cover

40
Laporan kasus Karsinoma Paru Disusun Oleh : Wilda Septi Pratiwi NIM. 1508434475 Pembimbing : Dr. Sri Melati Munir, Sp.P (K) KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU PULMONOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU

Upload: wilda-septi-pratiwi

Post on 09-Dec-2015

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

sip

TRANSCRIPT

Laporan kasus

Karsinoma Paru

Disusun Oleh :

Wilda Septi Pratiwi

NIM. 1508434475

Pembimbing :

Dr. Sri Melati Munir, Sp.P (K)

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU PULMONOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU

RSUD ARIFIN ACHMAD

PEKANBARU

2015

BAB I

PENDAHULUAN

Diperkirakan ratusan ribu sampai jutaan penduduk dunia terkena

penyakit paru setiap tahun dan hal tersebut menyebabkan 19% penyebab

kematian diseluruh dunia dan 15% penyebab kecacatan sepanjang hidup.

Ada 5 besar penyakit paru saat ini yaitu kanker paru, penyakit paru

obstruktif kronis (PPOK), tuberculosis, pneumonia dan asma. Dua

diantaranya terkait dengan merokok adalah PPOK dan kanker paru.1

Berdasarkan data dari GLOBOCAN tahun 2008, kanker paru merupakan

urutan pertama dari 5 besar jenis kanker yang paling banyak terjadi pada

laki-laki dan wanita di Asia Tenggara dengan insiden 98.143 kasus dengan

angka kematian sebanyak 85.772 kasus.2

Indonesia berada di urutan kelima negara dengan angka kejadian

kanker paru terbanyak di Asia Tenggara dengan insidens 29,7%.2 Kanker

paru banyak di hubungkan dengan kebiasaan merokok. Angka kematian

akibat kanker paru menurun di Amerika, Eropa dan Australia sedangkan

di negara Asia dan Afrika, angka kejadian kanker paru meningkat dan ini

berhubungan dengan prevalensi kebiasaan merokok di negara-negara

tersebut. Di Asia kebiasaan merokok masih tinggi, tetapi angka kebiasaan

merokok pada laki-laki berkurang. Angka kebiasaan merokok pada

perempuan Asia masih rendah, tetapi sekarang semakin meningkat pada

perempuan-perempuan usia muda.3 Pada Susenas 2003 menyebukan

bahwa 30% penduduk Indonesia merokok dimana 60% diantaranya

berjenis kelamin laki-laki. Sementara data SKRT 2001 menyebutkan

bahwa 31,4 % penduduk Indonesia merokok sedang 59 % diantaranya

adalah laki-laki.4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi kanker paru

Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di

paru, mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri maupun

keganasan dari luar paru (metastasis tumor di paru). Menurut pedoman

diagnosis penatalaksanaan di Indonesia oleh PDPI, kanker paru ialah

kanker paru primer, yakni tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus

atau karsinoma bronkus (bronchogenic carcinoma).4

2. Epidemiologi kanker paru

Di seluruh dunia, kanker paru-paru adalah kanker yang paling

sering terdiagnosis. Di Inggris, kanker paru merupakan yang

kasus kedua terbanyak setelah yang kanker payudara,

Sekitar 39.000 orang diagnosa kanker baru

setiap tahunnya Di negara-negara dengan prevalensi merokok yang tinggi,

sekitar 90% yang di diagnosa kanker paru-paru berhubungan dengan

kebiasaan merokok. Peningkatan insiden terjadinya kanker paru

berhubungan dengan riwayat serta intensitas merokok. Orang yang

merokok memiliki resiko kanker 20 kali lipat lebih banyak dibandingkan

dengan orang yang tidak merokok. Kanker paru-paru lebih sering terjadi

pada pria dibandingkan pada wanita, dan berkaitan dengan kebiasaan

merokok.6

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di RSUP

Persahabatan diperoleh bahwa: Proporsi penderita kanker paru yang

tertinggi diperoleh pada kelompok usia 40 tahun ke atas sebanyak

97%, laki-laki sebanyak 85%, dan kebiasaan merokok aktif sebanyak

78% .Orang yang berusia 40 tahun ke atas mempunyai kemungkinan

18,188 kali mengalami kanker paru dibandingkan dengan orang yang

berusia kurang dari 40 tahun dengan probabilitas 95%.Jenis kelamin laki-

laki mempunyai kemungkinan 4,636 kali mengalami kanker paru

dibandingkan dengan jenis kelamin perempuan dengan probabilitas

82%. Orang yang merokok aktif mempunyai kemungkinan 4,700 kali

mengalami kanker paru dibandingkan dengan orang yang tidak

merokok dengan probabilitas 82%.7

Dalam penelitian yang di lakukan di RS Dharmais Jakarta, Kanker

paru lebih sering pada laki-laki dibandingkan wanita dengan usia rata-rata

adalah 58 tahun. Tipe histologis tertinggi pada kanker paru yang

ditemukan adalah jenis adenokarsinoma Lebih dari 60% pasien datang ke

rumah sakit sudah dalam stadium lanjut (IIIB-IV) yang memiliki

prognosis buruk. Kelangsungan hidup kanker paru-paru selama setahun

adalah 13% dan pasien laki-laki serta pasien yang tidak menerima

kemoterapi memiliki prognosis buruk.8

3. Patogenesis

Berdasarkan histologi, Kanker Paru dibagi menjadi 2 kategori utama:

1) Small Cell Lung Cancer (SCLC)

SCLC terjadi sekitar 15% dari semua jenis kanker paru, kanker ini

cukup agresif, frekuensinya berhubungan dengan jarak metastasis dan

mempunyai prognosis yang buruk pada semua kanker paru primer.

Gambaran histologinya yang khas adalah dominasi sel-sel kecil yang

hampir semuanya diisi oleh mukus dengan sebaran kromatin yang

sedikit sekali tanpa nukleoli. Sel-sel yang bermitosis banyak sekali

ditemukan begitu juga gambaran nekrosis.

2) Non-Small Cell Lung Cancer (NSCLC)

NSCLC terjadi sekitar 75% dari semua jenis kanker paru. Terbagi

lagi menjadi 3:

a) Adenokarsinoma

Menempati sekitar 35-40% kanker paru. Khas dengan bentuk

formasi glandular dan kecenderungan ke arah pembentukan

konfigurasi papilari. Biasanya membentuk musin, sering

tumbuh dari bekas kerusakan jaringan paru (scar). Dapat

bertipe sentral ataupun tipe perifer. Adenokarsinoma sejauh ini

juga merupakan tumor tersering yang timbul pada perempuan,

bukan perokok, dan pasien berusia kurang dari 45 tahun.2,3

b) Karsinoma sel besar

Ini suatu subtipe yang gambaran histologisnya dibuat secara

eksklusi.Dia termasuk NSCLC tapi tak ada gambaran

diferensiasi skuamosa atau glandular, sel bersifat anaplastik, tak

berdiferensiasi, biasanya disertai infiltrasi sel netrofil.3

c) Karsinoma sel skuamosa

Karsinoma sel skuamosa sekitar 30-35% dari semua kanker

paru, berciri khas proses keratinisasi dan pembentukan bridge

intraselular. Karsinoma skuamosa terutama timbul di trakea,

bronkus paru tipe sentral, karsinoma skuamosa, tipe perifer lebih

jarang.3

4. Diagnosis dan penderajatan

Tujuan pemeriksaan diagnosis adalah untuk menentukan jenis

histopatologi kanker, lokasi tumor serta penderajatannya yang selanjutnya

diperiukan untuk menetapkan kebijakan pengobatan.

