 [email protected]

61 Drh. Ikke Yuniherlina Kemenkes Pusat 0812861525512

[email protected]

62 Drh. I Nyoman Oka W Dinas Pertanian Badung BBVet Denpasar [email protected]

63 Drh. I Made Arthawan Dinas PKH Bali BBVet Denpasar 081244632328 [email protected]

64 Drh. Gede Agus Joni Uliantara BBVet Denpasar BBVet Denpasar 082145996717 [email protected]

65 Drh I Gede Mertya Dinas Pertanian Buleleng BBVet Denpasar 08123642607

[email protected]

66 Endah W Direktorat Pakan Pusat 0818914650 [email protected]

67 Nensy M H Bvet Medan Bvet Medan 08125048117 [email protected]

68 Eliyus Putra Bvet Bukittinggi Bvet Bukittinggi 081363312507 [email protected]

69 Syaharuddin Gafar Disnak Keswan Prov Sumbar Bvet Bukittinggi Trainer 081266467001

[email protected]

70 Ahmad Mike Ariyanto Disnakeswan Prov Kalbar Bvet Banjarbaru 081331328148

[email protected]

71 Amrie Muhammad BBKP Soekarno Hatta Pusat 0811121215 [email protected]

Page 171: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

165

72 Helmi Enda R Ditkeswan Pusat 085643017759 [email protected]

73 Teguh NW Ditkeswan Pusat 081315510501 [email protected]

74 drh. Tri Guntoro , MP Bvet Bandar Lampung Bvet Lampung Trainer 0813795485117

[email protected]

75 drh. Hanna Tioho , MSA Distannak - Sulut BBVet Maros 081244001967 [email protected]

76 drh. Nanang Handayono, M.Si SKP Maluku BBVet Maros Trainer 081281001621 [email protected]

77 drh. Ari Mardiana Distannak Banten Bvet Subang 081221503032 [email protected]

78 drh. Woro W. Kalanjati BBKP Tanjung Priok Bvet Subang 085878888700 [email protected]

79 Dr. drh. Iswahyudi, MP Disnakjatim BBVet Wates 08125211200 [email protected]

80 drh. Iyan Kurniawan BBKP Medan Bvet Medan 085369955403 [email protected]

81 drh. Wignya Kusuma PKH Hewani Pusat 081334337323 [email protected]

82 drh. Retno Wijayanti BBKP Soetta Pusat 082157814318 [email protected]

83 Winda Rahmawati BUTTMKP Pusat 081253761807 [email protected]

84 Nuraina Ditjen PKH Pusat 085261983800 [email protected]

85 Drh. Gatot Santoso BBUSKP Pusat 08128134208 [email protected]

86 drh. Yoyok Indriyanto DKPP Jawa Barat Bvet Subang 081382187757 [email protected]

87 drh. Ardilasunu Wicaksana, MSi FKH IPB Bvet Subang 0817182942 [email protected]

88 drh. Stefanus Bagus Ardhana P. Dinas Peternakan Jatim BBVet Wates 08973620052 [email protected]

Page 172: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

166

89 drh. Rudi Harso Nugroho Balai Veteriner Bukittinngi Bvet Bukittinggi 081363457254 [email protected]

90 drh. Fera Aryanti BBPKH Cinagara Pusat 081932637422 [email protected]

91 drh. Irlia Agustin Ditkeswan Pusat 081510252103 [email protected]

92 drh. Baiq Yunita Arisandi Ditkeswan Pusat 081389777297 [email protected]

93 drh. Yunita Widayati Ditkeswan Pusat 081317800079 [email protected]

94 drh. Nafrina Lanniari BBPKH Cinagara Pusat 087770838282 [email protected]

85 drh. Sugeng Dwi Hastono PDHI Bvet Lampung 085369042224 [email protected]

96 drh. Wiwik Dariani BBVET Maros BBVet Maros 081222565402 [email protected]

97 drh. Andinigtyas Mula Pertiwi Dinnakkeswan Jateng BBVet Wates 081215919147 [email protected]

98 drh. Rita Ekayati Disnak Aceh Bvet Medan 081360228664 [email protected]

99 drh. Eva Yulianti Bvet Lampung Bvet Lampung 085267795592 [email protected]

100 drh. Puguh Wahyudi Kesmavet Pusat 08562979713 [email protected]

