documentbp

3
Judul: Membina Guru dan Rekan Sejawat dalam Peningkatan Kinerja Oleh : Kepala SDN Bandungkulon IV Jawa Barat (2007-2008) Saya adalah seorang kepala sekolah yang baru diangkat beberapabulan yang lalu melalui promosi tanggal 27 Maret 2007. Saya berasal dariguru SD Percobaan yang merupakan etalase di wilayah kecamatan dankota, yang merupakan sekolah percontohan dalam berbagai hal yangberkaitan dengan perubahan dalam kurikulum. Di sekolah dari manasaya berasal, saya mempunyai jabatan sebagai wakil kepala sekolah(wakasek) bidang kesiswaan. Saya pernah meraih beberapa prestasidalam kaitan saya sebagai guru yaitu peringkat 10 besar dari 500 pesertadi tingkat nasional dalam pelatihan penggunaan alat peraga KIT IPA.Pernah meraih peringkat pertama di tingkat propinsi dalam inovasipembelajaran tematik.Saya memiliki kompetensi bukan karena sering mengikutipelatihan tetapi melalui diskusi dengan teman sejawat dan jemput boladalam pembaharuan yang berkaitan dengan PBM dalam pendidikan dengan mendatangi narasumber yang kompeten dan dapat dijadikansumber belajar dan informasi.Saat ini saya ditempatkan di sebuah SD, di wilayah yang samadengan sekolah sebelumnya, tepatnya di SD Bangdungkulon IV sebagaib kepala sekolah. Saya sama tidak menyangka, ternyata di wilayahkecamatan di mana saya berada adalah SD yang memprihatinkan baiksegi Fisik sekolah, personil (guru, kepala sekolah, dan komite), juga keadaan siswa- siswanya. Fisik sekolah jauh dari kelayakan. Contoh: 1. masih ada siswa yang belajar tanpa menggunakan bangku (duduk dilantai) sementara lantainya pun sudah rusak; 2. ruangan kelas yang tidak layak pakai. Bocor jika hujan dan dindingtanpa jendela; 3. sarana/prasarana untuk PBM kurang lengkap; 4. ekonomi orang tua siswa jauh di bawah standar. Sebagian besarmereka tidak mempunyai pekerjaan tetap. Mereka adalah pengamenyang lebih tertarik membawa anaknya menjadi pengamen daripadamendukung belajar di sekolah.5. guru-guru yang sudah senior tidak kreatif, Sangat pasif. Kualifikasi pendidikan 80% adalah lulusan SPG/SGO. Hanya 20% yang berizasah sarjana.Saya merasa sangat sedih pertama kali datang ke tempat itu.Bertanya-tanya dalam hati mengapa “masih ada sekolah yang sepertiini”? Saya tidak bisa duduk diam, kemudian melakukan tindakan sebaga berikut. 1. memotret keadaan fisik sekolah; 2. mencari donatur dari beberapa tempat;

Upload: yaya

Post on 14-Nov-2015

216 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

BP

TRANSCRIPT

Judul: Membina Guru dan Rekan Sejawat dalam Peningkatan KinerjaOleh : Kepala SDN Bandungkulon IV Jawa Barat (2007-2008)

Saya adalah seorang kepala sekolah yang baru diangkat beberapabulan yang lalu melalui promosi tanggal 27 Maret 2007. Saya berasal dariguru SD Percobaan yang merupakan etalase di wilayah kecamatan dankota, yang merupakan sekolah percontohan dalam berbagai hal yangberkaitan dengan perubahan dalam kurikulum. Di sekolah dari manasaya berasal, saya mempunyai jabatan sebagai wakil kepala sekolah(wakasek) bidang kesiswaan. Saya pernah meraih beberapa prestasidalam kaitan saya sebagai guru yaitu peringkat 10 besar dari 500 pesertadi tingkat nasional dalam pelatihan penggunaan alat peraga KIT IPA.Pernah meraih peringkat pertama di tingkat propinsi dalam inovasipembelajaran tematik.Saya memiliki kompetensi bukan karena sering mengikutipelatihan tetapi melalui diskusi dengan teman sejawat dan jemput boladalam pembaharuan yang berkaitan dengan PBM dalam pendidikan dengan mendatangi narasumber yang kompeten dan dapat dijadikansumber belajar dan informasi.Saat ini saya ditempatkan di sebuah SD, di wilayah yang samadengan sekolah sebelumnya, tepatnya di SD Bangdungkulon IV sebagaib kepala sekolah. Saya sama tidak menyangka, ternyata di wilayahkecamatan di mana saya berada adalah SD yang memprihatinkan baiksegi Fisik sekolah, personil (guru, kepala sekolah, dan komite), juga keadaansiswa-siswanya. Fisik sekolah jauh dari kelayakan.

