contoh pkm gt

20
USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JAMBORE GEMA, SEBUAH PROGRAM PENCEGAHAN PERILAKU BULLYING BERBASIS KOMUNITAS BIDANG KEGIATAN: PKM-GAGASAN ILMIAH Diusulkan oleh: Septiadhi Wirawan 2011 11013303 Handy Satria Yudha 2012 12013103 Muhammad Radhi Mafazi 2013 1300013002 UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA 2014

Upload: septiadhi-wirawan

Post on 25-Nov-2015

758 views

Category:

Documents


83 download

DESCRIPTION

PKM GT tentang Kesehatan Mental Remaja

TRANSCRIPT

  • USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

    JAMBORE GEMA, SEBUAH PROGRAM PENCEGAHAN PERILAKU

    BULLYING BERBASIS KOMUNITAS

    BIDANG KEGIATAN:

    PKM-GAGASAN ILMIAH

    Diusulkan oleh:

    Septiadhi Wirawan 2011 11013303

    Handy Satria Yudha 2012 12013103

    Muhammad Radhi Mafazi 2013 1300013002

    UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

    YOGYAKARTA

    2014

  • 1. Judul Kegiatan : Jambore Gema Perdamaian, Sebuah Program

    Pencegahan Perilaku Bullying Berbasis

    Komunitas.

    2. Bidang Kegiatan : PKM - GT

    3. Ketua Pelaksana Kegiatan

    a. Nama Lengkap : Septiadhi Wirawan

    b. NIM : 11013303

    c. Jurusan : Psikologi

    d. Universitas : Universitas Ahmad Dahlan

    e. Alamat / No hp : Bumijo Lor Jt 1/ 1264, Bumijo, Jetis, Yogyakarta /

    085878792835

    f. Alamat Email : [email protected]

    4. Anggota Pelaksana Kegiatan : 2 orang

    5. Dosen Pendamping

    a. Nama Lengkap : Dra. Mutingatu Solichah M.Si

    b. NIY :

    c. Alamat / No hp :

    6. Biaya Kegiatan Total

    a. Sumber Dikti : Rp 3.000.000

    b. Sumber lain : Rp -

    7. Jangka Waktu Pelaksanaan : 3 bulan

    Yogyakarta, 18 Februari 2014

    Menyetujui,

    Wakil Dekan Ketua Pelaksana Kegiatan

    (Faridah Ainur Rohmah, S.Psi, M.Si. Psi) ( Septiadhi Wirawan)

    NIY. 60960132 NIM. 11013303

    Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Dosen Pendamping

    ( Drs Muchlas, M.T.) (Dra. Mutingatu Solichah M.Si )

    NIP. 19620218 198702 1 001 NIY. 60090566

  • DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL....................................................................................

    HALAMAN PENGESAHAN......................................................................

    DAFTAR ISI...............................................................................................

    RINGKASAN................................................................................................

    PENDAHULUAN...............................................................................................

    GAGASAN....................................................................................................

    KESIMPULAN.....................................................................................................

    DAFTAR PUSTAKA........................................................................................

    LAMPIRAN...........................................................................................................

  • RINGKASAN

    Bullying merupakan salah satu jenis kekerasan di sekolah yang seringkali

    dianggap sebagai kasus yang wajar terjadi di sekolah, padahal bahaya yang bisa

    diakibatkan oleh bullying sangat fatal. Hal ini terjadi karena bullying siswa dapat

    kehilangan hak nya untuk menjadi diri sendiri, bahkan dapat beresiko untuk

    kehilangan nyawanya. Berbagai penelitian mengaitkan perilaku bullying dengan

    timbulnya ide untuk melakukan bunuh diri pada siswa. Melihat bahaya yang dapat

    ditimbulkan dari bullying, maka perlu dibuat sebuah program yang bertujuan

    untuk memberikan pengetahuan bahaya bullying dan mencegah perilaku bullying

    pada siswa.

    Bullying dapat didefinisikan sebagai Perilaku untuk melukai dan

    menyerang yang disengaja dari orang atau kelompok yang lebih kuat, diarahkan

    terus menerus kepada orang yang lebih lemah, yang biasanya terjadi tanpa

    provokasi. (Harris-Petrie, 2003). Hal ini terjadi karena tidak semua siswa

    memiliki kemampuan koping yang sama dalam menghadapi berbagai masalah

    yang didapatinya di keluarga dan sekolah, sehingga terdapat siswa yang kesulitan

    untuk bisa beradaptasi dengan teman sebayanya. Maka pada dasarnya pada kasus

    bullying, pihak korban maupun pelaku sebenarnya adalah sama sama pihak

    korban dari permasalahan yang menimpa mereka.

    Oleh karena itu digagaslah JAMBORE GEMA, yaitu sebuah program

    Generasi Muda Anti-Kekerasan (GEMA) yang dikemas dalam bentuk

    perkemahan selama 5 hari, bagi siswa SMP kelas 1. Didalam perkemahan

    tersebut, siswa akan mengikuti berbagai kegiatan yang bertujuan untuk

    mempromosikan nilai nilai GEMA antara lain ketaqwaan, kebersamaan,

    kreatifitas, toleransi dan tenggang rasa. Melalui kegiatan JAMBORE GEMA ini

    diharapkan dapat meningkatkan sense of community pada siswa, membantu siswa

    untuk mempelajari cara menggalang dukungan sosial dan melatih mereka untuk

    mampu memecahkan problem mereka bersama dalam bentuk multi-level-help

    (bantuan berjenjang).

  • PENDAHULUAN

    a. Latar belakang

    Pendidikan merupakan sebuah proses yang tidak akan pernah

    terpisahkan dari perjalanan membangun bangsa, karena dari masyarakat

    yang cerdas dan bermoral bangsa ini akan tumbuh menjadi bangsa yang

    besar. Sekolah mendapatkan peran penting untuk mengemban misi mulia

    ini, pendidikan formal 12 tahun yang dilewati dari mulai Sekolah dasar

    sampai Sekolah Menengah adalah jenjang penting yang harus dilewati

    setiap siswa yang akan meneruskan perjuangan membangun bangsa.

    Sekolah sebagai sebuah komunitas yang besar tentu saja tidak luput dari

    permasalahan, salah satunya adalah masih banyaknya kasus kekerasan

    yang terjadi di sekolah. Maraknya kekerasan yang masih terdapat di

    sekolah sudah sangat mengkhawatirkan, sehingga siswa yang menjadi

    korban kekerasan beresiko kehilangan hak hak pendidikannya.

    Kekerasan di sekolah dapat muncul dalam berbagai bentuk dan

    bisa dilakukan oleh murid kepada murid yang lain maupun oleh guru

    kepada murid. Bentuk kekerasan yang bisa terjadi antar murid di sekolah

    bisa berupa tawuran, bullying, kekerasan seksual atau dalam berbagai

    bentuk lain. Dari berbagai kasus kekerasan tersebut, bullying sering kali

    dianggap sebagai kasus yang paling umum terjadi di sekolah yang bisa

    dilakukan oleh siswa manapun. Namun walaupun terbukti masih tingginya

    angka bullying, masih terdapat indikasi bahwa angka bullying yang

    sebenarnya terjadi masih sangat jauh dari angka yang sudah dilaporkan

    saat ini, karena hal yang tersulit untuk mengungkap kasus bullying justru

    terjadi ketika korban menolak untuk mengakui bahwa mereka merupakan

    korban bullying itu sendiri.

    Permasalahan bullying merupakan masalah yang serius karena hal

    ini dapat menyebabkan siswa kehilangan kemampuan untuk menjadi

    dirinya sendiri dan pada beberapa kasus, hal ini bahkan bisa mendorong

    siswa untuk menghilangkan nyawanya sendiri. Penelitian yang dilakukan

    oleh Borowsky, dkk (2012) menyebutkan bahwa 29% dari korban bully

    dan 22% dari pelaku bully melaporkan bahwa mereka pernah memilki

  • pemikiran untuk bunuh diri dan pernah melakukan percobaan bunuh diri.

    Rivers (2012) juga melaporkan pada penelitiannya bahwa siswa yang

    melihat adanya bully di sekitar mereka berpotensi untuk mendapatkan

    perasaan ketidakberdayaan (helplessness) yang mendorong timbulnya

    pemikiran untuk bunuhdiri.

