cecephilmanstaisukabumi.files.wordpress.com · web viewkalau kita menyingkirkan urgensi tersebut,...
TRANSCRIPT
MAKALAH
EPISTEMOLOGI FILSAFAT PENGETAHUAN
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Umum
Dosen Pengampu : Cecep Hilman, M.Ag
Disusun oleh kelompok 3
Dandan
Yogi
Sopirawati
PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SUKABUMI
2018
KATA PENGATAR
Assalamu’alaikumWr. Wb.
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
banyak memberikan beribu-ribu nikmat kepada kita umatnya. Rahmat beserta
salam semoga tetap tercurahkan kepada jungjunan kita, pemimpin akhir zaman
yang sangat dipanuti oleh pengikutnya yakni Nabi Muhammad
SAW. “Epistimologi Filsafat Pengetahuan” ini sengaja di bahas karena sangat
penting untuk kita khususnya sebagai mahasiswa yang ingin lebih mengenal
mengenai filsafat positivisme.
Selanjutnya, penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah memberikan pengarahan-pengarahan sehingga kami dapat
menyelesaikan paper ini dengan tepat waktu. Tidak lupa juga kepada bapak dosen
dan teman-teman yang lain untuk memberikan sarannya kepada kami agar
penyusunan makalah ini lebih baik lagi.
Demikian, semoga paper ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan
umumnya semua yang membaca makalah ini.
Wassallamu’alaikum Wr. Wb.
ii
Sukabumi, 03 Oktober 2018
Penyusun
KELOMPOK 3.E
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .....................................................................................i
DAFTAR ISI ...................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................2
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................2
B. Rumusan Masalah ................................................................................3
C. Tujuan Penulisan Masalah ...................................................................3
BAB II Pembahasan ........................................................................................4
A. Pengertian Epistemologi ......................................................................3
B. Macam-macam Epistemologi ..............................................................4
C. Mengapa Epistemologi Perlu Dipelajari ..............................................5
D. Dasar-dasar Pengetahuan .....................................................................6
E. Jenis Jenis Pengetahuan ......................................................................9
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN .........................................................11
A. KESIMPULAN ....................................................................................11
B. SARAN ................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................12
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia hidup didunia tidak hanya memerlukan kebutuhan pokok saja.
Akan tetapi manusia juga memerlukan informasi untuk mengetahui keadaan di
lingkungan sekitar mereka. Dalam upaya untuk memperoleh informasi, manusia
seringkali melakukan komunikasi ataupun cara-cara lain yang bisa digunakan.
Salah satu informasi yang didapat dari komunikasi adalah pengetahuan.
Pengetahuan sangat diperlukan bagi kehidupan manusia karena dapat memberikan
manfaat yang sangat besar bagi kehidupan. Dalam mencari pengetahuan, tak
jarang manusia harus mempelajari Epistemologi. Epistemologi disebut juga
sebagai teori pengetahuan karena mengkaji seluruh tolok ukur ilmu-ilmu manusia,
termasuk ilmu logika dan ilmu-ilmu manusia yang bersifat gamblang, merupakan
dasar dan pondasi segala ilmu dan pengetahuan.
Sejak semula, epistemologi merupakan salah satu bagian dari filsafat
sistematik yang paling sulit. Sebab epistemologi menjangkau permasalahan-
permasalahan yang membentang luas, sehingga tidak ada sesuatu pun yang boleh
disingkirkan darinya. Selain itu pengetahuan merupakan hal yang sangat abstrak
dan jarang dijadikan permasalahan ilmiah di dalam kehidupan sehari-hari.
Pengetahuan biasanya diandaikan begitu saja. Oleh sebab itu, perlu diketahui apa
saja yang menjadi dasar-dasar pengetahuan yang dapat digunakan manusia untuk
mengembangkan diri dalam mengikuti perkembangan informasi yang pesat.
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Epistemologi ?
2. Apa saja macam-macam Epistemologi ?
3. Mengapa Epistemologi perlu dipelajari ?
4. Apa saja yang menjadi dasar-dasar pengetahuan ?
5. Apa saja jenis-jenis pengetahuan ?
2
C. Tujuan Penulisan Masalah
Tujuan penulisan makalh ini sebagai berikut :
1. Dapat mendapatkan gambaran mengenai apa itu epistemolgi dan macam
macam epistemologi dan kegunaannya.
