buk zuma

7
Tugas UAS Vilda Anggraini/PBS/A/III A.bagaimana analisis anda tentang Riba dalam perasuransian? Lahirnya asuransi syariah dilatar belakangi oleh adanya keraguan umat Islam terhadap produk asuransi konvensional yang selama ini disinyalir mengandung unsur gharar, maysir, dan riba yang bertentangan dengan syariat agama Islam. Mengingat asuransi syariah masih belum memiliki payung hukum yang kuat sebagai dasar pijakan dalam menjalankan operasional kegiatannya, oleh karena itu selain menggunakan Fatwa Dewan Syariah, asuransi syariah masih tetap menggunakan Undang-undang No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, meskipun undang-undang tersebut belum bisa meng- cover seluruh kegiatan asuransi syariah. Asuransi syariah menghilangkan unsur gharar, maysir, dan riba dengan cara menerapkan beberapa akad dan prinsip yang dibenarkan secara syar’i. Akad yang digunakan dalam asuransi syariah terdiri dari akad tijarrah dan akad tabaru. Asuransi syariah juga menerapkan konsep

Upload: syahril

Post on 30-Dec-2015

9 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

keterangan

TRANSCRIPT

Page 1: buk zuma

Tugas UAS Vilda Anggraini/PBS/A/III

A.bagaimana analisis anda tentang Riba dalam perasuransian?

Lahirnya asuransi syariah dilatar belakangi oleh adanya keraguan umat

Islam terhadap produk asuransi konvensional yang selama ini disinyalir

mengandung unsur gharar, maysir, dan riba yang bertentangan dengan syariat

agama Islam. Mengingat asuransi syariah masih belum memiliki payung hukum

yang kuat sebagai dasar pijakan dalam menjalankan operasional kegiatannya, oleh

karena itu selain menggunakan Fatwa Dewan Syariah, asuransi syariah masih

tetap menggunakan Undang-undang No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha

Perasuransian, meskipun undang-undang tersebut belum bisa meng-cover seluruh

kegiatan asuransi syariah. Asuransi syariah menghilangkan unsur gharar, maysir,

dan riba dengan cara menerapkan beberapa akad dan prinsip yang dibenarkan

secara syar’i. Akad yang digunakan dalam asuransi syariah terdiri dari akad

tijarrah dan akad tabaru. Asuransi syariah juga menerapkan konsep ta’awun

untuk membantu peserta yang mengalami musibah melalui mekanisme dana

tabaru. Dimana asuransi syariah memiliki beberapa karateristik yang

membedakannya dengan asuransi konvensional salah satunya adalah dengan

adanya Dewan Pengawas Syariah yang berfungsi mengawasi prinsip operasional

yang digunakan, produk yang ditawarkan dan kebijakan investasi yang dilakukan

oleh manajemen asuransi takaful (syariah).

B.berikan contoh tentang analisis anda tersebut dalam bentuk kasus?

Sebaliknya bila sampai akhir masa kontrak tertanggung tidak mengalami risiko yang

diperjanjikan maka kontrak Asuransi berakhir maka semua hak dan kewajiban kedua belah pihak

berakhir. Dari proses diatas dapat disimpulkan bahwa terjadi perpindahan risiko financial yang

dalam istilah asuransi disebut dengan transfer of risk dari Tertanggung kepada Penanggung.

Contoh 1, ketika seseorang membeli polis asuransi kebakaran untuk rumah tinggal dia akan

membayar uang (premi) yang telah ditentukan oleh perusahaan asuransi, disaat yang sama

Page 2: buk zuma

perusahaan asuransi akan menanggung risiko finansial bila terjadi kebakaran atas rumah tinggal

tersebut. 

Contoh 2,dalam asuransi jiwa, ketika seseorang membeli asuransi kematian (term insuransce)

dengan jangka waktu  perjanjian 5 (lima) tahun dengan uang pertanggungan 100 juta rupiah,

maka dia harus membayar premi yang telah ditentukan oleh perusahaan asuransi (misal 500 ribu

rupiah) per tahun, artinya bila tertanggung meninggal dunia dalam masa perjanjian diatas, maka

ahli waris atau orang yang ditunjuk akan memperoleh uang dari perusahaan asuransi sebesar 100

juta, namun bila peserta hidup sampai akhir masa perjanjian maka dia tidak akan memperoleh

apapun.

Ditinjau dari sudut syariah, contoh transaksi yang terjadi diatas dapat dikategorikan sebagai akad

tabaduli (pertukaran atau jual beli), namun cacat karena ada  unsur gharar (ketidakjelasan), yaitu

tidak jelas kapan pemegang polis akan mendapatkan uang pertanggungan karena dikaitkan

dengan musibah seseorang (bisa tahun pertama, kedua atau tidak sama sekali karena masih hidup

di akhir masa perjanjian). Ketika unsur  gharar terjadi maka terdapat juga unsure maysir

(perjudian), karena dari transaksi diatas apabila terjadi klaim, perusahaan asuransi akan

membayar uang pertanggungan kepada peserta  jauh lebih besar dibanding dari premi yang

diberikan oleh peserta tersebut, juga sebaliknya bila peserta tidak mengalami risiko yang

diperjanjikan, maka dia akan kehilangan semua premi yang telah dibayarnya.

C.carilah hasil penelitian tentang Riba dalam perasuransian dan beri ulasan?

Hasil dari penelitian tentang riba dalam perasuransian dapat diulas bahwa Para ulama fiqih berbeda pendapat tentang hukum kehalalan sistem asuransi. Sebagian mengharamkannya, sebagain lagi menghalalkannya. Dan di antara keduanya, ada yang memilah hukumnya, dalam arti tidak semua haram atau halal, tetapi dilihat secara lebih detail dan luas.

Pendapat Yang Mengharamkan

1. Disimpulkan Bahwa Asuransi Sama Dengan Judi

Padahal Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam Al Quran telah mengharamkan perjudian, sebagaimana yang disebutkan di dalam ayat berikut:

Page 3: buk zuma

Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah, “Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfa“at bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfa“atnya.” (QS. Al Baqarah: 219)

Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya khamar, berjudi, berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.(QS. Al Maidah: 90)

Karena menurut sebagian ulama bahwa pada prakteknya asuransi itu tidak lain merupakan judi, maka mereka pun mengharamkannya. Karena yang namanya judi itu memang telah diharamkan di dalam Al Quran.

2. Disimpulkan Bahwa Asuransi Mengandung Unsur Riba

Sebagian ulama lewat penelitian panjang pada akhirnya mnyimpulkan bahwa asuransi (konvensional) tidak pernah bisa dilepaskan dari riba. Misalnya, uang hasil premi dari peserta asuransi ternyata didepositokan dengan sistem riba dan pembungaan uang.

Padahal yang namanya riba telah diharamkan Allah Subhanahu Wa Ta’ala di dalam Al Quran, sebagaimana yang bisa kita baca di ayat berikut ini:

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba jika kamu orang-orang yang beriman. (QS. Al Baqarah: 278)

Maka mereka dengan tegas mengharamkan asuransi konvensional, karena alasan mengandung riba.

3. Disimpulkan Bahwa Asuransi Mengandung Unsur Pemerasan

Para ulama juga menyimpulkan bahwa para peserta asuransi atau para pemegang polis, bila tidak bisa melanjutkan pembayaran preminya, akan hilang premi yang sudah dibayar atau dikurangi. Inilah yang dikataka sebagai pemerasan.

Dan Al Quran pastilah mengharamkan pemerasan atau pengambilan uang dengan cara yang tidak benar.

Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan kamu membawa harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan dosa, padahal kamu mengetahui.(QS. Al Baqarah: 188)

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kami saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.(QS. An-Nisa“: 29)

Page 4: buk zuma

Pendapat Yang Membolehkan

Namun kita juga tahu bahwa ada juga beberapa ulama yang masih membolehkan asuransi, tentunya dengan beberapa pertimbangan. Antara lain mereka mengatakan:

1. Pada dasarnya Al Quran sama sekali tidak menyebut-nyebut hukum asuransi. Sehingga hukumnya tidak bisa diharamkan begitu saja. Karena semua perkara muamalat punya hukum dasar yang membolehkan, kecuali bila ada hAl hal yang dianggap bertentangan.

2. Karena pada kenyataannya sistem asuransi dianggap dapat menanggulangi kepentingan umum, sebab premi-premi yang terkumpul dapat di investasikan untuk proyek-proyek yang produktif dan pembangunan.

3. Asuransi telah nyata menyantuni korban kecelakaan atau kematian dalam banyak kasus, termasuk juga pada kerusakan atau kehilangan harta benda, sehingga secara darurat asuransi memang dibutuhkan.

Kriteria Asuransi Yang Halal

Asuransi sistem syariah pada intinya memang punya perbedaan mendasar dengan yang konvensional, antara lain:

1. Prinsip akad asuransi syariah adalah takafuli (tolong-menolong). Di mana nasabah yang satu menolong nasabah yang lain yang tengah mengalami kesulitan. Sedangkan akad asuransi konvensional bersifat tadabuli (juAl beli antara nasabah dengan perusahaan).

2. Dana yang terkumpul dari nasabah perusahaan asuransi syariah (premi) diinvestasikan berdasarkan syariah dengan sistem bagi hasil (mudharabah). Sedangkan pada asuransi konvensional, investasi dana dilakukan pada sembarang sektor dengan sistem bunga.

3. Premi yang terkumpul diperlakukan tetap sebagai dana milik nasabah. Perusahaan hanya sebagai pemegang amanah untuk mengelolanya. Sedangkan pada asuransi konvensional, premi menjadi milik perusahaan dan perusahaan-lah yang memiliki otoritas penuh untuk menetapkan kebijakan pengelolaan dana tersebut.

4. Bila ada peserta yang terkena musibah, untuk pembayaran klaim nasabah dana diambilkan dari rekening tabarru (dana sosial) seluruh peserta yang sudah diikhlaskan untuk keperluan tolong-menolong. Sedangkan dalam asuransi konvensional, dana pembayaran klaim diambil dari rekening milik perusahaan.

5. Keuntungan investasi dibagi dua antara nasabah selaku pemilik dana dengan perusahaan selaku pengelola, dengan prinsip bagi hasil. Sedangkan dalam asuransi konvensional, keuntungan sepenuhnya menjadi milik perusahaan. Jika tak ada klaim, nasabah tak memperoleh apa-apa.

6. Adanya Dewan Pengawas Syariah dalam perusahaan asuransi syariah yang merupakan suatu keharusan. Dewan ini berperan dalam mengawasi manajemen, produk serta kebijakan investasi supaya senantiasa sejalan dengan syariat Islam. Adapun dalam asuransi konvensional, maka hal itu tidak mendapat perhatian.

Page 5: buk zuma