bk skill lab blok digest 2015-2

71
BUKU PANDUAN SKILL LAB PIC 1: dr. Nur Signa Aini Gumilas, M.Biotech PIC 2: dr. Vidya Dewantari Kode: KUB 238 Semester: IV UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN PURWOKERTO 2015

Upload: isri-nur-fazriyah

Post on 22-Sep-2015

60 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

yeay

TRANSCRIPT

BUKU PANDUAN SKILL LAB

PIC 1: dr. Nur Signa Aini Gumilas, M.BiotechPIC 2: dr. Vidya DewantariKode: KUB 238Semester: IVUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANFAKULTAS KEDOKTERAN PURWOKERTO2015

PEDOMAN TRAINER SKILL LAB BLOK DIGESTIVE TA 2013/2014

Berikut ini adalah pedoman pelaksanaan Skill Lab Blok Digest TA 2014/2015 : 1. Seluruh kegiatan telah terjadwal sehingga diharapkan mahasiswa dan trainer dapat menaati jadwal tersebut agar tidak terjadi benturan kepentingan pemakaian ruangan maupun peralatan skills lab.2. Sebelum memulai latihan ketrampilan klinis, mahasiswa telah membaca referensi dan daftar tilik yang terdapat dalam buku panduan.3. Selama pelaksanaan skill lab, trainer mengklarifikasi hal-hal kritis, kesalahan-kesalahan umum, tips dan kriteria untuk mendapatkan skor maksimal dalam daftar tilik.

KETRAMPILAN PEMERIKSAAN ABDOMEN

TUJUAN PEMBELAJARAN

Pada akhir praktikum keterampilan pemeriksaan fisik abdomen, mahasiswa diharapkan mampu :1. Menjelaskan prinsip-prinsip pemeriksaan fisik abdomen2. Melakukan inspeksi abdomen3. Melakukan auskultasi abdomen4. Melakukan palpasi abdomen5. Melakukan perkusi abdomen6. Melakukan pemeriksaan-pemeriksaan khusus abdomen

TINJAUAN PUSTAKA

Topografi AbdomenAbdomen dibagi secara topografi menjadi 5 kuadran, yaitu : Kuadran kanan atas/Right Upper Quadrant (RUQ). Kuadran kanan bawzh/Right Lower Quadrant (RLQ) Kuadran kiri atas/Left Upper Quadrant (LUQ) Kuadran kiri bawah/Left Lower Quadrant (LLQ) Garis tengah/Midline yang terdiri dari :EpigastrikPeriumbilikalSuprapubik

Gambar. 1. Topografi abdomenDengan melihat topografi ini kita dapat mengidentifikasi status normal atau patologis dari abdomen, seperti pada gambar 2.

Gambar. 2.. Anatomi superficial AbdomenUntuk menemukan hal tertentu seperti nyeri atau massa, abdomen dapat dibagi menjadi 9 daerah dengan cara membuat 4 garis khayal. Garis pertama sepanjang batas bawah dari dada, selanjutnya garis paralel dari kedua SIAS dan akhirnya 2 garis linea mediana klavikula (Gambar 3). Pembagian dan topografi organ dapat dilihat pada tabel 1.

Gambar 3. Pembagian 9 Regio AbdomenTabel 1. Topografi abdomenHipokhondriaka kananEpigastriumHipokhondriaka kiri

Right lobe of liver Gallbladder Portion of duodenum Hepatic flexure of colon Portion of right kidney Suprarenal glandPyloric end of stomachDuodenumPancreasPortion of liver

Stomach Spleen Tail of pancreas Splenic flexure of colon Upper pole of left kidney Suprarenal gland

Lumbal kananUmbilikalLumbal kiri

Ascending colonLower half of right kidneyPortion of duodenum and jejunumOmentumMesenteryLower part of duodenumJejunum and ileum Descending colon Lower half of left kidney Portions of jejunum and ileum

Inguinal kananHipogastrik (pubik)Inguinal kiri

Cecum Appendix Lower end of ileum Right ureter Right spermatic cord Ileum Bladder Uterus (in pregnancy) Sigmoid colon Left ureter Left spermatic cord Left ovary

Kavum abdomen meluas mulai dari daerah di bawah diaphragma yang terlindung oleh kosta. Di daerah yang terlindung ini, terletak sebagian besar dari hepar, ventrikuli, dan seluruh bagian dari lien yang normal. Organ-organ pada daerah terlindung tersebut tidak dapat diraba (dipalpasi), tetapi dengan perkusi dapat diperkirakan adanya organ-organ tersebut. Sebagian besar dari kandung empedu normal terletak disebelah dalam dari hepar, sehingga hampir tidak dapat dibedakan. Duodenum dan pancreas terletak di bagian dalam kuadran atas abdomen, sehingga dalam keadaan normal tidak teraba. Ginjal adalah organ yang terletak di daerah posterior, terlindung oleh tulang rusuk, sudut costovertebral (sudut yang dibentuk oleh batas bawah kosta ke-12 dengan processus transverses vertebra lumbalis) merupakan daerah untuk menentukan ada tidaknya nyeri ginjal.

ALAT DAN BAHAN Alat yang dibutuhkan hanya stetoskop

PROSEDUR TINDAKAN

Syarat-syarat pemeriksaan abdomen yang baik adalah :1. Penerangan ruang memadai.2. Penderita dalam keadaan relaks.3. Daerah abdomen mulai dari atas processus xiphoideus sampai symphisis pubis harus terbuka.

Untuk memudahkan relaksasi :1. Kandung kencing dalam keadaan kosong.2. Penderita berbaring terlentang dengan bantal dibawah kepalanya, dan dibawah lututnya.3. Kedua lengan diletakkan di samping badan, atau diletakkan menyilang pada dada. Tangan yang diletakkan di atas kepala akan membuat dinding abdomen teregang dan mengeras, sehingga menyulitkan palpasi.4. Gunakan tangan yang hangat, permukaan stetoskop yang hangat, dan kuku yang dipotong pendek. Menggosok kedua tangan akan membantu menghangatkan kedua tangan anda.5. Mintalah penderita untuk menunjukkan daerah yang terasa sakit dan memeriksa daerah tersebut terakhir.6. Lakukan pemeriksaan dengan perlahan, hindarkan gerakan yang cepat dan tiba-tiba.7. Apabila perlu ajaklah penderita berbicara.8. Apabila penderita amat ketakutan atau kegelian, mulailah pemeriksaan dengan menggenggam kedua tangannya di bawah tangan anda, kemudian secara pelan-pelan bergeser untuk melakukan palpasi.9. Monitorlah pemeriksaan anda dengan memperhatikan muka/ekspresi penderita.

Biasakanlah untuk mengetahui keadaan di tiap bagian yang Anda periksa. Pemeriksaan dilakukan dari sebelah kanan penderita, dengan urutan : inspeksi, auskultasi, perkusi, palpasi.INSPEKSIMulailah menginspeksi dinding abdomen dari posisi Anda berdiri di sebelah kanan penderita. Apabila anda akan memeriksa gerakan peristaltik sebaiknya dilakukan dengan duduk, atau agak membungkuk, sehingga Anda dapat melihat dinding abdomen secara tangensial. Perhatikanlah :1. Bentuk abdomen saat berdiri. Pada ascites perut akan seperti menggantung/jatuh ke bawah.2. Bentuk abdomen saat berbaring. Pada ascites perut akan melebar kesamping.3. Perhatikan bentuk permukaan (countour) abdomen termasuk daerah inguinal dan femora: datar, bulat, protuberant, atau scaphoid. Bentuk yang melendung mungkin disebabkan oleh asites, penonjolan suprapubik karena kehamilan atau kandung kencing yang penuh. Tonjolan asimetri mungkin terjadi karena pembesaran organ setempat atau massa.4. Umbillikus: perhatikan bentuk dan lokasinya, apakah ada tanda-tanda inflamasi atau hernia.5. Kulit : apakah ada sikatriks, striae atau vena yang melebar. Secara normal, mungkin terlihat vena-vena kecil. Striae yang berwarna ungu terdapat pada sindroma Cushing dan vena yang melebar dapat terlihat pada cirrhosis hepatic atau bendungan vena cava inferior. Perhatikan pula apakah ada rash atau lesi-lesi kulit lainnya.6. Pembesaran organ : mintalah penderita untuk bernapas, perhatikan apakah nampak adanya hepar atau lien yang menonjol di bawah arcus costa.7. Apakah ada massa abnormal, bagaimana letak, konsistensi, mobilitasnya.8. Peristaltik. Apabila Anda merasa mencurigai adanya obstruksi usus,amatilah peristaltik selama beberapa menit. Pada orang yang kurus, kadang-kadang peristaltik normal dapat terlihat.9. Pulsasi : Pulsasi aorta yang normal kadang-kadang dapat terlihat di daerah epigastrium.10. Gerakan pasien misalnya tidak berani bergerak akibat iritasi peritoneum atau nyeri.

