cva

57
LAPORAN STUDI KASUS STASE PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT ISLAM UNISMA UPAYA PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA TERHADAP Ny. M DALAM MENANGANI PERMASALAHAN STROKE NON HEMORAGIK Disusun untuk Memenuhi Tugas Clerkship Oleh: Fahmi Majid Al-maghfur.S.Ked (209.121.0020) Pembimbing: dr. H.M Henalsyah (Acha)

Upload: fahmi-majid-al-maghfur

Post on 18-Jan-2016

33 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Cva

LAPORAN STUDI KASUS STASE PENYAKIT DALAM

RUMAH SAKIT ISLAM UNISMA

UPAYA PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA TERHADAP Ny. M

DALAM MENANGANI PERMASALAHAN

STROKE NON HEMORAGIK

Disusun untuk Memenuhi Tugas Clerkship

Oleh:

Fahmi Majid Al-maghfur.S.Ked

(209.121.0020)

Pembimbing:

dr. H.M Henalsyah (Acha)

KEPANITERAAN KLINIK MADYA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG

2014

Page 2: Cva

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta inayah-

Nya kepada penyusun sehingga Laporan Studi Kasus Stase Penyakit Dalam yang berjudul

“Upaya Pendekatan Kedokteran Keluarga terhadap Ny.M dalam Menangani Permasalahan

Stroke Non Hemoragik” ini dapat diselesaikan sesuai dengan rencana yang diharapkan.

Tujuan penyusunan laporan ini adalah sebagai ujian kasus guna memenuhi tugas Clerkship

serta melatih keterampilan klinis dan komunikasi dalam menangani kasus kedokteran

keluarga secara holistik dan komprehensif.

Penyusun menyadari bahwa laporan makalah ini belumlah sempurna. Untuk itu, saran dan

kritik dari para dosen dan pembaca sangat diharapkan demi perbaikan laporan ini. Atas saran

dan kritik dosen dan pembaca, penyusun ucapkan terima kasih.

Semoga Laporan Studi Kasus ini bermanfaat bagi dosen, penyusun, pembaca serta rekan-

rekan lain yang membutuhkan demi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya di bidang

kedokteran.

Penyusun

Fahmi Majid A. S.Ked

1

Page 3: Cva

DAFTAR ISI

Judul Kata Pengantar ................................................................................................... 1Daftar Isi ............................................................................................................ 2BAB I : Pendahuluan

Latar Belakang............................................................................................. 3Tujuan.......................................................................................................... 3Manfaat........................................................................................................ 3

BAB II : Laporan KasusIdentitas Penderita........................................................................................ 4Anamnesa..................................................................................................... 4Anamnesa Sistem......................................................................................... 5Pemeriksaan Fisik........................................................................................ 6Differential Diagnosis.................................................................................. 7Pemeriksaan Penunjang............................................................................... 7Resume......................................................................................................... 8Diagnosis Holistik........................................................................................ 9Penatalaksanaan Holistik............................................................................. 9Prognosis ..................................................................................................... 13Follow Up dan Flow Sheet........................................................................... 13

BAB III : Pembahasan Aspek Kedokteran KeluargaIdentifikasi Keluarga.................................................................................... 15Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan........................ 21Daftar Masalah............................................................................................. 22

BAB IV : Tinjauan PustakaStroke........................................................................................................... 23Stroke Hemoragik........................................................................................ 27Stroke Non Hemoragik................................................................................ 27

BAB V : PembahasanDasar Penegakan Diagnosa.......................................................................... 31Dasar Rencana Penatalaksanaan.................................................................. 33

BAB VI : Penutup Kesimpulan Holistik.................................................................................... 36Saran Komprehensif .................................................................................... 36

Daftar Pustaka

2

Page 4: Cva

LAPORAN STUDI KASUS STASE PENYAKIT DALAM

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Stroke adalah suatu sindroma klinis dengan gejala berupa gangguan ungsi otak secara

local atau global, yang dapat menimbulkan kematian atau kelainan yang menetap lebih dari

24 jam, tanpa penyebab lainnya kecuali gangguan vaskuler (WHO, 1982). Stroke iskemik

(non hemoragik) adalah stroke yang terjadi akibat aliran darah ke otak terhenti karena

aterosklerosis atau bekuan darah yang menyumbat suatu pembuluh darah.

Stroke tetap menjadi permasalahan kesehatan yang utama sampai saat ini. Stroke mampu

mempengaruhi kehidupan manusia dan ekonomi. Insidensinya diperkirakan 700.000 di

Amerika Serikat setiap tahun dan menyebabkan 160.00 orang meninggal tiap tahunnya,

dengan sekitar 4,8 juta orang penderita stroke yang dapat bertahan sampai saat ini.

1.2 TUJUAN

Tujuan penyusunan laporan ini adalah untuk melatih keterampilan klinis dan komunikasi

dalam menangani kasus penyakit dalam dengan upaya pendekatan kedokteran keluarga yang

bersifat holistik dan komprehensif.

1.3 MANFAAT

Manfaat penyusunan laporan ini adalah sebagai media pembelajaran dan evaluasi terhadap

aspek kedokteran keluarga dalam penanganan serta pencegahan kasus penyakit dalam.

3

Page 5: Cva

LAPORAN STUDI KASUS STASE PENYAKIT DALAM

BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 IDENTITAS PENDERITA

Nama : Ny.M

Usia : 63 Tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Status : Menikah

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Pendidikan : SMP

Agama : Islam

Alamat : Jl. Melati karang mloko RT. 04 RW. 05 Batu

Suku : Jawa

Nama Istri : Alm. Tn. H

Usia suami :

Pekerjaan : Swasta

Tanggal periksa : 25-1-2014

Nomor RM : 16-29-08

2.2 ANAMNESA

1. Keluhan utama : Kaki dan tangan kiri merasa lemas

Harapan : Kaki dan tangan bisa pulih kembali, bisa berjalan seperti biasa

Kekhawatiran : Khawatir tidak dapat berjalan dan melakukan aktivitas dengan

baik

Riwayat penyakit sekarang : Ny.M diantar ke IGD RSI Unisma bersama anaknya pada

tanggal 25 januari 2014 pukul 18:35. Pasien datang dalam keadaan dibopong karena

tangan dan kaki kirinya lemas dan pasien tidak dapat berdiri. Pasien mengaku tangan dan

kaki kirinya terasa lemah,tidak bisa diangkat dan trasa tebal. Pasien mengeluh pertama

kali merasakan kelemahan pada tangan kirinya pada tanggal 25-1-2014 jam 15.00, secara

tiba-tiba tanpa di ketahui penyebabnya. Selain itu pasien juga mengeluh pusing tanpa

disertai nyeri kepala. Pada hari itu juga pasien langsung dibawa ke RSI Malang oleh

anak-anaknya.

4

Page 6: Cva

2. Riwayat penyakit Dahulu

Riwayat pernah MRS (+)

Riwayat DM (-)

Riwayat hipertensi (+)

Riwayat alergi (-)

Riwayat penyakit jantung (-)

3. Riwayat penyakit keluarga :

DM : (-)

HT : (+)

Riwayat penyakit jantung : (-)

4. Riwayat kebiasaan:

Ny.M sehari-harinya berkebun di lading sendiri

Merokok(-)

Minuman Keras (-)

5. Riwayat Pengobatan:

Pasien sebelum MRS pernah mengkonsumsi obat-obatan hipertensi.

6. Riwayat Sosial Ekonomi

Ny.M sudah tidak bekerja sekitar beberapa tahun yang lalu karena mengetahui kondisi

fisiknya yang sudah tidak kuat seperti dulu. Suami Ny.M yaitu Alm.Tn.H bekerja

wiraswasta. Kondisi ekonomi keluarga Ny.M tergolong cukup, karena juga dibantu oleh

anaknya yaitu Ny. E dalam mencukupi kebutuhan sehari-harinya.

7. Riwayat gizi

Pasien selalu mengontrol pola makannya, makan tiga kali sehari teratur, menghindari

garam berlebih dan juga makanan berlemak.

8. Keadaan lingkungan

Lingkungan sekitar rumah Ny.M tergolong bersih.

