cerita rakyat telaga madirda - digilib.uns.ac.id/cerita...cerita rakyat telaga madirda -...

121

Click here to load reader

Upload: trinhdang

Post on 05-May-2019

392 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA

Di Dusun Tlogo Desa Berjo Kecamatan Ngargoyoso

Kabupaten Karanganyar Provinsi Jawa Tengah

(Sebuah Tinjauan Folklor)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Disusun Oleh: MUCHAROM

C0107033

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA

Di Dusun Tlogo Desa Berjo Kecamatan Ngargoyoso

Kabupaten Karanganyar Provinsi Jawa Tengah

(Sebuah Tinjauan Folklor)

Disusun Oleh:

MUCHAROM C0107033

Telah disetujui oleh pembimbing

Pembimbing I

Dra. Sundari, M. Hum NIP. 195610031981032002

Pembimbing II

Siti Muslifah, S. S, M. Hum NIP. 197311032005012001

Mengetahui Ketua Jurusan Sastra Daerah

Drs. Supardjo, M. Hum NIP. 195609211986011001

Page 3: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA Di Dusun Tlogo Desa Berjo Kecamatan Ngargoyoso

Kabupaten Karanganyar Provinsi Jawa Tengah (Sebuah Tinjauan Folklor)

Disusun Oleh:

MUCHAROM C0107033

Telah disetujui oleh Tim Penguji Skripsi Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Pada Tanggal 29 Desember 2011

Jabatan Nama Tanda Tangan. Ketua Dra. Dyah Padmaningsih, M. Hum ……………… NIP. 195710231986012001 Sekretaris Drs. Aloysius Indratmo, M. Hum ……………… NIP. 196302121988031002 Penguji I Dra. Sundari, M. Hum ………………. NIP. 195610031981032002 Penguji II Siti Muslifah S. S, M. Hum ……………….. NIP. 197311032005012001

Dekan

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Drs. Riyadi Santosa, M. Ed, Ph.D NIP. 196003281986011001

Page 4: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

MOTTO

“Belajarlah untuk selalu menerima situasi, karena di situ kamu akan belajar banyak hal”

(Penulis)

Page 5: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

PERNYATAAN

Nama : Mucharom

Nim : C0107033

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Cerita Rakyat

Telaga Madirda Di Dusun Tlogo, Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso,

Kabupaten Karanganyar, Propinsi Jawa Tengah (Sebuah Tinjauan Folklor)

adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang

lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi ini diberi tanda kutipan dan

ditunjukan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya

bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang

telah diperoleh dari skripsi tersebut.

Surakarta, Desember 2011

Yang membuat pernyataan,

Mucharom

Page 6: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

PERSEMBAHAN

Bapak ibu dan seluruh keluarga tercinta yang telah

membimbing dan membiayai kuliah

hingga penulis mampu menyelesaikan kuliah hingga akhir

.

Page 7: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur Al Hamdulillah selalu penulis ucapkan ke hadirat Allah

Subhanahu wa Ta`ala yang telah melimpahkan banyak nikmat kepada kita

semua. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada uswatun hasanah

kita Nabi Muhammad Sallallahu `Alaihi was Salam.

Banyak hambatan yang penulis hadapi selama penulisan penelitian ini,

namun demikian berkat Allah dan bantuan berbagai pihak sehingga penulisan

penelitian ini dapat selesai dengan baik. Untuk itu atas segala bentuk bantuan

selama ini, disampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada yang terhormat:

1. Drs. Riyadi Santosa, M. Ed, Ph.D selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni

Rupa UNS Surakarta yang telah mengizinkan penelitian ini.

2. Drs. Supardjo, M. Hum. selaku Ketua Jurusan Sastra Daerah yang telah

memeberikan izin unutk penelitian ini.

3. Drs. Y. Suwanto, M. Hum. selaku pembimbing akademik terima kasih

karena telah banyak membantu penulis dalam bidang akademik selaku

juga yang turut membantu mendewasakan peneliti.

4. Dra. Sundari, M. Hum. Selaku Pembibing I yang dengan baik memberikan

bimbingan dan masukan-masukan yang membangun dalam pembuatan

skripsi ini.

5. Siti Muslifah, S.S, M.Hum., selaku Pembimbing II yang telah memberikan

arahan dan motivasi.

6. Bapak dan ibu dosen Jurusan Sastra Daerah yang telah berkenan

memberikan ilmunya kepada penulis.

7. Kepala dan staf perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa maupun

perpustakaan pusat Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah

banyak membantu penulis memberikan kemudahan dalam pelayanan pada

penyelesaian skripsi ini.

Page 8: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

8. Semua warga Dusun Tlogo, Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso,

Kabupaten Karanganyar yang telah memberi kemudahan dalam penelitian

ini.

9. Adik-adikku tercinta yang telah memberiku dukungan, doa, pengorbanan,

kasih sayang, perhatian, serta sebuah kepercayaan sehingga penulis dapat

menempuh kuliah sampai akhir.

10. Sahabatku Tri Wistiyanto yang telah setia menemaniku ke tempat

penelitian untuk wawancara dan observasi. Sahabatku Reni yang

mendukungku dan juga meminjamkan buku-bukunya padaku.

11. Dinas Pariwisata Kabupaten Karanganyar, terima kasih terhadap segala

bantuannya.

12. Rekan-rekan Mahasiswa Sastra Daerah angkatan 2007. Terima kasih atas

kebersamaan, kebahagiaan dan kasih sayang yang terjalin.

13. Semua pihak yang tidak disebutkan satu per satu, terima kasih atas semua

bantuan, doa dan dukungannya.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih dirasa

jauh dari sempurna, meski telah diusahakan semaksimal mungkin. Untuk itu,

masukan serta saran yang membangun sangat diharapkan demi

penyempurnaan skripsi ini. Akhirmya penulis berharap semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Surakarta, Desember 2011

Penulis

Page 9: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii

HALAMAN MOTTO ....................................................................................... iv

HALAMAN PERNYATAAN .......................................................................... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... vi

KATA PENGANTAR....................................................................................... vii

DAFTAR ISI...................................................................................................... ix

ABSTRAK ......................................................................................................... xii

SARI PATHI...................................................................................................... xiv

ABSTRACT....................................................................................................... xvi

BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................ 8

C. Tujuan Penelitian.............................................................................. 9

D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 10

E. Sistematika Penelitian ...................................................................... 11

BAB II. LANDASAN TEORI ......................................................................... 12

A. Pengertian Folklor ............................................................................ 12

B. Bentuk Folklor .................................................................................. 13

C. Pengertian Cerita Rakyat .................................................................. 16

D. Fungsi Cerita Rakyat ........................................................................ 17

E. Ciri Pengenal Folklor ........................................................................ 17

F. Pengertian Mitos................................................................................ 19

G. Pengertian Upacara Tradisional ....................................................... 20

Page 10: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 21

A. Lokasi Penelitian ............................................................................. 21

B. Jenis dan Bentuk Penelitian............................................................. 21

C. Sumber Data dan Data ..................................................................... 22

D. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 23

E. Teknik Analisis Data........................................................................ 25

BAB IV. PEMBAHASAN................................................................................ 27

A. Profil Masyarakat Desa Berjo ........................................................ 27

1. Karakteristik Masyarakat ........................................................... 27

2. Agama dan Kepercayaan ............................................................ 32

3. Tradisi Masyarakat . ................................................................... 35

B. Profil Telaga Madirda.................................................................. . 44

C. Bentuk dan Isi Cerita Rakyat Telaga Madirda ............................... 46

1. Bentuk Cerita Rakyat Telaga Madirda ...................................... 46

2. Deskripsi Cerita Rakyat Telaga Madirda .................................. 48

a. Versi masyarakat................................................................... 49

b. Versi wayang. .......................................................................... 49

3. Tradisi yang Terkait dengan Keberadaan Cerita Rakyat

Telaga Madirda ......................................................................... 59

a. Nyadran .................................................................................... 60

b. Bersih Dusun ........................................................................... 68

c. Padusan .................................................................................... 71

D. Unsur-Unsur Mitos dan Fungsi Sosial serta dampak Sosial

Ekonomi Cerita terhadap Masyarakat Pendukung...................... 73

1. Unsur-Unsur Mitos ..................................................................... 73

2. Fungsi Cerita Rakyat Telaga Madirda ...................................... 81

E. Tanggapan dan Penghayatan Masyarakat Pendukung Cerita

Rakyat Telaga Madirda ................................................................. 92

1. Berdasarkan Kelompok Usia .................................................... 96

2. Berdasarkan Kelompok Profesi ................................................. 98

BAB V. PENUTUP ........................................................................................... 101

Page 11: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

A. Simpulan......................................................................................... 101

B. Saran ............................................................................................... 103

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 105

LAMPIRAN....................................................................................................... 107

Page 12: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

ABSTRAK MUCHAROM. C0107033. 2011. Cerita Rakyat Telaga Madirda Di Dusun Tlogo Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Propinsi Jawa Tengah (Sebuah Tinjauan Folklor). Skripsi Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Latar Belakang yang mendasari dilakukan penelitian ini ialah bahwa Cerita Rakyat Telaga Madirda merupakan salah satu folklor yang berada dalam masyarakat yang masih kental dengan tradisi maupun adat-istiadat yang dipercayai oleh masyarakat pendukungnya sebagai sesuatu yang benar dari nenek moyangnya. Cerita Rakyat Telaga Madirda ini juga merupakan aset kebudayaan sehingga penelitian ini merupakan salah satu langkah dalam upaya melestarikan kebudayaan daerah dengan cara mendokumentasikannya.

Rumusan Masalah Penelitian ini, adalah (1) Bagaimanakah profil masyarakat pendukung Cerita Rakyat Telaga Madirda dan profil Telaga Madirda, (2) Bagaimanakah bentuk dan isi Cerita Rakyat Telaga Madirda, serta tradisi budaya yang terkait dengan keberadaan Cerita Rakyat Telaga Madirda, (3)Bagaimanakah unsur-unsur mitos dan fungsi Cerita Rakyat Telaga Madirda, (4) Bagaimanakah tanggapan dan penghayatan masyarakat pendukung Cerita Rakyat Telaga Madirda.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mendeskripsikan profil masyarakat pendukung Cerita Rakyat Telaga Madirda dan profil Telaga Madirda, (2) Mendeskripsikan bentuk dan isi Cerita Rakyat Telaga Madirda, serta tradisi budaya yang terkait dengan keberadaan Cerita Rakyat Telaga Madirda, (3) Mendeskripsikan unsur-unsur mitos dan fungsi Cerita Rakyat Telaga Madirda, (4) Mendeskripsikan tanggapan dan penghayatan masyarakat pendukung Cerita Rakyat Telaga Madirda.

Manfaat penelitian yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. Secara teoritis hasil penelitian diharapkan mengungkap aspek-aspek kekuatan nilai budaya Jawa sebuah cerita lisan, menambah khasanah penelitian cerita lisan nusantara dan dapat memperbanyak wawasan pengetahuan cerita lisan. Sedangkan secara praktis hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan pertimbangan pemasukan daerah terkait dengan keberadaan cagar budaya di Kabupaten Karanganyar, dan untuk pengembangan pariwisata Kabupaten Karanganyar. Penelitian Cerita Rakyat Telaga Madirda merupakan jenis penelitian folklor dengan bentuk penelitian Deskriptif Kualitatif. Sumber Data berasal dari informan yaitu penjaga makam (juru kunci), tokoh-tokoh masyarakat atau masyarakat yang mengetahui Cerita Rakyat Telaga Madirda, hal ini bermanfaat untuk mengetahui segala informasi tentang keberadaan cerita. Sumber Data yang lain berasal dari buku-buku, rekaman, foto-foto, peta wilayah, serta referensi yang relevan dengan penelitian ini. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah observasi langsung, wawancara dan (Content Analysis) analisis isi. Teknik analisis data mengunakan tahap-tahap pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Page 13: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

Hasil penelitian ini adalah, (1) profil masyarakat Dusun Tlogo, Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar sebagai pendukung Cerita Rakyat Telaga Madirda ditinjau dari segi geografis, demografis,sosial budaya, agama dan kepercayaan, tradisi masyarakat (2) Bentuk dari Cerita Rakyat Telaga Madirda merupakan cerita prosa rakyat yang berbentuk Legenda, dibuktikan adanya tempat yang berkaitan dengan cerita seperti keberadaan Telaga Madirda. Tradisi budaya yang terkait dengan keberadaan Cerita Rakyat Telaga Madirda yaitu Nyadran, Besih Dusun, dan Padusan (3) Unsur-unsur mitos Cerita Rakyat Telaga Madirda yaitu; a) Cara pengambilan air, b) cara membawa air, c) proses permohonan setelah dikabulkan, d) larangan mencicipi makanan apabila memasak buat kenduri yang hubungannya untuk upacara Nyadran Telaga Madirda e) larangan tidak boleh memasak bagi ibu-ibu harus dengan keadaan suci f) Juru Kunci yang bisa memiliki bunga Kanthil, Cerita Rakyat Telaga Madirda mempunyai fungsi yaitu; a) sebagai sarana sistem proyeksi, yaitu alat pencerminan angan-angan kelompok tertentu (suatu kolektif), b) sebagai alat pendidikan, c) sebagai pengawas norma-norma masyarakat yang harus dipatuhi kolektifnya, d) sebagai sarana hiburan. Dampak sosial ekonomi yang timbul pada masyrakat sekitar dengan adanya Telaga Madirda yang paling menonjol adalah menambah pendapatan masyarakat Dusun Tlogo, Desa Berjo (4) Penghayatan masyarakat dapat ditarik kesimpulan bahwa masyarakat Dusun Tlogo, Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso masih banyak yang mengakui keberadaan Cerita Rakyat Telaga Madirda lengkap dengan peninggalannya yang berupa telaga. Tradisi mempersembahkan sesaji diselenggarakan dengan wujud Nyadran oleh masyarkat Dusun Tlogo, Desa Berjo setiap tanggal 15 Ruwah.

Page 14: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

SARI PATHI MUCHAROM. C0107033. 2011. Cerita Rakyat Telaga Madirda Di Dusun Tlogo Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Propinsi Jawa Tengah (Sebuah Tinjauan Folklor). Skripsi Jurusan Sastra Dhaerah Fakultas Sastra lan Seni Rupa Pawiyatan Luhur Sebelas Maret Surakarta Hadiningrat.

Prêkawis ingkang andhasari panalitèn punika bilih cariyos Telaga Madirda mujudakên salah satunggaling folklor ingkang dumunung wontên masarakat. Cariyos punika taksih ngêmot tradhisi lan adat-istiadat ingkang dipunpitados déning masarakat minangka ingkang nyata saking para lêluhuripun. Cariyos Telaga Madirda punika ugi minangka asèt kabudayan dados panilitèn punika minangka salah satunggalipun cara anggènipun nglêstantunakên kabudayan dhaèrah kanthi cara damêl dokumèntasipun.

Prêkawis panalitèn punika inggih punika 1) Kados pundi gêgambaran masarakat panyêngkuyung Cariyos Telaga Madirda lan Kados pundi gêgambaran Telaga Madirda? 2) Kados pundi wujud lan isi cariyos, saha tradhisi budaya ingkang wontên gêgayutan kaliyan wontènipun Cariyos Telaga Madirda? 3) Kados pundi babagan mitos saha mupangatipun Cariyos Telaga Madirda? 4) Kados pundi tanggêpan masarakat panyêngkuyung saha hangrêsêpi Cariyos Telaga Madirda?

Panalitèn punika kanggè 1) Gambarakên Telaga Madirda lan masarakat panyêngkuyung Cariyos Telaga Madirda 2) Gambarakên wujud lan isi cariyos, saha tradhisi budaya ingkang wontên gêgayutan kaliyan wontênipun Cariyos Telaga Madirda (3 Gambarakên babagan mitos saha mupangatipun Cariyos Telaga Madirda? (4 Gambarakên tanggêpan masarakat panyêngkuyung saha hangrêsêpi Cariyos Telaga Madirda.

Mupangating panalitèn inggih punika mupangat téorètis saha mupangat praktis. Kanthi cara téorètis asil panalitèn kaajab sagêd ngandharakên aspèk-aspèk kêkiatan Budaya Jawi minangka salah satunggaling cariyos lisan, anambahi khasanah panalitèn cariyos lisan nuswantara saha sagêd anambahi pangêrtosan cariyos lisan. Wondènè kanthi cara praktis asil panalitèn punika sagêd nyaosi mupangat kanggè bahan têtimbangan dhaèrah gêgayutan kaliyan kawontênan cagar budaya ing Kabupatèn Karanganyar saha kanggê ngrêmbakakakên pariwisata Kabupatèn Karanganyar.

Panalitèn Cariyos Telaga Madirda panalitèn folklor kanthi wujud panalitèn dèskriptif kualitatif. Asaling sumbêr data saking informan inggih punika juru kunci, tokoh masarakat utawi masarakat ingkang mangêrtosi Cariyos Telaha Madirda, babagan punika mupangati kanggé mangértosi sedaya informasi magêpokan kawotênan cariyos. Asal sumber data sanèsipun saking buku, rêkaman, foto, peta wilayah, saha rèfêrènsi ingkang jumbuh kalihan panalitèn punika. Teknik pangêmpalan data ingkang dipun ginakakên inggih punika obsêrvasi langsung, wawancara saha analisis isi. Teknik analisis data ginakakên kanthi urutan pangêmpalan data, reduksi data, penyajian data, saha dhudhutan.

Page 15: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

Asil panalitèn punika, (1 gêgambaran Telaga Madirda lan masarakat Dusun Tlogo, Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar minangka panyêngkuyung Cariyos Telaga Madirda dipun pirsani saking babagan geografis, demografis, sosial budaya, agami lan kapitadosanipun, tradhisi masarakat. (2 Wujud saking cariyos punika, cariyos prosa rakyat ingkang awujud legênda ingkang sagêd dipun buktèkakên kanthi wontênipun panggênan ingkang gêgayutan kaliyan Cariyos Telaga, tradhisi budaya ingkang gêgayutan inggih punika: Nyadran, Bersih Dusun lan Padusan. (3) Unsuripun mitos Cariyos Telaga Madirda inggih punika: a) cara pamdhêting toya, b) cara mbêta toya, c) cara panyuwunan bѐrkah sasampunipun dikabulakên, d) awisan ngicipi dêdhahran menawi mangsak kgem kenduri ingkang wontên gêgayutan tata upacara Nyadran Telaga Madirda, e) awisan mboten keparêng mangsak kagêm para ibu, kѐdhah kanthi kawontênan ingkang suci, f) Juru Kunci ingkang saged anggadahi sekar Kanthil, Cariyos Tekaga Madirda anggadahi paѐdah inggih punika; a) minangka sistem proyeksi, inggih punika gêgambaran angaen-angen kelompok tartamtu, b) minangka sarana pendidikan, c) minangka pangandali norma-norma masarakat ingkang kêdah dipun lampahi, d) minangka sarana panglipur. Pangaruhing éwah-éwahan sosial ekonomi masarakat kanthi kawontênan Telaga Madirda ingkang paling katingal inggih punika tambahing rejeki masarakat Dusun Tlogo, Desa Berjo. (4) Pangrosipun masarakat sagêd dipuntarik dhudhutan mênawi masarakat Dusun Tlogo, Desa Berjo taksih ngakѐni kawontênan Cariyos Telaga Madirda ingkang arupi telaga. Tradhisi nyaosi sêsaji dipunwontênaken kanthi wujud Nyadran Dusun Tlogo, Desa Berjo sabѐn tanggal 15 Ruwah.

Page 16: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

ABSTRACT MUCHAROM. C0107033. 2011. Folklore Telaga Madirda in Ngargoyoso Subdistrict of Karanganyar Regency, Central Java Province (A Folklore Study). Thesis of Local Literature Department of Faculty of Letters and Fine Arts of Surakarta Sebelas Maret University.

Background underlying this research is that the folklore Telaga Madirda is a folklore existing in the society with strong tradition and customs believed by the proponent society as something true from their ancestor. The folklore Telaga Madirda is also a cultural asset so this research is a measure in the attempt of preserving the local culture by means of documenting it.

The problem statements of research are (1) how public profile support folklore Telaga Madirda and profile Lake Madirda, (2) how to shape the content of the story folklore Telaga Madirda, (3) how the elements of myth and function, as well as socio-economic impacts on community support tradition related to the folklore Telaga Madirda, and (4) how is the power response and appreciation of cummunity support folklore Telaga Madirda.

This research aims (1) profile describes the community support folklore Telaga Madirda and Lake Madirda (2) describe the rorm and content of the story folklore Telaga Madirda (3) describe the the elements of myth and function, as well as socio-economic impacts on community support tradition related to the folklore Telaga Madirda, and (4) describe the power response and appreciation of cummunity support folklore Telaga Madirda.

The benefit of research includes theoretical and practical benefits. Theoretically, the result of research is expected can reveal the power aspect of Javanese cultural values in spoken story, increase the treasure of research on archipelago spoken story and increase the knowledge insight on spoken story. Meanwhile, practically the result of as the local input consideration related to the existence of cultural pledge in Karanganyar Regency, and for tourism development of Karanganyar Regency.

The research on folklore Telaga Madirda is a descriptive qualitative study. The data source derived from informant, the burial plot guard (juru kunci), society leaders or the society knowledgeable about the folklore Telaga Madirda; it is beneficial to find out any information about the existence of story. Other data source derived from books, recordings, photographs, area map, as well as the references relevant to this research. Techniques of collecting data used by the research were direct observation, interview, and content analysis. Technique of analyzing data included the following stages: data collection, data reduction, data display and conclusion drawing.

The result of research shows that (1) community profile Tlogo Hamlet and Lake Madirda in the Village Berjo, District Ngargoyoso, Karanganyar Regency as a supporter of Folklore Telaga Madirda terms of geographic, demographic, social, cultural, religions (2) Forms of Folklore Madirda Lake is a prose story in the form

Page 17: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

of folk legend, proved the existence of places associated with stories such as the existence of Lake Madirda. Cultural traditions associated with the presence of Folklore Nyadran Lake Madirda ie, Bersih Dusun, and Padusan (3) Mythical elements Folklore Lake Madirda namely: a) How to capture water, b) how to bring water, c) the account after the petition is granted, d) prohibition to taste the food when cooking for a feast whose relationship to the ceremony Nyadran Lake Madirda e) prohibition should not be cooking for mothers should be with the state of purity f) Interpreter Lock which can have flowers Kanthil. Folklore Madirda Lake has a function, namely: a) as a means of projection system, which is a reflection of wishful thinking tools specific group (a collective), as an educational tool, as a supervisor societal norms that must be adhered to collective. Socioeconomic impacts that arise in the community about the existence of Lake Madirda the most prominent is the increase incomes Tlogo Hamlet, Village Berjo d) as a means of entertainment (4) Appreciation society can be concluded that the community Tlogo Hamlet, Village Berjo, District Ngargoyoso, Karanganyar Regency complete with relics of a lake. Tradition of offering offerings being held with the community Nyadran Tlogo Hamlet, Village Berjo every 15 Ruwah.

Page 18: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Karya sastra merupakan hasil kreativitas manusia, baik yang tertuang

secara tertulis maupun secara lisan yang mencerminkan keadaan masyarakat

pemiliknya. Hasil sastra dalam bentuk lisan banyak ditemukan di daerah-daerah di

Indonesia. Sastra lisan merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan

berkembang di tengah masyarakat dan diwariskan secara turun-temurun secara

lisan sebagai milik bersama. Sastra lisan sebagai karya seni merupakan karya

yang menggunakan bahasa lisan, diungkapkan dan disebarkan dari mulut ke mulut

berisikan pesan, makna kehidupan, dan nilai-nilai yang luhur. Cerita rakyat

merupakan karya sastra yang secara langsung menjadi milik rakyat, diturunkan

sejak jaman nenek moyang dengan menggunakan tradisi lisan. Meskipun hanya

sekadar sastra lisan, namun cerita rakyat justru merupakan suatu karya sastra yang

menjadi panutan dan cerminan nilai-nilai tradisi kehidupan nyata dari masyarakat

pecinta dan penikmat karya sastra.

Bahan kajian sastra lisan amat kaya, yang paling penting dalam penelitian

sastra lisan adalah upaya untuk menyelamatkan sastra lisan ke dalam bentuk

tulisan agar dapat dijadikan dokumen dan peninggalan sejarah. Cerita rakyat

sebagai sastra lisan mempunyai banyak fungsi dan sangat menarik serta penting

untuk diselidiki. Cerita Rakyat Telaga Madirda juga perlu dilestarikan sehingga

keberadaannya dapat dirasakan oleh masyarakat pendukungnya.

Page 19: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Cerita rakyat sering berkembang dan hidup pada masyarakat pedesaan.

Cerita rakyat yang muncul pada masyarakat pedesaan karena cerita rakyat yang

ada masih dipercaya oleh masyarakat pendukungnya. Salah satu dari beberapa

contoh cerita rakyat yang ada di Indonesia yang sampai saat ini masih dipercaya

dan berpengaruh terhadap masyarakat pendukungnya adalah Cerita Rakyat Telaga

Madirda.

