bismillah makalah kalut sulfida.docx

29
MAKALAH INDIVIDU KIMIA ANALISIS LINGKUNGAN LAUT PENENTUAN KADAR SULFIDA DALAM AIR LAUT NAMA : ARNIATI LABANNI’ NIM : H31110006 KELOMPOK : 2 (DUA)

Upload: arniati-labanni

Post on 12-Feb-2015

287 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: bismillah makalah kalut sulfida.docx

MAKALAH INDIVIDUKIMIA ANALISIS LINGKUNGAN LAUT

PENENTUAN KADAR SULFIDADALAM AIR LAUT

NAMA : ARNIATI LABANNI’NIM : H31110006KELOMPOK : 2 (DUA)

JURUSAN KIMIAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR

2013

Page 2: bismillah makalah kalut sulfida.docx

BAB I

PENDAHULUAN

Negara Indonesia merupakan megara maritim yang terdiri dari ribuan pulau.

70% dari seluruh wilayah Indonesia merupakan lautan. Laut ini memiliki sifat-sifat

meliputi kedalaman, salinitas, kandungan kimia, arus, aktifitas biologis, dan lain

sebagainya. Salah satu hal yang paling penting dari laut adalah kandungan senyawa

kimianya.

96,5 % dari air laut merupakan air murni serta 3,5% merupakan zat lain. Zat

lain tersebut bisa berupa zat tersuspensi dan zat terlarut, dimana zat terlarut bisa

berupa logam-logam berat, mineral, garam-garam anorganik, senyawa organik, gas

terlarut, dan lain sebagainya. Gas-gas terlarut ini meliputi O2, CO2, N2, dan H2S.

Dalam makalah ini, yang akan saya bahas yakni mengenai kandungan gas hidrogen

sulfida (H2S) di dalam air laut terutama bagaimana cara penentuan kadarnya.

Hidrogen sulfida, dengan rumus kimia H2S, merupakan suatu senyawa kimia

yang berbentuk gas. Dalam air laut, gas H2S bersifat toksik dan dapat mengganggu

keberlangsungan hidup organisme laut.

Untuk lebih memahami tentang penentuan kadar sulfida dalam air, maka saya

mengambil salah satu contoh jurnal yang berkaitan dengan penentuan kadar sulfida

dalam air laut yang berjudul Direct Ultraviolet Spectrophotometric Determination of

Total Sulfide and Iodide in Natural Waters atau Penentuan kadar total sulfida dan

iodida dalam air dengan menggunakan metode spektrofotometri ultraviolet. Jurnal ini

diterbitkan tahun 2001 dan dan didasarkan pada penelitian yang telah dilakukan.

Page 3: bismillah makalah kalut sulfida.docx

BAB II

ISI

Sulfida merupakan salah satu gas terlarut di dalam air laut. Di dalam air,

sulfida berada dalam kesetimbangan dalam 3 bentuk senyawa yakni H2S, HS-, dan

S2-. Sulfida berasal dari oksidasi zat organik oleh bakteri Desulfovifrio desulfuricant.

Dalam menguraikan/mengoksidasi senyawa organik dibutuhkan oksigen bebas (O2),

namun oksigen bebas ini bersifat langkah sehingga digunakan oksigen yang terikat

pada senyawa sulfat SO42-, sehingga terjadi reduksi ion SO4

2- menjadi S2-. Dari reaksi

reduksi ini kemudian dihasilkan sulfida, dalam hal ini hidrogen sulfida (H2S).

2 CH2O + H2SO4 2 CO2 + 2 H2O + H2S

Selain itu, sulfida juga bisa berasal dari zat-zat organik yang masuk ke dalam

laut, contohnya hidrokarbon. Pembakaran bahan bakar hidrokarbon menghasilkan

sulfida. Hal ini yang menyebabkan kadar sulfida di derah tropis lebih tinggi

dibandingkan dengan daerah nontropis karena adanya aktifitas pembakaran

hidrokarbon untuk menghasilkan minyak bumi. Selain itu, H2S juga berasal dari

limbah-limbah industri dan aktifitas perkotaan.

