case hzo neno

Upload: nenovita

Post on 30-Oct-2015

72 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

CASE PRESENTATIONHERPES ZOSTER OFTALMIKUSDisusun dan diajukan untuk memenuhi persyaratan tugas kepaniteraan klinik Ilmu Penyakit Mata RSAL Mintohardjo

Pembimbing :

dr. Bambang Renaldi, Sp.MPenyusun :

Anindya Dinovita

030.07.021

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

PERIODE 6 MEI 2013 - 8 JUNI 2013BAB I

ILUSTRASI KASUS

I. IDENTITAS PASIENNama

: Tn Depis LalaoUsia

: 27 tahun

Jenis Kelamin: Laki-lakiAgama

: Islam

Alamat

: Jl. Kp. Bahari Gang II A12 No. 221 RT 004/006, Tj. PriokStatus

: Belum MenikahII. ANAMNESIS

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 23 Mei 2013 pukul 20.30 WIB.a. Keluhan utama

Kelopak mata kanan bengkak dan nyeri sejak 5 hari yang lalub. Keluhan TambahanTimbul bintil-bintil kecil berisi cairan dari kelopak mata kanan sampai dahi bagian kanan, mata kanan merah dan berairc. Riwayat Penyakit sekarang

Pasien datang ke poliklinik Mata RS Sukmul Sisma Medika dengan keluhan kelopak mata kanan bengkak dan nyeri sejak 5 hari yang lalu. Keluhan disertai dengan timbulnya bintil-bintil kecil berisi cairan dari kelopak mata kanan sampai dahi bagian kanan, mata kanan merah dan berair yang muncul sejak 4 hari yang lalu. Pasien mengaku meriang, lemah lesu, dan nyeri kepala sebelah kanan depan 2 hari sebelum mata kanan bengkak. Kemudian mata kanan mulai bengkak memerah sampai pasien kesulitan untuk membuka matanya. Sehari setelahnya pasien baru menyadari timbul bintil-bintil kecil berisi cairan dari kelopak mata kanan sampai dahi bagian kanan. Daerah bintil-bintil dan mata kanan terasa nyeri dan panas seperti terbakar. Kemudian berlanjut dengan mata pasien mulai merah, terus menerus berair, terasa mengganjal, keluar sedikit kotoran mata, dan tidak gatal. Keluhan mata silau, penglihatan menjadi buram, riwayat sakit tenggorokan, riwayat mual dan muntah disangkal. Pasien sudah berobat 5 hari yang lalu ke dokter umum dan diberikan obat tetes mata cendo xytrol, obat makan novalgin, dan 2 obat lainnya pasien lupa, tapi keadaan pasien tidak juga membaik. Akhirnya pasien datang ke IGD RS Sukmul Sisma Medika dan kemudian di rawat inap. Pasien mengaku ditangani oleh dokter spesialis penyakit dalam yang kemudian di konsulkan ke dokter spesialis kulit dan dokter spesialis mata. Saat ini pasien dalam perawatan mata hari ke-3.

d. Riwayat Penyakit DahuluPasien mengaku tidak pernah menderita sakit seperti ini sebelumnya. Riwayat sakit cacar air sebelumnya tidak diketahui. Riwayat mata minus, hipertensi, kencing manis, dan asma disangkal.e. Riwayat Penyakit KeluargaDalam keluarga tidak ada yang mengalami keluhan yang sama seperti pasien. Orang tua pasien tidak mempunyai riwayat hipertensi, kencing manis atau penyakit jantung.f. Riwayat KebiasaanPasien bekerja sebagai buruh lepas di daerah Tanjung Priok. Kebiasaan merokok dan minum alkohol disangkal pasien.III. PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis

Keadaan Umum

: Tampak sakit sedang, gizi cukupKesadaran

: Compos Mentis

Tanda Vital

: TD: 130/80 mmHg

Suhu

: 37o CPernafasan

: 20 x/menit

Nadi

: 78 x/menit

Kepala

: Normocephali

Mata

: Lihat status oftalmologi

Telinga

: normotia, sekret -/-, serumen -/-

Hidung

: septum deviasi (-), sekret (-/-)

