campuran ddpp

41
1.3 Tujuan Penulisan Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan makala ini adalah: 1. Menjelaskan pengertian penilaian. 2. Menjelaskan pengertian asesmen autentik dan maknanya. 3. Menjelaskan manfaat penilaian autentik. 4. Menjelaskan ciri-ciri autentik. 5. Menjelaskan asesmen autentik dan tuntutan kurikulum 2013 6. Menjelaskan asesmen autentik dan belajar autentik 7. Menejelaskan jenis-jenis penilaian autentik. 8. Menjelaskan pengembangan pnilaian pada penilaian autentik. 9. Menjelaskan penilaian autentik. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Penilaian Istilah penilaian sebagai terjemahan dari “Evaluation” jika dalam kepustakaan lain digunakan istilah assesmen, appraisal, sebagai panduan akan digunakan sebuah definisi Evaluasi sebagai berikut : yang berasall dari B. Bloom dalam bukunya : Handbook or Formative and Summative Evaluation of Student LearningEvaluation, as we see it, is the systimatic collection of evidence to determine whither infact certain changes are taking place in the learns as well as to determine the a mount or degree of change in individual students ”. Dari definisi di atas yang perlu diperhatikan, bahwa dalam melakukan penilaian Anda harus yakin bahwa pendidikan dapat membawa perubahan pada diri anak didik karena ada dua hal yang harus dilakukan yaitu : mengumpulkan bukti-bukti yang cukup untuk kemudian dijadikan dasar penetapan ada tidaknya perubahan, dan derajat perubahan yang terjadi. Bukti-bukti yang dikumpulkan dapat bersifat kuantitatif, membagi hasil pengukuran berbentuk angka misalnya dari testing, pemberian tugas penampilan (performance), kertas kerja, laporan tugas lapangan dan lain-lain.Bukti dapat pula bersifat kualitatif, tidak berbentuk bilangan, melainkan hanya menunjukkan kualifikasi hasil belajar seperti baik sekali, sedang, rajin, cermat dan lain-lain.

Upload: shinta

Post on 02-Dec-2015

221 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

ewe

TRANSCRIPT

Page 1: campuran ddpp

1.3    Tujuan PenulisanBerdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan makala ini adalah:

1.      Menjelaskan pengertian penilaian.

2.      Menjelaskan pengertian asesmen autentik dan maknanya.

3.      Menjelaskan manfaat penilaian autentik.

4.      Menjelaskan ciri-ciri autentik.

5.      Menjelaskan asesmen autentik dan tuntutan kurikulum 2013

6.      Menjelaskan asesmen autentik dan belajar autentik

7.      Menejelaskan jenis-jenis penilaian autentik.

8.      Menjelaskan pengembangan pnilaian pada penilaian autentik.

9.      Menjelaskan penilaian autentik.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1    Pengertian PenilaianIstilah penilaian sebagai terjemahan dari “Evaluation” jika dalam kepustakaan lain

digunakan istilah assesmen, appraisal, sebagai panduan akan digunakan sebuah definisi

Evaluasi sebagai berikut : yang berasall dari B. Bloom dalam bukunya :

“Handbook or Formative and Summative Evaluation of Student Learning”

“Evaluation, as we see it, is the systimatic collection of evidence to determine

whither infact certain changes are taking place in the learns as well as to

determine the a mount or degree of change in individual students”.

Dari definisi di atas yang perlu diperhatikan, bahwa dalam melakukan penilaian Anda

harus yakin bahwa pendidikan dapat membawa perubahan pada diri anak didik karena ada

dua hal yang harus dilakukan yaitu : mengumpulkan bukti-bukti yang cukup untuk kemudian

dijadikan dasar penetapan ada tidaknya perubahan, dan derajat perubahan yang terjadi. Bukti-

bukti yang dikumpulkan dapat bersifat kuantitatif, membagi hasil pengukuran berbentuk

angka misalnya dari testing, pemberian tugas penampilan (performance), kertas kerja,

laporan tugas lapangan dan lain-lain.Bukti dapat pula bersifat kualitatif, tidak berbentuk

bilangan, melainkan hanya menunjukkan kualifikasi hasil belajar seperti baik sekali, sedang,

rajin, cermat dan lain-lain.

Bukti-bukti kuantitatif maupun kualitatif yang dikumpulkan, seharusnya memenuhi

persyaratan tertentu agar dijadikan dasar pengambilan keputusan adanya perubahan perilaku

dan derajat perubahannya secara adil dan objektif. Pengambilan keputusan selalu dipengaruhi

oleh Value Judgment, karena itu peran bukti-bukti penilaian tersebut tidak bisa diabaikan,

demi kepentingan semua

Page 2: campuran ddpp

Penilaian adalah proses sistematis meliputi pengumpulan informasi (angka,

deskripsi  verbal), analisis, interpretasi informasi untuk membuat keputusan.

 

2.2    Definsi Dan Makna Penilaian Autentik (Asesmen

Autentik)Istilah autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel. Dalam kehidupan

akademik keseharian, frasa asesmen autentik dan penilaian autentik sering dipertukarkan. Akan

tetapi, frasa pengukuran atau pengujian autentik, tidak lazim digunakan.

Secara konseptual asesmen autentik lebih bermakna secara signifikan dibandingkan

dengan tes pilihan ganda terstandar sekali pun. Ketika menerapkan asesmen autentik untuk

mengetahui hasil dan prestasi belajar peserta didik, guru menerapkan kriteria yang berkaitan

dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar

sekolah.

Salah satu implikasi dari diterapkannya standard kompetensi adalah proses penilaian yang

dilakukan oleh guru baik yang bersifat formatif maupun sumatif harus menggunakan acuan

kriteria. Untuk itu, dalam menerapkan standard kompetensi guru harus:

  Mengembangkan matriks kompetensi belajar (learning competency matrix) yang menjamin

pengalaman belajar yang terarah.

  Mengembangkan penilaian otentik berkelanjutan (continuous authentic assessment) yang

menjamin pencapaian dan penguasaan kompetensi.

Untuk mendapatkan pemahaman cukup komprehentif mengenai arti asesmen autentik,

berikut ini dikemukakan beberapa definisi. Dalam Jhon Mueller(2006) penilaian Autentik

merupakan suatu bentuk penilaian yang para siswanya diminta untuk menampilkan tugas.

Dalam American Librabry Association asesmen autentik didefinisikan sebagai proses evaluasi

untuk mengukur kinerja, prestasi, motivasi, dan sikap-sikap peserta didik pada aktifitas yang

relevan dalam pembelajaran. Dalam Newton Public School, asesmen autentik diartikan sebagai

penilaian atas produk dan kinerja yang berhubungan dengan pengalaman kehidupan nyata peserta

didik. Wiggins mendefinisikan asesmen autentik sebagai upaya pemberian tugas kepada peserta

didik yang mencerminkan prioritas dan tantangan yang ditemukan dalam aktifitas-aktifitas

pembelajaran, seperti meneliti, menulis, merevisi dan membahas artikel, memberikan analisa oral

terhadap peristiwa, berkolaborasi dengan antarsesama melalui debat, dan sebagainya.

Penilaian autentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan

dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan anak didik melalui berbagai teknik yang mampu

mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran telah

benar-benar dikuasai dan dicapai. Berikut adalah prinsip-prinsip umum penilaian otentik.

  Proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran, bukan

bagian terpisah dari proses pembelajaran (a part of, not apart from, instruction)

Page 3: campuran ddpp

  Penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata (real world problems), bukan masalah dunia

sekolah (school work-kind of problems).

  Penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metoda dan kriteria yang sesuai dengan

karakteristik dan esensi pengalaman belajar.

  Penilaian harus bersifat holistik yang mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran (kognitif,

afektif, dan sensori-motorik)

      Pada pelaksanaan penilaian hendaknya tujuan penilaian diarahkan pada empat (4) hal

berikut.

  Keeping track, yaitu untuk menelusuri agar proses pembelajaran anak didik tetap sesuai dengan

rencana.

  Checking-up, yaitu untuk mengecek adakah kelemahan-kelemahan yang dialami anak didik dalam

proses pembelajaran.

  Finding-out, yaitu untuk mencari dan menemukan hal-hal yang menyebabkan terjadinya

kelemahan dan kesalahan dalam proses pembelajaran.

  Summing-up, yaitu untuk menyimpulkan apakah anak didik telah mencapai.

2.3    Manfaat Penilaian Autentik1.      Penggunaan penilaian autentik memungkinkan dilakukannya pengukuran secara langsung

terhadap kinerja pembelajar sebagai indikator capain kompetensi yang dibelajarkan. Penilaian

yang hanya mengukur capaian pengetahuan yang telah dikuasai pembelajar hanya bersifat tidak

langsung. Tetapi, penilaian autentik menuntut pembelajar untuk berunjuk kerja dalam situasi

yang konkret dan sekaligus bermakna yang secara otomatis juga mencerminkan penguasaan dan

keterampilan keilmuannnya. Unjuk kerja tersebut bersifat langsung, langsung terkait dengan

konteks situasi dunia nyata dan tampilannya juga dapat diamati langsung. Hal itu lebih

mencerminkan tingkat capaian pada bidang yang dipelajari. Misalnya, dalam belajar berbicara

bahasa target, pembelajar tidak hanya berlatih mengucapkan lafal, memilih kata, dan menyusun

kalimat, melainkan juga mempratikkannya dalam situasi konkret dan dengan topic aktual-realistik

sehingga menjadi lebih bermakna.

2.      Penilaian autentik memberikan kesempatan pembelajar untuk mengkonstruksikan hasil

belajarnya. Penilaian haruslah tidak sekadar meminta pembelajar mengulang apa yang telah

dipelajari karena hal demikian hanyalah melatih mereka menghafal dan mengingat saja yang

kurang bermakna. Dengan penilaian autentik pembelajar diminta untuk mengkonstruksikan apa

yang telah diperoleh ketika mereka dihadapkan pada situasi konkret. Dengan cara ini pembelajar

akan menyeleksi dan menyusun jawaban berdasarkan pengetahuan yang dimiliki dan analisis

situasi yang dilakukan agar jawabannya relevan dan bermakna.

3.      Penilaian autentik memungkinkan terintegrasikannya kegiatan pengajaran, belajar, dan penilaian

menjadi satu paket kegiatan yang terpadu. Dalam pembelajaran tradisional, juga model penilaian

tradisional, antara kegiatan pengajaran dan penilaian merupakan sesuatu yang terpisah, atau

sengaja dipisahkan. Namun, tidak demikian halnya dengan model penilaian autentik. Ketiga hal

tersebut, yaitu aktivitas guru membelajarkan, siswa belajar, dan guru menilai capaian hasil belajar

pembelajar, merupakan satu rangkaian yang memang sengaja didesain demikian. Ketika guru

Page 4: campuran ddpp

membelajarkan suatu topik dan pembelajar aktif mempelajari, penilaiannya bukan semata berupa

tagihan terhadap penguasaan topik itu, melainkan pembelajar juga diminta untuk berunjuk kerja

mempraktikkannya dalam sebuah situasi konkret yang sengaja diciptakan.

4.      Penilaian autentik memberi kesempatan pembelajar untuk menampilkan hasil belajarnya, unjuk

kerjanya, dengan cara yang dianggap paling baik.Singkatnya, model ini memungkinkan

pembelajar memilih sendiri cara, bentuk, atau tampilan yang menurutnya paling efektif. Hal itu

berbeda dengan penilaian tradisional, misalnya bentuk tes pilihan ganda, yang hanya memberi

satu cara untuk menjawab dan tidak menawarkan kemungkinan lain yang dapat dipilih. Jawaban

pembelajar dengan model ini memang seragam, dan itu memudahkan kita mengolahnya, tetapi itu

menutup kreativitas pembelajar untuk mengkreasikan jawaban atau kinerjanya. Padahal, unsur

kreativitas atau kemampuan berkreasi merupakan hal esensial yang harus diusahakan

ketercapaiannya dalam tujuan pembelajaran.

2.4    Ciri Penilaian Autentik  Memandang penilaian dan pembelajaran secara terpadu

  Mencerminkan masalh dunia nyata bukan hanya dunia sekolah

  Menggunakan berbagai cara dan criteria

  Holistik (kompetensi utuh merefleksikan sikap, ketrampilan, dan pengetahuan.

2.5    Asesmen Autentik Dan Tuntutan Kurikulum 2013Asesmen autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam

pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013. Karena, asesmen semacam ini mampu

menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi,

menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain-lain. Asesmen autentik cenderung fokus pada

tugas-tugas kompleks atau kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan

kompetensi mereka dalam pengaturan yang lebih autentik. Karenanya, asesmen autentik sangat

relevan dengan pendekatan tematik terpadu dalam pembejajaran, khususnya jenjang sekolah

dasar atau untuk mata pelajaran yang sesuai.

Kata lain dari asesmen autentik adalah penilaian kinerja, portofolio, dan penilaian proyek.

Asesmen autentik adakalanya disebut penilaian responsif, suatu metode yang sangat populer

untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik yang miliki ciri-ciri khusus, mulai dari

mereka yang mengalami kelainan tertentu, memiliki bakat dan minat khusus, hingga yang jenius.

Asesmen autentik dapat juga

Asesmen autentik sering dikontradiksikan dengan penilaian yang menggunkan standar tes

berbasis norma, pilihan ganda, benar–salah, menjodohkan, atau membuat jawaban singkat. Tentu

saja, pola penilaian seperti ini tidak diantikan dalam proses pembelajaran, karena memang lzim

digunakan dan memperoleh legitimasi secara akademik. Asesmen autentik dapat dibuat oleh guru

sendiri, guru secara tim, atau guru bekerja sama dengan peserta didik. Dalam asesmen autentik,

seringkali pelibatan siswa sangat penting. Asumsinya, peserta didik dapat melakukan aktivitas

belajar lebih baik ketika mereka tahu bagaimana akan dinilai.

Page 5: campuran ddpp

Peserta didik diminta untuk merefleksikan dan mengevaluasi kinerja mereka sendiri

dalam rangka meningkatkan pemahaman yang lebih dalam tentang tujuan pembelajaran serta

mendorong kemampuan belajar yang lebih tinggi. Pada asesmen autentik guru menerapkan

kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, kajian keilmuan, dan pengalaman yang

diperoleh dari luar sekolah. 

Asesmen autentik mencoba menggabungkan kegiatan guru mengajar, kegiatan siswa

belajar, motivasi dan keterlibatan peserta didik, serta keterampilan belajar. Karena penilaian itu

merupakan bagian dari proses pembelajaran, guru dan peserta didik berbagi pemahaman tentang

kriteria kinerja. Dalam beberapa kasus, peserta didik bahkan berkontribusi untuk mendefinisikan

harapan atas tugas-tugas yang harus mereka lakukan.

Asesmen autentik sering digambarkan sebagai penilaian atas perkembangan peserta didik,

karena berfokus pada kemampuan mereka berkembang untuk belajar bagaimana belajar tentang

subjek. Asesmen autentik harus mampu menggambarkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan

apa yang sudah atau belum dimiliki oleh peserta didik, bagaimana mereka menerapkan

pengetahuannya, dalam hal apa mereka sudah atau belum mampu menerapkan perolehan belajar,

dan sebagainya. Atas dasar itu, guru dapat mengidentifikasi materi apa yang sudah layak

dilanjutkan dan untuk materi apa pula kegiatan remidial harus dilakukan.

2.6    Asasmen Autentik Dan Belajar AutentikAsesmen Autentik menicayakan proses belajar yang Autentik pula. Menurut Ormiston

belajar autentik mencerminkan tugas dan pemecahan masalah yang dilakukan oleh peserta didik

dikaitkan dengan realitas di luar sekolah atau kehidupan pada umumnya. Asesmen semacam ini

cenderung berfokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual bagi peserta didik, yang

memungkinkan mereka secara nyata menunjukkan kompetensi atau keterampilan yang

dimilikinya. Contoh asesmen autentik antara lain keterampilan kerja, kemampuan

mengaplikasikan atau menunjukkan perolehan pengetahuan tertentu, simulasi dan bermain peran,

portofolio, memilih kegiatan yang strategis, serta memamerkan dan menampilkan sesuatu.

Asesmen autentik mengharuskan pembelajaran yang autentik pula. Menurut Ormiston

belajar autentik mencerminkan tugas dan pemecahan masalah yang diperlukan dalam

kenyataannya di luar sekolah. Asesmen Autentik terdiri dari berbagai teknik penilaian.  Pertama,

pengukuran langsung keterampilan peserta didik yang berhubungan dengan hasil jangka panjang

pendidikan seperti kesuksesan di tempat kerja. Kedua, penilaian atas tugas-tugas yang

memerlukan keterlibatan yang luas dan kinerja yang kompleks. Ketiga, analisis proses yang

digunakan untuk menghasilkan respon peserta didik atas perolehan sikap, keteampilan, dan

pengetahuan yang ada.

Dengan demikian, asesmen autentik akan bermakna bagi guru untuk menentukan cara-

cara terbaik agar semua siswa dapat mencapai hasil akhir, meski dengan satuan waktu yang

berbeda. Konstruksi sikap, keterampilan, dan pengetahuan dicapai melalui penyelesaian tugas di

mana peserta didik telah memainkan peran aktif dan kreatif. Keterlibatan peserta didik dalam

melaksanakan tugas sangat bermakna bagi perkembangan pribadi mereka.

  

Page 6: campuran ddpp

 

Dalam pembelajaran autentik, peserta didik diminta mengumpulkan informasi dengan

pendekatan saintifik, memahahi aneka fenomena atau gejala dan hubungannya satu sama lain

secara mendalam, serta mengaitkan apa yang dipelajari dengan dunia nyata yang luar sekolah. Di

sini, guru dan peserta didik memiliki tanggung jawab atas apa yang terjadi. Peserta didik pun tahu

apa yang mereka ingin pelajari, memiliki parameter waktu yang fleksibel, dan bertanggungjawab

untuk tetap pada tugas. Asesmen autentik pun mendorong peserta didik mengkonstruksi,

mengorganisasikan, menganalisis, mensintesis, menafsirkan, menjelaskan, dan mengevaluasi

informasi untuk kemudian mengubahnya menjadi pengetahuan baru.

Sejalan dengan deskripsi di atas, pada pembelajaran autentik, guru harus menjadi “guru

autentik.” Peran guru bukan hanya pada proses pembelajaran, melainkan juga pada penilaian.

Untuk bisa melaksanakan pembelajaran autentik, guru harus memenuhi kriteria tertentu seperti

disajikan berikut ini;

1.      Mengetahui bagaimana menilai kekuatan dan kelemahan peserta didik serta desain pembelajaran.

2.      Mengetahui bagaimana cara membimbing peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan

mereka sebelumnya dengan cara mengajukan pertanyaan dan menyediakan sumberdaya memadai

bagi peserta didik untuk melakukan akuisisi pengetahuan.

3.      Menjadi pengasuh proses pembelajaran, melihat informasi baru, dan mengasimilasikan

pemahaman peserta didik.

4.      Menjadi kreatif tentang bagaimana proses belajar peserta didik dapat diperluas dengan menimba

pengalaman dari dunia di luar tembok sekolah.

Asesmen autentik adalah komponen penting dari reformasi pendidikan sejak tahun

1990an. Wiggins (1993) menegaskan bahwa metode penilaian tradisional untuk mengukur

prestasi, seperti tes pilihan ganda, benar/salah, menjodohkan, dan lain-lain telah gagal

mengetahui kinerja peserta didik yang sesungguhnya. Tes semacam ini telah gagal memperoleh

gambaran yang utuh mengenai sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik dikaitkan

dengan kehidupan nyata mereka di luar sekolah atau masyarakat.  

Asesmen hasil belajar yang tradisional bahkan cenderung mereduksi makna kurikulum,

karena tidak menyentuh esensi nyata dari proses dan hasil belajar peserta didik. Ketika asesmen

tradisional cenderung mereduksi makna kurikulum, tidak mampu menggambarkan kompetensi

dasar, dan rendah daya prediksinya terhadap derajat sikap, keterampilan, dan kemampuan

berpikir yang diartikulasikan dalam banyak mata pelajaran atau disiplin ilmu; ketika itu pula

asesmen autentik memperoleh traksi yang cukup kuat. Memang, pendekatan apa pun yang

dipakai dalam penilaian tetap tidak luput dari kelemahan dan kelebihan. Namun demikian, sudah

saatnya guru profesional pada semua satuan pendidikan memandu gerakan memadukan potensi

peserta didik, sekolah, dan lingkungannya melalui asesmen proses dan hasil belajar yang autentik.

Data asesmen autentik digunakan untuk berbagai tujuan seperti menentukan kelayakan

akuntabilitas implementasi kurikulum dan pembelajaran di kelas tertentu. Data asesmen autentik

Page 7: campuran ddpp

dapat dianalisis dengan metode kualitatif, kuanitatif, maupun kuantitatif. Analisis kualitatif dari

asesmen otentif berupa narasi atau deskripsi atas capaian hasil belajar peserta didik, misalnya,

mengenai keunggulan dan kelemahan, motivasi, keberanian berpendapat, dan sebagainya.

Analisis kuantitatif dari data asesmen autentik menerapkan rubrik skor atau daftar cek (checklist)

untuk menilai tanggapan relatif peserta didik relatif terhadap kriteria dalam kisaran terbatas dari

empat atau lebih tingkat kemahiran (misalnya: sangat mahir, mahir, sebagian mahir, dan tidak

mahir). Rubrik penilaian dapat berupa analitik atau holistik. Analisis holistik memberikan skor

keseluruhan kinerja peserta didik, seperti menilai kompetisi Olimpiade Sains Nasional.

 

2.7    Jenis-Jenis Asesmen AutentikDalam rangka melaksanakan asesmen autentik yang baik, guru harus memahami secara

jelas tujuan yang ingin dicapai. Untuk itu, guru harus bertanya pada diri sendiri, khususnya

berkaitan dengan: (1) sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa yang akan dinilai; (2) fokus

penilaian akan dilakukan, misalnya, berkaitan dengan sikap, keterampilan, dan pengetahuan; dan

(3) tingkat pengetahuan apa yang akan dinilai, seperti penalaran, memori, atau proses. Beberapa

jenis asesmen autentik disajikan berikut ini.

