cerita baru

62
“ pagi” ucap seorang cowok dengan seragam putih abu- abu kepada seorang cewek yang sedang sarapan pagi di meja makan. Cowok itu menyandang ranselnya dan menyeruput segelas susu yang berada di sisi kiri cewek yang juga menggunakan seragam abu- abu. Cowok itu menggeser kursi di sebelah cewek itu sehingga menimbulkan bunyi dengan lantainya. “ pasti mama kamu nggak di rumah” ucap cewek yang terlihat santai saja susunya di minum oleh cowok itu. mereka terlihat sangat akrab. Seorang perempuan datang membawakan segelas susu lagi dan menaruhnya di samping kiri cewek itu. perempuan dengan kemeja abu- abunya itu juga menaruh sandwich tidak dengan sayurannya dihadapan cowok itu. perempuan itu juga mmeberikan senyuman penuh keramahan kepada cowok itu saat dia menyapa perempuan itu dan mengucapkan “selamat pagi mbak DONA”. Perempuan itu kembali ke dapur atau pentri karena dari ruang makan rumah itu bisa langsung melihat ke dapur rumah itu. di sebelah meja makan itu ada sofa yang tersusun rapi dan sebuah televise dengan layar tipis. Kursinya berwarna cokelat tua, dengan karpet berbulu di lantainya. “kamu tahu sendirilah, aku nggak suka susu buatan simbok.” Gumam cowok itu sambil menyantap sandwich yang dibawakan oleh perempuan yang dipanggilnya mbak diana itu. cewek itu menghabiskan susunya dan kemudian membersihkan mulutnya dengan tissue yang ada di atas mejanya. “ kalau susu buatan mbak diana kamu suka?” Tanya cewek yang rambutnya disanggul itu dan ada jepitan berwarna biru dikepala bagian kirinya. “ aku suka sekali “ jawab cowok itu yang juga mengakhiri sarapannya sambil melihat mbak diana yang sedang merapikan dapur dan

Upload: zizi-chaniago

Post on 24-Nov-2015

36 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

pagi ucap seorang cowok dengan seragam putih abu- abu kepada seorang cewek yang sedang sarapan pagi di meja makan. Cowok itu menyandang ranselnya dan menyeruput segelas susu yang berada di sisi kiri cewek yang juga menggunakan seragam abu- abu. Cowok itu menggeser kursi di sebelah cewek itu sehingga menimbulkan bunyi dengan lantainya. pasti mama kamu nggak di rumah ucap cewek yang terlihat santai saja susunya di minum oleh cowok itu. mereka terlihat sangat akrab. Seorang perempuan datang membawakan segelas susu lagi dan menaruhnya di samping kiri cewek itu. perempuan dengan kemeja abu- abunya itu juga menaruh sandwich tidak dengan sayurannya dihadapan cowok itu. perempuan itu juga mmeberikan senyuman penuh keramahan kepada cowok itu saat dia menyapa perempuan itu dan mengucapkan selamat pagi mbak DONA. Perempuan itu kembali ke dapur atau pentri karena dari ruang makan rumah itu bisa langsung melihat ke dapur rumah itu. di sebelah meja makan itu ada sofa yang tersusun rapi dan sebuah televise dengan layar tipis. Kursinya berwarna cokelat tua, dengan karpet berbulu di lantainya.kamu tahu sendirilah, aku nggak suka susu buatan simbok. Gumam cowok itu sambil menyantap sandwich yang dibawakan oleh perempuan yang dipanggilnya mbak diana itu. cewek itu menghabiskan susunya dan kemudian membersihkan mulutnya dengan tissue yang ada di atas mejanya. kalau susu buatan mbak diana kamu suka? Tanya cewek yang rambutnya disanggul itu dan ada jepitan berwarna biru dikepala bagian kirinya. aku suka sekali jawab cowok itu yang juga mengakhiri sarapannya sambil melihat mbak diana yang sedang merapikan dapur dan tersenyuman kepadanya. Pertanda itu adalah ucapan terima kasih untuk sarapannya pagi ini. makanya, kamu harus belajar dari mbak dona. Bikin susu aja nggak bisa ucap cewek itu sambil mengambil tasnya yang ada di sofa depan televise. Dia juga bercermin sebentar di cermin yang ada di dinding tangga ke lantai dua rumahnya. nanti ucap cowok itu yang berada tepat di belakang cewek itu. dia juga merapikan rambutnya. Mereka bercermin bersama. Cewek itu hanya tersenyum tipis mendengar jawaban dari cowok itu. mbak, aku berangkat. Kemungkinan aku pulangnya agak kemalaman mbak ucap cewek itu sambil mendekati diana yang merapikan meja sarapan mereka. malam? Kamu mau kemana? Tanya cowok itu mewakili diana yang juga akan mengajukan hal yang sama kepada cewek itu. aku ada les fisika dan setelah itu perkataan cewek itu belum selesai, cowok itu mengangguk-angguk pertanda dia sudah mengerti atau sebenarnya bosan dengan jawaban cewek itu atau mungkin karena mendengar kata- kata les. diana tersenyum. cewek itu menyalami diana seperti seorang anak kepada ibunya saat akan berpamitan sebelum berangkat sekolah. Supaya mendapatkan restu dari ibunya dan dilancarkan pelajarannya di sekolah atau segala urusannya hari itu. kamu hati- hati dan ingat kalau terjadi apa-apa, langsung kabari mbak ucap diana dengan senyuman penuh keibuan. Cewek itu tersenyum dan memberikan hormat kepada diana layaknya seorang angkatan kepada jenderalnnya. Cewek dan cowok itu berangkat sekolah bersama. Mereka pergi dengan mobil si cowok. Setiap pagi mereka selalu berangkat sekolah bersama. Ketika pulang sekolah, kalau jadwal mereka sama, mereka akan pulang bersama. Bahkan, terkadang si cowok mengantar si cewek kemanapun dia minta. Mereka adalah dua orang sahabat. Persahabatan itu di mulai dari mereka kecil. Saat mereka duduk di kelas 5 sekolah dasar sampai dengan sekarang, saat mereka menginjak bangku kelas dua sekolah menengah atas. Mereka dari dulu selalu bersama. Orangtua mereka juga bersahabat dengan baik dari zaman mereka sekolah sampai dengan sekarang. Orang-orang yang tidak mengenal mereka, akan mengira kalau mereka pacaran karena mereka sangat akrab. Si cewek tidak tinggal bersama dengan orangtuanya, dia tinggal bersama dengan seorang yang dipercayai oleh kedua orangtuanya yaitu DIANA. Sementara si cowok tinggal bersama dengan kedua orangtuanya. Rumah mereka bersebelahan. Halaman belakang rumah mereka pun menyatu dari pertama si cewek tinggal di rumah itu. AINA Talita ZAHRAN yang biasa dipanggil TALITA. Orangtuanya bekerja di luar negeri. Papanya adalah seorang manager di sebuah hotel, sementara mamanya adalah seorang dokter. Mereka selalu berpindah- pindah membuat cewek yang sebentar lagi berumur enam belas tahun itu mulai lelah dan harus beradaptasi dengan tempat dan teman barunya. Hingga akhirnya, ketika papanya bertuga di tanah air, dia memutuskan untuk tidak ikut lagi dengan kedua orangtuanya. Berbeda dengan kakak laki- lakinya yang sangat suka berpindah- pindah dan mencaari pengalaman baru. Hingga akhirnya, Talita menetap di tanah air dan tinggal bersama seorang pengasuhnya dari kecil yaitu Diana. Kakak laki- laki Talita bernama GHAZY GHALIBIE (prajurit yang menang). Dia selalu ikut dengan kedua orangtua mereka. Awalnya Talita kecil tinggal bersama neneknya di sana, saat kedua orangtuanya dinas di luar negeri. Namun, saat Talita duduk di bangku kelas satu SMA, neneknya di jemput oleh Allah. Sehingga sekarang, dia hanya tinggal bersama dengan DIANA. Selain mengurus Talita, Diana juga bekerja di sebuah hotel. Tapi, Talita tetap menjadi prioritasnya. Diana adalah adik angkat dari mamanya talita. Dia sudah dari dulu ikut dengan mamanya talita, dia juga disekolahkan sampai menjadi seperti sekarang oleh kedua orangtua Talita dan ghazy. Talita adalah gadis cantik denga tinggi sekitar 160 cm dan berat 48 kg. dia memiliki kulit yang putih, dengan rambut hitam lurus sepunggung yang selalu di sanggulnya ketika pergi sekolah. Dia gadis yang pintar. Dia masuk sekolah terlalu cepat. Sehingga dia berbedasatu tahun dengan teman- teman satu kelasnya, termasuk juga dengan sahabatn satu- satunya. Dia anak yang sangat mudah bergaul, meskipun sebenarnya dia tipe orang yang suka menyendiri. Dia memiliki banyak teman di sekolah dan hanya satu sahabat dair dulu sampai dengan sekarang yaitu Dimas ARIQIN HALIM, yang biasa dipanggil DIMAS.Talita adalah gadis pintar dan banyak prestasi yang diraihnya, berbeda dengan Dimas yang lebih suka hura- hura dan main-main. Mereka selalu berdebat kalau sudah membahas soal sekolah dan terlebih tentang nilai mereka di sekolah. Tapi akhirnya baikan lagi dengan sendirinya. Talita sangat sabar mengajar Dimas saat akan ulangan. Mereka selalu belajar bersama, walaupun akhirnya Dimas sering ketiduran saat belajar. Talita sering jadi tempat curhat Dimas tentang masalahnya dengan pacar-pacarnya. Talita juga sering jadi korban Dimas kalau dia tidak bisa memutuskan cewek-ceweknya. Saat itu, talitalah yang akan memutuskan pacar-pacarnya Dimas dengan pura- pura sebagai pacarnya dimas. Talita juga sering membantu Dimas mengerjakan tugas rumahnya. Meskipun dengan imbalan. Talita tidak mau gratisan membantu dimas. Setiap bantuan yang diberikannya selalu ada imbalan. Talita pun juga begitu, setiap kali dia meminta bantuan dari dimas, selalu ada imbalan yang harus dibayarnya. Hubungan mereka simbiosis mutualisme, saling menguntungkan. Dimas tinggal bersama dengan kedua orangtuanya. Papa dan mama Dimas adalah dosen dan juga bekerja di pemerintahan. Mereka sering dinas diluar. Dimas punya seorang adik laki-laki yang sangat akrab dengan talita. Dia baru duduk dibangku kelas satu sekolah dasar. Keluarga Dimas sangat dekat dengan talita. Mama dan papanya Dimas menyayangi Talita seperti anak mereka sendiri, bahkan lebih. Kedekatan Talita dan orangtuanya terkadang membuatnya iri dan memberebutkan kasih sayang dari mamanya Dimas kalau mereka sedang kumpul bersama. Mamanya Dimas sangat menginginkan anak perempuan, oleh sebab itu beliau sangat menyayangi talita. Adik Dimas bernama AFIF ARIQIN HALIM, sering dipanggil AFIF. Dia sangat dekat dengan Talita dan Diana. Afif sudah seperti adiknay sendiri. Malam menjelang, udara dingin. Angin bertiup pelan. Sebelumnya hujan menyapa kota itu. jalanan basah. Bau tanah menguap ke udara bercampur dengan bau rumput halaman rumah mereka. Seorang gadis perempuan dengan sweater putihnya dan rok abu- abu panjangnya baru turun dari taksi. Gadis itu menyandang tas ranselnya dan membayar ongkos taksi. Lalu membuka pintu pagar rumahnya dan berjalan menuju pintunya. Seorang laki- laki dengan baju kaos hitam dan celana katun berwarna putih berdiri di teras rumah gadis itu dengan wajah cemas. kamu kemana saja? Jam segini baru pulang? Apa lesnya sampai jam segini?... omelan laki- laki itu membuat seorang perempuan keluar dari dalam rumah dan membukakan pintu. Gadis itu memperlihatkan handphonenya yang mati kepada laki- laki itu dan mereka masuk ke dalam rumah. Perempuan yang mengenakan baju kaos panjang lengan dan celana batik itu membawakan tas ransel gadis dengan rok abu-abunya itu ke dalam rumah, menaruhnya di kamar gadis itu yang berada di lantai dua dan kembali ke bawah menyiapkan minuman untuk dua orang yang masih berdebat di sofa depan televise itu. mbak, tadi aku sudah memberikan kabarkan? Tanya gadis cantik itu kepada perempuan yang dipanggilnya mbak itu saat dia membawakan minuman dan beberapa makanan ringan untuk mereka. iya ta, jawab perempuan itu dengan tersenyum dan melihat ke arah cowok yang masih terlihat marah dan sebenarnya itu perasaan cemas yang ditutupi. ya, nggak harus sampai selarut ini juga ta ucap laki- laki itu lagi sambil melihat jam yang berada di dinding yang sudah menunjukkan pukul 22.50 WIB. iya dimas, aku minta maaf sudah membuat semuanya khawatir. Talita tersenyum tipis kepada dimas. Sebenarnya dia tidak suka dengan sifat Dimas yang satu itu. lebih cerewet dari mamanya. Meskipun dia tahu apa yang dikhawatirkan Dimas adalah untuk kebaikannya. Talita meminum jus yang dibawa oleh mbak Diana