Mulut

: lidah kotor (-), tonsil T1-T1 tenang, tidak hiperemis

Leher

: KGB dan tiroid tidak teraba membesar

Thoraks

Paru

: SN Vesikuler, Rhonki -/-, wheezing -/-

Jantung: BJ I-II reguler, murmur -, gallop -

Abdomen

: Tidak diperiksa

Ekstremitas

: Akral hangat +/+, oedem -/-Status OftalmologiOkular DextraPemeriksaanOkular Sinistra

6/15Visus6/6

OrtoforiaKedudukan Bola MataOrtoforia

Bola mata dapat bergerak ke segala arahPergerakan Bola MataBola mata dapat bergerak ke segala arah

Ptosis (+)Lagoftalmus(-)Blefaritis (+)Edema (+)Vesikel (+)

Krusta (+)

Hordeolum(-)Kalazion (-)Ektropion (-)Entropion (-)Trikiasis (-)Hematoma (-)PalpebraPtosis (-)Lagoftalmus (-)Blefaritis(-)Hordeolum (-)Kalazion (-)Ektropion (-)Entropion (-)Oedem (-)Trikiasis (-)Hematoma (-)

Kemosis (-)Hiperemis (+)

Anemis (-)

Folikel (-)

Papil (-)

Sikatrik (-)Konjungtiva TarsalisKemosis (-)

Hiperemis (-)

Anemis (-)

Folikel (-)

Papil (-)

Sikatrik (-)

Kemosis (-)Hiperemis (+)Sekret (-)Konjungtiva ForniksKemosis (-)

Hiperemis (-)Sekret (-)

Injeksi konjungtiva (+) Pterigium (-) Subkonjungtiva bleeding (-) Pinguekula (-)

Nevus Pigmentosus (-)Kista Dermoid (-)Konjungtiva BulbiInjeksi konjungtiva (-) Pterigium (-) Subkonjungtiva bleeding (-) Pinguekula (-)Nevus Pigmentosus (-)

Kista Dermoid (-)

Ikterik (-)Injeksi episklera (-)SkleraIkterik (-)

Injeksi episklera (-)

Jernih

Infiltrat (-)

Sikatrik (-)

Edema (-)KorneaJernih

Infiltrat (-)

Sikatrik (-)

Edema (-)

Dalam

Hifema (-)

Hipopion (-)Sel flare (-)COADalam

Hifema (-)

Hipopion (-)

Sel flare (-)

Warna coklat

Kripti baik

Atrofi (-)

Neovaskular (-)IrisWarna coklat

Kripti baik

Atrofi (-)

Neovaskular (-)

Bentuk bulat, sentral, reguler, 4mmRC langsung (+)RC tidak langsung (+)PupilBentuk bulat, sentral, reguler, 4mmRC langsung (+)RC tidak langsung (+)

JernihLensaJernih

JernihVitreus HumorJernih

Tidak diperiksaFunduskopiTidak diperiksa

Tidak diperiksaTIOTidak diperiksa

NegatifShadow TestNegatif

Status DermatologiRegio Frontalis Dextra

Vesikel berkelompok, bentuk bulat, ukuran 0,3-0,4 cm, sebagian ditutupi krusta berwarna coklat kekuningan.IV. PEMERIKSAAN LABORATORIUM (Tanggal 21 Mei 2013)Leukosit