2. Dapat menjadi media pembalajaran dan menjadi bahan refrensi bahan
ajar
3
BAB II PEMBAHASAN
A. Apa Itu Epistemologi
Istilah “Epistemologi” berasal dari bahasa Yunani yaitu “episteme” yang
berarti pengetahuan dan ‘logos” berarti perkataan, pikiran, atau ilmu.
Kata“episteme” dalam bahasa Yunani berasal dari kata kerja epistamai, artinya
menundukkan, menempatkan, atau meletakkan. Maka, secara
harafiah epistemeberarti pengetahuan sebagai upaya intelektual untuk
menempatkan sesuatu dalam kedudukan setepatnya.
Lebih lanjut, epistemologi adalah suatu teori pengetahuan yang membahas
berbagai segi pengetahuan seperti : kemungkinan, asal mula, sifat alami, batas-
batas, asumsi dan landasan, validitas, dan reliabilitas, sampai pada soal kebenaran.
Bagi suatu ilmu pertanyaan yang mengenai definisi ilmu itu, jenis
pengetahuannya, pembagian ruang lingkupnya, dan kebenaran ilmiahnya,
merupakan bahan-bahan pembahasan dari epistemologinya.
Epistemologi sering juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge).
Epistemologi lebih memfokuskan kepada makna pengetahuan yang berhubungan
dengan konsep, sumber, dan kriteria pengetahuan, jenis pengetahuan, dan lain
sebagainya. Harold Titus (1984), (Filsafat Ilmu, Prof.Dr.Dr.W.E.Soetomo
Siswokartono,M.Pd) secara sistematis menjelaskan tiga persoalan dalam bidang
epistemologi, yaitu :
1. Apakah sumber pengetahuan itu, dan dari manakah datangnya
pengetahuan yang benar, serta bagaimana cara mengetahuinya ?
2. Apakah sifat dasarnya, adakah dunia yang benar-benar di luar pikiran
kita, serta kalau ada, apakah kita dapat mengetahui ?
3. Apakah pengetahuan itu valid, dan bagaimana membedakan yang
benar dan salah ?
Lain halnya pendapat Kattsoff (1987), yang menyatakan bahwa pertanyaan
epistemologi hanya ada dua macam :
4
1. Bahwa epistemologi itu kefilsafatan yang berhubungan dengan
psikologi, dan pertanyaannya semantik yang menyangkut hubungan
antara pengetahuan dan objeknya.
2. Bahwa epitemologi adalah sumber, sarana, dan tata cara, menggunakan
itu untuk mencapai pengetahuan.
B. Macam-macam Epistemologi
Berdasarkan cara kerja atau metode pendekatan yang diambil terhadap
gejala pengetahuan, epistemologi dibedakan menjadi tiga yaitu :
Pertama, epistemologi metafisis. Yaitu epistemologi yang mendekati gejala
pengetahuan dengan bertitik tolak dari pengandaian metafisika tertentu.
Epistemologi macam ini berangkat dari suatu paham tertentu tentang kenyataan,
lalu membahas tentang bagaimana manusia mengetahui kenyataan tersebut.
Kedua, epistemologi skeptis. Dalam epistemologi ini, kita perlu membuktikan
dulu apa yang dapat kita ketahui sebagai sungguh nyata atau benar-benar tak
dapat diragukan lagi dengan menganggap sebagai tidak nyata atau keliru segala
sesuatu yang kebenarannya masih dapat diragukan. Kesulitan dengan metode
pendekatan ini adalah apabila orang sudah masuk sarang skeptisme dan konsisten
dengan sikapnya, tak gampang menemukan jalan keluar.
Ketiga, epistemologi kritis. Epistemologi ini tidak memprioritaskan metafisika
atau epistemologi tertentu, melainkan berangkat dari asumsi, prosedur dan
kesimpulan pemikiran akal sehat ataupun asumsi, prosedur, dan kesimpulan
pemikiran ilmiah sebagaimana kita temukan dalam kehidupan, lalu kita coba
tanggapi secara kritis asumsi, prosedur, dan kesimpulan tersebut.
