buletin laporan npi tw i-2007

87
LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA REALISASI TW. I 2007 PRAKIRAAN TW. II-2007 PROYEKSI 2007 - 2008

Upload: sela

Post on 21-Nov-2015

32 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Hehe

TRANSCRIPT

  • LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA

    REALISASI TW. I 2007 PRAKIRAAN TW. II-2007 PROYEKSI 2007 - 2008

  • 2 Realisasi Tw I-2007 , Prakiraan Tw II-2007, dan Proyeksi 2007-2008

    HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

  • 3 Realisasi Tw I-2007 , Prakiraan Tw II-2007, dan Proyeksi 2007-2008

    DAFTAR ISI Halaman

    DAFTAR TABEL dan GRAFIK RINGKASAN

    FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN NPI Tw. I 2007

    1

    TRANSAKSI BERJALAN 3

    1. Neraca Perdagangan Nonmigas 3

    1.1. Ekspor Nonmigas 4

    1.2. Impor Nonmigas 15

    2. Neraca Perdagangan Migas 17

    2.1. Minyak 17

    2.2. Gas 19

    3. Neraca Jasa 20

    4. Neraca Pendapatan 22

    5. Current Transfer 22

    TRANSAKSI MODAL dan FINANSIAL 25

    1. Transaksi Modal 25

    2. Transaksi Finansial 26

    2.1. Sektor Publik 28

    2.2. Sektor Swasta 30

    CADANGAN DEVISA 39

    INDIKATOR SUSTAINABILITAS EKSTERNAL 41

    PRAKIRAAN NPI Tw. II-2007 45

    ASUMSI NPI 2007 51

    PROYEKSI NPI 2007 53

    ASUMSI NPI 2008 57

    PROYEKSI NPI 2008 59

    BOKS dan LAMPIRAN

  • 4 Realisasi Tw I-2007 , Prakiraan Tw II-2007, dan Proyeksi 2007-2008

    DAFTAR TABEL dan GRAFIK TABEL halaman Tabel 1. Indikator Utama NPI Tw. I-2006 dan Tw. II-2007 ........................................ 2 Tabel 2. Negara Utama Tujuan Ekspor Menurut Jenis Komoditi, SITC 2 Digit ........................................ 5 Tabel 3. Produksi dan Konsumai Karet Dunia ........................................ 7 Tabel 4. Ekspor Batu bara Berdasar Negara Tujuan ........................................ 9 Tabel 5. Ekspor Nikel Berdasar Negara Tujuan ........................................ 10 Tabel 6. Ekspor CPO Berdasar Negara Tujuan ........................................ 11 Tabel 7. Ekspor CPO dan Produk Turunannya ........................................ 12 Tabel 8. Negara Utama Asal Barang Impor Menurut Jenis Komoditi, SITC 2 Digit ........................................ 15 Tabel 9. Perkembangan Ekspor dan Impor Minyak ........................................ 17 Tabel 10. Perkembangan Hibah Non Investasi ........................................ 22 Tabel 11. Perkembangan Hibah Investasi ........................................ 24 Tabel 12. Perkembangan Aliran Masuk di Transaksi Finansial ........................................ 25 Tabel 13. Perkembangan Profitabilitas dan PER ........................................ 33 Tabel 14. Indikator Sustainabilitas Eksternal ........................................ 39 Tabel 15. Perbandingan Rating Beberapa Negara ........................................ 40 Tabel 16. Volume Emisi Baru ........................................ 41 Tabel 17. Rencana Privatisasi BUMN ........................................ 45 Tabel 18. Perkembangan Proyek Pemerintah (Project Loan) ........................................ 46 Tabel 19. Realisasi APBN 2006-2007 ........................................ 46 Tabel 20. Asumsi NPI 2006, 2007 dan 2008 ........................................ 51 GRAFIK Grafik 1. Transaksi Berjalan ........................................ 3 Grafik 2. Neraca Perdagangan Nonmigas ........................................ 4 Grafik 3. Ekspor Nonmigas ........................................ 4 Grafik 4. Pangsa Ekspor Nonmigas Berdasarkan Negara Tujuan ........................................ 5 Grafik 5. Ekspor Pertanian ........................................ 6 Grafik 6. Harga Karet Dunia ........................................ 6 Grafik 7. Harga Udang Dunia ........................................ 8 Grafik 8. Ekspor Pertambangan ........................................ 8 Grafik 9. Harga Tembaga Dunia ........................................ 9 Grafik 10. Harga Batubara Dunia ........................................ 10 Grafik 11. Harga Nikel Dunia ........................................ 10 Grafik 12. Ekspor Industri ........................................ 11 Grafik 13. Harga CPO Dunia ........................................ 12 Grafik 14. Volume Ekspor Tekstil ........................................ 14 Grafik 15. Volume Ekspor Alat-alat Listrik dan Elektronik ........................................ 14 Grafik 16. Pangsa Impor Nonmigas dari Negara Asal ........................................ 15 Grafik 17. Impor Barang Konsumsi, Bahan Baku dan Barang Modal ........................................ 16 Grafik 18. Perkembangan Harga Minyak Dunia ........................................ 17 Grafik 19. Produksi Minyak Mentah, Konsumsi dan Impor BBM ........................................ 18 Grafik 20. Neraca Jasa, Pendapatan dan Current Transfer ........................................ 20 Grafik 21. Jasa Transportasi dan Pariwisata ........................................ 20 Grafik 22. Perkembangan Jasa Travel ........................................ 21 Grafik 23. Perkembangan WR-TKI ........................................ 22 Grafik 24. Perkembangan Transaksi Modal dan Finansial Per Jenis ........................................ 23 Grafik 25. Perkembangan Transaksi Modal dan Finansial Per Sektor ........................................ 24 Grafik 26. Perkembangan Sumber dan Penggunaan Vostro (Net) ........................................ 26 Grafik 27. Perkembangan Transaksi Finansial Sektor Publik ........................................ 26

  • 5 Realisasi Tw I-2007 , Prakiraan Tw II-2007, dan Proyeksi 2007-2008

    Grafik 28. Perkembangan Posisi Kepemilikan SBI dan SUN oleh Non Residen ........................................ 27 Grafik 29. Perkembangan Penarikan Pinjaman Proyek Pemerintah ........................................ 28 Grafik 30. Perkembangan Transaksi Finansial Sektor Swasta ........................................ 28 Grafik 31. Perkembangan Direct Investment di Indonesia ........................................ 29 Grafik 32. Inflows PMA Migas ........................................ 29 Grafik 33. Inflows PMA Nonmigas ........................................ 30 Grafik 34. Penyertaan Modal ........................................ 30 Grafik 35. Perkembangan Realisasi PMA di BKPM ........................................ 31 Grafik 36. Rencana Investasi ........................................ 32 Grafik 37. Perkembangan Transaksi Asing di BEJ dan IHSG ........................................ 32 Grafik 38. Posisi Obligasi Korporasi Domestik ........................................ 34 Grafik 39. Perkembangan Penarikan Pinjaman Swasta ........................................ 35 Grafik 40. Perkembangan Nostro Bank Berdasarkan Jenis Transaksi ........................................ 35 Grafik 41. Cadangan Devisa dan Bulan Impor ........................................ 37 Grafik 42. Transaksi Finansial PI dan FDI ........................................ 40 Grafik 43. Negara Tujuan Ekspor CPO ........................................ 43 Grafik 44. Perkembangan Posisi Kepemilikan SBI dan SUN oleh Asing ........................................ 44 Grafik 45. Perkembangan PER Saham ........................................ 45

  • 6 Realisasi Tw I-2007 , Prakiraan Tw II-2007, dan Proyeksi 2007-2008

    HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

  • 7 Realisasi Tw I-2007 , Prakiraan Tw II-2007, dan Proyeksi 2007-2008

    Perkembangan ekonomi dunia yang masih kondusif mendorong surplus NPI Tw. I-2007, sedangkan untuk keseluruhan tahun 2007-2008 kenaikan permintaan domestik diperkirakan akan menurunkan surplus transaksi

    berjalan, namun diimbangi oleh kenaikan surplus transaksi keuangan

    Kinerja NPI terus mengalami perbaikan sampai akhir Tw. I-2007, sehingga mencapai surplus sebesar USD4,4 miliar. Surplus tersebut didorong oleh kenaikan harga-harga komoditi, pertumbuhan ekonomi di beberapa negara mitra dagang utama, serta masih tingginya likuiditas pasar keuangan internasional. Di samping itu, stabilitas makro ekonomi domestik yang terjaga dan mulai tumbuhnya ekonomi domestik juga mendukung surplus NPI lebih tinggi dari prakiraan semula. Ekspor nonmigas tumbuh 22,2% (y.o.y), lebih tinggi daripada prakiraan semula sebesar 15,5% namun menurunnya produksi dan harga ekspor minyak menyebabkan ekspor migas menurun sebesar 9,5%. Akselerasi pertumbuhan ekonomi domestik telah memicu kenaikan nilai impor nonmigas sebesar 11,6% dan impor minyak sebesar 18,7%, terkait dengan kenaikan kebutuhan BBM dalam negeri sebesar 8,4%. Kinerja ekspor yang menguat lebih tinggi dari impor tersebut mengakibatkan neraca perdagangan mencapai surplus USD8,0 miliar, lebih tinggi dari tahun sebelumnya maupun prakiraan semula. Disisi lain, transaksi jasa, pendapatan dan current transfer mengalami kenaikan defisit terutama terkait dengan meningkatnya transfer laba perusahaan domestik ke luar negeri. Namun demikian, tingginya surplus neraca perdagangan dapat menutup kenaikan defisit transaksi jasa, pendapatan dan current transfer sehingga transaksi berjalan mencatat surplus USD3,1 miliar, lebih tinggi dari periode sebelumnya sebesar USD2,8 miliar. Melimpahnya likuiditas global dan masih relatif tingginya perbedaan suku bunga mendorong arus masuk modal, terutama dalam bentuk investasi portofolio berupa pembelian SUN dan SBI oleh asing sebesar USD3,5 miliar dan saham sebesar USD2,4 miliar. Derasnya arus masuk modal asing ke pasar saham tersebut telah mendorong angka IHSG di akhir Tw. I-2007 meningkat tajam ke level hampir 2.000. Sementara itu, meningkatnya kegiatan investasi telah mendorong aliran dana masuk berjangka panjang (FDI in Indonesia). Namun membaiknya kondisi profitabilitas perusahaan dan apresiasi nilai tukar rupiah mendorong kenaikan pembayaran utang luar negeri kepada perusahaan afiliasinya, sehingga neto FDI in Indonesia mencapai USD1,1 miliar, sedikit lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun 2006 (USD1,3 miliar). Sejalan dengan meningkatnya kebutuhan pembiayaan, aliran dana masuk dalam bentuk pinjaman luar negeri swasta mengalami kenaikan, sebaliknya bantuan program dan proyek menurun akibat kebijakan pemerintah untuk mengurangi ketergantungan pembiayaan pembangunan dari utang luar negeri. Aliran dana masuk ke pasar keuangan, khususnya modal jangka pendek yang lebih besar dari dana jangka panjang dirasa kurang mendorong perkembangan sektor riil dan dapat menimbulkan potensi pembalikan pada saat kondisi yang kurang menguntungkan. Di satu sisi menurunnya posisi utang luar negeri relatif terhadap kenaikan PDB menyebabkan meningkatnya potensi kemampuan pembayaran utang luar negeri Indonesia. Di sisi lain meningkatnya porsi utang jangka pendek mendorong kenaikan kerentanan NPI terhadap risiko gejolak eksternal dan perubahan sentimen investor. Secara keseluruhan, kinerja NPI Tw. I-2007 yang membaik mendorong peningkatan cadangan devisa menjadi sebesar USD47,2 miliar. Cadangan devisa tersebut mampu membiayai 4,7 bulan impor dan pembayaran ULN pemerintah.

