d1215002.docx · web viewdan terakhir anonymity yaitu identitas yang palsu atau disamarkan. dalam...

31
JURNAL GENDERLECT STYLE DALAM NEW MEDIA (Studi Analisis Media Siber tentang Genderlect Style Pengguna Media Sosial Instagram) Oleh: Agnes Febriana Rahmawati D1215002 PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Upload: vankhanh

Post on 13-Mar-2018

216 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: D1215002.docx · Web viewDan terakhir anonymity yaitu identitas yang palsu atau disamarkan. Dalam ruang virtual, anonimitas dapat terjadi sepenuhnya. Seseorang dapat mengubah nama

JURNAL

GENDERLECT STYLE DALAM NEW MEDIA

(Studi Analisis Media Siber tentang Genderlect Style Pengguna Media Sosial

Instagram)

Oleh:

Agnes Febriana Rahmawati

D1215002

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2017

Page 2: D1215002.docx · Web viewDan terakhir anonymity yaitu identitas yang palsu atau disamarkan. Dalam ruang virtual, anonimitas dapat terjadi sepenuhnya. Seseorang dapat mengubah nama

GENDERLECT STYLE DALAM NEW MEDIA

(Studi Analisis Media Siber tentang Genderlect Style Pengguna Media Sosial

Instagram)

Agnes Febriana Rahmawati

Monika Sri Yuliarti

Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

AbstractThe purpose of this study is to describe in detail how the genderlect style

between men and women in using social media Instagram. The methodology used in this study is descriptive qualitative with analysis of the cyber media technics. The main source obtained from observation and interview to men and women Instagram users. There is two stages in this research, namely with an observation in level of texts and an interview in level of contexts. This study used the Genderlect Style theories from Deborrah Tannen, material identity from Wood and Smith, and message production from Barbara O’Keefe. The conclusion from this reasearch is that there is including the identity on social media Instagram, a women users more likely to featuring with their identities than a men users. The kind of message to be delivered, the women users prefer to upload about the topics of personal, meanwhile the men users was more pleased to upload the topic about the general. Then in a way of producing the message, the women users was more pleased expressive in wrote a message than the men users was more pleased conventional.Keywords: Genderlect Style, Material Identity, Message Production, New Media

Pendahuluan

Hadirnya media sosial telah memberi perubahan pada pengaruh sosio-

teknologi terhadap komunikasi secara keseluruhan. Perubahan yang terjadi

mencakup pada perubahan dunia teknologi maupun dunia komunikasi, mengingat

media sosial saat ini telah menjadi suatu media komunikasi online yang menjadi

unsur penting dalam membangun, menjalin atau mempertahankan suatu hubungan

interpersonal.

Banyaknya manfaat yang dapat diperoleh dari media sosial ini dalam

berinteraksi maka komunikasi antar pribadi kini dapat dilakukan oleh para

1

Page 3: D1215002.docx · Web viewDan terakhir anonymity yaitu identitas yang palsu atau disamarkan. Dalam ruang virtual, anonimitas dapat terjadi sepenuhnya. Seseorang dapat mengubah nama

pengguna satu dengan pengguna lainnya. Interaksi yang terjadi dalam media

sosial pun menjadikan pengguna sebagai komunikator sekaligus komunikan.

Tidak hanya itu, kini interaksi antara komunikator dengan komunikan dapat

terjadi tanpa harus bertemu secara tatap muka. Hal ini tentunya memberikan

kebebasan pada pengguna dalam mengekspresikan segala sesuatu di dalam dunia

online.

Namun dalam kebebasan mengekspresikan segala sesuatu di dunia maya,

ternyata dapat berbalik menjadi atmosfer negatif. Sisi negatif dari hadirnya media

sosial yaitu para pengguna bebas dalam memposting segala sesuatu termasuk hal-

hal yang kurang pantas dan kurang mendidik, salah satunya di media sosial

Instagram. Konten visual maupun audiovisual yang disajikan dalam media sosial

ini tentunya menarik banyak pengguna tak terkecuali anak-anak. Mulai dari

konten yang lebih banyak mengadaptasi budaya barat seperti memamerkan aurat

hingga gaya hidup yang tidak sesuai dengan budaya di Indonesia. Tidak adanya

batasan-batasan dalam menggunakan media sosial ini tentunya dikhawatirkan

akan memberikan dampak negatif bagi generasi muda. Seharusnya pengguna

instagram lebih memperhatikan konten-konten apa saja yang pantas untuk

diunggah dan tidak.

Belakangan ini mulai muncul kasus-kasus yang berkaitan dengan jejaring

sosial Instagram. Salah satu kasusnya adalah kasus Karin Novilda atau lebih

dikenal dengan nama Awkarin yang seringkali memanfaatkan akun Instagramnya

untuk mengekspresikan diri dengan mengunggah foto-foto yang dianggap terlalu

vulgar oleh kalangan netizen dan juga gaya hidup yang cenderung ke arah negatif

hingga seringkali mengunggah caption dengan menuliskan kata-kata kasar untuk

dikonsumsi publik khususnya anak-anak karena dianggap akan memberikan

pengaruh negatif bagi generasi muda yang mengikutinya.

