cephalgia

10
CEPHALGIA Definisi Sakit kepala yang secara medis dikenal sebagai cephalgia adalah suatu kondisi terdapatnya rasa sakit di dalam kepala: kadang sakit di belakang leher atau punggung bagian atas, disebut juga sebagai sakit kepala. Jenis penyakit ini termasuk dalam keluhan-keluhan penyakit yang sering diutarakan. Sedangkan, menurut Arif Mansjoer (2000) nyeri kepala atau cephalgia adalah rasa nyeri atau rasa tidak enak di kepala, setempat atau menyeluruh dan dapat menjalar ke wajah, gigi, rahang bawah dan leher. Patofisiologi Menurut Arif Mansjoer (2000) pada nyeri kepala atau cephalgia struktur di wajah yang peka terhadap rasa nyeri adalah kulit, fasia, otot-otot, arteri ekstra serebral dan intraserebral, meningen, dasar fosa anterior, fosa posterior, tentorium serebri, sinus venosus, nervus V, VII, IX, X, radiks posterior C2, C3, bola mata, rongga hidung, rongga sinus, dentin dan pulpa gigi. Sedangkan otak tidak sensitif terhadap nyeri. Pada struktur yang disebutkan sebelumnya terdapat ujung saraf nyeri yang mudah dirangsang atau etiologinya oleh : 1. Traksi atau pergeseran sinus venosus dan cabang-cabang kortikal.

Upload: abdul

Post on 10-Dec-2015

221 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

jhfjh

TRANSCRIPT

Page 1: Cephalgia

CEPHALGIA

Definisi

         Sakit kepala yang secara medis dikenal sebagai cephalgia adalah suatu kondisi

terdapatnya rasa sakit di dalam kepala: kadang sakit di belakang leher atau punggung bagian

atas, disebut juga sebagai sakit kepala. Jenis penyakit ini termasuk dalam keluhan-keluhan

penyakit yang sering diutarakan. Sedangkan, menurut Arif Mansjoer (2000) nyeri kepala atau

cephalgia adalah rasa nyeri atau rasa tidak enak di kepala, setempat atau menyeluruh dan

dapat menjalar ke wajah, gigi, rahang bawah dan leher.

Patofisiologi

         Menurut Arif Mansjoer (2000) pada nyeri kepala atau cephalgia struktur di wajah yang

peka terhadap rasa nyeri adalah kulit, fasia, otot-otot, arteri ekstra serebral dan intraserebral,

meningen, dasar fosa anterior, fosa posterior, tentorium serebri, sinus venosus, nervus V, VII,

IX, X, radiks posterior C2, C3, bola mata, rongga hidung, rongga sinus, dentin dan pulpa

gigi. Sedangkan otak tidak sensitif terhadap nyeri.

         Pada struktur yang disebutkan sebelumnya terdapat ujung saraf nyeri yang mudah

dirangsang atau etiologinya oleh :

1.      Traksi atau pergeseran sinus venosus dan cabang-cabang kortikal.

2.      Traksi, dilatasi atau inflamasi pada arteri intrakranial dan ekstrakranial.

3.      Traksi, pergeseran atau penyakit yang mengenai saraf kranial dan servikal.

4.      Perubahan tekanan intrakranial.

5.      Penyakit jaringan kulit kepala, wajah, mata, hidung, telinga dan leher.

Etiologi

         Sakit kepala yang sering terjadi mungkin disebabkan karena konsumsi kafein, demikian

hasil sebuah penelitian dari Israel. Penelitian yang dimuat dalam jurnal Cephalgia tahun 2003

ini melibatkan 36 anak dan remaja berusia antara 6 dan 18 tahun yang sering mengeluhkan

sakit kepala. Dari ke-36 subyek penelitian, 33 di antaranya tidak lagi mengeluhkan sakit

kepala 24 minggu kemudian. 24 minggu adalah jangka waktu setelah mereka menghentikan

kebiasaan minum minuman kola. Kenapa kola dan bukan kopi dikarenakan tidak ada satupun

di antara peserta penelitian yang minum kopi, tapi mereka umumnya mengkonsumsi paling

Page 2: Cephalgia

sedikit 1,5 liter minuman kola per hari (atau rata-rata 11 liter per minggu) dan itu setara

dengan 34 gelas besar kopi seminggu (Info sehat.com, 2007).

Klasifikasi

         Menurut Arif Mansjoer (2000) nyeri kepala atau cephalgia dapat primer atau sekunder:

1. Primer berupa migren, nyeri kepala klaster, nyeri kepala tegang otot.

2. Sekunder berupa nyeri kepala pascatrauma, nyeri kepala organik sebagai bagian penyakit

lesi desak ruang (tumor otak, abses, hematoma subdural, dll), perdarahan subaraknoid,

neuralgia trigeminus/pascaherpetik, penyakit sistemik (anemia, polisitemia, hipertensi atau

hipotensi, dll), sesudah pungsi lumbal, infeksi untrakranial/sistemik, penyakit hidung dan

sinus paranasal, akibat bahan toksik dan penyakit mata.

