bismillah

Upload: amiwahyuni

Post on 05-Nov-2015

217 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

hgvjhk

TRANSCRIPT

PRESENTASI KASUS Skizofrenia Paranoid

Oleh: Maulidanti Rizdana 1102010157 Pranindya Hadiwidjojo1102010210 Pradea Ramadhan 1102008298

Pembimbing:dr. Erie Dharma Irawan, Sp.KJ. MARS

KEPANITERAAN BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWARUMAH SAKIT JIWA ISLAM KLENDERFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSIJAKARTA2015

STATUS PSIKIATRI

I. Identitas PasienNama:Tn. S.Jenis Kelamin: Laki-laki. Tempat Tanggal Lahir:Jakarta, 2 Oktober 1978.Usia: 37 Tahun.Agama : Islam.Alamat: Utan Kayu.Suku Bangsa: JawaPendidikan terakhir:Sekolah Menengah Atas.Status pernikahan:Menikah.Pekerjaan:Pegawai PT.Tanggal masuk RSIJ: 15 April 2015.Tanggal pemeriksaan: 27 April 2015.Tempat wawancara:Ruang perawatan RSIJ Klender.Rawat jalan: 2012-2015 Poli RSIJ Klender.Rawat Inap: 15 April 2015

II. Riwayat PsikiatrikBerdasarkan :Autoanamnesis: Diambil pada tanggal : 27 April 2015 (pukul 09.00 WIB)

Alloanamnesis: Diambil pada tanggal: 30 April 2015 (pukul 10.00 WIB) melalui telepon.Diperoleh data dari: Kakak kandung pasien.Nama (inisial): Ny. K.Pendidikan terakhir: S1.Pekerjaan: Pegawai Negeri Sipil.Hubungan dengan pasien: Kakak kandung pasien.STATUS PSIKIATRI

A. Keluhan UtamaPasien mengamuk tanpa sebab yang sangat mengganggu anggota keluarganya sejak kurang lebih 10 jam sebelum masuk rumah sakit (SMRS).

B. Keluhan Tambahan Curiga terhadap orang-orang disekitarnya. Mendengar bisikan-bisikan yang mengatakan bahwa dirinya merupakan keturunan dari Sri Sultan Hamengkubowono VIII. Tidak bisa tidur di malam hari.

C. Riwayat Gangguan SekarangKeluarga pasien mengatakan (kakak kandung dan istrinya) 1 minggu SMRS, terlihat adanya perubahan sikap dan perilaku yang aneh pada adiknya yakni pasien tampak sering melamun, menjadi pendiam, dan tampak murung dari biasanya, jika diajak berbicara pasien tidak banyak mengeluarkan kata-kata. Adanya perubahan pada adiknya ini terlihat tiba-tiba karena sebelumnya pasien masih bersikap normal seperti biasa. Menurut penuturan pasien, akhir-akhir ini, ia mendengar suara-suara bisikan yang mengatakan bahwa ia adalah keturunan Sri Sultan Hamengkubuwono VIII. Suara bisikan ini terdengar tiba-tiba saat pasien sedang berada di kamarnya. Suara bisikan ini sering muncul ketika malam hari dimana saat orang di rumahnya sudah tertidur dan suara-suara ini membuat pasien tidak bisa tidur dimalam hari. Selain itu, pasien juga pernah melihat sesosok bayangan hitam saat ia sedang termenung di kamarnya. bayangan ini sering menampakkan diri baik saat pasien sedang berada di rumah atau di tempat kerjanya. Hal ini membuat pasien sering merasa gelisah.5 hari SMRS, setelah pasien pulang kerja, ia meminta istrinya untuk mengambilkannya makanan, namun saat itu istrinya yang sedang sibuk memandikan anak mereka menolak permintaan pasien. Hal ini membuat pasien merasa kesal dan akhirnya ia memarahi istrinya. Setelah terjadi masalah dengan istrinya, suara bisikan itu kembali muncul dan mengatakan kepada pasien bahwa istri dan orang-orang sekitarnya ingin membuat pasien menjadi kesusahan. Karena adanya bisikan inilah, pasien semakin mencurigai istrinya dan yakin bahwa suatu saat nanti istrinya ini akan berlaku jahat dan membuat pasien menjadi sengsara. Setiap pasien melihat wajah istrinya, pikiran curiga itu selalu muncul.3 hari SMRS, saat kakak pasien berkunjung ke rumah pasien, pasien terlihat sangat sulit untuk mengendalikan emosinya. Saat ditegur sapa oleh kakaknya, adiknya justru /mengeluarkan kata-kata yang menurut kakak pasien tidak pernah adiknya mengeluarkan kata-kata seperti itu. Pasien justru meminta agar kakaknya segera pulang dan jangan terlalu sering berkunjung kerumahnya. Kemudian tidak lama setelah itu kakak pasien segera pulang dan saat pamit kepada adiknya, ia terlihat hanya diam dan tidak merespon kepulangan kakaknya.10 jam SMRS, menurut pengakuan kakak pasien, secara tiba-tiba emosi adiknya menjadi meluap-luap dan sangat tidak terkontrol. Adiknya memarahi istri dan anak mereka tanpa sebab yang jelas, awalnya dikarenakan adiknya merasa memanggil istrinya, tetapi sang istri tidak menyaut panggilan adiknya, dari situlah pasien mernjadi marah sampai mengacaukan, dan melempar barang-barang yang ada disekitarnya. Keluarga merasa sudah tidak mempu lagi mengatasi perilaku pasien, akhirnya pasien dibawa paksa oleh petugas Rumah Sakit Jiwa Islam (RSJI) Klender karena pasien memberontak saat ingin dibawa.