: 5400 /ulHemoglobin: 14 g/dlHematokrit: 39 %Trombosit

: 219.000 /ulLED

: 36 mm/jamUreum

: 24 mg/dlKreatinin

: 0,9 mg/dlAsam urat

: 3,6 mg/dlGDS

: 78 mg/dlV. RESUME

Laki-laki berusia 27 tahun datang ke poliklinik Mata RS Sukmul Sisma Medika dengan keluhan kelopak mata kanan bengkak sampai tidak bisa membuka mata dan nyeri sejak 5 hari yang lalu. Keluhan disertai dengan timbulnya bintil-bintil kecil berisi cairan dari kelopak mata kanan sampai dahi bagian kanan yang terasa nyeri seperti terbakar, mata kanan merah dan berair yang muncul sejak 4 hari yang lalu. Pasien mengaku meriang, lemah lesu, dan nyeri kepala sebelah kanan depan 2 hari sebelum mata kanan bengkak. Pada pemeriksaan fisik didapatkan status generalis dalam batas normal. Pada pemeriksaan oftalmologi didapatkan visus OD 6/15 dan OS 6/6, pemeriksaan palpebra OD didapatkan ptosis (+), blefaritis (+), edema (+), vesikel (+), krusta (+), pemeriksaan konjungtiva tarsalis dan konjungtiva forniks OD hiperemis (+), konjungtiva bulbi OD injeksi konjungtiva (+). Pada pemeriksaan dermatologi ditemukan vesikel berkelompok, bentuk bulat, ukuran 0,3-0,4 cm, sebagian ditutupi krusta berwarna coklat kekuningan pada regio frontalis dextra. Pemeriksaan laboratorium dalam batas normal.VI. DIAGNOSIS KERJA

Herpes Zoster Oftalmikus Occuli DextraVII. DIAGNOSIS BANDING1. Blefarokonjungtivitis ec virus herpes simplex2. Blefaritis UlseratifVIII. PEMERIKSAAN ANJURAN1. Pemeriksaan Tzanck dengan pewarnaan Giemsa2. Kultur

3. Isolasi dan identifikasi virus dengan teknik Polymerase Chain ReactionIX. TATALAKSANA

1. Non Medikamentosa

Bed rest Edukasi untuk menjaga agar vesikel tidak pecah dengan tidak menggaruk atau menggosok lesi

2. Medikamentosa

Cendo Hervis Eye Ointment 3x1 unguentum OD Cendo Floxa Eye Drop 6x1 tetes OD Acyclovir 5x800 mg PO Asam mefenamat 2x500 mg PO bila nyeri Neurobion 5000 1x1 tablet POX. PROGNOSIS

