cecephilmanstaisukabumi.files.wordpress.com file · web viewaftar pustaka. iii. bab i. pendahuluan....

39
PENGERTIAN FILSAFAT, METODE FILSAFAT DAN SIFAT BERFIKIRNYA FILSAFAT” Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah FILSAFAT UMUM Dosen Pengampu : Cecep Hilman, M.Ag Semester III (tiga) PAI-D/E Karyawan Kelompok 1 Siti Fatimah Sofiatul Ummag Neng Deti Wulandari SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SUKABUMI PROGRAM SARJANA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 1

Upload: doankien

Post on 26-Feb-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENGERTIAN FILSAFAT, METODE FILSAFAT DAN SIFAT

BERFIKIRNYA FILSAFAT”

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah FILSAFAT UMUM

Dosen Pengampu : Cecep Hilman, M.Ag

Semester III (tiga)

PAI-D/E Karyawan

Kelompok 1

Siti Fatimah

Sofiatul Ummag

Neng Deti Wulandari

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SUKABUMI

PROGRAM SARJANA PENDIDIKAN AGAMA ISLAMJl. Lio Balandongan Sirnagalih (Beugeg) No. 74 Kel. Cikondang Kec.

Citamiang

Kota Sukabumi

2018

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah yang Maha Esa, karena atas

rahmat dan hidayah-Nya, Penulis dapat menyelesaikan makalah sebagai tugas mata

kuliah Filsafat. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi

Muhammad ,keluarganya ملسو هيلع هللا ىلص sahabat-sahabatnya dan kepada umatnya hingga

akhir zaman.

Makalah ini disusun agar pembaca mendapat wawasan yang luas tentang

“Metode Filsafat dan Sifat Dasar Berfikir Filsafat”. Makalah ini disusun oleh penulis

dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari penulis maupun dari luar.

Makalah ini memuat tentang “Pengertian Filsafat, Metode Filsafat dan Sifat

Berfikirnya Filsafat”

Walaupun makalah ini kurang sempurna penulis menyadari sepenuhnya

masih banyak kekurangan, baik itu dari segi sistematika penulisan, dan dari segi yang

lainnya. Dengan hati yang lapang dan sikap yang terbuka penulis mengharapkan

kritik dan saran yang membangun dalam rangka saling mengingatkan antar sesama

manusia guna menuju kearah kehidupan yang lebih baik.

Sukabumi, 02 Oktober 2018

Penulis

2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah............................................................................1

B. Rumusan Masalah......................................................................................2

C. Tujuan Penelitian.......................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat.....................................................................................4

B. Metode Filsafat..........................................................................................5

C. Macam-Macam Filsafat.............................................................................6

1. Metode Umum.......................................................................................7

2. Metode Khusus......................................................................................8

D. Sifat Dasar Berfikir Filsafat

1. Cara-cara Berfikir Filosof......................................................................7

2. Ciri-ciri Pemikiran Filsafat..................................................................19

E. Fungsi dan Kegunaan Filsafat

a. Fungsi Filsafat......................................................................................20

b. Kegunaan Filsafat Ilmu........................................................................21

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..............................................................................................23

B. Saran.........................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................iii

3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Filsafat bermula dari kata Philos dan Sophia yang berarti mengandung

makna akan kebenaran. Cirinya adalah adanya upaya yang tak kenal

menyerah untuk mengejar sesuatu itu.

Filsafat sering disebut sebagai induk dari sembarang ilmu. Adapun

dalam terminology sederhana, filsafat adalah berfikir. Tapi tidak sembarang

berfikir. Melainkan diikat oleh tiga ciri, yaitu sistematis, radikal, dan

universal. Supaya sistematis perlu adanya disiplin dalam pendekatan, metode,

cara dan alat tertentu.

Pendekatan adalah perspektif, yang menggambarkan posisi kita dalam

kaitannya dengan suatu obyek. Contohnya sama-sama pergi ke Surabaya,

seseorang yang berada di Banjarmasin dengan seseorang yang ada di Blitar,

jelas memiliki pendekatan yang berbeda. Perbedaan pendekatan ini akan

membedakan pula di dalam memilih metode atau jalan akan ditempuh.

Selanjutnya, perbedaan metode akan membuat beda dalam memilih cara.

Perbedaan pendekatan ini akan membedakan pula di dalam memilih metode

atau jalan yang akan ditempuh.

Selanjutnya, perbedaan metode akan membuat beda dalam memilih

cara. Perbedaan cara akan membuat beda pula dalam memilih alatnya.

Ia, yang dari Banjarmasin mau ke Surabaya mungkin akan memilih

salah satu dari dua jalan yaitu laut atau udara. Kalu memilih jalan laut,

mungkin dengan cara berenang, atau menumpangi kapal. Kalau ia

menjatuhkan pilihan dengan cara menumpangi kapal, maka ia harus punya

alatnya antara lain uang untuk membeli tiket. Sementara ia yang dari Blitar

4

akan menempuh jalan yang berbeda. Bukan jalan laut tetapi jalan darat

dengan segala pilihan cara dan alat yang berbeda pula.