1.      Penilaian Kinerja

Asesmen autentik sebisa mungkin melibatkan parsisipasi peserta didik, khususnya dalam

proses dan aspek-aspek yangg akan dinilai. Guru dapat melakukannya dengan meminta para

peserta didik menyebutkan unsur-unsur proyek/tugas yang akan mereka gunakan untuk

menentukan kriteria penyelesaiannya. Dengan menggunakan informasi ini, guru dapat

memberikan umpan balik terhadap kinerja peserta didik baik dalam bentuk laporan naratif mauun

laporan kelas. Ada beberapa cara berbeda untuk merekam hasil penilaian berbasis kinerja:

a)      Daftar cek (checklist). Digunakan untuk mengetahui muncul atau tidaknya unsur-unsur tertentu

dari indikator atau subindikator yang harus muncul dalam sebuah peristiwa atau tindakan.

b)      Catatan anekdot/narasi (anecdotal/narative records). Digunakan dengan cara guru menulis

laporan narasi tentang apa yang dilakukan oleh masing-masing peserta didik selama melakukan

tindakan. Dari laporan tersebut, guru dapat menentukan seberapa baik peserta didik memenuhi

standar yang ditetapkan.

c)      Skala penilaian (rating scale). Biasanya digunakan dengan menggunakan skala numerik berikut

predikatnya. Misalnya: 5 = baik sekali, 4 = baik, 3 = cukup, 2 = kurang, 1 = kurang sekali.

d)     Memori atau ingatan (memory approach). Digunakan oleh guru dengan cara mengamati peserta

didik ketika melakukan sesuatu, dengan tanpa membuat catatan. Guru menggunakan informasi

dari memorinya untuk menentukan apakah peserta didik sudah berhasil atau belum. Cara seperti

tetap ada manfaatnya, namun tidak cukup dianjurkan.

Penilaian kinerja memerlukan pertimbangan-pertimbangan khusus.Pertama, langkah-langkah

kinerja harus dilakukan peserta didik untuk menunjukkan kinerja yang nyata untuk suatu atau

beberapa jenis kompetensi tertentu. Kedua, ketepatan dan kelengkapan aspek kinerja yang

dinilai.Ketiga, kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan oleh peserta didik untuk

menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran.Keempat, fokus utama dari kinerja yang akan dinilai,

Page 8: campuran ddpp

khususnya indikator esensial yang akan diamati. Kelima, urutan dari kemampuan atau

keerampilan peserta didik yang akan diamati.

Pengamatan atas kinerja peserta didik perlu dilakukan dalam berbagai konteks untuk

menetapkan tingkat pencapaian kemampuan tertentu. Untuk menilai keterampilan berbahasa

peserta didik, dari aspek keterampilan berbicara, misalnya, guru dapat mengobservasinya pada

konteks yang, seperti berpidato, berdiskusi, bercerita, dan wawancara. Dari sini akan diperoleh

keutuhan mengenai keterampilan berbicara dimaksud. Untuk mengamati kinerja peserta didik

dapat menggunakan alat atau instrumen, seperti penilaian sikap, observasi perilaku, pertanyaan

langsung, atau pertanyaan pribadi.

Penilaian-diri (self assessment) termasuk dalam rumpun penilaian kinerja. Penilaian diri

merupakan suatu teknik penilaian di mana peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri

berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam

mata pelajaran tertentu. Teknik penilaian diri dapat digunakan untuk mengukur kompetensi

kognitif, afektif dan psikomotor.

  Penilaian ranah sikap. Misalnya, peserta didik diminta mengungkapkan curahan perasaannya

terhadap suatu objek tertentu berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan.

  Penilaian ranah keterampilan. Misalnya, peserta didik diminta untuk menilai kecakapan atau

keterampilan yang telah dikuasainya oleh dirinya berdasarkan kriteria atau acuan yang telah

disiapkan.

  Penilaian ranah pengetahuan. Misalnya, peserta didik diminta untuk menilai penguasaan

pengetahuan dan keterampilan berpikir sebagai hasil belajar dari suatu mata pelajaran tertentu

berdasarkan atas kriteria atau acuan yang telah disiapkan.

Teknik penilaian-diri bermanfaat memiliki beberapa manfaat positif.Pertama,

menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik. Kedua, peserta didik menyadari kekuatan dan

kelemahan dirinya. Ketiga, mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik berperilaku

jujur. Keempat, menumbuhkan semangat untuk maju secara personal.

2.      Penilaian Proyek

Penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas yang

harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode/waktu tertentu. Penyelesaian tugas

dimaksud berupa investigasi yang dilakukan oleh peserta didik, mulai dari perencanaan,

pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penyajian data. Dengan demikian,

penilaian proyek bersentuhan dengan aspek pemahaman, mengaplikasikan, penyelidikan, dan

lain-lain.

Selama mengerjakan sebuah proyek pembelajaran, peserta didik memperoleh kesempatan

untuk mengaplikasikan sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Karena itu, pada setiap

penilaian proyek, setidaknya ada tiga hal yang memerlukan perhatian khusus dari guru.

a)      Keterampilan peserta didik dalam memilih topik, mencari dan mengumpulkan data, mengolah

dan menganalisis, memberi makna atas informasi yang diperoleh, dan menulis laporan.

Page 9: campuran ddpp

b)      Kesesuaian atau relevansi materi pembelajaran dengan pengembangan sikap, keterampilan, dan

pengetahuan yang dibutuhkan oleh peserta didik.

c)      Orijinalitas atas keaslian sebuah proyek pembelajaran yang dikerjakan atau dihasilkan oleh

peserta didik.

Penilaian proyek berfokus pada perencanaan, pengerjaan, dan produk proyek. Dalam

kaitan ini serial kegiatan yang harus dilakukan oleh guru meliputi penyusunan rancangan dan

instrumen penilaian, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan laporan. Penilaian proyek

dapat menggunakan instrumen daftar cek, skala penilaian, atau narasi. Laporan penilaian dapat

dituangkan dalam bentuk poster atau tertulis.

Produk akhir dari sebuah proyek sangat mungkin memerlukan penilaian khusus. Penilaian

produk dari sebuah proyek dimaksudkan untuk menilai kualitas dan bentuk hasil akhir secara

holistik dan analitik. Penilaian produk dimaksud meliputi penilaian atas kemampuan peserta didik

menghasilkan produk, seperti makanan, pakaian, hasil karya seni (gambar, lukisan, patung, dan

lain-lain), barang-barang terbuat dari kayu, kertas, kulit, keramik, karet, plastik, dan karya logam.

Penilaian secara analitik merujuk pada semua kriteria yang harus dipenuhi untuk menghasilkan

produk tertentu. Penilaian secara holistik merujuk pada apresiasi atau kesan secara keseluruhan

atas produk yang dihasilkan.  

3.       Penilaian Portofolio

Penilaian portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak yang menunjukkan

kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata. Penilaian portofolio bisa berangkat

dari hasil kerja peserta didik secara perorangan atau diproduksi secara berkelompok, memerlukan

refleksi peserta didik, dan dievaluasi berdasarkan beberapa dimensi.

Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan

informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode

tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari proses pembelajaran yang

dianggap terbaik, hasil tes (bukan nilai), atau informasi lain yang releban dengan sikap,

keterampilan, dan pengetahuan yang dituntut oleh topik atau mata pelajaran tertentu.Fokus

penilaian portofolio adalah kumpulan karya peserta didik secara individu atau kelompok pada

satu periode pembelajaran tertentu. Penilaian terutama dilakukan oleh guru, meski dapat juga

oleh peserta didik sendiri.

Memalui penilaian portofolio guru akan mengetahui perkembangan atau kemajuan belajar

peserta didik. Misalnya, hasil karya mereka dalam menyusun atau membuat karangan, puisi,

surat, komposisi musik, gambar, foto, lukisan, resensi buku/ literatur, laporan penelitian, sinopsis,

Page 10: campuran ddpp

dan lain-lain. Atas dasar penilaian itu, guru dan/atau peserta didik dapat melakukan perbaikan

sesuai dengan tuntutan pembelajaran.

Penilaian portofolio dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah seperti berikut ini.

a)      Guru menjelaskan secara ringkas esensi penilaian portofolio.

b)      Guru atau guru bersama peserta didik menentukan jenis portofolio yang akan dibuat.

c)      Peserta didik, baik sendiri maupun kelompok, mandiri atau di bawah bimbingan guru menyusun

portofolio pembelajaran.

d)     Guru menghimpun dan menyimpan portofolio peserta didik pada tempat yang sesuai, disertai

catatan tanggal pengumpulannya.

e)      Guru menilai portofolio peserta didik dengan kriteria tertentu.

f)       Jika memungkinkan, guru bersama peserta didik membahas bersama dokumen portofolio yang

dihasilkan.

g)      Guru memberi umpan balik kepada peserta didik atas hasil penilaian portofolio.

4.      Penilaian Tertulis

Meski konsepsi asesmen autentik muncul dari ketidakpuasan terhadap tes tertulis yang

lazim dilaksanakan pada era sebelumnya, penilaian tertulis atas hasil pembelajaran tetap lazim

dilakukan. Tes tertulis terdiri dari memilih atau mensuplai jawaban dan uraian. Memilih jawaban

dan mensuplai jawaban. Memilih jawaban terdiri dari pilihan ganda, pilihan benar-salah, ya-tidak,

menjodohkan, dan sebab-akibat. Mensuplai jawaban terdiri dari isian atau melengkapi, jawaban

singkat atau pendek, dan uraian.

Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu mengingat,

memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan

sebagainya atas materi yang sudah dipelajari. Tes tertulis berbentuk uraian sebisa mungkin

bersifat komprehentif, sehingga mampu menggambarkan ranah sikap, keterampilan, dan

pengetahuan peserta didik.

Pada tes tertulis berbentuk esai, peserta didik berkesempatan memberikan jawabannya

sendiri yang berbeda dengan teman-temannya, namun tetap terbuka memperoleh nilai yang sama.

Misalnya, peserta didik tertentu melihat fenomena kemiskinan dari sisi pandang kebiasaan malas

bekerja, rendahnya keterampilan, atau kelangkaan sumberdaya alam. Masing-masing sisi

pandang ini akan melahirkan jawaban berbeda, namun tetap terbuka memiliki kebenarann yang

sama, asalkan analisisnya benar. Tes tersulis berbentuk esai biasanya menuntut dua jenis pola

jawaban, yaitu jawaban terbuka (extended-response) atau jawaban terbatas (restricted-response).

Hal ini sangat tergantung pada bobot soal yang diberikan oleh guru. Tes semacam ini memberi

kesempatan pada guru untuk dapat mengukur hasil belajar peserta didik pada tingkatan yang lebih

tinggi atau kompleks.  

