bedah

11
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Obat-obatan preanestik yang disebut juga premedikasi dibutuhkan untuk mempersiapkan hewan sebelum pemberian obat anestetik, baik lokal, regional ataupun umum.Premedikasi diberikan kurang lebih setengah sampai satu jam sebelum pemberian anestesi umum atau anestesi lokal. Obat-obat tersebut disuntikkan secara intramuskular, subkutan atau bahkan intravena.. Antikolinergik adalah sekelompok obat yang menstimulasi saraf parasimpatik dengan melepaskan neurohormon asetilkolin. Obat ini antara lain digunakan untuk mestimulasi peristaltis, meningkatkan sekresi kelenjar ludah, getah lambung dan air mata, dan memperkuat sirkulasi dengan mengurangi lendir dan mengendurkan otot-otot saluran napas. Pemberian obat antikolinergik ini bertujuan untuk mengurangi sekresi (pengeluaran) kelenjar seperti salivar (air ludah), kelenjar saluran cerna, kelenjar saluran nafas, mencegah turunnya nadi, mengurangi pergerakan usus, mencegah spasme (kaku) pada laring dan bronkus. Obat yang sering digunakan adalah sulfas atropine yang bisa diberikan intramuscular maupun intravena. 1.2. Rumusan masalah 1.2.1. Apa itu premedikasi ? 1

Upload: ciendhy-febrianti

Post on 31-Jan-2016

217 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

premedikasi

TRANSCRIPT

Page 1: Bedah

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Obat-obatan preanestik yang disebut juga premedikasi dibutuhkan untuk

mempersiapkan hewan sebelum pemberian obat anestetik, baik lokal, regional ataupun

umum.Premedikasi diberikan kurang lebih setengah sampai satu jam sebelum pemberian

anestesi umum atau anestesi lokal. Obat-obat tersebut disuntikkan secara intramuskular,

subkutan atau bahkan intravena.. Antikolinergik adalah sekelompok obat yang menstimulasi

saraf parasimpatik dengan melepaskan neurohormon asetilkolin. Obat ini antara lain

digunakan untuk mestimulasi peristaltis, meningkatkan sekresi kelenjar ludah, getah

lambung dan air mata, dan memperkuat sirkulasi dengan mengurangi lendir dan

mengendurkan otot-otot saluran napas. Pemberian obat antikolinergik ini bertujuan untuk

mengurangi sekresi (pengeluaran) kelenjar seperti salivar (air ludah), kelenjar saluran cerna,

kelenjar saluran nafas, mencegah turunnya nadi, mengurangi pergerakan usus, mencegah

spasme (kaku) pada laring dan bronkus. Obat yang sering digunakan adalah sulfas atropine

yang bisa diberikan intramuscular maupun intravena.

1.2. Rumusan masalah

1.2.1. Apa itu premedikasi ?

1.2.2. Apa saja premedikasi golongan Antikolinergik ?

1.3. Tujuan

1.3.1. Mengetahui apa itu premedikasi.

1.3.2. Mengetahui apa saja premedikasi golongan Antikolinergik.

1.4. Manfaat

1.4.1. