islam digest

7
REPUBLIKA Taman Aqdal Firdaus di Kota Maroko ARSITEKTUR HLM C2 MUALAF HLM C8 Walaupun ada Abu Bakar RA dan Umar bin Khattab RA, namun Rasulullah SAW menunjuk Amru bin Ash karena lebih menge- tahui kondisi Dzatus Salasil. JULIANNE SCASNY Berkhidmat untuk Islam SITUS HLM C3 REPUBLIKA AHAD, 7 AGUSTUS 2011 C1 DZATUS SALASIL Saksi Ketaatan Pasukan Muslim Ia tak pernah berhenti berdoa agar diberi kesempatan untuk mendalami Islam ketika dewasa. Kini, doa itu terkabul. Oleh Heri Ruslan R amadhan. Bulan yang istimewa itu selalu dinanti dan dirindukan umat Islam di sean- tero jagad. Rasulullah SAW sangat memuliakan dan mengagungkan bulan kesembi- lan dalam kalender Hijriah itu. Saking spesial- nya, Ramadhan biasa dijuluki sebagai “Syahr Allah” (bulan Allah SWT). Menjelang datangnya Ramadhan, Rasulullah SAW berkhutbah, “Wahai manusia, telah dekat kepadamu bulan yang agung lagi penuh keberkahan. Bulan yang di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Bulan yang di dalamnya Allah SWT menjadikan puasa sebagai fardhu dan bangun malam sebagai sunah…’’ Ramadhan yang agung dan mulia dikenal sebagai “Syahr Siyam” (bulan puasa). Selama sebulan penuh, manusia yang beriman diwa- jibkan untuk menunaikan shaum, sebuah ibadah yang sangat spesial di hadapan Sang Khalik. Rasulullah SAW bersabda, “Telah berfirman Allah azza wajjala: Tiap-tiap amal anak Adam untuknya sendiri, kecuali puasa. Puasa itu untuk-Ku dan aku sendiri yang akan membalasnya …’’ (HR Bukhari). Itulah mengapa Ramadhan dijuluki sebagai bulannya Allah SWT. Sejarah peradaban Islam mencatat ada sederet peristiwa penting dan bersejarah yang terjadi pada bulan Ramadhan. “Bulan Ramadhan memiliki hubungan yang erat dengan Alquran,” ujar Maulana Muhammad Zakariyya al-Kandahlawi dalam Fadhilah Ramadhan. Pada Ramadhanlah, kitab suci Alquran untuk pertama kalinya diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Sehingga, Ramadhan juga dijuluki sebagai “Syahr Alquran”. Boleh dibilang, Ramadhan merupakan awal diturunkannya syariat dan ajaran Islam bagi umat Rasulullah SAW. “Nabi Muhammad SAW diangkat sebagai Rasul Allah SWT ketika sedang berkhalwat di Gua Hira juga pada bulan Ramadhan,” tulis Ensiklopedi Islam. Wahyu pertama turun kepada Rasulullah SAW pada bulan yang mulia ini. Tak heran jika Ramadhan menjadi satu-satunya nama bulan yang disebut dalam Alquran. Allah SWT berfirman, “Bulan Ramadhan adalah (bulan) di dalamnya diturunkan Alquran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang bathil) …’’ (QS Al-Baqarah [2]: 185). Menurut John L Esposito dalam Ensiklopedi Oxford, pada bulan Ramadhan, terjadi dua peristiwa besar dalam sejarah awal umat Islam. Peristiwa itu adalah dua perang besar yang dimenangkan oleh komunitas Islam. “Kedua perang adalah Gazwah Badr (Perang Badar dan Fathu Makkah (Pembebasan Makkah),” tutur Guru Besar pada bidang Studi Islam di Universitas Georgetown, Amerika Serikat. Perang Badar terjadi pada 17 Ramadhan 2 H/624 M. Inilah peperangan pertama yang dilakukan kaum Muslim melawan kaum kafir Quraisy dari Makkah setelah hijrah ke Madinah. Pertempuran itu berakhir dengan kemenangan pihak Muslimin, sedangkan Fathu Makkah atau pembebasan Kota Makkah terjadi pada tahun Ramadhan 8 Hijriah/ 630 M. Masih banyak lagi peristiwa bersejarah yang terjadi di bulan Ramadhan. Menurut Esposito, dimensi historis dan komunal dari bulan Ramadhan terwujud dalam peristiwa- peristiwa yang berlangsung setiap tahun dan sepanjang bulan tersebut. “Ketika Alquran dibaca dari awal hingga akhir, seperti halnya ia diterima oleh komunitas Muslim awal di Makkah dan Madinah empat belas abad yang lampau,” ungkap Esposito. Sejarah telah mengajarkan bahwa Ramadhan merupakan masa ketika tanggung jawab moral sebagai Muslim ditekankan. RAMADHAN MERUPAKAN AWAL DITURUNKANNYA SYARIAT DAN AJARAN ISLAM BAGI UMAT RASULULLAH SAW. JOKO SADEWO/REPUBLIKA

Upload: asmat

Post on 26-Mar-2016

286 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

Republika, 7 Agustus 2011

TRANSCRIPT

Page 1: Islam Digest

R E P U B L I K A

Taman Aqdal Firdaus di Kota Maroko ARSITEKTUR HLM C2

MUALAF HLM C8

Walaupun ada Abu Bakar RA dan Umar bin Khattab RA, namunRasulullah SAW menunjuk Amru bin Ash karena lebih menge-tahui kondisi Dzatus Salasil.

JULIANNE SCASNYBerkhidmat untuk Islam

SITUS HLM C3

REPUBLIKA ● AHAD, 7 AGUSTUS 2011 ● C1

DZATUS SALASILSaksi Ketaatan Pasukan Muslim

Ia tak pernah berhenti berdoa agar diberi kesempatan untukmendalami Islam ketika dewasa. Kini, doa itu terkabul.

Oleh Heri Ruslan

Ramadhan. Bulan yang istimewa

itu selalu dinanti dan

dirindukan umat Islam di sean-

tero jagad. Rasulullah SAW

sangat memuliakan dan

mengagungkan bulan kesembi-

lan dalam kalender Hijriah itu. Saking spesial-

nya, Ramadhan biasa dijuluki sebagai “Syahr

Allah” (bulan Allah SWT).

Menjelang datangnya Ramadhan,

Rasulullah SAW berkhutbah, “Wahai manusia,

telah dekat kepadamu bulan yang agung lagi

penuh keberkahan. Bulan yang di dalamnya

terdapat satu malam yang lebih baik dari

seribu bulan. Bulan yang di dalamnya Allah

SWT menjadikan puasa sebagai fardhu dan

bangun malam sebagai sunah…’’

Ramadhan yang agung dan mulia dikenal

sebagai “Syahr Siyam” (bulan puasa). Selama

sebulan penuh, manusia yang beriman diwa-

jibkan untuk menunaikan shaum, sebuah

ibadah yang sangat spesial di hadapan Sang

Khalik. Rasulullah SAW bersabda, “Telah

berfirman Allah azza wajjala: Tiap-tiap amal

anak Adam untuknya sendiri, kecuali puasa.

Puasa itu untuk-Ku dan aku sendiri yang akan

membalasnya …’’ (HR Bukhari). Itulah

mengapa Ramadhan dijuluki sebagai bulannya

Allah SWT.

Sejarah peradaban Islam mencatat ada

sederet peristiwa penting dan bersejarah yang

terjadi pada bulan Ramadhan. “Bulan

Ramadhan memiliki hubungan yang erat

dengan Alquran,” ujar Maulana Muhammad

Zakariyya al-Kandahlawi dalam Fadhilah

Ramadhan.

Pada Ramadhanlah, kitab suci Alquran

untuk pertama kalinya diturunkan kepada

Nabi Muhammad SAW. Sehingga, Ramadhan

juga dijuluki sebagai “Syahr Alquran”. Boleh

dibilang, Ramadhan merupakan awal

diturunkannya syariat dan ajaran Islam bagi

umat Rasulullah SAW.

“Nabi Muhammad SAW diangkat sebagai

Rasul Allah SWT ketika sedang berkhalwat di

Gua Hira juga pada bulan Ramadhan,” tulis

Ensiklopedi Islam. Wahyu pertama turun

kepada Rasulullah SAW pada bulan yang

mulia ini. Tak heran jika Ramadhan menjadi

satu-satunya nama bulan yang

disebut dalam Alquran.

Allah SWT berfirman,

“Bulan Ramadhan

adalah (bulan) di

dalamnya

diturunkan Alquran sebagai petunjuk bagi

manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai

petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar

dan yang bathil) …’’ (QS Al-Baqarah [2]: 185).

Menurut John L Esposito dalam Ensiklopedi

Oxford, pada bulan Ramadhan, terjadi dua

peristiwa besar dalam sejarah awal umat

Islam. Peristiwa itu adalah dua perang besar

yang dimenangkan oleh komunitas Islam.

“Kedua perang adalah Gazwah Badr (Perang

Badar dan Fathu Makkah (Pembebasan

Makkah),” tutur Guru Besar pada bidang Studi

Islam di Universitas Georgetown, Amerika

Serikat.

Perang Badar terjadi pada 17 Ramadhan

2 H/624 M. Inilah peperangan pertama yang

dilakukan kaum Muslim melawan kaum kafir

Quraisy dari Makkah setelah hijrah ke

Madinah. Pertempuran itu berakhir dengan

kemenangan pihak Muslimin, sedangkan

Fathu Makkah atau pembebasan Kota

Makkah terjadi pada tahun Ramadhan 8

Hijriah/ 630 M.

Masih banyak lagi peristiwa bersejarah

yang terjadi di bulan Ramadhan. Menurut

Esposito, dimensi historis dan komunal dari

bulan Ramadhan terwujud dalam peristiwa-

peristiwa yang berlangsung setiap tahun dan

sepanjang bulan tersebut.

“Ketika Alquran dibaca dari awal hingga

akhir, seperti halnya ia diterima oleh

komunitas Muslim awal di Makkah dan

Madinah empat belas abad yang lampau,”

ungkap Esposito. Sejarah telah mengajarkan

bahwa Ramadhan merupakan masa ketika

tanggung jawab moral sebagai Muslim

ditekankan. ■

RAMADHAN MERUPAKAN

AWAL DITURUNKANNYA

SYARIAT DAN AJARAN ISLAM

BAGI UMAT RASULULLAH SAW.

JOKO SADEWO/REPUBLIKA

Page 2: Islam Digest

C2REPUBLIKA ● AHAD, 7 AGUSTUS 2011arsitektur

Oleh Heri Ruslan

Marrakech. Inilah kota yang fan-tastis yang menjadi simbolMaroko. Orang Barat menyebut-nya Marrakesh dan literatur di

Indonesia menamainya Marrakus. Kota inidibangun pada 1062 M oleh Yusuf binTasyfin atau Ibnu Tasyfin dari DinastiMurabitun. Dinasti ini menguasai Marokosetelah kekuasaan Dinasti Fatimiah di

negeri itu tumbang.Kota itu merupakan kota terbesar kedua

di Maroko setelah Casablanca. PenguasaDinasti Murabitun memilih Marrakechsebagai pusat pemerintahannya yang jauhdari gunung dan sungai. Marrakech dipilihkarena berada di kawasan yang netral diantara dua suku yang bersaing untukmeraih kehormatan untuk menjadi tuanrumah di ibu kota baru itu.

Selama berabad-abad, Marrakech sangat

dikenal dengan sebutan ‘seven saint’ atautujuh orang suci. Ketika sufisme begitupopuler semasa kekuasaan Moulay Ismail, diMarrakech sering diadakan festival ‘sevensaints’. Pada 1147 M, Marrakech diambilalih Dinasti Muwahhidun. Pada masa itu,bangunan penduduk dan ibadah dihan-curkan.

Namun, dinasti itu kembali merekonstruk-si seluruh bangunan, termasuk pembangun -an Masjid Koutoubia dan Menara Gardens—keduanya menjadi landmark KotaMarrakech hingga saat ini. Pada 1269 M,Marrakech diambil alih Dinasti Marrin danibu kota dipindah ke Fez. Dinasti ini sempatmengalami kemunduran pada 1274 Mhingga 1522 M.

