contoh kasus dm good
DESCRIPTION
punya orangTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes Mellitus (DM) berasal dari kata Yunani “diabinein” yang
artinya “tembus” atau “pancuran air” dan kata lain mellitus yang artinya “rasa
manis”yang umum dikenal sebagai kencing manis adalah penyakit yang
ditandai dengan hiperglikemia (peningkatan kadar gula darah) yang terus
menerus dan bervariasi terutama setelah makan. Diabetes Mellitus juga
merupakan suatu keadaan hiperglikemi kronik disertai berbagai kelainan
metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi
kronik pada mata, ginjal, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membrane
basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron.
Banyak orang yang masih menganggap penyakit diabetes merupakan penyakit
orang tua atau penyakit yang hanya timbul karena faktor keturunan. Pada hal,
setiap orang dapat mengidap diabetes, baik tua maupun muda, termasuk saya
sendiri dan anda. Namun, yang perlu anda dan saya pahami adalah kita tidak
sendiri. (www.google.com/kencing manis/index.html)
Sebagai dampak positif pembangunan yang dilaksanakan oleh
pemerintah dalam kurun waktu 60 tahun merdeka. Pola penyakit di Indonesia
mengalami pergeseran yang cukup meyakinkan. Penyakit infeksi dan
kekurangan gizi berangsur turun, meskipun diakui bahwa angka penyakit
infeksi ini masih dipertanyakan dengan timbulnya penyakit baru seperti
1
hepatitis B, AIDS, angka kesakitan TBC yang masih tinggi, dan akhir-akhir
ini flu burung, Demam Berdarah Dengue (DBD), antraks dan polio melanda
Negara kita yang kita cintai ini. Dilain pihak penyakit menahun yang
disebabkan oleh penyakit degeneratif, diantaranya diabetes meningkat dengan
tajam. Perubahan pola penyakit itu diduga ada hubungannya dengan cara
hidup yang berubah pola makan barat-baratan, dengan komposisi makanan
yang terlalu banyak mengandung protein, lemak, gula, garam, dan
mengandung sedikit serat. Komposisi makanan seperti ini terutama terdapat
pada makanan siap santap yang akhir-akhir ini sangat digemari terutama oleh
anak-anak muda. Disamping itu cara hidup yang sangat sibuk dengan
pekerjaan dari pagi sampai sore bahkan kadang sampai malam hari duduk
dibelakang meja menyebabkan tidak adanya kesempatan untuk berkreasi atau
berolahraga, apalagi bagi para eksekutif hampir setiap hari harus ”lunch” atau
”dinner” dengan para relasinya dengan menu makanan barat yang ”aduhai”
pola hidup beresiko seperti inilah yang menyebabkan tingginya kekerapan
Penyakit Jantung Koroner (PJK), hipertensi, diabetes. (www.google.com/
kencing manis/index.html)
Menurut data WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 dalam jumlah
penderita Diabetes Mellitus didunia. Pada tahun 2000 yang lalu saja, terdapat
sekitar 5,6 juta penduduk Indonesia mengidap diabetes. Namun, pada tahun
2006 diperkirakan jumlah penderita Diabetes Mellitus di Indonesia meningkat
tajam menjadi 14 juta orang, dimana baru 50 % yang sadar mengidapnya dan
diantara mereka baru sekitar 30 % yang datang berobat teratur. Hal ini
2
mungkin disebabkan minimnya informasi dimasyarakat tentang diabetes
terutama gejala-gejalanya. (www.google.com/kencing manis/index.html)
Menurut penelitian epidemologi yang sampai saat ini dilaksanakan di
Indonesia, kekerapan diabetes di Indonesia berkisar antara 1,4 % dengan 1,6
% kecuali di 2 tempat yaitu dipekajangan (suatu desa dekat Semarang) 2,3 %
dan di Manado 6 % di Pekajangan prevalensi ini agak tinggi disebabkan
didaerah itu banyak perkawinan antara kerabat, sedangkan di Manado yang
secara geografis dan budayanya yang dekat dengan Filipina, ada kemungkinan
prevalensi di Manado tinggi karena di Filipina juga tinggi yaitu sebesar 8,4 %
- 12 %. Penelitian di Jakarta tahun 1993, kekerapan Diabetes Mellitus
dikelurahan Kayu Putih adalah 5,96 % di Jawa Barat tahun 1995 angka itu
hanya 1,1 %. Penelitian terakhir antara tahun 2001 dan 2005 didaerah Depok
didapatkan prevalensi DM tipe-2 sebesar 14,7 %, di Makasar tahun 2005
mencapai 12,5 %. Suatu angka yang sangat mengejutkan.
Melihat tendensi kenaikan kekerapan diabetes secara global yang tadi
dibicarakan terutama disebabkan oleh karena peningkatan kemakmuran suatu
populasi. Maka dengan demikian dapat dimengerti bila suatu saat atau lebih
tepat lagi dalam kurun waktu 1 atau 2 dekade yang akan datang kekerapan
DM di Indonesia akan meningkat dengan drastis. (FKUI ; 2006)
Angka rawat inap bagi penderita Diabetes Mellitus adalah 2,4 kali
lebih besar pada orang dewasa dan 5,3 kali lebih besar pada anak-anak bila
dibandingkan dengan populasi umum separuh dari keseluruhan penderita
diabetes yang berusia lebih dari 65 tahun dirawat dirumah sakit setiap
3
tahunnya, komplikasi yang serius dan dapat membawa kematian sering turut
menyebabkan peningkatan angka rawat inap bagi para penderita diabetes,
maka selama klien dirawat di rumah sakit, perawat yang selama 24 jam berada
disamping klien sangat diharapkan perannya, tidak hanya terhadap keadaan
fisik klien, tetapi juga psikologis klien dan memberi motivasi dan edukasi
kepada klien tentang pentingnya kepatuhan klien terhadap diet dengan tidak
mengesampingkan aspek asuhan keperawatan yang lain.
(www:google.com/kencing manis).
Berdasarkan hal diatas, maka penulis tertarik untuk mengambil judul
”Asuhan Keperawatan Klien Diabetes Mellitus Pada Tn. K di Ruang
Penyakit Dalam C3 Lt. 1 RSDK Semarang.”
B. Tujuan Penulisan
Dalam menyusun karya tulis ini penulis mempunyai tujuan, yaitu :
1. Untuk memahami masalah keperawatan yang
timbul pada Tn.K dengan Diabetes Mellitus.
2. Untuk memahami alternatif pemecahan masalah
keperawatan yang timbul pada Tn.K dengan Diabetes Mellitus.
3. Mengidentifikasi faktor pendukung dan
penghambat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn.K dengan
Diabetes Mellitus.
4
C. Metode Penulisan
Penyusunan karya tulis ini menggunakan metode deskriptif yaitu suatu
pengumpulan data berdasarkan apa yang ada waktu observasi.
(Dempsey, patricia Ann, 2002)
Dalam pelaksanaannya penulis mengaplikasikan pada Tn. K dengan diabetes
mellitus di ruang C3 lantai 1 RSDK Semarang berupa studi kasus dengan
proses keperawatan, sedangkan tekhnik pengumpulan data meliputi :
1 Wawancara
Wawancara adalah suatu pola komunikasi penuntun untuk tujuan khusus
dan berfokus pada isi bidang khusus. (potter, 1996)
Dalam pelaksanaanya penulis mengaplikasikan pada Tn. K dengan
diabetes mellitus di ruang C3 lantai 1 RSDK Semarang berupa tanya jawab
pada klien, keluarga klien, perawat, dokter dan tenaga kesehatan lain yang
ikut ambil bagian dalam merawat dan mengobati pasien.
2 Observasi partisipasi
Observasi partisipasi adalah mengadakan pengawasan terhadap
perkembangan pasien dengan ikut serta melaksanakan asuhan
keperawatan. (Dempsey,patricia Ann, 2002)
Dalam pelaksanaannya penulis mengaplikasikan pada Tn. K dengan
diabetes mellitus di ruang perawatan penyakit dalam C3 lantai 1 RSDK
Semarang berupa pengamatan dan perawatan langsung kepada klien guna
5
mengetahui keadaan dan perkembangan penyakitnya selama di rumah
sakit dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
6
3 Studi dokumentasi
Studi dokumentasi adalah mempelajari, buku, laporan, catatan medik dan
hasil pemeriksaan penunjang lainnya. (Dempsey, Patricia Ann, 2002).
Dalam pelaksanaannya penulis mengaplikasikan pada Tn. K dengan
diabetes mellitus diruang C3 lantai 1 RSDK Semarang berupa mempelajari
catatan medik dan catatan keperawatan serta hasil pemeriksaan penunjang.
4 Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik adalah ketrampilan dasar yang digunakan selama
pemeriksaan antara lain : inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi yang
memungkinkan perawat untuk mengumpulkan data fisik klien yang luas.
(Dempsey, Patricia Ann, 2002).
Dalam pelaksanaannya penulis mengaplikasikan pada Tn. K dengan
diabetes mellitus di ruang C3 lantai 1 RSDK Semarang berupa
pemeriksaan fisik klien secara langsung.
D. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran secara jelas mengenai penyusunan
karya tulis ini maka akan diuraikan secara singkat dalam bentuk per bab.
Karya tulis ini disusun dalam lima bab, yaitu :
Bab I : Pendahuluan, yaitu meliputi latar belakang, tujuan, metode dan
tekhnik penulisan / pengumpulan data, sistematika penulisannya.
Bab II : Konsep dasar, meliputi pengertian, anatomi, dan fisiologi,
etiologi dan predisposisi, patofisiologi, manifestasi klinik,
7
penatalaksanaan, komplikasi, pengkajian fokus, pathways
keperawatan, fokus intervensi dan rasional.
Bab III : Tinjauan kasus, meliputi pengkajian, analisa data, pathways
keperawatan kasus, diagnosa keperawatan, intervensi
keperawatan, implementasi dan evaluasi.
Bab IV : Pembahasan
Bab V : Penutup, meliputi kesimpulan dan saran.
8
BAB II
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Beberapa sumber yang menyebutkan tentang pengertian dari Diabetes
Mellitus (DM) yaitu sebagai berikut :
Diabetes Mellitus (DM) adalah suatu kondisi kekurangan insulin atau
resisten terhadap insulin yang menyebabkan terganggunya metabolisme dari
glukosa, protein dan lemak yang ditandai dengan hiperglikemia, poliuria,
polidipsi, polipagi dan kelemahan. (WHO, 1985)
Diabetes Mellitus merupakan gangguan metabolik klinis yang tidak
dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol, yang dikarakteristikkan dengan
hiperglikemia karena defisiensi insulin atau ketidakadekuatan insulin.(Barbara
Engram, 1999)
Diabetes Mellitus merupakan keadaan hiperglikemia kronik disertai
berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan
berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal dan pembuluh darah, disertai
lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron.
(www.google.com/kencingmanis)
Diabetes Mellitus adalah sekelompok kelainan yang ditandai oleh
kenaikan kadar gula darah atau hiperglikemia. (Brunner & Suddarth, 2002)
9
Diabetes Mellitus merupakan penyakit yang dalam tingkat nyata
memperlihatkan gangguan metabolisme karbohidrat, sehingga didapati
hiperglikemia dan glukosuria. (Purnawan Gunadi, 1997)
Diabetes Mellitus adalah sekelompok penyakit metabolik yang
ditandai oleh hiperglikemia atau peninggian kadar gula darah akibat gangguan
pada pengeluaran (sekresi insulin), kerja insulin atau keduanya, hiperglikemia
kronik nantinya dapat menyebabkan kerusakan jangka panjang dan gangguan
fungsi organ-organ terutama mata, ginjal, syaraf, jantung dan pembuluh darah.
(Karyadi, Elvina, 2002)
Dari beberapa pengertian yang berasal dari berbagai sumber dapat
ditarik kesimpulan bahwa Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit metabolik
yang berlangsung kronik progresif dengan gejala hiperglikemi yang
disebabkan oleh gangguan sekresi insulin, gangguan kerja insulin atau
keduanya. Dengan disertai oleh komplikasi kronik penyempitan pembuluh
darah dengan akibat terjadinya kemunduran fungsi sampai dengan kerusakan
organ-organ tubuh.
10
B. Anatomi
1. Anatomi Pankreas
Pankreas merupakan suatu organ berupa kelenjar dengan panjang
dan 12,5 cm dan tebal ± 2,5 cm. Pankreas terbentang dari atas sampai
kelengkungan besar dari perut dan biasanya dihubungkan oleh dua saluran
ke duodenum (usus 12 jari) organ ini dapat diklasifikasikan ke dalam dua
bagian yaitu kelenjar endokrin dan eksokrin.
a. Struktur Pankreas terdiri dari :
1) Kepala pankreas
Merupakan bagian yang paling lebar, terletak disebelah kanan
rongga abdomen dan di dalam lekukan duodenum dan yang praktis
melingkarinya.
2) Badan pankreas
Merupakan bagian utama pada organ itu dan letaknya di belakang
lambung dan di depan vertebra lumbalis pertama.
11
3) Ekor pankreas
Merupakan bagian yang runcing di sebelah kiri dan yang
sebenarnya menyentuh limfa.
b. Saluran Pankreas
Pada pankreas terdapat dua saluran yang mengalirkan hasil sekresi
pankreas ke dalam duodenum :
1) Ductus Wirsung, yang bersatu dengan ductus chole dukus,
kemudian masuk ke dalam duodenum melalui sphincter oddi
2) Ductus Sartonni, yang lebih kecil langsung masuk ke dalam
duodenum di sebelah atas sphincter oddi.
c. Jaringan pankreas
Ada 2 jaringan utama yang menyusun pankreas :
1) Asim berfungsi untuk mensekresi getah pencernaan dalam
duodenum
2) Pulau langerhans
d. Pulau-pulau langerhans
12
1) Hormon-hormon yang dihasilkan
a) Insulin
Adalah suatu poliptida mengandung dua rantai asam amino
yang dihubungkan oleh gambaran disulfide.
b) Enzim utama yang berperan adalah insulin protease, suatu
enzim dimembran sel yang mengalami internalisasi bersama
insulin
c) Efek faali insulin yang bersifat luas dan kompleks
2) Efek-efek tersebut biasanya dibagi:
a) Efek cepat (detik)
Peningkatan transport glukosa, asam amino dan k+ ke dalam sel
peka insulin.
b) Efek menengah (menit)
Stimulasi sintesis protein, penghambatan pemecahan protein,
pengaktifan glikogen sintesa dan enzim-enzim glikolitik.
c) Efek lambat (jam)
3) Peningkatan Massenger Ribonucleic Acid (MRNA) enzim
lipogenik dan enzim lain
Pengaturan fisiologi kadar glukosa darah sebagian besar tergantung
dari:
a) Ekstraksi glukosa
b) Sintesis glikogen
c) Glikogenesis
13
4) Glukogen
Molekul glukogen adalah polipeptida rantai lurus yang
mengandung 29 n residu asam amino dan memiliki 3485 glukogen
merupakan hasil dari sel-sel alfa, yang mempunyai prinsip aktivitas
fisiologi meningkatkan kadar glukosa darah.
a) Somatostatin
Somatostatin menghambat sekresi insulin, glukogen dan
polipeptida pankreas dan mungkin bekerja di dalam pulau-
pulau pankreas,
b) Polipeptida pankreas
Polipeptida pankreas manusia merupakan suatu polipeptida
linear yang dibentuk oleh sel pulau langerhans.
2. Fisiologi
a. Fungsi eksokrin pankreas:
Getah pankreas mengandung enzim-enzim untuk pencernaan
ketiga jenis makanan utama, protein, karbohidrat dan lemak. la juga
mengandung ion bikarbonat dalam jumlah besar, yang memegang
peranan penting dalam menetralkan timus asam yang dikeluarkan oleh
lambung ke dalam duodenum.
Enzim-enzim proteolitik adalah tripsin, kemotripsin, karboksi,
peptidase, ribonuklease, deoksiribonuklease. Tiga enzim pertama
memecahkan keseluruhan dan secara parsial protein yang dicernakan,
14
sedangkan nuclease memecahkan kedua jenis asam nukleat, asam
ribonukleat dan deoksinukleat.
Enzim pencernaan untuk karbohidrat adalah amylase pankreas,
yang menghidrolisis pati, glikogen dan sebagian besar karbohidrat lain
kecuali selulosa untuk membentuk karbohidrat, sedangkan enzim-
enzim untuk pencernaan lemak adalah lipase pankreas yang
menghidrolisis lemak netral menjadi gliserol, asam lemak dan
kolesterol esterase yang menyebabkan hidrolisis ester-ester kolesterol.
1) Pancreatic juice
Sodium bicarboinat memberikan sedikit pH alkalin (7,1 -
8,2) pada pancreatic juice sehingga menghentikan gerak pepsin
dari lambung dan menciptakan lingkungan yang sesuai dengan
enzim-enzim dalam usus halus.
2) Pengaturan sekresi pankreas ada 2 yaitu :
a) Pengaturan saraf
b) Pengaturan hormonal
b. Fungsi endokrin pankreas
Tersebar diantara alveoli pankreas, terdapat kelompok-
kelompok sel epithelium yang jelas, terpisah dan nyata.
Kelompok ini adalah pulau-pulau kecil / kepulauan langerhans
yang bersama-sama membentuk organ endokrin
15
C. Klasifikasi Diabetes Mellitus (DM)
Klasifikasi terbaru tahun 1999 oleh American Diabetes Association /
World Health Organization (ADA / WHO) lebih menekankan penggolongan
berdasarkan penyebab dan proses penyakit.
Ada 4 jenis DM berdasarkan klasifikasi terbaru, yaitu :
1. DM type 1 : IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
Ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pancreas, kombinasi faktor
genetik imonologi dan mungkin pula lingkungan (virus) diperkirakan turut
menimbulkan distraksi sel beta
2. DM type 2 NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
Disebabkan oleh resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin
3. DM type Spesifik Lain
Disebabkan oleh berbagai kelainan genetik spesifik (kerusakan genetik sel
beta pankreas dan kerja insulin). Penyakit pada pankreas, gangguan
endokrin lain, obat-obatan atau bahan kimia, infeksi (rubela kongenital
dan Cito Megalo Virus (CMV))
4. Diabetes Kehamilan
DM yang hanya muncul pada kehamilan. (Price, 2006)
D. Etiologi
1. DM type I : IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
Pada tipe ini insulin tidak diproduksi. Hal ini disebabkan dengan
timbulnya reaksi autoimun oleh karena adanya peradangan pada sel beta
16
insulitis. Kecenderungan ini ditemukan pada individu yang memiliki
antigen HLA (Human Leucocyte Antigen).
a. Faktor imunologi : Respon abnormal dimana Ab terarah pada jaringan
normal tubuh dengan cara bereaksi dengan jaringan tersebut sebagai
jaringan asing.
b. Faktor lingkungan : virus / toksin tertentu dapat memacu proses yang
dapat menimbulkan distruksi sel beta.
2. DM type 2 NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
Etiologi biasanya dikaitkan dengan faktor obesitas. Hereditas atau
lingkungan penurunan produksi insulin endogen atau peningkatan
resistensi insulin
3. DM type Spesifik Lain
Awitan selama kehamilan, disebabkan oleh hormon yang diekskresikan
plasenta dan mengganggu kerja insulin. (Brunner & Suddarth, 2002)
E. Faktor Resiko
Penyakit DM bukan merupakan penyakit menular, namun penyakit
yang diturunkan. Namun, bukan berarti mutlak bahwa bila orang tua terkena
DM, pasti anaknya terkena penyakit DM juga. Walaupun kedua orang tua
terkena DM kadang-kadang anaknya tidak terkena DM. namun, bila
dibandingkan dengan kedua orang tua yang normal (tidak ada riwayat DM),
penderita DM lebih cenderung memiliki anak yang akan menderita DM juga.