AUSKULTASIPerannya relatif kecil. Dengan mempergunakan diafragma stetoskop didengarkan 15 atau 20 detik pada seluruh abdomen seperti pada gambar 4.

Gambar 4. Auskultasi AbdomenAda 3 hal yang harus diperhatikan yaitu : Apakah suara usus ada ?Bila ada apakah meningkat atau melemah (kuantitas)?Perkiraan asal dari suara (kualitas)?Gerakan peristaltik disebut bunyi usus, yang muncul setiap 2-5 detik. Pada proses radang serosa seperti pada peritonitis bunyi usus jarang bahkan hilang sama sekali. Bila terjadi obstruksi intestin maka intestin berusaha untuk mengeluarkan isinya melalui lubang yang mengalami obstruksi dan saat itu muncul bunyi usus yang sering disebut "rushes". Kemudian diikuti dengan penurunan bunyi usus gemerincing yang disebut "tinkles," dan kemudian menghilang. Pada pasca operasi didapatkan periode bunyi usus menghilang.Kemudian dengarkan bising arteri renalis pada beberapa sentimeter diatas umbilikus sepenjang tepi lateral otot rektus dan bila ada penyempitan akan terdengar murmur misalnya insufiensi renal atau pada hipertensi akibat stenosis arteri renalis.Untuk mendengarkan bising arteri masing-masing sesuai dengan tempatnya seperti pada gambar 5.

Gambar 5. Lokasi masing-masing arteriAuskultasi yang cermat di atas hepar yang membesar kadang-kadang menunjukkan harsh bruit tumor vaskuler, terutama hepatoma atau friction rub kasar dari nodul permukaan. Venous hum pada umbilikus dapat menandakan hipertensi porta dan peningkatan aliran darah kolateral di sekitar hepar.

PERKUSIPerkusi berguna untuk orientasi abdomen, untuk memperkirakan ukuran hepar, lien, menemukan asites, mengetahui apakah suatu masa padat atau kistik, dan untuk mengetahui adanya udara pada lambung dan usus.

OrientasiTehnik perkusi yaitu pertama kali yakinkan tangan pemeriksa hangat sebelum menyentuh perut pasien Kemudian tempatkan tangan kiri dimana hanya jari tengah yang melekat erat dengan dinding perut. Selanjutnya diketok 2-3 kali dengan ujung jari tengah tangan kanan seperti pada gambar 6.

Gambar 6. Perkusi AbdomenLakukanlah perkusi pada keempat kuadran untuk memperkirakan distribusi suara timpani dan redup. Biasanya suara timpanilah yang dominan karena adanya gas pada saluran gastrointestinal, tetapi cairan dan faeces menghasilkan suara redup. Pada sisi abdomen perhatikanlah daerah dimana suara timpani berubah menjadi redup. Periksalah daerah suprapublik untuk mengetahui adanya kandung kencing yang teregang atau uterus yang membesar.Perkusilah dada bagian bawah, antara paru dan arkus costa, Anda akan mendengar suara redup hepar disebelah kanan, dan suara timpani di sebelah kiri karena gelembung udara pada lambung dan fleksura splenikus kolon. Suara redup pada kedua sisi abdomen mungkin menunjukkan adanya asites.

HeparUntuk menentukan ukuran hati, dikerjakan sebagai berikut :Mulai perkusi dibawah payudara kanan pada LMC kanan dan merupakan daerah paru kanan, hasilnya suara sonor dari paru.Kemudian perkusi beberapa sentimeter kebawah sampai suara perkusi lebih pekak dan perhitungan mulai dari titik ini.Teruskan kebawah sampai ada perubahan suara perkusi. Titik ini merupakan titik akhir dan kemudian diukur dari titik awal sampai titik akhir. Panjang ukuran disebut liver span yang mempunyai angka normal 6-12 cm.

LienLien yang normal terletak pada lengkung diafragma, disebelah posterior garis midaxiler. Suatu daerah kecil suara redup dapat ditemukan di antara suara sonor paru dan suara timpani, tetapi mencari suara redup lien ini tidak banyak gunanya. Perkusi lien hanya berguna kalau dicurigai atau didapatkan splenomegali. Apabila membesar, lien akan membesar ke arah depan, ke bawah dan ke medial, mengganti suara timpani dari lambung dan kolon, menjadi suara redup. Apabila Anda mencurigai splenomegali, cobalah pemeriksaan-pemeriksaan berikut :1. Perkusilah daerah spatium intercosta terbawah di garis axilaris anterior kiri (gambar 7). Daerah ini biasanya timpani. Kemudian mintalah penderita untuk menarik napas panjang, dan lakukan perkusi lagi. Apabila lien tidak membesar,suara perkusi tetap timpani. Apabila suara menjadi redup pada inspirasi, berarti ada pembesran lien. Walaupun demikian kadang-kadang terdapat juga suara redup pada lien normal (falsely positive splenic percuission sign)2. Perkusilah daerah redup lien dari berbagai arah. Apabila ditemukan daerah redup yang luas, berarti terdapat pembesaran lien

Gambar 7. Perkusi limpa

Pemeriksaan perkusi untuk mengetahui adanya pembesaran lien, dapat terganggu oleh berbagai isi lambung dan kolon, tetapi pemeriksaan ini dapat menunjukkan adanya pembesaran lien sebelum teraba pada palpasi.PALPASIPertama kali tangan pemeriksa harus hangat. Palpasi dilakukan dengan perlahan-lahan, dengan tekanan yang tetap, hindari gerakan yang keras atau cepat yang menyebabkan pasien terkejut atau merasa tidak enak.Palpasi ringan (superficial) berguna untuk mengetahui adanya ketegangan otot, nyeri tekan abdomen, dan beberapa organ dan masa superficial. Dengan posisi tangan dan lengan bawah horizontal, dengan menggunakan telapak ujung jari-jari secara bersama-sama, lakukanlah gerakan menekan yang lembut, dan ringan. Dengan perlahan, rasakan semua kuadran. Carilah adanya masa atau organ, daerah nyeri tekan atau daerah yang tegangan ototnya lebih tinggi (spasme). Apabila terdapat tegangan, carilah apakah ini disadari atau tidak, dengan cara mencoba merelakskan penderita, dan melakukan palpasi pada waktu ekspirasi.Palpasi dalam biasanya diperlukan untuk memeriksa masa abdomen. Dengan menggunakan permukaan pallar dari ujung jari, lakukan palpasi dalm untuk mengetahui adanya masa. Tentukanlah lokasinya, ukurannya, bentuknya, konsitensinya, mobilitasnya, apakah terasa nyeri pada tekanan. Apabila palpasi dalam sulit dilakukan (misalnya pada obesitas atau otot yang tegang), gunakan dua tangan, satu di atas yang lain.Masa di abdomen dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis : fisiologi (uterus dalam kehamilan); inflamasi (diverticulitis colon atau pesudocyst pancreas); vaskuler (aneurisma aorta); neoplastik (uterus miomatosa, karsinoma kolon, atau ovarium); atau obstruktif (kandung kencing yang teregang).

Mengetahui adanya iritasi peritonealNyeri abdomen dan nyeri tekan abdomen, lebih-lebih bila disertai spasme otot, menunjukkan adanya inflamasi dari peritoneum parietale. Temukanlah daerah ini setepatnya.Sebelum melakukan palpasi, mintalah penderita untuk batuk, dan temukanlah rasa sakitnya. Kemudian lakukanlah palpasi secara lembut dengan satu jari untuk menentukan daerah nyeri, atau lakukanlah pemeriksaan untuk mengetahui adanya nyeri lepas. Tekan jari Anda pelan-pelan dengan kuat, kemudian tiba-tiba lepaskan tekanan Anda. Apabila pada pelepasan tekanan juga timbul rasa sakit (tidak hanya pada penekanan), dikatakan bahwa nyeri lepas tekan positif.

