bismillah makalah distosia bahu

25
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persalinan merupakan suatu proses fisiologik dimana uterus mengeluarkan atau berupaya mengeluarkan janin dan plasenta setelah masa kehamilan 20 minggu atau lebih dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan. Menurut dari cara persalinannya dibagi menjadi dua, yaitu: Persalinan biasa atau normal (eutosia) adalah proses kelahiran janin pada kehamilan cukup bulan (aterm, 37-42 minggu), pada janin letak memanjang, presentasi belakang kepala yang disusul dengan pengeluaran plasenta dan seluruh proses kelahiran itu berakhir dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa tindakan/pertolongan buatan dan tanpa komplikasi. Serta persalinan abnormal merupakan persalinan pervaginam dengan bantuan alat-alat maupun melalui dinding perut dengan operasi caesarea. Setelah kelahiran kepala, akan terjadi perputaran lagi paksi luar yang menyebabkan kepala berada pada sumbu normal dengan tulang belakang. Bahu pada umumnya akan berada pada sumbu miring (oblique) dibawah rambut pubis. Dorongan saat ibu mengedan akan menyebabkan bahu depan (anterior) berada dibawah pubis. Bila bahu gagal untuk mengadakan putaran menyesuaikan dengan sumbu miring panggul dan tetap berada pada posisi anterior posterior, pada 1

Upload: cocobaguz-stefler

Post on 30-Jul-2015

1.514 views

Category:

Documents


66 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bismillah Makalah Distosia Bahu

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persalinan merupakan suatu proses fisiologik dimana uterus mengeluarkan

atau berupaya mengeluarkan janin dan plasenta setelah masa kehamilan 20 minggu

atau lebih dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain dengan

bantuan atau tanpa bantuan. Menurut dari cara persalinannya dibagi menjadi dua,

yaitu: Persalinan biasa atau normal (eutosia) adalah proses kelahiran janin pada

kehamilan cukup bulan (aterm, 37-42 minggu), pada janin letak memanjang,

presentasi belakang kepala yang disusul dengan pengeluaran plasenta dan seluruh

proses kelahiran itu berakhir dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa

tindakan/pertolongan buatan dan tanpa komplikasi. Serta persalinan abnormal

merupakan persalinan pervaginam dengan bantuan alat-alat maupun melalui dinding

perut dengan operasi caesarea.

Setelah kelahiran kepala, akan terjadi perputaran lagi paksi luar yang

menyebabkan kepala berada pada sumbu normal dengan tulang belakang. Bahu pada

umumnya akan berada pada sumbu miring (oblique) dibawah rambut pubis.

Dorongan saat ibu mengedan akan menyebabkan bahu depan (anterior) berada

dibawah pubis. Bila bahu gagal untuk mengadakan putaran menyesuaikan dengan

sumbu miring panggul dan tetap berada pada posisi anterior posterior, pada bayi yang

besar akan terjadi benturan bahu depan terhadap simfisis. Distosia bahu terutama

disebabkan oleh deformitas panggul, kegagalan bahu untuk melipat kedalam panggul

(misalnya pada makrosomia) disebabkan oleh fase aktif dan persalinan kala II yang

pendek pada multipara sehingga kepala yang terlalu cepat menyebabkan bahu tidak

melipat pada saat melalui jalan lahir atau kepala telah melalui pintu tengah panggul

setelah mengalami pemanjangan kala II sebelum bahu berhasil melipat masuk

kedalam panggul. Janin besar adalah bila berat badan melebihi dari 4000 gram.

Frekuensi bayi yang lahir dengan badan lebih dari 4000 gram adalah 5,3 % dan yang

lebih dari 4500 gram adalah 0,4 %. Pernah dilaporkan berat bayi lahir pervaginam

10,8 – 11,3 Kg (Lewellpyn, 2001).

1

Page 2: Bismillah Makalah Distosia Bahu

Dari kasus tersebut, dapat diartikan distosia merupakan suatu penyulit dalam

persalinan, sedangkan distosia bahu adalah penyulit persalinan pada bahu janin.