    Melihat seriusnya efek yang dapat ditimbulkan dari masalah

    bullying ini, maka tentu saja dibutuhkan sebuah solusi yang efektif untuk

    menurunkan angka bullying di sekolah. Berdasarkan penelitian yang

    dilakukan oleh Husmiati Yusuf (2013), beberapa faktor yang

    menyebabkan perilaku bullying dapat diidentifikasi pada berbagai

    komponen ekologis yang ada di sekitar siswa, seperti keluarga, sekolah

    dan teman sebaya. Sehingga intervensi yang dilakukan untuk

    meningkatkan kemampuan koping dan penanaman nilai, seharusnya tidak

    hanya berhenti pada satu tempat, misal hanya di sekolah atau di antara

    teman teman sebaya, tapi idealnya dapat dilakukan secara sinergis

    diberbagai komponen. Siswa diajak untuk mengerti posisinya didalam

    komunitas yaitu sebagai bagian dari keluarga, sekolah dan pertemanan

    sebaya, lalu menggunakan lingkungan sosial tersebut sebagai tempat

    menggalang dukungan sosio emosional.

    b. Tujuan dan Manfaat

    Tujuan dari penulisan gagasan ini adalah untuk memperkenalkan

    JAMBORE GEMA (Generasi Muda Anti-Kekerasan) dengan berbagai

    kegiatan didalamnya yang menarik bagi siswa yang umumnya adalah

    remaja. Kegiatan ini merupakan sebuah program intervensi untuk

    mencegah dan mengurangi tingkat perilaku bullying di kalangan siswa

    sekolah. Penulisan ini juga mempunyai manfaat sebagai informasi kepada

    psikolog, guru BK, orang tua dan pekerja sosial untuk dapat membuat

    program sejenis yang bertujuan untuk mencegah perilaku bullying.

    Manfaat lain dari penulisan ini juga secara ilmiah juga dapat menjadi

    bahan referensi mengenai bullying dari kajian psikologi komunitas dan

    dapat menjadi referensi pengembangan intervensi komunitas lainnya.

  • GAGASAN

    a. Kondisi kekinian

    Berbagai contoh kasus bullying yang dapat terekspose oleh media,

    dapat dijadikan rujukan untuk melihat kondisi saat ini mengenai perilaku

    bullying yang ada di sekolah sekolah di indonesia. Misalnya kasus yang

    menimpa OB siswa kelas X SMA 46 Jakarta terjadi dengan bentuk

    peminjaman paksa motor, dan kekerasan lain berupa pukulan, tendangan

    dan sundutar rokok oleh kakak kelasnya (news.detik.com). Fenomena

    bully juga tidak hanya menimpa siswa, melainkan juga siswi. Mengutip

    dari Antaranews, S (15 Tahun) salah satu siswi SMP di daerah Blitar

    sampai harus dirawat di RS Mardi Waluyo Blitar, akibat mengalami

    kekerasan yang dilakukan oleh 14 teman teman satu sekolahnya.

    Sebagai pembanding, kasus bullying ini tidak hanya terjadi di indonesia,

    namun juga di berbagai negara yang lain. Data tentang kasus Bullying

    beberapa tempat lain antara lain (Harris Petrie, 2003):

    a. Di norwegia, diperkirakan 15 persen dari siswa SMP pernah

    mengalami kasus bully dengan berbagai jenis perlakuan

    b. Di Inggris, sekitar 10 Persen dari pelajar pada tingkat SMP didata

    pernah melaporkan kasus bully yang menimpa mereka

    c. Di Jepang, 13 Persen siswa SMP melaporkan pernah mengalami kasus

    bully

    d. Di Amerika Serikat, sekitar 10 persen pelajar SMP setidaknya

    melaporkan pernah mengalami kasus Bully setidaknya dalam 6 bulan

    terakhir.

    Data data tersebut dapat dijadikan data pembanding, mengingat masih

    minimnya penelitian yang besar melibatkan berbagai daerah di indonesia

    mengenai angka terjadinya bullying di indonesia.

    Bullying merupakan sebuah fenomena yang sulit untuk dicari

    padanan katanya di dalam bahasa indonesia, sehingga pada penulisan

    ilmiah seringkali tetap menggunakan bahasa aslinya, yaitu bullying dari

    kata dasar bully, yang biasanya dalam bahasa inggris identik dengan kata

  • kata Harm (Melukai), atau Abuse (Menyiksa) dan Aggressive

    (Menyerang). Harris-Petrie (2003) dalam bukunya Bullying, mendefinikan

    bullying sebagai Perilaku untuk melukai dan menyerang yang disengaja

    dari orang atau kelompok yang lebih kuat, diarahkan terus menerus kepada

    orang yang lebih lemah, yang biasanya terjadi tanpa provokasi (terjemahan

    bebas).