101 drh. Taryu Karantina Kalimantan Bvet Banjarbaru 081288312031 [email protected]

102 drh. Wisnu Wasesa Putra BBPKH Cinagara Pusat 081585634525 [email protected]

103 Rosikin, SPt DirBitPro Pusat 081369163894 [email protected]

104 drh. Fitri Dewi PB PDHI Pusat 081234541010 [email protected]

105 drh. Budianto Eri Subagyo DitPakan PKH Pusat 08111180689 [email protected]

Page 173: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

167

106 drh. Jajang Deni Dinas Pertanian Banten Bvet Subang 087806716886 [email protected]

107 drh. Mujiatun Barantan Pusat 08561120980 [email protected]

108 M. Ichsan Pratama, SPt DKPP Jawa Barat Bvet Subang 081280577543 [email protected]

109 drh. Indarto S BBVet Wates BBVet Wates 08124889498 [email protected]

110 drh. Eka Zakiah Jamal Nasuition Balai Veteriner Medan Bvet Medan 081263175292 [email protected]

111 drh. Wiwit Subiyanti Ditkesmavet Pusat

081327354163, 081318131981

[email protected]

112 drh. Dwi Endrawati Bbalitvet Pusat 081381461540 [email protected]

113 drh. Liys Desmayanti Ditkeswan Pusat 081310968767

[email protected], [email protected]

114 Drh. Tatang Delcando Dinas Peternakan Jambi Bvet Bukittinggi Trainer

115 Drh. Ali Saukhan Dinas Peternakan Riau Bvet Bukittinggi Trainer

116 Drh. Mulyani Dinas Peternakan Lampung Bvet Lampung

117 Siti Munira Dinas Peternakan Sulawesi Tenggara BBVet Maros

118 Drh. Defrisca Nur H Dinas Peternakan Sulawesi Tengah BBVet Maros

119 Drh. Ahmad Nurhakim Dinas Peternakan Bangka Belitung Bvet Lampung

120 Drh. Richard Alfonso Dinas Peternakan Kalimantan Utara Bvet Banjarbaru

121 Drh. Yulin Niko Ali Dinas Peternakan Gorontalo BBVet Maros

Page 174: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

168

122 Drh. Edward Geong Dinas PKH NTT BBVet Denpasar

123 Drh. Siti Saniatun Sa'adah Dinas PKH Kalimantan Timur Bvet Banjarbaru

124 Drh. Agus Rahayu Dinas Peternakan Sumatera Utara Bvet Medan

125 Drh. Herman Susilo Dinas Peternakan Kalimantan Tengah Bvet Banjarbaru

126 Drh. Heirmayani Dinas Pertanian Banten Bvet Subang

127 Drh. Heri Nugroho Dinas Pertanian Papua BBVet Denpasar

128 Drh. Arnold Hutapea Dinas Pertanian Papua Barat BBVet Denpasar

129 Drh. Sugeng Wiyono Dinas Pertanian Maluku Utara BBVet Maros

130 Drh. Faradilla Attamimi Dinas Pertanian Maluku BBVet Maros Trainer

131 Drh. Setyo Raharjo Dinas Pertanian Kepulauan Riau Bvet Bukittinggi

132 Drh. Lepsi Putridi As Bvet Medan Bvet Medan

133 drh. Basuki Rohmat BBVet Wates BBVet Wates

134 Drh. Ni Made Srihandayani BBVet Denpasar BBVet Denpasar

135 Drh. Faizal Zakaria BBVet Maros BBVet Maros Trainer

136 Drh. Herwinarni Kesmavet Pusat

137 Drh. Fifit Fitriyani Ditkeswan Pusat

138 Dr. Drh. RP Agus Lelana FKH IPB Bvet Subang Trainer

139 Dr.drh. Denny W Lukman FKH IPB Bvet Subang Trainer

140 Prof. Dr. Drh. Agus Setiyadi FKH IPB Bvet Subang Trainer

141 drh. Agung Budiyanto, MP, PhD FKH UGM BBVet Wates Trainer

142 drh. Widagdo Sri Nugroho, PhD FKH UGM BBVet Wates Trainer

143 drh. Dyah Ayu Widiasih, PhD FKH UGM BBVet Wates Trainer

144 drh. Joko Daryono PDHI Pusat Co-Trainer

Page 175: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

169

Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia

KETETAPAN KONGRES KE-18

PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA TAHUN 2018 TAP. Nomor 17/Kongres Ke-18/PDHI/2018