Tidak hanya kasus Awkarin saja, muncul pula Anya Geraldine yang tidak

jauh berbeda dengan Awkarin, Anya juga seringkali mengunggah foto-foto

mengenai kehidupan pribadinya hingga foto-foto mesra bersama kekasihnya yang

dianggap melewati batas oleh kalangan netizen.

2

Page 4: D1215002.docx · Web viewDan terakhir anonymity yaitu identitas yang palsu atau disamarkan. Dalam ruang virtual, anonimitas dapat terjadi sepenuhnya. Seseorang dapat mengubah nama

Kedua contoh kasus di atas dalam jejaring sosial Instagram merupakan

contoh bahwa tidak adanya batasan-batasan yang jelas dalam media sosial

membebaskan pengguna untuk mengekspresikan segala sesuatu. Dalam hal lebih

lanjut pada kedua kasus ini diunggah oleh pengguna wanita, yang dalam konsep

gender, dikonstruksikan masyarakat merupakan sosok yang feminim, sopan

santun, dan lemah lembut. Namun dalam kasus tersebut, konsep gender justru

menjadi pertanyaan.

Ketika membahas tentang gender, bahasa dan komunikasi dalam

komunikasi tatap muka, beberapa penelitian menyimpulkan bahwa perempuan

dan laki-laki menggunakan bahasa dan berbicara dengan cara yang berbeda.

Shirley dalam Littlejohn (2009: 170) menyimpulkan bahwa kaum perempuan

merasa lebih tidak nyaman dan lebih tidak berekspresif dalam situasi publik

dibanding laki-laki. Kaum perempuan berhati-hati dengan apa yang mereka

katakan dan menerjemahkan apa yang mereka rasakan dan pikirkan ke dalam

pengertian kaum laki-laki dalam masyarakat dan akibatnya adalah dibungkamnya

kaum perempuan.

Menurut Tannen dalam Griffin (2009: 463) perempuan berbicara untuk

mendapatkan human connection sedangkan laki-laki berbicara untuk status atas

budaya patriarki. Tannen juga menyebut bahwa komunikasi antara perempuan dan

laki-laki merupakan cross cultural connection.

Dari kedua konsep tersebut, dapat disimpulkan bahwa genderlect

membahas mengenai cara orang menyampaikan ide, gagasan atau pemikiran

antara satu sama lain yang dipengaruhi oleh gender dan dipandang dengan dua

budaya yang berbeda. Pada kondisi idealnya perempuan dikonstruksikan oleh

masyarakat sebagai seseorang yang lemah lembut dan penuh kasih sayang.

Sementara itu, laki-laki dikonstruksi oleh masyarakat sebagai seseorang yang

maskulin. Tannen dalam Griffin (2009: 430) meyakini bahwa fokus pembicaraan

perempuaan adalah koneksi dan memelihara hubungan, sedangkan laki-laki

berfokus pada status dan kebebasan.

Namun, konstruksi yang dibangun oleh masyarakat tersebut cenderung

mulai berubah ketika dilihat di dalam new media. Dimana perempuan lebih

3

Page 5: D1215002.docx · Web viewDan terakhir anonymity yaitu identitas yang palsu atau disamarkan. Dalam ruang virtual, anonimitas dapat terjadi sepenuhnya. Seseorang dapat mengubah nama

emosional, maskulin dan lebih senang menimbulkan konflik. Feminitas tidak

tampak lagi pada pesan yang diunggah oleh perempuan yang cenderung lebih

kasar dan lebih kuat. Berbeda dengan laki-laki, yang terlihat lebih apa adanya

dibandingan perempuan dan lebih terlihat menjaga hubungan.

Berdasarkan penjelasan di atas, hal ini menjadi menarik untuk dilakukan

penelitian lebih lanjut mengenai genderlect style antara pengguna laki-laki dan

pengguna perempuan di dalam media sosial Instagram.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas permasalahan yang dapat

dirumuskan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana genderlect style dalam level teks dan level konteks di media sosial

Instagram?

Tinjauan Pustaka

1. Definisi Komunikasi

Menurut Harold Lasswell dalam Mulyana (2014: 69) mendefinisikan

komunikasi sebagai berikut:

“Proses penyampaian pesan atau informasi dari komunikator kepada komunikan melalui media tertentu yang menimbulkan efek yang digambarkan dengan menjawab pertanyaan Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?”

Membahas komunikasi tidak lepas dari unsur-unsur komunikasi yang

merupakan komponen penting dalam proses komunikasi. Berdasarkan

definisi Lasswell dalam Mulyana (2014: 69-71) unsur-unsur komunikasi

meliputi: (a) komunikator (source), (b) pesan (message), (c) saluran

(channel), (e) komunikan (receiver), (f) umpan balik (effect).

