case astigmatisme myocopis

37
BAB I LAPORAN KASUS A. IDENTITAS PASIEN Nama Pasien : Tn.W Umur : 21 tahun Alamat : Ngembal Kulon 05/03 Jati-Kudus Jenis Kelamin : Laki-laki Suku / Agama : Jawa / Islam Pekerjaan : Swasta No. CM : 307 348 Tanggal pemeriksaan : 10 Juni 2016 B. ANAMNESIS Dilakukan pada hari Jumat, 10 Juni 2016 pukul 09.30 WIB di Poliklinik Mata RSUD Kudus. Keluhan Utama Mata kanan dan kiri kabur Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang ke poliklinik mata RSUD Kudus dengan keluhan pandangan mata kanan dan kiri terasa kabur sejak ±12 tahun yang lalu. Keluhan penglihatan kabur dirasakan terutama saat melihat jauh, pasien mengatakan jika melihat jauh harus memicingkan mata, penurunan penglihatan dirasakan secara perlahan-lahan. Pasien mengeluh jika menonton tv terlalu lama pandangan mulai menjadi kabur. 1

Upload: marcellraymond

Post on 07-Jul-2016

21 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Case Astigmatisme Myocopis

TRANSCRIPT

Page 1: Case Astigmatisme Myocopis

BAB I

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN

Nama Pasien : Tn.W

Umur : 21 tahun

Alamat : Ngembal Kulon 05/03 Jati-Kudus

Jenis Kelamin : Laki-laki

Suku / Agama : Jawa / Islam

Pekerjaan : Swasta

No. CM : 307 348

Tanggal pemeriksaan : 10 Juni 2016

B. ANAMNESIS

Dilakukan pada hari Jumat, 10 Juni 2016 pukul 09.30 WIB di Poliklinik Mata RSUD

Kudus.

Keluhan Utama

Mata kanan dan kiri kabur

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke poliklinik mata RSUD Kudus dengan keluhan pandangan mata

kanan dan kiri terasa kabur sejak ±12 tahun yang lalu. Keluhan penglihatan kabur

dirasakan terutama saat melihat jauh, pasien mengatakan jika melihat jauh harus

memicingkan mata, penurunan penglihatan dirasakan secara perlahan-lahan. Pasien

mengeluh jika menonton tv terlalu lama pandangan mulai menjadi kabur.

Pasien juga mengeluh kedua matanya kemeng jika melihat terlalu lama, kadang

disertai pusing dan mata berair, keluhan berkurang dengan istirahat. Pasien mengaku

awalnya untuk keluhan pandangan kabur hanya diberikan obat tetes mata namun

tidak ada perbaikan, Pasien mengatakan ±9 tahun yang lalu sempat berobat ke dokter

dan diberikan kacamata, dan ada perbaikan. Pasien mengaku setiap ±3 tahun pasien

mengganti kacamata karena keluhan pandangan kaburnya bertambah. Riwayat

kebiasaan bekerja lama di depan layar monitor, membaca lama disangkal pasien.

1

Page 2: Case Astigmatisme Myocopis

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penggunaan kacamata (+)

Riwayat darah tinggi (-)

Riwayat kencing manis (-)

Riwayat alergi (-)

Riwayat trauma pada kedua mata (-)

Riwayat penyakit mata/ Op. mata (-)

Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat pemakaian kacamata pada keluarga (+) Kakak 1, Kakak 2, dan Kakak 3

Riwayat darah tinggi (+) Ibu

Riwayat kencing manis (-)

Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien adalah seorang pekerja swasta.

Biaya pengobatan ditanggung BPJS

Kesan ekonomi cukup

C. PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalisata

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Tanda-tanda vital

Tensi : 120/80 mmHg

Nadi : 84x/menit

RR : 20 x/menit

Suhu : 36,4 0C

Status Gizi : Cukup

2

Page 3: Case Astigmatisme Myocopis

Status Oftalmikus OD OS

Keterangan :

OCULI DEXTRA(OD) PEMERIKSAAN OCULI SINISTRA(OS)

6/75 Visus 6/75

S -5,5 C -0,5 axis 900 : 6/6 Koreksi S -5,5 C -0,75 axis 900 : 6/6

Gerak bola mata normal,

enoftalmus (-),

eksoftalmus (-),

strabismus (-)

Bulbus okuli

Gerak bola mata normal,

enoftalmus (-),

eksoftalmus (-),

strabismus (-)

Edema (-), hiperemis(-),

nyeri tekan(-),

blefarospasme (-),

lagoftalmus (-),

ektropion (-), entropion (-)

Palpebra

Edema (-), hiperemis(-),

nyeri tekan (-),

blefarospasme (-),

lagoftalmus (-)

ektropion (-),entropion (-)

Edema (-),

injeksi konjungtiva (-),

injeksi siliar (-),

Konjungtiva Edema (-),

injeksi konjungtiva (-),

injeksi siliar (-) minimal,

3

Page 4: Case Astigmatisme Myocopis

infiltrat (-),

hiperemis (-),

infiltrat (-),

hiperemis (-),

Putih Sklera Putih

Bulat, edema (-),

keratik presipitat(-),

infiltrat (-), sikatriks (-)

Arkus senilis (-)

Kornea

Bulat, edema (-),

keratik presipitat(-),

infiltrat(-), sikatriks (-)

Arkus senilis (-)

Jernih, dalam

hipopion (-),

hifema (-)

Camera Oculi

Anterior

(COA)

Jernih, dalam,

hipopion (-),

hifema (-)

Kripta(+), atrofi (-) ,warna

coklat ,edema(-), synekia (-)