Deteksi dini

Keluhan dan gejala penyakit ini tidak spesifik, seperti batuk darah, batuk

kronik, berat badan menurun dan gejala lain yang juga dapat dijurnpai

pada jenis penyakit paru lain. Penernuan dini penyakit ini berdasarkan

keluhan saja jarang terjadi, biasanya keluhan yang ringan terjadi pada

mereka yang telah memasuki stage II dan III. Di Indonesia kasus kanker

paru terdiagnosis ketika penyakit telah berada pada staging lanjut. Dengan

rneningkatnya kesadaran masyarakat tentang penyakit ini, disertai dengan

meningkatnya pengetahuan dokter dan peralatan diagnostik maka

pendeteksian dini seharusnya dapat dilakukan. Sasaran untuk deteksi dini

terutama ditujukan pada subyek dengan risiko tinggi yaitu:

• Laki -laki, usia lebih dari 40 tahun, perokok

• Paparan industri tertentu dengan satu atau lebih gejala: batuk darah,

batuk kronik, sesak napas,nyeri dada dan berat badan menurun.

Golongan lain yang perlu diwaspadai adalah perempuan perokok pasif

dengan salah satu gejala di atas dan seseorang yang dengan gejala

klinik : batuk darah, batuk kronik, sakit dada, penurunan berat badan

tanpa penyakit yang jelas. Riwayat tentang anggota keluarga dekat

yang menderita kanker paru juga perlu jadi faktor pertimbangan.

Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk deteksi dini ini, selain

pemeriksaan klinis adalah pemeriksaan radio toraks dan pemeriksaan

sitologi sputum. Jika ada kecurigaan kanker paru, penderita sebaiknya

segera dirujuk ke spesialis paru agar tindakan diagnostik lebih lanjut

dapat dilakukan lebih cepat dan terarah.

Prosedur diagnostik

Gambaran Klinik

A. Anamnesis

Gambaran klinik penyakit kanker paru tidak banyak berbeda dari

penyakit paru lainnya, terdiri dari keluhan subyektif dan gejala

obyektif. Dari anamnesis akan didapat keluhan utama dan

perjalanan penyakit, serta faktor–faktor lain yang sering sangat

membantu tegaknya diagnosis. Keluhan utama dapat berupa :

• Batuk-batuk dengan / tanpa dahak (dahak putih, dapat juga

purulen)

• Batuk darah

• Sesak napas

• Suara serak

• Sakit dada

• Sulit / sakit menelan

• Benjolan di pangkal leher

• Sembab muka dan leher, kadang-kadang disertai sembab

lengan dengan rasa nyeri yang

hebat. Tidak jarang yang

pertama terlihat adalah gejala atau keluhan

akibat metastasis di luar paru, seperti kelainan

yang timbul karena kompresi hebat di otak,

pembesaran hepar atau patah tulang kaki.

Gejala dan keluhan yang tidak khas seperti :

Berat badan berkurang, nafsu makan hilang,

demam hilang timbul Sindrom paraneoplastik,

seperti "Hypertrophic pulmonary

osteoartheopathy", trombosis vena perifer dan

neuropatia.

Alur Deteksi Dini Kanker Paru

Skema

Gambaran

radiologis

b.

Pemeriksaa

n fisik

Pemeriksaa

n jasmani

harus

dilakukan

secara

menyeluruh

dan teliti.

Hasil yang

didapat

sangatbergantung pada kelainan saat

pemeriksaan dilakukan. Tumor paru ukuran

kecil dan terletak di perifer dapat memberikan

gambaran normal pada pemeriksaan. Tumor

dengan ukuran besar, terlebih bila disertai

atelektasis sebagai akibat kompresi bronkus,

efusi pleura atau penekanan vena kava akan

memberikan hasil yang lebih informatif.

Pemeriksaan ini juga dapat memberikan data

untuk penentuan stage penyakit, seperti

pembesaran KGB atau tumor diluar paru.

Metastasis ke organ lain juga dapat dideteksi

dengan perabaan hepar, pemeriksaan

funduskopi untuk mendeteksi peninggian

tekanan intrakranial dan terjadinya fraktur

sebagai akibat metastasis ke tulang.

c. Pemeriksaan radiologis

Hasil pemeriksaan radiologis adalah salah

satu pemeriksaan penunjang yang mutlak

dibutuhkan untuk menentukan lokasi tumor

primer dan metastasis, serta penentuan stadium

penyakit berdasarkan sistem TNM.

