case study 5

23
BLOK DENTAL REHABILITATIVE SELF LEARNING REPORT CASE STUDY 5 Tutor : Disusun oleh: Nadya Octoraputri H. G1G011007 KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

Upload: nadyaoct

Post on 19-Dec-2015

106 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

CASE STUDY 5 REHAB

TRANSCRIPT

Page 1: Case Study 5

BLOK DENTAL REHABILITATIVE

SELF LEARNING REPORT

CASE STUDY 5

Tutor :

Disusun oleh:

Nadya Octoraputri H.

G1G011007

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

JURUSAN KEDOKTERAN GIGI

PURWOKERTO

2015

Page 2: Case Study 5

CASE STUDY 5

TAHAPAN PEMBUATAN GTP

I. Persiapan model kerja

Persiapan model kerja dimulai dari merapikan model kerja,

membuat median line, ridge line, outline baseplate, dan tiga cekungan.

Pembuatan garis median yaitu garis vertikal imajiner yang membagi

model kerja menjadi dua sisi yang sama besar. Garis ini sebagai

panduan untuk penyusunan gigi dan pemasangan model kerja pada

artikulator.

Pembuatan ridge line bertujuan untuk panduan dalam

penyusunan gigi. Garis ini melewati puncak alveolaris anterior dan

posterior pada kedua sisi dan dilanjutkan sampai tepi model. Garis

puncak processus alveolaris anterior ditarik pada daerah insisive

pertama sampai kaninus, sedangkan garis puncak processus alveolaris

posterior ditarik dari daerah mesial premolar sampai daerah tuber

maxilla (rahang atas), dan retromolar pad (rahang bawah).

Menurut Gunadi, dkk. (1995), alat dan bahan dalam pembuatan

model kerja:

A. Pensil 2B

B. Pensil tinta

C. Penggaris

D. Pisau malam

E. Kertas gosok

II. Pembuatan Individual Tray

Pembuatan individual tray diawali dengan:

A. Membuat outline individual tray pada model study, 2 mm under

extended dari batas mukosa bergerak dan tak bergerak.

B. Membuat outline stopper, untuk rahang atas ke arah bukal, rahang

bawah lebih ke arah lingual (memudahkan pengembalian sendok

cetak pada tempat kedudukannya dalam mulut penderita)

Page 3: Case Study 5

C. Pembuatan spacer malam (sebagai tempat bagi bahan cetak final)

D. Ulas bagian permukaan model yang tidak tertutup malam merah

dengan bahan separasi CMS

E. Dibuat adonan resin akrilik sesuai aturan pabrik, ditunggu sampai

“dough stage”

F.  Adonan diletakkan diatas spacer malam rahang atas dengan

adonan dikumpulkan, dibentuk bulatan, sedangkan rahang bawah

adonan dibentuk bulat panjang spt guling

G. Diatas adonan diberi plastik cellophan dan diratakan sesuai dengan

outline spacer malam pada bagian anterior diberi tangkai

H. Rendam dengan air dingin

I. Rapikan bagian yang melewati outline base

III. Pembuatan lempeng gigi (Base Plate) dan galangan gigit (Bite Rim)

Prosedur ini dilakukan untuk menentukan hubungan relasi

mandibula-maksila serta informasi lain yang diperlukan. Base plate

terbuat dari resin akrilik, sedangkan bite rim terbuat dari malam

(Gunadi, dkk., 1995).

Syarat lempeng dan galangan gigit harus memenuhi:

A. Lempeng gigit harus beradaptasi dengan baik pada permukaan

model

B. Lempeng gigit harus mengikuti denture outline

C. Galangan gigit harus menempel dengan baik pada lempeng gigit

D. Lengkung galangan gigit sesuai dengan lengkung rahang

E. Bidang labial dan bukal galangan gigit tidak boleh melebihi sulkus

labialis dan bukalis.

F. Penampang galangan gigit berbentuk trapezium

G. Tinggi galangan gigit untuk rahang atas adalah 20-22 mm,

sedangkan rahang bawah 16-18 mm.

H. Lebar galangan gigit daerah anterior 5mm, premolar 7 mm, dan

molar 10.

Page 4: Case Study 5

I. Galangan gigit anterior rahang atas membentuk sudut 5o sehingga

terdapat jarak antara bidang labial galangan gigit rahang atas dan

bawah sebesar 2 mm.