TENTANG

PENYEMPURNAAN PELAKSANAAN UJI KOMPETENSI DOKTER HEWAN INDONESIA (UKDHI)

KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA

Menimbang:

1. bahwa PB PDHI melalui Majelis Pendidikan Profesi Kedokteran Hewan telah berhasil

menyusun Standar Kompetensi Dokter Hewan pada tahun 1999;

2. bahwa dengan mengacu standar kompetensi dokter hewan tersebut, segenap

Fakultas Kedokteran Hewan di Indonesia telah melakukan penyesuaian kurikulum

maupun berbagai perubahan dalam rangka penyelenggaraan Program Pendidikan

Kedokteran Hewan. Keberhasilan ini telah diujicobakan selama lima tahun sampai

pada tahun 2009 dan sejak 2010 keberhasilan Ujian Nasional Kompetensi Dokter

Hewan diikuti dengan penerbitan Sertifikat Kompetensi Dokter Hewan sebagaimana

diamanatkan dalam Pasal 71 Ayat (3) Undang-Undang No. 18 Tahun 2009 tentang

Peternakan dan Kesehatan Hewan;

3. bahwa berdasarkan Pasal 44 Ayat (2) Undang-Undang No. 12 Tahun 2012 tentang

Pendidikan Tinggi, pelaksanaan Ujian Nasional Kompetensi Dokter Hewan dan

penerbitan Sertifikat Kompetensi dilakukan melalui kerja sama antara PB PDHI

dengan Asosiasi Fakultas Kedokteran Hewan Indonesia. Sejalan dengan itu, pada

tahun 2012 telah dihasilkan konsep revitalisasi kurikulum Program Studi

Kedokteran Hewan Indonesia;

4. bahwa berdasarkan upaya penguatan peran Kementerian Riset, Teknologi, dan

Pendidikan Tinggi RI dalam pelaksanaan Sertifikasi Profesi dan Sertifikasi

Kompetensi, maka dilakukan penyempurnaan pelaksanaan Ujian Kompetensi Dokter

Hewan Indonesia; dan

5. bahwa berdasarkan aspek kesejarahan sebagaimana dicantumkan pada nomor 1, 2,

3, dan 4, serta dengan memperhatikan aspek pengembangan pada nomor 4, Kongres

perlu mendukung upaya penyempurnaan pelaksanaan Ujian Kompetensi Dokter

Hewan Indonesia

Page 176: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

170

Mengingat:

1. Pasal 7 ayat (2) AD PDHI

2. Pasal 1 ART PDHI

Memperhatikan:

Tanggapan, diskusi, saran, dan usulan peserta kongres yang berkembang pada saat

Kongres Ke-18 PDHI Tahun 2018.

MEMUTUSKAN

Menetapkan: Penyempurnaan Pelaksanaan Uji Kompetensi Dokter Hewan Indonesia (UKDHI)

Ditetapkan di Bali Pada tanggal 02 November 2018

Ketua Kongres Ke-18 PDHI

(Drh. Laode Mastari, MM)

Sekretaris Kongres Ke-18 PDHI

(Drh. Ni Made Restiati, MPhil)

Page 177: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

171

Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia

KETETAPAN KONGRES KE-18

PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA TAHUN 2018 TAP. Nomor 18/Kongres Ke-18/PDHI/2018

TENTANG

DUKUNGAN DAN PARTISIPASI AKTIF DALAM PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN AKREDITASI PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN MELALUI LEMBAGA AKREDITASI

MANDIRI PERGURUAN TINGGI KESEHATAN (LAM-PTKES)

KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA,

Menimbang:

1. bahwa Program Studi Kedokteran Hewan merupakan Perpaduan Program Pendidikan

Akademik Strata-1 dan Program Pendidikan Profesi untuk menghasilkan Dokter Hewan

melalui jenjang Sarjana Kedokteran Hewan.

2. bahwa Akreditasi Program Studi Kedokteran Hewan merupakan sistem penjaminan mutu

pendidikan tinggi untuk dilaksanakan oleh Fakultas Kedokteran Hewan dalam menghasilkan

lulusan Dokter Hewan yang bermutu, dan memenuhi standar kompetensi Dokter Hewan

Indonesia.