Cerita Rakyat Telaga Madirda dituturkan secara lisan dan masih

terpelihara dengan baik di tengah-tengah masyarakat Dusun Tlogo, Desa Berjo,

Kecamatan Ngargoyoso. Cerita Rakyat Telaga Madirda digolongkan sebagai

cerita lisan folklor. Folklor merupakan sebagian dari kebudayaan suatu kolektif

yang tersebar dan diwariskan secara turun temurun diantara kolektif macam apa

saja secera tradisional dalam versi yang berbeda-beda, baik dalam bentuk lisan

maupun disertai contoh dengan gerak isyarat atau alat bantu (James Dananjaja

1994: 2).

Cerita lisan lahir dari masyarakat tradisional yang masih memegang teguh

tradisi lisannya. Cerita rakyat merupakan manifestasi manusia yang hidup dalam

kolektivitas masyarakat yang memilikinya, dan diwariskan secara turun temurun

secara lisan dari generasi ke generasi. Cerita Rakyat Telaga Madirda digolongkan

sebagai cerita rakyat karena adanya peninggalan berupa telaga dan memiliki

cerita yang dipercayai keberadaannya. Cerita rakyat biasanya orientasi

penyebarannya terbatas pada daerah tertentu dan merupakan muatan lokal yang

menyatu sekaligus sebagai kebanggan daerah yang bersangkutan. Tokoh-tokoh

Page 20: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

dalam cerita dianggap merupakan orang yang bersifat dewa atau didewakan atau

kultus cerita pada tokoh atau masyarakat pendukungnya.

Cerita Rakyat Telaga Madirda sangat terkenal di kecamatan Ngargoyoso,

Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah. Terutama cerita tentang Sugriwa, Subali

dan Anjani yang merupakan tokoh utama Cerita Rakyat Telaga Madirda. Tokoh-

tokoh tersebut oleh masyarakat dianggap sakti karena tokoh-tokoh itu yang

menyebakan adanya Telaga Madirda.

Nama Madirda pada Telaga Madirda berasal dari cerita tentang Sugriwa,

Subali dan Anjani. Pada suatu hari Sugriwa dan Subali melihat kakaknya yang

bernama Dewi Anjani bermain dengan cupu, yaitu bemda ajaib dapat melihat

keindahan jagad raya. Sugriwa dan Subali ingin memiliki cupu seperti yang

dimiliki kakaknya. Mereka berdua merasa iri kepada ayahnya, Resi Gotama

karena hanya Dewi Anjani yang diberi cupu.

Resi Gotama memanggil Dewi Anjani karena tidak merasa memberi

apapun kepada Dewi Anjani. Ternyata cupu itu adalah cupu Manik Astagina yang

hanya dimiliki Dewa Matahari atau Bathara Surya. Resi Gotama menemui istrinya

yang bernama Dewi Windardi untuk menanyakan perihal cupu tersebut. Dewi

Windardi hanya diam, dan Resi Gotama tahu bahwa istrinya telah berselingkuh

dengan Dewa Matahari. Dewi Windardi hanya dapat menangis dan menyesal,

tetapi karena marahnya, Resi Gotama mengutuknya menjadi batu.

Cupu yang menjadi rebutan antara Sugriwa, Subali dan Anjani tadi

akhirnya dibuang oleh Resi Gotama. Cupu itu terbuang jauh dan terpisah antara

badan cupu dan tutupnya. Tutup cupu jatuh dan menjadi telaga Madirda.

Page 21: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Telaga Madirda konon dipercaya sebagai tempat yang memiliki berkah

dan sering digunakan orang sebagai tempat untuk berdo’a kepada Tuhan Yang

Maha Esa. Telaga Madirda biasanya ramai dikunjungi orang pada malam Selasa

Kliwon dan Jum’at Kliwon. Mereka yang datang untuk laku biasanya

menyempatakan Ngalap Berkah di telaga tersebut. Kegiatan Ngalap Berkah

termasuk kegiatan batiniah yang bertujuan untuk mendapatkan ridho dari Tuhan.

Para pengunjung yang Ngalap Berkah berbeda-beda waktunya dalam melakukan

Ngalap Berkah, ada yang satu jam, satu hari sesuai dengan kepercayaan mereka.

Kebiasaan di Telaga Madirda, pengunjung sebelum melakukan ritual menyalakan

kemenyan. Kemenyan sebagai pengirim do’a kepada Tuhan Yang Maha Esa

karena simbol keharuman kemenyan sangat disukai oleh Tuhan. Dengan suasana

hening dan sepi menjadikan do’a pelaku Ngalap Berkah khusyu’ dengan harapan

permohonan doa segera dapat dikabulkan.

Tradisi Nyadran di Telaga Madirda sudah berlangsung bertahun-tahun

juga dilakukan ketika menjelang bulan puasa. Selain tradisi Ngalap Berkah

terdapat juga tradisi Nyadran yang merupakan upacara ritual atas rasa syukur

yang diberikan Tuhan Yang Maha Kuasa.

Upacara tradisional merupakan salah satu wujud peninggalan kebudayaan.

Kebudayaan adalah warisan sosial yang hanya dimiliki oleh warga masyarakat

pendukungnya dengan jalan mempelajarinya. Ada cara-cara atau mekanisme

tertentu dalam tiap masyarakat untuk memaksa tiap warganya mempelajari

kebudayaan yang di dalamnya terkandung norma-norma serta nilai-nilai

kehidupan yang berlaku dalam tata pergaulan masyrakat yang bersangkutan,

Page 22: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

mematuhi norma-norma serta menjujung tinggi nilai-nilai penting bagi

masyarakat demi kelestarian hidup bermasyarakat (Purwadi 2005:1).

Masyarakat sebagai pelaku dan pelaksana upacara Nyadran selalu

membuat ubarampe (perlengkapan), yaitu sesajen. Sesajen berupa hasil pertanian

diantaranya padi dan umbi-umbian.

Kebiasaan warga sekitar Telaga Madirda yang ada di Dusun Tlogo, Desa

Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar sangat sadar akan

kesemestaan yang melahirkan kesadaran terhadap lingkugan hidup (ekosistem).

Masyarakat Jawa masih menjujung tinggi mistik tidak pernah lepas dalam hal

menjaga kesakralan dan kekeramatan suatu tempat. Percaya akan penunggu atau

dhanyang-dhanyang menjadikan masyarakat selalu menghargai dan menjaga

segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Kepercayaan terhadap dhanyang-dhanyang

desa maupun pepunden desa masih sangat kental di daerah pedesaan yang

mayoritas penduduknya memeluk Islam Kejawen atau biasa disebut dengan

agama Jawa.

Masyarakat Dusun Tlogo, desa Berjo masih ada yang memeluk agama

Islam Kejawen. Hal itu terbukti masyarakat Desa Berjo masih melakukan tradisi

ritual yang selama ini masih berjalan dan turun temurun. Kepercayaan animisme

dan dinamisme yang telah mengakar dalam pemikiran masyarakat Berjo

khususnya pemeluk agama Islam Kejawen. Sebenarnya percaya akan hal-hal yang

gaib dan kekuatan keramat suatu tempat bertujuan untuk menjaga keselamatan

dan ketentraman diri serta alam tempat tinggal masyarakat

Page 23: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

Cerita rakyat menyebabkan mitos yang ada dalam cerita tersebut

mendapatkan tempat di hati masyarakat. Masyarakat menganggap bahwa mitos

yang mereka yakini tersebut memang benar-benar terjadi dan itu memang sesuatu

yang sangat wingit dan sakral. Mitos bisa menjadi pedoman hidup dan tingkah

laku suatu komunitas masyarakat tertentu, menyebabkan masyarakat percaya akan

kekuatan mitos yang mereka yakini. Di era modern seperti sekarang ini, masih

seringkali ditemukan mitos-mitos yang hidup dan berkembang di masyarakat.

Mitos sering dijumpai pada komunitas masyarakat yang tinggal dan berdomisili

pada suatu daerah tertentu. Karena banyaknya unsur lapisan masyarakat yang

masih mempercayai akan adanya mitos yang mereka sakralkan dan mereka anut,

maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi suatu perbedaan pandangan dan

kepercayaan terhadap mitos yang mereka percayai. Perbedaan pandangan itu

mungkin terletak pada jalan cerita mitos ataupun kekuatan mistik yang ada pada

mitos tersebut. Munculnya perbedaan-perbedaan pandangan yang ada, maka besar

kemungkinan antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain akan

memiliki pandangan dan kepercayaan yang berbeda terhadap mitos..

Cerita rakyat yang diwariskan secara lisan dan turun-temurun banyak

dijumpai di berbagai daerah di Indonesia.Diantaranya adalah Cerita Rakyat

Telaga Madirda di Dusun Tlogo, Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten

Karanganyar.

Alasan umum yang melatarbelakangi diambilnya mitos Cerita Rakyat

Telaga Madirda di Dusun Tlogo, Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten

Karanganyar adalah sebagai berikut : (1) Cerita Rakyat Telaga Madirda

Page 24: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

merupakan aset kebudayaan di Dusun Tlogo Desa Berjo Kecamatan Ngargoyoso

Kabupaten Karanganyar pada khususnya dan kebudayaan Nasional pada

umumnya, sehingga penelitian ini merupakan salah satu langkah dalam rangka

melestarikan kebudayaan daerah; (2) Cerita Rakyat Telaga Madirda ini

mengandung ajaran moral yang berguna bagi masyarakat pendukungnya sehingga

perlu penguraian terhadap kedudukan Cerita Rakyat Telaga Madirda ini bagi

masyarakat pendukungnya; (3) Mitos yang terdapat dalam Cerita Rakyat Telaga

Madirda merupakan salah satu warisan budaya bangsa yang perlu digali dan

dihayati.

Page 25: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut:

1. Bagaimanakah profil masyarakat pendukung Cerita Rakyat Telaga Madirda

dan profil Telaga Madirda yang berada di Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso,

Kabupaten Karanganyar?

2. Bagaimanakah bentuk dan isi Cerita Rakyat Telaga Madirda yang berada di

Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, serta tradisi

budaya yang terkait dengan keberadaan Cerita Rakyat Telaga Madirda?

3. Bagaimanakah unsur-unsur mitos dan fungsi Cerita Rakyat Telaga Madirda

yang berada di Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar?

4. Bagaimanakah tanggapan dan penghayatan masyarakat pendukung Cerita

Rakyat Telaga Madirda yang berada di Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso,

Kabupaten Karanganyar?

Page 26: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian tentang Cerita Rakyat Telaga Madirda adalah sebagai

berikut :

1. Mendeskripsikan profil masyarakat pendukung Cerita Rakyat Telaga Madirda

dan profil Telaga Madirda yang berada di Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso,

Kabupaten Karanganyar.

2. Mendeskripsikan bentuk dan isi Cerita Rakyat Telaga Madirda yang berada di

Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, serta tradisi

budaya yang terkait dengan keberadaan Cerita Rakyat Telaga Madirda.

3. Mendeskripsikan unsur-unsur mitos dan fungsi Cerita Rakyat Telaga Madirda

yang berada di Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar.

4. Mendeskripsikan tanggapan dan penghayatan masyarakat pendukung Cerita

Rakyat Telaga Madirda yang berada di Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso,

Kabupaten Karanganyar.

Page 27: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian tentang Cerita Rakyat Telaga Madirda di Dusun

Tlogo, Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar adalah

sebagai berikut :

ini dapat dikelompokan menjadi dua yaitu:

1. Manfaat Teoretis

Diharapkan hasil penelitian ini bermanfaat untuk:

a. Mengungkap aspek-aspek kekuatan nilai budaya Jawa pada sebuah

cerita lisan.

b. Menambah khasanah penelitian cerita lisan di nusantara dan dapat

memperbanyak wawasan pengetahuan cerita lisan.

2. Manfaat Praktis

Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat untuk:

a. Bahan pertimbangan pemasukan daerah terkait dengan keberadaan

telaga, dan tradisi budaya yang berada di Kabupaten Karanganyar.

b. Untuk pengembangan pariwisata Kabupaten Karanganyar.

Page 28: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

E. Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan ini teridiri atas lima bab. Kelima bab tersebut

dapat diuraikan sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan. Bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II Landasan Teori. Bab ini berisi landasan teori pengertian foklor,

pengertian cerita rakyat, fungsi cerita rakyat meliputi nilai guna folklore, ciri-ciri

cerita rakyat, pengertian upacara tradisional, makna simbolik, dan pengertian

mitos.

Bab III Metode Penelitian. Bab ini berisi metode penelitian folklor,

lokasi penelitian, bentuk penelitian, sumber data dan data penelitian, teknik

pengumpulan data, dan teknik analisis data.

Bab IV Pembahasan. Bab ini berisi profil masyarakat Dusun Tlogo, dan

profil Telaga di Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar,

bentuk dan asal-usul Cerita Rakyat Telaga Madirda, fungsi mitos, makna, nilai

guna dan penghayatan masyarakat pendukung terhadap Cerita Rakyat Telaga

Madirda.

Bab V Penutup. Bab ini berisi kesimpulan dan saran. Pada akhir tulisan

disertakan daftar pustaka dan lampiran.

Page 29: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

BAB II

LANDASAN TEORI

Landasan teori dalam suatu penelitian akan membantu penulis dalam

menganalisis permasalahan yang ada. Mengingat hal tersebut maka dalam suatu

penelitian sebaiknya berpegang pada suatu paham atau teori tertentu, sehingga

arah dan tujuan penelitian akan lebih jelas dan mudah dikaji.

A. Pengertian Folklor

Secara etimologis kata folklor berasal dari bahasa Inggris folklore, kata

dasarnya folk dan lore (Danandjaja, 1997:2). Folk adalah sekelompok orang yang

memiliki ciri-ciri pengenal fisik, sosial, dan kebudayaan sehingga dapat

dibedakan dari kelompok-kelompok lainnya. Ciri-ciri pengenal itu, antara lain,

dapat berwujud warna kulit yang sama, bentuk rambut yang sama, mata yang

sama, bahasa yang sama, bentuk rambut yang sama, dan lain-lain.

Danandjaja menyimpulkan bahwa folk adalah sinonim dengan kolektif

yang juga memiliki ciri-ciri pengenal fisik atau kebudayaan yang sama, serta

mempunyai kesadaran kepribadian sebagai kesatuan masyarakat. Lor adalah

tradisi folk, yaitu sebagian kebudayaannya yang diwariskan secara turun-temurun

secara lisan atau melalui suatu contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau

pembantu pengingat (1997: 2).

Folklor menurut Danandjaja, adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif

yang tersebar dan diwariskan secara turun-temurun. Diantara kolektif apa saja,

Page 30: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun

contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (1997: 2).

B. Bentuk Folklor

Folklor jika diperhatikan dari segi bentuknya ada dua, yaitu bentuk lisan

dan sebagian lisan (Danandjaja, 1997: 21-22). Bentuk folklor lisan antara lain:

1. Bahasa rakyat, yakni bentuk folklor Indonesia yang termasuk dalam kelompok

bahasa rakyat, adalah logat atau dialek bahasa-bahasa Nusantara.

2. Ungkapan tradisional adalah peribahasa (peribahasa yang sesungguhnya,

peribahasa tidak lengkap kalimatnya, peribahasa perumpamaan) dan ungkapan

(ungkapan-ungkapan yang mirip peribahasa).

3. Pertanyaan tradisional yakni yang lebih dikenal sebagai teka-teki merupakan

pertanyaan yang bersifat tradisonal dan mempunyai jawaban yang tradisional

pula.

4. Sajak dan puisi rakyat yakni folklor lisan yang memiliki kekhususan,

kalimatnya tidak berbentuk bebas, tapi terikat. Sajak dan puisi rakyat

merupakan kesusastraan yang sudah tertentu bentuknya, baik dari segi jumlah

larik maupun persajakan yang mengakhiri setiap lariknya. Termasuk ke dalam

jenis ini adalah parikan, rarakitan, wawangian, dan lain-lain.

5. Cerita prosa rakyat, yakni jenis folklor yang paling banyak diteliti oleh para

peneliti/ ahli folklor. Cerita prosa rakyat dapat dibagi menjadi tiga golongan

besar, yaitu: (1) mite (myth), (2) legenda (legend), dan (3) dongeng (folktale).

Page 31: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

6. Nyanyian rakyat adalah salah satu genre atau bentuk folklor yang terdiri atas

kata-kata dan lagu, yang beredar secara lisan diantara anggota kolektif

tertentu, berbentuk tradisional serta banyak mempunyai varian.

Bentuk folklor yang sebagian lisan terdiri atas dua macam, yaitu (1)

kepercayaan rakyat, yang seringkali juga disebut takhayul adalah kepercayaan

yang oleh orang berpendidikan Barat dianggap sederhana, tidak berdasarkan

logika, sehingga secara ilmiah tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya

(Danandjaja, 1997: 153); dan (2) permainan rakyat dianggap tergolong ke dalam

folklor karena memperolehnya melalui warisan lisan, terutama berlaku pada

permainan rakyat kanak-kanak karena permainan ini disebarkan hampir murni

melalui tradisi lisan dan banyak di antaranya disebarluaskan tanpa bantuan orang

dewasa, seperti orang tua mereka atau guru sekolah mereka (Danandjaja, 1997:

171).

Pendekatan folklor terdiri atas tiga tahap, yaitu pengumpulan,

pengulangan, dan penganalisisan. James Danandjaja (Danandjaja, 1997: 181).

berpendapat, ada tiga tahap yang harus dilakukan oleh seorang peneliti di objek

penelitian.

1. Tahap Pra Penelitian di Tempat

Sebelum memulai penelitian, yaitu terjun ke tempat atau daerah, penelitian

hendak melakukan penelitian suatu bentuk folklor, harus mengadakan

persiapan matang, jika hal ini tidak dilakukan maka usaha penelitian akan

mengalami banyak hambatan yang seharusnya tidak akan terjadi.

Page 32: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

2. Tahap Penelitian di Tempat Sesungguhnya

Tahap ini dimaksudkan untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan

informan, maka sebagai peneliti harus jujur, rendah hati, dan tidak bersikap

menggurui. Sikap yang demikian akan membuat informan dengan cepat

menerima dan memberikan semua keterangan yang diperlukan. Sedangkan cara

yang dapat dipergunakan untuk memperoleh semua bahan folklor di tempat

adalah melalui wawancara dengan informan dan melakukan pengamatan.

3. Cara Pembuatan Naskah Folklor bagi Kearsipan

Pada setiap naskah koleksi folklor harus mengandung tiga macam bahan yaitu:

a. Teks bentuk folklor yang dikumpulkan,

b. Konteks teks yang bersangkutan,

c. Pendekatan dan penilaian informasi maupun pengumpulan folklor.

(James Danandjaja, 1997: 193).

Jadi kesimpulannya folklor adalah sebagian kebudayaan yang diwariskan

secara turun-temurun dan jika folklor itu belum diakui atau dipercaya oleh

masyarakat, maka bukan termasuk cerita rakyat. Masyarakat di Desa Berjo

sebagai pemilik cerita termasuk masih melaksanakan norma-norma yang berlaku

dalam masyarakat yang timbul karena adanya cerita tersebut.

C. Pengertian Cerita Rakyat

Cerita rakyat adalah bentuk penuturan cerita yang pada dasarnya tersebar

secara lisan, diwariskan secara turun-temurun di kalangan masyarakat

pendukungnya secara tradisional. Cerita rakyat yang di dalam bahasa Inggris

Page 33: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

disebut dengan istilah folkate adalah sangat inklusif. Secara singkat dikatakan

bahwa setiap jenis cerita yang hidup di kalangan masyarakat, yang ditularkan dari

mulut ke mulut adalah cerita rakyat. Cerita rakyat meliputi mite, legenda dan

dongeng (Supanto, 1982: 48)

Cerita prosa rakyat dibagi menjadi tiga golongan besar, yaitu :

a. Mite (myth) adalah cerita prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi serta

dianggap suci oleh yang empunya cerita, mite ditokohi oleh para dewa atau

makhluk setengah dewa, peristiwa terjadi di dunia lain atau di dunia yang

bukan seperti dikenal sekarang dan terjadi pada masa lalu.

b. Dongeng adalah cerita rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi oleh

yang empunya cerita dan dongeng tidak terikat oleh waktu maupun tempat.

c. Legenda adalah prosa rakyat yang mempunyai ciri-ciri yang mirip dengan

mite, yaitu dianggap pernah benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci.

Berlainan dengan mite, legenda ditokohi oleh manusia, walaupun ada kalanya

mempunyai sifat-sifat luar biasa dan sering kali juga dibantu makluk-makluk

ajaib. Tempat terjadinya adalah di dunia seperti yang dikenal kini, karena

waktu terjadi belum terlalu lampau (Bascom, 1965b: 3-20). Legenda dapat

digolongkan ke dalam empat kelompok, seperti dikemukakan Jan Harold

Brunvand (dalam Danandjaja, 1997: 67), yaitu (1) legenda keagamaan

(religious legends), (2) legenda alam gaib (supernatural legends), (3) legenda

perseorangan (personal legends) dan (4) legenda setempat (local legends).

Dapat disimpulkan cerita rakyat adalah cerita yang sebagai bagian dari

folklor mengandung survival dan disebarkan secara lisan, secara turun temurun

Page 34: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

dari mulut ke mulut disebarkan diantara kolektif tertentu dalam waktu cukup

lama. Cerita rakyat berfungsi sebagai media pendidikan, pengajaran dan sekaligus

sebagai pelipur lara

D. Fungsi Cerita Rakyat

Menurut Wiliam R. Bascom dalam James Danandjaja,1994: 19), fungsi

cerita rakyat sebagai folklor adalah sebagai berikut :

1. Sebagai sistem proyeksi (projective system) yakni sebagai alat pencerminan

angan-angan suatu kolektif. Fungsi ini dapat diwujudkan salah satunya dengan

sarana pengukuhan tempat keramat.

2. Sebagai alat pengesahan pranata-pranata lembaga kebudayaan. Fungsi ini dapat

terwujud oleh adanya lembaga yang pada saat ini terus menggali dan

menyelamatkan kebudayaan yang hampir punah dengan bentuk cagar budaya

ataupun bentuk lainnya.

3. Sebagai alat pendidikan anak (pedagocical device).

4. Sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat selalu

dipatuhi anggota kolektifnya.

E. Ciri Pengenal Folklor

Folklor memiliki sembilan ciri pengenal utama. Ciri pengenal folklor ini

dapat dijadikan pembeda folklor dari kebudayaan lainnya (Danandjaja, 1997: 3-

4). Kesembilan ciri pengenal itu sebagai berikut.

Page 35: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

1. Penyebaran dan pewarisannya biasanya dilakukan secara lisan yakni

desebarkan melalui tutur kata dari mulut ke mulut (atau dengan suatu contoh

yang disertai dengan gerak isyarat, dan alat pembantu pengingat) dari satu

generasi ke generasi berikutnya;

2. Bersifat tradisional, disebarkan dalam bentuk relative tetap (standar);

3. Folklor ada (exist) dalam versi-versi bahkan dalam varian-varian yang berbeda

lantaran tersebar secara lisan dari mulut ke mulut;

4. Bersifat anonim, nama penciptanya sudah tidak diketahui orang lagi;

5. Folklor biasanya memiliki bentuk berumus atau berpola memiliki formula

tertentu dan mamanfaatkan bentuk bahasa klise;

6. Folklor mempunyai fungsi dalam kehidupan bersama suatu kolektif (alat

pendidikan, pelipur lara, protes sosial, dan proyeksi keinginan yang

terpendam);

7. Folklor bersifat pralogis, yaitu mempunyai logika sendiri yang tidak sesuai

dengan logika umum (ciri ini berlaku baik bagi folklor lisan maupun folklor

sebagian lisan);

8. Menjadi milik bersama dari kolektif tertentu, hal ini disebabkan oleh pencipta

pertama sudah tidak diketahui lagi;

9. Folklor pada umumnya bersifat polos dan lugu sehingga seringkali kelihatan

kasar, terlalu spontan; hal demikian dapat dimengerti apabila mengingat

bahwa banyak folklor merupakan proyeksi emosi manusia-manusia yang

paling jujur manifestasinya.

Page 36: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Sejalan dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai maka pembicaraan

secara teoritis tentang folklor berkisar sekitar cerita (prosa) rakyat meliputi mite,

legenda, dan dongeng.

F. Pengertian Mitos

Mite (myth) adalah cerita prosa rakyat dianggap benar-benar terjadii dan

suci oleh yang empunya cerita. Mite ditokohi oleh para dewa atau makhluk

setengah dewa. Peristiwa terjadi di dunia lain bukan yang kita kenal sekarang dan

terjadi pada masa lampau (James Danandjaja, 1994:50). Mitos juga merujuk pada

cerita dalam sebuah kebudayaan, mempunyai kebenaran mengenai perkara masa

dahulu. Mitos memiliki dogma yang dianggap suci dan mempunyai konotasi

upacara.

Mitos itu ada yang berasal dari Indonesia dan ada yang berasal dari luar

negeri. Mitos dari luar negeri pada umumnya telah mengalami pengolahan dan

perubahan lebih lanjut, sehingga tidak terasa asing lagi yang disebabkan oleh

proses adaptasi perubahan jaman. Masyarakat Jawa tidak hanya mengambil mitos

dari India melaikan telah mengadaptasi dewa-dewa India menjadi dewa Jawa.

Bahkan orang Jawa percaya kisah itu terjadi di Jawa. Mitos di Indonesia biasanya

menceritakan terjadinya alam semesta, terjadinya susunan para dewa, terjadinya

manusia pertama, dunia dewata, dan terjadinya makanan pokok.