Iris Kripta(+),atrofi (-) ,warna

coklat ,edema(-), synekia (-),

bulat, diameter : ± 3 mm,

letak sentral,

refleks pupil langsung (+),

refleks pupil tak langsung (+)

Pupil

bulat, diameter ± 3 mm,

letak sentral,

refleks pupil langsung (+),

refleks pupil tak langsung (+)

Jernih Lensa Jernih

Jernih Vitreus Jernih

Perdarahan (-), eksudat (-),

ablasio (-), sikatriks (-),

neovaskularisasi (-)

Retina Perdarahan (-), eksudat (-),

ablasio (-), sikatriks (-),

neovaskularisasi (-)

Positif Fundus Refleks Positif

N TIO Digitalis N

Epifora (-), lakrimasi (-) Sistem Lakrimasi Epifora (-), lakrimasi (-)

Papil N II bentuk bulat, batas tegas, warna kuning

kemerahan, C/D Ratio 0,3, Ratio A/V 2:3, Edema (-),

Perdarahan (-), Neovaskularisasi (-)

Optic Disc Papil N II bentuk bulat, batas tegas, warna kuning

kemerahan, C/D Ratio 0,3, Ratio A/V 2:3, Edema (-),

Perdarahan (-), Neovaskularisasi (-)

D. RESUME

4

Page 5: Case Astigmatisme Myocopis

Telah diperiksa seorang laki-laki usia 21 tahun dengan keluhan ODS terasa kabur

sejak ±12 tahun yang lalu. Keluhan penglihatan kabur dirasakan terutama saat

melihat jauh, jika melihat jauh harus memicingkan mata. Keluhan pandangan kabur

dirasakan timbul secara perlahan-lahan, jika menonton tv terlalu lama pandangan

mulai menjadi kabur. Keluhan lain seperti mata kemeng, pusing serta mata berair

kadang muncul jika melihat terlalu lama. keluhan membaik dengan istirahat. untuk

keluhan pandangan kabur hanya diberikan obat tetes mata namun tidak ada

perbaikan, ±9 tahun yang lalu sempat berobat ke dokter dan diberikan kacamata, dan

ada perbaikan. Setiap ±3 tahun mengganti kacamata karena keluhan pandangan

kaburnya bertambah. Riwayat kebiasaan bekerja lama di depan layar monitor (-),

membaca lama(-). Riwayat Pemakaian kacamata sebelumnya (-), hipertensi (-), DM

(-), alergi (-),trauma okuli (-), Op. mata (-). Kakak pertama , kedua dan ketiga

mempunyai riwayat kacamata (+).

OCULI DEXTRA(OD) PEMERIKSAAN OCULI SINISTRA(OS)

6/75 Visus 6/75

S -5,5 C -0,5 axis 900 : 6/6 Koreksi S -5,5 C -0,75 axis 900 : 6/6

Jernih, dalam,

hipopion (-),

hifema (-)

Camera Oculi

Anterior

(COA)

Jernih, dalam,

hipopion (-),

hifema (-)

E. DIAGNOSIS BANDING

- ODS Astigmatisme Myopicus Compositus

- ODS Astigmatisme Myopicus Simplex

- ODS Miopia

- ODS Astigmatisme

F. DIAGNOSA KERJA

- ODS Astigmatisme Myopicus Compositus

G. DASAR DIAGNOSA

- ODS Astigmatisme Myopicus Compositus

5

Page 6: Case Astigmatisme Myocopis

Anamnesa :

ODS terasa kabur jika melihat jauh, harus memicingkan mata jika melihat jauh

mata kemeng , pusing dan mata berair. Jika menonton tv terlalu lama pandangan

mulai menjadi kabur. Setiap ±3 tahun mengganti kacamata karena keluhan

pandangan kaburnya bertambah.

Pemeriksaan Fisik :

OCULI DEXTRA(OD) PEMERIKSAAN OCULI SINISTRA(OS)

6/75 Visus 6/75

S -5,5 C -0,5 axis 900 : 6/6 Koreksi S -5,5 C -0,75 axis 900 : 6/6

Dalam Camera Oculi

Anterior

(COA)

Dalam

H. TERAPI

Promotif

Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit yang diderita, serta perjalanan

penyakit dan komplikasi.

Preventif

Menejelaskan kepada pasien untuk terus pakai kacamata

Membaca buku sejajar dengan mata , dengan jarak 30cm dan penerangan yang

cukup

Jarak menonton tv jangan terlalu dekat

Mencegah agar tidak terjadi komplikasi

Kuratif

Pemberian Kacamata lensa sferis negatif dan silinder negative

Mata OD OS

SPH -5,5 -5,5

CYL -0,5 Axis 90o -,0,75 Axis 900

Vitamin A 1 dd 1 tab

Rehabilitatif

Kontrol rutin ke dokter spesialis mata.

6

Page 7: Case Astigmatisme Myocopis

I. PROGNOSIS

OCULI DEXTRA (OD)

OCULI SINISTRA (OS)

Quo ad vitam ad bonam ad bonamQuo ad sanam ad bonam ad bonamQuo ad kosmetikam ad bonam ad bonamQuo ad functionam ad bonam ad bonam

J. USUL DAN SARAN

Usul:- Pemeriksaaan Tonometry

Saran: Konsumsi vitamin secara teratur.