Adapun unsur-unsur yang digunakan pada penelitian ini, pertama

pengguna media sosial Instagram berperan sebagai komunikator dalam

menyampaikan informasi mengenai segala aktivitasnya. Pengguna tidak

hanya berperan sebagai komunikator melainkan dapat pula sebagai

komunikan, yakni si penerima pesan. Pesan yang disampaikan dalam media

4

Page 6: D1215002.docx · Web viewDan terakhir anonymity yaitu identitas yang palsu atau disamarkan. Dalam ruang virtual, anonimitas dapat terjadi sepenuhnya. Seseorang dapat mengubah nama

sosial Instagram ini dapat berupa unggahan foto, caption, video, dan lain

sebagainya yang dibagikan oleh pengguna. Saluran yang digunakan untuk

menyampaikan pesan tersebut adalah internet, sedangkan efek yang

diharapkan adalah mendapatkan umpan balik dari pengguna lain seperti tanda

like, komentar, dan lain-lain.

2. Genderlect Style

Mansour (2013: 8) mendefinisikan konsep gender sebagai suatu sifat

yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi

secara sosial maupun kultural.

“Menurut Tannen dalam Griffin (2009: 430), genderlect style merupakan sebuah istilah yang menunjukkan bahwa gaya maskulin dan feminim dari wacana yang terbaik dipandang sebagai dua budaya yang berbeda.”

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa genderlect style

membahas mengenai cara seseorang menyampaikan ide, gagasan, atau

pemikiran antara satu sama lain yang dipengaruhi oleh gender dan dipandang

dengan dua budaya yang berbeda. Tannen meyakini bahwa fokus

pembicaraan perempuan adalah koneksitas (rapport talk), sedangkan laki-laki

pada status dan kebebasan (report talk). Tannen meyakini terdapat gap antara

laki-laki dan perempuan, dikarenakan masing-masing berada pada posisi

lintas budaya yang berbeda (cross culture). (Griffin, 2009: 430-431)

Berkenaan dengan ketiga nilai ini, Tannen dalam Griffin (2009: 432-

435) mengkategorikan temuan-temuannya sebagai berikut: (a) public

speaking versus private speaking, (b) telling a story, (c) listening, (d) asking

questions, (e) conflict

3. Identitas Material

Pada saat mencantumkan sebuah identitas di internet, pengguna harus

bertanya pada dirinya sendiri apa tujuan untuk menulis identitas yang

mengakibatkan pengguna bertanya pada diri sendiri siapa mereka. Pada

tahapan lebih lanjut, mereka akan membuat identitas material, yaitu identitas

yang digunakan untuk memperkenalkan diri di internet. (Nasrullah, 2014: 5)

5

Page 7: D1215002.docx · Web viewDan terakhir anonymity yaitu identitas yang palsu atau disamarkan. Dalam ruang virtual, anonimitas dapat terjadi sepenuhnya. Seseorang dapat mengubah nama

Terdapat tiga tipe identitas dalam interaksi di internet yang

dikemukakan oleh Wood dan Smith dalam Nasrullah (2014: 143-145), yakni

real-life identity, pseudonymity, dan anonymity. Real-life identity merupakan

identitas asli yang menunjukkan siapa individu sebenarnya. Pseudonymity

yaitu identitas yang tidak dimunculkan secara utuh. Dan terakhir anonymity

yaitu identitas yang palsu atau disamarkan. Dalam ruang virtual, anonimitas

dapat terjadi sepenuhnya. Seseorang dapat mengubah nama atas kehendak

mereka sendiri dan tidak ada keterkaitan dengan identitas di dunia nyata.

4. Produksi Pesan

Paradigma Lasswell dalam Mulyana (2014: 39) menjelaskan bahwa

komunikator menyandi (encode) pesan yang akan disampaikan kepada

komunikan. Barbara O’Keefe dalam Littlejohn (2009: 188) menggarisbawahi

tiga logika penyusunan pesan yang mungkin mencakup dari orang yang

kurang memusatkan diri hingga orang yang paling memusatkan diri, yaitu: (a)

logika ekspresif, (b) logika konvensional, (d) logika retoris.

Metodologi

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan metode analisis

media siber. Pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui fenomena genderlect

style pada pengguna laki-laki dan perempuan di dalam media sosial Instagram.