3. bahwa sistem akreditasi perguruan tinggi rumpun ilmu-ilmu kesehatan adalah dilaksanakan

oleh Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan (LAM-PTKes) yang

beranggotakan Asosiasi yang relevan di bidang kesehatan

4. bahwa dalam perkembangannya Asosiasi Fakultas Kedokteran Hewan Indonesia (AFKHI)

telah melakukan kegiatan proaktif sehingga Akreditas Fakultas Kedokteran Hewan di

Indonesia dapat diselenggarakan sebagaimana pelaksanaan LAM-PTKes;

5. bahwa sebagai sasaran antara kegiatan tersebut, AFKHI perlu meningkatkan kapasitasnya

dengan bergabung dengan LAM-PTKes;

6. bahwa PDHI secara historis ikut serta merumuskan standar kompetensi Dokter Hewan

Indonesia dan memiliki tanggung jawab moral untuk mendukung dan berpartisi aktif dalam

persiapan dan pelaksanaan akreditasi program studi kedokteran hewan melalui lembaga

akreditasi mandiri perguruan tinggi kesehatan.

7. bahwa dengan menimbang poin 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 di atas, Kongres memandang perlu

menetapkan dukungan dan partisipasi aktif dalam persiapan dan pelaksanaan akreditasi

program studi kedokteran hewan melalui lembaga akreditasi mandiri perguruan tinggi

kesehatan (LAM-PTKes)

Mengingat:

Pasal 1 Anggaran Dasar PDHI

Page 178: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

172

Memperhatikan:

Tanggapan, diskusi, saran, dan usulan peserta kongres yang berkembang pada saat Kongres

Ke-18 PDHI Tahun 2018.

MEMUTUSKAN

Menetapkan: 1. Dukungan dan partisipasi aktif PDHI dalam persiapan dan pelaksanaan akreditasi program

studi kedokteran hewan oleh Lembaga Akreditasi Mandiri Perguruan Tinggi Kesehatan (LAM-PTKes)

2. Penugasan PB PDHI periode 2018-2022 untuk merumuskan pedoman dan prosedur yang diperlukan untuk mendukung dan berpartisipasi aktif dalam persiapan dan pelaksanaan akreditasi program studi kedokteran hewan oleh Lembaga Akreditasi Mandiri Perguruan Tinggi Kesehatan (LAM-PTKes)

Ditetapkan di Bali Pada tanggal 02 November 2018

Ketua Kongres Ke-18 PDHI

(Drh. Laode Mastari, MM)

Sekretaris Kongres Ke-18 PDHI

(Drh. Ni Made Restiati, MPhil)

Page 179: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

173

Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia

KETETAPAN KONGRES KE-18

PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA TAHUN 2018 TAP. Nomor 19/Kongres Ke-18/PDHI/2018

TENTANG

PENGEMBANGAN SKEMA KOMPETENSI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI KESEHATAN HEWAN

(LSP-KESWAN)

KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA,

Menimbang:

1. bahwa sistem penjaminan mutu pendidikan dan/atau pelatihan tidak cukup dibuktikan

melalui suatu sistem evaluasi yang bersifat internal lembaga pendidikan maupun lembaga

pelatihan itu sendiri. Diperlukan suatu sistem evaluasi yang bersifat eksternal ataupun yang

bersifat komprehensif. Dengan pertimbangan itu negara membentuk Badan Nasional

Sertifikasi Profesi (BNSP), sehingga dapat menjamin mutu setiap sertifikat yang diterbitkan

oleh lembaga pendidikan/pelatihan tersebut melalui keberadaan Lembaga Sertifikasi

Profesi (LSP).

2. bahwa PDHI mengemban amanah untuk membina dan meningkatkan kapasitas anggotanya

sehingga mampu menunjukkan kinerjanya di bidang kesehatan hewan yang diapresiasi baik

oleh masyarakat di dalam negeri maupun luar negeri.

3. bahwa dalam perkembangannya keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan hewan

tidak cukup dilaksanakan oleh dokter hewan anggota PDHI, tetapi oleh seluruh tenaga

kesehatan hewan sesuai dengan kompetensinya, kualifikasinya, dan okupasinya. Kesesuaian

ini perlu diterjemahkan dalam suatu skema kompetensi .