Melakukan kontrol rutin ke dokter spesialis mata setiap 6 bulan sekali

atau segera jika terdapat keluhan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

7

Page 8: Case Astigmatisme Myocopis

Definisi

Miopia adalah suatu bentuk kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar yang

datang dari jarak tak terhingga oleh mata dalam keadaan tidak berakomodasi dibiaskan

pada satu titik di depan retina. Miopia berasal dari bahasa yunani “ muopia” yang

memiliki arti menutup mata. Miopia merupakan manifestasi kabur bila melihat jauh,

istilah populernya adalah “nearsightedness.

Astigmat adalah suatu keadaan dimana  sinar yang masuk ke dalam mata tidak

terpusat pada satu titik saja. Astigmat merupakan kelainan pembiasan mata yang

menyebabkan bayangan penglihatan pada satu bidang fokus pada jarak yang berbeda dari

bidang sudut. Pada astigmatisma berkas sinar tidak difokuskan ke retina tetapi di  dua

garis titik api yang saling tegak lurus. Astigmat Myopicus Compositus yaitu dimana

sinar-sinar sejajar yang masuk ke bola mata dibiaskan oleh media refrakta dalam sumbu

orbital akan terbentuk fokus bayangan dua titik di depan retina semua. Astigmatisme

jenis ini, titik fokus dari daya bias terkuat berada di depan retina, sedangkan titik fokus

dari daya bias terlemah berada di antara titik A dan retina.

Etiologi

1. Miopia

Berdasarkan penyebabnya dikenal dua jenis myopia, yaitu:

Myopia aksial, adalah myopia yang disebabkan oleh sumbu orbita yang

lebih panjang dibandingkan panjang fokus media refrakta. Dalam hal ini,

panjang fokus media refrakta adalah normal (± 22,6 mm) sedangkan panjang

sumbu orbita > 22,6 mm.

Myopia aksial disebabkan oleh beberapa faktor seperti;

1. Menurut Plempius (1632), memanjangnya sumbu bolamata tersebut

disebabkan oleh adanya kelainan anatomis.

2. Menurut Donders (1864), memanjangnya sumbu bolamata tersebut karena

bolamata sering mendapatkan tekanan otot pada saat konvergensi.

3. Menurut Levinsohn (1925), memanjangnya sumbu bolamata diakibatkan

oleh seringnya melihat ke bawah pada saat bekerja di ruang tertutup,

sehingga terjadi regangan pada bolamata. 2

8

Page 9: Case Astigmatisme Myocopis

Myopia refraktif, adalah myopia yang disebabkan oleh bertambahnya indek

bias media refrakta.

Pada myopia refraktif, menurut Albert E. Sloane dapat terjadi karena beberapa

macam sebab, antara lain :

1. Kornea terlalu melengkung (< 7,7 mm).

2. Terjadi hydrasi / penyerapan cairan pada lensa kristalinaa sehingga bentuk

lensa kristalinaa menjadi lebih cembung dan daya biasnya meningkat. Hal

ini biasanya terjadi pada penderita katarak stadium awal (imatur).

3. Terjadi peningkatan indeks bias pada cairan bolamata (biasanya terjadi

pada penderita diabetes melitus). 2

Beberapa hal yang mempengaruhi resiko terjadinya myopia, antara lain:

1. Keturunan. Orang tua yang mempunyai sumbu bolamata yang lebih

panjang dari normal akan melahirkan keturunan yang memiliki sumbu

bolamata yang lebih panjang dari normal pula.

2. Ras/etnis. Ternyata, orang Asia memiliki kecenderungan myopia yang

lebih besar (70% – 90%) dari pada orang Eropa dan Amerika (30% –

40%). Paling kecil adalah Afrika (10% – 20%).

3. Perilaku. Kebiasaan melihat jarak dekat secara terus menerus dapat

memperbesar resiko myopia. Demikian juga kebiasaan membaca dengan

penerangan yang kurang memadai.2

2. Astigmat

Penyebab terjadinya astigmatismus adalah :

a. Kornea

Media refrakta yang memiliki kesalahan pembiasan yang paling besar

adalah kornea, yaitu mencapai 80% s/d 90% dari astigmatismus, sedangkan

media lainnya adalah lensa kristalin. Kesalahan pembiasan pada kornea ini

terjadi karena perubahan lengkung kornea dengan tanpa pemendekan atau

pemanjangan diameter anterior posterior bolamata. Perubahan lengkung

permukaan kornea ini terjadi karena kelainan kongenital, kecelakaan, luka atau

parut di kornea, peradangan kornea serta akibat pembedahan kornea.3

b. Lensa Kristalin

Semakin bertambah umur seseorang, maka kekuatan akomodasi lensa

kristalin juga semakain berkurang dan lama kelamaan lensa kristalin akan

9

Page 10: Case Astigmatisme Myocopis

mengalami kekeruhan yang dapat menyebabkan astigmatismus. Astigmatismus

yang terjadi karena kelainan pada lensa kristalin ini disebut juga astigmatismus

lentikuler.3

Klasifikasi

Klasifikasi Miopia

Menurut perjalanan myopia:

1. Myopia stasioner, myopia simpleks, myopia fisiologis

Myopia yang menetap setelah dewasa.

2. Myopia progresif

Myopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat bertambah

panjangnya bola mata.