Dapat disimpulkan mitos adalah cerita paling berharga karena suci dan

bermakna, sehingga mitos mampu memberikan arah dan pedoman tingkah laku

manusia sehingga mampu bersikap bijaksana karena manusia tidak bisa dengan

Page 37: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

mitos begitu saja, meskipun kebenaran mitos belum menjamin dan dapat

dipertanggungjawabkan.

G. Upacara Tradisional

Upacara tradisional adalah kegiatan sosial yang melibatkan warga

masyarakat dalam usaha mencapai tujuan keselamatan bersama. Upacara

tradisional merupakan bagian integral dari kebudayaan masyarakat

pendukungnya. Kelestarian hidup upacara tradisional dimungkinkan oleh

fungsinya bagi kehidupan, dapat mengalami kepunahan bila tidak memiliki fungsi

sama sekali (Supanto, 1992:5).

Upacara tradisional merupakan satu kesatuan dinamis yang bermakna

sebagai perwujudan nilai-nilai pada zamannya. Upacara tradisional mengandung

berbagai aturan yang wajib dipatuhi. Aturan itu tumbuh dan berkembang di dalam

kehidupan masyarakat secara turun-temurun. Dan peranan yang dalam

melestarikan ketertiban hidup masyarakat. Kepatuhan anggota masyarakat

terhadap aturan dalam bentuk upacara tradisional disertai keseganan atau

ketakutan mereka terhadap sanksi bersifat sakral magis. Dengan demikian upacara

tradisional itu dapat dianggap sebagai bentuk pranata sosial tidak tertulis, namun

wajib dikenal dan diketahui oleh setiap warga, untuk mengatur sikap tingkah laku

mereka agar tidak melanggar adat kebiasaan yang berlaku.

Page 38: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini yaitu di Dusun Tlogo, Desa Berjo, Kecamatan

Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar. Dipilihnya Dusun Tlogo tersebut sebagai

lokasi penelitian dikarenakan di dusun inilah terdapat telaga yang akhirnya

memunculkan cerita rakyat tersebut.

B. Jenis dan Bentuk Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian folklor dengan mengunakan tiga

macam tahap yaitu pengumpulan, penggolongan, dan penganalisaan. Bentuk

penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, yaitu data-data yang

dikumpulkan berwujud naturalistik. Artinya dalam pelaksanaan penelitian ini

terjadi secara ilmiah, apa adanya, dalam situasi normal tidak dimanipulasi

keadaan dan kondisinya, serta menekankan pada deskripsi ilmiah. Penelitian ini

menggunakan perspektif fenomenologis, berusaha memahami makna peristiwa

dan interaksi manusia dalam situasi tertentu (Atar Semi, 1990: 25-26).

Penelitian deskriptif kualitatif, adalah pengumpulan data berupa kata-kata,

gambar, dan bukan angka-angka. Data yang dimaksud untuk memberikan

gambaran penyajian laporan. Data berasal dari naskah wawancara, catatan

lapangan, foto, video, tape recorder, catatan dan memo, buku-buku penunjang

Page 39: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

dan dokumen resmi lainnya, (Lexy J. Moleong, 2010: 11). Tujuan penelitian

deskriptif kualitatif adalah memperoleh gambaran atau deskripsi mengenai

kualitas dari objek kajian yang berbentuk cerita rakyat atau folklor.

Penelitian ini dilakukan secara langsung ke lapangan. Peneliti mendata,

memproses dan menganalisis data. Peneliti adalah kunci utama penelitian,

sehingga peneliti harus teliti agar bisa tercapai penelitian yang akurat dan

sempurna, data yang diperoleh sesuai dengan fakta yang berada di lapangan.

C. Sumber Data dan Data

1. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu orang atau

informan, tempat (Desa Berjo dan Telaga Madirda), dan peristiwa (Upacara

Nyadra, bersih dusun dan padusan). Orang yang diperkirakan mengetahui Cerita

Rakyat Telaga Madirda adalah juru kunci, masyarakat setempat, masyarakat

pendatang atau pengunjung serta tokoh-tokoh masyarakat. Alasan pemilihan

informan mengacu pada informan yang mengetahui Cerita Rakyat Telaga

Madirda. jarak tempat tinggal informan dengan Telaga Madirda, dan umur

informan + 14-55 tahun yang mengetahui tentang cerita Rakyat Telaga Madirda.

Selain itu tempat observasi dalam penelitian ini berada di Desa Berjo, Kecamatan

Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar. Dalam penelitian ini penulis melakukan

wawancara kepada:

1. Juru Kunci Makam, yaitu Mbah Wiro

2. Penduduk sekitar, antara lain; Sunardi, Sularmi, Sukarni dan Afnan Malik

Page 40: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

3. Tokoh-tokoh masyarakat, yaitu Bambang Santosa selaku pegawai kelurahan.

4. Peziarah, antara lain; Hadi Purwoko, Agus Setiana, Slamet Darayanto dan

Farid.

Sumber data yang lain dalam penelitian ini adalah buku-buku dan foto-foto

yang terkait dengan Cerita Rakyat Telaga Madirda.

2. Data penelitian

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data dari hasil wawancara

yang berupa informasi dan kata-kata yang diucapkan oleh informan yaitu juru

kunci, penduduk sekitar (Sunardi, Sularmi, Sukarni dan Afnan Malik yang

diwawancara penulis), tokoh masyarakat (Bambang Santosa), dan peziarah (Hadi

Purwoko, Agus Setiana, Slamet Darayanto dan FaridData yang lain yaitu foto atau

gambar yang memberikan informasi tentang Cerita Rakyat Telaga Madirda berupa

gambar peninggalan-peninggalan dan tradisi masyarakat.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi Langsung (Tempat dan Peristiwa)

Penggunaan teknik observasi langsung dalam penelitian ini untuk

mendapatkan keterangan langsung mengenai Cerita Rakyat Telaga Madirda.

Untuk mengamati fenomena yang ada di luar untuk diungkapkan secara tepat.

pengamat menggunakan alat indra secara langsung dan alat bantu misalnya alat

perekam; kamera dan video. Hal ini fungsinya untuk memudahkan dalam

pengamatan karena dapat diputar kembali.

Page 41: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

2. Wawancara

Wawancara adalah salah satu cara pengumpulan data dalam penelitian

kepada narasumber.

Bentuk wawancara untuk penelitian folklor ada dua macam yaitu

wawancara yang terarah dan wawancara tidak terarah. Wawancara terarah adalah

wawancara dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sudah tersusun

sebelumnya dalam bentuk suatu daftar tertulis. Sedangkan wawancara tidak

terarah adalah wawancara yang bersifat bebas, santai dan memberikan

kesempatan yang sebesar-besarnya kepada informan untuk memberikan

keterangan yang ditanyakan (James Dananjaya, 1991: 195). Alasan peneliti

menggunakan teknik penelitian berupa wawancara adalah akan mendapat hasil

yang memuaskan.

Pedoman wawancara yang peneliti gunakan adalah bentuk “Semi

Structured” dalam hal ini maka mula-mula interview menanyakan serentetan

pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian satu per satu diperdalam dengan

mengorek keterangan lebih lanjut (Depdikbud, 1995). Dengan demikian jawaban

yang diperoleh bisa meliputi semua variabel, dengan keterangan yang lengkap dan

mendalam mengenai Cerita Rakyat Telaga Madirda

Para informan yang diwawancarai berjumlah 7 orang dan dipilih

berdasarkan usia (antara 14-55 tahun), jenis kelamin (laki-laki dan perempuan).

Informan yang diperkirakan mengetahui Cerita Rakyat Tealaga Madirda, antara

lain : 1) Juru Kunci, 2) Tokoh Masyarakat, 3) Masyarakat Sekitar, 4) Masyarakat

Pendatang atau Peziarah, dan 5) Dinas Pariwisata dan Kebudayaan.

Page 42: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

3. Content Analysis

Teknik Content Analysis merupakan metodologi penelitian yang

memanfaatkan prosedur untuk menarik kesimpulan yang sahih dari sebuah buku

atau dokumen (Lexy J. Moleong, 2010: 163). Melalui Content Analysis data yang

diperoleh secara cermat untuk dapat diambil kesimpulan mengenai data yang

dapat digunakan data penelitian ini serta hal-hal penting yang menjadi pokok

persoalan penelitian.

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data bertujuan untuk mengurutkan data ke dalam pola,

kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat

dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Lexy J. Moeleong,

2010: 280). Sedangkan menurut Milles dan Huberman (dalam HB. Sutopo,

1990:30) dengan mengunakan metode interaktif yaitu penelitian yang bergerak

diantara 3 komponen. Yang meliputi pengumpulan data, reduksi data, dan

penarikan kesimpulan. Wujud data merupakan suatu kesatuan siklus yang

menempatkan peneliti tetap bergerak di antara ketiga siklus.

Tahap-tahap yang digunakan dalam analisis data penelitian adalah sebagai

berikut:

Pertama-tama peneliti mengumpulkan data-data dari informan. Setelah

data didapat maka data cerita dibandingkan dan direkontruksi. Data yang

direkontruksi kemudian disusun agar menjadi sebuah cerita yang utuh dan relatif

lengkap.

Page 43: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Dalam analisis bentuk cerita peneliti mengunakan teori folklor tentang

bentuk cerita prosa rakyat. Cerita yang sudah utuh yang didapat dari hasil

perbandingan cerita kemudian digolongkan ke dalam bentuk cerita prosa rakyat

yaitu legenda.

Analisis yang kedua peneliti mengumpulkan data-data dengan memotret

peninggalan-peninggalan yang terkait dengan cerita. Data yang telah didapat

kemudian ditelusuri tentang keterkaitan peninggalan dengan cerita. Keterangan

yang didapat kemudian dideskripsikan satu per satu.

Analisis yang ketiga peneliti mengumpulkan data-data dengan memotret

peristiwa-peristiwa upacara tradisi yang terkait dengan cerita. Data yang telah

didapat kemudian ditelusuri tentang keterkaitan upacara tradisi dengan cerita.

Keterangan yang didapat kemudian dideskripsikan satu per satu.

Analisis yang keempat peneliti mengumpulkan data-data dengan mencari

informasi kepada masyarakat. Informasi yang didapat mengenai tentang tradisi-

tradisi yang timbul karena adanya Cerita Rakyat Telaga Madirda. Tradisi-tradisi

tersebut kemudian diungkapkan satu per satu.

Page 44: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Profil Masyrakat Desa Berjo

1. Karakteristik Masyarakat Desa Berjo

Desa Berjo adalah salah satu desa yang ada di Kecamatan Ngargoyoso,

Kabupaten Karanganyar. Desa Berjo berada dilereng Gunung Lawu, karena letak

geografis desa ini berada dilereng pegunungan desa ini memiliki suasana yang

sejuk walaupun disiang hari yaitu dengan suhu rata-rata 30-36ºC. Desa dengan

luas wilyah 1.623.865 Ha ini jauh dari keramaian kota sehingga bisa dibilang

masyarakat Desa Berjo adalah masyarakat desa.

Masyarakat desa merupakan masyarakat dengan ciri, karakteristik dan jati

diri yang unik. Unik disini dimaksudkan adalah berbeda dengan masyarakat kota

atau masyarakat pinggiran kota. Hal inilah yang menjadi ciri khas tersendiri bagi

masyarakat desa. Keunikan, ciri khas dan jati diri inilah yang membuat desa

dikenal dan memiliki arti. Dengan memiliki keunikan maka masyarakat luar dapat

dengan mudah mengetahui dan memahami karakteristik dari penduduknya.

Kehidupan keseharian masyarakat Desa Berjo setelah selesai bekerja

biasanya bersantai dengan keluarga. Sering kali mereka juga berkumpul dengan

tetangga. Banyaknya waktu untuk bebincang dan berkumpul menjadikan suasana

yang terbangun adalah suasana kekeluargaan dengan penuh keakraban.

Berikut pemaparan dari hasil dan pengamatan mengenai karakteristik dari

masyrakat Desa Berjo Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar.

Page 45: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Pengamatan dan hasil kajian ini dilakukan secara langsung di lapangan selama

beberapa bulan dengan lebih dari 8 kali kunjungan ke Desa Berjo. Mengenai

karakteristik masyarakat Desa berjo secara umum diuraikan sebagai berikut

a. Sederhana

Sederhana mungkin kata itulah yang tepat untuk menggambarkan

kehidupan masyarakat Desa Berjo. Kesederhanaan masyarakat Desa Berjo sangat

terlihat dari kehidupan keseharian yang mereka jalani. Kesederhanaan yang

dilakukan oleh masyarakat desa disebabkan oleh dua hal yaitu:

1) Secara Ekonomi Memang Kurang Mampu.

Jika dilihat dari hasil pendapatan yang diperoleh oleh masyarakat Desa

Berjo yang sebagian besar bekerja sebagai petani gurem dan buruh tani

sangat tidak mungkin untuk bersikap royal. Hal ini dikarenakan oleh

jumlah pendapatan yang diterima dari hasil kerja keras (bertani atau

menjadi buruh tani) tidak seimbang (lebih besar pengeluaran dibanding

pendapatan). Dengan melihat berapa besar pedapatan yang diperoleh maka

tidak mungkin masyarakat desa Berjo menyombongkan diri (bersikap

tidak sedehana)

2) Secara Budaya Memang Tidak Menyombongkan Diri.

Masyarakat desa merupakan masyarakat dengan karakteristik tidak suka

pamer dan selalu menjujung tinggi nilai-nilai kebersamaan. Masyarakat

desa tidak ingin melukai perasaan tetangga dengan bersikap yang tidak

biasa (menyimpang dari tradisi). Mereka sadar ketika bersikap diluar dari

Page 46: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

kebiasan maka mereka sendirilah yang akan merugi karena akan

mendapatkan sanksi sosial baik berupa gunjingan ataupun pengucilan dari

pergaulan bermasyarakat.

b. Menjujung Tinggi Kesopanan (Unggah-Ungguh)

Masyarakat Desa Berjo sangat menjujung tinggi nilai-nilai kesopanan. Hal

ini terbukti dari beberapa sikap dan perilaku yang ditunjukkan. Sikap dan perilaku

sopan terlihat apabila bertemu dengan orang yang lebih tua atau dituakan,

berhadapan dengan orang yang lebih mampu secara ekonomi dan keilmuaan

(tingkat pendidikan) , berhadapan atau bertemu dengan pejabat dan bertemu

dengan orang asing yang kelihatan berwibawa. Adanya sikap sopan tersebut

sangat terlihat dan kental dalam pergaulan antara masyarakat. Yang nuda

menghormati yang tua, yang kecil menghormati yang besar. Sikap semacam ini

menjadi kebiasaan dan budaya yang berkembang di masyarakat Desa Berjo.

c. Kekeluargaan (Guyub)

Sikap kekeluargaan sangat terlihat dari keseharian kehidupan mereka. Hal

ini terlihat ketika mereka saling bertemu, berinteraksi dan bermasyarakat. Mereka

akan saling menyapa, bercanda dan bergaul diantara anggota masyarakat. Rasa

kekeluargaan yang terjalin diantara mereka salah satunya disebabkan oleh adanya

hubungan darah yang masih kental diantara mereka. Masyarakat desa biasanya

masih memiliki hubungan yang cukup dekat dengan anggota masyarakat yang lain

karena pola yang terbangun adalah pola kekeluargaan (clan).

Pola kekeluargaan inilah yang menyebabkan masyarakat Desa Berjo dalam

bergaul sangat supel dan membumi. Masyarakat desa sebagaimana masyarakat

Page 47: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Desa Berjo biasanya dalam mencari jodoh hanya berkisar tetangga saja, sehingga

antar tetangga menjadi saudara dan hubungan ini menjadi meluas hingga

terbangunlah pola kekeluargaan (clan).

d. Tertutup Dalam Hal Keuangan

Biasanya masyarakat Desa Berjo akan menutup diri manakala ada orang

yang bertanya tentang sisi kemampuan ekonomi keluarga. Apalagi jika orang

tersebut belum begitu dikenalnya. Misalnya, mahasiswa yang sedang melakukan

tugas penelitian akan sulit mendapatkan inforamasi pasti tentang pendapatan dan

pengeluaran mereka. Masalah pendapatan merupakan masalah yang dianggap

masih tabu atau terlalu sensitif untuk diutarakan kepada orang lain, apalagi

orang yang belum begitu dikenal. Hal ini dikarenakan adanya perasaan malu,

minder dan sikap tidak terbuka terhadap orang lain dari warga masyarakat desa.

Ketertutupan ini lebih disebabkan oleh mainset pemikiran mereka yang

menganggap masalah ini tidak pantas untuk diketahui oleh orang lain.

e. Selalu Mengingat Janji

Bagi masyarakat Desa Berjo, janji yang pernah diucapkan

seseorang/komunitas tertentu akan sangat diingat oleh mereka terlebih berkaitan

dengan kebutuhan mereka. Hal ini didasari oleh pengalaman/trauma yang selama

ini sering mereka alami, khususnya terhadap janji-janji terkait dengan program

pengembangan dan pembangunan di desa mereka. Janji yang telah terucap

bagaikan suatu pegangan yang akan senantiasa dipegang, sehingga ketika mereka

sekali dibohongi maka mereka akan senantiasa mengingatnya dan akan terbawa

hingga tua.

Page 48: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

f. Menghargai Orang Lain (Ngajeni)

Masyarakat desa Berjo benar-benar memperhitungkan kebaikan orang lain

yang pernah diterimanya sebagai “pathokan” untuk membalas budi. Balas budi ini

tidak selalu dalam wujud materiil tetapi juga dalam bentuk pengahargaan sosial

atau dalam bahasa Jawa biasa disebut dengan istilah “ngajeni”. Penghargaan

sosial yang diterima berupa rasa menghargai tersebut sangat terlihat dari sikap dan

perilaku yang ditunjukkan ketika berhadapan dengan orang yang telah berjasa

terhadap dirinya. Orang yang telah diberi kebaikan maka apapun yang dikatakan

kepadanya dari orang yang telah membantunya akan dipatuhi selama tidak

merugikan dirinya dan juga orang lain.

g. Suka Gotong Royong

Salah satu ciri khas masyarakat Desa Berjo adalah gotong-royong.

Uniknya, tanpa harus dimintai pertolongan, serta merta mereka akan

“nyengkuyung” tau bahu membahu meringankan beban tetangganya yang sedang

punya gawe atau hajatan serta terkena musibah. Mereka tidak memperhitungkan

kerugian materiil yang dijeluarkan untuk membantu orang lain. Prinsip mereka:

“rugi sathak, bathi sanak”. Yang kurang lebih artinya: lebih baik kehilangan

materi tetapi mendapat keuntungan yaitu bertambah saudara. Sikap semacam

inilah yang sampai saat ini masih dilestarikan dan dipertahankan olah masyarakat

Desa Berjo. Rela berkorban untuk tetangga dan saudara dalam masyarakat Desa

Berjo merupakan suatu keharusan jika memang tetangga atau saudara itu mampu

untuk membantu meringankan beban mereka.

Page 49: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Sambatan adalah gotong royong yang dilakukan oleh para kaum laki-laki

baik tua maupun muda yang ada di Desa Berjo guna meringankan beban suatu

pekerjaan, biasanya sambatan dilakukan pada saat membangun rumah, ngijing

atau memasang batu nisan pada pemakaman. Ini dilakukan dengan bersama-sama

tanpa membedakan statusnya, semua berbaur menjadi satu. Dan juga diadakannya

pertemuan bapak-bapak setiap malam Minggu Wage yang bertempat di rumah RT

yang membahas cara atau rencana guna pembanguanan dusun agar dapat lebih

maju.

Rewang adalah berkumpulnya ibu-ibu untuk memasak makanan tempat

orang yang punya hajat atau keperluan yang membutuhkan bantuan dari orang

lain. Rewang dilakukan secara bersama-sama tanpa ada suatu ikatan apapun baik

saudara, agama, maupun pekerjaan. Hal itu dilakukan oleh ibu-ibu dengan senang

hati dan penuh kebersamaan. Biasanya dilakukan pada hajatan pernikahan,

sunatan atau khitanan, mitoni, mendhak. Semuanya bekerja sama tanpa dibayar

ataupun meminta upah, dengan tujuan agar pekerjaan yang dilakukan cepat selesai

sehingga dapat cepat kembali ke rumah dan mengurus keluarga.

2. Agama dan Kepercayaan Masyarakat Desa Berjo

Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian masyarakat Jawa khususnya

masyarakat Desa Berjo masih berpegang pada Kejawen, yang masih menghormati

kepercayaan asli yang tumbuh dalam masyarakat. Orang-orang pedesaan

khususnya masyarakat di Desa Berjo bersifat sangat religius. Sifat ini ditandai

dengan agama atau kepercayaan yang mereka anut sekarang. Pengakuan dan

keyakinan atas kuasa Tuhan Yang Maha Esa tercermin dalam pemeluk agama di

Page 50: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Desa Berjo yaitu Islam, Kristen dan Katholik. Warga Desa Berjo sendiri ada yang

memeluk agama Islam Jawi (Abangan) dan agama Islam Santri.

Mayoritas penduduk di Desa Berjo memeluk agama Islam dan sebagian

kecilnya memeluk agama Kristen dan Katholik. Hal ini terbukti dengan adanya

sarana ibadah yang ada di Desa Berjo yaitu Masjid, Mushola, dan Gereja.

Kehiduapan beragama tetap terjalin dengan baik. Masing-masing pemeluk agama

tidak pernah terjadi perselisihan dan tidak saling mengganggu di dalam

melaksanakan peribadatan. Meskipun berlainan agama, akan tetapi meraka hidup

rukun secara berdampingan karena mereka memiliki toleransi beragama yang kuat

dan patut untuk dijadikan contoh. Penduduk di Desa Berjo yang beragama Islam

masih ikut serta melakukan kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh sebagian

besar lapisan masyarakat. Kegiatan agama ini meliputi Tahlilan atau Wiridan dan

pengajian yang diselenggarakan oleh kelompok pria dan kelompok wanita.

Sedangkan upacara-upacara keagamaan atau ritual biasanya dilakukan bersama

dengan upacara tradisi leluhur, yaitu berupa Nyadran, Selametan (kenduren),

Bersih Desa, memberi sesaji untuk roh-roh penunggu atau ruh-ruh yang telah

meninggal.

Hal ini dapat dimengerti karena masyarakat di Desa Berjo merupakan

masyarakat agraris, yaitu sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian

sebagai petani dimana masih mempengaruhi oleh kepercayaan asli berupa sistem

religi animisme, yang merupakan inti dari tradisi kebudayaan Jawa asli yang

dijelmakan dalam bentuk penyembahan roh nenek moyang. Sistem religi

animisme dan dinamisme ini telah mengakar dalam alam pikiran dan tradisi Suku

Bangsa Jawa khususnya masyarakat Desa Berjo. Para petani biasanya selalu

Page 51: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

mengadakan upacara ritual, seperti Selametan dan sesaji serta do’a yang dilakukan

dalam rangka memulai usaha seperti halnya menanam padi, menanam palawija,

dan lain-lain serta ketika akan panen. Mereka melakukan hal itu untuk menjaga

keseimbangan dengan alam sekitarnya. Di samping dilakukan Selamatan dengan

do’a secara Islam, juga dilakukan persembahan beruapa makanan atau sesaji

untuk ruh-ruh lain yang dianggap dapat membantu untuk terkabulnya doa mereka.

Orang Jawa khususnya masyarakat Desa Berjo masih melakukan tradisi dan

tindakan berdasarkan pada pandangan hidup atau filsafat hidup yang religius dan

mistik seperti dalam menjalankan upacara peribadatan. Sikap hidup orang Jawa

ini merupakan hasil gabungan antara pikiran Jawa Tradisional, kepercayaan

Hindu dan ajaran Tasawuf dalam Islam.

Masyarakat Desa Berjo percaya akan adanya Tuhan Yang Maha Esa,

Rasul dan Nabi, tetapi mereka juga percaya akan adanya alam gaib/makhluk gaib.

Selaian itu mereka juga percaya pada kejadian aneh yang kadang muncul

disekitarnya yang tidak bisa dijangkau oleh alam pikiran manusia. Namun mereka

semua tidak memuja penghuni alam gaib. Kepercayaan, tradisi dan adat istiadat

yang diwariskan oleh nenek moyang masih merupakan hal yang paling utama di

dalam kehidupan mereka, sehingga tidak mengherankan apabila ada hari-hari

tertentu yang dianggap keramat, yaitu seperti malam Selasa Kliwon dan Jum’at

Kliwon. Pada malam-malam tersebut sering dijumpai orang-orang melakukan

Wiridan atau Tahlilan, Selamatan (Kenduren) dan penyediaan sesaji (sajen)

ditempat-tempat yang dianggap keramat, termasuk di Telaga Madirda.

Page 52: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

3. Tradisi Masyarakat

Dilihat dari kaca mata sosial masyarakat Berjo memiliki beragam aktivitas

kemasyarakatan yang telah mengakar menjadi tradisi. Aktivitas tersebut ada yang

terkait dengan sosial keagamaan dan peringatan hari-hari besar. Upacara

memiliki fungsi penting bagi masyarakat, yaitu menumbuhkan solidaritas. Dengan

kegiatan itu warga masyrakat bertemu, berkumpul dan meningkatkan rasa

kebersamaan sehingga dapat membantu terbentuknya kesatuan sosial.

