cecephilmanstaisukabumi.files.wordpress.com€¦  · web viewdan kami menyadari sepenuhnya didalam...

30
MAKALAH PENGANTAR STUDI AL-QUR’AN TAFSIR BII AL-RA’YI DALAM PANDANGAN ULAMA KLASIK DAN KONTEMPORER, KELEBIHAN DAN KELEMAHANNYA DibuatuntukmemenuhiTugas Mata Kuliah PENGANTAR STUDI AL-QUR’AN DosenPengampu : Cecep Hilman, M.Ag DisusunOleh : KELOMPOK 8 AmalaRahmawati Nanda Wulandari SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SUKABUMI

Upload: others

Post on 16-Aug-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: cecephilmanstaisukabumi.files.wordpress.com€¦  · Web viewDan kami menyadari sepenuhnya didalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, baik itu dariseg isi stematika

MAKALAH PENGANTAR STUDI AL-QUR’AN

TAFSIR BII AL-RA’YI DALAM PANDANGAN ULAMA KLASIK DAN KONTEMPORER, KELEBIHAN DAN KELEMAHANNYA

DibuatuntukmemenuhiTugas Mata Kuliah PENGANTAR STUDI AL-QUR’AN

DosenPengampu : Cecep Hilman, M.Ag

DisusunOleh :

KELOMPOK 8

AmalaRahmawati

Nanda Wulandari

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SUKABUMI

Jl. LioBalandonganSirnagalih (Beugeg) No.74 Kel.Cikondang

Kec.Citamiang Kota Sukabumi

Page 2: cecephilmanstaisukabumi.files.wordpress.com€¦  · Web viewDan kami menyadari sepenuhnya didalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, baik itu dariseg isi stematika

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah yang MahaEsa, karena atas rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah sebagai tugas matakuliah Pengantar Studi Al-qur’an.Shalawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihiwasallam, keluarganya, sahabat-sahabatnya dan kepada umatnya hinggaakhir zaman.

Makalah ini tidakakan selesai pada waktunya tanpa dukungan dari semua pihak. Makadariitu, kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semuanya terutama kepada dosen matakuliah Pengantar Studi Al-qur’an, juga kepadarekan-rekan satu kelompok yang telah berjuang dalam pembuatan makalah.

Makalah ini berisi tentang pembahasanTafsirbii al-Ra’yi dalam pandangan ulama klasik dan kontemporer, kelebihan dan kelemahannya.

Kami berharap makalah ini bermanfaat bagi kami khususnya, danbag ipembaca umumnya.

Dan kami menyadari sepenuhnya didalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, baik itu dariseg isi stematika penulisan, diksi, dan dar isegi yang lainnya.Makadariitu, kami mengharapkankritikdan saran dari para pembaca agar kedepannya kami dapatmembuatmakalah yang jauhlebihbaik.

Penulis

ii

Page 3: cecephilmanstaisukabumi.files.wordpress.com€¦  · Web viewDan kami menyadari sepenuhnya didalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, baik itu dariseg isi stematika

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. LatarBelakang............................................................................................1

B. RumusanMasalah.......................................................................................3

C. TujuanPembahasan....................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

A.TafsirBii Al-Ra’yi.......................................................................................4

B. Sebab-sebabTimbulnyaTafsirBii Al-Ra’yi................................................6

C. PendapatUlamaTentangTafsirBii Al-Ra’yi................................................7

D. PedomanPenafsiranDenganRa’yi............................................................10

E. Macam-macamdanContohTafsirBii Al-Ra’yi..........................................11

F. KelebihandanKelemahanTafsirBii Al-Ra’yi............................................14

BAB III PENUTUP

A. Simpulan..................................................................................................15

B. Saran.........................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................iii

iii

Page 4: cecephilmanstaisukabumi.files.wordpress.com€¦  · Web viewDan kami menyadari sepenuhnya didalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, baik itu dariseg isi stematika

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANGAl-Qur’an merupakan sumber hukum Islam yang pertama dan utama.

