case perda rsmp

32
BAB I PENDAHULUAN Bola mata terdiri atas sklera, konjungtiva, kornea, iris, lensa, aquous humor, vitreous humor dan retina. Setiap bagian mempunyai fungsinya masing-masing yang membantu untuk dapat melihat benda yang ada di sekitar kita. Kornea merupakan bagian dari mata yang berfungsi sebagai media refraksi dan pelindung yang mempunyai 5 lapisan yaitu epitel, membrana bowman, jaringan stroma, membrana descement dan endothel. 1 Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea, yang ditandai dengan adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, dan diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi dari epitel sampai stroma. 1 Sehingga apabila terjadi ulkus kornea yang tidak diobati, kebutaan dapat terjadi. Keluhan yang sering dirasakan oleh penderita ulkus kornea adalah eritema pada kelopak mata dan konjungtiva ,sekret mukopurulen, merasa ada benda asing di mata, pandangan kabur, mata berair, bintik putih pada kornea, silau, dan nyeri. 1 Menurut Ibrahim dalam penelitiannya tahun 2012, ulkus kornea terjadi pada 52 dari 100.000 orang 1

Upload: dianjayaa

Post on 31-Aug-2015

253 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

CASE

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUANBola mata terdiri atas sklera, konjungtiva, kornea, iris, lensa, aquous humor, vitreous humor dan retina. Setiap bagian mempunyai fungsinya masing-masing yang membantu untuk dapat melihat benda yang ada di sekitar kita. Kornea merupakan bagian dari mata yang berfungsi sebagai media refraksi dan pelindung yang mempunyai 5 lapisan yaitu epitel, membrana bowman, jaringan stroma, membrana descement dan endothel.1Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea, yang ditandai dengan adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, dan diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi dari epitel sampai stroma.1 Sehingga apabila terjadi ulkus kornea yang tidak diobati, kebutaan dapat terjadi.Keluhan yang sering dirasakan oleh penderita ulkus kornea adalah eritema pada kelopak mata dan konjungtiva ,sekret mukopurulen, merasa ada benda asing di mata, pandangan kabur, mata berair, bintik putih pada kornea, silau, dan nyeri.1 Menurut Ibrahim dalam penelitiannya tahun 2012, ulkus kornea terjadi pada 52 dari 100.000 orang pertahun, dengan penyebab paling sering adalah ulkus kornea karena bakteri, diikuti oleh ulkus kornea karena virus dan penyebab-penyebab lain.2

BAB IILAPORAN KASUS

ANAMNESISAutoanamnesis dan AlloanamnesisNama : Ny. RilahUmur : 35 tahunRuang : -Kelas : -

Nama Lengkap:Ny. Rilah Tempat dan Tanggal Lahir:12 Maret 1980Umur :35 tahunPekerjaan:Ibu Rumah TanggaAlamat:11 Ulu Jenis Kelamin:Perempuan Pendidikan:SD

Dokter yang Merawat: dr. H. Ibrahim. Sp.MDokter Muda:Perda Angraini, S.Ked

Tanggal Pemeriksaan : 4 Mei 2015

Keluhan Utama : Pengelihatan mata kanan dan kiri kabur.Keluhan Tambahan :Nyeri, mata merah, silau, dan kepala pusing.1. Riwayat Penyakit Sekarang 7 minggu yang lalu penderita mengalami trauma pada mata kanan dan kiri karena tertusuk celak alis pada saat itu pasien tidak ada keluhan, hanya saja matanya menjadi merah. 3 minggu yang lalu pasien baru mengeluhkan matanya kabur, nyeri, mata merah, silau dan pusing. Tapi pasien tidak segera berobat ke dokter, melainkan mengobati sendiri dengan membeli obat tetes mata di warung (insto). Selama 1 minggu menggunakan obat tetes, tapi tidak ada perubahan dan keluhan semakin memberat. 1 minggu yang lalu penderita datang ke poliklinik mata RSMP dengan keluhan mata kabur yang semakin lama semakin kabur, keluhan disertai dengan nyeri, mata merah, silau dan kepala pusing. Tidak ada keluhan lain seperti Mata berair (-), Mata seperti melihat pelangi bila melihat lampu (-), mual muntah (-), pandangan seperti melihat terowongan (-). 3 hari setelah penderita mendapat pengobatan, keluhan pasien pada mata kanan berkurang, tetapi keluhan mata kiri masih ada.