Resiko – resiko bagi seseorang yang kemungkinan menderita DM bila
ditemukan kondisi-kondisi berikut ini :
17
1. Riwayat kedua orangtua yang mengidap DM
2. Riwayat salah satu orang tua atau saudara kandung terkena penyakit DM
3. Riwayat salah satu anggota keluarga (nenek, kakek, paman, bibi, sepupu)
mengidap penyakit DM
4. Seorangyang gemuk / obesitas (> 20 %, BB ideal) atau indeks masa tubuh
(IMT) > 27 kg/m2
5. Umur diatas 40 tahun dengan fakroe yang disebutkan diatas
6. Seseorang dengan tekanan darah tinggi (> 140/90)
7. Seorang dengan kelainan profil lipid darah (dislifidema) yaitu kolesterol
HDL < 35 mg/dl, dan / atau trigliserida > 250 mg/dl
8. Seseorang yang sebelumnya dinyatakan sebagai toleransi glukosa
terganggu (TGT) atau gula darah puasa (terganggu) (GDPT)
9. Wanita yang sebelumnya mengalami diabetes kehamilan
10. Wanita yang melahirkan bayi > 4.000 gr
11. Semua wanita hamil 24 – 28 minggu
12. Riwayat menggunakan obat-obatan oral atau suntikan dalam jangka waktu
lama, obat golongan kortikosteroid (untuk pengobatan asma, kulit, rematik
dan lainnya)
13. Riwayat terkena infeksi tertentu antara lain virus yang menyerang kelenjar
air liur (penyakit gondongan), virus morbili. Infeksi virus ini sering
dijumpai pada anak-anak dan penderita yang masih hidup harus setiap hari
disuntik insulin
18
14. Teori baru ”The Foetal Origins of Disease” yang dikemukakan oleh
professor David Barker dan kawan-kawan berdasarkan kajian studi di
Inggris tahun 1980 merumuskan bahwa bayi yang lahir kurang dari 2,5 kg
atau berat badan lahir rendah memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit
degeneratif antara lain diabetes (kencing manis) pada usia dewasa
dibandingkan dengan bayi dengan Berat Badan Lahir (BBL) yang normal.
(Karyadi, Elvina, 2002)
F. Patofisiologi
Diabetes Mellitus mengalami defisiensi insulin, menyebabkan
glikogen meningkat, sehingga terjadi proses pemecahan gula baru
(glukoneugenesis) yang menyebabkan metabolisme lemak meningkat.
Kemudian terjadi proses pembentukan keton (ketogenesis). Terjadinya
peningkatan keton didalam plasma akan menyebabkan ketonurea (keton dalam
urin) dan kadar natrium menurun serta pH serum menurun yang menyebabkan
asidosis.
Defisiensi insulin menyebabkan penggunaan glukosa oleh sel menjadi
menurun, sehingga kadar gula dalam plasma tinggi (Hiperglikemia). Jika
hiperglikemia ini parah dan melebihi ambang ginjal maka akan timbul
Glukosuria. Glukosuria ini akan menyebabkan diuresis osmotik yang
meningkatkan pengeluaran kemih (poliuri) dan timbul rasa haus (polidipsi)
sehingga terjadi dehidrasi.
Glukosuria mengakibatkan keseimbangan kalori negatif sehingga
menimbulkan rasa lapar yang tinggi (polipagi).
19
Penggunaan glukosa oleh sel menurun mengakibatkan produksi
metabolisme energi menjadi menurun, sehingga tubuh menjadi lemah
Hiperglikemia dapat mempengaruhi pembuluh darah kecil, arteri kecil
sehingga suplai makanan dan oksigen ke perifer menjadi berkurang, yang akan
menyebabkan luka tidak cepat sembuh, karena suplai makanan dan oksigen
tidak adekuat akan menyebabkan terjadinya infeksi dan terjadinya gangguan.
Gangguan pembuluh darah akan menyebabkan aliran darah ke retina
menurun, sehingga suplai makanan dan oksigen ke retina berkurang,
akibatnya pandangan menjadi kabur
Salah satu akibat utama dari perubahan mikrovaskuler adalah
perubahan pada struktur dan fungsi ginjal, sehingga terjadi nefropati
Diabetes mempengaruhi syaraf-syaraf perifer, sistem syaraf otonom
dan sistem syaraf pusat sehingga mengakibatkan neuropati. (Price, 2000)
G. Manifestasi Klinik
Penyakit Diabtes Mellitus ini pada awalnya sering tidak dirasakan dan
tidak disadari oleh penderita. Gejala-gejala muncul tiba-tiba pada anak atau
orang dewasa muda. Sedangkan pada orang dewasa > 40 tahun, kadang-
kadang gejala dirasakan ringan sehingga mereka menganggap tidak perlu
berkonsultasi ke dokter. Penyakit DM diketahui secara kebetulan ketika
penderita menjalani pemeriksaan umum (general medikal check-up). Biasanya
mereka baru datang berobat, bila gejala-gejala yang lebih spesifik timbul
20
misalnya penglihatan mata kabur, gangguan kulit dan syaraf, impotensi. Pada
saat itu, mereka baru menyadari bahwa dirinya menderita DM.
Secara umum gejala-gejala dan tanda-tanda yang ditemui meliputi ;
1. Gejala dan tanda awal
a. Penurunan berat badan (BB) dan rasa lemah
Penurunan berat badan dalam waktu relatif singkat, merupakan gejala
awal yang sering dijumpai, selain itu rasa lemah dan cepat capek kerap
di rasakan
b. Banyak kecing (poliuria)
Gejala yang sering dirasakan penderita adalah sering kencing dengan
volume urine yang banyak kencing yang sering pada malam hari
terkadang sangat mengganggu penderita
c. Banyak minum (polidipsia)
Rasa haus dan ingin minum terus. Kadang hal ini sering ditafsirkan
karena udara yang panas dan banyak kerja berat, padahal tanda-tanda
ini muncul sebagai awal gejala penyakit DM
d. Banyak makan (polifagia)
Penderita sering makan (banyak makan) dan kadar glukosa darah
semakin tinggi, namun tidak dapat seluruhnya dimanfaatkan untuk
masuk ke dalam sel
21
2. Gejala Kronis
a. Gangguan penglihatan
Pada mulanya penderita DM ini sering mengeluh penglihatannya
kabur, sehingga sering mengganti kaca mata untuk dapat melihat
dengan baik.
b. Gangguan syaraf tepi / kesemutan
Pada malam hari, penderita sering mengeluh sakit dan rasa kesemutan
terutama pada kaki
c. Gatal-gatal / bisul
Keluhan gatal sering dirasakan penderita, biasanya gatal di daerah
kemaluan, atau daerah lipatan kulit seperti ketiak, paha atau dibawah
payudara, kadang sering timbul bisul dan luka yang lama sembuhnya
akibat sepele seperti luka lecet terkena sepatu atau tergores jarum.
d. Rasa tebal di kulit
Penderita DM sering mengalami rasa tebal dikulit, terutama bila
benjolan terasa seperti diatas bantal atau kasur. Hal ini juga
menyebabkan penderita lupa menggunakan sandal / sepatu karena rasa
tebal tersebut.
e. Gangguan fungsi seksual
Gangguan ereksi / disfungsi seksual / impotensi sering dijumpai pada
penderita laki-laki yang terkena DM, namun pasien DM sering
menyembunyikan masalah ini karena terkadang malu menceritakannya
pada dokter.
22
f. Keputihan
Pada penderita DM wanita, keputihan dan gatal merupakan gejala yang
sering dikeluhkan, bahkan merupakan satu-satunya gejala yang
dirasakan. Hal ini terjadi karena daya tahan penderita DM kurang,
sehingga mudah terkena infeksi antara lain karena jamur.
H. Komplikasi
Komplikasi DM terbagi menjadi 2 yaitu komplikasi akut dan
komplikasi kronik
1. Kompliksi akut, adalah komplikasi akut pada DM yang penting dan
berhubungan dengan keseimbangan kadar glukosa darah dalam jangka
waktu pendek, ketiga komplikasi tersebut adalah :
a. Diabetes Ketoasidosis (DKA)
Ketoasidosis diabetik merupakan defisiensi insulin berat dan akut dari
suatu pengalaman penyakit DM. Diabetik katoasidosis disebabkan oleh
tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata.
(Smeltzer, 2000)
b. Koma Hiperosmolar Non Ketotik (KHN)
Koma hiperosmolar non ketotik merupakan keadaan yang didominasi
oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan disertai perubahan tingkat
kesadaran. Salah satu perubahan utamanya dengan DKA adalah tidak
tepatnya ketosik dan asidosis pada KHN. (Smeltzer, 2000)
23
c. Hipoglikemia
Diabetes Mellitus pada dasarnya terjadi pada semua pembuluh darah di
seluruh bagian tubuh (Angiopati Diabetik) dibagi menjadi 2
1) Mikrovaskuler
a) Penyakit ginjal
Salah satu akibat utama dari perubahan – perubahan
mikrovaskuler adalah perubahan pada struktural dan fungsi
ginjal, bila kadar glukosa dalam darah meningkat, maka
mekanisme filtrasi ginjal akan mengalami stress yang
menyebabkan kebocoran protein darah dalam urine. (Smeltzer,
2000)
b) Penyakit mata
Penderita DM akan mengalami gejala penglihatan sampai
kebutaan, keluhan penglihatan kabur tidak selalu disebabkan
neuropati.
Katarak disebabkan karena hiperglikemia yang
berkepanjangan, menyebabkan pembengkakan lensa dan
kerusakan lensa. (Brunner & Suddarth, 2000)
c) Neuropati
Diabetes dapat mempengaruhi saraf-saraf perifer, sistem saraf
otonom medulla spinallis atau sistem saraf pusat. Akumulasi
sorbitol dan perubahan-perubahan metabolik lain dalam sintesa
24
fungsi myalin yang dikaitkan dengan hiperglikemia dapat
menimbulkan perubahan kondisi saraf
2) Makrovaskuler
a) Penyakit jantung koroner
Akibat kelainan fungsi pada jantung akibat diabetes maka
terjadi penurunan kerja jantung untuk memompakan darahnya
ke seluruh tubuh sehingga tekanan darah akan naik. Lemak
yang menumpuk dalam pembuluh darah menyebabkan
mengerasnya arteri (arteriosclerosis) dengan resiko penderita
penyakit jantung koroner atau stroke.
b) Pembuluh darah kaki
Timbul karena adanya anesthesis fungsi saraf-saraf sensorik,
keadaan ini menyebabkan gangren infeksi dimulai dari celah-
celah kulit yang mengalami hipertropi, pada sel-sel kuku kaki
yang menebal dan halus demikian juga pada daerah-daerah
yang terkena trauma
c) Pembuluh darah ke otak
Pada pembuluh darah otak dapat terjadi penyumbatan
sehingga suplai darah ke otak menurun. (Long, 1996)
I. Penatalaksanaan
Pengobatan bertujuan untuk mengurangi gejala-gejala, mengusahakan
keadaan gizi dimana berat badan ideal dan mencegah terjadinya komplikasi.
Secara garis besar pengobatannya dilakukan dengan :
25
1. Diet
Disesuaikan dengan keadaan penderita
Prinsip umum : diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari
penatalaksanaan diabetes. Penatalaksanaan nutrisi pada penderita diabetes
diarahkan untuk mencapai tujuan berikut ini :
a. Memberikan semua unsur makanan esensial (misal : vitamin dan
mineral)
b. Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai
c. Memenuhi kebutuhan energi
d. Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan
mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-
cara yang aman dan praktis
e. Menurunkan makan pada penderita DM
Pencernaan makan pada penderita DM
1) Kebutuhan kalori
Tujuan yang paling penting adalah pengendalian asupan kalori
total untuk mencapai atau mempertahankan berat badan yang
sesuai dan pengendalian kadar glukosa darah.
Rencana makan bagi penyandang diabetes juga memfokuskan
presentase kalori yang berasal dari karbohidrat, protein dan lemak
Ada 2 tipe karbohidrat yang utama, yaitu :
a) Karbohidrat kompleks (seperti : roti, sereal, nasi dan pasta)
b) Karbohidrat sederhana (seperti : buah yang manis dan gula)
26
Jumlah kalori diperhitungkan sebagai berikut :
a) BB ideal = (TB cm – 100) kg – 10 % . pada waktu istirahat,
diperlukan 25 kkal/kg BB ideal
b) Kemudian diperhitungkan pula
Aktivitas, kerja ringan : ditambah 10 – 20 %, kerja sedang
ditambah 30 %, kerja berat ditambah 50 % dan kerja berat
sekali ditambah 20 – 30 %)
Stress : ditambah 20 – 30 %, hamil trimester 2 – 3 ditambah
400 kal dan laktasi ditambah 600 kal
2) Karbohidrat
Tujuan diet ini adalah meningkatkan konsumsi karbohidrat
kompleks (khususnya yang berserat tinggi) seperti roti, gandum
utuh, nasi beras tumbuk, sereal dan pasta / mie yang berasal dari
gandum yang masih mengandung bekatul.
Karbohidrat sederhana tetap harus dikonsumsi dalam jumlah yang
tidak berlebihan dan lebih baik jika dicampur ke dalam sayuran
atau makanan lain daripada dikonsumsi secara terpisah
3) Lemak
Pembatasan asupan total kolesterol dari makanan hingga < 300
mg / hr untuk membantu mengurangi faktor resiko, seperti
kenaikan kadar kolesterol serum yang berhubungan dengan proses
terjadinya penyakit koroner yang menyebabkan kematian pada
penderita diabetes
27
4) Protein
Makanan sumber protein nabati (misal : kacang-kacangan dan biji-
bijian yang utuh) dapat membantu mengurangi asupan kolesterol
serta lemak jenuh. (Brunner & Suddarth, 2002)
2. Olah raga / latihan
Sangat penting dalam penatalaksanaan DM karena afeknya dapat
menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi faktor resiko
kardiovaskuler. Latihan akan menurunkan kadar glukosa darah dengan
meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian
insulin, sirkulasi darah dan tonus otot.
Latihan ini sangat bermanfaat pada pendrita diabetes karena dapat
menurunkan BB, mengurangi rasa stress dan mempertahankan kesegaran
tubuh. Mengubah kadar lemak darah yaitu meningkatkan kadar High
Density Lipoprotein (HDL)-kolesterol dan menurunkan kadar kolesterol
total serta trigliserida.
Meskipun demikian penderita diabetes dengan kadar glukosa >250
mg/dl (14 mmol/dL) dan menunjukkan adanya keton dalam urine tidak
boleh melakukan latihan sebelum pemeriksaan keton urine
memperlihatkan hasil negatif dan kadar glukosa darah telah mendekati
normal.
Latihan dengan kadar glukosa darah yang tinggi akan
meningkatkan sekresi glukogen, Growth Hormone (GH) dan katekolamin.
28
Peningkatan hormon ini membuat hati melepas lebih banyak glukosa
sehingga terjadi kenaikan kadar glukosa darah.
3. Obat-obatan
Obat antidiabetik oral, dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
a. Golongan sulfonilurea
1) Cara kerja :
a) Merangsang sel beta pancreas untuk mengeluarkan insulin, jadi
hanya bekerja bila sel-sel beta utuh
b) Menghalangi pengikatan insulin
c) Mempertinggi kepekaan jaringan terhadap insulin
d) Menekan pengeluaran glukogen
2) Indikasi
a) Bila BB ideal ± 10% dan BB ideal
b) Bila kebutuhan insulin < 40 u/hr
c) Bila tidak ada stress akut, misal: infeksi berat / operasi
d) Dipakai pada diabetes dewasa, baru dan tidak pernah
ketoasidosis sebelumnya
3) Efek samping
a) Mual, muntah, sakit kepala, vertigo dan demam
b) Dermatitis, pruritus
c) Lekopeni, trombositopeni, anemia
4) Kontra indikasi
Penyakit hati, ginjal dan thyroid
29
b. Golongan biguanid
Tidak sama dengan sulfonilurea, karena tidak merangsang sekresi
insulin.
1) Menurunkan kadar GD menjadi normal dan istimewanya tidak
menyebabkan hipoglikemia
2) Cara kerja belum diketahui secara pasti, tetapi jelas terdapat:
a) Gangguan absorbsi glukosa dalam usus
b) Peningkatan kecepatan ambalan glukosa dalam otot
4. Penurunan glukoneogenesis dalam hepar
Efek samping :
a. Nausea
b. Muntah
c. Diare
Insulin
1) Indikasi
a) Semua penderita DM dari setiap umur (baik IDDM / NIDDM)
dalam keadaan ketoasidosis
b) Diabetes yang masuk dalam klasifikasi IDDM yaitu juvenile
diabetes
c) Penderita yang kurus
d) Bila dengan obat oral tidak berhasil
e) Kehamilan
f) Bila ada komplikasi mikroangiopati, misal: retinopati / nefropati
30
2) Jenis insulin
a) Yang kerjanya cepat: reguler insulin (RI) masa kerja 2-4 jam
b) Yang kerjanya sedang : NPH dengan masa kerja 6-12 jam
c) Yang kerjanya lambat : protamine zinc insulin (PZI) monotard
ultralente (MC) masa kerja 18-24 jam
3) Efek samping
a) Lipodistrofi : atrofi jaringan subkutan pada tempat penyuntikan
b) Hipoglikemia : dosis insulin berlebih atau kebutuhan insulin yang
berkurang
c) Reaksi alergi
d) Resistensi terhadap insulin
J. Pengkajian Fokus
Data bergantung pada berat dan lamanya ketidakseimbangan metabolik
dan pengaruh pada fungsi organ
1. Aktivitas / Istirahat
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot
menurun, gangguan tidur / istirahat
Tanda : takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan
aktivitas letargi / disorientasi, Penurunan kekuatan otot
2. Sirkulasi
Gejala : adanya riwayat hipertensi, infark miokard akut, kebas dan
kesembuhan pada ekstremitas ulkus pada kaki penyembuhan
yang lama
31
Tanda : takikardia
Perubahan tekanan darah, postural hipertensi
Nadi yang menurun / tak ada
Disritmia
Krekels, Distensi Vena Jugularis (DVJ)
Kulit panas kering dan kemerahan, bola mata cekung
3. Integritas Ego
Gejala : stress, tergantung pada orang lain
Masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi
Tanda : ansietas, peka rangsang
4. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola kencing, poliuri (poliuria), nokturia
Rasa nyeri / terbakar, kesulitan berkemih, infeksi saluran
kencing (ISK) baru / berulang
Nyeri tekan abdomen
Diare
Tanda : Urine encer, pucat, kuning, poliuri (dapat berkembang menjadi
oliguria / anuria jika terjadi hipovolemia berat)
Urine berkabut, bau busuk (infeksi)
Bising usus lemah dan menurun, hiperaktif (diare)
5. Makanan / Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan
Mual / muntah
32
Tidak mengikuti diet, peningkatan masukan glukosa /
karbohidrat
Penurunan berat badan lebih dari periode beberapa hari /
minggu
Haus
Penggunaan diuretik (Tiazid)
Tanda : Kulit kering / bersisik, turgor jelek
Kekakuan / distensi abdomen, muntah
Pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan metabolik dengan
peningkatan gula darah)
Bau halitosis / manis, bau buah (napas aseton)
6. Neurosensori
Gejala : Pusing / pening
Sakit kepala
Kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, peristesia
Gangguan penglihatan
Tanda : Disorientasi, mengantuk, letargi, stupor / koma (tahap lanjut).