2.8    Pengembangan Penilaian AutentektikSemua rangkaian dalam lingkup kegiatan belajar mengajar harus direncanakan

dengan baik agar dapat memberikan hasil dan dampak yang maksimal. Hal inilah antara lain

yang kemudian mendorong intensifnya penerapan teknologi pendidikan dalam dunia

Page 11: campuran ddpp

pendidikan. Perencanaan yang baik juga harus diterapkan dalam kegiatan penilaian yang

menjadi bagian integral dari kegiatan pembelajaran. Mueller (2008) mengemukakan sejumlah

langkah yang perlu ditempuh dalam pengembangan penilaian otentik, yaitu yang

meliputi  penentuan standar; penentuan tugas otentik; pembuatan kriteria; dan pembuatan

rubrik.

  Penentuan Standar

Standar dimaksudkan sebagai sebuah pernyataan tentang apa yang harus diketahui atau

dapat dilakukan pembelajar. Di samping standar ada goal (tujuan umum) dan objektif (tujuan

khusus), dan standar berada di antara keduanya. Standar dapat diobservasi (observable) dan

diukur (measurable) ketercapaiannya.Istilah umum yang dipakai di dunia pendidikan di

Indonesia untuk standar adalah kompetensi sebagaimana terlihat pada KBK dan KTSP. Di

kurikulum tersebut dikenal adanya istilah standar kompetensi lulusan dan kompetensi dasar.

Standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,

pengetahuan, dan keterampilan (PP No. 19 Tahun 2005: 2), sedang kompetensi dasar adalah

kompetensi atau standar minimal yang harus tercapai atau dikuasai oleh pembelajar.

Kompetensi, baik yang dirumuskan sebagai standar kompetensi maupun kompetensi

dasar, menjadi acuan dan tujuan yang ingin dicapai dalam keseluruhan proses pembelajaran.

Oleh karena itu, kompetensi apa yang akan dicapai itu haruslah yang pertama-tama

ditetapkan. Untuk kurikulum sekolah (KTSP), standar kompetensi dan kompetensi dasar,

yang dalam PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan disebut Standar

Kompetensi Lulusan (SKL), telah secara jelas ditunjuk. Standar Kompetensi Lulusan inilah

yang kemudian dijadikan pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari

satuan pendidikan. Karena standar kompetensi dan kompetensi dasar lazimnya masih abstrak,

kompetensi dasar kemudian dijabarkan menjadi sejumlah indikator yang lebih operasional

sehingga jelas kemampuan, keterampilan, atau kinerja apa yang menjadi sasaran pengukuran.

Standar Kompetensi Lulusan tentu saja harus mencerminkan harapan masyarakat tentang

apa yang mesti dicapai dan atau dikuasai oleh lulusan satuan pendidikan tertentu. Akibat

perkembangan ilmu dan teknologi di era informasi, dewasa ini perkembangan kehidupan

begitu cepat, perubahan demi perubahan begitu cepatnya, apa yang semula dianggap mapan

atau menzaman, dalam hitungan sedikit tahun atau bahkan bulan, telah menjadi ketinggalan

zaman. Dengan demikian, perubahan kini menjadi kata kunci untuk tetap bertahan. Maka,

keterbukaan terhadap perubahan juga suatu hal yang harus diterima dan disikapi dengan

benar. Konsekuensinya, salah satu kompetensi yang disiapkan untuk lulusan satuan

pendidikan juga harus menerima dan mengikuti arus perubahan itu, dan itu artinya rumusan

kompetensi harus realistik sesuai dengan tuntutan zaman.

  Penentuan Tugas Otentik

Tugas otentik adalah tugas-tugas yang secara nyata dibebankan kepada pembelajar untuk

mengukur pencapaian kompetensi yang dibelajarkan, baik ketika kegiatan pembelajaran

masih berlangsung atau ketika sudah berakhir. Pengukuran hasil pencapaian kompetensi

pembelajar yang secara realistic dilakukan di kelas dapat bersifat model tradisional atau

Page 12: campuran ddpp

otentik sekaligus tergantung kompetensi atau indicator yang akan diukur. Tugas otentik

(authentic task) sering disinonimkan dengan penilaian otentik (authentic assessment) walau

sebenarnya cakupan maknayang kedua lebih luas.Permasalahan yang segera muncul adalah

tugas-tugas apa atau model-model pengukuran apa yang dapat dikategorikan sebagai tugas

atau penilaian otentik.

Semua kegiatan pengukuran pendidikan harus mengacu pada standar (standar kompetensi,

kompetensi dasar) yang telah ditetapkan. Demikian pula halnya dengan pemberian tugas-

tugas otentik. Pemilihan tugas-tugas tersebut pertama-tama haruslah merujuk pada

kompetensi mana yang akan diukur pencapaiannya. Kedua, dan inilah yang khas penilaian

autentik, pemilihan tugastugas itu harus mencerminkan keadaan atau kebutuhan yang

sesungguhnya di dunia nyata. Jadi, dalam sebuah penilaian otentik mesti terkandung dua hal

sekaligus: sesuai dengan standar (kompetensi) dan relevan (bermakna) dengan kehidupan

nyata. Dua hal tersebut haruslah menjadi acuan kita ketika membuat tugas-tugas otentik

untuk mengukur pencapaian kompetensi pembelajaran kepada peserta didik.

Dengan demikian, apa yang ditugaskan oleh guru kepada pembelajar dan yang dilakukan

oleh pembelajar telah mencerminkan kompetensi yang memang dibutuhkan dalam kehidupan

nyata. Hal itu berarti ada keterkaitan antara dunia pendidikan di satu sisi dengan tuntutan

kebutuhan kehidupan di dunia nyata di sisi lain. Misalnya, dalam pembelajaran bahasa,

bahasa target apa saja, pasti terdapat standar kompetensi lulusan yang berkaitan dengan

kemampuan menulis. Menulis dalam kaitan ini bukan sekedar menulis demi tulisan itu

sendiri, melainkan menulis untuk menghasilkan karya tulis yang memang dibutuhkan di

dunia nyata. Misalnya, menulis surat lamaran pekerjaan, surat penawaran produk, menulis

artikel untuk media  masa, dan lain-lain. Untuk itu, pembuatan tugas-tugas otentik dalam

rangka penilaian otentik capaian hasil belajar peserta didik mesti terkait dengan kemampuan

menghasilkan karya tulis jenis-jenis tersebut.

  Pembuatan Kriteria

Jika standar (kompetensi, kompetensi dasar) merupakan arah dan acuan kompetensi

pembelajaran yang dibelajarkan oleh pendidik dan sekaligus akan dicapai dalam oleh subjek

didik, proses pembelajaran haruslah secara sadar diarahkan ke capaian kompetensi yang telah

ditetapkan sebelumnya. Demikian pula halnya dengan penilaian yang dimaksudkan untuk

mengukur kadar capaian kompetensi sebagai bukti hasil belajar. Untuk itu, diperlukan criteria

yang dapat menggambarkan capaian kompetensi yang dimaksud. Kriteria merupakan

pernyataan yang menggambarkan tingkat capaian dan bukti-bukti nyata capaian belajar

subjek belajar dengan kualitas tertentu yang diinginkan. Kriteria lazimnya juga telah

dirumuskan sebelum pelaksanaan pembelajaran. Dalam kurikulum berbasis kompetensi

kriteria lebih dikenal dengan sebutan indikator.

Dalam kegiatan pembelajaran, semua kompetensi yang dibelajarkan harus diukur kadar

capaiannya oleh pembelajar. Jika dalam lingkup penilaian otentik harus melibatkan dua

macam relevansi, yaitu sesuai dengan kompetensi dan bermakna dalam kehidupan nyata,

Page 13: campuran ddpp

kriteria atau indikator penilaian yang dikembangkan harus juga mengandung kedua tuntutan

tersebut. Singkatnya, sebuah kriteria penilaian capaian hasil belajar harus cocok dengan

kompetensi yang dibelajarkan dan sekaligus bermakna atau relevan dengan kehidupan nyata.

Jumlah criteria yang dibuat bersifat relatif, tetapi sebaiknya dibatasi, dan yang pasti criteria

harus mengungkap capaian hal-hal yang esensial dalam sebuah standar (kompetensi) karena

hal itulah yang menjadi inti penguasaan terhadap kompetensi pembelajaran. Kita tidak

mungkin menagih semua tugas yang dibelajarkan dan sekaligus dipelajari subjek didik.

Selain itu, pembuatan kriteria harus mengacu pada ketentuan-ketentuan yang selama ini

dinyatakan baik, baik dalam arti efektif untuk keperluan penilaian hasil belajar. Ketentuan-

ketentuan itu antara lain (i) harus dirumuskansecara jelas; (ii) singkat padat; (iii) dapat

diukur, dan karenanya haruslah dipergunakan kata-kata kerja operasional; (iv) menunjuk

pada tingkah laku hasil belajar, apa yang mesti dilakukan dan bagaimana kualitas yang

dituntut; dan (v) sebaiknya ditulis dalam bahasa yang dipahami oleh subjek didik. Perumusan

kriteria yang jelas dan operasional akan mempermudah kita, para guru, untuk melakukan

kegiatan penilaian.

  Pembuatan Rubrik

Penilaian otentik menggunakan pendekatan penilaian acuan criteria (criterion referenced

measures) untuk menentukan nilai capaian subjek didik. Dengan demikian, nilai seorang

pembelajar ditentukan seberapa tinggi kinerja ditampilkannya secara nyata yang

menunjukkan tingkat capaian kompetensi yang dibelajarkan. Untuk menentukan tinggi

rendahnya skor kinerja yang dimaksud, haruslah dipergunakan alat skala untuk memberikan

skorskor tiap kriteria yang telah ditentukan. Alat yang dimaksud disebut rubric (rubric).

Rubrik dapat dipahami sebagai sebuah skala penyekoran (scoring scale) yang dipergunakan

untuk menilai kinerja subjek didik untuk tiap criteria terhadap tugas-tugas tertentu (Mueller,

2008). 

Dalam sebuah rubrik terdapat dua hal pokok yang harus dibuat, yaitu criteria dan tingkat

capaian kinerja (level of performance) tiap kriteria. Kriteria berisi hal-hal esensial standar

(kompetensi) yang ingin diukur tingkat capaian kinerjanya yang secara esensial dan konkret

mewakili standar yang diukur capaiannya. Dengan membatasi criteria pada hal-hal esensial,

dapat dihindari banyaknya kriteria yang dibuat yang menyebabkan penilaian menjadi kurang

praktis. Selain itu, kriteria haruslah dirumuskan atau dinyatakan (jadi: berupa pernyataan dan

bukan kalimat) singkat padat, komunikatif, dengan bahasa yang gramatikal, dan benarbenar

mencerminkan hal-hal esensial (dari standar/kompetensi) yang diukur. Dalam sebuah rubrik,

kriteria mungkin saja atau boleh juga dilabeli dengan kata-kata tertentu yang lebih

mencerminkan isi, misalnya dengan kata-kata: unsur yang dinilai.

Tingkat capaian kinerja, di pihak lain, umumnya ditunjukkan dalam angka-angka, dan

yang lazim adalah 1-4 atau 1-5, besar kecilnya angka sekaligus menunjukkan tinggi

rendahnya capaian. Tiap angka tersebut biasanya mempunyai deskripsi verbal yang diwakili,

misalnya skor 1: tidak ada kinerja, sedang skor 5: kinerja sangat meyakinkan dan bermakna.