2.3 ANAMNESA SISTEM

1. Kulit : kulit gatal (-), bintik merah di kulit (-),

2. Kepala : rambut sedikit beruban, luka (-), sakit kepala (-), pusing (+), Nyeri (-)

3. Mata : merah (-/-), penglihatan berkurang (-)

4. Hidung : tersumbat (-/-), mimisan (-/-), sekret (-/-)

5. Telinga : cairan (-/-), nyeri (-/-)

5

Page 7: Cva

6. Mulut : sariawan (-), bibir mlerot (-), kesulitan bicara (-)

7. Tenggorokan: Sakit menelan (-), serak (-)

8. Pernafasan : Sesak nafas (-), batuk (-)

9. Kardiovaskuler : Berdebar-debar (-), nyeri dada (-)

10. Gastrointestinal : Mual (-), muntah (-), diare (-), BAB (normal)

11. Genitourinaria : BAK (normal)

12. Neurologic : Kejang (-), kelemahan pada tangan dan kaki kiri (+), kaki kiri dan

tangan kiri seperti tebal (+)

13. Muskuluskeletal : Kaku sendi (-), nyeri sendi (-), nyeri otot (-)

14. Ekstremitas :

a. Atas kanan : bengkak (-), sakit (-), lemah (+), pucat (-), luka (-)

b. Atas kiri : bengkak (-), sakit (-), lemah (-), pucat (-), luka (-)

c. Bawah kanan : bengkak (-), sakit (-), lemah (+), pucat (-), luka (-)

d. Bawah kiri : bengkak (-), sakit (-), lemah (-), pucat (-), luka (-)

2.4 PEMERIKSAAN FISIK (setelah kesadaran pasien membaik)

1. Keadaan umum : cukup, kesadaran compos mentis (GCS: 456), status gizi kesan normal

2. Atropometri

BB : 60 kg

TB : 165 cm

BMI : BB/TB2 = 22.03 normal

3. Tanda Vital

Tensi : 140/90 mmHg

Nadi : 89 x/menit

Suhu : oC

RR : x/menit

SpO2 : %

4. Rambut : distribusi pertumbuhan rambut rata, rambut beruban.

5. Kepala dan wajah: bentuk kepala oval, wajah simetris, luka (-), warna kulit coklat, nyeri

kepala (-)

6. Mata : conjungtiva anemis (-/-), radang (-/-), eksoftalmus (-), mata cekung (-)

7. Hidung : rhinorrhea (-/-), epistaksis (-/-), deformitas hidung (-/-)

8. Mulut : bibir pucat (-/-), bibir kering (-/-)

9. Telinga : otorrhea (-/-), kedua cuping telinga normal

6

Page 8: Cva

10. Leher : lesi kulit (-), pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran KGB (-)

11. Thorax : (Tidak ada data)

12. Abdomen : (Tidak ada data)

13. Sistem Collumna Vertebralis : (Tidak ada data)

14. Ekstremitas : Edema (-), deformitas (-), luka (-), nyeri tekan (-), krepitasi (-)

15. Pemeriksaan neurologik :

Kesadaran : GCS 456 composmentis

- -

- -

Fungsi sensorik :

Fungsi motorik- -

- -

+2 +3

+2 +3

- -

- -

5 4

5 4

Kekuatan Tonus Ref.Fisiologis Ref.Patologis

2.5 DIAGNOSIS AWAL

Stroke Non Hemoragik

DDx : - Stroke Hemoragik- Hipertensi

2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tanggal 25-01-201 4

o Darah lengkap :

Pemeriksaan Hasil Unit Nilai Normal

7

Page 9: Cva

HematologiHb HCTLeukositTrombositEritrositPDWPDW-CWMPVPCT

14,443,05,912364,3410,8-10,97,30,2

g/dl%Ribu/ulRibu/ulJuta/ulfL%fL%

12,0-16,035-473,8-10,6150-4403,6-5,89-1311,5-14,57,2-11,1

IndexMCVMCHMCHC

99,133,233,5

FlPg%

80-10026-3432-36

DifferentialBasofilEosinofilLimfositMonositNetrofil

0,11,6-20,87,669,9

%%%%%

0-11-630-452-850-70

o Kimia Darah :

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

GDS

Cholesterol tot.

TG

Chol. HDL direct

Chol. LDL direct

Ureum/urea

Creatinin

Uric acid

90

182

140

41

112

25

0,43

4,81

<105

123-240

30-150

35-60

<160

15-39

<1,3

2,6-7,2

o CT-Scan : menolak dilakukan (-)

o EKG : DBN

2.7 RESUME

a) Anamnesis:

Ny.M diantar ke IGD RSI Unisma bersama anaknya pada tanggal 25 januari 2014 pukul

18:35. Pasien datang dalam keadaan dibopong karena tangan dan kaki kirinya lemas dan

pasien tidak dapat berdiri. Pasien mengaku tangan dan kaki kirinya terasa lemah,tidak bisa

diangkat dan trasa tebal. Pasien mengeluh pertama kali merasakan kelemahan pada tangan

kirinya pada tanggal 25-1-2014 jam 15.00, secara tiba-tiba tanpa di ketahui penyebabnya.

Selain itu pasien juga mengeluh pusing tanpa disertai nyeri kepala. Pada hari itu juga

pasien langsung dibawa ke RSI Malang ole anak-anaknya.

8

Page 10: Cva

Pasien punya riwayat hipertensi sejak beberapa tahun yang lalu. Riwayat pengobatan

pasien pernah mengkonsumsi obat anti hipertensi.

b) Pemeriksaan Fisik :

Keadaan umum : Cukup, kesadaran compos mentis (GCS: 456), status gizi kesan normal

Tanda Vital

Tensi : 140/90 mmHg

Nadi : 89 x/menit

Suhu : oC

RR : x/menit

SpO2 : %

16. Pemeriksaan neurologik :

Fungsi motorik- -

- -

+2 +3

+2 +3

- -

- -

5 4

5 4

17.

Kekuatan Tonus Ref.Fisiologis Ref.Patologis

c) Pemeriksaan Penunjang :

RDW-CV : -10,9 dan limfosit : -20,8

2.6. DIAGNOSA HOLISTIK

1. Diagnosis dari segi biologis :

Stroke Non Hemoragik

DDx : - Stroke Hemoragik- Hipertensi

2. Diagnosis dari segi psikologis :

9

Page 11: Cva

Ny.M merasa memiliki beban pikiran semenjak ditinggal meninggal suaminya dan

mulai tinggal bersama anak pertamanya.

3. Diagnosis dari segi sosial dan ekonomi :

Aspek sosial keluarga Ny.M baik, hubungan dengan tetangganya tidak ada masalah.

Lingkungan sekitar rumah Ny.M tergolong bersih. Kondisi ekonomi keluarga Ny.M

tergolong cukup. Ny.M saat ini hanya sebagai ibu rumah tangga dan tinggal bersama

anak pertamanya yang kondisi ekonominya cukup.

2.7 PENATALAKSANAAN HOLISTIK

2.8 Farmakoterapi

R/ Inf. RA (ringer asetat) 12 tpm

Indikasi:

Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis), gastroenteritis akut, demam berdarah

dengue (DHF), luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma

Komposisi: setiap liter asering mengandung:

Na 130 mEq, K 4 mEq, Cl 109 mEq, Ca 3 mEq, Asetat (garam) 28 mEq

Keunggulan:

- Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang

mengalami gangguan hepar.

- Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi asidosis laktat lebih

baik dibanding RL pada neonatus.

- Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh sentral pada

anestesi dengan isofluran.

- Mempunyai efek vasodilator.

- Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak 10 ml pada 1000

ml RA, dapat meningkatkan tonisitas larutan infus sehingga memperkecil

risiko memperburuk edema serebral.

Rumus dosis maintenance cairan:

Terapi Ny. M :  

50 cc x 60 kg = 3000cc/kg

Total Kebutuhan Cairan = 3000 cc

(3000 cc x 15 tetes) / 1440 menit = 31 tetes/menit

R/ inj. IV Rocer

10

Page 12: Cva

Setiap vial mengandung : Omeprazole 40 mg dan setiap ampul mengandung : 5 mg

Citric acid + 4 g Polyethylene Glycol 400 + air injeksi 10 ml

Indikasi : tukak duodenal, tukak lambung, refluks esofagitis, sindrom Zollinger-

Ellison

Efek samping : Sakit kepala, mual, diare, konstipasi, ruam kulit, kembung

Kontra indikasi : hipersensitifitas omeprazol

Dosis : Ulcerative esophagitis, duodenal ulcer, gastric ulcer : 40 mg I.V. Zollinger

Ellison syndrome : doses adjusted to individual response

R/ inj. IV citicoline 500 mg

Citicoline tab 500mg, tab 250mg, 100mg. Citicoline amp 100mg/8ml, 500mg/4ml, tab

250mg/2ml

Indikasi : Gangguan kesadaran yang diikuti kerusakan atau cedera serebral, operasi

otak dan infark selebral. Mempercepat rehabilitasi tungkai atas dan bawah pada

pasien hemiplegia apopleksi.