    Kinerja NPI Tw. II-2007 diperkirakan masih akan dipengaruhi oleh tingginya harga-harga komoditi di pasar internasional dan membaiknya kinerja investasi di dalam negeri. Volume perdagangan dunia dan harga komoditi internasional diperkirakan masih meningkat, sehingga akan mendorong kinerja ekspor nonmigas. Seiring dengan

    Ringkasan

  • 8 Realisasi Tw I-2007 , Prakiraan Tw II-2007, dan Proyeksi 2007-2008

    membaiknya permintaan domestik dan meningkatnya investasi, impor non migas diperkirakan tumbuh cukup signifikan sebesar 21,9%, lebih tinggi dari pertumbuhan ekspor nonmigas sebesar 15,4%. Dengan perkembangan ekspor impor tersebut, surplus transaksi berjalan Tw. II-2007 diperkirakan akan menurun menjadi USD1,2 miliar atau 1,2% dari PDB. Semakin membaiknya iklim investasi dan mulai berjalannya beberapa proyek infratsruktur, diperkirakan akan mendorong kenaikan aliran modal masuk dalam bentuk FDI. Stabilitas makro ekonomi dan relatif masih tingginya tingkat suku bunga domestik dibanding luar negeri akan mendorong derasnya aliran masuk investasi portofolio terutama berupa pembelian saham, SUN dan SBI. Tingginya arus masuk modal asing tersebut menyebabkan transaksi modal dan finansial diperkirakan mengalami surplus USD2,3 miliar. Secara keseluruhan, NPI Tw. II-2007 diperkirakan akan mengalami surplus sebesar USD3,5 miliar sehingga cadangan devisa meningkat menjadi USD50,7 miliar atau setara dengan 5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Untuk keseluruhan tahun 2007, sejalan dengan prakiraan mulai melambatnya laju kenaikan harga komoditi ekspor pada semester II dan membaiknya perekonomian domestik, pertumbuhan ekspor nonmigas diperkirakan melambat menjadi 13% sedangkan pertumbuhan impor nonmigas meningkat menjadi 16%. Pertumbuhan ekspor yang lebih rendah daripada impor tersebut mengakibatkan surplus transaksi berjalan diperkirakan menurun menjadi USD8,9 miliar atau 2,2% dari PDB. Namun, penurunan surplus transaksi berjalan tersebut diperkirakan akan diimbangi oleh kenaikan surplus transaksi berjalan. Membaiknya iklim investasi serta stabilitas makroekonomi diperkirakan akan menarik investor untuk lebih banyak menanamkan dananya dalam investasi berjangka panjang. Stabilitas makroekonomi yang terjaga dan suku bunga domestik yang relatif masih tinggi dibanding suku bunga di luar negeri, diperkirakan akan menjadi daya tarik investor asing untuk membeli surat berharga domestik baik dalam bentuk surat berharga utang maupun saham. Seiring dengan kenaikan pertumbuhan ekonomi, kebutuhan pembiayaan berupa utang luar negeri diperkirakan meningkat, baik pemerintah maupun swasta. Perkembangan tersebut mengakibatkan transaksi keuangan neto mencatat surplus USD4,8 miliar. Secara keseluruhan kinerja NPI 2007 diperkirakan akan mengalami surplus USD13,4 miliar sehingga cadangan devisa meningkat mencapai USD56,2 miliar atau setara 5,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Berbeda dengan tahun 2007, kinerja NPI 2008 diperkirakan akan diwarnai oleh menurunnya harga-harga komoditi ekspor dan pertumbuhan ekonomi domestik yang lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Kondisi tersebut diperkirakan akan menyebabkan lonjakan pertumbuhan impor nonmigas menjadi 17%, dan menurunnya pertumbuhan ekspor nonmigas menjadi 8,5% sehingga surplus transaksi berjalan diperkirakan menurun menjadi USD6,1 miliar atau 1,4% dari PDB. Namun, surplus transaksi keuangan diperkirakan masih besar. Di sektor finansial, berkurangnya kendala investasi sejalan dengan diterapkannya beberapa kebijakan pemerintah di bidang tersebut diharapkan dapat mendorong aliran dana dalam bentuk FDI. Semakin menyempitnya perbedaan suku bunga akibat kebijakan pelonggaran moneter Bank Indonesia, diperkirakan akan sedikit meredam derasnya arus masuk modal jangka pendek pada 2008. Secara keseluruhan kinerja NPI 2008 diperkirakan mengalami surplus USD10,7 miliar dan mendorong kenaikan cadangan devisa menjadi USD66,9 milar atau setara 6,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

  • 1

    Realisasi Tw I-2007 , Prakiraan Tw II-2007, dan Proyeksi 2007-2008

    Pertumbuhan ekonomi dibeberapa negara mitra dagang utama seperti Cina,Jepang,

    Singapura dan EU pada QI 2007 masih cukup tinggi. Hanya AS yang sedikit mengalami

    perlambatan akibat menurunnya tingkat kepercayaan konsumen dan bisnis properti.

    Berbeda dengan prakiraan semula, harga-harga komoditi ekspor nonmigas (seperti CPO,

    karet, batu bara dan tembaga) di pasar dunia masih cenderung meningkat, didorong oleh

    masih kuatnya permintaan dan terbatasnya kenaikan pasokan.

    Harga minyak dunia mulai meningkat sejak Maret 2007, namun secara rata-rata selama

    Q1 masih lebih rendah dari periode sebelumnya (Q1 2006). Kenaikan harga minyak

    mentah dunia tersebut lebih disebabkan oleh beberapa faktor antara lain, turunnya suplai

    dan stok minyak AS, relatif ketatnya suplai minyak dunia akibat pengurangan kuota

    OPEC, masih berlanjutnya ketegangan Iran, kekhawatiran pasar terhadap kondisi politik

    di Nigeria dan meningkatnya pertumbuhan ekonomi dunia yang memicu kenaikan

    permintaan minyak.

    Suku Bunga internasional masih relatif rendah dibandingkan dengan historisnya

    meskipun sudah mulai meningkat Kondisi ini diperkirakan menjadi faktor utama

    penyebab likuiditas internasional masih tinggi.

    Pertumbuhan ekonomi domestik selama Q1 lebih tinggi dari prakiraan semula. Ekspansi

    pertumbuhan ekonomi sampai dengan Tw. I 2007 terus berlangsung mencapai 5,97%,

    lebih tinggi dari proyeksi awal. Pertumbuhan yang tinggi ini didukung oleh konsumsi

    sektor swasta domestik dan tingginya kinerja ekspor.

    Sementara itu, laju inflasi di Q1 2007 cenderung lebih rendah di banding tahun

    sebelumnya, meskipun terdapat kenaikan tekanan inflasi pada bulan Februari dan Maret

    karena kenaikan harga beras. Salah satu faktor yang mendukung penurunan laju inflasi

    tersebut adalah pergerakan nilai tukar rupiah yang relatif stabil pada kisaran Rp.9.100

    Rp. 9.200 per USD. Tekanan inflasi yang menurun tersebut memberikan ruang bagi Bank

    Indonesia untuk menurunkan sukubunga BI Rate menjadi 9% pada akhir Q1 2007.

    Meskipun demikian, tingkat suku bunga domestik secara umum masih lebih tinggi

    daripada suku bunga internasional.

    Produksi minyak selama Q1 hanya mencapai 0,966 juta barel per hari (bph), lebih rendah

    daripada prakiraan semula sebesar 1 juta bph, dan rata-rata Tw. I-2006 sebesar 1,035 juta

    bph. Penurunan produksi minyak tersebut selain disebabkan oleh masalah natural

    declining yang mencapai 10% per tahun, juga karena terganggunya produksi minyak

    akibat kerusakan peralatan mekanikal di beberapa lapangan milik KPS, seperti di BP

    FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERKEMBANGAN NPI Triwulan I 2007

  • 2 Realisasi Tw I-2007 , Prakiraan Tw II-2007, dan Proyeksi 2007-2008

    West Java, EMP Kagean, dan Conoco Philips. Total penurunan di ketiga lapangan

    tersebut mencapai sekitar 46 ribu bph.

    Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat daripada prakiraan semula,

    volume konsumsi BBM juga meningkat melebihi prakiraan. Pertumbuhan konsumsi

    BBM yang cukup tinggi ini antara lain terkait dengan kebijakan konversi energi minyak

    tanah dengan LPG yang belum berjalan sepenuhnya.

    Tabel 1 Indikator Utama NPI Tw. I-2006 dan Tw. II-2007

    TW I 2006 TW I 2007

    - Amerika Serikat 1,4 0,2- Jepang 0,8 0,6- Uni Eropa 0,8 0,6

    - Minyak Mentah OPEC (USD/barel) 57,65 54,55- Batu bara (USD/metric ton) 46,88 53,14- Tembaga (USD/metric ton) 4,940 5,933- CPO (USD/ton) 436,4 608,7- Karet (cent USD/kg) 221,6 243,2

    - Amerika Serikat 4,43 5,25- Jepang 0 0,38- Uni Eropa 2,32 3,55

    - Amerika Serikat 3,7 2,4- Jepang -0,1 -0,1- Uni Eropa 2,3 1,9

    PDB (y.o.y, %) 5,0 5,97 Inflasi IHK (%) 15,7 5,9 Nilai tukar (Rp/USD) 9.075 9.300 Harga rata-rata ekspor minyak mentah (US$/bbl) 60,1 55,9 Produksi Minyak (juta barrel per hari) 1,035 0,966 Konsumsi BBM (juta barel per kuartal) 88,1 95,5 BI Rate (%) 12,75 9

    INDIKATOR EKONOMI DOMESTIK

    Inflasi (%)

    Pertumbuhan Ekonomi (%)

    Harga Komoditi Dunia

    Suku Bunga Internasional (%)

    INDIKATOR EKONOMI DUNIA

    Sumber: BI, WEO dan APBN

  • 3

    Realisasi Tw I-2007 , Prakiraan Tw II-2007, dan Proyeksi 2007-2008

    Surplus transaksi berjalan TW. I 2007 akibat lonjakan surplus di neraca perdagangan

    Defisit neraca jasa dan neraca income menurun, surplus current transfer sedikit meningkat. Neraca Perdagangan Nonmigas TW. I 2007 meningkat sangat signifikan dibanding TW. I 2006

    Sesuai dengan prakiraan sebelumnya (exercise Feb 2007), transaksi berjalan pada Tw. I-2007 mencatat surplus sebesar USD3,1 miliar, lebih tinggi dibanding kuartal I 2006 yang

    hanya mencapai USD2,8 miliar. Kenaikan surplus transaksi berjalan tersebut disebabkan oleh

    kenaikan surplus neraca perdagangan non migas dan neraca transfer berjalan yang melebihi

    kenaikan defisit neraca jasa dan pendapatan.

    Sementara itu, neraca jasa dan neraca pendapatan masih mengalami defisit yaitu masing-masing sebesar USD2,8 miliar dan USD3,3 miliar. Defisit jasa sedikit mengalami penurunan

    dibandingkan dengan exercise sebelumnya terkait dengan membaiknya kondisi pariwisata

    yang tercermin dari meningkatnya jumlah kunjungan wisman selama periode TW. I tersebut.

    Sebaliknya neraca transfer berjalan mengalami surplus sebesar USD1,2 miliar untuk periode

    yang sama.

    Grafik 1 Transaksi Berjalan

    -7,000

    -5,000

    -3,000

    -1,000

    1,000

    3,000

    5,000

    7,000

    9,000

    Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1

    2004 2005 2006 2007*

    juta USD

    -7,000

    -5,000

    -3,000

    -1,000

    1,000

    3,000

    5,000

    7,000

    9,000

    Services Income Trade BalanceCurrent Trans. Current Account

    Juta USD

    1. Neraca Perdagangan Nonmigas

    Surplus neraca perdagangan non migas Tw. I-2007 tercatat sebesar USD6,6 miliar, meningkat cukup tinggi dibanding Tw. I-2006 yang hanya mencapai surplus USD4,2 miliar.

    Surplus yang tinggi ini terkait dengan tingginya pertumbuhan angka ekspor non migas yang

    mencapai 22,5%. Selain didorong oleh kenaikan beberapa harga komoditi dunia seperti CPO,

    karet, batu bara dan tembaga, faktor meningkatnya permintaan dunia juga menjadi penyebab

    tingginya angka ekspor pada Tw. I-2007. Di sisi lain, nilai impor nonmigas juga mengalami

    pertumbuhan yang cukup tinggi, yaitu sebesar 11,6%.