Mulai tahun 1522 M, Saadians mengam-bil alih kekuasaan Marrakech. KotaMarrakech yang berubah miskin itu kembalibergairah setelah dijadikan ibu kota Marokoselatan. Pada akhir abad ke-16 M,Marrakech kembali mencapai kejayaannya.Secara budaya dan ekonomi, Marrakechmenjadi kota terkemuka dan terdepan diMaroko. Saat itu jumlah penduduknya men-capai 60 ribu orang.

Pada 1669, Marrakech dikuasai sultanMaroko dan ibu kota kembali pindah ke Fez.Pada pertengahan abad ke-18, Marrakechkembali dibangun Sultan Muhammad III.

Pada awal abad ke-20, Prancis banyak mem-bangun bangunan bergaya Prancis. KetikaMaroko meraih kemerdekaan pada 1956,ibu kota kerajaan berpindah ke Rabat.

Kini, Marrakech menjadi salah satu kotabudaya yang dilindungi UNESCO. Di kota itubanyak berdiri masjid serta madrasah peninggalan masa kejayaan Islam, antaralain: Masjid Koutoubia, Madrasah BenYoussef, Masjid Casbah, Masjid Mansouria,Masjid Bab Doukkala, Masjid Mouassine,serta banyak lagi yang lainnya.

Di kota ini juga banyak ditemukan bangun -an istana peninggalan kejayaan Islam, sepertiIstana El Badi, Royal Palace, serta IstanaBahia. Di Marrakech juga banyak sentra kera-jinan tangan. Sebagai kota tua yang dijadikanobjek wisata, Marrakech juga banyak memili-ki museum, seperti: Mu seum Dar Si Sa’ad,Museum Marrakech, Mu seum Bert Flint, danMuseum Islamic Art. ■

MARRAKECHSimbol Kejayaan

Maroko

FOTO-FOTO: ARCHNET

WIKIMEDIA

“Masyarakat Muslim Arab (di era

keemasan) suka sekali

menghiasi lingkungannya,’’

ujar Gustave Le Bon dalam LaCivilisation des Arabes.

Karakteristik seni masyarakat

Muslim Arab pada zaman kejayaan begitu imajinatif,

cerdas, megah, dan rimbun dalam dekorasi. Detail-detail-

nya begitu fantastis.

Hal itu tecermin dari taman-taman yang dibangun di

kota-kota Islam pada masa itu. Salah satu kota yang

dihiasi taman yang begitu indah adalah Marrakech,

Maroko. Di kota itu terhampar sebuah firdaus dunia

bernama Taman Agdal, tempat orang-orang menikmati

hijaunya deretan pohon zaitun, jeruk, aprikot, lemon, dan

tanaman lainnya.

Taman itu dibangun atas perintah penguasa Dinasti al-

Muwahhidun, Sultan Abdul al Mukmin bin Ali al Kumi

(berkuasa 1130-1163 M) pada 1157. Arsitektur Taman

Agdal terinspirasi taman-taman yang menghiasi Andalusia

pada masa itu. Taman itu diciptakan sebagai tempat peris-

tirahatan pada musim panas. Taman Agdal hanya berjarak

empat kilometer di selatan pusat Kota Jemaa al Fnaa,

Marrakech.

Menurut laman archnet, kata agdal berasal dari bahasa

Barbar yang berarti padang rumput yang ditutupi oleh

dinding. Konon, keindahan taman itu seperti pemandang -

an di Pegunungan Atlas. Daerah tempat tinggal bangsa

Barbar berupa padang rumput hijau yang dibingkai pegu-

nungan tinggi.

Taman Agdal berbentuk persegi empat dengan sedikit

bagian dihilangkan di sudut sebelah barat laut taman.

Sumbu longitudinal taman ini membentang dari barat laut

ke tenggara dengan panjang sekitar 3,1 kilometer dan

lebar antara 1,2 km hingga 1,4 km. Pada bagian yang

hilang berbentuk persegi dengan panjang 620 meter dan

lebar 450 meter.

Taman Agdal menempati tanah produktif yang biasa

menghasilkan berbagai jenis buah dan sesemakan.

Penanaman pohon diberi jarak sekitar lima hingga

sepuluh meter pada setiap pohon bergantung jenisnya.

Setiap kebun di dalam taman yang memiliki luas 500

hektare ini dipisahkan oleh jalan setapak.

Setiap kebun membudidayakan tanaman yang

berbeda. Setiap jalan setapak dibatasi oleh barisan pohon

zaitun yang ditanam 10 meter menuju pusat. Untuk

mengairi taman yang luas itu, Taman Agdal dilengkapi dua

waduk yang terletak sekitar 820 meter di utara dari tepi

bagian selatan taman. Kedua cekungan tersebut diisi dari

Lembah Ourika melalui jaringan saluran bawah tanah

(khettara) yang dibangun pada awal abad ke-12 M.

Pada saat itu, di bawah pemerintahan Ali bin Yusuf

(berkuasa pada 1107-1142). Waduk terbesar bernama al-

Manzeh, memiliki luas 205 x 180 m. Arsitektur waduk

dan teras perimeter pada taman ini didesain oleh Abu

Yaqub Yusuf. Model waduk ini kemudian dipakai untuk

cekungan yang sama di Rabat (1171) dan Sevilla (1171).

Tidak jauh dari Waduk al-Manzeh terdapat sebuah

paviliun yang dikenal dengan nama Dar al-Hana.

Bangunan terbuka yang berukuran 8 x 30 meter itu

berfungsi sebagai loggia (semacam saung), tempat Sultan

menghibur tamu-tamunya dengan pemandangan ham-

paran air di cekungan. Dar al-Hana juga digunakan oleh

sultan untuk mengamati kegiatan pelatihan militer yang

sering dilakukan di waduk al-Manzeh, termasuk renang

dan berperahu.

Waduk kedua dinamakan Waduk Gharssya Agdal.

Cekungan ini berukuran lebih kecil dibandingkan waduk

al-Manzeh, yaitu hanya 200 x 150 meter. Sebuah pulau

persegi dengan panjang sisi 16 meter itu dibangun di

tengah danau buatan. Di tengah ‘pulau’ tersebut berdiri

sebuah paviliun kecil dengan ukuran 12 meter pada setiap

sisi.

Paviliun itu berfungsi sebagai tempat hiburan dan

dapat dijangkau dengan menggunakan perahu kecil untuk

menyeberangi waduk. Karena berada di tempat yang lebih

tinggi, seseorang dapat melihat pemandangan bagian atas

pepohonan yang spektakuler dari waduk tersebut.

Karya arsitektur penting lain di dalam Taman Agdal

adalah Dar al-Baida, yaitu istana cadangan yang digu-

nakan oleh keluarga kerajaan Alawi ketika mereka

berkunjung ke Marrakech. Arsitektur istana ini relatif

sederhana, tetapi didekorasi dengan indah dan terawat.

Tempat itu juga berfungsi sebagai kediaman keluarga

kerajaan.

Istana yang berukuran 120 x 142 meter itu berjarak

330 meter dari tepi barat Taman Agdal. Sedangkan dari

tepi utara, istana ini berjarak sekitar 870 m. Dengan

demikian, posisi Istana Dar al-Baida terletak di barat laut

kuadran taman.

Istana ini dibangun setelah pembangunan Taman Agdal

atas perintah Alawi Syarif Moulay Abdul Rahman bin

Hisham (1822-1859). Pembangunan istana itu menjadi

periode kedua pembangunan Taman Agdal. Istana dan

paviliun-paviliun di Taman Agdal direno-

vasi oleh penerus Alawi, Sidi Muhammad IV bin abdul

Rahman (1859-1873). Pada abad ke-19 M, taman

tersebut diperluas dan dinding dari tanah liat dibangun

mengelilinginya.

Kini, Taman Agdal dapat diakses untuk umum setiap

Jumat dan Ahad, selama beberapa jam ketika keluarga

kerajaan sedang tidak berada di Dar al-Baida. Ketika

keluarga kerajaan berkunjung ke taman tersebut, taman

ditutup dan disiapkan untuk kerajaan. Taman Agdal ter-

catat sebagai situs warisan dunia UNESCO pada 1985.

Di Marrakech juga terdapat Taman Menara. Taman itu

terletak di perbatasan menuju Pegunungan Atlas. Nama

‘Menara’ diambil dari paviliun yang berdiri di taman terse-

but. Paviliun ini seperti piramida hijau kecil (menzeh).

Paviliun tersebut dibangun selama abad ke-16 M oleh

penguasa Dinasti Saadi dan direnovasi pada 1869 oleh

Sultan Abdul Rahman, yang senang menghabiskan waktu

di paviliun ini selama musim panas.

Empat kilometer dari Taman Agdal terdapat Jemaa al

Fnaa, yaitu alun-alun yang terletak di jantung Kota

Marrakech. Tidak ada yang tahu apa arti nama tempat

tersebut. tidak ada pula yang mengetahui seberapa tua

tempat yang dikelilingi oleh bangunan, kantor polisi, dan

lapangan parkir ini.

Sepanjang hari tempat ini dipenuhi oleh pedagang

yang menjajakan makanan dan minuman dengan pakaian

warna-warni dan kantong air yang terbuat dari kulit dan

cangkir kuningan. Pada siang dan malam hari alun-alun itu

semakin ramai dengan pemuda penari dari Chleuh,

pesulap, dan penjual obat tradisional. Ketika malam men-

jelang, tempat ini semakin ramai dengan penjual

makanan. ■ c02 ed: heri ruslan

TAMAN AGDALTAMAN AGDAL

BERBENTUK PERSEGI

EMPAT DENGAN

SEDIKIT BAGIAN

DIHILANGKAN DI

SUDUT SEBELAH

BARAT LAUT TAMAN.Firdaus di Kota Maroko

WIKIMEDIA

WIKIMEDIA

Page 3: Islam Digest

Sebuah kabar tak sedap ter -

dengar Rasulullah SAW. Kabar

buruk itu datang dari Bani

Qudha’ah yang menetap di

sebuah daerah bernama Dzatus

Salasil. Penduduk yang tinggal

di wilayah itu bersekutu dengan pasukan

Romawi alias Bizantium untuk menyerang

umat Islam yang berbasis di kota Madinah.

Mendengar ancaman itu, Nabi SAW

segera memanggil Amru bin Ash. Sebagai

seorang tentara Muslim, Amru segera

mengencangkan pakaian dan senjatanya. Ia

seakan sudah mengetahui bahwa Rasulullah

akan menugaskannya ke medan pertempur -

an. Amru pun menghadap Nabi Muhammad

yang sedang berwudlu.

“Hai Amru, sungguh aku ingin mengirim-

mu ke satu tujuan, lalu Allah menyela-

matkanmu dan memberimu ganimah. Aku

pun harapkan untukmu harta itu, harapan

yang baik,” kata Rasulullah SAW.

“Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku

masuk Islam bukan karena menginginkan

harta, tapi ingin berjihad dan tetap bersama-

mu,” ungkap Amru.

Rasulullah SAW lalu membelitkan

bendera putih di kepala Amru dan menye -

rahkan bendera hitam kepadanya. Nabi lalu

melepas Amru bersama 300 orang Muhajirin

dan Anshar. Menurut Abu Muhammad

Harist, sebanyak 30 orang di antara tentara

Islam itu adalah pasukan berkuda.

Rasulullah menyarankan agar mereka

meminta tolong kepada suku Bali, Udhra,

dan Balqain.

Amru bin Ash beserta pasukannya

melangkah ke medan Perang Dzatus Salasil.

Pertempuran itu terjadi pada Jumadil Akhir

tahun ke-8 Hijriah. “Beberapa hari setelah

kembalinya pasukan Muslimin dari Perang

Mu’tah ke Madinah,” ujar Dr Akram Dhiya al-

Umuri dalam Shahih Sirah Nabawiyah.●●●

Bukan tanpa alasan Rasulullah menu-

gaskan Amru untuk memimpin pasukan.

Padahal, kala itu, ada Abu Bakar RA dan

Umar bin Khattab yang lebih senior dan

mumpuni. Ternyata, Amru adalah seorang

tentara Muslim yang nenek moyangnya

berasal dari daerah itu.

“Hal itu menunjukkan bolehnya meng -

angkat pimpinan yang kurang keutamaan-

nya dari yang lebih utama, jika yang kurang

keutamaannya itu memiliki sifat-sifat istime-

wa yang berkaitan dengan tugas itu,’’ tutur

Dr Akram.