Menurut Gunadi (1995), alat dan bahan yang digunakan dalam

tahap ini diantaranya:

A. Lekron

B. Pisau malam

C. Lampu spirtus

D. Lembaran malam

E. Model kerja

Cara kerja:

A. Lempeng gigit

1. Lunakan satu lapis malam dan adaptasikan pada model kerja

2. Potong malam sesuai batas tepi model yang telah dibuat

3. Malam pada bagian vestibulum ditekan sehingga menempel

dan membentuk lempeng gigit sesuai model kerja

4. Rapikan malam sesuai dengan denture outline

B. Galangan gigit

1. Lunakan selembar lilin lagi dan gulung

2. Gulungan dilekatkan pada lempeng gigit di atas processus

alveolaris

3. Bentuk galangan gigit bagian labial, bukal, dan palatinal

dengan pisau malam panas sesuai dengan besar gigi, yaitu

anterior 5 mm, premolar 7 mm, dan molar 10 mm. Untuk

meratakan bidang oklusal dapat menggunakan skrap.Tinggi,

lebar sesuai gigi pengganti, permukaan oklusal datar,

permukaan bukal mengikuti lengkung bukal bukal gigi yang

masih ada

(Gunadi, dkk., 1995).

IV. Penetapan gigi dan fiksasi rahang atas dan rahang bawah

Fungsinya untuk menentukan dimensi vertikal dan horizontal dari

posisi maupun ukuran galangan gigit yang disesuaikan dengan kontur

Page 5: Case Study 5

wajah pasien, tinggi gigit, relasi oklusi, serta relasinya dengan alveolar

ridge pasien (Neil dan Walter, 1992). Penetapan gigit dibuat dengan

mengerok pada daerah premolar rahang atas dan bawah dengan bentuk

inverted dan beri bahan fiksasi pada daerah yang dikerok. Model rahang

atas dan bawah kemudian di fiksir dan pada galangan gigit diberi garis

median dengan panduan garis median pada model.

V. Pemasangan di artikulator

Artikulator adalah sebuah alat mekanis yang mewakili sendi rahang

dan bagian-bagiannya, dimana model rahang atas dan bawah dicekatkan

(Applegate, 1959).

Syarat pemasangan artikulator:

A. Garis median sejajar dengan garis median artikulator

B. Bidang oklusal dari galangan gigit sejajar dengan garis oklusal

dengan bantuan karet gelang

C. Pin horizontal menyentuh titik potong antara garis median dan

insisal insisiv rahang bawah.

Menurut Gunadi (1995), alat dan bahan yang digunakan

diantaranya:

A. Artikulator

B. Rubber bowl dan spatula

C. Karet gelang

D. Kertas ampelas kasar dan halus, pensil, penggaris

E. Vaselin

F. Malam mainan

G. Plaster of paris

Cara kerja:

A. Letakan model rahang atas dan bawah yang telah difiksasi di

artikulator dengan bantuan malam mainan

B. Base plate dan bite rim bersama dengan model rahang atas

diletakkan pada mounting table

C. Buat adonan gips

Page 6: Case Study 5

D. Upper member digerakkan ke atas dan adonan gips dituang

perlahan pada bagian atas model kerja rahang atas. Kemudian tutup

upper member dan tekan. Haluskan sebelum mengeras. Ketika

sudah mengeras, ambil malam pengganjal.

E. Buat adonan gips

F. Lakukan seperti yang dilakukan pada upper member pada lower

member.

G. Fiksir lengan atas dan bawah artikulator dengan karet gelang

sampai gips benar-benar mengeras

(Applegate, 1959).

VI. Penyusunan gigi artifisial

Gigi artifisial yang dibuat di pabrik tidak selalu cocok dengan

keadaan rahang dan oklusi dengan gigi antagonisnya, sehingga kita

perlu memodifikasinya agar sesuai dengan keadaan pasien dengan cara

menggerinda gigi artifisial. Gigi artifisial tersebut harus memenuhi

syarat bentuk, ukuran, tekstur permukaan, warna, dan bahan elemen

(Gunadi, dkk., 1995).

