cultivation theory

Upload: rifky-anan-kurniawan

Post on 08-Mar-2016

30 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

psikologi komunikasi, teori media effect

TRANSCRIPT

CULTIVATION THEORY

CULTIVATION THEORYOLEH :RIFKY ANAN KURNIAWAN NIM 55213110005

DEFINISITeori kultivasi / analisis kultivasi adalah teori yang memperkirakan dan menjelaskan pembentukan persepsi, pengertian, dan kepercayaan mengenai dunia sebagai hasil dari mengonsumsi pesan media dalam jangka panjang. Dengan kata lain, realitas yang khalayak media terima adalah realitas yang diperantarai (mediated reality). Teori kultivasi tidak membahas efek dari suatu tayangan tertentu (apa yang akan dilakukan seseorang setelah menonton suatu tayangan), tetapi mengemukakan gagasan mengenai budaya secara keseluruhan (Morrissan dkk., 2010, hlm.106).

Tiga asumi dasar teori kultivasi:1. TELEVISI ADALAH MEDIA YANG SANGAT BERBEDA.Televisi merupakan media yang memiliki akses paling besar untuk menjangkau masyarakat. Televisi mampu menarik perhatian kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda namun sekaligus menunjukkan kesamaannya. Televisi menggabungkan pesan yang bersifat audio dan visual (tidak seperti radio yang hanya audio atau koran yang hanya visual).

2. TELEVISI MEMBENTUK CARA MAYARAKAT BERPIKIR DAN BERINTERAKSI.Gagasan ini menyatakan bahwa jumlah kekerasan di televisi jauh lebih banyak dibandingkan dengan realitas yang sebenarnya, sebagaimana yang ditunjukkan oleh penelitian Kurtz (1998), yang mengemukakan angka statistik menunjukkan penurunan jumlah kejahatan pembunuhan sebesar 20% dalam periode 1993-1996, walaupun pada saat yang sama jumlah film yang bercerita soal pembunuhan melonjak sebesar 721%.

3. PENGARUH TELEVISI BERSIFAT TERBATAS.Berdasarkan observasi yang terukur dan independen, pengaruh televisi terhadap individu dan budaya ternyata relatif kecil. Meski begitu, pengaruh itu tetap ada dan signifikan. Gerbner menyatakan bahwa menonton televisi pada umumnya akan menghasilkan pengaruh yang bersifat kumulatif dan luas dalam hal bagaimana kita memandang dunia (Morrissan dkk., 2010, hlm.106-109).

Gerbner membedakan penonton televisi dalam dua kategoriLIGHT VIEWER (PENONTON RINGAN)Penonton ringan adalah yang menyaksikan televisi dalam kurun waktu sekitar dua jam tiap harinyaHEAVY VIEWER (PENONTON BERAT). penonton berat adalah yang menonton televisi lebih dari 4 jam tiap harinya. Perbedaan inilah yang akan mempengaruhi viewer behaviour itu sendiri.kultivasi berperan melalui dua jalan, yaitu mainstreaming dan resonance.

Mainstreaming menurut Grebner adalah proses blurring, blending, and bending yang mana merasuk ke dalam diri penonton berat. Menurut Gerbner, melalui terpaan yang konstan dalam tayangannya, televisi berhasil menciptakan commonality (kesamaan atau keumuman). Televisi menjadikan penontonnya bersifat homogen, yang pada nantinya menjadikan penonton (berat) merasa mereka berbagi nilai, orientasi, perspektif, dengan orang yang lain.Apa-apa yang hadir di layar televisi menciptakan suatu yang bersifat umum, dan menjadikannya sebagai semacam pengalaman bersama. Sehingga bagi penontonnya, televisi menjadi rujukan bersama terhadap pengalaman, keyakinan, dan nilai-nilai. Televisi menjadi ibarat tempat berbagi pengalaman.