Pasukan tentara Muslim pun berjalan

menuju medan perang dengan berjalan kaki

pada malam hari. Mereka beristirahat sambil

mengintai musuh pada siang hari. Amru

sengaja menerapkan taktik itu agar stamina

pasukannya tetap kuat. Selain itu, pergerakan

mereka pada malam hari tak diketahui musuh.

Saat mendekati wilayah musuh, Amru

mendapat laporan bahwa kekuatan pasukan

lawan begitu besar. Ia pun mengambil langkah

cepat dengan memohon penambahan pasukan

kepada Rasulullah. Nabi SAW segera mengi -

rim 200 orang tentara, termasuk di dalamnya

Abu Bakar dan Umar bin Khattab.

“Pasukan bantuan itu dipimpin Abu

Ubaidah Amin bin al-Jarrah,” ungkap Dr

Akram. Menurut Amir asy-Sya’bi (wafat 103

H), Abu Ubaidah ditempatkan sebagai

penanggung jawab rombongan Muhajirin,

sedangkan Amru menjadi pimpinan kaum

Badui. Kedua pasukan yang dikirimkan dari

Madinah pun bertemu.

Sempat terjadi perselisihan ketika Abu

Ubaidah hendak maju memimpin pasukan.

Namun, Amru menolak kepemimpinan Abu

Ubaidah. “Engkau adalah komandan

pasukanmu ini, sedangkan Abu Ubaidah

komandan orang-orang Muhajirin,” tutur

sebagian pasukan. Amru berkata, “Kalian

adalah bala bantuan yang saya minta.”

“Tahukah engkau wahai Amru, yang dite-

tapkan Rasulullah terakhir adalah, ‘Jika eng -

kau sampai kepada teman-temanmu, maka

hendaklah kalian saling menurut (kerja

sama).’ Dan, apabila engkau tidak menaatiku,

maka aku tetap akan menaatimu,” kata Abu

Ubaidah.

Tongkat komando pun sepenuhnya

berada di tangan Amru. Abu Ubaidah sadar

bahwa pasukan tentara Muslim tak akan

kuat jika di dalamnya terjadi perpecahan.

●●●

Malam begitu dingin. Pasukan tentara

Muslim menggigil kedinginan. Mereka pun

berinisiatif untuk menyalakan api unggun.

Mengetahui pasukannya akan menyalakan

api, Amru segera melarangnya. “Siapapun

yang berani menyalakan api, saya akan lem-

parnya ke dalam api itu,” cetus Amru.

Pasukan tentara Muslim pun kaget

mendengar jawaban itu. Sejumlah tokoh

Muhajirin berusaha untuk membujuk Amru

agar mengizinkan pasukan menyalakan api.

“Bukankah kalian diperintah untuk

mendengar dan taat kepadaku?” Tanya

Amru kepada tokoh Muhajirin itu.

“Ya, benar,” jawab kaum Muhajirin.

“Maka kerjakanlah!”

Umar bin Khattab sempat marah men -

dengar sikap Amru itu. Umar berniat untuk

melabrak Amru. Untunglah Abu Bakar segera

mengingatkannya. “Wahai Umar, sesungguh-

nya Rasulullah tidak akan mengangkatnya

menjadi panglima, melainkan karena keahlian-

nya dalam berperang.” Umar pun terdiam.

Dinginnya udara malam menusuk tulang.

Tak ada api unggun yang dinyalakan

pasukan tentara Muslim. Mereka menaati

perintah komandan perang. Ketaatan

mereka sungguh luar biasa. Dengan penuh

keikhlasan mereka melewati malam dengan

tubuh yang menggigil kedinginan.

●●●

Pada malam yang dingin itu Amru mimpi

basah. “Aku mimpi basah pada malam yang

sangat dingin. Aku yakin sekali bila mandi

pastilah celaka. Maka aku bertayamum dan

Shalat Subuh mengimami teman-temanku,”

ujarnya seperti tercantum dalam hadis yang

diriwayatkan Imam Ahmad, al-Hakim, Ibnu

Hibban, dan ad-Daruquthny itu.

Pasukan tentara Muslim pun mengobrak-

abrik pasukan tentara musuh yang lemah.

Setelah bertempur sekitar satu jam, tentara

musuh kocar-kacir diserbu pasukan yang

dipimpin Amru. Awalnya, kaum Muslimin

hendak mengejar mereka, namun Amru

melarangnya.

“Mengapa Amru melarang kita untuk

mengejar mereka, padahal kita nyaris meme-

nangkan peperangan?” Tanya sejumlah

pasukan. Keputusan Amru itu kembali

menuai protes dari Umar bin Khattab.

“Bagaimana mungkin dia memerintahkan

kita untuk berkumpul, padahal pasukan kita

sudah dekat sekali dengan kemenangan?”

ujar Umar.

Lagi-lagi, Abu Bakar menenangkan Umar.

“Wahai Umar, Rasulullah tidak akan meng -

angkatnya menjadi panglima, melainkan

karena keahliannya berperang. Jika kau lebih

baik dari Amru, maka Rasulullah pastilah

akan memilihmu.” Umar pun terdiam.

●●●

Setelah memenangkan peperangan, Amru

mengutus Auf bin Malik al-Asyja’i menemui

Rasulullah untuk menyampaikan berita

tentang apa yang terjadi di Dzatus Salasil

dan melaporkan kondisi pasukan. Auf pun

menjelaskan semua yang terjadi di tempat

tersebut, termasuk kebijakan Amru yang

kontroversial selama di medan perang.

Begitu pasukan Amru tiba di Madinah,

Rasulullah berbincang dengan Amru. Nabi

SAW mengklarifikasi kabar yang didengar-

nya dari Auf bin Malik. “Mengapa engkau

melarang pasukanmu menyalakan api

unggun?” Tanya Nabi SAW.

“Aku tak setuju pasukanku menyalakan

api, seperti pasukan musuh, karena khawatir

mereka akan melihat betapa sedikitnya

pasukan Muslimin,” jawab Amru.

Rasulullah juga menanyakan sikapnya

yang melarang pasukan kaum Muslimin

mengejar musuh yang telah dilemahkan.

“Wahai Rasulullah, aku khawatir pasukan

musuh mempunyai bala bantuan yang

bersembunyi di balik bukit Sehingga mereka

akan balik menyerang kami.”

Mendengar penjelasan itu, Rasulullah

tersenyum dan memuji tindakan Amru yang

sangat berhati-hati itu. Nabi SAW kembali

bertanya, “Mengapa engkau melaksanakan

shalat bersama pasukanmu, sedangkan

dirimu sedang junub?”

“Sesungguhnya saya mendengar Allah

berfirman, ‘Dan janganlah kamu membunuh

dirimu, sesungguhnya Allah Maha

Penyayang terhadap kalian,’ (an-Nisa: 29).”

Mendengar hal tersebut, Rasulullah tertawa

dan tidak mengomentarinya.

Perang Dzatus Salasil mengajarkan umat

Islam untuk taat kepada pemimpin. Kisah itu

juga menggambarkan betapa ketaatan dan

kerja sama tim yang baik akan membuahkan

hasil. Kewaspadaan dan kehati-hatian juga

akan menghindarkan umat dari kesalahan

dan kekalahan.

●●●

Dzatus Salasil adalah saksi ketaatan kaum

Muslimin. Dzatus Salasil adalah nama sebuah

tempat yang bisa ditempuh dalam 10 hari per-

jalanan kaki. Letaknya berada di bagian utara

Madinah. Menurut Dr Syauqi Abu Khalil dalam

Athlas al-Hadits al-Nabawi, Dzatus Salasil

merupakan sumur Bani Judzam.

“Sekarang, Dzatus Salasil terletak di

barat laut Kerajaan Arab Saudi, di timur

pelabuhan al-Wajh dan Duba,” tutur Dr

Syauqi. ■ c02 ed: heri ruslan

REPUBLIKA ● AHAD, 7 AGUSTUS 2011situs C3D Z A T U S S A L A S I L

Saksi KetaatanPasukan Muslim

WALAUPUN ADA ABU

BAKAR RA DAN UMAR

BIN KHATTAB RA,

NAMUN RASULULLAH

SAW MENUNJUK AMRU

BIN ASH KARENA LEBIH

MENGETAHUI KONDISI

DZATUS SALASIL.

Amru bin AshSang Penakluk Mesir

Amru bin Ash adalah komandan

militer Islam yang berhasil

menaklukkan Mesir pada 640

M. Ia merupakan salah satu

sahabat Nabi yang masuk Islam pada

tahun ke-8 Hijriah (629 M). Ia mendirikan

pusat kota Mesir, Fustat, dan mendirikan

masjid di pusat kota yang dinamakan

Masjid Amru bin Ash. Itulah masjid

pertama yang dibangun di benua Afrika.

Amru berasal dari Bani Syam, bangsa

Quraisy. Ia lahir pada 573 M. Sebelum

meniti karier dalam bidang militer, Amru

adalah seorang pedagang yang mene-

mani kafilah di sepanjang rute perda -

gang an melalui Asia dan Timur Tengah,

termasuk Mesir.

Amru adalah seorang yang Quraisy

yang cerdas. Sebelum memeluk Islam, ia

sempat berjuang bersama kaum kafir

Quraisy melawan kekuatan tentara Islam.

Ia berperang melawan Muslim, hingga

akhirnya melihat Rasulullah melak-

sanakan shalat. Sejak itu, dia tertarik

dengan Islam.

Begitu menjadi seorang Muslim, ia

dipercaya menjadi seorang komandan

yang berjuang di jalan Islam. Ditemani

oleh Khalid bin Walid, ia pergi dari

Makkah ke Madinah, tempat mereka

bersyahadat. Ia memimpin Abu Bakar,

Umar, dan Abu Ubaidah dalam Perang

Dzatus Salasil.

Amru juga memainkan peranan

penting dalam penaklukan pemimpin

Oman, Jayfar dan Abbad bin Juland dan

meminta mereka menganut Islam. Ia

menjadi gubernur di daerah tersebut

hingga Rasulullah wafat.

Amru sempat dikirim Khalifah Abu

Bakar bersama pasukan Arab ke

Palestina setelah wafatnya Muhammad.

Ia dipercaya memainkan peranan penting

dalam penaklukan daerah tersebut. Amru

juga mengikuti pertempuran Ajnadayn,

Yarmouk, serta pengepungan Damaskus.

Setelah berhasil menaklukkan Mesir,

Amru ditunjuk sebagai gubernur. Sampai

Kekhalifahan Usman bin Affan, Amru

tetap menjadi gubernur Mesir. Amru

meninggal pada 664 M dalam usia 91

tahun. ■ c02 ed: Heri Ruslan

PAN

OR

AM

IO

PANORAMIO

PANORAMIO

VISUALPHOTO

GGPHT

Page 4: Islam Digest

C4tema utama C5tema utamaREPUBLIKA ● AHAD, 7 AGUSTUS 2011 REPUBLIKA ● AHAD, 7 AGUSTUS 2011

Oleh Heri Ruslan

Ramadhan adalah bulan ke-9

dalam kalender Hijriah.

Menurut bahasa, Ramadhan

berarti “amat panas”. Nama

bulan yang agung dan mulia

bagi umat Islam itu diberikan

oleh orang-orang Arab karena pada bulan itu,

padang pasir sangat panas oleh terik matahari.

“Bangsa Arab pada zaman dahulu memiliki

kebiasaan memindahkan suatu istilah dari

bahasa asing ke bahasa mereka sesuai dengan

keadaan yang terjadi pada masa tersebut,”

tulis Ensiklopedi Islam. Lantaran suhu udara

pada bulan ke-9 itu panas, lalu mereka mena-

makannya Ramadhan.

Bagi umat Islam, Ramadhan adalah bulan

yang agung dan istimewa. Betapa tidak, pada

bulan ini, manusia yang beriman kepada Allah

SWT diwajibkan untuk berpuasa, menahan

diri dari makan, minum, dan melakukan

hubungan seksual sepanjang siang hari.

Karena keistimewaannya, Ramadhan dijuluki

sebagai Syahr Allah (bulan Allah SWT).

Rasulullah SAW bersabda, “Telah berfirman

Allah azza wajjala: Tiap-tiap amal anak Adam

untuknya sendiri, kecuali puasa. Puasa itu

untuk-Ku dan aku sendiri yang akan memba -

lasnya…” (HR Bukhari). Karena itulah, kaum

Muslim di seluruh dunia selalu menantikan

datangnya bulan nan agung ini.