2. Riwayat Penyakit DahuluKeluhan yang sama sebelumnya disangkalRiwayat penyakit darah tinggi disangkalRiwayat penyakit kencing manis disangkalRiwayat trauma pada mata ada penderita mengaku pernah tetusuk celak alis.Riwayat kemasukan benda asing pada mata disangkalRiwayat mengkonsumsi obat steroid jangka panjang disangkal

3. Riwayat Penyakit KeluargaRiwayat keluhan yang sama dalam keluarga disangkal Riwayat darah tinggi dalam keluarga disangkalRiwayat kencing manis dalam keluarga disangkal

PEMERIKSAAN FISIKNama : Ny. Rilah Umur : 35 tahunRuang : -Kelas : -

Status GeneralisKeadaan Umum :BaikKesadaran:Compos mentisTanda Vital: Tekanan Darah:130/80 mmHg Nadi:88x/menit Laju Napas:20 x/menit Suhu:370 C

Status Oftalmologis

OD

OS

No.PemeriksaanODOS

1.Visus 20/601/300

2.Tekanan Intra OkulerN (tonometri digital)N (tonometri digital)

3.Kedudukan Bola Mata

PosisiOrtoforiaOrtoforia

Eksoftalmus(-)(-)

Enoftalmus(-)(-)

4.Pergerakan Bola Mata

Atas(+) Baik(+) Baik

Bawah(+) Baik(+) Baik

Temporal(+) Baik(+) Baik

Temporal atas(+) Baik(+) Baik

Temporal bawah(+) Baik(+) Baik

Nasal(+) Baik(+) Baik

Nasal atas(+) Baik(+) Baik

Nasal bawah(+) Baik(+) Baik

Nistagmus(-)(-)

5.Palpebrae

Hematom(-)(-)

Edema(-)(-)

Hiperemis(-)(-)

Benjolan(-)(-)

Ulkus(-)(-)

Fistel(-)(-)

Hordeolum(-)(-)

Kalazion(-)(-)

Ptosis(-)(-)

Ektropion(-)(-)

Entropion(-)(-)

Sekret(-)(-)

Trikiasis(-)(-)

Madarosis(-)(-)

6.Punctum Lakrimalis

Edema(-)(-)

Hiperemis(-)(-)

Benjolan (-)(-)

Fistel(-)(-)

7.Konjungtiva Tarsal Superior

Edema(-)(-)

Hiperemis(+)(+)

Sekret(-)(-)

Epikantus(-)(-)

8.Konjungtiva Tarsalis Inferior

Kemosis(-)(-)

Hiperemis(+)(+)

Anemis(-)(-)

Folikel(-)(-)

Papil(-)(-)

Lithiasis(-)(+)

Simblefaron(-)(-)

9.Konjungtiva Bulbi

Kemosis(-)(-)

Pterigium(-)(-)

Pinguekula(-)(-)

Flikten(-)(-)

Simblefaron(-)(-)

Injeksi konjungtiva(-)(-)

Injeksi siliar(-)(+)

Injeksi episklera(-)(-)

Perdarahan subkonjungtiva(-)(-)

10.Kornea

KejernihanJernihKeruh

Edema(-)(-)

Ulkus(-)(+)

Erosi(-)(-)

Infiltrat(-)(-)

Flikten(-)(-)

Keratik presipitat(-)(-)

Macula(-)(-)

Nebula(-)(-)

Leukoma(-)(-)

Leukoma adherens(-)(-)

Stafiloma(-)(-)

Neovaskularisasi(-)(-)

Imbibisi(-)(-)

Pigmen iris(-)(-)

Bekas jahitan(-)(-)

Tes sensibilitasTidak dilakukanTidak dilakukan

11.Limbus kornea

Arkus senilis(-)(-)

Bekas jahitan(-)(-)

12.Sklera

Sklera biru(-)(-)

Episkleritis(-)(-)

Skleritis(-)(-)

13.Kamera Okuli Anterior

KedalamanDangkal Sulit dinilai

Kejernihanjernih Sulit dinilai

Flare(-)Sulit dinilai

Sel(-)Sulit dinilai

Hipopion(-)(+)

Hifema(-)Sulit dinilai

14.Iris

WarnaCoklatCoklat

Gambaran radier Jelas/tidak jelasJelas/tidak jelas

Eksudat(-)(-)

Atrofi(-)(-)

Sinekia posterior(-)(-)

Sinekia anterior(-)(-)

Iris bombe(-)(-)

Iris tremulans(-)(-)

15.Pupil

BentukBulatBulat

Besar 4 mm 4 mm

RegularitasRegulerReguler

Isokoria(+)(-)

LetakSentralSentral

Refleks cahaya langsung(-)(-)

Seklusio pupil(-)(-)