H2S merupakan asam lemah. Keberadaan senyawa ini sangat tergantung pada

pH, dimana air laut bersifat basa dengan pH > 7 sehingga sulfida dalam air laut

umumnya berbentuk HS-. H2S bersifat racun bagi organisme perairan. Di dalam air

laut, H2S bersifat lebih beracun dibandingkan dengan H2S di dalam air tawar dengan

pH lebih kecil dari 7. H2S bisa dijadikan sebagai indikator tercemarnya suatu

perairan, dimana semakin besar kadar H2Snya artinya semakin banyak pencemar,

Page 4: bismillah makalah kalut sulfida.docx

limbah, dan zat-zat organik yang ada di dalam perairan, sehingga semakin banyak

kandungan H2Snya, dan tentunya akan semakin mengganggu ekosistem karena

bersifat toksik terhadap organisme laut.

Konsentrasi atau kadar sulfida di dalam air laut bisa ditentukan dengan

metode spektrofotometri.metode ini didasarkan pada pengukuran panjang gelombang

sampel berdasarkan pembentukan warna biru, dalam hal ini disebut metode metilen

biru yang diperkenalkan oleh Fisher pada tahun 1883.

Pada metode ini, mula-mula senyawa metilen biru dibentuk melalui reaksi antara

N,N-dimetil-p-fenilen diamin dengan HCl dengan bantuan FeCl3 sebagai katalis,

sehingga terbentuk kompleks metilen biru. Kemudian bereaksi dengan H2S pada

sampel air laut sehingga terbentuk kompleks yang berwarna biru. Intensitas warna

biru dengan panjang gelombang tertentu sebanding dengan kadar gas hidrogen sulfida

di dalam sampel air laut. Dengan menggunakan spektrofotometer uv-vis kemudian

diukur absorbansi dari sampel pada panjang gelombang maksimum. Kemudian

dibuatkan grafik antara absorbansi dan konsentrasi, lalu ditentukan persamaan garis

regresinya.

Page 5: bismillah makalah kalut sulfida.docx

y = ax + b

dengan y adalah absorbansi, a adalah slope, b adalah intersep, dan x adalah

konsentrasi. Dari persamaan garis tersebut kemudian bisa ditentukan konsentrasi dari

hidrogen sulfida di dalam sampel berdasarkan nilai absorbansinya.

Salah satu contoh jurnal yang membahas tentang penentuan kadar sulfida di

dalam air laut adalah jurnal terbitan tahun 2001 yang berjudul “Direct Ultraviolet

Spectrophotometric Determination of Total Sulfide and Iodide in Natural Waters”

atau Penentuan kadar total sulfida dan iodida dalam air dengan menggunakan metode

spektrofotometri ultraviolet. Menurut jurnal ini, teknik atau metode penentuan kadar

sulfida di dalam air laut bisa dilakukan dengan beberapa cara yakni metode

kolorimetri dengan metilen biru, nitroprusida, dan nitrilotriasetat dan besi. Beberapa

jenis metode elektrokimia dengan menggunakan potensiometri, voltametri, dan

emperometri telah dilakukan untuk menentukan spesi sulfida. Sedangkan jurnal ini

menggunakan deteksi spektrofotometri ultraviolet dari ion bisulfida di dalam sampel

air untuk menentukan konsentrasi total dari bisulfida. Metode ini didasarkan pada

teori bahwa hidrogen sulfida dapat menyerap cahaya ultraviolet. Konsentrasi dari

bisulfida ini ditentukan melalui pengukuran absorbsi pada panjang gelombang 214

hingga 300 nm.