Menurut Gunadi,dkk. (1995), alat dan bahan yang digunakan

diantaranya:

A. Gigi artifisial

B. Pisau model dan malam

C. Glass plate

D. Lampu spirtus

Cara kerja:

A. Pemilihan warna gigi

Warna gigi: Disesuaikan dengan warna gigi asli yang masih ada

dan menggunakan shade guide yang digunakan pada keadaan

basah.

B. Penyusunan gigi anterior rahang atas

1. Insisiv satu rahang atas, sumbu gigi sedikit condong (50) ke

distal terhadap garis tegak lurus. Ujung insisal menyentuh

bidang oklusal

Page 7: Case Study 5

2. Insisiv kedua rahang atas, lebih condong (100) ke distal

dibandingkan dengan insisiv pertama rahang atas. Ujung

insisal insisiv kedua rahang atas berjarak 0,5-1 mm di atas

bidang oklusal.

3. Kaninus rahang atas sumbu gigi juga condong ke distal.

Sumbu gigi hampir tegak lurus dilihat dari arah labio-palatal.

Ujung insisal menyentuh bidang oklusal.

C. Penyusunan gigi anterior rahang bawah

1. Perhatikan overbite dan overjet pada susunan gigi anterior

rahang atas dan rahang bawah. Overbite 1-2 mm, overjet

2-3 mm

D. Penyusunan gigi posterior rahang atas

1. Premolar pertama rahang atas sumbu gigi tegak lurus, cups

bukal menyentuh bidang oklusal, cups palatinal tidak

menyentuh bidang oklusal.

2. Premolar kedua rahang atas sumbu gigi tegak lurus. Cups

bukal dan palatinal menyentuh bidang oklusal

3. Molar pertama rahang atas sumbu gigi condong ke mesial.

Hanya cusp mesiopalatinal yang menyentuh bidang oklusal

4. Molar kedua rahang atas sumbu gigi condong ke mesial dan

tidak ada cusp yang menyentuh bidang oklusal

5. Penyusunan gigi posterior rahang atas dilihat dari samping

harus memperhatikan letak oklusal gigi terhadap bidang

oklusal membentuk curve of spee

E. Penyusunan gigi posterior rahang bawah

1. Pembuatan garis pada galangan gigit sesuai dengan garis

puncak alveolar ridge pada model kerja, sebagai pedoman

fisura gigi-gigi posterior

2. Gigi molar pertama rahang bawah fosa sentralnya berada pada

cusp mesiopalatinal molar rahang atas – relasi antar molar

neutrooklusi (Klas I Angle)

Page 8: Case Study 5

3. Gigi molar kedua axisnya tegak lurus bite rim, tonjol

mesiobukal molar kedua berada di antara tonjol mesiodistal

molar pertama rahang atas dan tonjol mesio-bukal molar

kedua rahang atas.

4. Penyusunan premolar kedua rahang bawah axisnya tegak lurus

bite rim- letaknya di antara premolar satu dan dua rahang atas

dengan tonjol bukal terletak di fossa sentral antara premolar

satu dan dua rahang atas.

5. Penyusunan premolar pertama rahang bawah dilakukan paling

akhir. Terkadang ruang kosong tidak mencukupi, sehingga

dibutuhkan pengasahan pada bagian proksimal premolar

pertama rahang bawah.

(Nallaswamy, 2007).

VII. Konturing gingiva

Merupakan pemberian bentuk landasan lilin gigi tiruan semirip

mungkin dengan anatomi dari gusi dan jaringan lunak mulut. Bentuk

permukaan ini akan memberikan retensi dan estetik pada gigi tiruan.

Kontur gingiva terdiri dari margin gingiva, interdental papila, dan root

promience (tonjolan akar) (Nallaswamy, 2007).

Menurut Gunadi,dkk. (1995), alat dan bahan yang digunakan

diantaranya:

A. Lampu spirtus

B. Lekron

C. Kain flanel

Cara kerja:

A. Lilin lunak diadaptasikan pada permukaan labial, bukal, lingual,

dan kemudian bentuk tanda-tanda anatomisnya. Tonjolan akar dari

setiap gigi dibentuk seperti huruf V, semakin kearah apikal tonjolan

tersebut semakin tidak jelas bentuknya. Bagian bukal dan labial

dibuat agak penuh untuk memperbaiki bentuk dari kontur bibir dan

pipi. Bentuk antara gingiva dan tepi-tepi gigi tiruan dibentuk

Page 9: Case Study 5

konkaf (cekung) untuk membantu retensi sesuai dengan arah gaya-

gaya dari otot lidah, otot pipi (otot-otot mulut).