    Grafik 2 Neraca Perdagangan Nonmigas

    TRANSAKSI BERJALAN

  • 4 Realisasi Tw I-2007 , Prakiraan Tw II-2007, dan Proyeksi 2007-2008

    Ekspor nonmigas TW. I 2007 meningkat terutama dari sektor pertambangan dan industri Separuh dari total ekspor nonmigas ditujukan ke 5 negara

    1,0003,0005,0007,0009,000

    11,00013,00015,00017,00019,00021,00023,000

    Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1

    2004 2005 2006 2007*

    juta USD

    Ekspor Impor Neraca Perdagangan Nonmigas

    1.1. Ekspor Nonmigas Berdasarkan kelompok komoditi, pertumbuhan ekspor nonmigas di Tw. I-2007 yang mencapai 22,5% (y.o.y) terutama bersumber dari sektor pertambangan yang tumbuh paling

    tinggi sebesar 49,8% dengan pangsa pasar 24,9%, kemudian diikuti sektor industri sebesar

    16,3% yang memiliki pangsa terbesar 62,5% dan sektor pertanian yang tumbuh 7,0% dengan

    pangsa 11,4%. Pertumbuhan nilai ekspor komoditi pertambangan dan industri selain

    didukung oleh faktor harga juga karena adanya peningkatan volume ekspor barang,

    sedangkan sektor pertanian pertumbuhannya hanya didorong oleh faktor harga.

    Grafik 3 Ekspor Nonmigas

    0

    2,000

    4,000

    6,000

    8,000

    10,000

    12,000

    14,000

    16,000

    Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1

    2003 2004 2005 2006 2007*

    Pertanian Pertambangan Industri

    Juta USD

    Selama Tw. I-2007, hampir separuh dari ekspor nonmigas Indonesia ditujukan ke lima negara tujuan utama yaitu Jepang, Amerika Serikat, Singapura, Cina, dan Korea Selatan.

    Jepang merupakan negara dengan pangsa pasar terbesar 15,2%. Korea Selatan dengan pangsa

    4,3% menggantikan posisi Malaysia yang sebelumnya memiliki pangsa 4,2%.

    Grafik 4 Pangsa Ekspor Nonmigas Berdasarkan Negara Tujuan

  • 5

    Realisasi Tw I-2007 , Prakiraan Tw II-2007, dan Proyeksi 2007-2008

    Variasi komoditi ekspor ke lima negara tujuan utama cukup beragam

    Nilai Ekspor Pertanian meningkat terutama karena kenaikan harga

    0.00

    2.00

    4.00

    6.00

    8.00

    10.00

    12.00

    14.00

    16.00

    18.00

    20.00

    1995

    1996

    1997

    1998

    1999

    2000

    2001

    2002

    2003

    2004

    Q1-2

    005

    Q2-2

    005

    Q3-2

    005

    Q4-2

    005

    Q1-2

    006

    Q2-2

    006

    Q3-2

    006

    Q4-2

    006

    Q1-2

    007

    Sg Jpn RRC USA Mal Korea

    (%)

    Kenaikan pangsa ekspor ke Amerika Serikat selama Tw.I 2007 terutama berupa pakaian

    jadi dan komoditi karet. Demikian juga kenaikan pangsa ekspor ke Cina didukung oleh

    meningkatnya ekspor minyak & lemak nabati dan batu bara. Adapun peningkatan pangsa

    ekspor ke Singapura didukung oleh komoditi peralatan listrik dan mesin kantor & pengolah

    data. Sementara itu, komoditi yang diekspor ke Jepang terutama berupa biji logam & sisa

    logam dan batu bara.

    Tabel 2 Negara Utama Tujuan Ekspor Menurut Jenis Komoditi, SITC 2 Digit

    TW. I 2007 (% pangsa thd total ekspor non migas)

    Komoditi Share Komoditi Share Komoditi Share Komoditi Share Komoditi Share

    4,24 4,36 4,24 1,60 1,05

    1,23 1,51 1,23 1,13 0,46

    0,78 1,24 0,78 0,89 Besi dan Baja 0,32

    Perabot 0,76 kayu 1,06 Karet Mentah 0,76 Alat telekomunikasi 0,87 Benang tekstil 0,27

    Korea Selatan

    Pakaian jadi Biji Logam dan sisa logam Minyak & lemak nabati Mesin listrik & alat-alatnya

    Batu bara, Kokas & Briket

    USA Jepang Cina Singapura

    Karet Mentah batu bara, kokas & briket Batu bara, Kokas &Briket

    Mesin kantor & pengolahdata

    Biji logam dan sisa logam

    Logam tidak mengandungbesi

    Biji logam dan sisa logam Logam tidak mengadungbesi

    Ikan & kerang-kerangan

    Nilai ekspor pertanian selama Tw. I-2007 mencapai USD2,5 miliar atau tumbuh 7,0%. Pertumbuhan nilai ekspor yang tinggi tersebut, lebih banyak didorong oleh faktor kenaikan

    harga, sedangkan volume ekspor tumbuh negatif sebesar 10,8%.

    Komoditi utama sektor pertanian yang nilai ekspornya meningkat adalah karet. Kenaikan

    nilai ekspor karet tersebut lebih banyak didorong oleh faktor harga dibandingkan kenaikan

    volume. Kenaikan harga karet dunia terutama disebabkan oleh meningkatnya permintaan

    sejalan dengan pesatnya pertumbuhan industri otomotif dunia. Sementara itu, turunnya

    produksi karena belum masuknya musim panen yang menyebabkan pasokan karet dunia

    terbatas. Ekspor karet alam sendiri mencapai USD1,03 miliar atau tumbuh 9,9%. Sedangkan

    volume ekspornya mencapai 581 ribu ton dengan pertumbuhan sebesar 2,2%.

    Grafik 5 Ekspor Pertanian

  • 6 Realisasi Tw I-2007 , Prakiraan Tw II-2007, dan Proyeksi 2007-2008

    Ekspor karet meningkat dibanding periode yang sama di tahun 2006 didorong oleh kenaikan harga Cina menjadi pasar potensial karet alam asal Indonesia

    0

    100200

    300400

    500600

    700800

    9001,000

    1,100

    Q.1

    Q.2

    Q.3

    Q.4

    Q.1

    Q.2

    Q.3

    Q.4

    Q.1

    *

    Q.2

    Q.3

    Q.4

    Q.1

    Q.2

    Q.3

    Q.4

    Q.1

    2003 2004 2005 2006 2007

    KaretUdangKopi

    Juta USD

    Indonesia merupakan produsen karet alam terbesar kedua di dunia setelah Thailand

    dengan produksi rata-rata 2,2 juta ton setiap tahunnya atau 26% dari total produksi karet alam

    dunia. Produksi karet Thailand mencapai 2,8 juta ton per tahun (33%), sedangkan Malaysia

    dengan produksi sebesar 1,1 juta ton per tahun atau 13% dari total dunia merupakan produsen

    terbesar ketiga di dunia. Dari sisi negara konsumen utama karet alam dunia, hampir separuh

    produksi karet alam dunia dikonsumsi oleh tiga negara utama, masing-masing Cina dengan

    daya serap pasar sekitar 22%, diikuti AS sebesar 16%, dan Jepang 10% Grafik 6

    Harga Karet Dunia

    100

    120

    140

    160

    180

    200

    220

    240

    260

    280

    Q12004

    Q2 Q3 Q4 Q12005

    Q2 Q3 Q4 Q12006

    Q2 Q3 Q4 Q12007

    US Cent/kg

    Sumber: World Bank

    Harga karet alam dunia cenderung berfluktuatif dan sangat dipengaruhi oleh kondisi

    permintaan dan pasokan dunia. Thailand, Indonesia dan Malaysia sebagai tiga negara

    produsen utama dunia sepakat untuk terus mengendalikan harga internasional dengan jalan

    mengatur ekspor karet untuk menghindari kelebihan pasokan dipasar dunia, terutama pada

    saat puncak musim panen. Indonesia mengekspor 90% dari total produksi karet alamnya. Di

    tahun 2007, produksi karet Indonesia diperkirakan akan mengalami peningkatan sekitar 400

    ribu ton dari produksi rata-rata. Sehubungan dengan itu penerapan kebijakan pengurangan

    volume ekspor akan lebih menguntungkan untuk menjaga kestabilan harga karet alam pada

    kisaran USD1,8 USD2,2 per kilogram.

    Tabel 3

  • 7

    Realisasi Tw I-2007 , Prakiraan Tw II-2007, dan Proyeksi 2007-2008

    Ekspor udang mengalami penurunan terkait penolakan dari beberapa negara terhadap ekspor udang Indonesia

    Produksi dan Konsumsi Karet Dunia (000 tons)

    Karet Karet Karet KaretAlam Synthetic Alam Synthetic

    1996 6,440 9,760 16,200 6,110 9,590 15,7001997 6,470 10,080 16,550 6,470 10,010 16,4801998 6,850 9,880 16,730 6,570 9,870 16,4401999 6,872 10,335 17,207 6,645 10,195 16,8402000 6,739 10,819 17,558 7,315 10,764 18,0792001 7,261 10,485 17,746 7,223 10,253 17,4762002 7,345 10,882 18,227 7,545 10,723 18,2682003 7,992 11,448 19,440 7,967 11,381 19,3482004 8,645 11,978 20,623 8,319 11,860 20,1792005 8,682 11,965 20,647 8,742 11,917 20,6592006 9,192 12,527 21,719 9,074 12,245 21,3192007 9,762 13,104 22,866 9,419 13,244 22,663

    Sumber: International Rubber Study Group

    Tahun

    Produksi Konsumsi

    Total Total

    Sedangkan komoditi utama sektor pertanian yang mengalami penurunan nilai ekspor

    antara lain udang. Penurunan nilai ekspor udang lebih banyak disebabkan oleh menurunnya

    volume ekspor terkait penolakan dari beberapa negara utama importir seperti Uni Eropa dan

    Jepang karena adanya dugaan kandungan antibiotik yang berlebih pada produk udang

    Indonesia. Selama Tw. I-2007 pertumbuhan nilai ekspor udang mengalami penurunan sebesar

    21,2%, sejalan dengan penurunan volume ekspor sebesar 26,5%. Penurunan tersebut terutama

    berasal dari penurunan ekspor udang Indonesia ke Jepang dan Uni Eropa yang masing-

    masing hanya mencapai USD77 juta dan USD26 juta, menurun dari periode yang sama tahun

    sebelumnya masing-masing sebesar 46% dan 38%. Turunnya volume ekspor ke negara

    tersebut terutama disebabkan oleh penolakan dengan alasan komoditi udang yang diekspor

    mengandung antibiotik diatas kadar batas sesuai standar mutu yang ditetapkan. Eksportir

    belum dapat memenuhi standar mutu yang ditetapkan importir mengingat baru-baru ini

    importir menaikkan kadar batas maksimal kandungan antibiotik menjadi 0,01 ml per kg dari

    sebelumnya 1 ml per kg. Dalam rangka mengantisipasi salah satu bentuk hambatan

    perdagangan non tarif ini, pemerintah akan melakukan pembinaan dan monitoring kepada

    petani udang agar tidak mengunakan antibiotik dan dapat menghasilkan kualitas udang sesuai

    dengan standar yang ditetapkan.

    Perkembangan harga udang di pasar internasional sejak tahun 2004 menunjukan kecenderungan menurun walaupun sejak kuartal IV 2006 hingga saat ini kembali menunjukan

    trend peningkatan. Saat ini terdapat 50 negara penghasil udang termasuk didalamnya pesaing

    utama Indonesia seperti Thailand, Vietnam dan Ekuador.

    Grafik 7 Harga Udang Dunia

  • 8 Realisasi Tw I-2007 , Prakiraan Tw II-2007, dan Proyeksi 2007-2008

    Nilai ekspor pertambangan selama Tw. I-2007 meningkat terutama berasal dari tembaga dan batubara

    Tingginya harga tembaga dunia memicu peningkatan laju pertumbuhan ekspor tembaga

    900920940960980

    100010201040106010801100

    Q12004

    Q2 Q3 Q4 Q12005

    Q2 Q3 Q4 Q12006

    Q2 Q3 Q4 Q12007

    US Cent/kg

    Sumber: World Bank

    Ekspor sektor pertambangan pada Tw. I-2007 mencapai nilai USD5,4 miliar atau tumbuh 49,8%. Kenaikan nilai ekspor pertambangan tersebut lebih banyak didorong oleh

    pertumbuhan volume ekspor yang mencapai 37,0%. Peningkatan nilai ekspor komoditas

    pertambangan terutama disumbang oleh peningkatan ekspor komoditi batu bara, tembaga dan

    nikel yang masing-masing tumbuh 38,8%, 50,5%, dan 257%.