1. Metodologi penelitian

a. Reagen

Standar bisulfida disiapkan dengan 250 mL air di dalam botol aspirator gelas

500 mLyang dioksigenasi dengan gas N2 selama satu jam. Na2S. 9H2O dibilas

Page 6: bismillah makalah kalut sulfida.docx

dengan DW untuk menghilangkan sodium sulfit kemudian kristal diseka/dilap

dengan untuk menghilangkan airnya, kemudian ditimbang sebanyak 6 gram,

yang kemudian ditambahkan ke dalam air yang sudah dioksigenasi untuk

mendapatkan 100 mL larutan. Aspirator gelas kemudian disegel untuk

menghindari kontak dengan oksigen. Kemudia distandarisasi dengan titrasi

iodometri. Reagen yang digunakan untuk pengukuran dengan metode metilen

biru adalah N,N-dimethyl-p-phenylenediamine dihydrochloride

((CH3)2NâC6H4âNH2â2HCl, Aldrich, 0.48 gram dalam 100 mL HCl 6 M.

kedua reagen ditempatkan dalam botol polietilen coklat. Reagen ini harus dihaja

dari cahaya dan dimasukkan dalam refrigerator agar tetap tahan selama

berbulan-bulan.

b. Sampling dan preparasi sampel

Sampel diambil dari perairan Seaside, Monterey County, CA, dalam botol

polietilen yang diisi hingga penuh dan ditutup. Sampel tidak perlu disaring atau

diencerkan karena akan dianalisis dengan UV. pH sampel sekitar 7,7 – 8,0.

Sulfida total juga diukur degan metode metilen biru, sedangkan nitratnya

ditentukan dengan pengukuran kolorimetri setelah direduksi menjadi nitrat.

Selain menganalisis air dari perairan, pada jurnal ini juga dilakukan analisis

terhadap cairan hasil aktifitas vulkanik yang diambil pada kedalaman 1500 m

dengan menggunakan alat tertentu, kemudian disaring untuk menghilangkan

partike-partikel tersuspensi. Kemudian ditambahkan dengan amonium

hidroksida (NH4OH) 0,44 M, dengan pH<7 menjadi sekitar 8,0, yang kemudian

diencerkan, yang nantinya juga akan dianalisis dengan metode metilen biru.

Page 7: bismillah makalah kalut sulfida.docx

Selain kedua jenis sampel air tersebut, juga diambil sampel sedimen air tanah

dari Elkhorn Slough National Estuarine Research Reserve, Monterey Bay.

Diperoleh 3 sampel dari tempat yang berbeda-beda yang diisi dengan gas N2.

Tabung sentrifugasi kemudian diisi dengan sampel tadi yang masih berupa

lumpur. Tabung yang disegel tersebut kemudian disentrifugasi selama ~30

menit dengan kecepatan 2500 rpm untuk memisahkan air tanahnya. Kemudian

disaring dengan kertas saring 0,45 μm. Sampel kemudian dianaliss dengan

metode metilen biru dan dengan UV.

c. Peralatan

Untuk mendapatkan data absorbansi dari 200 nm hingga 400 nm, digunakan alat

Hewlett-Packard HP 8452A diode array spektrofotometer dengan resolusi 2nm.

Sampel air perairan dan air tanah diukur absorbansinya dengan kuvet kuarsa.

Sampel vent (yang berasal dari aktifitas vulkanik diukur dengan kuvet alir

Hellma 1cm dengan windows Suprasil I. Semua data absorbansi disimpan

dengan estimasi generalisasi komputer dari konsentrasi bisulfida di dalam

sampel. Perkin-Elmer Elan 6000 IC MS digunakan untuk menentukan total

iodine dalam sampel. Sampel diencerkan hingga 250 kali dengan HNO3 1%

supermurni sebelum dianalisis dengan ICPMS.

2. Hasil dan Pembahasan

Spektrum dari larutan dengan konsentrasi sulfide total 50 μM pada pH 8

menunjukkan puncak pada daerah 230 nm (figure 1b). Absorbansi 230 nm pada

larutan yang mengandung total sulfide 115 μM ditunjukkan pada pH tertentu

Page 8: bismillah makalah kalut sulfida.docx

(figure 1b). Nilai absorbansi sangat dipengaruhi oleh pH. Persentasi dari sulfide

total sebagai HS- pada masing-masing sampel yang dihitung dengan nilai pK1

sebesar 6,60 pada air laut pada suhu 250C juga ditunjukkan pada grafik.

Kesamaan antara dua garis tersebut menggambarkan bahwa ion bisulfida

merupakan spesi primer yang sangat mempengarhi absorbsi UV pada H2S.

spektrum yang lebih lemah dapat dilihat pada larutan asam karena adanya H2S

yang terdisosiasi (figure 1a). dominansi HS- pada absorpsi UV menunjukkan

kisaran pH optimum untuk pengukuran konsentrasi sulfida total dengan UV

adalah pada pH 8,0 sampai 9,0, dimana HS- > 95% dari semua total sulfida.

Spektrum ini akan lebih rumit di atas pH 9 dengan adanya absorbansi

polisulfida yang juga manyerap pada daerah UV.

Page 9: bismillah makalah kalut sulfida.docx

Spektra absorbansi UV untuk beberapa senyawa lain juga ditunjukkan pada

grafik 1a seperti bromide, nitrat, nitrit, dan iodide yang memunjukkan puncak

pada panjang gelombang 204, 202, 210, dan 226 nm. Namun hal ini tidak akan

kita bahas pada makalah ini karena kita hanya fokus pada penentuan kadar

sulfida.

Puncak pada spektrum larutan bisulfida bisa diselesaikan dari spektra ion lain

selain I-. konsentrasi total dari iodin adalah <1 μM dalam air laut, dimana hal ini

tidak cocok untuk digunakan dalam penentuan kadar bisulfida dalam jumlah

yang mikro. Penelitian terdahulu telah melakukan studi dan menemukan bahwa

spektrum dari material organik yang terlarut di dalam air laut dapat dimodelkan

sebagai sebagai suatu fungsi eksponensial.

Absorbansi dari suatu sampel merupakan jumlah absorbansi dari komponen-

komponennya

Dimana € adalah absortivitas molar dari spesies yang tersubskripsi pada panjang

gelombang λ, dan L adalah lebar medium. Penjumlahan dari komponen (j)

mewakili semua kombinasi yang mungkin dari ion anorganikselain HS- yang

mungkin ada di dalam sampel. Intersep (b) dan slope (b) mewakili absorbsi dari

zat-zat organik dalam sampel air laut. Kemudian c mungkin ditambahkan untuk

memenuhi offset spektral untuk dimasukkan dalam proses.

Persamaan 1, pada prinsipnya dapat digunakan untuk menentukan HS -, NO3-,

Br-, I-, dan komponen lainnya.

Page 10: bismillah makalah kalut sulfida.docx

Sulfida dalam sampel air

Sampel air mewakili sampel alam yang paling sederhana yang diuji. Sampel ini

mengandung sedikit ion halida. Absorbansi dari semua sampel kurang dari 1,0

pada panjang gelombang 214 nm. Grafik 2 menunjukkan spektrum absorbansi

dari sampel dan spektrum kompenen yang telah ditentukan dengan regresi dari

persamaan 1 pada kisaran panjang gelombang 220 sampai 300 nm. Batasan

deteksi (3 x standar deviasi) untuk 15 analisis bisulfida dari sampel perairan

adalah 0,6 μm. Meskipun penentuan kadar hidrogen sulfida ditemukan dalam

setiap sampel, konsentrasi total sulfida di atas ditemukan bahwa batas deteksi

hanya ditemukan di salah satu sampel, baik itu dengan metode ultraviolet

(1,7 μm) maupun metode metilen biru (1,3 μm) (grafik 2).

