blok 14 laptut 4 sakit sendi dx gout
DESCRIPTION
kljkjTRANSCRIPT
Sakit Sendi
Tn. Dwi, 35 tahun mengeluh dua hari yang lalu pergelangan kakinya merah,
bengkak, dan nyeri sekali. Serangan sakit terjadi saat tidur malam dan paginya
pergelangan kakinya membengkak. Karena kesibukannya dia menunda berobat
dan hanya minum obat penghilang nyeri, tetapi karena tak tahan maka pagi ini
juga dia berobat ke klinik “Family Care”. Penyakitnya ini sangat mengganggu
aktivitasnya. Tn. Dwi bekerja sebagai marketing di perusahaan internasional, yang
karena pekerjaannya membuatnya sesekali melakukan jamuan malam dengan
menu internasional, termasuk wine dengan para relasinya.
Step 1
1. Bengkak : pembesaran atau protuberansi pada tubuh, termasuk
tumor. Bengkak merupakan salah satu dari lima ciri utama pada peradangan,
bersama dengan rasa sakit, panas, warna kemerahan, dan disfungsi.Menurut
penyebabnya, bengkak dapat bersifat kongenital, traumatik, radang, neoplastik,
dan lain-lain.
2. Nyeri : sensasi subjektif, rasa yang tidak nyaman, biasanya
berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial.
3. Sakit sendi : sensasi subjektif yang dirasakan terutama pada
bagian sendi (hubungan antartulang sehingga tulang dapat digerakkan)
4. Obat penghilang nyeri : disebut juga dengan analgesik atau biasanya
digunakan untuk gangguan saraf dan otot dimana dari obat- obat golongan
NSAID (Non Steroid Antiinflammation Drugs)
Step 2
1. Mengapa pergelangan kaki bapak tersebut merah bengkak, dan nyeri
sekali?
2. Mengapa sakit yang dirasakan pada malam hari dan paginya pergelangan
kaki bengkak?
3. Mengapa obat penghilang rasa nyeri tidak dapat mengurangi keluhan
bapak tersebut?
4. Apakah hubungan antara pekerjaan, jamuan internasional, serta wine
terhadap penyakit bapak tersebut?
5. Apakah hubungan antara jenis kelamin dan umur dengan penyakit?
Step 3
1. Pergelangan kaki merah, bengkak, daan nyeri sendi bisa disebabkan oleh.
a. Trauma
b. Artritis
Artritis adalah peradangan atau inflamasi di persendian. Artritis dapat
merupakan gejala dari berbagai penyakit.
Ada tiga jenis penyakit artritis yaitu: Artritis Gout, Osteoartritis dan
Reumatoid Artritis.
Artritis Gout (Rematik)
Gout (rematik) suatu bentuk artritis (peradangan sendi) yang
biasanya menyerang jari-jari kaki, terutama ibu jari kaki. Tetapi
bisa juga menyerang Iutut, tumit, pergelangan kaki, pergelangan
tangan, jari-jari tangan dan siku. Gout biasanya diturunkan dalam
keluarga. Hanya saja mengenai pria dan sering timbul tanpa gejala
awal sekitar umur 45 tahun. Bila dicetuskan oleh cedera ringan
seperti memakai sepatu yang tidak sesuai ukurannya, terlalu
banyak makan makanan yang mengandung asam urat, (seperti
jeroan), alkohol, stress, infeksi dan abat-obatan tertentu .
Artritis Reumatoid
Artrltis reumatoid merupakan radang yang umumnya menyerang
pada sendi-sendi tangan dan kaki, yang semakin lama semakin
bertambah berat sakitnya. Dan biasanya menyerang banyak sendi
Osteoartritis
Merupakan peradangan pada sendi yang disebabkan rapuhnya
kapsul sendi, sehingga merusak lapisan tulang rawan yang menutup
permukaan ujung-ujung tulang. Umumnya menyerang sendi-sendi
penopang tubuh, seperti lutut, pinggul, tulang belakang.
Osteoartritis umumnya menyerang usia lanjut. Pada sebagian
penderita tidak sampai parah.
Mekanisme keluhan yang dialami Tn. Dwi :
Pembengkakan lokal yang dihasilkan oleh cairan dan sel–sel yang berpindah dari
aliran darah kejaringan interstitial. Campuran cairan dan sel-sel ini yang tertimbun
didaerah peradangan sehingga menimbulkan eksudat.
Mekanisme bengkak dan kemerahan di sekitar pergelangan kaki:
Hiperurisemia (disebabkan oleh ketidakseimbangan antara overproduction dan
undersecretion) → kristalisasi asam urat ( MSU / Monosodium Urat ) →
a. Mengaktifkan sistem komplemen terutama C3a dan C5a ( bersifat
kemotaktik dan akan merekrut neutrofil ke jaringan (sendi dan
membran sinovium) . Fagositosis terhadap kristal memicu pengeluaran
radikal bebas toksik dan leukotrien, terutama leukotrien B. Kematian
neutrofil menyebabkan keluarnya enzim lisosom yang destruktif.
b. Makrofag yang juga terekrut pada pengendapan kristal urat dalam
sendi akan melakukan aktivitas fagositosis, dan juga mengeluarkan
berbagai mediator proinflamasi seperti IL-1, IL-6, IL-8, dan TNF.