    Grafik 8 Ekspor Pertambangan

    0

    200

    400

    600

    800

    1,000

    1,200

    1,400

    1,600

    1,800

    2,000

    2,200

    Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1* Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1

    2003 2004 2005 2006 2007

    Tembaga Batu bara Nickel

    Juta USD

    Nilai ekspor tembaga pada Tw. I-2007 mengalami peningkatan pertumbuhan sebesar 50,5% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Volume ekspor juga

    mengalami pertumbuhan sebesar 31%. Selain itu, faktor kenaikan harga tembaga dunia yang

    melonjak tinggi dibandingkan dengan Tw. I-2006 juga mendorong naiknya nilai ekspor

    tersebut. Pasokan tembaga dunia sekarang ini cenderung mengalami keterbatasan karena

    didorong oleh tingginya permintaan dari Cina dan India sejalan dengan tingginya

    pertumbuhan ekonomi di kedua negara tersebut. Permintaan dunia pada dua bulan awal tahun

    2007 naik 8,6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

    Grafik 9 Harga Tembaga Dunia

  • 9

    Realisasi Tw I-2007 , Prakiraan Tw II-2007, dan Proyeksi 2007-2008

    Melonjaknya harga batubara dunia memicu peningkatan laju pertumbuhan ekspor batubara

    0

    1000

    2000

    3000

    4000

    5000

    6000

    7000

    8000

    9000

    Q12004

    Q2 Q3 Q4 Q12005

    Q2 Q3 Q4 Q12006

    Q2 Q3 Q4 Q12007

    USD/MT

    Sumber: World Bank

    Nilai ekspor batubara di Tw. I-2007 mencapai USD1,8 miliar atau tumbuh sebesar 38,8%. Tingginya nilai ekspor tersebut selain didorong oleh pertumbuhan volume ekspor

    sebesar 41,9% juga dipengaruhi oleh naiknya harga batu bara dunia. Kenaikan volume ekspor

    tersebut terutama ke negara tujuan Cina dan India masing-masing sebesar 5,3 juta ton dan 8,7

    juta ton dibandingkan periode sebelumnya sebesar 1,1 juta ton dan 5,5 juta ton. Meskipun

    Cina merupakan salah satu negara produsen besar batu bara, namun untuk memenuhi besarnya

    kebutuhan energi, negara tersebut perlu mengimpor batu bara dari negara lain. Selain itu

    tingginya harga minyak dunia telah mendorong kenaikan permintaan dunia terhadap batu bara

    sebagai sumber energi alternatif diluar minyak. Saat ini Indonesia merupakan negara eksportir

    terbesar di dunia dengan pangsa sekitar 25% dari total pasokan dunia. Volume ekspor batu

    bara Indonesia selama triwulan pertama mencapai sekitar 56 juta ton. Dengan bertambahnya

    kegiatan eksplorasi dan eksploitasi, ekspor baru bara Indonesia diperkirakan akan terus

    meningkat mencapai 200 juta ton per tahun pada tahun 2012.

    Tabel 4 Ekspor Batubara Berdasar Negara Tujuan

    TahunNegara Tujuan Nilai Volume Nilai Volume Nilai Volume

    juta USD ribu ton juta USD ribu ton juta USD ribu ton

    India 637 22,104 154 5,474 273 8,794Japan 1,324 36,565 312 7,541 326 9,260Cina 207 7,176 32 1,078 170 5,272Korea Selatan 655 20,920 172 5,702 228 6,800Taiwan 924 26,668 167 4,847 239 7,001Lainnya 2,445 77,514 482 14,834 595 18,877

    Total Ekspor 6,192 190,947 1,319 39,476 1,831 56,004

    2006 TW. I-2006 TW. I-2007

    Grafik 10

    Harga Batubara Dunia

  • 10 Realisasi Tw I-2007 , Prakiraan Tw II-2007, dan Proyeksi 2007-2008

    Naiknya nilai Ekspor Nikel, selain didorong oleh faktor harga juga peningkatan volume Ekspor industri pada Tw. I-2007 meningkat terutama berasal dari CPO, TPT. mesin mekanik, dan peralatan listrik

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    Q12004

    Q2 Q3 Q4 Q12005

    Q2 Q3 Q4 Q12006

    Q2 Q3 Q4 Q12007

    USD/M T

    Sumber: World Bank

    Nilai ekspor nikel pada periode Tw. I-2007 mengalami peningkatan yang sangat besar yaitu mencapai USD706 juta atau tumbuh sebesar 257,9%, peningkatan nilai ekspor tersebut

    selain didorong oleh peningkatan volume ekspor sebesar 248%, juga karena naiknya harga

    nikel di pasar dunia. Tahun 2006 rata-rata harga baru mencapai USD23.000 per ton, di Tw. I-

    2007 harga nikel sudah mencapai USD40.000 per ton. Negara tujuan utama komoditi nikel

    Indonesia ditujukan ke Jepang dan Cina. Cina mengimpor sekitar 58% dari total ekspor nikel

    Indonesia.

    Tabel 5 Ekspor Nikel Berdasar Negara Tujuan

    (ribu ton)

    PeriodeNegara Tujuan

    Jepang 2,164 517 655Cina 618 0 1,346lainnya 1,666 152 331Total 4,448 669 2,332

    2006 Q1 2006 Q1 2007

    Grafik 11 Harga Nikel Dunia

    0

    5000

    10000

    15000

    20000

    25000

    30000

    35000

    40000

    45000

    Q12004

    Q2 Q3 Q4 Q12005

    Q2 Q3 Q4 Q12006

    Q2 Q3 Q4 Q12007

    USD/Ton

    Sumber: World Bank

    Ekspor industri manufaktur Tw. I-2007 mencatat nilai USD13,6 miliar atau tumbuh

  • 11

    Realisasi Tw I-2007 , Prakiraan Tw II-2007, dan Proyeksi 2007-2008

    Ekspor CPO pada Tw. I-2007 meningkat didorong oleh kenaikan harga dunia

    sebesar 16,3%. Kenaikan tersebut terutama disumbang oleh pertumbuhan yang relatif tinggi

    dari beberapa komoditi manufaktur seperti CPO (11,9%), TPT (8,7%), peralatan listrik

    (8,7%), dan mesin mekanik (58,6%).

    Grafik 12 Ekspor Industri

    0

    400

    800

    1,200

    1,600

    2,000

    2,400

    2,800

    Q.1

    Q.2

    Q.3

    Q.4

    Q.1

    Q.2

    Q.3

    Q.4

    Q.1

    *

    Q.2

    Q.3

    Q.4

    Q.1

    Q.2

    Q.3

    Q.4

    Q.1

    2003 2004 2005 2006 2007

    Tekstil Alat-Alat Listrik CPO Mesin & Mekanik

    Juta USD

    Nilai ekspor CPO sepanjang Tw. I-2007 mencapai USD1,2 miliar atau tumbuh sebesar 11,9%, namun volumenya hanya mencapai 2,4 juta ton, tumbuh negatif sebesar 19%

    dibanding tahun sebelumnya. Penurunan volume ekspor terjadi pada negara tujuan utama

    ekspor CPO Indonesia yaitu Singapura,Cina dan India yang masing-masing hanya mencapai

    526 juta ton, 319 juta ton dan 142 juta ton, lebih rendah dari periode yang sama tahun

    sebelumnya sebesar 537 juta ton, 444 juta ton dan 180 juta ton. Penurunan ekspor tersebut

    terkait dengan adanya penambahan daya serap CPO di pasar domestik bagi kebijakan

    pengembangan industri biodiesel di dalam negeri.

    Tabel 6 Ekspor CPO Berdasar Negara Tujuan

    (juta ton)

    Tahun Negara Tujuan CPO Turunan Total CPO Turunan Total CPO Turunan Total CPO Turunan Total

    India 449 48 497 492 131 623 157 23 180 110 32 142MEE 458 127 585 479 203 682 275 40 315 45 15 60Singapura 1,884 742 2,626 1,951 669 2,620 393 144 537 405 121 526Malaysia 132 692 824 265 692 957 41 229 270 37 134 171Pakistan 49 1,387 1,436 305 1,626 1,931 31 370 401 30 237 267Cina 910 588 1,498 1,215 699 1,914 258 186 444 206 113 319lainnya 657 2,147 2,804 724 3,320 4,044 197 565 762 96 776 872Total 4,539 5,731 10,270 5,431 7,340 12,771 1,352 1,557 2,909 929 1,428 2,357

    2005 2006 QI 2006 QI 2007

    Perkembangan harga CPO dunia selama ini cukup fluktuatif dengan kecenderungan terus

    meningkat. Peningkatan harga tersebut terkait dengan tingginya permintaan dunia yang tidak

    dapat diimbangi oleh terbatasnya peningkatan pasokan CPO. Tahun 2005 rata-rata harga CPO

    berada pada kisaran USD400 per ton dan meningkat menjadi USD570 per ton pada bulan

    Desember 2006. Level harga tertinggi CPO terjadi pada tahun 1998 yang mencapai USD760

    per ton ketika lahan perkebunan sawit dua produsen utamanya yaitu Malaysia dan Indonesia

    terserang El-Nino yang menyebabkan produksi CPO dunia turun. Sementara itu permintaan

  • 12 Realisasi Tw I-2007 , Prakiraan Tw II-2007, dan Proyeksi 2007-2008

    Ekspor TPT. sedikit mengalami perlambatan

    dunia akan CPO terus meningkat seiring dengan berkembangnya pemanfaatan produk tersebut

    untuk pengembangan energi alternatif biodiesel.

    Grafik 13 Harga CPO Dunia

    300

    350

    400

    450

    500

    550

    600

    650

    700

    750

    800

    Q12004

    Q2 Q3 Q4 Q12005

    Q2 Q3 Q4 Q12006

    Q2 Q3 Q4 Q12007

    USD/ton

    Sumber: World Bank

    Total perdagangan CPO dunia tahun 2006 mencapai 30 juta ton, dari total tersebut,

    Indonesia dan Malaysia memasok masing-masing sekitar 40% dan 50%. Sedangkan Cina dan

    India merupakan konsumen utama dunia yang masing-masing menyerap 18% dan 11% dari

    total konsumsi dunia.

    Total produksi CPO Indonesia tahun 2006 mencapai 15,7 juta ton dan 75% nya untuk

    keperluan ekspor. Ekspor CPO Indonesia, sekitar 59% berupa produk turunan dan hanya 41%

    berupa minyak sawit.

    Tabel 7 Ekspor CPO dan Produk Turunannya

    (ribu ton)

    Jenis 2001 2002 2003 2004 2005 2006

    CPO 1,800 2,800 2,900 3,800 4,600 5,000

    Produk Turunan 2,530 3,555 4,325 5,460 5,920 7,140

    RDB Olein 950 2,025 2,500 3,100 3,330 4,050RDB Palm Oil 350 280 325 550 650 980RDB Stearine 930 970 1,200 1,430 1,600 1,650RFAD 300 280 300 380 340 460

    Total Ekspor 4,330 6,355 7,225 9,260 10,520 12,140Sumber: GAPKI

    Sumber: GAPKI Ekspor TPT selama Tw. I-2007 pertumbuhannya sedikit mengalami perlambatan baik dari sisi nilai maupun volume. Nilai ekspor TPT pada periode tersebut hanya mencapai

    USD2,5 miliar atau tumbuh 8,7%, sedangkan pertumbuhan volumenya hanya sebesar 0,5%.

    Namun karena pangsa pasarnya mencapai 11,3% dari total ekspor nonmigas, sehingga

    kontribusinya terhadap kinerja ekspor Indonesia menjadi signifikan.

    Produksi TPT Indonesia saat ini sekitar 2,1 juta ton atau naik 3% dibandingkan tahun

  • 13

    Realisasi Tw I-2007 , Prakiraan Tw II-2007, dan Proyeksi 2007-2008

    Peningkatan nilai ekspor barang-barang listrik dan elektronik lebih didorong oleh faktor harga

    sebelumnya. Pasar TPT Indonesia telah masuk ke 197 negara dengan pasar utama AS dengan

    pangsa sekitar 4% serta beberapa negara Eropa lainnya. Dari produksi sebesar 2,1 juta ton,

    sekitar 60% berorientasi ekspor, sedangkan sisanya 40% untuk memenuhi pasar domestik.