Selain tiga macam epistemologi berdasarkan titik tolak pendekatannya, secara
umum berdasarkan objek yang dikaji, epistemologi juga dapat dibagi menjadi dua
bagian, yakni :
Pertama, epistemologi individual. Dalam epistemologi individual, kajian tentang
bagaimana struktur pikiran manusia sebagai individu bekerja dalam proses
5
mengetahui, misalnya dianggap cukup mewakili untuk menjelaskan bagaimana
semua pengetahuan manusia pada umumnya diperoleh. Kajian tentang
pengetahuan, baik tentang status kognitifnya maupun proses pemerolehannya,
dianggap sebagai dapat didasarkan atas kegiatan manusia individual sebagai
subjek penahu terlepas dari konteks sosialnya.
Kedua, epistemologi sosial. Adalah kajian filosofis terhadap pengetahuan sebagai
data sosiologis. Bagi epistemologi sosial, hubungan sosial, kepentingan sosial,
dan lembaga sosial dipandang sebagai faktor-faktor yang amat menentukan dalam
proses, cara, maupun pemerolehan pengetahuan.
C. Mengapa Epistemologi Perlu Dipelajari
Sekurang-kurangnya ada tiga alasan yang dapat dikemukakan mengapa
epistemologi perlu dipelajari (A.M.W. Pranarka, ibid., hlm. 19-31).
Alasan pertama berangkat dari pertimbangan strategis, kajian epistemologi perlu
karena pengetahuan sendiri merupakan hal yang secara strategis penting bagi
kehidupan manusia. Stratego berkenaan dengan bagaimana mengelola kekuasaan
atau daya kekuatan yang ada sehingga tujuan dapat tercapai.
Alasan kedua dari pertimbangan kebudayaan, penjelasan yang pokok adalah
kenyataan bahwa pengetahuan merupakan salah satu unsur dasar kebudayaan.
Berkat pengetahuan, manusia dapat mengolah dan mendayagunakan alam
lingkungannya. Selain itu, manusia mampu membudayakan alam, membudayakan
masyarakat, dan demikian membudayakan dirinya sendiri.
Alasan ketiga berangkat dari pertimbangan pendidikan, epistemologi perlu
dipelajari karena manfaatnya untuk bidang pendidikan. Pendidikan sebagai usaha
dasar untuk membantu peserta didik mengembangkan pandangan hidup, sikap
hidup dan keterampilan hidup, tidak lepas dari penguasaan pengetahuan.
6
D. Dasar-dasar Pengetahuan
1. Pengalaman
Hal utama yang mendasarkan pengetahuan adalah pengalaman.
Pengalaman adalah keseluruhan peristiwa yang terjadi dalam diri manusia dalam
interaksinya dengan alam, lingkungan, dan kenyataan. Pengalaman terbagi
menjadi dua antara lain pengalaman primer, yaitu pengalaman langsung akan
persentuhan indrawi dengan benda-benda konkret di luar manusia dan peristiwa
yang disaksikan sendiri. Yang kedua pengalaman sekunder, yaitu pengalaman tak
langsung atau reflektif mengenai pengalaman primer.
Ada tiga ciri pokok pengalaman manusia, ciri pokok yang pertama adalah
pengalaman manusia sangat beraneka ragam. Manusia bisa melihat, mendengar,
merasakan, menyentuh, dan membau sesuatu. Manusia dapat merasa sedih,
senang, marah, bahagia, dan sebagainya. Itu menandakan bahwa pengalaman
manusia itu beraneka ragam. Ciri pokok yang kedua adalah pengalaman manusia
selalu berkaitan dengan objek tertentu di luar diri manusia sebagai objek. Objek
tersebut dapat berupa benda, orang, peristiwa, hal, ataupun gagasan. Dan ciri
pokok yang ketiga adalah pengalaman manusia terus bertambah seiring
bertambahnya umur, kesempatan, dan tingkat kedewasaan manusia. Seiring
dengan bertambahnya umur dan tersedianya kesempatan manusia dapat
mengalami banyak hal baru yang menambahkan pada apa yang sampai saat ini
belum pernah dialami.