Dengan demikian, metode yang digunakan untuk menempuh

perjalanan ke Surabaya berbeda-beda, dan ada banyak cara tegantung

darimana ia pergi. Maka dari itu, mari kita mempelajari metode filsafat dalam

menentukan sesuatu pemikiran, seperti halnya kita mau menuju kemana dan

darimana asal kita, maka akan menemukan banyak cara dan alat untuk sampai

tujuan tersebut.

Oleh sebab itu, melalui makalah ini diharapkan dapat membantu,

membimbing dan memperluas pengetahuan pembaca dalam memahami

filsafat.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, penulis menemukan permasalahan yang di

hadapi saat ini berupa:

1. Apakah yang dimaksud dengan filsafat ?

2. Apa metode filsafat ?

3. Apa macam-macam metode filsafat ?

4. Apa saja fungsi dan kegunaan filsafat ilmu ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa itu filsafat

2. Untuk mengetahui apa itu metode filsafat

3. Untuk mengetahui macam-macam metode filsafat

5

4. Untuk mengetahui fungsi dan kegunaan filsafat ilmu

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat

Filsafat merupakan perkembangan pemikiran kefilsafatan, antara satu

ahli filsafat dan ahli filsafat lainya yang selalu berbeda dan hampir sama

banyaknya dengan ahli filsafat itu sendiri. Pengertian filsafat dapat ditinjau

dari dua segi, yakni secara etimologi dan terminology.

Filsafat secara etimologi kata filsafat yang dalam bahasa arab adalah

falsafah dan juga dalam bahasa inggris dikenal dengan philosophy,

merupakan sebuah kata yang berasal dari Istilah bahasa yunani kuno yakni

philosophia. Kata philoshopia terdiri atas kata philein yang berarti cinta

(love) dan shophia yang berarti kebijaksanaan (wisdom), sehingga secara

etimologi filsafah berarti cinta kebijaksanaan (love of wisdom) dalam arti

yang sedalam-dalamnya.

Filsafat secara terminologis merupakan arti yang dikandung oleh

istilah atau statement ‘filsafah’. Lantaran batasan filsafat itu banyak, maka

sebagai gambaran dikenalkan beberapa batasan,seperti :

1) Plato : filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan

kebenaran yang asli.

2) Aristoteles : filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaraan

yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika,

ekonomi, politik, dan estetika (filsafat keindahan).

3) Al farabi: filsafah adalah ilmu (pengetahuan) tentang alam maujud

bagaimana hakikat yang sebenarnya.

6

4) Immanuel kant : filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang menjadi pokok

pangkal dari segi pengetahuan, yang didalamnya tercakup masalah

epistemology (filsafat pengetahuan) yang menjawab persoalan apa yang

dapat kita ketahui.

Adapun, sejumlah faktor yang menyebabkan filsafat muncul dan

mewarnai hampir seluruh kehidupan manusia, antara lain :

1) Ketakjuban

Banyak filsafat mengatakan bahwa awal yang menjadi kelahiran

filsafat ialah thaumasia (kekaguman, keheranan, atau ketakjuban)

2) Ketidakpuasan

Sebelum, filsafat lahir berbagai mitos dan mite memainkan peranan yang

amat penting dalam kehidupan manusia. Berbagai mitos dan mite berupaya

menjelaskan asal mula dan pristiwa-pristiwa yang terjadi di alam semesta

serta sifat-sifat peristiwa itu. Akan tetapi,penjelasan dan keterangan yang

diberikan oleh mitos-mitos dan mite-mite itu makin lama makin tidak

memuaskan manusia. Ketidakpuasan itu membuat manusia terus-menerus

mencari penjelasan dan keterangan yang lebih pasti dan meyakinkan.

B. Metode Filsafat

Kata ‘metode’ diambil dari bahasa Belanda atau Inggris, dan bangsa

Eropa mengambilnya dari bahasa Yunani methodos. Jadi, kata ini adalah

sambungan ‘kata depan’ yaitu meta- berarti “menuju, melalui, mengikuti,

sesudah”, dan kata benda hodos, artinya “jalan”, perjalanan, cara dan arah.”

Kata methodos lebih banyak dipahami sebagai penelitian, kerangka kerja

ilmiah, hipotesa ilmiah, dan uraian keilmuan.” Secara luas, metode adalah

cara bertindak menurut sistem aturan tertentu.