3. Myopia maligna, myopia pernisiosa, myopia degenerative

Myopia yang berjalan progresif, yang dapat mengakibatkan ablasi

retina atau kebutaan.2

Menurut klinis:

a. Simpel myopia: adalah myopia yang disebabkan oleh dimensi bolamata

yang terlalu panjang, atau indeks bias kornea maupun lensa kristalinaa yang

terlalu tinggi.

b. Nokturnal myopia: adalah myopia yang hanya terjadi pada saat kondisi

sekeliling kurang cahaya. Sebenarnya, fokus titik jauh mata seseorang

bervariasi terhadap level pencahayaan yang ada. Myopia ini dipercaya

penyebabnya adalah pupil yang membuka terlalu lebar untuk memasukkan

lebih banyak cahaya, sehingga menimbulkan aberasi dan menambah kondisi

myopia.

c. Pseudomyopia: diakibatkan oleh rangsangan yang berlebihan terhadap

mekanisme akomodasi sehingga terjadi kekejangan pada otot – otot siliar

yang memegang lensa kristalinaa. Di Indonesia, disebut dengan myopia

palsu, karena memang sifat myopia ini hanya sementara sampai kekejangan

akomodasinya dapat direlaksasikan. Untuk kasus ini, tidak boleh buru – buru

memberikan lensa koreksi.

d. Degenerative myopia: disebut juga malignant, pathological, atau

progressive myopia. Biasanya merupakan myopia derajat tinggi dan tajam

10

Page 11: Case Astigmatisme Myocopis

penglihatannya juga di bawah normal meskipun telah mendapat koreksi.

Myopia jenis ini bertambah buruk dari waktu ke waktu.

e. Induced (acquired) myopia: merupakan myopia yang diakibatkan oleh

pemakaian obat – obatan, naik turunnya kadar gula darah, terjadinya

sklerosis pada nukleus lensa, dan sebagainya.

Menurut derajat beratnya miopi2

a. Ringan : lensa koreksinya < 3,00 Dioptri

b. Sedang: lensa koreksinya 3,00 – 6,00 Dioptri.

c. Berat: lensa koreksinya > 6,00 Dioptri. Penderita myopia kategori ini rawan

terhadap bahaya pengelupasan retina dan glaukoma sudut terbuka.

Menurut umur2

a. Congenital (sejak lahir dan menetap pada masa anak-anak)

b. Youth-onset myopia (< 20 tahun)

c. Early adult-onset myopia (20-40 tahun)

d. Late adult-onset myopia (> 40 tahun).

Klasifikasi Astigmatisme 3,

Berdasarkan letak titik astigmatismus

a. Astigmatisme regular.

Astigmatisme dikategorikan regular jika meredian - meredian utamanya (meredian di

mana terdapat daya bias terkuat dan terlemah di sistem optis bolamata), mempunyai

arah yang saling tegak lurus. Misalnya, jika daya bias terkuat berada pada meredian

90°, maka daya bias terlemahnya berada pada meredian 180°, jika daya bias terkuat

berada pada meredian 45°, maka daya bias terlemah berada pada meredian 135°.

Astigmatisme jenis ini, jika mendapat koreksi lensa cylindris yang tepat, akan bisa

menghasilkan tajam penglihatan normal. Tentunya jika tidak disertai dengan adanya

kelainan penglihatan yang lain. Bila ditinjau dari letak daya bias terkuatnya, bentuk

astigmatisme regular ini dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:

11

Page 12: Case Astigmatisme Myocopis

1) Astigmatisme With The Rule.

Jika meredian vertikal memiliki daya bias lebih kuat dari pada meredian

horisontal. Astigmatisme ini dikoreksi dengan Cyl - pada axis vertikal atau Cyl +

pada axis horisontal.

2) Astigmatisme Against The Rule

Jika meredian horisontal memiliki daya bias lebih kuat dari pada meredian

vertikal. Astigmatisme ini dikoreksi dengan Cyl - pada axis horisontal atau

dengan Cyl + pada axis vertikal.

Kesepakatan: untuk menyederhanakan penjelasan, titik fokus dari daya bias terkuat

akan disebut titik A, sedang titik fokus dari daya bias terlemah akan disebut titik B.

Sedangkan menurut letak fokusnya terhadap retina, astigmatisme regular dibedakan

dalam 5 jenis, yaitu :

12

Page 13: Case Astigmatisme Myocopis

a) Astigmatismus Myopicus Simplex.

Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B berada

tepat pada retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph

0,00 Cyl -Y atau Sph -X Cyl +Y di mana X dan Y memiliki angka yang sama.

b) Astigmatismus Hypermetropicus Simplex.

Astigmatisme jenis ini, titik A berada tepat pada retina, sedangkan titik B berada

di belakang retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph

0,00 Cyl +Y atau Sph +X Cyl -Y di mana X dan Y memiliki angka yang sama.

c) Astigmatismus Myopicus Compositus.

Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B berada di

antara titik A dan retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah

Sph -X Cyl -Y.

13

Page 14: Case Astigmatisme Myocopis

d) Astigmatismus Hypermetropicus Compositus

Astigmatisme jenis ini, titik B berada di belakang retina, sedangkan titik A berada

di antara titik B dan retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini

adalah Sph +X Cyl +Y.

e) Astigmatismus Mixtus.

Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B berada di

belakang retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph +X

Cyl -Y, atau Sph -X Cyl +Y, di mana ukuran tersebut tidak dapat ditransposisi

hingga nilai X menjadi nol, atau notasi X dan Y menjadi sama - sama + atau -.

14

Page 15: Case Astigmatisme Myocopis

Jika ditinjau dari arah axis lensa koreksinya, astigmatisme regular ini juga dibedakan

menjadi 3 jenis, yaitu:

1. Astigmatisme Simetris.

Astigmatisme ini, kedua bolamata memiliki meredian utama yang deviasinya

simetris terhadap garis medial. Ciri yang mudah dikenali adalah axis cylindris

mata kanan dan kiri yang bila dijumlahkan akan bernilai 180° (toleransi sampai

15°), misalnya kanan Cyl -0,50X45° dan kiri Cyl -0,75X135°.