Angka kejadian distosia bahu tergantung pada kriteria diagnosa yang digunakan. Salah

satu kriteria diagnosa distosia bahu adalah bila dalam persalinan pervaginam untuk

melahirkan bahu harus dilakukan maneuver khusus seperti traksi curam bawah dan

episiotomi.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, penulis dapat membuat rumusan masalah dari

makalah ini:

1. Apa yang dimaksud dengan distosia bahu?

2. Apa penyebab dari distosia bahu?

3. Bagaimana tanda dan gejala dari distosia bahu?

4. Bagaimana patofisiologi distosia bahu?

5. Apa saja komplikasi yang dapat terjadi dari distosia bahu?

6. Bagaimana prognosis yang terjadi pada distosia bahu?

7. Bagaimana pemeberian asuhan keperawatan pada distosia bahu?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini, yakni:

1. mengetahui pengertian dari distosia bahu

2. mengerti penyebab dari distosia bahu

3. mengerti tanda dan gejala dari distosia bahu

4. mengerti patofisiologi dari distosia bahu

5. mengerti komplikasi dari distosia bahu

6. mengerti prognosis dari sistosia bahu

7. mengetahui asuhan keperawatan dari distosia bahu

2

Page 3: Bismillah Makalah Distosia Bahu

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Secara harfiah, distosia berarti persalinan yang sulit dan ditandai oleh terlalu

lama lambatnya kemajuan persalinan. Secara umum, persalinan yang abnormal sering

terjadi apabila terdapat disproporsi antara bagian presentasi janin dan jalan lahir.

Kelainan persalinan ini adalah konsekuensi empat kelainan yang dapat berdiri sendiri

atau berkombinasi: a). kelainan gaya dorong (ekspulsi) baik akibat gaya uterus yang

kurang kuat atau kurangnya koordinasi untuk melakukan pendataran dan dilatasi

serviks (disfungsi uterus), maupun kurangnya upaya otot volunteer selama persalinan

kala dua, b). kelainan tulang panggul ibu yaitu panggul sempit, c) kelainan presentasi,

posisi atau perkembangan janin dan kelainan jaringan lunak saluran reproduksi yang

membentuk halangan bagi turunnya janin. (Cunningham, Gary: 2005)

Antonim bahasa Yunani untuk eutosia, atau persalinan normal adalah distosia

yang menandakan persalinan yang abnormal atau sulit. distosia dapat terjadi akibat

beberapa kelainan tertentu yang melibatkan serviks, uterus, janin, tulang panggul ibu,

atau obstruksi lain di jalan lahir.

Distosia didefinisikan sebagai persalinan yang panjang, sulit atau abnormal

yang timbul akibat berbagai kondisi yang berhubungan dengan lima faktor persalinan.

(Bobak: 2004)

Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung melebar dari

satu sisi kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak pada pintu atas

panggul menjelang persalinan. Bila pasien berada pada persalinan lanjut setelah

ketuban pecah, bahu dapat terjepit kuat di bagian atas pelvis dengan satu tangan atau

3

Page 4: Bismillah Makalah Distosia Bahu

lengan keluar dari vagina. Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin

tegak lurus atau pada sudut akut panjangnya poros ibu, sebagaimana yang terjadi pada

letak melintang. Presentasi bahu disebabkan paritas tinggi dengan dinding abdomen

dan otot uterus kendur, prematuritas, obstruksi panggul.

Distosia bahu merupakan kelahiran kepala janin dengan bahu anterior macet

diatas sacral promontory karena itu tidak bisa lewat masuk ke dalam panggul, atau

bahu tersebut bisa lewat promontorium, tetapi mendapat halangan dari tulang sacrum

(tulang ekor). Lebih mudahnya distosia bahu merupakan kejadian dimana

tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat dilahirkan setelah kepala janin dilahirkan.

