contoh makalah character building

41
CONTOH Makalah Character Building Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya maka Penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan tema “Anak Jalanan (ANJAL)” yang berjudul “Dilematika Anak Jalanan”. Pembuatan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Character Building. Dalam penyusunan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan kami yang masih dalam tahap pembelajaran. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas ini, khususnya kepada:

Upload: rizky-adipamoro

Post on 04-Dec-2015

254 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

silahkan

TRANSCRIPT

Page 1: CONTOH Makalah Character Building

CONTOH

Makalah Character Building

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

rahmat-Nya maka Penyusun dapat menyelesaikan penyusunan

makalah dengan tema “Anak Jalanan (ANJAL)” yang berjudul

“Dilematika Anak Jalanan”.

Pembuatan makalah ini merupakan salah satu tugas dan

persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Character

Building.

Dalam penyusunan makalah ini kami merasa masih banyak

kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi,

mengingat akan kemampuan kami yang masih dalam tahap

pembelajaran. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat

kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini kami menyampaikan ucapan

terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang telah

membantu dalam menyelesaikan tugas ini, khususnya kepada:

Tuhan YME atas rahmat-Nya sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah ini dengan baik

Kedua orang tua yang telah mendukung kegiatan kami

Ibu Eneng Iviq Hairo Rahayu, S.Psi selaku dosen mata kuliah

Character Building

Page 2: CONTOH Makalah Character Building

Rekan-rekan kelas 12.2A.04

Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan

penyusunan makalah ini .

Penyusun

Page 3: CONTOH Makalah Character Building

Daftar Isi

Kata Pengantar : ………………………….. I

Daftar Isi : ………………………….. II

Bab I.   Pendahuluan : …………………………..

I.1 Latar Belakang Masalah : ………………………….. 1

I.2 Batasan Masalah : ………………………….. 2

I.3.Tujuan Penelitian : ………………………….. 2

I.4. Manfaat Penelitian : ………………………….. 3

I.5.Metode penelitian :.......................................

I.6.Landasan Teori : …………………………..

I.5.1 Konsep Anak : ………………………….. 3

I.5.2 Konsep Anak Jalanan : ………………………….. 4

I.5.3 Konsep Keluarga : ………………………….. 4

Bab II.       Pembahasan : ………………………….. 5

Bab III.    Penutup : ………………………….. III

Daftar Pustaka : ………………………….. IV

Page 4: CONTOH Makalah Character Building

Bab IPendahuluan

I.1 Latar Belakang Masalah

Fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia merupakan

persoalan sosial yang kompleks. Hidup menjadi anak jalanan

memang bukan merupakan pilihan yang menyenangkan, karena

mereka berada dalam kondisi yang tidak bermasa depan jelas, dan

keberadaan mereka tidak jarang menjadi “masalah” bagi banyak

pihak, keluarga, masyarakat dan negara. Namun, perhatian terhadap

nasib anak jalanan tampaknya belum begitu besar dan solutif.

Padahal mereka adalah saudara kita. Mereka adalah amanah Allah

yang harus dilindungi, dijamin hak-haknya, sehingga tumbuh-

kembang menjadi manusia dewasa yang bermanfaat, beradab dan

bermasa depan cerah.

Pada tahun 2008 jumlah anak jalanan sekitar 8.000 orang,

pada tahun 2009 jumlah mereka mencapai lebih dari 12.000 jiwa.

Dan pada tahun 2010, ketika pertama kali dilakukan pendataan

secara nasional, ditemukan ada sekitar 240.000 anak jalanan di 12

kota besar di Indonesia. Angka yang fantastik jika sekarang pada

tahun 2011 ini angka tersebut mengalami kenaikan lagi. Padahal,

Pemprov DKI menjadikan penekanan jumlah anak jalanan sebagai

salah satu agenda kerja prioritas tahun lalu. Oleh karena itu, sebagai

sesama manusia sudah selayaknyalah kita membuat suatu kontribusi

yang dapat membantu anak-anak kurang beruntung tersebut dengan

cara apapun yang dapat kita usahakan sebagai suatu penghormatan

terhadap sesama manusia ciptaan-Nya.

Page 5: CONTOH Makalah Character Building

Sekitar 5-7% dari mereka, mengaku lari dari rumah karena

kekerasan dalam rumah tangga. Setiap tahun, jumlah anak jalanan

terus meningkat. Direktorat Jenderal Pelayanan Rehabilitasi Sosial

Kementerian Sosial pada 2009 mencatat ada 5,4 juta anak terlantar

di seluruh Indonesia.

Itu baru soal kekerasan terhadap anak. Eksploitasi ekonomi

atas anak juga masih menjadi masalah besar di Indonesia. Pada

tahun 2000, Badan Pusat Statistik menemukan ada 2,1 juta anak di

Indonesia yang bekerja pada situasi buruk. Sekitar 50% dari total

pekerja anak itu, bekerja sampai 35 jam seminggu.

Minimnya niat politik pemerintah dan peran serta masyarakat

dalam perlindungan anak juga tercermin dari peningkatan angka

kekerasan anak. Sepanjang 2010, Komnas Perlindungan Anak

menerima 2.335 pengaduan mengenai kasus kekerasan terhadap

anak. Angka ini meningkat dari jumlah pengaduan di 2009, yakni

1.998 kasus. Dari total pengaduan yang masuk ke Komnas

Perlindungan Anak, sebanyak 62,7% adalah  kekerasan seksual

dalam bentuk sodomi, perkosaaan, pencabulan, serta incest.

Selebihnya adalah kekerasan fisik dan psikis.