2. Astigmatisme Asimetris.

Jenis astigmatisme ini meredian utama kedua bolamatanya tidak memiliki

hubungan yang simetris terhadap garis medial. Contohnya, kanan Cyl -0,50X45°

dan kiri Cyl -0,75X100°.

3. Astigmatisme Oblique.

Adalah astigmatisme yang meredian utama kedua bolamatanya cenderung searah

dan sama - sama memiliki deviasi lebih dari 20° terhadap meredian horisontal

atau vertikal. Misalnya, kanan Cyl -0,50X55° dan kiri Cyl -0,75X55°.

b. Astigmatisme Irregular.

Bentuk astigmatisme ini, meredian - meredian utama bolamatanya tidak

saling tegak lurus. Astigmatisme yang demikian bisa disebabkan oleh

ketidakberaturan kontur permukaan kornea atau pun lensa mata, juga bisa

disebabkan oleh adanya kekeruhan tidak merata pada bagian dalam bolamata atau

pun lensa mata (misalnya pada kasus katarak stadium awal). Astigmatisme jenis

ini sulit untuk dikoreksi dengan lensa kacamata atau lensa kontak lunak

(softlens). Meskipun bisa, biasanya tidak akan memberikan hasil akhir yang

setara dengan tajam penglihatan normal.

Jika astigmatisme irregular ini hanya disebabkan oleh ketidakberaturan

kontur permukaan kornea, peluang untuk dapat dikoreksi dengan optimal masih

cukup besar, yaitu dengan pemakaian lensa kontak kaku (hard contact lens) atau

dengan tindakan operasi (LASIK, keratotomy).

Berdasarkan tingkat kekuatan Dioptri :

1. Astigmatismus Rendah

15

Page 16: Case Astigmatisme Myocopis

Astigmatismus yang ukuran powernya < 0,50 Dioptri. Biasanya astigmatis-mus

rendah tidak perlu menggunakan koreksi kacamata. Akan tetapi jika timbul

keluhan pada penderita maka koreksi kacamata sangat perlu diberikan.

2. Astigmatismus Sedang

Astigmatismus yang ukuran powernya berada pada 0,75 Dioptri s/d 2,75 Dioptri.

Pada astigmatismus ini pasien sangat mutlak diberikan kacamata koreksi.

3. Astigmatismus Tinggi

Astigmatismus yang ukuran powernya > 3,00 Dioptri. Astigmatismus ini sangat

mutlak diberikan kacamata koreksi.

Gejala Klinis

1. Miopia4

Gejala subyektif:

Kabur bila melihat jauh.

Membaca atau melihat benda kecil harus dari jarak dekat

Lekas lelah bila membaca (karena konvergensi yang tidak sesuai dengan

akomodasi), astenovergens.

Gejala obyektif:

Myopia simpleks:

Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang relatif

lebar. Kadang-kadang ditemukan bola mata yang agak menonjol.

Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal atau dapat

disertai cresen myopia (myopiaic crescent) yang ringan di sekitar papil syaraf

optik.

Myopia patologik:

Gambaran pada segmen anterior serupa dengan myopia simpleks

Gambaran yang ditemukan pada segmen posterior berupa kelainan-kelainan

pada:

1. Badan kaca: dapat ditemukan kekeruhan berupa perdarahan atau

degenerasi yang terlihat sebagai floaters, atau benda-benda yang

mengapung dalam badan kaca. Kadang-kadang ditemukan ablasi badan

kaca yang dianggap belum jelas hubungannya dengan keadaan myopia.

16

Page 17: Case Astigmatisme Myocopis

2. Papil syaraf optik: terlihat pigmentasi peripapil, kresen myopia, papil

terlihat lebih pucat yang meluas terutama ke bagian temporal. Kresen

myopia dapat ke seluruh lingkaran papil, sehingga seluruh papil dikelilingi

oleh daerah koroid yang atrofi dan pigmentasi yang tidak teratur

3. Makula: berupa pigmentasi di daerah retina, kadang-kadang ditemukan

perdarahan subretina pada daerah makula.

4. Retina bagian perifer: berupa degenerasi sel retina bagian perifer.

5. Seluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid dan

retina. Akibat penipisan retina ini maka bayangan koroid tampak lebih

jelas dan disebut sebagai fundus tigroid.

2. Astigmat 4

Pada umunya, seseorang yang menderita astigmatismus tinggi menyebabkan gejala-

gejala sebagai berikut:

- Memiringkan kepala atau disebut dengan “titling his head”, pada umunya keluhan

ini sering terjadi pada penderita astigmatismus oblique yang tinggi.

- Memutarkan kepala agar dapat melihat benda dengan jelas.

- Menyipitkan mata seperti halnya penderita myopia, hal ini dilakukan untuk

mendapatkan efek pinhole atau stenopaic slite. Penderita astigmatismus juga

menyipitkan mata pada saat bekerja dekat seperti membaca.

- Pada saat membaca, penderita astigmatismus ini memegang bacaan mendekati

mata, seperti pada penderita myopia. Hal ini dilakukan untuk memperbesar

bayangan, meskipun bayangan di retina tampak buram.

Sedang pada penderita astigmatismus rendah, biasa ditandai dengan gejala-gejala

sebagai berikut :

- Sakit kepala pada bagian frontal.

- Ada pengaburan sementara / sesaat pada penglihatan dekat, biasanya pende-rita

akan mengurangi pengaburan itu dengan menutup atau mengucek-ucek mata.