Klasifikasi Distosia

1. Distosia karena kelainan tenaga

2. Distosia karena kelainan letak serta bentuk janin.

3. Distosia karena kelainan panggul

4. Distosia karena kelainan traktus genitalis (Hanifah, 2006).

2.2 Tanda dan Gejala

Adapun tanda dan gejala dari distosia bahu adalah:

1. Pada proses persalinan normal kepala lahir melalui gerakan ekstensi. Namun,

pada distosia bahu kepala akan tertarik kedalam dan tidak dapat mengalami

putar paksi luar yang normal.

2. Ukuran kepala dan bentuk pipi menunjukkan bahwa bayi gemuk dan besar.

Begitu juga dengan postur tubuh parturien yang biasanya juga mengalami

obesitas.

3. Usaha untuk melakukan putar paksi luar, fleksi lateral dan traksi tidak berhasil

melahirkan bahu.

4. Kepala janin telah lahir namun masih erat berada di vulva

5. Dagu tertarik dan menekan perineum

6. Tanda kepala kura-kura yaitu penarikan kembali kepala terhadap perineum

sehingga tampak masuk kembali ke dalam vagina.

4

Page 5: Bismillah Makalah Distosia Bahu

2.3 Etiologi

Secara umum, keadaan berikut yang dapat menyebabkan distosia adalah:

1. Persalinan disfungsional akibat kontraksi uterus yang tidak efektif atau

akibat upaya mengedan ibu (kekuatan atau powers ).

2. Perubahan struktur pelvis (jalan lahir atau passage ). Walaupun kekuatan

gaya ekspulsifnya mungkin normal, memiliki kelainan struktur atau

karakter jalan lahir yang menimbulkan hambatan mekanis terhadap

turunnya bagian terbawah janin yang tidak teratasi

3. Sebab-sebab pada janin, meliputi kelainan presentasi atau kelainan posisi,

bayi besar, dan jumlah bayi (penumpang atau passengers )

4. Posisi ibu selama persalinan dan melahirkan

5. Respon psikologis ibu terhadap persalinan yang berhubungan dengan

pengalaman, persiapan, budaya dan warisannya, serta sistem pendukung.

Penyebab dari distosia bahu disebabkan oleh deformitas panggul,

kegagalan bahu untuk melipat ke dalam panggul (misalnya pada makrosomia)

yang disebabkan oleh fase aktif dan persalinan kala II yang pendek pada multipara

sehingga penurunan kepala yang terlalu cepat menyebabkan bahu tidak melipat

pada saat melalui jalan lahir atau kepala telah melalui pintu tengah panggul setelah

mengalami pemanjangan kala II sebelah bahu berhasil melipat masuk ke dalam

panggul.

2.4 Patofisiologi

Setelah kelahiran kepala, akan terjadi putaran paksi luar yang menyebabkan

kepala berada pada sumbu normal dengan tulang belakang bahu pada umumnya akan

berada pada sumbu miring (oblique) di bawah rambut pubis. Dorongan pada saat ibu

meneran akan meyebabkan bahu depan (anterior) berada di bawah pubis, bila bahu

gagal untuk mengadakan putaran menyesuaikan dengan sumbu miring dan tetap

berada pada posisi anteroposterior, pada bayi yang besar akan terjadi benturan bahu

depan terhadap simfisis sehingga bahu tidak bisa lahir mengikuti kepala.

5

Page 6: Bismillah Makalah Distosia Bahu

2.5 Prognosis

Pada panggul normal janin dengan berat badan kurang dari 4500 gram pada

umumnya tidak menimbulkan kesukaran persalinan. Kesukaran dapat terjadi karena

kepala yang besar atau kepala yang lebih keras (pada post maturitas) tidak dapat

memasuki pintu atas panggul atau karena bahu yang lebar sulit melalui rongga

panggul. Bahu yang lebar selain dijumpai pada janin besar juga dijumpai pada

anensefalus. Apabila kepala anak sudah lahir tetapi kelahiran bagian-bagian lain macet

karena lebarnya bahu, janin dapat meninggal akibat asfiksia. Menarik kepala kebawah

terlalu kuat dalam pertolongan melahirkan bahu yang sulit dapat berakibat perlukaan

pada nervus brokhialis & muskulus sternokleidomastoidelis.