Selain mulia dan agung, karena pada bulan

ini Allah SWT melimpahkan rahmat-Nya

kepada hamba-hambanya, Ramadhan juga

bulan spesial dalam pusara sejarah peradaban

Islam. Sederet peristiwa penting dan berse-

jarah terjadi pada bulan yang berjuluk Syahral-Qur’an (bulan Alquran) itu.

Menurut Jhon L Esposito, dimensi historis

dan komunal dari bulan Ramadhan terwujud

dalam peristiwa-peristiwa yang berlangsung

setiap tahun dan sepanjang bulan tersebut.

Ramadhan, kata Esposito, menjadi masa

ketika tanggung jawab moral sebagai Muslim

ditekankan.

“Puasa Ramadhan merupakan refleksi

untuk menghidupkan moral dan etik,” papar

Guru Besar pada bidang Studi Islam di

Universitas Georgetown, Amerika Serikat itu.

Karena itu, bagi umat Islam, Ramadhan meru-

pakan bulan untuk mendongkrak kesadaran

ketuhanan (takwa), perjuangan menegakkan

kebenaran, mengamalkan nilai-nilai kebaikan,

dan menunjukkan kesalehan sosial.

Sejarah telah mencatat berbagai peristiwa

penting yang terjadi di bulan yang istimewa

itu. Umat Islam pada era Rasulullah berhasil

menorehkan sederet prestasi penting pada

Ramadhan. Haus dan lapar tak menjadi peng-

halang bagi mereka untuk merebut kemenang -

an di medan perang. Ramadhan telah

memompa semangat juang umat Islam untuk

menegakkan kebenaran. Berikut ini adalah

berbagai peristiwa bersejarah yang terjadi

dalam bulan Ramadhan. ■

MENURUT JHON L

ESPOSITO, DIMENSI

HISTORIS DAN KOMUNAL

DARI BULAN RAMADHAN

TERWUJUD DALAM

PERISTIWA-PERISTIWA

YANG BERLANGSUNG

SETIAP TAHUN DAN

SEPANJANG BULAN

TERSEBUT.

RAMADHANdalam Lintas

Sejarah Islam

FATHU MAKKAH

Sejarah peradaban Islam mencatat sebuah peristiwabesar yang terjadi pada 10 Ramadhan 8 Hijriah/630 M.

Peristiwa itu bernama Fathu Makkah atau Pembebasan KotaMakkah. Peristiwa itu dipantik oleh sikap kaum kafirQuraisy yang melanggar Perjanjian Hubaidiyah.

Peristiwa bersejarah di Hudaibiyah terjadi pada bulanZulqadah tahun ke-6 Hijriah. Saat itu, Rasulullah SAWbersama umat Islam yang tinggal di Madinah hendakmenunaikan umrah ke Makkah. “Rasulullah SAW berupayamenampakkan hakikat syiar kaum Muslimin terhadapKa’bah dan sekaligus membantah propaganda kaum Quraisybahwa kaum Muslimin tak mengakui kemuliaan Ka’bah,”papar Dr Akram Dhiya Al-Umuri.

Namun, upaya Rasulullah SAW dan umatnya untukumrah di Makkah berusaha dijegal kaum Quraisy. Nyaristerjadi pertempuran antara kaum Muslimin dan kaum kafir.Umat Islam mencoba menghindari peperangan. Awalnya,kaum kafir menolak tawaran dialog yang diusulkan kaumMuslimin.

Gentar melihat kesetiaan kaum Muslim terhadap NabiSAW, kaum kafir Quraisy akhirnya bersedia menempuhdialog damai. Kafir Quraisy mengirimkan dua utusannya,yakni Mikraz bin Hafs dan Suhail bin Amru. Mereka

membawa misi untuk menggagalkan rencana umrah kaumMuslim pada tahun itu.

Perundingan antara utusan kafir Quraisy dan RasulullahSAW berlangsung alot. Dalam perundingan yang meng-hasilkan Perjanjian Hudaibiyah itu boleh dikatakan umatIslam lebih banyak mengalah demi kebaikan. RasulullahSAW memang menginginkan agar kaum Quraisy bisamemeluk agama Islam. Tahun itu, kaum Muslimin tak bisamengunjungi Ka’bah.

Perjanjian Hudaibiyah itu ternyata dilanggar oleh kafirQuraisy. Mereka membantu Bani Bakr menyerang BaniKhuza’ah yang merupakan sekutu Muslim. Berdasarkankesepakatan damai, dalam perjanjian tersebut, BaniKhuza’ah telah bergabung ikut dengan Nabi Muhammad,sedangkan Bani Bakr bergabung dengan musyrikin Quraisy.

Rasulullah SAW beserta umat Islam tak tinggal diam.Nabi Muhammad SAW bersama 10 ribu kaum Muslim pada10 Ramadhan 8 Hijriah/630 M bergerak dari Madinah keMakkah. Kota Madinah untuk sementara dikuasai kepadaAbu Ruhm al-Ghifary.

Rasulullah SAW membagi pasukannya ke dalam tigabagian. Pertama, Khalid bin Walid memimpin pasukan untukmemasuki Makkah dari bagian bawah. Kedua, Zubair binAwwam memimpin pasukan memasuki Makkah bagian atasdari bukit Kada’, dan menegakkan bendera di Al-Hajun.Ketiga, Abu Ubaidah bin al-Jarrah memimpin pasukan daritengah-tengah lembah hingga sampai ke Makkah.

Dari Al-Hajun, Nabi Muhammad memasuki Masjid Al-Haram dengan dikelilingi kaum Muhajirin dan Anshar.Setelah tawaf mengelilingi Ka’bah, Nabi Muhammad mulaimenghancurkan berhala dan membersihkan Ka’bah.Penduduk Kota Makkah pun berbondong-bondong memelukIslam. Hampir tak terjadi pertumpahan darah dalam peristi-wa pada bulan Ramadhan itu. ■

WAFAT ALI BIN ABI THALIB

Peristiwa pembunuhan Usman bin Affan mengakibatkankegentingan dalam dunia Islam yang pada saat itu telah

terbentang hingga ke Persia dan Afrika Utara. KematianUsman menjadikan Ali bin Abi Thalib sebagai penggantinya.

Selama pemerintahannya, Ali mewarisi kekacauan yangterjadi sejak masa kekhalifahan sebelumnya. Setelah kematian Usman, dua kelompok sesat yang paling bertolakbelakang dengan ajaran Islam semakin berkembang, yaituKhawarij dan Rafidhah.

Rafidhah dianggap sesat karena terlalu mengagungkanAli, sementara Khawarij dianggap sesat karenamengkafirkan khalifah sehingga darah beliau pun dihalalkanoleh mereka.

Berdasarkan catatan sejarah, kaum Khawarij telah meren-canakan pembunuhan Ali, bahkan Rasulullah pun pernahmemperingati Ali mengenai bencana yang akan menimpanya.Beliau bersabda, “Orang yang paling binasa dari umat terdahu-lu adalah penyembelih unta (dari kaum Nabi Shalih). Danmanusia yang paling celaka dari umat ini adalah yang mem-

bunuhmu, wahai Ali.” Kemudian, Rasulullah menunjuk keningAli, tempat pedang pembunuhnya nanti akan menancap.

Tanggal 21 Ramadhan 40 H adalah waktu yang diren-canakan para pembunuh Ali. Pelakunya adalah Ibnu Muljam.Menjelang Subuh, Ali tengah berjalan menuju masjid untukshalat Subuh. Wajahnya bersinar, menanti jalan yang telahditentukan Allah. Tiba-tiba, Ibnu Muljam menghunuskanpedangnya yang telah diolesi racun tepat di kening Ali.

Orang-orang yang ada di masjid sangat terkejut dansegera membopong Ali ke rumahnya. Kepalanya dibalut kainagar darah tidak mengucur. Namun, Ali tidak bisa bertahanlebih lama lagi karena racun yang terdapat di pedang yangmenebasnya. Ia meninggal dua hari kemudian.

Ali dimakamkan di Kota Najaf, dekat Kota Kufah. Pema -kam an tersebut dilakukan dengan rahasia dan selesai padamalam hari. Dengan meninggalnya Khalifah Ali bin AbiThalib, berakhir pulalah masa kekhalifahan dalam Islam. Ke -khalifahan setelah itu digantikan dengan sistem dinasti. ■

PERISTIWA PENGEPUNGANKONSTANTINOPEL

Pada Ramadhan 825 H, Sultan Murad II dariKekhalifahaan Turki Usmani mengepung Kota

Konstantinopel (sekarang Instanbul). Akan tetapi, setelahperang berkepanjangan melawan tentara Romawi, SultanMurad II dan pasukannya tidak berhasil menguasai kotamilik Kerajaan Bizantium tersebut.

Konstantinopel baru berhasil direbut oleh tentara TurkiUsmani di bawah pimpinan Sultan Mehmed II atau SultanMuhammad al-Fatih. Pengepungan terjadi dari 6 April 1453hingga 29 Mei 1453 ketika tentara Turki Usmani (Ottoman)berhasil menguasai kota tersebut.

Jatuhnya Konstantinopel ke tangan Ottoman menandaikehancuran Kekaisaran Romawi yang bertahan 1.500 tahunlamanya. Kemenangan umat Islam atas Bizantium telahdiprediksi oleh Rasulullah SAW.

Dalam sebuah hadis, Abdullah bin Amr bin Al-Ashberkata, “Saat kami menulis di sekeliling Rasulullah SAW,tiba-tiba beliau ditanya tentang kota manakah dari keduakota yang akan dibebaskan terlebih dahulu, Konstantinopelatau Roma? Rasulullah SAW menjawab, ‘Kota Heracliusakan dibebaskan terlebih dahulu.’ Maksudnya adalahKonstantinopel.” (HR Ahmad).

Dalam sebuah kesempatan yang lain, Rasulullah bersabda,“Konstantinopel benar-benar akan ditaklukkan. Sebaik-baikamir (khalifah) adalah amir (khalifah) yang memimpinpenaklukkannya dan sebaik-baik tentara adalah tentara yang

menaklukkannya.” (HR Bukhari, Ahmad, dan Al-Hakim).Setelah 53 hari berjibaku angkat senjata, dengan

semangat jihad, pasukan Sultan Muhammad atau MehmedII akhirnya berhasil menguasai Konstantinopel. Harapan danimpian umat Islam untuk menundukkan Bizantium yangtelah dirintis sejak tahun 664 M akhirnya tercapai.

Kemenangan yang tertunda selama 800 tahun ituakhirnya tiba juga. Sejak saat itu, bendera Kerajaan TurkiUsmani berkibar di langit Konstantinopel, kota impian pararaja, kaisar, dan sultan. Konstantinopel pun memasuki erabaru. Kota itu lalu berganti nama menjadi Istanbul yangberarti kota Islam sekaligus menjadi ibu kota KerajaanOttoman.

Kali pertama menduduki kota penting itu, Kerajaan TurkiUsmani mulai menegakkan hukum di kota itu. Tak ada pem-bantaian terhadap penduduk Konstantinopel. Bahkan,pemerintahan Islam Usmani bekerja sama dengan umatKristen untuk kembali membangun perekonomian, menjalinpersahabatan dengan Yunani. ■

PERANG AIN JALUT

Pada bulan Ramadhan, juga tercatat sebuah pertempuranbesar bernama Perang Ain Jalut, berlangsung pada 3

September 1260, bertepatan dengan Ramadhan 658 H.Pertempuran ini terjadi antara kaum Muslimin (Mesir) dankaum Tartar (Mongol).

Sejumlah sejarawan menganggap perang itu amat pentingdalam sejarah penaklukan bangsa Mongol di Asia Tengah.Dalam perang tersebut, Mongol mengalami kekalahan telak,padahal mereka telah berhasil menguasai banyak daerahIslam dan bahkan menjatuhkan Kekhalifahan Abbasiyah.Mereka juga membunuh Khalifah Mutashin Billah diBaghdad pada 656 H.

Di bawah pimpinan Hulagu Khan, cucu Genghis Khan,ekspansi Mongol meluas hingga ke wilayah Gaza. Mereka punberniat menaklukkan Mesir dan Maghrib (Afrika Utara) yangmenjadi kubu akhir terkuat kaum Muslimin. Hulagu kemudianmengirim kurir untuk mengantarkan surat ancaman bagi penguasa Mesir saat itu, Mahmud Saifudin Qutuz.