Ad Visam

: Bonam

Ad Vitam

: Bonam

Ad Sanasionam: Dubia ad bonamAd Fungsionam: Dubia ad bonamBAB II

ANALISIS KASUSLaki-laki berusia 27 tahun datang ke poliklinik Mata RS Sukmul Sisma Medika dengan keluhan kelopak mata kanan bengkak dan nyeri sejak 5 hari dengan diagnosis herpes zoster oftalmikus. Diagnosis herpes zoster oftalmikus ditegakkan atas dasar anamnesis dan pemeriksaan oftalmologi.Dari anamnesis, didapatkan pasien mengeluh kelopak mata kanan bengkak dan nyeri sejak 5 hari yang lalu. Keluhan disertai dengan timbulnya bintil-bintil kecil berisi cairan dari kelopak mata kanan sampai dahi bagian kanan. Mata kanan merah, keluar sedikit kotoran mata cair, tidak gatal, dan mata berair yang muncul sejak 4 hari yang lalu. Pasien mengaku meriang, lemah lesu, dan nyeri kepala sebelah kanan depan 2 hari sebelum mata kanan bengkak. Dari anamnesis dapat disimpulkan adanya gejala prodromal seperti meriang, lemah lesu, dan nyeri kepala sebelah kanan mendahului erupsi dari kulit. Kemudian mulai timbul bengkak kemerahan pada mata yang merupakan blefaritis, dan timbul vesikel kecil berkelompok pada dermatom nervus trigeminus cabang pertama nervus oftalmikus. Gambaran ini sangat khas pada herpes zoster oftalmikus dimana lokalisasi lesi unilateral dan dermatom sesuai dengan tempat persarafan. Kemudian ditambah komplikasi konjungtivitis dengan gejala mata kanan merah, keluar kotoran mata serous, tidak gatal, dan mata berair, gejala-gejala ini khas pada konjungtivitis karena virus varicella zoster.Pemeriksaan fisik didapatkan dalam batas normal. Kemudian pada pemeriksaan oftalmologi didapatkan blefaritis yang menyebabkan ptosis. Terdapat injeksi konjungtiva di konjungtiva bulbi. Dari pemeriksaan ini dapat disimpulkan terjadi blefarokonjungtivitis.Penatalaksanaan pada pasien ini dengan non medikamentosa berupa bed rest dan edukasi untuk menjaga agar vesikel tidak pecah dengan tidak menggaruk atau menggosok lesi. Hal ini agar tidak terjadi infeksi sekunder yang biasanya disebabkan oleh Staphylococcus aureus dan mencegah penyebaran lebih lanjut. Untuk medikamentosa diberikan acyclovir 5x800 mg PO dan cendo hervis eye ointment 3x1 unguentum OD sebagai antivirus sistemik dan topikal, cendo floxa eye drop 6x1 tetes OD sebagai antibiotik untuk menghindari infeksi sekunder, asam mefenamat 2x500 mg PO untuk menghilangkan nyeri pada daerah lesi, dan neurobion 5000 1x1 tablet PO untuk regenerasi saraf.Prognosis pada pasien ini baik karena mendapatkan terapi dini dan adekuat.BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

HERPES ZOSTER OFTALMIKUSI. Anatomi Nervus TrigeminusNervus Trigeminus merupakan saraf kranial terbesar yang terdiri dari saraf motorik dan sensorik. Serabut motoriknya mempersarafi muskulus maseter, temporalis, pterigoideus internus et eksternus, tensor timpani, omohioideus dan bagian anterior muskulus digastrikus. Inti motoriknya terletak di pons. Serabut-serabut motoriknya bergabung dengan serabut-serabut sensorik nervus trigeminus yang berasal dari ganglion Gasseri. Serabut-serabut sensoriknya menghantarkan impuls nyeri, suhu, raba dan perasaan proprioseptif. Nervus trigeminus memiliki 3 percabangan yaitu :11. Nervus Opthalmicus yang bersifat sensoris murni. Berjalan ke depan pada dinding lateral sinus cavernosus dalam fossa crania media dan bercabang tiga; n. lacrimalis, n. frontalis, dan n. nasociliaris, yang masuk ke orbita melalui fissura orbitalis superior. Nervus opthalmicus merupakan divisi pertama dari trigeminus dan menginervasi kornea mata, badan ciliaris dan iris, glandula lacrimalis, konjungtiva, kulit dahi dan kepala, kelopak mata, mukosa sinus paranasales, dan cavum nasi.2. Nervus maxillaris bersifat sensoris murni. N. maxillaris bermula dari pertengahan ganglion semilunar sebagai berkas berbentuk pleksus dan berjalan horizontal ke depan keluar dari cranium menuju foramen rotundum yang kemudian bentuknya menjadi lebih silindris dan teksturnya menjadi lebih keras. N. maxillaris kemudian melewati fossa pterygopalatina, menuruni dinding lateral maxilla dan memasuki cavum orbital lewat fissure orbitalisinferior.Lalu melintasi fissure dan canalis infraorbitalis dan muncul di foramen infraorbital. Saraf ini terbagi menjadi serabut yang lebih kecil yang menginervasi hidung, palpebra bagian bawah dan bibir superior bersatu dengan serabut nervus facial. Cabang-cabang n. maxillaris terbagi menjadi empat bagian yang dipercabangkan di cranium, fossa pterygopalatina, canalis infraorbitalis dan pada wajah.3. Nervus mandibularis bersifat motoris dan sensoris. Nervus mandibularis adalah nervus terbesar dari ketiga divisi dan terdiri atas dua radiks. Radiks sensoris meninggalkan ganglion trigeminal dan berjalan keluar cranium melalui foramen ovale. Radiks motoris n. trigeminus juga keluar dari cranium melalui foramen yang sama dan bergabung dengan akar sensoris membentuk truncus n. mandibularis. Serabut sensoris n. mandibularis mensarafi kulit pipi dan kulit atas mandibula dan sisi kepala. Juga mensarafi articulasi temporomandibularis dan gigi rahang bawah, mukosa pipi, dasar mulut, dan 2/3 lidah anterior. Serabut motoris n. mandibularis mensarafi otot-otot pengunyah.