D. Riwayat Gangguan Sebelumnyaa. PsikiatrikPada tahun 2012 atau sekitar 3 tahun yang lalu, kakak dan istri pasien menyadari adanya perubahan perilaku pasien yang terjadi tiba-tiba. Pasien pun juga mengaku merasakan ada hal yang tidak biasa dan tidak pernah ia keluhkan sebelumnya. Saat itu, pertama kalinya pasien mendengar suara-suara bisikan yang mengatakan bahwa pasien merupakan salah satu keturunan Sri Sultan Hamengkubuwono ke VIII, tiba-tiba sesaat setelah ia mengalami pertengkaran dengan istrinya. Menurut pengakuan pasien, sejak istrinya melahirkan anak kedua mereka, ia sering diperintah istrinya untuk melakukan pekerjaan rumah tangga yaitu mencuci, mengepel dan menyampu sesaat pasien baru tiba dari kantor yang mana hal ini seharusnya dilakukan oleh istrinya. Merasa lelah karena sudah bekerja seharian, pasien menjadi tidak terima dengan perlakuan istrinya ini, membuat pasien menjadi emosi dan marah keistrinya. Karena pertengkaran ini, membuat hubungan pasien dan suaminya menjadi kurang harmonis. Sesaat setelah pasien mendengar suara bisikan tersebut, pasien melihat sesosok laki-laki sedang berada di kamarnya. Saat ingin diajak berbicara, tiba-tiba sosok ini menghilang. Sosok laki-laki ini diakui pasien sering menampakkan dirinya saat pasien sedang berada di rumah. Pasien sempat berpikiran untuk mengakhiri hidupnya karena hal-hal aneh yang terjadi padanya, namun pada akhirnya keinginan tersebut tidak dilakukan.Menurut keterangan kakak pasien, karena merasa banyaknya perubahan sikap dan perilaku yang terjadi pada adiknya seperti; sulit mengendalikan emosi dan sering berbicara sendiri, membuat keluarga pasien membawa pasien ke ustadz di dekat rumahnya. Di sana pasien sempat diberi air minum yang sudah didoakan. Sesampai di rumah, pasien segera diminumkan air dari ustadz namun tidak ada terlihat perubahan pada adiknya. Akhirnya pasien dibawa ke RSJI Klender. Di RSJI Klender, pasien dirawat selama 2 minggu dan menunjukkan perubahan yang jauh lebih baik. Pasien rutin kontrol ke dokter tiap bulannya dan tidak pernah lupa untuk mengkonsumsi obat. Pasien mengaku hal-hal aneh seperti suara bisikan dan sosok laki-laki sudah tidak pernah muncul kembali.Pada bulan Januari 2015, saat pasien sedang beristirahat di kamarnya, secara tiba-tiba pasien merasakan bahwa kipas angin sedang berbicara kepadanya dan mengatakan hal yang sama seperti 1 tahun yang lalu, bahwa pasien merupakan salah satu keturunan ningrat, namun saat itu pasien menghiraukan suara tersebut. Adanya suara-suara bisikan tersebut, pasien akui tidak ia dengar tiap hari, hanya saja sering muncul pada malam hari sehingga pasien tidak dapat tidur selama kurang lebih 2 hari. Selain itu, pasien mengaku dapat berinteraksi dengan penyiar berita di televisi dan dapat mencium aroma makanan yang berasal dari televisi tersebut. Menurut pengakuan kakak pasien, adiknya tidak mau mengkonsumsi obat karena ia merasa tidak sakit. Karena pasien membangkang dan mengamuk saat diminta meminum obat, pasien kembali dibawa oleh kakaknya ke RSJI Klender dan dirawat selama 1 minggu. Selama di ruang perawatan, pasien kembali mendengar suara-suara aneh. Kali ini pasien mendengar suara-suara burung seperti sedang tengah berada di hutan dan melihat sesosok lelaki yang sama seperti ia lihat 2 tahun yang lalu.