HeparLetakkan tangan kiri anda di belakang penderita, menyangga costa ke-11 dan ke-12 dengan posisi sejajar pada costa. Mintalah penderita untuk relaks. Dengan mendorong hepar ke depan, hepar akan lebih mudah teraba dari depan dengan tangan kanan.Tempatkan tangan kanan Anda pada abdomen penderita sebelah kanan, di sebelah lateral otot rektus, dengan ujung jari ditempatkan di bawah batas bawah daerah redup hepar. Dengan posisi jari tangan menunjuk ke atas atau obliq, tekanlah dengan lembut kearah dalam dan ke atas.Mintalah penderita untuk bernapas dalam-dalam. Cobalah merasakan sentuhan hepar pada jari anda pada waktu hepar bergerak ke bawah, dan menyentuh jari Anda. Apabila Anda merasakannya, kendorkanlah tekanan jari Anda, dan Anda dapat meraba permukaan anterior hepar penderita. Apabila anda dapat merasakanya, batas hepar normal adalah lunak, tegas, dan tidak berbenjol-benjol.Besarnya tekanan pada dinding abdomen pada pemeriksaan hepar tergantung pada tebal-tipisnya otot rektus. Apabila anda susah merabanya, pindahlah palpasi pada daerah yang lebih dekat ke arcus costa. Pemeriksaan dapat juga dilakukan dengan teknik mengait. Berdirilah di sebelah kanan penderita. Letakkanlah kedua tangan Anda bersebelahan di bawah batas bawah redup hepar. Mintalah penderita untuk bernapas dalam-dalam dengan nafas perut, sehingga pada inspirasi hepar dan juga lien akan berada pada posisi teraba.Besar hepar, berapa cm di bawah arcus costa. Tepi hepar, apakah tumpul atau tajam. Permukaan hepar, rata atau berbenjol-benjol. Konsistensi hepar, kenyal atau keras. Nyeri tekan, ada atau tidak.

Gambar 8. Cara palpasiLienPada kuadran kiri atas kita dapat palpasi limpa. Letakkan tangan kiri Anda untuk menyangga dan mengangkat costa bagian bawah sebelah kiri penderita. Dengan tangan kanan diletakkan di bawah arcus costa, lakukanlah tekanan ke arah lien. Mulailah palpasi di daerah yang cukup rendah untuk dapat meraba lien yang membesar. Mintalah penderita untuk bernapas dalam-dalam, dan cobalah untuk merasakan sentuhan lien pada ujung jari Anda. Lien yang membesar dapat terlewatkan dari pemeriksaan (tidak dapat teraba) apabila pemeriksa mulai palpasi pada daerah yang terlalu ke atas. Perhatikanlah adakah nyeri tekan, bagaimana permukaannya, dan perkirakanlah jarak antara lien dengan batas terendah dari kosta kiri yang terbawah.Ulangi pemeriksaan dengan penderita pada posisi miring ke kanan, dengan tungkai fleksi pada paha dan lutut. Pada posisi ini, gaya gravitasi akan menyebabkan lien terdorong ke depan dan ke kanan, sehingga lebih mudah teraba.Pada keadaan tertentu perlu dilakukan pemeriksaan schuffner. Caranya yaitu ditarik garis dari SIAS kanan ke umbilikus memotong arkus kosta kiri. Garis ini disebut garis schuffner yang dibagi atas 8 (SI-SVIII). Bila teraba limpa dengan syarat yaitu pada gerakan nafas perut pasien gerakan megikuti garis schuffner, teraba insisura dan balotemen negatif. Bila lien teraba laporkan: garis schuffner (1 8), permukaan, konsistensi, pinggir, nyeri tekan dan diingat adanya incisura lienalis.

Pemeriksaan AortaTekanlah kuat-kuat abdomen bagian atas, sedikit di sebelah kiri garis tengah, dan rasakan adanya pulsasi aorta. Pada penderita di atas 50 tahun, cobalah memperkirakan lebar aorta dengan menekan kedua tangan pada kedua sisi.

Gambar 10. Ilustrasi pemeriksaan aorta abdominalis

PEMERIKSAAN KHUSUS

Pemeriksaan asitesKarena cairan asites akan mengalir sesuai gravitasi, sedangkan gas dan udara akan mengapung di atas, perkusi akan menghasilkan pola suara perkusi yang khas. Pada posisi pasien terlentang, perkusi mulai umbilikus ke lateral. Tandailah batas antara daerah timpani dan redup.1. Test suara redup berpindah (shifting dullness)Setelah menandai batas suara timpani dan redup, mintalah penderita untuk miring ke salah satu sisi tubuhnya, lakukanlah perkusi lagi, dan amatilah batas timpani dan redup. Pada penderita tanpa asites, batas ini tidak berubah dengan perubahan posisi.2. Test undulasiMintalah penderita atau asisten untuk menekan kedua tangan pada midline dari abdomennya. Kemudian ketuklah satu sisi abdomennya dengan ujung jari anda, dan rasakan pada sisi yang lain dengan ujung jari anda, dan rasakan pada sisi yang lain dengan tangan anda yang lain, adanya getaran yang diteruskan oleh cairan asites.

Gambar 11. Pemeriksaan UndulasiTes untuk apendisitis1. Mintalah penderita untuk menunjuk tempat mula-mula rasa sakit dan tempat yang sekarang terasa sakit. Mintalah penderita untuk batuk. Amatilah apakah timbul rasa sakit. Rasa sakit pada apendisitis khas mulai dari daerah sekitar umbilicus dan kemudian bergeser ke kanan bawah dan terasa sakit pada waktu batuk.2. McBurneys signa. Memperkirakan letak appendiks di titik Mc Burney (Mc Burneys point). Titik Mc Burney adalah titik imajiner yang dipergunakan untuk memperkirakan letak appendiks, yaitu titik di 1/3 lateral dari garis yang dibentuk dari umbilikus dan SIAS dekstra.

Gambar 12. Memperkirakan letak titik Mc Burney (1. Titik McBurney: 2. Umbilikus: 3. SIAS (spina ischiadica anterior superior) dekstra)

b. Titik McBurney ditekan dengan jari telunjuk.

Gambar 13. Menekan titik Mc Burney dengan jari telunjukNyeri tekan di titik Mc Burney disebut Mc Burney sign, salah satu tanda dari appendicitis akut. Nyeri di titik ini disebabkan oleh inflamasi dari appendiks dan persentuhannya dengan peritoneum. Nyeri akan bertambah seiring dengan berlanjutnya proses inflamasi. Appendicitis tidak selalu menimbulkan nyeri tekan di titik Mc Burney, hal ini disebabkan letak appendiks yang sangat bervariasi, misalnya appendiks yang terletak retrocoecal (di belakang coecum) tidak menyebabkan nyeri tekan di titik Mc Burney.

Gambar 14. Variasi letak appendiks, akan menunjukkan perbedaan hasil pemeriksaan3. Rebound tendernessRebound tenderness atau release sign atau Blumberg sign, adalah salah satu tanda dari appendicitis yang terlihat dengan cara menekan abdomen kanan bawah sedalam mungkin, lalu melepaskannya secara tiba-tiba. Tanda ini positif apabila pasien merasa kesakitan (saat dilepaskan terasa lebih sakit dibandingkan saat ditekan).

Gambar 15. Pemeriksaan rebound tenderness4. Rovsing's signRovsing's sign adalah salah satu tanda dari appendicitis, yaitu nyeri pada daerah appendiks saat ditekan abdomen kwadran kiri bawah. Pada saat ditekan peritoneum akan menegang dan terasa nyeri di tempat yang mengalami inflamasi. Apabila terasa nyeri hanya pada sisi kiri atau kedua sisi maka perlu dipikirkan diagnosis penyakit lain pada vesika urinaria, uterus, kolon ascenden, tuba falopii, ovarium atau struktur anatomi lain.

Gambar 16. Pemeriksaan Rovsing's sign5. Psoas signPsoas sign atau Obraztsovas sign adalah nyeri akibat dari iritasi otot iliopsoas yang menandakan adanya appendicitis letak retrocoecal. Test ini dilakukan dengan cara menegangkan otot pada posisi hiperextensi hip secara pasif atau mengkontraksikan otot pada flexi hip aktif. Bila appendiks terletak dekat dengan musculus iliopsoas maka akan menyebabkan nyeri pada peregangan atau kontraksi otot.

Gambar 17. Kiri : appendiks letak retrocoecal dan m. iliopsoas; kanan : Psoas sign6. Obturator signObturator sign atau cope sign adalah tanda iritasi pada musculus obturator internus. Test ini dilakukan dengan cara pasien tidur terlentang dengan flexi hip kanan 90 derajat, pegang sendi ankle kanan dengan tangan kanan pemeriksa, lakukan endorotasi. Bila terasa nyeri maka diduga appendiks mengalami inflamasi, membesar sehingga menyentuh muskulus obturator internus.

Gambar 18. Kiri : appendiks dan m. Obturator internus ; kanan : Obturator sign

7. Cough test (Dunphys sign)Cough test, dilakukan dengan cara menyuruh pasien batuk, jika terasa nyeri di abdomen menandakan adanya inflamasi di titik nyeri.8. Lakukan pemeriksaan rektal. Pemeriksaan ini dapat membedakan apendiks normal dengan yang meradang. Rasa sakit pada kuadran kanan bawah mungkin berarti peradangan pada adnexa vesicular seminalis atau apendiks.