Orang Jawa berpendapat bahwa yang tidak tampak mata itu ada. Hal gaib,

ruh yang menguasai semua daya dan ruh yang berwatak baik dan buruk. Orang

Jawa terus bersandar kepada daya gaib, dengan cara memohon, memuji melalui

ritual tertentu. Niat dan tujuannya agar daya gaib yang paling berkuasa bisa

membantu manusia agar terhindar dari daya godaan ruh halus yang bersifat buruk.

Dan bisa hidup damai, berdampingan dengan daya ruh halus yang bersifat baik.

Upacara-upacara ritual menjadi lambang kudus dalam dunia spiritual Jawa atau

dunia mistik Jawa.

Masyarakat Jawa, khususnya masyarakat Desa Berjo masih berpegang

pada Kejawen. Masyarakat Desa Berjo masih bersifat sangat religius, sifat

tersebut ditandai dengan agama atau kepercayaan yang mereka anut sekarang.

Pengakuan dan keyakinan atas kuasa Tuhan Yang Maha Esa tercermin dalam

pemeluk agama di Desa Berjo yaitu Islam, Kristen, Katholik, dan Hindu.

Kerukunan agama tetap terjalin dengan baik. Antar pemeluk agama tidak

pernah terjadi perselisihan dan tidak saling mengganggu di dalam melaksanakan

peribadatan. Meskipun berlainan agama, akan tetapi mereka rukun secara

Page 53: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

berdampingan karena memiliki toleransi beragama yang kuat dan patut dijadikan

contoh. Penduduk Desa Berjo yang beragama Islam masih ikut serta melakukan

kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh sebagian lapisan masyarakat. Upacara-

upacara keagamaan atau ritual biasanya dilakukan bersama dengan upacara tradisi

leluhur, yaitu berupa Selametan (Kendhuren), Bersih Desa, memberi sesaji untuk

ruh-ruh penunggu atau ruh leluhur yang telah meninggal.

Masyarakat Berjo sebagaimana masyarakat Jawa pada umumnya, tumbuh

dan berkembang dalam pengaruh budaya nenek moyang. Sebagai contoh tradisi,

yaitu mitoni (tujuh bulanan). Dalam tradisi Jawa, mitoni merupakan rangkaian

upacara siklus hidup yang sampai saat ini masih dilakukan oleh sebagian

masyarakat Jawa. Kata mitoni berasal dari kata ‘am’ (awalan am menunjukkan

kata kerja) + ‘7’ (pitu) yang berarti suatu kegiatan yang dilakukan pada hitungan

ke-7. Upacara mitoni ini merupakan suatu adat kebiasaan atau suatu upacara yang

dilakukan pada bulan ke-7 masa kehamilan pertama seorang perempuan dengan

tujuan agar embrio dalam kandungan dan ibu yang mengandung senantiasa

memperoleh keselamatan. Ubarampe atau sesajen yang digunakan antara lain :

1. Sajen tumpeng, maknanya adalah pemujaan (memule) pada arwah leluhur

yang sudah tiada. Para leluhur setelah tiada bertempat tinggal di tempat yang

tinggi, di gunung-gunung. Ini sebagi simbol keselarasan agar bayi yang

dikandung sempurna dan tidak ada suatu kekurangan serta memberikan

keselamatan agar pada saat melahirkan lancar serta ibu bayinya juga selamat.

2. Sajen jenang abang, jenang putih, melambangkan benih pria dan wanita yang

bersatu dalam wujud bayi yang akan lahir.

Page 54: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

3. Sajen berupa sego gudangan, mengandung makna agar calon bayi selalu

dalam kaeadaan segar.

4. Benang lawe atau daun kelapa muda yang disebut janur yang dipotong,

maknanya adalah mematahkan segala bencana yang menghadang kelahiran

bayi.

5. Sajen berupa telur yang nantinya dipecah mengandung makna berupa ramalan

bahwa kalau telur pecah maka bayi yang lahir perempuan, bila telur tidak

pecah maka bayi yang lahir nantinya adalah laki-laki.

6. Sayur 7 warna (sayuran terdiri dari 7 macam sayur yaitu jepan, kacang

panjang, kol/kubis, kluwih, daun mlinjo, wortel, terung). Hal itu dimaksudkan

agar si jabang bayi kelak dapat menjalani kehidupan yang penuh warna-

warni.

Pelaksanaanya diawali dengan kenduren oleh kaum laki-laki kemudian

dilanjutkan dengan diadakan siraman kepada calon ibu yang hamil menggunakan

air 7 sumber atau sumur dari Berjo yang telah dicampur dengan bunga. Lalu

dilanjutkan dengan calon ibu berganti jarik sebanyak 7 kali sebagai simbol

kehamilannya sudah berusia 7 bulan. Dilanjutkan dengan brobosan telur ayam

kampung. Telur ayam dimasukan ke dada ibu hamil oleh dukun bayi yang

kemudian ditangkap oleh nenek bayi ditengah kedua kaki ibu hamil. Apabila

telur dapat ditangkap maka kelak anak yang dilahirkan laki-laki, dan apabila telur

tidak dapat ditangkap maka kelak anak yang dilahirkan adalah perempuan.

Kemudian calon bapak dan calon ibu berjalan masuk rumah sambil

membersihkan tempat yang dilewatinya, sebagai simbol agar kelak pada saat

proses persalinan lancar dan tidak mengalami suatu hambatan.

Page 55: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Masyarakat Berjo mempunyai tradisi mengenai penghormatan terhadap

seseorang yang telah meninggal yaitu, tata cara mengelola atau merawat jenazah.

Upacara yang diselenggarakan pada saat kematian merupakan bentuk

penghormatan kepada orang yang sudah meninggal. Hal ini memiliki makna

senantiasa mengingat segala kebaikan yang pernah diberikan oleh orang yang

sudah meninggal. Selain itu juga ada kepercayaan bahwa dengan dibantu doa,

maka arwah orang yang meninggal tersebut akan tenang dan diterima Tuhan.

Upacara yang dilakukan biasanya berwujud kenduri dengan menggunakan sesaji-

sesaji. Kenduri merupakan wujud kebersamaan masyarakat dalam menangani

masalah bersama. Kenduri juga berfungsi untuk memberikan hiburan bila ada

yang kesusahan. Kenduri tersebut tidak dapat dilepaskan dari sesaji. Sesaji yang

digunakan dalam peringatan meninggalnya seseorang pada dasarnya sama, hanya

masing-masing daerah memiliki kebiasaan yang berbeda.

Dalam penghormatan terhadap seseorang yang telah meninggal dunia,

masyarakat Berjo melakukan tradisi lama berupa upacara slametan. Upacara-

upacara yang diselenggarakan untuk memperingati kematian biasanya dilakukan

dengan mengadakan kenduri. Kenduri dilakukan dengan do’a bersama dan

dihadiri oleh kerabat dan tetangga terdekat. Kenduri menggambarkan pola gotong

royong dalam masyarakat Jawa. Sikap saling membantu dan memberi

penghiburan bila ada kesusahan merupakan contoh konkrit pola pikir masyarakat

Jawa. Serangkaian upacara yang dilakukan adalah

Page 56: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

1. Upacara ngesur tanah atau geblag

Istilah sur tanah atau ngesur tanah berarti menggeser tanah (membuat

lubang untuk penguburan mayat). Makna sur tanah adalah memindahkan alam

fana ke alam buka dan wadah semula yang berasal dari tanah akan kembali ke

tanah juga. Upacara ini dilaksanakan pada saat pembuatan liang lahat untuk

tempat pemakaman orang yang meninggal. Adapun perlengkapannya adalah :

a) Tumpeng ungkur-ungkuran (Tumpeng yang dibelah dan diletakkan dengan

saling membelakangi). Yang bermakna bahwa mayit telah berpisah antara

jasmani dan rohnya.

b) Ingkung (ayam dimasak utuh) Ingkung juga melambangkan kepasrahan kepada

Tuhan Yang maha Esa.

c) Urap (gudhangan dengan kelengkapannya) bermakna agar keselamatan selalu

mengiringi orang yang meninggal sampai mengahadap Tuhan.

d) Lalaban : ini terdiri dari cabai merah, garam, dan bawang merah

melambangkan diharapkan semua sesaji sesuai tidak ada kekurangan.

e) Dhele ireng: jenis kacang kedelai yang berwarna hitam yang melambangkan

agar tidak mendapatkan kegelapan semoga Tuhan selalu memberi penerangan

kepada orang yang telah meninggal.

2. Upacara tigang dinten (tiga hari)

Upacara ini merupakan upacara yang diselenggarakan untuk memperingati

tiga hari meninggalnya seseorang, untuk menyempurnakan 4 perkara yang disebut

anasir yaitu bumi, api, angin dan air. Peringatan ini dilakukan dengan kenduri,

Page 57: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

mengundang kerabat dan tetangga terdekat. Sesajen yang digunakan sampai acara

nyewu (seribu hari hampir) sama, antara lain :

a. Tumpeng seger : nasi yang dibentuk seperti kerucut sebagi wujud dari

penghormatan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta penghormatan kepada

arwah leluhur yang sudah meninggal.

b. Sega golong : nasi yang dibentuk bulat-bulat seperti bola sebagai wujud bahwa

kebulatan hati yang telah rela melepas orang yang yang disayangi.

c. Ingkung ayam jago : ingkung juga melambangkan kepasrahan kepada Tuhan

Yang Maha Esa.

d. Sega kepyar : nasi yang dimasak setengah mateng.

e. Lalaban : ini terdiri dari cabai merah, garam, dan bawang merah

melambangkan diharapkan semua sesaji sesuai tidak ada kekurangan.

f. Sega liwet : nasi yang dimasak liwet dan di dalmnya ada satu buah telur.

g. Sayur sambal goreng : sayur yang terbuat dari kentang yang disantan berwarna

merah dan pedas.

h. Peyek : makanan yang terbuat dari tepung beras dan kacang maupun ikan asin

yang kemudian digoreng sanpai renyah.

i. Apem : makanan yang terbuat dari tepung gandum yang dibentik bulat seperti

uang logam yang melambangkan permintaan maaf dari yang meninggal atau

kesalahannya semasa masih hidup.

j. Dhele ireng : jenis kacang kedelai yang berwarna hitam yang melambangkan

agar tidak mendapatkan kegelapan semoga Tuhan selalu memberi penerangan

bagi orang yang telah meninggal.

Page 58: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

3. Upacara pitung dinten (tujuh hari)

Upacara ini untuk memperingati tujuh hari meninggalnya seseorang,

maksudnya menyempurnakan pembawaan dari ayah dan ibu berupa darah,

daging, sungsum, jeroan (isi perut), kuku, rambut, tulang, dan otot. Ubarampe

yang digunakan dalam upacara kendurian pitung dinten (tujuh hari) ini sama

dengan upacara tigeng dinten (tiga hari)

4. Upacara sekawan dasa dinten (empat puluh hari)

Upacara ini untuk memperingati empat puluh hari meninggalnya

seseorang, maksudnya untuk menyempurnakan semua yang bersifat badan wadag

(jasad). Bahan untuk kenduri biasanya sama dengan kenduri pada saat

memperingati tujuh hari meninggalnya.

5. Upacara nyatus (seratus hari)

Upacara ini untuk memperingati seratus hari meninggalnya seseorang.

Tata cara dan bahan yang digunakan untuk memperingati seratus hari

meninggalnya pada dasarnya sama dengan ketika melakukan peringatan empat

puluh hari.

6. Upacara mendhak pisan (setahun pertama)

Upacara mendhak pisan merupakan upacara yang diselenggarakan ketika

orang meninggal pada setahun pertama, maksudnya unruk menyempurnakan kulit,

daging, dan jeroan-nya. Tata cara dan bahan yang digunakan untuk memperingati

seratus hari meninggalnya pada dasarnya sama dengan ketika melakukan

peringatan seratus hari.

Page 59: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

7. Upacara mendhak pindho (setahun kedua)

Upacara mendhak pindho merupakan upacara terakhir untuk memperingati

meninggalnya seseorang, maksudnya untuk menyempurnakan semua kulit, darah,

dan semacamnya yang tinggal hanyalah tulangnya saja. Tata cara dan bahan yang

digunakan untuk memperingati mendhak pindho meninggalnya pada dasarnya

sama dengan ketika melakukan peringatan mendhak pisan.

8. Upacara mendhak katelu (nyewu)

Merupakan peringatan seribu hari bagi orang yang sudah meninggal,

untuk menyempurnakan semua rasa dan bau hingga semua rasa dan bau sudah

lenyap. Peringatan dilakukan dengan mengadakan kenduri yang diselenggarakan

pada malam hari. Bahan yang digunakan untuk kenduri sama dengan bahan yang

digunakan pada peringatan empat puluh hari. Namun ada beberapa bahan yang

perlu diadakan untuk memperingati seribu hari meninggalnya ini, yaitu:

a. Sepasang burung merpati dikurung dan diberi rangkaian bunga. Bermakna agar

mayat diaharapkan saat menghadap Tuhan dalam keadaan suci bersih tanpa

dosa dan beban. Setelah do’a selesai dilakukan, burung merpati dilepas dan

diterbangkan. Maksud tata cara ini untuk mengirim tunggangan bagi arwah.

b. Benang lawe empat puluh helai yang bermakna agar orang yang meninggal

kembali kepada Tuhan tanpa ada suatu halangan yang menghadangnya.

Pelaksanaan kenduri baik dari tigang dinten (tiga hari) sampai upacara

seribu hari (nyewu) biasanya dilaksanakan malam hari setelah sholat maghrib.

Acara itu dihadiri kaum laki-laki baik tua maupun remaja. Acara dimulai dengan

pembacaan surat Yasin dan Tahlil secara bersama-sama dipimpin oleh imam

Page 60: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

masjid. Dilanjutkan dengan kenduri yaitu berdoa bersama-sama dengan

menggunakan sesajen yang telah dipersiapkan dan dipimpin oleh sesepuh Dusun

Tlogo, dilanjutkan makan bersama. Setelah makan bersama acara selesai, apabila

masih ada sisa ubarampe yang tidak dimakan boleh dibawa pulang oleh kaum

laki-laki yang datang. Untuk masyarakat yang beragama Kristen, biasanya tidak

ada acara pembacaan Tahlil dan Surat Yasin tetapi langsung kenduri saja, serta

ubarampe yang digunakan juga sama saja. Upacara seribu hari (nyewu) ada

pancen yang berupa minuman teh, kopi dan kinang (daun sirih, gambir dan enjet).

Pancen diletakkan diatas meja guna mempersiapkan siapa tahu orang yang

meninggal tadi pulang. Dalam perkembanganya, kemudian ritual tersebut telah

memasuki unsur-unsur yang bernuansa Islam, seperti membaca Tahlil dan Yasin.

Selain slametan, tradisi religius yang ada di masyarakat Berjo adalah Nyadran

dan wiwit.

Wiwit adalah upacara yang dilakukan masyarakat pada saat akan memanen

padi. Ubarampe atau sesajen yang digunakan antara lain:

a) Nasi tumpeng yang melambangkan penghormatan terhadap Tuhanh Yang maha

Kuasa atas karunianya sehingga hasil tanamannya berbuah hasil dan dapat

dipanen.

b) Ayam yang digoreng sebagai wujud syukur Yang Maha Kuasa.

c) Gudangan yaitu sayuran yang direbus kemudian diberi sambal kelapa yang

memiliki makna agar padinya dapat baik-baik dan segar sehingga hasilnya

bagus.

d) Tempe bakar dan ikan asian baker yaitu tempe atau ikan asin yang dibakar

diatas bara api.

Page 61: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

e) Jenang katul yaitu jenang atau bubur yang dibuat dari katul dan gula jawa.

f) Pisang.

g) Dan ubarampe lainnya seperti kaca, bedak, dan uang sebagai persembahan

kepada Dewi Sri.

Acara tersebut dilaksanakan sehari sebelum panen dan diadakan di sawah

yang akan dipanen. Ubarampe dibawa ke sawah, yang kemudian dido’akan agar

panenya tidak ada halangan dan panen berikutnya akan lebih baik lagi. Setelah

berdoa sedikit demi sedikit ubarampe tersebut diberikan di atas daun pisang

sebagai persembahan kepada Dewi Padi atau Dewi Sri. Tidak lupa pula di pojok

sawah tersebut digelung atau ditali dengan padi lainnya, sebagai simbol bahwa

padi siap dipanen keesokan harinya.

B. Profil Telaga Madirda

Telaga Madirda adalah sebuah telaga alami terletak di kaki Gunung Lawu

berada di Desa Berjo, telaga ini berada pada ketinggian kurang lebih 600-700 m

dari permukaan laut. Telaga Madirda terletak di ujung tenggara Desa Berjo

tepatnya di Dusun Tlogo. Telaga Madirda memiliki keindahan alam yang unik

walaupun bentuk dari telaga ini seperti lingkaran tetapi tidak beraturan . Letaknya

yang berada di sebelah Gunung Lawu dan diapit oleh Bukit Purung, sementara

aliran air di telaga ini tidak pernah surut sehingga menjadi salah faktor pendukung

guna menarik wisatawan.

Telaga Madirda merupakan sebuah kawasan telaga yang kini masih

tertutup lapisan tanah dengan mata air alami yang sangat besar dan jernih,

dipercayai sebagai tempat yang memiliki nilai legenda pewayangan dari serial

Page 62: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Ramayana, sehingga tetap merupakan tempat yang diyakini mengandung makna

pengajaran luhur bagi kehidupan masyarakat setempat.

Menurut pemaparan dari Juru Kunci telaga, Telaga Madirda ada sudah

sejak ribuan tahun yang lalu. Madirda artinya adalah suatu tempat yang

memabukkan (Zoetmulder 1984: 624) . Telaga yang luasnya tidak lebih besar dari

lapangan sepak bola ini ada karena disebabkan Cupu Manik Astagina yang jatuh

karena diperebutkan antara Sugriwa, Subali dan Anjani.(ketiganya adalah tokoh

dalam pewayangan)

Telaga Madirda berjarak kurang lebih 20 kilometer dari kota Karanganyar

dan 36 kilometer dari Surakarta. Jika dilihat secara lokasi, Telaga Madirda

aksesnya bisa dikatakan cukup mudah karena dengan aspal yang halus, tanjakan

yang tidak terlalu tinggi, dan lokasi yang nyaman. Bagi pengguna kendaraan

umum dapat menggunakan bus umum dari Solo ke terminal Karangpandan (arah

ke Tawangmangu) dengan tarif sebesar Rp 5000/orang , dilanjutkan naik bus kecil

ke Nglorog atau terminal Kemuning dengan tarif sebesar Rp 2000/orang.

Selanjutnya naik ojek karena tidak ada kendaraan umum menuju lokasi telaga.

Tarif ojek sudah tercantum, sekitar Rp 50.000 pp, tapi masih bisa dinego.

Jika menggunakan kendaraan pribadi, berangkat dari Karanganyar maka

perjalanan ke arah timur lalu setelah sampai di Karangpandan sudah ada papan

petunjuk jalan menuju lokasi. Tidak jauh dari percabangan sudah ada petugas

retribusi yang akan menarik biaya retribusi sepeda motor sebesar Rp 1.000,- lalu

mengambil jalan yang kanan bawah atau bisa bertanya ke petugas yang ada di

retribusi

Page 63: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

C. Bentuk dan Isi Cerita Rakyat

1. Bentuk Cerita Rakyat Telaga Madirda

Cerita rakyat dapat dibagi menjadi atau dikelompokan menurut ciri-cirinya

menjadi tiga bentuk yaitu mite, legenda, dan dongeng. Cerita Rakyat Telaga

Madirda termasuk ke dalam cerita prosa rakyat yang berbentuk legenda maka

untuk mengetahui pastinya akan dibahas satu persatu bentuk cerita prosa rakyat

yang sesuai dengan Cerita Rakyat Telaga Madirda seperti dibawah ini:

Dalam kehidupan masyarakat Jawa berkembang kepercayaan terhadap

ruh-ruh halus. Ruh-ruh halus tersebut ada yang bersifat baik dan ada yang bersifat

jahat. Ruh-ruh yang bersifat baik sering membantu manusia, misalnya menjaga

desa dari berbagai gangguan. Ruh-ruh halus penjaga desa sering disebut dengan

dhanyang pepunden desa, maupun baureksa. Adapun ruh-ruh yang bersifat jahat

dia adalah ruh-ruh yang cenderung sering mengganggu kehidupan manusia.

Kepercayaan terhadap dhanyang-dhanyang desa maupun pepunden desa

dari hari ke hari semakin berkembang terutama desa-desa yang mayoritas

penduduknya memeluk agama Islam Kejawen atau Agami Jawi. Sedangkan dalam

kelompok Islam Santri kepercayaan terhadap dhanyang-dhanyang desa ataupun

pepunden desa dianggap musyrik (mempersekutukan Tuhan Yang Maha Esa).

Namun dalam hal ini semua warga Desa Berjo turut serta dalam bentuk ritual

yang dilakukan guna menjaga keselamatan dirinya dan desanya. Mengingat

penduduk Desa Berjo masih dipengaruhi oleh kepercayaan asli berupa, sistem

religi animisme dan dinamisme keseluruhan hal itu merupakan inti dari tradisi

kebudayaan Jawa asli yang dijelmakan dalam bentuk penyembahan ruh nenek

Page 64: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

moyang. Sistem religi animisme dan dinamsime ini telah mengakar dalam alam

pikiran.

Cerita Rakyat Telaga Madirda begitu populer di masyarakat Berjo

masyarakat menganggap Anjani, Sugriwa, dan Subali merupakan sosok yang

dianggap dewa, makhluk yang memiliki kekuatan luar biasa yang tidak dimiliki

manusia pada umumnya. Diceritakan merekalah yang menjadi penyebab

teciptanya Telaga Madirda, telaga yang memang dianggap keramat dan memiliki

pengaruh gaib terhadap masyarakat Berjo.

Legenda menceritakan terjadinya tempat seperti pulau, gunung, daerah

atau desa, danau atau sungai dan sebagainya serta ditokohi oleh manusia. Legenda

biasanya bersifat migratoris, yakni dapat berpindah-pindah sehingga dikenal luas

di daerah-daerah yang berbeda. Selain itu legenda acapkali tersebut dalam

pengelompokan yang berbentuk siklus (cycle), yaitu sekelompok cerita yang

berkisar pada suatu tokoh atau suatu kejadian tertentu. Legenda dapat tercipta

apabila seorang tokoh, tempat atau kejadiaan dianggap berharga oleh kolektifnya

untuk diabadikan menjadi legenda.

Legenda tentang Sugriwa, Subali dan Anjani termasuk legenda alam gaib

dan legenda setempat, yaitu:

a) Legenda Alam Gaib, yaitu legenda yang berbentuk kisah yang dianggap benar-

benar terjadi dan pernah dialami seseorang. Seperti efek yang ditimbulkan dari

pengaruh aliran kepercayaan animisme dan dinamisme yaitu mempercayai

dapat berhubungan langsung dengan ruh-ruh halus untuk meminta bantuan

bagi kepentingan duniawi dan rohani masyarakat. Hubungan dengan legenda

alam gaib yang terkait dengan Cerita Rakyat Telaga Madirda adalah jika kita

Page 65: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

melaksanakan Ngalap Berkah di Telaga Madirda pada hari Selasa Kliwon atau

Jum’at Kliwon setelah selesai Ngalap Berkah kemudian membawa air dari

Telaga Madirda, air tertsebut akan memberikan berkah pada mereka yang

mengambil air. Jika pada saat Ngalap Berkah kita khusyu’ dalam memanjatkan

do’a, seolah-olah kita mendapatkan suatu wangsit ataupun wahyu dari

dhanyang di Telaga Madirda

b) Legenda setempat, yaitu legenda tentang asal usul suatu tempat yang

berhubungan erat dengan nama suatu tempat contohnya adanya cerita yang

berkembang ditelinga masyarakat berupa Cerita Rakyat Telaga Madirda. Asal

sebuah dusun yang berasal dari Cerita Rakyat Telaga Madirda itu sendiri.

Dusun Tlogo diambil namanya dari kata Telaga.

Jadi Cerita Rakyat Telaga Madirda merupakan suatu cerita yang dianggap

benar-benar terjadi dengan adanya tokoh legendaris yang mendukung cerita

tersebut serta terjadinya melalui perjuangan suatu tokoh yang sakti dari cerita

terdahulu, dimana penyebarannya masih melalui tuturan yakni dari mulut ke

mulut dan dituturkan dari generasi ke generasi berikutnya sampai sekarang. Dari

penjelasan-penjelasan di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa Cerita

Rakyat Telaga Madirda di Dusuh Tlogo, Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso,

Kabupaten Karanganyar adalah merupakan sebuah folklor lisan yang berbentuk

Legenda.

2. Deskripsi Cerita

Cerita Rakyat Telaga Madirda memilki beberapa versi cerita. Dari

penelitian yang dilakukan oleh penulis mendapatkan 3 versi cerita, yaitu (a) dari

Page 66: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

masyarakat setempat (dari Juru Kunci telaga), (b) dari buku pewayangan, dan (c)

dari wawancara dengan dalang.

a. Versi Masyarakat

Pada suatu hari Sugriwa dan Subali melihat kakaknya yang bernama Dewi

Anjani bermain dengan suatu benda ajaib yang disebut dengan cupu. Dengan cupu

itu dapat melihat keindahan jagad raya. Sugriwa dan Subali ingin memiliki cupu

seperti yang dimiliki kakaknya tersebut. Mereka berdua merasa iri kepada

ayahnya yang bernama Resi Gotama, karena hanya Dewi Anjani yang di beri

cupu.