b. MedikPasien mengaku tidak pernah mengalami kecelakaan, terjatuh atau terbentur yang mengakibatkan luka/cedera pada daerah kepala. Pasien juga mengatakan tidak pernah mengalami demam tinggi sampai kejang ataupun penyakit berat lainnya seperti diabetes melitus maupun darah tinggi.

c. Penggunaan ZatMerokok sejak usia 20 tahun, sehari dapat menghabiskan satu sampai dua bungkus rokok. Pasien menyangkal menggunakan obat-obatan seperti shabu, ganja dan obat-obatan terlarang lainnya. Pasien juga menyangkal meminum minuman beralkohol.

E. Riwayat Hidupa. Masa prenatal dan perinatalMenurut keterangan kakak pasien, selama kehamilan ibu pasien dalam sehat, tidak pernah mengalami gangguan kesehatan baik fisik maupun psikis. Pasien dilahirkan dalam keadaan cukup bulan dan lahir secara normal dibantu oleh bidan. Pada saat lahir bayi langsung menangis. Pasien merupakan anak yang dikehendaki orangtuanya. Pasien merupakan anak ke 12 dari 12 bersaudara. Tidak pernah ada sakit kejang demam atau penyakit lainnya yang bermakna.

b. Masa kanak - kanak ( 0 3 tahun)Pasien diasuh oleh ibu kandungnya dan diberikan ASI hingga usia 2 tahun. Tidak ada cacat bawaan yang ditemukan. Perkembangan fisik pasien cukup baik, pola perkembangan motorik tidak ada hambatan, seperti kebanyakan anak yang normal. Pasien dapat berjalan saat berumur kurang lebih dua tahun dan tidak pernah ada keterlambatan berbicara. Tidak ada kebiasaan buruk pasien, seperti membenturkan kepala atau menghisap jari. Kakak pasien mengatakan pasien mulai belajar untuk ke kamar mandi sendiri pada usia 4 tahun. Pasien mulai masuk TK saat usia 5 tahun. Pasien dapat tumbuh normal, tidak ada riwayat kejadian trauma kepala dan kecelakaan saat itu, tidak ada riwayat kejang yang muncul tibatiba. Pada usia ini pasien tidak pernah dirawat di rumah sakit.

c. Masa kanak-kanak pertengahan ( 3 11 tahun)Menurut penuturan kakak kandung pasien pasien, perkembangan fisik pasien umumnya baik. Secara keseluruhan pasien adalah anak yang periang, baik dan memiliki banyak teman. Pasien mulai masuk sekolah dasar (SD) ketika berusia 6 tahun. Semasa SD, pasien dinilai tidak banyak bertingkah laku buruk di sekolah. Menurut kakak pasien, pasien tidak pernah terlibat perkelahian dengan temannya di sekolah. Pasien menyelesaikan sekolah dassarnya selama enam tahun.

d. Masa remajaMenurut kakak pasien, sikap pasien terhadap Ibu kandung pasien kurang harmonis, karena saat usia 3 tahun pasien sudah kehilangan sosok Ayah dan dididik secara keras oleh Ibu yang sangat otoriter dan sering mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas untuk dikatakan. Pasien hanya tinggal berdua bersama Ibunya sampai ia usia 15 tahun. Hubungan pasien dengan saudaranya cukup harmonis. Pasien lebih memilih berteman dengan teman-temannya sebayanya. Pasien sering kumpul-kumpul dengan teman- temannya dan bermain bersama. Saat SMA, pasien sudah tidak tinggal bersama Ibunya melainkan tinggal bersama saudara laki-lakinya. Ia tidak memiliki kesulitan dalam menerima pelajaran yang diberikan oleh gurunya. Hubungan antara pasien dengan teman-temannya juga cukup baik, pasien mempunyai beberapa teman dekat yang pernah bermain ke rumahnya. Pasien menyelesaikan SMA selama tiga tahun. Pasien mengikuti berbagai macam les semasa SMA seperti les bahasa Inggris.