    Masih tetap tumbuhnya ekspor TPT tersebut diperkirakan karena adanya pengaturan dan

    pembatasan terhadap produk TPT dari Cina di pasar AS.

    Pada tahun 2007, pemerintah menargetkan nilai ekspor TPT mencapai USD10 miliar,

    untuk itu pemerintah telah menetapkan industri TPT sebagai salah satu industri yang masuk

    program revitalisasi yang akan dimulai awal 2007. Program revitalisasi industri TPT

    dilakukan dengan jalan melakukan restrukturisasi mesin industri TPT melalui kebijakan

    pemberian subsidi pembelian mesin. Bentuk kebijakan subsidi tersebut berupa subsidi bunga

    dan diskon pembelian mesin baru TPT sebesar 12,5% dari tingkat suku bunga yang berlaku

    saat ini kepada sedikitnya 100 perusahaan. Pemerintah telah menganggarkan dana sebesar

    Rp.285 miliar didalam APBN untuk program restrukturisasi tersebut. Pentingnya program

    restrukturisasi ini karena sekitar 90% atau sekitar 2.700 mesin industri TPT sudah tua.

    Dengan program restrukturisasi diharapkan akan terjadi peningkatan ekspor per tahun sebesar

    Rp.1,42 triliun.

    Grafik 14 Volume Ekspor Tekstil

    0

    100

    200

    300

    400

    500

    600

    Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1

    2003 2004 2005 2006 2007*

    Nilai ekspor alat-alat listrik dan elektronik pada Tw. I-2007, mengalami pertumbuhan 8,7%, menjadi sebesar USD2,3 miliar. Kenaikan ekspor tersebut lebih banyak didorong oleh

    faktor harga, sementara volume ekspor mengalami pertumbuhan negatif sebesar 9,4%.

    Penurunan volume ekspor tersebut terutama terjadi pada jenis komoditi mesin kantor dan

    pengolah data dengan tujuan ekspor ke Jepang. Ekspor alat-alat listrik Indonesia terutama

    ditujukan ke negara Singapura dengan pangsa sekitar 35%, Jepang 13% dan Cina 4%. Negara

    tujuan ekspor elektronik yang pangsanya meningkat relatif cukup besar adalah Singapura,

    sebelumnya 29%. Beberapa jenis komoditi elektronik unggulan yang diekspor ke Singapura,

    antara lain mesin kantor & pengolah data dan peralatan listrik.

    Grafik 15 Volume Ekspor Alat-alat Listrik dan Elektronik

  • 14 Realisasi Tw I-2007 , Prakiraan Tw II-2007, dan Proyeksi 2007-2008

    Ekspor mesin dan mekanik tumbuh paling tinggi diantara produk manufaktur lainnya

    Nilai Impor Nonmigas Tw. I-2007 meningkat dibanding Tw. I -2006

    Pangsa lima negara utama asal impor relatif tetap

    0

    50

    100

    150

    200

    250

    Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1

    2003 2004 2005 2006 2007*

    Ekspor mesin dan mekanik selama Tw. I-2007 mencapai nilai USD1,7 miliar, tumbuh paling tinggi diantara produk manufaktur lainnya yaitu sebesar 58,6%. Sedangkan volume

    ekspornya hanya tumbuh 7,2%. Jenis komoditi mesin dan mekanik yang menjadi ekspor

    unggulan antara lain kendaraan bermotor jalan raya, perlengkapan transportasi serta mesin-

    mesin khusus untuk industri. Sedangkan negara tujuan utama ekspor komoditi tersebut adalah

    Jepang, Singapura dan Thailand.

    1.2. Impor Nonmigas Impor nonmigas (fob) pada Tw. I-2007 mencapai USD15,1 miliar, meningkat sebesar 11,6%, atau rata-rata per bulan mencapai USD5 miliar. Peningkatan impor tersebut terjadi

    pada semua kelompok barang terutama barang konsumsi yang mengalami peningkatan

    pertumbuhan sebesar 36,1% (pangsa 10,1%), kemudian bahan baku tumbuh 10,1% (71,5%),

    sedangkan barang modal hanya tumbuh sebesar 6,0% (17,4%). Dari sisi volume, impor

    nonmigas mengalami pertumbuhan sebesar 7%, terutama berasal dari barang konsumsi yang

    tumbuh sebesar 38%, barang modal tumbuh 12%, dan bahan baku tumbuh 4,6%.

    Lima negara utama asal impor barang ke Indonesia masih relatif tetap, yaitu Jepang, Cina, Amerika Serikat, Singapura dan Thailand yang sampai dengan Tw. I-2007 secara

    bersama-sama mencapai 54,5% dari total impor non migas. Pangsa impor dari Singapura dan

    Cina menunjukan kecenderungan semakin meningkat menjadi sebesar 12% dibanding

    periode sebelumnya sebesar 8,7%, sedangkan pangsa terbesar masih berasal dari Singapura

    sebesar 15,2%.

    Grafik 16 Pangsa Impor Nonmigas dari Negara Asal

  • 15

    Realisasi Tw I-2007 , Prakiraan Tw II-2007, dan Proyeksi 2007-2008

    Komoditi impor dari lima negara asal utama sangat bervariasi Nilai Impor Barang Konsumsi Tw. I-2007 meningkat dibanding periode yang sama tahun 2006 Impor Bahan Baku pada Tw. I 2007 meningkat baik nilai maupun volumenya Impor Barang Modal pada Tw. I-2007 mengalami penurunan volume

    0.00

    5.00

    10.00

    15.00

    20.00

    25.00

    1995

    1996

    1997

    1998

    1999

    2000

    2001

    2002

    2003

    2004

    Q1-

    2005

    Q2-

    2005

    Q3-

    2005

    Q4-

    2005

    Q1-

    2006

    Q2-

    2006

    Q3-

    2006

    Q4-

    2006

    Q1-

    2007

    Sg Jpn RRC USA Tha

    Beberapa jenis barang yang diimpor dari negara asal utama tersebut selama Tw. I-2007 antara lain, dari Jepang berupa kendaraan bermotor dan besi & baja, dari Cina terutama besi

    & baja dan mesin listrik & peralatannya, dari Amerika Serikat berupa biji-bijian mengandung

    minyak dan serat tekstil, dari Singapura berupa mesin listrik & peralatannya dan bahan kimia

    organik, sedangkan dari Thailand berupa kendaraan bermotor untuk jalan raya.

    Tabel 8 Negara Utama Asal Barang Impor Menurut Jenis Komoditi, SITC 2 Digit

    Tw. I-2007 (% pangsa thd total impor non migas)

    Komoditi Share Komoditi Share Komoditi Share Komoditi Share Komoditi Share

    0,6 2,24 1,89 3,12 1,58

    0,53 1,57 0,88 1,84 0,63

    0,48 1,27 0,87 1,32 0,48

    0,46 1,23 0,78 1,31 0,39

    USA Jepang Cina Singapura Thailand

    Biji-bijian mengandung minyak

    Kendaraan Jalan raya Besi & baja Mesin listrik,Aparatus& alat-alatnya

    Kendaraan jalan raya

    Gula

    Mesin industri &perlengkapannya

    Mesin Industri&perlengkapannya

    Alat telekomunikasi Mesin khusus untukindustri

    Mesin Industri &perlengkapannya

    Serat tekstil Besi & Baja Mesin listrik & Alat-alatnya

    Kimia organik

    Mesin listrik & alat-alatnya

    Sereal Mesin listrik & alat-alatnya

    Benang tekstil Alat telekomunuikasi

    Impor barang konsumsi mencatat nilai USD1,7 miliar, tumbuh 36,1%, yang didukung oleh peningkatan pertumbuhan volume sebesar 38%. Peningkatan terbesar terjadi pada

    barang makanan dan minuman untuk rumah tangga, serta barang konsumsi setengah tahan

    lama (semi-durable).

    Impor bahan baku mencatat nilai USD11,8 miliar, naik sebesar 10,1%, didukung oleh pertumbuhan volume sebesar 4,6%. Peningkatan tersebut terutama berasal dari impor bahan

    baku untuk kebutuhan industri, diantaranya berupa suku cadang dan asesoris untuk peralatan

    transportasi yang meningkat sebesar 26,9%, cotton meningkat sebesar 53,2% dan peralatan

    elektronik yang meningkat sebesar 16%.

    Impor barang modal mencatat nilai USD2,9 miliar, tumbuh positif sebesar 6,0%. Dari sisi volume, terjadi kenaikan pertumbuhan sebesar 12%. Peningkatan tersebut berasal dari alat

    perekam yang meningkat sebesar 515%, mesin dan peralatan potong kertas yang meningkat

  • 16 Realisasi Tw I-2007 , Prakiraan Tw II-2007, dan Proyeksi 2007-2008

    Neraca Perdagangan migas mencatat surplus Neraca perdagangan minyak mencatat peningkatan defisit Harga minyak di Tw. I-2007 mencapai USD55,9/bb

    sebesar 148%.

    Grafik 17 Impor Barang Konsumsi, Bahan Baku dan Barang Modal

    0

    3,000

    6,000

    9,000

    12,000

    15,000

    18,000

    Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

    2002 2003 2004 2005 2006 2007

    Barang Konsumsi Bahan Baku Barang Modal

    Juta USD

    2. Neraca Perdagangan Migas Neraca perdagangan migas mencatat surplus sebesar USD1,3 miliar selama Tw. I-2007, lebih rendah dari prakiraan sebelumnya sebesar USD1,9 miliar. Surplus neraca migas tersebut

    bersumber dari surplus neraca perdagangan gas yang mencapai USD2,6 miliar. Disisi lain,

    neraca perdagangan minyak mengalami defisit sebesar USD1,2 miliar.

    2.1 Minyak Neraca perdagangan minyak di Tw. I-2007 mengalami defisit nilai sebesar USD1,2 miliar, dan defisit volume sebesar 16 juta barrel. Defisit neraca perdagangan minyak tersebut

    disebabkan oleh tingginya volume dan harga impor minyak mentah dan produk kilang (BBM).

    Pada periode yang sama, volume ekspor minyak mentah dan produk kilang (non BBM)

    mengalami penurunan.

    Neraca perdagangan minyak telah mengalami defisit sejak tahun 2004 dan terus berlangsung hingga saat ini. Faktor utama penyebab defisit tersebut antara lain berupa relatif

    tingginya harga impor dibanding harga ekspor, baik untuk minyak mentah maupun produk

    kilang (BBM). Di samping itu volume ekspor minyak mentah cenderung terus mengalami

    penurunan seiring dengan penurunan produksi minyak mentah dalam negeri, sementara

    volume impor mengalami peningkatan sejalan dengan meningkatnya konsumsi BBM

    domestik.

    Selama Tw. I-2007, harga minyak cenderung mengalami kenaikan, dengan rata-rata sebesar USD55,9 per barel. Tingginya harga minyak ekspor tersebut sejalan dengan harga

    minyak basket OPEC yang rata-rata mencapai USD54,55 per barel. Kecenderungan

    peningkatan harga minyak dunia tersebut disebabkan antara lain oleh kebijakan OPEC untuk

    mengurangi kuota produksi, tingginya permintaan dunia dan belum stabilnya kondisi

    geopolitik dibeberapa negara produsen minyak, seperti Iran dan Nigeria.