Resi Gotama memanggil Dewi Anjani karena tidak merasa memberi

apapun kepada Dewi Anjani. Ternyata cupu itu adalah cupu manik Astagina yang

hanya di miliki Dewa matahari yang bernama Bathara Surya. Resi Gotama

menemui istrinya yang bernama Dewi Windardi untuk menanyakan perihal cupu

tersebut. Dewi Windardi hanya diam, dan Resi Gotama tahu bahwa istrinya telah

berselingkuh dengan Dewa Matahari. Dewi Windardi hanya dapat menangis dan

menyesal tetapi karena marahnya Resi Gotama mengutuknya menjadi batu.

Cupu yang menjadi rebutan tadi akhirnya dibuang oleh resi Gotama, cupu

itu terbuang jauh dan terpisah antara badan cupu dan tutupnya. Tutup cupu jatuh

sehingga menjadi Telaga Madirda (masyarakat setempat,dari Juru Kunci telaga)

b. Versi Wayang

1. Sumber buku “Wayang dan Budaya Jawa” karya Suyamto hal 69-73.

Page 67: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Dikisahkan di pertapaan Agrastina di daerah Gunung Sukendra, hidup

seorang Resi bernama Gotama beserta keluarganya. Diceritakan Resi Gotama

adalah masih keturunan Bathara Ismaya, putra Prabu Heriya dari Maespati. Dia

adik Prabu Kartawirya, ayahanda Prabu Arjunasasrabahu. Atas jasa dan baktinya

kepada para dewa, Resi Gotama dianugrahi seorang bidadari kahyangan bernama

Dewi Windradi. Dari hasil perkawinan mereka dikaruniai tiga orang anak, Dewi

Anjani yang cantik jelita serta Guwarsa dan Guwarsi yang tampan dan rupawan.

Tahun berganti tahun, Dewi Windradi yang sering merasa kesepian karena

bersuamikan seorang brahmana tua yang lebih banyak bertapa, akhirnya tergoda

oleh panah asmara Bhatara Surya. Terjalinlah hubungan asmara secara rahasia yg

sedemikian rapi sampai bertahun-tahun tidak diketahui oleh Resi Gotama maupun

oleh ketiga putranya yang semakin beranjak dewasa.

Dewi Windradi memiliki sebuah pusaka kedewataan, Cupumanik

Astagina, pemberian kekasihnya, Bhatara Surya. Ketika memberikan Cupumanik

itu, Bhatara Surya mewanti-wanti untuk jangan pernah sekalipun benda itu

ditunjukkan, apalagi diberikan orang lain, walau itu putranya sendiri. Kalau pesan

itu sampai terlanggar, akan terjadi hal hal yang tak diharapkan. Cupumanik

Astagina adalah pusaka kadewatan yang menurut ketentuan dewata tidak boleh

dilihat atau dimiliki oleh manusia lumrah. Larangan ini disebabkan karena

disamping memiliki khasiat kesaktian yang luar biasa, juga didalamnya

mengandung rahasia kehidupan alam nyata dan alam kasuwargan. Bila orang

membuka Cupumanik Astagina, pada mangkuk bagian dalamnya akan tampak

gambaran swargaloka yang serba menakjubkan dan penuh warna warni yg

Page 68: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

mempesona. Sedangkan pada tutup bagian dalamnya dapat dilihat berbagai

panorama menakjubkan yang ada di seluruh jagad raya, tampil berganti ganti dari

satu pemandangan ke pemandangan lain bagaikan keadaan yang nyata, seolah yg

melihatnya sedang dibawa berkelana berkeliling mayapada, menikmati keindahan

alam dari ketinggian, memandang gunung kebiruan, hutan menghijau, sungai

berkelok, mega berarakan dan langit biru menyejukkan.

Namun, suatu hari ketika Dewi Windradi sedang asyik mengamati

keindahan isi cupu tersebut, putri sulungnya Anjani memergokinya, dan tentu saja

amat ingin mengetahui benda yang sangat menarik itu. Terpaksa Dewi Windradi

meminjamkannya, dengan syarat jangan sampai diketahui oleh adik-adiknya.

Namun, akhirnya Anjani tidak tahan untuk tidak memamerkannya kepada kedua

adiknya, Guwarsa dan Guwarsi. Akibatnya Cupu Manik Astagina itu menjadi

rebutan, sehingga terjadi pertengkaran dan keributan diantara ketiga kakak

beradik tersebut. Anjani menangis dan melapor pada ibunya, sementara Guwarsa

dan Guwarsi mengadu pada ayahnya. Bahkan secara emosional Guwarsa dan

Guwarsi menuduh ayahnya, Resi Gotama telah berbuat tidak adil menganak

emaskan Anjani dengan memberi hadiah yang mereka tidak dapatkan.

Tuduhan kedua putranya ini membuat Resi Gotama sedih dan prihatin,

sebab ia merasa tidak pernah berbuat seperti itu. Segera saja ia memanggil Anjani

dan Dewi Windradi. Karena rasa takut dan hormat kepada ayahnya, Anjani

menyerahkan Cupumanik Astagina kepada ayahnya. Anjani berterus terang,

bahwa benda itu diperoleh dan dipinjam dari ibunya. Sementara Windradi diam

membisu tidak berani berterus terang dari mana ia mendapatkan benda kadewatan

Page 69: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

tersebut. Dewi Windradi dihadapkan pada buah simalakama. Berterus terang,

akan membongkar hubungan gelapnya dengan Bhatara Surya. Bersikap diam,

sama saja artinya dengan tidak menghormati suaminya. Sikap membisu Windradi

membuat Resi Gotama marah, sikap diam Windradi itu bagaikan sebuah patung

batu. Karena pengaruh kesaktiannya, dalam sekejap sang Dewi berubah wujud

menjadi batu sebesar manusia yang mirip sebuah tugu. Menghadapi keterlanjuran

itu Sang Resi segera mengangkat tugu batu tersebut dan dilemparkannya sejauh

mungkin, dan ternyata jatuh di taman Argasoka dekat kerajaan Alengka. Kutukan

ini akan berakhir kelak bila batu tersebut digunakan untuk membela kebenaran

dengan cara dihantamkan ke kepala seorang raksasa atau angkara murka.

Demi keadilan atas cupu yang diperebutkan ketiga anaknya, Resi Gotama

lalu melemparkan cupu bertuah tersebut ke udara. Siapapun yang menemukan

benda tersebut nanti, dialah pemiliknya. Maka, Anjani, Guwarsi dan Guwarsa

segera berlari saling mendahului mengejar pusaka kadewatan tersebut. Tetapi

Cupumanik Astagina ini seolah mempunyai sayap. Sebentar saja ia telah

melayang melintas di balik bukit. Cupu tersebut lalu terpisah menjadi dua, bagian

mangkuk jatuh ke tanah dan berubah wujud menjadi sebuah telaga bernama

Nirmala, sedangkan tutupnya jatuh menjadi telaga Sumala. Sementara itu Anjani,

Guwarsi dan Guwarsa yang mengira cupu tersebut jatuh ke dalam telaga di tengah

hutan itu, langsung saja mendekati telaga Nirmala. Menurut cerita kutukan Resi

Gotama, untuk orang yang sedang diliputi rasa serakah keduniawian bila tersentuh

air telaga tersebut maka bagian tubuh yang mengenai air tersebut akan berubah

ujud menjadi bagian tubuh kera/monyet.

Page 70: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Tanpa berpikir panjang, Guwarsa dan Guwarsi segera menceburkan diri

dan menyelam ke dalam telaga, mencari cupu tadi. Sementara Anjani yang tidak

seberani kedua adik lelakinya hanya termangu berdiri di pinggir telaga. Namun,

karena merasa lelah berlarian sebelumnya, Anjanipun membasuh mukanya di air

telaga tersebut, agar merasa segar. Segera saja kedua tangannya sampai siku

ditumbuhi bulu-bulu lebat, sementara wajah dan kepalanya berubah menjadi

layaknya seekor kera. Akan halnya Guwarsa dan Guwarsi, merekapun segera

muncul ke permukaan telaga dalam keadaan telah berubah wujud sekujur

badannya menjadi kera. Sungguh suatu malapetaka yang hebat, membuat mereka

bertiga amat terpukul. Tidak ada lagi wajah mempesona Anjani, tidak tersisa lagi

ketampanan Guwarsi maupun kerupawanan Guwarsa. Ketiga kakak beradik

inipun saling berpelukan menangisi kejadian yang menimpa diri mereka. Dengan

penuh penyesalan mereka kembali ke pertapaan dan mohon pada ayahanya agar

wujud mereka dikembalikan seperti semula, tapi Resi Gotama mengatakan bahwa

perubahan wujud mereka sudah tidak dapat dirubah. Namun, walaupun berujud

kera, mereka masih dapat menunaikan darma. Untuk itu, mereka disarankan untuk

pergi bertapa mensucikan diri.

Anjani diperintahkan Resi Gotama untuk bertapa di sebuah sungai, sedang

Guwarsi dan Guwarsa yang diberi nama baru oleh ayahnya menjadi Subali dan

Sugriwa masing-masing bertapa di Gunung dan Hutan Sunyapringga. Sesuai

petunjuk ayah mereka, Anjani bertapa dengan gaya berendam telanjang seperti

seekor katak (cantoka) di tengah aliran sebuah sungai, sementara Subali

menggantung di ketinggian dahan sebuah pohon seperti seekor kelelawar

(ngalong), sedangkan Sugriwa bertapa di atas rerumputan di tengah kelebatan

Page 71: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

hutan dengan mengangkat sebelah kakinya seperti seekor kijang (ngidang).

Demikianlah. Anjani, Subali & Sugriwa nglakoni tapabrata selama berhari hari,

berminggu minggu, berbulan bulan, bertahun-tahun untuk menebus kesalahan

mereka.

2. Wawancara dengan Ngatmin S. Sn (Alumni ISI Surakarta jurusan pedalangan)

Pada satu masa di dekat negri Alengka (tempat para raksasa), tersebutlah

sebuah pertapaan yang disebut dengan Gunung Sukendra. Hiduplah Resi Gotama

dengan istrinya Dewi Windradi, seorang bidadari keturunan Bathara Asmara. Dari

perkawinannya memperoleh tiga orang putra masing-masing bernama; Dewi

Anjani, Guwarsi dan Guwarsa.

Seiring berjalannya waktu Dewi Windardi merasa bosan karena sering

ditinggal suaminya untuk bertapa. Dewi Windradi yang selalu merasa kesepian

akhirnya tergoda oleh panah asmara Bhatara Surya (dewa Matahari). Terjadi saat

sang dewi sering berjemur telanjang mandi sinar matahari di pagi hari. Terjalinlah

hubungan asmara rahasia yang bertahun-tahun tidak diketahui oleh Resi Gotama,

maupun oleh ketiga putranya yang sudah menginjak dewasa.

Bhatara Surya memberikan Cupu Manik Astagina kepada kekasihnya.

Cupumanik Astagina memiliki khasiat dan kesaktian luar biasa, didalamnya

mengandung rahasia kehidupan alam nyata dan alam kesuragaan. Dengan

membuka Cupumanik Astagina, melalui mangkoknya dapat melihat dengan nyata

dan jelas gambaran surga yang serba polos, suci dan penuh kenikmatan.

Sedangkan dari tutupnya akan dapat dilihat dengan jelas seluruh kehidupan semua

makluk yang ada di jagad raya. Sedangkan khasiat kesaktian yang dimiliki

Page 72: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Cupumanik Astagina ialah dapat memenuhi semua apa yang diminta dan menjadi

keinginan pemiliknya. Bhatara Surya telah berpesan jangan sekali-kali cupu itu

ditunjukkan apalagi diberikan orang lain, walaupun putranya sendiri. Kalau pesan

sampai terlanggar, sesuatu kejadian yang tak diharapkan akan terjadi.

Suatu hari Dewi Anjani memergoki ibunya sedang bermain-main dengan

Cupumanik Astagina, yakni sebuah alat yang berkhasiat untuk melihat menikmati

keindahan alam dunia. Dewi Anjani menyaksikan, betapa ibunya asyik dengan

Cupu Manik Astagina, yang dikiranya alat itu adalah mainan. Karena rasa

cintanya yang begitu besar pada Dewi Anjani, Dewi Windradi mengabaikan pesan

Bhatara Surya, memberikan pusaka kedewataan Cupumanik Astagina kepada

Anjani. Waktu Anjani meminta mainan itu, ibunya terpaksa memberikannya

karena takut putrinya itu akan mengadukan soal adanya Cupumanik Astagina

pada Resi Gotama, suaminya. Dewi Windradi mewanti-wanti agar Dewi Anjani

menyembunyikan dan senantiasa merahasiakan alat permainan itu. "Jangan

sampai ada orang yang mengetahui adanya alat permainan itu", kata Dewi

Windradi. Namun Dewi Anjani ternyata tidak mematuhi pesan ibunya. la justru

memamerkan Cupumanik Astagina pada kedua adiknya. Segera terjadilah

keributan di antara mereka. Ketiga bersaudara itu saling memperebutkan

Cupumanik Astagina.

Keributan karena pertengkaran itu akhirnya mengganggu Resi Gotama

yang sedang samadi. Ia mendatangi ketiga anaknya dan melihat apa yang mereka

perebutkan. Betapa terkejutnya Resi Gotama ketika tahu bahwa yang

diperebutkan anak-anaknya adalah Cupumanik Astagina, yang diketahuinya

sebagai milik Bhatara Surya. Dewi Windradi pun segera dipanggil dan ditanya

Page 73: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

mengenai asal usul Cupumanik Astagina. Karena takut, Dewi Windradi bungkam,

tak berani menjawab. Kepada Dewi Windradi yang diam saja waktu ditanya, Resi

Gotama pun berkata: "Ditanya kok diam saja, seperti tugu ..." Kesaktian Resi

Gotama menyebabkan kata-katanya bertuah, seketika itu juga Dewi Windradi

berubah wujud menjadi tugu.

Resi Gotama marah dan cupu itu dilemparkannya jauh-jauh. Kepada ketiga

anaknya itu dan berkata : “Siapa yang dapat menemukan cupu itu, maka ia boleh

memilikinya....”. Cupumanik Astagina dilemparkan Resi Gotama jatuh di Telaga

Mandirda (di pewayangan disebut Telaga Sumala, "mala" artinya cacat, penyakit,

dosa, atau kesalahan; "su" berarti banyak atau sangat, sedangkan Telaga Nirmala

artinya bebas dari penyakit, karena "nir" berarti bebas atau tidak terkena).

Guwarsa dan Guwarsi yang larinya lebih cepat dibandingkan Dewi Anjani,

sampai ke telaga itu lebih dahulu. Kedua kakak beradik itu segera terjun dan

menyelam ke dalam air telaga mencari Cupumanik Astagina. Dewi Anjani yang

datang lebih lambat, sampai ke telaga itu dalam keadaan lelah. la segera

membungkuk dan mencuci muka dengan air telaga itu untuk menghilangkan

lelahnya. Sementara itu, dua pengasuh Guwarsa dan Guwarsi yaitu Menda dan

Jembawan, berlarian pula mengikuti anak asuhannya. Mereka pun ikut terjun ke

telaga.

Terjadilah keajaiban, begitu muncul kembali ke permukaan telaga,

Guwarsa dan Guwarsi telah berubah ujud menjadi kera. Sedangkan Dewi Anjani,

hanya wajahnya saja yang berubah ujud menjadi kera, tetapi tubuhnya tetap

manusia biasa. Wajah keranya, tidak mengurangi keindahan tubuh Dewi Anjani

Page 74: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

yang masih remaja itu. Menda dan Jembawan, yang juga berubah wujud menjadi

kera, selanjutnya disebut Kapi Menda dan Kapi Jembawan. Kapi berarti kera.

Ketiga anak Resi Gotama menyesal sekali atas kejadian yang mereka

alami. Mereka lalu kembali ke pertapaan. Resi Gotama menyarankan agar anak-

anaknya mau menerima takdir. Selain itu ia juga mengganti nama mereka.

Guwarsa diganti namanya menjadi Sugriwa, sedangkan Guwarsi menjadi Subali.

Keduanya disuruh pergi ke tengah hutan untuk bertapa. Dewi Anjani pun

melakukan hal yang serupa. la bertapa nyantoka, yaitu bertelanjang,

membenamkan tubuhnya, hanya kepalanya saja yang menyembul di permukaan

air Telaga Nirmala selama berbulan-bulan. Selama bertapa itu Dewi Anjani hanya

memakan apa saja yang hanyut di permukaan air telaga itu. Sementara Subali

melakukan tapa ngalong (seperti kelelawar) dan Sugriwa melakukan tapa seperti

kijang di hutan Sunyapringga.

Dari ketiga versi cerita penulis mendapatkan bahwa Sugriwa, Subali dan

Anjani merupakan tokoh dalam pewayangan. Bagi sebagian masyarakat Jawa

termasuk warga Desa Berjo Wayang menjadi simbolisme bahkan juga pandangan

hidup. Mereka menganggap cerita tentang Sugriwa, Subali dan Anjani (tokoh

pewayangan) merupakan sebuah konsepsi yang tersusun dan menjadi nilai-nilai

budaya yang pantas dipegang teguh untuk genarasi mereka sebelumnya, generasi

sekarang bahkan untuk generasi selanjutnya.

Setiap anggota masyarakat Berjo memiliki tuntutan dasar untuk selalu

menghormati anggota masyarakat lain sesuai dengan kedudukannya, serta

bersikap selaras untuk saling menjaga kerukunan. Hal ini yang akhirnya membuat

Page 75: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

masyarakat Berjo selalu mencoba untuk berjalan dalam koridor yang benar.

Harmonisasi dalam sikap dan perilaku sehari-hari membentuk sebuah

keseimbangan hidup bermasyarakat.

Cerita mengenai Sugriwa, Subali dan Anjani menjadi media untuk

introspeksi atas perbuatan-perbuatan yang telah dilakukan. Di dalam cerita

Sugriwa, Subali dan Anjani mampu membawa sebuah tuntunan, nasehat dan nilai

hidup yang ada dalam peristiwa kehidupan. Melalui cerita Sugriwa, Subali dan

Anjani masyarakat diajak kejalan yang benar, selalu menjaga keseimbangan hidup

dengan alam maupun sesama.

Bagi sebagian orang cerita Sugriwa, Subali dan Anjani dianggap sesuatu

yang tidak masuk akal. Tetapi untuk masyarakat Berjo keberedaan cerita itu

begitu diakui, dipercaya dan sudah melekat sampai sekarang karena mereka

menganggap bahwa tokoh pewayangan itu memiliki kekuatan yang tidak dimiliki

manusia biasa. Masyarakat Desa Berjo begitu percaya tentang kekuatan “sekti”

(sakti) yang dimiliki oleh Sugriwa, Subali dan Ajani sehingga menjadi pangkal

dari berbagai peristiwa alam yang menyangkut kehidupan masyarakat disana yaitu

dengan adanya Telaga Madirda yang sampai saat ini masih ada.Mengenai

pengakuan yang ada tentang cerita dan keberadaan telaga merupakan legitimasi

yang sudah diturunkan oleh generasi sebelumnya.

Dengan adanya legitimasi dari generasi sebelumnya tentang cerita Telaga

Madirda membuat masyarakat Desa Berjo tidak ragu untuk yakin percaya.

Walaupun tidak rasional tetapi kejadian yang ada atau orang-orang yang ngalap

berkah di telaga, bisa mendapatkan apa yang diinginkan lebih menguatkan

Page 76: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

keberdaan cerita. Dengan peristiwa seperti itulah akan membuat cerita Telaga

Madirda akan diakui terus oleh generasi selanjutnya karena mereka akan

mendapatkan penuturan yang berkaitan dengan telaga dari genarasi sebelumnya.

3. Tradisi Budaya Yang Terkait Dengan Keberadaan Cerita Rakyat Telaga

Madirda

Tradisi atau kebiasaan, dalam pengertian yang paling sederhana adalah

sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu

kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau

agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi

yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan,

karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah.

Kata tradisi cenderung dimaknai sebagai segala sesuatu yang berasal dari

masa lampau. Kenyataannya tidaklah demikian. Tradisi tidak hadir sebagaimana

adanya di masa lalu. Tradisi pasti mengalami proses seleksi atau bongkar ulang

sehingga ada yang dipopulerkan ataupun dipinggirkan tergantung pada relasi

kekuasaan yang bermain di sekitarnya. Hal itu tercermin dari tradisi upacara

Nyadran dan Bersih Dusun yang mempunyai makna yang luas. Semua dimaknai

sebagai sesuatu yang berasal dari masa lampau ia tidak bersifat tunggal. Tidak

selamanya ia bermakna konservatif sebab di dalamnya juga terangkum kebenaran

dan kebaikan meskipun baik dan benar itu bukan semata karena dirinya sendiri

melainkan juga karena dihadirkan sesuai dengan ikatannya pada kekinian. Maka

oleh sebab itu tradisi upacara Nyadran dan Bersih Dusun ini adalah sebuah

cerminan dari masyarakat yaitu khususnya Desa Berjo.

Page 77: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

a. Nyadran

Tradisi Nyadran termasuk dalam pengertian tradisi spiritual Jawa dan

merupakan salah satu ciri khusus kebudayaan Jawa. Masalah ini erat

hubungannya dengan kebudayaan Jawa yang selalu mencari dan membangun

hubungan yang harmonis dengan Tuhan Yang Maha Kuasa. Hubungan

masyarakat Jawa dengan Tuhan Yang Maha Esa itu berbentuk beraneka macam

laku ritual bersifat spiritual, seperti ziarah, nyadran, kenduri, tirakat, dan lain-

lain.

Bermacam-macam adanya laku spiritual di tengah kebudayaan Jawa,

karena pengaruh budaya lain yang masuk dan menyatu dengan budaya Jawa.

Menurut Ketua program studi S2 Kajian Budaya UNS Solo, Prof Bani Sudardi

ketika menyampaikan kajian pada seminar. Bahwa tradisi spiritual Jawa memang

bersifat dinamis, selalu mengalami perubahan. Budaya spiritual Jawa selalu dapat

menyatu dengan situasi dan kondisi yang ada. Dan biasanya tradiisi spiritual Jawa

tidak bersifat homogen. Seperti tradisi Nyadran yang sampai sekarang masih

dianut oleh masyarakat Jawa. Apabila dicari akar permasalahannya, laku spiritual

pada tradisi Nyadran tidak menganut pada ajaran agama kalau bulan Ruwah harus

menggelar ziarah Nyadran ke makam. Menurut ajaran islam, Nyadran ke kubur

dapat dilakukan kapan saja tidak harus pada Bulan Ruwah. Dan Nyadran dalam

pengertian Islam maknanya sangat simpel dan gampang yaitu agar orang yang

masih hidup selalu ingat bahwa nantinya akan mati juga. Maka sewaktu masih

hidup selalu berbuat yang baik, tidak melanggar norma-norma agama. (Jagad

Jawa no 67 Agustus 2008)

Page 78: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Tradisi Nyadran itu kalau diteliti ternyata sudah berlaku sejak jaman

Majapahit yaitu bernama “Sradha” upacara “Sradha” tersebut maksudnya tidak

lain merupkan cara untuk berbakti kepada orang tua yang berkaitan dengan

penghormatan terhadap leluhur yang sudah meninggal dunia. Secara Etimologis

Craddha berasal dari bahasa Sansekerta “Craddha” yang artinya keyakinan,

percaya dan kepercayaan. Masyarakat Jawa Kuno meyakini bahwa leluhur yang

telah meninggal dunia sebelumnya masih ada dan mempengaruhi kehidupan anak

cucu atau keturunannya (Budi Puspo Priyadi dalam situs www. Kompas Co).

Tradisi ini tidak menganut pada agama tertentu, tetapi pada jaman sekarang selalu

dipengaruhi oleh kepercayaan agama. Kenyataan yang ada kalau Nyadran

sekarang ini dilakukan oleh semua orang yang beragama. Tradisi Nyadran tidak

hanya terbatas pada agama Islam saja. Namun tradisi Nyadran juga dilakukan

orang-orang penganut agama Kristen, Hindu, Budha dan lain-lain, maka mereka

berdo’a menurut kepercayaan mereka masing-masing.

Kenyataan seperti itu menunjukan kalau tradisi kebudayaan Jawa itu

mempunyai sifat mudah menyatu dengan kebudayaan lain. Hal seperti ini juga

berhubungan dengan sifat orang Jawa yang selalu mengusahakan “Hamemayu

Hayuning Bawana”, yaitu keadaan yang serba harmonis pada lingkungan tempat

tinggalnya khusus mengenai laku Nyadran sendiri menurut beberapa Ahli

Kebudayaan kalau dilihat dari antropologi, teologi, sosial, agama, dan sejarah

agama tentu nakan ditempatkan sebagai “agama kerakyatan”. Tradisi Nyadran

sebagai “agama kerakyatan” di dalam kitab agama dinilai sebagai laku agama

yang sangat simpel dan sinkretis. Kemudian dianggap menyimpang dari ajaran

agama yang resmi, selanjutnya bacaan agama rakyat ini akan selalu berlawanan

Page 79: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

dengan bacaan agama yang dianut oleh para ulama, para ahli teologi dan orang-

orang yang merasa dan menganggap dirinya menguasai, menganut ajaran agama

yang benar dan kemudian tumbuh penilaian kalau ziarah untuk Nyadran dan

tradisi spiritual ziarah lainnya dianggap bukan suatu ajaran agama bahkan

dianggap mengotori ajaran agama yang sebenarnya.