Oklusi pupil(-)(-)

Leukokoria(-)(-)

16.Lensa

Kejernihanjernih Sulit dinilai

Shadow test(-)Sulit dinilai

Refleks kaca(-)Sulit dinilai

Luksasi(-)Sulit dinilai

Subluksasi(-)Sulit dinilai

Pseudofakia(-)Sulit dinilai

Afakia(-)Sulit dinilai

17.Funduskopi (Tidak diperiksa)

Refleks fundus

Papil

warna papil

bentuk

batas

Retina

warna

perdarahan

eksudat

Makula lutea

RESUME HASIL ANAMENESIS & PEMERIKSAAN

Anamenesis 7 minggu yang lalu penderita mengalami trauma pada mata kanan dan kiri karena tertusuk celak alis pada saat itu pasien tidak ada keluhan, hanya saja matanya menjadi merah. 3 minggu yang lalu pasien baru mengeluhkan matanya kabur, nyeri, mata merah, silau dan pusing. Tapi pasien tidak segera berobat ke dokter, melainkan mengobati sendiri dengan membeli obat tetes mata di warung (insto). Selama 1 minggu menggunakan obat tetes, tapi tidak ada perubahan dan keluhan semakin memberat. 1 minggu yang lalu penderita datang ke poliklinik mata RSMP dengan keluhan mata kabur yang semakin lama semakin kabur, keluhan disertai dengan nyeri, mata merah, silau dan kepala pusing. Tidak ada keluhan lain seperti Mata berair (-), Mata seperti melihat pelangi bila melihat lampu (-), mual muntah (-), pandangan seperti melihat terowongan (-). 3 hari setelah penderita mendapat pengobatan, keluhan pasien pada mata kanan berkurang, tetapi keluhan mata kiri masih ada.

Status OftalmologisOculi sinistra VOS 1/300 Konjungtiva tarsal superior : hiperemis (+) Konjungtiva tarsal inferior : hiperemis (+), Lithiasis (+) Konjungtiva bulbi : injeksi siliar Kornea : keruh COA : sulit dinilai, Hipopion (+) Lensa sulit dinilai

Daftar Masalah 1. Mata kabur2. Keluhan tambahan : nyeri, mata merah, silau dan kepala pusing.3. OS VOS 1/300 Konjungtiva tarsal superior : hiperemis (+) Konjungtiva tarsal inferior : hiperemis (+), Lithiasis (+) Konjungtiva bulbi : injeksi siliar Kornea : keruh COA : sulit dinilai, Hipopion (+) Lensa sulit dinilai

Differential Diagnostik (DD)1. Ulkus Kornea OS2. Erosi Kornea OS3. Endoftalmitis OS

Anjuran PemeriksaanTes fluoresinUSG mata ( untuk menilai Segmen Posterior mata)

Komplikasi Panoftalmitis Kebutaan total

Prognosis Qua ad vitam : bonam Qua ad fungsional : malam

BAB IIILANDASAN TEORI

3.1. Definisi Ulkus KorneaUlkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea, yang ditandai dengan adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, dan diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi dari epitel sampai stroma. 1 Ulkus kornea dapat mencapai sampai ke lapisan stroma kornea akibat dari penyembuhan terbentuk sikatrik kornea berupa kekeruhan kornea sehingga tajam penglihatan dapat menurun.

3.2. Etiologi A. Infeksi Infeksi Bakteri yang sering menyebabkan ulkus kornea adalah Streptokokus alfa hemolitik, Stafilkokkus aureus, Moraxella likuefasiens, Pseodomonas aeruginosa, Nocardias astroides, Alcaligenes sp., Streptokokus anerobik, Streptokokkus beta hemolitikus, Enterobakter hafniae, Proteus sp, Stafilokokkus epidermisis, infeksi campuran aerogenes dan Moraxella Sp. 1Selain infeksi oleh bakteri, ulkus kornea dapat juga disebabkan oleh infeksi Jamur, ulkus kornea yang disebabkan oleh infeksi jamur adalah ulkus yang paling banyak dijumpai pada pekerjaan pertanian, namun kini makin banyak dijumpai diantara penduduk perkotaan sejak mulai dipakainya obat kortikosteroid. Ulkus jamur sering ditemui dengan adanya infiltrat kelabu yang sering disebut hipopion, peradangan bola mata, ulserasi superfisial, dan lesi-lasi satelit. Kebanyakan ulkus jamur disebabkan oleh organisme oportunis, seperti candida, fusarium, aspergilus, penicilium, cephalosporium. 3Lalu, infeksi virus juga bisa menimbulkan ulkus, ulkus kornea oleh virus herpes simplex cukup sering dijumpai. Bentuk khas dendrit dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan epitel yang bila pecah akan menimbulkan ulkus. Ulkus dapat juga terjadi pada bentuk disiform bila mengalami nekrosis di bagian sentral. Infeksi virus lainnya varicella-zoster, variola, vacinia (jarang).3Ulkus Acanthamoeba adalah ulkus kornea yang disebabkan oleh Acanthamoeba merupakan protozoa hidup bebas yang terdapat didalam air yang tercemar yang mengandung bakteri dan materi organik. Infeksi kornea oleh acanthamoeba adalah komplikasi yang semakin dikenal pada pengguna lensa kontak lunak, khususnya bila memakai larutan garam buatan sendiri. Infeksi biasanya juga ditemukan pada bukan pemakai lensa kontak yang terpapar air atau tanah yang tercemar. 3