Pemeriksaan radiologi paru yaitu Foto toraks

PA/lateral, bila mungkin CT-scan toraks, bone

scan, Bone

survey,

USG

abdomen

dan Brain-

CT

dibutuhkan

untuk

menentuka

n letak

kelainan,

ukuran

tumor dan

metastasis.

a. Foto

toraks :

Pada

pemeriksaa

n foto

toraks

PA/lateral

akan dapat

dilihat bila

masa tumor

dengan ukuran tumor lebih dari 1 cm. Tanda

yang mendukung keganasan adalah tepi yang

ireguler, disertai identasi pleura, tumor satelit

tumor, dll. Pada foto tumor juga dapat

ditemukan telah invasi ke dinding dada, efusi

pleura, efusi perikar dan metastasis

intrapulmoner. Sedangkan keterlibatan KGB

untuk menentukan N agak sulit ditentukan

dengan foto toraks saja. Kewaspadaan dokter

terhadap kemungkinan kanker paru pada

seorang penderita penyakit paru dengan

gambaran yang tidak khas untuk keganasan

penting diingatkan. Seorang penderita yang

tergolong dalam golongan resiko tinggi (GRT)

dengan diagnosis penyakit paru, harus disertai

difollow-up yang teliti. Pemberian OAT yang

tidak menunjukan perbaikan atau bahkan

memburuk setelah 1 bulan harus

menyingkirkan kemungkinan kanker paru,

tetapi lain masalahnya pengobatan pneumonia

yang tidak berhasil setelah pemberian

antibiotik selama 1 minggu juga harus

menimbulkan dugaan kemungkinan tumor

dibalik pneumonia tersebut Bila foto toraks

menunjukk

an

gambaran

efusi pleura

yang luas

harus

diikuti

dengan

pengosonga

n isi pleura

dengan

punksi

berulang

atau

pemasanga

n WSD dan

ulangan

foto toraks

agar bila

ada tumor

primer

dapat

diperlihatka

n.

Keganasan harus difikirkan bila cairan bersifat

produktif, dan/atau cairan serohemoragik.

b.CT-Scan toraks : Tehnik pencitraan ini dapat

menentukan kelainan di paru secara lebih baik

daripada foto toraks. CT-scan dapat mendeteksi

tumor dengan ukuran lebih kecil dari 1 cm

secara lebih tepat. Demikian juga tanda-tanda

proses keganasan juga tergambar secara lebih

baik, bahkan bila terdapat penekanan terhadap

bronkus, tumor intra bronkial, atelektasis, efusi

pleura yang tidak masif dan telah terjadi invasi

ke mediastinum dan dinding dada meski tanpa

gejala. Lebih jauh lagi dengan CT-scan,

keterlibatan KGB yang sangat berperan untuk

menentukan stage juga lebih baik karena

pembesaran KGB (N1 s/d N3) dapat dideteksi.

Demikian juga ketelitiannya mendeteksi

kemungkinan metastasis intrapulmoner.

c.Pemeriksaan radiologik lain : Kekurangan

dari foto toraks dan CT-scan toraks adalah

tidak mampu mendeteksi telah terjadinya

metastasis jauh. Untuk itu dibutuhkan

pemeriksaan radiologik lain, misalnya Brain-

CT untuk mendeteksi metastasis di tulang

kepala /

jaringan

otak, bone

scan

dan/atau

bone

survey

dapat

mendeteksi

metastasis

diseluruh

jaringan

tulang

tubuh. USG

abdomen

dapat

melihat ada

tidaknya

metastasis

di hati,

kelenjar

adrenal dan

organ lain

Pemeriksa

an khusus

a.