dan kemudian dia berdiri. aku ke atas dulu ucap Talita sambil menaruh gelasnya di meja dan meninggalkan Dimas yang masih terlihat kesal kepadanya. Talita membersihkan dirinya dan sholat isya. Sementara itu, dibawah Dimas masih duduk di sofa. Dia mencicipi kue dan minuman yang dibuatkan oleh mbak Diana. terima kasih ya dim, sudah mewakili mbak ucap Diana sambil tersenyum tipis dan duduk di sofa satu lagi di dekat dimas. Cuma kamu yang Talita dengar tambah Diana lagi sambil membuka buku yang dipegangnya. Dimas tersenyum. Talita cukup lama mandinya. Satu jam berlalu. Mbak Diana sudah masuk ke dalam kamarnya. Talita turun ke bawah, Dimas masih duduk menunggunya dengan sibuk memainkan handphonenya. kita mau belajar atau?? Talita duduk disamping Dimas dengan baju panjang lengannya dan celana panjangnya. Talita membawa beberapa buku dan menaruhnya di meja. aku sudah ngantuk, besok saja. Ucap Dimas yang masih sibuk dengan handphonenya dan Talita mengintip sedikit apa yang sedang dilakukan dimas. Dimas sedang asik chatting dengan seorang perempuan. tadi itu, sepulang dari les aku diajak teman satu kelasku di sana ke sebuah panti asuhan. Di sana dia ngajarin anak- anak panti, karena keasikan aku lupa waktu. Jelas Talita kepada Dimas sambil bersandar di sofa. Dimas mendengarkannya sambil memainkan handphonenya. Talita merasa diabaikan karena Dimas sangat asik dengan handphonenya. aku ngantuk ucap Talita yang kemudian merenggangkan tubuhnya. Dia sangat capek dengan aktivitasnya satu hari ini. Udara masih terasa dingin. Suara jangkrik membunyikan irama tertentu malam itu. menambah arti kesunyian malam. Bintang dilangit gelap pun tidak terlalu banyak. Jam di dinding menunjukkan pukul 00.05 WIB. Dimas kembali ke rumahnya dan Talita mengantarkannya ke pintu. Pagi sebentar lagi akan tiba. Sudah waktunya untuk mengistirahatkan tubuh.Sekolah mereka termasuk sekolah unggulan di daerah itu. Meskipun tempat tinggal mereka termasuk daerah yang jauh dari hiruk pikuk keramaian ibu kota. Jarak sekolah dan rumah mereka cukup jauh. Oleh sebab itu, Dimas dan Talita menggunakan kendaraan pribadi mereka. Pagi menjelang, diawali dengan kumandang azan subuh dari mesjid di dekat tempat tinggal mereka. Talita sudah bangun dan begitu juga dengan Diana yang sudah bangun dari tadi. Dia harus menyiapkan segala keperluan dan perlengkapan Talita sebelum dia berangkat sekolah. Dia juga harus mempersiapkan dirinya utnuk berangkat bekerja. Perempuan yang sudah berumur 28 tahun itu terlihat gesit sekali. Selesai sholat subuh, Talita mengerjakan beberapa tugas sekolahnya dan menyiapkan bukunya. Udara pagi sangat bersih dan sejuk. Belum ada polusi dan menyegarkan pernapasan. Talita berdiri di dekat jendela kamarnya, dari sana bisa terlihat halaman belakang rumahnya. Setiap pagi dia selalu melihat ke sana. Dimas sedang berolahraga. Dia terlihat bersemangat sekali. Dimas terlihat semakin ganteng. Terlihat otot-ototnya. Badannya basah dengan keringat. Dimas menggunakan alat gymnya. Dia terlihat keren dengan headset yang ad adi telinganya. Dari tempat dimas, juga bisa melihat ke kamar talita. Saat itu , Dimas melihat ke arahnya. Talita kaget. Dia segera menutup tirai jendelanya yang dibuka sedikit. Setiap kali talitaa melihat dimas, dia selalu mematikan lampu kamarnya. Pagi itu, dia lupa mematikannya, membuat Dimas memanggil namanya. Talita kaget. Dia pura- pura tidak mendengar. Dimas berada tepat di bawah kamarnya, dengan celana dibawah lutut dan baju kaos yang digunakannya. Talita masih tidur dim mbak Diana keluar dan membuka jendela kaca yang bisa di geser untuk membukanya. lampu kamarnya masih menyala mbak ucap Dimas mendekati mbak Diana. dia itu harus rajin olahraga biar sehat mbak gumam Dimas sambil masuk ke dalam rumah. Diluar rumah sudah mulai terang. Udara sedikit dingin dan angin bertiup pelan. Dimas menuju lantai dua rumah Talita dan mengetok pintu kamar talita. Sementara Talita di dalam kamar merasa kesal. kenapa pake acara lupa matiin lampu, pasti dia ngajakin olahraga celoteh Talita dalam hatinya sambil mengacak- nagacak rambutnya dan dengan langkah yang gontai dia berjalan menuju pintu kamarnya dan membukanya. Talita dengan rambut yang seperti orang bangun tidur itu serta masih degan piyamanya, menjulurkan kepalanya, pura- pura masih mengantuk. Sementara mbak Diana berada di belakang Dimas sambil tersenyum. apa? Tanya Talita dengan mata yang sipit dan tidak bersemangat. mbak sudah bilang tadi ta ucap mbak Diana yang berada di belakang dimas. cepat ganti baju, ikut aku jogging ucap Dimas memerintah talita. aku ngantuk ucap Talita yang kemudian berjalan lemas menuju tempat tidurnya dna berniat merapat kembali ke tempat tidurnya. nggak ada cerita!!! Dimas menarik tangan Talita supaya dia bangun. atau kamu mau aku yang gantiin baju kamu? ucap Dimas duduk di depan Talita yang menguap. APA? Talita kaget dan dia langsung membuka matanya lebar-lebar. Dimas tersenyum. Talita melirik Dimas kesal. Dia segera bangkit dan mengambil bajunya di dalam lemarinya. aku tunggu lima menit Dimas berjalan keluar kamar, diikuti dengan mbak Diana yang hanaya tersenyum melihat mereka. Dimas berdiri di pintu kamar Talita dan menunggunya di sana. Berselang lima menit kemudian, Talita keluar dengan wajah masam dan kesal. cakep Dimas tersenyum dan mereka berjalan menuruni tangga rumah talita. Dimas mengajak Talita untuk lari keliling kompleks rumah mereka sebelum bersia- siap berangkat sekolah. Talita menguncir rambutnya, menggunakan baju kaos berwarna biru dan celana olahraga ketat berwarna hitam, lengkap dengan sepatu olahraganya. Mereka berlari bersama mengitari kompleks perumahan. Sebenarnya, Talita tidak malas untuk lari pagi. Dia hanya tidak suka kalau dia tidak mau melakukan sesuatu tetapi di paksa untuk melakukannya. Dua puluh menit berlalu, mereka akhirnya kembali ke rumah. Jam menunjukkan pukul 05.50 WIB. Mereka duduk di teras belakang rumah dimas. Simbok menyapa mereka dan membawakan air putih untuk mereka. Simbok tahu kalau Dimas tidak suka dengan susu buatannya. Talita yang masih merasa lelah dan keringat membasahi tubuhnya, menuju dapur rumah Dimas dan membuatkan dua gelas susu untuk mereka. Sementara simbok sibuk menyiapkan sarapan untuk Dimas dan adiknya. Afif adik Dimas menghampiri mereka yang masih mendinginkan tubuh dan duduk di teras rumah dimas. pagi mbak ucap afif memeluk Talita dari belakang. Anak laki- laki yang baru saja masuk sekolah dasar itu baru saja selesai mandi dan masih menggenakan baju handuknya. pagi sayang Talita mencium pipi anak laki- laki kecil itu dan dia terlihat senang. Seorang perempuan yang sebaya dengan mbak Diana menghampiri mereka. mas afif, ayo pakai bajunya lagi bujuk perempuan itu sambil memegang tangan afif. iya mbak, aku mau menyapa mbak Talita sajaucap anak laki- laki yang berumur enam tahun itu sambil tersenyum dan meninggalkan Talita dan Dimas menuju kamarnya.dasar gendut gumam dimas. biar, asal nggak playboy balas bocah kecil itu dengan suara tingginya, membuat simbok yang ada di dapur mendengarnya dan tersenyum. Setelah itu, mereka bersiap- siap untuk berangkat sekolah, seperti biasa Talita dan Dimas berangkat bersama. Di sekolah mereka, sudah banyak murid yang berdatangan. Talita dan Dimas berbeda kelas kali ini. Namun tetap bersebelahan. Seorang guru dengan sebuah tongkat sudah menunggu mereka di tempat yang akan di lewati semua murid sebelum mereka memasuki kelasnya masing- masing. Setelah memarkir mobilnya, Talita dan Dimas berjalan bersama menuju kelas masing- masing. Dimas terlihat kaget meilihat guru itu dan merapikan pakaiannya. Talita hanya tersenyum tipis sambil bergumam dasar dan Dimas hanya meliriknya. Mereka berhasil melewati pak guru dan tongkatnya. Beberapa murid yang bermasalah dengan pakaiannya terpaksa berhenti dan siap-siap saja akan mendapatkan hukuman dari sang guru disiplin tersebut. pagi pak sapa Talita dan Dimas berbarengan. dimas, kamu tidak melanggar? Tanya sang guru dengan tatapan killernya dan menatap Dimas dari atas sampai kakinya. Talita hanya tersenyum dan sang guru membalas senyuman ramah talita. sama anak perempuan, lembek seperti bubur bisik Dimas kepada Talita saat mereka berjalan meninggalkan sang guru dan beberapa anak lainnya yang terkena hukuman dari sang guru. Mereka menuju kelas. Beberapa murid perempuan sibuk tebar pesona dengan dimas. Talita sudah terbiasa dengan hal tersebut. Dua orang cowok yang tak kalah kerennya dari Dimas berjalan menghampiri mereka. Mereka adalah SANDY dan ARIEF. Dua sahabat Dimas lainnya. Mereka sama coolnya dengan Dimas dan menjadi idola junior atau teman mereka dari sekolahnya sendiri ataupun sekolah lainnya. Dua cowok dengan tinggi tubuh dan postur tubuh atletis dan anak basket dan ngeband. hey ta sapa mereka kepada Talita dengan senyuman manis mereka. hey sapa Talita kembali dengan senyuman penuh keramahan. dim, nanti malam ikutkan? Tanya cowok yang menggunakan dasi dibaju putihnya. ajak sekalian AUREL tambah cowok yang dasi abu- abunya dilepas dan merangkul dimas. Talita hanya menjadi pendengar yang baik di sana. ta, kamu mau ikut? Tanya cowok dengan dasi abu- abunya, kemudian diiring dengan suara tawa dari mereka. Talita sudah terbiasa dengan ejekan mereka. dasar, Talita tersenyum. TALITA.. teriak seorang perempuan dari kejauhan sambil berlari dan terlihat tergesa- gesa. si anak desa kenapa? ucap seorang laki- laki dengan wajah tidak senang dan meremehkan yang dasnya dilepas. Talita tidak suka dengan kata- kata itu. Dimas kemudian menarik tangan temannya itu dan mereka meninggalkan Talita dengan temannya yang datang mendekatinya sambil memegang tangannya. Cewek itu terlihat lelah dan sesak nafasnya. ta, baru saja aku dapat kabar dari rumah sakit, kalau bapak yang kita tolong semalam sudah meninggal dunia jelas teman Talita yang menggunakan kacamata dan rambutnya di kuncir ke belakang. Dia mencoba menstabilkan kembali pernapasannya. Gadis itu memegang tangan kanan Talita dengan kedua tangannya. Talita tampak sedih mendengarkan kabar itu. Rasanya sama dengan saat dia kehilangan neneknya, padahal dia dan bapak itu bukanlah keluarga satu darah. Bapak itu adalah orang yang baru saja ditolongnya. Airmata menggenang di pelupuk mata bagian bawahnya. Dimas yang sudah berlalu dibelakangnya, menoleh ke arah talita. Dimas terlihat cemas dan dia sangat ingin tahu dengan kabar apa yang baru di dengar talita, sehingga dia seperti itu. Dimas mencoba meninggalkan dua temannya, sandy dan arief. Namun mereka seperti menahannya untuk tetap bersama mereka. Talita dan gadis berkacamata itu berjalan masuk ke dalam kelas, sehingga Dimas yang berdiri di pintu depan kelasnya tidak bisa lagi melihat mereka. Talita dan gadis berkacamata itu duduk di meja yang bersebelahan. nanti, sepulang sekolah kita ke sana ya, mand ucap Talita yang terlihat masih sedih kepada gadis berkacamata itu. Talita memegang mainan boneka kecil di tasnya. Gadis berkacamata itu mengangguk sambil tersenyum tipis dan dia juga terlihat sedih.Bel tanda masuk berbunyi, cuaca yang cerah berbanding terbalik dengan hati gadis cantik itu. dia masih merasakan kesedihan kehilangan bapak yang baru saja dikenalnya. Ini bukan karena dia kehilangan orang yang baru dikenalnya, melainkan dia teringat dengan keluarga yang ditinggalkan oleh si bapak. Kemarin sore, sepulang dia dari panti asuhan bersama teman berkacamatanya itu. Talita bertemu seorang pedagang gerobak yang tergeletak dipinggir jalan sepi, setelah