    Berdasarkan beberapa studi mengenai bully (Harris Petrie, 2003),

    terdapat beberapa kriteria umum yang diindentfikasi pada korban dan

    pelaku bully. Para korban bully umumnya memiliki kesamaan

    karakteristik antara lain; memiliki kemampuan penyesuaian psikososial

    dan emosional yang lebih rendah; memilki kesulitan yang besar dalam

    menjalin hubungan teman; memiliki hubungan yang kurang baik dengan

    orang orang di kelasnya; memiliki tingkat kecemasan dan kesepian yang

    tinggi. Sedangkan pada pelaku bully, kesamaan kriterianya antara lain

    adalah; memilki kemampuan adaptasi psikososial yang rendah; memiliki

    tendensi untuk mengkonsumsi rokok dan alkohol; memilki persepsi

    akademis dan dunia persekolahan yang buruk; biasanya mampu membuat

    pertemanan yang lebih baik, dan biasanya lebih populer dari korban.

    Kasus bullying biasanya tidak hanya melibatkan dua pihak,

    terdapat satu pihak lagi umumnya terlibat yaitu penonton (by standers).

    Pihak penonton berada di sekitar perilaku bullying dan memiliki pilihan

    untuk tetap diam, membantu korban atau justru mendukung pelaku. Lebih

    jauh lagi dengan menggunakan model pendekatan ekologis yang dibuat

    oleh Urie Bronfenbrenner, perilaku bullying berkembang tidak hanya

    dipengaruhi oleh pengalamannya di sekolah, namun juga dipengaruhi oleh

    keluarga dan teman sebaya. Tidak semua siswa memiliki kemampuan

    koping yang sama dalam menghadapi berbagai masalah yang didapatinya

    di keluarga dan sekolah, sehingga terdapat siswa yang kesulitan untuk

    beradaptasi dengan teman sebaya. Faktor media (baik media massa yang

    sering memperlihatkan adegan-adegan kekerasan maupun media sosial

    yang saat ini menjadi tempat yang rawan untuk terjadinya cyber-bullying)

  • juga memberikan peran yang penting dalam memperkuat resiko terjadinya

    perilaku bullying.

    Gambar 1

    Dari beberapa keterangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa

    antara pelaku dan korban bully sebenarnya terdapat beberapa kesamaan,

    antara lain pelaku dan korban pada dasarnya sama sama memiliki masalah

    dan kesulitan untuk melakukan penyesuaian diri. Korban dan pelaku juga

    pada dasarnya sama sama memiliki tingkat kepercayaan diri yang rendah,

    dan memiliki tingkat kesepian (loneliness) yang tinggi walaupun bila

    dilihat pihak pelaku biasanya memiliki teman dan tingkat kepopuleritasan

    yang lebih baik. Korban dan pelaku juga memiliki lokus permasahalan

    yang sama, baik permasalahan di sekolah, keluarga maupun dengan teman

    sebaya. Perbedaan dari korban dan pelaku adalah cara mereka yang

    berbeda dalam mengekpresikan masalah mereka.

    b. Solusi yang pernah ditawarkan

    Pada umumnya solusi dari pihak pembuat kebijakan pendidikan

    terkait permasalahan bully, hanya berputar sekitar kasus kasus yang sudah

    terlihat di permukaan. Kasus kasus itu antara adalah kasus bully yang

    sudah membuat korban mengalami kekerasan fisik, atau biasanya kasus

    kasus kekerasan pada saat orientasi sekolah. Sedangkan banyak kasus

    bully lain yang masih tardapat di bawah permukaan, antara lain kasus

  • kekerasan psikologis dan kekerasan sosial yang terjadi melibatkan siswa

    siswa di sekolah di indonesia.

    Sebuah solusi pendekatan untuk menanggulangi permasalahan

    bully dilakukan oleh Agus Basuki (2010), dengan menggunakan Media

    CD interaktif sebagai media kampanye untuk pencegahan bullying. Dalam

    media CD ini, dimasukan beberapa materi kampanye yang dititikberatkan

    pada pembentukan organisasi jaringan dan penggunaan unsur unsur nilai

    etika (Basuki, 2010). Dengan menggunakan CD ini, diharapkan siswa

    tertarik untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan untuk mencegah

    perilaku bullying. Namun kelemahan dari program ini, adalah Media CD

    yang tidak dapat digunakan sewaktu-waktu dan harus menggunakan media

    pemutar, baik laptop, CD player dan alat pemutar lain.

    Pendekatan lain yang digunakan adalah dengan menggunakan

    modul edukasi pendidikan pencegahan perilaku bully. Program yang

    dilakukan oleh Ani Khairani (Khairani, 2006) untuk mencegah perilaku

    bully di sekolah dasar, ditargetkan untuk dapat memberikan perubahan di

    ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Kelebihan dari program ini adalah

    bentuknya yang mudah untuk digunakan. Namun kekurangan dari

    program ini adalah jangka waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan

    seluruh materi modul yang direncanakan berjalan selama sampai 1 bulan,

    dan melalui 11 pertemuan.

    c. Gagasan yang ditawarkan

    Perilaku Koping didefinisikan secara sederhana sebagai berbagai

    perilaku atau kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi atau

    menghilangkan efek yang mengganggu dari sebuah situasi yang

    membahayakan (Ian Stuart-Hamilton, 2007). Kemampuan koping

    seharusnya tumbuh dengan baik pada siswa sebagai upaya untuk

    menghadapi stress yang bisa ditimbulkan dari lingkungan keluarga,

    sekolah maupun teman sebaya. Folkman lazarus (dalam Carpenter, 1992)

    mendefinisikan koping kedalam delapan tipe antara lain: konfrontif,

    menjauh, kontrol diri, dukungan sosial, menerima tanggung jawab,

  • melarikan diri, pemecahan masalah terencana dan positive reapparaisal.

    Siswa yang memahami dirinya merupakan bagian dari sebuah komunitas,

    akan menggunakan lingkungan sosial tersebut untuk membangun

    dukungan sosial sebagai bagian dari kemampaun koping yang dimilikinya.

    Berbagai kasus bullying yang terjadi memperlihatkan adanya

    kesalahan pada siswa dalam menggunakan strategi yang koping pada

    masalah yang dihadapinya. Perasaan superioritas pada pelaku bullying

    maupun inferior pada korban bullying mendorong mereka untuk lari dari

    masalah, menggunakan metode koping Avoidance atau menghindar dari

    masalah. Oleh karena itu, dibutuhkan pemahaman sense of communitty

    yang baik, sehingga siswa berani untuk membentuk dukungan sosial dari

    lingkungan yang ada di sekitarnya. Bentuk dukungan sosial tersebut dapat

    berupa, encouragement atau dorongan, bantuan informasi seperti saran dan

    nasihat, dan yang terakhir dapat berupa dukungan nyata yang berupa

    keterlibatan langsung dalam masalah yang dihadapi (Dalton, Alias dan

    Wandersman, 2001).

    Generasi Muda Anti-kekerasan (GEMA) merupakan sebuah

    gerakan yang bertujuan untuk mengajak pemuda, siswa sekolah dan

    lingkungannya untuk bersama sama berkomitmen membangun generasi

    bangsa yang bebas dari kekerasan dalam berbagai bentuk. Bentuk nyata

    dari gerakan ini adalah program bernama JAMBORE GEMA, yaitu

    sebuah perkemahan selama 5 hari, untuk siswa pada Sekolah Menengah

    Pertama kelas 1. Perkemahan ini bertujuan untuk membentuk dan

    meningkatkan sense of community pada siswa, membantu siswa untuk

    mempelajari cara menggalang dukungan sosial dan melatih mereka untuk

    mampu memecahkan problem mereka bersama dalam bentuk multi-level-

    help (bantuan berjenjang). Langkah Strategis

    1. Persiapan

    a. Koordinasi diperlukan diawal antara fakultas psikologi

    UAD dengan Sekolah Menengah Pertama yang bersedia

    menjadi sekolah percobaan untuk melaksanakan program

    JAMBORE GEMA ini.