Bunyi deskripsi verbal tersebut harus sesuai dengan kriteria yang akan diukur. Yang pasti

Page 14: campuran ddpp

terdapat banyak variasi dalam pembuatan rubrik, juga untuk criteria dan angka tingkat

capaian kinerja. Penilaian tingkat capaian kinerja seorang pembelajar dilakukan dengan

menandai angka-angka yang sesuai. Rubrik lazimnya ditampilkan dalam tabel, kriteria

ditempatkan di sebelah dan tingkat capaian di sebelah kanan tiap kriteria yang diukur

capaiannya itu. Misalnya, untuk mengukur tampilan pidato seorang siswa, dibuatkan rubrik

sebagai berikut.

Kemampuan Berpidato

No Aspek yang di nilaiTingkat Capaian Kinerja

1 2 3 4 5

1. Ketepatan laval

2. Ketepatan diksi

3. Ketepatan struktur gramatikal

4. Sifat penuturan

5. Pemahaman dan kelancaran

6. Ketepatan gagasan

7. Keakuratan gagasan

8. Keluasan gagasan

9. Keterkaitan antar gagasan

10. Kebermaknaan penuturan

  Contoh Penilaian Otentik: Portofolio

Salah satu penilaian otentik yang kini popular dipergunakan di dunia pendidikan di Indonesia

adalah portofolio (portfolio). Bahkan, tampaknya di Indonesia penilaian model portofolio

lebih dahulu dikenal para guru dari pada penilaian otentik bersamaan dengan pelaksanaan

KBK/ KTSP. Tampaknya, tidak terlalu salah jika dikatakan bahwa salah satu trade mark

penilaian era KBK/KTSP adalah dengan model portofolio. Kini, penilaian portofolio semakin

ramai dibicarakan dan diakrabi para guru dan dosen yang mengajukan sertifikasi

profesionalisme pendidik lewat pembuatan portofolio. Sebelumnya, portofolio sudah lebih

banyak dikenal di dunia usaha dan perkantoran.

Page 15: campuran ddpp

Penggunaan portofolio sebagai salah model penilaian hasil belajar bahasa dan sastra juga

cocok karena dengan cara ini mahasiswa/siswa dipaksa atau terpaksa harus membuat karya

tulis. Penilaian model portofolio juga menjamin memberikan data otentik tentang capaian

kemampuan berbahasa. Penilaian portofolio merupakan salah bentuk penilaian berbasis kelas

yang merupakan penilaian yang dilakukan dalam proses pembelajaran. Penilaian berbasis

kelas merupakan proses pengumpulan dan penggunaan informasi dan hasil belajar peserta

didik yang dilakukan guru dengan menetapkan tingkat pencapaian dan penguasaan berkaitan

dengan kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum (Supranata & Hatta,2004:5)

2.9    Hakikat Penilaian AutentikModel penilaian autentik (authentic assessment) dewasa ini banyak dibicarakan di

dunia pendidikan karena model ini direkomendasikan, atau bahkan harus ditekankan,

penggunaannya dalam kegiatan menilai hasil belajar pebelajar. Salah satu permasalahan yang

muncul adalah belum tentu semua guru/dosen memahami konsep dan pelaksanaan penilaian

autentik. Jika sebuah konsep belum terpahami, bagaimana mungkin kita mau

mempergunakannya untuk keperluan praktis pada kegiatan pembelajaran? Mungkin saja

orang menyangka atau mengatakan telah mempergunakan penilaian autentik untuk menilai

hasil belajar siswa, tetapi pada kenyataannya tidak demikian.

Penilaian otentik mementingkan penilaian proses dan hasil sekaligus. Dengan

demikian, seluruh tampilan siswa dalam rangkaian kegiatan pembelajaran dapat dinilai secara

objektif, apa adanya, dan tidak semata-mata hanya berdasarkan hasil akhir (produk) saja.

Lagi pula amat banyak kinerja siswa yang ditampilkan selama berlangsungnya kegiatan

pembelajaran sehingga penilaiannya haruslah dilakukan selama dan sejalan dengan

berlangsungnya kegiatan proses pembelajaran. Jika dilihat dari sudut pandang teori Bloom

sebuah model yang dijadikan acuan pengembangan penilaian dalam beberapa kurikulum di

Indonesia sebelum ini penilaian haruslah mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Hakikat penilaian pendidikan menurut konsep authentic assesmentadalah proses

pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa.

Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan

bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Apabila data yang dikumpulkan

guru mengindikasikan bahwa siswa mengalami kemacetan dalam belajar, guru segara bisa

mengambil tindakan yang tepat. Karena gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan di

sepanjang proses pembelajaran, asesmen tidak hanya dilakukan di akhir periode (semester)

pembelajaran seperti pada kegiatan evaluasi hasil belajar (seperti EBTA/Ebtanas/UAN),

tetapi juga dilakukan bersama dan secara terintegrasi (tidak terpisahkan) dari kegiatan

pembelajaran (Nurhadi, 2004: 168)

Data yang dikumpulkan melalui kegiatan penilaian (assesment) bukanlah untuk

mencari informasi tentang belajar siswa. Pembelajaran yang benar seharusnya ditekankan

pada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari (learning how to learn), bukan

Page 16: campuran ddpp

ditekankan pada diperolehnya sebanyak mungkin informasi di akhir periode pembelajaran

(Nurhadi, 2004: 168).

Penilaian autentik mementingkan penilaian proses dan hasil sekaligus. Dengan

demikian, seluruh tampilan siswa dalam rangkaian kegiatan pembelajaran dapat dinilai secara

objektif, apa adanya, dan tidak semata-mata hanya berdasarkan pada hasil akhir (produk).

Lagi pula sangat banyak kinerja siswa yang ditampilkan selama berlangsungnya kegiatan

pembelajaran sehingga penilaiannya haruslah dilakukan selama dan sejalan dengan

berlangsungnya kegiatan proses pembelajaran. Jika dilihat dari sudut pandang teori Bloom,

sebuah model yang dijadikan acuan pengembangan penilaian dalam beberapa kurikulum di

Indonesia sebelum ini, penilaian haruslah mencakup ranah kognitif, afektif, dan

psikomotorik.

Cara penilaian juga bermacam-macam, dapat menggunakan model nontes dan tes

sekaligus, serta dapat dilakukan kapan saja bersamaan dengan kegiatan pembelajaran.

Namun, semuanya harus tetap terencana secara baik. Misalnya, dengan memberikan tes

(ulangan) harian, latihan-latihan di kelas, penugasan, wawancara, pengamatan, angket,

catatan lapangan/harian, atau portofolio. Penilaian yang dilakukan lewat berbagai cara atau

model, menyangkut berbagai ranah, serta meliputi proses dan produk inilah yang kemudian

disebut sebagai penilaian autentik. Autentik dapat berarti dan sekaligus menjamin

keobjektifan, sesuatu yang nyata, konkret, benar-benar hasil tampilan siswa, serta akurat dan

bermakna.

Penilaian autentik menekankan kemampuan pebelajar untuk mendemonstrasikan

pengetahuan yang dimiliki secara nyata dan bermakna. Kegiatan penilaian tidak sekadar

menanyakan atau menyadap pengetahuan yang telah diketahui pembelajar, tetapi juga kinerja

secara nyata dari pengetahuan yang telah dikuasai. Sebagaimana dinyatakan Mueller (2008)

penilaian autentik merupakan a form of assessment in which students are asked to perform

real-world tasks that demonstrate meaningful application of essential knowledge and skills.

Jadi, penilaian autentik merupakan suatu bentuk tugas yang menghendaki pebelajar untuk

menunjukkan kinerja di dunia nyata. secara bermakna yang merupakan penerapan esensi

pengetahuan dan keterampilan. Menurut Stiggins (dalam Mueller, 2008), penilaian autentik

merupakan penilaian kinerja (perfomansi) yang meminta pebelajar untuk mendemonstrasikan

keterampilan dan kompetensi tertentu yang merupakan penerapan pengetahuan yang

dikuasainya

Page 17: campuran ddpp

BAB IIIPENUTUP

3.1  Kesimpulan

1.      Penilaian adalah proses sistematis meliputi pengumpulan informasi (angka,

deskripsi  verbal), analisis, interpretasi informasi untuk membuat keputusan.

2.      Makna Penilaian autentik dalam pelaksanaan penilaian hendaknya tujuan penilaian diarahkan

pada hal berikut.

  Keeping track, yaitu untuk menelusuri agar proses pembelajaran anak didik tetap sesuai dengan

rencana.

  Checking-up, yaitu untuk mengecek adakah kelemahan-kelemahan yang dialami anak didik dalam

proses pembelajaran.

  Finding-out, yaitu untuk mencari dan menemukan hal-hal yang menyebabkan terjadinya

kelemahan dan kesalahan dalam proses pembelajaran.

  Summing-up, yaitu untuk menyimpulkan apakah anak didik telah mencapai.

3.      Manfaat Penilain Autentik

  Penggunaan penilaian autentik memungkinkan dilakukannya pengukuran secara langsung terhadap

kinerja pembelajar sebagai indikator capain kompetensi yang dibelajarkan.

  Penilaian autentik memberikan kesempatan pembelajar untuk mengkonstruksikan hasil belajarnya.

  Penilaian autentik memungkinkan terintegrasikannya kegiatan pengajaran, belajar, dan penilaian

menjadi satu paket kegiatan yang terpadu.

  Penilaian autentik memberi kesempatan pembelajar untuk menampilkan hasil belajarnya, unjuk

kerjanya, dengan cara yang dianggap paling baik.Singkatnya, model ini memungkinkan

pembelajar memilih sendiri cara, bentuk, atau tampilan yang menurutnya paling efektif.

Page 18: campuran ddpp

4.      Ciri penilaian autentik

  Memandang penilaian dan pembelajaran secara terpadu

  Mencerminkan masalh dunia nyata bukan hanya dunia sekolah

  Menggunakan berbagai cara dan criteria

  Holistik (kompetensi utuh merefleksikan sikap, ketrampilan, dan pengetahuan.

5.      Asesmen autentik dan tuntutan kurikulum 2013 yaitu asesmen autentik memiliki relevansi kuat

terhadap pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013.

Karena, asesmen semacam ini mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik,

baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain-lain.

Asesmen autentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual, memungkinkan

peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka dalam pengaturan yang lebih autentik.

Karenanya, asesmen autentik sangat relevan dengan pendekatan tematik terpadu dalam

pembejajaran, khususnya jenjang sekolah dasar atau untuk mata pelajaran yang sesuai.

6.      Asesmen autentik dan belajar autentik yaitu Dalam pembelajaran autentik, peserta didik diminta

mengumpulkan informasi dengan pendekatan saintifik, memahahi aneka fenomena atau gejala

dan hubungannya satu sama lain secara mendalam, serta mengaitkan apa yang dipelajari dengan

dunia nyata yang luar sekolah. Di sini, guru dan peserta didik memiliki tanggung jawab atas apa

yang terjadi. Peserta didik pun tahu apa yang mereka ingin pelajari, memiliki parameter waktu

yang fleksibel, dan bertanggungjawab untuk tetap pada tugas. Asesmen autentik pun mendorong

peserta didik mengkonstruksi, mengorganisasikan, menganalisis, mensintesis, menafsirkan,

menjelaskan, dan mengevaluasi informasi untuk kemudian mengubahnya menjadi pengetahuan

baru.

