rs yasmin banyuwangi_ethical digest
TRANSCRIPT
5/11/2018 RS Yasmin Banyuwangi_Ethical Digest - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rs-yasmin-banyuwangiethical-digest 1/3
RUMAH SAKIT
74 Semijurnal Farmasi & Kedokteran ETHICAL DIGEST NO. 81 Thn. VIII November 2010
Kecil itu indah. Bagi Rumah Sakit
Yasmin Banyuwangi (RSYB), kecil
juga bisa berarti besar. Rumah
sakit yang “hanya” berkapasitas
50 tempat tidur ini, meraih trofi Asian Hos-
pital Management Award (AHMA) 2010
yang diselenggarakan di Seoul, Korea
Selatan, untuk kategori Marketing, Pub-lic Relation or Promotional Project .
Even AHMA tahun ini, diikuti 58 rumah
sakit dari 26 negara di Asia, melibatkan
535 manajer rumah sakit. Tim juri adalah
para dokter terkemuka dan pimpinan
rumah sakit dari berbagai negara, terma-
suk Amerika Serikat dan Australia.
“Kami tidak menyangka akan keluar
sebagai salah satu pemenang. Bisa share
dengan semakin banyak orang, sudah
membuat kami bahagia. Kami memperoleh
Rumah Sakit Yasmin Banyuwangi
Melalui sejumlah inovasi, rumah sakit di ujung timur
Pulau Jawa ini menerima penghargaan internasional.
Senyum adalah salah satu kiatnya.
pelajaran bahwa tak perlu menanti sampai
‘besar’ untuk berprestasi. Yang penting,
lakukan yang terbaik saat ini. Apresiasi
dalam bentuk prestasi akhirnya menjadi
hadiah untuk yang persistent,” ujar
Direktur Utama RSYB dr. Burhanuddin
Hamid Darmadji, MARS yang biasa
dipanggil dr. Burhan (34 tahun).RSYB beralamat di Jalan Letkol Istiqlah
80 – 84, Banyuwangi, Jawa Timur, daerah
ujung paling timur Pulau Jawa. Berdiri di
atas areal seluas 4 Ha, bangunan satu lan-
tai rumah sakit yang seluas 6.000 m2 ini
tampak biasa-biasa saja dan tidak menonjol.
Meski masih kecil, kehadiran RSYB
telah dirasakan manfaatnya oleh masya-
rakat Banyuwangi dan sekitarnya. Tak
lain karena RS ini terus mencari inovasi
dan terobosan, sehingga bisa memberi-
kan pelayanan kesehatan yang murah
berkualitas.
Selling Hospital In A Bowl of Meatball
Konsep inilah yang diusung RSYB, sehingga
meraih penghargaan di Seoul, belum lama ini
“Dengan kata-kata ‘menjual layanan rumah
sakit seharga semangkuk bakso’, kami ingin
menggambarkan bahwa pemasaran rumah
sakit bisa dilakukan dengan cara murah
Masyarakat bisa mendapatkan pelayanan
kesehatan dengan harga yang sangaterjangkau,” ujar dr. Burhan.
Awalnya, pihak manajemen ingin
memberikan product dengan price yang
memiliki nilai differentiation dari kompe
titor. Sekaligus, bagaimana cara menanam
kanbrand RSYB di benak masyarakat Ba
nyuwangi dan sekitarnya. Disimpulkan
bahwa masyarakat lebih percaya pada ru
mah sakit, daripada perusahaan asuransi
Dr. Burhan melihat ada peluang yang
bagus, jika rumah sakit dan pihak asurans
bersinergi.Lahirlah program Y LAKERS UP 1 un
tuk guru dan Y LAKERS UP 2 untuk siswa
Dengan membayar premi Rp. 12.250 (se
kitar US$ 1,30) pertahun, peserta program
pertama bisa mendapat fasilitas:
Rp. 5 juta bila meninggal karena
kecelakaan
Rp. 5 juta jika mengalami cacat perma-
nent
Medical treatment senilai Rp.500 ribu
insiden kecelakaan
Laskar PelangiBanyuwangi
Team RS. Yasmin
5/11/2018 RS Yasmin Banyuwangi_Ethical Digest - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rs-yasmin-banyuwangiethical-digest 2/3
RUMAH SAKIT
75Semijurnal Farmasi & KedokteranETHICAL DIGEST NO. 81 Thn. VIII November 2010
Untuk peserta program kedua, fasilitas
yang diperoleh:
Rp. 250 ribu bila meninggal
Rp. 2,5 juta bila meninggal karena
kecelakaan
Rp. 2,5 juta bila cacat permanen
Medical treatment senilai Rp. 250 ribu/
kejadian kecelakaanProgram ini ternyata menarik perhatian
masyarakat. Saat pertama kali program
diluncurkan tahun 2005, jumlah members
426. Jumlah meningkat menjadi 2.324
(2006), dan pada tahun-tahun berikutnya
bertambah 1.557 orang (2007) dan 1.598
orang (2008). Bersamaan dengan itu, terjadi
hal yang menarik. BOR meningkat dari 38%
(2005) menjadi 43% (2006), 65% (2007) dan
80% (2008). BOR yang belum signifikan
pada masa lalu, menurut dr. Burhan,
“Penyebabnya secara umum lebih karena
pengelolaan rumah sakit belum mengadop-si metode-metode manajemen modern,
khususnya marketing rumah sakit.”