  • b. Persiapan pelaksanaan Jambore GEMA, dilakukan oleh

    mahasiswa fakultas psikologi bersama relawan relawan lain

    yang memiliki antuasisme pada isu anti kekerasan.

    2. Pelaksanaan

    Konsep dasar nilai yang ditanamkan kepada siswa pada kemah

    selama 5 hari ini adalah nilai nilai penghargaan sesama yang

    akan disampaikan melalui bentuk bentuk kegiatan yang

    menarik sesuai dengan perkembangan siswa pada usia remaja.

    Kelima nilai tersebut adalah:

    Gambar 2

    a. Ketaqwaan

    Nilai ketaqwaan merupakan nilai yang penting, karena

    merupakan nilai tertinggi yang harusnya dihayati manusia

    sebagai mahluk beragama. Menghargai penciptaan dapat

    diwujudkan dengan menghargai perdamaian sebagai bentuk

    cinta kasih antara sesama mahluk Tuhan.

    Bentuk kegiatan: Ibadah berjamaah sesuai agama masing

    masing. Tadabur alam. Refleksi diri (Muhasabah).

    b. Kebersamaan

    Nilai kebersamaan dapat memberikan perasaan menjadi

    bagian dari sebuah komunitas. Solidaritas dan kekompakan

    biasanya yang menjadi tolak ukur dalam menilai sebuah

    kebersamaan, namun kualitas dari kebersamaan tidak hanya

    diukur dengan cara tersebut saja. Kemampuan anggota

  • untuk dapat saling menceritakan masalah satu sama lain,

    berbagi apa yang dirasakan satu sama lain merupakan tolak

    ukur yang lebih baik untuk menilai kualitas sebuah

    kebersamaan.

    Bentuk kegiatan: Makan bersama. Outbond. Sesi Curahan

    Hati. Malam Api Unggun. Kompetisi antar kelas. Pemilihan

    duta Generasi Muda Anti-Kekerasan.

    c. Kreatifitas

    Unsur kreatifitas memainkan peran sebagai arah dan tujuan

    dari kebersamaan yang dijalani oleh sebuah komunitas.

    Kebersamaan tanpa tujuan beresiko untuk cepat pecah

    karena satu sama lain anggotanya tidak memiliki tujuan

    yang sama. Keinginan yang luhur untuk mencipta, atau

    menggapai sebuah tujuan menjadi nilai yang penting dalam

    mempererat dan meningkatkan sense of community.

    Bentuk Kegiatan: Lomba Karya Cipta. Lomba Jingle kelas.

    Ajang problem solving.

    d. Toleransi

    Dengan menanamkan sikap toleransi pada siswa, maka

    diharapkan siswa mampu menghargai perbedaan antara satu

    sama lain dengan lebih baik. Mempu melihat ciri khas

    seseorang dari segi yang baik bukan hanya dari

    kekurangannya saja. Mampu memaafkan, dan memberikan

    respon emosi yang lebih baik ketika menghadapi masalah

    dengan teman sebaya maupun orang lain di lingkungan.

    Bentuk Kegiatan: Konseling kelompok, Sesi malam

    memaafkaan (Forgiving night). Pematerian dan diskusi.

    e. Tenggang Rasa

    Sehubungan dengan sikap toleransi, dalam diri siswa perlu

    juga ditanamkan sikap tenggang rasa, untuk saling

    menghargai orang di sekitarnya, terdorong untuk berhati

    hati agar tidak menyakiti yang lain. Perasaan tenggang rasa

  • perlu dibangun dengan cukup, tidak kurang dan tidak

    berlebihan sehingga siswa paham batasan hak dan

    kewajiban dirinya dan orang lain.

    Bentuk Kegiatan: Pematerian dan diskusi, Psikodrama

    (memainkan peran dalam suatu skenario keadaan tertentu).

    3. Evaluasi dan Follow Up

    Sebagai bahan evaluasi, siswa ditugaskan untuk membuat

    catatan harian berisi pengalaman dan perasaan yang dialami

    selama mengikuti kegiatan. Angket dan Kuisioner juga akan

    disebarkan sebelum dan setelah kegiatan untuk mengukur

    kesuksesan program.