Tradisi Nyadran merupakan sebuah simbol adanya hubungan dengan para

leluhur, sesama, dan Tuhan Yang Maha Esa atas segala ciptaan-Nya. Nyadran

merupakan sebuah ritual yang mencampurkan budaya lokal dengan nilai-nilai

Islam, sehingga nampak adanya lokalitas yang masih Islam. Nyadran adalah

semacam kenduri yang biasanya masyarakat datang ke makam leluhur,

masyarakat Berjo tiap bulan Ruwah selalu datang berkunjung ke makam yang

berada di Desa Berjo, yang masyarakat yakini bahwa makam tersebut.

Apa yang terjadi di Desa Berjo tradisi Nyadran yang merupakan tradisi

peninggalan para leluhur masih lestari dijalankan. Pada setiap bulan Ruwah warga

bersama-sama membersihkan makam para leluhur yang ada di Desa Berjo, ini

adalah ajaran yang mengandung persaudaraan dan gotong royong untuk menjaga

kelestarian lingkungan. Kemudian pada tanggal 15 Ruwah sampai akhir bulan

warga melakukan ziarah kubur biasanya satu keluarga bersama-sama ziarah ke

makam leluhur di desanya. Bahkan beberapa warga yang sudah tidak berdomisili

di desa tersebut atau merantau ke daerah lain masih sangat antusias untuk

menyempatkan diri pulang ke kampung halaman guna dapat bersama-sama

keluarga lainnya, untuk berziarah kubur di makam para leluhur.

Page 80: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

a) Penyelengaraan

Tempat penyelengaraan upacara Nyadran ini berlangsung di komplek

Telaga Madirda Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar.

Biasanya dalam tradisi Nyadran ini dimulai dengan adanya tumpeng-tumpeng

dari masyarakat Berjo dan peziarah lain yang dikumpulkan pada beberapa

Nampan gedhe (tempat sesaji selamatan). Setelah undangan dan sesaji sudah siap

semua pengunjung dan masyarakat membawa sesaji yang sudah disiapkan menuju

komplek Telaga Madirda.

b) Waktu upacara

Upacara Nyadran dilaksanakan oleh masyarakat Desa Berjo setahun sekali

tepatnya pada tanggal 15 Ruwah (bulan Jawa), atau tanggal 1 Agustus 2010 dua

minggu sebelum bulan Ramadan. Ritual ini dilaksanakan sekitar jam 10.00

sampai selesai.

c) Pelaksanaan upacara

Pelaksanaan upacara Nyadran dilaksanakan oleh masyarakat Desa Berjo

dan para peziarah yang lain. Adapun susunan acara upacara Nyadran sebagai

berikut:

1. Pembukaan

Berisikan ucapan basmalah semoga acara dalam upacara Nyadran bisa

berjalan lancar.

2. Ucapan selamat datang

Berisikan ucapan kepada seluruh tamu undangan yang di antaranya

petinggi-petinggi daerah seperti: Bapak Kepala Desa, peziarah dan

masyarakat setempat juga meramaikan acara Nyadran di Telaga Madirda

Page 81: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

3. Sambutan Kepala Desa Berjo

Sambutan ini diisi oleh Kepala Desa Berjo yaitu bapak Dwi Haryanto.

Sambutan oleh Kepala Desa Berjo berisikan tentang rasa syukur kepada

Tuhan Yang Maha Esa yang selama ini telah diberi keselamatan dan

berkah.

4. Istirahat (doa bersama)

Berisikan doa dan permohonan dari masyarakat Desa Bejo dan para

pengunjung yang datang untuk diberi keselamatan dan keberkahan rezeki di

dalam hidup.

5. Upacara Nyadran

Acara puncak ini biasanya dilaksanakan para masyarakat dan peziarah yang

sudah Ngrubungi (mengepung) tumpeng yang berada di dekat telaga yang

nantinya dimakan bersama. Kadang juga ada yang membawanya pulang

untuk sebagai berkah.

d) Perlengkapan Upacara

Dalam perlengkapan tradisi Nyadran Tradisi ini memiliki makna simbolik

dalam perlengkapannya. Semua ini sangat diperlukan agar makna yang

terkandung bisa dihayati oleh mayarakat Berjo khususnya dan masyarakat umum

pada umumnya.

Dari pemaknaannya akan menghasilkan fungsi-fungsi tanda yang

disepakati secara konvensional oleh masyarakat Desa Berjo. Sedangkan, tata

upacara digunakan peneliti untuk mendukung pengungkapan maksud-maksud

tertentu secara fisik dalam prosesi upacara dalam Nyadran. Dari makna-makna

nantinya akan menjelaskan akan simbol yang tersimpan di dalamnya. Hasil dari

Page 82: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

penelitian berupa deskripsi data makna simbolis upacara Nyadran di Desa Berjo

Kabupaten Karanganyar.

Secara garis besar perlengkapan dalam tradisi Nyadran adalah sebagai

berikut:

1. Tumpeng

Tumpeng yaitu nasi yang terbuat dari beras yang ditaruh dalam Nampan

gedhe yang di dalamnya berisi banyak hasil pertanian dan laut. Nasi tumpeng.

Kata “tumpeng” berasal dari kata Tumungkula Sing Mempeng, artinya kalau ingin

selamat, hendaknya selalu rajin beribadah.

Tumpeng yang berbentuk kerucut dalam tradisi Nyadran mengartikan

bahwa semakin hari manusia harus senantiasa ingat kepada Tuhan. Tumpeng juga

sebagai penjelmaan alam semesta, dimana nasi berwujud gunung dikelilingi oleh

hasil bumi berupa tumbuh-tumbuhan dan hewan darat/air. Tumpeng tadi berisi

banyak aneka hasil pertanian dan laut. Berbeda dengan tumpeng yang biasanya

tumpeng yang berada dalam tradisi Nyadran ini hanya berupa nasi yang berbentuk

kerucut dan hasil-hasil pertaniannya berada semua di atasnya. Hal ini bermakna

dalam bentuk dari kerucut dan hasil pertanian berada di bawah yang mengelilingi

tersebut bahwa sebagai manusia hendaknya selalu berikhtiar dan doa dihadapan

Tuhan Yang Maha Esa atau dalam peribahasa Jawa adalah Ngelmu iku kalakone

kanthi laku.

2. Sajen Jajan Pasar

Sajen kedua diwujudkan dalam bentuk pisang raja dan pulut, kendi

umpluk-umpluk di atas daun dadap srep, kremukan, cerutu, sambel gepeng, nasi

putih, jenang abang putih, jajan pasar (srabi setangkep, getuk, wajik, jadah, arem-

Page 83: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

arem, geplak, lempeng, rengginang, alen-alen, jambu, jeruk, salak, kacang

godhog, nangka, blimbing, ketela pohon, dan ketela rambat)

Menggambarkan akan kegigihan dalam berusaha agar setiap apa yang

diupayakan selalu berhasil dan tercapai. Simbolik ini membuktikan bahwa dalam

mencapai sesuatu harus selalu berusaha dan doa agar semua keinginan bisa

terkabul. Peribahasa Jawa juga menyatakan bahwa “Sapa temen bakale tekan”

siapa bersungguh-sungguh kelak akan berhasil.

3. Kuluban

Kuluban (sayuran) yaitu sayuran hasil pertanian masyarakat Berjo dan

para peziarah lain di antaranya: kacang, tomat, cabai, jagung, dan lain-lain. Sayur-

sayuran ini melambangkan tentang urip, urup, dan urap. Urip artinya harus selalu

sadar dari mana seseorang hidup, apa yang dikerjakan selama hidup, dan

kemanakah tujuan setelah mati, Urup artinya selama hidup harus mempunyai arti

bagi sesama, lingkungan, agama, bangsa dan Negara, Urap artinya dalam

bermasyarakat harus bisa berbaur dengan siapa saja

4. Pisang susu

Pisang susu yaitu pisang yang digunakan sebagai pelengkap. Masyarakat

biasanya menyebutnya pisang susu karena rasa dan warnanya seperti susu. Pisang

adalah sesaji yang tidak akan lepas dalam semua tradisi. Masyarakat Desa Berjo

mempercayai upacara masih kurang lengkap apabila tidak ada pisang beserta

buah-buah dan hasil sayur-mayur. Pisang ini merupakan sebuah simbol dari

ketulusan suci hati seseorang yang sedang berdoa.

Page 84: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

5. Kembang setaman

Kembang setaman adalah beberapa macam bunga, yaitu bunga melati,

kanthil, mawar merah dan putih, serta kenanga. Kembang setaman ini merupakan

lambang nafas manusia, karena semua yang dihadapkan manusia merupakan guru

bagi perjalanan hidupnya. Seperti taman bunga sebaiknya manusia belajar dari hal

yang baik sehingga kehidupannya dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang

lain serta menghasilkan hal yang baik pula.

6. Dupa dan kemenyan

Dupa dan kemenyan adalah sejenis alat pengharum yang berupa bubuk

atau lidi yang cara pengunaannya dibakar. Dupa atau kemenyan dari jaman

dahulu kala sampai sekarang masih digunakan sebagai barang wewangian

biasanya digunakan untuk mengiringi suatu do’a, permohonan kepada Tuhan

Yang Maha Esa. Bau-bau yang harum merupakan lambang indra penciuman yang

jujur. Jika mencium wewangian akan dikatakan harum dan sebaliknya jika

mencium bau busuk akan dikatakan busuk. Hal ini dimaksudkan agar dalam

berdoa/ memohon seharusnya dengan setulus hati dan kesungguhan hati disertai

kejujuran seperti wewangian dupa atau kemenyan yang dibakar.

e) Tujuan dan manfaat penyelengaraan tradisi upacara Nyadran

1. Tujuan:

a. Mempererat tali persaudaraan di antara penduduk Berjo dan peziarah

pendatang.

b. Sebagai rasa syukur kepada Tuhan yang selalu diberi rizki kepada

masyarakat Berjo.

Page 85: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

2. Manfaat

a. Tradisi Nyadran ini bisa menjadi aset pendapatan penduduk sekitar

dengan adanya orang berjualan maupun menjadi tukang ojek.

b. Bagi Dinas Pariwisata bisa dijadikan sebagai objek wisata ziarah dan

menambah pendapatan daerah.

b. Bersih Dusun

Dusun Tlogo pada umumnya masyarakat Agraris dimana selalu

menggantungkan hidup pada kesuburan tanah sebagai media bercocok tanam.

Oleh karena itu alamlah yang menjadi pusat perhatian pandangan hidupnya.

Segala sesuatu akan diupayakan demi kesuburan tanah yang menjadi pusat

perhatian pandangan hidupnya. Setiap bulan suro pada hari Kamis Kliwon

masyarakat dusun Tlogo selalu mengadakan slametan (punden) Eyang Jaya

Negara yang masih berada satu komplek dengan Telaga Madirda

Semua masyarakat meliburkan diri untuk tidak bekerja (tak ada aktivitas

sama sekali) ditakutkan mengikuti upacara adat istiadat selamatan yang dipimpin

oleh sesepuh yang bernama Mbah Wiro dengan membawa sesajen berupa

tumpeng sega gurih, pitik ingkung, gedhang setangkep, apem, dan kembang yang

diujubkan dengan menggunakan Bahasa Jawa doa “Mugi-mugi ingkang pangajab

badan wadakipun dipun tampi ibu pertiwi, badan sukmanipun dipun tampi

panjenengan gusti pinaringan kaswargan ingkang minulya dipun sepuraa

sakabehe dosane sawah kosok wangsulipun swargi Eyang Jaya Negara anak

putune ingkang sami manggen wonten dusun Tlogo ngriki pinarengan slamet

sedayanipun lan mugi-mugi gampila anggenipun luruh sandang teda siang patara

ratri kenging nyekapi brayatipun sedaya”.

Page 86: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

Sampai generasi sekarang ini masih dilestarikan karena dirasa masih ada

nilai-nilai yang memang urgen dan esensi, adapun tujuannya adalah sebagai

berikut:

1. Ucapan rasa syukur pada Tuhan Yang Maha Esa.

2. Mengenang dan mendoakan arwah para leluhur

3. Sebagai tolak balak suatu acara atau kepercayaan untuk mengusir

segala macam musibah terhindar dari segala penyakit yang datang

secara tiba-tiba dan selalu memberikan ketentraman hidup.

4. Untuk sesaji sekaligus pelengkap upacara yang tidak boleh

ditinggalkan.

Secara garis besar makna simbolik dari perlengkapan sesaji dalam

tradisi Bersih Dusun adalah sebagai berikut:

1. Tumpeng Sega Gurih

Tumpeng yaitu nasi yang terbuat dari beras yang ditaruh dalam Nampan

gedhe yang di dalamnya berisi banyak hasil pertanian dan laut. Pengertian

tumpeng pada tradisi Bersih Dusun sama dengan nasi tumpeng pada Nyadran

hanya saja yang menjadi ciri khas dalam tumpeng ini akan selalu ada ikan asin

yang ada di dalamnya. Kata “tumpeng” berasal dari kata Tumungkulo Sing

Mempeng, artinya kalau ingin selamat, hendaknya selalu rajin beribadah.

Tumpeng yang berbentuk tidak kerucut dalam tradisi Bersih Dusun

mengartikan bahwa semakin hari manusia harus senantiasa berserah diri kepada

Tuhan dan tumpeng juga sebagai penjelmaan alam semesta, dimana nasi berwujud

gunung dikelilingi oleh hasil bumi berupa tumbuh-tumbuhan dan hewan darat/air.

Page 87: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

Tumpeng tadi berisi banyak aneka hasil pertanian dan laut. Berbeda dengan

tumpeng yang biasanya tumpeng yang berada dalam tradisi Bersih Dusun ini

hanya berupa nasi yang tidak berbentuk kerucut dan hasil-hasil pertaniannya

berada semua di atasnya. Hal ini bermakna dalam bentuk kerucut tersebut bahwa

sebagai manusia hendaknya sama/ sederajat di hadapan Tuhan Yang Maha Esa

atau dalam peribahasa Jawa adalah andhap asor.

2. Pitik Ingkung

Pitik Ingkung (Ayam ingkung), ayam yang digunakan adalah ayam jago

yang disembelih dan diingkung menggunakan direbus dengan menggunakan

santan. Ingkung melambangkan manusia ketika masih bayi belum mempunyai

kesalahan atau banyak orang yang mengatakan masih suci. Ingkung juga

melambnagkan kepasrahan kepada Tuhan Yang Maha Esa

3. Gedhang Raja

Gedhang Raja (Pisang Raja) melambangkan suatu kekuatan yang tinggi,

kewibawaan, keluhuran dan juga kemuliaan. Pisang adalah sesaji yang tidak akan

lepas dalam semua tradisi. Masyarakat mempercayai upacara masih kurang

lengkap apabila tidak ada pisang beserta buah-buah dan hasil sayur-mayur. Pisang

ini merupakan sebuah simbol dari ketulusan suci hati seseorang yang sedang

berdoa.

4. Apem

Apem adalah makanan yang terbuat dari tepung gandum yang dibentuk

bulat seperti uang logam yang melambangkan permintaan maaf dari manusia yang

memiliki banyak kesalahan, karena tidak mungkin manusia itu tidak mempunyai

salah.

Page 88: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

5. Kembang setaman

Kembang setaman adalah beberapa macam bunga, yaitu bunga melati,

kanthil, mawar merah dan putih, serta kenanga. Kembang setaman ini merupakan

lambang nafas manusia, karena semua yang dihadapkan manusia merupakan guru

bagi perjalanan hidupnya. Seperti taman bunga sebaiknya manusia belajar dari hal

yang baik sehingga kehidupannya dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang

lain serta menghasilkan hal yang baik pula.

6. Dupa dan Kemenyan

Dupa dan kemenyan adalah sejenis alat pengharum yang berupa bubuk

atau lidi yang cara pengunaannya dibakar. Dupa atau kemenyan dari jaman

dahulu kala sampai sekarang masih digunakan sebagai barang wewangian

biasanya digunakan untuk mengiringi suatu doa, permohonan kepada Tuhan Yang

Maha Esa. Bau-bau yang harum merupakan lambang indra penciuman yang jujur.

Jika mencium wewangian akan dikatakan harum dan sebaliknya jika mencium

bau busuk akan dikatakan busuk. Hal ini dimaksudkan agar dalam berdoa/

memohon seharusnya dengan setulus hati dan kesungguhan hati disertai kejujuran

seperti wewangian dupa atau kemenyan yang dibakar.

c. Padusan

Rangkaian berbagai adat tradisi yang dijalani orang Jawa punya tujuan,

yaitu mempersiapkan diri agar bisa memasuki dan menjalani semua kewajiban di

Bulan Puasa yang penuh berkah itu dengan baik. Rangkaian tradisi itu dimulai

dari padusan. Bila dilihat dari aturan agama Islam, rangkaian tradisi seperti itu

sepertinya tidak Islami, karena dalam ajaran agama Islam tidak ada mengenai

tradisi padusan juga megengan. Tetapi pengertian sebagian masyarakat Jawa,

Page 89: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

meskipun bukan ajaran agama Islam, tradisi tersebut merupakan “kearifan lokal”

yang mengandung bermacam-macam tafsiran yang mendorong agar pribadi

manusia menjadi lebih baik.

Padusan berasal dari kata pa + adus + an, pa berarti tempat, adus berarti

mandi, an berarti akhiran. Padusan diartikan sebagai sarana menyucikan diri atau

badan secara lahir batin untuk menyambut datangnya Bulan Puasa. Lokasi

Padusan dilaksanakan oleh laki-laki dan perempuan. Caranya dengan mandi

keramas untuk membersihkan badan. Biasanya dilakukan sehari sebelum masuk

Bulan Puasa. Lokasi Padusan biasanya dilakukan ditempat khusus, seperti di

sungai, sendang, belik, umbul atau sumber air lainya. Dan kebetulan yang ada di

Desa Berjo adalah Telaga maka masyrakat setempat melaksanakan Tradisi

Padusan di Telaga Madirda. Bagi masyrakat Jawa yang masih mengikuti tradisi

Laku Padusan akan lebih memberi berkah apabila dilakukan di sendang, belik,

sungai, atau sumber air alami lainnya yang berhubungan dengan tempat untuk

bertapa pada jaman dahulu serta mempunyai nilai mistik yang tinggi dan keramat.

Dengan melakukan Padusan diharapkan secara lahir dan batin bisa bersih dari

kotoran, maka akan mudah untuk menjalani semua kewajiban pada Bulan Puasa.

Menurut penjelasan Winarso Kalinggo ketika wawancara dengan Solopos,

bagi masyrakat Jawa yang menjalani ajaran agama Islam, masih sebatas Islam

Abangan memang banyak masalah yang menarik perhatian ketika dipadukan

dengan tradisi yang masih hidup. Seperti tradisi Padusan yang berupa mandi

keramas, bagi orang Jawa diartikan sebagai laku menyiapkan fisik dan batin

ketika memasuki bulan puasa hatinya sudah bersih dan suci (Jagad Jawa no 36

September 2007)

Page 90: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Bulan puasa adalah bulan yang mengandung banyak harapan, laku batin

seperti itu, sampai sekarang masih banyak masyarakat Jawa memilih melakukan

tradisi Padusan di telaga atau sumber air yang dipercaya mengandung sejarah

seperti Telaga Madirda, Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten

Karanganyar.

Kegiatan Padusan yang diadakan warga Desa Berjo merupakan bentuk

kesiapan mereka untuk menyambut datangnya Bulan Puasa. Mereka mandi di

telaga sehari sebelum puasa, salah satu warga (Warno Hartopo, 34 tahun)

mengungkapkan bahwa tradisi ini sudah dia jalani ketika dia masih SD sampai

sekarang ini, karena begitu menyenangkan dapat berkumpul mandi bersama

dengan semua warga dan tetangga. Kegiatan padusan juga dimanfaatkan untuk

minta maaf sebelum menjalankan ibadah puasa selama sebulan penuh.

D. Unsur-Unsur Mitos dan Fungsi Sosial serta Dampak Sosial Ekonomi

Cerita Rakyat Telaga Madirda

1. Unsur-Unsur Mitos

Kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dengan mitos, meskipun

kebenaran suatu mitos belum tentu memberikan jaminan dan bisa

dipertanggungjawabkan. Kebenaran suatu mitos diperoleh tanpa suatu penelitian,

tetapi hanya berdasarkan anggapan dan kepercayaan semata. Mitos bukan suatu

pembuktian kebenaran, tetapi yang lebih diperhatikan dan terpenting adalah hasil

akhirnya atau akibat dari adanya mitos. Mitos tidak dianggap sebagai hal

Page 91: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

irasional, tetapi mitos adalah suatu realitas atau kenyataan. Pada umumnya cerita

rakyat mengandung beberapa unsur mitos.

Mitos ada dua jenis yaitu:

1. Mitos pembebasan : adalah mitos pendobrak, yang dapat diterobos oleh

masyarakat yang sifatnya bebas, tidak perlu adanya suatu aturan-aturan yang

harus dikerjakan oleh masyarakat. Mitos pembebasan ini memberikan

kebebasan sepenuhnya untuk mengeluarkan argumen dan pendapat,

masyarakat tidak harus terkekang oleh larangan-larangan yang diciptakan

masyarakat dahulu.

2. Mitos pengukuhan : mitos yang masih dipercaya masyarakat dan sampai

sekarang diyakini dan dilestarikan keberadaanya serta dikukuhkan oleh

pendukungnya. Karena sifatnya masih dipercaya olah generasi ke generasi

maka tidak diragukan lagi dan tidak perlu pembuktiaan lagi.

Cerita Rakyat Telaga Madirda merupakan salah satu contoh mitos

pengukuhan, masyarakat Berjo masih mempercayai hari-hari tertentu seperti

Selasa Kliwon dan Jum’at Kliwon Telaga Madirda ramai dikunjungi orang-orang

dari daerah asal maupun dari luar kota, mereka yang datang ke Telaga biasanya

melakukan upacara Nyadran, Ngalap Berkah, sebagai suatu tradisi yang sudah

ada dari dahulu, tradisi ini hingga sekarang masih dilakukan masyarakat. Karena

masyarakat percaya jika mereka Ngalap Berkah di Telaga Madirda mereka bisa

mewujudkan atau mendapatkan apa yang menjadi keinginan mereka. Banyak dari

para pengunjung yang datang ke Telaga Madirda untuk mencari berkah. Karena

Page 92: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

Telaga Madirda mengandung nilai mistik sampai saat ini selalu di agung-

agungkan dan dipercaya oleh masyarakat Berjo.

Dalam Cerita Rakyat Telaga Madirda Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso

kabupaten Karanganyar memiliki unsur-unsur mitos yang sangat dipercayai oleh

masyarakat sekitar menghargai dan menghormati air Telaga Madirda.

Air yang ada di Telaga Madirda dianggap oleh warga sebagai air yang

memiliki kemujaraban dari berbagai segi. Misalnya untuk pertanian dapat

menyuburkan tanaman mereka bagi yang bercocok tanam. Bahkan bagi yang

mempercayainya ada yang menggunakannya sebagai obat peneyembuhan

penyakit dan hasilnya juga sesuai dengan apa yang diharapkan.

1. Air Telaga Madirda Mengandung Kekuatan Gaib

Mitos memberikan bahan informasi mengenai kekuatan-kekuatan gaib,

serta membantu manusia agar dapat menghayati daya-daya gaib sebagai suatu

kekuatan yang mempengaruhi dan menguasai alam kehidupan. Dalam upacara

tradisi laku pelaku dapat merasakan bersatu dengan alam, yang dimaksud disini

bahwa kekuatan-kekuatan gaib atau ajaib dari tokoh-tokoh yang diagung-

agungkan oleh masyarakat Berjo yaitu Sugriwa, Subali dan Anjani. Saat

malakukan ritual Ngalap Berkah seluruh tubuh ini merasakan bersatu padu

dengan alam dan tokoh yang disakralkan ditempat ini atau Telaga Madirda akan

memasuki sukma tubuh dan jiwa. Pada saat ritual Ngalap Berkah atau tradisi

berlangsung kekuatan-kekuatan gaib itu muncul dalam tubuh. Masyarakat Berjo

sebagai empunya cerita sangat mensakralkan tempat tersebut.

Page 93: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

Air di Telaga Madirda dipercaya dapat memberikan keberuntungan atau

juga dapat menyembuhkan penyakit. Penulis mendapat cerita dari Juru Kunci

bahwa ada seorang bapak yang masih berasal dari Ngargoyoso mengadukan

bahwa anakanya yang masih balita belum bisa jalan padahal umurnya hampir 2

tahun maka bapak tadi meminta bantuan kepada Juru Kunci untuk memberikan

kesembuhan pada anakanya. Maka bapak tadi di suruh bertapa semalam suntuk

dan membawa air dari telaga untuk dibawa pulang dan diusapkan ke kaki

anaknya. Dua bulan kemudian bapak tadi kembali menemui Juru Kunci dan

mengucapkan terima kasih karena berkat bantuannya dan air telaga anaknya kini

sudah bisa berjalan.