Penggalian makna yang tersimpan di dalam setiap ayat Al-Qur’an harus

dilakukan dengan usaha penafsiran yang mendalam dengan tetap mengacu

pada syarat-syarat yang harus dipenuhi seorang mufassir dan tidak melenceng

dari ajaran Islam yang sebenarnya. Al-Qur’an secara teks memang tidak

berubah, tetapi penanfsiran atas teks, selalu berubah, sesuai dengan konteks

ruang dan waktu. Karenanya, Al-Qur’an selalu membuka diri untuk dianalisis,

dipersepsi, dan diinterpretasikan (ditafsirkan) dengan berbagai alat, metode

dan pendekatan untuk menguak isi sejatinya. Aneka metode dan tafsir

diajukan sebagai jalan untuk membedah makna terdalam dari Al-Qur’an itu.

Sehingga Al-Qur’an seolah menantang dirinya untuk dibedah.

Banyak redaksi ayat-ayat Al-Qur’an tidak dapat dijangkau maksudnya

secara pasti, Hal ini kemudian menimbulkan keanekaragaman penafsiran.

Dari dahulu sampai sekarang para ulama masih semangat untuk terus

menggali dan mengkaji Al-qur’an. Masih ditemukan koleksi karangan kitab –

kitab tafsir baik yang sudah di terbitkan atau yang belum diterbitkan. Dalam

hal Al-Qur’an, para sahabat Nabi sekalipun, yang secara umum menyaksikan

turunya wahyu, mengetahui konteksnya, serta memahami secara alamiah

struktur bahasa dan arti kosa katanya, tidak jarang berbeda pendapat, atau

bahkan keliru dalam pemahaman mereka tentang maksud firman-firman Allah

yang mereka dengar atau mereka baca.

Kemampuan setiap orang dalam memahami Al-Qur’an dan ungkapan

Al-Qur’an tidaklah sama. Sehingga terjadinya perbedaan daya nalar diantara

mereka ini adalah suatu hal yang sangat mungkin terjadi. Itulah sebabnya

1

Page 5: cecephilmanstaisukabumi.files.wordpress.com€¦  · Web viewDan kami menyadari sepenuhnya didalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, baik itu dariseg isi stematika

seorang dalam meraih kebenaran teks dan konteks sebuah ayat membutuhkan

ilmu-ilmu pendukung lainnya. Dengan ilmu tersebut, seseorang bisa lebih

mudah mengkaji dan memahami makna-makna Al-Qur’an. Apalagi mengenai

ayat-ayat Al-Qur’an yang berkategori mutasyabih yang tentu rumit dan pelik.

Kenyataan tersebut melahirkan berbagai metode yang digunakan

dalam menjelaskan suatu redaksi.Untuk menafsirinya tergantung kepada

kecenderungan para mufassir, serta latar belakang keilmuan dan sudut

pandang yang digunakan.Para ulama telah sepakat berkaitan dengan

pengklasifikasian tafsir Al-Qur’an dilihat dari sumber penafsirannya, mereka

membagi dalam tiga kategori; yaitu, tafsir bi al-ma’tsūr (tafsir bi al-riwāyah),

tafsir bi al-ra’y (tafsir bi al-dirāyah), dan tafsir bi al-iqtirāni (campuran antara

nas dan akal pikiran manusia).

Dari ketiga macam tafsir di atas yang menjadi bahan perdebatan antar

para ulama tafsir adalah tafsir bi al-ra’y. Banyak terdapat perbedaan pendapat

diantara mereka dalam pembolehan menafsirkan Al-Qur’an dengan

menggunakan akal pikiran karena dikhawatirkan, menurut mereka yang anti

tafsir bi al-ra’y, hanya ditafsirkan secara subjektif  untuk mendukung

kepentingan pribadi atau kelompok mereka.

Untuk kepentingan tersebut, maka dalam makalah ini akan

didiskripsikan salah satu metode yang digunakan untuk lebih mudahnya

memahami Al-Qur’an dengan metode Al-Tafsir bi- al-ra’y.

2

Page 6: cecephilmanstaisukabumi.files.wordpress.com€¦  · Web viewDan kami menyadari sepenuhnya didalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, baik itu dariseg isi stematika

B. RUMUSAN MASALAH1. Apa itu Tafsir Bii Al-Ra’yi ?2. Apa Sebab-sebab Timbulnya Tafsir Bii Al-Ra’yi ?3. Apa Pendapat Ulama Tentang Tafsir Bii Al-Ra’yi ?4. Apa Pedoman Penafsiran Dengan Ra’yi ?5. Apa Macam-macam dan Contoh Tafsir Bii Al-Ra’yi ?6. Apa Kelebihan dan Kelemahan Tafsir Bii Al-Ra’yi ?