Mediator-mediator ini akan memperkuat respons peradangan, di
samping itu mengaktifkan sel sinovium dan sel tulang rawan untuk
menghasilkan protease. Protease ini akan menyebabkan cedera
jaringan.
2. Sakit dirasakan pada malam hari
Penelitian Simkin didapatkan kecepatan difusi molekul urat dari ruang
sinovia ke dalam plasma hanya setengah air. Dengan demikian,
konsentrasi urat dalam cairan sendi seperti MTP-1 menjadi seimbang
dengan urat dan plasma pada siang hari. Selanjutnya bila cairan sendi
diresorbsi waktu berbaring akan terjadi peningkatan urat lokal. Fenomena
ini dapat menerangkan terjadinya onset gout pada malam hari pada sendi
yang bersangkutan.
Pada malam hari peningkatan resorpsi pada urat lokal terjadi proses
inflamasi untuk menghindari kerusakan jaringan pagi (bengkak) adanya
hiperemi, pengiriman cairan dari sel- sel sehingga terjadi penimbunan
jaringan interstitial.
3. Obat penghilang rasa nyeri tidak dapat menghilangkan keluhan
Obat- obat yang biasa dijual di pasaran aspirin dimana aspirin tidak
boleh digunakan untuk pasien Gout karena aspirin menurunkan eksresi
asam urat risiko hiperurisemia meningkat
Selain itu obat penghilang rasa nyeri hanya meredakan nyeri saja tidak
mengurangi inflamasi yang terdapat pada pasien Gout
4. Hubungan jamuan internasional dan wine terhadap keluhan
Dimana pada wine terdapat kandungan alkohol alkohol dapat
meningkatkan nilai asam urat dengan menyediakan sumber purin yang
tinggi serta menghasilkan produk samping metabolisme alkohol (asam
laktat) yang dapat menghambat ekskresi asam urat.
Jamuan internasional banyak mengandung purin tinggi, dimana :
Penggolongan makanan berdasarkan kandungan purin:
a. Golongan A: Makanan yang mengandung purin tinggi (150-800
mg/100 gram makanan) adalah hati, ginjal, otak, jantung, paru, lain-
lain jeroan, udang, remis, kerang, sardin, herring, ekstrak daging
(abon, dendeng), ragi (tape), alkohol serta makanan dalam kaleng.
b. Golongan B: Makanan yang mengandung purin sedang (50-150
mg/100 gram makanan) adalah ikan yang tidak termasuk golongan A,
daging sapi, kerang-kerangan, kacang-kacangan kering, kembang kol,
bayam, asparagus, buncis, jamur, daun singkong, daun pepaya,
kangkung.
c. Golongan C: Makanan yang mengandung purin lebih ringan (0-50
mg/100 gram makanan) adalah keju, susu, telur, sayuran lain, buah-
buahan.
5. Hubungan umur dan jenis kelamin terhadap keluhan
Jenis kelamin Perempuan mempunyai hormon estrogen yang ikut
membantu pembuangan asam urat lewat urine. Sementara pada pria, asam
uratnya cenderung lebih tinggi daripada perempuan karena tidak memiliki
hormon estrogen tersbut.
Usia kadar asam urat kaum pria cenderung meningkat sejalan dengan
peningkatan usia. Pada wanita, peningkatan itu dimulai sejak masa
menopause.
Step 4Tn. Dwi Family care
Anamnesis
Keluhan utama : pergelangan kakinya merah, bengkak, dan nyeri sekali
RPS
Onset : 2 hari yang lalu Lokasi : pergelangan kaki Kualitas : sampai mengganggu
aktivitas F.memperberat : Serangan sakit
terjadi saat tidur malam dan paginya pergelangan kakinya membengkak
Riw. Pribadi-sos :
Pekerjaan : marketing di perusahaan internasional
Pola makan : sering makan menu internasional, termasuk wine
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis Banding
Artritis Rheumatoid Artritis Gout
Pemeriksaan Fisik
Diagnosis
Penatalaksanaan dan Edukasi
Step 5
1. Gout
Definisi
Klasifikasi
Etiologi
Faktor Risiko
Patofisiologi
Manifestasi Klinis
Diagnosis
Penatalaksanaan
Komplikasi
Pencegahan dan edukasi
Prognosis
2. Perbedaan antara Artritis Gout dan Artritis reumatoid
GOUT
DEFINISI (1)
Gout atau pirai adalah penyakit akibat adanya penumpukan kristal monosodium
urat pada jaringan akibat peningkatan kadar asam urat.
ETIOLOGI (1)
Terdapat gangguan kesetimbangan metabolisme (pembentukan dan ekskresi) dari
asam urat tersebut, meliputi:
1. Penurunan ekskresi asam urat secara idiopatik
2. Penurunan eksreksi asam urat sekunder, misalnya karena gagal ginjal
3. Peningkatan produksi asam urat, misalnya disebabkan oleh tumor (yang
meningkatkan cellular turnover) atau peningkatan sintesis purin (karena
defek enzim-enzim atau mekanisme umpan balik inhibisi yang berperan)
4. Peningkatan asupan makanan yang mengandung purin
Peningkatan produksi atau hambatan ekskresi akan meningkatkan kadar asam urat
dalam tubuh. Asam urat ini merupakan suatu zat yang kelarutannya sangat rendah
sehingga cenderung membentuk kristal. Penimbunan asam urat paling banyak
terdapat di sendi dalam bentuk kristal mononatrium urat
KLASIFIKASI (2)
1. Artritis gout primer yaitu hiperurisemia karena gangguan metabolisme
purin atau gangguan ekresi asam urat urin karena sebab genetik. Salah satu
sebabnya karena kelainan genetik yang dapat diidentifikasi, adanya
kekurangan enzim HGPRT (hypoxantin guanine phosphoribosyle
tranferase) atau kenaikan aktifitas enzim PRPP (phosphoribosyle
pyrophosphate).