Penguasa Muslim tidak mau tunduk kepada Mongol.Kaum Muslim memberikan jawaban tidak terduga. DelegasiMongol dibunuh dan mayatnya dibiarkan tergantung didalam kota. Karena itu, meletuslah perang di wilayah AinJalut, Palestina Utara, antara pasukan Quds dan PanglimaBaibars berhadapan dengan tentara Mongol.

Dalam perang tersebut, pasukan Mesir menggunakanmeriam genggam yang pertama kali dilakukan dalamsejarah. Pertempuran Ain Jalut menjadi tempat pertama kalidigunakannya peluru bubuk mesiu yang digunakan Mesirpada tombak api dan meriam genggam. Umat Islam punmeraih kemenangan. ■

PEMBANGUNAN MASJIDAL-AZHAR KAIRO

J ami Al Azhar (Masjd Al Azhar) didirikan bersamaandengan berkuasanya Dinasti Fatimiyah di Mesir, yaitu

tidak lama setelah dinasti ini memasuki Kairo.Pembangunannya dimulai pada 539 H dan memakan waktusekitar dua tahun. Secara resmi, masjid ini dibuka oleh panglima perang Fatimiyyah Jauhar Al Shiqilli yang melak-sanakan shalat Jumat di masjid tersebut pertama kalinyapada 7 Ramadhan 361 H /21 Juni 972 M.

Peradaban Islam tak pernah lupa mendirikan sebuahmasjid di kota yang dikuasainya. Pertama kali diresmikanmasjid itu bernama Jami al Qahirah. Namun, ketika banyakmasjid lain yang dibangun di Mesir, masjid ini berganti namamenjadi Al Azhar.

Pada tahun 378 H, fungsi masjid ini ditambah menjadipusat pendidikan (universitas) dengan membentuk staf pengajar. Pembahasan utama dalam universitas ini adalahmasalah hukum keislaman. Di universitas ini, terdapatberbagai fasilitas, seperti tempat tinggal, kebutuhan hidup,bahkan halaqah (kelompok belajar).

Dengan adanya kelompok belajar ini, mahasiswa yangmasuk ke universitas tersebut bebas memilih kelompokbelajar apa yang ia inginkan. Universitas Al Azhar menjadiuniversitas tertua di dunia. ■ c02 ed: heri ruslan

PERANG BADAR

Peristiwa besar dan bersejarah yang terjadipada Ramadhan adalah Perang Badar, tepat-

nya terjadi pada 17 Ramadhan 2 Hijriah. Perangini merupakan pertempuran pertama yangdilakukan kaum Muslimin setelah mereka hijrahke Madinah. Menurut Dr Akram Dhiya al-Umuri,perang itu dimulai ketika kaum Musliminmenekan jalur perdagangan kaum Quraisy keSyam (Suriah).

Kaum Muslimin selalu mengintai pergerakankaum kafir Quraisy. Hingga suatu hari, terden-gar kabar kabilah dagang milik bangsa Quraisybergerak dari Syam. Kafilah tersebut dipimpinoleh Abu Sufyan Sakhr bin Harb yang membawasejumlah besar harta dari Quraisy. Ia dikawaloleh 30 hingga 40 orang.

Rasulullah mengirim Basbas untuk memata-matai rombongan itu. Setelah mendapatkaninformasi yang dbutuhkan, Rasulullah memerin-tahkan para sahabat untuk berangkat. “Merekaberangkat tergesa-gesa sehingga jumlahpasukan kaum Muslimin tidaklah mewakilikekuatan militer mereka yang sebenarnya,” ujarDr Akram dalam Shahih Sirah Nabawiyah.

Pasukan Muslimin berangkat ke Badardengan kekuatan 319 tentara. Mereka terdiriatas 100 orang Muhajirin dan selebihnya kaumAnshar. Di tengah jalan, ia bertemu denganseorang pendekar kaum Musyrikin yangmeminta ikut bersama kaum Muslimin. Namun,Rasulullah menolaknya karena warna akidahdalam peperangan harus terlihat nyata dalamIslam. Akhirnya, pendekar tersebut masuk Islamdan diperbolehkan mengikuti perang olehRasulullah.

Pergerakan pasukan Muslimin menghadangkafilah Quraisy terdengar oleh Abu Sufyan.Kafilah itu lalu berbelok melewati jalan tepi

pantai. Mereka mengirim Dhamdham bin Amru alGhifari untuk memobilisasi penduduk Makkahuntuk melawan kaum Muslimin. Sebanyak 1.000penduduk Makkah dikerahkan membantu kaumkafir Quraisy. Mereka dipimpin oleh Abu Jahal.

Sesampainya di Badar, kaum Musliminmencari tempat strategis sebelum kedatangankaum Musyrikin. Dengan izin Allah, seluruhpasukan tertidur dengan nyenyak sebelumperang dimulai agar mereka dapat berperangdengan tenaga yang cukup. Sementara itu,Rasullullah mengerjakan shalat dan berdoa.

Dalam hadis sahih, Ali bin abi Thalib berkata,“Dalam doanya, beliau berkata: ‘Ya Allah, jikaEngkau binasakan pasukan ini, niscaya Engkautidak akan disembah.’”

Keesokannya, Nabi Muhammad memban-gunkan seluruh pasukannya, mengerjakanshalat, lalu membentuk barisan perang.Peperangan diawali dengan duel satu lawansatu. Utbah bin Rabiah maju diikuti olehputranya, al-Walid dan saudaranya, Syaibah.Rasulullah menyuruh Hamzah, Ali, dan Ubaidahmaju menantang mereka. Hamzah berhasilmenewaskan Utbah dan Ali berhasilmenewaskan Syaibah.

Duel ini memberi pengaruh yang besar ter-hadap pasukan Musyrikin dan mereka punmenyerang. Rasulullah memerintahkan parasahabat menghujani pasukan Musyrikin denganpanah dan perang dahsyat pun terjadi. AbuJahal dibunuh oleh Muadz bin Amru bin alJamuh dan Muadz bin Afraa.

Peperangan tersebut membuat jumlah kaumQuraisy berkurang. Sebanyak 70 di antaramereka mati terbunuh dan 70 dari merekaditawan oleh pasukan Muslimin. Sisanyamelarikan diri karena kehilangan pemimpin.Kaum Muslimin pun memenangkan perangtersebut. ■

Sebelum diangkat menjadi Rasul Allah SWT, Muhammad

SAW memiliki kecintaan untuk mengasingkan diri

dengan tujuan untuk beribadah. “Nabi Muhammad SAW

mengasingkan diri dari kaumnya yang Jahiliyah di Gua

Hira yang terletak di Bukit Hira,” ujar Dr Akram Dhiya al-Umuri

dalam Sahih Sirah Nabawiyah.

Menurut dia, posisi gua itu berada di tempat yang lebih tinggi

dari Ka’bah. Ibnu Abi Jamrah menuturkan, selama menyendiri di

Gua Hira, Nabi Muhammad melakukan tiga bentuk ibadah sekali-

gus: menyepi, beribadah, dan melihat Baitullah. Rasulullah

menyendiri di gua yang sempit itu selama beberapa malam,

kemudian kembali kepada keluarganya, dan kembali lagi untuk

menyepi.

Kebiasaan itu berlangsung hingga turunnya wahyu dan

diangkatnya Muhammad SAW sebagai utusan Allah. Dalam

Fathu Bari dan Shahih Muslim disebutkan bahwa Rasulullah

SAW diangkat sebagai nabi pada usia 40 tahun. Imam Baihaqi

berkata, “Turun kepada beliau kenabian itu pada usia 40 tahun.”

Nabi mulai menyendiri di Gua Hira selama tiga tahun sebelum

masa kerasulan. Pada bulan Ramadhan, uzlah itu dilaksanakan

selama sebulan penuh. Imam Muslim dalam sahihnya meng -

ungkapkan, pertama kali wahyu turun pada Senin siang bulan

Ramadhan. Ada yang menyebut pada 10 Agustus 610 M.

Malaikat Jibril mendatangi Nabi Muhammad yang sedang

berada di Gua Hira secara tiba-tiba. Pada hari itu, Allah menu-

runkan Malaikat Jibril untuk mewahyukan surah al-Alaq, yaitu

surah pertama.

Aisyah meriwayatkan, “Lalu, tiba-tiba, datang malaikat

kepadaku dan berkata: ‘Bacalah!’ Aku menjawab: ‘Aku tidak bisa

membaca.’ Lalu, ia memelukku erat-erat hingga aku tidak bisa

bernapas, kemudian melepasku dan berkata: ‘Bacalah!’ Aku men-

jawab: ‘Aku tidak bisa membaca.’ Ia kembali memelukku kuat-

kuat, lalu melepaskan aku dan berkata: ‘Bacalah dengan menye-

but nama Tuhanmu yang telah menciptakan….’”

Nabi Muhammad pulang ke rumahnya dengan tubuh yang

gemetar dan segera menemui istrinya, Khadijah. “Selimuti aku,

selimuti aku,” ujar Nabi. Setelah diselimuti dan hilang rasa takut-

nya, Khadijah membawa Rasulullah ke rumah anak pamannya,

Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushai.

Setelah Rasulullah menceritakan pengalamannya, Waraqah

berkata, “Itu adalah Namus yang diturunkan Allah kepada Musa.

Andai aku masih hidup ketika kaummu mengusirmu. Beliau

bertanya, “Benarkah mereka mengusirku?” Waraqah menjawab,

“Benar. Tidak seorang pun yang membawa risalah seperti yang

engkau bawa, melainkan akan dimusuhi. Andaikan aku masih

hidup pada masamu nanti, tentu aku akan membantumu.”

Sejak hari itu, Muhammad SAW menjadi pembawa pesan

agama Allah, yaitu Islam. Allah SWT berfirman, “Bulan Ramadhan

adalah (bulan) di dalamnya diturunkan Alquran sebagai petunjuk

bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu

dan pembeda (antara yang benar dan yang batil)…” (QS al-

Baqarah [2]: 185). ■

WAHYU PERTAMADAN KENABIAN MUHAMMAD SAW

● Gua Hira

● Makkah tempo dulu

● Sultan Murad II

● Perang Ain Jalut

● Masjid Ali, Najaf, Irak

HMNS.ORGWALLPAPERPASSION

ASK.COM

WIKIMEDIA

REOCITIES.COM

● Masjid Al Azhar

JAMAAT-REUNION

Page 5: Islam Digest

Gula Aren tidak hanya memi-

liki rasa yang manis, tapi

juga memiliki banyak man-

faat untuk kesehatan, salah satunya

ialah dapat menormalisir kadar

gula darah. Kini, hadir Gentong

Mas yang salah satu bahan uta-

manya adalah Gula Aren. Slamet

Riyadi adalah salah seorang pen-

derita diabetes yang telah

merasakan manfaat herbal ini.

Sudah 7 tahun lamanya, ayah

4 anak ini merasakan kenyamanan

hi dupnya terganggu karena men -

derita penyakit berbahaya ini, “Ke -

tika kadar gula darah tinggi, badan

saya sering terasa lemas, mudah

mengantuk, sering kencing ketika

malam dan gampang haus.” Cerita

Slamet.

Setelah bertahun-tahun bero-

bat, akhirnya ia tertarik untuk men-

coba minum Gentong Mas, “Saya

tertarik mencoba karena Gentong

Mas itu terbuat dari bahan-bahan

yang alami. Ternyata setelah 1,5

tahun minum dengan rutin, Alham-dulillah kadar gula darah saya

sekarang stabil ( 106mg/ dL), badan

pun terasa fit.” Ujar pria berusia 58

tahun tersebut.

Indonesia saat ini menduduki

peringkat keempat dengan jumlah

penderita diabetes terbesar di dunia

setelah Shina, India, dan Amerika.

Diperkirakan, jumlah penderitanya

akan terus meningkat dari tahun ke

tahun.

Diabetes adalah peningkatan

kadar glukosa darah akibat keku-

rangan insulin baik yang sifatnya

absolut maupun relatif atau re-

sistensi reseptor insulin.

Diabetes melitus sangat erat

kaitannya dengan mekanisme pen-

gaturan gula normal.

Karena kepercayaannya ter-

hadap pengobatan yang alami ini

berbuah manis, warga Cengkareng

Pulo, Jakarta Barat tersebut terg-

erak untuk membagi pengalaman

sehatnya tersebut dengan orang

lain, “Mudah-mudahan pengalaman

saya ini dapat bermanfaat bagi

orang lain.” Harap pria yang

berprofesi sebagai driver tersebut.