    Untuk keberlanjutan program, perkembangan internalisasi lima

    nilai GEMA pada siswa akan diimplementasikan pada mata

    pelajaran yang berhubungan dengan sikap anti kekerasan,

    misalnya PKN, Agama atau Bimbingan Konseling. Siswa yang

    tertarik untuk mengikuti kegiatan Anti kekerasan dan bersedia

    untuk menjadi pendidik dan konselor sebaya juga akan

    dikumpulkan dan dibina untuk membentuk komunitas anti

    kekerasan di sekolahnya. Komunitas siswa anti kekerasan

    tersebut akan berperan sebagai multi-level-help, yang akan

    membantu teman teman sebayanya untuk mampu keluar dari

    masalah bullying.

    d. Pihak yang terlibat

    Pihak pihak yang terlibat dalam program JAMBORE GEMA ini

    antara lain adalah Fakultas Psikologi UAD sebagai pembina, penanggung

    jawab konseptual yang memberikan rancangan program yang tepat untuk

    diterapkan di JAMBORE ini. Mahasiswa Fakultas Psikologi UAD sebagai

    pelaksana teknik dilapangan mengorganisir kepanitiaan, perizinan,

    persiapan segala hal yang dibutuhkan terkait dengan kesuksesan acara ini.

    Unit Pelayanan Psikologi, Fakultas Psikologi UAD juga dapat dilibatkan

    kedalam sesi sesi kelompok seperti Sesi Curhat, Sesi Konseling

    Kelompok, Sesi Keakraban dan Malam Memaafkan. Pihak sekolah

  • menjadi pihak terpenting, karena keterbukaan dan kesediaan untuk

    menjadi sekolah percobaan (pilot project) adalah sebuah langkah nyata

    dari pihak sekolah untuk menjadi sekolah yang anti kekerasan. Yang tidak

    kalah penting adalah Dinas Pendidikan DIY yang memegang peranan

    kebijakan, memastikan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan peraturan

    pendidikan yang tetap tertib dan benar.

    KESIMPULAN

    Perilaku Bullying merupakan salah satu jenis kekerasan yang

    umumnya terjadi di sekolah. Bullying memberikan efek negatif, baik

    kepada korban maupun pelaku karena bullying dapat membuat siswa

    kehilangan hak-hak nya dan tidak dapat menjadi diri sendiri. Oleh karena

    itu dibutuhkan sebuah program yang bertujuan untuk mengedukasi siswa

    tentang bahaya bullying.

    Program yang digagas ini bernama JAMBORE GEMA, yaitu

    sebuah gerakan yang mengajak pemuda untuk bersama sama menolak

    kekerasan. Program dikemas dalam bentuk perkemahan yang bertujuan

    untuk membentuk dan meningkatkan sense of community pada siswa,

    membantu siswa untuk mempelajari cara menggalang dukungan sosial dan

    melatih mereka untuk mampu memecahkan problem mereka bersama

    dalam bentuk multi-level-help (bantuan berjenjang).

    JAMBORE GEMA yang dilaksanakan selama 5 hari, akan

    berupaya untuk mengajak siswa siswa kelas 1 Sekolah Menengah Pertama

    untuk menginternalisasi nilai nilai GEMA melalui kegiatan yang menarik.

    Kelima nilai tersebut antara lain adalah, Ketaqwaan, Kebersamaan,

    Kreatifitas, Toleransi dan Tenggang rasa. Tindak lanjut dari kegiatan ini

    adalah pembentukan komunitas siswa anti kekerasan yang akan berperan

    sebagai multi-level-help, yang membantu teman teman sebayanya untuk

    mampu keluar dari masalah bullying.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Basuki, A. (2010). Preventing School Bullying Dengan Media CD. Jurnal

    Penelitian 6 (2), 160 - 276.

    Borowsky, I., Taliaferro, L., & Mcmorris, B. (2012). Suicidal Thinking And

    Behavior Among Youth Involved In Verbal And Social Bullying: Risk

    And Protective Factor. Jurnal Of Adolescent Health, 53.

    Carpenter, B. N. (1992). Personal Coping: Theory, Research And Application.

    United State: Greenwood Publishing Group.

    Dalton, J. H., Alias, M. J., & Wandersman, A. (2001). Community Psychology:

    Linking Individual And Community. United State: Wadsworth.

    Harris, S., & Petrie, G. F. (2003). Bullying: The Bullies, The Victims, The

    Bystanders. Maryland, United States: Scarecrow Education Book.