B. NoninfeksiBahan kimia, bersifat asam atau basa tergantung PH. Bahan asam yang dapat merusak mata terutama bahan anorganik, organik dan organik anhidrat. Bila bahan asam mengenai mata maka akan terjadi pengendapan protein permukaan sehingga bila konsentrasinya tidak tinggi maka tidak bersifat destruktif. Biasanya kerusakan hanya bersifat superfisial saja. Pada bahan alkali antara lain amonia, cairan pembersih yang mengandung kalium/natrium hidroksida dan kalium karbonat akan terjadi penghancuran kolagen kornea.3Ulkus karena radiasi atau suhu dapat terjadi pada saat bekerja sebagai tukang las, dan menatap sinar matahari yang akan merusak epitel kornea. Pada sindrom Sjorgen salah satunya ditandai keratokonjungtivitis sicca yang merupakan suatu keadaan mata kering yang dapat disebabkan defisiensi unsur film air mata (akeus, musin atau lipid), kelainan permukan palpebra atau kelainan epitel yang menyebabkan timbulnya bintik-bintik kering pada kornea. Pada keadaan lebih lanjut dapat timbul ulkus pada kornea. 3Ulkus kornea juga bisa diakibatkan oleh defisiensi vitamin A. Defisiensi vitamin A terjadi karena kekurangan vitamin A dari makanan atau gangguan absorbsi di saluran cerna dan ganggun pemanfaatan oleh tubuh. Penggunaan obat-obatan yang menurunkan mekanisme imun, misalnya kortikosteroid, IDU (Iodo 2 dioxyuridine), anestesi lokal dan golongan imunosupresif juga dapat menimbulakn ulkus.1 Selain itu ulkus juga dapat diakibatkan oleh pemakaian obat antiviral dan beberapa antibiotik spektrum luas, spektrum sedang, dan beberapa komposisi obat seperti benzalkonium cloride dan thimerosal mengandung bahan pengawet yang dapat meyebabkan potensial keratitis toksik dan dapat berlanjut menjadi ulkus. 3

3.3. Klasifikasi Menurut Ilyas, 2013 Berdasarkan lokasi ulkus kornea dapat dibagi menjadi dua , yaitu:A. Ulkus kornea sentral1) Ulkus Kornea BakterialisUlkus Streptokokus adalah ulkus kornea yang sering disebabkan oleh streptokokus grup A biasanya berupa ulkus sentral yang tidak memiliki ciri yang khas, stroma kornea di sekitar ulkus sering menunjukan infiltrate dan sembab, dan biasanya disertai hipopion berukuran sedang. 3Ulkus Stafilokokus adalah ulkus kornea sentral yang biasanya disebabkan oleh stafilokokus biasanya akibat induksi kortikosteroid topical. Ulkusnya sering indolen, tetapi mungkin disertai hipopion dan sedikit infiltrat pada kornea sekitar, ulkus ini sering superficial dan dasar ulkus terasa padat ketika dikerok. 3Ulkus Pseudomonas memiliki lesi pada ulkus ini dimulai dari daerah sentral kornea. Ulkus sentral ini dapat menyebar ke samping dan ke dalam kornea. Penyerbukan ke dalam dapat mengakibatkan perforasi kornea dalam waktu 48 jam. gambaran berupa ulkus yang berwarna abu-abu dengan kotoran yang dikeluarkan berwarna kehijauan. Kadang-kadang bentuk ulkus ini seperti cincin. Dalam bilik mata depan dapat terlihat hipopion yang banyak. 3