17

Page 18: Case Astigmatisme Myocopis

Diagnosis

Pemeriksaan Untuk Kelainan Refraksi

Uji pinhole

Uji lubang kecil ini dilakukan untuk mengetahui apakah berkurangnya tajam

penglihatan diakibatkan oleh kelainan refraksi atau kelainan pada media penglihatan,

atau kelainan retina lainnya. Bila ketajaman penglihatan bertambah setelah dilakukan

pin hole berarti pada pasien tersebut terdapat kelainan refraksi yang belum dikoreksi

baik. Bila ketajaman pennglihatan berkurang berarti pada pasien terdapat kekeruhan

media penglihatan atau pun retina yang menggangu penglihatan.

Uji Refraksi

Refraksi Subyektif:

- Optotipe dari Snellen & Trial lens

Metode yang digunakan adalah dengan Metoda ‘trial and error’ Jarak

pemeriksaan 6 meter/ 5 meter/ 20 kaki. Digunakan kartu Snellen yang diletakkan

setinggi mata penderita, Mata diperiksa satu persatu dibiasakan mata kanan

terlebih dahulu  Ditentukan visus / tajam penglihatan masing-masing mata.

Bila visus tidak 6/6 dikoreksi dengan lensa sferis positif, bila dengan lensa

sferis positif tajam penglihatan membaik atau mencapai 5/5, 6/6, atau 20/20 maka

pasien dikatakan menderita hipermetropia, apabila dengan pemberian lensa sferis

positif menambah kabur penglihatan kemudian diganti dengan lensa sferis negatif

memberikan tajam penglihatan 5/5, 6/6, atau 20/20 maka pasien menderita

miopia.

Bila setelah pemeriksaan tersebut diatas tetap tidak tercapai tajam

penglihatan maksimal mungkin pasien mempunyai kelainan refraksi astigmat.

Pada keadaan ini lakukan uji pengaburan (fogging technique.)5

Contoh Perhitungan Ukuran kacamata:

Seseorang dapat normal melihat benda di titik dekat (pp = 25 cm), tetapi

mengalami kelainan pada lensa mata, dimana ia hanya mampu melihat benda

paling jauh pada jarak 2 meter. Agar penglihatannya normal, orang tersebut

ditolong dengan kacamata. Perhitungan ukuran kacamata yang dipakai sbb:

18

Page 19: Case Astigmatisme Myocopis

Jarak terjauh obyek/benda yang mampu dilihat 2 meter, sehingga jarak

bayangan pada kacamata harus berada -2 meter (bayangan maya berjarak 2 m) S1

= -2 m

P=-0,5 D

Kacamata yang dipakai berkekuatan/daya -0,5 Dioptri

Refraksi Obyektif

Autorefraktometer (komputer)

Yaitu menentukan myopia atau besarnya kelainan refraksi dengan

menggunakan komputer. Penderita duduk di depan autorefractor, cahaya dihasilkan

oleh alat dan respon mata terhadap cahaya diukur. Alat ini mengukur berapa besar

kelainan refraksi yang harus dikoreksi dan pengukurannya hanya memerlukan waktu

beberapa detik.

Gambar 8. Automated refractometer.

19

Page 20: Case Astigmatisme Myocopis

Gambar 9. Hasil automated refractometer.

Uji Pengaburan

Setelah pasien dikoreksi untuk myopia yang ada, maka tajam penglihatannya

dikaburkan dengan lensa positif, sehingga tajam penglihatan berkurang 2 baris pada

kartu Snellen, misalnya dengan menambah lensa spheris positif 3. Pasien diminta

melihat kisi-kisi juring astigmat, dan ditanyakan garis mana yang paling jelas terlihat.

Bila garis juring pada 90 derajat yang jelas, maka tegak lurus padanya ditentukan

sumbu lensa silinder, atau lensa silinder ditempatkan dengan sumbu 180. Perlahan-

lahan kekuatan lensa silinder negatif ini dinaikkan sampai garis juring kisi-kisi

astigmat vertikal sama tegasnya atau kaburnya dengan juring horizontal atau semua

juring sama jelasnya bila dilihat dengan lensa silinder ditentukan yang ditambahkan.

Kemudian pasien diminta melihat kartu Snellen dan perlahan-lahan ditaruh lensa

negatif sampai pasien melihat jelas.

Gambar 10. Kipas astigmat.

Dioptri adalah ukuran kekuatan lensa yang diturunkan dari metode aljabar kalkilasi

optis.

Penatalaksanaan

Sejauh ini yang dilakukan adalah mencoba mencari bagaimana mencegah kelainan

refraksi atau mencegah jangan sampai menjadi parah.3

20

Page 21: Case Astigmatisme Myocopis

- Koreksi lensa

Koreksi myopia dengan menggunakan lensa konkaf atau lensa negatif, perlu

diingat bahwa cahaya yang melalui lensa konkaf akan disebarkan. Karena itu, bila

permukaan refraksi mata mempunyai daya bias terlalu besar, seperti pada myopia,

kelebihan daya bias ini dapat dinetralisasi dengan meletakkan lensa sferis konkaf di

depan mata.

Besarnya kekuatan lensa yang digunakan untuk mengkoreksi mata myopia

ditentukan dengan cara trial and error, yaitu dengan mula-mula meletakan sebuah

lensa kuat dan kemudian diganti dengan lensa yang lebih kuat atau lebih lemah

sampai memberikan tajam penglihatan yang terbaik.

Pasien myopia yang dikoreksi dengan kacamata sferis negatif terkecil yang

memberikan ketajaman penglihatan maksimal. Sebagai contoh bila pasien dikoreksi

dengan -3.00 dioptri memberikan tajam penglihatan 6/6, demikian juga bila diberi

sferis -3.25 dioptri, maka sebaiknya diberikan koreksi -3.00 dioptri agar untuk

memberikan istirahat mata dengan baik setelah dikoreksi.