2.6 Komplikasi

1. Infeksi intrapartum

Infeksi adalah bahaya serius yang mengancam ibu dan janinnya pada partus

lama, terutama bila disertai pecahnya ketuban. bakteri di dalam cairan amnion dan

menginvasi desidua serta pembuluh korion sehingga terjadi bakteremia dan sepsis

pada ibu dan janin. Pneumonia pada janin, akibat aspirasi cairan amnion yang

terinfeksi adalah konsekuensi serius lainnya. Pemeriksaan serviks dengan jari tangan

akan memasukkan bakteri vagina ke dalam uterus. Pemeriksaan ini harus dibatasi

selama persalinan, terutama apabila dicurigai terjadi distosia.

2. Ruptur uteri

Penipisan abnormal segmen bawah uterus menimbulkan bahaya serius selama

partus lama, terutama pada wanita dengan paritas tinggi dan pada mereka dengan

riwayat seksio sesaria. Apabila disproporsi antara kepala janin dan panggul

sedemikian besar sehingga kepala tidak cakap dan tidak terjadi penurunan, segmen

bawah uterus menjadi sangat terengang yang kemudian dapat menyebabkan ruptur.

3. Cincin retraksi patologis

Cincin ini sering timbul akibat persalianan yang terhambat, disertai peregangan

dan penipisan berlebihan segmen bawah uterus. Pada situasi semacam ini, cincin dapat

terlihat jelas sebagai suatu indentasi abdomen dan menandakan ancaman akan

rupturya segmen bawah uterus.

6

Page 7: Bismillah Makalah Distosia Bahu

4. Pembentukan fistula

Apabila bagian terbawah janin menekan kuat ke pintu atas panggul tetapi tidak

maju untuk jangka waktu yang cukup lama, bagian jalan lahir yang terletak di

antaranya dan dinding panggul dapat mengalami tekanan yang berlebihan. Karena

gangguan sirkulasi, dapat terjadi nekrosis yang akan jelas dalam beberapa hari setelah

melahirkan dengn munculnya fistula vesikovaginal, vesikoservikal atau rektovaginal.

5. Cedera otot dasar panggul

Saat pelahiran bayi, dasar panggul mendapat tekanan langsung dari kepala

janin serta tekanan ke bawah akibat upaya mengejan ibu. Gaya-gaya ini meregangkan

dan melebarkan dasar panggul sehingga terjadi perubahan fungsional dan anatomis di

otot, saraf dan jaringan ikat.

6. Efek pada janin

Apabila panggul sempit dan juga terjadi ketuban pecah lama serta infeksi

intrauterus, risiko janin dan ibu akan muncul infeksi intrapartum bukan saja

merupakan penyulit yang serius pada ibu, tetapi juga merupakan penyebab penting

kematian dan neonates. Hal ini disebabkan karena bakteri di dalam cairan amnion

menembus amnion dan menginvasi desidua serta pembuluh korion, sehingga terjadi

bakterimia pada ibu dan janin. Pneumoni janin, akibat aspirasi cairan amnion yang

terinfeksi adalah konsekuensi serius lainnya.

2.7 Faktor Resiko

Sejumlah karakteristik ibu, janin dan intrapartum sering menyertai distosia

bahu. beberapa faktor risiko pada ibu, termasuk obesitas, multiparitas dan diabetes

berpengaruh terhadap distosia bahu akibat pengaruhnya pada peningkatan berat lahir.

Hubungan antara kehamilan lewat waktu dengan distosia bahu tampaknya disebabkan

karena banyak janin terus tumbuh setelah usia 42 minggu. Penyulit intrapartum yang

dihubungkan dengan distosia bahu adalah pelahiran dengan forceps tengah serta

persalinan kala satu dank ala dua yang memanjang.