Gentong Mas adalah minuman

kesehatan herbal alami dengan

bahan utama Gula Aren dan Nigella

Sativa (Habbatussauda) yang ter-

bukti manfaatnya bagi penderita

dari berbagai penyakit, termasuk

diabetes.

Habbatussauda dipercaya

dapat meningkatkan fungsi insulin

dan mengurangi resistensi reseptor

insulin, sedangkan Gula Aren

berperan dalam optimalisasi kerja

reseptor insulin.

Gentong Mas juga mengan-

dung Chromium yang efektif mem-

perlancar metabolisme gula darah

dan mengatur kepekaan sel ter-

hadap insulin sehingga meri ngan -

kan kerja pankreas.

Selain itu, indeks glisemik

dalam Gula Aren yang sangat aman

bagi kesehatan yaitu hanya 35

(aman jika indeks glisemik dibawah

50), mampu menjaga dan merawat

pankreas agar tetap berfungsi den-

gan baik.

Meski demikian, untuk menda-

patkan hasil maksimal, disarankan

untuk mengatur pola makan,

olahraga, pengaturan berat badan

seideal mungkin, diet rendah lemak,

kontrol stress, dan menghindari

rokok serta alkohol.

Dengan aturan penggunaan

yang tepat, manfaat bagi kesehatan

dan kelezatan rasanya membuat se-

makin banyak masyarakat yang

mengkonsumsi Gentong Mas.

Untuk informasi lebih lanjut

silahkan kunjungi www.gentong-

mas.com.

Bagi Anda yang membutuhkan

silahkan hubungi:

Jakarta Pusat (021) 7150-3671

Jakarta Selatan (021) 71201834,

Jakarta Barat (021) 71537244, Ja -

karta Timur (021) 71503618, Jakarta

Utara (021) 37460843 Bekasi (021)

70495100, Depok (021) 37713090,

Kota Tangerang (0812 1926-9571),

Tange rang Selatan (081210344355),

Kab. Ta nge rang (081389651580),

Bogor (085-2210 19 518), Ci re bon

(0812 216 9618), Banten (08184 743 -

22), Jawa Barat (08134689 449), Yog -

yakarta (0813 200 01 013), Jawa

Tengah (0813 13322669), Jawa

Timur (0813 16821146), Bali (08133

7571 457) Lampung (0812 108-83349)

Su matra Selatan (0813 230-17741)

Bengkulu (0852 730 23491) Jambi

(081 36697 1641) Sumatera Utara

(0813 84 777717) Riau (0813 876-50 -

717) Aceh (081362900792) Kaliman-

tan Timur (08522 398 2705) Sulawesi

Selatan (081 322262366) Sulawesi

Tenggara (0813 14952303) Kaliman-

tan Selatan (0812 50980 570) Kali-

mantan Barat (0813 76179880)

Kalimantan Tengah (0813 4638

2718), Sumatra Barat (0812 833

07337) NTB (081338 3556 61),

Bangka Belitung (0813 2236 4969). �

Depkes: PIRT812.3205.01.114

www.gentongmas.com

Kadar Gula Darah Stabil,Badan Terasi Fit

Oleh Makmun Nawawi*

Dalam khazanah tasawuf, namaImam al-Qusyairi tentu sudahtak asing lagi. Karya magnumopus-nya bertajuk RisalatulQusyairiyah, ringkasan mengenai tasawuf awal yang

ditulis pada tahun 1046 yang begitumasyhur. Di Barat, risalah itu menjadirujukan utama dibandingkan dengan bukuapa pun mengenai tasawuf. Setidaknya,itulah analisis Annemarie Schimmel, profesorKebudayaan Indo-Muslim dari HarvardUniversity dan peneliti sufisme terkemukadan paling berpengaruh di abad ke-20 M.

Selain sufi, sejumlah gelar keahlian jugamenempel padanya: mufassir (ahli tafsir),faqih (ahli fikih), ushuli (ahli ushul fikih),muhaddits (ahli hadis), mutakallim (ahli ilmukalam atau teolog), adib (budayawan), natsir(ahli prosa), nazhim (penggubah syair), danwa‘izh (pemberi nasihat). Sebagai wa‘izh,nasihat-nasihat al-Qusyairy sangat indah.

Abul Hasan Ali bin Hasan al-Bakhrazyberkata, “Seandainya batu itu dibelah dengancambuk peringatannya, pasti batu itumeleleh. Seandainya iblis bergabung dalammajelis pengajiannya, bisa-bisa iblis bertobat.Dan, seandainya harus dipilah mengenai keutamaan ucapannya, pasti terpuaskan.”

Namun dari sejumlah gelar disiplin ilmuyang disematkan pada Imam al-Qusyairi,masih ada yang luput dari para pengkajinya—termasuk di Indonesia—karena memangdunia tasawuflah yang lebih dominan dansudah melambungkan namanya. Padahal,salah satu karyanya, Nahwul Qulub (NahwuHati), cukup repsentatif untuk mengukuhkansang tokoh sebagai ahli nahwu (gramatikabahasa Arab).

Di kalangan ulama Islam, penguasaan ter-hadap ilmu nahwu memang merupakan lan-dasan fundamental yang tidak bisa ditawar-tawar lagi, baik sebagai sarana untuk men-dalami ilmu lain yang referensinya bahasaArab maupun sebagai tujuan utama atau spe-

sialisasi linguistik bahasa Arab. Itulah sebab-nya, banyak di antara mereka yang pakar dibidang disiplin ilmu tertentu, sekaligus ahli dibidang ilmu nahwu.

Lihat saja, misalnya Imam Nawawi, ImamSyafi‘i, Imam Jalaluddin as-Suyuthi, ImamIbnu Katsir, dan tentu masih banyak tokohlainnya. Kendati ada pula Abul Aswad, al-Khalil, Sibawaih, al-Kisa’i, Tsa‘lab, Abu Ali al-Farisi, dan Ibnu Jinni, ia tetap berkibarnamanya sebagai tokoh yang ahli di bidangilmu nahwu.

Jika dibandingkan dengan era sekarang,ketika kitab-kitab nahwu sudah hadir denganhalaman yang cukup tebal, semisal kitabJami‘ud Durus al-‘Arabiyyah karya SyekhMushtafa al-Ghalayaini, Mu‘jamul I‘rab wal-Imla’ karya Dr Emil Badi Ya‘qub, atauberagam syarah kitab Alfiyah Ibnu Malik,buku Nahwul Qulub ini bisa dibilang sangatringkas dan padat. Kehadirannya miripdengan kitab Matan al-Ajrumiyyah karyaImam ash-Shanhaji yang biasa dikaji dipondok-pondok pesantren tradisional negeriini, sekalipun buku ini agak lebih tebal: 46halaman.

Beberapa bab yang dibahas di dalamMatan al-Ajrumiyyah juga ada dalam kitabNahwul Qulub ini, seperti bab “al-I‘rab”, bab“al-Af‘al”, bab “an-Na‘t”, dan tema-temalainnya. Namun, berbeda dengan kitab Matanal-Ajrumiyyah dan kitab-kitab nahwu padaumumnya, kitab ini menyajikan amstal(contoh-contoh) dan ilustrasinya dengan hal-hal yang bertalian dengan aspek spiritualitasmanusia, yakni hati yang merupakan porosutama.

Itulah sebabnya buku ini dinamai denganNahwul Qulub, yang artinya ‘Nahwu Hati’.Dan inilah keunikan buku ini, sekaligusmenyiratkan orisinalitas keilmuan seorangAbul Qasim Abdul Karim bin Hawazin al-Qusyairi.

Sejak awal bahasan, aroma sufistik terasabegitu kental. Rupanya, menantu sekaligusmurid Syekh Abu Ali al-Hasan bin Ali an-Naisaburi—yang populer dengan panggilanad-Daqqaq— ini tidak bisa melepaskan diridari atribut kesufiannya. Contohnya, ketikamembahas al-Kalam (kalimat)—suatu temayang biasa tampil di bagian awal kitab-kitabnahwu.

Menurut ilmu nahwu, kalam adalah lafal(kata-kata) yang tersusun dan memberikanpengertian, dan terdiri atas isim, fi‘il, dan harfyang mempunyai makna. Sementara itu,Imam Qusyairi menulis dalam bukunya, “Wafi nahwil (qulub): al-ismu huwallah wal-fi‘luma kana minallah. Wal-harfu immayukhtashshu bil-ismi fayujibu lahu hukmanau yukhtashshu bil-fi‘li fayaqtadhi lahu nis-batan. Wa kama annal harfa idza dakhala ‘alaismin aujaba lahu imma hukman-nashbi awil-khafdhi au ghairahu, fal-washfu alladzihuwal-‘ilmu (matsalan) yujibu lillahi hukmal-‘alim … wa kadzalikal-qudratu wal-hayatu wasa’iru shifatidz-dzat.”

(Dalam Nahwu [Hati]: Isim adalah Allah,dan fi‘il adalah apa yang ada dari Allah. Huruf

kadang dikhususkan terhadap isim sehinggamengharuskan suatu hukum (ketetapan)baginya, kadang juga dikhususkan terhadapfi‘il sehingga menuntut adanya suatu nisbah(hubungan). Sebagaimana huruf yang jikamasuk ke dalam isim mengharuskan adanyahukum nashab atau jar atau lainnya.Demikian pula sifat ilmu (misalnya), hal itumengharuskan bagi Allah untuk mempunyaihukum Mahatahu, juga sufat qudrah, hayat,dan semua sifat Zat-Nya.”

Uraian seperti ini memang agak sulit dipa-hami bagi peminat tasawuf yang tidak punyawawasan ilmu nahwu, demikian pula seba-liknya, sehingga keduanya mempunyaihubungan yang sangat sinergis. Dalam halini, hasyiyah (catatan kaki) yang diberikanoleh Mursi Muhammad Ali ikut mempertajamkarya ini.

Pada bagian lain, ketika menjelaskanmasalah fi‘il (kata kerja), Imam Qusyairimenulis, “Al-Af‘alu ‘ala dharbain: lazimin wamuta‘addi.” (Fi‘il itu dua macam: fi‘il lazim danfi‘il muta‘addi). Kita tahu bahwa dalam ilmunahwu, fi‘il lazim adalah fi‘il (kata kerja) yangtidak membutuhkan maf‘ul (objek), sedang

fi‘il muta‘addi adalah fi‘il yang memerlukanmaf‘ul, bahkan hingga dua atau tiga maf‘ul(objek).

Imam sufi yang semula bercita-cita inginmenjadi pegawai pemerintahan lalu meriv-isinya dengan memilih jalan tarekat ini lebihlanjut menjelaskan bahwa af‘al (perbuatan)hamba pun terbagi menjadi dua, yaitu lazimdan muta‘addi. Yang lazim adalah perbuatanyang keberkahannya hanya terbatas bagipemiliknya sendiri, sedang yang muta‘addiadalah perbuatan yang kebaikannya melam-paui orang lain.

Bahkan jika dalam fi‘il muta‘addi itu melin-tasi satu, dua, bahkan tiga maf‘ul, hal yangsama juga dalam fi‘il (amal) manusia, yangterkadang keberkahannya melampauisegenap umat manusia, sehingga ada seorangsyekh sufi yang berujar: “Jika ada waliyullahyang memaafkan sebuah negeri, niscayaAllah akan mengampuni warga negeri itu.”

Tidak bisa dimungkiri bahwa bukuNahwul Qulub ini memang berbicara tentanghati. Namun, pisau pembedah yang digu-nakan untuk mengkajinya adalah istilah-istilah yang digunakan dalam ilmu nahwu.Maka, karya ini baru bisa ditemukan citarasanya kalau pembaca juga memahami ilmunahwu. Mungkin, inilah sebabnya mengapabuku ini masih tergolek dalam bahasa Arab,dan—sepengetahuan penulis— belum adayang menerjemahkannya dalam khazanahbahasa Indonesia. ■

Alumnus Sastra Arab Fakultas Adab danHumaniora UIN Jakarta, narasumber kajian

Islam di 102.8 fm Bekasi. Email:[email protected]

C6REPUBLIKA ● AHAD, 7 AGUSTUS 2011kitabNahwul Qulub

NAHWU HATIDI KALANGAN

ULAMA ISLAM,

PENGUASAAN ILMU

NAHWU MERUPAKAN

LANDASAN FUNDA-

MENTAL YANG TIDAK

BISA DITAWAR-

TAWAR LAGI.