C. TUJUAN PEMBAHASAN1. Untuk Mengetahui Tafsir Bii Al-Ra’yi2. Untuk Mengetahui Sebab-sebab Timbulnya Tafsir Bii Al-ra’yi3. Untuk Mengetahui Pendapat Ulama Tentang Tafsir Bii Al-Ra’yi4. Untuk Mengetahui Pedoman Penafsiran Dengan Ra’yi5. Untuk Mengetahui Macam-macam dan Contoh Tafsir Bii Al-Ra’yi6. Untuk Mengetahui Kelebihan dan Kelemahan Tafsir Bii Al-Ra’yi

3

Page 7: cecephilmanstaisukabumi.files.wordpress.com€¦  · Web viewDan kami menyadari sepenuhnya didalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, baik itu dariseg isi stematika

BAB II

PEMBAHASAN

A. Tafsir Bii Al-Ra’yi

Kata Al-ra’yu berasal dari akar kata - اراء ج Memiliki kata jamak ārā’un .راي

atau ar’ā’un yang bisa berarti berpendapat.1[1] Sedangkan secara istilah bisa

didefinisikan sebagaimana pendapat beberapa ulama yaitu :

1. Tafsir Bi Al-Ra’y ialah tafsir yang didalam menjelaskan maknanya

hanya berpegang pada pemahaman sendiri dan penyimpulan yang

didasarkan pada ra’yu semata. Golongan ini telah menulis sejumlah

kitab tafsir menurut pokok-pokok mazhab mereka, seperti tafsir

(karya) Abdurrahman bin Kaisan al-asam, al-Juba’I, Abdul Jabbar,

Ar-Rummani, Zamakhsyari dan lain sebagainya.2[2]

2. Tafsir Bi Al-Ra’y ialah Tafsir berdasarkan ijtihad mufassir; pendapat

atau ijtihadnya yang didasarkan atas sarana ijtihad.3[3]

3. Muhammad Ali Ash Shaabuniy, ialah ijtihad yang didasarkan pada

dalil-dalil yang shohih, kaidah yang murni dan tepat, bisa diikuti serta

sewajarnya digunakan oleh orang yang hendak mendalami tafsir Al-

Qur’an atau mendalami pengertiannya.4[4]

1 [1] Mahmud Yunus, Kamus Arabi – Indonesia. ( Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah Pentafsiran Al-Qur’an), 136

2 [2] Manna’ Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, terj. Mudzakir As (Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa , 2007, 488

3[3] Kadar M. Yusuf, Study Al-Qur’an, (Jakarta: AMZAH,,2009), 140

4[4] Muhammad Ali Ash Shaabuniy, Study Ilmu Al-Qur’an. Alih Bahasa Aminuddin (Bandung, Pustaka Setia, 1998) , 258

4

Page 8: cecephilmanstaisukabumi.files.wordpress.com€¦  · Web viewDan kami menyadari sepenuhnya didalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, baik itu dariseg isi stematika

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tafsir bi al-

ra’y adalah suatu metode tafsir dengan menggunakan kekuatan akal pikiran

yang sudah memenuhi syarat dan memiliki pengakuan dari para ulama untuk

menjadi seorang mufassir, namun penafsirannya harus tetap sejalan dengan

hukum syari’ah tanpa ada pertentangan. Menurut istiah, tafsir bii al-ra’yi

adalah upaya untuk memahami nash al-qur’an atas dasar ijtihad seorang ahli

tafsir (mufassir).

Tidaklah yang dimaksud dengan ra’yu ini dengan menafsirkan Al-

Quran berdasarkan kata hati atau kehendaknya. Al- Qurtubi berkata “barang

siapa yang menafsirkan Al-Qur’an berdasarkan imajinasinya (yang tepat

menurut pandangannya tanpa berdasarkan kaidah-kaidah) maka ia adalah

orang yang keliru dan tercela.”