Pemeriksaan untuk kecurigaan terhadap kolesistitis akutApabila ada rasa sakit dan nyeri tekan di daerah kanan atas, lakukanlah pemeriksaan Murphys sign. Kaitkan ibu jari atau jari-jari tangan kiri Anda di bawah tepi costa dimana batas lateral muskulus rektus menyilang kosta. Mintalah penderita untuk napas dalam-dalam. Amatilah pernapasan dan derajat nyerinya. Penambahan rasa sakit yang tajam yang ditandai dengan Murphys sign yang positif.

Gambar 19. Pemeriksaan Murphys Sign

Pemeriksaan HerniaINSPEKSI1. Hernia reponibel terdapat benjolan dilipat paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan mneghilang setelah berbaring.2. Hernia inguinal Lateralis : uncul benjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral ke medial, tonjolan berbentuk lonjong. Medialis : tonjolan biasanya terjadi bilateral, berbentuk bulat.3. Hernia skrotalis : benjolan yang terlihat sampai skrotum yang merupakan tojolan lanjutan dari hernia inguinalis lateralis.4. Hernia femoralis : benjolan dibawah ligamentum inguinal.5. Hernia epigastrika : benjolan dilinea alba.6. Hernia umbilikal : benjolan diumbilikal.7. Hernia perineum : benjolan di perineum.

PALPASI Titik tengah antar SIAS dengan tuberkulum pubicum (AIL) ditekan lalu pasien disuruh mengejan. Jika terjadi penonjolan di sebelah medial maka dapat diasumsikan bahwa itu hernia inguinalis medialis. Titik yang terletak di sebelah lateral tuberkulum pubikum (AIM) ditekan lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateral titik yang kita tekan maka dapat diasumsikan sebagai nernia inguinalis lateralis. Titik tengah antara kedua titik tersebut di atas (pertengahan canalis inguinalis) ditekan lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateralnya berarti hernia inguinalis lateralis jika di medialnya hernia inguinalis medialis. Hernia inguinalis : kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dua permukaan sutera, tanda ini disebut sarung tanda sarung tangan sutera. Kantong hernia yang berisi mungkin teraba usus, omentum (seperti karet), atau ovarium. Dalam hal hernia dapat direposisi pada waktu jari masih berada dalam annulus eksternus, pasien mulai mengedan kalau hernia menyentuh ujung jari berarti hernia inguinalis lateralis dan kalau samping jari yang menyentuh menandakan hernia inguinalis medialis. lipat paha dibawah ligamentum inguina dan lateral tuberkulum pubikum. Hernia femoralis : benjolan lunak di benjolan dibawah ligamentum inguinal Hernia inkarserata : nyeri tekan.

PERKUSIBila didapatkan perkusi perut kembung (hipertimpani) maka harus dipikirkan kemungkinan hernia strangulata.

AUSCULTASIHiperperistaltik didapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia yang mengalami obstruksi usus (hernia inkarserata).

TIGA TEKNIK PEMERIKSAAN SEDERHANA 1. Pemeriksaan Finger Test:a. Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5.b. Dimasukkan lewat skrortum melalui anulus eksternus ke kanal inguinal.c. Penderita disuruh batuk: Bila impuls diujung jari berarti Hernia Inguinalis Lateralis. Bila impuls disamping jari Hernia Inguinnalis Medialis.

Gambar 20. Finger Test

2. Pemeriksaan Ziemans Test:a. Posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan dulu (biasanya oleh penderita).b. Hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan.c. Penderita disuruh batuk bila rangsangan pada : Jari ke 2 : Hernia Inguinalis Lateralis. Jari ke 3 : hernia Ingunalis Medialis. Jari ke 4 : Hernia Femoralis.

Gambar 21. Ziemans Test

3. Pemeriksaan Thumb Test: Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh mengejan Bila keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis Medialis. Bila tidak keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis Lateralis.

Gambar 21. Thumb Test

DAFTAR PUSTAKA

1. Goldberg C.2001.Examination of Abdomen A Practical Guide to Clinical Medicine. University of Colorado.2. Rathe R.2000.Examination of the Abdomen. University of Florida. 3. DeGowin RL, Donald D Brown.2000.Diagnostic Examination. McGraw-Hill.USA.4. Betty S. 2012. Pemeriksaan Abdomen dan Hernia. Universitas Negeri Sebelas Maret. Solo.5. Isselbacher, dkk. 1999. Harrison: Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Volume 1. EGC. Jakarta.6. R. Sjamsuhidajat & Wim de Jong. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi I. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta.

DAFTAR TILIK PEMERIKSAAN FISIK ABDOMENNAMA :...................................................... NIM : .....NOASPEK YANG DINILAISKOR

0123

1Menyapa pasien, memperkenalkan diri dan menanyakan identitas pasien. Menjelaskan prosedur dan tujuan pemeriksaan. Meminta persetujuan pasien.

2Menjaga privasi pasien dan mencucuci tangan sesuai posedur.

3Berdiri disebelah kanan pasien. *critical point

4Meminta penderita untuk membuka bajunya seperlunya agar daerah pemeriksaan terbuka (dari bawah payudara sampai pelvis).

5Meminta penderita untuk memberikan respons terhadap pemeriksaan (rasa sakit).

INSPEKSI

6Inspeksi abdomen pada saat pasien berdiri, nilai apakah ada kelainan atau tidak.

7Meminta pasien berbaring, inspeksi: perubahan yang terjadi dari berdiri ke berbaring (pada ascites seperti perut katak). Dinilai apakah ada massa, ikterus, alopesia pectoralis/aksilaris, spider navy, venektasi, caput medusa, striae, sikatrik, umbilicus (infeksi/hernia), pulsasi aorta (di epigastrium), darm steifung, darm contour. (Inspeksi dengan berdiri).

8Melakukan inspeksi terhadap peristaltic dengan membungkuk atau duduk.

AUSKULTASI

9Melakukan auskultasi sebelum perkusi dan palpasi.

10Auskultasi periumbilikal (menilai bising usus didengarkan 15-20 detik).

11Auskultasi hepar.

12Auskultasi Arteri (aorta, renal kanan-kiri, iliaka kanan-kiri).

PERKUSI

13Perkusi hepar: menilai batas paru-hepar, pekak relatif dan pekak absolut, mengukur Liver span.

14Perkusi lien: menilai Traubes space.

15Perkusi 9 regio abdomen (sebutkan regionya).

Pemeriksaan Ascites:

16Perkusi dari daerah periumbilikal ke lateral.

17Meminta pasien miring ke kanan/kiri untuk memeriksa shifting dullness.

18Melakukan pemeriksaan undulasi.

19Menginstruksikan pasien untuk menekuk kaki dan menyilangkan tangan di dada/meletakkan lengan di samping badan.

PALPASI

20Menghangatkan tangan dengan menggosok kedua telapak tangan.

21Melakukan palpasi superficial secara menyeluruh.

22Melakukan palpasi hepar: menilai batas, tepi, permukaan, konsistensi, nyeri tekan/tidak.

23Melakukan palpasi lien. Bila lien teraba laporkan: garis schuffner (1 8), permukaan, konsistensi, pinggir, nyeri tekan dan diingat adanya incisura lienalis.

24Melakukan palpasi aorta abdominalis.

Pemeriksaan kolesistitis akut:

25Pemeriksaan Murphys sign

Pemeriksaan appendicitis akut:

26Pemeriksaan Mc Burneys sign

27Pemeriksaan Rebound tenderness

28Pemeriksaan Rovsings sign

29Pemeriksaan Psoas sign

30Pemeriksaan Obturator sign

31Pemeriksaan Cough test (Dunphys sign)

32Pemeriksaan rektal (sebutkan saja)

Pemeriksaan hernia:

33Pemeriksaan Finger test

34Pemeriksaan Ziemans test

35Pemeriksaan Thumb test

Keterangan :0 : tidak dilakukan1 : dilakukan, tetapi salahPurwokerto, ........ 20132 : dilakukan dengan benar tetapi tidak sempurna3 : dilakukan dengan benar dan sempurna Penguji Nilai:

PEMERIKSAAN RECTAL TOUCHER (RT)

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah menjalani praktikum pemeriksaan rectal touche, mahasiswa diharapkan mampu:1. Melakukan pemeriksaan rectal touche dengan benar2. Melakukan pemeriksaan prostate dengan benar

B.TINJAUAN PUSTAKAPemeriksaan Rectal Touche (Colok Dubur)Pemeriksaan colok dubur merupakan pelengkap pemeriksaan fisik abdomen dan genitalia yang dilakukan dengan indikasi :1. Pada pria:Pemeriksaan rekto abdominal, pemeriksaan prostate dan vesika seminalis2. Pada wanita :Pemeriksaan rekto abdominal, pemeriksaan uterus dan adneksa serta pemeriksaan genitalia pada nullipara

1. C.ALAT DAN BAHANRanjang periksa2. Sarung tangan3. Pelumas4. Sabun dan air bersih5. Handuk bersih dan kering6. Larutan antiseptik 7. Senter

D.PROSEDUR TINDAKAN/PELAKSANAAN1. Persiapan alat dan bahan2. Persetujuan pemeriksaan3. Jelaskan tentang prosedur pemeriksaan4. Jelaskan tentang tujuan pemeriksaan5. Jelaskan bahwa proses pemeriksaan mungkin akan menimbulkan perasaan khawatir/ kurang menyenangkan tetapi pemeriksa berusaha menghindarkan hal tersebut. 6. Pastikan bahwa pasien telah mengerti prosedur dan tujuan pemeriksaan.7. Mintakan persetujuan lisan untuk melakukan pemeriksaan.