Page 11: bismillah makalah kalut sulfida.docx

Sulfida, Nitrat, dan Bromide dalam Dampel Air Hidrotermal

Spektrum dari sampel fluida hidrotermal lebih kompleks daripada sampel air

biasa dari suatu perairan. Tingginya konsentrasi bromide dalam air laut

(~850 μM) dan konsentrasi total dari sulfida yang tinggi ditunjukkan oleh

absorbansi yang lebih besar daripada 1,0. Sampel air hidrotermal dibagi menjadi

2 kelompok, dimana salah satunya mengandung total sulfida yang rendah

( A<1,0 pada λ=230 nm dan pH 8) dan yang lain dengan konsentrasi total

sulfida yang tinggi (A ≥ 1,0 pada λ 230 nm dan pH 8). Persamaan 1 dapat

langsung digunakan pada sampel dengan kadar bisulfida yang rendah.

Sedangkan untuk konsentrasi bisulfida yang rendah digunakan model bisulfida

DOC sebagai satu-satunya konstituen. Diagram 3a menunjukkan spektrum

absorbansi dari sulfida dengan konsentrasi yang rendah yang telah ditentukan

dengan regresi multipel dari sampel dari 214 sampai 300 nm. Sedangkan

spektrum absorbansi dengan konsentrasi sulfia yang tinggi yang ditentukan

dengan regresi nonlinear yaitu pada panjang gelombang 246 sampai 300 nm

ditunjukkan pada diagram 3b.

Page 12: bismillah makalah kalut sulfida.docx

Konsentrasi bisulfida pada air hidrotermal ditentukan dengan metode ultraviolet

dan kemudian dibandingkan dengan penentuan dengan metode metilen biru

pada diagram 4. Konsentrasi yang tinggi dari suatu sampel dapat dianalisis

dengan metode ultraviolet tanpa pengenceran. Pengenceran tidaklah mungkin

untuk diakukan pada metode metilen biru. Standar deviasi dari pengukuran

bisulfida adalah 0,26 μM, yang memberikan deteksi limit (3 SD) pada 0,8 μM.

Selain itu juga ditentukan kadar sulfide pada sampel air tanah dengan metode ultraviolet dan diperoleh diagram spectrum berikut:

Page 13: bismillah makalah kalut sulfida.docx

Diagram tersebut menunjukkan adanya peak di dekat 260 nm pada sampel

dengan konsentrasi total sulfide sebesar 20,8 μM.

Selain itu, juga ditentukan kadar senyawa lain di dalam sampel melalui analisis

dengan ultravolet seperti I- dengan diagram spektru seperti di bawah ini:

Page 14: bismillah makalah kalut sulfida.docx

Diagram spectrum di atas merupaka spectrum ultraviolet untuk analisis

kandungan I- pada sampel. Namun dalam makalah ini hanya membahas

mengenai penentuan kadar sulfide sehingga tidak akan dibahas mengenai

kandungan I- dalam sampel.

Jurnal tersebut di atas telah membahas mengenai penentuan kadar sulfida dan

beberapa senyawa lain dalam sutu perairan. Jurnal tersebut didasarkan pada penelitian

yang telah dilakukan, dimana dilakukan analisis terhadap tiga jenis contoh yaitu air

biasa di perairan, air tanah, dan air hidrotermal sebagai akibat dari aktifitas vulkanis.

Analisis tersebut dilakukan dengan dua metode yakni metode metilen biru dan

metode ultraviolet sehingga diperoleh kadar total sulfida pada masing-masing jenis

sampel.

Jika dirangkumkan, maka proses analisis sulfida contoh air dapat dilakukan

dengan prosedur berikut:

1. Masukkan water sampler secara vertikal dan pelan2 ke dalam air laut. Setelah

semua water sampler berada di dalam air, tutup water sampler

2. Isi botol BOD dengan contoh air melalui selang plastik.

3. Tutup botol BOD pelan-pelan.

4. Buka tutup botol.

5. Tambahkan pelan-pelan 0,50 mL N,N-dimetil-p-fenilen diamin dan 0,50 mL

FeCl3. Ujung piprt harus sampai ke dasar botol.