II. Herpes Zoster OftalmikusDefinisiHerpes zoster adalah respons terhadap virus varicella-zoster pada orang yang pernah mengalami kekebalan parsial yaitu orang yang pernah mengalami cacar air. Manifestasi mata yang paling sering adalah herpes zoster oftalmikus dimana terjadi reaktivasi virus varicella-zoster di bagian ganglion gasseriyang menerima serabut saraf dari cabang oftalmikus saraf trigeminus (N.V).2EpidemiologiPenyakit ini terdapat di seluruh dunia. Penyebarannya sama dengan varisela karena merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah penderita mendapat varisela. Insidensi herpers zoster terjadi pada 20 % populasi dunia dan 10 % diantaranya adalah herpes zoster oftalmikus.Penyakit ini terjadi pada laki-laki dan wanita, terutama pada usia dewasa dan jarang pada anak-anak. Lebih dari 66% penderita berusia diatas 50 tahun, 5% kasus terjadi pada anak di bawah 15 tahun, 80% penderita berusia > 20 tahun. Insiden herpes zoster oftalmikus juga meningkat pada penderita dengan imunosupresi.3Etiologi

Herpes zoster disebabkan oleh reaktivasi virus varicella zoster yang laten di dalam ganglion posterior atau ganglion intrakranial. Virus dibawa melalui saraf sensori ke tepi ganglia spinal atau ganglia trigeminal kemudian menjadi laten. Virus Varisela-Zoster termasuk famili herpes virus dan merupakan salah satu dari delapan virus herpes yang diketahui menginfeksi manusia. Diameter virus ini kurang lebih adalah 150-200 nm dan memiliki berat molekul sekitar 80 juta. Ciri khas pada strukturnya adalah memiliki nukleokapsid isosahedral dengan dikelilingi lipid envelope. DNA double stranded terletak ditengah-tengah struktur virus tersebut. Genome virus varicella zoster mengkode kurang lebih 70 gen yang unik, kebanyakan memiliki susunan DNA dan fungsi yang homolog dengan virus herpes lainnya. Early gene products meregulasi replikasi DNA, misalnya polymerase DNA virus dan virus-specific tymidine kinase. Late genes mengkode protein structural yang menjadi target oleh antibodi dan respon imun selular. 4

Patofisiologi

Infeksi primer ( inhalasi droplet ( virus masuk melalui rongga hidung ( limfonoduli di nasofaring ( replikasi virus ( viremia I (dengan gejala prodormal) ( virus ke RES ( penggabungan virus dengan DNA hospes ( replikasi virus ( viremia II ( mencapai ujung pembuluh darah ( kelainan kulit ( virus menjalar melalui serabut saraf sensorik ( ganglion saraf ( dorman, bersifat laten

Kondisi immunocompromised : usia > 50 tahun, HIV, Leukemia, orang dengan terapi radiasi dan kemoterapi, orang dengan transplantasi organ mayor seperti sumsum tulang

Faktor reaktivasi : Trauma, malnutrisi, stres fisik dan emosi, demam, alkohol, gangguan pencernaan, sinar ultraviolet, menstruasi, pengobatan imunosupresan jangka panjang