2. Artritis gout sekunder: yaitu merupakan hasil berbagai penyakit yang
penyebabnya jelas diketahui akan menyebabkan hiperurisemia karena
produksi yang berlebihan atau penurunan ekskresi asam urat di urin.
FAKTOR RESIKO (3)
Faktor predisposisi terjadinya penyakit gout adalah :
Umur umumnya pada usia pertengahan, tetapi gejala bisa terjadi
lebih awal bila terdapat faktor herediter.
Jenis kelamin lebih sering terjadi pada pria dengan perbandingan
20:1.
Iklim lebih banyak ditemukan pada daerah dengan suhu yang lebih
tinggi.
Herediter faktor herediter dominan autosomal sangat berperan &
sebanyak 25% disertai adanya hiperurisemia.
Keadaan-keadaan yang menyebabkan timbulnya hiperurisemia.
PATOFISIOLOGI (1, 3, 4)
Peningkatan kadar asam urat serum dapat disebabkan oleh pembentukan
berlebihan atau penurunan eksresi asam urat, ataupun keduanya. Asam urat adalah
produk akhir metabolisme purin. Secara normal, metabolisme purin menjadi asam
urat dapat diterangkan sebagai berikut:
Sintesis purin melibatkan dua jalur, yaitu jalur de novo dan jalur penghematan
(salvage pathway).
1. Jalur de novo melibatkan sintesis purin dan kemudian asam urat melalui
prekursor nonpurin. Substrat awalnya adalah ribosa-5-fosfat, yang diubah
melalui serangkaian zat antara menjadi nukleotida purin (asam inosinat,
asam guanilat, asam adenilat). Jalur ini dikendalikan oleh serangkaian
mekanisme yang kompleks, dan terdapat beberapa enzim yang
mempercepat reaksi yaitu: 5-fosforibosilpirofosfat (PRPP) sintetase dan
amidofosforibosiltransferase (amido-PRT). Terdapat suatu mekanisme
inhibisi umpan balik oleh nukleotida purin yang terbentuk, yang
fungsinya untuk mencegah pembentukan yang berlebihan.
2. Jalur penghematan adalah jalur pembentukan nukleotida purin melalui
basa purin bebasnya, pemecahan asam nukleat, atau asupan makanan.
Jalur ini tidak melalui zat-zat perantara seperti pada jalur de novo. Basa
purin bebas (adenin, guanin, hipoxantin) berkondensasi dengan PRPP
untuk membentuk prekursor nukleotida purin dari asam urat. Reaksi ini
dikatalisis oleh dua enzim: hipoxantin guanin fosforibosiltransferase
(HGPRT) dan adenin fosforibosiltransferase (APRT).
Asam urat yang terbentuk dari hasil metabolisme purin akan difiltrasi secara bebas
oleh glomerulus dan diresorpsi di tubulus proksimal ginjal. Sebagian kecil asam
urat yang diresorpsi kemudian diekskresikan di nefron distal dan dikeluarkan
melalui urin.
Pada penyakit gout-arthritis, terdapat gangguan kesetimbangan metabolisme
(pembentukan dan ekskresi) dari asam urat tersebut, meliputi:
1. Penurunan ekskresi asam urat secara idiopatik.
2. Penurunan eksreksi asam urat sekunder, misalnya karena gagal ginjal.
3. Peningkatan produksi asam urat, misalnya disebabkan oleh tumor (yang
meningkatkancellular turnover) atau peningkatan sintesis purin (karena
defek enzim-enzim atau mekanisme umpan balik inhibisi yang berperan).
4. Peningkatan asupan makanan yang mengandung purin.
Peningkatan produksi atau hambatan ekskresi akan meningkatkan kadar asam urat
dalam tubuh. Asam urat ini merupakan suatu zat yang kelarutannya sangat rendah
sehingga cenderung membentuk kristal. Penimbunan asam urat paling banyak
terdapat di sendi dalam bentuk kristal mononatrium urat. Mekanismenya hingga
saat ini masih belum diketahui.
Adanya kristal mononatrium urat ini akan menyebabkan inflamasi melalui
beberapa cara:
1. Kristal bersifat mengaktifkan sistem komplemen terutama C3a dan C5a.
Komplemen ini bersifat kemotaktik dan akan merekrut neutrofil ke
jaringan (sendi dan membran sinovium). Fagositosis terhadap kristal
memicu pengeluaran radikal bebas toksik dan leukotrien, terutama
leukotrien B. Kematian neutrofil menyebabkan keluarnya enzim lisosom
yang destruktif.
2. Makrofag yang juga terekrut pada pengendapan kristal urat dalam sendi
akan melakukan aktivitas fagositosis, dan juga mengeluarkan berbagai
mediator proinflamasi seperti IL-1, IL-6, IL-8, dan TNF. Mediator-
mediator ini akan memperkuat respons peradangan, di samping itu
mengaktifkan sel sinovium dan sel tulang rawan untuk menghasilkan
protease. Protease ini akan menyebabkan cedera jaringan.