mereka mendengar suara hantaman keras dan kendaraan bermotor dengan suara mesinnya yang keras. Seperit dia memaksa untuk memacu kendaraannya lebih cepat lagi. Mereka yang sednag menunggu angkot, langsung berlari ke arah sumber suara. Terlihat seorang bapak yang tergeletak dipinggir jalan dan berusaha minta tolong dengan suara lirih penuh kesakitannnya. Di sisi jalan yang lain, sebuah gerobak rusak parah. Sepertinya bapak itu korban tabrak lari. Teman berkacamata Talita mencari bantuan, sementara dirinya mendekati bapak itu. mereka membawanya ke rumah sakit dengan bantuan seseorang yang berbaik hati dengan mobilnya. Mereka juga melaporkan masalah itu ke polisi.Malam itu, keluarga si bapak datang, beliau hanya memiliki seorang anak perempuan yang sebaya dengan mereka. Dia datang dengan beberapa orang tetangganya. Gadis perempuan itu menangis dan dia terlihat sangat sedih. Talita dan temannya bisa merasakan kesedihan yang dirasakan oleh gadis itu. gadis berambut panjang yang diikat dibelakang, menggunakan rok hitam dan baju kaos panjang tangan yang sudah lusuh, dengan sandal jepitnya. Wajahnya pucat dan penuh kesedihan.Malam itu hujan membasahi kota itu, sama seperti airmata yang turun dan ri mata gadis itu. Talita dan temannya berusaha menenangkan gadis itu. sementara sang bapak, masih ditangani oleh dokter. Malam itu, mereka kekurangan biaya pengobatan. Rumah skait sedikit mempersulit mereka. Si bapak membutuhkan biaya operasi yang cukup banyak malam itu. Alhasil, Talita menghubungi mamanya dan mengusahakan yang terbaik untuk sang bapak. Mereka ternyata juga langganan dengan si bapak. Beliau menjual nasi goring, Talita dan temannya itu sangat suka. Hal tersebut menambah kesedihan mereka.Talita bisa membayangkan posisi anak bapak itu. dia hanya memiliki bapaknya dan tak ada keluarga lain. ibunya meninggalkan mereka karena tidak kuat hidup serba kekurangan. Gadis itu bahkan terancam putus sekolah. Uang berjualan si bapak untuk menutupi hutang mereka yang cukup banyak pada rentenir. Jam istirahat datang, Talita dan teman berkacamatanya minta izin kepada gurunya untuk pulang lebih awal. Mereka berdua tidak tenang, terlebih lagi teman Talita yang berkacamata. Akhirnya mereka mendapatkan izin dari pihak sekolah dan segera pergi ke rumah si bapak.Seorang cowok tengah sibuk memperhatikan kiri kanannya. Dia seperti mencari seseorang. Cowok itu dimas. Dia pergi ke kantin, perpustakaan, laboratrium sekolah dan taman sekolah. Dia tidak menemukan yang di carinya. Akhirnya dia masuk ke sebuah kelas. kok nggak ada tasnya? gumam Dimas saat melihat sebuah meja. Beberapa siswa perempuan tengah duduk di sebuah meja dan sibuk dengan topic mereka. Suara gelak tawa pecah. eh, lo pada ngelihat talita? Tanya Dimas mendekati kelompok siswa perempuan itu sambil menunjuk meja talita. oh, tadi Talita sama AMANDA pergi, tapi nggak tahu kemana dim jawab salah seorang diantara mereka. makasih Dimas mencoba berpikir, dia teringat akan kejadian tadi pagi sambil berjalan keluar kelasnya talita. hey bro, kemana aja lo? Dari tadi kita cariin. Sapa salah seorang di antara dua cowok bertubuh tinggi dan berkulit putih itu. gue nyariin talita jawab Dimas yang masih berpikir kemana mereka pergi dan apa yang terjadi tadi pagi. Dimas sudah mencoba menghubungi handphonenya, tapi dia baru ingat kalau baterai handphonenya Talita habis dan dia lupa mengisi batreinya tadi pagi. memangnya kenapa dim? Tanya cowok disamping cowok itu. dia nggak ada di kelas, tasnya juga nggak ada. Gue mau tau aja kemana dia pergi jawab Dimas yang masih berdiri di pintu kelas talita. udahlah bro, lo kayak mak mak kehilangan anaknya aja celoteh cowok itu lagi sambil tersenyum. lalu mereka meninggalkan kelas talita. Sementara Talita dan Amanda dalam perjalanan menuju sebuah pemukiman yang sepi. Mereka berjalan kaki menuju rumah bapak itu. jalannya tidak beraspal dan sedikit becek karena hujan tadi malam. Sebuah rumah kayu dan sudah cukup reot, banyak warga yang berkumpul di sana. Banyak orang dengan baju hitamnya. Amanda dan Talita sampai di depan rumah itu. banyak orang yang melihat ke arah mereka. Mereka masih berpakaian sekolah. Talita yang rambutnya selalu di sanggul menggunakan sweater hitam yang selalu ada dalam tasnya. Sementara temannya yang berkacamata tidak menggunakan apapun yang berwarna hitam. Mereka masih dengan seragam sekolahnya.Seorang gadis perempuan menangis disamping tubuh laki- laki yang ditutupi kain panjang batik diatas sebuah tikar. Wajahnya tertutup sebuah selendang putih dan di atasnya ada al-quran. Di sekeliling mereka ada ibu- ibu dan bapak-bapak yang datang melayat. Mereka membacakan surat yaasiin untuk si bapak yang terlihat pucat dan kaku.Ada beberapa bekas jahitan di wajah beliau. Gadis perempuan itu memeluk bapaknya. Dia menangis dan tak bersuara. Dia terus melihat ke arah bapaknya yang akan meninggalkannya untuk selamanya. Talita dan Amanda duduk disamping gadis perempuan itu. mereka berpelukan. Amanda mencoba menghibur mereka. Di sana ada beberapa orang dari pihak kepolisian. Hari itu berlalu dengan kesedihan. Kehilangan sosok yang kita sayangi membuat lemah seluruh tubuh. Hanya tangisan yang menandakan betapa sakitnya dan perihnya sebuah perpisahan. Gadis belia itu pingsan ketika jasad bapaknya masuk ke liang lahat. Amanda yang berdiri di sebelah gadis itu segera menyambutnya. Dibantu oleh beberapa orang lainnya gadis itu digotong ke tempat yang teduh. Di tempat yang berbeda, sekelompok siswa sekolah tengah asik bercanda di sebuah tempat makan. Ada siswa perempuan dan laki-laki. Mereka asik bercanda dan bercengkrama satu sama lain. terlihat dan gayanya mereka adalah anak-anak orang berduit. Siswi perempuan dengan rok di atas lutut. Ada yang sibuk dengan pasangannya, ada yang sibuk dengan gadgetnya, ada yang sibuk dengan temannya. Ada pula yang sibuk sendiri dengan handphonenya. Wajahnya tampak gelisah. Dia memisahkan diri dari yang lainnya. hey sapa siswi perempuan dengan rok di atas lututnya menghampiri siswa laki-laki itu. rambutnya panjang dan agak sedikit ikal. Dia memakai sedikit riasan wajah. Gadis cantik putih tinggi dan langsing itu seperti model. heyjawab siswa laki-laki yang duduk sendiri dengan kaki kanannya berlipat dan tangan kirinya memegang gadgetnya. Dia sedikit kaget ketika siswa perempuan itu datang dan berdiri di sebelahnya.boleh aku duduk di sini? Tanya perempuan itu dengan senyuman cantiknya. silahkan jawab laki-laki itu menggeser tubuhnya ke sisi kursi yang lain. sementara perempuan itu duduk di sebelah kirinya. Kursi itu untuk dua orang. Sebuah kursi kayu berwarna cokelat mengkilat. Perempuan itu menyelipkan rambutnya ke kuping kanannya. kenapa nggak gabung dengan yang lainnya? Tanya perempuan itu memulai percakapannya dan melihat ke arah teman- temannya yang lain. tadi habis nelpon sahabat gue jawab laki- laki dengan rambut yang bergaya itu dengan menggoyangkan handphone di tangannya. sahabat atau sahabat? Kok kelihatannya lo cemas gitu goda cewek itu dengan menyenggol bahu cowok itu di tambah senyuman dan lirikan matanya yang menggoda. iya sahabat, kita sahabatan udah dari jaman SD. Tadi dia minta izin pulang cepat, tapi gue tidak tahu kemana jawab laki-laki itu dengan wajah sedikit cemas.oh, mau juga dong jadi sahabat lo, biar bisa dicemasin dan diperhatiin sama lo ucap cowok itu dengan wajahnya yang merona. Wajah cowok itu sedikit kaget dan kemudian dia tersenyum senang, wajahnya sedikit memerah. Mereka lalu tertawa dan kemudian mereka berbincang-bincnag akrab tentang banyak hal, membuat pikiran cowok itu menjadi teralihkan. Wajah cemasnya sekarang sudah tidak ada lagi. Cowok itu bahkan terlihat akrab dengan perempuan di sebelahnya. Mereka saling tertawa dan bercanda.Malam menjelang, Amanda dan Talita masih di rumah si bapak itu. sekarang mereka hanya bertiga di rumah itu. teman baru mereka masih berduka. Wajah sedihnya masih sangat pekat. Airmata sesekali turun dari wajahnya. Talita dan Amanda memasakkan makanan untuk makan malamnya, tapi gadis itu tidak mau makan.Malam itu begitu sepi, Talita dan Amanda juga tidak tahu apa yang harus mereka katakana. Gadis perempuan itu hanya duduk di sebuah kursi yang sudah tua. Rumah itu pun sudah tua. Ada banyak jarring laba- laba di langit-langit rumah itu. dapurnya pun seadanya. Talita dan Amanda merasa berat hati meninggalkan gadis itu. takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. KASIH, kamu harus makan. Bujuk Amanda membawakan sepiring nasi ditambah dengan lauknya. Tapi gadis itu hanya bisa menangis dalam diam. Dia mengelakan makanan yang diberikan oleh Amanda. Talita berdiri di sebelahnya. sih, aku percaya kalau bapak sudah tenang di sana. Beliau akan tidak tenang, kalau melihat kamu seperti ini. Beliau akan sangat sedih ucap Amanda dengan wajah yang ikut-ikutan sedih. kalian tidak merasakan apa yang ku rasakan ucap gadis yang matanya dipenuhi airmata itu. kamu salah, aku tahu bagaimana kehilangan kedua orangtua. Kamu seharusnya bersyukur masih bisa tinggal dengan bapakmu. Sementara aku? Amanda terlihat emosi mendengarkan kata- kata gadis yang sebaya dengannya itu. Amanda menahan airmata dan perkatannya. Talita kaget melihat Amanda seperti itu. selama ini dia tidak tahu banyak hal tentang Amanda, selain mereka teman satu kelas dan Amanda adalah gadis dari desa. aku bahkan tidak pernah melihat kedua orangtuaku tambah Amanda. Talita tambah kaget lagi. Matanya membesar dan semakin penasaran dengan temannya itu. kasih melihat ke arah Amanda yang airmatanya sudah membasahi wajahnya. kamu seharusnya bersyukur dan tidak seperti ini. Kamu seharusnya memikirkan hidup kamu ke depannya. Bapak kamu di sana sudah tenang. Meskipun kamu menangis darah sekalipun, bapak kamu tidak akan pernah kembali. Meskipun kamu tidak mau makan sampai mati pun bapak kamu tidak akan pernah bisa hidup lagi. Kamu lupa? Selama ini bapak kamu bekerja banting tulang, untuk siapa? Amanda terus mengeluarkan isi hatinya. Dia sangat marah melihat sikap perempuan yang dulunya tidak dikenalnya sama sekali. untuk kebahagiaan kamu kan? agar kamu bisa sekolah dan seperti orang lain. sekarang, kamu seperti ini. Apa kamu tidak berpikir sedikitpun kalau bapakmu akan sedih? tambah Amanda dan nafasnya terasa sesak. Dia mencoba menstabilkan kembali pernaapasannya. Kasih kaget. Mereka lalu berpelukan. Talita hanya terdiam dan masih belum percaya kalau Amanda yang dikenalnya tidak bisa marah bahkan ketika orang lain mengejeknya dan mempermalukannya sekalipun. Sebuah senyuman terurai dari wajah mereka. Akhirnya kasih mau memakan makanan yang sudah dimasak oleh talita. Malam sudah larut, seorang perempuaan datnag ke rumah itu dan mengaku sebagai adik dari bapaknya kasih. Talita dan Amanda bisa pulang. Mereka sudah merasa aman meninggalkan kasih dengan bibinya itu. beliau baru datang dari luar negeri. Kasih pun lupa kalau dia punya seorang bibi dari ayahnya. Beliau bekerja sebagai TKI di sana. Tangis haru sempat mewarnai rumah itu lagi. Talita dan Amanda akhirnya berpamitan pulang ke rumah mereka. Kasih dan bibinya mengantar mereka sampai ke pintu. sudah jam stengah dua belas ta ucap Amanda melihat jam tangannya. Mereka akhirnya pulang dengan taksi. Talita dan Amanda berbicara banyak di perjalanan mereka menuju rumah. Talita menyampaikan rasa kaget dan tidak percayanya saat melihat Amanda mengeluarkan emosinya. aku kehilangan ke dua orangtuaku saat berumur satu tahun ta dalam sebuah kecelakaan. Makanya, aku tidak ingat dengan wajah mereka. Aku hanya bisa melihat mereka dari foto. Selama ini, aku tinggal dengan nenek dan kakekku. Jelas Amanda dengan raut wajah sedih. Talita tidak mau bertanya. Dia bisa merasakan betapa sedihnya menjadi Amanda. Dia sudah cukup tahu dengan semua penjelasan dari temannya itu. Malam berlalu, seperti taksi yang terus melanjutkan perjalanannya menuju rumah Amanda. Sebuah rumah yang cukup besar dan mewah. Lagi- lagi dia kaget dan tidak percaya dengan apa yang di lihatnya. Selama ini Talita hanya tahu Amanda adalah gadis desa, murid bea siswa, lugu dan cupu. Talita adalah tipikal orang yang tidak mau tahu dengan urusan orang lain, latar berlakangnya bagaimana. Dia bukan tipe orang yang akan menyelidiki temannya. Dia adalah tipe orang yang berteman dengan siapa saja yang baik menurutnya. Bukan berarti dia sombong atau egois.Amanda membuatnya kagum, baru kali ini dia bertemu dengan orang seperti Amanda. Adakalanya menjadi seperti Amanda menyenangkan. Orang tidak tahu betapa kayanya dia. Jadi, orang yang berteman dengannya tulus. Namun, yang tidak menyenangkan adalah orang seperti Amanda seering diperlakukan tidak adil oleh beberapa orang yang menganggap dirinya pintar dan keren serta tenar dan memiliki uang yang banyak. Selama ini Talita mengira tidak ada orang seperti Amanda. Kebanyakan teman yang dia jumpai adalah orang-orang yang senang menyombongkan kekayaan mereka, dengan memakai barang-barang bermerek, mobil, gadget dab pergaulan yang hedonis. mampir dulu ta? ajak Amanda saat dia akan turun dari taksi kepada talita. terima kasih mand, sudah larut. Jawab Talita tersenyum kepada Amanda. Lalu dua sahabat itu berpisah untuk hari itu. seseorang dengan tubuh kekar membukakan pintu pagar untuk Amanda. Gadis berkacamata itu masuk ke dalam rumahnya. Seorang perempuan tua menghampirinya dengan wajah cemas. Beberapa mobil datang dari arah belakangnya. Membuat mata gadis itu silau. Perempuan paruh baya itu memeluk Amanda dan matanya berkaca-kaca. Seorang laki-laki tua dengan jas hitamnya dan rambutnya yang putih keluar dari mobil itu. laki-laki itu segera memeluknya.maafkan manda opa, oma. Handphone Amanda baterainya habis ucap gadis perempuan itu dengan wajah penuh penyesalan. tidak apa-apa, its oke. Kamu pulang dengan selamat. Ucap laki-laki paruh baya itu dengan meraba wajah Amanda dan matanya berkaca-kaca. kami takut kehilangan kamu ucap perempuan dengan baju bercorak bunga dan celana hitam itu. mereka lalu masuk ke dalam rumah. Beberapa orang menjaga pintu dan gerbang rumah itu. Talita masuk ke dalam rumahnya. Dia menoleh sejenak ke rumah dimas. Rumah itu tampak sepi. Dia melihat ke sekeliling rumahnya. Tidak ada siapapun. Talita mengetuk pintu rumahnya. Seorang perempuan dengan rambut tergerai dan piyamanya membukakan Talita pintu. ingat ta perjanjian dengan mama dan papamu ucap Talita mengambil tas Talita sambil menguap dan mengunci pintu rumah. Talita merebahkan tubuhnya di sofa. Dia sangat kelelahan. Mbak Diana menaruh tas Talita dikamarnya dan kemudian membuatkan minuman untuk Talita dan menaruhnya di meja tempat Talita berbaring. kamu ada yang dibutuhkan lagi? Tanya Diana kepada Talita yang masih berbaring di sofanya. mama dan papa tadi menelpon mbak? Tanya Talita saat dia akan meninggalkannya. iya, mereka bilang ada laporan dari sekolah kamu izin pulang cepat. Ucap Diana menoleh ke arah talita. pasti ini kerjaan Pak IMRAN. Talita terlihat kesal. Diana tersenyum dan kemudian meninggalkannya menuju kamarnya. Talita membenamkan kepalanya ke sofa. Dia merasa kesal. Kemudian pikirannya teralihkan ke hal lain. seseorang mengetuk pintu rumahnya. Talita kaget dan takut. Talita kemudian berjalan perlahan. non, non talita.. ucap orang itu. suara perempuan tua yang terlihat cemas. Talita kenal suara itu. dia segera membukakan pintu rumahnya. simbok? Tanya Talita heran dan melihat sekeliling rumahnya. Perempuan tua itu terlihat cemas. mas afif, masi afif demam tinggi non perempuan itu separuh akan menangis dan cemas. kenapa bisa mbok? Dimas mana mbok? Talita yang masih menggunakan seragam SMAnya. Dia segera membuka laci meja yang ada di dekat tangga rumahnya. Dia mengambil sebuah kunci dan mengambil dompet di tasnya. Talita juga cemas. Orangtua mereka tidak ada di rumah. belum pulang non, tadi mas afif pulang sekolah katanya sakit perut, simbok beri obat, tapi malam tadi malam panas non. Simbok kompres, tapi tidak turun juga non. Malam semakin tinggi simbok menjelaskan di sepanjang jalan menuju rumah dimas. Diana keluar dan mengikuti mereka. Talita masuk ke kamar afif dan memeriksanya. Anak laki-laki itu menangis ketika Talita memegang kepalanya. Talita langsung menggendong bocah laki-laki gendut yang lumayan berat untuknya. Baby sister afif menyiapkan tas untuk dibawa ke rumah sakit. Mbak Diana ikut menemani, simbok tinggal di rumah dan mencoba menghubungin dimas. kemana tu anak? Talita terlihat kesal. Dia mengemudikan mobil menuju rumah sakit. Dia terlihat cemas, sementara Diana duduk di sampingnya sambil menggendong afif yang terus menangis. Badannya memerah. Mereka akhirnya sampai di rumah sakit. Diana menggendong afif menuju UGD. Dokter dan suster langsung memeriksa afif. Dia tidak mau melepaskan tangan talita. Kedua orangtua mereka masih berada di luar negeri. Sangat susah untuk menghubungi keduanya. Dimas masih belum bisa dihubungi. bagaimana keadaan adik saya dok? Tanya Talita saat dokter selesai memeriksanya. adik anda kelelahan, tapi dia harus dirawat untuk beberapa malam ini. Dia kekurangan cairan tubuh juga jadi harus di infuse. Jelas dokter panjang lebar kepada Talita. Afif kemudian dipindahkan ke ruangan rawat inap. Talita, Diana dan baby sisternya menemani afif malam itu. pagi menjelang, mbak Diana pulang ke rumah. Dimas masih belum datang. Talita terlihat marah dan kesal setiap kali dia memikirkan dimana keberadaan sahabatnya itu. demam tubuh afif sudah mulai turun. Tapi dia masih terlihat lemas dan pucat. Talita sangat mengantuk, dia belum istirahat dari tadi malam hingga pagi menjelang. non, anda harus istirahat. Ucap baby sister afif kepada Talita yang duduk disamping afif yang baru bangun dan melemparkan senyuman kepadanya. tidak apa-apa mbak talit tersenyum sambil melihat ke arah afif. Dia melihat jam di dinding dan kemudian mengirimkan kabar kepada Amanda kalau dia tidak masuk sekolah hari ini karena adiknya sakit. Talita juga berpesan kepada Amanda, kalau melihat Dimas disekolah tolong beritahu Dimas kalau adiknya masuk rumah sakit. mbak tidak masuk sekolah? Tanya afif dengan wajah polos dan pucatnya. kalau mbak sekolah hari ini, nanti afif kesepian jawab Talita dan afif tertawa. mas didim kemana mbak? Tanya Afif sambil memainkan robot yang dipegangnya. Talita hanya tersenyum sambil mengacak lembut rambut afif. Mereka lalu main robot bersama. Dokter pagi itu datang memeriksa afif. Dokter itu masih muda dan sangat ramah. Dia menasehati afif untuk tidak terlalu lelah dan panas-panasan serta rajin minum air putih. Orangtuanya masih belum datang, mereka sudah bisa dihubungi, tapi masih belum bisa pulang karena masih ada yang mereka kerjakan. Talita merasa kasihan melihat afif, anak laki-laki polos yang masih bisa tersenyum saat kedua orangtuanya dan bahkan kakaknya tidak ada disampingnya saat dia sedang sakit. Simbok datang membawakan makanan dan baju ganti untuk Talita. masih belum ada kabar dari Dimas mbok? Tanya talita.belum non jawab simbok saat dirinya sedang menyuapi afif makan. Talita baru saja mandi dang anti baju. Dia merasa segar walaupun sebenarnya dia masih lelah dan butuh istirahat. Talita terlihat kesal dan marah kepada dimas. Dia sudah mendapatkan kabar dari Amanda, kalau Dimas tidak masuk sekolah hari itu, termasuk juga dengan kedua temannya, sandy dan arief. Talita merasa kesal sekali dan dia ingin memaki seseorang. Talita terus menghubungi dimas, tapi nomornya tida aktif. Tali terus mengirim pesan kepada dimas.Sepanjang hari, Talita dan afif bermain di tempat tidur. mereka bercanda dan bercengkrama. Mereka main game bersama dan juga mewarnai. Simbok sudah kembali ke rumah. Sorenya Amanda datang membawakan buah dan mainan untuk afif. Afif terlihat senang medapatkan mainan dari Amanda. Amanda cukup lama di rumah sakit, hingga malam menjelang dan barulah dia pulang. Talita masih belum istirahat. Afif terlihat semakin baikan, kemungkinan besar besok bocah laki- laki iu sudah bisa pulang.Disebuah tempat yang berbeda, ada laut dan banyak sekali orang-orang dengan suara music yang kencang. Semua orang di sana terlihat bersenang-senang. Perempuan dan laki- laki terlihat menyatu dan berbaur satu dan yang lainnya. Gaya hidup hedonis sangat terpancar dari perilaku sekelompok orang di sana. Di belakangnya ada sebuah penginapan yang terlihat mahal dan megah.Seorang laki-laki terlihat panic ketika dia baru saja membaca sebuah pesan di handphonenya. guys, gue cabut. Ucap laki-laki dengan celana pendek di bawah lutut dan baju tanpa kaos hitam. Laki-laki itu berteriak kepada teman-temannya dengan wajah panic dan cemas. Malam dengan taburan bintang dan deburan ombak yang pecah di pantai. Seperti detank jantung cowok itu yang berdetak kencang. ya ampun bro, come on!!! ucap seorang laki-laki dengan kemeja dan baju kaos di dalamnya. Dia adalah sandy, terlihat sedang mabuk. gue harus cabut duluan ucap laki- laki itu meraih jaket dan tasnya. kamu mau kemana dim?? Tanya seorang perempuan dengan celana pendeknya dan baju kaosnya. Dia terlihat seksi dan rambutnya disanggul belakang. Perempuan itu mencoba menahan laki-laki itu dengan merangkulnya. maaf rel, aku harus balik sekarang. Adikku masuk rumah sakit jelas Dimas kepada perempuan cantik itu. dia terlihat kagaet mendengar penjelasan dimas. kalau begitu aku ikut ucap perempuan itu. mereka akhirnya meninggalkan tempat itu. perempuan itu terus memegang tangan dimas. Malam menyimbolkan kesunyian dan ketenangan. Laki- laki itu memacau mobilnya. Kecepatan tinngi. Perempuan di sebelahnya terlihat tenang. Sementara talita, membacakan cerita untuk afif, pengantar tidurnya. Afif akhirnya tertidur. Talita juga sangat mengantuk. Malam itu, Talita tidak kuat lagi untuk tidak tidur. kali ini, baby sister afif yang berjaga malam itu. Talita mulai merebahkan tubuhnya di sofa. Baru saja dia menutup matanya. Pintu terbuka keras, dengan langkah tergesa-gesa. Suara rebut penuh Tanya membangunkannya. Talita kaget. Dia melihat seorang laki- laki dengan wajah panic dan terlihat cemas masuk ke dalam kamar afif dan mendekati tempat tidur afif. Seorang perempuan datang dibelakangnya. Talita terlihat tambah kaget lagi. Dia tidak ingin berkata apa-apa. Semua kata yang ada dibenaknya yang ingin memaki Dimas semua sirna ketika melihat perempuan yang baru saja datang. Entah apa yang ada dibenak dan hati talita. Dia hanya bisa diam dan kembali duduk di sofa. Dimas sepertinya belum menyadari keberadaan talita. Afif terbangun. Perempuan itu duduk disamping afif dan sepertinya dia prihatin. Perempuan itu memeluk afif dan membelai kepalanya. Talita mengambil selendang yang ada di sofa dan menutup bagian dada perempuan itu yang tidak baik untuk dilihat afif. Belahan dadanya terlihat. Dimas kaget melihat talita. Baby sister afif tersenyum melihat kejadian itu. Dimas minta maaf kepada afif karena tidak ada di saat dia membutuhkan kakaknya, terlebih lagi kedua orangtua mereka tidak ada di rumah. Talita tidak berkata sepatah kata pun kepada dimas. Tanpa perlu bertanya, Talita sudah tahu apa yang terjadi, apa yang dilakukan Dimas sebelumnya. Dia merasa kali ini sahabatnya itu sangat keterlaluan. Selama ini, Dimas mempunyai pacar, tida pernah sekali pun dia seperti itu. ditambah lagi dengan perempuan yang dibawa dimas. Talita sedikit banyaknya pernah mendengar cerita tentang gadis itu. mereka sebaya.Talita mencoba mengabaikan apa yang ada dibenaknya. Kepalanya serasa akan meledak. Ditambah lagi dengan tubuhnya yang sangat lelah. ini sahabat kamu dim? Tanya perempuan yang masih mengenakan selendang di lehernya dan menutupi dadanya itu kepada Dimas saat mereka sudah duduk di sofa. Talita tidak mengantuk lagi, kemarahannya membakar rasa kantuknya, tapi tubuhnya tetap saja lelah. Baby sisternya afif membuatkan mereka minuman, dan susu untuk talita. aku hampir lupa, aurel kenalkan ini Talita sahabatku dan Talita ini aurel pacarku. Jelas Dimas sambil tersenyum. Talita yang sibuk dengan handphonenya terlihat muak saat Dimas tersenyum senang. Talita mencoba tersenyum terpaksa. Dimas dan pacar barunya bercanda dan bercerita. Talita yang masih sibuk dengan handphonenya hanya melirik sebelah mata. Jam menunjukkan pukul 01.30 WIB.kamu mau kemana?Tanya Dimas kepada Talita yang memasang jaketnya dan kemudian berdiri dari duduknya. aku mau pulang jawab Talita dengan ekspresi datar. aku antar Dimas juga ikut berdiri sementara pacarnya sudah tertidur. Talita melihat ke pacar baru Dimas dan kemudian dia memperlihatkan kunci mobilnya.aku bisa pulang sendiri Talita mengambil tasnya. mbak, aku pulang duluan ya? Besok pagi aku akan ke sini lagi. Ucap Talita kepada baby sister afif yang masih belum tidur. iya non, terima kasih. Non Talita teh harus istirahat yang banyak. Saran baby sister afif kepada Talita sambil tersenyum dan Talita pun keluar dari ruangan tempat afif fi rawat. Dimas hanya melihat Talita pergi. Dia sepertinya sedih. Dia juga sadar Talita marah kepadanya. Tapi Dimas tidak bisa berbuat apa-apa. Dia sangat paham sifat sahabatnya itu kalau sudah marah. Dia tidak akan berkata sepatah kata pun. Talita dengan sedikit takut berjalan keluar rumah sakit. Dia mengemudikan kendaraannya sendiri. Tubuhnya sangat lelah. Tetapi kemarahan membuatnya memacu kecepatan kendaraannya. Dia melaju dengan cepat. Talita tidak langsunng pulang ke rumah. Dia berhenti di sebuah jalan. Dia keluar dari mobil dam berteriak di sebuah jembatan. Setelah itu, barulah dirinya pulang. Diana kaget melihat Talita yang mendadak pulang ke rumah. Dimas sudah datang ucapnya ketika Diana membukakan pintu dan dirinya masuk ke dalam rumah. Diana sepertinya paham dan tidak mau bertanya lagi melihat ekspresi wajah Talita dan pernyataan talita. Talita segera masuk ke dalam kamarnya dan merebahkan tubuhnya ke tempat tidurnya. Talita tidur selalu menghidupkan lampu kamarnya di malam hari. Kalau tidak dia tidak akan bisa tidur. perlahan matanya mulai berat dan akhirnya dia tertidur lelap.Pagi menjelang, Talita masih belum bangun. Diana sudah memulai aktivitasnya dari subuh. Dia sudah membersihkan rumah dan menyiapkan sarapan. Tapi Talita tidak bangun untuk sarapan pagi itu. tali membersihkan rumah dan mencuci pakaian. Rumah itu tidak terlalu besar, cukup untuk di tempati keluarga kecil. Rumah dengan design minimalis dan memanfaatkan segala ruang yang tersedia di rumah itu. ada empat kamar, dua di bawah dan dua di atas. Dapur dengan pentri yang langsung bisa terlihat meja makan. Ruangan keluarga yang bersebelahan dengan meja makan dan dibatasi oleh sebuah lemari rendah untuk menyimpan buku-buku dan majalah serta di atasnya ada beberapa foto yang tepajang. Ruangan keluarga itu agak sedikit rendah dan ada tiga tangga kebawah. Sebuah sofa yang lumayan nyaman dengan meja di tengah- tengahnya. Sebuah televise layar lebar dan raknya yang langsung menyatu dengan dinding rumah dan ada beberapa DVD dan VCD serta play station dan seperangkat alat karokean. Dibatas dengan sebuah lemari kecl juga, di sebelahnya ada ruang tamu di dekat pintu masuk dan ada beberapa sofa. Jika kita duduk di sofa ruang tamu tidak akan terlihat orang yang sedang menonton di depan televise. Ada sebuah lemari pajangan benda-benda koleksi mamanya Talita di samping kursi pintu tamu yang menyatu dengan dinding sebuah kamar setelah itu baru ada jendela yang bisa di geser. Mentari pagi sudah naik, cuaca cukup cerah. Talita sudah bangun dan sudah siap untuk berangkat ke rumah sakit. Sementara Diana baru saja selesai membersihkan rumah. Diana baru saja ingin membersihkan halaman belakang dan merapikan bunga-bunga yang ada di rak halaman belakang. Bunga-bunga itu juga koleksi mamanya talita. Bunga itu harus dirawat dan dibersihkan sekali seminggu, kalau saja bunga itu ada yang mati atau layu, mamanya Talita akan ngomel seharian dan dia akan terlihat sedih seperti baru kehilangan anak saja, mbak, aku berangkat ke rumah sakit Talita sudah siap dengan celana katun tidak terlalu ketat berwarna cokelat dan baju sewarna dengan kulitnya. Talita masih saja menyanggul rammbutnya. Dia lebih segar dari semalam. Talita menghampiri mbak Diana yang sedang sibuk dengan tanamannya. hati-hati ya ta ucap mbak Diana yang merapikan tanaman-tanaman itu. Talita pergi dengan mobilnya. Sebelum ke rumah sakit, Talita mampir ke toko mainan memberikan hadiah untuk afif. Setelah itu barulah dia ke rumah sakit. Di ruangan afif, mereka sedang siap- siap untuk kepulangan afif. Dimas dan pacarnya masih di rumah sakit dan mengurus biaya administrasinya. Talita membantu simbak merapikan pakaian afif dan mengganti bajunya afif. Seorang dokter muda yang tinngi putih dan menggunakan kacamata itu menghampiri mereka. Talita sedikit bercengkrama dengan dokter itu. dokter itu lagi-lagi menasehati afif untuk menjaga kesehatannya.Suasana diam ketika Dimas dan pacarnya datang. Talita tidak banyak bicara lagi. Dia hanya tersenyum tipis saat Dimas menyapanya. Afif pulang ke rumah bersama talita. Dia yang memintanya kepada dimas. Afif terlihat tidak suka dengan pacar barunya dimas. Mereka akhirnya sampai di rumah. Afif istirahat dikamarnya, ditemani oleh baby sisternya. dim, sebaiknya kamu bawa pacar kamu pulang. Om dan tante sedang tidak di rumah. Ucap Talita saat mereka sedang berduaan di ruang tamu. Perempuan itu merangkul dimas. Simbok dan simbak sudah mengatakan kepada Talita kalau terjadi sesuatu yang tidak-tidak nantinya. Afif masih kecil. Perempuan itu melirik Talita tidak senang. kita nggak ngapain-ngapain kok ucap cewek itu melirik Talita dengan wajah kesal. aku mau menjemput om dan tante ke bandara Talita mengabaikan ucapan perempuan itu dengan melihat jam ditangannya.APA? Dimas terlihat kaget. Talita membalikan badannya dan meninggalkan ruang tamu rumah yang cukup besar itu. den, ada baiknya teman aden ini pulang. Simbok takut bapak dan ibuk nanti marah den simbok yang sudah cukup tua itu menghampiri mereka dan perempuan itu terlihat kesal. baik mbok, ucap Dimas yang masih melihat Talita keluar dari rumahnya. tapi sayang, aku juga mau kenal dengan mama dan papa kamu ucap cewek itu merayu Dimas dan memegang tangan dimas. tidak seperti ini sayang ucap Dimas dan mereka lalu meninggalkan rumah itu. Dimas mengantar pacarnya ke rumahnya. Cewek itu sakit hati dengan sikap Talita yang ikut campur dengan urusannya bersama dimas. Talita menuju bandara, baru saja dia sampai di terminal kedatangan. Talita mendapatkan sambutan hangat dan pelukan penuh kasih sayang dari kedua orangtua Dimas yang baru saja keluar dari pintu kedatangan. Mereka terlihat akrab. Talita menceritakan kepada dua orangtua yang baru datang itu kalau putra bungsu mereka baik-baik saja dan sekarang sudah pulang ke rumah. Talita tidak menceritakan tentang dimas.Sore menjelang, akhirnya mereka sampai di rumah dimas. Dimas membukakan pintu rumah untuk orangtuanya dan menyambut hangat mereka. Dimas heran kenapa orangtuanya tidak marah kepadanya. Mereka malah menanyai kabar Dimas dan bagaimana dengan sekolahnya.om, tante. Talita pamit pulang. Ucap Talita saat kedua orangtua Dimas masuk ke dalam rumah. sayang, kenapa cepat-cepat pulang? Om dan tante ada hadiah lo buat kamu. ucap mama Dimas dengan memegang tanga talita. maaf tante, Talita ada janji dengan mbak Diana. Kasihan mbak Di sudah menunggu dari tadi. Nanti Talita ke sini lagi Talita mencoba menghindari Dimas sebenarnya. Dia masih marah dengan dimas. Dimas sangat cepat berubah. Tidak seperti dulu lagi. Akhirnya Talita kembali ke rumahnya. Diana yang baru saja selesai mandi kaget melihat Talita yang mendadak masuk ke kamarnya. mbak, kita makan malam di luar yuk ajak Talita membuka pintu kamar Diana. ampun ta Diana kaget dan memegang dadanya. maaf mbak, aku mendadak kepengen makan-makanan jepang ucap talita. Diana duduk di sofa kamarnya. oke tunggu mbak merapikan rambut dulu Diana mencoba menebak apa yang baru saja terjadi. Dia mendapatkan jawabannya saat Talita menceritakan semuanya kepada Diana ketika mereka makan malam di restaurant jepang. Diana mengerti perasaan talita. Mereka pulang sudah larut malam. Talita merasa hari itu sangat melelahkan. Dia langsung istirahat setelah cuci muka dan sholat. Pagi menjelang, hari ini adalah hari senin. Seperti biasa, bersia-siap ke sekolah. Kali ini Talita berbeda dengan pagi sebelumnya, dia bangun lebih awal dari sebelumnya dan olahraga sebelum dia bersiap-siap ke sekolah. Diana seperti biasa sudah menyiapkan sarapan dan membereskan rumah sebelum dia berangkat bekerja. Ada yang aneh di pagi yang cerah itu. Talita pergi sekolah tidak dengan dimas. Talita sebenarnya sudah melupakan kejadian beberapa hari yang lalu. Tapi pagi ini, dia kembali kecewa. Dimas tidak datang ke rumahnya. Talita duduk di sofa di depan televise sambil menunggu Dimas dan membaca buku pelajarannya, tertulis di buku itu FISIKA jilid II. Gadis cantik dengan kacamata dan sanggul rambut itu adalah siswa dengan jurusan eksakta adi sekolahnya. ta, sudah jam tujuh, kamu akan terlambat ucap mbak Diana yang sudah rapi dengan pakaian kantornya sambil melihat ke arah jam yang ada di dinding. Jarak sekolah dan rumah mereka sekitar 15 menit. Jam masuk sekolah adalah 07.15 WIB dan hanya ada 5 menit tolrenasi keterlambatan dan itu sudah masuk ke dalam 07.15 WIB tersebut. Talita segera menarik nafasnya dalam- dalam lalu menghembuskan. kamu bawa mobil, biar mbak yang naik taksi ucap Diana yang masih berdiri di samping Talita sambil memberikan kunci mobilnya. Talita menyalami Diana dan dia segera berangkat sekolah. Seperti yang dikatakan oleh Diana, Talita terlambat lima menit. Satpam masih membukakan pintu gerbang dengan konsekuensi dia mendapatkan hukuman dari guru disiplin sekolahnya yang sudah berdiri dengan tongkat kayu panjangnya. Laki-laki tua itu berdiri tepat dihadapan Talita yang kemudian merunduk. Seorang guru laki-laki dengan kemeja abu-abu dan celana hitamnya datang mendekatinya juga.talita? ucap guru dengan kemeja abu-abu dan kacamatanya itu sambil tersenyum penuh dengan keprihatinan sambil menggeleng-geleng.maaf pak, saya terlambat karenatalita tidak mungkin mengatakan dia terlambat karena menunggu dimas. Sementara Amanda dikelasnya duduk sendirian di meja. Seorang siswa laki-laki berdiri di depan pintu dan melihat ke arah Amanda yang sibuk dengan buku bacaannya. Siswa itu mengerutkan dahinya. Dia kemudian melihat sekelilingnya, seperti mencari seseorang. Dia adalah dimas. Ya, dia mencari talita. hey bro,,, segar pagi ini seseorang merangkul laki-laki itu. sebentar lagi upacara,lo mau ikut atau kita nongkrong dikantin ucap laki-laki itu lagi sambil mengunyah permen karet. Dia terlihat rapi dengan pakaian putih abu-abunya, tapi tidak dengan rambutnya yang pagi itu sedikit berantakan.gue mau ikut upacara, lo? Tanya Dimas dengan nada datar, pikirannya masih dipenuhi dengan talita. gue ikut juga kalo begitu. Cowok itu tersenyum dan membuang permen karetnya ke tong sampah yang ada di dekatnya. Bel berbunyi dan para siswa berkumpul dilapangan upacara bendera. Talita dan beberapa orang yang terlambat lainnya dihukum, mereka berdiri dihadapan semua siswa saat upacara dan mengenakan kokarde dengan tulisan besar SAYA TERLAMBAT DAN PATUT DIHUKUM. Talita tidak biasa dengan hukuman seperti itu. dia sangat malu dan sedih. Sementara teman-temannya yang lain masih bsia tertawa dan tersenyum ketika teman mereka menyapa. Gaya rambut Talita membuat dia mudah dikenali. Dimas dari kejauahan bisa memastikan kalau itu adalah talita. Dia terlihat kaget dan terus melihat ke arah talita. Begitu juga dengan Amanda. Gadis dengan kacamata itu sengaja lewat dihadapan taalita. talita? sapa Amanda. Talita melihat ke arah Amanda dan wajahnya terlihat muram. Amanda tidak ingin bertanya lebih lanjut karena melihat ekspresi Talita yang terlihat menyedihkan itu. upacara dimulai. Suasana hikmat. Talita terus merunduk. Setelah upacara selesai, pak guru yang selalu membawa penggaris dari kayu yang panjang itu membawa rombongan anak-anak yang terlambat itu ke sebuah gudang yang ada di sekolah itu. mereka di perintahkan untuk merapikan dan membershkan gudang itu. mereka dibagi e dalam dua kelompok, kelompok lainnya merapikan buku-buku lama yang ada di gudang perpustakaan. Talita mendapatkan bagian untuk merapikan dan membersihkan gudang. Pekerjaan itu cukup berat, karena tidak hanya merapikan gudang yang penuh dengan barang-barang dan debu tetapi juga membersihkan gudang itu. alfian, kamu awasi mereka ucap guru dengan kacamata itu kepada seorang laki-laki dengan baju kemeja kremnya dan rombi berwarna abu-abu dan celana abu-abunya serta sepatu hitamnya. Laki-laki bertubuh tinggi itu membuat beberapa murid perempuan berdetak kagum. Rambutnya yang hitam dan wajahnya yang putih bersih. baik pak ucap laki-laki itu dengan ekspresi datar. Sebuah senyuman yang membuat para murid perempuan terpesona itu tersirat dari waja laki-laki yang layaknya seperti model itu. berbeda dengan talita, dia hanya melirik sejenak dan kemudian melaksanakan tugas yang diberikan oleh gurunya itu. kalau dia berlama-lama di sana, dia akan ketinggalan kelas fisika dan biologi. Dia tidak mau itu terjadi. bapak guru baru? ucap seorang murid perempuan yang memakai rok di atas lutut sambil memainkan rambutnya dan menyapu di dekat laki-laki yang dipanggil alfian oleh guru displin itu dengan memasang wajah imutnya. iya jawab laki-laki itu melihat ke arah murid perempuan yang terlihat senang mendengar jawabannya. cool!!! Bapak masih muda,,, tidak cocok jadi guru, cocoknya jadi model ucap teman di sebelah perempuan itu sambil menggigit jarinya. Laki-laki itu digerubungi beberapa siswa perempuan yang mendapatkan hukuman dari pak guru mereka. Sementara Talita tidak tertarik sama sekali dan dia terus merapikan barang-barang bersama dengan murid laki-laki yang mendapatkan hukuman sama dengan dirinya.lo tidak ke sana ta? Tanya seorang laki-laki dengan jaket cokelatnya. Saat mereka merapikan beberapa barang yang ada di dalam kardus, dan mereka melihat ke arah laki-laki itu dan beberapa murid perempuan yang mengitarinya. gue tidak tertarik, jawab Talita melanjutkan pekerjaannya. kenapa? Tanya laki-laki itu kepada Talita lagi. nggak penting ndra, Talita pindah ke tempat lainnya. Teman laki-lakinya yang lain menyapu dan merapikan sisi lainnya. Dua jam berlalu. akhirnya selesai, semoga ini jadi hukuman yang pertama dan terakhir Talita duduk disebuah kursi yang cukup tua dan masih bisa digunakan. Dia melap keringatnya yang bercucuran. Talita dan teman laki-lakinya yang lain terlihat lelah.gudang itu sudah bersih dan rapi. pak, sudah selesai ucap salah satu murid laki-laki yang ada di sana. Laki-laki yang bernama alfian itu melihat hasil kerja mereka. oke ucapnya sambil tersenyum. para siswa berdiri da bersiap-sap untuk keluar. kamu yang rambutnya disanggul, tolong tinngal sebentar tambah laki- laki itu kepada talita, membuat gadis itu jengkel karena dia ingin sekali kembali ke kelas. Teman- teman perempuannya melirik Talita tidak suka. Ada yang bahkan menyenggol bahunya saat mereka melewati talita. ada apa pak? Tanya Talita saat berada dihadapan guru baru itu. nama kamu talita? Tanya laki-laki itu melihat sebuah kartu nama yang dipegangnya. Talita langsung melihat nama yang ada di dada sebelah kananannya. saya menemukan ini jatuh dilantai. Guru laki-laki itu memberikannya kepada talita.terima kasih pak.talita memberikan hormat kepada gurunya dengan sedikit membungkukkan tubuhnya ke depan. Lalu dia segera bergegas kembali ke kelas tanpa sepatah kata yang lain kepada guru tersebut.oke laki-laki tinggi itu tersenyum saat Talita berlalu begitu saja dihadapannya. Seorang guru laki-laki dengan penggaris kayu khasnya menghampiri laki-laki itu. sudah selesai semuanya pak. Ucap laki-laki itu kepada guru itu sambil tersenyum.banyak yang berubah dari sekolah ini bukan? Murid-muridnya, sekolahnya,,, tapi masih ada yang sama yaitu siswa yang melanggar aturan. Selalu ada setiap hari, setiap waktu. Ucap pak guru itu sambil berdiri di samping laki-laki yang lebih tinggi darinya itu. Talita masuk ke kelasnya saat pelajaran fisika berlangsung. Guru tersebut tidak bertanya kepada talita, karena beliau sudah tahu kenapa Talita baru masuk jam pelajarannya. Hanya saja beberapa temannya bertanya kepada Amanda kenapa Talita bisa terlambat. Tubuhnya penuh dengan keringat, meskipun dia sudah melap keringatnya dengan sapu tangannya. Rambutnya sedikit basah. Talita bahkan tidak ke toilet untuk merapikan rambutnya dan membersihkan keringat dan tubuhnya. Baru saja dia duduk di kelas, sang guru sudah memberikannya pertanyaan untuk diselesaikan di papan tulis. Guru perempuan yang sudah cukup tua itu memberikan spidolnya kepada talita. Untung saja dia tadi sedikit belajar sebelum ke sekolah. Jam istirahat tiba. Semua siswa bergegas keluar. aku mau ke toilet ucap Talita dengan wajah tergesa-gesa kepada Amanda. Belum sempat Amanda berkata, Talita sudah hilang dari hadapannya. Talita bergegas ke toilet membersihkan tubuhnya dan wajahnya serta rambutnya. Ikat rambutnya putus saat dia membuka rambutnya. damn it ucap talita. Dia terpaksa melepas rambutnya dan menggunakan bandana yang ada dalam tas kecil yang dibawanya. Amanda menghampiri Talita di toilet. lebih cantik seperti ini ta Amanda tersenyum. lebih ayu, lebih segar ucap Amanda lagi. Saat Talita berdiri di hadapan kaca dan merapikan rambutnya. Talita menoleh ke gelang yang dipakai oleh Amanda. Dia lalu tersenyum manis. begini aja ta Amanda paham maksud talita. Gelang itu bisa dijadikan ikat rambut. Akhirnya Talita menguncir satu rambutnya. Mereka ke luar dari toilet dan pergi ke kantin. Talita terlihat kelaparan saat menghabiskan makanannya. Talita menceritakan kepada Amanda kenapa dia terlambat. Amanda mengerti kenapa Talita tiba-tiba menjauhi dimas. Talita bahkan menghindari dimas. Ketika Dimas dan temannya datang ke kantin, Talita segera beranjak pergi dari sana. Bel berbunyi dan mereka masuk kembali ke kelas. Setelah istirahat ada pelajaran seni dan kali ini adalah seni music. Mereka pergi ke ruang kesenian. Seorang laki- laki muda yang tadi dijumpai oleh Talita di gudang sudah menunggu mereka. Laki-laki itu tengah duduk di sebuah piano. Banyak siswi perempuan yang terlihat terpesona. Amanda dan Talita duduk di depan. Talita terlihat tidak bersemangat saat semua orang terlihat tertarik dan sangat mengagumi guru baru itu. perkenalkan, saya adalah alfian. Saya guru magang disini. Kalian terserah saja mau memanggil saya siapa, asalkan itu sopan karena saya kurang suka dipanggil PAK. Saya belum terlalu tua. Jelas laki-laki itu dengan ramah sambil berjalan di sekitar muridnya yang duduk di kursinya masing- masing. Pikiran dan tubuh Talita sedang tidak sinkron. Dia tidak focus dengan apa yang ada di hadapannya. Beberapa kali guru itu melihat ke arah talita. sebelumnya, di sini ada yang bisa bermain piano? Atau alat music lainnya? Tanya guru itu kepada para muridnya. Talita memangku dagunya dengan tangan. Dia hanya memain-mainkan bulpennya. Ada beberapa orang siswa yang bisa bermain alat music, kebanyakan gitar dan keyboard. Talita hanya diam dan dia tidak memperhatikan gurunya itu. guru itu melihat ke arah talita, tapi dia tidak menyadarinya. kita akan belajar bermain piano sekarang. Saya akan menunjukkan nada-nadanya kepada kalian semua. Jelas guru itu lagi sambil memencet beberapa nada dan mengatakan nada apa saja yang sudah di pencetnya. Guru itu juga menggambarkan dipapan tulis miniature sebuah piano dan menuliskan nadanya. Semua siswa menjawab nada apa saya yang dipencet oleh gurunya kecuali talita. Akhirnya guru magang itu berdiri di hadapan talita.permisi, sepertinya anda tidak suka dengan kelas saya? ucap guru muda itu kepada talita. Talita masih memainkan penanya dan tidak sadar kalau gurunya bertanya kepadanya sampai akhirnya Amanda menyikut talita.ada apa pak? Talita sadar, dia melihat ke arah gurunya dan suasana hening seketika. apa saya ada salah pak?Tanya Talita lagi kepada gurunya itu. kamu mainkan lagu untuk kita semua dengan benda itu!! ucap laki-laki itu dengan nada tegas sambil menunjuk kepada sebuah piano yang ada di depan. Amanda terlihat cemas dan Talita menggigit bibirnya. kenapa? Kamu tidak bisa? Tanya guru itu lagi. Talita masih memandangi alat itu. tadi saya sudah ajarkan kepada kalian semua. Sekarang silahkan mainkan partitur lagu yang ada di sana. Atau kamu keluar dari kelas ini. Tambah guru magang itu dengan wajah serius.baik pak Talita berdiri dan dia maju ke depan kelas. Amanda terlihat cemas. Dia takut Talita tidak bisa memainkannya. Talita duduk di kursi dan dia melihat partitur lagu yang ada di sana. music klasik pak? Tanya Talita kepada gurunya setelah melihat partitur lagunya. Guru itu mengangguk.tapi pak,,, Amanda terlihat cemas, ada kerumitan dalam lagu itu. harus sering berlatih dan mempunyai kecepatan tangan yang bagus memainkannya. Talita menekan salah satu nadanya. Guru itu melipat tangan didepan dadanya. Talita merenggangkan tangannya. Dia memulainya. Sontak semua mata terpana ke arahnya. Termasuk guru itu. senyuman mengambang di wajah Amanda. Talita terlihat menikmatinya, entah kenapa dia merasa lebih releks setelah berhenti memainkan pianonya. Semua bertepuk tangan untuk talita. Good ucap guru itu mendekati talita. beruntung kamu bisa memainkannya, lain kali saya tidak mau ada siswa yang melamun dikelas saya. Jelas guru itu dengan tegas dan Talita kembali ke kursinya. Pelajaran dilanjutkan. Sore menjelang, mentari perlahan mulai berjalan kembali ke peraduan, menuju belahan dunia lain. sekolah bubar. Talita masih menghindari dimas. Talita dan Amanda bergegas keluar dari kelas agar nanti tidak berpapasan dengan dimas. Tapi, langkahnya terhenti ketika di lorong menuju parkiran bertemu dengan pak IRWAN. Beliau memberhentikan Talita dan Amanda. Kelas lain sudah keluar. talita, sehari ini kamu kenapa? Saya mendapatkan laporan dari beberapa guru bahwa kamu tidak mengikuti kelas dengan baik, tidak seperti biasanya. Ucap