    Tabel 9

  • 17

    Realisasi Tw I-2007 , Prakiraan Tw II-2007, dan Proyeksi 2007-2008

    Produksi minyak mentah di Tw. I-2007 turun menjadi 0,966 .mbpd

    Perkembangan Ekspor dan Impor Minyak

    Volume Value Price Volume Value Price(mbbl) (jt USD) (USD/bbl) (mbbl) (jt USD) (USD/bbl)

    Export (fob) 43 2,593 45 2,412Crude 32 1,919 60 33 1,857 56

    Product 11 674 53 12 555 47Import (c&f) 49 3,247 61 3,880Crude 27 1,705 64 26 1,467 56

    Product 22 1,542 69 35 2,413 69Net -654 -1,468Crude 5 214 7 390

    Product -11 -868 -23 -1,858

    2006 2007TW.I TW.I

    Sumber: Pertamina dan BP Migas, data diolah. Sejak tahun 1994, pemerintah menggunakan ICP (Indonesian Crude Price) untuk menggantikan harga basket OPEC sebagai acuan dalam menentukan harga minyak mentah

    ekspor guna perhitungan penerimaan migas dalam APBN. Untuk menyesuaikan dengan

    perkembangan harga minyak dunia saat ini, pemerintah akan melakukan perubahan penentuan

    ICP dengan menggunakan formula baru. ICP dirumuskan dengan menggunakan patokan harga

    yang dikeluarkan oleh tiga sumber data yaitu APPI (Asian Petroleum Price Index), RIM

    Intellligence Co, dan Platt. Dengan menggunakan formula saat ini, harga minyak Indonesia

    lebih rendah USD2 USD4 per barelnya bila dibandingkan dengan perhitungan formula ICP

    yang baru.

    Grafik 18 Perkembangan Harga Minyak Dunia

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    80

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

    94 95 96 97 98 99 00 01 02 03 04 05 2006 2007

    USD/bbl

    OPEC

    SLC

    WTI

    Sumber : OPEC

    Produksi minyak mentah selama Tw. I-2007 mencapai 0,966 mbpd, lebih rendah dibanding rata-rata Tw. I-2006 dan target tahun 2007 masing-masing sebesar 1,035 mbpd dan

    1 juta mbpd. Penurunan produksi minyak tersebut selain disebabkan oleh masalah natural

    declining yang mencapai 10%, juga karena terganggunya produksi minyak akibat kerusakan

    peralatan mekanikal di beberapa lapangan milik KPS, seperti yang terjadi pada pertama tanki

  • 18 Realisasi Tw I-2007 , Prakiraan Tw II-2007, dan Proyeksi 2007-2008

    Konsumsi BBM relatif stabil dibanding periode sebelumnya

    penampung terapung di lapangan milik BP West Java yang menyebabkan produksi sebanyak

    30 ribu bph terhambat. Masalah tersebut diperkirakan baru dapat diatasi pada bulan Mei 2007,

    kedua fasilitas produksi terapung mutiara milik EMP Kagean yang mengalami kebocoran

    sehingga berdampak pada penutupan sumur produksi yang berkapasitas 3000 bph.

    Diperkirakan produksi akan kembali normal pada bulan September, ketiga lapangan milik

    Conoco Philips di Natuna yang menyebabkan penurunan produksi sebanyak 13.600 bph.

    Kondisi penurunan produksi minyak diperkirakan akan terus terjadi di tahun 2007, seperti

    yang dilaporkan oleh Chevron Pacific, produsen terbesar minyak mentah domestik dengan

    kapasitas produksi sekitar 450 ribu bpd, bahwa produksi perusahaan tersebut akan mengalami

    penurunan sebesar 7-8%.

    Grafik 19 Produksi Minyak Mentah, Konsumsi dan Impor BBM

    0.200

    0.300

    0.400

    0.500

    0.600

    0.700

    0.800

    0.900

    1.000

    1.100

    1.200

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

    2005 2006 2007

    mbpd

    0.880

    0.900

    0.920

    0.940

    0.960

    0.980

    1.000

    1.020

    1.040

    1.060

    1.080

    Konsumsi

    Import BBM

    Produksi

    Sumber : Ditjen Migas dan Pertamina

    Dalam 10 tahun terakhir, produksi minyak mentah mengalami penurunan sebesar 35%,

    dengan puncak produksi ditahun 1995 sebesar 1,62 juta bpd. Penurunan produksi tersebut

    bersifat alami karena 90% lapangan produksi yang ada sekarang telah memasuki kategori

    mature. Dalam rangka meningkatkan produksi, pemerintah menerapkan beberapa kebijakan

    seperti mengurangi penurunan produksi pada lapangan brown field dengan jalan

    mengoptimalisasi perawatan sumur dan fasilitas produksi serta merevitalisasi sejumlah

    lapangan marginal yang pada saat harga minyak rendah tidak ekonomis untuk dikembangkan.

    Strategi lainnya adalah dengan membuka lapangan baru. Sejak tahun 2003 telah berhasil

    dikembangkan lapangan baru yang mampu memberikan peningkatan tambahan produksi

    sebesar 59 ribu bph pada tahun 2006.

    Konsumsi BBM Tw. I-2007 menunjukan kondisi stabil sama dengan periode sebelumnya

    yaitu sekitar 1 juta bpd, secara kumulatif selama Tw. I 2007 konsumsi BBM sebesar 95,5 juta

    barel. Dalam rangka mengurangi beban subsidi BBM dalam APBN pemerintah pada periode

    laporan telah merealisasikan program konversi pengunaan bahan bakar minyak tanah dengan

    LPG.

    2.2. Gas

  • 19

    Realisasi Tw I-2007 , Prakiraan Tw II-2007, dan Proyeksi 2007-2008

    Defist neraca jasa meningkat di Tw. I-2007

    Nilai ekspor gas pada Tw. I-2007 sebesar USD2,6 miliar, lebih rendah dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar USD2,9 miliar. Penurunan ekspor tersebut

    disebabkan oleh penurunan volume dan harga ekspor gas. Rendahnya harga gas tersebut

    sejalan dengan menurunnya harga minyak pada Tw. I-2007. Penurunan volume ekspor gas

    terjadi pada volume ekspor LNG yang turun sebesar 13%, LPG sebesar 115%, dan natural gas

    sebesar 4,3%. Penurunan tersebut disebabkan karena berkurangnya produksi gas alam dan

    kebijakan pemerintah untuk lebih memprioritaskan pemanfaatan gas alam untuk kebutuhan

    domestik. Pemanfaatan gas alam bagi kebutuhan domestik tersebut terkait dengan kebijakan

    konversi penggunaan minyak tanah dengan LPG. Peningkatan pemanfaatan gas untuk

    domestik tersebut menyebabkan pemerintah mengambil kebijakan untuk tidak akan

    memperpanjang sejumlah kontrak penjualan gas ke sejumlah negara seperti Jepang dan

    Singapura.

    Saat ini ekspor gas Indonesia masih bertumpu pada LNG yang diproduksi dari dua kilang utama yang terdapat di Arun (Aceh) dan Bontang (Kaltim). Di tahun mendatang,

    produksi LNG akan lebih bertumpu pada proyek LNG Tangguh di provinsi Papua. Pada saat

    ini, perkembangan pembangunan proyek Tangguh sudah mencapai 70% dengan kebutuhan

    pembiayaan sebesar USD6,5 miliar. Kilang LNG Tangguh diharapkan sudah dapat

    berproduksi pada Tw.IV-2008.

    3. Neraca Jasa Defisit neraca jasa pada Tw. I-2007 sebesar USD2,8 miliar meningkat sekitar 18% dibanding Tw. I-2006, namun lebih rendah daripada prakiraan semula sebesar USD3,0 miliar

    (NPI exe. Februari 2007). Peningkatan defisit tersebut terutama didorong oleh defisit jasa

    transportasi, jasa komputer & informasi serta jasa royalti & lisensi. Sementara itu, jasa

    pariwisata mengalami kenaikan surplus pada periode laporan.

    Grafik 20 Neraca Jasa, Pendapatan dan Current Transfer

  • 20 Realisasi Tw I-2007 , Prakiraan Tw II-2007, dan Proyeksi 2007-2008

    Jasa pariwisata menunjukan pemulihan Kunjungan wisman Indonesia ke LN mengalami peningkatan Jasa komunikasi transaksi incoming lebih besar daripada outgoing

    -7,000

    -6,000

    -5,000

    -4,000

    -3,000

    -2,000

    -1,000

    0

    1,000

    2,000

    Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1

    2004 2005 2006* 2007* *Services, Net Income, NetCurrent Transfer, Net Total Services, Net

    Juta USD

    Jasa pengangkutan pada Tw. I-2007 mengalami peningkatan defisit sekitar 30% dari USD1,3 miliar menjadi USD1,7 miliar. Peningkatan defisit terjadi pada neraca jasa angkut

    baik migas maupun non migas, dan hal ini sejalan dengan peningkatan biaya angkut yang

    didorong oleh kenaikan harga minyak dan volume impor.

    Grafik 21 Jasa Transportasi dan Pariwisata

    -4,000

    -3,500

    -3,000

    -2,500

    -2,000

    -1,500

    -1,000

    -500

    0

    500

    1,000

    Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1

    2004 2005 2006* 2007* *

    Transportasi Travel Jasa Lainnya Jasa, net

    Juta USD

    Di sektor pariwisata, selama Tw. I-2007 terjadi surplus sebesar USD201 juta, lebih besar

    dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar USD96 juta. Kenaikan surplus

    tersebut didorong oleh pertumbuhan penerimaan devisa dari turis mancanegara sebesar 13,5%,

    lebih tinggi dari kenaikan pengeluaran devisa turis domestik yang pergi ke luar negeri sebesar

    3,1%. Jumlah turis yang berkunjung ke Indonesia meningkat dari 1,1 juta orang menjadi 1,2

    juta wisman, dan ini menghasilkan peningkatan penerimaan devisa dari sebesar USD0,9 miliar

    menjadi USD1,1 miliar. Adapun negara asal wisman yang datang ke Indonesia masih

    didominasi oleh turis dari negara Australia, Jepang dan Taiwan. Sedangkan jumlah WNI yang

    berpergian ke luar negeri pada periode yang sama sebesar 962 ribu orang dengan pengeluaran

    devisa sebesar USD720 juta. Adapun negara-negara yang menjadi tujuan utama kunjungan

    antara lain adalah Singapura dan Malaysia yaitu masing-masing sebanyak 422 ribu dan 244

    ribu orang.

    Grafik 22 Perkembangan Jasa Travel

  • 21

    Realisasi Tw I-2007 , Prakiraan Tw II-2007, dan Proyeksi 2007-2008

    Neraca pendapatan mencatat peningkatan defisit Current transfer mencatat peningkatan surplus Realisasi penerimaan hibah non investasi Tw. I 2007 terutama untuk banjir Jakarta

    -500

    -400

    -300

    -200

    -100

    0

    100

    200

    300

    400

    500

    600

    700

    Jan Feb M ar Apr M ay Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb M ar Apr M ay Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb M ar

    2005 2006 2007

    Jumlah Inbound (ribu orang) Jumlah Outbound (ribu orang) excl. Hajj Inbound-Outbound (ribu orang)

    Bom Bali IIOkt 2005

    Gempa Jogja Gn. M erapiM ay 2006

    Tsunami PangandaranJuli 2006

    Ribu Orang

    Surplus penerimaan neto devisa dari jasa komunikasi yang mencakup jasa telekomunikasi & pos dan kurir tetap selama Tw. I-2007 sebesar USD165 juta meningkat

    sekitar 4,5% dari Tw. I-2006. Kedua jenis jasa komunikasi tersebut mencerminkan transaksi

    incoming lebih besar daripada outgoing, sehingga secara neto memberikan surplus devisa.

    Demikian juga penerimaan devisa neto positif dari pembelanjaan kedutaan/perwakilan negara

    asing berupa belanja pegawai, barang, pemeliharaan dan belanja perjalanan dibandingkan

    pembiayaan kedutaan/perwakilan Indonesia di luar negeri.

    4. Neraca Pendapatan Defisit neraca pendapatan (income) selama Tw. I-2007 sebesar USD3,3 miliar, lebih tinggi dibanding Tw. I-2006 sebesar USD2,8. Pengeluaran terbesar yang berperan pada defisit

    pendapatan adalah profit transfer FDI dan reinvested earnings (R/E) serta profit transfer

    private oil & gas companies. Profit transfer dan R/E FDI yang mencapai USD1,3 miliar atau

    naik sekitar 26 % sejalan dengan kenaikan stok FDI dan R/E. Sementara itu, profit transfer

    KPS migas juga mengalami kenaikan sekitar USD64 juta untuk periode waktu yang sama.

    Sedangkan net investment income dari portfolio investment (aset) mengalami peningkatan

    defisit dari sebesar USD130 juta menjadi USD157 juta. Selain itu, juga terjadi peningkatan

    pengeluaran bunga dan deviden yang signifikan dari penjualan surat utang kepada bukan

    penduduk dari USD361 juta menjadi USD384 juta.