Bronkosko

pi

Bronkosko

pi adalah

pemeriksan

dengan

tujuan

diagnostik

sekaligus

dapat

dihandalka

n untuk dapat mengambil jaringan atau bahan

agar dapat dipastikan ada tidaknya sel ganas.

Pemeriksaan ada tidaknya masa intrabronkus

atau perubahan mukosa saluran napas, seperti

terlihat kelainan mukosa tumor misalnya,

berbenjol-benjol, hiperemis, atau stinosis

infiltratif, mudah berdarah. Tampakan yang

abnormal sebaiknya di ikuti dengan tindakan

biopsi tumor/dinding bronkus, bilasan, sikatan

atau kerokan bronkus.

b.Biopsi aspirasi jarum

Apabila biopsi tumor intrabronkial tidak dapat

dilakukan, misalnya karena amat mudah

berdarah, atau apabila mukosa licin berbenjol,

maka sebaiknya dilakukan biopsi aspirasi

jarum, karena bilasan dan biopsi bronkus saja

sering memberikan hasil negatif.

c. Transbronchial Needle Aspiration (TBNA)

TBNA di karina, atau trakea 1/1 bawah (2

cincin di atas karina) pada posisi jam 1 bila

tumor ada dikanan, akan memberikan

informasi ganda, yakni didapat bahan untuk

sitologi dan informasi metastasis KGB

subkarina atau paratrakeal.

d.Transbro

nchial Lung

Biopsy

(TBLB)

Jika lesi

kecil dan

lokasi agak

di perifer

serta ada

sarana

untuk

fluoroskopi

k maka

biopsi paru

lewat

bronkus

(TBLB)

harus

dilakukan.

e.Biopsi

Transtoraka

l

(Transthora

xic Biopsy,

TTB) Jika lesi terletak di perifer dan ukuran

lebih dari 2 cm, TTB dengan bantuan

flouroscopic angiography. Namun jika lesi

lebih kecil dari 2 cm dan terletak di sentral

dapat dilakukan TTB dengan tuntunan CT-

scan.

f. Biopsi lain

Biopsi jarum halus dapat dilakukan bila

terdapat pembesaran KGB atau teraba masa

yang dapat

terlihat superfisial. Biopsi KBG harus

dilakukan bila teraba pembesaran KGB

supraklavikula, leher atau aksila, apalagi bila

diagnosis sitologi/histologi tumor primer di

paru belum diketahui. Biopsi Daniels

dianjurkan bila tidak jelas terlihat pembesaran

KGB suparaklavikula dan cara lain tidak

menghasilkan informasi tentang jenis sel

kanker. Punksi dan biopsi pleura harus

dilakukan jika ada efusi pleura.

g.Torakoskopi medik

Dengan tindakan ini massa tumor di bagaian

perifer paru, pleura viseralis, pleura parietal

dan mediastinum dapat dilihat dan dibiopsi.

h.Sitologi

sputum

Sitologi

sputum

adalah

tindakan

diagnostik

yang paling

mudah dan

murah.

Kekuranga

n

pemeriksaa

n ini terjadi

bila tumor

ada di

perifer,

penderita

batuk

kering dan

tehnik

pengumpul

an dan

pengambila

n sputum yang tidak memenuhi syarat. Dengan

bantuan inhalasi NaCl 3% untuk merangsang

pengeluaran sputum dapat ditingkatkan. Semua

bahan yang diambil dengan pemeriksaan

tersebut di atas harus dikirim ke laboratorium

Patologi Anatomik untuk pemeriksaan

sitologi/histologi. Bahan berupa cairan harus

dikirim segera tanpa fiksasi, atau dibuat

sediaan apus, lalu difiksasi dengan alkohol

absolut atau minimal alcohol 90%. Semua

bahan jaringan harus difiksasi dalam formalin

4%.