Peningkatan angka kekerasan ini menyingkap wajah lain dari

mereka yang seharusnya menjadi penanggung jawab kemaslahatan

anak. Data Komnas Anak menunjukkan bahwa kekerasan terhadap

anak acap kali terjadi di lingkungan terdekat, seperi di rumah tangga,

sekolah, Lembaga Pendidikan, dan lingkungan anak. Pelakunya pun

tidak jauh-jauh dari sekeliling mereka seperti orangtua, paman, guru,

teman-teman, bapak/ibu angkat, maupun ayah/ibu tiri.

Page 6: CONTOH Makalah Character Building

Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa kualitas hidup dan

masa depan anak-anak sangat memperihatinkan, padahal mereka

adalah aset, investasi SDM dan sekaligus tumpuan masa depan

bangsa. Jika kondisi dan kualitas hidup anak kita memprihatinkan,

berarti masa depan bangsa dan negara juga kurang

menggembirakan. Bahkan, tidak tertutup kemungkinan, sebagian dari

anak bangsa kita mengalami lost generation (generasi yang hilang).

Maka dari itu kami mengangkat tema tentang anak jalanan,

suatu permasalahan sosial yang kini merebak di sekeliling kita. Untuk

mengetahui permasalahan, penyebab, hingga solusi mengenai anak

jalanan.

I.2 Batasan Masalah

Pembahasan mengenai anak jalanan dan solusi untuk

penanganannya, akan dibatasi pada hal-hal berikut:

1.      Apa saja faktor munculnya anak jalanan?

2.      Bagaimana perkembangan psikologis anak jalanan?

3.      Masihkah ada ruang bagi anak jalanan?

4.      Apa saja solusi yang tepat untuk problem anak jalanan?

Page 7: CONTOH Makalah Character Building

I.3 Tujuan Penelitian

Kami melakukan penelitian ini dengan mengangkat tema “Anak

Jalanan”, dengan judul “Pengaruh Lingkungan Terhadap Anak

Jalanan”, bertujuan untuk:

1. Dapat mengenali anak jalanan secara pendekatan.

2. Mengetahui latar belakang munculnya anak jalanan.

3. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan munculnya

anak jalanan.

4. Mencari tahu solusi yang tepat untuk menangani problem anak

jalanan.

I.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian yang telah kami lakukan yaitu:

1. Kami dapat lebih mengenali latar belakang anak-anak jalanan.

2. Mengetahui perkembangan psikologis anak-anak jalanan.

3. Mendapatkan pelajaran berharga dari mereka, tentang semangat

mereka bertahan hidup.

I.5 Metode penelitian

Metode penilitian yang diambil disini adalah dengan 2 bentuk /

cara yaitu:

1. Metode observasi

Metode ini mengedepankan pengumpulan data melalui

pengamatan dan gambar secara langsung di lapangan maupun

melalui video ataupun cerita – cerita orang

Page 8: CONTOH Makalah Character Building

2. Metode wawancara

Metode ini mengedepankan pengumpulan data dengan cara

melakukan kuisioner ataupun interview kepada object yang di

survei.

I.6 Landasan Teori

I.6.1 Konsep Anak

Konsep “anak” didefinisikan dan dipahami secara bervariasi

dan berbeda, sesuai dengan sudut pandang dan kepentingan yang

beragam. Menurut UU No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan

Anak, anak adalah seseorang yang berusia di bawah 21 tahun dan

belum menikah. Sedangkan menurut UU No. 23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak, anak adalah seseorang yang belum berusia 18

tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.

Untuk kebutuhan penelitian ini, kami mendifinisikan anak

sebagai seorang manusia yang masih kecil yang berkisar usianya

antara 6–16 tahun yang mempunyai ciri-ciri fisik yang masih

berkembang dan masih memerlukan dukungan dari lingkungannya,

terutama lingkungan keluarganya.

Sebagai manusia yang tengah tumbuh-kembang, anak memiliki

keterbatasan untuk mendapatkan sejumlah kebutuhan, seperti

kebutuhan jasmani, rohani, dan social. Menurut Maslow, kebutuhan

manusia mencakup:

A.    Kebutuhan fisik seperti udara, air, makan, dan lain-lain

B.     Kebutuhan rasa aman

C.     Kebutuhan untuk saling menyayangi

D.    Kebutuhan untuk penghargaan

Page 9: CONTOH Makalah Character Building

E.     Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri dan tumbuh-kembang.

Orang dewasa termasuk orang tuanya, masyarakat dan

pemerintah berkewajiban untuk memenuhi hak anak tersebut.

Permasalahannya adalah orang yang berada di sekitarnya termasuk

keluarganya seringkali tidak mampu memberikan hak-hak tersebut.

Seperti misalnya pada keluarga miskin, keluarga yang pendidikan

orang tua rendah, perlakuan salah pada anak, persepsi orang tua

akan keberadaan anak, dan sebagainya. Pada anak jalanan,

kebutuhan dan hak-hak anak tersebut tidak dapat terpenuhi dengan

baik. Untuk itulah menjadi kewajiban orang tua, masyarakat dan

manusia dewasa lainnya untuk mengupayakan upaya

perlindungannya agar kebutuhan tersebut dapat terpenuhi secara

optimal.