Astigmatismus dapat dikoreksi kelainannya dengan bantuan lensa silinder.

Karena dengan koreksi lensa cylinder penderita astigmatismus akan dapat

membiaskan sinar sejajar tepat diretina, sehingga penglihatan akan bertambah jelas.3

- Obat -obatan

Beberapa penilitian melaporkan penggunaan atropine dan siklopentolat setiap

hari secara topikal dapat menurunkan progresifitas dari myopia pada anak-anak usia

kurang 20 tahun. 1

- Orthokeratology

Orthokeratology adalah cara pencocokan dari beberapa seri lensa kontak, lebih

dari satu minggu atau bulan, untuk membuat kornea menjadi datar dan menurunkan

myopia. Kekakuan lensa kontak yang digunakan sesuai dengan standar. Tergantung

dari respon individu dalam orthokeratology yang sesekali beruba-ubah, penurunan

myopia sampai dengan 3.00 dioptri pada beberapa pasien, dan rata-rata penurunan

yang dilaporkan dalam penelitian adalah 0.75-1.00 dioptri. Beberapa dari penurunan

ini  terjadi antara 4-6 bulan pertama dari program orthokeratology, kornea dengan

kelengkungan terbesar memiliki beberapa pemikiran dalam keberhasilan dalam

membuat  pemerataan kornea secara menyeluruh. Dengan followup yang cermat,

orthokeratology akan aman dengan prosedur yang efektif. Meskipun myopia tidak

21

Page 22: Case Astigmatisme Myocopis

selalu kembali pada level dasar, pemakaian lensa tambahan pada beberapa orang

dalam beberapa jam sehari adalah umum, untuk keseimbangan dalam memperbaiki

refraksi.

Beberapa lensa kontak yang didesain secara khusus untuk mengubah secara

maksimal sesuai standarnya. Kekakuan lensa pada kelengkungan kornea lebih tinggi

dari pada permukaan kornea. Hasil yang didapatkan dapat menurunkan myopia

hingga 2.00 dioptri. Orthokeratology dengan beberapa lensa seragam, dapat

mengurangi permukaan kornea yang tidak rata. Orthokeratology adalah penampilan

yang umum pada anak muda walaupun menggunakan  lensa yang kaku tetapi dapat

mengontrol myopia, lensa kontak yang permeable pada anak-anak menjadi pilihan

yang disukai.

Mengurangi kelengkungan (artinya, membuat kondisinya menjadi lebih

flat/rata) permukaan depan kornea, yang tujuannya adalah mengurangi daya bias

sistem optis bolamata sehingga titik fokusnya bergeser mendekat ke retina. Metode

non operatif untuk ini adalah orthokeratology, yaitu dengan menggunakan lensa

kontak kaku untuk (selama beberapa waktu) memaksa kontur kornea mengikuti

kontur lensa kontak tersebut.

Pada astigmatismus irregular dimana terjadi pemantulan dan pembiasan sinar

yang tidak teratur pada dataran permukaan depan kornea maka dapat dikoreksi

dengan memakai lensa kontak. Dengan memakai lensa kontak maka permukaan

depan kornea tertutup rata dan terisi oleh film air mata.5

Lensa kontak merupakan suatu lensa tipis dari bahan fleksibel (soft contact

lens) atau rigid (rigid gas permeable lens) yang berkontak dengan kornea. Lensa

kontak menmberikan koreksi penglihatan yang lebih baik dibanding kacamata.

Lensa kontak dapat diresepkan untuk mengoreksi miopia, hiperopia, astigmatisma,

anisometropia, anisokonia, afakia, setelah operasi katarak, atau pada keratokonus.

Soft contact lens atau rigid gas permeable lens dapat mengoreksi miopia, hiperopia,

dan presbiopia. Lensa kontak toric yang memiliki kirvatura berbeda yang disatukan

pada permukaan depan lensa dapat diresepkan untuk mengoreksi astigmatisma. 6

22

Page 23: Case Astigmatisme Myocopis

Gambar 11. Perbedaan soft contact lens dan RGP.

Komplikasi yang dapat terjadi adalah microbial keratitis yang dapat

menyebabkan hilangnya penglihtan. Komplikasi lain yang dapat terjadi adalah tarsal

papillary conjunctivitis dan perubahan bulbar conjunctival, epithelial keratopathy,

corneal neovascularization, nonmicrobial infiltrates, dan corneal warpage. Perubahan

endotel dapat terjadi termasuk polymegethism, pleomorphism, dan jarang berupa reduksi

densitas sel endotelial. Stromal edema sering terjadi, penipisan kornea juga pernah

dilaporkan. Gejala klinisnya dapat bermacam-macam. Asupan oksigen ke kornea penting

diperhatikan terutama pada pasien dengan kelainan refraksi tinggi akibatnya lensa kontak

yang dipakai lebih tebal dan lebih berpotensi menimbulkan masalah.

1. Soft Contact Lens

Soft contact lens terbuat dari poly-2-hydroxyethyl methacrylate dan plastik fleksibel

serta 30-79% air. Diameternya sekitar 13-15 mm dan menutupi seluruh kornea. lensa

ini dapat digunakan untuk miopia dan hiperopia. Karena lensa ini mengikuti

lengkung kornea maka tidak dapat dipakai untuk mengoreksi astigmatisma yang lebih

dari astigmatisma minimal. Karena ukurannya yang lebih besar soft contact lens lebih

gampang dipakai dan jarang kemasukan benda asing antara pada ruang lensa dan

kornea serta adaptasinya juga cepat.