6. Tutup kembali botol BOD dengan pelan-pelan. Hindari adanya gelembung

udara.

7. Kocok dengan cara membolak-balik botol BOD sebanyak 15 kali.

Page 15: bismillah makalah kalut sulfida.docx

8. Biarkan selama 60 menit alam tempat gelap.

9. Ukur absorbansinya pada panjang gelombang 670 nm.

Penentuan kadar sulfida dalam suatu perairan tidaklah semudah yang

dibayangkan. Penentuan kadar sulfida di dalam air laut bukan hanya melalui proses

yang biasa-biasa saja mulai dari pengambilan sampel air, pengawetan, pengangkutan

ke laboratorium, hingga mencampurnya dengan reagen dan menggunakan alat

spektrofotometri untuk menentukan kadarnya. Ternyata ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan dalam menentukan kadar sulfida dalam air laut. Dalam analisis, sangat

dibutuhkan ketelitian serta kehati-hatian karena ada beberapa hal yang mungkin

dianggap sepeleh namun ternyata sangat mempengaruhi hasil akhir analisis.

Kesalahan ini bisa menyebabkan lost (kadar sulfida > kadar sebenarnya) atau

contamination (kadar sulfida > kadar sebenarnya). Kesalahan-kesalahan tersebut bisa

berasal dari beberapa aspek, secara natural dari alam, maupun karena perlakuan-

perlakuan yang diberikan, mulai dari pengambilan sampel, hingga pada pengukuran

absorbansi. Namun ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menghindari

kesalahan tersebut sehingga tidak ada pengaruh terhadap hasil akhir analisis. Berikut

diuraikan beberapa sumber kesalahan dalam penentuan kadar sulfida serta cara

mengatasinya.

1. Penggunaan tempat contoh air, dimana botol dengan model tutup diputar tidak

dapat diisi penuh dengan air. Masuknya udara ke dalam botol akan

mendorong proses penguapan H2S, sehingga kadar sulfida > kadar sebenarnya

(lost).

Page 16: bismillah makalah kalut sulfida.docx

Maka untuk menghindari kesalahan tersebut, digunakan botol BOD atau botol

yang dirancang khusus untuk analisis sulfida, dengan penutup botol yang

tidak diputar tapi langsung ditutup.

2. Kadar H2S dalam udara di daerah tropis tinggi sebagai hasil dari pembakaran

bahan bakar hidrokarbon sehingga udara bisa menjadi sumber kontaminasi

yang potensil. Kesalahan bisa terjadi saat pengambilan contoh air, dimana jika

dilakukan pengambilan contoh dengan cara penyidukan maka akan aa udara

yang terperangkap di dalam botol sehingga menyebabkan kadar sulfida > nilai

yang sebenarnya (contaminated).

Maka untuk menghindari hal ini, pengambilan contoh dilakukan dengan

menggunakan water sampler khusus, dimana water sampler dimasukkan ke

dalam air secara vertikal dan perlahan-lahan hingga semua bagian water

sampler masuk ke dalam air dan terisi penuh, kemudian segera ditutup.

3. Penggunaan water sampler yang terbuat dari logam akan bereaksi dengan

sulfida sehingga akan mengurangi kandungan sulfia di dalam sampel dan

kadar yang diperoleh < kadar yang sebenarnya.Untuk menghindari hal ini,

maka digunakan digunakan water sampler yang terbuat dari bahan organik

atau dari bahan gelas yang tidak akan bereaksi dengan sulfida sehingga tidak

akan mempengaruhi hasil analisis.