7

Metode ilmiah ialah sistem aturan yang menentukan jalan untuk

mencapai pengertian baru pada bidang ilmu pengetahuan tertentu. Metode

menjamin sifat hakiki ilmu pengetahuan menjadi pengetahuan sistematis-

metodis. Metode ini bukan hanya merumuskan fragmenfragmen secara

terpisah, seperti dasar pemikiran, rumusan pertanyaan, observasi, hipotesa,

perbandingan, asas, teori dan aksioma. Metode ini meliputi seluruh

perjalanan dan perkembangan pengetahuan, seluruh urut-urutan dari

permulaan sampai kepada kesimpulan ilmiah, baik untuk bagian khusus

maupun untuk seluruh bidang atau obyek penelitian. Metode ilmu mengatur

kedudukan dan fungsi segala bagian tersebut, sehingga menjadi satu kesatuan

aturan yang saling terkait dan menunjang. Uraian dan perbincangan mengenai

metode-metode keilmuan ini menimbulkan ‘metodologi’ (ilmu yang

membahas tentang metode keilmuan). Pada dasarnya, metodologi hendak

menganalisa dan menyusun asas-asas dan jalan-jalan yang mengatur

penelitian ilmiah pada umumnya, serta pelaksanaannya pada ilmu-ilmu

khusus.

Ada tiga bagian penting yang tercakup dalam metodologi:

1. Metodologi empiris

2. Logika dan

3. Epistemologi.

Yang terakhir ini merupakan bagian terpenting dari filsafat ilmu.

Sampai abad ke-16, di Barat tidak ada garis pemisah yang tegas yang

memisahkan filsafat dan ilmu pengetahuan. Aristoteles, seorang filosof

Yunani terkenal, banyak melakukan penelitian empiris, dan ia sering

mempergunakan metode induktif dalam karya-karya logikanya. Pada zaman

Roger Bacon (1210-1292), metode-metode yang masih berbaur itu sudah

jauh lebih maju. Tetapi, sejak ilmu-ilmu empirik makin mencuat ke

permukaan, maka mulai dibedakan mana metode-metode untuk ilmu-ilmu

8

empirik ini, dan mana yang dipergunakan oleh kajian nonempirik, terutama

filsafat.

C. Macam-macam Metode Filsafat

Ada dua mecam dalam metode filsafat yang paling dasar, yakni

Metode Umum dan Metode Khusus.

1. Metode Umum

Ada dua pasang metode berfikir : Deduksi-Induksi dan Analisis-Sintesis.

a. Metode Induksi

      Ialah suatu cara atau jalan yang dipakai untuk mendapatkan ilmu

pengetahuan dengan bertitik tolak dari pengamatan atas hal-hal atau

masalah yang bersifat khusus, kemudian menarik kesimpulan yang

bersifat umum.

      Penarikan kesimpulan secara umum itu adalah sebagai berikut:

“Perunggu itu bila dipanaskan akan memuai, perak bila dipanaskan

juga akan memuai, begitu pula emas dan jenis logam lainya, dengan

demikian semua logam bila dipanaskan akan memuai pula.”

b. Metode Deduksi

      Ialah suatu cara atau jalan yang dipakai untuk mendapatkan

pengetahuan ilmiah dengan bertitik tolak dari pengamatan atas hal-hal

masalah yang bersifat umum, kemudian menarik kesimpulan yang

bersifat kusus.

      Penarikan kesimpulan secara khusus itu adalah sebagai berikut:

“Setiap manusia yang ada di dunia pasti suatu ketika akan mati,

contohnya Si Ahmad adalah manusia, atas dasar ketentuan yang

bersifat umum tadi karena Ahmad adalah manusia maka suatu ketika

ia akan mati.”

9

c. Metode Analisis

      Adalah jalan yang dipakai untuk mendapatkan ilmu pengetahuan

ilmiah dengan mengadakan pemerincian terhadap obyek yang diteliti.

Metode analisis ini dapat diterapkan terhadap pengertian-pengertian

yang bersifat apriori dan aposteriori. Makna apriori adalah sifat

bahanya diperoleh tidak melalui atau tidak berupa pengalaman

indrawi. Berarti, adanya hanya pikiran manusia. Misalnya dalam

bentuk kontruksi-kontruksi pikiran atau bahkan dalam bentuk citra

pikiran manusia. Makna aposteriori menunjukan pengertian-pengertian

mengenai hal-hal yang ada dan sudah pernah dalam pengalaman

manusia kususnya indrawi. Maksudnya merupakan pengertian-

pengertian hal-hal yang dapet diserap oleh panca indra.

      Di dalam filsafat, analisis berarti pemerincian istilah-istilah atau

pendapat-pendapat kedalam bagian-bagianya sedemikian rupa

sehingga kita dapat melakukan pemeriksaan atas arti yang

dikandungnya. Maksutnya ialah untuk memperoleh kejelasan arti yang

sebenar-benarnya. Jika berusaha memahami sesuatu maka kita perlu

kejelasan tentang arti yang ingin dipahami.

d. Metode Sintesis           

      Adalah jalan yang dipakai untuk mendapakan ilmu pengetahuan

ilmiah dengan cara mengumpulkan atau menggabungkan. Metode ini

pula bararti cara penanganan terhadap obyek ilmiah tertentu dengan

cara menggabungkan pengertian yang satu dengan pengertian yang

lain, yang pada akhirnya dapat diperoleh pengetahuan yang sifatnya

baru.