7.      Jenis-jenis asesmen autentik

  Penilaian Kinerja

  Penilaian Proyek

  Penilaian Portofolio

  Penilaian Tertulis

8.      Penentuan Penilaian autentik

  Penentuan Standar

  Penentuan Tugas Otentik

  Pembuatan Kriteria

  Pembuatan Rubrik

  Contoh Penilaian Otentik: Portofolio

9.      Hakikat penilaian autentik yaitu Penilaian otentik mementingkan penilaian proses dan hasil

sekaligus. Dengan demikian, seluruh tampilan siswa dalam rangkaian kegiatan pembelajaran

dapat dinilai secara objektif, apa adanya, dan tidak semata-mata hanya berdasarkan hasil

Page 19: campuran ddpp

akhir (produk) saja. Lagi pula amat banyak kinerja siswa yang ditampilkan selama

berlangsungnya kegiatan pembelajaran sehingga penilaiannya haruslah dilakukan selama dan

sejalan dengan berlangsungnya kegiatan proses pembelajaran. Jika dilihat dari sudut pandang

teori Bloom sebuah model yang dijadikan acuan pengembangan penilaian dalam beberapa

kurikulum di Indonesia sebelum ini penilaian haruslah mencakup ranah kognitif, afektif, dan

psikomotorik.

1. PENGERTIAN KTSP

2. HAKIKAT KTSP

3. MENGEMBANGKAN KTSP

4. CARA MENYUSUN KTSP

5. PEMBELAJARAN DEAN PENILAIAN BERBASIS KTSP

6. MUATAN LOKAL DAN PENGEMBANGAN DIRI

1. 1.      PENGERTIAN KTSP

KTSP merupakan singkatan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah kurikulum yang

dikembangkan dan dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan yang sudah siap dan mampu

mengembangkannya. KTSP dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi

sekolah/daerah, karakteristik sekolah/daerah, social budaya masyarakat setempat, dan

karakteristik peserta didik. Sekolah dan komite sekolah, atau madrasah dan komite madrasah,

mengembangkan KTSP dan silabus berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar

kompetensi lulusan, dibawah supervise dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab dibidang

pendidikan di SD, SMP, SMA, dan SMK, serta Departemen yang menangani urusan

pemerintahan dibidang agama untuk MI,MTs, MA, dan MAK.

1. 2.      HAKIKAT KTSP

1. A.    Konsep Dasar KTSP

KTSP disusunn dan dikembangkan berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional pasal 36 ayat 1) dan 2) sebagai berikut:

1.   Pengembangan kurikulum mengacu pada Standar Nasional Pendidikan untuk

mewujudkan Tujuan Pendidikan Nasional.

2. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengna prinsip

diversivikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.

Beberapa hal yang perlu dipahami dalam kaitannya dengan KTSP:

Page 20: campuran ddpp

KTSP dikembangkan sesuai dengna kondisi satuan pendidikan, potensi dan karakteristik

daerah, serta social budaya masyarakat setempat dan peserta didik.

Sekolah dan komite sekolah mengembangkan KTSP dan silabusnya berdasarkan

kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi dasar lulusan, dibawah supervisi dinas

pendidikan kabupaten/kota, dan departemen agama yang bertanggung jawab dibidang

pendidikan.

KTSP untu setiap program studi dipergurun tinggi diembangkan dan ditetapkan oleh

masing-masing perguruan tinggi dengan mengacu pada standar nasional pendidikan.

1. B.     TUJUAN KTSP

Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan dan memberdayakan

satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan

mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam

pengembangan kurikulum.

Secara khusus tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk:

1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam

mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumberdaya yang tersedia.

2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum

melalui keputusan bersama.

3. Meningkatkan kompetensi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas pendidikan

yang akan dicapai.

1. C.    Landasan Pengembangan KTSP

KTSP dilandasi oleh undang-undang dan peraturan pemerintah sebagai berikut

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sisdiknas

PP Nomor 19 Tahun 2005 Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

Permendiknas No.22 Thaun 2006 tentang Standar Isi

Permendiknas  No. 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan

Pjermendiknas No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Permendiknas No. 22 dan 23.

1. D.    Karakteristik KTSP

1. Pemberian Otonomi Luas Kepada Sekolah dan Satuan Pendidikan

KTSP memberikan otonomi luas kepada sekolah dan satuan pendidikan, disertai seperangkat

tanggung jawab untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan kondisi setempat.

1. Partisipasi Masyarakat dan Orang Tua yang Tinggi

Page 21: campuran ddpp

Dalam KTSP, pelaksanaan kurikulum didukung oleh partisipasi masyarakat dan orang tua

peserta didik dan masyarakat tidak hanya mendukung sekolah melalui bantuan keuangan, tetapi

melalui komite sekolah dan dewan pendidikan merumuskan serta mengenbangkan pogram-

program yng dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Masyarakat dan orang tua menjalin

kerjasama untuk membantu sekolah sebagai narasumber pada berbagai kegiatan sekolah untuk

meningtkatkan kualitas pembelajaran.

1. Kepemimpinan yang Demokratis dan Profesional

Dalam KTSP, pengembangan dan pelaksanaan kurikulumu didukung oleh aadanya

kepemimpinan sekolah yang demokratis dan professional. Kepala sekolah dan guru-guru

sebagai tenaga pelaksana kurikulum merupakan orng-orang yang memiliki kemampuan dan

integritas professional. Kepala sekolah adalah menejer pendidikan professional yang direkrut

komite sekolah utuk mengelola segala kegiatan sekolah berdasarkan kebijakan yang ditetapkan.

1.  Tim-Kerja yang kompak dan transparan

Dalam KTSP, keberhasilan pengembangan kurikulum dan pembelajarang didukung oleh kinerja

tim yang kompak dan transparan dari berbagai pihak yang terlibat dalam pembelajran. Dalam

dewan pendidikan dan komite sekolah misalnya, pihak-pihak yang terlibat bekerjasama secara

harmonis sesuai dengan posisinya masing-masing untuk mewujudkan sesuatu sekolah yang

dapa tdibanggakan pleh semua pihak. Mereka tidak saling menunjukan kuasa atau paling

berjasa, tetapi masing-masing berkontribusi terhadap upaya peningkatan mutu dan kinerja

sekolah secara keseluruhan. Hal yang perlu diperhatikan:

1. Sistem informasi yang jelas dan transparan

2. Sistem penghargaan dan hukuman

E. Akankah KTSP mendongkrak Kualitas Pendidikan

 

Melalui KTSP , sekolah dan satuan pendidikan perlu dikembangkan menjadi lembaga yang

diberi kewenagan dan tanggung jawab secara luas untuk mandiri, maju, dan berkembang

berdasarkan strategi kebijakan menejemen pendidikan yang ditetapkan pemerintah. Persoalan

yang muncul adalah apakah kondisi aktualo satuan pendidikan dan sekolah-sekolah di Indonesia

beserta sumberdayanya sudah memiliki kesiapan untuk mengembangkan dan melaksanakan

KTSP yang akan mengubah pola dan seistem pengembangan kurikulum? Lantas, mampukah

KTSP mendongkrak kulaits pendidikan? Dan masih banyak persoalan lain yang perlu

diperhatikan dalam pengembangan dan penerapan KTSP.

Sehubngan dengan itu, agar pengembangan dan penerapan KTSP mampu mendongkrak

kualitas pendidikan, perlu didukung oleh perubahan mendasar dalam kebijakan pengelolaan

sekolah yang menyangkut aspek-aspek berikut:

Page 22: campuran ddpp

1. 1.      Iklim pembelajaran yang kondusif

Pengembangan KTSP perlu didukung oleh iklim pembelajaran yang kondusif bagi tercapainya

suasana yang aman, nyaman dan tertib, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung

dengna tenang dan menyenangkan. Iklim yang demikian akan mendorong terwujudnya proses

pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan bermakna; yang lebih menekankan pada belajar

mengetahui (learnign to know), belajar berkarya (learning to do), belajar menjadi diri sendiri

(learning to be) dan belajar hidup bersama secara harmonis (learning to live together). Suasana

tersebut akan memupuk tumbuhnya kemandirian dan berkurangnya ketergantungan dikalanagna

warga sekolah, bersifat adaktif dan proaktif serta memilikii jiwa kewirausahaan tinggi (ulet,

inovatif, dan berani mengambil resiko), tidak saja bagi peserta didik, tetapi juga guru dan

pimpinannya. Untuk kepentingan tersebut, sukses KTSP perlu didukung oleh ahli kurikulum,

dilengkapi oleh sarana dan prasarana pembelajaran, serta diperkaya oleh sumber-sumbel

belajar yang memadai.

1. 2.      Otonomi sekolah dan satuan pendidikan

Dalam pengembangan kurikulum sentralisasi, sekolah dan satuan pendidikan sebagai pelaksana

kurikulum, hampir tidak pernah diberi kewenangnan untuk memnentukan kut\rikulum atau sistem

evaluasi pembelajaran sesuai dengna kondisi dan kebutuhan peserta didik secara aktual.

Sekolah hanya berfungsi sebagai pelaksana kurikulum dari pusat, meskipun kadang-kadang

tidak sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik.

Dalam KTSP, kebijakan pengembangan kurikulum dan pembelajaran beserta sistem evaluasinya

disentralisasikan disekolah dan satuan pendidikan, sehingga pengembangan kurikulum

diharapkan sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan masyarakat secara lebih fleksibel.

Pemerintah pusat, dalam hal ini BSNP, Depdiknas dan Depag hanya menetapkan standar

nasional, yang mengembangkannya diserahkan kepada madrasah atau sekolah. Dengan

demikian desentralisasi kebijakan dalam pengembangan kurikulum dan pembelajaran beserta

sistem evaluasinya merupakan prasyarat untuk mengimplementasikan KTSP.

1. 3.      Kewajiban sekolah dan satuan pendidikan

KTSP yang menawarkan keleluasan dalam pengembangan kurikulum, memiliki potensi besar

dalam menciptakan kepala sekolah/ madrasah, guru dan pengelola satuan pendidikan secara

profesional. Oleh karena it, pelaksanaan KTSP perku disetai seperangkat kewajiban, serta

monitoring dan tuntutan pertanggungjawaban (akuntabel) yang relatif tinggi, untuk menjamin

bahwa sekolah selain memiliki otonomi juga mempunyai kewajiban untuk melaksanakan

kebijakan pemerintah dan memenuhi harapan masyarakat. Dengan demikian sekolah dan

satuan pendidikan dituntut mampu mengembangkan kurikulum dan mengelola sumberdaya

secara transparan, demokratis dan bertanggungjawab baik terhadap masyarakat maupunn

Page 23: campuran ddpp

pmerintah, dalam rangka meningkatkan kapasitas pelayanan dan kualitas terhadap peserta

didik.