2. Ingatan
Selain pengalaman, pengetahuan juga didasarkan atas ingatan. Tanpa
ingatan, pengalaman tidak akan berkembang menjadi pengetahuan. Manusia dapat
mengetahui suatu informasi yang dapat menjadi pengetahuan baru karena manusia
mampu mengingat apa yang telah dipelajari sebelumnya. Agar ingatan dapat
menjadi dasar yang dapat dipertanggungjawabkan kebenaranya bagi pengetahuan,
ada dua syarat yang harus dipenuhi yaitu : 1. Ingatan tersebut merupakan suatu
peristiwa yang benar-benar pernah dialami dan disaksikan pada masa lalu. 2.
7
Ingatan tersebut bersifat konsisten dan dapat berhasil menjadi dasar pemecahan
persoalan yang sekarang sedang dihadapi.
3. Kesaksian
Kesaksian menjadi penegasan akan sesuatu sebagai ssesuatu yang benar
oleh seorang saksi kejadian atau peristiwa, dan diajukan kepada orang lain untuk
dipercaya. Apabila kesaksian tersebut dipercaya oleh orang lain, maka berarti
kesaksian tersebut dapat dianggap sebagai pengetahuan. Dalam kehidupan sehari-
hari ditengah masyarakat, hanya sebagian kecil dari pengetahuan dan kepercayaan
yang diperoleh dari pengalaman pribadi manusia. Manusia banyak
mempercayakan diri pada kesaksian orang lain.
4. Minat dan Rasa Ingin Tahu
Tidak semua pengalaman berkembang menjadi pengetahuan. Untuk dapat
berkembang menjadi pengetahuan, subjek yang mengalami sesuatu perlu memiliki
minat dan rasa ingin tahu tentang apa yang dialami. Minat mengarahkan perhatian
terhadap hal-hal yang dialami dan dianggap penting untuk diperhatikan.
Sedangkan rasa ingin tahu mendorong manusia untuk bertanya dan melakukan
penyelidikan atas apa yang dialami dan menarik minatnya. Rasa ingin tahu erat
kaitannya dengan pengalaman kekaguman atau keheranan akan apa yang dialami.
5. Pikiran dan Penalaran
Untuk memahami dan menjelaskan segala pengalaman yang dialami,
manusia perlu melakukan kegiatan berpikir. Kegiatan berpikir menandakan bahwa
manusia memiliki pikiran. Sedangkan penalaran merupakan proses bagaimana
pikiran menarik kesimpulan dari hal-hal yang sebelumnya dialami. Meskipun
kegiatan berpikir memang lebih dari sekedar bernalar, tetapi kegiatan pokok
pikiran dalam mencari pengetahuan adalah penalaran. Tanpa pikiran dan
penalaran tidak mungkin ada pengetahuan. Penalaran manusia dapat berbentuk
induksi, deduksi, juga abduksi.
8
Induksi adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan umum dari berbagai
kejadian atau kasus khusus. Deduksi adalah bentuk penalaran yang berangkat dari
suatu pernyataan atau hukum umum ke kejadian khusus yang dapat diturunkan
dari pernyataan atau hukum umum tersebut. Sedangkan abduksi adalah penalaran
untuk merumuskan sebuah hipotesis berupa pernyataan umum yang kemungkinan
kebenarannya masih perlu diuji coba. Berkat kemampuan menalar, manusia dapat
mengembangkan pengetahuannya.
6. Logika
Logika adalah ilmu pengetahuan atau kecakapan bagaimana manusia
berpikir lurus atau benar. Logika juga sering disebut sebagai keterampilan
berpikir dalam menerapkan hukum-hukum pemikiran yang lurus, benar, tepat, dan
sehat. Dalam perkembangan berpikir, logika ada dua macam yaitu logika kodrati
dan logika ilmiah. Logika kodrati adalah cara seseorang mengolah budinya,
bekerja secara spontan karena manusia menyadari bahwa dalam mengolah dan
mengerjakan pemikirannya cenderung subjektif. Sementara itu logika ilmiah
secara faktual berusaha membantu dan menyempurnakan pemikiran logika yang
kodrati. Caranya dengan memperhalus pemikiran dengan akal budi lahir
kebenaran dan mempertajam pemikiran agar kerja logika ilmiah menjadi lebih
tepat, lebih teliti, lebih mudah, dan lebih aman sehingga kesesatan berpikir dapat
dihindarkan.