7

Page 8: Bismillah Makalah Distosia Bahu

2.8 Penatalaksanaan

Metode Persalinan Distosia Bahu

1.      Manuver Mc. Roberts :

Posisi Walcher: Hiperfleksi kaki kearah perut sehingga terjadi

pelebaran jalan lahir dan mengubah sudut inklinasi dari 25 derajat

menjadi 10 derajat.

Kepala janin tarik curam kebawah sehingga memudahkan

persalinan bahu depan

Maneuver Mc Robert

Fleksi sendi lutut dan paha serta mendekatkan paha ibu pada abdomen

sebaaimana terlihat pada (panah horisontal). Asisten melakukan tekanan

suprapubic secara bersamaan (panah vertikal).

2.      Manuver Hibbard dan Resnick

Lakukan episiotomi luas untuk melebarkan jalan lahir

Kepala ditarik curam kebawah, sehingga bahu depan lebih mudah

masuk PAP

Tekan bahu depan diatas simfisis, sehingga dapat masuk PAP

3.      Manuver Woods Cork Screw

Fundus uteri didorong kebawah sehingga lebih menekan bagian

terendah janin, untuk masuk PAP

8

Page 9: Bismillah Makalah Distosia Bahu

Bahu belakang diputar menjadi bahu depan sehingga secara

spontan lahir

Maneuver Wood.

Tangan kanan penolong dibelakang bahu posterior janin. Bahu

kemudian diputar 180 derajat sehingga bahu anterior terbebas dari tepi bawah

simfisis pubis.

4.     Melahirkan bahu belakang

Operator memasukkan tangan kedalam vagina menyusuri humerus

posterior janin dan kemudian melakukan fleksi lengan posterior atas didepan

dada dengan mempertahankan posisi fleksi siku

Tangan janin dicekap dan lengan diluruskan melalui wajah janin

Lengan posterior dilahirkan

9

Page 10: Bismillah Makalah Distosia Bahu

5. Maneuver Rubin

Terdiri dari 2 langkah :

Mengguncang bahu anak dari satu sisi ke sisi lain dengan

melakukan tekanan pada abdomen ibu, bila tidak berhasil maka

dilakukan langkah berikutnya yaitu :

Tangan mencari bahu anak yang paling mudah untuk dijangkau

dan kemudian ditekan kedepan kearah dada anak. Tindakan ini

untuk melakukan abduksi kedua bahu anak sehingga diameter bahu

mengecil dan melepaskan bahu depan dari simfisis pubis.

6.   Manuver Zevanelli

Kepala janin sudah berada diluar, dimasukkan kembali kedalam

vagina Diikuti dengan persalinan seksio sesarea

Bahaya besar karena akan terjadi ekstensi luka operasi di SBR dan

menimbulkan trauma jalan lahir lebih besar.

7. Teknik Kleidotomi

Dilakukan pemotongan tulang klavikula bawah sehingga volume

bahu mengecil dan selanjutnya persalinan dapat berlangsung

Bila diperlukan dapat dilakukan pemotongan tulang klavikula

depan

8. Simfisiotomi

Untuk melebarkan jalan lahir sehingga bahu dapat lahir.

10

Page 11: Bismillah Makalah Distosia Bahu

Komplikasi simfiotomi :

Ketidaknyamanan yang berkepanjangan dan nyeri

Ruptura vesika urinaria

(Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri ; Ginekologi dan KB ;

455)

2.9 Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pada pengkajian terdapat data awal yakni pengkajian fisik dan pengkajian

selanjutnya yang dapat memberikan informasi tentang frekuensi, lama dan

intensitas kontraksi uterus, status serviks, denyut jantung janin, presentasi dan

stasiun janin, serta status membran. Data laboratorium seperti pH kulit kepala,

dapat mengidentifikasi distress janin, hasil ultrasonografi dapat mengidentifikasi

masalah disfungsi persalinan potensial yang terkait dengan janin atau panggul ibu.