Dalam sebuah hadis diriwayatkan :

, أ فليتبوّ برأيه القران فى قال ومن النار من مقعده فليتبوُأ متعمدا علّي كذّب من

( ) . مذ التر رواه النار من مقعده

Artinya :

“Barang siapa mendustakan secara sengaja niscaya ia harus bersedia

menepatkan dirinya di neraka. Dan barang siapa yang menafsirkan Al-Qur’an

berdasarkan Ra’yu atau pendapatnya maka hendaklah ia bersedia menepatkan

dirinya di neraka .”( H.R. Turmuzi dan Ibnu Abbas )

Dan sabda Rasulullah shalallau ‘alaihi wasallampula :

اخطأ فقد فاصاب يه برأ القران فى قال منArtinya

“Dan barang siapa yang menafsirkan Al-Qur’an dengan Ra’yunya dan

kebetulan tepat, niscaya ia telah melakukan kesalahan.” (H.R. Abi Dawud dari

Jundab)

5

Page 9: cecephilmanstaisukabumi.files.wordpress.com€¦  · Web viewDan kami menyadari sepenuhnya didalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, baik itu dariseg isi stematika

Imam Al-Qurtuby, mengatakan bahwasannya hadits Ibnu Abbas tersebut

memiliki dua penafsiran:

• Pertama : Barang siapa yang berpendapat dalam persoalan Al-Qur’an yang

pelik dengan tidak berdasarkan pengetahuan dari mazhab sahabat atau tabi’in

berarti menentang Allah

• Kedua : Barang siapa yang mengatakan tentang Al-Qur’an suatu pendapat,

sedang ia mengetahui bahwa yang benar adalah pendapat yang lain, maka ia

hanya bersedia menempatkan diri di neraka.4[4]

B. Sebab-sebab Timbulnya Tafsir bii Al-Ra’yi

Pertama kali tafsir Al-Qur’an disampaikan secara syafāhiy (wicara,

dari mulut ke mulut). Kemudian setelah dimulai pembukuan kitab-kitab

kumpulan hadis, maka tafsir Al-Qur’an dibukukan bersama-sama dengan

hadis, dan merupakan satu dari beberapa bab yang terkandung dalam kitab

hadis. Pada masa itu belum ada penafsiran ayat per ayat, surat per surat, dari

permulaan mushaf sampai dengan akhir, dan belum ada penafsiran per judul

pembahasan.

Pada akhir pemerintahan Bani Umayyah dan awal pemerintahan Bani

Abbasiyah, di tengah-tengah masa pentadwinan cabang-cabang ilmu

pengetahuan, tafsir Al-Qur’an mulai memisahkan diri dari hadis, hidup

mandiri secara utuh dan lengkap. Dalam artian, tiap-tiap ayat mendapat

penafsiran, secara tertib menurut urutan mushhaf. Penafsiran Al-Qur’an pada

masa-masa pertama memakai cara naqli, yaitu yang terkenal dengan istilah al-

manhaj al-tafsīr bi al-ma’tsūr. Setelah itu para ahli ilmu menafsirkan Al-

Qur’an menurut keahlian mereka masing-masing. Kemudian setelah lahirnya

sekte-sekte aqidah didukung dengan semakin berkembangnya ilmu-ilmu

kebahasaan dibuktikan dengan dijadikan ilmu tersebut sebagai disiplin ilmu

tersendiri, bermuncullah penta’wilan terhadap ayat-ayat mutasyabihat, untuk

4[4] Muhammad Ali Ash Shaabuniy, Study Ilmu Al-Qur’an. Alih Bahasa Aminuddin,…, 258

6

Page 10: cecephilmanstaisukabumi.files.wordpress.com€¦  · Web viewDan kami menyadari sepenuhnya didalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, baik itu dariseg isi stematika

menopang paham mereka masing-masing, meskipun sebenarnya bibit-bibit

ta’wil Al-Qur’an sudah dimulai oleh beberapa sahabat, seperti ‘Ali bin Abi

Ṭālib, ‘Abdullāh bin Mas’ūd, dan ‘Abdullāh bin ‘Abbās ra. Kemudian setelah

itu, melalui Mu’tazilah, terjadilah perluasan tafsir bi al-ra’yi, sehingga tidak

terjadi pertentangan antara nash Al-Qur’an dan akal pikiran, seperti kitab

tafsir al-Kashshaf oleh al-Zamakhshāriy.5[5]

Diantara mereka ada yang menulis tafsirnya dengan ungkapan yang

indah dan menyusupkan madzhabnya ke dalam untaian kalimat yang dapat

memperdaya banyak orang sebagaimana dilakukan penulis Tafsir al-kassyaf

dalam menyisipkan paham ke-mu’tazila-annya.6[6]

C. Pendapat Ulama Tentang Tafsir Bii Al-Ra’yi

Setelah membahas sebab-sebab timbulnya tafsir bi al-ra’y, disini

akanmenjelaskan pendapat ulama tentang boleh tidaknya menafsiri Al-Qur’an

bi al-ra’y beserta dengan alasannya. Sebagian ulama mengatakan “ yang

dimaksud dengan ra’yu disini adalah ijtihad”. Karena itu, tafsir ra’yu berarti

tafsir Al-Qur’an berdasarkan ijtihad setelah mufassir mengetahui kata-kata

dan uslub orang arab dalam berbicara, serta mengetahui lafal-lafal bahasa

arab dan pengertiannya.