IMAM BUDI UTOMO/REPUBLIKA

Page 6: Islam Digest

sastra

Perasaan Doja (penjaga masjid) Rasyid sangat

gundah. Saat hendak mengirim isyarat

ketiga sebelum Jumat, tanpa dia sengaja,

pukulannya memecahkan satu-satunya

beduk di masjid itu. Semua jamaah yang

sudah hadir duluan, terperangah, bahkan

ada yang terkejut dan mulai menyalahkan Doja Rasyid.

Menyalahkan, mengapa Doja Rasyid tak mengira-ngira

tenaganya saat hendak memukul beduk.

Beduk itu sama tuanya dengan umur masjid ini, begitu

alasan mereka mempersalahkan Doja Rasyid. Tentu saja,

Doja Rasyid kecut dibuatnya. Dia memang tak sengaja dan

dia sendiri tak tahu entah mengapa tiba-tiba saja ada keja-

dian macam itu. Setiap hari, dia melakukan tugasnya

dengan baik. Memberi ingat pada orang banyak perihal

datangnya waktu sholat. Tanpa disangkanya, beduk itu

justru robek saat digunakan pada Jumat kali ini.

Ada kebiasaan di kampung ini sebelum proses Jumatan

dimulai. Seorang Doja harus mengirim tanda panggilan

sebanyak tiga kali. Tanda pertama, sebelum azan dikuman-

dangkan, beduk harus dipukul tiga kali dengan interval

ritme yang pendek, lalu disusul pukulan pendek dan ber -

ulang kali ke pinggiran beduk. Tanda kedua, setelah sha-

lawat, dipukul tiga kali tanpa memukul pinggiran beduk.

Dan, tanda ketiga, sebelum ikomat dikumandangkan, beduk

akan dipukul sebanyak lima kali dengan ritme yang lambat.

Karena itu adalah tanda terakhir, maka semua orang harus

sudah berada di masjid sebelum tanda itu dibunyikan.

Ketika inilah, Doja Rasyid memecahkan kulit beduk tua itu.

●●●

Berhari-hari, Doja Rasyid mengandung rasa bersalah dan

malu. Dia takut jadi sasaran amarah penduduk kampung,

sebab sebagian kecil warga masih percaya tahayul tentang

beduk tua yang katanya keramat itu. Dia malu akan diang-

gap tak becus menjadi doja. Padahal, tugas itu dia-

manahkan almarhum bapaknya. Tugas yang sukarela

diemban bapaknya selama berpuluh tahun tanpa pamrih,

kemudian pindah padanya.

Pada saat-saat inilah, Rasyid merasakan perannya

sebagai doja bukan peran sembarang. Doja dan beduk tak

luput memegang peran penting dalam komunitas macam

ini. Kejadian ini ikut membuktikan bahwa menjadi doja

bukanlah pekerjaan yang ringan, walau sepele terlihat di

mata orang.

Sejak hari di mana musibah itu datang, Doja Rasyid

harus berdiri di atas sebuah batu besar di depan masjid dan

mengumandangkan azan dari atasnya. Imam masjid Ustaz

Abduh dan sebagian pemangku adat untuk sementara

melihat cara itu sebagai jalan keluar. Tetapi, tidak bagi seba-

gian kecil warga lainnya. Mereka mulai menertawakan dan

mengolok-olok Doja Rasyid, mengira bahwa itulah karma

akibat merusak beduk keramat.

Pada hari kedua setelah peristiwa itu, Doja Rasyid

dipanggil oleh Kepala Kampung Amran. Saat Doja Rasyid

tiba di rumah kepala kampung, telah hadir pula imam

masjid dan para pemangku adat. Doja Rasyid tak banyak

bicara dalam pertemuan itu. Dia hanya mendengar saja

keluhan para pemangku adat perihal berbagai hal yang tiba-

tiba tak teratur semenjak beduk masjid itu rusak.

Mendengar semua itu, perasaan Rasyid bagai remuk.

Wajah bapaknya tiba-tiba melintas di benaknya. “Oh,

Bapak...” Bisik Rasyid, berusaha tak terdengar oleh lainnya.

●●●

Rasyid memang tak pernah berniat menjadi doja.

Bapaknya tidak berencana bahwa kelak nasib anaknya akan

seperti dirinya. Sebelum dipinjami sebidang tanah untuk

berhuma, hidup bapaknya sekeluarga benar-benar bergan-

tung dari sumbangan orang pada masjid.

Ladang itu pula yang telah ‘membunuh’ ibunya.

Perempuan yang sangat disayanginya itu tertimpa pohon

yang batangnya lapuk saat mengambil air untuk menyiram

sayuran. Masih mujur, bapaknya tidak ikut tertimpa.

Maka dari itu, Doja Rasyid sedikit kecewa pada per-

lakuan warga kampung terhadapnya. Mereka bahkan tak

memandang barang sedikit sosok bapaknya dan tentunya

pengorbanan Rasyid yang telah setia melayani mereka

semua. Rasyid mengorbankan sekolahnya sekadar untuk

bisa menjalankan wasiat bapaknya meneruskan tuga

menjadi doja di masjid itu.

“Biar aku shalat di bilik ini saja, Ustaz!” Ujar Rasyid

suatu ketika, menolak ajakan Ustaz Abduh untuk shalat

bersama sehari setelah dirinya dipanggil kepala kampung.

Ustaz Abduh hendak mencari penyebab mengapa Rasyid

mengurung diri macam itu. “Apa tidak sebaiknya kau mene-

maniku Shalat Zhuhur berjamaah saja, Rasyid?” Ajak Ustaz

Abduh dengan lembut.Rasyid tak menjawab lagi. Karena

malu, tak berani dia menatap wajah Ustadz Abduh. Orang

tua itu membiarkannya. Tapi, Doja Rasyid berusaha tetap

sadar. Robeknya kulit beduk itu bukan kehendaknya.

Nasibnya sekarang ini pun yang menjadi bulan-bulanan

diolok orang, juga di luar kuasanya. Beberapa hari lalu,

Rasyid sudah memikirkan masalah ini dan sudah pula

mengambil sebuah keputusan perihal beduk itu.

●●●

Rasyid menemukan jalan keluar atas masalah robeknya

kulit beduk itu. Upah yang diperolehnya tatkala membantu

mengecat rumah orang di kampung ini, boleh dibilang tak

banyak. Sudah cukup lama uang itu dia kumpulkannya, tapi

tetap saja jumlahnya jauh dari cukup untuk membeli kulit

kering yang terbaik. Harga selembar kulit kerbau yang ter-

samak sempurna sangatlah mahal.

Tetapi, Doja Rasyid tetap menuju pasar hewan pada

keesokan paginya. Setelah lama berkeliling, melihat-lihat

dan menaksir, Rasyid berhenti di depan seorang lelaki tua

gemuk yang menjual tiga ekor kambing, dua jantan, dan

seekor betina. Lelaki tua gemuk dengan misai memenuhi

wajahnya.

“Berapa harga kambing yang ini?” Tanya Rasyid sambil

menyentuh kepala seekor kambing jantan kurus.

“Mengapa tak memilih yang gemuk ini?” Tanya lelaki

tua gemuk itu keheranan. Menganggap aneh pada pilihan

Rasyid, pada kambing kurus miliknya itu.

Rasyid tersenyum takzim. “Tak mengapa, Pak. Aku suka

yang ini saja. Kira-kira berapa harganya?” Rasyid bersike -

ras. Tak mau berpanjang-kata, lelaki tua gemuk itu menye-

butkan harganya. “600 ribu rupiah. Boleh kurang sedikit.”

Rasyid menghela nafas berat. Jika pun dia harus

menawar, uangnya sangat jauh dari cukup.

“Hendak kau buat apa kambing kurus ini?” Tanya si

penjual kambing yang melihat Rasyid bergeming setelah

mendengarnya menyebut harga. “Jika kau hendak beternak,

sebaiknya pilihlah yang betina ini. Tubuhnya gemuk dan

sehat. Jika hendak kau sembelih, hendaknya yang jantan

gemuk ini.” Penjual kambing itu memberi saran.

Merah muka Doja Rasyid karena malu. “Sebenarnya

hendak aku potong saja. Aku berniat memberikan

dagingnya buat beberapa janda miskin di sekitar kampung.

Dan kulitnya hendak aku pakai sebagai pengganti kulit

beduk yang sobek.”

Lelaki tua gemuk itu terkekeh. “Jika beduk itu besar,

tentu saja kulit kambing kurus ini tak akan cukup.”

Sekali lagi Rasyid menghela nafas, masygul. “Entahlah,

Pak. Bahkan uangku sekarang tak cukup buat kambing

kurus ini.”

Lelaki tua gemuk itu terdiam sesaat. “Berapa jumlah

uangmu?” Tanyanya kemudian.

Rasyid merogoh sakunya, lalu mengeluarkan semua

isinya. “Hanya sejumlah ini...” Ujarnya sambil menunjukkan

uang sejumlah 450 ribu rupiah.

Lelaki tua gemuk itu tersenyum. “Uang sebegitu tentu

tak cukup membayar kambingku ini,” ujarnya, “Tapi jika kau

bersedia membantuku menggiring pulang kambing-

kambing ini, maka aku akan bersedia menukar kambing itu

dengan berapapun sisa uang di sakumu,” Jelas lelaki tua

gemuk itu.

Rasyid langsung mengangguk. Wajah Rasyid berbinar

mendengar tawaran yang tak terlampau sukar itu. Tanda

setuju, Rasyid menjabat tangan lelaki tua yang ternyata

bernama Ama (bapak) Jalad.

Petang hampir habis ketika mereka tiba di rumah Ama

Jalad. Sebelum membersihkan tubuh, Rasyid harus mem-

bantu memasukkan dua ekor kambing tersisa ke kandang

sederhana yang tepat berada di bawah rumah panggung

Ama Jalad. Sedang kambing yang hendak dibayarnya,

diikatkan terpisah pada tiang dekat kandang.

Ama Jalad tak memiliki anak, itulah mengapa rumah ini

terasa sepi. Tapi, melihat suami-istri itu hidup rukun, Rasyid

sungguh bersyukur. Jarang ada suami-istri yang bisa rukun

bertahun-tahun walau hidup mereka tak dihibur anak-

turunan.

“Rasyid, terima kasih kau sudah mengantarku pulang.

Kau boleh bawa pulang kambing itu sesuai tawaranmu dan

juga ini,” kata Ama Jalad sambil mengangsurkan bungkusan

di tangannya pada Rasyid.

Rasyid mendongak, menatap wajah Ama Jalad. Lelaki tua

itu sedang tersenyum padanya.

“Terimalah. Bawalah kambing itu juga. Uang darimu,

rasanya, sudah cukup banyak untuk kambing dan kulit

kerbau itu. Lagipula, kambingku masih ada dua,” kata Ama

Jalad, sambil mengangguk tegas.

“Aku tak tahu hendak kuapakan kulit kerbau itu semen-

jak aku memilikinya. Kini, aku tahu dengan siapa kulit

kerbau itu berjodoh,” terang Ama Jalad. “Aku senang dan

bahagia bisa ikut memperbaiki beduk di masjidmu,”

pungkasnya.

Lidah Rasyid kelu sesaat, tak bisa bicara. Pemberian

Ama Jalad adalah rejeki yang benar-benar di luar dugaan-

nya. Hal yang tak pernah diharapkannya sedikit pun. Jika

dia memang mengharapkan sesuatu, semisal korting yang

pantas untuk harga kambing itu, maka yang diberikan Ama

Jalad lebih dari sekadar potongan harga. Betapa berun-

tungnya Rasyid yang telah menahan sabar dan mencari

jalan keluar selama berhari-hari.

Sebelum pergi, Doja Rasyid berpamitan sambil mele-

takkan punggung telapak tangan Ama Jalad ke keningnya.

Tak putus syukurnya dan tak henti terima kasihnya pada

Ama Jalad. Perjalanan pulang terasa begitu singkat bagi

Rasyid. ■

Ilham Q Moehiddin. Mantan wartawan. Cerpen-cerpen-

nya dipublikasikan di sejumlah media seperti Republikadan beberapa media online. Buku kumpulan cerpen dan

puisi pertamanya berjudul Kitab & Tafsir Perawan Nemesis(2000). Novel-novelnya (crime suspense); Unabomber:Gadis Kecil di Elliot House (2002), dan Kabin 21 (2003).