1. 4.      Kepemimpinan Sekolah yang Demokratis dan Profesional

Pelaksanaan KTSP memerlukan sosok kepala sekolah/madrasah yang memiliki kemampuan

menejerial yang tinggi, serta demokratis dalam proses pengambilan keputusan-keputusan

mendasar. Pada mumnya, kepala sekolah di Indonesia belum dapat dikatakan sebagai

“maanajer profesional”, karena sistem pengangkatan selama ini tidak didasarkan pada

kemampuan  atau pendidikan profesioanal, tetapi lebih pada pengalaman menjadi guru. Hal ini

disinyalir pula oleh laporan Bank Dunia (1999), bahwa salah satu penyebab semakin

menurunnya mutu pendidikan persekolahan di Indonesia adalah “kurang profesionalnya” para

kepala sekolah sebagai manajer pendidikan ditingkat lapangan. Dengan demikian, pelaksanaan

KTSP memerlukan perubahan sistem pengankatan kepala sekolah/madrasah dari pengangkatan

kiarena pengangkatan atau pengalaman kerja sebagai guru kepada pengangkatan berdasarkan

kemampuan dan keterampilan secara profesional.

Dalam KTSP, kepala sekolah dan guru merupakan “the key person” keberhasilan pelaksanaan

“pembelajaran”. Ia adlah orang yang diberi tanggung jawab untukmengembangkan dan

melaksanakan kurikulum untuk mewujudkan pembelajaran yang berkualitas sesuai visi, misi dan

tujuan sekolah. Oleh karena itu, dalam implementasi KTSP, kepala sekolah dituntut untuk

memilikii visi dan wawasan yang luas tentang pembelajaran yang efektif serta kemempuan

profesional yang memadai dalam bidang perencanaan, kepemimpinan, manajerial dan supervisi

pendidikan. Ia juga harus memiliiki kemampuan untuk membangun kerjasama yang harmonis

dengan berbagai pihak yang terkait dengan kurikulum.

1. 5.      Revitalisasi partisipasi masyarakat dan orang tua

Secara historis sekolah merupakan sistem pendidikan yang berkembang dari, oleh dan untuk

masyarakat, sehingga masyarakat memiliki tanggung jawab yang sangat besar terhadap

eksistensinya. Namun dalam perkembangan berikutnya, terutama sekolah yang dikellola oleh

pemerintah (negeri) seolah-olah berada diluar masyarakat dan orang tua. Sehingga partisipasi

mereka menjadi pudar.

Dalam pengembangan KTSP, partisipasi aktif berbagai kelompok masyarakat dan pihak

orangtua dlam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan program-

program sekolah/madrsah perlu dibangkitkan kembali. Wujud keterlibatan, bukan hanya dalam

bantuan finansial , tetapi lebih dari itu, dalam pemikiran-pemikiran untuk penignkatan kualitas

pembelajaran. Masyarakat dan orang tua harus disadarkan bahwa sekolah merupakan lembaga

pendidikan yang perlu didukung oleh semua pihak. Prestasi keberhasilan sekolah harus menjadi

kebanggaan masyarakat dan lingkungannya. Ini berarti, pelaksanaan KTSP memerlukan

kesadaran dan partisipasi aktif semua pihak yang terkait dengan pendidikan

disekolah.Masalahnya, siapa yang harus mengembangkan partisipasi orangtua dan

Page 24: campuran ddpp

masyarakat? jawaban praktisnya adalah bahwa pihak sekolah dalam hali ini kepala sekolah,

guru dan tenaga kependidikan yang lain, harus menggunakan berbagai strategi dan daya untuk

mendorong masyarakat dan orang tua menjadi bagian integral dari sistem sekolah, beserta

seluruh kegiatannya.

1. 6.      Menghidupkan serta meluruskan KKG dan MGMP

Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGPG) atau Musyawarah Guru Bidang Studi (MGBS) dan

Kelompok Kerja Guru (KKG) merupakan organisasi guru, yang pada saat ini keberadannya pada

sebagian sekolah dan satuan pendidikan sudah mati suri. Dikatakan demikian, karena

kebanyakan organisaasi tersebut pada saat ini tidak memiliki dan tidak melakukan program kerja

sesuai dengan tujuan awalnya. Tujuan MGMP dan KKG terutama adakah untuk meningkatkan

kompetensi dan profesionalisme guru dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan. Namun

demikian dalam pelaksanaannya, kegiatan organisaasi tersebut banyak yang perlu diluruskan.

Misalnya organisasi tersebut hanya digunakan sebagai ajang arisan, bahkan tidak sedikit yang

menggunakan organisasi tersebut hanya untuk membicarakan jadwal less bagi peserta didik

menjelang ujian.

Oleh karena itu, dalam rangkan menignkatkan kualitas penidikan dinegeri ini dapat dilakukan

dengna menghidupkan dan meluruskan MGMP dan KKG. Bagi yang hampir mati suri karena

tidak ada kegiatan, perlu dihidupkan kembal, sementara bagi yang menghidupkan kegiatan

tetapi melenceng atau diluar rel perlu diluruskan dan diingatkan agar kembali kejalan yang lurus.

Yakni upaya meningkatkan kualitas pendidikan tanpa merugikan peserta didik  atau kelompok

lain.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah guru pada sekolah-sekolah dewasa ini umumnya

sudah cukup memadai, tetapi suasana belajar belum cukup kondusif akibat metode mengajar

guru yang kurang bervariasi. Persoalan tersebut dapat diatsi melalui MGMP, trmasuk cara

mengembangkan KTSP dan komponen-komponen lainnya, serta mencari alternatif

pembelajaran yang tepat dan menemukan berbagai variasi metode, dan variasi media untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran.

1. 7.      Kemandirian guru

Disamping mengikuti MGMP dan KKG untuk menemukan solusi terhadap berbagai masalah

dalam pembelajaran, dalam KTSP guru juga harus mampu bekerja mandiri untuk memperbaiki

diri dalam pembelajaran. Hal ini penting agar ia benar-benar menjadi guru yang mampu diggugu

dan ditiru. Sehingga tidak saja mampu emngembangkan KTSP tetapi juga melaksanakannya

dalam pembelajaran secara efektif dan meyenangkan.

F. Asumsi yang Mendasari KTSP

Seperti telah diuraikan pada bahasan diatas, bahwa KTSP adalah kurikulum operasional yang

disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan

Page 25: campuran ddpp

oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi

pendidikan (guru, kepala sekolah, komite sekolah, dan dewan pendidikan) pada satuan

pendidikan, disekolah dan daerah masing-masing.

Mengingata bahwa penyusunan KTSP diserahkan kepada satuan pendidikan, sekolah dan

daerah masing-masing, diasumsikan bahwa guru kepala sekolah, komite sekolah, dan dewan

pendidikan akan sangant bersahabat dengan kurikulum tersebut. Diasumsikan demikian, karena

mereka terlibat secara langsung dalam proses penyusunannya, dan mereka (guru) yang akan

melaksanakannya dalam proses pembelajaran dikelas, sehingga memahami betul apa yang

harus dilakukan dalam pembelajaran sehubungan dengan kekuatan, kelemahan, peluang dan

tantangan yang dimiliki oleh setiap satuan pendidikan didaerah masing-masing. Mereka pula

yang akan melakukan penilaian terhadap hasil pembelajaran yang dilakukannya, sehingga

keberkasilan pembelajaran merupakan tanggungjawab guru secara profesional.

Keterlibatan guru, kepala sekolah, masyarakat yang tergabung dlaam komite sekolah dan dewan

pendidikan dalam pengambilan keputusan akan mengembangkan rasa kepemilikan yang lebih

tinggi terhadap kurikulum, sehingga mendorong mereka untuk mendayagunakan sumber daya

yang ada seefisien mungin untuk mencapai hasil yang optimal. Konsep ini didasarkan pda Self

Determination Theory yang menyatakan bahwa jika seseorang memiliki kekuasaan dalam

pengambilan suatu keputusan, maka akan memiliki tanggung jawab yang besar untuk

melaksanakan keputusan tersebut.

MENGEMBANGKAN KTSP

BAGAN PENGEMBANGAN KURIKULUM

 

Konteks Pendidikan

Kebangkitan Islam, Clean and Good Governance, Otonomi Daerah, Millenium Gols 2015 (Globalisasi), Demokratisasi, Pembangunan Berkelanjutan, Perkembangan IPTEKS, serta Ekonomi Berbasis Spiritual, Moral, dan Intelektual.

Page 26: campuran ddpp

 

1. Pengemba

ngan

Kurikulum

2. Pengemb

angan

Kurikulum

Tingkat

Nasionnal

Dalam

kaitannya

dengan KTSP,

pengembangan

kurikulum

tingkat nasional

dilakukan

dalam rangka

mengembangkan Standar Nasional Pendidikan, yang pada saat ini mencakup Standar

KURIKULUM NASIONAL

STANDAR KOMPETENSI

SKL SK-SMP SK-MP KD

STANDAR ISI

KERANGKA DASAR STRUKTUR KURIKULUM BEBAN BELAJAR KALENDER PENDIDIKAN

KURIKULUM AKTUAL PROSES PEMBELAJARAN

Page 27: campuran ddpp

Kompetensi Nasional (SKL) dan Standar Isi (SI) untuk setiap satuan pendidikan pada masing-

masing jenjang dan jenis pendidikan, terutama pada jalur pendidikan sekolah.

1. Pengambangan KTSP

2. Menganalisis, dan mengambangkan standar kompetensi kelulusan (SKL), dan Standar Isi

(SI).

3. Merumuskan visi dan misi, serta merumuskan tujuan pendidikan pada tingkat satuan

pendidikan.

4. Berdasarkan SKL, standar isi, visi, dan misi, serta tujuan pendidikan pada tingkat satuan

pendidikan di atas selanjutnya dikembangkan bidang studi-bidang studi yang akan

diberikan untuk merealisasikan tujuan tersebut.

5. Mengembangkan dan mengidentifikasi tenaga-tenaga kependidikan (guru dan non guru)

sesuai dengan kualifikasi yang diperlukan, dengan berpedoman pada standar tenaga

kependidikan yang ditetapkan BSNP.

6. Mengidentifikasi fasilitas pembelajaran yang diperlukan untuk member kemudahan belajar,

sesui dengan standar sarana dan prasarana pendidikan yang ditetapkan BSNP.

1. Pengembangan silabus

2. Mengidentifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar serta tujuan setiap bidang

studi.

3. Mengembangkan kompetensi dasar dan materi standar yang diperlukan dalam

pembelajaran.

4. Mendeskripsikan kompetensi dasar serta mengelompokkannya sesuai dengan ruang

lingkup dan urutannya.

5. Mengembanngkan indicator untuk setiap kompetensi serta criteria pencapaiannya, dan

mengelompokkannya sesuai dengan ranah pengetahuan, pemahaman, kemampuan

(keterampilan), nilai, dan sikap.

6. Mengembangkan instrument penilaian yang sesuai dengan indicator pencapaian

kompetensi.