Gangguan memori (baru, masa lalu), kacau mental
7. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang / nyeri (sedang / berat)
Tanda : Wajah meringis dengan palpasi, tampak sangat berhati-hati
33
8. Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan / tanpa sputum
purulen (tergantung adanya infeksi / tidak)
Tanda : Lapar udara
Batuk, dengan / tanpa sputum purulen (infeksi)
Frekuensi pernapasan
9. Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit
Tanda : Demam, diaforesia
Kulit rusak, lesi / ulserasi
Menurunnya kekuatan umum / rentang gerak
Parestesia / paralisis otot termasuk otot-otot pernafasan (jika
kadar kalium menurun dengan cukup tajam)
10. Seksualitas
Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi)
Masalah impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita
11. Penyuluhan / Pengajaran
Gejala : Faktor resiko keluarga : DM, penyakit jantung, stroke,
hipertensi, penyembuhan yang lambat
Penggunaan obat seperti steroid diuretik (tiazid); dilantin dan
fenobarbital (dapat meningkatkan kadar glukosa darah).
(Dongoes, 2002)
34
K. Pemeriksaan Diagnostik
1. Glukosa darah : meningkat 200 – 100 mg/dl atau lebih
2. Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok
3. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
4. Osmolitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 osm/l
5. Elektrolit
a) Natrium : mungkin normal meningkat atau menurun
b) Kalium : normal atau peningkatan semu (perpindahan
seluler) selanjutnya akan menurun
6. Fosfor : lebih sering menurun
7. Hemoglobin gliserol : kadarnya meningkat 2 – 4 kali lipat dari normal
yang mencerminkan kontrol DM yang kurang selama 4 bulan terakhir
(lama hidup SDM) dan karenanya sangat bermanfaat dalam
membedakan DKA dengan kontrol tidak adekuat versus DKA yang
berhubungan dengan insiden (mis ISK baru)
8. Gas darah arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan
HCO, (asidosis metabolik) dengan kompensasi alkalosis respiratorik
9. Trombosit darah : Hematokrit (Ht) mungkin meningkat (dehidrasi),
leukositosis, hemokonsentrasi, merupakan respons terhadap stres atau
infeksi
10. Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal (dehidrasi /
penurunan fungsi ginjal)
35
11. Amilase darah : mungkin meningkat yang mengindentifikasikan
adanya pankreatis akut sebagai penyebab dari DKA
12. Insulin darah : mungkin menurun / bahkan sampai tidak ada (pada tipe
I) atau normal sampai tinggi (tipe II) yang mengidentifikasi
insufisiensi insulin / ganggguan dalam penggunaannya (endogen /
eksogen). Resistensi insulin dapat berkembang sekunder terhadap
pembentukan (antibodi)
13. Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin
14. Urine : gula dan aseton positif, berat jenis dan osmolalitas mungkin
meningkat, kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada
saluran kemih, infeksi pernafasan dan infeksi pada luka. (Dongoes,
2002)
36
L. Pathway Keperawatan
36
Obesitas, obat-obatan, penyakit pancreas
Defisiensi insulin
Glukagon meningkat
Hiperglikemia GD 140 mg/mmol
Hiperosmolaritas
Koma
Hilang protein tubuh
Respon
peradangan
melambat
Angiopati
Mikrovaskuler
Perubahan
pembuluh
darah Gangguan
sirkulasi Suplai mkn ke
jar perifer
Luka tidak
sembuhTerjadi ulkus DM
Infeksi
Resiko penyebaran
infeksi
Peredaran pembuluh darah
ke retina
Pandangan kabur
Retinopati
Gg persepsi sensori :
penglihatan
Makrovaskuler
Trombosit beroklusiPembulu darah besar
Aterosklerosis
Neuropati
Sensorik
Hilang rasa
Vaskulataria
Resti injuri
Motorik
Atropi otot
Perub dlm pergerakan
Gg keseimbangan
tubuh
Rasa
lapar
Polifagi
BB
menuru
n Nutrisi
keb
Prod energi
metabolik
menurun Kelelaha
n
Starvasi sel Glukosa masuk ke dlm tubulus
ginjal
Glukosa dibuang bersama urine
Glukosuria
Diuresis osmotik
Poliuri
Dehidrasi
Polidipsi Syok Defisit
vol
cairan
Glukoneogenesia
Pemecahan asam lemak
Ketonemia
pH serum menurun
Asidosis metabolik
Mual muntah
Gg integritas jaringan
37
M. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Keperawatan
1. Resiko tinggi penyebaran infeksi (Sepsis) berhubungan dengan kadar
glukosa tinggi, perubahan pada sirkulasi, sekunder terhadap adanya ulkus
a. Tujuan : 1) Tidak terjadi infeksi
2) Tidak ada tanda-tanda terjadinya infeksi
b. Kriteria Hasil : 1) Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah /
menurunkan resiko infeksi
2) Mendemostrasikan tehnik, perubahan gaya
hidup untuk mencegah terjadinya infeksi
b. Intervensi
1) Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan seperti demam,
kemerahan, adanya pus pada luka, sputum purulent, urine warna
merah keruh atau berkabut
Rasional : pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya
lebih lebih mencetuskan keadaan ketoasidosis atau
dapat mengalami infeksi nosokomial
2) Tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang
baik pada semua orang yang berhubungan denga pasien termasuk
pasien sendiri
Rasional : mencegah timbulnya infeksi silang (infeksi
nosokomial
3) Lakukan perawatan luka (ganti balut tiap hari) dengan menjaga
tehnik septik dan aseptik
37
Rasional : untuk mencegah terjadinya infeksi dan penyebaran
infeksi lebih lanjut
4) Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh,
masase daerah tulang yang tertekan, jaga kulit tetap kering, lumen
kering dan tetap kencang (tidak berkerut)
Rasional : sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan
pasien pada resiko terjadinya kerusakan pada kulit /
iritasi kulit dan infeksi
5) Bantu pasien untuk melakukan higiene oral
Rasional : menurunkan resiko terjadinya penyakit kulit / gusi
6) Kolaborasi
a). Pemeriksaan kultur dan sensitivitas sesuai dengan indikasi
Rasional : untuk mengidentifikasi organisme sehingga dapat
memilih / memberikan therapy antibiotik yang
terbaik
b). Berikan antibiotik sesuai advise
Rasional : penanganan awal dapat membantu mencegah
timbulnya sepsis
2. Resiko deficit volume cairan berhubungan dengan adanya diuresis
osmotik
a. Tujuan : Tidak terjadi kekurangan cairan
38
b. Kriteria Hasil : Mendemostrasikan hidrasi adekuat yang dibutuhkan
oleh tanda vital stabil, haluaran urine secara individu
dan kadar elektrolit dalam batas normal
39
c. Intervensi
1) Pantau tanda vital, catat adanya perubahan TD ortostatik
Rasional : hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan
takikardia
2) Pantau suhu warna kulit atau kelembabnnya
Rasional : demam dengan kulit kemerahan, kering mungkin
sebagai cerminan dari dehidrasi
3) Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran
mukosa
Rasional : merupakan indicator dari tingkat dehidrasi, atau
volume sirkulasi yang adekuat
4) Pantau masukan dan pengeluaran, catat Bj urine
Rasional : memberikan perkiraan kebutuhan atau cairan
pengganti, fungsi ginjal dan keefektifan dan terapi
yang diberikan
5) Pertahankan untuk memberi cairan paling sedikit 2500 ml/hari
dalam batas yang dapat ditoleransi jantung jika pemasukan melalui
oral sudah dapat diberikan
Rasional : mempertahankan hidrasi / volume sirkulasi
6) Kolaborasi
a) Berikan therapy cairan sesuai dengan indikasi
Normal salin atau ½ NS atau tanpa dekstrose
40
Rasional : tipe dan jumlah cairan tergantung pada derajat
kekurangan cairan
b) Pantau pemeriksaan laboratorium, seperti
Hematokrit : mengkaji tingkat hidrasi dan sering kali
meningkat akibat hemokonsentrasi yang terjadi setelah diuresis
osmotik
BUN / kreatinin : peningkatan nilai dapat mencerminkan
kerusakan sel karena dehidrasi atau tanda akibat kegagalan
ginjal
Osmolalitas : meningkat dengan adanya hiperglikemia dan
dehidrasi
Natrium : menurun yang mencerminkan diuresis osmotik,
meningkat mencerminkan kehilangan cairan / dehidrasi berat
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat
a. Tujuan : Pemasukan nutrisi adekuat
b. Kriteria Hasil :
1) Mencerna jumlah kalori atau nutrisi yang tepat
2) Menunjukkan tingkat energi biasanya
3) Mendemostrasikan berat badan stabil atau
penambahan kearah rentang yang diinginkan dengan
nilai laboratorium normal
41
c. Intervensi
1) Observasi tanda-tanda hipoglikemia, seperti : perubahan tingkat
kesadaran, kulit lembab / dingin, derajat nadi cepat, lapar, peka
rangsang, cemas, sakit kepala, pusing, sempoyongan
Rasional : karena metabolisme karbohidrat mulai terjadi (gula
darah berkurang, sementara tetap diberikan insulin
maka hipoglikemi dapat terjadi)
2) Timbang BB setiap hari atau sesuai dengan indikasi
Rasional : mengkaji pemasukan makanan yang adekuat
3) Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdoment / perut
kembung, mual, muntahan makanan yang belum sempat dicerna
Rasional : hiperglikemia dan gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit dapat menurunkan mobilitas / fungsi
lambung
4) Tentukan program diit dan pola makan pasien dan bandingkan
dengan makanan yang dapat dihabiskan pasien
Rasional : mengidentifikasi kekurangan dan penyimpanan
dari kebutuhan therapeutik
5) Indikasi makanan yang disukai / dikehendaki termasuk kebutuhan
etnik
Rasional : jika makanan yang disukai pasien dapat
dimasukkan dalam perencanaan makan
42
6) Libatkan keluarga pada perencanaan makan sesuai indikasi
Rasional : meningkatkan rasa keterlibatan, memberikan
informasi pada keluarga untuk memahami
kebutuhan nutrisi pasien
7) Kolaborasi
a. Lakukan pemeriksaan gula darah dengan menggunakan
“Finger stick”
Rasional : analisa ditempat tidur terhadap GD lebih kuat
b. Pantau pemeriksaan laboratorium, seperti glukosa darah,
aseton, PH dan HCO3
Rasional : gula darah akan menurun perlahan dengan
penggantian cairan dan therapi insulin terkontrol
c. Berikan insulin secara teratur
Rasional : insulin reguler memiliki awitan cepat dan
karenanya dengan pula dapat membantu
memindahkan glukosa ke dalam sel
4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan terputusnya
kontinuitas jaringan sekunder terhadap sirkulasi yang tidak adekuat
a. Tujuan : integritas kulit kembali normal
b. Kriteria Hasil : 1) Mengidentifikasi faktor
resiko individual
2) Mengungkapkan pemahaman tentang
kebutuhan tindakan
43
3) Berpartisipasi pada tingkat kemampuan untuk
mencegah kerusakan kulit lebih lanjut
c. Intervensi
1) Inspeksi seluruh area
kulit, catat pengisian kapiler, adanya kemerahan, pembengkakan
Rasional : kulit biasanya cenderung rusak karena perubahan
sirkulasi perifer, ketidakmampuan untuk merasakan
toleran, imobilisasi, gangguan pengaturan suhu
2) Catat adanya
pembengkakan, kemerahan, adanya drainase pada luka serta
bersihkan luka setiap hari
Rasional : daerah ini cenderung terkena radang dan infeksi dan
merupakan rute bagi mikroorganisme patologis
3) Libatkan masase dan lubrikasi pada kulit dengan losion /
minyak, lindungi sendi dengan menggunakan bantalan busa
Rasional : meningkatkan sirkulasi dan melindungi permukaan
kulit mengurangi terjadinya ulserasi
4) Lakukan perubahan posisi sesering mungkin di tempat tidur
maupun sewaktu tidur
Rasional : meningkatkan sirkulasi dan melindungi kulit,
mengurangi terjadinya ulserasi
5) Bersihkan dan keringkan kulit khususnya daerah-daerah dengan
kelembaban tinggi seperti parineum
44
Rasional : meningkatkan sirkulasi pada kulit dan mengurangi
tekanan pada daerah tulang yang menonjol
6) Jagalah alat tenun tetap kering dan bebas dari lipatan – lipatan dan
kotoran
Rasional : mengurangi / mencegah terjadinya iritasi pada kulit
7) Anjurkan pasien untuk terus meningkatkan nutrisi sel atau
organisasi sel dan untuk meningkatkan kesehatan jaringan
Rasional : menstrimulasi sirkulasi, meningkatkan nutrisi sel
atau oksigenasi sel dan untuk meningkatkan
kesehatan jaringan
5. Resti injury berhubungan dengan kelemahan umum
a. Tujuan : tidak terjadi injury
b. Kriteria Hasil : Mendemostrasikan tidak ada cedera demham
komplikasi minimal / terkontrol
c. Intervensi
1) Pantau tanda vital dan catat adanya peningkatan suhu tubuh,
takikardia (140-200/mnt)
Rasional : untuk mengetahui keadaan umum pasien yang dapat
menentukan tindakan yang diberikan
2) Pertahankan penghalang tempat tidur terpasang / diberi bantalan
Rasional : untuk menentukan kemungkinan adanya trauma
45
3) Kolaborasi
a) Pantau kadar kalsium darah : pasien dengan kadar kalsium
kurang dari 7,5/100 ml secara umum membutuhkan terapi
pengganti
b) Berikan obat sesuai indikasi
1) Kalsium (glukosa, laktat) : untuk memperbaiki kekurangan
yang biasanya sementara
2) Sedatif : meningkatkan istirahat, menurunkan stimulasi
dari luar
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai
prognosis penyakit
a. Tujuan : Pasien menyatakan pemahaman tentang penyakit
b. Kriteria Hasil :
1) Mengidentifikasi hubungan tanda / gejala dengan proses penyakit
dan menghubungkan gejala dengan faktor penyebab
2) Dengan benar melakukan prosedur yang perlu dan menjelaskan
rasional tindakan
3) Melakukan perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam
program pengobatan
c. Intervensi
1) Ciptakan
lingkungan saling percaya dengan mendengarkan penuh perhatian
dan selalu ada untuk pasien
46
Rasional : menanggapi dan memperhatikan perlu diciptakan
sebelum pasien bersedia mengambil bagian dalam
proses belajar
2) Diskusikan
topik-topik utama seperti apakah kaar glukosa normal ibu dan
bagaimana hal tersebut dibandingkan kekurangan insulin dengan
kadar gula darah yang tinggi
Rasional : memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat
membuat pertimbangan dalam memilih gaya hidup
3) Menganjurk
an klien untuk rutin melakukan pemeriksaan gula darah dan
instruksikan pasien untuk pemeriksaan keton urinenya jika
glukosa darah lebih tinggi dari 250 mg/dl
Rasional : Melakukan pemeriksaan darah secara teratur dapat
meningkatkan kontrol gula darah dengan lebih ketat
(misal 60 – 150 mg/dl)
4) Diskusikan
tentang rencana diet, penggunaan makanan tinggi serat dan cara
untuk melakukan makan di luar rumah
Rasional : keadaan tentang pentingnya kontrol obat akan
membantu pasien dalam merencanakan makan /
mentaati program
47
5) Diskusikan
faktor-faktor yang memegang peranan dalam kontrol DM seperti
latihan stres, pembedahan dan penyakit tertentu
Rasional : informasi ini akan meningkatkan pengendalian
terhadap DM dan dapat menurunkan berulangnya
kejadian ketoasidosis
6) Buat jadwal
latihan aktivitas yang teratur dan identifikasi hubungan dengan
penggunaan insulin yang perlu menjadi perhatian
Rasional : waktu latihan tidak boleh bersamaan waktunya kerja
puncak insulin untuk mencegah percepatan ambilan
insulin
7) Identifikasi
gejala hipoglikemia (misal lemah, pusing, letargi, lapar, peka
rangsang, diaforesis, pucat, takikardia, tremor, sakit kepala, dan
perubahan mental)
Rasional : dapat meningkatkan deteksi dan pengobatan lebih awal
dan mencegah / mengurangi kejadiannya
48
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian keperawatan
Kasus yang penulis kelola adalah pasien dengan sistem Endokrin Diabetes
Mellitus pada tanggal 01 Mei 2008 pukul 08.30 WIB di Ruang Penyakit Dalam
C3 Lantai 1 Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang. Pada kasus ini data diperoleh
dengan cara mengadakan pengamatan langsung, menelaah catatan medis dan
catatan keperawatan,wawancara dengan pasien dan keluarga serta bekerjasama
dengan tim kesehatan lain. Disamping itu penulis memberikan asuhan
keperawatan langsung kepada pasien.
1. Biodata
a. Identitas pasien
Nama : Tn. K
Umur : 61 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Semarang
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Tanggal masuk : 01 Mei 2008
Diagnosa medis : Diabetes Mellitus+ Ulkus Grade IV
No. Register : 5750468
49
b. Penanggung jawab
Nama : Tn. G
Umur : 38 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Hub. Dg pasien : Anak
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Saat dilakukan pengkajian klien mengatakan terdapat luka pada kaki
kiri yang tidak sembuh-sembuh, kotor dan berbau
b. Riwayat penyakit sekarang
+ sejak 1 bulan yang lalu timbul “plentingan” / papul pada kelingking
kaki kiri yang berisi cairan / nanah. Bengkak dan terasa “panas
kemranyas”, tidak diperiksakan ke dokter. Oleh pasien dan keluarga
kaki direndam dalam air es dengan tujuan panas dan bengkak hilang,
papul yang timbul juga dipecah sendiri, timbul luka dibiarkan, lama
kelamaan luka semakin melebar dan dalam. Oleh pasien tidak juga
diperiksakan ke dokter dan dalam beberapa hari timbul belatung yang
cukup banyak serta berbau, kemudian oleh keluarga dibawa ke Rumah
Sakit Pantiwilasa Citarum dilakukan bersih luka (Debridement) dan
dibalut lalu dirujuk ke Rumah Sakit Dr. Kariadi di Ruang penyakit
dalam untuk menjalani perawatan lebih lanjut.
50
c. Riwayat penyakit dahulu
Klien mengatakan menderita Diabetes Mellitus sejak 10 tahun yang
lalu tetapi tidak pernah kontrol. Klien juga menderita Hipertensi sudah
10 tahun juga bersamaan dengan Diabetes Mellitus, 5 tahun yang lalu
sempat dirawat di Rumah Sakit dengan Hipertensi, tetapi tidak kontrol
teratur sampai sekarang.
d. Riwayat penyakit keluarga
Klien mengatakan bahwa ayahnya, adik dari ayah dan kakak
perempuan klien juga menderita kencing manis. Riwayat Hipertensi
keluarga klien kurang mengetahui
3. Pola Pengkajian Fungsional
a. Pola pemeliharaan kesehatan
Klien mengatakan kurang mengetahui tentang penyakitnya sehingga
klien kurang mengerti dalam perawatan dirinya, jarang memakai alas
kaki saat berjalan dan masih mengkonsumsi makanan yang manis-
manis.