7. Bahasa
Selain logika, dalam penalaran juga membutuhkan penggunaan bahasa.
Maka, bahasa juga merupakan salah satu hal yang mendasari dan memungkinkan
pengetahuan pada manusia. Bahasa manusia tidak hanya berupa bahasa lisan,
tetapi juga bahasa tertulis. Bahasa tertulis adalah bahasa yang dituangkan dalam
bentuk tulisan, misalnya dalam buku, majalah, koran, dan sebagainya. Bahasa
tertulis memiliki peran dalam kehiatan manusia menemukan pengetahuan. Karena
banyak sekali pengetahuan yang terkandung di dalam bahasa tertulis. Dengan
9
berkembangnya bahasa tulisan, ingatan manusia dilipatgandakan dan pemikiran
serta kegiatan kreatif lain dari manusia semakin ditingkatkan.
8. Kebutuhan Hidup Manusia
Dalam interaksinya dengan dunia dan lingkungan sosial sekitarnya
manusia membutuhkan pengetahuan. Maka, kebutuhan hidup manusia dapat
dikatakan juga merupakan suatu faktor yang mendasari dan mendorong
berkembangnya pengetahuan manusia. Sebagai sarana yang dibutuhkan untuk
hidup, bagi manusia, pengetahuan juga merupakan suatu alat, strategi, dan
kebijaksanaan manusia dalam berinteraksi dengan dunia dan lingkungan sosial
sekitarnya. Pengetahuan yang benar pada dasarnya dicari manusia untuk dapat
berinteraksi secara tepat.
E. Jenis Jenis Pengetahuan
1. Pengetahuan Ilmiah
Pengetahuan ilmiah adalah jenis pengetahuan yang diperoleh dan
dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah atau dengan menerapkan cara
kerja atau metode ilmiah. Sedangkan yang dimaksud dengan metode ilmiah
adalah prosedur atau langkah-langkah sistematis yang perlu diambil guna
memperoleh pengetahuan yang didasarkan atas persepsi indrawi dan melibatkan
uji coba hipotesis serta teori secara terkendali. Kumpulan hukum yang serumpun
dan tertata secara sistematis membentuk suatu teori ilmiah. Dalam upaya
memahami alam, fokus perhatian seorang ilmuwan adalah mengejar pengetahuan
yang berlaku umum. Pengetahuan ilmiah pertama-tama memperoleh pendasaran
induktif dan bukan deduktif.
2. Pengetahuan Moral
Cukup banyak orang yang menganggap bahwa dalam hal moral tidak ada
kebenaran yang bersifat objektif dan universal. Penilaian dan putusan moral
adalah soal perasaan pribadi atau paling-paling produk budaya tempat orang lahir
dan dibesarkan. Dalam hal moral tidak ada pengakuan kebenaran yang sah. Nilai-
nilai moral dinyatakan hanya kepada orang yang mengalami urgensi atau
10
keharusannya. Kalau kita menyingkirkan urgensi tersebut, tidak akan ada cara
untuk meneliti keaslian kenyataan tersebut. Di dalam bidang-bidang moral, kutub
objektif pengalaman tidak ditandai oleh sesuatu yang memaksa, digolongkan di
bawah hukuman, dan terbuka secara umum sebagaimana pengetahuan alamiah.
3. Pengetahuan Religius
Persoalan tentang kemungkinan adanya pengetahuan religius sedikit
berbeda dari persoalan tentang kemungkinan adanya pengetahuan moral.