    5. Current Transfer Current transfer selama Tw. I-2007 mencapai USD1,3 miliar, sedikit lebih tinggi dibanding Tw. I-2006 sebesar USD1,2 miliar. Penerimaan terbesar masih tetap disumbangkan

    oleh workers remittances (WR)-TKI sebesar USD1,4 miliar meningkat sekitar 4,7 %

    dibanding Tw. I-2006.

    Negara utama penempatan TKI sebagai penyumbang terbesar workers remittances-TKI adalah Malaysia dan Arab Saudi yaitu sekitar 73 % atau USD1,1 miliar. Dari segi

    penempatan, 83% dari 4,7 juta TKI bekerja di kedua negara tersebut. Sementara itu, outflows

  • 22 Realisasi Tw I-2007 , Prakiraan Tw II-2007, dan Proyeksi 2007-2008

    WR-TKA (Tenaga Kerja Asing) selama Tw. I-2007 sebesar USD246 juta atau meningkat

    sekitar 20% dari periode yang sama tahun sebelumnya.

    Grafik 23 Perkembangan Workers Remittances

    -500

    0

    500

    1,000

    1,500

    2,000

    Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1

    2004 2005 2006* 2007**

    TKI Inflow TKA Outf low w orker remittance, net

    Penerimaan hibah di Tw. I-2007 sebesar USD167 juta yang terdiri dari hibah dalam bentuk investasi sebesar USD43,7 juta dan hibah non investasi sebesar USD123,4 juta.

    Realisasi bantuan hibah non investasi yang diterima terutama ditujukan untuk bantuan banjir

    di Jakarta pada Februari 2007. Beberapa negara yang menjadi donor antara lain Jerman,

    Belanda, AS, Kanada dan lembaga internasional seperti UNICEF.

    Tabel 10 Perkembangan Hibah Non Investasi

    (juta USD)

    HIBAH NON INVEST.(Current Transfer) Q.1. Q.2. Q.3 Q.4 Total Q.1.

    Total 38 49 74 34 195 123

    Government 6 9 5 3 22 11

    Non Government Org. 33 40 69 31 173 112

    sumber: BRR & UN

    2007*2006

    TRANSAKSI MODAL DAN FINANSIAL

  • 23

    Realisasi Tw I-2007 , Prakiraan Tw II-2007, dan Proyeksi 2007-2008

    Transaksi modal dan finansial selama Tw. I-2007 mencatat peningkatan surplus dibanding tahun sebelumnya Transaksi modal mengalami surplus berupa hibah untuk gempa Tsunami Aceh dan Yogyakarta

    Transaksi modal dan finansial selama Tw. I-2007 mengalami neto surplus USD1,7 miliar,

    menurun dari surplus yang terjadi di periode yang sama tahun 2006 sebesar USD2,3 miliar.

    Penurunan tersebut terutama terkait dengan lebih rendahnya aliran masuk investasi portofolio,

    khususnya di sektor publik. Namun angka tersebut lebih tinggi dari prakiraan semula, yaitu

    surplus USD128 juta (NPI exe. Feb 2007) akibat realisasi aliran masuk investasi portofolio

    dan FDI yang lebih besar daripada proyeksi awal.

    Grafik 24 Perkembangan Transaksi Modal dan Finansial per Jenis Investasi

    -7000

    -6000

    -5000

    -4000

    -3000

    -2000

    -1000

    0

    1000

    2000

    3000

    4000

    Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1

    2004 2005 2006* 2007* *

    -700

    -600

    -500

    -400

    -300

    -200

    -100

    0

    100

    200

    300

    400

    Direct InvestmentPortfolio InvestmentOther InvestmentCapital AccountFinancial Account

    Juta USD Juta USD

    1. Transaksi Modal

    Transaksi modal mencatat surplus sebesar USD44 juta lebih rendah dibandingkan USD72

    juta pada 2006, maupun dari prakiraan semula sebesar USD77 juta (NPI exe. Feb 2007).

    Surplus tersebut terutama berasal dari bantuan hibah untuk investasi, khususnya yang

    disalurkan melalui sektor swasta. Dari total hibah tersebut sebagian besar (97,7%) merupakan

    hibah investasi melalui sektor swasta (NGO) dan sisanya melalui sektor publik (pemerintah).

    Keseluruhan hibah tersebut diberikan dalam rangka bantuan korban bencana tsunami Aceh

    dan gempa Yogyakarta.

    Tabel 11 Perkembangan Hibah Investasi

  • 24 Realisasi Tw I-2007 , Prakiraan Tw II-2007, dan Proyeksi 2007-2008

    Surplus di transaksi finansial bersumber dari aliran masuk investasi portfolio, dan menurunnya aset Inflow FDI mencatat peningkatan dibandingkan periode yang sama pada 2006 Aliran Investasi Portofolio masih surplus sepanjang Tw. I-2007

    (juta USD)

    HIBAH INVESTASI(Capital Transfer) Q.1. Q.2. Q.3 Q.4 Total Q.1.

    Total 72 49 97 132 350 44

    Public (Govt.) 8 25 25 30 89 1

    Private (NGO) 63 24 72 102 261 43

    sumber: BRR & UN

    2007*2006

    2. Transaksi Finansial

    Surplus di transaksi finansial menurun cukup signifikan dari neto USD2,2 miliar di Tw. I-

    2006 menjadi USD1,7 miliar, namun masih jauh lebih tinggi dari prakiraan semula sebesar

    surplus USD51 juta (NPI exe. Feb 2007). Penurunan surplus tersebut lebih banyak disebabkan

    oleh lebih rendahnya penerbitan obligasi valas pemerintah dan pembelian SUN Rupiah oleh

    asing dan penurunan currency & deposits di sisi aset.

    Grafik 25 Perkembangan Transaksi Modal dan Finansial Per Sektor

    -5,000

    -4,000

    -3,000

    -2,000

    -1,000

    0

    1,000

    2,000

    3,000

    4,000

    5,000

    Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

    2004 2005 2006* 2007**

    Sektor Publik Sektor Sw asta Transaksi Modal

    Juta USD

    Aliran masuk investasi jangka panjang (FDI/direct investment in Indonesia) selama Tw. I-

    2007 mengalami peningkatan sebesar 15,5% dan lebih tinggi dari prakiraan semula sebesar

    13,5% (NPI exe. Feb 2007). Peningkatan terutama terjadi pada inflows sektor nonmigas yang

    naik 34,4%, sedangkan sektor migas menurun 4,4%. Sekalipun aliran masuk meningkat,

    namun secara keseluruhan transaksi neto DI di Indonesia mengalami penurunan surplus

    karena meningkatnya pembayaran utang luar negeri perusahaan FDI di sektor nonmigas dan

    pembayaran cost recovery ke KPS asing di sektor migas. Dengan memperhitungkan investasi

    penduduk di luar negeri, total neto DI masih mengalami surplus USD48 juta, masih lebih

    rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar surplus USD681 juta

    karena peningkatan aset penduduk Indonesia di luar negeri khususnya yang berbentuk

    pinjaman antar perusahaan afiliasi.

    Dari sisi liabilities, investasi portofolio selama Tw. I-2007 mengalami surplus sebesar

  • 25

    Realisasi Tw I-2007 , Prakiraan Tw II-2007, dan Proyeksi 2007-2008

    Investasi Lain mengalami penurunan neto defisit Rekening non residen di bank domestik mengalami peningkatan

    USD2,9 miliar, lebih rendah dibanding surplus pada Tw. I-2006 yang mencapai USD4,1

    miliar. Penurunan surplus tersebut terutama disebabkan oleh berkurangnya aliran masuk

    investasi portofolio berupa penerbitan obligasi valas pemerintah yang lebih sedikit

    dibandingkan tahun sebelumnya. Namun demikian, surplus tersebut lebih tinggi dari prakiraan

    semula sebesar USD2,3 miliar (NPI exe. Feb 2007), terutama akibat masih tingginya minat

    asing untuk membeli surat berharga dometik di sektor publik (SUN dan SBI). Dengan

    memperhitungkan pembelian surat berharga asing oleh penduduk (sisi assets), total investasi

    portofolio mengalami neto surplus USD2,7 miliar, lebih rendah daripada surplus USD3,7

    miliar pada Tw. I-2006.

    Investasi lainnya selama Tw. I-2007 mengalami neto defisit USD1,0 miliar, lebih rendah

    dari defisit USD2,2 miliar pada tahun sebelumnya dan dari prakiraan semula sebesar defisit

    USD2,8 miliar (NPI exe. Feb 2007). Penurunan neto defisit tersebut sebagian besar

    disebabkan oleh berkurangnya aset bank domestik dalam bentuk rekening giro dan deposito di

    luar negeri. Di samping itu, pada sisi liabilities terjadi penurunan pembayaran utang LN

    sejalan dengan berkurangnya posisi utang luar negeri sektor publik.

    Tabel 12 Perkembangan Aliran Masuk di Transaksi Finansial

    ITEMS Tw.I 2006 Tw.I 2007

    Inflows, Liabilities, o/w 12,042 12,779Investasi Portfolio, o/w 6,480 5,950

    Sektor Publik 4,039 3,459Bonds (Valas) 1,930 1,425SUN 1,597 963SBI 512 1,071

    Sektor Swasta 2,441 2,491Saham 1,789 2,448Surat Utang Korporasi (issued domestic) 652 43

    FDI 3,384 3,909Nonmigas 1,739 2,337

    Saham dan Laba ditahan 1,005 1,166Pinjaman 734 1,171

    Migas 1,645 1,572Saham dan Laba ditahan 1,645 1,572

    Investasi Lainnya, o/w 2,178 2,920Sektor Publik 698 463

    Bantuan Program 99 200Bantuan Proyek 599 263

    Sektor Swasta 1,480 2,457Trade Credit 159 266Banking 207 229Corporate 1,114 1,962

    Meningkatnya aliran modal masuk berupa pembelian surat berharga yang dibeli asing

    tercermin pada aliran dana mutasi masuk yang cukup besar pada rekening Rupiah milik

    nonresiden di bank domestik (vostro). Pada Tw. I-2007 baik sumber maupun penggunaan

    vostro keduanya masih didominasi oleh penjualan surat berharga, perdagangan valas/Rp, dan

    transaksi lainnya. Namun demikian, transaksi rupiah yang dilakukan oleh non-residen

    terutama ditujukan untuk penyelesaian transaksi surat-surat berharga domestik sejalan dengan

    meningkatnya kepemilikan asing atas surat berharga domestik.

    Grafik 26 Perkembangan Sumber & Penggunaan Vostro (Net)

  • 26 Realisasi Tw I-2007 , Prakiraan Tw II-2007, dan Proyeksi 2007-2008

    Penurunan surplus di sektor publik terutama terjadi di transaksi portofolio Investasi portofolio sektor publik mencatat surplus walaupun menurun

    -1,500

    -1,250

    -1,000

    -750

    -500

    -250

    0

    250

    500

    750

    1,000

    1,250

    1,500

    Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar*)

    2006 2007

    Surat Berharga Perdagangan ValasLainnya Total

    (Juta USD)

    Net Jual

    Net Beli

    Sumber : Sistem Monitoring Lalu Lintas Devisa

    2.1 Sektor Publik

    Selama Tw. I-2007 sektor publik mencatat penurunan surplus dari USD3,1 miliar menjadi

    USD1,9 miliar namun masih lebih tinggi dari prakiraan semula sebesar USD0,9 miliar (NPI

    exe. Feb 2007). Surplus menurun dibanding periode sebelumnya karena pada sisi transaksi

    investasi portfolio berupa penerbitan obligasi pemerintah dalam valas (SUN valas) tidak

    sebesar seperti yang diterbitkan pada tahun sebelumnya. Meskipun pembelian SUN Rupiah

    oleh asing masih tetap tinggi, namun relatif lebih rendah dibanding tahun sebelumnya.

    Sementara itu, aliran masuk dari pembelian SBI oleh asing mencatat peningkatan yang cukup

    signifikan. Adapun investasi lain dalam bentuk pinjaman luar negeri pemerintah sedikit

    mengalami penurunan.