B. Haluskan lilin yang sudah dibentuk dengan api atau alkohol

kemudian gosok hingga mengkilap.

(Nallaswamy, 2007).

VIII. Flasking dan buang malam

Flasking ialah suatu proses penanaman model dan “trial denture”

malam dalam suatu flask atau cuvet untuk membuat sectional mold.

Flask merupakan kotak logam bersekat-sekat yang berisi tempat protesa

gigi dibuat, digunakan juga untuk mengecor suatu pola ( Harty dan

Ogston,1995).

Menurut Gunadi,dkk. (1995), alat dan bahan yang digunakan

diantaranya:

A. Kuvet

B. Rubber bowl dan spatula

C. Panci

D. Vaselin

E. Gips

Cara kerja flasking :

A. Letakkan model dalam flask bagian bawah untuk memastikan

bahwa flasknya cukup.

B. Ulasilah seluruh bagian dalam flask dengan lapisan vaselin tipis

dan plug  bagian bawah flask diletakkan.

C. Bagian tepi atau dasar model dikuas dengan separating medium

(vaselin atau air sabun).

D. Aduklah adonan gips, kemudian letakkan di flask  bagian bawah

lalu model ditanam dalm flask tersebut, setelah gips agak mengeras

dirapikan.

E. Setelah gips mengeras, bagian gips dicat dengan vaselin atau air

sabun.

F. Buatlah adonan stone dan kuaskan pada gigi-gigi dan malam geligi

tiruan sambil digetarkan untuk mencegah terjadinya gelembung-

Page 10: Case Study 5

gelembung udara. Pasang flask bagian atas tanpa tutup, lalu isikan

stone kedalam flask sampai batas permukaan oklusal gigi-gigi.

G. Setelah stone mengeras, buatlah adonan stone kedua dan tuangkan

kedalam flask sampai penuh lalu flask ditutup dan ditaruh di bawah

press (bagian-bagian flask kontak antar metal).

H. Rebus kuvet dengan seluruh bagian terendam dengan air mendidih

selama 5 menit (diperkirakan malam sudah mendidih). Angkat

kuvet dan buang model malam yang lunak dengan air mendidih,

kemudian sikat dengan kuas sampai benar-benar bersih.

(Lovely, 1995).

IX. Packing

Merupakan suatu tahap berupa pengisian suatu bahan basis gigi

tiruan ke dalam ruangan yang telah dipisahkan dalam suatu flask.

Contoh bahan basis gigi tiruan yang sering digunakan adalah akrilik.

Akrrilik tersebut tersusun dari campuran monomer dan polimer resin

akrilik (Lovely, 2005).

Proses pencampuran monomer dan polimer mengalami 6 stadium:

A. Wet sand atau sandy stage: adonan seperti pasir

B. Puddled sand: adonan seperti lumpur basah

C. Stringy atau sticky stage: adonan apabila disentuh dengan jari atau

alat bersifat lekat, apabila ditarik membentuk serat. Butir-butir

polimer mulai larut, monomer bebas meresap ke dalam polimer.

D. Dough atau packing stage: adonan bersifat plastis. Sifat lekat

hilang dan adonan mudah dibentuk sesuai dengan bentuk yang kita

inginkan.

E. Rubbery stage: kenyal seperti karet. Telah banyak monomer yang

menguap, terutama pada permukaannya sehingga terjadi

permukaan yang kasar.

F. Rigid stage: kaku dan keras. Adonan telah menjadi keras dan getas

pada permukaannya, sedangkan keadaan dibagian dalam adukan

masih kenyal.

(Lovely, 2005).

Page 11: Case Study 5

Menurut Lovely (2005), alat dan bahan yang digunakan diantaranya:

A. Monomer dan polimer akrilik

B. Mixing jar

C. Spatula stainless steel

D. Mould

E. Kuvet

F. Lekron

G. bench press

H. Cellophane

Cara kerja:

A. Pencampuran resin akrilik. tuang monomer kedalam mixing jar

porselen yang bersih dan masukkan polimer sampai semua cairan

terserap dalam bubuk (polimer:monomer, 3:1).