Gambar 3. Ulkus PseudomonasUlkus Pneumokokus biasanya muncul sekitar 24-48 jam setelah inokulasi pada kornea yang mengalami abrasi kornea. Infeksi ini secara khas menimbulkan sebuah ulkus kelabu dengan batas cukup tegas yang cenderung menyebar tidak teratur dari tempat infeksi ke sentral kornea. 3

2) Ulkus Kornea Fungi Mata dapat tidak memberikan gejala selama beberapa hari sampai beberapa minggu sesudah trauma yang dapat menimbulkan infeksi jamur ini. Ulkus kornea fungi adalah ulkus yang sering dijumpai pada petani.hal ini terjadi karena ulkus fungi hanya timbul jika stroma kornea kemasukan organisme dalam jumlah yang sangat banyak. Kebanyakan ulkus fungi disebabkan oleh organisme oportunis, seperti candida, mengandung unsur-unsur hifa. 3Pada permukaan lesi terlihat bercak putih dengan warna keabu-abuan yang agak kering. Tepi lesi berbatas tegas irregular dan terlihat penyebaran seperti bulu pada bagian epitel yang baik. Terlihat suatu daerah tempat asal penyebaran di bagian sentral sehingga terdapat satelit-satelit disekitarnya. Tukak kadang-kadang dalam, seperti tukak yang disebabkan bakteri. Pada infeksi kandida bentuk tukak lonjong dengan permukaan naik. Dapat terjadi neovaskularisasi akibat rangsangan radang. Terdapat injeksi siliar disertai hipopion. 3

Gambar 4. Ulkus Kornea Fungi

3) Ulkus Kornea VirusUlkus Kornea Herpes Zoster biasanya diawali rasa sakit pada kulit dengan perasaan lesu. Gejala ini timbul satu 1-3 hari sebelum timbulnya gejala kulit. Pada mata ditemukan vesikel kulit dan edema palpebra, konjungtiva hiperemis, kornea keruh akibat terdapatnya infiltrat subepitel dan stroma. Infiltrat dapat berbentuk dendrit yang bentuknya berbeda dengan dendrit Herpes simplex. dendrit Herpes zoster berwarna abu-abu kotor dengan fluoresin yang lemah. Kornea hipestesi tetapi dengan rasa sakit keadaan yang berat pada kornea biasanya disertai dengan infeksi sekunder. 3Ulkus Kornea Herpes simplex adalah infeksi primer yang diberikan oleh virus herpes simplex dapat terjadi tanpa gejala klinik. Biasanya gejala dini dimulai dengan tanda injeksi siliar yang kuat disertai terdapatnya suatu dataran sel di permukaan epitel kornea disusul dengan bentuk dendrit atau bintang infiltrasi. terdapat hipertesi pada kornea secara lokal kemudian menyeluruh. Terdapat pembesaran kelenjar preaurikuler. Bentuk dendrit herpes simplex kecil, ulceratif, jelas diwarnai dengan fluoresin dengan benjolan diujungnya.3

Gambar 5. Ulkus Kornea Herpetik 4) Ulkus Kornea AcanthamoebaGejala awal yang ditemui adalah rasa nyeri yang tidak sebanding dengan temuan klinisnya, kemerahan, dan fotofobia. Tanda klinis yang khas adalah ulkus kornea indolen, cincin stroma dan infiltrate perineural, tetapi seringkali hanya ditemukan perubahan-perubahan yang terbatas pada hanya epithel kornea. 3

Gambar 6. Ulkus Acanthamoeba

B. Ulkus Kornea Perifer1) Ulkus MarginalUlkus Kornea marginal merupakan peradangan kornea bagian perifer berbentuk khas yang biasanya terdapat daerah jernih antara limbus kornea dengan tempat kelainanya. Sumbu memanjang daerah peradangan biasanya sejajar dengan limbus kornea. Diduga 50% dasar kelainanya ialah suatu reaksi hipersensitivitas terhadap eksotoksin Stafilokokus. Ulkus marginal merupakan ulkus kornea yang didapat pada bagian perifer kornea yang biasanya terjadi akibat alergi, toksik, infeksi dan penyakit kolagen vascular. 1

Gambar 7. Ulkus Marginal

2) Ulkus Mooren Merupakan ulkus yang menahun superficial yang dimulai dari tepi kornea dengan bagian tepinya tergaung dan berjalan progresif tanpa kecenderungan perforasi ataupunn hipopion. Lambat laun ulkus ini mengenai seluruh kornea. Ulkus mooren merupakan ulkus idiopatik unilateral ataupun bilateral. Biasanya penyakit ini menghancurkan membram bowman dan stroma kornea. Neovaskularisasi tidak terlihat pada bagian yang sedang aktif, bila kronik akan terlihat jaringan parut dengan jaringan vaskularisasi.1