Para ulama berbeda pendapat tentang kebolehan menafsirkan Al-Qur’an

dengan ra’yu yang terbagi dalam dua pendapat :

5[5] Rosihan Anwar, ‘Ulūm al-Qur’ān, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), 220.

6[6] Manna’ Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, terj. Mudzakir As,…488

7

Page 11: cecephilmanstaisukabumi.files.wordpress.com€¦  · Web viewDan kami menyadari sepenuhnya didalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, baik itu dariseg isi stematika

• Pertama : Tidak diperbolehkan menafsirkan Al-Qur’an dengan ra’yu

karena tafsir ini harus bertitik tolak dari penyimakan. Itulah pendapat sebagian

ulama.

• Kedua : Pendapatkan yang membolehkan penafsiran dengan

ra’yu dengan syarat harus memenuhi persyaratan-persyaratan diatas. Ini

adalah pendapat dari kebanyakan ulama (jumhur ulama).

1. Alasan pendapat yang tidak memperbolehkan

Menafsirkan Qur’an dengan ra’yu dan ijtihad semata tanpa ada dasar

yang sahih adalah haram, tidak boleh dilakukan.

a. Tafsir dengan ra’yu adalah membuat-buat (penafsiran) Al-Qur’an

dengan tidak berdasarkan ilmu. Karena itu tidak dibenarkan

berdasarkan firman Allah.

Artinya :

“Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat

dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu

ketahui.” ( QS. Al-Bbaqoroh : 169)

b. Sebuah hadits tentang acaman terhadap orang yang menafsirkan

dengan ra’yu, yaitu sabda Rasul SAW :

, أ فليتبوّ برأيه القران فى قال ومن نار من مقعده فليتبوُأ متعمدا علّي كذّب من

( ) . مذ التر رواه النار من مقعده

Artinya :

“Barang siapa mendustakan secara sengaja niscaya ia harus bersedia

menepatkan dirinya di neraka. Dan barang siapa yang menafsirkan Al-

8

Page 12: cecephilmanstaisukabumi.files.wordpress.com€¦  · Web viewDan kami menyadari sepenuhnya didalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, baik itu dariseg isi stematika

Qur’an berdasarkan Ra’yu atau pendapatnya maka hendaklah ia

bersedia menepatkan dirinya di neraka .”( H.R. Turmuzi dan

Ibnu Abbas ).

c. Firman Allah SWT, artinya :

“Dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu

menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada

mereka.”

d. Para sahabat dan tabi’in merasa berdosa bila menafsirkan Al-

Qur’an dengan ra’yunya, sehingga abu Bakar Shiddiq

mengatakan,

“ langit manakah yang akan menaungiku dan bumi manakah yang

akan melindungiku? Bila aku menafsirkan Al-Qur’an menurut

ra’yuku atau aku katakan tentangnya sedang aku sendiri belum

mengetahui betul.”

2.      Alasan-alasan Pendapat yang Membolehkan Tafsir dengan Ra’yu

Ulama’ yang membolehkan tafsir dengan ra’yu adalah golongan

jumhur yang menyebutkan beberapa alasan sebagai berikut:

a. Allah telah manganjurkan kita untuk memperhatikan dan

mengikuti Al-Qur’an, seperti dalam firman-Nya:

Artinya :

“ini adalah sebuah kitab yang Kamiturunkan

kepadamupenuh dengan berkah supaya mereka

memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran

orang-orang yang mempunyai fikiran” (QS. Shaad:29).

Proses tazakkur (perenungan) tidak akan bisa dilakukan tanpa

mendalami rahasia-rahasia Al-Qur’an dan berusaha untuk memahami

artinya.