Perhatian :Pasien dengan kesadaran akut, berat dan progresif. Hemostasis, Tekanan

Intra Kanial. Injeksi Intra Vena perlahan-lahan . Jangan diberikan dosis tinggi pada

perdarahan intrakranial.

Efek samping : Hipotensi, ruam, insomnia, sakit kepala, diplopia.

Dosis :

- Gangguan kesadaran karena cedera kepala atau operasi otak : 1 – 2 kali sehari

100 – 500 mg secara intra vena drip atau injeksi.

- Gangguan kesadaran karena infark selebral : 1 kali sehari 1000 mg, secara

injeksi Intra Vena.

- Hemiplegia apopleksi : 1 kali sehari 1000 mg secara oral atau injeksi Intra

Vena.

Penyajian : Dikonsumsi bersamaan dengan makanan atau tidak

R/ O2 3 liter

Oksigen

Indikasi : Hindari tindakan yang menyebabkan pasien merasa sakit,  Jauhkan hal –

hal yang dapat membahayakan misalnya menghindari api dan tidak merokok dekat

tabung,    bila menggunakan masker dihidung hendaknya diganti tiap 8 jam,  bila

11

Page 13: Cva

menggunakn kedok hidung zat asam harus terpasang betul, sebelumnya

memperhatikan apakah tidak tersumbat atau bocor,   kedok zat asam harus sering

dibersihkan untuk mencegah bau karet.  harus selalu memakai pelembab udara

(humidifier) untuk melembabkan O2 guna mencegah iritasi selaput lendir alat

pernafasan.

R/ Inj. iv piracetam 3 g/6 jam

Komposisi : piracetam

Indikasi : Infark Serebral, Terapi tambahan pada mioklonik kortikal, Gejala involusi

yang berhubungan dengan usia lanjut alkoholisme kronik dan adiksi, disfungsi

serebral sehubungan dengan akibat pasca trauma.

Kontra indikasi : Gangguan ginjal berat, hipersensitif terhadap piracetam.

Perhatian : Gangguan fungsi ginjal, hamil, laktasi.

Efek samping : Agitasi, gugup, rasa lelah, gangguan tidur

Dosis : dosis awal 7,2 g/hari, dosis terbagi 2-3 kali.Dinaik¬kan sesuai respons,

dengan 4,8 g/hari tiap 3-4 hari sampai maksimal 20 g/hari. ANAK di bawah 16 tahun

tidak dianjurkan.

Kemasan : Kapsul 400 mg , Kapsul 200mg, Kapsul 800 mg, kaptab 1200mg. Cairan

Injeksi 200mg , cairan injeksi 600mg. Sirup 500mg/5m

R/ Trombo aspilets 80 mg

Acetylsalicylic acid

Indikasi : Pengobatan dan pencegahan trombosis (agregrasi platelet) pada infark

miokardial akut atau setelah stroke.

Kontra indikasi : Pasien yang sensitif terhadap Aspirin, asma, ulkus peptikum yang

sering atau kadang-kadang, perdarahan subkutan, hemofilia, trombositopenia. Pasien

yang sedang diterapi dengan antikoagulan.

Efek samping : Iritasi lambung-usus, mual, muntah. Penggunaan jangka panjang :

perdarahan lambung-usus, ulkus peptikum.

Dosis : 1 kali sehari 1-2 tablet

Kemasan : Tablet 80 mg x 5 x 30

R/ Ranitidin 2x1 amp IV

Ranitidin HCL 50 mg

Indikasi: pengobatan jangka pendek untuk ulkus/tukak duodenum aktif, ulkus/tukak

lambung aktif, ulkus gastrik ringan, ulkus yang menyertai pada pemberian AINS,

hiperasiditas, ulkus pasca operasi, profilaksis ulkus karena stress pada penyakit berat,

12

Page 14: Cva

profilaksis hemorage berulang pada penderita perdarahan ulkus peptik, gejala refluks

esofagitis, terapi pemeliharaan setelah penyembuhan tukak duodenum dan lambung,

sindrom Zolinger-Ellison

Kontraindikasi: Hipersensitifitas

Dosis: IM 50 mg tiap 6-8 jam (tanpa pengenceran), IV bolus intermitten 50 mg (2 ml)

tiap 6-8 jam (larutkan dalam larutan infus). Infus IV kontinu: 150 mg diencerkan

dalam 250 ml larutan infus IV kecepatan 6,25 mg/jam selama 24 jam.

Sediaan: ampul 25 mg/ml x 2 x 5 (jenis ranitidin yang lain: 30 x 150 mg tablet, 30 x

300 mg tablet)

2.8.1 Non Farmakoterapi

2.8.1.1 KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi)

Istirahat dan tirah baring

Makan menu yang sudah disiapkan rumah sakit (tinggi kalori tinggi protein).

Memberitahukan kondisi Ny.M dan menjelaskan tindakan-tindakan yang akan

dilakukan.

Observasi tanda vital

Melibatkan pasien dan keluarga dalam mobilisasi

Melakukan ganti posisi setiap 2-4 jam

Ny.M diharuskan sering melatih motoriknya, agar rehabilitasinya cepat

membaik.

2.9 PROGNOSIS

Prognosis stroke sulit dipastikan karena ada yang sembuh dan dapat beraktifitas

semula namun ada yang cacat sisa bahkan juga ada yang meninggal. Prognosis stroke

ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain: lokasi dan luas area lesi (pembuluh mana

yang tersumbat), umur, tipe stroke, cepat lambatnya penanganan serta kerjasama tim

medis dengan pasien dan keluarga.

Prognosis pada Ny.M : dubia ad bonam. Karena setiap harinya menunjukkan

progresif yang bagus dalam motorik.

2.10 FOLLOW UP DAN FLOW SHEET

13

Page 15: Cva

Nama : Ny.M

Diagnosis : Stroke Non Hemoragik

Tabel 1. Flow SheetNo Tanggal S O A P1 25-01-‘14 Pasien

menyatakan kesulitan bergerak dan mengatakan lemah pada anggota gerak kiri. Tangan dan kaki kirinya tidak dapat diangkat serta trasa tebal.

KU cukup, compos mentis GCS 456, gizi kesan baik

Vital sign:TD: 140/90 mmHg,RR : (-)HR: 88 x/menitT: (-)

Pemeriksaan Fisik: Lemah pada ekstremitas kiri, ROM :5-5/4-4

Pemeriksaan Penunjang:

EKG: DBN

RDW-CV : -10,9 dan

limfosit : -20,8

Stroke Non Hemoragik

DDx : -Stroke Hemoragik -Hipertensi

Pasien istirahatMakan tinggi kalori tinggi proteinMelatih motorik pasienMelakukan ganti posisi setiap 2-4jam

Terapi:R/ Infus RA 12tpmR/ Inj. Rocer R/ Inj. Citicolin 500mg O2 3 literR/ Inj. piracetam 3g/6jamR/ trombo aspilet 80 mgR/ ranitidine 1A/12 jamPlaning pemeriksaan penunjang:CT-Scan

2 26-01-14 Kaki dan tangan merasa lemah namun lebih baik dari kemarin

KU cukup, compos mentis GCS 456, gizi kesan baik

Vital sign:TD: 150/80 mmHg,HR: (-)T: (-)

Pemeriksaan Fisik: Lemah pada ekstremitas kiri, ROM :5-5/4-4

Stroke Non Hemoragik

DDx : -Stroke Hemoragik -Hipertensi

Pasien istirahatMakan tinggi kalori tinggi proteinMelatih motorik pasienMelakukan ganti posisi setiap 2-4jam

Terapi:R/ Infus RA 12tpmR/ Inj. piracetam 3g/6jamR/ trombo aspilet 80 mgR/ ranitidine 1A/12 jamR/ Inj. Citicolin 500mg

3 27-01-14 Kaki dan tangan sudah mulai bisa diangkat namun masih terasa lemah.