Sumber data primer diperoleh dengan cara melakukan pengamatan dan

wawancara terhadap pengguna Instagram. Informan untuk penelitian ini adalah

pengguna media sosial Instagram baik laki-laki dan perempuan yang termasuk

dalam kriteria, yaitu sudah menggunakan media sosial Instagram lebih dari satu

tahun, aktif dalam menggunakan media sosial Instagram, memiliki lebih dari 50

unggahan foto maupun video, serta menjadi teman dari peneliti. Data pendukung

lainnya diperoleh dari dokumen, artikel, literatur, jurnal serta situs internet yang

berkenaan dengan penelitian yang dilakukan.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

data kualitatif, dengan teorinya Miles dan Huberman. Teknik analisis ini pada

dasarnya terdiri dari tiga komponen (Herdiansyah, 2010: 164-180): 1)

6

Page 8: D1215002.docx · Web viewDan terakhir anonymity yaitu identitas yang palsu atau disamarkan. Dalam ruang virtual, anonimitas dapat terjadi sepenuhnya. Seseorang dapat mengubah nama

Pengumpulan data, 2) Reduksi data (data reduction), 3) Penyajian data (data

display), 4) Verifikasi atau kesimpulan. Dalam penilitian ini penulis menggunakan

teknik triangulasi, yaitu teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan

dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.

Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi teori dan

triangulasi data. Dimana triangulasi teori ini digunakan dengan menginterpretasi

data yang sejenis dengan informan yang berbeda. Hal ini lakukan peneliti untuk

memeriksa keabsahan data tersebut.

Sajian dan Analisis Data

A. Identitas Material Informan

Identitas material dibagi menjadi tiga bagian yaitu username, bio, dan

foto profil pengguna media sosial Instagram. Di dalam media sosial

Instagram, identitas material merupakan hal penting karena di dalam sebuah

profil yang dicantumkan berguna untuk memperkenalkan dirinya kepada

orang lain. Pengguna dapat menuliskan berbagai informasi, hobi atau

kesenangan, pekerjaan, pemikiran hingga status mereka di dalam profil. Hal

ini bertujuan agar pengguna dapat dikenal oleh orang lain. Profil ini biasanya

berisikan nama, foto, dan tulisan.

Dari hasil penelitian terhadap 10 pengguna media sosial Instagram

yang terdiri dari 5 pengguna laki-laki dan 5 pengguna perempuan, mereka

sama-sama mencantumkan identitas asli mereka di media sosial Instagram.

Pengguna laki-laki maupun perempuan memunculkan identitas di media

sosial dengan menggunakan identitas asli atau real-life identity agar

memudahkan orang untuk mencari akun Instagram pengguna. Terdapat pula

pseudonymity identitas yang tidak dimunculkan secara utuh, pengguna

menampilkan username hanya dengan mencantumkan nama panggilan agar

terlihat simple dan mudah diingat. Pada penelitian ini tidak ditemukan

pengguna laki-laki maupun perempuan yang menggunakan identitas palsu

atau anonymity. Sehingga dalam hal ini tidak terdapat perbedaan antara

7

Page 9: D1215002.docx · Web viewDan terakhir anonymity yaitu identitas yang palsu atau disamarkan. Dalam ruang virtual, anonimitas dapat terjadi sepenuhnya. Seseorang dapat mengubah nama

pengguna laki-laki dan pengguna perempuan dalam mencantumkan identitas

mereka di media sosial Instagram.

Lebih lanjut, dalam media sosial, pengguna dapat menampilkan foto

profil dengan menggunakan foto diri sendiri, foto bersama keluarga atau

teman, dan bahkan foto orang lain yang diidolakan sesuai dengan keinginan

pengguna. Terdapat dua temuan dari penggunaan foto profil yang ditampilkan

oleh pengguna laki-laki maupun perempuan di media sosial Instagram yaitu

menggunakan foto diri asli tanpa filter dan foto diri asli dengan menggunakan

editing filter. Filter disini adalah sebuah fitur yang digunakan seseorang untuk

mengubah tampilan foto agar terlihat lebih baik atau bahkan sangat berbeda

dengan tampilan aslinya. Tiga dari lima pengguna laki-laki menampilkan foto

diri asli tanpa menggunakan filter dengan alasan tidak ingin terlihat

berlebihan. Sementara dua orang lainnya menambahkan edit filter dalam

menampilkan foto profil karena ingin terlihat maksimal. Hal ini berbeda

dengan lima pengguna perempuan yang mengedit fotonya terlebih dahulu

agar terlihat cantik, bagus, dan menarik.

Dalam menampilkan foto profil di media sosial Instagram, dapat

dikatakan bahwa baik pengguna laki-laki maupun pengguna perempuan

menggunakan foto diri asli sesuai dengan identitas mereka. Namun terdapat

temuan bahwa baik pengguna laki-laki maupun perempuan mengedit fotonya

terlebih dahulu sebelum menjadikannya sebagai foto profil. Seseorang yang

menampilkan foto diri sebagai identitas di media sosial lebih cenderung untuk

mengeditnya terlebih dahulu. Hal ini diperkuat dengan adanya motivasi dan

dorongan dari pengguna laki-laki maupun perempuan untuk mengedit foto

diri asli sebelum menampilkannya sebagai foto profil.