2. Air Dapat Memberikan Jaminan Kehidupan Manusia

Cerita-cerita dan simbol-simbol mitologis membuka kesempatan untuk

kehidupan dan kesuburan, yang bertepatan dengan aneka peristiwa. Usaha

masyarakat Berjo yaitu dengan :

a) Mensakralkan sumber air Telaga Madirda, yang sampai sekarang masih

dilakukan diantaranya : sebelum menanam dan memanen padi atau

palawija warga masyarakat Berjo masih melakukan do’a dan memberikan

sesajen di Telaga Madirda pada hari Selasa Kliwon dan Jum’at Kliwon.

b) Membangun mitologi yang berkaitan dengan pemeliharaan akosistem

sedemikian rupa sehingga melahirkan larangan-larangan untuk membabat

pohon-pohon atau membunuh binatang-binatang tertentu, dalam hal ini

fungsi utama telaga adalah sebagai pemasok air untuk kehidupan

masyarakat.

Page 94: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

Masyarakat Berjo benar-benar menjaga alam di sekitar telaga dan

memanfaatkan air telaga sebagimana mestinya, karena mereka tahu semua

itu merupakan kewajiban sebagai manusia untuk mensyukuri nikmat yang

diberikan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Manusia berkewajiban untuk

menjaga serta melestarikannya. Air telaga digunakan untuk pengairan

sawah ladang mereka, mandi, dan kebutuhan lainnya.

c) Menanam dan memelihara pohon yang disakralkan, penanaman pohon

yang disakralkan di sumber mata air Telaga Madirda karena fungsi dari

pohon beringin itu sebagai pusat ekosistem yang mampu mengambil unsur

hara dari dalam tanah menjadikan air yang keluar ke permukaan bumi

terbebas dari toksin unsur hara (zat yang baik untuk kesuburan tumbuhan

tetapi berbahaya untuk manusia) sehingga bisa dikonsumsi manusia dan

jenis hewan. Dengan masyarakat Berjo menjaga mitologi yang sudah ada,

berupa mitos terhadap mata air Telaga Madirda dapat memberikan

jaminan kehidupan untuk masa kini.

Mitos mengajarkan pada manusia bahwa alam yang dipijak selama ini

perlu adanya perawatan, mitos yang beredar dalam kehidupan masyarakat. Sikap

hidup yang masih terjaga dan terawat dalam lingkungan Desa Berjo adalah sikap

yang masih menganggap bahwa alam adalah tempat manusia dalam memenuhi

kebutuhan.

Mitos menceritakan tentang kejadian, bumi, langit, manusia, dewa dan

upacara-upacara yang berkaitan erat dengan kepercayaan dan keagamaan manusia

di dunia ini. Mitos tidak hanya sekedar laporan dari peristiwa yang terjadi saja,

Page 95: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

tetapi juga mengenai upacara-upacara tentang dunia gaib sekitar, tentang dewa

bahkan mitos memberikan arah kepada manusia. Mitos memberi kesadaran pada

manusia bahkan dalam alam semesta ini ada kekuatan-kekuatan gaib. Dimana

manusia ikut berpartisipasi dan ikut menghayati kekuatan gaib. Mitos juga

berusaha membuat seolah-olah menghadirkan kembali peristiwa-peristiwa yang

dahulu pernah terjadi sedemikian rupa sehingga mampu memberikan tentang

dunia.

Kekuatan bahwa dunia itu kaya akan cerita-cerita yang mengandung suatu

filsafat yang dalam, gambaran-gambaran yang ajaib dan adat istiadat yang

beraneka warna, namun dunia penuh dengan cerita-cerita mistis dan upacara-

upacara mistis, cerita-cerita mistis berfungsi untuk menangkis mara bahaya dan

menahan kesukaran-kesukaran hidup yang terjadi di dunia ini.

Cerita Rakyat Telaga Madirda merupakan bagian dari cerita dunia,

mengandung gambaran gaib yang dibuktikan dengan asal muasal Telaga Madirda

itu ada, bahwa Cupu manik Astagina yang dibuang menjadi sebuah telaga. Mitos

ini diyakini masyarakat Berjo bahwa pernah terjadi dan mempengaruhi kehidupan

mereka. Adat istiadat yang dilakukan masyarakat sekitar Telaga Madirda untuk

mempertahankan keberadaan Telaga Madirda yaitu masyarakat selalu

memberikan persembahan guna penghormatan terhadap Cupu Manik Astagina.

sedangkan upacara-upacara mistis yang masih dijalankan masyarakat Berjo adalah

untuk mengikis mara bahaya dan menahan kesukaran-kesukaran hidup yang

terjadi di dunia. Contohnya: dengan mengadakan upacara Nyadran setiap

tahunnya masyarakat Berjo percaya dapat terhindar dari bencana alam dan juga

memiliki tujuan untuk menjaga keselamatan hidup seluruh warganya.

Page 96: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

Masih terpeliharanya kesakralan suatu tempat, maka membuat orang Jawa

memahami apa makna dari larangan-larangan yang dahulunya dituturkan oleh

nenek moyang. Larangan-larangan yang diamksud adalah seperti kencing di

sumber air itu tidak baik seperti sumur, sendang atau telaga, yang merupakan

suatu larangan yang begitu nyata karena itu adalah merupakan sumber air, airnya

dibutuhkan oleh banyak umat manusia, begitu juga dengan air Telaga Madirda

yang dibutuhkan oleh masyarakat Berjo. Dengan banyaknya air maka masyarakat

dumanjakan dengan limpahan air sehingga pengaruhnya begitu banyak sekali.

Dalam kaitannya dengan Telaga Madirda masyarakat begitu dimanjakan dengan

limpahan air, meskipun datangnya musim kemarau sekalipun. Mitos tentang air

yang begitu sakral memberitahukan bahwa air merupakan sumber kehidupan,

sehingga keberadaan air perlu diselamatkan. Manfaat yang terdapat dari

penyelamatan air mengandung ajaran tentang usaha menjaga keselamtan dunia,

yang sudah sejak jaman dahulu dan sampai sekarang ditakdirkan sebagai tujuan,

sekaligus juga seabagi cita-cita hidup orang Jawa.

Cerita Rakyat Telaga Madirda masih adanya kekuatan-keuatan yang

kurang bisa diterima oleh akal sehat manusia, namun sebagian besar masyarakat

mempercayainya bahkan masyarakat manca. Dalam hal ini masyarakat sekarang

diharapkan masih mempercayai hal-hal yang berhubungan dengan mistis, karena

dunia yang dipijak manusia juga perlu adanya penghormatan dengan melakukan

pensakralan terhadap apapun yang berada di alam.

Mitos juga merupakan suatu hal yang penting bagi kehidupan manusia,

walaupun belum tentu diyakini kebenarannya, mitos adalah sesuatu makna atau

petuah kehidupan yang dapat dijadikan pedoman hidup. Cerita Rakyat Telaga

Page 97: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

Madirda memberi keyakinan bahwa air yang ada didalamnya memberi kekuatan

batin untuk hidup lebih baik.

3. Mitos Bahwa Air Telaga Madirda Memberi Tuah

Permintaan/permohonan jika telah terkabul, yang bersangkutan biasanya

kembali ke Telaga Madirda Desa Berjo untuk melakukan selametan sebagai

wujud rasa syukur setelah terkabulnya permohonan/permintaan. Apabila hal

tersebut tidak dilakukan maka yang bersangkutan akan mengalami hal yang sama

dengan apa yang dialami sebelum datang ke Telaga Madirda.

Menurut pernyataan juru kunci ada orang yang ngalap berkah di Telaga

berasal dari perbatasan Sragen-Karanganyar, merasakan bahwa hidupnya merasa

lebih baik. Usaha perdagangan sayurannnya lebih laku, lebih lancar sehingga

perekonomian keluarganya menjadi lebih layak. Sehingga dia menjadi rutin

melakukan do’a di telaga karena sudah merasakan sendiri bagaimana tuah dari

telaga ataupun air telaga.

4. Mitos Larangan Mencicipi Makanan Apabila Memasak Buat Kenduri Yang

Hubungannya Untuk Upacara Nyadran Telaga Madirda

Warga Dusun Tlogo jika memasak untuk acara kendurian tidak pernah

dicicipi. Hal ini dikarenakan jika masakan dicicipi terlebih dahulu masyarkat

percaya bahwa sesajen yang mereka gunakan untuk upacara nyadran tidak akan

diterima oleh danyang penunggu telaga.

Kebiasaan semacam ini sampai sekarang masih dipercaya masyarakat

Dusun Tlogo dan mereka percaya jika dilanggar akan mendapatkan hal yang tidak

Page 98: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

diinginkan seperti halnya masakan yang digunakan akan menjadi basi. Maka

biasanya ketika memasak untuk upacara Nyadran anak-anak dijauhakn dari

kegiatan memasak ibu-ibunya karena dikhawatirkan akan menggganggu dan

mengambil makanan untuk Nyadran.

5. Mitos Larangan Tidak Boleh Memasak Bagi Ibu-Ibu Harus Dengan Keadaan

Suci Tidak Boleh Memasak Dalam Keadaan Kotor Apabila Memasak Untuk

Acara Nyadran

Ibu-ibu khususnya Dusun Tlogo jika memasak makanan untuk Nyadran

harus dengan keadaan bersih atau suci tidak berhalangan (haid) atau dalam

keadaan kotor. Hal ini mempunyai alasan karena Nyadran adalah suatu ritual yang

sakral dan do’a untuk para leluhurnya. Masyarakat menganggap hal tersebut

merupakan ibadah jadi mereka mengibratakan apabila melakukan ibadah keadaan

bersih dan suci.

6. Mitos Bahwa Hanya Juru Kunci Yang Bisa Memiliki Bunga Kanthil

Ada kepercayaan yang menyatakan bahwa hanya Juru Kunci saja yang

bisa memiliki bunga kanthil, karena bunga itu akan tumbuh dengan sendirinya

dirumah seseorang yang terpilih melalui tumbuhnya bunga kanthil tanpa harus

sengaja menanam dan merawatnya.

2. Fungsi Cerita Rakyat Telaga Madirda

Cerita rakyat lisan, yaitu disebarkan dari mulut kemulut dengan tutur kata

yang mempunyai kelemahan, karena apa saja yang diteruskan melalui lisan

dengan mudah sekali dapat mengalami perubahan yang tidak disengaja maupun

Page 99: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

yang disengaja, karena kemungkinan daya ingat seseorang berbeda-beda atau

karena orang sengaja menambahi cerita dalam penceritaannya kepada orang lain.

Cerita rakyat bukan hanya pemikiran dengan intelektual dan bukan pula

dengan logika manusia, tetapi lebih dari itu merupakan orientasi spiritual

supranatural untuk berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa. Bagi masyarakat

awam sebagai masyarakat tradisional, dalam menghayati cerita rakyat, mereka

menganggap merupakan realitas bahkan cerita tersebut merupakan barang yang

berharga. karena mempunyai sesuatu yang sakral, bermakna, menjadikan teladan

dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat sekitarnya. Masyarakat percaya apa

yang ada dalam cerita (khususnya cerita rakyat) dengan memelihara dan

menghayati cerita itu supaya tidak lekas punah begitu saja tanpa ada pelestarian

dan pengembangan.

Cerita rakyat diartikan sebagai salah satu karya sastra (cerita) yang lahir

dan berkembang pada beberapa generasi dalam masyarakat tradisional, baik

masyarakat itu telah mengenal huruf atau belum, disebarkan secara lisan, dan

disebarkan antara kolektif tertentu dalam kurun waktu yang cukup lama dan

memiliki fungsi tertentu di tengah-tengah masyarakat pendukungnya. Adapun

fungsi-fungsi Cerita Rakyat Telaga Madirda adalah sebagai berikut.

a. Sebagai Sarana Sistem Proyeksi (projective system), Yaitu Alat Pencerminan

Angan-Angan Kelompok Masyarakat Tertentu (suatu kolektif).

Mengenai fungsi cerita rakyat sebagai sistem proyeksi, untuk mengulasnya

harus dengan cara berhati-hati. Karena bila mempergunakan cerita rakyat yang

Page 100: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

berbentuk prosa akan timbul suatu pemuasan seseorang yang diproyeksikan dalam

bentuk cerita.

Cerita rakyat lisan mempunyai fungsi sebagai sarana sistem proyeksi.

Cerita Rakyat Telaga Madirda sebagai milik masyarakat berfungsi sebagai alat

untuk memproyeksikan alam pikiran masyarakat di Desa Berjo atas pengakuan

petilasan Sugriwa, Subali, Anjani sebagai tempat keramat atau sakral. Masyarakat

mempercayai adanya kekuatan-kekuatan supranatural, dimana tidak dapat dilihat

dengan panca indra. Hal itu tidak dapat dipungkiri karena masyarakat di desa

Berjo masih menghormati leluhurnya dan percaya terhadap makhluk halus,

kekuatan gaib, kekuatan sakti dan lain sebagainya.

Dalam kehidupan nyata, kita sering sekali mendengar atau bahkan

mengetahui tentang hal-hal yang dikeramatkan sebagai contoh: barang-barang

yang dianggap keramat misalnya keris, dan benda-benda pusaka lainnya yang

dianggap memiliki kekuatan-kekuatan magis, demikian juga dengan telaga yang

dianggap memiliki kekuatan gaib, sehingga banyak orang yang ke tempat tersebut

dengan tujuan ngalap berkah yaitu ingin mendapatkan berkah, baik mendapatkan

rejeki yang banyak ataupun naik drajat pangkat (tingkat kedudukan).

Berdasarkan kisah tokoh-tokoh dalam Cerita Rakyat Telaga Madirda.

Sugriwa, Subali dan Anjani, maka masyarakat umum dan masyarakat Desa Berjo

khususnya menganggap Telaga Madirda merupakan tempat yang keramat dan

layak untuk dipertahankan keberadaannya. Dengan kepercayaan tersebut, mereka

berharap mendapat berkah dari kekuatan gaib yang ditimbulkannya, karena

kekuatan gaib ini dipercaya mampu membantu di dalam kehidupan mereka.

Page 101: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

Peninggalan leluhur yang dikeramatkan yaitu beruapa Telaga Madirda,

banyak didatangi orang yang ingin ngalap berkah supaya apa yang diinginkan

tercapai atau terkabulkan. Biasanya masyarakat yang datang untuk ngalap berkah

pada hari Kamis malam Jum’at. Menurut kepercayaan orang Jawa pada hari

Kamis malam Jum’at adalah hari istimewa karena merupakan hari penuh berkah

terutama pada hari Kamis Malam Jum’at Kliwon.

Masyarakat datang ke Telaga Madirda adalah masyarakat yang ingin

permohonannya tercapai dan terkabulkan, dengan cara Ngalap Berkah. Telaga

Madirda yang dikeramatkan oleh masyarakat di Desa Berjo melestarikan

peninggalan dari Cerita Rakyat Telaga Madirda. Sedangkan sebagai

pelestariannya dilakukan oleh generasi muda dan generasi tua. Yaitu dengan acara

mempersembahkan sesaji, dengan upacara Nyadran sebagai ungkapan rasa

syukur yang telah diberikan Tuhan Yang Maha Esa. Berdasarkan informasi yang

diperoleh, dapat diketahui bahwa pengunjung Telaga Madirda masih menganggap

bahwa telaga tersebut keramat dan sakral, sehinggga mereka berusaha untuk

melestarikan, menjaga dan merawat Telaga Madirda agar tidak terjadi kepunahan.

Masyarakat Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar

pada khususnya masih mempercayai bahwa kesaktian orang-orang terdahulu akan

selalu melekat pada ruh-ruh tertentu, sehingga perkembangannya sangat

mempengaruhi kehidupan manusia. Daya magis dan kekuatan alam yang

ditimbulkan oleh ruh-ruh yang dipercaya memiliki kekuatan gaib. Dengan

demikian, antara cerita rakyat dengan Telaga Madirda selalu mempunyai

hubungan, sebab adanya Telaga Madirda akan semakin memperkuat keberadaan

Page 102: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

cerita rakyat terlebih lagi Telaga Madirda dikenal sebagai tempat yang memiliki

kekuatan linuwih.

Angan-angan kelompok (alam pikiran) menggambarkan bahwa leluhur

mereka, yaitu tentang Sugriwa, Subali, Anjani memiliki kekuatan supranatural

dan memang perlu didukung keberadaannya. Walaupun masyarakat di Desa Berjo

mayoritas beragama Islam, namun mereka tetap memelihara dengan baik

peninggalan berupa Telaga Madirda maupun tradisi yang menyertai keberadaan

cerita.

b. Sebagai Alat Pendidikan

Pembicaraan masalah dasar pendidikan tidak akan lepas dari pemahaman

sebagai sistem pengendalian ketegangan sosial. Pendidikan dapat dipergunakan

sebagai sarana mempertebal keyakianan kepada masyarakat akan kebaikan adat-

istiadat kelompoknya. Sama halnya dengan filsafat, ilmu pengetahuan serta agama

atau kepercayaan sebagai hubungan yang saling terkait dan melengkapi.

Filsafat dan ilmu pengetahuan dapat membantu menyampaikan kelanjutan

ajaran agama kepada manusia. Sebaliknya agama maupun kepercayaan dapat

memberi jawaban terhadap masalah yang tidak dapat dijawab oleh filsafat dan

ilmu pengetahuan. Filsafat dan ilmu pengetahuan mencari kebenaran berdasarkan

akal dan pikir, sedangkan agama mengajarkan kebenaran berdasarkan moral yang

bersumber pada wahyu.

Adapun cara pendidikan digunakan sebagai alat untuk mempertebal

keyakinan kepada anggota masyrakat, tentang kebaikan adat-istiadat adalah

dengan sugesti sosial (social suggestion). Dalam hal ini, biasanya kebaikan adat

Page 103: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

istiadat ditunjukkan pada masyarakat melalui cerita rakyat, dongeng, legenda,

cerita tentang karya orang-orang besar, cerita tentang paahlawan yang dikisahkan

dengan menarik melalui lisan.

Sebagian cerita rakyat juga menyertakan adat-istiadat sebagai pakem yang

secara otomatis dipatuhi dan dihormati oleh setiap pendukung dan generasinya

dimana cerita rakyat itu tumbuh dan berkembang. Cara semacam ini memang

lazim digunakan oleh hampir semua masyarakat, karena dengan cara ini akan

menyebabkan adanya suatu kompleks cerita tentang tokoh-tokoh dan pahlawan

besar merupakan suatu kebutuhan universal dalam kehidupan masyarakat.

Dilihat dari segi pendidikan, dapat dilihat semua cerita rakyat dituturkan

oleh orang-orang tua mengandung unsur-unsur pendidikan. Yaitu meliputi

pendidikan moral, pendidikan agama, pendidikan cinta, baik cinta terhadap tanah

air maupun cinta terhadap apapun, pendidikan kekeluargaan, adat-istiadat, sifat

kepemimpinan dan lain sebagainya.

Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam cerita rakyat tersimpan gejala-gejala

kejiwaan pada pelakunya atau tokoh-tokohnya apabila dilihat dari segi psikologis

misalnya seperti kebahagiaan, kesediahan, kesengsaraan, kepintaran dan

kebodohan, kemunafikan, kecerdikan, kebencian, rasa kasih sayang, kesetiaan,

pengkhianatan, kejujuran, dan lain sebagainya. Latar belakang cerita rakyat juga

untuk mempertebal rasa taat dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, hormat

kepada orang tua, hormat pada sesama manusia dan lain-lain

Cerita Rakyat yang berada di Desa Berjo Kecamatan Ngargoyoso,

Kabupaten Karanganyar dapat diambil hikmah dan manfaatnya bagi generasi

Page 104: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

penerus pada khususnya sebagai alat pendidikan, dan bagi masyarakat yang

mengenal cerita rakyat. Cerita Rakyat Telaga Madirda sebenarnya juga dapat

bermanfaat dalam pendidikan yang pantas untuk ditiru dan direalisasikan dalam

kehidupan sehari-hari ditengah-tengah masyarakat. Unsur-unsur pendidikan yang

terdapat dalam Cerita Rakyat Telaga Madirda adalah sebagai berikut :

1. Sebagai Alat Pendidikan Anak (pedagogical device)

Cerita Rakyat Telaga Madirda adalah salah satu dari sekian banyak hasil

kebudayaan warisan dari nenek moyang kita. Dan secara umum kebudayaan

tersebut dapat dikelompokan kedalam dua unsur besar, yaitu kebudayaan fisik dan

non fisik. Kebudayaan fisik berupa wujud dari telaga itu sendiri. Sedangkan

kebudayaan non fisik yaitu berupa pranata, norma, dan sistem nilai yang berlaku

ditengah-tengah masyarakat. Dengan adanya eksistensi kebudayaan non fisik,

dimana Telaga Madirda memiliki cerita rakyat berfungsi sebagai alat pendidikan

anak (pedagogical device) digunakan oleh para orang tau, agar anak-anak mereka

mendapat pesan moral yang dititipkan melalui cerita rakyat.

Pesan-pesan moral yang dilahirkan dari Cerita rakyat Telaga Madirda

anatar lain berbuat baik kepada sesama dan saling berbagi kepada sesama. Di

dalamnya juga terdapat pendidikan moral, menganjurkan agar kita tidak sombong

jika memiliki benda/barang yang orang lain tidak memilikinya. Karena dapat

menimbulkan kecemburan dan iri hati. Jika kita menjadi seorang laki-laki agar

memiliki jiwa kepemimpinan, sifat tanggung jawab dan bijaksana.

Bagi warga Desa Berjo cerita mengenai Sugriwa, Subali dan Anjani selain

dapat menghibur anak-anak, juga dapat memberikan suatu pendidikan moral

Page 105: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

kepada anak mereka. Anak-anak mereka menjadi lebih peduli kepada lingkungan

sosial dan alam sekitaranya.

2. Mendidik Agar Manusia Tidak Sombong

Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk yang

paling sempurna, jika dibandingkan dengan makhluk-makhluk yang lainnya.

Namun pada kenyataannya manusia banyak memiliki kelemahan-kelemahan sifat

di dalam masing-masing dirinya sendiri. Salah satu unsur yang penting di dalam

Cerita Rakyat Telaga Madirda yaitu unsur pendidikan untuk mendidik manusia

agar berlaku tidak sombong, karena dengan kesombongan akan menyebabkan

kebinasaan

Seorang manusia hendaknya menyadari bahwa sebenarnya adalah

makhluk lemah, walaupun dengan segala kelebihan yang ia punya. Seperti

pepatah mengatakan “di atas langit masih ada langit” yang mencerminkan bahwa

dengan segala kelebihan yang dimikinya, namun pasti masih ada yang

melebihinya lagi. Oleh karena itu kita harus bersifat rendah hati, dan tidak boleh

takabur seperti dalam Cerita Rakyat Telaga Madirda yaitu Anajani yang di

anugrahi kecantikan dan memiliki Cupu Manik Astagiana merasa sombong dan

bangga dengan apa yang ia miliki tetapi akhirnya dengan apa yang ia miliki malah

membawa petaka bagi kedua saudaranya, bahkan kecantikannnya juga hilang

karena kesombongan yang dimiliknya.

Page 106: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

3. Sebagai Pengawas Norma-norma Masyrakat Yang Harus Dipatuhi oleh

Kolektifnya

Dalam masyarakat Jawa keberadaan alam mistis tidak dapat dilepaskan.

Mereka percaya bahwa gejala-gejala alam yang ada disekelilingnya dapat

mempengaruhi dalam pikiran secara mendalam, kekuatan-kekuatan gaib selalu

mengelilinginya. Hubungan manusia dengan kekuatan gaib ini diwujudkan dalam

bentuk ritual. Rangkaian ritual pada dasarntya merupakan wujud riil pelaksanaan

norma-norma kelakuan dalam religi mereka. Peringatan ritual dijadikan cermin

kepercayaan masyarakat terhadap kejadian disekelilingnya, terutama kejadian

yang berkaiatan dengan tokoh yang ada dalam Cerita Rakyat Telaga Madirda.

Melalui kepercayaan tersebut, maka Cerita Rakyat Telaga Madirda dipakai

sebagai pedoman tingkah laku atau norma-norma masyarakat yang harus dipatuhi.

Sedangkan upacara ritual dijadiak pengawas norma-norma yang berlaku pada

masyarakat. Pada akhirnya diharapkan keserasian dan ketentraman hidup dapat

terwujud.

Cerita Rakyat Telaga Madirda merupakan salah satu aspek kebudayaan

nasional yang patut dipertahankan. Dengan pelestaraian dan pemeliharaan saja

dapat menyelamatkan salah satu aset budaya nasional. Cerita rakyat merupakan

salah satu bentuk warisan kebudayaan, di dalamnya terkandung ajaran-ajaran

yang dapat membentuk pola tingkah laku manusia dan kebudayaan. Cerita rakyat

merupakan alat pengesahan pranata-pranata. Yaitu berupa tradisi

mempersembahkan sesajen, upacara yang dianggap sebagai suatu masyarakat

suatu penghormatan yang dilakukan oleh masyarakat terhadap dhanyang yang ada

di Telaga Madirda. Tradisi mempersembahakan sesajen merupakan tradisi yang

Page 107: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

dilakukan masyarakat Desa Berjo dan sekitarnya pada hari-hari tertentu seperti

hari Jum,at Kliwon. Tradisi ini sampai sekarang masih dilakukan oleh masyarakat

Dusun Tlogo, Desa Berjo dan para pendatang baik dari golongan tua maupun dari

golongan muda.

Prosesi-prosesi ritual yang ada pada masyrakat mempunyai maksud dan

tujuan. Tujuan mengadakan ritual dengan menggunakan sesaji adalah untuk

mendapatkan sesuatu yang berharga dan dapat berkomunikasi dengan ruh atau

makhluk yang diharapkan memberikan pertolongan dan berkah dalam hidupnya.