e. Masa dewasaI. Riwayat PendidikanPasien dapat menyelesaikan pendidikannya dengan baik. Selain itu pasien juga mengikuti kegiatan non-formal seperti les bahasa inggris.II. Riwayat pekerjaan Setelah tamat SMA, pasien tidak berkuliah melainkan langsung bekerja di restaurant selama kurang lebih 2 tahun, dan setelah itu bekerja di Balai Latihan Kerja (BLK) selama kurang lebih 3 tahun. Dari tahun 2001 sampai sekarang, pasien bekerja di pabrik dan disanalah ia bertemu dengan istrinya.

III. Riwayat perkawinan/berpasanganPasien menikah saat berusia dua puluh tiga tahun. Pernikahan ini diakui pasien tidak direstui oleh orangtuanya. Mereka menikah tanpa sepengetahuan keluarga. Mereka telah dikaruniai 2 orang anak. Hubungan pasien dan istrinya dalam 3 tahun terakhir diakui kurang harmonis.

IV. Riwayat beragamaPasien adalah seorang yang beragama Islam. Pasien tidak selalu mengerjakan shalat 5 waktu dikarenakan kesibukannya.

V. Aktivitas sosialPasien terkenal periang, baik dan mudah bergaul dengan teman dan tetangganya.

VI. Riwayat pelanggaran hukumPasien tidak pernah terlibat kasus hukum, pasien juga tidak pernah ditahan atau dipenjara.

F. Riwayat Keluarga (Family Tree)

Keterangan:

Pasien merupakan anak kedua belas dari dua belas bersaudara. Dari sejak lahir, pasien tinggal bersama kedua orang tuanya, namun pada usia 3 tahun, Ayah pasien meninggal karena sakit. Sampai usia pasien menginjak 15 tahun, pasien tinggal bersama Ibunya. Setelah lulus SD, saudara-saudara pasien memilih untuk tinggal bersama nenek mereka, dikarenakan Ibu mereka dalam mendidik anak-anaknya sangat keras dan otoriter, hal tersebut membuat anak-anaknya memilih untuk tinggal bersama neneknya dibanding Ibu mereka sendiri. Karena pasien merupakan anak bungsu, Ibu pasien tidak memperbolehkan pasien ikut dengan neneknya. Selama 15 tahun, pasien hidup dalam kerasnya didikan sang Ibu.

G. Situasi Kehidupan SekarangPasien saat ini tinggal dengan istri dan kedua orang anaknya. Awalnya, keluarga sangat mendukung pengobatan pasien, namun setelah terjadi masalah dengan istrinya, istri pasien menjadi acuh tak acuh terhadap suaminya.III. Status Mental A. Deskripsi Umum

1. PenampilanLaki-laki berkulit sawo matang, berusia 37 tahun, dengan tinggi sekitar 170 cm berbadan berisi, memakai baju hitam berlengan pendek, celana pendek biru, rambut hitam pendek, dan sendal jepit. Pasien tampak sesuai usianya.2. Perilaku dan aktivitas psikomotorSebelum wawancara, pasien tampak sedang makan cemilan di tempat duduk dengan tenang. Selama wawancara, pasien duduk, kontak mata baik, bicara volume cukup, tenang dalam merespon pertanyaan. Pasien menjawab pertanyaan yang diajukan, namun terkadang tidak nyambung antara pertanyaan dan jawaban. Selama wawancara pasien sangat kooperatif dalam menjawab pertanyaan. Setelah wawancara, pasien masuk kembali ke bangsal laki-laki, kembali duduk dan sedang berbicara dengan pasien lainnya.

3. Pembicaraan Cara berbicara: Spontan Volume berbicara : Sedang Irama : Teratur Kelancaran berbicara: Lancar Kecepatan berbicara: Sedang