      Contoh apabila kita menggambarkan Ahmad pergi haji ke Mekah

berarti, bahwa pada dasarnya baik pengertian yang berupa subyek

maupun yang berupa predikat semua itu merupakan dapat ditangkap

10

oleh indrawi dan dalam hal ini sesudah kita mengalaminya, misalnya

kita melihat sendiri bahwa Si Ahmad pergi haji ke makkah.

      Maksud pokok metode sintesis adalah mengumpulkan semua

pengetahuan yang dapat diperoleh untuk menyusun pandangan dunia.

Sintesis merupakan usaha untuk mencari kesatuan dalam

keberagaman.

2. Metode Khusus

Metode khusus ialah metode khas tiap-tiap ilmu atau kelompok ilmu.

Pada dasarnya setiap ilmu atau kelompok ilmu memiliki metode khasnya

masing-masing. Metode ini berkenaan dengan “operasi” atau kegiatan

“riset” dalam ilmu bersangkutan.

Ada banyak metode khusus diantaranya adalah :

a. Metode Kritis-dialektis. Socrates (470-399 SM), Plato (427-347

SM)

Socrates (470-399 SM) menganalisis objek-objek filsafatnya

secara kritis dan dialektis. Berusaha menemukan jawaban yang

mendasarkan tentang objek analisanya dengan pemeriksaan yang amat

teliti dan terus-menerus. Ia menempatkan dirinya sebagai intelektual

mid wife, yaitu orang yang memberi dorongan agar seseorang bisa

melahirkan pengetahuannya yang tertimbun oleh pengetahuan

semunya. Asumsi dasarnya adalah bahwa setiap orang tahu akan

hakekat. Jadi Socrates menolong orang untuk melahirkan pengetahuan

hakekat tersebut dengan jalan mengajak dialog yang dilakukan secara

cermat. Dialog ini dilakukan dengan menarik, penuh humor, segar dan

sederhana. Socrates mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tajam dan

terarah. Lawan dialog  digiring kearah persoalan, makin lama makin

mendalam kearah intinya.

11

Socrates  dalam hal ini bertindak sebagai bidan penolong sebuah

proses kelahiran. Ia sebagai lawan dialog yang kritis dan

menyenangkan, mengantar orang untuk menemukan kebenaran-

kebenaran yang ada. Kemudian secara sitematis menyusun dalam suatu

batasan pengertian yang mengandung nilai filosofis.

Plato (427-347 SM) meneruskan usaha gurunya,

mengembangkan lebih lanjut metode Socrates. Dalam dialog Plato,

orang dituntun untuk memahami hakekat objek dengan jalan

mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara kritis dan mencari rumusan

jawaban yang benar.

Metode Socrates dan Plato ini disebut metode kritis, sebab

proses yang terjadi dalam implikasinya adalah menjernihkan

keyakinan-keyakinan orang. Meneliti apakan memiliki kosistensi intern

atau tidak. Prinsip utama dalam metode kritis adalah perkembangan

pemikiran dengan cara mempertemukan ide-ide, interplay antar ide.

Sasarannya adalah yang umum atau batiniah. Akhir dari dialog kritis

tersebut adalah perumusan definisi yang sudah merupakan suatu

generalisasi.

b. Metode Intuitif.  plotinos (205-270) dan hendri bergson (1859-1941)

Intuisi bisa berarti pengenalan terhadap sesuatu secara langsung

atau kemampuan untuk memiliki pengetahuan segera dan langsung

tentang sesuatu tanpa menggunakan rasio. Para filsuf yang menjadi

pelopor ini adalah plotinos (205-270) dan hendri bergson (1859-1941).

Plotinos mencoba menyusun suatu sintesa dari aneka unsure

filsafat yunani. Ia sebenarnya dipengaruhi cukup kuat oleh pandangan

Plato, karena itu ia disebut sebagai neoplatonisme, tetapi ia juga

12

mengintegrasikan dengan filsafat Aristoteles. Semua cabang filsafat ia

perhatikan kecuali politik.

Soal yang ia hadapi adalah masalah religious. Ia termasuk seorang

mistikus dan mempunyai pengalaman langsung dan pribadi akan

rahasia ilahi. Hanya saja ia mengemas itu semua secara metafisis dan

sistematis serta bukan berdasarkan wahyu. Metode filsafatnya intuitif

atau mistis. Sikap kontemplatif ini meresapi seluruh metode berfilsafat

pada Plotinus. Karna itu filsafatnya bukan hanya doktrin tetapi

merupakan suatu cara hidup (way of  life). Hal ini dapat dibandingkan

dengan suatu biala di mana ia dan teman-temannya menghayati suatu

hidup religi yang mendalam.

c. Metode Skolastik. Thomas Aquinas (1225-1247)

Metode Skolastik dikembangkan oleh Thomas Aquinas (1225-

1247). Juga disebut metode sintetis deduktif. Metode berpikir skolastik

menunjukan persamaan dengan metode mengajar dalam bentuknya

yang sistematis dan matang. Ada dua prinsip utama dalam metode

sekolastik yaitu Lectio dan Disputatio.