Pemeriksaan Rectal Touche (Colok Dubur)Pada pemeriksaan ini, kita dapat memilih posisi pasien sbb:a. Left lateral prone positionLetak miring memudahkan pemeriksaan inspeksi dan palpasi anal kanal dan rektum. Tetapi posisi ini kurang sesuai untuk pemeriksaan peritoneum.b. Litothomy positionPosisi litotomi biasanya dilakukan pada pemeriksaan rutin yang tidak memerlukan pemeriksaan anus secara detail. Dianjurkan dalam pemeriksaan prostate dan vesika seminalis karena memudahkan akses pada cavum peritoneal.c. Knee-chest positionPosisi ini biasanya tidak/kurang menyenangkan bagi pasien.d. Standing elbow-knee positionPosisi ini jarang digunakan.

Pemeriksaan :1. Mintalah pasien mengosongkan kandung kemih.2. Persilahkan pasien untuk berbaring dengan salah satu posisi diatas.3. Minta pasien untuk menurunkan pakaian dalam (celana), hingga regio analis terlihat jelas.4. Mencuci tangan.5. Menggunakan sarung tangan6. Menggunakan pelumas secukupnya pada tangan kanan.7. Inspeksi regio analis, perhatikan apakah ada kelainan (massa, fissura, fistula, prolaps recti, dll)8. Waktu melakukan colok dubur ini kurang menyenangkan bagi pasien, tidak jarang terasa nyeri. Untuk itu sebelum melakukan pemeriksaan harus diberikan pesan bahwa :Saya akan melakukan pemeriksaan dalam melalui dubur anda bila terasa tidak nyaman tolong buka mulut nafas dalam dan perlahan keluarkan melalui mulut anda. Baru telunjuk masuk melalui anus9. Penderita diminta mengedan, letakkan ujung jari telunjuk kanan pada anal orificium dan tekanlah dengan lembut sampai sfingter relaksasi. Kemudian fleksikan ujung jari dan masukkan jari perlahan-lahan sampai sebagian besar jari berada di dalam canalis analis. Setelah melewati spinkter telunjuk dirotasikan kesekeliling mukosa anus.10. Palpasi daerah canalis analis, nilailah adakah kelainan11. Pada laki-laki : gunakan prostat di sebelah ventral sebagai titik acuan.Pada wanita : gunakan serviks uteri di sebelah ventral sebagai titik acuan12. Menilai tonus sfingter ani.13. Menilai struktur dalam rektum yang lebih dalam.14. Menilai ampula rekti kolaps atau tidak15. Pemeriksaan khusus Prostat : Nilailah ketiga lobus prostate, fisura mediana, permukaan prostate (halus atau bernodul), konsistensi (elastis, keras, lembut, fluktuan), bentuk (bulat, datar), ukuran (normal, hyperplasia, atropi), sensitivitas dan mobilitas. Vesikula seminalis : Normalnya tidak teraba, apabila terdapat kelainan akan teraba pada superior prostate di sekitar garis tengah. Nilailah distensi, sensitivitas, ukuran, konsistensi, indurasi dan nodul. Uterus dan adneksa : Periksa dan nilai kavum Douglas pada forniks posterior vagina.16. Setelah selesai, keluarkan jari telunjuk dari rectum, perhatikan apakah pada sarung tangan terdapat bekas feses, darah, dan lendir.17. Bersihkan pasien dengan larutan antiseptik di sekitar regio analis.18. Beritahukan pasien bahwa pemeriksaan sudah selesai dan persilahkan pasien untuk duduk di tempat yang sudah disediakan.19. Cuci tangan yang masih memakai sarung tangan dengan air mengalir20. Buka sarung tangan dan tempatkan pada wadah yang disediakan, cuci tangan lagi sesuai prosedur.21. Dokumentasi hasil pemeriksaan.

E. DAFTAR PUSTAKA

1. Buku Acuan Nasional Kesehatan Maternal dan Neonatal.2000.YBP-SP.2. DeGowin RL, Donald D Brown.2000.Diagnostic Examination. McGraw Hill.USA.3. De Jong W.1997.Buku Ajar Ilmu Bedah.EGC. Jakarta

DAFTAR TILIK PEMERIKSAAN RECTAL TOUCHE

Nama:NIM:NoAspek Yang DinilaiNilai

0123

1Menyapa pasien dengan ramah, memperkenalkan diri dan menanyakan identitas pasien.

2Menjelaskan dan meminta persetujuan kepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan.

3Mintalah pasien mengosongkan kandung kemih.

4Menjaga privasi pasien (menutup jendela/pintu).

5Membantu dan mempersilahkan pasien untuk berbaring dengan posisi yang benar.

6Meminta pasien untuk menurunkan pakaian dalam (celana), hingga regio analis terlihat jelas.

7Mencuci tangan sesuai prosedur dan menggunakan sarung tangan steril (prinsip bersih)

8Menggunakan pelumas secukupnya pada tangan kanan (jari telunjuk)

9Inspeksi regio analis, perineum dan perianal : menilai adanya kelainan (abses, luka, hemoroid, sikatrik, fistula, fisura, massa, dll)

10Meminta pasien tenang, meletakkan ujung jari telunjuk kanan pada anal orificium dan menekan dengan lembut sampai sfingter relaksasi. Kemudian memfleksikan ujung jari dan memasukkan jari perlahan-lahan sampai sebagian besar jari berada di dalam canalis analis.

11Menilai tonus sfingter ani (kekuatannya).

12Menilai struktur dalam rektum: Mukosa rektum (licin atau tidak)

13Jika teraba massa, deskripsikan: lokasi (arah jam), massa di intra atau ekstra lumen, diameter, konsistensi, permukaan (kasar atau halus), nyeri tekan.

14Palpasi daerah canalis analis, menilai adanya kelainan Pada laki-laki : gunakan prostat di sebelah ventral sebagai titik acuan.Pada wanita : gunakan serviks uteri di sebelah ventral sebagai titik acuan.

15Pemeriksaan khusus Prostat : Menilai ketiga lobus prostate, sulcus mediana, permukaan prostate (halus atau bernodul), konsistensi (elastis, keras, lembut, fluktuan), bentuk (bulat, datar), nyeri tekan/tidak, polus superior teraba/tidak, ukuran (normal, hyperplasia, atropi). Uterus dan adneksa : Memeriksa dan nilai kavum Douglas pada forniks posterior vaginas

16Menilai ampula rekti kolaps atau tidak.

17Mengeluarkan jari telunjuk dari rectum, memperhatikan apakah pada sarung tangan terdapat bekas feses, darah, dan lendir.

18Membersihkan pasien dengan larutan antiseptik di sekitar regio analis.

19Cuci tangan yang masih memakai sarung tangan dengan air mengalir

20Melepas sarung tangan dan meletakkan pada wadah yang disediakan

21Mencuci tangan sesuai prosedur.

22Memberitahu pasien bahwa pemeriksaan sudah selesai dan mempersilahkan pasien untuk duduk di tempat yang sudah disediakan.

TOTAL

Keterangan :0 = tidak dilakukan1 = dilakukan tetapi salah2 = dilakukan dengan benar tetapi tidak sempurna3 = dilakukan dengan sempurna

Nilai = (Jumlah/66) x 100% = %

Purwokerto, .................................... 2013 Penguji

(....)

TUJUAN PEMBELAJARAN REHIDRASI PADA ANAK

Mahasiswa mampu :1. Diagnosis derajat dehidrasi berdasarkan tabel penilaian derajat dehidrasi (depkes)2. Terapi cairan : Memilih alat dan bahan yg digunakan berhubungan dengan pelaksanaan resusitasi cairan pd diare anak Menghitung kebutuhan cairan resusitasi dan atau rumatan (diare pd anak) Membuat oralit dan aturan pemberiannya sesuai dg derajat dehidrasinya. Memilih jenis cairan yg tepat Menghitung dan menentukan tetesan infus Monitoring terapi cairan yg dilakukan3. Konseling pada orang tua

WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) GUIDELINES ON TREATMENT OF DIARRHEA (2005)Definition of DiarrheaPassage of unusually loose or watery stools usually at least three times in a 24 hour period. However it is the consistency of the stools rather than the number that is most important.