guru dengan kacamata itu. beliau sudah cukup tua. Wajahnya sangat serius saat berbicara dengan talita. Di kejauhan Talita melihat Dimas mendekati mereka. Dia menjadi tidak focus. AINA Talita ZAHRAN!!! ucap laki-laki itu tegas. Beliau kesal melihat Talita yang tidak focus dan mendengarkannya dengan benar. Talita kaget mendengar suara bapak itu dan membuat sswa yang lewat di sekitar mereka juga kaget. Amanda juga begitu. kamu mau semua laporan ini sampai ke orangtuamu? ucap bapak itu dan membuat mata Talita membesar. Detak jantungnya berdegup kencang. Jangan Pak Talita memegang tangan gurunya itu, memohon agar si bapak tidak melaporkan kepada kedua orangtuanya. hal ini tidak akan terulang lagi. Ucap Talita dengan wajah memohon kepada guru tersebut. saya pegang kata-kata itu ucap laki-laki itu dengan tegas. Setelah itu dia meninggalkan Amanda dan talita. Dimas sudah hilang dari sekolah dan sekolah mulai sepi. Seseorang melihat kejadian itu dan dia bukan dimas, melainkan guru baru mereka tersebut. Dia bersembunyi di sebuah tiang dekat mereka berdiri. kenapa kamu tidak menjelaskan semuanya ta? Tanya Amanda saat dia memastikan pak irwan sudah jauh meninggalkan mereka. Talita masih kesal. Spontan dia menendang tiang yang ada di sampingnya. pak irwan itu tidak akan mengerti jawab Talita yang masih kesal. amanda hanya terdiam dan mengangguk. Dia takut bertanya lebih banyak lagi kepada sahabatnya itu. satu-satunya teman yang dia miliki di sekolah itu. mereka lalu meninggalkan sekolah menuju tempat les privat mereka. Talita sebenarnya sedih. Dia takut kalau orangtuanya mengetahui apa yang telah terjadi. Meskipun mereka berbeda Negara dan benua tapi tetap saja Talita terus mengikuti apa yang saja peraturan yang sudah dibuat oleh kedua orangtuanya. Sepulang dari les private Amanda mengajak Talita ke rumahnya. Oma dan opanya Amanda sudah menunggu mereka. Di rumah yang besar itu ada banyak pelayan dan penjaga. Talita disambut hangat oleh dua orang yang sudah lanjut usia itu. omanya Amanda sangat senang melihatnya. baru kali ini Amanda membawa temannya ke rumah, ucap perempuan tua dengan sweater ungunya itu saat mereka sedang duduk di sebuah ruangan yang dekat dengan sebuah taman bunga. Amanda banyak cerita tentang kamu, ternyata kamu jauh lebih cantik aslinya. Puji laki-laki tua itu. pelayang datang membawakan makanan dan minuman untuk mereka. terima kasih opa Talita tersenyum senang. nah talita, ini kue dan es krim yang nenek buat sendiri. Kamu harus mencicipinya perempuan tua itu menyodorkan sebuah gelas berisi esk rim kepada talita. omaku sangat jago masak ta, oleh sebab itu opaku jatuh cinta kepada oma. Tambah Amanda mencicipi es krim yang dibuat oleh omanya. Talita tersenyum senang. Matanya terpejam dan dia terlihat menikmati es krimnya. oma, ini benar-benar enak ucap talita. Oma terlihat senang. Opa dan oma saling pandang dan tersenyum. di rumah Talita juga ada yang pintar masak oma, namanya mbak Diana. Tapi masih belum bisa menandingi masakan oma. Tambah Talita lagi. oh ya? Bagaimana dengan mama kamu? Tanya perempuan tua itu. saya jarang makan masakan mama. Orangtua saya tidak di sini. Talita tersenyum tipis. Oma merasa bersalah. Beliau memegang tangan talita. tidak apa-apa oma, toh sayanya juga yang mau tinggal di sini tidak ikut mama dan papa. Jadi saya sudah tau resikonya. Tambah talita. orangtua kamu bekerja dimana? Tanya opa sambil memperhatikan talita. mama saya dokter opa, dan papa saya seorang direktur di sebuah hotel. Sekarang keduanya ada di paris opa. Jelas Talita kepada mereka. kalau begitu mulai sekarang, anggap saja rumah ini adalah rumah kedua kamu sayang. Sering-seringlah main ke sini. Oma dan opa selalu ada di rumah. Ucap opa dengan wajah senang. Mereka kemudian bercengkrama dan bercanda. Talita merasa sangat senang. Dia menemukan kehangatan keluarga yang tidak dia dapatkan di rumahnya. Tanpa dia sadari malam sudah terlalu larut. Talita berpamita pulang kepada oma dan opa Amanda. Dia harus pulang karena tidak member kabar kepada mbak Diana akan menginap di rumah temannya. Oma dan opanya Amanda agak sedikit cemas melepas Talita pulang sendiri dengan mobilnya. tenang opa, Talita jago beladiri kok. Ucap Talita sambil tersenyum saat dia akan masuk ke dalam mobilnya. kamu hati-hati ya sayang, nanti kalau sudah sampai di rumah jangan lupa member kabar dan satu lagi kalau terjadi apa-apa di jalan. Kamu harus segera member kabar ke sini juga. Ucap oma dengan wajah cemas melepas talita. Talita merasa sangat dekat dengan keluarganya Amanda. Padahal mereka baru saja hari itu kenal. Talita merasa bertemu kembali dengan neneknya saat melihat omanya Amanda. Talita memeluk omanya Amanda.sepertinya, Amanda ada saingan oma ucap Amanda dengan wajah cemberut yang dibuat-buatnya saat omanya memeluk talita. Tawa pecah dan Talita berpamitan lalu meninggalkan rumah besar dan megah itu. perasaan gadis cantik yang sedang mengemudikan mobilnya itu sudah mulai baikan. Dia tidak merasa sedih lagi. Music RnB berdendang di mobil berwarna putih itu. sambil bernyanyi gadis cantik itu mnegemudikan mobilnya menuju rumahnya. Jam sudah menunjukkan pukul 23.00 WIB. Talita sampai di rumahnya. Dia sebelumnya sudah memberi kabar kepada Diana. Dia membuka pagar rumahnya dan kemudian memasukkan mobilnya ke bagasi. Dia sempat menoleh ke sebelah, ke rumah dimas. Tidak seperti biasanya, sudah beberapa malam ini Talita pulang malam dan tidak member kabar kepadanya, Dimas tidak ada di teras rumah, menantinya. Dia merasa sedikit sedih, tapi dia mencoba untuk cuek dengan bersenandung sambil memencet bel rumahnya dan Diana membukakan pintu rumah. Diana masih terlihat segar, dan tidak ada tanda-tanda kalau dia baru bangun dari tidurnya. Rambut perempuan cantik itu disanggul dan tidak rapi lagi. Di atas meja di depan televise ada beberapa kertas yang berantakan dan sebuah laptop yang menyala. Televise juga menyala. Ada secangkir kopi di samping laptop itu. Talita masuk ke dalam rumah. mbak lagi kerja? Tanya Talita yang masih berdiri dan menuju tangga ke dua menuju ruang keluarga. Diana membuatkan Talita susu. ya, untuk tiga hari ke depan mungkin mbak tidak di rumah. Ucap Diana yang berjalan menuju Talita dan memberikan segelas susu untuknya. Talita kemudian duduk di sofa. Wajahnya seperti bertanya saat Diana mengatakan hal tersebut. mbak ada dinas keluar kota. Ucap Diana sambil duduk di sofa dan melihat ke arah talita. mbak tahu, kamu lagi marahan dengan dimas, tapi mbak tidak bisa membatalkannya ta tambah Diana lagi yang mengerti dengan ekspresi talita. aku boleh nginap di rumah temanku yang lain mbak? Tanya Talita dengan ekspresi yang sekarang sudah berubah dan baikan. Talita sangat takut tinggal di rumah sendirian. Dia punya pengalaman yang buruk. Sebenarnya yang ditakutkan bukan sendirian di rumah, tetapi kalau mendadak mati lampu. Dia phobia dengan gelap. Ada kejadian yang membuatnya sangat takut dengan gelap. kamu tahu aturannya kan ta? ucap Diana dengan wajah tidak setuju bercampur kasihan kepada talita. Ekspresi wajah Talita langsung berubah sedih. kecuali kamu dapat persetujuan dari mamamu. Tambah Diana dengan senyuman. Wajah Talita kembali cerah. mbak akan bicara dengan mamamu, kamu tenang saja. Tambah Diana lagi dan kali ini Talita beranjak dari tempat duduknya dan memeluk Diana. Dia berteriak girang dan sangat senang sekali. dengan satu syarat, mbak harus tahu orangnya, dimana dia tinggal dan orangtuanya. Tambah Diana yang juga senang melihat Talita senang. oke mbak, aku sayang mbak. Sayan..g sekali Talita sangat senang. Setelah itu Talita langsung ke kamarnya, dia melihat keluar kamarnya. Dia melihat halaman belakang. Tempat biasa mereka (dimas dan talita) bermain. Talita merasa sedih. Dia juga menoleh ke foto-foto yang terpajang di dinding kamarnya. Ada sebuah frame foto besar dan di dalamnya terdapat banyak foto-foto dengan ukuran kecil. Di tengah-tengah foto berukuran kecil itu ada sebuah foto besar, Talita dan Dimas sedang rangkulan. Mereka di foto itu terlihat senang dan bahagia sekali. Talita menarik nafas panjang dan kemudian dia merebahkan tubuhnya di tempat tidur. malam berlalu. Sama dengan hari kemarin, Talita masih menghindari Dimas di sekolah. Mereka juga tidak berangkat sekolah bersama lagi. Talita pergi dengan mobilnya sendiri. dim, kamu dan Talita kenapa? Tanya seorang perempuan dengan kemeja hitamnya dan rambutnya yang pendek di lepas kepada Dimas saat sedang makan malam. Dimas tidak tahu harus menjawab apa kepada mamanya. Papa dan afif melihat ke arah dimas. tidak ada apa-apa ma jawab Dimas kemudian dengan senyuman tipis. kenapa Talita beberapa hari ini tidak ada main ke rumah? Kalian juga tidak berangkat sekolah bersama seperti biasanya. Tambah mama lagi penuh selidik kepada dimas. Simbok yang datang membawakan air putih hanya menatap Dimas dengan tatapan iba. Dimas menjemput pacar Dimas ma, jadi tidak bareng sama Talita ke sekolahnya. Jawab Dimas sambil menyendoki makanannya. biasanya tidak seperti itu. tambah mama Dimas lagi dengan mengerutkan dahinya. Perempuan paruh baya itu terlihat curiga dan ingin tahu apa yang telah terjadi di antara mereka. meskipun kamu punya pacar juga, tetap ke sekolah bareng tata. Tambah mama lagi. Afif hanya menjadi pendengar yang baik. pacar Dimas cemburu dengan Talita ma. Jawab Dimas lagi dengan tidak semangat. Dia tidak mungkin menceritakan detilnya kepada mama dan papanya. Mereka akan marah kepadanya. biasanya kamu langsung putusin pacar kamu karena dia tidak suka dengan sahabat kamu. orang yang bahkan sudah kamu anggap sebagai adikmu. Ucap mama dan Dimas terhenyak mendengar kata-kata mamanya. Dia ingat akan ucapan mamanya, itu adalah perkataannya saat dia memutuskan pacarnya dulu yang cemburu dengan talita. ma, Dimas ke rumah Talita dulu. Dimas membersihkan mulutnya dan meminum air. Setelah itu dia langsung berdiri dan pergi dari ruang makan. mama selalu bisa ya? papa Dimas tersenyum melihat ulah istrinya. Mama membalas senyuma papa. Afif terus mencoba menyendok makanannya. ma, aku bisa kurus kalau begini terus afif masih belum bisa menyuap makanannya sendiri. Dia kesal karena dari tadi makanan yang bisa disendoknya hanya sedikit-sedikit saja. Mama dan papanya tertawa melihat afif yang cemberut. afif kan sudah besar, jadi harus bisa makan sendiri ucap papanya sambil mengelus kepala afif. Afif dengan wajahnya yang cemberut terus berusaha menggunakan sendoknya. Tak lama kemudian Dimas kembali dan dia duduk lagi di kursinya dengan wajah yang tidak menyenangkan. mana talita? Tanya papa kepada Dimas sambil menyudahi makannya. tidak ada orang di rumahnya pa, jawab Dimas lesu. non Talita menginap di rumah teman SMAnya den, soalnya non Diana dinas ke luar kota. Tadi simbok ketemu non Diana sebelum dia berangkat dengan taksi. Jelas simbok yang sedang merapikan meja makan. Sementara Talita dan Amanda bersenang-senang di rumah Amanda dengan oma dan opanya Amanda. Mereka bercerita banyak hal setelah selesai belajar. Talita tidur di kamar Amanda. Kamar yang sangat luas dan besar. Kamar itu di cat dengan warna pink putih dan ada plester musim gugur di dinding dekat tempat tidurnya Amanda. Tempat tidur yang nyaman dan besar dengan tirai di tonggak tempat tidurnya. Ada sofa di kamar itu, sebuah sofa panjang berwarna putih. Dan sofa berbentuk kelinci di sisi lain. di dekat sofa itu ada karpet dari bulu berwarna putih. Sangat lembut. Sebuah lemari buku, berisi buku pelajaran dan di sisi