Penimbunan kristal urat dan serangan yang berulang akan menyebabkan
terbentuknya endapan seperti kapur putih yang disebut tofi/tofus (tophus) di
tulang rawan dan kapsul sendi. Di tempat tersebut endapan akan memicu reaksi
peradangan granulomatosa, yang ditandai dengan massa urat amorf (kristal)
dikelilingi oleh makrofag, limfosit, fibroblas, dan sel raksasa benda asing.
Peradangan kronis yang persisten dapat menyebabkan fibrosis sinovium, erosi
tulang rawan, dan dapat diikuti oleh fusi sendi (ankilosis). Tofus dapat terbentuk
di tempat lain (misalnya tendon, bursa, jaringan lunak). Pengendapan kristal asam
urat dalam tubulus ginjal dapat mengakibatkan penyumbatan dan nefropati gout.
MANIFESTADI KLINIS (3)
Terdapat 4 tahap perjalanan klinis
1. Tahap 1 hiperurisemia asimtomatik.
Peningkatan nilai asam urat.
Pasien tidak menunjukkan gejala-gejala lain selain peningkatan asam
urat serum.
Hanya 20% pasien hiperurisemia asimtomatik berlanjut menjadi gout
akut.
2. Tahap 2 artritis gout akut.
Awitan mendadak pembengkakan dan nyeri yang luar biasa.
Biasanya pada sendi ibu jari kaki dan sendi matatarsofalingeal.
Bersifat monoartikular (menyerang 1 sendi saja) dan menunjukkan
tanda-tanda peradangan lokal.
Mugkin terjadi demam leukosit meningkat.
Tahap ini biasanya mendorong pasien untuk berobat.
Sendi-sendi yang lain dapat juga terserang jari-jari tangan, lutut,
mata kaki, pergelangan tangan, dan siku.
Biasanya serangan gout akut pulih tanpa pengobatan (10-14 hari).
3. Tahap 3 interkritikal.
Tidak terdapat gejala-gejala pada masa ini, berlangsung berbulan-
bulan bahkan bertahun-tahun, namun bila di aspirasi sendi ditemukan
kristal urat.
Kebanyakan orang yang mengalami serangan gout berulang dalam
waktu < 1 tahun apabila tidak di obati.
4. Tahap 4 tahap gout kronik.
Timbunan asam urat terus bertambah.
Peradanga kronik akibat kristal-kristal asam urat mengakibatkan nyeri,
sait, kaku, juga pembesaran dan penonjolan sendi yang bengkak.
Tofi (endapan seperti kapur putih) terbentuk akibat insolubilitas relatif
asam urat.
Tempat-tempat yang sering di hinggapi tofi bursa olekranon, tendo
achilles, permukaan ekstensor lengan bawah, heliks telinga.
ANAMNESIS (5)
a. Identitas
- Tanyakan nama, umur, alamat, dan pekerjaan. Pada kasus ini, pasien
bernama Tn. Dwi umur 35 tahun.
b. Riwayat Penyakit Sekarang (sacred seven).
- Keluhan utama : nyeri, bengkak dan merah di pergelangan kaki.
- Lokasi : pergelangan kaki.
- Onset : akut, 2 hari yang lalu.
- Kronologis : adakah gejala prodromal/tidak, terjadi pada malam
hari dan pagi harinya bengkak pada pergelangan kaki.
- Kualitas : apakah keluhan mengganggu/tidak. Pada kasus,
keluhan sudah mengganggu aktivitas sehari-hari.
- Kuantitas : seberapa sering gejala muncul? Nyeri pada malam hari
dan bengkak pagi harinya.
- Faktor pemberat/memperingan.
Tanyakan pada pasien apakah sebelumnya pernah berobat/tidak? Hal-
hal apa saja yang dapat memperingan/memperberat keluhan? Pada
kasus, pasien membeli obat membeli obat penghilang rasa sakit namun
tidak tahan lagi sehingga pergi ke dokter.
- Gejala penyerta.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
- Dulunya pernah menderita seperti ini/tidak?
- Adakah riwayat penyakit asam urat/tidak?
- Adakah penyakit-penyakit lain misal diabetes, hipertensi, dan
sebagainya.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
- Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti ini?
- Adakah penyakit-penyakit lain misal diabetes, hipertensi, dan
sebagainya.
e. Sosial Ekonomi
- Pada kasus, pasien bekerja sebagai marketing di perusahaan
internasional dan sering jamuan makan malam ala internasional.
f. Riwayat pribadi
- Apakah pasien merokok ?
- Alkohol ? dalam kasus ini sering minum wine dan makan menu ala
internasionl.
PEMERIKSAAN FISIK (5)
a. Vital sign.
Periksa kesadaran umum, suhu tubuh, tekanan darah, nadi, dan nafas.
b. Inspeksi.
Amati warna, besar dan bentuk pembengkakan.
c. Palpasi.
Yang dinilai :
- Bentuk.
- Jumlah (multiple/soliter).
- Ukuran.
- Konsistensi (lunak/keras).
- Nyeri tekan (+/-).
- Dapat digerakkan dari dasar (+/-).
PEMERIKSAAN PENUNJANG (1)
a. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah.
Kadar asam urat dalam darah tinggi atau > 7 mg%, adanya leukositosis
dan Laju endap darah (LED) yang meningkat.