Lectio adalah perkuliahan kritis, diambil teks-teks dari para

pemikir besar yang berwibawa untuk dikaji. Biasanya diberi

interpretasi dan komentar-komentar kritis. Dalam proses inilah bisa

timbul objektifitas metodis yang sangat mendalam terhadap

sumbangan otentik dari para pemikir besar.

Disputatio adalah suatu diskusi sistematis dan meliputi debat

dialegtis yang sangat terarah. Bahannya adalah soal-soal yang

ditemukan dalam teks atau persoalan-persoalan yang muncul dari teks

tersebut. Bentuk perbincangan sangat terarah dan sistematis. Dosen

13

mengajukan soal-soal yang problematis, kemudian keberatan-

keberatan diajukan oleh seorang mahasiswa, dan seorang mahasiswa

senior memberikan jawaban-jawaban. Kemudian kesimpulan

determinatif kembali deberikan oleh dosen, kesimpulan ini merupakan

jawaban-jawaban yang tepat atas persoalan dan keberatan-keberatan

yang diajukan.

Dan dengan metode ini diharapkan terjadi proses kreatif,

terbentuk sikap kritis serta kemampuan berpikir mandiri. Akhirnya

akan lahir pemikiran-pemikiran filsafat.

d. Metode Geometris. Rene Descartes (1596-1650)

Rene Descartes (1596-1650) adalah pelopor filsafat modern yang

berusaha melepaskan dari pengaruh filsafat klasik. Dalam metodenya

Descartes mengintegrasikan logika, analisa geometris dan aljabar

dengan menghindari kelemahannya. Metode ini membuat kombinasi

dari pemahaman intuitif akan pemecahan soal dan uraian analitis.

Mengembalikan soal itu kehal yang telah diketahui tetapi akan

menghasilkan pengetian baru.

Descartes ingin mencari titik pangkal yang bersifat mutlak dari filsafat

dengan menolak atau meragukan metode-metode dan pengetahuan lain

secara prinsipel ia menghasilkan segala-galanya. Tapi keraguan ini

adalah bersifat kritis.

Descartes banyak berpengaruh pada filsafat dan ilmu pengetahuan

modern. Terutama usaha-usaha pembaharuannya, baik dalam

pemikiran maupun metode ilmiah. Tapi juga banyak kritik ditujukan

pada filsafat dan pembaharuannya.

e. Metode Transendental. Immanuel Kant (1724-1804)

14

Immanuel Kant (1724-1804) dalam filsafat mengembangkan

metode kritis transcendental. Kant berpikir tentang unsur-unsur mana

dalam pemikiran manusia yang berasal dari pengalaman dan unsur-

unsur mana yang terdapat dalam rasio manusia. Ia melawan

dogmatisme.

Kant tidak mau mendasarkan pandangannya kepada pengertian-

pengertian yang telah ada. Harus ada pertanggung jawaban secara

kritis. Kant mempertanyakan bagaimana pengenalan objektif itu

mungkin. Harus diketahui secara jelas syarat-syarat kemungkinan

adanya pengenalan dan batas-batas pengenalan itu.

Metodenya merupakan analisa criteria logis mengenai titik

pangkal. Ada pengertian tertentu yang objektif sebagai titik tolak.

Analisa tersebut dibedakan dalam beberapa macam:

Analisa psikologis. Analisa ini merupakan penelitian

proses atau jalan kegiatan yang factual. Prinsipnya adalah

mencari daya dan potensi yang berperanan. Kemudian

memperhatikan peningkatan taraf kegiatan, inferensi,

asosiasi, proses belajar, dsb.

Analisa logis. Meneliti hubungan antara unsur-unsur isi

pengertian satu sama lain.

Analisa ontologis. Meneliti realitas subjek dan objek

menurut adanya.

Analisa kriteriologis. Meneliti relasi formal antara kegiatan

subjek sejauh ia mengartikan dan menilai hal tertentu.

Dalam metode Kant juga dipergunakan keragu-raguan. Kant

meragukan kemungkinan dan kompetensi metafisik. Metafisik tidak

pernah menemukan metode ilmiah yang pasti untuk memecahkan

problemnya.

15

Filsafat Kant disebut kritisisme. Metodenya bersifat kritik. Dia

mulai dengan terlebih dahulu menyelidiki kemampuan dan batas-batas

rasio. Kant memang seorang pembaharu dengan kritik-kritiknya. Ia

membawa perubahan-perubahan tertentu dalam filsafat. Kant memberi

alternatif metode yang relevan.

Metode ini bertitik tolak dari tepatnya pengertian tertentu

dengan jalan analisis di selidiki syarat-syarat apriori  bagi pengertian

demikian.

f. Metode Dialektika. George Wilhelm Friederich Hegel, (1770-1831)

Metode yang dikembangkan oleh Hegel (George Wilhelm Friederich

Hegel, 1770-1831) disebut metode dialektis. Disebut demikian sebab

jalan untuk memahami kenyataan adalah dengan mengikuti gerakan

fikiran atau konsep. Metode teori dan sistem tidak dapat dipisahkan

karena saling menentukan dan keduanya sama dengan kenyataan pula.