1. Pengembangan RPP

2. Kurikulum Aktual (Pelaksanaan Pembelajaran)

3. Prinsip Pengembangan KTSP

4. Berpusat pada potensi, perkembangan, serta kebutuhan peserta didik dan lingkungannya.

5. Beragam dan terpadu

6. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni

7. Relevan dengan kebutuhan

8. Menyeluruh dan berkesinambungan

9. Belajar sepanjang hayat

10. Seimbang antara kepentingan global, nasional dan local

CARA MENYUSUN KTSP

Page 28: campuran ddpp

            KTSP harus dikembangkan sesuai dengan visi, misi, tujuan, kondisi,dan cirri khas satuan

pendidikan. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya penyusunan KTSP mencakup komponen

sebagai berikut : Pengembangan visi dan misi, Perumusan tujuan pendidikan satuan pendidikan,

Analisis konteks (untuk memotret kondisi, dan cirri khas satuan pendidikan), Pengembangan

struktur dan muatan KTSP, Pengembangan kalender pendidikan, Pengembangan silabus,

pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

1. Proses Menyusun KTSP

Proses penyusunan KTSP perlu diawali dengan melakukan analisis konteks terhadap hal-hal

sebagai berikut.

Analisis potensi, kekuatan, dan kelemahan yang ada di sekolah dan satuan pendidikan,

baik yang berkaitan dengan peserta didik, guru, kepala sekolah dan tenaga administrasi,

sarana prasarana, serta pembiayaan, dan program-program yang ada di sekolah.

Analisis peluang dan tantangan yang ada di masyarakat dan lingkungan sekitar. Yang

bersumber dari komite sekolah, dewan pendidikan, dinas pendidikan, asosiasi profesi

dunia industri dan dunia kerja, serta sumber daya alam dan social budaya.

Mengidentifikasi standar isi dan standar kompetensi lulusan sebagai acuan dalam

penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan.

Untuk kepentingan tersebut, sedikitnya ada tujuh langkah yang harus dilaksanakan dalam

proses penyusunan KTSP.

1. Menentukan focus atau kompetensi dasar,

2. Menentukan variable atau indicator,

3. Menentukan standar,

4. Membandingkan standar dan kompetensi,

5. Menentukan kesenjangan yang terjadi,

6. Merencanakan target untuk mencapai standar, dan

7. Merumuskan cara-cara dan program untuk mencapai target.

1. Mengembangkan Komponen KTSP

Dalam garus besarnya KTSP memiliki enam komponen penting sebagai berikut.

Visi dan misi

Tujuan pendidikan satuan pendidikan

Menyusun kalender pendidikan

Struktur muatan KTSP

Silabus

RPP

Page 29: campuran ddpp

1. Visi dan Misi Satuan Pendidikan

Dalam menetapkan visi dan misi satuan pendidikan, kepala sekolah harus terlebih dahulu

memahami visi itu sendiri. Oleh karena itu, tugas utama kepala sekolah adalah menyisihkan

waktunya agar dapat mengkomunikasikan visi tersebut ke seluruh jajaran dan tingkat

manajemen.

Dalam mengembangkan visinya, kepala sekolah harus mampu mendayagunakan kekuatan-

kekuatan yang relevan bagi kegiatan internal sekolah.

1. Tujuan Pendidikan Satuan Pendidikan

Dalam pengembangan KTSP, satuan pendidikan harus menyusun program peningkatan mutu

yang mencakup tujuan, sasaran dan target yang akan dicapai, untuk program jangka pendek

maupun program jangka panjang (strategis).

Tujuan pendidikan satuan pendidikan merupakan acuan dalam mengembangkan kurikulum

tingkat satuan pendidikan (KTSP).

1. Menyusun Kalender Pendidikan

Dalam rangka pengembangan KTSP setiap satuan pendidikan harus menyusun kalender

pendidikan sesuai dengan kebutuhan daerah, karakteristik sekolah, kebutuhan peserta didik dan

masyarakat, dengan memperhatikan kalender pendidikan sebagaimana tercantum dalam

standar isi.

Dalam penyusunan kalender pendidikan, pengembang kurikulum harus mampu menghitung jam

belajar efektif untuk membentuk kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh peserta didik.

Penyusunan kaender pendidikan selama satu tahun pelajaran mengacu pada efisiensi,

efektifitas, dan hak-hak peserta didik.

1. Struktur Muatan KTSP

Struktur KTSP ialah sebagai berikut :

1. Mata pelajaran

Mata pelajaran dan alokasi waktu untuk masing-masing tingkat satuan pendidikan bisa dilihat

dalam struktur kurikulum yang tercantum dalam standar isi.

1. Muatan local

Muatan local adalah kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang sesuai dengan

kondisi, karakteristik dan potensi daerah.

Page 30: campuran ddpp

1. Kegiatan pengembangan diri

Kegiatan pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

1. Pengaturan beban belajar

Beban belajar dalam system paket digunakan oleh tingkat satuan pendidikan, SD, SMP, SMA

sederajat yang masih dalam tingkat kategori standar.

Beban belajar Sistem Kredit Semester (SKS) dapat juga digunakan oleh SD,SMP,SMA sederajat

yang berkatagori mandiri dan juga standar.

1. Kenaikan kelas, penjurusan, dan kelulusan

Kenaikan kelas, penjurusan, dan kelulusan mengacu kepada standar penilaian yang

dikembangkan oleh BNSP.

1. Pendidikan kecakapan hidup

Kurikulum untuk SD, SMP, dan SMA sederajat dapat memasukkan pendidikan kecakapan hidup,

yang mencakup kecakapan pribadi, kecakapan social, kecakapan akademik, dan kecakapan

vokasional.

1. Pendidikan berbasis keunggulan local dan global

Kurikulum untuk semua satuan tingkat pendidikan dapat memasukkan pendidikan berbasis

keunggulan local dan global. Pendidikan ini merupakan bagian dari semua mata pelajaran yang

dapat diperoleh oleh peserta didik selama menempuh jenjang pendidikannya.

1. Silabus

Silabus merupakan rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema

tertentu, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, indicator,

penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan.

1. RPP

RPP adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk

mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan

dalam silabus.

1. Mekanisme Penyusunan KTSP

1. Pembentukan tim kerja

Page 31: campuran ddpp

Tim pengembang KTSP terdiri dari guru, kepala sekolah, guru pembimbing, komite sekolah,

orang tua serta peserta didik.

1. Penyusunan draft

Setelah tim terbentuk, selanjutnya mengembangkan draft KTSP yang lengkap mulai dari

perumusan visi dan misi sampai dengan RPP.

1. Refisi dan finalisasi

Penyusunan KTSP merupakan bagian dari kegiatan perencanaan sekolah. Dan kegiatan ini

dapat berbentuk rapat kerja yang dilaksanakan sebelum tahun ajaran baru.

1. Pengesahan KTSP

Dokumen KTSP SD, SMP, SMA dinyatakan berlaku oleh kepala sekolah serta diketahui oleh

komite sekolah dan dinas kabupaten atau kota yang bertanggungjawab di bidang pendidikan.

Dokumen KTSP MI, MTs, MA dinyatakan berlaku oleh kepala madrasah serta diketahui oleh

komite madrasah dan oleh departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama.

Dokumen KTSP SDLB, SMPLB, dan SMALB dinyatakan berlaku oleh kepala sekolah serta

diketahui oleh komite sekolah dan dinas provinsi yang bertanggungjawab di bidang pendidikan.

PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN BERBASIS KTSP

 

Pembelajaran dan penilaian adalah operasionalisasi konsep KTSP yang masih bersifat tertulis

menjadi aktual dalam bentuk kegiatan pembelajara.

Pembelajaran berbasis KTSP sedikitnya dipengaruhi oleh tiga faktor berikut:

1. Karakteristik KTSP

2. Strategi pembelajran

3. Karekteristik pengguna kurikulum

1. A.    Pengembangan Program

Pengembangan KTSP meliputi pengembangan program tahunan, program semester, program

pokok bahasan, program mingguan dan harian, program pengayaan dan remedial, serta

program bimbingan dan konseling.

a)      Program Tahunan

Program tahunan merupakan program umum setiap mata pelajaran untuk setiap kelas yang

dikembangkan oleh guru mata pelajran yang bersangkutan.

Page 32: campuran ddpp

b)      Program Semester

Program semester berisikan garis-gars besar mengenai hal-hal yang hendak dilaksanakan dan

dicapai dalam semester tersebut.

c)      Program Mingguan dan Harian

Program ini merupakan penjabaran dari program semester dan program modul.

d)     Program Pengayaan dan Remedial

Program ini merupakan pelegkap dan penjabaran dari program mingguan dan harian.

1. B.     Pelaksanaan Pembelajaran

Pada umumnya pelaksanaan pembelajran berbasis KTSP meliputi tiga hal; pre tes,

pembentukan kompetensi, dan pos tes.

1. 1.      Pre tes (tes awal)

Fungsi dilaksanakannya pre tes adalah;

Untuk menyiapkan peserta didik dalam proses belajar

Untuk mengetahui tingkat kemajuan peserta didik

Untuk mengetahui kemampuan awal yang dimiliki peserta didik

Untuk mengetahui dari mana seharusnya proses pembelajaran dimulai

1. 2.      Pembentukan Kompetensi

Pembentukan kompetensi merupakan kegiatan inti dari pelaksanaan proses pembelajran, yakni

bagaimana kompetensi dibentuk ada peserta didik, dan bagaimana tujuan-tujuan belajar

direalisasikan.

1. 3.      Post tes

Untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan pembelajaran maka diperlukan tes yang akan

mengukur ketercapaian kompetensi dalam pembelajran dan tes itulah yang dinamakan pos tes.

Pos tes memiliki banyak kegunaan diantaranya:

Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang telah

ditentukan

Utuk mengetahui kompetensi dan tujuan-tujuan yang dapat dikuasai oleh peserta didik

Untuk mengetahui peserta didik yang perlu mengikuti program pengayaan dan remedial

Sebagai bahan acuan untuk melakukan perbaikan terhadap kegiatan pembelajaran dan

pembentukan kompetensi yang telah dilaksanakan.

Page 33: campuran ddpp

 

1. C.    Penilaian Hasil Belajar

Penilaian hasil belajar dalam KTSP dapat dilakukan dengan penilaian kelas, tes  kemampuan

dasar, penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi, dan penilaian program.

1)      Penilaian Kelas

Penialain kelas dilakukan dengan ulangan harian, ulangan umum, dan ulangan akhir. Ulangan

harian dilakukan minimal tiga kali dalam setiap semester. Ulangan umum dilaksanakan secara

bersamaan untuk kelas paralel, dan pada umumnya dilakukan ulangan umum bersama, baik

tingkay rayon, kecamatan, ataupun tingkat kabupaten.  Ujian akhir dilakukan pada akhir program

pendidikan.

2)      Tes Kemampuan Dasar

Tes kemampuan dasar dilakukan untuk mengetahui kemampuan membaca, menulis, dan

berhitung yang diperlukan dalam rangka memperbaiki program pembelajaran.

3)      Penilaian Akhir Satuan Pendidikan dan Sertifikasi

Pada akhir semester dan tahun pelajran diselenggarakan kegiatan penilaian guna mendapatkan

gambaran secara utuh dan menyeluruh mengenai ketuntasan belajar peserta didik dalam satuan

waktu tertentu.

4)      Penilaian Program

Penialain program dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasioanal dan Dinas Pendidikan

secara kontinu dan berkesinambungan. Penilaian program dilakukan untuk mengetahui

kesesuaian KTSP dengan dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional, serta kesesuiannya

dengan tuntutan pekembangan masyarakat, dan kemajuan zaman.