Pemeriksaan kadar sero-imunologi.
Rheumatoid factor + Ig M -75% penderita ; 95% + pada penderita
dengan nodul subkutan.
Anti CCP antibody positif telah dapat ditemukan pada arthritis
rheumatoid dini
Pemeriksaan cairan synovial :
Adanya gambar krisatal asam urat yang berbentuk seperti lidi.
Warna kuning sampai putih dengan derajat kekeruhan yang
menggambarkan peningkatan jumlah sel darah putih.
Leukosit 5.000 – 50.000/mm3, menggambarkan adanya proses
inflamasi yang didominasi oleh sel neutrophil (65%).
Rheumatoid factor positif, kadarnya lebih tinggi dari serum dan
berbanding terbalik dengan cairan sinovium.
b. Radiologi
Pemriksaan X-ray:
1. Pada stadium akut: tanda awal tampak pembengkaan jaringan
lunak di sekitar persendian (periartikuler) asimetrik.
2. Perubahan arthritis gout kronik :
Tulang mangalami erosi sehingga berbentuk lonjong dengan
tepi siklerotik akibat deposisi urat di sekitar sendi.
Kadang ditemukan pengapuran di dalam focus.
Tanda khas arthritis gout yaitu apabila pada foto rontgent ditemukan
erosi ‘punch out’.
KRITERIA DIAGNOSIS
Kriteria diagnosis menurut ARC (American Callege of Reumatology) th 1997
1. Ditemukannya Kristal urat.
2. Adanya tofus yang berisi Kristal urat.
3. Terdapat 6 dari 12 kriteria klinis laborat dan radiologis berikut :
a. Terdapat lebih dari satu kali serangan atritis akut.
b. Inflamasi maksimal terjadi dalam waktu satu hari.
c. Arthritis monoartikuler.
d. Kemerahan pada sendi.
e. Bengkak dan nyeri pada MTP-1.
f. Arthritis semilateral yang melibatkan MTP-1.
g. Arthritis semilateral yang melibatkan sendi tarsal.
h. Kecurigaan adanya tofus.
i. Pembengkakan sendi yang asimetris (radiologis).
j. Kista subkortikal tanpa erosi (radiologis).
k. Kultur mikroorganisme negative pada cairan sendi.
PENATALAKSANAAN (1, 3)
MEDIKA MENTOSA
Penanganan gout biasanya dibagi menjadi penanganan serangan akut dan
penanganan hiperurisemia pada pasien artritis kronik. Ada 3 tahapan dalam terapi
penyakit ini:
Mengatasi serangan akut.
Mengurangi kadar asam urat untuk mencegah penimbunan kristal urat pada
jaringan, terutama persendian.
Terapi pencegahan menggunakan terapi hipourisemik.
1. Serangan akut
Istirahat dan terapi cepat dengan pemberian NSAID, misalnya indometasin 200
mg/hari atau diklofenak 150 mg/hari, merupakan terapi lini pertama dalam
menangani serangan akut gout, asalkan tidak ada kontraindikasi terhadap NSAID.
Aspirin harus dihindari karena ekskresi aspirin berkompetisi dengan asam urat
dan dapat memperparah serangan akut gout.
Sebagai alternatif, merupakan terapi lini kedua, adalah kolkisin (colchicine).
Keputusan memilih NSAID atau kolkisin tergantung pada keadaan pasien,
misalnya adanya penyakit penyerta lain/komorbid, obat lain yang juga diberikan
pada pasien pada saat yang sama, dan fungsi ginjal. Tidak ada studi terkontrol
yang membandingkan kolkisin dengan NSAID untuk penanganan gout. Kolkisin
mrupakan obat pilihan jika pasien juga menderita penyakit kardiovaskuler,
termasuk hipertensi, pasien yang mendapat diuretik untuk gagal jantung dan
pasien yang mengalami toksisitas gastrointestinal, kecenderungan perdarahan atau
gangguan fungsi ginjal. Obat yang menurunkan kadar asam urat serum
(allopurinol dan obat urikosurik seperti probenesid dan sulfinpirazon) tidak boleh
digunakan pada serangan akut. Pasien biasanya sudah mengalami hiperurisemia
selama bertahun‐tahun sehingga tidak ada perlunya
memberikan terapi segera untuk hiperurisemianya. Lagipula, obat‐obat tersebut
dapat menyebabkan mobilisasi simpanan asam urat ketika kadar asam urat dalam
serum berkurang. Mobilisasi asam urat ini akan memeprpanjang durasi serangan
akut atau menyebabkan serangan artritis lainnya. Namun, jika pasien sudah
terstabilkan/ menggunakan allopurinol pada saat terjadi serangan akut, allopurinol
tetap terus diberikan.
NSAID
NSAID merupakan terapi lini pertama yang efektif untuk pasien yang mengalami
serangan gout akut. Hal terpenting yang menentukan keberhasilan terapi bukanlah
pada NSAID yang dipilih melainkan pada seberapa cepat terapi NSAID mulai
diberikan. NSAID harus diberikan dengan dosis sepenuhnya (full dose) pada 24‐48 jam pertama atau sampai rasa nyeri hilang. Dosis yang lebih rendah harus
diberikan sampai semua gejala reda. NSAID biasanya memerlukan waktu 24‐48
jam untuk bekerja, walaupun untuk menghilangkan secara sempurna semua gejala
gout biasanya diperlukan 5 hari terapi. Pasien gout sebaiknya selalu membawa
persediaan NSAID untuk mengatasi serangan akut. Indometasin banyak
diresepkan untuk serangan akut artritis gout, dengan dosis awal 75‐100 mg/hari.