Ke dalam, pembenahan terus dilaku-
kan bahkan diutamakan. Sejak menjadi
direktur, November 2007, dr. Burhanuddin
mengambil langkah stategis. Di
antaranya, penataan sistem remunerasi
performance related pay. Karyawan
diberi pemahaman tentang sistem
penilaian kinerja ( performance ap-
praisal). Hasilnya, angka turn over
menurun, loyalitas dan motivasi karyawanmeningkat. Di bidang marketing, dibuat
produk-produk dengan diferensiasi dalam
hal price. Ada program yang dijalankan
dengan menggandeng pihak asuransi
sebagai partner, seperti program
“semangkok bakso”, ada program yang
dijalankan sendiri.
Misalnya, program “Periksa Dokter
Umum Tanpa Batas Selama 1 Tahun”. Ha-
nya dengan membayar Rp. 24 ribu/orang,
peserta bisa mendapat kemudahan untuk
menghubungi dokter umum RSYB 24 jam/
hari selama setahun penuh, langsung ke
handphone. Selengkapnya, fasilitas yang
diberikan adalah:
Periksa dokter umum selama setahun
gratis. Tidak termasuk biaya tindakan
dokter, pemeriksaan penunjang (lab
dan radiology) serta obat-obatan. Periksa dokter umum tanpa batas
dilakukan di poli rawat jalan. Dalam
digunakan Senin s/d sabtu, jam 07.00
– 21.00 WIB.
Kemudahan menghubungi dokter umum
24 jam langsung ke Hp dokter yang
bersangkutan, 24 sehari 7 hari seminggu.
Untuk penggunaan fasilitas UGD, pe-
serta mendapat diskon biaya periksa
dokter UGD 25%. Tidak termasuk biaya
tindakan dokter, pemeriksaan penunjang
(lab dan radiology) serta obat-obatan.
Memasuki tahun 2010, RSYB terus
meningkatkan value yang dapat diberikan
kepada para customer . Di antaranya
diluncurkan program baru “Bersalin Gratis”
“Lewat program ini, kami ingin mengirimkandua pesan sekaligus. Pertama sebagai rasa
terima kasih atas kepercayaan masyaraka
selama ini. Kedua, kami ingin lebih dekat
dengan customer dimulai bahkan di awa
kehidupan baru, yaitu saat moment kehamil
an dan melahirkan,” ujar dr. Burhan.
Program ini juga untuk mengembali
kan pemahaman masyarakat tentang per
salinan bahwa persalinan normal adalah
yang terbaik bagi ibu dan bayinya. Pro-
gram ini sejalan dengan program Asuhan
Persalinan Normal (APN), di mana peme
rintah memberikan subsidi kepada kaumibu yang melakukan persalinan normal d
Puskesmas. Tujuannya untuk menurun
kan angka kematian ibu dan bayi.
Gelombang pertama “Bersalin Gratis”
dilaksanakan April 2010. Masyarakat me
nyambut dengan antusias. Dalam waktu
singkat, kuota 240 orang (ibu yang akan me-
lahirkan) 150 orang sudah mendaftar dan
23 ibu sudah melahirkan. Meski pun gratis
RSYB menjamin pelayanan yang diberikan
tetap terjaga dan berkualitas. Tidak ada
bedanya dengan yang diterima pasien lain.Rumah sakit rugi? “Sepertinya rugi, tap
sebenarnya tidak. Kami percaya pada
hubungan jangka panjang dengan pelang-
gan. Kepercayaan hanya bisa dibangun, bila
kita tidak mementingkan diri sendiri, serta
bisa memberikan manfat sebesar-besarnya
bagi masyarakat,” ujar dr. Burhan.
Gagal Beli Baju LebaranRSYB awalnya hanya sebuah klinik, yang
didirikandr. Ahmad Bakarman, SpB tahundr. Burhanuddin Hamid
Asian Hospital Management Awards
5/11/2018 RS Yasmin Banyuwangi_Ethical Digest - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rs-yasmin-banyuwangiethical-digest 3/3
RUMAH SAKIT
76 Semijurnal Farmasi & Kedokteran ETHICAL DIGEST NO. 81 Thn. VIII November 2010
1986. Pertama datang ke Banyuwangi, alumni
FK Unair Surabaya ini melihat, pertambahan
jumlah dokter dan pasien tidak sebanding
dengan jumlah kamar di rumah-rumahsakit.
Sampai-sampai, “Saya pernah ditegur Dinas
Kesehatan, karena menitipkan pasien pe-
nyakit bedah ke sebuah rumah sakit bersalin.”