4. Sikap terhadap pemeriksaPasien bersikap sangat kooperatif terhadap pemeriksa.B. Aspek dan Ekspresi Afektif Mood : iritabel Afek : ? Kesesuaian: ? Dapat meraba rasakan : tidak. C. Gangguan Persepsi (persepsi panca indera) Halusinasi Auditorik: Ada (Pasien mengaku mendengar suara bisikan yang mengatakan dirinya keturunan Sri Sultan Hamengkubuwono VIII) Visual: Tidak ada. Taktil: Tidak ada Olfaktorik : Tidak ada. Gustatorik : Tidak ada. Ilusi : Tidak ada. Depersonalisasi : Tidak ada. Derealisasi: Tidak ada.D. Gangguan Pikiri. Proses pikir Blocking: Tidak Ada Asosiasi Longgar: Ada ( saat wawancara, Inkoherensi : Tidak Ada Flight of idea: Tidak Ada Word Salad: Tidak Ada Neologisme: Tidak Ada Sirkumstansialitas: Tidak Ada Tangensialitas: Tidak Ada Hendaya berbahasa: Tidak adaii. Isi pikir Preokupasi : Tidak ada Gangguan isi pikiran : Waham Kebesaran: Tidak Ada. Waham Kejar: Ada. ( Pasien mempercayai bahwa istri, anak dan orang sekitarnya akan berusaha untuk berbuat jahat dan melukai dirinya). Waham Rujukan : Tidak ada Thought Echo: Tidak ada Thought Broadcasting: Tidak Ada Thought Withdrawal : Tidak Ada. Thought Insertion : Tidak ada. Thought Control: Tidak Ada Delusion Of Passivity: Tidak Ada Gagasan Bunuh Diri : Tidak ada Obsesi : Tidak adaE. Fungsi Kognitif dan Kesadaran1. Kesadaran: Compos mentis (E4M6V5)2. Orientasi: Baika. Waktu baik (pasien benar menyebutkan hari, bulan, tahun saat di wawancara).b. Tempat baik (pasien dapat menyebutkan bahwa saat ini sedang berada di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta, Negara Indonesia, kota jakarta, serta ruangan perawatannya).c. Orang baik (pasien tahu bahwa ia sedang diwawancarai oleh dokter muda dan dapat menyebutkan nama pemeriksa dan beberapa pasien).

3. Konsentrasi : Baika. Daya ingat.i. Daya ingat segera baik (pasien dapat mengingat nama dokter yang merawatnya saat ini dan juga dapat menyebutkan 3 benda yang pewawancara ajukan).ii. Daya ingat yang pendek baik (pasien dapat mengingat menu sarapan tadi pagi).iii. Daya ingat sedang baik (pasien mampu mengingat tanggal masuk ke RSJI-Klender)iv. Daya ingat jangka panjang baik (pasien dapat mengingat tempat sekolah pasien ketika SD, SMP, dan SMA).

b. Intelegensia dan Pengetahuan umum : Luas.1. Pasien dapat menyebutkan tiga kota besar di Indonesia. Jawaban pasien yaitu : Semarang, Jakarta, dan Bandung2. Pikiran abstrak : Baik (dapat mengartikan peribahasa buah tangan)

F. Daya Nilai1. Daya nilai sosial: baik. Pasien dapat menyebutkan beberapa nama- nama pasien selama pasien dirawat.

2. Uji daya nilai : Baik.a. Misalnya, jika pasien menemukan dompet yang akan dilakukan oleh pasien yaitu mengembalikan kepada pemiliknya.G. Reality Test Ability (RTA)TergangguH. Tilikan : DerajatTilikan 1I. Taraf dapat Dipercaya. Dapat dipercaya. Pada waktu yang berbeda, pasien memberikan kesimpulan jawaban yang sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Kakak kandungnya.

IV. Pemeriksaan Fisik1. Status generalis Keadaan umum: Tampak sehat Kesadaran: Composmentis (E4M6V5) Tanda vital Tekanan darah: 120/80 mmhg Suhu: 36,5 c Nadi: 75 x/menit Pernafasan: 16 x/menit Kepala: Normocephal, rambut hitam tidak mudah dicabut Thorax: Paru : Vesikuler +/+ , Rh-/-, Wh -/- Jantung : S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-) Abdomen: Tidak ada kelainan Ekstermitas: Tidak ada kelainan2. Status Neurologis Tanda rangsang meningeal: tidak ada Mata : gerakan baik: Kelumpuhan tidak ada, nistagmus(-) Persepsi: Baik Bentuk Pupil: Bentuk bulat (+/+), isokor Rangsang Cahaya: Reaksi cahaya (+/+)

Motorik Tonus: Baik Turgor : Baik Kekuatan : Baik Koordinator: Baik Refleksi: Baik