9

Page 13: cecephilmanstaisukabumi.files.wordpress.com€¦  · Web viewDan kami menyadari sepenuhnya didalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, baik itu dariseg isi stematika

b. Allah membagi manusia dalam dua klasifikasi; kelompok awam dan

kelompok ulama (cerdik cendikiawan). Allah memrintahkan

mengembalikan segala persoalan kepada ulama yang bisa mengambil

dasar hukum, firman Allah: 

Artinya :

“Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan ulil Amri[322]

di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui

kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan ulil

Amri).” (QS. An-Nisa’:83)

c.         Mereka berpendapat, “bila penafsiran menurut ijtihad tidak dibenarkan

maka ijtihad itu sendiri niscaya tidak diperbolehkan. Akibatnya

banyak hukum yang terkatung-katung. Hal ini tidak mungkin karena

bila seorang mujtahid berijtihad dalam hukum syara’, ia akan

mendapatkan pahala, baik benar maupun salah dalam ijtihadnya.7[7]

D. Pedoman Penafsiran Dengan Ra’yi

Faktor yang harus di penuhi dalam penafsiran secara ra’yu, terdiri atas

empat pokok sebagaimana yang kutip oleh Ali Ash-Shaabuuniy yang

dikemukakan oleh Az-Zarkasi dalam kitabnya Al-Burhan yang dikutip oleh

Imam As-Suyuthi dalam kitabnya Al-Itqan, yaitu:

1. Dikutip dari Rasul dengan memperhatikan hadits-hadits yang daif dan

maudhu’.

2. Mengambil dari pendapat sahabat dalam hal tafsir karena kedudukan

mereka adalah marfu (sampai kepada Nabi)

7[7] Muhammad Ali Ash Shaabuniy, Study Ilmu Al-Qur’an.…, 279

10

Page 14: cecephilmanstaisukabumi.files.wordpress.com€¦  · Web viewDan kami menyadari sepenuhnya didalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, baik itu dariseg isi stematika

3. Mengambil berdasarkan bahasa secara mutlak karena Al-Qur’an

diturunkan dengan bahasa Arab yang jelas, dengan membuang alternatif yang

tidak tepat dalam Bahasa Arab.

4. Pengambilan berdasarkan ucapan yang populer di kalangan orang

Arab yang sesuai dengan ketentuan syara’.8[8]

E. Macam-Macam dan Contoh Tafsir Bi Al-Ra’y

1.         Macam-macam Tafsir Bi Al-Ra’y

Para mufassir membagi tafsir bi al-ra’y kepada dua

macam, yaitu ra’y madhmumah (yang tercela) dan ra’y

mahmudah (yang terpuji). Yang pertama adalah menafsirkan Al-

Qur’an dengan pendapat semata-mata, yang tidak didukung oleh

ilmu alat. Hal ini yang dimaksud dalam hadits Nabi SAW yang artinya

: “barang siapa yang berbicara tentang Al-Qur’an menurut

pendapatnya sendiri, maka hendaklah dia menempati tempat duduknya

di neraka” (HR. Tirmidzi).8[9] Sebagian besar orang yang

menafsirkan dengan ra’yu adalah orang-orang yang mementingkan

hawa nafsu dan bid’ah. Mereka menganut faham-faham yang sesat,

tidak ada alur periwayatan (rujukan) yang jelas, tidak ada dalil yang

kuat.9[10] Dimana ia menyatakan bahwa kalam Allah itu maksudnya

ini … atau itu… tafsir semacam ini adalah tafsi yang madzmum atau

tafsir yang salah.10[11] Yang keduaadalah pendapat yang didasarkan

atas ilmu dan memenuhi kriteria atau syarat tafsir, yaitu penguasaan

88[8] Muhammad Ali Ash Shaabuniy, Study Ilmu Al-Qur’an.…, 264

[9] Kadar M. Yusuf, Study Al-Qur’an,…, 141

9 [10] Fahd bin Muhammad Ar-Rumi, Dirasat Fi ‘ulum Al-Qur’an, terj. Cet.1, (Yogyakarta: Titian Ilahi, 1996)…,274

10[11] Muhammad Ali Ash Shaabuniy, Study Ilmu Al-Qur’an.…, 261

11

Page 15: cecephilmanstaisukabumi.files.wordpress.com€¦  · Web viewDan kami menyadari sepenuhnya didalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, baik itu dariseg isi stematika

ilmu bahasa Arab yang meliputi nahwu, sharraf, isytiqaq dan

balaghah. Selain itu, seorang mufassir juga dituntut menguasai ilmu

qira’at, ushuluddin, ushul fiqh, asbabun nuzul, qoss Al-qur’an, nasikh

mansukh, dan lain sebagainya.11[12]