Gambar 8. Ulkus Mooren

3.4. Faktor Risiko Menurut penelitian Keshav dkk tahun 2008. Perbandingan antara penderita ulkus kornea laki-laki dan perempuan sebesar 64 : 36. Hal ini bisa dijelaskan karena faktanya laki-laki lebih banyak melakukan aktivitas luar ruangan dan banyak terkena paparan sinar UV terutama petani dan nelayan. Selain itu, dalam penelitian ini dibedakan menjadi 3 kelompok umur yaitu 60 tahun. Hasil menujukkan bahwa kasus ulkus kornea terbanyak pada kelompok umur >60 tahun. Hal ini karena orang yang diatas 60 tahun mempunyai beberapa faktor predisposisi antara lain riwayat operasi katarak, pasien glaucoma dalam pengobatan, dan deformitas kelopak mata karena jaringan parut trachomatosa yang mana faktor-faktor predisposisi ini lebih banyak dari kelompok umur lain. 5

3.5. Manifestasi Klinis Gejala klinis pada ulkus kornea secara umum dapat berupa : Gejala Subjektif Gejala subjektif yang dirasakan oleh pasein ulkus kornea adalah, eritema pada kelopak mata dan konjungtiva ,sekret mukopurulen, merasa ada benda asing di mata, pandangan kabur, mata berair, bintik putih pada kornea, silau, nyeri. 1 Gejala Objektif Gejala objektif yang dapat ditemukan pada pasien ulkus kornea adalah injeksi siliar, hilangnya sebagian jaringan kornea, dan adanya infiltrat, serta hipopion.`1

3.6. Diagnosis Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan klinis dengan menggunakan slit lamp dan pemeriksaan laboratorium. Anamnesis pasien penting pada penyakit kornea, sering dapat diungkapkan adanya riwayat trauma, benda asing, abrasi, adanya riwayat penyakit kornea yang bermanfaat, misalnya keratitis akibat infeksi virus herpes simplek yang sering kambuh. Hendaknya pula ditanyakan riwayat pemakaian obat topikal oleh pasien seperti kortikosteroid yang merupakan predisposisi bagi penyakit bakteri, fungi, virus terutama keratitis herpes simplek. Juga mungkin terjadi imunosupresi akibat penyakit sistemik seperti diabetes, AIDS, keganasan, selain oleh terapi imunosupresi khusus.3Pada pemeriksaan fisik didapatkan gejala obyektif berupa adanya injeksi siliar, kornea edema, terdapat infiltrat, dan hilangnya jaringan kornea. Pada kasus berat dapat terjadi iritis yang disertai dengan hipopion.1 Disamping itu perlu juga dilakukan pemeriksaan diagnostik seperti:1. Ketajaman penglihatan2. Tes refraksi3. Tes air mata4. Pemeriksaan slit-lamp5. Keratometri (pengukuran kornea)6. Respon reflek pupil7. Pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi.8. Goresan ulkus untuk analisa atau kultur (pulasan gram, giemsa atau KOH)

3.7. Penatalaksanaan Ulkus kornea adalah keadaan darurat yang harus segera ditangani oleh spesialis mata agar tidak terjadi cedera yang lebih parah pada kornea. Pengobatan pada ulkus kornea tergantung penyebabnya, diberikan obat tetes mata yang mengandung antibiotik, anti virus, anti jamur, sikloplegik dan mengurangi reaksi peradangan dengan steroid. Pasien dirawat bila mengancam perforasi, pasien tidak dapat memberi obat sendiri, tidak terdapat reaksi obat dan perlunya obat sistemik.Namun dalam penelitian yang dilakukan oleh Muthiah dkk pada tahun 2008 tentang penggunaan kortikosteroid pada ulkus yang disebabkan oleh bakteri menunjukkan hasil bahwa dalam proses reepitalisasi kornea, sampel yang diteliti dengan menggunakan kortikosteroid, proses reepitalisasi lebih lambat dibandingkan dengan sampel yang menggunakan placebo.6

Tabel 3.1. Pengobatan Berdasarkan Etiologi Penyebab Ulkus OrganismeTerapi AwalTerapi Alternatif

Tidak ada organisme; Ulkus mengesankan infeksi bakteriMoxifloxzcin, gatifloxacin,tobramycin dan cefazolinCiprofloxacin,levofloxacin, floxacin , gentamicin, ceftadizime atau vancomycin

kokus Gram - positif. Bentuk macet dengan kapsul = S PneumoniaeMoxifloxzcin, gatifloxacin, dan cefazolinlevofloxacin, floxacin , penicillin G, vancomycin atau ceftazidime