Klien sulit bila disuruh periksa ke dokter tentang penyakit yang
dialaminya, klien bila sakit hanya cukup membeli obat di warung /
apotik.
Klien merokok dan minum kopi serta kurang memperhatikan menu
makanan yang dimakan.
Kebersihan diri klien cukup, klien mandi 2x sehari dan ganti pakaian
bila kotor.
51
b. Pola nutrisi dan metabolik
Sebelum dirawat di Rumah Sakit dan sebelum terdapatnya luka, klien
mengatakan makan cukup banyak, klien makan 3x sehari dan tanpa
menghindari makanan tertentu.
Klien mengatakan minum banyak karena klien serimg merasa haus dan
terasa panas dalam, klien biasa minum air putih + 2,5 liter/hr ditambah
segelas kopi dan teh manis selama aktivitas / bekerja.
Selama sakit (timbul luka) dan dirawat di Rumah Sakit klien
mengatakan nafsu makan menurun drastis, klien merasa mual jika
makan, klien hanya makan + 5-6 sendok setiap porsi dengan
menggunakan bubur selama di rumah dan diit Diabetes Mellitus 1750
kkal selama dirawat di Rumah Sakit.
Minum juga mulai menurun + 1,5 liter/hari menggunakan air putih dan
masih selalu mengeluh haus, berat badan menurun dalam 2 bulan
terakhir + 6 kg, berat badan dahulu 53 kg nenjadi 47 kg, TB : 167 cm.
Balance cairan per 7 jam
Intake
Infus : 700 cc
Makan : 200 cc
Minum : 600 cc1500 cc
Output
Urine : 1400 cc
52
IWL : 2451645
BC : I – O
1500 – 1645 = -145
c. Pola eliminasi
1) Eliminasi urine
Klien mengatakan banyak kencing, setiap harinya klien kencing
sampai 20x /hari, terutama meningkat bila malam hari dengan
jumlah yang cukup banyak + 200 cc dengan karakteristik urine,
warna kuning jernih, bau khas (Aseton), klien juga mengatakan
bila kencingnya dibiarkan biasanya didatangi semut ditambah bila
buang air kecil (BAK) pasien terasa nyeri / terbakar.
2) Eliminasi Feses
Klien mengatakan tidak ada masalah dengan pola buang air
besarnya, sehari sekali kadang 2 hari sekali dengan konsistensi
lembek, warna kuning kecoklatan
d. Pola aktifitas dan latihan
Klien mengatakan sebelum dirawat di Rumah sakit dan terdapatnya
luka pada kaki klien sehari-harinya bekerja sebagai pengawas /
penunggu pabrik di daerah Jepara dan masih bisa memenuhi
kebutuhan dirinya / perawatan diri.
53
Selama sakit klien mengatakan tidak mampu bekerja lagi, klien sering
merasa kelelahan dan lemah apalagi terdapat luka pada kaki kirinya
setiap aktivitas klien dibantu oleh keluarga.
Dengan skoring aktifitas
Kegiatan 0 1 2 3 4 5
Berjalan
Makan / minum
Eliminasi
Berhias
Keterangan :
0 : dibantu sepenuhnya 100 %
1 : dibantu 95%
2 : dibantu 75%
3 : dibantu 50%
4 : dibantu 25%
5 : mandiri
e. Pola istirahat tidur
Klien mengatakan selama sakit, klien sulit untuk tidur, klien hanya
tidur + 4-5 jam/hari, klien sering terbangun karena sering sekali buang
air kecil (BAK) pada malam hari ditambah saat ini klien merasa
cemas, dengan kondisi lukanya karena tidak sembuh-sembuh dan takut
bila kakinya dipotong.
Timbul takikardi dan takipnea selama istirahat / setelah aktivitas
54
f. Pola persepsi sensori dan kognitif.
Klien mengatakan merasa kesemutan pada kaki dan tangan dan
mengalami kelemahan otot. Klien juga tidak merasakan nyeri pada
kaki yang terluka saat di cubit, tapi kadang merasakan nyeri (cekot-
cekot) kemranyas pada daerah luka.
Klien juga mengeluh sering pusing dan sakit kepala, gangguan
penglihatan / kabur saat melihat dan juga sering mengantuk berat.
g. Pola hubungan dengan orang lain
Klien mengatakan hubungan klien dengan anggota keluarga baik,
keluarga selalu mendampingi klien saat sakit.
Hubungan dengan tetangga / orang lain cukup baik hanya saja klien
merasa orang-orang di sekitarnya membicarakan dirinya karena
kesehatan lukanya yang berbau dan sempat timbul belatung yang
cukup menjijikkan.
h. Pola reproduksi dan seksual
Klien mengatakan menikah kira-kira umur 24 tahun dan dikaruniai 5
orang anak (3 orang laki-laki dan 2 orang perempuan), untuk
hubungan intim belum sempat dikaji.
i. Pola persepsi diri dan konsep diri
1) Harga diri :
klien mengatakan merasa minder / cukup malu dengan kondisinya
sekarang karena terdapat luka pada kaki yang berbau kotor dan
terdapat belatung, klien merasa kakinya seperti bangkai.
55
2) Identitas diri
: klien mengatakan dia adalah anak ke 3 dari 6 bersaudara, klien
mengakui berjenis kelamin laki-laki, klien tidak mempunyai
masalah / menolak dengan jenis kelaminnya, dia merasa puas
sebagai seorang laki-laki, klien mampu menyebutkan nama,
alamat dan seterusnya (identitas dirinya).
3) Peran diri :
klien mengatakan merasa sedih dengan kondisi yang dialami
sekarang, klien merasa sekarang tidak mampu lagi melakukan
peran sebagai seorang suami dan seorang ayah.
4) Ideal diri :
Klien mengatakan bahwa harapannya sekarang adalah agar cepat
sembuh sehingga mampu bekerja lagi.
5) Gambaran
diri : klien mengatakan merasa puas dengan dirinya, tapi klien
merasa tidak suka dengan kaki kirinya karena terdapat luka.
j. Pola mekanisme koping
Klien mengatakan setiap pengambilan keputusan bersama dalam
keluarga adalah dirinya karena dia adalah kepala keluarga, tapi bila ada
masalah baik individu maupun keluarga klien mengatakan selalu
cerita dengan keluarga dan mencari solusi yang terbaik
k. Pola nilai kepercayaan
56
Klien mengatakan beragama Islam, selama sakit klien tetap
melaksanakan ibadah walaupun hanya berdiri, klien mempercayai
Allah SWT akan memberikan kesembuhan
57
4. Pemeriksaan Fisik
a. Penampilan / keadaan umum : cukup, tampak kelelahan
b. Tingkat kesadaran : composmentis
c. Tanda – tanda vital
TD : 150/100 mmHg
N : 80 x/mnt
S : 380C
RR : 21 x.mnt
d. Kepala : mechochepal, tiak ada luka
e. Rambut : Tipis agak botak, warna hitam, kotor
f. Mata : konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, terdapat sekret,
simetris terdapat pandangan kabur, tidak ada alat bantu penglihatan,
cekung
g. Hidung : semetris, bersih, tidak ada polip, tidak ada septum deviasi,
tidak menggunakan alat bantu pernafasam, tidak ada napas cuping
hidung
h. Telinga : simetris, tidak ada lka, kemampuan pandangan cukup, tidak
menggunakan alat bantu dengar, tampak kotor
i. Mulut : simetris, mukosa sedikit kering, terdapat bau halisitosis bibir
kering, warna kehitaman
j. Leher : simetris, tidak ada deviasi trakea, tidak ada benjolan leher,
tidak ada Distensi Vena Jugularis (DVJ)
58
k. Dada dan thoraks : simetris, tidak ada luka, tidak ada penggunaan otot
bantu pernafasan, pengembangan paru sama
l. Paru-paru
Inspeksi : simetris statis dinamis, tidak ada luka RR : 21 x/mnt
Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
Palpasi : strem fremitus kanan = kiri
Auskultasi: suara dasar vaskuler, tidak ada suara tambahan
m. Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba pada intercosta ke V 2 cm Line Mid
Clavicula Sinistra (LMCS)
Perkusi : konfigurasi jantung bergeser ke caudolateral
Auskultasi : suara jantung I – II murni
Gallop Ө, bising Ө
n. Abdomen
Inspeksi : datar, terdapat distensi abdomen
Auskultasi : terdapat bising usus + 13 x/menit
Perkusi : timpani
Palpasi : tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan, hepar dan klien
tidak teraba
o. Ekstremitas
1) Terdapat luka pada kaki sebelah kiri, ulkus, Diabetes Mellitus
Grade IV (ganggren jari kaki atau bagian distal kaki dengan /
59
tanpa selulitis), dengan diameter 5 cm kedalaman 3 cm, luka
kotor, terdapat pus, berbau, kulit sekitar luka berwarna kehitaman,
kering, CRT > 4 detik, tidak ada respon nyeri, bengkak.
2) Terpasang infus RL 20 tpm pada ekstremitas atas kiri
5. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal : 01 Mei 2008
1) Analizer Hema
Pemeriksaan hasil nilai normal
Hemoglobin 10.60 gr% 13.00-15.00
Hematokrit 31.2 % 35.0-47.0
Eritrosit 3.62 jt/mmk 3.90-5.60
Mean Corpuscular Hemoglobin
(MCH)
29.20 Pg 27.00-32.00
Mean Corpuscular Volume
(MCV)
86.40 fl 76.00-96.00
Mean corpuscular Hemoglobin
Concentration (MCHC)
33.80 g/dl 29.00-32.00
Lekosit 11.10rb/mm 4.00-11.00
Trombosit 418.0rb/mmk 150.0-400.0
Red Blood Cell Distribution
Width (RDW)
12.80 % 11.60-14.80
RPV 6.10 fl 4.00-11.00
60
2) Kimia klinik (tanggal 01 mei 2008 )
Pemeriksaan hasil Nilai normal
Glukosa sewaktu 295 mg/dl 80-110
Ureum 16 mg/dl 15-39
Creatinin 0,74 mg/dl 0.60-1.30
Natrium 137 mmol/L 136-175
Kalium 4.9 mmol/L 3.5-5.1
Calsium 2.30 mmol/L 2.12-2.52
Chlorida 107 mmol/L 98-107
Magnesium 0.73 mmol/L 0.74-0.99
Cholesterol 149 mg/dl 50-200
Trigliserida 92 mg/dl 30-150
High Density Lipoprotein
(HDL) cholesterol
28 mg/dl 35-60
Low Density Lipoprotein (LDL)
cholesterol
106 mg/dl 62-130
Protein total 7,1 gr/dl 6.4-8.2
Albumin 2,9 gr/dl 3.4-5.0
SGOT (AST) 17 u/l 15-37
SGPT (ALT) 28 u/l 30-65
Alkali fostatase 124.0 u/l 50.0-136.0
Gamma Glutamil Transferase
(GT)
67 u/l 5-85
61
3) Pemeriksaan urine
Tanggal 01 – 05 – 2008
Sekresi – ekskresi
Urine lengkap
Warna : kuning jernih
Bj : 1.020
PH : 6.00
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Protein Neg mg/dl Neg
Reduksi > 1000mg/dl Neg
Bilirubin 0.2 mg/dl Neg
Aseton Neg mg/dl Neg
Nitrit Neg mg/dl Neg
Sed epitel 0-2 LPK
Lekosit Neg LPB
Eritrosit 0-1 LPB
Ca. Oxalat Neg
Asam urat Neg
Triple fosfat Neg
Amorf Neg
Sel Hyalin Neg LPK
Sel granula kasar Neg LPK
Sel granula halus Neg LPK
62
Epitel Neg LPK
Leukosit Neg LPK
Bakteri +/positif
b. Pemeriksaan oftalmologis
Kesan : gambaran fundus saat ini didapatkan
OD : retinopati diabetika non proliferatif
ODS : KSI (katarak senillis immature) + makulopati
6. Therapi
Tanggal 01 – 05 – 2008
a. Infus RL 20 tpm
b. Ceftriaxon 1 x 2 gr (IV)
c. Metronidazol 3 x 500 mg
d. Humulin 8 – 8– 8
e. Diit DM 1700 kkal
f. Aspilet 2 x 80 mg
g. Paracetamol 500 mg k/p
63
B. Analisa Data
No Data Fokus Problem Etiologi
1 Data subyektif : klien mengatakan /
mengeluh terdapat luka pada kaki kiri yang
tidak sembuh-sembuh, kotor, berbau,
bengkak, panas dan terdapat belatung, terasa
panas kemerahan, kemranyas / kebas pada
tangan dan kaki tidak terasa nyeri saat diobati
di daerah luka
Data obyektif : terdapat luka pada kaki
sebelah kiri, ulkus, DM, Grade IV dengan
diameter 5 cm, kedalaman 3 cm, luka kotor,
terbalut dengan balutan yang sudah kotor,
terdapat pus, berbau, kulit sekitar luka
berwarna kehitaman, kering, CRT > 4 dtk,
bengkak tidak ada respon pada nyeri pada
area luka
Lekosit : 11.10 rb/mmk
Resiko tinggi
penyebaran
infeksi
Kadar glukosa
tinggi, sekunder
dengan adanya
ulkus
2 Data Subyektif :
Klien mengatakan sering haus dan terasa
panas dalam tapi nafsu untuk minum
menurun, minum + 1,5 ltr/hari
Klien mengatakan BAK dalam sehari sampai
20 x dengan jumlah @ + 200 cc
Data obyektif :
a. Klien tampak lemas
b. Mata cekung
c. Mukosa dan bibir agak kering,
sering merasa haus
d. Turgor kulit cukup
Resiko defisit
volume cairan
Diuretik osmotik
64
e. Kering
f. BAK dalam sehari + 20 x
g. BB 47 kg
h. Minum + 1,5 liter/hari
BC dalam 7 am
Intake output
Infus 700 cc urine 1400 cc
Makan 200 cc IWL 245
Minum 600 cc 1645 cc
1500 cc
BC : I – O
1500 – 1645 : -145
3 Data subyektif : klien mengatakan nafsu
makan menurun drastis, terasa mual jika
makan
Data obyektif :
a. Klien hanya
menghabiskan + 5-6 sendok makan / porsi
dengan menggunakan diit DM 1700 kkal
b. BB menurun dalam 2
bulan terakhir dari 53 kg menjadi 47 kg,
TB 167 cm
c. Albumin : 2,9 gr/dl
d. Protein total 7,1 gr/dl
e. Hb : 10.60 gr %
Nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
Intake yang
tidak adekuat
65
4 Data subyektif : Klien mengatakan terdapat
luka distraksi yang sudah lama tapi tidak
sembuh-sembuh makah semakin melebar dan
dalam
Data obyektif :
a. Terdapat luka pada kaki
kiri grade IV
b. Kulit sekitar luka tampak
kehitaman, kering, bengkak
c. Luka ulkus dengan
diameter 5 cm
d. Terdapat pus
e. GDS : 295 mg/dl
f. Trombosit : 418.0 rb/mmk
Gangguan
integritas
jaringan
Terputusnya
kontinuitas
jaringan
sekunder
terhadap
sirkulasi yang
tidak adekuat
5 Data subyektif :
a. Klien mengatakan /
mengeluh pusing dan sakit kepala
b. Pandangan kabur
c. Sering mengantuk
d. Sering merasa kesemutan
pada kaki dan tangan
Data obyaktif
a. Klien tampak kelelahan dan lemas
b. Terdapat luka pada kaki kiri
c. Penglihatan kabur (retinopati diabetik)
d. Hb : 10.60 gr %
e. Albumin : 2,9 gr/dl
TD : 150/100 mmHg
Resti injury Kelemahan
umum
6 Data Subyektif :
a. klien mengatakan sudah
10 tahun menderita kencing manis tetapi
Kurang
pengetahuan
Kurangnya
informasi
66
tidak mengetahui tentang penyakitnya
sehingga kurang dalam perawatan diri dan
luka
b. jarang memahami alas
kaki
c. tidak pernah kontrol ke
dokter
Data obyektif :
a. pasien mengungkapkan
masalah yang dihadapi tentang
penyakitnya
b. klien bertanya / meminta
informasi
67
C. P`athway Kasus
Keturunan, hipertensi
Defisiensi insulin
Glukagon meningkat
Hiperglikemia GD 140 mg/mmol
(pada Tn.K GDS 295 mg/mmol)
Hiperosmolaritas
Koma
Diuresis osmotik
Poliuri(pada Tn.K BAK bisa mencapai 20x)
Dehidrasi
Polidipsi Syok Resiko
defisit vol
cairan
Glukosa masuk ke dlm tubulus
ginjal
Glukosa dibuang bersama urine
Glukosuria
Angiopati
Mikrovaskuler
Gangguan
sirkulasi Suplai mkn ke
jar perifer
Makrovaskuler
Trombosit beroklusiPembulu darah besar
Aterosklerosis
Respon peradangan
melambat
Luka tidak
sembuhTerjadi ulkus DM
Infeksi
Resiko penyebaran
infeksi
Peredaran pembuluh darah
ke retina
Retinopati
Jaringan
mengalami
kerusakanGg integritas
jaringan 4
2
1
Neuropati
Sensorik
Hilang rasa
Resti injuri
Glukosa tidak dapat larut dan terserap ke
dalam sel
Sel mengalami starvasi
BB
Nutrisi kebutuhan
Produksi energi
metabolik me
5
Polifagi
Osmolaritas:= (2Na+k)++ = (2.137+4,9) + + = 283,8 + 16,389 + 2,67= 302,859
66
66
D. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan hiperglikemi;
perubahan pada sirkulasi
2. Resiko deficit volume cairan berhubungan dengan adanya diuresis
osmotik
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat
4. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan terputusnya kontinuitas
jaringan sekunder terhadap sirkulasi yang tidak adekuat
5. Resti injury berhubungan dengan kelemahan umum
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
penyakit
E. Intervensi Keperawatan dan Rasional
1. Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan hiperglikemi;
perubahan pada sirkulasi
a. Tujuan : Tidak terjadi infeksi
Tidak ada tanda-tanda terjadinya infeksi
b. Kriteria Hasil :
1) Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah / menurunkan resiko
infeksi
2) Mendemostrasikan tehnik, perubahan gaya hidup untuk mencegah
terjadinya infeksi
67
c. Intervensi
1) Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan seperti demam,
kemerahan, adanya pus pada luka, sputum purulent, urine warna
merah keruh atau berkabut
Rasional : pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya
lebih lebih mencetuskan keadaan ketoasidosis atau
dapat mengalami infeksi nosokomial
2) Tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang
baik pada semua orang yang berhubungan denga pasien termasuk
pasien sendiri
Rasional : mencegah timbulnya infeksi silang (infeksi nsokomial
3) Lakukan perawatan luka (ganti balut tiap hari) dengan menjaga
tehnik septik dan aseptik
Rasional : untuk mencegah terjadinya infeksi dan penyebaran
infeksi lebih lanjut
4) Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh,
masase daerah tulang yang tertekan, jaga kulit tetap kering, lumen
kering dan tetap kencang (tidak berkerut)
Rasional : sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan
pasien pada resiko terjadinya kerusakan pada kulit /
iritasi kulit dan infeksi
5) Bantu pasien untuk melakukan higiene oral
Rasional : menurunkan resiko terjadinya penyakit kulit / gusi
68
6) Kolaborasi
a) Pemeriksaan kultur dan sensitivitas sesuai dengan indikasi
Rasional : untuk mengidentifikasi organisme sehingga dapat
memilih / memberikan therapy antibiotik yang
terbaik
b) Berikan antibiotik
Rasional : penanganan awal dapat membantu mencegah
timbulnya sepsis
2. Resiko deficit volume cairan berhubungan dengan adanya diuresis osmotik
a. Tujuan : Tidak terjadi kekurangan cairan
b. Kriteria Hasil :
Mendemostrasikan hidrasi adekuat yang dibutuhkan oleh tanda vital
stabil, haluaran urine secara individu dan kadar elektrolit dalam batas
normal
c. Intervensi
1) Pantau tanda vital, catat adanya perubahan Tekanan Darah
ortostatik
Rasional : hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan
takikardia
2) Pantau suhu warna kulit atau kelembabnnya