KU cukup, compos mentis GCS 456, gizi kesan baik

Vital sign:TD: 160/90 mmHg,HR: T:

Pemeriksaan Fisik: Lemah pada ekstremitas kiri, ROM :5-5/4-4

Stroke Non Hemoragik

DDx : -Stroke Hemoragik -Hipertensi

Pasien istirahatMakan tinggi kalori tinggi proteinMelatih motorik pasienMelakukan ganti posisi setiap 2-4jamAcc KRS

Terapi:R/ Infus RA 12tpmR/ Inj. piracetam 3g/6jamR/ trombo aspilet 80 mgR/ ranitidine 1A/12 jamR/ Inj. Citicolin 500mg

4 28-01-14 Kaki dan tangan sudah mulai bisa diangkat namun masih terasa lemah.

Stroke Non Hemoragik

Terapi rawat jalan:piracetam 400mg 2x1trombo aspilet 80 mg 1x1Citicolin 500mg 2x1Amlodipine 10mg 1x1

14

Page 16: Cva

15

Page 17: Cva

LAPORAN STUDI KASUS STASE PENYAKIT DALAM

BAB III

PEMBAHASAN ASPEK KEDOKTERAN KELUARGA

5.1 IDENTIFIKASI KELUARGA

5.1.1 Profil Keluarga

A. Karakteristik Demografi Keluarga

Tanggal kunjungan pertama kali : 25 Januari 2014

Nama kepala keluarga : Ny.M

Alamat : Jl. Melati karang mloko RT. 04 RW. 05 Batu

Bentuk Keluarga : extended family

Struktur Komposisi Keluarga :

Tabel 2. Daftar anggota keluarga

No Nama Kedudukan L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Pasien klinik

Ket.

1 Ny.M Ibu Ny.M P 63 th SMP IRT Ya Stroke Non Hemoragik

2 Ny.E Anak Ny.M P 46 th S1 Wiraswasta Tidak -

3 Tn.H Menantu L 46 th S1 Wiraswasta Tidak -

4 Sdr. F Cucu L 21 th S1 Mahasiswa Tidak -

5 Sdri. F Cucu P 13 th SMP Pelajar Tidak -

Sumber: data primer, 25 Januari 2014

Kesimpulan : Keluarga Ny.M adalah extended family yang terdiri atas 5 orang dan hanya 4

orang yang tinggal dalam satu rumah. Ny.E sebagai anak pertama sudah bekerja swasta. Tn.H

sebagai menantu sekaligus kepala keluarga. Cucu pertama dan kedua masih dalam masa

pendidikan. Ny.M 63 tahun dengan diagnosa Stroke Non Hemoragik. Dalam hal ini, pembiayaan

kesehatan Ny.M bersifat mandiri yang dibantu oleh anaknya.

B. Penilaian Status Sosial dan Kesejahteraan Hidup

Lingkungan tempat tinggal

Tabel 3. Lingkungan tempat tinggal

Status kepemilikan rumah : menumpang/kontrak/hibah/milik sendiri

Daerah perumahan : kumuh/padat bersih/berjauhan/mewah

Karakteristik Rumah dan Lingkungan Kesimpulan

Luas tanah : 20x17 m2 Keadaan rumah Ny.M tergolong Jumlah penghuni dalam satu rumah : 5 orang

16

Page 18: Cva

cukup dan sehat, Jarak antar rumah : 15-20 mRumah 1 lantai

Lantai rumah: keramik

Dinding rumah: tembok bata, tinggi, dicat

Jamban keluarga : ada 2

Kamar mandi : ada 2

Dapur : ada 1, di bagian samping

Tempat bermain : ada

Pencahayaan : cukup

Ketersediaan air bersih : PDAM dan sumur

Kondisi umum rumah : kondisi rumah bersih

Tempat pembuangan sampah : di belakang rumah dan di bakar

Denah rumah keluarga Tn.S :

C. Penilaian Perilaku Kesehatan Keluarga

Jenis tempat berobat : RSI UNISMA

Asuransi / jaminan kesehatan : secara mandiri (out of pocket)

Jarak layanan kesehatan tempat berobat : jauh

Sarana Pelayanan Kesehatan

Tabel 4. Pelayanan kesehatan

Faktor Keterangan Kesimpulan

Cara mencapai pusat pelayanan kesehatan

Jalan kaki Angkot Kendaraan pribadi

Ny.M dibawa ke RS menggunakan mobil saudaranya

Tarif pelayanan kesehatan Sangat mahal Mahal Terjangkau Murah Gratis

Tarif pelayanan kesehatan termasuk mahal karena tanpa asuransi tetapi masih dapat dijangkau

17

Page 19: Cva

Kualitas pelayanan kesehatan Sangat Memuaskan Memuaskan Cukup Memuaskan Tidak memuaskan

Pola Konsumsi Makanan Keluarga

a. Kebiasaan makan:

Ny.M makan 3 kali sehari, nafsu makan baik, makan teratur.

b. Penerapan pola gizi seimbang:

Penerapan pola gizi Ny.M dan keluarga cukup baik dan seimbang dengan variasi

lauk, sayur dan buah.

Pola Dukungan Keluarga

a. Faktor pendukung terselesaikannya masalah dalam keluarga:

Ny.M dan anak pertamanya sering berkumpul dengan tetangga dan temannya. Ny.M

dan anak pertamanya juga terbiasa berbagi masalah bersama dan termasuk tipe

orang yang terbuka dan akan lega jika menceritakan permasalahan yang dialami

dengan harapan bisa memperoleh pertimbangan dalam menyelesaikan masalah.

b. Faktor penghambat terselesaikannya masalah dalam keluarga:

Komunikasi anak Ny.M yang lain kurang berjalan baik karena faktor waktu dan

lokasi tempat tinggal. Namun hubungan Ny.M dengan anak-anaknya baik.

5.1.2 Identifikasi Fungsi-Fungsi dalam Keluarga

A. Fungsi Holistik

1. Fungsi biologis

Keluarga ini terdiri dari 5 orang anggota keluarga, dan yang saat ini tinggal serumah

ada 4 orang. Ny.M sebagai nenek dan bekerja sebagai IRT menderita Stroke Non

Hemoragik.

2. Fungsi Psikologis

Ny.M merasa memiliki beban pikiran semenjak di tinggal meninggal suaminya sejak

beberapa tahun yang lalu.

3. Diagnosis dari segi sosial dan ekonomi :

Aspek sosial keluarga Ny.M baik, hubungan dengan tetangganya tidak ada masalah.

Lingkungan sekitar rumah Ny.M tergolong bersih. Kondisi ekonomi keluarga Ny.M

tergolong cukup.

B. Fungsi Fisiologis dengan APGAR Score

18

Page 20: Cva

Adaptation : kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan anggota

keluarga yang lain, serta penerimaan, dukungan, dan saran dari anggota keluarga

yang lain.

Partnership : menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi

antara anggota keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh keluarga tersebut

Growth : menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang

dilakukan anggota keluarga tersebut

Affection : menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antar anggota

keluarga

Resolve : menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan dan

waktu yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain.

Penilaian :

o Hampir selalu : 2 poin

o Kadang – kadang : 1 poin

o Hampir tak pernah : 0 poin

Penyimpulan :

o Nilai rata-rata < 5 : kurang

o Nilai rata-rata 6-7 : cukup/sedang

o Nilai rata-rata 8-10 : baik

Tabel. APGAR score Ny.M (63 tahun)

APGAR Ny.M terhadap keluarga 2 1 0

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga bila menghadapi masalah √

P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya √

G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama √

Total APGAR score Ny.M = 10

Tabel. APGAR score Ny. E (46 tahun)

APGAR Ny. E terhadap keluarga 2 1 0

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga bila menghadapi masalah √

19

Page 21: Cva

P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya √

G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama √

Total APGAR score Ny.E = 9

Tabel. APGAR score Tn.H (46 tahun)

APGAR Tn.H terhadap keluarga 2 1 0

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga bila menghadapi masalah √

P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya √

G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama √

Total APGAR score Tn.H = 10

Tabel. APGAR score Sdr.F (21 tahun)

APGAR Sdr.F terhadap keluarga 2 1 0

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga bila menghadapi masalah √

P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya √

G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama √

Total APGAR score Sdr.F = 10

Tabel. APGAR score Sdri.F (13 tahun)

APGAR Sdri.F terhadap keluarga 2 1 0

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga bila menghadapi masalah √

P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya √

G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll

20

Page 22: Cva

Keterangan:: Laki-laki: Perempuan: Pasien: Tinggal dalam satu rumah

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama √

Total APGAR score Sdri.F = 10

Total APGAR score keluarga Ny.M = (10+9+10+10+10) : 5 = 9,8

Kesimpulan : Fungsi fisiologis keluarga Ny.M baik

C. Fungsi Patologis dengan Alat SCREEM Score

Fungsi patologis keluarga Ny.M dinilai menggunakan alat S.C.R.E.E.M sebagai berikut:

Tabel. SCREEM keluarga Ny.M

Sumber Patologis

Social Ny.M dan anaknya sering berkumpul dengan tetangga dan temannya. Ny.M dan anaknya juga terbiasa berbagi masalah bersama.

-

Culture Menggunakan adat Jawa, bahasa Jawa, serta bahasa Indonesia secara sopan dengan anggota keluarga dan orang lain dikehidupan sehari-hari. Kluarga juga telah mengikuti perubahan zaman dan tergolong modern.

-

Religious Fungsi agama keluarga Ny.M bagus dan sering mengikuti pengajian. -

Economic Kondisi ekonomi keluarga Ny.M tergolong cukup. -

ducational Tingkat pendidikan keluarga cukup, pengetahuan tentang kondisi kesehatan Ny.M juga cukup.

-

Medical Dalam mencari pelayanan kesehatan, keluarga Ny.M pergi ke RSI -

Kesimpulan : Keluarga Ny.M tidak memiliki fungsi patologis.

D. Genogram dalam Keluarga

Kesimpulan : Tidak didapatkan riwayat stroke pada keluarga dan orang tua Ny.M

E. Informasi Pola Interaksi Keluarga

21

Tn.HNy. M

Tn. HENy. E

Sdri.F

Tn. DTn. ATn. H

Sdr. F

Page 23: Cva

Keterangan:

: hubungan baik : laki-laki

: perempuan : Pasien

Kesimpulan : Hubungan interaksi antar seluruh anggota keluarga berjalan dengan baik

1.2 IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN

1.2.1 Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga

1.2.1.1 Faktor Perilaku Keluarga

a. Pengetahuan

Tingkat pendidikan keluarga cukup dan pengetahuan tentang kondisi kesehatan

Ny.M kurang. Karena Ny.M jarang kontrol sehingga terjadi stroke.

b. Sikap

Sikap keluarga terhadap kondisi Ny.M cukup baik. Keluarga sangat memperhatikan

keluhan yang dirasakan Ny.M. anak Ny.M juga mengeluh sangat menghawatirkan

kondisi Ny.M jika sakit. Anak-anaknya Ny.M selalu menemani Ny.M saat rawat inap

dan berkunjung ke RS.

c. Tindakan

Anak membawa Ny.M ke RS setelah mengetahui Ny.M mengalami kelemahan pada

tangan dan kaki kirinya nya.

1.2.1.2 Faktor Non Perilaku

a. Lingkungan

Ny.M dan istri sering berkumpul dengan tetangga dan temannya. Lingkungan sekitar

rumah Ny.M tergolong bersih.

b. Pelayanan kesehatan

22

Ny.E

Ny.

Sdri.F.ISdr.F

Ny.

Tn.H

Page 24: Cva

Pengetahuan: Tingkat pendidikan keluarga cukup dan pengetahuan tentang kondisi kesehatan Ny.M kurang. Karena Ny.M jarang kontrol sehingga terjadi stroke.

Sikap: Sikap keluarga terhadap kondisi Ny.M cukup baik. Keluarga sangat memperhatikan keluhan yang dirasakan Ny.M. anak Ny.M juga mengeluh sangat menghawatirkan kondisi Ny.M jika sakit. Anak-anaknya Ny.M selalu menemani Ny.M saat rawat inap dan berkunjung ke RS.

Tindakan: Anak membawa Ny.M ke RS setelah mengetahui Ny.M mengalami kelemahan pada tangan dan kaki kirinya nya.

Lingkungan: Ny.M dan istri sering berkumpul dengan tetangga dan temannya. Lingkungan sekitar rumah Ny.M tergolong bersih.

Pelayanan kesehatan: Dalam mencari pelayanan kesehatan, keluarga Ny.M pergi ke dokter praktek dan ke RSI. Keluarga Ny.M termasuk keluarga dengan tingkat ekonomi yang cukup.

Usia, Keturunan, Jenis kelamin: Ny.M di usianya yang ke 63 tahun, merupakan usia rawan terjadinya penyakit stroke, khususnya apabila memiliki riwayat hipertensi dan penghentian obat hipertensi. Stroke biasanya terjadi juga karena faktor keturunan, namun pada Ny.M ini tidak didapatkan riwayat stroke pada keluarga .

Ny.M dan Keluarga

Faktor Perilaku

Dalam mencari pelayanan kesehatan, keluarga Ny.M pergi ke dokter praktek dan ke

RSI. Keluarga Ny.M termasuk keluarga dengan tingkat ekonomi yang cukup.

c. Usia, Keturunan dan Jenis Kelamin

Ny.M di usianya yang ke 63 tahun, merupakan usia rawan terjadinya penyakit stroke,

khususnya apabila memiliki riwayat hipertensi dan penghentian obat hipertensi. Stroke

biasanya terjadi juga karena faktor keturunan, namun pada Ny.M ini tidak didapatkan

riwayat stroke pada keluarga .

1.2.1.3 Diagram Faktor Perilaku dan Non Perilaku

5.3 DAFTAR MASALAH

5.3.1 Masalah Medis

Masalah medis Ny.M:

Stroke Non Hemoragik

5.3.2 Masalah Non Medis

Ny.M sudah tidak bekerja, karena kesehatannya yang tidak cukup baik, dan

penghasilan dari keluarganya didapatkan dari anak dan menantunya di tambah

Ny.E di tinggal meninggal suaminya.

23

Faktor NonPerilaku

Page 25: Cva

LAPORAN STUDI KASUS STASE PENYAKIT DALAM

BAB IV

TINJAUAN PUSTAKA

4.1 STROKE

4.1.1 Pengertian Stroke

Stroke (berasal dari kata strike) berarti pukulan pada sel otak. Biasanya terjadi

karena adanya gangguan distribusi oksigen ke sel otak. Hal ini disebabkan gangguan

aliran darah pada pembuluh darah otak, mungkin karena aliran yang terlalu perlahan,

atau karena aliran yang terlalu kencang sehingga pecah (perdarahan), akhirnya sel-sel

otak yang diurus oleh pembuluh darah tersebut mati ( Yatim F, 2005 ).

Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika sebagian sel-sel otak mengalami

kematian akibat gangguan aliran darah karena sumbatan atau pecahnya pembuluh

darah di otak. Aliran darah yang terhenti membuat suplai oksigen dan zat makanan ke

otak juga terhenti, sehingga sebagian otak tidak dapat berfungsi sebagaimana

mestinya ( Utami P, 2009 ).

4.1.2 Anatomi Pembuluh Darah Otak

Otak terdiri dari sel-sel otak yang disebut neuron, sel-sel penunjang yang

dikenal sebagai sel glia, cairan serebrospinal, dan pembuluh darah. Semua orang

memiliki jumlah neuron yang sama sekitar 100 miliar, tetapi koneksi di antara berbagi

neuron berbeda-beda. Pada orang dewasa, otak membentuk hanya sekitar 2% (sekitar

1,4 kg) dari berat tubuh total, tetapi mengkonsumsi sekitar 20% oksigen dan 50%

glukosa yang ada di dalam darah arterial (Gambar 1).

Gambar 1. Sel Glia pada Otak

24

Page 26: Cva

Otak harus menerima lebih kurang satu liter darah per menit, yaitu sekitar 15%

dari darah total yang dipompa oleh jantung saat istirahat agar berfungsi normal. Otak

mendapat darah dari arteri. Yang pertama adalah arteri karotis interna yang terdiri dari

arteri karotis (kanan dan kiri), yang menyalurkan darah ke bagian depan otak disebut

sebagai sirkulasi arteri serebrum anterior. Yang kedua adalah vertebrobasiler, yang

memasok darah ke bagian belakang otak disebut sebagai sirkulasi arteri serebrum

posterior. Selanjutnya sirkulasi arteri serebrum anterior bertemu dengan sirkulasi

arteri serebrum posterior membentuk suatu sirkulus willisi (Gambar 2).