Kemudian dalam mencantumkan bio baik pengguna laki-laki maupun

pengguna perempuan mencantumkan identitas diri dan kata-kata ungkapan

pada bio di media sosial Instagram. Namun yang sedikit membedakan,

pengguna perempuan cenderung menggunakan bio untuk menunjukkan

identitasnya agar lebih mudah dikenal orang. Hal ini sangat berkaitan dengan

8

Page 10: D1215002.docx · Web viewDan terakhir anonymity yaitu identitas yang palsu atau disamarkan. Dalam ruang virtual, anonimitas dapat terjadi sepenuhnya. Seseorang dapat mengubah nama

teori genderlect style dimana perempuan berhasrat pada human connection,

sedangkan laki-laki berhasrat pada status.

B. Jenis Penyampaian Pesan Pengguna Instagram

Terdapat dua jenis pesan yang disampaikan pengguna laki-laki

maupun perempuan di media sosial Instagram yang tebagi terbagi menjadi

dua yaitu private area dan public area. Berbicara mengenai jenis pesan,

Tannen dalam Griffin (2009: 432) mengatakan bahwa dalam berkomunikasi,

laki-laki lebih senang menggunakan gaya informatif dalam format reportase

yang berkaitan dengan topik-topik umum. Sedangkan perempuan lebih

senang bercerita tentang hal-hal yang bersifat pribadi jika dibandingkan

dengan laki-laki.

Membahas tentang private area pada pengguna media sosial

Instagram, biasanya berkaitan dengan keterbukaan dalam membicarakan

kehidupan pribadi di media sosial. Pada penelitian ini, peneliti menemukan

beberapa jenis pesan yang diunggah pengguna laki-laki maupun pengguna

perempuan yang berkaitan dengan unggahan yang berupa private area.

Peneliti menemukan adanya jenis pesan yang sama antara pengguna laki-laki

dan perempuan, namun ada juga jenis pesan yang berbeda yang diunggah

oleh dua pengguna tersebut. Tidak hanya itu saja, terdapat tujuan yang

berbeda antara pengguna laki-laki dan perempuan dalam mengunggah pesan.

Salah satu jenis pesan yang sering diunggah oleh pengguna laki-laki

maupun perempuan yang berupa private area adalah tentang teman dan

personal relationship. Dari kelima pengguna laki-laki, hanya terdapat satu

topik yang diunggah tentang temannya yaitu mengunggah tentang

kebersamaan dengan teman mereka. Hal ini bertujuan untuk mengabadikan

moment dan menghargai kebersamaan. Sedangkan pada pengguna perempuan

terdapat dua topik yang diunggah yaitu mengenai kebersamaan dengan teman

dan konflik dengan teman. Berbeda dengan pengguna laki-laki yang

cenderung lebih senang mengunggah tentang kebersamaan dengan temannya,

terdapat pengguna perempuan yang sering membuat pesan yang mengandung

konflik dalam mengunggah moments di media sosial Instagram. Konflik yang

9

Page 11: D1215002.docx · Web viewDan terakhir anonymity yaitu identitas yang palsu atau disamarkan. Dalam ruang virtual, anonimitas dapat terjadi sepenuhnya. Seseorang dapat mengubah nama

dimunculkan oleh pengguna perempuan dengan cara meluapkan emosi dalam

bentuk sindiran yang ditujukan kepada temannya di media sosial Instagram.

Tidak hanya mengunggah tentang teman saja, peneliti juga menemukan

pengguna laki-laki dan pengguna perempuan yang mengunggah kebersamaan

dengan pacar. Baik pengguna laki-laki maupun pengguna perempuan dalam

mengunggah mengenai pacar bertujuan untuk berbagi kebahagiaan.

Dalam mengunggah moments dengan teman atau personal

relationship terdapat persamaan dan perbedaan antara pengguna laki-laki dan

perempuan. Persamaannya adalah baik pengguna laki-laki maupun pengguna

perempuan sama-sama sering mengunggah kebersamaan yang dilakukan

dengan teman-temannya. Tetapi dalam hal ini terdapat perbedaan antara

pengguna laki-laki dan perempuan di media sosial Instagram. Perbedaan

tersebut terletak pada konflik yang lebih sering diciptakan oleh pengguna

perempuan, sedangkan pengguna laki-laki terlihat sangat menjaga hubungan

mereka di media sosial Instagram.

Hal ini tentu berbeda dengan konsep yang diutarakan oleh Tannen

dalam Griffin (2009: 430) yang mengatakan bahwa perempuan cenderung

menghindari konflik dibandingkan laki-laki yang cenderung menciptakan

konflik. Sehingga terlihat bahwa laki-laki lebih berpikir rasional dan menjaga

human connection, sedangkan perempuan lebih emosional di media sosial

Instagram.

Media sosial merupakan salah satu media yang berkaitan erat dengan

publik karena merupakan milik publik dan masuk ke dalam ranah publik.

Charles dalam Elvinaro (2007: 96) mengatakan bahwa publik adalah pesan-

pesan komunikasi massa yang pada umumnya tidak ditujukan kepada

perseorangan secara eksklusif, melainkan bersifat terbuka, umum, dan publik.