Kitab-kitab tafsir bi al-ra’y yang tergolong al-mahmūdah yang banyak

dikenal, antara lain, adalah:

a.       Mafātih al-Ghayb, oleh: Fakhr al-Dīn al-Rāziy

b.      Anwār al-Tanzīl wa Asrār al-Ta’wīl, oleh Al-Baidawi

c.       Madārik al-Tanzīl wa aqā’iq al-Ta’wīl, oleh: Al-Nasāfi

d.      Lubāb al-Ta’wīl fi Ma’ān al-Tanzīl, oleh: Al-Khāzin

e.       Al-Bahr al-Mu’ī, oleh: Abū Hayyān

f.       Al-Tafsīr al Jalālayn, oleh: Jalāl al-Dīn Al-Mahalliy dan Jalāl al-

Dīn Al-Suyūti

g.      Gharā’ib al-Qur’ān wa Raghā’ib al-Furqān, oleh: Al-

Naisabūriy

h.      Al-Sirāj al-Munīr, oleh: Al Khātib Al-Sharbiniy

i.        Irsyâd al-‘Aql as-Salîm, oleh: Abū al-Sa’ūd

j.        Rūh al-Ma’āniy, oleh Al-Alūsi

2.         Contoh Tafsir Bi-Al-Ra’y

Ayat Al-Quran yang jika ditafsirkan oleh orang yang bodoh akan

menjadi rusak maksudnya. Artinya

“Barang siapa yang buta (hatinya)di dunia ini, niscaya di akhirat

(nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan yang

benar.” (Q.S. Al-Isra : 72)

11[12] Kadar M. Yusuf, Study Al-Qur’an,…, 141

12

Page 16: cecephilmanstaisukabumi.files.wordpress.com€¦  · Web viewDan kami menyadari sepenuhnya didalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, baik itu dariseg isi stematika

Ia menetapkan bahwa setiap orang yang buta adalah celaka dan rugi

serta akan masuk neraka jahanam. Padahal yang dimasud dengan buta

di sini bukan mata, tetapi buta hati berdasarkan alasan firman Allah.

Artinya

“…….. Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi

yang buta ialah hati dalam dada.” (Q.S. Al- Hajj : 46)12[13]

Ayat lain yang dikemukakan oleh sebagian orang yang mengaku

pandai tentang firman Allah SWT. Artinya:

“ (ingatlah) suatu hari (yang di hari itu) Kami panggil tiap umat

dengan pemimpinnya” (QS. Al-Isra:71)

Mereka berkata bahwa maksud firman Allah di atas adalah “ Allah

Ta’ala memanggil manusia pada hari kiamat dengan nama ibunya

karena menutupi mereka.” Mereka menafsirkan kata “imam” dengan

“ummahat” (ibu) dengan berpendapat bahwa imam adalah jamak dari

umum padahal menurut ketentuan bahasa arab tidak demikian, karena

jamak dari umum adalah ummahat sebagaimana disebutkan dalam

firman Allah. Artinya :

“ibu-ibumu yang menyusui kamu…” (QS. An-Nisa’)

Bentuk jamak dari ummum itu bukanlah kata imam, karena itu,

pengertian di atas menurut bahasa dan syara’ btidaklah benar.Yang

dimaksud imam disana adalah nabi yang diikuti oleh ummatnya atau

catatan amal.13[14]

F. Kelebihan dan Kelemahan Tafsir Bii Al-Ra’yi

12[13] Muhammad Ali Ash Shaabuniy, Study Ilmu Al-Qur’an.…, 263

13[14] Muhammad Ali Ash Shaabuniy, Study Ilmu Al-Qur’an.…, 261

13

Page 17: cecephilmanstaisukabumi.files.wordpress.com€¦  · Web viewDan kami menyadari sepenuhnya didalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, baik itu dariseg isi stematika

• Kelebihan

1. Merenung dan berpikir tidaklah akan terwujud melainkan dengan

menyelami rahasia-rahasia al-Qur’an dan berijtihad untuk

memahami makna-maknanya.