Dosis ini kemudian diturunkan setelah 5 hari bersamaan dengan meredanya gejala
serangan akut. Efek samping indometasin antara lain pusing dan gangguan saluran
cerna, efek ini akan sembuh pada saat dosis obat diturunkan.
Azapropazon adalah obat lain yang juga baik untuk mengatasi serangan akut.
NSAID ini menurunkan kadar urat serum, mekanisme pastinya belum diketahui
dengan jelas. Komite Keamana Obat (CSM) membatasi penggunaan azapropazon
untuk gout akut saja jika NSAID sudah dicoba tapi tidak berhasil. Penggunaannya
dikontraindikasikan pada pasien dengan riwayat ulkus peptik, pada ganggunan
fungsi ginjal menengah sampai berat dan pada pasien lanjut usia dengan gangguan
fungsi ginjal ringan.
NSAID lain yang umum digunakan untuk mengatasi episode gout akut adalah:
• Naproxen – awal 750 mg, kemudian 250 mg 3 kali/hari
• Piroxicam – awal 40 mg, kemudian 10‐ 20 mg/hari
• Diclofenac – awal 100 mg, kemudian 50 mg 3 kali/hari selama 48 jam,
kemudian 50 mg dua kali/hari selama 8 hari.
COX-2 inhibitor
Etoricoxib merupakan satu‐satunya COX‐2 inhibitor yang dilisensikan untuk
mengatasi serangan akut gout. Obat ini efektif tapi cukup mahal, dan bermanfaat
terutama untuk pasien yang tidak tahan terhadap efek gastrointestinal NSAID
non‐selektif. COX‐2 inhibitor mempunyai resiko efek samping gastrointestinal
bagian atas yang lebih rendah di banding NSAID non‐selektif. Banyak laporan
mengenai keamanan kardiovaskular obat golongan ini, terutama setelah penarikan
rofecoxib dari peredaran. Review dari Eropa dan CSM mengenai keamanan COX‐2 inhibitor mengkonfirmasi bahwa obat golongan ini memang meningkatkan
resiko thrombosis (misalnya infark miokard dan stroke) lebih tinggi dibanding
NSAID non‐selektif dan plasebo. CSM menganjurkan untuk tidak meresepkan
COX‐2 inhibitor untuk pasien dengan penyakit iskemik, serebrovaskuler atau
gagal jantung menengah dan berat. Untuk semua pasien, resiko gastrointestinal
dan kardiovaskuler harus dipertimbangkan sebelum meresepkan golongan obat
COX‐2 inhibitor ini. CSM juga menyatakan bahwa ada keterkaitan antara
etoricoxib dengan efek pada tekanan darah yang lebih sering terjadi dan lebih
parah dibanding COX‐2 inhibitor lain dan NSAID non‐selektif, terutama pada
dosis tinggi. Oleh karena itu, etoricoxib sebaiknya tidak diberikan pada pasien
yang hipertensinya belum terkontrol dan jika pasien yang mendapat etoricoxib
maka tekanan darah harus terus dimonitor.
Colchicine
Colchicine merupakan terapi spesifik dan efektif untuk serangan gout akut.
Namun, dibanding NSAID kurang populer karena mula kerjanya (onset) lebih
lambat dan efek samping lebih sering dijumpai.
Colchicine oral tadinya merupakan terapi lini pertama untuk gout akut,
Satu studi doubleblind placebocontrolled menunjukkan bawha dua pertiga
pasien yang diterapi dengan colchicine membaik kondisinya dalam 48 jam
dibanding sepertiga pada kelompok plasebo. Agar efektif, kolkisin oral
harus diberikan sesegera mungkin pada saat gejala timbul karena pada
perkembangan gejala berikutnya colchicine kurang efektif. Biasanya, dosis
awal 1 mg yang kemudian diikuti dengan 0.5 mg setiap 2‐3 jam selama
serangan akut sampai nyeri sendi mereda, pasien mengalami efek samping
gastrointestinal atau jika dosis maksimum 6 mg telah diberikan. Untuk
mentitrasi dosis antara dosis terapetik dan sebelum gejala toksik pada
gastrointestinal muncul sulit dilakukan karena dosis terapeutik sangat
berdekatan dengan dosis toksik gastrointestinal. Kematian dilaporkan
terjadi pada pasien yang menerima 5 mg colchicine. Beberapa pengarang
baru‐baru ini menganjurkan untuk menggunakan dosis lebih rendah 0,5
mg tiap 8 jam untuk mengurangi resiko toksik tersebut, terutama untuk
pasien lanjut usia dan pasien dengan gangguan ginjal. Untuk menghindari
efek toksik, pemberian colchicine tidak boleh diulang dalam 3 hari jika
sebelumnya telah digunakan.
Colchicine intravena tidak lagi dilisensikan karena sangat toksik. Tapi
laporan terakhir menyatakan bahwa toksisitas disebabkan karena
penggunaan yang tidak tepat dan biasanya karena kesalahan dosis.