Sehingga dapat dikatakan bahwa pesan yang masuk ke dalam public area

adalah pesan yang bersifat umum dan terbuka.

Peneliti menemukan lima jenis pesan yang masuk ke dalam kategori

public area yang diunggah oleh pengguna laki-laki maupun perempuan di

media sosial Instagram yaitu tentang pekerjaan, tempat populer, lagu,

10

Page 12: D1215002.docx · Web viewDan terakhir anonymity yaitu identitas yang palsu atau disamarkan. Dalam ruang virtual, anonimitas dapat terjadi sepenuhnya. Seseorang dapat mengubah nama

makanan minuman, dan informasi publik. Meski pengguna seringkali

mengunggah tentang jenis pesan yang sama, namun masing-masing pengguna

memiliki tujuan yang berbeda-beda.

Dalam mengunggah tentang aktivitas pekerjaan, baik pengguna laki-

laki maupun pengguna perempuan sama-sama mengunggah kegiatan yang

dilakukan. Namun terdapat perbedaan antara pengguna laki-laki dan

perempuan yaitu tujuan mereka dalam mengunggah aktivitas. Pengguna laki-

laki mengunggah kegiatan yang dilakukan sebagai bentuk promosi dari

pekerjaannya, sementara pengguna perempuan mengunggah pekerjaannya

cenderung untuk menunjukkan eksistensi.

Tidak hanya mengunggah tentang pekerjaan, baik pengguna laki-laki

maupun pengguna perempuan sama-sama sering mengunggah tentang tempat

yang sedang populer, namun perbedaannya terletak pada tujuan mereka

dalam mengunggah tempat tersebut. pengguna perempuan terlihat lebih

menonjolkan gaya hidupnya dibandingkan dengan pengguna laki-laki yang

lebih sebagai berbagi informasi.

Berbicara mengenai jenis pesan, Tannen dalam Griffin (2009: 432)

mengatakan bahwa dalam berkomunikasi, laki-laki lebih senang

menggunakan gaya informatif dalam format reportase yang berkaitan dengan

topik-topik umum. Sedangkan perempuan lebih senang bercerita tentang hal-

hal yang bersifat pribadi jika dibandingkan dengan laki-laki.

Hal di atas menyerupai hasil temuan penelitian ini yang membuktikan

bahwa perempuan lebih senang membicarakan tentang pesan yang bersifat

private area dibandingkan dengan public area. Pengguna perempuan

cenderung lebih senang mengunggah tentang hal-hal yang bersifat pribadi

seperti kebersamaan dengan teman, pacar, hingga membicarakan konflik

dengan menuliskan kalimat-kalimat yang berupa sindiran. Sebaliknya, laki-

laki lebih senang membicarakan pesan yang bersifat public area

dibandingkan dengan private area. Meskipun ada beberapa laki-laki yang

membicarakan tentang private area, namun perempuan cenderung lebih

banyak daripada laki-laki.

11

Page 13: D1215002.docx · Web viewDan terakhir anonymity yaitu identitas yang palsu atau disamarkan. Dalam ruang virtual, anonimitas dapat terjadi sepenuhnya. Seseorang dapat mengubah nama

C. Cara Pengguna Memproduksi Pesan di Media Sosial Instagram

Di media sosial Instagram, komunikasi terjadi secara dua arah antara

para pengguna pada saat mengunggah moment. Seorang pengguna dapat

berperan sebagai komunikator dan sekaligus menjadi komunikan. Sebagai

komunikator, pengguna berperan untuk menyampaikan pesan kepada

komunikan. O’Keefe dalam Little John (2009: 188) menjelaskan tentang tiga

logika penyusunan pesan oleh komunikator sesuai dengan cara-cara yang

dipilih untuk menyampaikan pesan kepada komunikan, yaitu menyampaikan

pesan yang bersifat ekspresif, konvensional, dan retoris.

Pesan yang ekspresif adalah perasaan yang disampaikan secara lugas

dari dalam hati dan perasaan komunikator yang bersifat terbuka, meledak-

ledak, dan tidak ada makna tersirat di dalamnya. Pesan-pesan yang

disampaikan secara ekspresif ini merupakan pesan yang diluapkan seseorang,

bukan pesan yang memikirkan kepentingan orang banyak. (Miller, 2005: 111)

Pesan ekspresif dalam penelitian ini yaitu pesan yang menggunakan simbol.

Simbol menurut Mulyana (2014: 92) adalah sesuatu yang digunakan untuk

menunjuk sesuatu yang lain, berdasarkan kesepakatan sekelompok orang.

Simbol meliputi kata-kata (pesan verbal), perilaku non verbal, dan objek yang

maknanya disepakati bersama. Bentuk ekspresif dalam penyusunan pesan

pada sebuah teks dapat dilakukan dengan menggunakan simbol seperti

emoticion, sticker, serta penggunaan tanda baca juga dapat mewakili ekspresi.