Gambar 2. Pembuluh Darah Otak

Ada dua hemisfer di otak yang memiliki masing-masing fungsi. Fungsi-fungsi

dari otak adalah otak merupakan pusat gerakan atau motorik, sebagai pusat

sensibilitas, sebagai area broca atau pusat bicara motorik, sebagai area

wernickeatau pusat bicara sensoris, sebagai area visuosensoris, dan otak kecil yang

berfungsi sebagai pusat koordinasi serta batang otak yang merupakan tempat jalan

serabut-serabut saraf ke target organ (Gambar 3).

Gambar 3. Bagian Otak dan Fungsi Otak

25

Page 27: Cva

Jika terjadi kerusakan gangguan otak maka akan mengakibatkan kelumpuhan

pada anggota gerak, gangguan bicara, serta gangguan dalam pengaturan nafas dan

tekanan darah. Gejala di atas biasanya terjadi karena adanya serangan stroke.

4.1.3 Klasifikasi Stroke

Berdasarkan atas jenisnya, stroke dibagi menjadi :

1. Stroke Iskemik / Non Hemorogik

Stroke iskemik terjadi karena aliran darah ke otak terhenti karena aterosklerosis atau

bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah.

2. Stroke Hemorogik

Diakibatkan karena pembuluh darah pecah sehingga menghambat aliran darah yang

normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan merusaknya. (Fatimah

Detty N, 2009 )

4.1.4 Faktor-Faktor Penyebab Stroke

Banyak kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan stroke, tetapi pada awalnya adalah

dari pengerasan arteri atau yang disebut juga sebagai arteriosklerosis. Karena

arteriosklerosis merupakan gaya hidup modern yang penuh stress, pola makan tinggi

lemak, dan kurang berolahraga. Ketiganya sebenarnya tergolong dalam faktor risiko yang

dapat dikendalikan. Selain itu, ada pula faktor-faktor lain yang tidak dapat dikendalikan,

yaitu antara lain :

1. Faktor Risiko Tidak Terkendali

a) Usia

Semakin bertambah tua usia, semakin tinggi risikonya. Setelah berusia 55 tahun,

risikonya berlipat ganda setiap kurun waktu sepuluh tahun. Dua pertiga dari semua

serangan stroke terjadi pada orang yang berusia di atas 65 tahun. Tetapi, itu tidak berarti

bahwa stroke hanya terjadi pada orang lanjut usia karena stroke dapat menyerang semua

kelompok umur.

b) Jenis kelamin

Pria lebih berisiko terkena stroke daripada wanita, tetapi penelitian menyimpulkan

bahwa justru lebih banyak wanita yang meninggal karena stroke. Risiko stroke pria 1,25

lebih tinggi daripada wanita, tetapi serangan stroke pada pria terjadi di usia lebih muda

sehingga tingkat kelangsungan hidup juga lebih tinggi. Dengan perkataan lain, walau

lebih jarang terkena stroke, pada umumnya wanita terserang pada usia lebih tua, sehingga

kemungkinan meninggal lebih besar.

c) Keturunan-sejarah stroke dalam keluarga

26

Page 28: Cva

Nampaknya, stroke terkait dengan keturunan. Faktor genetik yang sangat berperan

antara lain adalah tekanan darah tinggi, penyakit jantung, diabetes dan cacat pada bentuk

pembuluh darah. Gaya hidup dan pola suatu keluarga juga dapat mendukung risiko

stroke. Cacat pada bentuk pembuluh darah (cadasil) mungkin merupakan faktor genetik

yang paling berpengaruh dibandingkan faktor risiko stroke yang lain.

2. Faktor Risiko Terkendali

a) Hipertensi

Hipertensi (tekanan darah tinggi) merupakan faktor risiko utama yang menyebabkan

pengerasan dan penyumbatan arteri. Penderita hipertensi memiliki faktor risiko stroke

empat hingga enam kali lipat dibandingkan orang yang tanpa hipertensi dan sekitar 40

hingga 90 persen pasien stroke ternyata menderita hipertensi sebelum terkena stroke.

b) Penyakit Jantung

Setelah hipertensi, faktor risiko berikutnya adalah penyakit jantung, terutama penyakit

yang disebut atrial fibrilation, yakni penyakit jantung dengan denyut jantung yang tidak

teratur di bilik kiri atas. Denyut jantung di atrium kiri ini mencapai empat kali lebih cepat

dibandingkan di bagian-bagian lain jantung. Ini menyebabkan aliran darah menjadi tidak

teratur dan secara insidentil terjadi pembentukan gumpalan darah. Gumpalan-gumpalan

inilah yang kemudian dapat mencapai otak dan menyebabkan stroke.

c) Diabetes

Penderita diabetes memiliki risiko tiga kali lipat terkena stroke dan mencapai tingkat

tertinggi pada usia 50-60 tahun. Setelah itu, risiko tersebut akan menurun. Namun, ada

faktor penyebab lain yang dapat memperbesar risiko stroke karena sekitar 40 persen

penderita diabetes pada umumnya juga mengidap hipertensi.

d) Kadar kolesterol darah

Penelitian menunjukkan bahwa makanan kaya lemak jenuh dan kolesterol seperti

daging, telur, dan produk susu dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam tubuh dan

berpengaruh pada risiko aterosklerosis dan penebalan pembuluh. Kadar kolesterol di

bawah 200 mg/dl dianggap aman, sedangkan di atas 240 mg/dl sudah berbahaya dan

menempatkan seseorang pada risiko terkena penyakit jantung dan stroke. Memperbaiki

tingkat kolesterol dengan menu makan yang sehat dan olahraga yang teratur dapat

menurunkan risiko aterosklerosis dan stroke. Dalam kasus tertentu, dokter dapat

memberikan obat untuk menurunkan kolesterol.

e) Merokok

27

Page 29: Cva

Merokok merupakan faktor risiko stroke yang sebenarnya paling mudah diubah.

Perokok berat menghadapi risiko lebih besar dibandingkan perokok ringan. Merokok

hampir melipatgandakan risiko stroke iskemik, terlepas dari faktor risiko yang lain, dan

dapat juga meningkatkan risiko subaraknoid hemoragik hingga 3,5 persen. Perlu

diketahui bahwa merokok memicu produksi fibrinogen (faktor penggumpal darah) lebih

banyak sehingga merangsang timbulnya aterosklerosis. Pada pasien perokok, kerusakan

yang diakibatkan stroke jauh lebih parah karena dinding bagian dalam (endothelial) pada

sistem pembuluh darah otak (serebrovaskular) biasanya sudah menjadi lemah. Ini

menyebabkan kerusakan yang lebih besar lagi pada otak sebagai akibat bila terjadi stroke

tahap kedua.

h) Cedera kepala dan leher

Cedera pada kepala atau cedera otak traumatik dapat menyebabkan pendarahan di

dalam otak dan menyebabkan kerusakan yang sama seperti pada stroke hemoragik.

Cedera pada leher, bila terkait dengan robeknya tulang punggung atau pembuluh karotid

akibat peregangan atau pemutaran leher secara berlebihan atau adanya tekanan pada

pembuluh merupakan penyebab stroke yang cukup berperan, terutama pada orang dewasa

usia muda.

i) Infeksi

Infeksi virus maupun bakteri dapat bergabung dengan faktor risiko lain dan

membentuk risiko terjadinya stroke. Secara alami, sistem kekebalan tubuh biasanya

melakukan perlawananan terhadap infeksi dalam bentuk meningkatkan peradangan dan

sifat penangkalan infeksi pada darah. Sayangnya, reaksi kekebalan ini juga meningkatkan

faktor penggumpalan dalam darah yang memicu risiko stroke embolik-iskemik ( Yuli

Saraswati, 2008 ).

4.1.5 Stroke Hemoragik

Stroke Hemoragik adalah kondisi medis yang ditandai dengan pecahnya satu

atau lebih pembuluh darah di dalam otak. Pembuluh darah yang pecah menyebabkan

darah mengalir ke substansi atau ruangan subarachnoid yang menimbulkan perubahan

komponen intracranial yang seharusnya konstan. Adanya perubahan komponen

intracranial yang tidak dapat dikompensasi tubuh akan menimbulkan tingkatan TIK

yang bila berlanjut akan menyebabkan herniasi otak sehingga timbul kematian.