Kokus Gram Positif Metaciline- S aureus (MRSA)Vancomycin

Batang Gram posifit : Langsing dan panjangnya bervariasi- Mycobacterium fortuitum, spesies nocardia, spesies actynomyces.Amikacine,moxifloxacine atau gatifloxacineFlourokuinolon lain

Organisme gram positif lain : kokus atau batangCeftazolin, moxifloxacin atau gatifloxacineFlourokuinolon lain, peniciline G, Vancomycin atau ceftazidime

Kokus gram negativeCeftriaxzonePenicilin G, Ceftazolin atau Vancomycin

Kokus gram negatve : Kurus = Pseudomonasmoxifloxacin, gatifloxacin, ciprofloxacin, tobramycin, dan gentamycinFlourokuinolon lain, polimyxin B atau carbenicilin

Batang gram negative lobacilli besar, beruung persegi = MoraxellaMoxifloxacin, gatifloxacin atau ciprofloxacinTobramycin atau gentamycin dan ceftazolin atau penicili G

Batang Gram negative lainMoxifloxacin,gatifloxacin atau tobramycinCeftazidime, gentamicin atai carbenicilin

Tidak ada organisme, ulkus mengesankan infeksi jamurNatamycine atau foriconazoleAmphotericin B, Nystatin , Miconazole atau flucytosine

Organisme mirip ragi Candida Sp.Foriconazole atau amphotericine BAmphotericin B, Nystatin , Miconazole atau flucytosine

Organisme mirip hifa : Ulkus fungiNatamycine atau foriconazoleAmphotericin B atau Nystatin

Kista Trofozoit = AncanthamoebaPropamidine dan/atau polihexamethylene biguanideChalorhexidine atau neomycin

Terapi ulkus yang disebabkan oleh virus HSV hendaknya bertujuan menghentikan replikasi virus didalam kornea, sambil mengurangi efek merusak respon radang.1. Debridement Cara efektif untuk mengobati ulkus dendritik adalah dengan debridement epithel karena virus berlokasi di dalam epithel dan debridement juga mengurangi beban antigenic virus pada stroma kornea. Epithel sehat melekat erat pada kornea, tetapi epithel-epithel terinfeksi mudah dilepaskan. Debridement dilakukan dengan aplikator berujung kapas khusus. Iodiom atau eter topical tidak bermanfaat dan dapat menimbulkan keratitis kimiawi. Obat sikloplegik, seperti homatrophine 5% diteteskan pada saccus konjunctivalis kemudian, dibalut tekan.2. Terapi ObatAgen antiviral topical yang dipakai pada ulkus herpes adalah indoksuridine,Trifluridine, vidarabine dan acyclovir (acyclovir topical untuk mata tidak tersedia di USA). Untuk penyakit stromal, Trifluridine dan acyclovir jauh lebih efektif dibandingkan dengan yang lain. Idoksuridine dan trifluridine sering menimbulkan reaksi toksik. Acyclovir oral bermanfaat untuk pengobatan penyakit herpes mata berat khususnya pada individu atopic yang rentan terhadap penyakit herpes mata dan herpes kulit yang agresif ( Eczema herpeticum). Dosis untuk penyakit aktif adalah 800 mg 5 kali perhari pada pasien yang tidak luluh imun (imunocompromised) dan 800 mg 5 kali perhari pada pasien atopic atau imun lemah. Dosis profilaksis penyakit rekurens adalah 400 mg dua kali perhari dapat juga digunakan vancyclovir atau valacyclovir.3. Pengendalian Mekanisme pemicu yang mereaktivasi Infeksi HSVInfeksi HSV rekuren pada mata banyak dijumpai kira-kira satu pertiga dari seluruh kasus dalam dua tahun setelah serangan pertama. Mekanisme pemicunya sering dapat ditemukan melalui anamnesis yang teliti. Begitu diketahui, pemicu tersebut sering dapat dihindari. Aspirin dapat dipakai untuk mencegah demam dan dapat diminum sebelum menstruasi. Untuk mengobati ulkus virus dapat digunakan antiviral profilaksis dalam bentuk topical atau oral, misalnya, menjelang bedah refraksi kornea dengan laser.3Untuk menghindari penjalaran ulkus dapat dilakukan keratoplasti, keratoplasti adalah jalan terakhir jika urutan penatalaksanaan diatas tidak berhasil. Indikasi keratoplasti terjadi jaringan parut yang mengganggu penglihatan, kekeruhan kornea yang menyebabkan kemunduran tajam penglihatan, serta memenuhi beberapa kriteria yaitu:1. Kemunduran visus yang cukup menggangu aktivitas penderita2. Kelainan kornea yang mengganggu mental penderita.3. Kelainan kornea yang tidak disertai ambliopia.