Efek samping
Efek samping colchicine per oral adalah mual dan muntah, diare dan nyeri
abdomen yang terjadi pada 80% pasien. Komplikasi utama terapi ini adalah
dehidrasi. Efek samping lain adalah kejang, depresi nafas, hepatik dan nekrosis
otot, kerusakan ginjal, demam, granulositopenia, anemia aplastik, koagulasi
intravaskuler yang menyebar dan alopesia. Banyak efek samping serius terjadi
pada pasien dengan disfungsi hati atau ginjal.
Steroid
Strategi alternatif selain NSAID dan kolkisin adalah pemberian steroid intra‐artikular. Cara
ini dapat meredakan serangan dengan cepat ketika hanya 1 atau 2 sendi yang
terkena. Namun, harus dipertimbangkan dengan cermat diferensial diagnosis
antara arthritis sepsis dan gout akut karena pemberian steroid intraartikular akan
memperburuk infeksi. Pasien dengan respon suboptimal terhadap NSAID
mungkin akan mendapat manfaat dengan pemberian steroid intra‐artikular.
Steroid sistemik juga dapat digunakan untuk gout akut. Pada beberapa pasien,
misalnya yang mengalami serangan yang berata atau poliartikular atau pasien
dengan penyakit ginjal atau gagal jantung yang tidak dapat menggunakan NSAID
dan kolkisin, dapat diberi prednisolon awal 20‐40 mg/hari. Obat ini memerlukan
12 jam untuk dapat bekerja dan durasi terapi yang dianjurkan adalah 1‐3 minggu.
Alternatif lain, metilprednisolon intravena 50‐150 mg/hari atau triamsinolon
intramuskular 40‐100 mg/hari dan diturunkan (tapering) dalam 5 hari.
NON MEDIKA MENTOSA
Bagi yang telah menderita gangguan asam urat, sebaiknya membatasi
diriterhadap hal-hal yang bisa memperburuk keadaan. Misalnya,
membatasi makanan tinggi purin dan memilih yang rendah purin.
Penggolongan makanan berdasarkan kandungan purin :
Golongan A
Makanan yang mengandung purin tinggi (150-800 mg/100gram makanan)
adalah hati, ginjal, otak, jantung, paru, lain-lain jeroan,udang, remis,
kerang, sardin, herring, ekstrak daging (abon, dendeng), ragi (tape),
alkohol serta makanan dalam kaleng.
Golongan B
Makanan yang mengandung purin sedang (50-150 mg/100gram makanan)
adalah ikan yang tidak termasuk golongan A, daging sapi, kerang-
kerangan, kacang-kacangan kering, kembang kol, bayam,
asparagus, buncis, jamur, daun singkong, daun pepaya, kangkung.
Golongan C
Makanan yang mengandung purin lebih ringan (0-50 mg/100gram
makanan) adalah , susu, telur, sayuran lain, buah-buahan.
Pengaturan diet sebaiknya segera dilakukan bila kadar asam urat melebihi
7 mg/dl dengan tidak mengonsumsi bahan makanan golongan A dan
membatasi diri untuk mengonsumsi bahan makanan golongan B. Juga
membatasi diri mengonsumsi lemak serta disarankan untuk banyak minum
air putih.
Apabila dengan pengaturan diet masih terdapat gejala-gejala peninggian
asam urat darah, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter terdekat untuk
penanganan lebih lanjut.
Hal yang juga perlu diperhatikan, jangan bekerja terlalu berat, cepat
tanggap dan rutin memeriksakan diri ke dokter. Karena sekali menderita,
biasanya gangguan asam urat akan terus berlanjut.
KOMPLIKASI (1)
Komplikasi yang sering terjadi akibat gout arthritis antara lain :
Deformitas pada persendian yang terserang.
Urolitiasis akibat deposit kristal urat pada saluran kemih.
Nephrophaty akibat deposit kristal urat dalam interstisial ginjal.
PENCEGAHAN DAN EDUKASI (1,3)
Makanan yang mengandung tinggi purin dan tinggi protein sudah lama diketahui
dapat menyebabkan dan meningkatkan risiko terkena gout. Untuk menurunkan
kadar asam urat dalam darah dapat dilakukan sebagai berikut :
Kalori sesuai kebutuhan
Jumlah asupan kalori harus benar disesuaikan dengan kebutuhan
tubuh berdasarkan pada tinggi dan berat badan.
Penderita gangguan asam urat yang kelebihan berat badan, berat badannya
harus diturunkan dengan tetap memperhatikan jumlah konsumsi kalori.
Asupan kalori yang terlalu sedikit juga bisa meningkatkan kadar asam urat
karena adanya badan keton yang akan mengurangi pengeluaran asam urat
melalui urin
Tinggi karbohidrat
Karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong, roti dan ubi sangat
baik dikonsumsi oleh penderita gangguan asam urat karena akan
meningkatkan pengeluaran asam urat melalui urin. Konsumsi karbohidrat
kompleks ini sebaiknya tidak kurang dari 100 gram per hari. Karbohidrat
sederhana jenis fruktosa seperti gula, permen, arum manis, gulali, dan
sirop sebaiknya dihindari karena fruktosa akan meningkatkan kadar asam
urat dalam darah.
Rendah protein
Protein terutama yang berasal dari hewan dapat meningkatkan kadar asam
urat dalam darah. Sumber makanan yang mengandung protein hewani
dalam jumlah yang tinggi, misalnya hati, ginjal, otak, paru dan limpa.
Asupan protein yang dianjurkan bagi penderita gangguan asam urat
adalahsebesar 50-70 gram/hari atau 0,8-1 gram/kg berat badan/hari.