Disamping itu, darah yang mengalir ke substansi otak atau ruang subarachnoid dapat

menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak dan penekanan pada daerah

28

Page 30: Cva

tersebut menimbulkan aliran darah berkurang atau tidak ada sehingga terjadi nekrosis

jaringan otak. ( Wulandari Vina, 2007 )

4.1.6 Stroke Non Hemoragik

Stroke non Hemoragik atau Stroke Infark adalah tanda klinis disfungsi atau

kerusakan jaringan otak yang disebabkan kurangnya aliran darah ke otak sehingga

mengganggu kebutuhan darah dan oksigen di jaringan otak. Iskemia disebabkan oleh

adanya penyumbatan aliran darah otak oleh thrombus atau embolus. Trombus

umumnya terjadi karena berkembangnya aterosklerosis pada dinding pembuluh darah,

sehingga arteri menjadi tersumbat, aliran darah ke area thrombus menjadi berkurang,

menyebabkan iskemia kemudian menjadi kompleks iskemia, akhirnya terjadi infark

pada jaringan otak. Emboli disebabkan oleh embolus yang berjalan menuju arteri

serebral melalui arteri karotis. Terjadinya blok pada arteri tersebut menyebabkan

iskemia yang tiba-tiba berkembang cepat dan terjadi gangguan neurologis fokal.

Perdarahan otak dapat disebabkan oleh pecahnya dinding pembuluh darah oleh

emboli.

4.1.6.1 Klasifikasi Stroke Non Hemoragik

Secara non hemoragik, stroke dapat dibagi berdasarkan manifestasi klinik dan proses

patologik (kausal):

a. Berdasarkan manifestasi klinik:

i. Serangan Iskemik Sepintas/Transient Ischemic Attack (TIA)

Gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak akan

menghilang dalam waktu 24 jam.

ii. Defisit Neurologik Iskemik Sepintas/Reversible Ischemic Neurological Deficit

Gejala neurologik yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih lama dari 24 jam,

tapi tidak lebih dari seminggu.

iii. Stroke Progresif (Progressive Stroke/Stroke In Evaluation)

Gejala neurologik makin lama makin berat.

iv. Stroke komplet (Completed Stroke/Permanent Stroke)

Kelainan neurologik sudah menetap, dan tidak berkembang lagi.

b. Berdasarkan Kausal:

i. Stroke Trombotik

Stroke trombotik terjadi karena adanya penggumpalan pada pembuluh darah di otak.

Trombotik dapat terjadi pada pembuluh darah yang besar dan pembuluh darah yang

kecil. Pada pembuluh darah besar trombotik terjadi akibat aterosklerosis yang diikuti

29

Page 31: Cva

oleh terbentuknya gumpalan darah yang cepat. Selain itu, trombotik juga diakibatkan

oleh tingginya kadar kolesterol jahat atau Low Density Lipoprotein (LDL).

Sedangkan pada pembuluh darah kecil, trombotik terjadi karena aliran darah ke

pembuluh darah arteri kecil terhalang. Ini terkait dengan hipertensi dan merupakan

indikator penyakit aterosklerosis.

ii. Stroke Emboli/Non Trombotik

Stroke emboli terjadi karena adanya gumpalan dari jantung atau lapisan lemak yang

lepas. Sehingga, terjadi penyumbatan pembuluh darah yang mengakibatkan darah

tidak bisa mengaliri oksigen dan nutrisi ke otak.

4.1.6.2 Gejala Stroke Non Hemoragik

Gejala stroke non hemoragik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak

bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokasi tempat gangguan

peredaran darah terjadi, maka gejala-gejala tersebut adalah:

a. Gejala akibat penyumbatan arteri karotis interna.

i. Buta mendadak (amaurosis fugaks).

ii. Ketidakmampuan untuk berbicara atau mengerti bahasa lisan (disfasia) bila

gangguan terletak pada sisi dominan.

iii. Kelumpuhan pada sisi tubuh yang berlawanan (hemiparesis kontralateral) dan

dapat disertai sindrom Horner pada sisi sumbatan.

b. Gejala akibat penyumbatan arteri serebri anterior.

i. Hemiparesis kontralateral dengan kelumpuhan tungkai lebih menonjol.

ii. Gangguan mental.

iii. Gangguan sensibilitas pada tungkai yang lumpuh.

iv. Ketidakmampuan dalam mengendalikan buang air.

v. Bisa terjadi kejang-kejang

c. Gejala akibat penyumbatan arteri serebri media.

i. Bila sumbatan di pangkal arteri, terjadi kelumpuhan yang lebih ringan. Bila tidak di

pangkal maka lengan lebih menonjol.

ii. Gangguan saraf perasa pada satu sisi tubuh.

iii.Hilangnya kemampuan dalam berbahasa (aphasia).

d. Gejala akibat penyumbatan sistem vertebrobasilar.

i. Kelumpuhan di satu sampai keempat ekstremitas.

ii. Meningkatnya refleks tendon.

iii.Gangguan dalam koordinasi gerakan tubuh.

30

Page 32: Cva

iv.Gejala-gejala sereblum seperti gemetar pada tangan (tremor), kepala berputar.

v. Ketidakmampuan untuk menelan (disfagia).

vi.Gangguan motoris pada lidah, mulut, rahang dan pita suara sehingga pasien sulit

bicara (disatria).

vii. Kehilangan kesadaran sepintas (sinkop), penurunan kesadaran secara lengkap

(strupor), koma, pusing, gangguan daya ingat, kehilangan daya ingat terhadap

lingkungan (disorientasi).

viii.Gangguan penglihatan, sepert penglihatan ganda (diplopia), gerakan arah bola

mata yang tidak dikehendaki (nistagmus), penurunan kelopak mata (ptosis),

kurangnya daya gerak mata, kebutaan setengah lapang pandang pada belahan

kanan atau kiri kedua mata (hemianopia homonim).

ix. Gangguan pendengaran

x. Rasa kaku diwajah

e. Gejala akibat penyumbatan arteri serebri posterior

i. Koma

ii. Hemiparesis kontra lateral.

iii. Ketidakmampuan membaca (aleksia).

iv. Kelumpuhan saraf kranialis ketiga.

31

Page 33: Cva

LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA

BAB V

PEMBAHASAN

1.1 DASAR PENEGAKAN DIAGNOSA

1.1.1 Diagnosa Stroke Non Hemoragik

Diagnosis didasarkan atas hasil:

a. Penemuan Klinis

i. Anamnesis

Terutama terjadinya keluhan/gejala defisit neurologik yang mendadak. Tanpa

trauma kepala, dan adanya faktor risiko stroke.

ii. Pemeriksaan Fisik

Adanya defisit neurologik fokal, ditemukan faktor risiko seperti hipertensi,

kelainan jantung dan kelainan pembuluh darah lainnya.

b. Pemeriksaan tambahan/Laboratorium

i. Pemeriksaan Neuro-Radiologik

Computerized Tomography Scanning (CT-Scan), sangat membantu diagnosis

dan membedakannya dengan perdarahan terutama pada fase akut. Angiografi serebral

karotis atau vertebral) untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang pembuluh

darah yang terganggu, atau bila scan tak jelas. Pemeriksaan likuor serebrospinalis,

seringkali dapat membantu membedakan infark, perdarahan otak, baik perdarahan

intraserebral (PIS) maupun perdarahan subarakhnoid (PSA). Pada kasus ini tidak

dilakukan karena pasien menolak.

ii. Pemeriksaan lain-lain

Pemeriksaan untuk menemukan faktor resiko, seperti: pemeriksaan darah rutin

(Hb, hematokrit, leukosit, eritrosit), hitung jenis dan bila perlu gambaran darah.

Komponen kimia darah, gas, elektrolit, Doppler, Elektrokardiografi (EKG). Pada

pasien ini hanya di temukan lekositopeni.

32

Page 34: Cva

1.1.2 Perbedaan Klinis Stroke Hemoragik dan Non Hemoragik

Gejala Klinis

Stroke Hemoragik

Stroke Non HemoragikPIS (Perdarahan Intra Serebral)

PSA (Perdarahan Sub Arachnoid)

Gejala defisit lokal Berat Ringan Berat/ringan

SIS sebelumnya Amat jarang - +/ biasa

Permulaan (onset) Menit/jam 1-2 menit Pelan (jam/hari)

Nyeri kepala Hebat Sangat hebat Ringan/ tak ada

Muntah pada awalnya Sering SeringTidak, kecuali lesi di

batang otak

Hipertensi Hampir selalu Biasanya tidak Sering kali

Kesadaran Bisa hilangBisa hilang

sebentarDapat hilang

Kaku kuduk JarangBisa  ada pada

permulaanTidak ada

Hemiparesis Sering sejak awal Tidak ada Sering dari awal

Deviasi mata Bisa ada Tidak ada mungkin ada

Gangguan bicara Sering Jarang Sering

Likuor Sering berdarah Selalu berdarah Jernih

Perdarahan Subhialoid Tak ada Bisa ada Tak ada

Paresis/gangguan N III - Mungkin (+) -

Sumber : Priguna, Sidharta. Neurologi Klinis dalam Praktek Umum. Dian Rakyat : jakarta.