Tabel 3.1. Jenis-jenis Nyeri Kepala

Nyeri

KepalaSifat Nyeri Lokasi

Lama

NyeriFrekuensi Gejala Ikutan

Migren

umum

Berdenyut Unilateral

atau

Bilateral

6-48 jam Sporadik

Beberapa kali

sebulan

Mual, muntah,

malaise, fotobia

Migren

klasik

Berdenyut Unilateral 3-12 jam Sporadik

Beberapa kali

sebulan

Prodroma visual,

mual, muntah,

malaise, fotobia

Klaster Menjemu-

kan, tajam

Unilateral,

orbita

15-20

menit

Serangan

berkelompok

dengan remisi

lama

Lakrimasi

ipsilateral, wajah

merah, hidung

tersumbat, horner

Tipe

tegang

Tumpul,

ditekan

Difus, 

Bilateral

Terus

menerus

Konstan Depresi, ansietas

Neuralgia

trigeminus

Ditusuk-

tusuk

Dermatom

saraf V

Singkat,

15-60

detik

Beberapa kali

sehari

Zona pemicu nyeri

Atipikal Tumpul Unilateral

atau

Bilateral

Terus

menerus

Konstan Depresi, kadang-

kadang psikosis

Page 3: Cephalgia

Sinus Tumpul/

tajam

Di atas

sinus

Bervariasi Sporadik atau

konstan

Rinore

Lesi desak

ruang

bervariasi Unilateral

(awal),

Bilateral

(lanjut)

Bervariasi,

progresif

Bervariasi,

semakin sering

Papiledema, defisit

neurologik fokal,

gangguan mental

atau perilaku,

kejang, dll

Manifestasi Klinis

         Menurut Arif Mansjoer, dkk (2000) manifestasi klinis adanya nyeri kepala atau

cephalgia memerlukan anamnesis khusus yaitu:

1.      Awitan dan lama serangan

2.      Bentuk serangan; paroksismal periodik atau terus menerus

3.      Lokalisasi nyeri

4.      Sifat nyeri; berdenyut-denyut, rasa berat, menusuk-nusuk, dll

5.      Prodromal

6.      Gejala penyerta

7.      Faktor presipitasi

8.      Faktor yang mengurangi atau memberatkan nyeri kepala

9.      Pola tidur

10.  Faktor emosional/stres

11.  Riwayat keluarga

12.  Riwayat trauma kepala

13.Riwayat penyakit medik; peradangan selaput otak, hipertensi, demam tifoid, sinusitis,

glaukoma, dsb.

14.  Riwayat operasi

15.  Riwayat alergi

16.  Pola haid bagi wanita

17.  Riwayat pemakaian obat; analgetik, narkotik, penenang, vasodilator, dll

Page 4: Cephalgia

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan yang disarankan menurut Basuki Pramana (2007) adalah:

1.      Foto Rontgen terhadap tengkorak

2.      Pemeriksaan kadar Lemak darah ( kolesterol, Trigliuseride HDL dan LDL)

3.      Kadar Hemoglobin darah ( Hb ) dll pemeriksaan

         Lebih lanjut menurut Arif Mansjoer, dkk, (2000) pemeriksaan khusus pada cephalgia

meliputi palpasi pada tengkorak untuk mencari kelainan bentuk, nyeri tekan dan benjolan.

Palpasi pada otot untuk mengetahui tonusdan nyeri tekan daerah tengkuk. Perabaan arteri

temporalis superfisialis dan arteri karotis komunis. Pemeriksaan leher, mata, hidung,

tenggorok, telingan, mulut dan gigi geligi perlu dilakukan. Pemeriksaan neurologis lengkap,

ditekankan pada fungsi saraf otak termasuk funduskopi, fungsi motorik, sensorik serta

koordinasi.

         Beberapa nyeri kepala menunjukkan tanda bahaya dan memerlukan evaluasi penunjang

adalah:

1. Nyeri kepala hebat pertama kali yang timbul mendadak

2. Nyeri kepala yang paling berat yang pernah dialami

3. Nyeri kepala yang berat progresif selama beberapa hari atau minggu

4. Nyeri kepala yang timbul bila latihan fisik, batuk, bersin, membungkuk atau nafsu seksual

meningkat

5. Nyeri kepala yang disertai penyakit umum atau demam, mualo, muntah atau kaku kuduk

6. Nyeri kepala yang disertai gejala neurologis seperti afasia, koordinasi buruk, kelemahan

fokal atau rasa baal, mengantuk, fungsi intelek menurun, perubahan kepribadian dan

penurunan visus.

Pemeriksaan penunjang tersebut anatara lain:

1. CT-Scan atau resonansi magnetik (MRI) otak hanya dilakukan pada nyeri kepala yang

menunjukkan kemungkinan penyakit intrakranial, seperti tumor, perdarahan subaraknoid,

AVM, dll.