What is not diarrhea?1.Frequent passing of formed stools

2.Loose, pasty stools on babies only on breast milk

Types of diarrhea-Acute watery diarrhea (including cholera)

-Acute bloody diarrhea (dysentery)

-Persistent diarrhea (lasts 14 days or longer)

-Diarrhea with severe malnutrition (Marasmus or Kwashiorkar)

Assessment of the child with diarrheachild with diarrhea should be assessed for dehydration, bloody diarrhea, persistent diarrhea, malnutrition and serious non-intestinal infections so that an appropriate treatment plan can be developed and implemented without delay.

DehydrationNo dehydrationSome dehydrationSevere dehydration

ConditionWell, alertRestless, irritableLethargic or unconscious

EyesNormalSunkenSunken

ThirstDrinks normally, not thirstyThirsty, drinks eagerlyDrinks poorly, or not able to drink

Skin pinchGoes back quicklyGoes back slowlyGoes back very slowly

TreatmentPlan APlan BPlan C

Fluid deficit< 5% of body wt or < 50 ml/kg body wt5-10% of body wt or 50-100 ml/kg of body wt> 10% of body wt or > 100 ml/kg of body wt

Management of Acute Diarrhea (without blood)The objectives of treatment are to: Prevent dehydration

Treat dehydration when present

Prevent malnutrition

Reduce duration and severity of diarrhea and occurence of future episodes by giving supplemental zinc

Plan A:Home therapy to prevent dehydration and malnutrition: Children with no signs of dehydration need extra fluid and salt to replace their losses of water and electolytes due to diarrhea. Fluids to be givenORS

Salted drinks eg. salted rice water or salted yoghurt drink

Vegetable or chicken soup with salt

Home based ORS: 3 gm of table salt and 18 gm of common sugar in one liter of water.

Plain water should also be given. Commercial carbonated beverages, fruit juices, sweetened tea, coffee, medicinal tea should be avoided. How much to giveGive as much fluid as the child wants until diarrhea stops

Children < 2 years of age : 50-100 ml of fluid

Children 2 years - 10 years : 100-200 ml

Older children and adults : As much as they want

What feeds to give?The infant's usual diet should be continued during diarrhea and increased afterwards. Breastfeeding should always be continued.

ZInc supplement(10-20 mg) every day for 10 to 14 days should be given.

Plan B:Oral rehydration therapy for children with some dehydration: ORS + Zinc supplementation

Amount of ORS to be given in 1st 4 hoursAge* 6 bulan diberi 20 mg (1 tablet) per hari.3. LANJUTKAN PEMBERIAN MAKANAN/ASI UNTUK MENCEGAH KURANG GIZIa. Beri makan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu anak sehatb. Tambahkan 1-2 sendok teh minyak sayur setiap porsi makanc. Beri makanan kaya Kalium seperti sari buah segar, pisang, air kelapa hijau.d. Beri makan lebih sering dari biasanya dengan porsi lebih kecil (setiap 3-4 jam)e. Setelah diare berhenti, beri makanan yang sama dan makanan tambahan selama 2 minggu4. ANTIBIOTIK HANYA DIBERIKAN SESUAI INDIKASI. MISAL: DISENTERI, KOLERA dll5. NASIHATI IBU/ PENGASUH (Kapan harus kembali)Untuk membawa anak kembali ke petugas kesehatan bila :a. Berak cair lebih seringb. Muntah berulangc. Sangat hausd. Makan dan minum sangat sedikite. Timbul demamf. Berak berdarahg. Tidak membaik dalam 3 hari

RENCANA TERAPI BBila terdapat dua tanda atau lebihJUMLAH ORALIT YANG DIBERIKAN DALAM 3 JAM PERTAMA DI SARANA KESEHATAN

Oralit yang diberikan =75 ml x Berat Badan (BB) Anak

Bila BB tidak diketahui berikan oralit sesuai tabel di bawah ini:

Umur Sampai4 Bulan4-12 Bulan12-24 Bulan2-5 Tahun

Berat Badan 6 bulan, tunda pemberian makan selama 3 jam kecuali ASI dan oralit Beri obat Zinc selama 10 hari berturut-turut

AMATI ANAK DENGAN SEKSAMA DAN BANTU IBU MEMBERIKAN ORALIT: Tunjukkan jumlah cairan yang harus diberikan. Berikan sedikit demi sedikit tapi sering dari gelas. Bila anak muntah tunggu 10 menit kemudian lanjutkan dengan lebih lambat. Periksa dari waktu ke waktu bila ada masalah. Bila kelopak mata anak bengkak, hentikan pemberian oralit dan berikan air masak atau ASI. Beri oralit sesuai Rencana Terapi A bila pembengkakan telah hilang.

SETELAH 3-4 JAM, NILAI KEMBALI ANAK MENGGUNAKAN BAGAN PENILAIAN, KEMUDIAN PILIH RENCANA TERAPI A, B ATAU C UNTUK MELANJUTKAN TERAPI Bila tidak ada dehidrasi, ganti ke Rencana Terapi A. Bila dehidrasi telah hilang, anak biasanya kencing kemudian mengantuk dan tidur. Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan/ sedang, ulangi Rencana Terapi B Anak mulai diberi makanan, susu dan sari buah. Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat, ganti dengan Rencana Terapi C

BILA IBU HARUS PULANG SEBELUM SELESAI RENCANA TERAPI B Tunjukkan cara menyiapkan oralit. Tunjukkan jumlah oralit yang harus dihabiskan dalam Terapi 3 jam di rumah. Berikan oralit 6 bungkus untuk persediaan di rumah Jelaskan 5 langkah Rencana Terapi A untuk mengobati anak di rumah1. Beri cairan tambahan (sebanyak anak mau)2. Beri tablet zinc3. Lanjutkan pemberian makanan/asi untuk mencegah kurang gizi4. Antibiotik hanya diberikan sesuai indikasi. Misal: disenteri, kolera dll5. Nasihati ibu/ pengasuh (Kapan harus kembali)

Rencana Terapi CRUMUS KEBUTUHAN CAIRAN RUMATANRumus Holiday:10 Kg I = 100 cc/KgBB10-20 Kg 10 Kg I = 1000 cc Sisanya= 50 cc/KgBB/hari20-30 Kg 20 Kg I= 1500 cc Sisanya= 20 cc/KgBB/hari

Contoh: BB = 15 Kg10 Kg I = 1000 cc5 Kg x 50cc= 250 cc +Total= 1250 cc/hari

Tetesan makro = 15 tetes = 1 cc(1250x15)/(24x60) = 13 tpm/mnt makroTetes makro = 20 tetes = 1 cc(1250x20)/(24x60) = 17 tpm/mnt makroTetes mikro = 60 tetes = 1cc(1250x60)/(24x60) = 52 tpm/mnt mikro

ALAT DAN BAHAN RESUSITASI CAIRAN PADA DIARE

1. Komposisi Cairan Infus

Tabel 3. Komposisi Cairan InfusNaClKCaLaktatDextrosaKaloriOsm

RL1301094328273

Asering 1301094328*273

NaCl 0,9%154154308

D5%50170278

D5 NS38,538,550170353

D5 NS777750170428

D10%100340506

D12,5%125425625

Ka-En 1B38,538,537,5127,5285

Ka-En 3A605010202791,8290

Ka-En 3B505020202791,8290

Ka-En 4A30201040160284

Ka-En 4B302881037,5127,5284

*AsetatMemilih cairan yang tepat: RL, RA (Asering), NaCl 0,9% Resusitasi (Kristaloid) Ka-En 3B, Ka-En 3A, D5 NS, dll Rumatan (mengandung gula dan elektrolit) D5% Bukan untuk dipilih

2. Jarum Infus (I.V Cannula)

Tabel 4. Pemilihan Ukuran Kanul IV Berdasarkan UmurSirkulasi0-5 bulan(3-6 kg)6-12 bulan(4-9 kg)1-3 tahun(10-15 kg)4-7 tahun(16-20 kg)

Kanul IV24222220

Kanul vena sentral20201818

Jarum infus semakin besar nomornya, semakin kecil ukurannya. Ukurannya dari 14G-24G.