Reaktivasi virus di ganglion nervus trigeminus ( bergerak ke cabang pertama yaitu

nervus ophthalmicus ( menyebar menurut dermatom ( inflamasi dan iskemik pembuluh darah ( replikasi setempat ( kumpulan vesikel, timbul gejala dan tanda herpes zoster oftalmikus, masa tunas 7-12 hari, masa aktif berupa lesi-lesi baru

yang tetap timbul berlangsung kira-kira seminggu, masa resolusi 1-2 minggu. 5,6Gejala dan TandaBiasanya penderita herpes zoster oftalmikus pernah mengalami penyakit varisela beberapa waktu sebelumnya. Adapun gejala herpes zoster oftalmikus ini, antara lain:a. Prodromal (didahului ruam sampai beberapa hari)- Nyeri lateral sampai mengenai mata- Demam- Malaise- Sakit kepala- Kuduk terasa kakuGejala-gejala di atas terjadi pada 5 % penderita, terutama pada anak-anak, dan timbul 1-2 hari sebelum terjadi erupsi.b. Dermatitisc. Nyeri matad. Lakrimasie. Perubahan visualf. Mata merah unilateral

Ciri-Ciri Herpes Zoster Ophthalmicus 7

Struktur yang terlibatTandaWaktu timbulnya

Kelopak mata/conjunctiva

BlepharoconjunctivitisRuam makula kutaneus yang unilateral pada kelopak mata dan sekitarnyaHari ke-0

Edema konjungtiva2-3 hari

KrustaHari ke 6

Infeksi sekunder Staphylococcus aureus Krusta kekuningan/discharge1-2 minggu

Episclera/sclera

Episcleritis/scleritisKemerahan yang difus atau terlokalisasi, nyeri, edema 1 minggu

Cornea

Punctate epithelial keratitisInflamasi sel epitel permukaan kornea1-2 hari

Dendritic keratitis"Medusa-like" defek epitel dengan ujung runcing4 - 6 hari

Anterior stromal keratitis (nummular keratitis)Infiltrat multipel halus di bawah permukaan kornea1 2 minggu

Deep stromal keratitisInflamasi stroma profunda dengan dengan infiltrat lipid dan kornea neovaskularisasi1 bulan - tahunan

Neurotrophic keratopathyErosi punctate permukaan korneabulan - tahunan

Defek epithelial persisten Ulkus kornea

Anterior chamber

Uveitis Peradangan dan jaringan parut iris2 minggu - tahunan

Retina

Acute retinal necrosis/progressive outer retinal necrosisCoalescent patches pada nekrosis retinaOklusi vaskulitisinflamasi vitreous (hanya pada nekrosis retina akutIndependent/varied*

Cranial nerves

Optic neuritisBengkak, edema saraf optikIndependent/varied*

Oculomotor palsiesKelainan gerak extraocularIndependent/varied*

DiagnosisPenegakan diagnosis sebagian besar dilihat dari anamnesis, pemeriksaan oftalmologi, dan pemeriksaan penunjang.

Anamnesis

Adanya gejala prodromal, riwayat menderita cacar air, manifestasi nyeri dan gambaran ruam kulit seperti vesikel dengan karakteristik distribusi sesuai dermatom dan unilateral. Pemeriksaan Oftalmologi

Bisa ditemukan blefaritis, konjungtivitis, skleritis, keratitis, uveitis, nekrosis retina akut, optic neuritis, dan occulomotor palsies sesuai dengan tanda khas dari herpes zoster oftalmikus.