Contoh:1. masih ada siswa yang belajar tanpa menggunakan bangku (duduk dilantai) sementara lantainya pun sudah rusak;2. ruangan kelas yang tidak layak pakai. Bocor jika hujan dan dindingtanpa jendela;3. sarana/prasarana untuk PBM kurang lengkap;4. ekonomi orang tua siswa jauh di bawah standar. Sebagian besarmereka tidak mempunyai pekerjaan tetap. Mereka adalah pengamenyang lebih tertarik membawa anaknya menjadi pengamen daripadamendukung belajar di sekolah.5.guru-guru yang sudah senior tidak kreatif, Sangat pasif. Kualifikasi pendidikan 80% adalah lulusan SPG/SGO. Hanya 20% yang berizasah sarjana.Saya merasa sangat sedih pertama kali datang ke tempat itu.Bertanya-tanya dalam hati mengapa masih ada sekolah yang sepertiini? Saya tidak bisa duduk diam, kemudian melakukan tindakan sebaga berikut.1. memotret keadaan fisik sekolah;2. mencari donatur dari beberapa tempat; 3. mengajukan proposal ke dinas kota dengan membawa bukti fisikdengan melampirkan bukti fisik foto-foto yang saya buat agardiberikan bantuan untuk perbaikan ruangan;4. membina para guru dan rekan sejawat dalam membuka wawasan melalui Whorkshop maupun In Hause Training dalam gugus;5. mengadakan pertemuan dengn orang tua siswa secara bergiliran dan bertahap agar orang tua siswa lebih memperhatikan anaknya dalam pendidikan. Pertama kali saya melakukan pertemuan dengan guru-gurudisambut dengan baik dan mereka mengatakan belum pernah ada binaanyang dilakukan seperti yang saya lakukan ( maaf dalam hal ini saya tidakmenyalahkan siapapun tetapi mari kita merefleksi bersama mengapasampai terjadi hal seperti ini, di mana keadaan guru dan fisik sekolahyang sangat terbelakang dibandingkan dengan sekolah di mana sayaberada sebelunnya).Segera saya membuat program untuk disosialisaskan secarabersama-sama dalam satu komplek sekolah yang terdiri dari 4 sekolah.Program didukung. Tetapi dalam praktiknya tidak dilaksanakansebagaimana mestinya. Karena mereka merasa terlalu dibebani dengan aturan-aturan dan pembiasaan yang merupakan kewajiban bagi guru dan kepala sekolah. Guru-guru dalam melaksanakan PBM terbiasa:1) keluar kelas untuk mengobrol dengan rekan sejawat;2) tanpa membuat persiapan3) administrasi dan pengelolaan kelaskurang diperhatikan Dengan keadaan seperti ini tentunya dapat dibayangkan apakahprogram pemerintah untuk peningkatan kualitas pendidikan akantercapai?

Hal inilah yang menggerakkan hati saya untuk bisa mengubah situasidan iklimsekolah yang kurangbaik ini.Langkah berikutnyayang sayalakukan adalah: menata sekolah, membina guru-guru denganmembenahi administrasi secara terus-menerus, dan akhirnyamembuahkan hasil. Saat itu guru merasa terbebani. Tetapi dalam suatukesempatan latihan kerja di gugus guru-guru dari SDN Bandungkulondapat memimpin dan menjadi panutan bagi guru-guru sekolah laindalam wilayah gugus.Kemudian saya memberikan perintah yang lebih tegas dalam setiappengarahan. Hal ini saya lakukan berdasarkan pengalaman di sekolahsebelumnya. Untuk meraih suatu keberhasilan maka sekolah harus:1. membentuk wakasek (kurikulum, kesiswaan, sarana/prasarana,humas);2. memberikan arahan dalam membuat program-program;3. mendiskusikan berbagai dana yang berkaitan dengan keterlaksanaanprogram;4. mengawasi, mengevaluasi setiap kegiatan agar ada tindak lanjut;5. memberikan contoh mengajar yang benar ke setiap jenjang kelassecara bergiliran;6.