Pada penelitian ini terdapat lima pesan ekspresif yang menggunakan

simbol, yaitu menambahkan tanda baca seru yang berlebihan, huruf kapital

yang berlebihan, emoticion, sticker, dan hashtag. Namun peneliti hanya

menemukan tiga pesan ekspresif yang menggunakan simbol pada pengguna

laki-laki yaitu dengan menambahkan emoticion, sticker, dan hashtag. Dapat

dikatakan bahwa pengguna perempuan lebih dominan dalam menggunakan

simbol-simbol tertentu dalam memproduksi pesan ekspresif.

Logika pesan yang kedua yaitu logika pesan konvensional. Menurut

O’Keffe dalam Little John (2009: 189) pesan konvensional adalah pesan yang

memandang komunikasi sebagai permainan yang dimainkan dengan

12

Page 14: D1215002.docx · Web viewDan terakhir anonymity yaitu identitas yang palsu atau disamarkan. Dalam ruang virtual, anonimitas dapat terjadi sepenuhnya. Seseorang dapat mengubah nama

mengikuti aturan. Komunikasi disini adalah sebuah cara pengungkapan diri

yang dilakukan sesuai dengan aturan dan norma yang berlaku termasuk hak

dan kewajiban orang-orang yang terlibat. Pesan yang disampaikan adalah

pesan yang sopan, pantas, dan berdasarkan aturan-atura yang diketahui setiap

orang.

Pesan konvensional dalam penelitian ini berupa penulisan sesuai

dengan ejaan yang disempurnakan (EYD), penggunaan tanda baca sesuai

aturan, penggunaan quotes atau kutipan, dan mengunggah pesan yang

mengandung kebaikan. Dalam penulisan sesuai dengan ejaan yang

disempurnakan (EYD), peneliti menemukan bahwa pengguna laki-laki lebih

sering menggunakan penulisan yang sesuai dengan EYD daripada pengguna

perempuan. Penulisan yang benar dan sesuai tersebut dapat dilihat dari

penggunaan huruf kapital dan tanda baca yang sesuai dengan aturan.

Pengguna perempuan mengungkapkan jarang sekali menulis caption sesuai

dengan EYD karena tidak ingin terlihat kaku dan ingin terlihat lebih santai.

Yang terakhir yaitu logika pesan retoris. Pesan retoris menurut Miller

(2005: 111) adalah logika penyusunan pesan yang memandang komunikasi

sebagai kreasi untuk mengubah aturan dan norma melalui negosiasi. Pesan ini

disebut retoris karenaa komunikator dalam menyampaikan pesan dengan

menggunakan cara-cara persuasif agar pesan yang disampaikan disetujui oleh

komunikan. Pada penelitian ini, dari kesepuluh pengguna laki-laki maupun

perempuan, peneliti hanya menemukan satu pengguna perempuan yang

mengunggah pesan secara retoris. Sementara, pada pengguna laki-laki, tidak

ditemukan pengguna yang mengunggah pesan secara retoris.

Dalam hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pengguna

perempuan memiliki tiga bentuk penyampaian pesan yaitu penyusunan pesan

secara ekspresif, penyusunan pesan secara konevensional, dan penyusunan

pesan secara retoris. Hal ini sedikit berbeda dengan pengguna laki-laki yang

hanya memiliki dua bentuk penyampaian pesan yaitu penyusunan pesan

secara ekspresif dan penyusunan pesan secara konvensional.

13

Page 15: D1215002.docx · Web viewDan terakhir anonymity yaitu identitas yang palsu atau disamarkan. Dalam ruang virtual, anonimitas dapat terjadi sepenuhnya. Seseorang dapat mengubah nama

Perbedaan tesebut terlihat bahwa pengguna Instagram laki-laki lebih

cenderung menyampaikan pesan secara konvensional meskipun terdapat

beberapa pengguna laki-laki yang menyampaikan pesan secara ekspresif.

Penyusunan pesan secara konvensional terlihat dari hasil unggahan moment

yang diunggah pengguna laki-laki yang menggunakan kata-kata yang apa

adanya dan lebih bersifat lelucon.

Hal ini sama dengan yang disampaikan Tannen dalam Griffin (2009:

433), yang mengatakan bahwa laki-laki lebih cenderung banyak bercerita

dengan menggunakan lelucon. Laki-laki menggunakan lelucon sebagai suatu

cara maskulin dalam menunjukkan status.

Sedangkan pengguna perempuan lebih senang menyusun pesan

dengan cara ekspresif dan retoris di media sosial Instagram. Hal ini terlihat

dari hasil unggahan pengguna perempuan yang lebih senang menggunakan

tanda seru secara berlebihan, menambahkan simbol berupa emoticion atau

sticker, serta menggunakan pesan-pesan tertentu untuk mempengaruhi

pengguna lain agar setuju dengan pendapat yang disampaikannya.