Berbagai upaya telah dilakukan dalam merumuskan hak-hak

anak. Respon ini telah menjadi komitmen dunia international dalam

melihat hak-hak anak. Ini terbukti dari lahirnya konvensi internasional

hak-hak anak. Indonesiapun sebagai bagian dunia telah meratifikasi

konvensi tersebut. Keseriusan Indonesia melihat persoalan hak anak

juga telah dibuktikan dengan lahirnya Undang-undang RI Nomor 23

Tahun 2002 tentang perlindungan anak. Tanpa terkecuali, siapapun

yang termasuk dalam kategori anak Indonesia berhak mendapatkan

hak-haknya sebagai anak.

I.6.2 Konsep Anak Jalanan

Anak yang berusia 5–18 tahun yang menghabiskan sebagian

besar waktunya untuk mencari nafkah dan atau berkeliarandi jalanan

maupun ditempat – tempat umum.

Page 10: CONTOH Makalah Character Building

Kriteria :

A.   Anak ( laki-laki/perempuan) usia 5-18 tahun.

B.  Melakukan kegiatan tidak menentu, tidak jelas kegiatannya

dan atau berkeliaran di jalanan atau ditempat umum

minimal 4 jam/hari dalam kurun waktu 1 bulan yang lalu,

seperti: pedagang asongan, pengamen, ojek payung,

pengelap mobil, pembawa belanjaan di pasar dan lain-lain.

C.  Kegiatan dapat membahayakan dirinya sendiri atau

menggangu ketertiban umum.

I.5.3 Konsep Keluarga

Keluarga adalah sejumlah orang yang bertempat tinggal dalam

satu atap rumah dan diikat oleh tali pernikahan yang satu dengan

lainnya memiliki saling ketergantungan. Secara umum keluarga

memiliki fungsi:

A.    Reproduksi

B.     Sosialisasi

C.     Edukasi

D.    Rekreasi

E.     Afeksi

F.      Proteksi.

Page 11: CONTOH Makalah Character Building

Bab II

Pembahasan

Pengemis dan pengamen jalanan seringkali dianggap sebagai

“sampah masyarakat”, karena baik pemerintah maupun masyarakat

merasa terganggu oleh kehadiran mereka yang lalu lalang di

perempatan lalu lintas, di pinggir jalan, di sekitar gedung perkantoran,

pertokoan, dan banyak tempat-tempat lain yang seringkali di jadikan

tempat beroperasi. Belakangan ini pengemis, pengamen, dan

gelandangan semakin banyak berkeliaran di jalanan, terutama di

Jakarta dan kota-kota besar lainnya, termasuk kota Bekasi. Di kota

Bekasi sendiri misalnya, mereka beroperasi di terminal, stasiun, di

pinggiran jalan atau lampu merah. Pemuda, remaja, pasangan

suami-istri, anak-anak, dan perempuan renta semakin menyesaki

ruang publik kita. Itulah yang menyebabkan sebagian besar dari kita

merasa sangat terganggu dengan keberadaan mereka yang hampir

ada di mana-mana dan membuat kita merasa tidak nyaman.

Banyaknya kriminalitas juga seringkali dikaitkan terutama dengan

anak-anak jalanan, karena mereka di beberapa kesempatan terlihat

melakukan tindak-tindak kriminalitas seperti pencopetan,

perampasan, melakukan tindak kekerasan, penodongan, pelecehan

seksual, perkelahian, dan masih banyak kejahatan-kejahatan lain

yang rentan dilakukan oleh anak-anak jalanan. Mungkin hal-hal

tersebut yang akhirnya membuat pemerintah dan masyarakat

menganggap mereka sebagai “sampah masyarakat”.

Sering kita melihat Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP)

merazia Anak-anak Jalanan dan Gelandangan untuk dibawa ke

Page 12: CONTOH Makalah Character Building

Dinas Sosial dengan alasan dan dalih untuk ‘Di Bina dan Dididik’

secara baik sehingga mereka tidak kembali ke jalan lagi. Namun

yang terjadi di balik dalih pembinaan sosial tersebut justru adanya

tindak kekerasan, pelecehan dan pelanggaran hak-hak anak yang

dialami oleh anak-anak jalanan. Kejadian tersebut jarang terungkap

ke masyarakat karena anak-anak jalanan selaku korban tidak banyak

yang melakukan perlawanan apalagi hingga melapor ke pihak yang

berwajib karena mereka takut hal itu justru akan menjadi bumerang

bagi mereka sendiri. Pada saat kita pergi kita sering melihat banyak

pengemis, pengamen, dan lain-lain.

Hal Itu merupakan salah satu akibat dari kemiskinan.

Kemiskinan memang saat ini masih belum ada solusinya, tetapi

tampaknya Pemerintah masih belum maksimal dalam menangani

masalah kemiskinan. Dan itu bukan hanya salah Pemerintah saja

tetapi kita juga harus dapat mengatasi kemiskinan tersebut, karena

untuk mengubah kemiskinan harus dibutuhkan mental yang bagus.

Kemiskinan memang dapat mengganggu kesejahteraan masyarakat,

dan itu sangat tampak dari semakin banyaknya pengemis dan

pengamen jalanan dimana-mana yang kadang mengganggu

kenyamanan kita. Mungkin kemiskinan terjadi karena tidak dapat

membiayai kehidupan secara langsung. Dan itulah yang terjadi

sekarang ini, bahwa kemiskinan sekarang ada dimana-mana dan

menyebabkan semakin bertambahnya ‘sampah masyarakat’.