2. Elektroensefalogram dilakukan bila ada riwayat kejang, kesadaran menurun, trauma kepala

atau presinkop.

3. Foto sinus paranasal untuk melihat adanya sinusitis dan foto servikal untuk menetukan

adanya spondiloartrosis dan fraktur servikal.

Page 5: Cephalgia

Penatalaksanaan

Secara Farmakologis

1. Penggunaan obat analgesik

Metode pengobatan yang paling umum kronis adalah penggunaan obat. Banyak orang

mencoba untuk mencari bantuan dari obat-obatan analgesik nyeri seperti aspirin,

asetaminofen, senyawa aspirin, ibuprofen, dan narkotika. Namun demikian ada beberapa

jenis obat seperti Ergotamin (Cafergot), triptans (Imitrex), dan prednisone (Deltasone) bila

digunakan dalam jangka panjang dapat mengakibatkan peningkatan sakit kepala. Obat

penghilang rasa sakit tersebut hanya membantu sementara, tetapi sakit kepala menjadi lebih

re-aktif dan tumbuh dalam intensitas bila digunakan terus-menerus (sakit kepala rebound). Ini

benar-benar dapat membuat tubuh kurang responsif terhadap pengobatan pencegahan. Oleh

karena itu, obat analgesik sering disarankan untuk sakit kepala yang tidak kronis di alami.

2. Profilaksis (pencegahan) obat

Obat-obatan yang umum yang paling sering digunakan untuk mengobati chepalgia

kronis disebut obat-obatan profilaksis, yang digunakan untuk mencegah sakit kepala. Obat-

obatan profilaksis direkomendasikan untuk pasien sakit kepala kronis karena percobaan

bervariasi membuktikan bahwa obat mengurangi frekuensi, keparahan, dan kecacatan yang

berhubungan dengan sakit kepala kronis. Mayoritas obat profilaksis bekerja dengan

menghambat atau meningkat neurotransmissions di otak, sering mencegah otak dari

menafsirkan sinyal rasa sakit.

Pencegahan obat-obatan termasuk gabapentin (gabapentin), Tizanidine (Zanaflex),

fluoxetine (Prozac), amitriptyline (Elavil), dan topiramate (Topamax). Dalam pengujian,

gabapentin ditemukan untuk mengurangi jumlah hari sakit kepala per bulan sebesar 9,1% .

Tizanidine ditemukan untuk mengurangi frekuensi sakit kepala rata-rata per minggu,

intensitas sakit kepala, dan durasi sakit kepala berarti. Melalui penelitian, Fluoxetine

menghasilkan peringkat suasana hati lebih baik dan “peningkatan yang signifikan dalam-

bebas hari sakit kepala.” Satu studi menemukan bahwa frekuensi sakit kepala selama jangka

waktu 28 hari menurunkan untuk pasien sakit kepala kronis pada penggunaan topiramate.

Obat lain untuk mencegah sakit kepala adalah toksin botulinum tipe A (BoNTA atau

BOTOX), yang diberikan melalui suntikan.

Page 6: Cephalgia

Secara Non farmakologis

1. Terapi Fisik

Dalam terapi fisik, pasien bekerja sama dengan ahli terapi untuk membantu

mengidentifikasi dan mengubah kebiasaan fisik atau kondisi yang mempengaruhi sakit kepala

kronis. Terapi fisik untuk sakit kepala harian kronis berfokus pada tubuh bagian atas,

termasuk punggung atas, leher, dan wajah. Therapist menilai dan meningkatkan tubuh postur

pasien, yang dapat memperburuk sakit kepala. Selama sesi latihan, terapis menggunakan

terapi manual, seperti pijat, peregangan, atau gerakan bersama untuk melepaskan ketegangan

otot. Metode lain untuk mengendurkan otot termasuk penggunaan rangsangan panas, kantong

es, dan “rangsangan listrik.” Terapis juga mengajarkan penderita sakit kepala kronis-latihan

di rumah untuk memperkuat dan peregangan otot-otot yang dapat memicu sakit kepala.

Dalam terapi fisik, pasien harus mengambil peran aktif untuk berlatih latihan dan melakukan

perubahan atau dia gaya hidupnya untuk itu menjadi perbaikan.

2. Akupunktur

Studi akupunktur di Jerman menemukan bahwa 52,6% pasien melaporkan penurunan

frekuensi sakit kepala.

3. Relaksasi

Relaksasi membantu untuk mengurangi ketegangan internal, yang memungkinkan

seseorang untuk mengendalikan sakit kepala yang dipicu oleh stres. Latihan relaksasi

mencakup 2 metode yaitu :

a. Metode Fisik

b. Relaksasi otot progresif dan teknik pernapasan dalam.

c. Metode Mental

d. Meditasi, relaksasi membantu tubuh untuk melepas lelah, mencegah pembentukan

sakit kepala.