Terpikir untuk mendirikan klinik rawatinap. Bernaung di bawah Yayasan Sumber
Waras Banyuwangi, pada 1990-an diba-
ngun rumah sakit dengan konstruksi ter-
baik, demi keselamatan pasien. Ia tak hen-
dak membiayainya dengan pinjaman
bank, karena takut memberatkan pasien.
Tahun 1992, keluar ijin sebagai rumah sakit
khusus bedah dan penyakit dalam.
Di awal pembangunan, dana yang
dimiliki terkuras habis, hingga dr. Bakar-
man tak bisa bisa membeli baju lebaran
untuk anak-anaknya. Setelah melewati
masa-masa sulit dan pasang surut, RSYB
eksis sampai sekarang. “Kuncinya jujur,
ikhlas dan professional,” ujarnya.
Pada 2008, RSYB meraih juara ketiga
bidang human resources development
project (HRD) dalam ajang Persi (Perhim-
punan Rumah Sakit Seluruh Indonesia)
Award 2008. Metode pemberian remune-
rasi pegawai melalui parameter senyum,
menjadi awal inovasi rumah sakit tersebut.
Tahun 2009, dengan inovasi di bidang
marketing, customer service dan public
relation, RSYB terpilih sebagai yangterbaik dalam Persi Award 2009, sehingga
berhak mewakili Indonesia dalam kompeti-
si inovasi RS tingkat Asia 2010 di Seoul.
Dalam ajang internasional itu, RSYB ber-
saing dengan rumah sakit ternama di Asia
seperti Assunta Hospital (Malaysia),
Apollo Hospital Hyderabad (India), Sami-
tivej Hospital (Thailand) termasuk wakil
Indonesia lainnya (RS Dharmais, Jakarta).
Dibanding RS-RS itu, RSYB termasuk kecil. Namun, juri menilai inovasi RSYB
dapat menginspirasi RS lain bahwa
layanan kesehatan bisa dilakukan dengan
supermurah, seharga semangkuk bakso.
Keberhasilan RYSB menarik perhatian
para kompetitor. Beberapa rumah sakit dari
negara tetangga seperti Vietnam, Malay-
sia, dan Filipina menyatakan ingin meng-
adopsi ide pelayanan model RSYB.
‘’Kami bangga atas prestasi ini. Apa-
lagi, presiden Asian Hospital Federation
(AHF) akan memublikasikan terobosan kami
dalam jurnal AHF,’’ ujar dr. Burhan. Dinyata-
kan, kunci pelayanan kesehatan terletak pada
kepercayaan konsumen. RSYB menjemba-
tani tiga komponen yaitu: rumah sakit, pihak
asuransi dan masyarakat selaku customer .
Karyawan RSYB berjumlah 142 orang;
32 dokter umum & spesialis), 7 dokter orga-
nik (dokter umum dan spesialis). Peralatan
yang dimiliki: CT-Scan single slice (yang
mutakhir di RSYB & pertama di Banyuwangi,
beroperasi 2010). Terdapat fasilitas rawat inap,
rawat jalan, laboratorium & radiologi, UGD,
kamar operasi, apotek, dan garden cafe.Dalam konsep performance related
pay, penilaian kinerja karyawan menggu-
nakan beberapa KPI (key performance in
dicator ). Satu indikator khusus dan penting
adalah “senyum”. Dapat dikatakan, kar
yawan mendapatkan imbalan berdasarkan
kemurahan senyumnya. “Senyum adalah
cermin keramahan, kesabaran dan keta
bahan. Hal-hal tersebut sangat berarti bag
pasien yang sedang mengalami kesulitanBanyak orang Indonesia yang berobat ke
luar negeri karena alasan hospitality kita
kurang. Salah satunya adalah kurang bisa
tersenyum,” ujar dr. Burhanuddin.
Meraih trofi di Seoul, dinilai sebaga
kesempatan untuk meluaskan pergaulan
Sekaligus, mengukur posisi diri di tengah
dunia perumahsakitan. Kembali dar
Seoul, RSYB mendapat apresiasi positif
Banyak yang mengajukan permintaan
untuk benchmarking. Di Banyuwangi
bersama 5 rumah sakit swasta anggota
MUKISI (Majelis Syuro Upaya Kesehatan
Islam Seluruh Indonesia), dijalankan pro
gram serupa (Y-LAKERS UP) yang diubah
namanya menjadi SALAM PLAN.
Dr. Burhan lahir di Makassar, 11 Jul
1976. Pernikahannya dengan Irma Widayati
dikaruniai 2 anak. Lulus FK Universitas
Brawijaya, Malang, ia meraih gelar MARS
dari Universitas Airlangga, Surabaya.
Bagi dr. Burhan, “Pencapaian RSYB
memberi keyakinan bahwa kami memilik
sesuatu, yang membuat kami berani ber-
mimpi dan bercita-cita tinggi, lalu meneguhkan hati untuk mengejarnya, seolah
kami adalah anggota Laskar Pelangi.”
Benchmarking IHC Malaysia di RS. Yasmin, Banyuwangi