Terlibat dalam perhimpunan The Indonesian Freedom

Writers. Kini, bermukim di Jakarta dan Kendari (Sulawesi

Tenggara).

C7REPUBLIKA ● AHAD, 7 AGUSTUS 2011

BEDUKMASJID TUA

Oleh Ilham Q Moehiddin

RE

ND

RA

PU

RN

AM

A/R

EP

UB

LIK

A

Page 7: Islam Digest

mualaf REPUBLIKA ● AHAD, 7 AGUSTUS 2011 C8

Suatu hari, Julianne Scasny mengikuti kelas

sejarah. Tema yang dipelajari hari itu

tentang sejarah agama-agama besar di

dunia. Di depan ruang kelas, sang guru

tengah menjelaskan agama Islam. Saat guru

itu tengah asyik bercerita tentang Islam,

seorang teman Julianne protes.

Siswa yang berasal Mesir dan beragama Islam itu tak

sependapat dengan penjelasan gurunya. Pelajar Muslim

itu mengoreksi dan meluruskan informasi yang salah

tentang Islam. “Wow, dia berani sekali membantah

guru,” ujar Julianne. Sejak terjadi perdebatan antara

temannya yang Muslim dan guru sejarah itulah, wanita

kelahiran Michigan, Amerika Serikat (AS), tersebut mulai

tertarik pada Islam.

Julianne sangat penasaran dengan Islam. Pada suatu

hari, ia pun bertanya kepada temannya yang beragama

Islam tentang perbedaan antara Katolik—agama yang

saat itu dianutnya—dan Islam. Sayangnya, temannya itu

tak banyak memberi penjelasan. Rasa ingin tahunya

tentang Islam pun tak terpenuhi.

Ia tak menyerah. Untuk mencari tahu tentang Islam,

Julianne pun mengunjungi rumah teman sekelasnya

yang Muslim itu. Ia lalu meminjam Alquran dari orang

tua temannya. Tentu saja, Alquran yang sudah diter-

jemahkan ke dalam bahasa Inggris.

Hati Julianne bergetar saat membaca Alquran. Gadis

pecinta sastra dan pemuja puisi itu sangat terpesona

dengan bahasa kitab suci umat Islam yang amat indah.

Ketertarikan pada keindahan bahasa Alquran men-

dorongnya untuk membaca seluruh ayat suci itu.

Dalam kalbunya, tebersit sebuah keyakinan. “Andai

kitab ini ditulis dalam bahasa Inggris sekali pun, penulis-

nya tak mungkin seorang manusia. Ini firman Tuhan,”

ujar Julianne dalam hati. Ia begitu yakin dengan kebe-

naran dari Alquran. “Dan saya menjadi Muslim di dalam

hati,” kata wanita yang pernah berkeinginan menjadi

seorang biarawati itu.

Julianne pun mengucap dua kalimah syahadat. Ia

bertekad menjadi seorang Muslimah meski tantangan

berat harus dihadapinya. Dalam hatinya telah tertanam

sebuah keyakinan bahwa Islam adalah agama yang

paling benar.

●●●

Julianne berasal dari keluarga keturunan Polandia-

Suriah. Ia terlahir pada 25 April 1982. Ayahnya adalah

seorang campuran Polandia dan Slovakia, sedangkan

ibunya seorang Halab, Suriah, yang lahir di Detroit.

Julianne pun lahir sebagai Katolik di Detroit, Michigan.

Kedua orang tuanya murka begitu tahu bahwa

Julianne telah memeluk Islam. Mereka tak bisa meneri-

manya, terutama sang ibu. Sebenarnya, ia amat

berharap, orang tuanya dapat menerima Islam sebagai

agamanya, namun ternyata sebaliknya.

Ibunya berusaha melarangnya berteman dengan

orang-orang Muslim. Sang ibu juga kerap menelepon

orang tua temannya agar tak lagi mendakwahkan Islam

kepada Julianne. Saat itu, ia begitu bingung. Namun,

imannya tak goyah sedikit pun.

Setiap hari, sang ayah membongkar kamarnya.

Semua barang-barang bernuansa Islam yang ada di

kamar Julianne, seperti sajadah, hijab, dan Alquran disita

ayahnya. Julianne terpaksa menyembunyikan Alquran di

ventilasi pendingin udara agar tak dapat terjangkau

ayahnya. Ia amat khawatir kedua orang tuanya akan

membuang Alquran itu.

●●●

Berbagai upaya dilakukan kedua orang tuanya agar

Julinanne melepas keyakinannya sebagai Muslim.

Mereka berusaha mengajaknya ke gereja. Suatu hari,

ibunya berupaya mempertemukannya dengan seorang

pendeta. Di hadapan pendeta, Juliane mengatakan amat

cinta kepada Islam.

“Aku tak habis pikir. Bagaimana sesuatu yang indah

ini (Islam) dianggap buruk oleh orang-orang,” ucap

Julianne. Pendeta tersebut mengatakan bahwa mimpi

Julianne yang pergi ke negara Muslim sambil berhijab

adalah perbuatan setan. “Saya tidak dapat melupakan

wajahnya, ia terlihat seperti setan ketika ia mengatakan

itu,” ujarnya menggebu-gebu.

Julianne juga mengisahkan bagaimana ibunya sering

berbohong. Sang ibu kerap menghidangkan masakan

yang terbuat dari babi, namun mengaku terbuat dari

daging sapi. Sebagai seorang Muslimah, Julianne amat

selektif dalam memilih makanan. Ia harus memastikan

hidangan yang disantapnya halal.

Ia pun memeriksa pembungkus makanan yang dihi-

dangkan ibunya. Ternyata, dugaannya benar, masakan

yang disajikan itu terbuat dari daging babi. Ayahnya pun

pernah membuatnya memilih untuk tinggal di rumah

sebagai seorang Katolik atau meninggalkan rumah.

“Shalat adalah sesuatu yang sangat sulit dilakukan di

rumah, mereka mengolok-olok ketika saya shalat,”

ujarnya. Sejujurnya, Julianne mengaku, sangat sakit hati

diperlakukan seburuk itu. Keluarganya selalu menghina

Islam, agama yang dianutnya.

●●●

Julianne mengaku, mempelajari shalat dalam bahasa

Arab secara otodidak melalui video dan buku-buku. Ia

juga mulai menjelaskan tentang Islam kepada adik

perempuannya. Mengetahui hal itu, kedua orang tua

Julianne mengancam akan mengusirnya dari rumah.

Julianne pun berhenti mengajarkan Islam kepada

adiknya. Meski begitu, ia sempat mengatakan banyak

hal kepada adiknya tentang Islam. Adiknya pun mulai

tertarik dan bahkan mulai mempertanyakan sejumlah

hal tentang Islam.

Berada di bawah tekanan dari kedua orang tuanya,

Julianne pun mulai kesulitan untuk menunaikan shalat.

Ia sempat berhenti melakukan shalat. Ia tak pernah

berhenti berdoa di dalam hati agar diberi kesempatan

untuk mendalami Islam ketika dewasa.

Tidak seorang pun mendukung keislamannya, kecuali

orang tua teman-temannya yang meminta Julianne agar

mendengarkan nasihat kedua orang tuanya. Teman-

teman Muslimnya juga tidak benar-benar mengerti apa

yang dialaminya. Barangkali, mereka sendiri belum

benar-benar dewasa dan mengerti tentang Islam secara

baik.

●●●

Ketika usianya menginjak 20 tahun dan sudah

berstatus sebagai mahasiswi, doa Julianne yang ingin

mendalami Islam terkabul. Ia mendapat kabar di sekitar

lingkungannya dibangun sebuah masjid. Untuk memas-

tikan kabar itu, ia menelepon wanita yang memberinya

Alquran dan menanyakan tentang masjid yang baru

dibangun di dekat rumahnya.

Sebelum berdiri rumah ibadah itu, masjid terdekat di

daerahnya tinggal harus ditempuh selama 45 menit

hingga satu jam perjalanan. Berdirinya masjid itu mem-

buatnya amat bahagia. Julianne pun memutuskan untuk

mengulang syahadatnya

sebagai seorang Muslim, tepat

pada bulan Ramadhan.

Ia pun berkomit-

men, akan mendalami

Islam dan tidak lagi

peduli dengan larangan

kedua orang tuanya.

“Saya merasa seperti Nabi

Yunus yang berada di perut

ikan paus. Namun, saya

bertekad untuk keluar dari kebi-

asaan buruk itu,” kenangnya.

●●●

Julianne pun mulai memakai hijab

meski kedua orang tuanya melarang.

Iman dalam hatinya sudah mantap.

Islam adalah jalan hidupnya. Ia sudah

tak lagi menghiraukan perintah kedua

orang tuanya untuk meninggalkan Islam.

Agar bisa mengenakan jilbab, terkadang

Julianne memakainya di mobil. Ibunya

sangat kecewa. “Ia mengatakan, aku seperti

seorang wanita tua ketika aku mengenakan hijabku.

Ketika ia berusaha mengambil hijab itu dari kepalaku,

aku memukulnya. Astaghirullah,” tuturnya.

Julianne benar-benar mengalami kehidupan yang

berat pada saat itu. Sang ibu menilai ia telah membuat

malu keluarga. Ibunya mengatakan, tidak ingin melihat

Julianne di kota tempatnya tinggal.

Ia akhirnya tinggal di rumah neneknya. Lagi-lagi

Julianne mengalami kesulitan. Ketika sedang

menunaikan shalat, sang nenek berteriak padanya,

“Tidakkah kau mendengarku ketika aku berbicara

denganmu?”

Mereka menertawakan dan mengolok-oloknya ketika

membaca Alquran. Kakeknya bahkan tidak mau lagi

berbicara dengannya. Ibunya sempat membawa Julianne

ke seorang psikoterapi. Ia pun diberi obat psikotik. Tentu

saja ia tidak mau memakannya, justru membuangnya.

●●●

“Satu-satunya hal yang dapat kulakukan agar keluar

dari kesulitan ini adalah dengan menikah,” tuturnya.

Julianne pun mengganti namanya menjadi Noora

Alsamman. Pernikahannya pun dilalui dengan sejumlah

hambatan.

Ia bertemu dengan seorang Muslim dari Damaskus,

Suriah. Sang ibu tidak menyetujui pernikahannya

dengan calon suaminya. Julianne memutuskan untuk

menikah secara Islam. Hal inilah yang membuat ibunya

tidak setuju. Selain itu, suaminya juga adalah seorang

Muslim.

“Ibu ingin aku menikah dengan seorang Kristen dan

melaksanakannya di gereja,” tuturnya. Ia ingin melihat

anaknya memakai gaun putih dan pernikahan tersebut

disahkan di gereja.

Keteguhan hatinya pada Islam membuat pernikahan

itu akhirnya berjalan dengan lancar meskipun sang ibu

terus berusaha membatalkannya. Sang ibu memaksa

Julianne untuk berpacaran terlebih dahulu dengan

suaminya agar mereka saling mengenal.

Setelah menikah, Julianne alias Noora pindah dari

Atlanta ke Houston. Setahun kemudian, mereka dikaru-

niai seorang putra bernama Yousuf. “Alhamdulillah, saya

berharap, insya Allah bisa pindah ke Madinah,” katanya.

Di akun Facebook-nya, Noora memadukan nama asli

dengan nama Islamnya menjadi Julianne Noora Scasny

Alsamman. Status-statusnya diisi dengan pesan-pesan

keislaman dan rasa syukurnya menjadi seorang

Muslimah.

“Kami bersyukur kepada Allah SWT untuk

semuanya! Ya Allah, bantulah kami agar tetap bersyukur

pada Ramadhan tahun ini. Terima kasih atas karunia dan

rahmat-Mu selama ini. Alhomdulileh wa shokerlileh,”

tulisnya dalam status Facebook-nya. Kini, ia berkhidmat

untuk Islam. ■ c02 ed: heri ruslan

J u l i a n n e S c a s n y

BERKHIDMATUNTUK ISLAM

IA TAK PERNAH BERHENTI BERDOA AGAR DIBERI KESEMPATAN UNTUK

MEN DALAMI ISLAM KETIKA DEWASA. KINI, DOA ITU TERKABUL.

DA’AN YAHYA/REPUBLIKA

PANORAMIO

● Suasana Kota di Michigan

● MAsjid di Michigan, AS