BAB III

LAPORAN KASUS BAGIAN ILMU PULMONOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU

Nama pasien : Tn.J

Alamat :

Umur : 49 tahun

Jenis Kelamin : laki-laki

Pekerjaan : wiraswasta

MRS : 09 oktober 2014

Tanggal pemeriksaan : 09 oktober 2014

ANAMNESIS: Autoanamnesa dan Alloanamnesa

Keluhan utama :

Nyeri didada saat kanan terasa saat bernafas sejak 2 bulan Sebelum Masuk Rumah

Sakit (SMRS).

Riwayat Penyakit Sekarang :

3 bulan SMRS

Pasien mengeluhkan batuk kering yang tidak sembuh sejak 3 bulan yang

lalu hingga sekarang, sudah berobat ke puskesmas tetapi tidak sembuh juga.

Pasien juga mengeluhkan sesak nafas, sesak dirasakan memberat dan

mengganggu aktifitas. Saat bernafas dalam dan saat batuk pasien

mengeluhkan nyeri di dada khususnya di dada kanan. Pasien mengeluhkan

keringat dingin dan tidak ada demam tetapi nafsu makan berkurang serta

berat badan menurun

1 hari SMRS

Pasien mengeluhkan nyeri didada terasa berat saat bernafas dan batuk dan

sesak dirasakan semakin memberat, pasien juga mengalami demam

Riwayat penyakit dahulu :

Riwayat hipertensi (-)

Riwayat DM (-)

Riwayat maag (+)

Riwayat penyakit keluarga

DM (-)

Hipertensi (-)

Kanker (-)

Riwayat pekerjaan, kebiasaan, dan sosial ekonomi

Bekerja di PT.ACS

Merokok (+),1 hari 1 malam menghabiskan 16 batang rokok. Merokok

dimulai sejak SMP tahun 1985 dan berhenti sejak 3 bulan yang lalu

Konsumsi alkohol(+), sejak tahun 1990 dan frekuensi minum cukup sering

Pemeriksaan fisik:

Keadaan umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : komposmentis

Tanda-tanda vital

TD : 105/58 mmHg

HR : 80x/menit

RR : 28x/menit

T : 38,1 0C

Tinggi badan :

Berat badan :

IMT :

Pemeriksaan khusus:

Kulit dan wajah : tidak sembab

Mata kiri dan kanan

Mata tidak cekung

Konjungtiva : tidak anemis

Sklera : tidak ikterik

Pupil : bulat, isokor diameter 3mm/3mm, refleks cahaya

+/+

Telinga : tidak ada kelainan

Hidung : tidak ada kelainan

Lidah : sianosis (-), tidak kotor

Leher : Tidak terdapat pembesaran KGB, tidak ada peningkatan JVP

Thoraks:

Paru-paru

Inspeksi : gerakan dinding dada simetris kiri dan kanan

Perkusi : Bunyi pekak dari ICS II-V linea aksilaris anterior dextra `

sampai ICS II-V linea parasternalis dextra

Palpasi : vokal fremitus melemah di lapangan paru kanan, tidak

ditemukan perbesaran nodul di region thoraks

Auskultasi: suara napas vesikular menghilang di lapangan paru kanan,

ronkhi (+) di apeks paru kanan-kiri, wheezing (-)

Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : pulsasi ictus cordis teraba

Perkusi : batas jantung kanan linea parasternalis dekstra ICS V

batas jantung kiri linea axilaris anteriors sinistra ICS V

Auskultasi : bunyi jantung 1 dan 2 normal, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : bentuk perut normal, pelebaran vena (-)

Auskultasi: bising usus (+)

Perkusi : timpani, shifting dullness (-)

Palpasi : supel

Ekstremitas : atas oedem (–), pitting oedem -/-

bawah oedem (-)

akral hangat, capillary refill time < 2 detik, sianosis (-)