Gambar 22. Jarum Infus

3. Infus Set

Gambar 23. Infus set microdrip (kiri), makrodrip (kanan)

Makro drip: 1cc = 60 tetes/menitMikro drip: 1cc = 20 tetes/menit atau 15 tetes/menit (tergantung merk)ORALIT

1. Apa itu oralit?Oralit merupakan campuran garam elektrolit, seperti natrium klorida (NaCl), kalium klorida (KCl), dan trisodium sitrat hidrat, serta glukosa anhidrat.2. Apa manfaat oralit?Oralit diberikan untuk mengganti cairan dan elektrolit dalam tubuh yang terbuang saat diare. Walaupun air sangat penting untuk mencegah dehidrasi, air minum tidak mengandung garam elektrolit yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam tubuh sehingga lebih diutamakan oralit. Campuran glukosa dan garam yang terkandung dalam oralit dapat diserap dengan baik oleh usus penderita diare.3. Kapan oralit perlu diberikan?Segera bila anak diare, sampai diare berhenti.4. Bagaimana cara pemberian oralit?Satu bungkus oralit dimasukkan ke dalam satu gelas air matang (200 cc).- Anak kurang dari 1 tahun diberi 50-100 cc cairan oralit setiap kali buang air besar.- Anak lebih dari 1 tahun diberi 100-200 cc cairan oralit setiap kali buang air besar.5. Dimana oralit bisa diperoleh?Di apotek-apotek, toko obat, posyandu, polindes, puskesmas pembantu, puskesmas, rumah sakit atau ditempat-tempat pelayanan kesehatan lainnya.6. Mengapa diperlukan oralit formula baru?Karena oralit formula lama biasanya menyebabkan mual dan muntah, sehingga ibu enggan memberikan kepada anaknya.7. Apa perbedaan antara oralit lama dan oralit baru?

Gambar 25. Perbedaan oralit lama dan baruBedanya terdapat pada tingkat osmolaritas. Osmolaritas oralit baru lebih rendah yaitu 245 mmol/l dibanding total osmolaritas oralit lama yaitu 331 mmol/l.8. Apa keunggulan Oralit formula baru?Penelitan menunjukkan bahwa oralit formula baru mampu:a. Mengurangi volume tinja hingga 25%b. Mengurangi mual-muntah hingga 30%c. Mengurangi secara bermakna pemberian cairan melalui intravenaAnak yang tidak menjalani terapi intravena, tidak harus dirawat di rumah sakit. Ini artinya risiko anak terkena infeksi di rumah sakit berkurang, pemberian ASI tidak terganggu, dan orangtua akan menghemat biaya.9. Apa yang perlu dilakukan bila masih ada stok oralit lama?Oralit lama tetap bisa digunakan sampai stok habis. Namun jika sudah tersedia oralit baru, pertimbangkanlah untuk segera menggunakan oralit baru. WHO dan UNICEF merekomendasikan negara-negara di dunia untuk menggunakan dan memproduksi oralit dengan osmolaritas rendah (oralit baru).

KONSELING ORANG TUA

Contoh Latihan Soal Rehidrasi

1. Seorang anak 1 tahun, BB 12 kg diare tanpa dehidrasi/dehidrasi ringana. Hitung rehidrasi pada anak ini !b. Berapa kebutuhan cairan rumatan pada anak ini !Jawab :a. Rehidrasi dg oralit : 12 x 50 ml = 600 ml = 3 gelas oralit dlm 4 6 jam = -1 gelas (100-200ml) tiap jamb. Dilanjut rumatan 50 ml oralit tiap b.a.b

2. Seorang anak 3 tahun, BB 16 kg, dehidrasi sedanga. Hitung rehidrasi pada anak ini !b. Bagaimana evaluasi pada anak ini !Jawab :a. Rehidrasi : oralit 75 ml/kg = 1200 ml Misal 1 gelas = 200 cc, maka pada pasien ini = 1200/200= 6 gls (diberikan dlm 4 jam)1,5 gelas oralit tiap jamb. Setelah 4 jam dinilai tanda-tanda dehidrasinya : Bila tidak ada dehidrasi, ganti ke rencana terapi A Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan/sedang, ulang rencana terapi B, tetapi tawarkan makanan susu dan sari buah seperti rencana terapi A Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat ganti dengan rencana terapi C

3. Anak 2 tahun, BB 14 kg, dehidrasi berata. Cairan apakah yang diberikan ?b. Hitung rehidrasi pada anak ini !c. Bagaimana evaluasi pada anak ini !Jawab : a. Infus kristaloid (RL, NaCL, Asering)b. Rehidrasi, kebutuhan = 100 ml x 14 = 1400 ml dlm 2 tahap :Tahap 1 : 30 ml x 14 = 420 ml dlm 30 mnt 14 ml/mnt 14x20 tts/mnt = 280 tts/mntTahap 2 : 70 ml x 14 = 980 ml dlm 2,5 jam 980 : 150 = 6,53 ml/mnt = 6,53x20 tts/mnt = 130,67 tts/mntc. Evaluasi tiap 1-2 jam : KU, vital sign, tanda-tanda dehidrasiBila masih dehidrasi rehidrasi ulang sesuai derajat dehidrasinya (plan A, B atau C)Bila tak dehidrasi lagi rumatan (menggunakan rumus Holiday) = (10x100) + (4x50) = 1000 + 200 = 1200 ml/24jam = 50 ml/jam = 0,83 ml/mnt = 16 tts/mnt

Daftar Pustaka1. Depkes RI. 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare. Departemen Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.2. WHO. 2009. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Pedoman Bagi Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten/Kota. Depkes RI.3. Depkes RI. 2008. Buku Bagan Manajemen Terpadu Baita Sakit (MTBS). Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

DAFTAR TRAINER SKILL LAB BLOK DIGESTIF 2013-2014

JUMAT, 23-05-2014

KELOMPOKMATERITRAINER

1REHIDRASIdr. Hidayat Sulistyo, SpPA, MSi.Med

2REHIDRASIdr. Joko Mulyanto, MSc

3REHIDRASIdr. Indah Rahmawati, SpP

4REHIDRASIdr. Amalia Muhaimin, MSc.

5REHIDRASIdr. Lieza Dwianasari, M.Kes

6RTdr. Adi Surya Rinartha, Sp.OT

7RTdr. Afifah

8RTdr. Edy Priyanto, SpOG, M.Kes.

9RTdr. Fibi Niken Dwi Sari

10RTdr. Fitranto Arjadi, M.Kes

11PF ABDOMENdr. Tri Okmawati Handini

12PF ABDOMENdr. Nendyah Roestijawati, MKK

13PF ABDOMENdr. Pamela Kusuma Dewi Putri T

14PF ABDOMENdr. Massita Dwi Yuliani, Sp.KFR

15PF ABDOMENdr. Nur Signa Aini Gumilas, MSc.

KAMIS, 05-06-2014

KELOMPOKMATERITRAINER

1PF ABDOMENdr. Nendyah Roestijawati, MKK

2PF ABDOMENdr. Pamela Kusuma Dewi Putri T

3PF ABDOMENdr. Fitranto Arjadi, M.Kes

4PF ABDOMENdr. Wahyu Dwi Kusdaryanto

5PF ABDOMENdr. Lieza Dwianasari, M.Kes

6REHIDRASIdr. Adi Surya Rinartha, Sp.OT

7REHIDRASIDr. dr. Eman Sutrisna, M.Kes

8REHIDRASIdr. Evy Sulistyoningrum, MSc.

9REHIDRASIdr. M. Zaenuri Syamsu Hidayat,Sp.KF, MSi.Med.

10REHIDRASIdr. Nur Signa Aini Gumilas, MSc.

11RTdr. Amalia Muhaimin, MSc.

12RTdr. Arini Nur Famila

13RTdr. Indah Rahmawati, SpP

14RTdr. Joko Mulyanto, MSc

15RTdr. Mustofa, MSc.

SELASA, 10-06-2014

KELOMPOKMATERITRAINER

1RTdr. Madya Ardi Wicaksono, M.Si

2RTdr. Susiana Candrawati, SpKO

3RTdr. Yenni Apriani

4RTdr. Yulia Fitriani, SpM

5RTdr. Tisna Sendy Pratama

6PF ABDOMENdr. Tri Okmawati Handini

7PF ABDOMENdr. Fitranto Arjadi, M.Kes

8PF ABDOMENdr. Nur Signa Aini Gumilas, MSc.