Rasional : demam dengan kulit kemerahan, kering mungkin
sebagai cerminan dari dehidrasi
69
3) Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran
mukosa
Rasional : merupakan indicator dari tingkat dehidrasi, atau
volume sirkulasi yang adekuat
4) Pantau masukan dan pengeluaran, catat Bj urine
Rasional : memberikan perkiraan kebutuhan atau cairan
pengganti, fungsi ginjal dan keefektifan dan terapi
yang diberikan
5) Pertahankan untuk memberi cairan paling sedikit 2500 ml/hari
dalam batas yang dapat ditoleransi jantung jika pemasukan melalui
oral sudah dapat diberikan
Rasional : mempertahankan hidrasi / volume sirkulasi
6) Kolaborasi
a) Berikan therapy cairan sesuai dengan indikasi
Normal salin atau ½ NS atau tanpa dekstrose
Rasional : tipe dan jumlah cairan tergantung pada derajat
kekurangan cairan
b) Pantau pemeriksaan laboratorium, seperti
Hematokrit : mengkaji tingkat hidrasi dan sering kali
meningkat akibat hemokonsentrasi yang terjadi setelah diuresis
osmotik
70
BUN / kreatinin : peningkatan nilai dapat mencerminkan
kerusakan sel karena dehidrasi atau tanda akibat kegagalan
ginjal
Osmolalitas : meningkat dengan adanya hiperglikemia dan
dehidrasi
Natrium : menurun yang mencerminkan diuresis osmotik,
meningkat mencerminkan kehilangan cairan / dehidrasi berat
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat
a. Tujuan : Pemasukan nutrisi adekuat
b. Kriteria Hasil :
1) Mencerna jumlah kalori atau nutrisi yang tepat
2) Menunjukkan tingkat energi biasanya
3) Mendemostrasikan berat badan stabil atau penambahan kearah
rentang yang diinginkan dengan nilai laboratorium normal
c. Intervensi
1) Observasi tanda-tanda hipoglikemia, seperti : perubahan tingkat
kesadaran, kulit lembab / dingin, derajat nadi cepat, lapar, peka
rangsang, cemas, sakit kepala, pusing, sempoyongan
Rasional : karena metabolisme karbohidrat mulai terjadi (gula
darah berkurang, sementara tetap diberikan insulin
maka hipoglikemi dapat terjadi)
71
2) Timbang BB setiap hari atau sesuai dengan indikasi
Rasional : mengkaji pemasukan makanan yang adekuat
3) Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdoment / perut
kembung, mual, muntahan makanan yang belum sempat dicerna
Rasional : hiperglikemia dan gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit dapat menurunkan mobilitas / fungsi
lambung
4) Tentukan program diit dan pola makan pasien dan bandingkan
dengan makanan yang dapat dihabiskan pasien
Rasional : mengidentifikasi kekurangan dan penyimpanan dari
kebutuhan therapeutik
5) Indikasi makanan yang disukai / dikehendaki termasuk kebutuhan
etnik
Rasional : jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan
dalam perencanaan makan
6) Libatkan keluarga pada perencanaan makan sesuai indikasi
Rasional : meningkatkan rasa keterlibatan, memberikan informasi
pada keluarga untuk memahami kebutuhan nutrisi
pasien
7) Kolaborasi
a) Lakukan pemeriksaan gula darah dengan menggunakan “Finger
stick”
Rasional : analisa ditempat tidur terhadap GD lebih kuat
72
b) Pantau pemeriksaan laboratorium, seperti glukosa darah,
aseton, PH dan HCO3
Rasional : gula darah akan menurun perlahan dengan
penggantian cairan dan therapi insulin terkontrol
c) Berikan insulin secara teratur
Rasional : insulin reguler memiliki awitan cepat dan
karenanya dengan pula dapat membantu
memindahkan glukosa ke dalam sel
4. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan terputusnya kontinuitas
jaringan sekunder terhadap sirkulasi yang tidak adekuat
a. Tujuan : integritas jaringan kembali normal
b. Kriteria Hasil :
1) Mengidentifikasi faktor resiko individual
2) Mengungkapkan pemahaman tentang kebutuhan tindakan
3) Berpartisipasi pada tingkat kemampuan untuk mencegah kerusakan
jaringan lebih lanjut
c. Intervensi
1) Inspeksi seluruh area kulit, catat pengisian kapiler, adanya
kemerahan, pembengkakan
Rasional : kulit biasanya cenderung rusak karena perubahan
sirkulasi perifer, ketidakmampuan untuk merasakan
toleran, imobilisasi, gangguan pengaturan suhu
73
2) Catat adanya pembengkakan, kemerahan, adanya drainase pada
luka serta bersihkan luka setiap hari
Rasional : daerah ini cenderung terkena radang dan infeksi dan
merupakan rute bagi mikroorganisme patologis
3) Libatkan masase dan lubrikasi pada kulit dengan losion / minyak,
lindungi sendi dengan menggunakan bantalan busa
Rasional : meningkatkan sirkulasi dan melindungi permukaan
kulit mengurangi terjadinya ulserasi
4) Lakukan perubahan posisi sesering mungkin di tempat tidur
maupun sewaktu tidur
Rasional : meningkatkan sirkulasi dan melindungi kulit,
mengurangi terjadinya ulserasi
5) Bersihkan dan keringkan kulit khususnya daerah-daerah dengan
kelembaban tinggi seperti parineum
Rasional : meningkatkan sirkulasi pada kulit dan mengurangi
tekanan pada daerah tulang yang menonjol
6) Jagalah alat tenun tetap kering dan bebas dari lipatan – lipatan dan
kotoran
Rasional : mengurangi / mencegah terjadinya iritasi pada kulit
7) Anjurkan pasien untuk terus meningkatkan nutrisi sel atau
organisasi sel dan untuk meningkatkan kesehatan jaringan
74
Rasional : menstrimulasi sirkulasi, meningkatkan nutrisi sel atau
oksigenasi sel dan untuk meningkatkan kesehatan
jaringan
5. Resti injury berhubungan dengan kelemahan umum
a. Tujuan : tidak terjadi injury
b. Kriteria Hasil :
Mendemostrasikan tidak ada cedera dengan komplikasi minimal /
terkontrol
c. Intervensi
1) Pantau tanda vital dan catat adanya peningkatan suhu tubuh,
takikardia (140-200 x/mnt)
Rasional : untuk mengetahui keadaan umum pasien yang dapat
menentukan tindakan yang diberikan
2) Pertahankan penghalang tempat tidur terpasang / diberi bantalan
Rasional : untuk menentukan kemungkinan adanya trauma
3) Kolaborasi
a) Pantau kadar kalsium darah : pasien dengan kadar kalsium
kurang dari 7,5/100 ml secara umum membutuhkan terapi
pengganti
b) Berikan obat sesuai indikasi
c) Kalsium (glukosa, laktat) : untuk memperbaiki kekurangan
yang biasanya sementara
d) Sedatif : meningkatkan istirahat, menurunkan stimulasi dari
luar
75
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
penyakit
a. Tujuan : Pasien menyatakan pemahaman tentang penyakit
b. Kriteria Hasil :
1) Mengidentifikasi hubungan tanda / gejala dengan proses penyakit
dan menghubungkan gejala dengan faktor penyebab
2) Dengan benar melakukan prosedur yang perlu dan menjelaskan
rasional tindakan
3) Melakukan perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam
program pengobatan
c. Intervensi
1) Ciptakan lingkungan saling percaya dengan mendengarkan penuh
perhatian dan selalu ada untuk pasien
Rasional : menanggapi dan memperhatikan perlu diciptakan
sebelum pasien bersedia mengambil bagian dalam
proses belajar
2) Diskusikan topik-topik utama seperti apakah kaar glukosa normal
ibu dan bagaimana hal tersebut dibandingkan kekurangan insulin
dengan kadar gula darah yang tinggi
Rasional : memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat
membuat pertimbangan dalam memilih gaya hidup
76
3) Menganjurkan klien untuk rutin melakukan pemeriksaan gula
darah dan instruksikan pasien untuk pemeriksaan keton urinenya
jika glukosa darah lebih tinggi dari 250 mg/dl
Rasional : Melakukan pemeriksaan darah secara teratur dapat
meningkatkan kontrol gula darah dengan lebih ketat
(misal 60 – 150 mg/dl)
4) Diskusikan tentang rencana diet, penggunaan makanan tinggi serat
dan cara untuk melakukan makan di luar rumah
Rasional : keadaan tentang pentingnya kontrol obat akan
membantu pasien dalam merencanakan makan /
mentaati program
5) Diskusikan faktor-faktor yang memegang peranan dalam kontrol
DM seperti latihan stres, pembedahan dan penyakit tertentu
Rasional : informasi ini akan meningkatkan pengendalian
terhadap DM dan dapat menurunkan berulangnya
kejadian ketoasidosis
6) Buat jadwal latihan aktivitas yang teratur dan identifikasi
hubungan dengan penggunaan insulin yang perlu menjadi
perhatian
Rasional : waktu latihan tidak boleh bersamaan waktunya kerja
puncak insulin untuk mencegah percepatan ambilan
insulin
77
7) Identifikasi gejala hipoglikemia (misal lemah, pusing, letargi,
lapar, peka rangsang, diaforesis, pucat, takikardia, tremor, sakit
kepala, dan perubahan mental)
Rasional : dapat meningkatkan deteksi dan pengobatan lebih awal
dan mencegah / mengurangi kejadiannya
D. Implementasi Keperawatan
NoDx
Tgl & Jam Tindakan keperawatan Respon TTD
1 01-05-08
07.30
Mengobservasi keadaan
umum pasien
S : -
O : keadaan umum cukup,
composmentis terdapat luka
pada kaki kiri yang dibalut,
balutan tampak kotor dan
berbau serta terdapat
rembesan pada balutan
08.00 Mengobservasi tanda-
tanda infeksi dan
peradangan seperti
demam, kemerahan,
adanya pus pada luka
sputum purulent
S : klien mengatakan timbul
luka sudah + 1,5 bulan, luka
tidak sembuh malah
semakin melebar, dan panas
O : terdapat luka di kaki kiri
dengan diameter 5 cm dan
kedalaman 3 cm, terdapat
pus, kotor, jaringan sekitar
hitam, bengkak
08.15 Melakukan perawatan
luka
S : pasien mengatakan bersedia
untuk diganti balutnya
O : luka bersih, pus keluar,
balutan bersih
78
10.00 Memberikan injeksi IV
Ceftriaxon 2 gr
S : -
O : injeksi Ceftriaxon 2 gr
masuk secara IV
2 01-05-08
10.30
Mengkaji status nutrisi
pasien
S : klien mengatakan nafsu
makan menurun, BB
menurun dalam 2 bulan
terakhir, terasa mual
O : klien hanya makan + 5-6
sendok makan
10.50 Mengauskultasi bising
usus, mencatat adanya
nyeri di abdomen, mual,
muntah
S : klien mengatakan mual
O : bising usus + 13 x/mnt,
terdapat sedikit distensi
abdoment, tidak ada muntah
11.00
Monitor pemeriksaan
laboratorium (albumin,
protein, Hb)
S : -
O : albumin : 2,9 gr/dl
Protein : 7,1 gr/dl
Hb : 10.60 gr %
10.00
Memberikan insulin
(humolin) 8 unit
S : -
O : insulin humolin 8 unit
masuk secara SC
10.10 Memantau tanda vital S : -
O : TD : 150/100 mmHg
N : 80 x/mnt
S : 380C
RR : 21 x/mnt
13.45 Memantau kelembaban,
warna kulit, turgor
S : -
O : infus 700 cc urine 180cc
Makan 200 cc IWL 245
Minum 600 cc 1645
1500 cc
79
BC : -145
12.00 Mengganti cairan infus
RL 20 tpm
S : -
O : infus RL 20 tpm, terpasang
11.00
Memantau pemeriksaan
laborat (Ht, creatinin,
natrium)
S : -
O : Ht : 31,2 %
Creatinin : 0,74 mg/dl
Natrium : 137 mmol/L
4 08.30 Menginspeksi area luka,
pengisian kapiler,
adanya kemerahan dan
bengkak
S : -
O : kulit sekitar luka kehitaman,
kering, luka terdapat pus,
bengkak CRT > 4 dtk
09.00 Melakukan masase pada
kulit dan sendi
S : -
O : melakukan masase dengan
minyak pada kulit sekitar
luka
08.00 Merapikan alat tenun
agar bebas dari lipatan
dan kotoran
S : -
O : TT rapi, alat tenun cukup
bersih
09.00 Mengajarkan pada
pasien untuk menghemat
energi dengan tidak
banyak melakukan
aktivitas
S : pasien mengatakan sering
BAK, jadi harus bolak-balik
ke kamar mandi
O : pasien tampak kelelahan
13.00 Menciptakan lingkungan
saling percaya dengan
mendengarkan keluhan
pasien
S : -
O : klien kooperatiof saat
ditanya dan menceritakan
keluhan yang dirasakan
80
NoDx
Tgl & Jam Tindakan keperawatan Respon TTD
02-05-
2008
07.30
Mengobservasi keadaan
umum pasien
S : pasien mengeluh luka di
kakinya sudah basah / bau,
terasa kesemutan di seluruh
tubuh, lemas, saluran
kencing panas
O : pasien tampak lemah,
tiduran, composmentis,
balutan luka basah dan
terdapat rembesan
08.00 Mengobservasi tanda-
tanda peradangan pada
luka
S : -
O : luka kotor, basah, terdapat
pus, bengkak
08.15 Melakukan perawatan
luka
S : pasien mengatakan bersedia
untuk dilakukan perawatan
luka
O : luka bersih, pus keluar,
warna jaringan putih
kemerahan, balutan luka
bersih
10.00 Memberikan therapy
sesuai program (injeksi
ceftriaxon 2 gr IV,
metodrip 500 mg)
S : -
O : injeksi ceftriaxon 2 gr
masuk
Metronidazol/drip 500 mg
masuk
08.45 Mengambil specimen
darah vena untuk
pemeriksaan darah
lengkap
S : pasien mengatakan bersedia
O : specimen darah vena
terambil + 5 ml
81
10.00 Mengauskultasi bising
usus, mengkaji adanya
distensi abdoment,
mual, muntah
S : pasien mengatakan mual
berkurang tidak muntah
O : bising usus normal + 11
x/mnt, tidak muntah, tidak
ada distensi
10.15 Membantu pemeriksaan
GDS
S : pasien mengatakan bersedia
untuk dilakukan
pemeriksaan GDS
O : GDS : 391
10.30 Memberikan insulin
(humolin) 8 unit
S : pasien mengatakan bersedia
O : injeksi insulin 8 unit masuk
secara SC
11.15 Membantu pasien
makan
S :
O : pasien hanya menghabiskan
½ porsi makanan
10.00 Memonitor tanda-tanda
vital
S : -
O : TD : 140/100 mmHg
N : 98 x/mnt
S : 370C
RR : 19 x/mnt
11.20 Memberikan minum
pada pasien air putih
S : pasien mengatakan haus
O : pasien minum air putih +
1500 cc
13.45 Memantau pemasukan
dan pengeluaran
S : -
O : infus 70 cc urine 180 cc
Makan 200 cc IWL 245
Minum 600 cc 1745
1605 cc
BC : I – O
BC : 1605 – 1745 -140
82
11.00 Merapikan alat tenun
agar bebas dari lipatan
kotoran
S : -
O : alat tenun / seprai rapi, tanpa
lipatan dan bersih
11.30 Menganjurkan pada
pasien untuk melakukan
program latihan
S : pasien mengatakan akan
mencoba untuk melakukan
gerakan / alih baring
O : pasien kooperatif
11.50 Menganjurkan pada
pasien untuk istirahat
setelah melakukan
aktivitas
S : klien mengatakan bersedia
untuk istirahat karena lelah
O : pasien kooperatif
13.00 Membantu klien untuk
ke kamar mandi
S : -
O : pasien BAK dengan bantuan
13.20 Menjelaskan / memberi
sedikit pengertian
tentang DM dan
gejalanya
S : pasien mengatakan bahwa
lukanya tidak sembuh-
sembuh karena di rendam
dalam air es
O : menjelaskan bahwa luka
tidak sembuh-sembuh
karena gula darah tinggi dan
tidak bisa masuk ke dalam
sel akibatnya perfusi
jaringan tidak lancar
83
NoDx
Tgl & Jam Tindakan keperawatan Respon TTD
03-05-
2008
07.30
Mengobservasi keadaan
umum pasien
S : pasien masih mengeluh
bahwa lukanya masih basah,
belum mengering, bau, klien
juga mengatakan terasa
lemas, kesemutan pada
tangan dan kaki
O : pasien tampak lemah, luka
masih basah, pus masih
keluar, bengkak,kulit sekitar
juga masih kehitaman,
kering.
08.00 Mengobservasi tanda-
tanda peradangan pada
luka
S : klien mengatakan kakinya
yang sakit terasa panas
O : luka kotor, melebar,basah,
terdapat pus, bengkak
08.15 Melakukan perawatan
luka
S : pasien mengatakan bersedia
untuk dilakukan perawatan
luka
O : luka bersih, pus keluar,
warna jaringan putih
kemerahan, jaringan yang
mati sudah dilakukan
Nekrotomi, balutan luka
bersih
10.00 Melakukan perawatan
kulit dan masase daerah
yang tertekan
S : klien mengatakan bersedia,
karena kulitnya terasa kering
O : klien tampak lebih nyaman,
tidak ada tanda-tanda luka
84
pada daerah yang tertekan
08.45 Mengambil specimen
dari pus ulkus DM
S : pasien mengatakan bersedia
untuk dilakukan
pemeriksaan laboratorium
O : pus keluar saat dipencet
dengan warna putih
kemerahan, berbau
10.00 Mengauskultasi bising
usus, mengkaji adanya
distensi abdoment,
mual, muntah
S : pasien mengatakan mual
berkurang tidak muntah
O : bising usus normal + 11
x/mnt, tidak muntah, tidak
ada distensi
10.15 Membantu pemeriksaan
GDS
S : pasien mengatakan bersedia
untuk dilakukan
pemeriksaan GDS
O : GDS : 345 gr/dL
10.30
11.00
13.00
Memberikan insulin
(humolin) 8 unit
Memonitor tanda-tanda
Vital
Memantau pemasukan
dan pengeluaran
S : pasien mengatakan bersedia
O : injeksi insulin 8 unit masuk
secara SC
S : -
O : TD: 130/100 mmhg
N : 92 x/mnt
S : 37,8C
RR: 20 x/mnt
S : -
O : intake
infuse: 800 cc
85
13.15
13.20
13.30
Menimbang berat badan
pasien
Menganjurkan pada
keluarga untuk
menemani dan
mengawasi klien saat
kekamar mandi atau
selama beraktivitas
untuk mencegah
terjadinya cedera
Memberikan
penyuluhan tentang
masalah kesehatan yang
dialami oleh klien
tentang masalah
kesehatan yang dialami,
tentang pengertian dari
DM, penyebab, tanda
dan gejala
makan: 200 cc
minum: 700 cc
1700 cc
Output
Urine 1700 cc
IWL 245 cc
1945 cc
BC = I – O
= 1700 – 1945 = - 245
S : klien mengatakan bersedia
untuk di timbang
O : berat badan meningkat
menjadi 48 kg
S : keluarga mengatakan akan
berusaha membantu dan
menjaga klien
O : keluarga cukup kooperatif
S : klien mengatakan sudah
paham mengenai penyakit
yang dialami
O : klien mampu menjawab
pertanyaan yang diajukan
86
E. Evaluasi Keperawatan
No NoDx
Tgl & jam Catatan perkembangan TTD
1 01-05-08
14.00
S : klien mengatakan sudah merasa cukup
nyaman karena lukanya sudah dibersihkan
dan dibalut dengan balutan yang bersih.