4. bahwa untuk menjamin mutu kinerja tenaga kesehatan hewan tersebut di atas PDHI perlu

mengembangkan skema kompetensi lembaga sertifikasi profesi kesehatan hewan (LSP-

KESWAN).

Mengingat:

Pasal 1 huruf e Anggaran Dasar PDHI

Memperhatikan:

Tanggapan, diskusi, saran, dan usulan peserta kongres yang berkembang pada saat Kongres

Ke-18 PDHI Tahun 2018.

Page 180: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

174

MEMUTUSKAN

Menetapkan:

Pengembangan Skema Kompetensi Lembaga Sertifikasi Profesi Kesehatan Hewan (LSP-

KESWAN)

Ditetapkan di Bali Pada tanggal 02 November 2018

Ketua Kongres Ke-18 PDHI

(Drh. Laode Mastari, MM)

Sekretaris Kongres Ke-18 PDHI

(Drh. Ni Made Restiati, MPhil)

Page 181: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

175

Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia

KETETAPAN KONGRES KE-18

PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA TAHUN 2018 TAP. Nomor 20/Kongres Ke-18/PDHI/2018

TENTANG

DUKUNGAN DAN PARTISIPASI AKTIF TERHADAP PENYUSUNAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TENTANG PENDIDIKAN TINGGI KEDOKTERAN HEWAN

KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA,

Menimbang:

1. bahwa berdasarkan Pasal 1 Undang Undang Nomor 18 Tahun 2009 juncto Undang Undang

Nomor 41 Tahun 2014 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan, dokter hewan adalah

orang yang memiliki profesi kedokteran hewan, sertifikat kompetensi, dan kewenangan

medik veteriner dalam melaksanakan pelayanan Kesehatan Hewan.

2. bahwa berdasarkan Pasal 24 ayat (6) dan Pasal 25 ayat (6) Undang Undang Nomor 12 Tahun

2012 tentang Pendidikan Tinggi, Program Profesi dan Program Spesialis yang

diselenggarakan Perguruan Tinggi bekerjasama dengan Kementerian, Kementerian Lain,

LPNK dan/atau organisasi profesi lebih lanjut diatur dalam Peraturan Pemerintah;

3. bahwa sebagai konsekuensi dari pengaturan aspek kelembagaan dalam Peraturan

Pemerintah tersebut di atas perlu diikuti dengan pengaturan Pasal 7 ayat (5) tentang

penyelenggaraan pendidikan tinggi, Pasal 26 ayat (8) tentang pengaturan gelar, Pasal 34 ayat

(4) tentang sertifikat profesi, Pasal 60 ayat (7) tentang pendirian perguruan tinggi, dan Pasal

68 tentang pengelolaan perguruan tinggi.

4. bahwa berdasarkan Pasal 70 Undang Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan

Kesehatan Hewan disebutkan bahwa Dokter Hewan dan Dokter Hewan Spesialis merupakan

Tenaga Medik Veteriner. Dalam ketentuan ini Tenaga Medik Veteriner, Sarjana Kedokteran

Hewan dan Tenaga Paramedis Veterriner didefinisikan sebagai Tenaga Kesehatan Hewan.

Dalam Pasal 71 disebutkan bahwa Tenaga Medik Veteriner melaksanakan segara urusan

kesehatan hewan berdasarkan kompetensi medik veteriner yang diperolehnya dalam

pendidikan kedokteran hewan. Dalam Pasal 75 Undang Undang tersebut disebutkan bahwa

ketentuan lebih lanjut tentang Tenaga Kesehatan Hewan diatur dalam Peraturan

Pemerintah;

5. bahwa sebagai konsekuensi dari pengaturan pendidikan kedokteran hewan dikaitkan

dengan pengaturan tenaga kesehatan hewan sebagamana tersebut di atas, berdasarkan

Pasal 22 ayat (3) Undang Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian,

Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi mengamanatkan

pentingnya pengaturan instrument kebijakan.

Page 182: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

176

6. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada angka 1, 2, 3, 4, dan 5, perlu

mendorong terbentuknya Peraturan Perundang-undangan tentang Pendidikan Tinggi

Kedokteran Hewan Indonesia.

Mengingat:

1. Pasal 1 Ayat (3) huruf d Anggaran Rumah Tangga PDHI

Memperhatikan:

Tanggapan, diskusi, saran, dan usulan peserta kongres yang berkembang pada saat Kongres

Ke-18 PDHI Tahun 2018.