    Grafik 27 Perkembangan Transaksi Finansial Sektor Publik

    -2500

    -1500

    -500

    500

    1500

    2500

    3500

    4500

    Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1

    2004 2005 2006* 2007* *

    Portfolio Investment

    Other Investment

    Financial Account

    Juta USD

    Investasi portofolio sektor publik selama Tw. I-2007 mencatat net inflows, namun tidak

    setinggi periode yang sama pada tahun sebelumnya. Penurunan surplus tersebut terjadi karena

    penerbitan SUN valas nominal sebesar USD1,5 miliar (USD1,425 miliar dibeli asing) lebih

    rendah dibandingkan tahun sebelumnya sebesar nominal USD2 miliar (USD1,930 miliar).

  • 27

    Realisasi Tw I-2007 , Prakiraan Tw II-2007, dan Proyeksi 2007-2008

    Transaksi investasi lainnya mengalami penurunan defisit

    Pada periode yang sama, terjadi pembelian SUN Rupiah oleh asing sebesar USD0,96 miliar,

    lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya USD1,6 miliar. Relatif masih tingginya selisih

    tingkat suku bunga domestik dengan tingkat suku bunga luar negeri serta kondisi pasar

    keuangan global yang likuid membuat aliran masuk dalam bentuk SUN masih tetap tinggi.

    Sementara itu, pembelian SBI oleh asing mencatat USD1,1 miliar, lebih tinggi dibandingkan

    USD0,5 miliar pada tahun sebelumnya. Dengan perkembangan tersebut, posisi SUN dan SBI

    yang dimiliki oleh asing pada akhir Tw. I-2007 masing-masing mencapai level Rp63,6 triliun

    dan Rp19,4 triliun, meningkat dari posisi akhir tahun 2006 yang masing-masing sebesar

    Rp54,9 triliun dan Rp18,1 triliun.

    Grafik 28 Perkembangan Posisi Kepemilikan SBI dan SUN oleh Non-Residen

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    Jan

    Feb

    Mar

    Apr

    Mei

    Jun Jul

    Aug

    Sep

    Okt

    Nop

    Des Jan

    Feb

    Mar

    Apr

    May Jun Jul

    Aug

    Sep

    Oct

    Nov Dec

    Jan

    Feb

    Mar

    2005 2006 2007

    trilyun Rp

    Kepemilikan SBI oleh asing Kepemilikan SUN oleh Asing

    Transaksi finansial sektor publik dalam bentuk investasi lainnya di Tw. I-2007

    mengalami penurunan neto defisit menjadi USD618 juta dari defisit USD919 juta pada Tw. I-

    2006. Penurunan defisit tersebut terjadi karena adanya penurunan pembayaran pinjaman

    sebesar USD537 juta, lebih tinggi daripada penurunan pencairan pinjaman pemerintah

    (budgetary) sebesar USD236 juta. Penurunan pencairan pinjaman tersebut seiring dengan

    kebijakan pemerintah untuk mengurangi ketergantungan pembiayaan dari luar negeri dalam

    pembiayaan pembangunan. Pencairan pinjaman selama Tw. I-2007 mencapai USD463 juta,

    lebih rendah daripada tahun sebelumnya sebesar USD699 juta yang terdiri dari pinjaman

    program sebesar USD200 juta dan pinjaman proyek USD263 juta. Pinjaman proyek berasal

    dari CGI, terdiri dari pinjaman bilateral sebesar USD57 juta dan pinjaman multilateral sebesar

    USD175 juta. Pinjaman tersebut beberapa diantaranya ditujukan untuk pembiayaan proyek

    infrastruktur dalam rangka perbaikan iklim investasi, termasuk pinjaman proyek yang

    diperuntukan bagi proyek listrik dan pembangunan jalan.

    Grafik 29 Perkembangan Penarikan Pinjaman Proyek Pemerintah

  • 28 Realisasi Tw I-2007 , Prakiraan Tw II-2007, dan Proyeksi 2007-2008

    Surplus transaksi finansial swasta didorong oleh berkurangnya rekg. giro & deposito bank di LN Surplus FDI di Tw.I 2007 lebih rendah dari tahun sebelumnya

    0

    500

    1000

    1500

    2000

    2500

    3000

    3500

    Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

    2004 2005 2006* 2007**

    juta USD

    2. Sektor Swasta

    Transaksi finansial swasta selama Tw. I-2007 mengalami neto defisit USD237 juta,

    menurun dibandingkan defisit sebesar USD914 juta pada periode yang sama 2006.

    Perkembangan transaksi finansial swasta tersebut lebih rendah daripada prakiraan semula

    sebesar defisit USD866 juta (NPI exe. Feb 2007). Penurunan defisit tersebut terutama berasal

    dari menurunnya aset milik penduduk di luar negeri. Defisit tersebut terutama disumbang oleh

    meningkatnya outflows di sisi liabilities berupa peningkatan utang luar negeri antar

    perusahaan afiliasi dan menurunnya simpanan rekening giro dan deposito milik bank domestik

    di luar negeri di sisi aset.

    Grafik 30 Perkembangan Transaksi Finansial Sektor Swasta

    -6,000

    -5,000

    -4,000

    -3,000

    -2,000

    -1,000

    0

    1,000

    2,000

    3,000

    4,000

    Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1

    2004 2005 2006* 2007* *

    Direct InvestmentPortfolio InvestmentOther InvestmentFinancial Account

    Juta USD

    Transaksi FDI (direct investment in Indonesia) mengalami surplus sebesar USD1,09

    miliar, lebih rendah dari USD1,34 miliar pada tahun sebelumnya, dan dari prakiraan semula

    sebesar USD1,68 miliar (NPI exe. Feb 2007). Dengan memperhitungkan investasi penduduk

    di luar negeri (direct investment abroad), transaksi neto DI (direct investment) mencapai

    defisit USD48 juta, turun dibanding USD681 juta pada tahun sebelumnya.

    Grafik 31 Perkembangan Direct Investment di Indonesia

  • 29

    Realisasi Tw I-2007 , Prakiraan Tw II-2007, dan Proyeksi 2007-2008

    Inflows FDI sektor migas menurun Inflows FDI sektor nonmigas meningkat

    0

    500

    1,000

    1,500

    2,000

    2,500

    3,000

    3,500

    4,000

    4,500

    Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1

    2004 2005 2006* 2007* *

    Inflows Oil & GasInflows Non Oil & GasFDI, net

    Juta USD

    Inflows FDI yang sedikit berkurang di sektor migas dari USD1,65 miliar menjadi

    USD1,57 miliar karena menurunnya kegiatan eksploitasi migas terkait dengan rendahnya

    cadangan minyak dari prakiraan semula, antara lain di lapangan West Seno, Selat Makassar,

    dan lapangan gas Sadewa, Kalimantan Timur. Disamping itu, kegiatan eksplorasi untuk

    menemukan sumur baru juga relatif masih rendah. Namun demikian, relatif tingginya harga

    minyak dunia dipandang masih menarik bagi investor dan mendorong minat KPS untuk terus

    melakukan kegiatan eksplorasi migas. Disisi lain, tingginya harga minyak tersebut telah

    mendorong meningkatnya biaya produksi eksplorasi migas, antara lain berupa tingginya harga

    sewa rig, dan mahalnya biaya maintenance sumur minyak. Kenaikan biaya produksi tersebut

    menyebabkan meningkatnya cost recovery dibanding tahun sebelumnya, sehingga outflows

    FDI di sektor migas mencapai USD1,4 miliar, lebih tinggi dari USD1,3 miliar pada periode

    yang sama tahun sebelumnya. Disamping itu, meningkatnya ekspor migas seiring dengan

    kenaikan harga minyak menyebabkan tingginya pembebanan cost recovery dibandingkan

    tahun sebelumnya.

    Grafik 32 Inflows PMA Migas

    0

    500

    1,000

    1,500

    2,000

    2,500

    Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

    2004 2005 2006* 2007**

    juta USD

    Di sisi lain, dalam periode laporan, terjadi peningkatan inflows FDI sektor nonmigas

    menjadi USD2,3 miliar dari USD1,7 miliar pada tahun sebelumnya. Peningkatan inflows

    tersebut sejalan dengan meningkatnya kegiatan ekonomi, khususnya investasi di dalam negeri.

  • 30 Realisasi Tw I-2007 , Prakiraan Tw II-2007, dan Proyeksi 2007-2008

    Nilai persetujuan PMA di BKPM menunjukkan peningkatan

    Inflows tersebut berasal dari penanaman modal dan utang dari perusahaan afiliasi di luar

    negeri, sementara itu tidak tercatat aliran FDI sektor nonmigas melalui privatisasi atau

    restrukturisasi perbankan. Tidak adanya penjualan (divestasi) aset bank selama Tw. I-2007

    (baik yg melalui strategic sale maupun bukan) karena tidak ada lagi saham di bank hasil

    restrukturisasi. Namun demikian, masih terdapat saham non bank atau aset kredit lainnya,

    seperti Texmaco, Dipasena, dan Tuban Petro yang akan dijual melalui PPA. Tingginya

    inflows FDI tersebut juga tercermin pada tingginya penyertaan modal secara cash.

    Grafik 33 Inflows PMA Nonmigas

    0500

    10001500200025003000350040004500

    Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

    2004 2005 2006* 2007**

    juta USD

    Grafik 34

    Penyertaan Modal

    0

    100

    200

    300

    400

    500

    600

    700

    I II III IV I*

    2006 2007

    juta USD

    Sumber : Sistem Monitoring Lalu Lintas Devisa

    Meningkatnya iklim investasi di dalam negeri telah mendorong minat investor untuk

    menanamkan modalnya seperti tercermin pada rencana investasi yang telah mendapat

    persetujuan selama Tw. I-2007. Penanaman Modal Asing (PMA) yang telah disetujui BKPM

    selama Tw. I-2007 sebanyak 457 proyek dengan nilai rencana investasi sebesar USD14 miliar.

    Dari proyek sejumlah itu sebagian besar merupakan proyek baru, yaitu sebanyak 394 proyek

    dengan nilai investasi USD5,2 miliar, 108 proyek persetujuan perluasan usaha investasi yang

    sudah ada sebesar USD3,5 miliar dan sisanya berupa proyek alih status 63 proyek senilai

    USD5,4 miliar.

    Grafik 35 Perkembangan Realisasi PMA di BKPM

  • 31

    Realisasi Tw I-2007 , Prakiraan Tw II-2007, dan Proyeksi 2007-2008

    Data realisasi PMA Tw.I 2007 di BKPM menunjukkan pertumbuhan positif Hasil survei menunjukkan rencana realisasi investasi akan neningkat Investasi portfolio sektor swasta mencatat surplus

    0

    1000

    2000

    3000

    4000

    5000

    6000

    Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

    2004 2005 2006 2007

    juta USD

    Sumber : BKPM

    Meningkatnya inflows FDI sejalan dengan kenaikan realisasi investasi berdasarkan Izin

    Usaha Tetap (IUT) PMA pada periode laporan sebanyak 245 proyek dengan nilai sebesar

    USD3 miliar, atau naik sekitar 15% dibandingkan periode yang sama 2006. Secara sektoral,

    industri kimia & farmasi merupakan sektor yang paling diminati investor yaitu sebanyak 10

    proyek (USD1,5 miliar), disusul oleh industri kertas & percetakan 3 proyek (USD0,4 miliar),

    pertambangan 8 proyek (USD0,3 miliar), industri makanan 20 proyek (USD0,2 miliar) dan

    konstruksi 6 proyek (USD0,15 miliar). Proyek-proyek tersebut terpusat di Jawa Timur (50%)

    dan di Jakarta (23%). Sedangkan sebagian besar lainnya berlokasi di Riau (13%), Jawa Barat

    (7%), dan Banten (3%). Namun demikian, perkembangan positif ini masih memerlukan upaya

    keras untuk merealisasikannya karena sejak pertemuan Indonesia Infrastructure Summit (IIS)

    I dan II tahun 2005 dari 91 proyek yang telah ditawarkan kepada investor asing dan domestik,

    baru satu proyek yang telah beroperasi, delapan proyek dalam proses konstruksi dan

    selebihnya masih dalam persiapan prakualifikasi.

    Berdasarkan hasil survei khusus sektor riil yang dilakukan pada awal 2007 menunjukkan

    bahwa arus masuk modal jangka panjang di Tw