9PF ABDOMENdr. Massita Dwi Yuliani, Sp.KFR

10PF ABDOMENdr. Wahyu Dwi Kusdaryanto

11REHIDRASIdr. Agung Saprasetya Dwi Laksana, MSc.PH

12REHIDRASIdr. Herman Sumawan, M.Sc, Sp.OG

13REHIDRASIdr. Hidayat Sulistyo, SpPA, MSi.Med

14REHIDRASIdr. Lieza Dwianasari, M.Kes

15REHIDRASIdr. Agus Budi Setiawan, SpBS

DAFTAR KELOMPOK SKILL LAB BLOK DIGESTIF TA. 2013-2014KELOMPOK 1KELOMPOK 2

KELOMPOK 3

NONIMNAMANONIMNAMANONIMNAMA

1G1A012001GANDA SAPTO EDHI PAMBUDI1G1A012011RIZKA PUTRI PRATIWI1G1A012021DEV ANAND PRAMAKRISNA

2G1A012002NAFIISAH2G1A012012DESTY ARI SANDI2G1A012022AGUSTIN NURUL F

3G1A012003ARVI TRI SULISTIYANI3G1A012013HANA KHAIRUNNISA3G1A012023PRADNYA PARAMITHA D P

4G1A012004FITRI AYU RAMADONA4G1A012014REVI OKTAPRATIWI4G1A012024FU'AD ANHARUDDIN

5G1A012005WILVI RAHMANNESA5G1A012015MOCHAMAD RIFQIE N K5G1A012025MUHAMMAD ANDIKA ER

6G1A012006DESY FARIDAH MANALU6G1A012016M. HELRINO FAJAR6G1A012026ISNAINI NURUL F

7G1A012007NABILA SARIBANUN7G1A012017WININDA RINA R7G1A012027AGUNG MAULANA R

8G1A012008DITA NUR HABIBAH8G1A012018AHMAD AGUS FAISAL8G1A012028LEONNORA VERN S.N

9G1A012009MARLINA JAYA DIPUTRI9G1A012019DEWI WIDININGSIH9G1A012029BELA AMALIA

10G1A012010NABELA AZAHRA10G1A012020RAHAYU NURMALIA FAUZIAH10G1A012030SUPARDI

11G1A007092WEDHA JATI TYAS SURYA U11G1A007026JEVAN FRITZ PRIDIABDHY11G1A007064AJAR PRASEKTI

KELOMPOK 4KELOMPOK 5KELOMPOK 6

NONIMNAMANONIMNAMANONIMNAMA

1G1A012031DARA AISYAH RAHAYU A1G1A012041MASAYU ATHIFAH F1G1A012051OKMANINTA DINDA K D

2G1A012032INGGIT ADZANI2G1A012042ASTRI DEWI WARDHANI2G1A012052TAUHID YUDA PUTRA

3G1A012033R FARIS MUKMIN KALIJOGO3G1A012043MOHAMMAD BENNI K3G1A012053RIMA MELATI

4G1A012034FAISHAL HANIF4G1A012044HAZAR ARFITA AUDINA4G1A012054ANDINI SENJA ANDIRA

5G1A012035MIRANTI PROBOSINI5G1A012045SOFIANA ULYA NUHA5G1A012055KURNIAWAN WIJAYA

6G1A012036ARVIN LUTFIANI6G1A012046IZZATUN NISA SYAHIDAH6G1A012056ALIFIANI HAPSARI

7G1A012037NUGRAHA RAMADHAN7G1A012047DIAN DWI NATHANIA SALIM7G1A012057WISNU LISA PRATIWI

8G1A012038FIRYAL MAULIA8G1A012048ISNAINI PUTRI S8G1A012058FATHUL BARRY

9G1A012039NADIA HANIFAH9G1A012049FIKRIAH RISMI F9G1A012059YUDITH ANINDITA

10G1A012040DZICKY RIFQI FUADY10G1A012050ADITYA UTOMO10G1A012060RATNA ERNITA

11G1A010057INDRA JATI LAKSANA11G1A010013KHOLIFAH ALHUDA11G1A010016DANDY DHARMA S P

KELOMPOK 7KELOMPOK 8KELOMPOK 9

NONIMNAMANONIMNAMANONIMNAMA

1G1A012061HEIDI DEWI MUTIA1G1A012071DIMITRI IMAN PRAWIRA1G1A012081TEDI ISMAYADI

2G1A012062MAYA ALVIONITA2G1A012072RIRIN WIDYA NINGRUM2G1A012082AMALIA NUR HIKMAWATI

3G1A012063DWI BAMAS AJI3G1A012073AZKA RIZKY HIDAYAT3G1A012083GHIYAS ULINNUHA

4G1A012064HARDINA BAWATRI4G1A012074WENI RAKHMAYANTI M4G1A012084MUHAMMAD FADHIL WASI P

5G1A012065GLADYS INTAN KIRANA N5G1A012075INDRI PUSPASARI5G1A012085YONA AJENG TRIAFATMA

6G1A012066TOMY GYANOVAN6G1A012076GABRIELLA CEREIRA A6G1A012086ISMAIL SATRIO WIBOWO

7G1A012067DAVIRA AZ ZAHRA FIRJANANTI7G1A012077NURUL HIDAYATI7G1A012087IQBAL MAULANA MALIK

8G1A012068UMMU NUR FATHONAH8G1A012078KHOIRUNNISA FAJAR IRIANI P8G1A012088NUR INDAH RAHAYU

9G1A012069REGINA WAHYU APRIANI9G1A012079DYAH AJENG PERMATAHANI9G1A012089LINTANG SANDYA L. S

10G1A012070MELATI NURETIKA10G1A012080MAS ANTO ARIF WIBOWO10G1A012090MAISA FADILLAH DAULAY

11G1A012155ONG REAYA SANY

KELOMPOK 10KELOMPOK 11KELOMPOK 12

NONIMNAMANONIMNAMANONIMNAMA

1G1A012091DYAH KENCANA SINANGLING1G1A012101NUR ICHSANI PRATIWI1G1A012111ANDITA DELIFAUZAN S

2G1A012092MELLY FITRIANY SYAM2G1A012102NADIA MUQSITHA2G1A012112M. RIZAL AKHYAR

3G1A012093IDA LULU HIDAYAH3G1A012103LATHIF SURYANDANA3G1A012113KUS PATRISIA BRILIANTI

4G1A012094KRISNA DWIANTAMA4G1A012104DYTHA FITRIYANI4G1A012114DIAS KURNIAWAN

5G1A012095ALINDA BELLA FAZRINA5G1A012105NAFISAH PUTRI WYANGSARI5G1A012115QURROTU 'AINI

6G1A012096TOMI NUGRAHA6G1A012106NADYA MARCIA6G1A012116DEBORAH ORIONA VEGA

7G1A012097KHARISMA NAUFAL Y7G1A012107RASYID LUHUR HUTAMA7G1A012117EMILIZA SALMAN

8G1A012098INTEN INDRI PAMUNGKAS8G1A012108HANIFAN DANU WIJAYA8G1A012118STEPHEN TOHODO O

9G1A012099SENRI UTAMI P9G1A012109NABILA RAMADHINI9G1A012119RIZKYASTARI

10G1A012100EMMA PUSPADHINI10G1A012110SATRIA MALINDO SETIAWAN10G1A012120RIZQI HUSNI MUDZAKKIR

11G1A012122PARAMITA ARDIYANTI11G1A012121FARISSA UTAMI

KELOMPOK 13KELOMPOK 14KELOMPOK 15

NONIMNAMANONIMNAMANONIMNAMA

1G1A012123INEZ ANN MARIE1G1A012135ZAQIYAH YASMIN1G1A012147SITI SYIFA RABIAH

2G1A012124S.LIYATURRIHANNA PUTRI2G1A012136AGNESYA RIA MONICA2G1A012148MUTIA RADELLA

3G1A012125WILSON WIBISONO3G1A012137GIGA HASABI ALKARANI3G1A012149CITRA DEWI

4G1A012126EDA HARTINI4G1A012138DENNY BIMATAMA PRADITA4G1A012150ALIFA DIAR UTAMIE

5G1A012127IRMA WIJAYANINGTYAS5G1A012139PUTRA ACHSANAL HUDHA5G1A012151RAKA KURNIA PUSPITA

6G1A012128FILLIA KRISTYAWATI H6G1A012140ROSIANA DIAN PRATIWI6G1A012152JELITA NUMA NADIYA

7G1A012129MUTHIA KAMAL PUTRI7G1A012141BETHA PURBA PRAJ R7G1A012153BTARI FARHANA INDILLAH

8G1A012130WULAN ZUMAROH AZMI8G1A012142AGNES INDAH NUGRAHENI8G1A012154MUHAMMAD REIZA P

9G1A012131ARDHILA AIDA NIRMALA9G1A012143DYAH HANING SINTYARA9G1A012146HANIF KUN CAHYANI PUTRI

10G1A012132ANDIKA B W10G1A012144ONIKA ADI WIJAYA10G1A012134RENDY FARIS ANGGONO

11G1A012133ALIFAH ZATA YUMNI11G1A012145ULIYA ARIFATURROKHMAH