B. Aduk campuran dengan spatula stainless steal sampai monomer

dan polimer tercampur dengan baik.

C. Pasang tutup mixing jar untuk mencegah menguapnya monomer

saat polimerisasi dan diamkan selama waktu yang dianjurkan

pabrik.

D. Jar dibuka dan bahan di tes dengan spatula, jika sudah lunak dan

tidak lengket (dough stage), adonan siap dimasukkan kedalam

mold.

E. Packing resin akrilik yang sudah dough stage dimasukan kedalam

mold dengan jari telunjuk yang terbungkus kertas cellophane.

Adonan di packing satu arah untuk menghindari terjebaknya hawa

udara antar resin akrilik dan mold. Bentuk adonan untuk rahang

atas dibentuk bola atau bulat di regio palatum pada mould yang

terdapat gigi. Sedangkan untuk rahang bawah dibentuk gulungan

panjang dan diletakkan pada mould yang bergigi.

F. Letakkan kertas selopan diatas resin akrilik, dan pasang kuvet

antagonis.

Page 12: Case Study 5

G. Kuvet ditekan dengan bench press pelan-pelan agar kelebihan

adonan mengalir keluar, kemudian buang kelebihan. Lakukan hal

ini sebanyak 2-3 kali sampai tidak ada lagi kelebihan akrilik

H. Jika sudah baik, flask bawah diolesi CMS, kemudian dibiarkan

sampai kering. Selanjutnya olesi permukaan akrilik dengan likuid,

dan tekan lagi tanpa cellopane.

I. Rendam flask dibawah air pada suhu kamar selama 30 menit.

(Lovely, 2005).

X. Deflasking

Merupakan tindakan pengeluaran model dan gigi tiruan dari

dalam kuvet tanpa rusak atau pecah, sehingga siap untuk dikembalikan

ke dalam artikulator (Gunadi, dkk., 1995).

Cara kerja:

A. Buka tutup kuvet atas

B. Ketuk dinding kuvet atas atau bawah agar kuvet terpisah dari

plaster

C. Plaster keluar dengan utuh dengan model berada di dalamnya

D. Model dan gigi tiruan dipisahkan dari plaster perlahan sehingga

didapat model beserta gigi tiruan dalam keadaan utuh

E. Biarkan gigi tiruan melekat pada model.

(Gunadi, dkk., 1995).

XI. Remounting

Remounting adalah pemasangan kembali model atas & bawah beserta

gigi tiruan akrilik ke artikulator. Fungsinya adalah untuk mengetahui

ada tidaknya perubahan – perubahan oklusi di luar mulut pasien dan

untuk melakukan oklusal adjustment di luar mulut pasien. Remounting

dapat dilakukan setelah model beserta gigi tiruan akrilik dikeluarkan

dari flask atau setelah gigi tiruan akrilik selesai dipoles (Watt dan Mac

Gregor,1992).

XII. Selective grinding

Selective grinding yaitu pengrindingan gigi-gigi menurut hukum

MUDL (pengurangan bagian mesial gigi rahang atas dan distal rahang

Page 13: Case Study 5

bawah) dan BULL (pengurangan bagian bukal rahang atas dan lingual

rahang bawah). Alat dan bahan yang digunakan antara lain artikulator,

lekron, mikromotor, dan diamond bur (Gunadi, dkk., 1995).

XIII. Finishing dan polishing

Merupakan tahap akhir dari tahapan laboratoris pembuatan gigi

tiruan sebagian lepasan. Finishing merupakan proses atau tahap

penyelesaian geligi tiruan dari menyempurnakan bentuk akhir geligi

tiruan dengan membuang sisa-sisa resin akrilik di sekitar gigi dan

tonjolan-tonjolan akrilik pada permukaan landasan geligi tiruan akibat

dari processing. Polishing geligi tiruan terdiri dari menghaluskan dan

mengkilapkan geligi tiruan tanpa mengubah konturnya (Watt dan Mac

Gregor,1992).

Hal yang dilakukan pada tahap ini adalah:

A. Membuang atau memotong kelebihan akrilik yang bukan bagian

dari gigi tiruan

B. Membersihkan interdental dari gips

C. Bagian yang tajam dirapikan dan dibulatkan dengan menggunakan

bur.