MEMUTUSKAN

Menetapkan: Dukungan dan Partisipasi Aktif Terhadap Penyusunan Peraturan Perundang-undangan Tentang Pendidikan Tinggi Kedokteran Hewan

Ditetapkan di Bali Pada tanggal 02 November 2018

Ketua Kongres Ke-18 PDHI

(Drh. Laode Mastari, MM)

Sekretaris Kongres Ke-18 PDHI

(Drh. Ni Made Restiati, MPhil)

Page 183: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

177

Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia

KETETAPAN KONGRES KE-18 PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA TAHUN 2018

TAP. Nomor 21/Kongres Ke-18/PDHI/2018

TENTANG AGENDA NASIONAL PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA

KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA,

Menimbang:

1. bahwa sejatinya profesi Kedokteran Hewan adalah profesi mendunia yang memiliki hari

khusus untuk memperingati lahirnya profesi Kedokteran Hewan, sekaligus untuk

meningkatkan semangat juang dan korsa veteriner;

2. bahwa profesi Kedokteran Hewan adalah profesi yang bertujuan mengabdi untuk

kesejahteraan manusia melalui dunia hewan, dimana salah satu bentuk pengabdian tersebut

adalah dengan melaksanakan kegiatan pemeriksaan kesehatan hewan dan daging qurban,

untuk menjamin keamanan daging yang diterima oleh masyarakat;

3. bahwa profesi Kedokteran Hewan merupakan profesi yang memiliki hubungan sangat erat

dengan kesehatan manusia dan lingkungan, dan oleh karenanya peran dokter hewan

tersebut perlu disosialisasikan sehingga memberikan memberikan dampak yang lebih besar

bagi penyelenggaraan kesehatan hewan dalam arti yang seluas-luasnya;

4. bahwa selama ini tercatat banyak inisiatif kegiatan-kegiatan yang sangat strategis dalam

lingkup Nasional dan Internasional yang dilaksanakan oleh Pengurus Cabang dan ONT,

seperti World Veterinary Day, Rabies Day, One Health Day, dan Peringatan Ulang Tahun PDHI;

5. bahwa dengan menimbang poin 1, 2, 3, dan 4 di atas, maka Kongres perlu untuk menetapkan

agenda nasional PDHI.

Mengingat:

2. Pasal 7 Anggaran Dasar PDHI

3. Pasal 1 Anggaran Rumah Tangga

Memperhatikan:

Tanggapan, diskusi, saran, dan usulan peserta kongres yang berkembang pada saat Kongres

Ke-18 PDHI Tahun 2018.

Page 184: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

178

MEMUTUSKAN Menetapkan:

Agenda Nasional Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia sebagaimana terlampir

Ditetapkan di Bali Pada tanggal 02 November 2018

Ketua Kongres Ke-18 PDHI

(Drh. Laode Mastari, MM)

Sekretaris Kongres Ke-18 PDHI

(Drh. Ni Made Restiati, MPhil)

Page 185: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

179

Lampiran: TAP. Nomor 21/Kongres Ke-18/PDHI/2018

Tentang: AGENDA NASIONAL PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA

AGENDA NASIONAL PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA

1. World Veterinary Day: PDHI ikut berpartisipasi memperingati World Veterinary Day dengan mengikuti tema yang dipilih secara Internasional.

2. Idul Qurban: PDHI ikut berpartisipasi dengan melaksanakan kegiatan pemeriksaan kesehatan hewan dan daging qurban sesuai koordinasi dari Pemerintah daerah setempat.

3. Hari Ulang Tahun PDHI: PDHI melakukan Advokasi peran profesi veteriner dengan media informasi, media sosial, ataupun sosialisasi ke sekolah-sekolah.

4. Rabies Day: PDHI melakukan pemeriksaan hewan dan vaksinasi gratis, dengan koordinasi bersama Pemerintah pusat / daerah dalam hal pengadaan vaksin.

5. One Health Day: PDHI ikut berpartisipasi memperingati One Health Day dengan mengikuti tema yang dipilih secara Internasional.

6. Bulan bakti Peternakan dan Kesehatan Hewan: PDHI ikut berpartisipasi memperingati Bulan bakti Peternakan dan Kesehatan Hewan.