33

Page 35: Cva

1.2 DASAR RENCANA PENATALAKSANAAN

Menurut Konsensus Nasional Pengelolaan Stroke (1999) di Indonesia, upaya yang

dilakukan untuk pencegahan penyakit stroke yaitu:

1.2.1 Pencegahan Primodial

Tujuan pencegahan primordial adalah mencegah timbulnya faktor risiko stroke bagi

individu yang belum mempunyai faktor risiko. Pencegahan primordial dapat dilakukan

dengan cara melakukan promosi kesehatan, seperti berkampanye tentang bahaya rokok

terhadap stroke dengan membuat selebaran atau poster yang dapat menarik perhatian

masyarakat. Selain itu, promosi kesehatan lain yang dapat dilakukan adalah program

pendidikan kesehatan masyarakat, dengan memberikan informasi tentang penyakit stroke

melalui ceramah, media cetak, media elektronik dan billboard.

1.2.2 Pencegahan Primer

Tujuan pencegahan primer adalah mengurangi timbulnya faktor risiko stroke bagi

individu yang mempunyai faktor risiko dengan cara melaksanakan gaya hidup sehat

bebas stroke, antara lain:

a. Menghindari: rokok, stress, alkohol, kegemukan, konsumsi garam berlebihan, obat-

obatan golongan amfetamin, kokain dan sejenisnya.

b. Mengurangi: kolesterol dan lemak dalam makanan.

c. Mengendalikan: Hipertensi, DM, penyakit jantung (misalnya fibrilasi atrium, infark

miokard akut, penyakit jantung reumatik), dan penyakit vaskular aterosklerotik

lainnya.

d. Menganjurkan konsumsi gizi yang seimbang seperti, makan banyak sayuran, buah-

buahan, ikan terutama ikan salem dan tuna, minimalkan junk food dan beralih pada

makanan tradisional yang rendah lemak dan gula, serealia dan susu rendah lemak

serta dianjurkan berolah raga secara teratur.

1.2.3 Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder ditujukan bagi mereka yang pernah menderita stroke. Pada

tahap ini ditekankan pada pengobatan terhadap penderita stroke agar stroke tidak

berlanjut menjadi kronis. Tindakan yang dilakukan adalah:

a. Obat-obatan, yang digunakan: asetosal (asam asetil salisilat) digunakan sebagai

obat antiagregasi trombosit pilihan pertama dengan dosis berkisar antara 80-320 mg/hari,

antikoagulan oral diberikan pada penderita dengan faktor resiko penyakit jantung

(fibrilasi atrium, infark miokard akut, kelainan katup) dan kondisi koagulopati yang lain.

34

Page 36: Cva

b. Piracetam 12 gram 3x1, Obat piracetam harus segera diberikan pada pasien dengan

stroke, karena untuk memperbaiki prognosis kedepannya.

c. Modifikasi gaya hidup dan faktor risiko stroke, misalnya mengkonsumsi obat

antihipertensi yang sesuai pada penderita hipertensi, mengkonsumsi obat hipoglikemik

pada penderita diabetes, diet rendah lemak dan mengkonsumsi obat antidislipidemia

pada penderita dislipidemia, berhenti merokok, berhenti mengkonsumsi alkohol, hindari

kelebihan berat badan dan kurang gerak.

1.2.4 Pencegahan Tersier

Tujuan pencegahan tersier adalah untuk mereka yang telah menderita stroke agar

kelumpuhan yang dialami tidak bertambah berat dan mengurangi ketergantungan pada

orang lain dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari. Pencegahan tersier dapat

dilakukan dalam bentuk rehabilitasi fisik, mental dan sosial. Rehabilitasi akan diberikan

oleh tim yang terdiri dari dokter, perawat, ahli fisioterapi, ahli terapi wicara dan bahasa,

ahli okupasional, petugas sosial dan peran serta keluarga.

a. Rehabilitasi Fisik

Pada rehabilitasi ini, penderita mendapatkan terapi yang dapat membantu proses

pemulihan secara fisik. Adapun terapi yang diberikan yaitu yang pertama adalah

fisioterapi, diberikan untuk mengatasi masalah gerakan dan sensoris penderita seperti

masalah kekuatan otot, duduk, berdiri, berjalan, koordinasi dan keseimbangan serta

mobilitas di tempat tidur. Terapi yang kedua adalah terapi okupasional (Occupational

Therapist atau OT), diberikan untuk melatih kemampuan penderita dalam melakukan

aktivitas sehari-hari seperti mandi, memakai baju, makan dan buang air. Terapi yang

ketiga adalah terapi wicara dan bahasa, diberikan untuk melatih kemampuan penderita

dalam menelan makanan dan minuman dengan aman serta dapat berkomunikasi dengan

orang lain.

b. Rehabilitasi Mental

Sebagian besar penderita stroke mengalami masalah emosional yang dapat

mempengaruhi mental mereka, misalnya reaksi sedih, mudah tersinggung, tidak bahagia,

murung dan depresi. Masalah emosional yang mereka alami akan mengakibatkan

penderita kehilangan motivasi untuk menjalani proses rehabilitasi. Oleh sebab itu,

penderita perlu mendapatkan terapi mental dengan melakukan konsultasi dengan

psikiater atau ahki psikologi klinis.

35

Page 37: Cva

c. Rehabilitasi Sosial

Pada rehabilitasi ini, petugas sosial berperan untuk membantu penderita stroke

menghadapi masalah sosial seperti, mengatasi perubahan gaya hidup, hubungan

perorangan, pekerjaan, dan aktivitas senggang. Selain itu, petugas sosial akan

memberikan informasi mengenai ayanan komunitas lokal dan badan-badan bantuan

sosial.

36

Page 38: Cva

LAPORAN STUDI KASUS STASE DALAM

BAB VI

PENUTUP

6.1 KESIMPULAN HOLISTIK

Diagnosis dari segi biologis :

Stroke Non Hemoragik

Diagnosis dari segi psikologis :

Ny.M merasa memiliki beban pikiran semenjak ditinggal meninggal suaminya dan

mulai tinggal bersama anak pertamanya.

Diagnosis dari segi sosial dan ekonomi :

Aspek sosial keluarga Ny.M baik, hubungan dengan tetangganya tidak ada masalah.

Lingkungan sekitar rumah Ny.M tergolong bersih. Kondisi ekonomi keluarga Ny.M

tergolong cukup. Ny.M saat ini hanya sebagai ibu rumah tangga dan tinggal bersama

anak pertamanya yang kondisi ekonominya cukup.

6.2 SARAN KOMPREHENSIF

- Menginformasikan pada pasien dan keluarga terkait penyakit pasien (informed

consent).

- Pasien harus dalam pantauan keluarga, dan pasien dilatih bergerak secara bertahap.

- Makanan makanan yang bergizi, tinggi kalori tinggi protein.

- Meberikan pengertian bahwa kondisi psikologis pasien juga mempengaruhi lama atau

cepatnya proses penyembuhan terkait dengan kondisi imunitas pasien.

- Memberikan pengarahan dan saran kepada Ny.M dan keluarga untuk memperbanyak

konsumsi sayur dan buah karena banyak mengandung vitamin.

- Memberikan pengarahan untuk menghindari rokok dan kopi.

- Memberikan pengarahan untuk rutin kontrol ke dokter saraf.

37

Page 39: Cva

DAFTAR PUSTAKA

Sudoyo, Aru W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1, Edisi 4. Jakarta.

Interna Publishing.

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2, Jakarta: Media

Aesculapius.

Prof. DR. Mahar Mardjono & Prof. DR. Priguna Sidharta : Neurologi Klinis Dasar,

Edisi VI, 1994, Hal 270 – 290.

Mary Carter Lombardo : Patofisiologi Konsep Klinis Proses – proses Penyakit, Edisi

4, 1995, Hal 964 – 972.

Dr. Siti Amnisa Nuhonni, SpRM, Simposium Penatalaksanaan Stroke Masa Kini,

101, Bandar Lampung,2000

PERDOSSI : Konsensus Nasional Pengelolaan Stroke di Indonesia. Hal 3-7

38