23 Juli telah ditetapkan sebagai Hari Anak Nasional (HAN).

Momentum seperti ini seharusnya bisa dijadikan sebagai bahan

refleksi terhadap silang-sengkarutnya dunia anak yang terkebiri dan

termarginalkan. Tak jarang anak-anak dari keluarga tak mampu

Page 13: CONTOH Makalah Character Building

sering “dipaksa” untuk secepatnya menjadi dewasa dengan beban

tanggung jawab ekonomi keluarga secara berlebihan sehingga

mereka tak sempat menikmati masa kanak-kanak yang ceria dan

menyenangkan. Sudut-sudut kota pun sarat dengan keliaran anak-

anak jalanan. Ironisnya, tak sedikit aparat yang menilai kehadiran

mereka sebagai sampah masyarakat yang mesti dikarantina tanpa

ada kemauan politik untuk membebaskan mereka dari cengkeraman

kemiskinan dan ketidakadilan.

Anak jalanan, agaknya masih menjadi salah satu problem

klasik di negara-negara berkembang, termasuk di negara kita.

Kehadiran mereka di sudut-sudut kota yang pengap dan kumuh bisa

jadi sangat erat kaitannya dengan jeratan kemiskinan yang

menelikung orang tuanya. Masih jutaan keluarga di negeri ini yang

hidup di bawah standar kelayakan. Untuk menyambung hidup,

mereka dengan sengaja mempekerjakan anak-anak untuk

berkompetisi di tengah pertarungan masyarakat urban yang terkesan

liar dan kejam. Kekerasan demi kekerasan seperti mata rantai yang

menempa sekaligus menggilas anak-anak miskin hingga akhirnya

mereka tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang terbelah. Tentu saja,

kita tidak bisa bersikap apriori dengan mengatakan, “Salahnya

sendiri, kenapa miskin?” kalau saja mereka punya pilihan untuk

dilahirkan, sudah pasti tak ada seorang pun anak manusia yang ingin

lahir dan besar di tengah-tengah deraan kemiskinan orang tuanya.

Dari sisi latar belakang kehidupan keluarga yang sangat tidak

nyaman untuk tumbuh dan berkembang secara wajar, sesungguhnya

tak ada tempat untuk menyia-nyiakan anak-anak miskin yang

terlunta-lunta hidup di jalanan. Kehadiran mereka justru perlu

Page 14: CONTOH Makalah Character Building

diberdayakan dengan sentuhan lembut penuh kemanusiawian.

Namun, berkembangnya sikap latah dan kemaruk ingin menjadi

kaum borjuis dan bergaya hidup feodal secara instan agaknya telah

membakar dan menghanguskan nilai-nilai kemanusiawian itu. Alih-

alih menyantuni, gaya hidup borjuasi dan feodalistik itu, disadari atau

tidak, justru telah memosisikan anak-anak jalanan makin kehilangan

kesejatian dirinya. Kata-kata kasar dan perlakuan tak senonoh sudah

menjadi hiasan hidup dalam keseharian anak-anak jalanan. Orang-

orang kaya yang seharusnya bisa memberdayakan dan

menggerakkan semangat hidup mereka justru makin tenggelam

dalam sikap hipokrit, pongah, dan kehilangan kepekaan terhadap

nasib sesama.

Kondisi itu diperparah dengan sikap negara yang belum

sepenuhnya mampu memberikan perlindungan memadai buat

mereka. Melalui tangan-tangan aparatnya, anak-anak jalanan justru

digaruk dan dihinakan di atas mobil bak terbuka; diarak dan

dipertontonkan kepada publik. Sungguh, sebuah perlakuan purba

yang jauh dari nilai-nilai kesantunan masyarakat beradab.

Kini, ketika momentum HAN itu tiba, tak jugakah kita tergerak

untuk menjadikan anak-anak jalanan sebagai generasi masa depan

yang punya hak untuk hidup secara layak di bumi yang konon

“gemah ripah loh jinawi” ini? Sudah tak ada ruangkah bagi mereka

untuk bersemayam di dalam rongga hati kita hingga akhirnya mereka

benar-benar harus kehilangan masa depan?

Setiap anak merupakan asset yang akan meneruskan cita-cita

suatu bangsa, untuk mencetak anak-anak yang kelak dapat menjadi

tulang punggung bangsanya harus dipersiapkan sejak dini melalui

Page 15: CONTOH Makalah Character Building

pemenuhan kebutuhan fisik, mental maupun sosial yang sesuai

dengan masa tumbuh kembangnya. Namun, sejak terjadi krisi

moneter yang melanda Indonesia, bnanyak anak-anak yang

terabaikan kebutuhannya. Salah satu fenomenanya adalah

keberadaan anak jalanan.

Anak jalanan atau biasa disingkat anjal adalah potret

kehidupan anak-anak yang kesehariannya sudah akrab di jalanan.

Dan mungkin kita sudah tidak asing tentang sosok ini, karena

disetiap penjuru kota, kita dapat dengan mudah menemukan mereka.

Lalu apa sebenarnya yang terjadi dengan anak-anak ini? Mereka

yang tergolong kecil dan masih dalam tanggung jawab orang tuanya

harus berjuang meneruskan hidup sebagai anak jalanan dan

terkadang mereka menjadi sasaran tindak kekerasan dari orang-

orang yang tidak bertanggung jawab. Tapi ada juga sebagian orang

tua yang dengan alasan untuk membantu ekonomi keluarga,

menganjurkan agar anak-anaknya untuk menghabiskan masa

kecilnya sebagai anak jalanan. Banyak faktor mengapa mereka

menjadi anak jalanan, disamping masalah ekonomi keluarga salah

satunya adalah kurangnya pendidikan. Usia mereka yang relatif

masih kecil dan muda seharusnya masih dalam tahap belajar dan

merasakan sebuah pendidikan, tetapi mungkin karena dengan alasan

tertentu, mereka malah asyik menikmati hidup sebagai anak jalanan

dan tidak mementingkan sebuah pendidikan.