Pranata kebudayaan masih dipegang teguh, norma-norma yang ada dalam

masyarakat sifatnya mengikat dan mengatur. Maka norma-norma harus

dilaksanakan dalam pergaulan dengan masyarakat yang lain, supaya berlangsung

dengan baik. Sehingga tidak terjadi pertengkaran atau perselisihan, maka

dilakukan musyawarah mufakat semua warga masyarakat.

Warga masyarakat terutama masyarakat perkotaan semakin lama semakin

meninggalkan norma-norma masyarkat. Sedangkan untuk masyarakat pedesaan

masih memegang teguh norma-norma yang telah disepakati, baik dosa sengaja

maupun tidak disengaja akan mendapatkan sanksi atau hukuman yang sesuai

dengan tingkat kesalahannya yang diperbuat. Dalam memberikan sanksi

masyarakat selalu membuat yang bersangkutan menjadi jera antara lain dengan

mengucilkan dari masyarakat.

c. Sebagai Hiburan

Cerita Rakyat sebagai salah satu bentuk kebudayaan non fisik dapat

dipakai sebagai sarana hiburan, yaitu Cerita Rakyat Telaga Madirda melahirkan

Page 108: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

upacara tradisional Nyadran dan acara bersih dusun. Pada malam harinya

terdapat acara yaitu ringgit purwa atau perunjukan wayang sehingga dengan

menyaksikan pertunjukan wayang, maka masyarakat Desa Berjo merasa terhibur.

Di samping sebagai suatu pertunjukan yang menyenangkan wayang juga

memberikan pesan moral secara tersirat kepada masyarakat Berjo.

Masyarakat Desa Berjo Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar

juga mempergunakan Cerita Rakyat Telaga Madirda sebagai sarana hiburan.

Yaitu dengan cara menceritakan Cerita Rakyat Telaga Madirda kepada anak cucu

mereka pada waktu mereka beristirahat, sebagai media pengantar tidur. Sehingga

anak cucu mereka akan merasa terhibur jika mendengarkan Cerita Rakyat Telaga

Madirda. Dengan cerita yang disampaikan mereka akan mendapat suatu pesan

moral dan mengenal bagaimana Cerita Rakyat Telaga Madirda yang selama ini

dikenal sebagai legenda

Cerita rakyat khususnya Cerita Rakyat Telaga Madirda banyak sekali

manfaatnya di dalam kehidupan. Misalnya sebagai pendidikan untuk

mengenalkan mengenai cerita yang berasal dari daerah sendiri agar tidak punah

dimakan oleh waktu. Sebenarnya cerita rakyat dari daerah tidak kalah baiknya

dengan cerita yang berasal dari luar negeri

d. Sebagai Sarana Menambah Pendapatan Masyarakat

Telaga Madirda memberi berkah tersendiri bagi masyarakat Desa Berjo

yang menjadikannya tempat untuk mencari nafkah. Dengan banyakanya

pengunjung yang datang untuk ngalap berkah terutama pada bulan suro akan

memeberi peluang kepada masyarakat di desa Berjo untuk menambah pendapatan.

Page 109: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

Mereka memanfaatkan situasi itu dengan melakukan kegiatan positif,

misalnya bagi mereka yang ingin berdagang dapat menjajakan dagangannya, bagi

yang memiliki sepeda motor dapat memberi pelayanan jasa antar jemput kepada

pengunjung, karena moda transportasi untuk menuju telaga belum ada angkutan

seperti mobil atau bus. Karena hal itu menyebabkan khususnya masyarakat Desa

Berjo sebagai pendukung Cerita Rakayat Telaga Madirda, menjaga agar lokasi

Telaga Madirda dapat terpelihara dengan, baik karena maerupakan aset yang

berharaga karena bermanfaat dalam aspek ekonomi.

E. Tangggapan dan Penghayatan Masyrakat

Cerita rakyat diciptakan oleh suatu kolektif tertentu bukanlah sebagai

karya sastra kosong belaka, tetapi mempunyai tujuan tertentu. Yaitu memberikan

kegunaan, fungsi, dan pelajaran yang baik untuk menambah wawasan masyarakat

ataupun generasi pada saat sekarang ini. Cerita rakyat yang pewarisannya secara

lisan dari satu generasi ke generasi berikutnya mempunyai kelemahan, karena

tidak mempunyai dokumen tertulis atau rekaman. Kondisi tersebut ada proses

lupa diri manusia sehingga dapat menjadikan cerita rakyat dengan mudahnya

mengalami perubahan, bahkan menjadi versi atau varian-varian yang berbeda.

Cerita rakyat bersifat tradisional yaitu disebarkan dalam bentuk relatif

tetap atau dalam bentuk standar. Disebarkan diantara kolektif tertentu dalam

waktu yang cukup lama, paling sedikit dua generasi. Keberadaan cerita rakyat

menjadi milik bersama, yaitu masyarakat yang mempercayai adanya cerita dan

masyarakat yang mendukung keberadaannya. Disini menjadikan cerita rakyat

mempunyai kegunaan bersama dalam kehidupan masyarakat. Tanggapan

Page 110: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

masyarakat terhadap penghayatan mengenai cerita rakyat merupakan suatu

penilaian atau penafsiran tentang masalah masing-masing. Bahkan pengahayatan

yang dilakukan oleh setiap masyarakat akan berbeda-beda pula. Masyarakat bebas

dalam menghayati keberadaan cerita rakyat, dan merupakan bagaian dari fungsi

sosial yang ada.

Penghayatan yang dilakukan oleh masyarakat terhadap Cerita Rakyat

Telaga Madirda, dapat berguna bagi generasi muda pada masa sekarang ini dan

generasi muda yang akan datang. Dengan mencontoh sebagai ajaran dalam

kehidupan. Pengungkapan dan penilaian suatu karya tidaklah semudah yang kita

pikirkan, bila karya tidak mempunyai fungsi, makna, dan arti bagi masyarakat

pembaca tentu tidak ada yang menanggapi. Karya sastra merupakan ungkapan

imajinasi seorang pengarang dan pembaca menentukan makna nilai-nilai yang

terkandung dalam karya sastra. Kesanggupan seseorang dalam memahami

penafsiran pertama kali dapat terlihat pada kesanggupan untuk meringkas isi

karya sastra. Jadi karya sastra dapat dipakai sebagai salah satu jembatan untuk

memahami kenyataan sosial dalam masyarakat. (Umar Yunus, 1993: 81).

Pembaca dan karya sastra merupakan satu kesatuan, pembicaraan tentang

kesusasteraan tidak akan ada apabila tidak ada sebuah karya sastra. Jadi dalam hal

ini kedudukan karya sastra penting sebagai produk budaya yang dinikmati serta

dihayati oleh masyarakat. Karya sastra dapat dibagi menjadi dua yaitu karya sastra

tulis dan karya sastra lisan. Karya sastra yang berbentuk lisan, contohnya cerita

rakyat, cerita rakyat tidak mempunyai pencipta atau pengarangnya. Cerita rakyat

pengarangnya anonim dan pemilik cerita rakyat itu adalah masyarakat sendiri.

Page 111: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

Pengahayatan masyarakat yang dimaksud adalah pembaca atau masyarakat

yang memberikan makna terhadap karya satsra yang dihayatinya, sehingga dapat

memberikan reaksi atau tanggapan. Tanggapan yang diambil itu mungkin pasif

dan aktif. Tanggapan pasif merupakan tanggapan bagaimana seseorang dapat

memahami karya sastra itu, atau tanggapan aktif yaitu bagaimana seseorang

merealisasikan dalam karya sastra.

Cerita Rakyat Telaga Madirda di Dusun Tlogo, Desa Berjo, Kecamatan

Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar merupakan cerita rakyat bersifat anonima,

yaitu tidak ada pengarangnya. Cerita rakyat merupakan karya sastra masyarakat

Dusun Tlogo, Desa Berjo sebagai masyarakat pendukungnya. Cerita Rakyat

Telaga Madirda adalah karya sastra yang berbentuk lisan, disebarkan dari mulut

ke mulut dari generasi ke generasi berikutnya, sehingga warisan lama yang

berbentuk cerita rakyat itu dalam penghayatan masyarakat akan berbeda-beda

pula. Hal itu disebabkan adanya perbedaan kondisi sosial budaya masyarakat yang

beraneka ragam, seperti status sosial dalam masyarakat, faktor usia dan religi.

Maka dari itu dalam memberikan penilaian terhadap karya sastra yang berbentuk

lisan akan berbeda dari masyarakat satu dengan masyarakat yang lainnya. Dengan

keikutsertaan pembaca atau penikmat, maka cerita rakyat tersebut dapat hidup dan

bertahan lama. Selama masyarakat pembaca menghayati nilai-nilai yang

terkandung dalam cerita rakyat itu. Karena masyarakat pembaca sudah

mengetahui apakah nilai-nilai itu dapat dapat diterapkan atau tidak dalam

lingkungan kehidupan bermasayarakat.

Penghayatan pembaca dalam sastra lisan Cerita Rakyat Telaga Madirda,

digambarkan dalam wujud sebagai masyarakat Dusun Tlogo Desa Berjo yang

Page 112: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

memberikan tanggapan. Tanggapan mengenai pengahayatan terhadap isi Cerita

Rakyat Telaga Madirda. Di mana di dalam cerita terdapat beberapa ajaran yang

dapat dijadikan panutan atau dapat dicontoh yang kemudian ditiru untuk dijadikan

pedoman hidup. Meskipun dalam kenyataannnya golongan tua dan golongan

muda mempunyai cara pandang yang berbeda dalam menghayati inti pokok dari

cerita tersebut, namun kenyataannnya mereka mempunyai tujuan yang sama yaitu

mempertahankan tradisi yang telah ada seperti ritual/upacara Nyadran dan Bersih

Dusun supaya tidak punah. Selain itu, juga sebagai perwujudan ungkapan rasa

syukur mereka terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Secara umum penghayatan masyarakat dapat tercermin dangan adanya

perbedaan yang cukup jelas antara golongan tua dengan golongan muda. Antara

lain tercermin dalam pandangan masyarakat Desa Berjo pada masa kini yang

terkadang tidak lagi melaksanakan tradisi berkunjung ke Telaga Madirda

meskipun mereka masih percaya dengan keberdaan Cerita Rakyat Telaga

Madirda dan tokoh dalam cerita. Hal ini dimugkinkan dengan lokasi telaga yang

begitu dekat. Sehingga mereka mengesampingkan kekuatan-kekuatan yang

dipercaya dapat memberi berkah oleh generasi pendahulunya. Masyarakat

golongan muda sekitar Telaga Madirda masih sering berkunjung ke Telaga

Madirda untuk sekedar bermaian-main air di sana. Hal ini membuktikan bahwa

golongan muda masih ikut serta dalam menjaga dan melestarikan tradisi dari

leluhurnya, meskipun dengan cara mereka sendiri.

Pengahayatan masyarakat Dusun Tlogo, Desa Berjo, Kecamatan

Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar dalam menanggapai Cerita Rakyat Telaga

Madirda berbeda-beda. Perbedaan itu adalah sejauh mana penghayatan

Page 113: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

masyarakat terhadap Cerita Rakyat Telaga Madirda, apabila cerita hanya sebuah

khayalan belaka yang dibuat oleh masyarakat. Apakah Cerita rakyat Telaga

Madirda mempunyai hubungan dengan tempat yang dikeramatkan. Dengan

adanya penghayatan yang berbeda-beda, dapat dipengaruhi oleh hal-hal tertentu.

Salah satunya adalah respendon sendiri masih dibagi menjadi beberapa bagian,

antara lain berdasarkan kelompok dan kelompok profesi.

1. Berdasarkan Kelompok Usia

Penghayatan dan pandangan masyarakat terhadap Ceita Rakyat Telaga

Madirda mengalami perbedaan dan perubahan. Perbedaan itu dapat dilihat dari

segi usia antara lain sebagai berikut

a. Usia 14-30 (Golongan Muda)

Penghayatan terhadap Cerita Rakyat Telaga Madirda oleh golongan muda

mengalami sedikit perubahan. Hampir semua golongan muda masyarakat Berjo

sudah tidak mempercayai bahwa cerita tersebut pernah ada dan mempunyai

kekuatan gaib, tetapi untuk kekuatan yang ditimbulkan tetap berasal dari Tuhan

Yang maha Kuasa. Karena golongan muda termasuk masyarakat modern.

Kebanyakan dari golongan muda tidak mempercayai hal-hal yang tidak masuk

akal. Dikarenakan pola pikir yang sudah maju dan modern. Sebagian golongan

muda menganggap kalau Telaga Madirda adalah tempat untuk rekreasi karena

tempatnya yang sejuk serta sangat cocok untuk memadu kasih. Bagi golongan

muda tradisi padusan di Telaga Madirda sebelum puasa masih mereka lakukan

namun tradisi Ngalap Berkah sudah tidak mereka lakukan. Hanya sebagaian kecil

golongan muda yang masih melakukan ritual Ngalap Berkah. Namun mereka

Page 114: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

masih percaya bahwa Cerita Rakyat Telaga Madirda tersebut benar-benar ada

karena terdapatnya bukti-bukti peninggalan yang masih ada hingga sekarang ini.

Ketika penulis beberapa kali berkunjung ke Telaga Madirda di sana

penulis mendapati beberapa pemuda. Kemudian melakukan wawancara

kebanyakan dari jawaban mereka hampir sama, yaitu percaya tempat ini memiliki

kekuatan ghaib dan angker tetapi mereka berkunjung ke Telaga Madirda untuk

menghabiskan waktu bersama untuk sekedar nongkrong, ngobrol dan menikmati

pemandangan alam yang indah karena ada bukit-bukit disekeliling telaga.

b. Usia 30 tahun keatas (Golongan Tua)

Pengahayatan golongan tua terhadap Cerita Rakyat Telaga Madirda masih

banyak dan percaya bahwa Cerita Rakyat Telaga Madirda benar-benar terjadi

pada golongan tua mengahayati dengan cara melakukan tradisi yang masih

berlangsung hingga saat ini, seperti masih dilakukannya tradisi Nyadran.

Penghayatan golongan tua terhadap tempat keramat senantiasa dilakukan dengan

cara mengunjungi dan melakukan tirakat pada malam harinya. Melakukan tirakat

atau nyepi mencari hari baik dilakukan pada Selasa Pahing dan malam Jum’at

Kliwon. Hal itu dilakukan untuk mnendapatkan berkah dan apa yang dimintanya

akan terkabul.

Golongan tua sangat mempercayai dan menganggap tempat keramat

merupakan tempat angker. Oleh karena itu masyarakat percaya untuk

menghormati ruh-ruh penunggu dan dhanyang tempat tersebut supaya tidak

murka, maka masyarakat harus menjaga tempat tersebut. Tempat-tempat yang

dikeramatkan oleh masyarakat setempat misalnya Telaga Madirda yang terletak di

Page 115: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

Dusun Tlogo, Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar.

Telaga tersebut dipercaya dapat membawa berkah bagi masyarakat yang menjaga

serta melestarikannya. Golongan tua dalam pengahayatan Cerita Rakyat Telaga

Madirda masih banyak dan percaya akan adanya kekuatan yang timbul dari telaga

itu.

Menurut juru kunci, konon ada lelaki paruh baya yang berasal dari lereng

Gunung Merapi, Boyolali. Dia bertapa selama 7 hari 7 malam, di bebatuan

komplek telaga. Ia sangat percaya kekuatan dhanyang penunggu telaga untuk

mewujudkan keinginannya. Ia ingin menjadi orang kaya dengan berjualan ayam

potong. Dan sekarang, dia tidak hanya sekedar pedagang ayam potong biasa. Juru

Kunci mengatakan dia mulai mengembangkan usahanya dengan mendirikan

rumah makan menu yang utamanya ayam goreng.

2. Berdasar Kelompok Profesi

Cerita Rakyat Telaga madirda, di Dukuh Tlogo, Desa Berjo, Kecamatan

Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar merupakan cerita rakyat yang diwariskan

secara turun-temurun dari dahulu hingga saat sekarang. Cerita rakyat Telaga

Madirda sangat dipercaya oleh sebagian besar warga masyarakat sekitar Telaga

Madirda. Cara menanggapi dan menghayati Cerita Rakyat Telaga Madirda juga

berbeda-beda pula, misalnya berdasarkan kelompok profesi diantaranya petani

dan swasta.

a. Petani

Masyarakat Dukuh Tlogo, Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso,

Kabupaten Karanganyar hampir sebagian besar bermata pencaharian sebagai

Page 116: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

petani. Tanggapan serta pengahayatan masyarakat Dukuh Tlogo yang bermata

pencaharian sebagai petani kebanyakan sama. Mereka percaya dan yakin akan

adanya Telaga Madirda, meraka beranggapan air dari Telaga Madirda merupakan

air pembawa berkah. Karena air dari Telaga Madirda dapat dipergunakan sebagai

sarana pengairan para petani dalam menggarap ladang atau sawahnya, sekalipun

dimusim kemarau. Oleh sebab itulah para petani begitu antusias dalam upacara

ritual Nyadran. Bahkan setiap masa panen tiba mereka melakukan upacara

Kondangan sebagai rasa syukur kerena air telaga tersebut sangat membantu dalam

pengairan sawah dan ladang mereka.

Petani di sekitar telaga juga melakukan ritual membawa sesajen ke

komplek telaga sebelum mereka memulai musim baru karena dengan membawa

sesajen ke telaga kemudian memanjatkan do’a di telaga para petani percaya akan

mendapatkan hasil panen yang maksimal.

b. Swasta

Tanggapan dan penghayatan masyrakat Desa Berjo yang bermata

pencaharian sebagai pegawai swasta ataupun karyawan, mereka percaya dan

yakin akan keberadaan Telaga Madirda, anggapan bahwa air Telaga Madirda

memberikan berkah dan mendatangkan keberuntungan. Banyak dari masyarakat

Desa Berjo yang merantau diluar daerah Ngargoyoso atau bahkan keluar pulau,

mereka sebelum berangkat merantau mengambil sedikit air dari telaga untuk

dibawa ke tempat mereka bekerja dengan tujuan agar selalu memperoleh rejeki

yang cukup sehingga mampu untuk menghadapi tantangan hidup, bahkan ada pula

yang selalu memohon doa agar diberi keselamatan ketika mereka bekerja.

Page 117: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

Dua anak dari tetangga Juru Kunci yang bekerja di Jakarta juga dibekali

air dari Telaga Madirda dan menurut penuturannya disana mereka hidup aman,

nyaman dengan pekerjaan yang dapat mencukupi kebutuhan hidupnya. Air Telaga

Madirda diyakini memberikan berkah serta keselamatan. Namun itu semua bukan

kekuatan air itu tetapi niat serta kekhusyu’an dalam berdoa.

Page 118: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

BAB V

PENUTUP

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil dari pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian

ini maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Masyrakat Desa Berjo merupakan bagian dari masyarakat Jawa yang

mempunyai karakeristik unik yaitu: sederhana, menjujung tinggi

kesopanan(unggah-ungguh), kekeluargaan (guyub), tertutup dalam hal

keuangan, selalu mengingat janji, menghargai orang lain (ngajeni), dan suka

gotong royong. Meskipun mayoritas mereka beragama Islam (muslim), akan

tetapi sebagai orang Jawa mereka tidak meninggalkan sifat Jawa yang sudah

mendarah daging dan melekat pada diri mereka sejak mereka dalam kandungan

sampai mereka meninggal nanatinya. Tradisi-tradisi tersebut berupa mitoni,

sepasaran, selapanan, khitanan, perkawinan dan seterusnya. Sampai pada saat

upacara kematian dan peringatannya seperti telung dinanan, pitung dinanan,

patang puluh dina, satus dina, mendhak pisan, mendhak pindho dan nyewu

dina. Keberadaan Cerita Rakyat Telaga Madirda di Dukuh Tlogo, Desa Berjo,

Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganayar masih banyak peminatnya,

hal itu terbukti masih banyak orang yang berkunjung ke Telaga Madirda untuk

ngalap berkah. Mereka yang ngalap berkah menganggap Telaga Madirda

mempunyai kekutan mistik ataupun kekuatan gaib.

2. Cerita Rakyat Telaga Madirda merupakan salah satu cerita yang termasuk

cerita prosa rakyat yang berbentuk Legenda. Hal ini dibuktikan dengan adanya

Page 119: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

tempat yang berkaitan dengan adanya cerita tersebut, seperti keberadaan

Telaga Madirda. Selain itu Cerita Rakyat Telaga Madirda, cerita tentang asal

usul Dukuh Tlogo diambil dari kata ‘telaga’ yang menjadi Tlogo oleh

masyarakat setempat. Tokoh-tokoh seperti Sugriwa, Subali dan Anjani

dianggap sebagai tokoh yang linuwih yang disegani oleh masyarakat Desa

Berjo. Mereka dipercaya memiliki kekuatan magis yang disakralkan oleh

masyarakat pendukungnya karena meninggalakan sebuah telaga sampai

sekarang yang sampai sekarang masih dipercaya dapat mengabulkan

permintaan dan permohonan.

3. Cerita Rakyat Telaga Madirda mempunyai unsur-unsaur mitos didalamnya

menganai 1) tata cara pengambilan air, 2) cara membawa air, 3) proses

permohonan setalah dikabulkan, 4) peraturan ketika memasak sesajen atau

kenduri, 5) tidak boleh mencicipi sesajen atau kenduri, 6) bunga kanthil yang

hanya dimiliki juru kunci. Dan juga mempunyai fungsi yaitu : a) sebagai sarana

sistem proyeksi, yaitu alat pencerminan angan-angan kelompok masyarakat

tertentu (suatu kolektif), b) sebagai alat pendidikan, c) sebagai pengawas

norma-norma masyarakat yang harus dipatuhi oleh kolektifnya, d) sebagai

sarana hiburan. Dampak sosial ekonomi yang timbul pada masyarakat sekitar

dengan adanya Telaga Madirda maupun acara ritual Nyadran dan Bersih

Dusun yang ada di dalamnya yang paling menonjol sebagai sarana menambah

pendapatan dan menjadikannya tempat untuk menacari tambahan nafkah bagi

masyarakat Dukuh Tlogo, Desa Berjo.

4. Tanggapan dan penghayatan masyarakat dapat ditarik kesimpulan bahwa

masyarakat Dusun Tlogo, Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten

Page 120: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

Karanganyar masih banyak yang mengakui keberadaan Cerita Rakyat Telaga

Madirda lengkap dengan peninggalannya berupa telaga. Masyarakat yang

memegang teguh tradisi leluhurnya menganggap bahwa Cerita Rakyat Telaga

Madirda merupakan warisan budaya dari leluhur harus tetap dijaga dan

dilestarikan secara turun temurun sampai anak cucunya nanti. Bagi golongan

muda mereka percaya bahwa cerita tersebut pernah ada, tetapi kekuatan yang

ditimbulkan tetap berasal dari Tuhan Yang Maha Esa. Golongan muda kurang

begitu mempercayai dan menganggap tempat keramat bukan merupkan tempat

yang angker. Namun mereka masih percaya bahwa cerita tersebut benar-benar

ada karena terdapatnya bukti yaitu telaga yang masih ada hingga sekarang.

Sedangkan golongan tua sangat mempercayai dan menganggap tempat keramat

merupakan tempat yang angker, oleh karena itu golongan tua percaya untuk

menghormati ruh-ruh penunggu tempat tersebut supaya tidak murka. Tradisi

mempersembahkan sesaji dengan diadakan/diselenggarakan dengan wujud

Nyadran oleh masyarakat Dukuh Tlogo, Desa Berjo setiap tahun sekali.

B. SARAN

1. Penulis memberikan saran kepada pembaca bahwa masih banyak cerita rakyat

yang ada dalam masyarakat tetapi belum tersentuh dan tergarap. Oleh karena

itu perlu adanya perhatian, kepedulian dan penelitian terhadap cerita rakyat

tersebut sehingga akan diketahui keberadaannya dan dilestarikan supaya

warisan yang mempunyai nilai tinggi dan sangat berguna bagi generasi

sekarang maupun mendatang. Cerita rakyat ini merupakan sebuah aset

Kebudayaan Nasional yang harus dibanggakan.

Page 121: CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id/Cerita...CERITA RAKYAT TELAGA MADIRDA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

2. Penanaman dalam diri mengenai arti pentingnya budaya dalam masyarakat

terhadap unsur-unsur tradisi. Atau masyarakat semakin mengejar kemajuan

dunia teknologi dengan tidak menggunakan kontrol diri yang baik,

sesungguhnya dapat diatasi dengan kemauan untuk meninggalkan kesalahan

tersebut dengan mengimbangi antara kemajuan teknologi dengan nilai-nilai

tradisi yang ada.

3. Masyarakat Desa Berjo harus mempunyai semboyan atau janji untuk berusaha

menjaga keselamatan alam lingkungan Cerita Rakyat Telaga Madirda yang

ternyata merupakan salah satu wujud kearifan lokal yang berguna sekali dalam

upaya memelihara alam, memelihara bumi dan menjaga lingkungan.

4. Untuk masyarakat Kabupaten Karanganyar agar lebih mengenal kebudayaan

sendiri, masyarakat juga diharapkan untuk ikut berperan serta menjaga dan

melestarikan peninggalan Cerita Rakyat Telaga Madirda, agar generasi muda

selanjutnya masih bisa menikmati kekayaan intelektual para pendahulu

mereka.