D. Menghaluskan seluruh bagian gigi tiruan kecuali bagian fitting

surface

E. Polishing permukaan basis gigi tiruan hingga mengkilap, kecuali

bagian fitting surface.

(Watt dan Mac Gregor,1992).

Menurut Watt dan Mac Gregor (1992), alat dan bahan yang

digunakan diantaranya:

A. Brush wheel

B. Rag wheel

C. Buff whel

D. Acrylic polish

E. Pumice

F. Kryt

Page 14: Case Study 5

XIV. Insersi

Menurut Zarb (2002), insersi adalah pemasangan gigi tiruan

sebagian lepasan dalam mulut pasien. Hal yang perlu diperhatikan

diantaranya:

A. Part of insertion and part of removement

Hambatan pada permukaan gigi atau jaringan pada saat

pemasangan dan pengeluaran gigi tiruan dapat dihilangkan dengan

cara pengasahan gigi tiruan.

B. Retensi

Kemampuan gigi tiruan untuk melawan gaya oklusi.

Retensi dapat didapat dengan cara retensi fisiologis dan retensi

mekanis.

C. Stabilisasi

Kemampuan gigi tiruan untuk melawan gaya horizontal.

Stabilisasi dapat dilihat pada saat mastikasi.

D. Oklusi

Pemeriksaaan aspek oklusi dengan menggunakan kertas

artikulasi yang diletakkan dibawah gigi atas dan bawah pada saat

posisi sentrik, lateral, dan anteroposterior. Bila normal, akan

terlihat warna yang tersebar merata pada permukaan gigi.

Sedangkan bila tidak normal, terlihat penyebaran warna yang tidak

merata dan dapat dilakukan selective grinding.

XV. Reparasi

Merupakan suatu tindakan pebaikan atau pembetulan dari gigi

geligi tiruan dengan tujuan memperbaiki kelainan, kerusakan, kecekatan,

retensi, dan stabilisasi, setelah geligi tiruan dipakai pasien. Sebelum

dipreparasi, dokter gigi harus melakukan pemeriksaan terhadap gigi tiruan

yang akan diperbaiki dan mengetahui sebabnya agar dapat ditentukan jenis

reparasi apa yang akan dilakukan (Zarb, 2002).

Reparasi geligi tiruan dilakukan karena gigi geligi mengalami:

A. Longgar, apabila geligi tiruan longgar dapat dilakukan relining atau

rebasing. Relining adalah melapisi bagian permukaan anatomik basis

Page 15: Case Study 5

geligi tiruan yang mengalami rusak ringan sampai sedang, seperti

geligi tiruan longgar dan tinggi gigitan yang rendah, sedangkan

rebasing adalah melapisi bagian permukaan anatomik basis geligi

tiruan yang mengalami rusak sedang sampai berat, seperti

memperbaiki tinggi gigitan yang terlalu tinggi.

B. Kerusakan pada landasan geligi tiruan, seperti retak atau patah

C. Kerusakan pada elemen gigi, seperti elemen gigi patah atau lepas

(Zarb, 2002).

Page 16: Case Study 5

DAFTAR PUSTAKA

Applegate, 1959, Essential of Removable Partial Denture Prosthesis 2th ed.,

W.B. Sounders Co., Philadelphia, London.

Gunadi, H.A., dkk., 1995, Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan Jilid

2, Hipocrates, Jakarta.

Lovely, M., 2005, Review of Removable Partial Dentures, Jaypee Brother

Medical Publisher, New Delhi.

Nallaswamy, D., Ramallingam, dan Bhat, V., 2007, Textbook of Prosthodontics,

Jaypee Brotther, New Delhi.

Neil, DJ. dan Walter, JD, 1992, Geligi Tiruan Sebagian Lepasan. Diterjemahkan

dari buku asli: Partial Denture,. Alih bahasa: Lilian Yuwono, EGC,

Jakarta.

Watt, David M dan Mac Gregor, A. Roy, 1992, Membuat Desain Gigi Tiruan

Lengkap, Hipokrates, Jakarta.

Zarb, George A., 2002, Buku Ajar Prostodonti untuk Pasien Tak Bergigi Menurut

Boucher, EGC, Jakarta.