Bila kita melihat orang jalanan atau pengamen yang selalu

yang ada di benak kita adalah anak yang kotor, kumuh, dan nakal.

Memang semua itu benar, tapi ada suatu hal yang lebih berharga di

balik semua itu. Anak jalanan atau pengamen mempunyai suatu

Page 16: CONTOH Makalah Character Building

keistimewaan yang tidak kita miliki. Apa keistimewaannya? Setiap

hari mereka mampu melawan kekejaman kehidupan hanya untuk

satu tujuan yaitu mencari uang untuk hidup sehari. Walaupun yang

didapat sedikit namun mereka tetap bersyukur dan tak mengenal

kata “putus asa” untuk kembali berjuang pada hari-hari selanjutnya.

Namun bagaimana dengan kita? Belum tentu kita sehebat itu.

Seperti anak jalanan yang kami riset ini. Seolah tak peduli

dengan kendaran yang lalu lalang. Dengan penuh semangat, kedua

anak itu meneruskan langkah kakinya di pinggiran jalan.

Miris rasanya, melihat mereka menikmati kepedihan hidup. Tak

ada yang peduli, bahkan tidak sedikit yang menganggapnya jijik. Di

usia mereka yang masih relatif kecil dan muda, seharusnya mereka

masih dalam tahap belajar dan merasakan pendidikan, layaknya

anak- anak yang lain. Latar belakang ekonomi di bawah garis

kemiskinan mendorong mereka untuk menjadi tulang punggung

keluarga mereka.

Sesekali mereka menghampiri mobil-mobil mewah yang

berhenti di lampu merah. Bani mulai memetik dawai gitar, dan Sandi

pun mengikutinya dengan menabuh tipung, yang sehari-hari menjadi

teman setianya menjalani hidup. Di usianya yang baru menginjak 12

tahun, seharusnya mereka masih mengenyam bangku pendidikan.

Tetapi tidak dengan mereka, setiap hari mereka harus bersusah

payah mengais rejeki, demi menyambung hidup.

Di tengah ketiadaan pengertian untuk anak jalanan, dapat

ditemui adanya pengelompokan anak jalanan berdasar hubungan

mereka dengan keluarga. Pada mulanya ada dua kategori anak

Page 17: CONTOH Makalah Character Building

jalanan, yaitu, anak-anak yang turun ke jalanan dan anak-anak yang

ada di jalanan.

Berdasarkan hasil observasi kami, didapatkan data-data

sebagai berikut:

Data ke-1

Nama : Bani

Umur : 12 tahun

Anak ke : 1 dari 3 bersaudara

Pernah bersekolah di : SD Harapan Jaya (tidak tamat)

Pekerjaan orang tua : Pemulung

Pekerjaan : Pengamen

Data ke-2

Nama : Sandi

Umur : 14 tahun

Anak ke : 4 dari 6 bersaudara

Asal : Karawang

Pernah bersekolah di : SD Harapan Jaya (tidak tamat)

Pekerjaan orang tua : Pemulung

Pekerjaan : Pengamen

Ketika kami tanya perihal kenapa kalian mengamen, jawaban

mereka cukup sederhana,” cari uang untuk makan.”

Penyebab utama anak berada di jalan untuk mencari nafkah

tidak lepas dari masalah kemiskinan. "Saya mencari uang sendiri

untuk cari makan dan menyekolahkan adik-adik saya. Adik saya ingin

Page 18: CONTOH Makalah Character Building

sekolah semua, ya sudah, kami mencari biaya" kata Bani, pengamen

anak di Bekasi yang berhenti sekolah ketika masih kelas 2 SD.

Anak jalanan ini pada umumnya bekerja pada sektor informal.

Fenomena munculnya anak jalanan ini bukanlah karena adanya

transformasi sistem sosial ekonomi dan masyarakat pertanian ke

masyarakat pra-industri atau karena proses industrialisasi.

Fenomena ini muncul dalam bentuk yang sangat eksploratif bersama

dengan adanya transformasi sosial ekonomi masyarakat

industrialisasi menuju masyarakat yang kapitalistik.

Kaum marjinal ini selanjutnya mengalami distorsi nilai,

diantaranya nilai tentang anak. Anak, dengan demikian bukan hanya

dipandang sebagai beban, tetapi sekaligus dipandang sebagai faktor

ekonomi yang bisa dipakai untuk mengatasi masalah ekonomi

keluarga. Dengan demikian, nilai anak dalam pandangan orang tua

atau keluarga tidak lagi dilihat dalam kacamata pendidikan, tetapi

dalam kepentingan ekonomi. Sementara itu, nilai pendidikan dan

kasih sayang semakin menurun. Anak dimotivasi untuk bekerja dan

menghasilkan uang.

Dalam konteks permasalahan anak jalanan, masalah

kemiskinan dianggap sebagai penyebab utama timbulnya anak

jalanan ini. Hal ini dapat ditemukan dari latar belakang geografis,

sosial ekonomi anak yang memang datang dari daerah-daerah dan

keluarga miskin di pedesaan maupun kantong kumuh perkotaan.

Namun, mengapa mereka tetap bertahan, dan terus saja

berdatangan sejalan dengan pesatnya laju pembangunan?

Tidak cukup sampai disitu. Lingkungan juga sangat

berpengaruh terhadap perilaku anak jalanan. Betapa tidak, Bani dan

Page 19: CONTOH Makalah Character Building

Sandi yang seharusnya menikmati masa kecilnya dengan bermain

dan bersekolah, kini mereka harus mengais rejeki dengan menjadi

pengamen di jalanan.