Pemeriksaan laboratorium

Tanggal : 09/10/2014

Darah rutin

Hb : 13,3 mg/dL

Ht : 37,7 %

Leukosit : 8,9 x 103 /µL

RBC : x 106/µL

Kimia darah

Glukosa : 290 mg/dL Creatinin : 1,21 mg/dL

Kolesterol : mg/dL AST : 15,1 U/L

HDLD : mg/dL ALT : 36 U/L

Bilirubin direk : mg/dL Albumin : 3,4 g/dL

Bilirubin total : mg/dL Ureum : 42,7 mg/dL

Urin acid : mg/dL

Analisa gas darah

Elektrolit

Na2+ : 131,7 mmol/L

K+ : 3,47 mmol/L

CL : 103 mmol/L

Foto thoraks

Bacaan :

Resume :

Penatalaksanaan :

IVFD RL 12 tpm

ISDN 3x10 mg

Aspillet1x80 mg

Bisoprolol 1x 1,25 mg

Omeprazol 1x1 mg

Clopidogrel 1x 75 mg

Melaxican 1x 15 mg

Follow up

Tanggal S O A P

18/09/2014 Nyeri dada

Lemas

Sesak nafas

T : 105/58 mmHg

N : 72x/menit

S : 36,7 C

P : 27x/menit

Hb :6,4 mg/dL

UAP IVFD RL 12 tpm

ISDN 3x10 mg

Aspillet1x80 mg

Bisoprolol 1x 1,25 mg

Omeprazol 1x1 mg

Clopidogrel 1x 75 mg

Meloxican 1x 15 mg

19/09/2014 Nyeri dada

berkurang

Sesak nafas

berkurang

Lemas

Batuk

T: 120/75 mmHg

N: 79 x/menit

S: 36,5 C

P: 24 x/menit

Hb: 6,4 mg/dL

UAP

IVFD RL 12 tpm

ISDN 3x10 mg

Aspillet1x80 mg

Bisoprolol 1x 1,25 mg

Omeprazol 1x1 mg

Clopidogrel 1x 75 mg

Meloxican 1x 15 mg

Ambroxol syr 3x5 cc

Pembahasan

Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang dapat

disimpulkan bahwa diagnosis pasien masuk ke RSUD AA adalah angina pektoris

tidak stabil (APTS), dapat dilihat dari nyeri dada yang khas dan dengan

peningkatan enzim jantung dan EKG pasien yang normal,tidak ditemukan ST

elevasi.

Nyeri dada pada pasien ini dapat disebakan karena adanya aterosklerosis

pada pembuluh darah jantung.

Kesimpulan

Pasien ini dapat didiagnosis Unstable Angina Pectoris dengan CCS derajat 1

Saran

Pada pasien ini sebaiknya diperlukan diet rendah lemak jenuh dan melakukan

olahraga teratur untuk menurunkan berat badan dan dilakukan tredmill test dan

angiografi koroner untuk mengetahui letak sumbatan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Susanto AD, Prasenohadi, Yunus F. The Year of Lung. Jakarta: Departemen Pulmonolgi dan Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Indonesia-RSUP Persahabatan Jakarta; 2010. (diakses 08 september 2014) tersedia di http://jurnalrespirologi.org/jurnal/Jan10/Lung%20of%20the%20year- 2.pdf

2. Merel Kimman, Rosana Norman, Stephen Jan, David Kingston3, Mark Woodward . The Burden of Cancer in Member Countries of the

Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) Asian Pacific Journal of Cancer Prevention, Vol 13, 2012

3. Global Cancer StatisticsAhmedin Jemal, DVM, PhD1; Freddie Bray, PhD2; Melissa M. Center, MPH3; Jacques Ferlay, ME4; Elizabeth Ward, PhD5; David Forman, PhD6 CA CANCER J CLIN 2011;61:69–90

4. PREVALENSI TUMOR DAN BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DI INDONESIA Ratih Oemiati' , Ekowati Rahajeng' , Antonius Yudi Kristanto ' IBadan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Submit: 26-9-2011 Review: 10-10-2011 Review: 21-10-2011 revisi : 21-11-2011

5. PDPI6. Influence of smoking cessation after diagnosis of early

stagelung cancer on prognosis: systematic review of observational studies with meta-analysis

7. Putri nuraini8. dharmais