Page 186: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

180

Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia

KETETAPAN KONGRES KE-18 PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA TAHUN 2018

TAP. Nomor 22/Kongres Ke-18/PDHI/2018

TENTANG

PROSEDUR PEMILIHAN KETUA UMUM

PENGURUS BESAR PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA

KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA,

Menimbang:

1. bahwa Kongres adalah kelengkapan organisasi yang memegang kekuasaan tertinggi dan

bertugas untuk menyusun ketetapan-ketetapan yang mendukung penyelenggaraan

organisasi;

2. bahwa demi keberlangsungan organisasi diperlukan adanya pemilihan Ketua Umum PB PDHI

Periode 2018-2022;

3. bahwa dalam melaksanakan pemilihan Ketua Umum PB PDHI Periode 2018-2022, diperlukan

sebuah prosedur agar proses pemilihan berlangsung aman, tertib, dan lancar;

4. bahwa untuk menjalankan tugas tersebut Kongres Ke-18 PDHI Tahun 2018 memandang

perlu untuk menetapkan Prosedur Pemilihan Ketua Umum PB PDHI Periode 2018-2022.

Mengingat:

1. Pasal 5, 9, 10, 11, dan 14 Anggaran Dasar PDHI

2. Pasal 6, 11 dan 22 Anggaran Rumah Tangga PDHI

3. TAP Nomor 02/Kongres Ke-18/PDHI/2018 tentang Tata Tertib Kongres.

Memperhatikan:

Tanggapan, diskusi, saran, dan usulan peserta kongres yang berkembang pada saat Kongres Ke-

18 PDHI Tahun 2018.

MEMUTUSKAN

Menetapkan:

Prosedur Pemilihan Ketua Umum PB PDHI Periode 2018-2022 sebagaimana terlampir.

Ditetapkan di Bali

Pada tanggal 02 November 2018

Ketua Kongres Ke-18 PDHI

(Drh. Laode Mastari, MM)

Sekretaris Kongres Ke-18 PDHI

(Drh. Ni Made Restiati, MPhil)

Page 187: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

181

Lampiran: TAP. Nomor 22/Kongres Ke-18/PDHI/2018

Tentang: PROSEDUR PEMILIHAN KETUA UMUM PENGURUS BESAR

PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA

PROSEDUR PEMILIHAN KETUA UMUM

PENGURUS BESAR PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA

Pasal 1

(1) Ketua Umum PB PDHI dipilih dalam Kongres.

(2) Bilamana karena suatu hal Ketua Umum PB PDHI tidak dapat terpilih oleh Kongres, maka

Kongres menunjuk formatur yang diberi mandat untuk memilih Ketua Umum.

Pasal 2

(1) Pemilihan Ketua Umum PB PDHI ditempuh melalui dua tahap, yaitu tahap pencalonan dan

tahap pemilihan.

(2) Pada tahap pencalonan Ketua Umum PB PDHI, Peserta Delegasi mengajukan calon untuk

jabatan Ketua Umum PB PDHI.

(3) Masing-masing cabang mengajukan 1 (satu) orang calon Ketua.

(4) Calon Ketua Umum PB PDHI yang diusulkan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Tidak memiliki masalah etika profesi maupun hukum

b. Tidak sedang menjabat sebagai pengurus partai politik

c. Pernah menjadi pengurus PB PDHI atau Pernah menjadi pengurus Cabang PDHI

(5) Calon Ketua Umum PB PDHI yang memenuhi persyaratan sebagaimana tercantum dalam

pasal 2 ayat (4) di atas, menyatakan kesanggupannya dengan menyampaikan visi dan misi

maksimal 10 menit

(6) Pada tahap pemilihan, Peserta Delegasi dapat memberikan suaranya kepada salah satu calon

dari daftar nama pencalonan yang diperoleh seperti disebut pada pasal 2 ayat (4)

(7) Apabila hanya terdapat satu calon ketua umum PB PDHI, maka langsung akan ditetapkan

secara aklamasi.

Pasal 3

(2) Pemilihan Ketua Umum PB PDHI berazaskan keterwakilan dan keterjangkauan.