Lingkungan juga mempengaruhi mereka dalam hal pendidikan.

Ketika kami Tanya ”kenapa kalian tidak bersekolah?” jawaban

mereka cukup memprihatinkan, ”gak ada biaya”. Kemudian kami

bertanya lagi, ”sekarang kan ada program sekolah gratis dek, kenapa

gak sekolah?” mereka hanya menjawab, ”boro-boro untuk sekolah

kak, untuk makan aja susah kak.”. Padahal Pasal 9 ayat (1) UU no 23

tahun 2002 tentang perlindungan anak menyebutkan: “Setiap anak

berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka

pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan

minat dan bakatnya”. Pemenuhan pendidikan itu haruslah

memperhatikan aspek perkembangan fisik dan mental mereka.

Sebab, anak bukanlah orang dewasa yang berukuran kecil. Anak

mempunyai dunianya sendiri dan berbeda dengan orang dewasa.

Kita tak cukup memberinya makan dan minum saja, atau hanya

melindunginya di sebuah rumah, karena anak membutuhkan kasih

sayang. Kasih sayang adalah fundamen pendidikan. Tanpa kasih,

pendidikan ideal tak mungkin dijalankan. Pendidikan tanpa cinta

seperti nasi tanpa lauk, menjadi kering hambar, tak menarik.

Pendidikan pada hakekatnya bertujuan membentuk karakter anak

menjadi anak yang baik.

Selain itu, mereka juga menuturkan pengalaman mereka ketika

mengarungi hidup menjadi pengamen jalanan. Mereka pernah

digrebeg Satpol PP, bermalam di lapas untuk dikarantinakan.

Kemudian dikirim ke Panti Asuhan untuk dididik. Panti Asuhan yang

Page 20: CONTOH Makalah Character Building

seharusnya menjadi tempat berlindung dan belajar bagi mereka,

malah menjadi sebuah tempat yang menakutkan karena di sana

mereka dididik dengan kekerasan. Hal tersebut kami dapat

berdasarkan pengakuan dari mereka sendiri. Jangankan ingin

membela diri, untuk melaporkan kepada pihak yang berwajib saja

mereka harus berfikir ulang, karena untuk mengurus dan mengusut

kasus tersebut setidaknya mereka harus mengeluarkan dana, dan itu

mustahil bagi mereka. Bisa jadi itu menjadi bumerang untuk mereka

sendiri. Tidak ada jalan lain selain kabur dari tempat yang membuat

jiwa mereka tidak tenang. Bagaimana tidak, untuk keluar dari tempat

tersebut keluarga mereka harus membayar sejumlah uang kepada

pihak Panti Asuhan. Bukan hanya itu, mereka pun harus

menghadapi preman-preman yang setiap saat siap mengancam

keselamatan mereka, ketika mereka kembali ke jalanan.

Mereka anak jalanan adalah anak yang butuh perhatian dan

kasih sayang. Mereka pun berhak mendapatkan perlindungan

selayaknya anak-anak pada umumnya. Tidak seharusnya mereka

dikucilkan, direndahkan, dan tidak dipenuhi akan semua hak-haknya.

Seharusnya mereka itu dirangkul, dididik dan diberikan hak-haknya

untuk dilindungi.

Sebagai manusia yang tengah tumbuh-kembang, anak memiliki

keterbatasan untuk mendapatkan sejumlah kebutuhan, seperti

kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial. Menurut Maslow, kebutuhan

manusia mencakup:

A.    Kebutuhan fisik seperti udara, air, makan, dan lain-lain

B.     Kebutuhan rasa aman

C.     Kebutuhan untuk saling menyayangi

Page 21: CONTOH Makalah Character Building

D.    Kebutuhan untuk penghargaan

E.     Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri dan tumbuh-kembang.

Padahal menurut UUD 1945, “anak terlantar itu dipelihara oleh

negara”. Artinya pemerintah mempunyai tanggung jawab terhadap

pemeliharaan dan pembinaan anak-anak terlantar, termasuk anak

jalanan. Hak-hak asasi anak terlantar dan anak jalanan, pada

hakekatnya sama dengan hak-hak asasi manusia pada umumnya,

seperti halnya tercantum dalam UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak

Asasi Manusia, dan Keputusan Presiden RI No. 36 Tahun 1990

tentang Pengesahan Convention on the Right of the Child (Konvensi

tentang hak-hak Anak). Mereka perlu mendapatkan hak-haknya

secara normal sebagaimana layaknya anak, yaitu hak sipil dan

kemerdekaan (civil righ and freedoms), lingkungan keluarga dan

pilihan pemeliharaan (family environment and alternative care),

kesehatan dasar dan kesejahteraan (basic health and welfare),

pendidikan, rekreasi dan budaya (education, laisure and culture

activites), dan perlindungan khusus (special protection).

SUSENAS tahun 2000 juga menunjukkan bahwa salah satu

faktor ketidakberhasilan pembangunan nasional dalam berbagai

bidang itu, antara lain, disebabkan oleh minimnya perhatian

pemerintah dan semua pihak terhadap eksistensi keluarga. Perhatian

dan treatment yang terfokus pada “keluarga sebagai basis dan

sistem pemberdayaan” yang menjadi pilar utama kehidupan

berbangsa dan bernegara relatif belum menjadi komitmen bersama

dan usaha yang serius dari banyak pihak.

Padahal, masyarakat dan negara yang sehat, kuat, cerdas, dan

berkualitas dipastikan karena tumbuh dan berkembang dari dan

Page 22: CONTOH Makalah Character Building

dalam lingkungan keluarga yang sehat, kuat, cerdas dan berkualitas.