Kesimpulan

Dalam penggunaan media sosial Instagram, terdapat perbedaan antara

pengguna laki-laki dan pengguna perempuan dalam mengunggah moments.

Berkaitan dengan jenis pesan yang disampaikan antara pengguna laki-laki dan

pengguna perempuan, pengguna perempuan cenderung lebih senang mengunggah

hal-hal yang bersifat pribadi atau private area. Sedangkan pengguna laki-laki

lebih sering mengunggah hal-hal yang bersifat umum atau public area. Terdapat

temuan yang menarik dalam penelitian ini, bahwa pengguna perempuan lebih

senang untuk membicarakan konflik di media sosial Instagram dibandingkan

dengan pengguna laki-laki yang lebih cenderung untuk menghindari konflik.

Kemudian pengguna perempuan lebih senang menampilkan gaya hidup di media

sosial Instagram, sementara pengguna laki-laki lebih senang menggunakan

Instagram untuk berbagi informasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa laki-laki

14

Page 16: D1215002.docx · Web viewDan terakhir anonymity yaitu identitas yang palsu atau disamarkan. Dalam ruang virtual, anonimitas dapat terjadi sepenuhnya. Seseorang dapat mengubah nama

lebih senang menjaga hubungan dibandingkan perempuan yang lebih senang

memunculkan konflik.

Dari beberapa hasil temuan diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat

sedikit perubahan konsep genderlect style dari Deborah Tannen dalam new media

pada penelitian di media sosial Instagram ini. Perubahan tersebut terletak pada

perempuan yang cenderung bersifat report talk dan laki-laki lebih cenderung

bersifat rapport talk. Hal ini dapat dilihat dari beberapa temuan mengenai jenis

pesan yang disampaikan dan cara memproduksi pesan. Dalam jenis pesan yang

disampaikan, pengguna perempuan cenderung lebih senang mengunggah tentang

konflik dibandingkan dengan laki-laki yang lebih senang menjaga hubungan.

Tidak hanya itu, dalam cara memproduksi pesan, pengguna perempuan lebih

bersifat ekspresif dibandingkan laki-laki yang sering mengunggah pesan secara

konvensional.

Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memiliki beberapa saran

sebagai berikut: Pada penelitian ini, ditemukan bahwa pengguna perempuan lebih

bersifat terbuka tentang kehidupan pribadinya di media sosial. Sehingga dapat

diharapkan sekali agar pengguna perempuan mengerti batasan-batasan dan dapat

lebih bijak dalam mengunggah sesuatu di media sosial Instagram. Pada penelitian

genderlect style ini, terdapat banyak keterbatasan dalam pemilihan sampel dan

informan karena hanya terbatas pada lingkaran teman Instagram peneliti, sehingga

hasil penelitian ini belum tentu akan sama hasilnya jika diteliti dengan topik dan

media yang sama. Penelitian ini hanya berfokus pada genderlect style di dalam

media sosial Instagram, sehingga memungkinkan hasil yang berbeda jika diteliti

menggunakan media sosial lain seperti facebook, twitter, dan lain sebagainya.

Oleh karena itu, diharapkan peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian

dengan menggunakan media sosial lain agar mendapatkan lebih banyak hasil

temuan pada konsep genderlect style dalam new media.

Daftar Pustaka

15

Page 17: D1215002.docx · Web viewDan terakhir anonymity yaitu identitas yang palsu atau disamarkan. Dalam ruang virtual, anonimitas dapat terjadi sepenuhnya. Seseorang dapat mengubah nama

Budiargo, Dian. (2015). Berkomunikasi Ala Net Geneation. Jakarta: PT. Gramedia

Elvinaro, Ardianto, Lukiati Komala dan Siti Karlinah. (2007). Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatam Media

Griffin, Em. (2009). A First Look at Communication Theory. New York: Mc. Graw-Hill

Herdiansyah, Haris. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika

Littlejohn, Stephen W dan Karen A Foss. (2009). Teori Komunikasi, terj. Mohammad Yusuf Hamdan. Jakarta: Salemba Humanika

Mansour, Fakih. (2013). Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Miller, Katherine. (2005). Communication Theories, Perspective, Processes, and Contexts: Second Edition. USA: Mc-Graw Hills Companies.

Mulyana, Deddy. (2014). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya

Nasrullah, Rulli. (2014). Teori dan Riset Media Siber (Cybermedia). Jakarta: Kencana Prenada Media Grup

16

Page 18: D1215002.docx · Web viewDan terakhir anonymity yaitu identitas yang palsu atau disamarkan. Dalam ruang virtual, anonimitas dapat terjadi sepenuhnya. Seseorang dapat mengubah nama
Page 19: D1215002.docx · Web viewDan terakhir anonymity yaitu identitas yang palsu atau disamarkan. Dalam ruang virtual, anonimitas dapat terjadi sepenuhnya. Seseorang dapat mengubah nama