Menurut Hegel, struktur didalam pikiran adalah sama dengan proses

genetis dalam kenyataan. Dengan syarat kita mulai berfikir secara

benar, kita akan memahami kenyataan, sebab dinamika fikiran kita

akan terbawa.

Dialektis terjadi dalam langkah-langkah yang dinamakan tesis-

antitesis-sintesis. Diungkapkan dalam tiga langkah: dua pengertian

yang bertentangan, kemudian dipertemukan dalam suatu kesimpulan.

Implikasinya adalah dengan  cara kita menentukan titik tolaknya lebih

dulu. Kita ambil suatu pengertian atau konsep yang jelas dan paling

pasti. Misalnya konsep tentang keadilan, kebebasan, kebaikan, dsb.

Konsep tersebut dirumuskan secara jelas, kemudian diterangkan secara

mendasar. Dalam proses pemikiran ini konsep yang jelas dan terbatas

16

ini akan cair dan terbuka. Menjadi titik tegas dan hilang

keterbatasannya.

Kemudian pikiran akan dibawa dalam langkah kedua yang berupa

pengingkaran. Konsep atau pemikiran pertama akan membawa konsep

yang menjadi lawannya. Timbullah pengertian ekstrim yang lain.

Terjadilah penyangkalan terhadap pengertian pertama :

1. Kebebasan menimbulkan keharusan

2. Ada menimbulkan tiada

3. Absolute menimbulkan relative

4. Aktif menimbulkan pasif.

Konsep yang muncul dalam langkah kedua inipun akan mengalami

perlakuan yang sama dalam langkah pertama. Dijelaskan, diuraikan,

diterangkan, dan diekstrimkan. Kemudian konsep ini akan terbuka dan

menuju konsep ketiga. Langkah ketiga ini merupakan pemahaman

baru. Berujud pengingkaran terhadap pengingkaran.  Jadi selau

dinamik.

g. Metode Analitika Bahasa. Ludwig Von Wittgenstein (1889-1951)

Menurut Ludwig Von Wittgenstein (1889-1951) filsafat adalah

hanya merupakan metode Critique of Language. Analisa bahasa adalah

metode netral. Tidak mengandaikan epistemology, metafisika, atau

filsafat. Metode Wittgenstein mempunyai maksud positif dan negatif.

Positif maksudnya bahasa sendiri yang dijelaskan. Apakah memang

dapat dikatakan dan bagaimanakah dapat dikatakan.

Segi positif diarahkan pada segi negatif dengan jalan positif

mempunyai efek therapeutis (penyembuhan) terhadap kekeliuran dan

kekacauan. Dengan ditampakkan jalan bahasa dan diperlihatkan

sumber-sumber salah paham, orang akan terbuka untuk melihat hal-hal

menurut adanya.bukan dengan mengajukan teori-teori, tidak dengan

17

menetapkan peraturan bahasa dan juga bukan dengan membuktikan

kesalahan ucapan-ucapan yang dipersoalkan.

Untuk menganalisa makna bahasa, Wittgenstein

mempergunakan teknik-teknik khusus. Wittgenstein membedakan

bahasa dalam unit-unit paling dasar ialah : sesuatu tata bahasa dan

susunan  logis.

Dalam bahasa struktur logis dan struktur tata bahasa sering

menimbulkan kesulitan. Dua ucapan yang mempunyai struktur tata

bahasa sama, bisa berbeda menurut struktur logisnya. Wittgenstein

mencontohkan kata ‘is’ dalam bahasa inggris bisa berarti sama

dengan, bisa berarti ada.

Konsep nyata dan konsep formal berbeda. Orang sering

terdorong untuk memakai konsep formal. Seakan-akan itu konsep

nyata. Hal ini mengacaukan. Konsep formal hanya merupakan suatu

nama, harus diisi dengan konsep nyata.

Teknik kedua adalah usaha menentukan bahasa ideal. Bahasa

itu bersifat tepat dan logis. Titik tolaknya atom-atom logis yang

paling sederhana. Bahasa mempunyai unit-unit dasariah yang bisa

dijelaskan menurut struktur yang tepat.

Wittgenstein tidak memisahkan bahasa natural dan bahasa ideal

secara tegas. Dan ia memakai beberapa teknik logis yang khas untuk

menentukan hubungan intern antara ucapan-ucapan. Ia menyusun

suatu jenjang kemungkinan benar salah.