Gambar 9. Keratoplasti

BAB IVANALISA KASUSPenderita adalah seorang perempuan berusia 35 tahun, datang dengan keluhan utama Pengelihatan mata kanan dan kiri kabur. Dari anamnesis didapatkan bahwa matanya kabur mendadak, nyeri, mata merah, silau dan pusing. Dari keluhan utama dan riwayat perjalanan penyakit ini dapat dipikirkan beberapa diagnosis banding penyakit mata yang ditandai dengan mata merah dengan penglihatan turun mendadak, diantaranya yaitu Ulkus kornea, Keratitis, konjungtivitis, Endoftalmitis. Diagnosis pasti ditegakkan dengan cara menyingkirkan diagnosis banding berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.Dari hasil pemeriksaan tajam penglihatan terhadap penderita, didapatkan visus mata kanan 20/60 dan visus mata kiri 1/300 menunjukan bahwa pasien ini telah mengalami penurunan tajam pengelihatan. Jika dikaitkan dengan kondisi ulkus pada mata kiri, hal ini menunjukkan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea. Terbentuknya ulkus pada kornea mungkin banyak ditemukan oleh adanya kolagenase yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel radang. Akan terjadi kekeruhan pada kornea dan timbul ulkus di kornea. Pada pemeriksaan konjungtiva bulbi juga ditemukan injeksi siliar. Perjalanan penyakit ulkus kornea dapat progresif, regresi atau membentuk jaringan parut. Pada proses kornea yang progresif dapat terlihat infiltrasi sel leukosit dan limfosit yang memakan bakteri atau jaringan nekrotik yang terbentuk. Pembentukan jaringan parut terdapat epitel, jaringan kolagen baru dan fibrolast. Ulkus kornea terjadi sesudah terdapatnya trauma ringan yang merusak epitel kornea. Ulkus kornea memberikan gejala mata merah ringan hingga berat, fotofobia, penglihatan menurun, disertai sekret. Ulkus kornea akan memberikan kekeruhan berwarna putih pada kornea dengan defek epitel. Pemeriksaan penunjang yang dianjurkan dilakukan pemeriksaan darah lengkap berupa Hb,leukosit , LED yang tujuannya untuk menilai apakah pasien ini disertai dengan anemia, infeksi akut maupun kronis serta kodisi perdarahan pada pasien. Melakukan pewarnaan fluoresein untuk melihat warna hijau ditengahnya. Pemeriksaan GDS dimaksudkan untuk menilai kemungkinan adanya penyakit penyerta berupa diabetes melitus yang tidak terdeteksi sebelumnya. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksan fisik diatas, penderita ini didiagnosis dengan ulkus kornea OS.Prognosis pasien ulkus dapat juga mengancam kehidupan sehari hari, karena pada ulkus bisa berkomplikasi yaitu Panoftalmitis , Kebutaan total.

Daftar Pustaka

1. Ilyas, S.2013. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Keempat. Badan Penerbit Buku Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta, Indonesia

2. Ibrahim, dkk. 2012. Incidence of Infectious Corneal Ulcers, Portsmouth Study, UK. http://omicsonline.org/incidence-of-infectious-corneal-ulcers-portsmouth-study-uk-2155-9570.S6-001.pdf . diakses pada 3 Mei 2015

3. Biswell, Roderick. 2012. Kornea dalam Riordan, P., Eva, J. P dan Witcher (Editor). Vaughan and Ashbury Oftalmologi Umum Edisis 17. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta, Indonesia.

4. American Academy of Ophtamology (AAO). 2005-2006. Fundamentals and Principles of Opthalmology. Section 2.

5. Keshav, dkk. 2008. Epidemiological Characteristics of Corneal Ulcers in South Sharqiya Region. http://www.omjournal.org/OriginalArticles/PDF/200801/Epidemiological%20Characteristics%20of%20Corneal%20ulcers%20in%20south%20sharqiya%20Region.pdf. diakses pada 3 Mei 2015

6. Muthiah, dkk. 2008. Corticosteroid for Bacterial Corneal Ulcers. http://www.researchgate.net/profile/Nisha_Acharya/publication/23294294_Corticosteroids_for_bacterial_corneal_ulcers/links/09e4150f4d7f978919000000.pdf diakses pada 3 Mei 2015

2