Pemeriksaan PenunjangJika gambaran lesi tidak begitu jelas maka dibutuhkan pemeriksaan penunjang laboratorium. Pemeriksaaan langsung secara mikroskopik dengan kerokan palpebra diwarnai dengan Giemsa, untuk melihat adanya sel-sel raksasa berinti banyak (Tzanck) yang khas dengan badan inklusi intranukleus asidofil. Isolasi dan identifikasi virus dengan teknik Polymerase Chain Reaction. Tekhnik polymerase chain reaction (PCR) adalah tekhnik pemeriksaan yang paling sensitif dan spesifik karena dapat mendeteksivaricella-zoster virusDNA yang terdapat dalam cairan vesikel. Kultur virus juga dapat dilakukan namun sensitifitasnya rendah. Pemeriksaan lain yaitu direct immunofluorescence assay.8Diagnosis Bandinga. Kondisi yang memperlihatkan penampakan luar yang sama7- Herpes simplek

- Blefaritis ulseratifb. Kondisi yang menyebabkan penyebaran nyeri

- Tic Douloureux

- Migrain

- Pseudotumor orbita

- Selulitis orbita

- Nyeri akibat sakit gigic. Kondisi yang menyebabkan inflamasi stromal kornea

- Epstein Barr Virus

- Mumps

- SifilisPenatalaksanaanStrategi pengobatan pada infeksi akut herpes zoster oftalmikus yaitu antivirus, kortikosteroid sistemik, antidepresan, dan analgesik yang adekuat. Jika tidak diobati dengan adekuat dapat terjadi kerusakan permanen pada mata termasuk inflamasi yang kronik, nyeri yang mengganggu (neuralgia pasca herpes) dan hilangnya tajam pengelihatan.1. Obat antivirus diindikasikan dalam pengobatan herpes zoster yang akut. Yang termasuk antivirus adalah acyclovir, famsiklovir, valacyclovir. Obat ini signifikan untuk menurunkan nyeri akut, menghentikan progresi virus dan pembentukan vesikel, mengurangi insiden episkleritis rekuren, keratitis, iritis dan mengurangi neuralgia pasca herpetik jika dimulai dalam 72 jam onset ruam. Yang sering digunakan adalah asiklovir 5x800 mg perhari selama 7 hari diikuti 2-3 minggu kemudian. Jika kondisi pasien berat dianjurkan dirawat dan diberikan terapi asiklovir 5-10 mg/kgBB IV 8 jam selama 8-10 hari.7