O : keadaan umum cukup, composmentis,
luka sudah terbalut dengan balutan yang
bersih, pus keluar, bengkak, kulit sekitar
kehitaman
A : masalah teratasi sebagian
P : pertahankan intervensi
- Observasi selalu keadaan umum pasien
- Kaji karakteristik luka terhadap infeksi
- Rawat luka setiap hari
2 01-05-08 S : klien mengatakan masih sering terasa
haus,tapi dalam sehari ini klien minum hanya
4 gelas saja karena klien takut bila nanti
kencing terus, BAK masih sering 10x
dalam sehari ini.
O : mukosa bibir agak kering, kulit kering,
tampak kehausan, lemas, infus RL 20 tpm,
therapy masih diberikan (injeksi ceftriaxon 2
gr, humulin 8 U, aspilet 80 gr, metronidazol
500 mg/drip, paracetamol 500 mg k/p)
TD: 150/100 mmhg
N: 89x/mnt
RR:19x/mnt
S : 37C
A : masalah teratasi sebagian
87
P : pertahankan intervensi
- pantau tanda-tanda vital
- berikan cairan 2500 ml/ hr
- pantau tanda-tanda adanya dehidrasi
3 01-05-08
14.00
S : klien mengatakan makan masih sedikit, terasa
mual
O : klien makan hanya habis 5-6 sendok makan
dengan menggunakan diit DM 1700 kkal
A : masalah belum teratasi
P : pertahankan intervensi
- timbang berat badan setiap hari atau sesuai
indikasi
- tentukan program diit dan pola makan
pasien dan bandingkan dengan makanan
yang dapat dihabiskan klien
4 01-05-08
14.00
S : klien mengatakan luka dikakinya belum juga
sembuh-sembuh,
O : diameter luka 5 cm dengan kedalaman 2 cm,
ulkus DM grade IV, luka menembus sampe
tendon, kulit sekitar luka kehitaman, bengkak,
dan kering, tidak ada kemerahan pada daerah
yang tertekan ( punggung, dan daerah lipatan
kulit)
A : masalah belum teratasi
P : pertahankan intervensi
- inspeksi seluruh area kulit, catat pengisian
kapiler, adanya kemerahan, adanya drinase
luka,
- bersihkan luka setiap hari, lakukan masase
88
pada kulit dengan lotion/minyak
- lakukan perubahan posisi sesering mungkin
5 01-05-08
14.00
S : klien mengeluh pandangan masih kabur, tapi
klien mengatakan masih bisa berjalan tanpa
bantuan dan tidak jatuh
O : tidak terjadi cedera, klien bisa berjalan sendiri
tanpa bantuan,terjadi retinopati diabetik, suhu
tubuh menurun menjadi 37C,
A : masalah teratasi sebagian
P : pertahankan intervensi
- pantau selalu tanda-tanda vital serta adanya
peningkatan suhu tubuh.
- Pertahankan penghalang tempat tidur
6 01-05-08
14.00
S : klien mengatakan masih belum mengetahui
tentang penyakit yang dialami
O : klien masih belum bisa menjawab pertanyaan
yang diajukan
A : masalah belum teratasi
P : pertahankan intervensi
- Ulangi dan berikan pendidikan kesehatan
mangenai DM
89
Evaluasi keperawatan
No NoDx
Tgl & jam Catatan perkembangan TTD
1 1 02-05-08
14.00
S : klien mengatakan sudah merasa cukup
nyaman karena lukanya sudah
dibersihkan, balutan luka juga bersih.
O : keadaan umum pasien cukup, kesadaran
composmentis, luka semakin melebar + 7
cm, terdapat pus, bengkak, warna
kehitaman, terdapat lubang sedalam + 3
cm keluar pus, jari kelingking sudah
rusak, berbau.
A : masalah belum teratasi
P : pertahankan intervensi
- Observasi selalu keadaan umum pasien
- Rawat luka setiap hari dan observasi
selalu Karakteristik luka terhadap infeksi
2 02-05-08
14.00
S : klien mengatakan minum cukup banyak
habis 700 cc, BAK 8x sehari ini.
O : mukosa bibir agak kering, kulit agak
kering, turgor cukup, minum cukup,
tanda- tanda vital ( TD: 140/100 mmhg,
N: 87x/mnt, RR: 20x/mnt, S:37,5C
A : masalah teratasi sebagian
P : pertahankan intervensi
- Pantau tanda- tanda vital
- Pertahankan hidrasi yang adekuat
3 02-05-08
14.00
S : klien mengatakan makan habis ½ porsi,
tidak ada muntah
O : terjadi sedikit peningkatan nafsu
makan,tidak ada muntah
A : masalah teratasi sebagian
90
P : pertahankan intervensi
- Pantau selalu pola makan pasien dan
bandingkan dengan makanan yang dapat
dihabiskan oleh klien
4 02-05-08
14.00
S : klien mengatakan luka dikakinya belum
juga sembuh-sembuh tapi malah semakin
melebar.
O : kondisi luka belum ada perubahan, luka
masih dalam dan melebar, daerah sekitar
luka masih kehitaman
A : masalah belum teratasi
P : Pertahankan intervensi
- Lakukan perawatan luka dan masase
kulit setiap hari
- Anjurkan untuk selalu melakukan alih
baring.
5 02-05-08
14.00
S : klien mengatakan pandangan masih kabur
dan tidak ada luka jatuh
O : tidak terjadi cedera, suhu tubuh 37,5C,
tidak ada luka decubitus
A : masalah teratasi sebagian
P : pertahankan intervensi
- Monitor selalu tanda-tanda vital
- Anjurkan keluarga untuk menemani
klien dan membantu kebutuhan klien
91
Evaluasi Keperawatan
No No
Dx
Tgl & jam Catatan perkembangan TTD
1 03-05-08
14.00
S : klien mengatakan sudah merasa cukup
nyaman karena lukanya sudah dibersihkan
dan dibalut dengan balutan yang bersih, tapi
klien mengeluh luka pada kakinya belum juga
semuh-sembuh, kaki masih bengkak, berbau,
terasa panas.
O : keadaan umum cukup, composmentis, klien
tampak lebih nyaman karena balutan luka
sudah diganti dengan yang bersih, tanda-
tanda vital TD: 140/90 mmhg, N: 88x/ mnt,
RR: 20 x/mnt, S: 37,5 C, luka masih basah,
keluar pus, luka melebar 7 cm, kedalaman
2 cm, bengkak, jaringan sekitar luka tampak
kehitaman, kering, CRT 4 dtk.
A : masalah belum teratasi
P : pertahankan intervensi yang dilakukan dengan
mendelegasikan kepada perawat di ruang
penyakit dalam C3 lt 1
- Lakukan selalu perawatan luka dengan thnik
septik
- Tingkatkan upaya pencegahan dengan
melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah
memegang pasien
- Berikan antibiotik yang sesuai
2 03-05-08 S : Klien mengatakan sudah mau minum cukup
banyak meskipun kadang klien merasa takut
bila nanti akan kencing terus, minum 6
92
gelas, BAK 9 x dengan jumlah cukup @
150 cc.
O : klien sudah mau minum cukup banyak 6
gelas/ hari, mukosa dan bibir cukup lembab,
kulit agak kering, turgor cukup, BAK 9x @
150 cc.
A : masalah teratasi sebagian
P : pertahankan intervensi yang sudah dilakukan
dengan mendelegasikan kepada perawat
diruang penyakit dalam C3 lantai 1
- Monitor tanda-tanda vital dan observasi
adanya tanda-tanda dehidrasi
- Pertahankan hidrasi adekuat
3 03-05-08 S : klien mengatakan makan sudah cukup
banyak, makan habis 1 porsi menggunakan
diit DM 1700 kkal, tidak muntah dan tidak
mual
O : makan mengalami peningkatan, berat badan
meningkat 1 kg menjadi 48 kg, tidak ada
muntah, tidak ada distensi abdoment, bising
usus 11 x/mnt, GDS 345 gr/dL.
A : masalah teratasi sebagian
P : Pertahankan intervensi yang sudah dilakukan
dengan mendelegasikan kepada perawat di
ruang C3 lt 1
- Pantau selalu pola makan pasien dan
bandingkan dengan makanan yang dapat
dihabiskan oleh klien
- Monitor GDS
- Berikan therapy insulin sesuai advis
93
4 03-05-08
14.00
S : klien mengeluh luka dikakinya belum juga
sembuh tapi terasa makin melebar
O : luka melebar 7 cm, luka DM grade IV,
jaringan sekitar kulit tampak masih
kehitaman, bengkak, CRT 4 dtk
A : masalah belum teratasi
P : Pertahankan intervensi dengan
mendelegasikan kepada perawat diruang C3 lt
1
5 03-05-08
14.00
S : klien mengatakan penglihatannya masih
kabur, klien juga mengatakan tidak terjadi
luka akibat jatuh karena keluarga ada yang
mendampingi
O : tidak terjadi cedera, tanda- tanda vital( TD :
140/90 mmhg, N : 88x/mnt, RR: 20x/mnt, S :
37,5C.
A : masalah teratasi sebagian
P : pertahankan intervensi dengan
mendelegasikan kepada perawat di ruang C3
Lt 1
- Pantau selalu tanda-tanda vital dan kenaikan
suhu tubuh klien
- Lakukan selalu pengawasan terhadap resiko
terjadinya injury
6 03-05-08 S : klien mengatakan sudah sedikit paham
mengenai penyakitnya
O : klien mengatakan pemahaman tentang
penyakit DM dan penatalaksanaannya.
A : masalah teratasi sebagian
P : pertahankan intervensi dengan
94
mendelegasikan kepada perawat di ruang C3
Lt 1
- berikan selalu pengetahuan mengenai
pengetahuan seputar penyakit DM
95
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam pembahasan kasus ini penulis akan membandingkan antara
permasalahan yang ada dalam tinjauan teori dengan kenyataan yang dihadapi pada
saat pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn.K di Ruang C3 Lt 1 Rumah Sakit
Dokter Karyadi Semarang (RSDK), dalam asuhan keperawatan tersebut
ditemukan adanya masalah yang harus diselesaikan,.
Adapun pembahasan yang dimaksud adalah sebagai berikut:
A. Diagnosa keperawatan pertama : Resiko penyebaran infeksi (Sepsis)
berhubungan dengan penurunan system imun tubuh sekunder terhadap
adanya ulkus DM grade IV yang ditandai dengan
Data subyektif : klien mengatakan atau mengeluh terdapat luka pada
kaki kiri yang tidak sembuh-sembuh, kotor, berbau, bengkak, panas, dan
terdapat belatung, terasa panas kemeranyas, kemerahan, kebas pada tangan
dan kaki, tidak terasa nyeri saat diobati di daerah luka.
Data obyektif : terdapat luka pada kaki sebelah kiri, ulkus DM Grade
IV dengan diameter 5 cm, kedalaman 3 cm, luka kotor, terdapat pus, berbau,
kulit sekitar luka berwarna kehitaman, kering, CRT ≥ 4 dtk, bengkak, tidak
ada respon nyeri pada area luka, leukosit : 11.10 rb/mmk.
Infeksi adalah: dimana suatu individu terkena agen oportunitis antara
lain patogenis (Virus, jamur, bakteri, protozoa atau parasit lain) dari berbagai
sumber baik dalam maupun dari luar tubuh. (Carpenito, 2006)
96
Tanda dan gejala infeksi adalah adanya keluhan nyeri, edema, dan
panas didaerah luka, eksudat yang bercampur darah, pus keruh, jernih
ataupun purulent, suhu tubuh meningkat atau terjadi demam , suhu lebih dari
36˚C , peningkatan frekuensi jantung lebih dari 90x/ menit, frekuensi
pernafasan lebih dari 20x/ menit, leukosit lebih dari 12.000/mm³. (Dongoes,
2001).
Penulis menempatkan resiko penyebaran infeksi sebagai diagnosa
utama karena pada kasus Diabetes Mellitus adanya hiperglikemia dan
asidemia menimbulkan gangguan pada imunitas humoral dan fungsi leukosit
dan limfosit Polimorfonuklear. Kandungan gula dalam darah (glukosa) yang
tinggi akibat sedikitnya produksi hormon insulin merupakan kondisi yang
menguntungkan bagi perkembangbiakan bakteri dan kuman. Kondisi ini
diperparah dengan seringnya penderita diabetes mengalami komplikasi
Neuropati atau mati rasa hingga tidak bisa merasakan apa-apa, termasuk bila
ada luka dibagian tubuhnya, akibatnya pasien atau penderita jadi kurang
waspada. Selain itu sering terjadi arteriosclerosis atau kekakuan dinding
pembuluh darah yang membuat aliran darah mengalami perlambatan yang
dapat menguntungkan bagi bakteri atau kuman, akibatnya jika terjadi infeksi
sedikit saja biasanya akan sulit diobati, infeksi pada penderita diabetes harus
cepat mendapatkan penanganan karena dapat menjadi penyebab morbiditas
dan mortalitas yang cukup tinggi pada pasien diabetes, infeksi dapat memacu
kerusakan metaboloisme dan kemudian gangguan metabolisme yang dapat
97
meningkatkan kemungkinan terjadinya penyebaran infeksi ke seluruh tubuh
yang disebut juga dengan sepsis. (www. Medicastore.com).
Sepsis merupakan suatu keadaan dimana terdapat adanya
Mikroorganisme pathogen atau toksin di dalam darah atau jaringan lain.
(Dorland; 1998: 979).
Sepsis merupakan kumpulan sindrom respon inflamasi sistemik
(SRIS, gejala klinis yang timbul karena respon peradangan diseluruh tubuh),
yang disebabkan karena infeksi atau masuknya kuman kedalam tubuh yang
apabila tidak segera ditangani dengan adekuat akan menyebabkan infeksi
diseluruh tubuh (infeksi metastatik), infeksi bisa terjadi didalam selaput otak
(Meningitis), didalam kantong jantung (Perikarditis), didalam jantung
(Endokarditis), didalam tulang (Osteomielitis) dan di dalam sendi-sendi yang
besar serta dapat berkembang menjadi keadaan yang lebih kritis, yaitu Syok
septic dan akan mengakibatkan kematian. (www. Kencingmanis.com).
Syok Septik adalah suatu sindroma sepsis ditambah dengan adanya
penurunan tekanan darah sistolik < 90 mmHg atau penurunan tekanan darah
sistoliknya ≥ 40 mmHg dari tekanan darah sebelumnya yang disebabkan oleh
tidak cukupnya perfusi jaringan dan adanya hipoksia jaringan yang
disebabkan oleh sepsis, keadaan diatas kadangkala disebut juga Sindroma
Respon Inflamasi Sistemik (systemic Inflamatorry Response Syndrome =
SIRS) yaitu suatu respon inflamasi sistemik yang bervariasi, bentuk kliniknya
ditunjukkan dua atau lebih keadaan yaitu : Temperatur ≥ 38˚ C, denyut
98
jantung ≥ 90 x/ mnt, respirasi ≥ 20 x/mnt, jumlah leukosit ≥ 12.000 /mm3
atau ≤ 4.000/mm3..
Septik sampai syok septik secara umum telah diketahui penyababnya
adalah bakteri gram positif (Escherichia Coli, Klebsiela Pneumonia,
Enterobacter), kokus gram positif (Stafilokokus, Enterokokus dan
Streptokokus), juga bakteri anaerob yang sering menyebabkan sepsis yaitu :
Bakteroides fragilis, B. bivius, Peptostreptokokus dan Bacteroides lainnya.
Bakteremia yang bersifat semntara jarang menyebabkan gejala karena tubuh
biasanya dapat membasmi sejumlah kecil bakteri dengan segera. Jika telah
terjadi sepsis, maka akan timbul gejala- gejala yaitu: demam atau bahkan
hipotermia, hiperventilasi, menggigil, kulit teraba hangat, ruam kulit,
takikardi ( peningkatan denyut jantung), mengigau atau ling lung, penurunan
produksi air kemih. ( www.medicastore.com ).
Mekanisme sepsis berkaitan dengan interaksi antara host dan agent,
penyakit serta berbagai factor pertahanan tubuh dan juga sifat toksik dan
invasif bakteri. Hal-hal yang menentukan dari pihak host adalah jenis dan
drajat penyakit sebelumnya, sumber bakteremia, umur penderita (meningkat
pada umur ≥ 40 tahun), penderita dengan latar belakang penyakit seperti
keganasan, diabetes Mellitus, gagal ginjal, sirosis hati.
Sifat bakteri yang menunjang invasi kedalam host adalah perlekatan
ke permukaan mukosa, resistensi terhadap lisis, resistensi terhadap
fagositosis, dihasilkannya toksin protein dan enzim. Sepsis atau sindroma
sepsis maupun syok septik dapat terjadi karena nidus infeksi seperti abses,
99
selulitis, luka pasca bedah yang terinfeksi dan focus lainnya yang dapat
menyebabkan bakteri masuk ke dalam sirkulasi, bakteri penyebab ini akan
mengeluarkan toksin yang akan mempengaruhi komponen seluler tiap organ
dan akhirnya menimbulkan aktivitas biologik tertentu.
(www.kencingmanis.com).
Endotoksin merupakan komponen lipopolisakarida (LPS), kadar LPS
yang tinggi berhubungan dengan peningkatan mortalitas pada penderita syok.
LPS tidak bersifat toksik tetapi LPS merangsang dikeluarkannya mediator-
mediator radang yang bertanggung jawab pada manifestasi sepsis. Mediator
endogen yang disekresi oleh sel fagosit ( makrofag, monosit, sel plasma dan
neutrofil ) adalah Tumor Necrosis Factor (TNF) dan Interleukin 1 yang akan
mengakibatkan cascade koagulasi dan aktifnya system komplemen. TNF ini
merupakan salah satu mediator primer yang berperan dalam proses sepsis,
yang mengakibatkan gejala hipotensi, neutropenia, demam serta
meningkatnya permeabilitas kapiler. TNF ini merangsang terjadinya demam
melalui kemampuannya merangsang sintesis prostaglandin hipotalamus.
Peningkatan suhu tubuh ini akan mengurangi replikasi bakteri dan juga
meningkatkan aktivasi sel T- helper dan sintesis antibody oleh sel B, dengan
demikian demam sebagai reaksi sistemik fase akut akan menguntungkan
hospes. Akibat dari tingginya LPS dan mediator dalam sirkulasi akan
mengaktifkan secara sistemik endotel vaskuler. Vasodilatasi umum dan
peningkatan permeabilitas pembuluh darah menyebabkan turunnya volume
darah efektif sehingga terjadi syok hipovolemik.( www.medicastore.com).