Seluruh pengkajian ini membantu identifikasi akurat diagnose keperawatan yang

potensial dan actual, yang berhubungan dengan distosia dan gangguan pada ibu

janin.

Pada pengkajian dibedakan menjadi:

1) Data Subjektif

Data subjektif terdiri dari:

a) Identitas klien

Identitas klien terdiri dari nama klien, usia, suku, pendidikan,

agama, pekerjaan dan alamat

b) Keluhan utama klien

Keluhan yang dirasakan pada ibu dan biasanya mengeluh rasa

mulas dan nyeri pinggang

c) Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir

Ibu mengatakan masih merasakan gerakan janin, gerakan aktif

sebanyak 20 kali dalam 24 jam

d) Makan dan minum terakhir

11

Page 12: Bismillah Makalah Distosia Bahu

Mengetahui jumlah asupan nutrisi dan cairan yang terakhir ibu

konsumsi, serta jenis nutrisi yang telah dikonsumsi

e) Pola eliminasi

Mengetahui pola eliminasi pada ibu meliputi BAB dan BAK

f) Istirahat

Mengetahui pola istirahat dan tidur, apakah ada gangguan dalam

tidur.

g) Kondisi psikologis

Mengetahui adakah perasaan cemas dalam proses persalinannya

2) Data Objektif

Data Objektif yang dapat diperoleh dalam pengkajian, meliputi:

1. Keadaan Umum, seperti tingkat kesadaran klien

2. Tanda-tanda vital: Tekanan darah, suhu, nafas, nadi

3. Inspeksi secara head to toe mulai dari rambut, muka, leher, telinga,

mamae, perut, punggung dan pinggang serta ektremitas atas dan

ekstremitas bawah

4. Palpasi: Lakukan palpasi dengan memberikan tindakan Leopold 1,

Leopold 2, Leopold 3, dan Leopold 4

5. Auskultasi: Mendengarkan denyut jantung janin (DJJ) di bagian bawah

pusat sebelah kiri

6. Perkusi: Reflek patella

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang potensial dan actual, yang dapat diidentifikasi

pada wanita yang mengalami distosia ialah sebagai berikut:

a) Ansietas yang berhubungan dengan kemajuan persalinan yang lambat

b) Risiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan kelahiran premature dan

rupture ketuban atau berhubungan dengan prosedur operasi

c) Nyeri yang berhubungan dengan distosia dan prosedur obstetric

d) Risiko tinggi cidera janin yang berhubungan dengan gangguan pada janin

e) Risiko tinggi cedera maternal yang berhubungan dengan intervensi

penanganan distosia

12

Page 13: Bismillah Makalah Distosia Bahu

f) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan prosedur operasi

g) Gangguan rasa nyaman (cemas) berhubungan dengan ancaman yang nyata

atau potensial terhadap diri sendiri dan janin

3. Intervensi keperawatan

Diagnosa 1: Ansietas yang berhubungan dengan kemajuan persalinan yang

lambat

Intervensi:

a. Kaji tingkat ansietas

b. Berikan rasa nyaman pada klien

c. Singkirkan stimulasi yang berlebihan

d. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya

e. Pahami perasaan klien terhadap situasi stress

f. Minta suami atau keluarga untuk mendampingi selama proses

persalinan untuk memberikan keamanan dan mengurangi rasa takut

g. Ajarkan klien teknik relaksasi

Diagnosa 2: Risiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan kelahiran

premature dan rupture ketuban atau berhubungan dengan prosedur operasi

Intervensi:

a. Kaji tanda dan gejala terjadinya infeksi

b. Pantau terhadapa peningkatan suhu sebagai tanda infeksi

c. Perhatikan teknik aseptic selama proses persalinan

d. berikan perawatan yang berhubungan dengan proses kelahiran dan rupture

ketuban

Bantu dan implementasikan intervensi untuk distosia (misalnya posisi,

version, peningkatan proses persalinan, dan pematangan servikal)