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA Keluhan utama: marah tanpa sebab yang sudah mengganggu orang disekitarnya (+) Riwayat Penyakit Sekarang: Halusinasi Auditorik (+), halusinasi visual (+), waham kejar (+) Riwayat penyakit dahulu: halusinasi visual (+), waham kejar(+), gagasan bunuh diri (+), halusinasi auditorik (+) Premorbid ( riwayat kehidupan): masalah rumah tangga (+) Status Mental:1. RTA: Terganggu2. Proses pikir: Asosiasi Longgar3. Gangguan persepsi: Halusinasi auditorik 4. Gangguan isi pikir:waham paranoid (waham kejar), 5. Tilikan: derajat 16. Reabilitas : Dapat dipercaya

VI. FORMULASI DIAGNOSISDitemukannya distress antara lain: 1. Mengamuk tiba-tiba setelah mendengar suara bisikan dan 2. curiga tanpa sebab pasti yang mana hal ini, hal ini disebabkan adanya hendaya yang berat pada jiwa seseorang. Isi pikiran berupa halusinasi dan waham, emosi yang sulit dikontrol dan mudah marah sehingga mengakibatkan perilaku mengamuk tanpa sebab. Temuan-temuan ini masuk ke dalam kelompok yang aneh RTA terganggu. Hal ini identik dengan gejala Psikotik. Sesuai dengan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III (PPDGJ III) adanya tanda dan gejala ini masuk ke dalam Skixofrenia Paranoid yang di tatalaksana dengan Antipsikotik.

VII. EVALUASI MULTIAKSIAL Aksis I: Skizofrenia Paranoid Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan persepsi yaitu halusinasi auditorik yang berlangsung selama kurang lebih 3 tahun. Di temukan juga gangguan isi pikir berupa waham paranoid (waham kejar). Menurut PPDGJ III ini termasuk skizofrenia paranoid dimana memenuhi kriteria umum skizofrenia dan ditambah dengan gejala: Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu bulan atau lebih. Halusinasi auditorik yang berulang kali (berupa suara burung, dan suara yang mengatakan bahwa pasien merupakan keturunan Sri Sultan Hamengkubuwono) Adanya waham paranoid berupa waham kejaran (pasien mencurigai istri dan orang sekitarnya akan berbuat jahat dan mencelakakannya). Dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik secara relatif tidak menonjol. Aksis II: Tidak ditemukan Aksis III: Tidak ditemukan Aksis IV: Trauma masa kecil saat pasien tinggal dengan Ibunya dan masalah rumah tangga dengan istrinya. Aksis V:GAF scale 60-51 (gejala sedang, disabilitas sedang)

VIII. DIAGNOSA Diagnosa kerja : Skizofrenia Paranoid

IX. RENCANA TERAPI 1. Rencana Psikoterapi :a. Psikoterapi SuportifMenanamkan kepercayaan pada pasien bahwa gejalanya akan hilang dengan menganjurkan pasien untuk selalu minum obat secara teratur agar gejala penyakitnya berkurang dan menjelaskan kepada pasien tentang akibat yang terjadi bila pasien tidak teratur minum obat.b. Psikoterapi Ventilasi Memberi kesempatan seluas-luasnya kepada pasien untuk mengemu-kakan isi hatinya agar pasien merasa lega serta keluhannya berkurang.c. Terapi berorientasi keluarga Menjelaskan kepada keluarga pasien mengenai kondisi pasien agar keluarga dapat menerima dan tidak dijauhi, dan agar dapat mendukung kesembuhan pasien.d. Sosial budaya Terapi kerja : memafaatkan waktu luang dengan melakukan hobi atau pekerjaan yang bermanfaat, melibatkan pasien secara aktif dalam kegiatan terapi aktivitas kelompok di RSJI Klender agar ia dapat beraktivitas dan berinteraksi dengan lingkungannya secara normal. Terapi rekreasi : olahraga ringan, berlibur.

e. Religius Memotivasi pasien agar selalu rajin beribadah, seperti shalat, puasa, dan berdzikir.

2. Rencana Farmakoterapi :a. Trihexyphenidil 25 mg 3 x 2mgb. Risperidon 2 x 2mgc. Alprazolam 1 x 0,5mg

X. DAFTAR MASALAH Problem patologis dan perilaku : Gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik dan waham kejar Problem keluarga dan rumah tangga : Pasien memiliki masalah rumah tangga dengan istrinya.

XI. PROGNOSIS Dubia Faktor yang memperberat : Kepatuhan berobat yang tidak teratur. Sering Relaps. Faktor yang memperingan : Dukungan dari keluarga dari segi motivasi untuk sembuh sangat baik.

2