2. Istinbath berarti menggali dan mengeluarkan makna-makna yang

mendalam yang terdapat di lubuk hati.Istinbath hanya bisa

dilakukan dengan ijtihad dan menyelami rahasia-rahasia Al-Qur’an.

3. Banyak hukum yang tergali dengan cara berijtihad.

• Kelemahan

1. Tafsir Bii Al-Ra’yi adalah mengatakan sesuatu tentang kalamullah

tanpa berdasarkan suatu ilmu, dan ini dilarang.

2. Adanya ancaman sebagaimana dikatakan didalam hadits bagi orang

yang menafsirkan Al-Qur’an dengan pendapatnya.

3. Tidak ada yang mampu memberikan keterangan terhadap makna-

makna Al-Qur’an kecuali Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi

Wasallam.

BAB IIIPENUTUP

A. KESIMPULAN

Pada saat ini rupanya sangat sulit untuk memahami fenomena-

fenomena tanpa adanya pemahaman fenomena yang terjadi dimasa-masa awal

ketika Al-Qur’an diturunkan.Jika kita rasakan sepertinya wahyu sangat terasa

14

Page 18: cecephilmanstaisukabumi.files.wordpress.com€¦  · Web viewDan kami menyadari sepenuhnya didalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, baik itu dariseg isi stematika

membumi ketika awal-awal Al-Qur’an di turunkan dan rasul berserta

sahabatnya masih hidup, karena rujukan dan sumbernya dapat ditemukan

langsung.Tetapi hal ini tidaklah menjadi suatu peghalang dalam melihat dan

menganalisis Al-Qur’an yang tentunya tetap berpijak pada pemahaman yang

pertama kali dicontohkan.

Pendapat yang tidak membolehkan adanya penafsiran bi al-ra’y

pernah dianggap sebagai biang keladi adanya kejumudan berpikir dikalangan

umat Islam, karena pendapat tersebut memberikan rasa takut dan

menyebabkan tidak mengkaji isi Al-Qur’an, masalah-masalah lain yang

menjadi bukti kuat kekalnya Al-Quran.Penggunaan tafsir logika tidak

dibenarkan jika dipakai dalam mengkaji kegiatan ubudiyah yang tidak

mungkin terjadi adanya perubahan. Penafsiran ini hanya bisa dipakai untuk

masalah-masalah sosial atau aspek kehidupan yang sangat dinamis, dan

berkembang pesat yang membutuhkan kajian sesuai dengan petunjuk Al-

Qur’an, menghasilkan teori yang relevan dengan dinamika yang ada dengan

berdasar pada kekalnya Al-Qur’an dan jawaban terhadap masalah-masalah

yang terjadi, hal ini merupakan konsekuensi logisnya.

B. SARAN

Sebagai umat Islam, hendaknya kita membuka, memperluas dan

mendalami ilmu-ilmu agama Islam. Sebagai generasi kaum muslim, sudah

seyogyanya kita mengetahui cabang-cabang ilmu Al-qur’an seperti tafsir, dan

lain-lain. Dengan mengetahui berbagai macam tafsir maka akan menambah

15

Page 19: cecephilmanstaisukabumi.files.wordpress.com€¦  · Web viewDan kami menyadari sepenuhnya didalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, baik itu dariseg isi stematika

pengetahuan, baik untuk digunakan secara pribadi juga untuk disebar luaskan

di lingkungan sekitar kita.

DAFTAR PUSTAKA

Ar-Rumi, Fahd bin Muhammad, 1996, Dirasat Fi ‘ulum Al-Qur’an, terj. Cet.1, Yogyakarta: Titian Ilahi

Ash Shaabuniy, Muhammad Ali, 1998,Study Ilmu Al-Qur’an,Alih Bahasa Aminuddin, Bandung:PustakaSetia

16

Page 20: cecephilmanstaisukabumi.files.wordpress.com€¦  · Web viewDan kami menyadari sepenuhnya didalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, baik itu dariseg isi stematika

Al-Qattan, Manna’ Khalil, 2007,StudiIlmu-Ilmu Qur’an, terj. Mudzakir As, Bogor: PustakaLiteraAntar Nusa

Yunus, Mahmud, KamusArabi – Indonesia, Jakarta: YayasanPenyelenggaraPenterjemahPentafsiran Al-Qur’an

Yusuf, Kadar M, 2009, Study Al-Qur’an, Jakarta: AMZAH

17