1. Kaji DJJ selama proses berlangsung

2. Kaji tanda-tanda vital kehamilan

3. Nilai tingkat kenyamanan selama prosedur yang menyakitkan.

4. Berikan pendidikan kesehatan dan informasi pada ibu dan keluarga

5. Berikan dukungan emosional pada ibu dan keluarganya

6. Berikan perawatan kolaboratif

13

Page 14: Bismillah Makalah Distosia Bahu

Intervensi yang dapat diberikan secara kolaboratif seperti versi sefalik luar (

external cephalic version), partus percobaan (trial of labor), induksi atau

augmentasi dengan oksitosin, amniotomi, dan prosedur operatif misalnya

upaya melahirkan dengan bantuan forsep, ekstrasi vakum, dan kelahiran

sesaria.

4. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keefektifan asuhan keperawatan pada ibu yang mengalami

distosia berdasarkan hasil yang diharapkan adalah:

a. Mengerti penyebab dan treatment persalinan disfungsional.

b. Menggunakan pola koping yang positif untukmempertahankan konsep

diri positif.

c. Mengekspresikan rasa cemasnya berkurang atau minimal

d. Pengalaman persalinan dan kelahiran dengan minimal atau tidak ada

komplikasi seperti infeksi, cedera, atau hemoragik

e. Kelahiran bayi yang sehat, dimana tanpa mengalami cedera kelahiran

f. Mengunggkapkan bahwa nyerinya berkurang

14

Page 15: Bismillah Makalah Distosia Bahu

BAB III. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Secara harfiah, distosia berarti persalinan yang sulit dan ditandai oleh terlalu

lama lambatnya kemajuan persalinan. Secara umum, persalinan yang abnormal sering

terjadi apabila terdapat disproporsi antara bagian presentasi janin dan jalan lahir.

Distosia bahu merupakan kelahiran kepala janin dengan bahu anterior macet

diatas sacral promontory karena itu tidak bisa lewat masuk ke dalam panggul, atau

bahu tersebut bisa lewat promontorium, tetapi mendapat halangan dari tulang sacrum

(tulang ekor). Lebih mudahnya distosia bahu merupakan kejadian dimana

tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat dilahirkan setelah kepala janin dilahirkan.

4.2 Saran

Diharapkan kepada ibu yang selama dalam masa kehamilan agar melakukan

kunjungan / pemeriksaan kehamilan, dengan tujuan untuk mengetahui perubahan berat

badan pada ibu dan bayi bertambah atau tidak sesuai dengan usia kehamilan ataupun

ibu yang mengalami riwayat penyakit sistematik. Agar nantinya bisa didiagnosa

apakah ibu bisa bersalin secara normal atau tidak normal.

15

Page 16: Bismillah Makalah Distosia Bahu

DAFTAR PUSTAKA

Bobak, dkk. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Ed 4. Jakarta. Penerbit:

Buku Kedokteran EGC

Cunningham. 2004. Obstetri Wiliam. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Depkes RI. 2004. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta :J aringan Nasional Pelatihan

Klinik Kesehatan Reproduksi

Komar, Syamsudin. 2004. Bunga rampai Obstetri. Palembang: bagian obstetric

dan ginekologi Universitas Sriwijaya

Llwenllyn – Jones, Derek.2001. Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi. Edisi 6

Jakarta : Hipokrates

Manuaba, Ida Bagus Gde. 2005. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstertri

Ginekologi dan Keluarga Berencana. Jakarta: EGC

Mochtar R. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I Edisi ke-2. Jakarta : EGC

Saifudin, Abdul Bari .2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal

dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Winkjosastro, H. 1999. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo

Winkjosastro, Hanifah. 2006. Ilmu Kebidanan. Edisi 3. Jakarta : Yayasan Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Winkjosastro, Hanifah.2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta :

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

16

Page 17: Bismillah Makalah Distosia Bahu

LAMPIRAN

Gambar. Distosia Bahu

17