    Khairani, A. (2006). Modul Program Pendidikan: Pencegahan Perilaku Bullying

    Di Sekolah Dasar. Depok, Indonesia: Thesis UI - Tidak Dipublikasikan.

    Marboen, A. (2012, 8 1). Antaranews.Com. Retrieved 2 19, 2014, From

    Www.Antaranews.Com:

    Http://Www.Antaranews.Com/Berita/324990/Seorang-Siswi-Blitar-

    Dikeroyok-Teman-Sekolah-Hingga-Terluka

    Rahmatullah, A. (2010, 3 4). Detik News. Retrieved 2 19, 2014, From

    News.Detik.Com:

    Http://News.Detik.Com/Read/2010/04/03/065911/1330995/10/Kasus-

    Bullying-Juga-Menimpa-Okke-Siswa-Sma-46-Jakarta

    Rivers, I., & Noret, N. (2012). Potential Suicide Ideation And Its Association

    With Observing Bullying At School. Journal Of Adolescent Health, 53.

    Stuart-Hamilton, I. (2007). Dictionary Of Psychological Testing, Asestment, And

    Treatment. London, UK: Jessica Kingsley Publisher.

    Yusuf, H., & Fahrudin, A. (2013). Perilaku Bullying: Asesmen Multidimensi Dan

    Intervensi Sosial. Retrieved 2 19, 2014, From Academia.Edu:

    Https://Www.Academia.Edu/3600222/Husmiati_And_Fahrudin_A._2013

    _._Perilaku_Bullying_Asesmen_Multidimensi_Dan_Intervensi_Sosial

  • DAFTAR RIWAYAT HIDUP PEMBIMBING

    1. Nama Lengkap : Dra. Mutingatu Solichah M.Si

    2. Tempat, tanggal lahir :

    3. Alamat :

    4. No Telepon / Hp : 08122721159

    5. Instansi : Universitas Ahmad Dahlan

    6. Pendidikan

    a. ( - ) :

    b. ( - ) :

    7. Pengalaman Bekerja di Bidang Akademik

    a.

    b.

    c.

    8. Penelitian

    a.

    b.

    c.

  • DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS I

    1. Nama : Septiadhi Wirawan

    2. Alamat : Bumijo Lor, JT 1 / 1264 Rt 29, Bumijo, Jetis,

    Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta

    3. Tempat, Tanggal Lahir : Bogor, 12 September 1989

    4. Pendidikan : S1 - Psikologi

    5. Fakultas : Psikologi

    6. Program Studi/ Semester : Psikologi / VI

    7. NIM : 11013303

    8. No. Telp/ Hp : 085878792835

    9. Alamat Email : [email protected]

    10. Karya Ilmiah :

    Proposal PKM M periode tahun 2011 Sosialisasi Internet Sehat

    Sebagai Bekal Psikologis Bagi Anak dan Remaja di Kecamatan

    Umbulharjo, Fakultas Psikologi UAD

    Proposal PKM M periode tahun 2012 Puppet Role Playing

    sebagai intervensi preventif untuk meningkatkan kesiagaan bencana

    dan resiliensi mental pada siswa TK Citra Rini, Dusun Batur,

    Kawasan Lereng Merapi. Fakultas Psikologi UAD

  • DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS II

    1. Nama : Handy Satria Yudha

    2. Alamat :

    3. Tempat, Tanggal Lahir :

    4. Pendidikan : S1 - Psikologi

    5. Fakultas : Psikologi

    6. Program Studi/ Semester : Psikologi / IV

    7. NIM : 12013103

    8. No. Telp/ Hp :

    9. Alamat Email :

    10. Karya Ilmiah :

  • DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS III

    1. Nama : Muhammad Radhi Mafazi

    2. Alamat : Karangkajen,Mergangsan/3/992b,Yogyakarta,

    Daerah Istimewa Yogyakarta

    3. Tempat, Tanggal Lahir : Jogjakarta,5 maret 1994

    4. Pendidikan : S1 - Psikologi

    5. Fakultas : Psikologi

    6. Program Studi/ Semester : Psikologi /II

    7. NIM : 1300013002

    8. No. Telp/ Hp :

    9. Alamat Email :

    10. Karya Ilmiah :