100
Dari hasil pengkajian didapatkan bahwa pasien mengeluh terasa
panas kemeranyas pada daerah luka, mengeluh terdapat luka pada kaki kiri
yang lama tidak sembuh-sembuh, kotor, berbau, bengkak, dan terasa panas
serta timbul belatung.
Ulkus Diabetes mellitus Grade IV (gangren jari kaki atau bagian
distal kaki dengan atau tanpa selulitis) dengan diameter luka 5 cm,
kedalaman 3 cm, luka kotor, balutan tampak kotor, kulit sekitar luka
berwarna kehitaman, kulit kering, CRT (Capillary Refill Time) lebih dari 4
detik, bengkak dengan leukosit 11.10 rb/mmk.
Dari hasil Vital Sign didapatkan hasil TD: 150/100 mmhg, N:
80x/mnt , S: 38˚C, RR: 21x/mnt.
Dari hasil vital sign yang dilakukan pada Tn.K terdapat kesesuaian
dengan teori hal ini karena respon tubuh terhadap infeksi menurun atau
terjadi penurunan resistensi tubuh terhadap infeksi. Munculnya diagnosa
laporan infeksi sebagai akibat penurunan hospes yang menurun atau
meningkatnya kelemahan terhadap lingkungan yang phatogen.
Selama mengalami stress fisiologi kadar glukosa darah cenderung
baik sebagai akibat dari peningkatan hormon stress epinefrin, norepinefrin,
glukagon. Kortisol dan hormon pertumbuhan jika keadaan Hiperglikemia
tersebut tidakdikendalikan secara memadai pada saat pembedahan , Diuresis
Osmotic yang diakibatkannya dapat menimbulkan kehilangan cairan dan
elektrolit secara berlebihan sehingga pasien beresiko untuk mengalami
ketoasidosis dalam periode stress. ( Smeltzer, 2001).
101
Karena hal tersebut, maka penulis menempatkan Resiko Penyebaran
Infeksi sebagai Diagnosa utama.
Untuk meminimalkan masuknya mikroorganisme dan peningkatan
Resistensi terhadap infeksi maka penulis menetapkan rencana tindakan
keperawatan dengan tujuan agar tidak terjadi infeksi dan tidak ada tanda-
tanda infeksi dengan Kriteria Hasil yaitu mengidentifikasi intervensi untuk
mencegah atau menurunkan Resiko Infeksi serta mendemonstrasikan tehnik
perubahan gaya hidup untuk mencegah terjadinya infeksi.
Intervensi yang ditetapkan yaitu dengan mengobservasi tanda-tanda
infeksi dan peradangan seperti demam, kemerahan, adanya pus pada luka,
sputum purulent, urine warna keruh atau berkabut, tingkatkan upaya
pencegahan dengan melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah merawat
luka atau mencegah timbulnya infeksi silang pada semua orang yang
berhubungan dengan pasien termasuk pasien sendiri, lakukan tehnik
perawatan luka dengan menjaga tehnik septik dan aseptik untuk mencegah
terjadinya infeksi dan penyebaran infeksi lebih lanjut, berikan perawatan
kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh, masase daerah daerah tulang yang
tertekan, jaga kulit tetap kering, linen kering dan tetap kencang (tidak
berkerut) untuk meminimalkan terjadinya iritasi pada kulit, motivasi pasien
untuk makan dan minum secara adekuat untuk menurunkan terjadinya infeksi
dan mempercepat proses penyembuhan, monitor kadar Gula Darah Sewaktu
(GDS) dan kolaborasi dengan dokter dalam pemeriksaan kultur dan
sensitivitas untuk mengidentifikasi organisme sehingga dapat memberikan
102
therapy antibiotik yang terbaik, berikan antibiotik yang sesuai untuk
menurunkan jumlah mikroorganisme. (Dongoes, 2001).
Implementasi sudah dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah
dibuat, perkembangan pasien tetap dipantau dari pemberian injeksi antibiotik
ceftriaxon serta metronidazol per drip, injeksi humulin, perawatan luka dan
tetap memonitor Vital signt, perawatan kulit dan masase daerah luka juga
sudah dilakukan, monitor GDS. Tetapi untuk intervensi dalam memotivasi
pasien untuk makan secara adekuat masih belum terlaksana ini mungkin
dikarenakan pasien merasa selalu berfikir tentang keadaan dirinya yang tidak
sembuh-sembuh ditambah rasa lemah dan cepat capek kerap dirasakan yang
disebabkan karena glukosa darah tidak dapat masuk kedalam sel , sehingga
sel kurang bahan bakar untuk menghasilkan tenaga yang akhirnya diambil
dari cadangan lemak dan otot, serta intervensi dalam menjaga linen tetap
bersih dan kering masih belum bisa dilaksanakan dengan optimal ini
dikarenakan jadwal penggantian linen untuk tempat tidur klien hanya
dilaksanakan seminggu 2x dengan alasan menghemat linen serta klien adalah
pasien kelas 3, ditambah klien kurang begitu memperhatikan kebersihan
setiap kali kekamar mandi tidak membawa alas kaki dan luka dibungkus
dengan plastik.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari klien
menyatakan luka masih panas kemeranyas, suhu tubuh 37,5˚C, tapi klien
mengatakan merasa nyaman karena balutan lukanya diganti dan bersih.untuk
data obyektif didapatkan bahwa luka semakin melebar, jari klingking sudah
103
rusak, masih terdapat pus, berbau dan luka masih basah, tidak ada belatung
yang keluar saat luka dibersihkan,masih terdapat bengkak serta kulit sekitar
masih kering. Dari hasil implementasi yang sudah dilaksanakan diatas bisa
dikatakan belum berhasil, tetapi planning yang direncanakan masih tetap
dipertahankan karena mengingat bahwa luka Diabetes adalah luka yang
dalam penyembuhannya membutuhkan waktu yang cukup lama dan penulis
mendelegasikan kepada perawat ruangan di ruang penyakit dalam C3 Lt 1
untuk terus memberikan asuhan keperawatan dan melakukan planning yang
telah di rencanakan.
B. Diagnosa keperawatan ke dua : Resiko Deficit Volume Cairan berhubungan
dengan Diuresis Osmotik yang di tandai dengan
Data subyektif: klien mengatakan sering merasa haus dan terasa
panas dalam tubuhnya tetapi nafsu untuk minum menurun dan dibatasi oleh
klien sendiri karena klien takut kencingnya semakin banyak dan sering, klien
minum dalam sehari ± 1,5 ltr, klien juga mengatakan BAK dalam sehari
sampai 20x dengan jumlah yang cukup banyak @ ±200 cc dengan warna
urine kuning jernih, berat badan menurun dalam 2 bulan terakhir dari 53 kg
menjadi 47 kg (6 kg).
Data obyektif: klien tampak lemas, mata cekung, mukosa dan bibir
agak kering, klien sering merasa kehausan, turgor kulit cukup,kulit agak
kering, BAK dalam sehari mencapai 20x, penghitungan Balance cairan per 7
jam (- 145 cc).
104
Kekurangan volume cairan merupakan suatu keadaan ketika seorang
individu yang tidak menjalani puasa mengalami atau beresiko mengalami
dehidrasi vaskuler, interstitial, atau intravaskular. (Carpenito, 2006).
Batasan karakteristik mayor (yang harus terdapat satu atau lebih)
yaitu: ketidakcukupan asupan cairan oral, keseimbangan negatif antara
asupan dan haluaran, penurunan berat badan, kulit atau membran mukosa
kering, sedangkan batasan minor yang mungkin terdapat yaitu peningkatan
natrium serum, penurunan haluaran urine berlebihan, urine memekat atau
sering berkemih, penurunan turgor kulit, haus, mual,dan anoreksia.
Dari hasil pengkajian pasien mengatakan sering merasa haus,
membran mukosa cukup kering, turgor cukup, berat badan menurun ± 6 kg
dalam 2 bulan terakhir.
Penulis merumuskan diagnosa ini karena Tn.K dengan Diabetes
Mellitus yaitu mengalami peningkatan glukosa darah, jika konsentrasi
glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali
semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul
dalam urine (glukosuria), ketika glukosa yang berlebihan di ekresi kedalam
urine, ekresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang
berlebihan, keadaan ini dinamakan Diuresis Osmotik, sebagai akibat dari
kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan, pasien akan mengalami
peningkatan dalam berkemih (Poliuria) dan akhirnya timbul rasa haus
(Polidipsi) sehingga terjadi dehidrasi. (Smeltzer, 2001).
105
Diagnosa kekurangan volume cairan tubuh pada Tn.K dijadikan
prioritas kedua daripada diagnosa ke tiga, yaitu perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh, karena kekurangan volume cairan tubuh akan
mengakibatkan dehidrasi. Selain itu dapat menurunkan tekanan darah
(hipotensi) yang akan mempengaruhi penurunan perfusi jaringan dan bila
keadaan ini terus berlangsung akan mempengaruhi suplai darah ke ginjal,
otak serta jaringan perifer yang ada akhirnya dapat menimbulkan komplikasi
jangka panjang seperti nefropati diabetika, neuropati, retinopati serta
komplikasi jangka panjang yang lain.
Tujuan yang diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh tercukupi, untuk
pencapaian tujuan lebih jelas penulis menetapkan beberapa kriteria hasil
yaitu tanda vital stabil, status hidrasi normal, kadar elektrolit dalam tubuh
dalam batas normal, untuk mencapai kriteria hasil yang maksimal penulis
memilih rencana tindakan antaralain pantau tanda vital, catat adanya
perubahan tekanan darah, pantau suhu, warna kulit dan kelembabannya
karena demam dengan kulit kemerahan, kering mungkin sebagai cerminan
dari dehidrasi, kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran
mukosa yang merupakan indikator dari tingkat dehidrasi atau volume
sirkulasi yang adekuat, pantau masukan dan pengeluaran catat berat jenis
urine untuk memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi
ginjal dan keefektifan dan teraphy yang diberikan, pertahankan untuk
memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam batas yang dapat
106
ditoleransi jantung jika pemasukan cairan melalui oral sudah dapat diberikan,
kolaborasi pemberian therapy cairan sesuai indikasi normal salin atau ringer
laktat sesuai dengan advis dokter, pantau pemeriksaan laboratorium seperti
hematokrit (mengkaji tingkat hidrasi dan sering meningkat akibat
hemokonsentrasi yang terjadi setelah diuresis osmotik), kreatinin
(mencerminkan kerusakan sel karena dehidrasi atau tanda awitan kegagalan
ginjal, osmolalitas (meningkat dengan adanya hiperglikemia dan dehidrasi),
natrium (menurun yang mencerminkan diuresis osmotik, meningkat
mencerminkan kehilangan cairan atau dehidrasi berat). (Dongoes, 2001).
Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan diagnosa II semua rencana
tindakan dijalankan tanda-tanda vital TD:140/90 mmhg, N:88x/mnt,
RR:20x/mnt, S:37,5˚C, kadar elektrolit dalam batas normal dengan kadar
natrium:137 mmol/L, kalium : 4,9 mmol/L, Calsium 2,30 mmol/L, Chlorida:
107 mmol/L, Magnesium: 0,73 mmol/L,klien minum cukup, tidak ada tanda-
tanda dehidrasi, turgor cukup membran mukosa lembab, kulit agak sedikit
kering, klien mengatakan BAK berkurang tidak sebanyak dulu sekarang klien
BAK dalam sehari ± 9 x perhari, tidak ada muntah, berat badan meningkat 1
kg menjadi 47 kg, klien masih mengeluh sering haus.
Pada rencana tindak lanjut penulis masih merencanakan tindakan
keperawatan sebagai berikut: yaitu pantau tanda-tanda vital secara kontinue,
pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari jika tidak
ada kontra indikasi.
107
Dari hasil implementasi yang sudah dilakukan selama kurang lebih 3
hari bisa dikatakan masalah teratasi sebagian, untuk perawatan lebih lanjut
penulis mendelegasikan kepada perawat untuk tetap mempertahankan
intervensi yang sudah dilakukan
C. Diagnosa keperawatan ke tiga : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan intake makanan yang tidak adekuat skunder terhadap
ketidakcukupan insulin ditandai dengan
Data subyektif : klien mengatakan nafsu makan menurun drastis,
terasa mual bila makan.
Data obyektif : klien hanya menghabiskan ± 5-6 sendok makan /
porsi yang telah diberikan oleh rumah sakit dengan menggunakan diit
diabetes melitus sebanyak 1700 kkal, berat badan menurun dalam 2 bulan
terakhir dari 53 kg menjadi 47 kg (6 kg), albumin 2,9 gr/dL, protein total 7,1
gr/dL, Hb 10.60 gr%, GDS : 295 mg/dL.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh merupakan
suatu keadaan ketika individu yang tidak puasa mengalami atau berisiko
mengalami penurunan berat badan yang berhubungan dengan asupan yang
tidak adekuat atau metabolisme nutrien yang tidak adekuat untuk kebutuhan
metabolik. (Carpenito, 2006).
Dalam pernyataan tentang data pendukung diatas masih kurang
lengkap karena penulis masih kurang cermat, seharusnya data yang
dicantumkan seperti nyeri otot, lipatan kulit trisep,serta lingkar lengan ada
108
dalam data, hal ini sesuai dengan pernyataan yang menyatakan batasan
karakteristik Mayor (harus terdapat, satu atau lebih) yaitu: individu yang
tidak puasa melaporkan atau mengalami asupan makanan tidak adekuat
kurang dari yang dianjurkan dengan atau tanpa penurunan berat badan atau
kebutuhan metabolik aktual atau potensial dengan asupan yang lebih, data
minor yang mungkin terdapat yaitu: berat badan 10%-20% atau lebih
dibawah berat badan ideal untuk tinggi dan kerangka tubuh, lipatan kulit
trisep, lingkar lengan tengah, dan lingkar otot lengan tengah kurang dari 60%
standart pengukuran, kelemahan otot dan nyeri tekan, peka rangsang mental
dan kekacauan mental, penurunan albumin serum. (Carpenito, 2006).
Penulis merumuskan diagnosa ini karena Tn.K dengan Diabetes
Mellitus terjadi penurunan nafsu makan yang dapat mengakibatkan
penurunan intake makanan sehingga nutrisi tubuh kurang,dan terjadi
penurunan albumin. Perubahan nutrisi dalam tubuh dapat ditandai dengan
penurunan berat badan, Hal ini sesuai dengan pernyataan (Price, 1996) yang
menyatakan bahwa adanya penurunan nafsu makan disebabkan oleh
glukagon yang meningkat sehingga terjadi proses pemecahan Gula baru
selain dari karbohidrat (Glukoneogenesis) yang menyebabkan metabolisme
meningkat kemudian terjadi proses pembentukan keton (ketogenesis).
Terjadinya proses pembentukan keton didalam plasma akan menyebabkan
PH serum menurun yang menyebabkan Asidosis metabolik dengan tanda dan
gejala; mual, muntah, nafas berbau aseton. Tanda gejala tersebut dapat
menyebabkan nafsu makan menurun sehingga terjadi nutrisi kurang dari
109
kebutuhan tubuh . padahal nutrisi sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk sumber
energi zat pembangun atau zat pengganti sel-sel yang rusak, maka dengan
adanya nafsu makan yang menurun serta mual dan hiperglikemia akan
menyebabkan malnutrisi, Hal ini apabila tidak segera diatasi dapat
mengakibatkan penurunan albumin, kehilangan massa otot, edema,
penurunan leukosit total serta terjadinya Hiperglikemia.
Hiperglikemia merupakan keadaan glukosa darah melebihi batas
normal (normal 80-110 mg/dL). (Roland; 1996).
Diagnosa perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada Tn.K
dijadikan prioritas ke tiga dibandingkan dengan diagnosa ke empat yaitu
resiko gangguan integritas kulit. Dan diagnosa seterusnya karena pada saat
dilakukan pengkajian pasien menyatakan mual, nafsu makan menurun serta
terjadi penurunan albumin (2,9 gr/dL). Menurut penulis rasa mual dan nafsu
makan yang menurun terjadi akibat peningkatan glukagon yang merangsang
peningkatan metabolisme lemak yang secara fisiologis dapat menurunkan PH
serum dengan tanda dan gejala mual, muntah dan nafsu makan menurun
sehingga asupan nutrisi pasien tidak adekuat, apabila hal ini tidak dapat
diatasi dapat menyebabkan malnutrisi.
Berdasarkan data diatas maka penulis menetapkan perencanaan
dengan tujuan agar diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x 24 jam pasien dapat mencapai atau mempertahankan Berat badan
yang sesuai dan pengendalian kadar glukosa darah dengan Kriteria Hasil
yang diharapkan yaitu: pencapaian Berat badan ideal, mencerna jumlah kalori
110
atau nutrient yang tepat, menunjukkan tingkat energi biasanya,
mendemonstrasikan berat badan stabil atau penambahan kearah rentang yang
diinginkan dengan nilai laboratorium normal. Untuk mencapai kriteria hasil
yang maksimal penulis memilih rencana tindakan keperawatan
antaralain;observasi tanda-tanda Hipoglikemia seperti; perubahan tingkat
kesadaran, kulit lembab/dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka rangsang,
cemas, sakit kepala, pusing, sempoyongan dengan rasional metabolisme
karbohidrat mulai terjadi (gula darah berkurang, sementara tetap diberikan
insulin maka hipoglikemi dapat terjadi), timbang berat badan setiap hari atau
sesuai indikasi, auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdoment atau
perut kembung, mual, muntahan makanan yang belum sempat dicerna,
tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan
makanan yang dapat dihabiskan pasien, identifikasi makanan yang disukai
atau dikehendaki termasuk kebutuhan etnik, libatkan keluarga klien pada
perencanaan makan sesuai indikasi karena dapat meningkatkan rasa
keterlibatan,dan memberikan informasi pada keluarga untuk memahami
kebutuhan nutrisi klien,kolaborasi pemeriksaan gula darah dengan
menggunakan ”finger stick”,pantau pemeriksaan laboratorium seperti
glukosa darah, aseton, PH dan HCO³, rasionalnya gula darah akan menurun
perlahan dengan penggantian cairan dan therapy insulin terkontrol, dengan
pemberian dosis optimal, glukosa kemudian dapat masuk kedalam sel dan
digunakan untuk sumber kalori, ketika hal ini terjadi, kadar aseton akan
menurun dan kadar asidosis dapat dikoreksi,Berikan insulin secara teratur
111
dengan rasional bahwa insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya
dengan cepat pula dapat membantu memindahkan glukosa kedalam sel.
(Dongoes,2001).
Pada tahap pelaksanaan, tindakan perencanaan sudah dilakukan ,
tetapi untuk intervensi dalam melibatkan keluarga klien pada perencanaan
makan pada klien belum bisa dilaksanakan karena keluarga sibuk bekerja dan
anaknya laki-laki kurang begitu memperhatikan klien.
Evaluasi akhir setelah 3 hari dilakukan tindakan keperawatan
didapatkan perkembangan pasien secara subyektif yaitu makan mengalami
peningkatan habis ½ porsi dengan menggunakan diit DM 1700 kkal, tidak
ada muntah.