6

Gambar 12 soft contact lens.

23

Page 24: Case Astigmatisme Myocopis

2. RGP (rigid gas permeable) lens

Lensa RGP terbuat dari fluorocarbon dan campuran polymethyl methacrylate.

Diameternya 6.5-10 mm in diameter dan hanya menutupi sebagian kornea

mengapung di atas lapisan air mata. Lensa RGP memberikan penglihatan yang lebih

tajam dibanding soft contact lens, pertukaran oksigen yang lebih baik sehingga dapat

mencegah infeksi dan gangguan mata lain. Durasi pemakaian lensa RGP dapat lebih

lama dibanding soft contact lens. Lensa RGP disesuaikan ukurannya pada setiap mata

dengan lebih tepat dan teliti. Kerugiaannya adalah lensa RGP kurang nyaman

dibanding soft contact lens dan masa adaptasinya yang lebih lama. Lensa RGP dapat

mengoreksi kelainan seperti keratoconus dimana terdapat irregularitas bentuk kornea

yang tidak dapat dikoreksi soft contact lens. 6,12Lensa kontak toric dipakai untuk

mengoreksi astigmat. Lensa ini memiliki dua power untuk sferis dan silindris. Agar

berada pada posisi yang tepat dan stabil biasanya lensa ini lebih berat dan memiliki

penanda di bawah. 6

Gambar 13. Lensa kontak toric.

3. Gabungan

Terdapat pula lensa kontak yang merupakan gabungan soft contact lens dan RGP

yang memadukan keuntungan keduanya yakni lebih mudah dipakai dan pertukaran

oksigen yang baik.

Gambar 15. Lensa kontak gabungan soft contact lens dan RGP

24

Page 25: Case Astigmatisme Myocopis

- Bedah Refraksi

Methode bedah refraksi yang digunakan terdiri dari:

Radial keratotomy (RK)

Dimana pola jari-jari yang melingkar dan lemah diinsisi di parasentral.

Bagian yang lemah dan curam pada permukaan kornea dibuat rata. Jumlah hasil

perubahan tergantung pada ukuran zona optik, angka dan kedalaman dari insisi. 

Meskipun pengalaman beberapa orang menjalani radial keratotomy menunjukan

penurunan myopia, sebagian besar pasien sepertinya menyukai dengan hasilnya.

Dimana dapat menurunkan pengguanaan lensa kontak.5

Komplikasi yang dilaporkan pada bedah radial keratotomy seperti variasi

diurnal dari refraksi dan ketajaman penglihatan, silau, penglihatan ganda pada satu

mata, kadang-kadang penurunan permanen dalam koreksi tajam penglihatan dari

yang terbaik, meningkatnya astigmatisma, astigmatisma irregular, anisometropia,

dan perubahan secara pelan-pelan menjadi hiperopia yang berlanjut pada beberapa

bulan atau tahun, setelah tindakan pembedahan. Perubahan menjadi hiperopia dapat

muncul lebih awal dari pada gejala presbiopia. Radial keratotomy mungkin juga

menekan struktur dari bola mata. 5

Photorefractive keratectomy (PRK)

Adalah prosedur dimana kekuatan kornea ditekan dengan ablasi laser pada

pusat kornea. Dari kumpulan hasil penelitian menunjukan 48-92% pasien mencapai

visus 6/6 (20/20) setelah dilakukan photorefractive keratectomy. 1-1.5 dari koreksi

tajam penglihatan yang terbaik didapatkan hasil kurang dari 0.4-2.9 % dari pasien.

Kornea yang keruh adalah keadaan yang biasa terjadi setelah photorefractive

keratectomy dan setelah beberapa bulan akan kembali jernih. Pasien tanpa bantuan

koreksi kadang-kadang menyatakan penglihatannya lebih baik pada waktu sebelum

operasi. Photorefractive keratectomy refraksi menunjukan hasil yang lebih dapat

diprediksi dari pada radial keratotomy.

- Laser Assisted in Situ Interlameral Keratomilieusis (lasik)

Merupakan salah satu tipe PRK, laser digunakan untuk membentuk kurva kornea

dengan membuat slice (potongan laser) pada kedua sisi kornea.

25

Page 26: Case Astigmatisme Myocopis

Daftar Pustaka

1. Whitcher J P and Eva P R, Low Vision. In Whitcher J P and Eva P R, Vaughan &

Asbury’s General Ophtalmology. New York: Mc Graw Hill, 2007.

2. Olver J and Cassidy L, Basic Optics and Refraction. In Olver J and Cassidy L,

Ophtalmology at a Glance. New York: Blackwell Science, 2005; 22-23.

3. Ilyas S, Mailangkay H, Taim H, Saman R dan Simarmata M, 2003. Ilmu Penyakit

Mata Untuk Dokter Umum dan mahasiswa Kedokteran Edisi Ke-2. Jakarta.

4. A. K. Khurana, Comprehensive Ophtalmology Fourth Edition: Optics and Refraction,

New Age International (P) limited Publishers, 12: 36-38, 2007.

5. Deborah, Pavan-Langston,Manual of Ocular Diagnosis and Therapy, 6th

Edition:Refractive Surgery, Lippincott Williams and Wilkins, 5:73-100,2008.

6. Harvey M. E., 2009. Development and Treatment of Astigmatism-Related

Amblyopia. Optom Vis Sci 86(6): 634-639. Diunduh dari:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2706277/pdf/nihms114434.pdf??

tool=pmcentrez

26