Menurut Wittgenstein batas bahasa juga merupakan batas

dunia. Kita hanya bisa bicara mengenai hal-hal didalam dunia dan

didalam pikiran. Tidak dapat keluar dari bahasa dan dunia. Hal-hal

yang dapat dibicarakan dalam bahasa adalah apa yang nyata didalam

dunia. Tidak mungkin bicara hal-hal metafisis, logika psikologi,

18

metafisika dianggap tidak punya makna. Benar dan salah tidak bisa

dipertimbangkan.

h. Metode Empiris :Hobbes, Locke, Berkeley, David Hume

Hanya pengalamanlah menyajikan pengertian benar, maka

semua pengertian (ide-ide ) dalam intropeksi di bandingkan dengan

cerapan-cerapan (impresi) dan kemudian di susun bersama secara

geometris.

i. Metode fenomenologis : Husserl, Eksistensialisme

Yakni dengan jalan beberapa pemotongan sistematis

(reduction),

refleksi atau fenomin dalam kesadaran mencapai penglihatan hakikat-

hakikat murni. Fenomelogi adalah suatu aliran yang membicarakan

tentang segala sesuatu yang menampakkan diri, atau yang

membicarakan gejala.  Hakikat segala sesuatu adalah reduksi atau

penyaringan dan menurut Husserl ada tiga macam reduksi yaitu:

a. Reduksi fenomologis, kita harus menyaring pengalaman-

pengalaman kita agar mendapat fenomena semurni-murninya.

b. Reduksi eidetis.

c. Reduksi transendental

j. Metode Non-positivistis

Kenyataan yang di pahami menurut hakikatnya dengan jalan

mempergunakan aturan-aturan seperti berlaku pada ilmu pengetahuan

positif (eksakta).

D. Sifat Dasar Berfikir Filsafat

19

1. Cara-Cara Berfikir Filosof

Berfikir secara filsafat dapat diartikan sebagai berfikir yang sangat

mendalam sampai hakikat, atau berfikir secara global, atau berfikir yang

dilihat dari berbagai sudut pandang pemikiran atau sudut pandang ilmu

pengetahuan. Berfikir yang demikian ini, sebagai upaya untuk dapat

berfikir secara tepat dan benar serta dapat di pertanggungjawabkan. Hal

ini harus memenuhi persyaratan:

a. sitematis

Pemikiran yang sistematis ini dimaksudkan untuk menyusun suatu

pola pengetahuan yang rasional. Sistematis adalah masing-masing

unsur saling berkaitan satu dengan yang lain secara teratur dalam suatu

keseluruhan.

b. Konsepsional

Secara umum istilah konspsional berkaitan dengan ide (gambar) atau

gambaran yang melekat pada akal pikiran yang berada dalam

intelektual. Sehingga maksud dari ‘konsepsional’ sebagai upaya untuk

menyusun suatu bagian yang terkonsepsi (jelas). Karean berfikir

secara filsafat sebenarnya berfikir tentang hal dan proses.

c. Koheren

Koheren atau runtut, unsur-unsurnya tidak boleh mengandung uraian-

uraian yang bertentangan satu sama lain. Koheren atau runtut

didalamnya memuat suatu kebenaran logis.

d. Rasional

Yang dimaksud dengan rasional adalah unsur-unsurnya berhubungan

secara logis. Artinya, pemikiran filsafat harus diuraikan dalam bentuk

20

yang logis, yaitu suatu bentuk kebenaran yang mempunyai kaidah-

kaidah berfikir (logika).

e. Sinoptik

Sinoptik artinya pemikiran filsafat harus melihat hal-hal secara

menyeluruh atau dalam kebersamaan secara integral.

f. Mengarah kepada pandangan dunia lain

Maksudnya adalah pemikiran filsafat sebagai upaya untuk memahami

semua realitas kehidupan dengan jalan menyusun suatu pandangan

(hidup) dunia, termasuk di dalamnya menerangkan tentang dunia dan

semua hal yang berada di dalamnya (dunia)

2. Ciri-Ciri Pemikiran Filsafat

Menurut Clarnce I. Lewis seorang ahli logika mengatakan bahwa

filsafat itu sesungguhnya suatu proses refleksi dari bekerjanya akal.

Sedangkan sisi yang terkandung dalam proses refleksi adalah berbagai

kegiatan atau problem kehidupan manusia. Tidak semua kegiatan atau

berbagai problema kehidupan tersebut dapat dikatakan sampai pada

derajat filsafat, tetapi dalam kegiatan atau problem yang terdapat

beberapa ciri yang dapat mencapai derajat pemikiraan filsafat, antara lain

sebagai berikut :

1. Universal

Pemikiran filsafat mempunyai kencenderungan yang sangat umum , dan

tingkat keummumannya sangat tinggi. Karena pemikiran filsafat tidak

bersangkutan dengan objek-objek khusus, akan tetapi bersangkutan

21

dengan konsep-konsep yang sifatnya umum, misalnya tentang manusia,

keadilan,kebebasan, dan lain-lainya.

2. Tidak faktual

Kata lain tidak faktual adalah spekulatif, yang artinya filsafat membuat

dugaan-dugaan yang masuk akal mengenai sesuatu dengan tidak

berdasarkan pada bukti. Hal ini bukan berarti bahwa pemikiran filsafat

tidak ilmiah, akan tetapi pemikiran filsafat tidak termasuk dalam lingkup

kewenangan ilmu khusus.