4. Suhu udara di atas kapal lebih tinggi daripada suhu air laut shingga suhu

contoh akan naik sewaktu tiba di atas kapal dan menyebabkan H2S keluar dari

contoh. Hal ini kemudian menyebabkan hasil analisis < hasil yang

sebenarnya.

Page 17: bismillah makalah kalut sulfida.docx

Untuk menghindari hal ini, maka saat contoh air tiba di atas kapal, segera

pindahkan ke dalam botol BOD. Namun penunangannya tidaka bisa dilakukan

dengan cara biasa karena dapat menyebabkan H2S menguap. Oleh sebab itu

harus menggunakan selang khusus dari water sampler ke dalam botol BOS.

5. H2S bersifat gas. Kenaikan suhu atau goncangan yang terjadi selama

transportasi menyebabkan sebagian H2S menguap atau keluar dari contoh air

sehingga akan mempengaruhi hasil akhir dimana hasil analisis < kadar yang

sebenarnya dalam contoh air. Oleh sebab itu, sampel air yang diisikan ke

dalam botol BOD harus benar-benar sampai penuh sehingga tidak ada ruang

bagi gas H2S untuk keluar dari contoh air.

6. Air laut umumnya mengandung zat padat tersuspensi yang tentunya akan

memantulkan cahaya sehingga akan ikut terukur pada saat pengukuran

absorbansi. Hal ini menyebabkan nilai absorbansi sampel > nilai absorbansi

yang sebenarnya sehingga kadar sulfida hasil analisis > kadar sebenarnya.

Maka untuk menghindari hal ini, contoh air harus disaring terlebih dahulu

dengan menggunakan kertas saring 0,45 μm

7. H2S bersifat gas. Kenaikan suhu atau goncangan selama transportasi akan

menyebabkan H2S menguap atau keluar dari air contoh. Untuk menghindari

hal ini maka contoh harus segera dimasukkan ke dalam ice box, lalu

didinginkan dengan es batu.

8. Adanya aktivitas mikroorganisme yang mengubah senyawa sulfat (kadarnya

sangat tinggi di dalam air laut yaitu sekitar 2000 ppm) menjadi H2S atau S2-

sehingga menyebabkan kadar sulfida di dalam contoh meningkat dan terjadi

Page 18: bismillah makalah kalut sulfida.docx

kontaminasi. Untuk menghindari hal tersebut, maka contoh air harus ditaruh

di tempat yang gelap. Bila analisis contoh tidak dapat dilakukan 1 jam setelah

pengambilan maka sampel air harus ditambahkan dengan 1 mL Zn asetat (2N)

/ 50 mL air contoh.

Page 19: bismillah makalah kalut sulfida.docx

BAB III

KESIMPULAN

Dari semua paparan dan penjelasan dalam makalah ini dapat disimpulkan

bahwa:

1. Sulfida di dalam air laut berasal dari reduksi ion sulfat oleh bakteri

Desulfovifrio desulfuricant) dan penguraian senyawa organik oleh

mikroorganisme.

2. Sulfida dapat dijadikan sebagai indikator tercemarnya suatu perairan

3. Kadar sulfida dalam satu perairan dapat diukur dengan metode

spektrofotometri yakni biru metilen dan dengan metode ultraviolet.

4. Telah dilakukan banyak penelitian salah satunya untuk menentukan kadar

sulfida di dalam air laut, air hidrotermal hasil aktivitas vulkanik, dan air tanah

yang diterbitkan dalam suatu jurnal berjudul “Direct Ultraviolet

Spectrophotometric Determination of Total Sulfide and Iodide in Natural

Water”

5. Dalam menentukan kadar sulfida dalam suatu perairan, harus diperhatikan

sumber-sumber kesalahan yang dapat mempengaruhi hasi akhir dan

menghindari kesalahan tersebut dengan caranya masing-masing, sehingga

diperoleh hasil kadar sulfida yang sesuai dengan kadar sebenarnya.