RESONANCE. Menurut Gerbner, penonton yang konsisten menonton tayangan televisi lebih mungkin merasakan resonance (resonansi). Pada dasarnya setiap orang pernah mengalami atau menjadi saksi mata atas suatu tindakan kekerasan atau peristiwa kriminal, entah itu perampokan, penodongan, penjambretan, atau bahkan orang berkelahi. Mereka ini kemudian mengalami traumatik, walaupun tidak parah. Akan tetapi, televisi kemudian berperan dalam penggambaran kembali pengalaman tersebut di dalam tayangannya. Televisi menjadi semacam resonansi atau pengulangan terhadap pengalaman nyata di kehidupan si penonton tadi. Semakin sering orang tersebut menonton tayangan kekerasan maka akan semakin sering resonansi tadi dialami olehnya. Sehingga konsekuensinya kenangan atau pengalaman pertama terhadap peristiwa kekerasan atau kriminal di dunia nyata yang dulu pernah dialaminya, menjadi semakin dan terus terasa atau teringat-ingat.

televisi sebagai media yang mempengaruhi pandangan kita terhadap realitas sosial, para peneliti cultivation analysis bergantung kepada empat tahap prosesMessage system analysis yang menganalisis isi program televisi.Formulation of question about viewersSurvey the audienceMembandingkan realitas sosial antara penonton berat dan orang yang jarang menonton televisi.disederhanakan menjadi dua jenis analisis:ANALISIS ISI (CONTENT ANALYSIS), YANG MENGIDENTIFIKASIKAN ATAU MENENTUKAN TEMA-TEMA UTAMA YANG DISAJIKAN OLEH TELEVISI.

.ANALISIS KHALAYAK (AUDIENCE RESEARCH), YANG MENCOBA MELIHAT PENGARUH TEMA-TEMA TERSEBUT PADA PENONTONCONTOH KASUSJika kita menonton acara seperti Buser (SCTV), Patroli (Indosiar), Sergap (RCTI), Brutal (Lativi) dan TKP malam (TV7), akan terlihat beberapa perilaku kejahatan yang dilakukan masyarakat. Dalam acara tersebut tidak sedikit kejahatan yang bisa diungkap. Dalam pandangan kultivasi dikatakan adegan kekerasaan yang disajikan oleh televisi tersebut menggambarkan dunia kita yang sebenarnya. Para pecandu berat televisi akan beranggapan bahwa harus hati-hati keluar rumah karena kejahatan sudah mengincar kita, dan setiap orang tidak bisa dipercaya, boleh jadi kita akan menjadi korban selanjutnya dari kejahatan. Apa yang ditayangkan televisi tersebut dianggap bahwa di Indonesia kejahatan itu sudah sedemikian mewabah dan kuantitasnya semakin meningkat dari waktu ke waktu. Ini menggambarkan bagaimana dunia kejahatan yang ada di IndonesiaContoh lain sinetron yang lagi merebak sekarang di berbagai stasiun televisi kita, antara lain sinetron Rahasia ilahi yang hampir ditanyangkan oleh semua televisi swasta. Para pecandu berat televisi (heavy viewers) akan menganggap bahwa apa yang terjadi di televisi itulah dunia realitas. Mereka beranggapan bahwa tuhan Islam itu kejam, pendendam, tukang siksa dan sebagainya. Seperti itulah anggapan orang terhadap tuhan Islam. Pada hal tuhan Islam (Allah SWT) yang sebenarnya adalah Zat yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang tidak seperti yang tergambarkan pada beberapa adegan pada sinetron Rahasia Ilahi.KESIMPULANGeorge Gerbner menyatakan bahwa penggemar berat televisi (TV) sebenarnya membangun kepercayaan yang terlalu berlebihan pada a mean and scary world. Kekerasan yang mereka lihat di TV dapat menanamkan sebuah social paranoia yang berlawanan dengan pemikiran tentang lingkungan yang aman dan keberadaan orang-orang yang dapat dipercaya. Gerbner melihat TV sebagai kekuatan dominan dalam membentuk masyarakat modern. Dan ia yakin bahwa kekuatan TV terletak pada symbolic content dari real-life drama yang ditampilkannya setiap saat.SELESAI