3. Bersangkutan dengan nilai

C. J. Ducasse mengatakan bahwa filsafat merupakan usaha untuk mencari

pengetahuan, berupa fakta-fakta, yang disebut penilaian.Yang dibahas

dalam penilaian adalah tentang yang baik dan buruk, yang susila dan

asusila dan akhirnya filsafat sebagai suatu usaha untuk mempertahankan

nilai. Maka selanjutnya, dibentuklah sistem nilai, sehingga lahirlah apa

yang disebut sebagai nilai social, kegamaan, budaya, dan lainya.

4. Berkaitan dengan arti

Sesuatu yang bernilai tentu di dalamnya penuh dengan arti. Agar filosof

dalam mengungkapkan ide-idenya searah dengan arti, para filosof harus

dapat menciptakan kalimat-kalimat yang logis dan bahasa yang tepat

(ilmiah), semua itu berguna untuk menghindari adanya kesalahan atau

sesat dalam penyampaian.

5. Implikatif

Pemikiran filsafat yang baik dan terpilih selalu mengandung impliksi

(akibat logis). Dari implikasi tersebut diharapkan akan mampu

melahirkan pemikiran baru sehingga akan terjadi proses pemikiran yang

22

dinamis: dari tesis ke anti tesis kemudian sintesis, dan seterunya. Pola

pemikiran yang implikatif (dialektis) akan dapat menyuburkan intlektual.

E. Fungsi dan Kegunaan Filsafat

Kita tentunya pernah mendengarkan kata fungsi dan kegunaan dan

terkadang kita juga turut mencampur adukan atau mengangap kedua aspek ini

sama. Sesungguhnya, kedua aspek ini memiliki perbedaan dalam konteks

penyajianya, namun kedua aspek ini saling berkaitan satu sama lain. Tanpa yang

satu, maka satu aspeknya lagi tidak dapat berjalan atau berfungsi sebagaimana

mestinya. Untuk lebih jelasnya, simak penjelasan berikut ini:

a. Fungsi Filsafat

Sejauh mana filsafat dapat memenuhi harapan-harapan manusia, itulah

fungsinya. Filsafat memberikan kepada manusia keinsafan dan pandangan

jauh kedepan serta arti pentingny hidup. Filsafat berfungsi sebagai upaya

menjernihkan kepercayaan-kepercayaan pokok yang pada akhirnya

menentukan tekanan perhatian manusia pada dasar karkter.

Sementara itu, menurut Radhakrisnan dalam buku History of

Philosophy, tugas filsafat bukanlah sekedar mencerminkan masa dimana kita

hidup, melainkan membangunya maju. Fungsi filsafat adalah kreatif

menetapkan nilai, tujuan, arah, dan menuntun ke jalan baru.

Dari definisi diatas, dapat kita tarik kesimpulan bahwa fungsi filsafat

adalah untuk menyelamatkan manusia dari kesesatan hidup menghadapi

pengaruh-pengaruh kemajuan dari gaya hidup materialisme; melepaskan

kegelisahan dan ketidak bermaknaan.

23

b. Kegunaan Filsafat Ilmu

Dengan memperhatikan defenisi dari filsafat itu sendiri, sesungguhnya

telah dapat tergambar dan dipahami mengenai manfaat atau kegunaan

mempelajari ilmu tersebut. Dengan mempelajari filsafat, paling tidak ada tiga

hal yang dapat kita ambil sebagai pelajaran, antara lain:

Filsfat telah mengajarkan kita untuk lebih mengenal diri sendiri secara

totalitas, sehingga dengan pemahaman tersebut dapat dicapai hakikat

manusia itu sendiri dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya.

Filsafat mengajarkan tentang hakikat alam semesta. Pada dasarnya

pemikiran filsafat ialah berusaha untuk menyusun suatu sistem

pengetahuan yang rasional dalam rangka memahami segala sesuatu,

termasuk diri manusia itu sendiri.

Filsafat mengajarkan tentang hakikat tuhan. Studi tentang filsafat dapat

membantu manusia untuk membangun keyakinan keagamaan atas dasar

yang matang secara intelektual. Dengan pemahaman yang mendalam

dan dengan daya nalar yang tajam, maka akan sampailah kepada

kekuasaan yang mutlak yaitu tuhan.

24

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa filsafat merupakan

jalan yang menuntun kita kepada kebenaraan yang hakikat melalui proses-

proses yang cukup kompleks sehingga dapat membatasi ruang lingkup ilmu

pengetahuan agar tidak keluar dari konsep yang semestinya dan memberikan

pengetahuan yang terus berkembang sehingga dapat menuai tujuan yang ingin

dituju. Dengan konsep yang begitu komplek ini, filsafat ilmu telah

memberikan kontribusi yang besar dalam perkembangn zaman hingga saat ini.

B. Saran

Penulis berharap bahwa filsafat dapat diajarkan dan dikembangkan

kepada generasi muda agar dapat membatasi atau mengontrol perkembangan

25

di dunia ini, sehingga konsep yang pada dasarnya sesuai tidak tergeser seiring

perkembangan zaman.

26