Dengan demikian, masalah anak termasuk anak jalanan perlu

adanya penanganan yang berbasis keluarga, karena keluarga adalah

penanggung jawab pertama dan utama masa depan anak-anak

mereka.

Sebagai contoh, anak jalanan di DKI Jakarta, adalah salah satu

kasus. Berjumlah 31.304 anak, sedangkan Panti Pemerintah yang

memberikan pelayanan sosial terhadap mereka hanya berjumlah 9

panti, yaitu : 4 Panti Balita Terlantar, 4 Panti Anak Jalanan dan 1

Panti Remaja Putus Sekolah. Daya tampung keseluruhannya adalah

2.370 anak. Sementara itu, Panti Sosial Asuhan Anak yang

diselenggarakan masyarakat berjumlah 58 Panti dengan daya

tampung 3.338 anak dan pelayanan sosial kepada anak di luar panti

sebanyak 3.200 anak. Secara akumulatif jumlah yang mendapat

pelayanan Panti dan non-Panti adalah 8.908 anak dan yang belum

tersentuh pelayanan pemerintah maupun organisasi sosial atau LSM

adalah 22.396 anak (Profil Dinas Bina Mental Spiritual dan

Kesejahteraan Sosial Pemerintah Propinsi DKI Jakarta, 2002).

Persebaran anak jalanan di DKI Jakarta juga cukup merata.

Data yang diterbitkan oleh Dinas Bina Mental Spiritual dan

Kesejahteraan Sosial DKI Jakarta menyebutkan bahwa setidaknya

ada 18.777 orang anak jalanan di DKI pada tahun 2003 ini.

Data tersebut cukup memperihatinkan kita semua, karena

idealnya sebagai “kota percontohan” DKI dapat bebas dari masalah

anak jalanan, atau setidak-tidaknya jumlah anak jalanan tergolong

rendah di seluruh propinsi di Indonesia. Selama ini, penanganan

anak jalanan melalui panti-panti asuhan dan rumah singgah dinilai

Page 23: CONTOH Makalah Character Building

tidak efektif. Hal ini antara lain terlihat dari “pola asuh” yang

cenderung konsumtif, tidak produktif karena yang ditangani adalah

anak-anak, sementara keluarga mereka tidak diberdayakan.

Bani dan Sandi hanyalah beberapa anak jalanan yang kita

ketahui latar belakang dan permasalahannya. Mereka hanyalah

segelintir anak-anak yang kurang beruntung jika dibandingkan

dengan kita. Namun demikian, mereka juga punya cita-cita. Bani

yang sangat mengidolakan tokoh pesepak bola terkenal Elloco

Gonzales, dan Sandi yang menggemari pesepak bola terkenal

Bambang Pamungkas, mempunyai cita-cita yang sama, yaitu ingin

menjadi pemain bola sehebat tokoh idola mereka.

Sejauh ini sudah ada lembaga-lembaga yang peduli dengan

anak jalanan. Di antaranya adalah :

1.      Rumah Singgah

2.      KOPAJA (Komutitas peduli Anak Jalanan)

3.     Griya Baca Kota Malang, sebuah Lembaga Pemberdayaan

Anak Jalanan yang   inspiratif

4.      Komunitas peduli anak yatim dan jalanan, dll

Masalah anak jalanan adalah masalah yang sangat kompleks

yang menjadi masalah kita bersama. Masalah ini tidak dapat

ditangani hanya oleh satu pihak saja melainkan harus ditangani

bersama-sama oleh berbagai pihak yang perduli permasalahan ini

juga dapat diatasi dengan suatu program yang komprehensi dan

tidak akan dapat tertangani secara efektif bila dilaksanakan secara

persial. Dengan demikian kerja sama antara berbagai pihak,

pemerintah, LSM, masa media mutlak diperlu Ketika mereka dewasa,

besar kemungkinan mereka akan menjadi salah satu pelaku

Page 24: CONTOH Makalah Character Building

kekerasan. Tanpa adanya upaya apapun, maka kita telah berperan

serta menjadikan anak-anak sebagai korban tak berkesudahan.

Menghapus stigmatisasi di atas menjadi sangat penting.

Sebenarnya anak-anak jalanan hanyalah korban dari konflik

keluarga, komunitas jalanan, dan korban kebijakan ekonomi

permerintah yang kurang pandai mengurus rakyat. Untuk itu

kampanye perlindungan terhadap anak jalanan perlu dilakukan

secara terus menerus setidaknya untuk mendorong pihak-pihak di

luar anak jalanan agar menghentikan aksi-aksi kekerasan terhadap

anak jalanan.

Sebenarnya anak jalanan tidak berbeda dengan anak yang

lainnya, mereka juga mempunyai potensi dan bakat. Pada masa

anak-anak seperti itu otak yang memuat 100-200 milyar sel otak siap

dikembangkan serta diaktualisasikan untuk mencapai tingkat

perkembangan potensi tertinggi. Pada perkembangan otak manusia

mencapai kapasitas 50 % pada masa anak usia dini. Kita telah

benar-benar mellupakan hak anak-anak untuk bermain, bersekolah,

dan hidup sebagaimana lazimnya anak-anak lainnya. Mereka

dipaksa orang tua untuk merasakan getirnya kehidupan.