Data obyektif terjadi kenaikan berat badan 1 kg menjadi 47 kg, tidak
ada distensi abdoment, bising usus ± 11 x permenit, GDS 345 gr/dL, TD
140/90 mmhg, N: 88x/mnt, RR: 20x/mnt, S: 37,5˚C.untuk pemeriksaan
laboratorium albumin, protein total,kimia klinik, hematologi belum dilakukan
pemeriksaan lagi karena belum ada advis dari dokter yang merawat.
Dari implementasi yang sudah dilakukan selama 3 hari bisa
dikatakan masalah teratasi sebagian, untuk perawatan klien lebih lanjut
penulis mendelegassikan kepada perawat di Ruang penyakit dalam C3 Lt 1
dengan tetap mempertahankan intervensi yang sudah dilakukan, karena
mengingat keterbatasan waktu penulis dalam melakukan asuhan keperawatan
diruang penyakit dalam C3 Lt 1.
112
D. Diagnosa keperawatan ke empat : Gangguan integritas jaringan berhubungan
dengan terputusnya kontinuitas jaringan sekunder terhadap adanya ulkus
Diabetes mellitus
Data subyektif : Klien mengatakan terdapat luka dikaki yang sudah
lama tidak sembuh-sembuh malah semakin melebar dan dalam.
Data obyektif : Terdapat luka pada kaki kiri Grade IV, kulit sekitar
luka tampak kehitaman, kering, bengkak, luka ulkus dengan diameter 5 cm
dan kedalaman 3 cm, terdapat pus, GDS: 295 mg/dL, trombosit: 418.0
rb/mmk.
Kerusakan integritas jaringan merupakan suatu keadaan ketika
seorang individu mengalami atau berisiko mengalami kerusakan integument,
kornea, atau jaringan membran mukosa. (Carpenito, 2006).
Batasan karakteristik mayor (Harus terdapat) yaitu gangguan kornea,
integument, atau jaringan membran mukosa atau invasi struktur tubuh (insisi,
ulkus kornea, ulkus dermal, lesi oral), dan batasan karakteristik minor yang
mungkin terdapat yaitu; lesi (primer, sekunder), eritema, leukoplakia, edema,
kekeringan membran mukosa, lidah kotor.(Carpenito, 2006).
Penulis merumuskan diagnosa ini karena Tn.K dengan Diabetes
Mellitus terjadi kerusakan pada jaringan akibat DM, masalah tersebut penulis
jadikan prioritas ke empat karena pasien hanya mengalami gangguan
integritas kulit yang akan teratasi bila masalah utama yaitu infeksi dapat di
atasi tapi penulis tetap mengambil diagnosa ini yang diharapkan agar tidak
113
terjadi komplikasi yang lebih lanjut yang dapat memperburuk kesehatan
klien.
Selanjutnya, untuk mengatasi masalah ini penulis membuat
perencanaan dengan tujuan agar integritas jaringan kembali normal dengan
kriteria hasil yaitu untuk mengidentifikasi faktor resiko individual,
mengungkapkan pemahaman tentang kebutuhan tindakan, berpartisipasi pada
tingkat kemampuan untuk mencegah kerusakan kulit lebih lanjut. Adapun
perencanaan yang telah penulis buat adalah sebagai berikut; inspeksi seluruh
area kulit , catat pengisian kapiler, adanya kemerahan, pembengkakan dengan
rasional bahwa kulit cenderung rusak karena perubahan sirkulasi perifer,
ketidakmampuan untuk merasakan tekanan,immobilisasi, gangguan
pengaturan suhu, catat adanya pembengkakan, kemerahan, adanya drinase
pada luka serta bersihkan luka setiap hari, lakukan masase pada kulit dengan
lotion atau minyak, lindungi sendi dengan menggunakan bantalan busa untuk
meningkatkan sirkulasi dan melindungi permukaan kulit serta mengurangi
terjadinya ulserasi, lakukan perubahan posisi sesering mungkin ditempat
tidur ataupun sewaktu duduk, bersihkan dan keringkan kulit khususnya
daerah- daerah dengan kelembaban tinggi, jagalah alat tenun tetap kering dan
bebas dari lipatan- lipatan dan kotoran, anjurkan pasien untuk terus
melakukan program latihan untuk menstimulasi sirkulasi,meningkatkan
nutrisi sel atau oksigenasi sel dan untuk meningkatkan kesehatan jaringan.
114
Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan penulis telah melakukan
perencanaan yang telah dibuat dengan didukung adanya peran aktif dari
pasien sendiri dalam mengikuti proses perawatan dan keinginan untuk segera
sembuh dari penyakitnya, tetapi penulis sedikit menemukan kesulitan dalam
melakukan perawatan klien karena untuk intervensi dalam menjaga alat tenun
tetap kering dan bersih dari kotoran dan lipatan- lipatan belum begitu
terlaksana karena menuruti perintah managemen rumah sakit bahwa kelas 3
penggantian linen seminggu 2 x setiap hari senin dan kamis, padahal pasien
dan keluarga kurang begitu kooperatif dalam menjaga kebersihan diri, serta
dihambat juga oleh keterbatasan waktu dalam proses keperawatan yaitu
selama 3 hari.
Berdasarkan respon perkembangan yang ditujukan oleh pasien
masalah keperawatan belum bisa teratasi yaitu klien mengatakan luka belum
sembuh-sembuh malah semakin melebar, kotor, serta masih terasa panas
kemeranyas.
Jaringan sekitar luka masih belum sembuh, kulit sekitar masih
kehitaman, bengkak, jari klingking kaki sudah mengalami kerusakan,tapi
tidak ada penyebaran kerusakan integritas ke bagian jaringan yang lain, tidak
terjadi decubitus, untuk melanjutkan dalam memberikan asuhan keperawatan
lebih lanjut kepada klien penulis mendelegasikannya kepada perawat diruang
penyakit dalam C3 lt 1 dengan tetap mempertahankan intervensi yang sudah
dibuat.
115
E. Diagnosa keperawatan ke lima : Resiko tinggi injury berhubungan dengan
kelemahan umum yang ditandai dengan
Data subyektif : Klien mengatakan dan mengeluh pusing serta sakit
pada kepalanya, pandangan kabur, sering mengantuk, sering merasa
kesemutan pada kaki dan tangan.
Data obyektif : Klien tampak kelelahan dan lemah, terdapat luka pada
kaki kiri, penglihatan kabur (retinopati Diabetik), Hb: 10.60 gr%, albumin
2,9 gr/dL, tekanan darah (TD) : 150/100 mmhg, klien sudah lanjut usia.
Resiko injury atau jatuh adalah keadaan ketika seorang individu
berisiko mendapat bahaya karena deficit perseptual atau fisiologis, kurangnya
keadaan tentang bahaya atau usia lanjut.( Carpenito, 2006).
Berdasarkan data diatas penulis merumuskan diagnosa ini karena
pada klien Tn.K berisiko terjadinya injury.
Selanjutnya untuk mengatasi masalah ini penulis membuat
perencanaan dengan tujuan tidak terjadi injury dalam jangka waktu 3x24 jam
dengan kriteria hasil bahwa individu menyatakan tidak ada cedera dengan
komplikasi minimal atau terkontrol, adapun perencanaan yang telah penulis
buat adalah pantau tanda vital dan catat adanya peningkatan suhu tubuh,
takikardi (140-200x/ mnt), pertahankan penghalang tempat tidur terpasang
atau diberi bantalan dengan rasional untuk menurunkan kemungkinan adanya
trauma, instruksikan individu untuk menggunakan sepatu atau sandal yang
pas dan mempunyai sol anti-slip, lakukan kolaborasi dengan pemantauan
116
kadar kalsium darah dengan rasional pasien dengan kadar kalsium kurang
dari 7,5/100 ml secara umum membutuhkan teraphy pengganti.
Dalam pelaksanaan penulis telah melakukan perencanaan yang telah
dibuat dengan didukung adanya peran aktif dari pasien dalam mengikuti
proses perawatan, tetapi penulis juga menemukan hambatan dalam
melakukan perencanaan yaitu keluarga klien kurang bisa menjaga klien
selama sakit hal ini terbukti bahwa setiap kali klien ke kamar mandi klien
melakukannya sendiri tanpa diantar oleh keluarga, setiap malam klien juga
sering tidur sendiri tanpa keluarga ada yang menemani, dan dihambat juga
karena keterbatasan waktu penulis dalam melakukan asuhan keperawatan.
Berdasarkan respon perkembangan yang ditujukan kepada pasien
masalah keperawatan dapat teratasi sebagian dengan kriteria hasil pasien
menyatakan tidak terjadi cedera meskipun tanpa ditemani oleh keluarganya,
tidak ada luka pada tubuh,tanda-tanda vital TD: 140/90 mmhg,N:88 x/mnt,
RR:20 x/mnt, S:37,5˚C, tidak terjadi hipoglikemia, kadar kalsium 2.30
mmol/L.
F. Diagnosa keperawatan ke enam : Kurang pengetahuan tentang pelaksanaan
diit Diabetes Mellitus berhubungan dengan kurangnya pemahaman terhadap
penyakit Diabetes Mellitus
Kurang pengetahuan adalah suatu kondisi dimana individu atau
kelompok mengalami kekurangan pengetahuan kognitif atau keterampilan
117
psikomotor mengenai suatu keadaan dan rencana tindakan pengobatan
(Carpenito, 2006).
Diagnosa ini penulis rumuskan karena pada pasien Tn.K penulis
menemukan data-data yang mendukung faktor etiologi dalam hal ini yaitu
kurangnya pemahaman terhadap penyakit DM dan Diit DM yang harus
dijalani, sehingga penulis penulis mengangkat masalah tersebut menjadi
masalah keperawatan kurang pengetahuan. Masalah tersebut penulis jadikan
Prioritas ke enam karena pasien hanya mengalami kurang pengetahuan yang
disebabkan karena kurangnya informasi dan merupakan masalah yang tidak
begitu mengancam kehidupan pasien.
Selanjutnya untuk mengatasi masalah ini penulis membuat
perencanaan dengan tujuan agar pasien memahami tentang penyakit dan
penatalaksanaan diit pada Diabetes Mellitus dalam jangka waktu 1x24 jam
dengan kriteria hasil sebagai berikut; pasien dapat mengidentifikasi hubungan
tanda dan gejala dengan proses penyakit dan menghubungkan gejala dengan
faktor penyebab, klien mempu melakukan perubahan gaya hidup dan
berpartisipasi dalam program pengobatan,pasien mampu mengerti tentang
diit DM,tahu makanan pantangan,serta tujuan dari diit DM. Adapun
perencanaan yang telah penulis buat adalah kaji tingkat pengetahuan pasien
tentang penyakit DM dan diit DM, hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh
mana pemahaman pasien tentang penyakit DM dan penatalaksanaan Diit
DM, Berikan penjelasan tentang penyakit DM, penyebab, tanda dan gejala
serta penatalaksanaan diit DM untuk memberikan pengetahuan atau
118
informasi pada pasien, diskusikan dengan pasien tentang diit DM agar pasien
sadar tentang pentingnya mengontrol diit akan membantu pasien dalam
merencanakan makan dan minum sesuai dengan program,dan yang tidak
kalah pentingnya libatkan keluarga dalam pengaturan diit DM, menganjurkan
klien untuk rutin melakukan pemeriksaan gula darah dan instruksikan pasien
untuk pemeriksaan keton urine jika glukosa darah lebih tinggi dari 250
mg/dL, Diskusikan faktor-faktor yang memegang peranan dalam kontrol DM
seperti latihan, stress, pembedahan dan penyakit tertentu dengan rasional
akan ,meningkatkan pengendalian terhadap DM dan dapat menurunkan
berulangnya kejadian Ketoasidosis, Identifikasi gejala Hipoglikemia (misal;
lemah, pusing, letargi, lapar, peka rangsang, diaforesis, pucat, takikardi,
tremor, sakit kepala,dan perubahan mental, Buat jadwal latihan atau aktivitas
yang teratur dan identifikasi hubungan dengan penggunaan insulin yang
perlu mendapatkan perhatian. (Dongoes, 2001).
Dalam pelaksanaan penulis kurang maksimal dalam melakukan
perencanaan yang telah penulis buat, hal ini karena disebabkan keterbatasan
waktu dalam proses keperawatan yaitu hanya selama 1 hari dan keluarga
klien yang kurang begitu kooperatif dalam mendukung program pengobatan.
Perencanaan yang berhasil penulis lakukan adalah mengkaji pengetahuan
klien tentang DM dan penatalaksanaannya yang dibuktikan pasien tidak tahu
saat ditanya pengertian, penyebab, tanda gejala serta perawatannya,
memberikan penyuluhan kesehatan tentang penyakit diabetes, penyebab,
tanda dan gejala serta penatalaksanaan diit DM dalam waktu 45 menit
119
dengan hasil yaitu pasien menyatakan sudah mengerti tentang penyakit DM,
diit DM, pasien mampu menjawab setelah diberikan pertanyaan mengenai
penyakit DM, penyebab, tanda dan gejala, serta penatalaksanaan diit
DM ,yang belum sempat penulis lakukan adalah melibatkan keluarga dalam
mendukung program pengobatan pasien, karena pada saat dilakukan
penyuluhan keluarga belum ada yang datang dengan alasan masih bekerja,
penulis juga belum membuat jadwal latihan atau aktivitas yang teratur pada
pasien yang disebabkan karena keterbatasan waktu dan pasien kurang begitu
kooperatif.
Berdasarkan respon perkembangan yang ditujukan kepada klien,
masalah keperawatan dapat teratasi dengan kriteria hasil yaitu pasien
menyatakan sudah sedikit mengerti tentang penyakit DM, penyebab, tanda
dan gejalanya, serta penatalaksanaan diit DM, oleh sebab itu penulis tetap
mempertahankan intervensi yang sudah dilakukan dengan tetap memberikan
informasi lainnya tapi masih tentang penyakit DM.
120
BAB V
PENUTUP
Setelah menguraikan asuhan keperawatan pada Tn. K mengenai sistem
endokrin dengan diabetes mellitus type II (NIDDM) yang merupakan hasil
pengamatan langsung pada klien yang dirawat di ruang penyakit dalam C3 lantai 1
Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang dari tanggal 1 Mei – 3 Mei 2008, maka
dalam bab ini penulis akan menyimpulkan hal-hal yang telah diuraikan pada bab-
bab sebelum, disamping itu dalam bab ini penulis juga memberikan saran yang
diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan guna meningkatkan asuhan
keperawatan yang diberikan pada klien.
A. Kesimpulan
1. Data fokus yang ditemukan pada Tn, K adalah sbb :
a. Data subyektif
Terdapat luka pada kaki kiri yang tidak sembuh-sembuh, kotor,
berbau, bengkak, panas, terdapat pus, sering merasa haus, buang air
kecil (BAK) dalam sehari bisa sampai 20 x, nafsu makan menurun,
mual, berat badan menurun + 6 kg dalam 2 bulan terakhir, sering
merasa lelah, penglihatan kabur, sering pusing, sering mengantuk dan
terasa kesemutan pada tangan dan kaki, klien juga mengatakan tidak
tahu tentang penyakit DM, penyebab, tanda dan gejala serta
penatalaksanaan pada diit DM.
121
b. Data obyektif
Terdapat luka pada kaki kiri, ulkus DM grade IV dengan diameter
5 cm, kedalaman, kering CRT ≥ 4 dtk, bengkak, BAK dalam sehari
+ 20 x, mata cekung, turgor kulit cukup, kering, balance cairan -145,
klien hanya menghabiskan + 5-6 sendok makan diit DM 1700 kkal,
BB menurun, albumin 2,9 gr/dl, protein total 7,1 gr/dl, hb : 10 – 60
gr/dl, GDS 295 mg/dl, trombosit 418.0 rb/mmk, TD : 150/100 mmHg,
N = 80 x/mnt, S = 38 0C, RR = 21 x/mnt, klien banyak bertanya /
meminta informasi tentang penyakit DM.
2. Berdasarkan data fokus diatas, pada fokus Tn. K muncul beberapa masalah
keperawatan, yaitu :
a. Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan hiperglikemi
dan perubahan pada sirkulasi.
b. Resiko deficit volume cairan berhubungan dengan adanya diuresis
osmotik
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat.
d. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan terputusnya kontinuitas
jaringan sekunder terhadap sirkulasi yang tidak adekuat.
e. Resti injury berhubungan dengan kelemahan umum.
f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang penyakit.
122
3. Untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada klien dengan diabetes
mellitus penulis atasi dengan melakukan beberapa tindakan yaitu dalam
mencegah terjadinya penyebaran infeksi dengan melakukan tindakan
perawatan luka setiap hari secara septik untuk mencegah terjadinya
penyebaran infeksi lebih lanjut, melakukan perawatan kulit dan masase
daerah yang tertekan, juga melakukan kolaborasi dengan pemberian
antibiotik, untuk mencegah resiko defivicit volume cairan yaitu dengan
mempertahankan pemberian cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam
batas yang dapat ditoleransi jantung untuk mempertahankan hidrasi atau
volume sirkulasi yang adekuat, nutrisi kurang dari kebutuhan dilakukan
dengan menentukan program diit dan pola makan pasien, bandingkan
dengan makanan yang dapat dihabiskan oleh pasien dengan tujuan untuk
mengidentifikasi kekurangan dan penyimpanan dari kebutuhan terapeutik,
masalah gangguan integritas kulit dilakukan dengan melakukan masase
pada kulit dengan losio/minyak, melakukan perubahan posisi sesering
mungkin untuk meningkatkan sirkulasi dan melindungi kulit, serta
mengurangi terjadinya ulserasi, resiko tinggi injury dengan memantau
tanda-tanda vital serta mempertahankan penghalang tempat tidur untuk
meminimalkan kemungkinan adanya trauma dan yang terakhir adalah
masalah kurang pengetahuan mengenai DM dan penatalaksanaan diit
dilakukan dengan cara : pemeriksaan gula darah secara rutin,
mendiskusikan tentang rencana diet, penggunaan makanan tinggi serat dan
cara untuk melakukan makan dirumah.
123
4. Evaluasi yang dapat penulis ambil dari keenam masalah yang muncul pada
Tn. K dengan diabetes mellitus yaitu 1 masalah belum berhasil diatasi
yaitu resiko penyebaran infeksi dan 4 masalah sudah teratasi sebagian.
B. Saran
Berdasarkan pengalaman yang penulis jumpai selama memberikan
asuhan keperawatan pada Tn. K dengan diebetes mellitus diruang penyakit
dalam C3 lantai 1 RSUP Dr. Kariadi Semarang, maka saran yang bias penulis
berikan pada pembaca khususnya perawat dalam merawat klien dengan
diabetes mellitus adalah :
1 Untuk mengetahui permasalahan pada Tn. K diharapkan dapat mengkaji
lebih detail mengenai permasalahan permasalahan yang muncul sehingga
dapat ditegakkan diagnosa keperawatan yang akurat yang menunjukkan
data fokus sehingga asuhan keperawatan dapat dilakukan secara optimal.
2 Dalam mengatasi permasalahan yang muncul pada klien dengan diabetes
mellitus diharapkan perawat mengacu pada rencana keperawatan yang
telah dirumuskan sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan yang
bermutu dan komprehensif serta perlu melibatkan keluarga, klien dan tim
kesehatan lain untuk melaksanakan rencana keperawatan.
3 Untuk mendapatkan evaluasi secara optimal, sebaiknya perawat harus
mampu mendokumentasikan setiap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan, juga respon perkembangan klien secara menyeluruh dan
berkesinambungan.
124