lain yang menyatu dengan dinding kamarnya, lemari berisi novel dan komik milik Amanda yang tersusun rapi. Ada sebuah televise besar yang berhadapan dengan sofanya. di ruangan lain di kamar itu ada lemari pakaian dan aksesoris serta sepatu dan tas milik Amanda. Talita benar-benar kagum. Kamar itu sangat besar. Ya. Benar saja. Amanda adalah cucu satu-satunya dari oma dan opanya. Mereka adalah pengusaha sukses. Amanda adalah ahli waris satu-satunya. Tapi hal itu tidak membuatnya sombong. kamar kamu benar-benar nyaman mand, pantas saja oma dan opa kamu bilang begituucap Talita berbaring di sofa putih dan ada beberapa boneka di atasnya. Amanda duduk di sofa kelincinya sambil membaca sebuah buku. kapan-kapan gentian ya ta? Aku nginap di rumah kamu. ucap Amanda dengan wajah senang. Talita tersenyum senang dan mengangguk. aku juga mau kenalin kamu ke mbak Diana dan mamaku. Ucap Talita sambil memainkan sebuah boneka yang berwarna pingk itu. Amanda mengangguk senanga. Malam itu berlalu. Bulan berganti dengan matahari. Hari ini adalah hari libur. Amanda dan Talita menghabiskan harinya bersama oma dan opanya Amanda. Mereka seperti sebuah keluarga. Mama Talita sempat menelponnya. Memastikan keadaannya. Talita kemudian mengenalkan oma dan opanya Amanda kepada mamanya. Mamanya Talita merasa aman. Kalau putrinya akan baik-baik saja. Sementara dimas, lupa akan menelpon talita. Hari berlalu. Sekarang ada jarak di antara keduanya. Tidak ada lagi berbagi makanan, minuman ataupun cerita. Talita sebenarnya hanya menunggu kata maaf dari sahabatnya yang semakin menjauh. Pernah Dimas mencoba menghubungi talita, tapi kemudian telponnya mati begitu saja. Sudah hampir dua minggu mereka seperti itu. Amanda mencoba mengingatkan talita. Tapi tetap saja tidak berhasil. Talita sudah jenuh. Meskipun dia ingin sekali berbaikan dan seperti dulu lagi. Meskipun dia kangen ingin tertawa bersama lagi. Meskipun tiap hari dia memikirkan dimas. Meskipun tiap kali dia melakukan sesuatu dia ingat dengan sahabatnya itu. meskipun dia merasa ada yang kurang tiap kali dia melakukan sesuatu. Meskipun dia merasa ada yang hilang di setiap waktunya. Dimas sekarang sering pulang malam. Talita banyak mendengar dari anak-anak kalau nilai-nilai dimas semakin buruk. Talita juga mendengar cerita dari teman-temannya hal-hal buruk tentang pacar baru dimas, Aurel. Talita mencemaskan sahabatnya. Dia ingin sekali menyapa duluan, tapi dia masih gengsi untuk melakukan itu. Talita sering main ke ruangan music. Dia bermain piano untuk menenangkan perasaannya. perfect ucap seorang laki-laki memeberikan tepuk tangannya saat talita selesai memainkan sebuah lagu. Laki-laki itu sudah dari tadi berdiri di pintu ruangan music tersebut. Laki-laki dengan celana putihnya dan kemeja yang berwarna ungu muda tersebut mendekati talita dan duduk di kursi yang ada di hadapan talita dan piano itu. bapak? ucap talita kaget. kamu ada masalah? Tanya guru itu sambil memangku tangannya di dadanya dan melihat ke arah talita. saya hanya ingin bermain piano pak. Tadi saya sudah minta izin kepada Buk YAOMI jawab talita dengan cemas. Dia ingat pernah dihukum oleh gurunya itu . dia pernah melihat guru baru itu marah dan dia agak sedikit takut. saya sudah tahu. Jawab guru itu dengan senyumannya. Wajahnya yang ganteng dan senyumannya itu membuat kesempurnaannya semakin sempurna. kamu butuh teman curhat? Saya bisa jadi teman curhat, dan mungkin mencarikan solusinya. Ucap guru itu lagi. Talita masih duduk di kursinya. Dia merunduk. Ingin sekali dia bercerita. Tapi dia tidak begitu mengenal gurunya tersebut. Dia jarang bererita dengan orang lain selain mbak Diana, dimas, orangtuanya dan Amanda. saya sangat bisa menjaga rahasia ucap gurunya itu lagi. Lalu talita menceritakannya kepada guru tersebut. Guru itu mendengarkan dengan seksama. kamu suka dengan sahabatmu? Tanya guru itu kepada talita. Talita sepertinya kaget mendengarkan pertanyaan guru cowok itu. matanya membesar dan dahinya berkerut. nggak mungkinlah pak, dia kan sahabat saya jawab talita dengan sedikit tersenyum dan kemudian merasa tidak percaya kalau saja dia menyukai dimas. Mereka sudah bersahabat dari dulu. coba kamu pikirkan lagi dan ingat-ingat lagi. Ucap guru itu sambil tersenyum. talita mencoba mengingat beberapa kejadian. Ingatannya menuju beberapa waktu lalu. Saat pertama kali dia bertemu dengan dimas. Waktu itu hari pertamanya di sekolah, dan dia tidak mempunyai teman seorang pun. Dia kurang pasif berbahasa Indonesia. Dia merasa teman-temannya tidak menyukainya. Dia pun duduk sendirian di depan. Saat istirahat makan siang. Tidak ada satupun temannya yang mendekat. Bahkan setelah dia mencoba untuk berinteraksi dengan temannya. Talita duduk di kursinya sendirian sambil memakan bekal yang dibawanya. Seseorang datang dan duduk disampingnya. Anak laki-laki berkepala botak. Bajunya sedikit kotor dan ada keringat di lehernya. hai sapa anak laki-laki itu dengan senyuman di wajahnya. Talita sangat suka dengan senyum yang membuat matanya hilang karena mata anak laki-laki itu sedikit sipit. Hidungnya mancung dan pipinya cabi. Kulitnya putih. kenalkan namaku dimas anak laki-laki itu memberikan tangannya kepada talita. Anak perempuan dengan rambut yang dilepas dan memakai bandana berwarna biru. Talita membalasnya dan mereka berjabat tangan. nama kamu talita kan? Tanya dimas dan talita mengangguk sambil tersenyum. aku punya handuk kecil untuk keringat kamu. nanti bau kalau tidak dibersihkan. Ucap talita memberikan handuk kecil itu dan anak laki-laki itu menerimanya lalu menggunakannya. apa benar kalau di sekolah ini anak perempuan rambutnya harus di lepas seperti ini? Tanya talita kepada dimas dengan wajahnya yang sangat polos. Dia sepertinya terlihat risih dengan rambut panjangnya yang di lepas. kamu tidak suka? Tanya dimas dan talita mengangguk. kamu boleh mengikatnya, kamu punya ikat rambut? jelas dimas dan membuat talita tersenyum. talita menggeleng menjawab pertanyaan dimas. Dimas lalu mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. ini, tadi aku minta sama DINI, aku tadi melihat kamu selalu mengenyampingkan rambutmu. Jelas dimas. Talita tersenyum dan membuatnya tersenyum saat mengenangnya. jadi bagaimana? Tanya guru muda itu. talita sadar dan menggeleng. sahabat jadi cinta itu wajar talita. Kamu hanya perlu mencari kebenarannya. Sebaiknya kalian berbaikan. Ucap guru itu lagi dan kemudian dia berdiri menghampiri talita. Duduk di samping talita. Talita masih memikirkannya. Dia masih belum tahu dengan perasaannya. Dia kaget saat gurunya duduk di sampingnya. saya punya sebuah lagu untuk kamu. guru itu memainkan pianonya. Sebuah lagu dari salah satu band Indonesia, seventeen dengan judul hal terindah. talita mulai memikirkannya. Meskipun dia mencoba menepis untuk tidak memikirkannya. Talita terlihat sedih. Lagunya berakhir dan talita melewatkan beberapa jam pelajarannya. kamu melewatkan jam pelajaranmu ucap guru itu samil mengakhiri lagunya dan tersenyum. talita cemas. Dia akan mendapatkan masalah lagi. tenang ta, untuk kali ini saya akan bertanggung jawab ucap guru itu dan talita terlihat lega. Kemudian dia heran kenapa guru tersebut sangat baik kepadanya, yang dia tahu guru itu bersikap dingin kepada murid perempuan lainnya. Dia terlihat mencurigakan bagi talita. Tapi dia senang, punya teman bicara dan agak sedikit kesal. guru itu membuatnya berpikir tentang perasaannya kepada dimas. tidak pak. Sebelumnya dia pernah pacaran, saya tidak pernah seperti ini. Ungkap talita yang mencoba mengingatnya. Guru itu tersenyum dan lalu mengangkat bahunya dan pergi meninggalkan talita yang berada di ruang music sendirian. Jam sekolah telah usai. Sore menjelang. Talita dan Amanda seperti biasanya pergi les private. Tapi karena guru mereka berhalangan hadir, jadi les dibatalkan untuk hari ini. Talita dan Amanda pergi ke sebuah toko buku. Mereka juga main di mall, makan, belanja, dan cuci mata. Mereka sedari tadi merasa diikuti oleh beberapa orang. Talita dan Amanda menyadarinya. Orang-orang itu sudah mengikutinya saat dari mall tadi. Sampai mereka ke toko buku loak. Mobil mereka di parker jauh dari sana. Tempatnya menempuh jalanan yang sepi. Talita memegang erat tangan Amanda. mand, menurut kamu apa mau orang-orang ini? Tanya talita sambil berbisik kepada Amanda, saat mereka terus berjalan dan sekarang mulai berjalan cepat. aku tidak tahu ta jawab Amanda yang terlihat cemas dan gugup. Keringatnya keluar dan wajahnya pucat. Dia semakin erat menggenggam tangan talita. Mereka tidak punya jalan lain selain melawan. Tidak ada orang di sekitar yang bisa di mintai tolong. sebaiknya aku member kabar ke opa ucap Amanda mencoba mengetik sms dan member tahu opanya. nanti, ketika aku suruh kamu lari. Kamu harus lari. Oke? talita berbicara pelan dan melihat Amanda dengan tatapan serius. Ekspresi wajah Amanda seperti mengatakan tidak setuju dengan ide talita. Dia menggeleng dan hampir menangis. kamu harus lari sekencang-kencangnya dan mencari bantuan. Aku akan baik-baik saja. Talita tersenyum. Amanda semakin erat memegang tangannya. aku pernah bilang, kalau aku bisa beladiri bukan? mereka terus berjalan pelan. tapi kamu sedang becanda ta ucap Amanda yang hampir menangis karena ketakutan. tidak mand. Kita tidak tahu apa yang diinginkan orang-orang ini. Aku atau kamu. ini akan menyenangkan mand. Aku sudah lama tidak berkelahi. Ucap talita tersenyum licik. Ada dua orang di depan mereka dan dua orang di belakang mereka. Orang-orang itu menggunakan pakaian ala preman. Wajahnya sangar. Tubuh mereka tidak terlalu besar. Talita dan Amanda terkepung. Talita mencari kesempatan agar Amanda bisa kabur. Sementara di rumahnya Amanda. Opa dan para pengawalanya sudah sibuk, mereka mencari Amanda melalui GPS. kalian siapa? Tanya Amanda dengan suara bergetar. Jelas sekali wajahnya cemas. Para preman itu tertawa. apa mau kalian? Tanya Amanda lagi. Talita masih mencoba mencari celah. kalian harus ikut kamu. jangan coba-coba melawan kalau ingin selamat ucap laki-laki dengan rambut keribo bertato naga dengan tubuhnya yang kekar dan suara serak. bisa apa gadis ingusan macam kalian ini ucap laki-laki di belakang mereka sambil tertawa. Orang-orang itu semakin mendekat. Di samping kanan mereka ada sebuah gang untuk Amanda lari. Talita mengeluarkan bedak tabor yang ada ditasnya dan menyemprotkan ke dua orang yang ada di hadapannya. Lalu talita berteriak GO kepada Amanda dan gadis berkacamata itu lari. Dua orang dihadapannya kesakitan. Tinggal dua orang dibelakangnya yang mencoba mengejar Amanda. Talita melempar batu ke kepala orang yang mengejar Amanda. Sementara yang satunya lagi terjatuh kelantai karena di pelintir oleh talita. Amanda lari jauh. Dia mencari bantuan. Dia menghubungi opanya. Talita bertarung dengan empat orang. Dia beberapa kali kena pukulan mereka. gadis ingusan, sialan ucap seorang yang terpental ke lantai dan terlihat kesakitan tidak berdaya. Tinggal tiga lagi. Talita memukul mereka dengan tas yang disandangnya. Talita bertarung dengan tiga orang. Dua orang terlihat tidak berdaya. Tinggal satu orang yang kemudian mengeluarkan pisau dari belakangnya. Talita agak sedikit takut. Dia tidak boleh lengah. Bisa saja pisau itu menusuk perutnya atau melukainya. Talita ngos-ngosan. Laki-laki bertubuh besar itu berhasil menggores tangan talita tepat di lengannya. Talita kesakitan. Laki-laki itu tertawa senang. Wajahnya berdarah kena pukulan dari talita. Talita marah. Dia kemudian m