(3) Besarnya jumlah suara setiap PDHI Cabang ditentukan berdasarkan acuan sebagai berikut:

a. Jumlah anggota yang sah, memiliki KTA yang masih berlaku

b. Jarak dari lokasi PDHI Cabang berada ke lokasi Kongres

(3) Jumlah suara setiap PDHI Cabang Perhimpunan dihitung dengan menggunakan rumus

sebagai berikut:

Suara = Jumlah Anggota/10 + suara tambahan

a. besaran suara berdasarkan jumlah anggota adalah sebagai berikut: Jumlah anggota cabang dibagi sepuluh (10)

b. Apabila terdapat sisa hasil bagi, maka dilakukan pembulatan ke atas c. Besaran suara tambahan berdasarkan jarak geografis linier antara lokasi Cabang

Perhimpunan berada ke titik Kongres adalah sebagai berikut: 1. Jarak 0-500 km mempunyai tambahan hak = 1 suara 2. Jarak 501-1000 km mempunyai tambahan hak = 2 suara 3. Jarak > 1000 mempunyai tambahan hak = 3 suara

Page 188: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

182

(4) Ketua, Wakil Ketua, dan Sekretaris Kongres mengumumkan besarnya jumlah suara yang

dimiliki setiap PDHI Cabang sesuai dengan perhitungan jumlah suara berdasarkan pasal 3

ayat (2) dan (3) di atas.

(5) Setiap PDHI Cabang menuliskan nama calon yang dipilih pada kartu suara dan kemudian

memasukkannya ke dalam kotak suara yang tersedia

(6) Satu kartu suara hanya boleh berisi satu nama calon Ketua Umum PB PDHI

(7) Penghitungan suara dilakukan dengan menghitung jumlah kartu suara yang didapat oleh

masing-masing calon Ketua Umum PB PDHI dan ditabulasikan dengan bantuan Papan

Tabulasi atau Komputer dengan Multimedia.

(8) Pada saat pembacaan dan penghitungan suara disaksikan oleh minimal 3 orang saksi yang

diminta dari peserta kongres.

Pasal 4

1. Dalam pemilihan Ketua Umum PB PDHI, calon yang memperoleh suara terbanyak dari total

jumlah suara yang sah merupakan Ketua Umum PB PDHI terpilih dan sekaligus menjadi

formatur tunggal untuk menyusun Kepengurusan PB PDHI Periode 2018-2022.

2. Apabila terdapat jumlah suara terbanyak sama, maka akan dilakukan pemilihan ulang

terhadap suara terbanyak yang sama tersebut

Pasal 5

Apabila terjadi kejadian force major dalam pemilihan Ketua Umum PB PDHI, maka akan

ditetapkan kemudian sesuai kesepakatan Kongres

Page 189: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

183

Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia

KETETAPAN KONGRES KE-18

PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA TAHUN 2018

TAP. Nomor 23/Kongres Ke-18/PDHI/2018

TENTANG

KETUA UMUM PENGURUS BESAR PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA

PERIODE 2018-2022

KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA,

Menimbang:

1. bahwa Kongres adalah kelengkapan organisasi yang memegang kekuasaan tertinggi dan

bertugas untuk menyusun dan mengesahkan ketetapan bagi penyelenggaraan organisasi;

2. bahwa Pengurus Besar PDHI periode 2014-2018 telah melaksanakan tugas dan kewajiban

yang diamanahkan dan periode kepengurusan tersebut telah berakhir pada kongres Ke-18

PB PDHI ini;

3. bahwa dengan berakhirnya kepengurusan PB PDHI periode 2014-2018, PB PDHI harus

melakukan regenerasi kepengurusan untuk melanjutkan keberlangsungan organisasi;

4. bahwa untuk melaksanakan regenerasi organisasi, PDHI harus menetapkan Pengurus Besar

PDHI untuk periode 2018-2022

Mengingat:

1. Pasal 11 Anggaran Dasar PDHI

2. Pasal 11 Anggaran Rumah Tangga PDHI

Memperhatikan:

Tanggapan, diskusi, saran, dan usulan peserta kongres yang berkembang pada saat Kongres

Ke-18 PDHI Tahun 2018.

MEMUTUSKAN

Menetapkan:

Drh. M. Munawaroh, MM sebagai Ketua Umum PB PDHI Periode 2018-2022.

Ditetapkan di Bali Pada tanggal 03 November 2018

Ketua Kongres Ke-18 PDHI

(Drh. Laode Mastari, MM)

Sekretaris Kongres Ke-18 PDHI

(Drh. Ni Made Restiati, MPhil)

Page 190: LAPORAN PELAKSANAAN KONGRES PERHIMPUNAN DOKTER …

184