2. Analgetik seperti asetaminofen, asam menefenamat, aspirin dan NSAID untuk mengontrol rasa nyeri. Artifial tears untuk lubrikasi kornea dan konjungtiva terutama pada neurotrodik keratopati dan defek epithelial persisten. Pada pasien dengan sikatrik kornea yang luas mungkin diperlukan tindakan keratoplasti.93. Steroid sistemik digunakan dengan dosis tinggi untuk menghambat perkembangan penyakit pada post herpetic neuralgia. Namun risiko steroid dosis tinggi pada lansia harus dipertimbangkan. Steroid pada umumnya digunakan untuk menangani komplikasi dari kasus neurologis seperti kelumpuhan nervus okulomotorius dan neuritis optik. Pemakaian steroid sistemik masih kontroversial.2Komplikasi1.Postherpetic neuralgia merupakan komplikasi herpes zoster yang paling sering terjadi pada sekitar 10-15% pasien herpes zoster dan merusak saraf trigeminal. Postherpetic neuralgia didefinisikan sebagai gejala sensoris, biasanya sakit dan mati rasa. Rasa nyeri akan menetap setelah penyakit sembuh, dan dapat terjadi karena penyembuhan yang tidak baik pada penderita usia lanjut. Nyeri bisa menetap lebih dari 3 bulan setelah penyembuhan.72. Konjungtiva. Pada mata komplikasi yang dapat timbul adalah kemosis yang ada hubungannya dengan pembengkakan palpebra. Dapat juga timbul vesikel-vesikel di konjungtiva tetapi jarang terjadi ulserasi.23. Kornea. Bila comea terkena maka akan timbul infiltrat yang berbentuk tidak khas dengan batas yang tidak tegas, tetapi kadang-kadang infiltratnya dapat menyerupai herpes simplex yaitu dendritik. Proses yang terjadi pada dasarnya berupa keratitis profunda yang bersifat kronis dan dapat bertahan beberapa minggu setelah kelainan kulit sembuh. Akibat kekeruhan komea maka visus akan menurun.84. Iris. Adanya lesi di ujung hidung merupakan tanda penyebaran virus ke n. nasociliaris yang merupakan cabang dari n. ophthalmicus yang juga menginervasi daerah iris, korpus siliaris dan kornea. Iritis/iridosiklitis dapat merupakan penjalaran dari keratitis ataupun berdiri sendiri. Iritis biasanya ringan, jarang menimbulkan eksudat, pada yang berat kadang-kadang disertai dengan hipopion atau glaucoma sekunder. Akibat dari iritis ini sering timbul sequele berupa iris atrofi. Pada beberapa kasus dapat disertai kerusakan sphincter pupil.25.Sklera. Skleritis merupakan komplikasi yang jarang ditemukan, biasanya merupakan lanjutan dari iridosiklitis. Pada sklera akan terlihat nodulus dengan injeksi lokal yang dapat timbul beberapa bulan sesudah sembuhnya lesi di kulit. Nodulusnya bersifat kronis, dapat bertahan beberapa bulan, bila sembuh akan meninggalkan sikatrik dengan hiperpigmentasi. Skleritis ini dapat kambuh lagi.46.Ocular palsy. Dapat timbul bila mengenai N III, N IV, N VI, N III dan N IV. Paralisis dari otot-otot extraocular ini karena perluasan peradangan dari N Trigeminus di daerah sinus cavemosus. Timbulnya paralisis biasanya dua sampai tiga minggu setelah gejala permulaan dari zoster dirasakan, walaupun ada juga yang timbul sebelumnya. Prognosis pada umumnya baik dan akan kembali normal kira-kira dua bulan kemudian.77.Retina. Kelainan retina yang ada hubungannya dengan zoster jarang ditemukan. Kelainan tersebut berupa koroiditis dan perdarahan retina, yang umumnya disebabkan adanya retinal vaskulitis.28.Neuritis optik. Neuritis optik juga jarang ditemukan, tetapi bila terjadi dapat menyebabkan kebutaan karena timbulnya atrofi n. opticus. Gejalanya berupa skotoma sentral yang dalam beberapa minggu akan terjadi penurunan visus sampai menjadi buta.2DAFTAR PUSTAKA1. Baehr, Frotscher. 2012. Diagnosis Topik Neurologi. Edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku kedokteran EGC. 2. Vaughan DG, et al. 2007. Oftalmologi Umum. Edisi 17. Jakarta: Penerbit Buku kedokteran EGC.3. Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia. 2002. Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran. Edisi II. Jakarta: Penerbit Sagung Seto.

4. Singh, Daljit. 2011. Herpes Zoster. Accessed on May 24th, 2013. Available at http://emedicine.medscape.com.

5. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. 2006. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi V. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.6. Kansky, Jack J. 2007. Clinical Ophthalmology : A Systematic Approach. Edisi 6. Philadelphia : Elsevier Butterworth-Heinemann.7. Shaikh, Saad. 2011. Evaluation and Management of Herpes Zoster Ophthalmicus. Accessed on May 24th, 2013. Available at http://www.aafp.org.8. Ilyas, Sidarta. 2009. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

9. Sunita A., Athiya G., David J. 2008. Textbook of Ophthalmology. USA: Appleton & Lange.Gambar SEQ Gambar \* ARABIC 1. Dermatom Nervus Trigeminus

Gambar SEQ Gambar \* ARABIC 2. Struktur Virus Varicella Zoster

Gambar SEQ Gambar \* ARABIC 3. Patofisiologi Herpes Zoster

Gambar SEQ Gambar \* ARABIC 4. Penyebaran Herpes Zoster Oftalmikus Sesuai Dermatom

Gambar SEQ Gambar \* ARABIC 5. Terapi Antiviral Untuk Herpes Zoster

PAGE 6