Mereka tumbuh dan berkembang dengan latar kehidupan

jalanan dan akrab dengan kemiskinan, penganiayaan, dan hilangnya

kasih sayang, sehingga memberatkan jiwa dan membuatnya

berperilaku negatif. Mengkaitkan kandungan hak-hak anak

sebagaimana yang tercantum dalam KHA dengan realitas yang ada,

maka akan terlihat suatu kesenjangan yang cukup tinggi.

Penghormatan negara atas hak-hak anak jalanan dinilai masih

sangat minim, bahkan pada kebijakan-kebijakan tertentu seperti

Page 25: CONTOH Makalah Character Building

razia-razia yang sarat dengan nuansa kekerasan, negara kerapkali

dinilai melakukan pelanggaran terhadap hak-hak anak (jalanan).

Kebijakan-kebijakan pemerintah dalam rangka memenuhi hak-

hak anak jalanan harus senantiasa ditingkatkan. Hal ini mengingat

anak sebagai aset dan generasi penerus bangsa. Salahsatunya

adalah dengan meningkatkan pelayanan pendidikan bagi anak-anak

jalanan. Pendidikan yang dimaksudkan disini adalah pendidikan

formal sebagaimana yang dicanangkan pemerintah dalam Gerakan

Wajib Belajar 9 tahun dan tentu saja dengan biaya pendidikan gratis

atau murah bagi anak-anak jalanan yang memiliki keluarga miskin.

Pasal 9 ayat (1) UU no 23 tahun 2002 tentang perlindungan

anak menyebutkan; “Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan

pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat

kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya”. Pemenuhan

pendidikan itu haruslah memperhatikan aspek perkembangan fisik

dan mental mereka. Sebab, anak bukanlah orang dewasa yang

berukuran kecil. Anak mempunyai dunianya sendiri dan berbeda

dengan orang dewasa. Kita tak cukup memberinya makan dan

minum saja, atau hanya melindunginya di sebuah rumah, karena

anak membutuhkan kasih sayang. Kasih sayang adalah fundamen

pendidikan. Tanpa kasih, pendidikan ideal tak mungkin dijalankan.

Pendidikan tanpa cinta seperti nasi tanpa lauk,menjadi kering

hambar, tak menarik.

Peran dan fungsi rumah singgah bagi program pemberdayaan

anak jalanan sangat penting. Secara ringkas fungsi rumah singgah

antara lain : 

Page 26: CONTOH Makalah Character Building

    Sebagai tempat perlindungan dari berbagai bentuk kekerasan

yang kerap menimpa anak jalanan dari kekerasan dan prilaku

penyimpangan seksual ataupun berbagai bentuk kekerasan

lainnya. 

     Rehabilitasi, yaitu mengembalikan dan menanamkan fungsi

sosial anak. 

  Sebagai akses terhadap pelayanan, yaitu sebagai

persinggahan sementara anak jalanan dan sekaligus akses

kepada berbagai pelayanan sosial seperti pendidikan,

kesehatan dll. Lokasi rumah singgah harus berada ditengah-

tengah masyarakat agar memudahkan proses pendidikan dini,

penanaman norma dan resosialisasi bagi anak jalanan.

Rumah singgah sebagai tempat pemusatan sementara yang

bersifat non formal, dimana anak-anak bertemu untuk memperoleh

informasi dan pembinaan awal sebelum dirujuk ke dalam proses

pembinaan lebih lanjut .rumah singgah didefinisikan sebagai

perantara anak jalanan dengan pihak-pihak yang akan membantu

mereka. Rumah singgah merupakan proses non formal yang

memberikan suasana pusat resosialisasi anak jalanan terhadap

sistem nilai dan norma di masyarakat. Tujuan dibentuknya rumah

singgah adalah resosialisasi yaitu membentuk kembali sikap dan

prilaku anak yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang berlaku

di masyarakat dan memberikan pendidikan dini untuk pemenuhan

kebutuhan anak dan menyiapkan masa depannya sehingga menjadi

masyarakat yang produktif.

Page 27: CONTOH Makalah Character Building
Page 28: CONTOH Makalah Character Building

Penutup

  Kesimpulan

Masalah anak jalanan adalah masalah yang sangat kompleks

yang menjadi masalah kita bersama. Masalah ini tidak dapat

ditangani hanya oleh satu pihak saja melainkan harus ditangani

bersama-sama oleh berbagai pihak yang perduli permasalahan ini

juga dapat diatasi dengan suatu program yang komprehensi dan

tidak akan dapat tertangani secara efektif bila dilaksanakan secara

persial. Dengan demikian kerja sama antara berbagai pihak,

pemerintah, LSM, masa media mutlak diperlukan.

Khusus mengenai aspek hukum yang melindungi anak jalanan

yang terpaksa bekerja juga merupakan komponen yang perlu

diperhatikan karena masih lemahnya peraturan dan perundang-

undangan yang mengatur masalah ini.

  Saran

Penanggulangan dari masalah di atas dapat dilakukan dengan

pertama: melalui proram aksi langsung. Program ini biasanya

ditujukan kepada kelompok sasarannya yaitu para anak jalanan,

misalnya saja ruamh singgah sebagai tempat pemusatan pendidikan

non-formal, peningkatan pendapatan keluarga, pelayanan kesehata.

Tipe pekerjaan ini biasanya yang dilakukan oleh LSM-LSM. Kedua

adalah program peningkatan kesadaran masyarakat. Aktivitas

program ini untuk menggugah masyarakat untuk mulai tergerak dan

peduli terhadap masalah anak jalanan. Kegiatan ini dapat berupa

Page 29: CONTOH Makalah Character Building

penerbitan bulletin, poster, buku-buku, iklan layanan masyarakat di

TV, program pekerja anak di radio dan sebagainya.