Meskipun begitu, beberapa konsep dan prinsip yang berlaku dalam membahas
kemungkinan adanya pengetahuan moral dapat dipakai untuk memberi terang
pada persoalan tentang pengetahuan religius. Persoalan ini muncul berkaitan
dengan adanya pengakuan bahwa pengetahuan religius, termasuk di dalamnya
adalah pengetahuan kita tentang Tuhan, sesungguhnya berada di luar lingkup
pengetahuan manusia. Pernyataaan bahwa Tuhan itu ada dan memiliki sifat-sifat
tertentu seperti Maha Kuasa, Maha Pengasih, Maha Penyayang, dan sebagainya
merupakan pokok iman dan bukan materi pengetahuan manusia. Hidup beriman
yang memuat kepercayaan akan adanya Tuhan memang merupakan suatu
tindakan yang tidak bertentangan dengan dengan nalar, tetapi juga tidak selalu
didasarkan atas pertimbangan nalar belaka. Apalagi kalau hanya dibatasi pada
nalar logis saja.
11
BAB III SIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Istilah “Epistemologi” berasal dari bahasa Yunani yaitu “episteme” yang
berarti pengetahuan dan ‘logos” berarti perkataan, pikiran, atau ilmu. Lebih lanjut,
epistemologi adalah suatu teori pengetahuan yang membahas berbagai segi
pengetahuan seperti : kemungkinan, asal mula, sifat alami, batas-batas, asumsi
dan landasan, validitas, dan reliabilitas, sampai pada soal kebenaran. Epistemologi
sering juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge). Epistemologi lebih
memfokuskan kepada makna pengetahuan yang berhubungan dengan konsep,
sumber, dan kriteria pengetahuan, jenis pengetahuan, dan lain sebagainya.
Berdasarkan cara kerja atau metode pendekatan yang diambil terhadap gejala
pengetahuan, epistemologi dibedakan menjadi tiga yaitu : epistemologi
metafisis, epistemologi skeptis, dan epistemologi kritis. Sedangkan berdasarkan
objek yang dikaji, epistemologi juga dapat dibagi menjadi dua bagian, yakni :
epistemologi individual dan epistemologi sosial.
Sekurang-kurangnya ada tiga alasan yang dapat dikemukakan mengapa
epistemologi perlu dipelajari, yaitu alasan pertama berangkat dari pertimbangan
strategis, alasan kedua dari pertimbangan kebudayaan, dan alasan ketiga
berangkat dari pertimbangan pendidikan.
Dalam pengetahuan, ada beberapa hal yang mendasari terbentuknya pengetahuan
antara lain pengalaman, ingatan, kesaksian, minat dan rasa ingin tahu, pikiran dan
penalaran, logika, bahasa, dan kebutuhan hidup manusia. Secara umum,
pengetahuan dibedakan menjadi tiga yaitu pengetahuan ilmiah, pengetahuan
moral, dan pengetahuan religius. Pengetahuan ilmiah adalah jenis pengetahuan
yang diperoleh dan dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah atau
dengan menerapkan cara kerja atau metode ilmiah. Dalam pengetahuan moral,
nilai-nilai moral dinyatakan hanya kepada orang yang mengalami urgensi atau
keharusannya. Kalau kita menyingkirkan urgensi tersebut, tidak akan ada cara
untuk meneliti keaslian kenyataan tersebut. Sedangkan dalam pengetahuan
12
religius, persoalan tentang kemungkinan adanya pengetahuan religius sedikit
berbeda dari persoalan tentang kemungkinan adanya pengetahuan moral.
Meskipun begitu, beberapa konsep dan prinsip yang berlaku dalam membahas
kemungkinan adanya pengetahuan moral dapat dipakai untuk memberi terang
pada persoalan tentang pengetahuan religius.
B. SARAN
1. Manusia dalam berbuat tentunya terdapat kesalahan yang sifatnya tersilap dari
yang telah ditetapkan atau seharusnya.
2. Semoga ini dapat mengetahui arti dari makna Epistemologi itu sendiri.
3. Saran dan masukkan sangat kami harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan
makalah ini.
13
DAFTAR PUSTAKA
Sudarminta, J, Epistemologi Dasar Pengantar Filsafat Pengetahuan, Yogyakarta:
KANISIUS, 2002
Siswokartono, Soetomo, Filsafat Ilmu, Semarang:Yayasan Kanthil, 2012
14