Sumber protein yang disarankan adalah protein nabati yang berasal dari
susu, keju dan telur.
Rendah lemak
Lemak dapat menghambat ekskresi asam urat melalui urin. Makanan yang
digoreng, bersantan, serta margarine dan mentega sebaiknya dihindari.
Konsumsi lemak sebaiknya sebanyak 15 persen dari total kalori.
Tinggi cairan
Konsumsi cairan yang tinggi dapat membantu membuang asam urat
melalui urin. Karena itu, Anda disarankan untuk menghabiskan minum
minimal sebanyak 2,5 liter atau 10 gelas sehari. Air minum ini bisa berupa
air putih masak, teh, atau kopi. Selain dari minuman, cairan bisa diperoleh
melalui buah-buahan segar yang mengandung banyak air. Buah-buahan
yang disarankan adalah semangka, melon, blewah, nanas, belimbing
manis, dan jambu air. Selain buah-buahan tersebut, buah-buahan yang lain
juga boleh dikonsumsi karena buah-buahan sangat sedikit mengandung
purin. Buah-buahan yang sebaiknya dihindari adalah alpukat dan durian,
karena keduanya mempunyai kandungan lemak yang tinggi.
Tanpa alkohol
Berdasarkan penelitian diketahui bahwa kadar asam urat mereka yang
mengkonsumsi alkohol lebih tinggi dibandingkan mereka yang
tidak mengkonsumsi alkohol. Hal ini adalah karena alkohol akan
meningkatkan asam laktat plasma. Asamlaktat ini akan menghambat
pengeluaran asam urat dari tubuh.
PROGNOSIS
Pasien yang telah menderita arthritis gour tidak akan sembuh sepenuhnya.pasien
tersebut harus terus menjaga diet sepanjang hidup dan mengurangkan makanan
yang mengandungi purin seumur hidupnya.
PERBEDAAN DD (1,3)
Gout Arthritis Rheumatoid ArthritisDefinisi Kelainan inflamasi yang terjadi
karena deposisi Kristal asam Kelainan inflamasi yang terutama mengenai membran
urat pada jaringan sekitar sendi synovial dari persendian yang mengarah pada destruksi kartilago sendi dan deformitas lebih lanjut → autoimun
Etiologi
Idiopatik, karena gangguan pada ginjal, genetik
Infeksi streptococcus, hemo/non hemolitikus, Autoimun, Metabolic, Genetic
Epidemiologi
- menyerang ♂ > ♀- ♂ > 30 tahun, ♀ pasca menopause
- Menyerang ♀ > ♂- Lebih sering terjadi pada usia 30-50 tahun
Manifestasi Klinis
- Monoarthritis- Onset : akut – kronis- Dalam keadaan parah disertai tofi yang banyak dan polyarthritis cuping hidung, MTP 1, jari tangan, olecranon, tendon Achilles- Bengkak dan nyeri pada MTP 1 berlanjut pergelangan tangan/kaki, lutut dan siku- Pagi : sakit hebat, tidak bisa berjalan, nyeri, terasa hangat, merah, rasa lemah dan letih, demam, menggigil
- Polyarthritis- Kronis bersifat progressive- Pada keadaan parah menyebabkan kerapuhan tulang membuat kelainan bentuk terutama tangan, jari-jari- Sakit & bengkak pada sendi-sendi terutama pada jari-jari tangan, pergelangan tangan, siku, dan lutut- Persendian kaku pada pagi hari, otot-otot terasa kejang, terasa panas, kelihatan merah, rasa letih & lemah, mengandung cairan → sensasi dingin pada kaki & tangan disebabkan gangguan sirkulasi darah- demam, ↓ BB, anemia
Pmx Penunjang
- ↑ serum asam urat- cairan aspirasi dari sendi sebuah tofi menggunakan jarum Kristal urat yang tajam- radiologi : awal → tidak ada perubahanTofi → ada penumpukan kristal asam urat dibawah synovial sendi- eusinofil dan leukosit ↑
- ↑ factor rheumatoid serum- aspirasi cairan synovial → memperlihatkan adanya sel darah putih dalam kultur yang steril- perubahan radiologi, menyangkut dekalsifikasi tulang sendi- LED ↑- WBC 1600 – 2000 → N: 200
- anemia hipokromik mikrositik
Penatalaksanaan
- NSAID → untuk mengatasi nyeri sendi- kortikosteroid- kolkisin- alopurinol
- NSAID → untuk mengatasi nyeri sendi- imunosupresif- kortikosteroid → untuk pas. RA dengan komplikasi berat- diet : asam lemak omega-3 yang terdapat pada ikan- pembedahan : mengangkat membrane synovial untuk memperbaiki deformitas- rehabilitasi : untuk mengmbalikan ketidakmampuan pasien
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo Aru. W. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II, Ed. IV.
Jakarta : Penerbit FK. UI.
2. Komar, V. Cotran, S. Robbin, S. L. 2007. Buku Ajar Patologi. Jakarta :
EGC.
3. Price. A. Sylvia. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Vol. 2, Ed. VI. Jakarata : EGC.
4. Guyton, Arthur. C. Hall, John. E. 2009. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
Ed. 11. Jakarta : EGC.
5. Gleadle onathan. 2005. At A Glance Anamnesis & Pemeriksaan Fisik.
Jakarta : EGC.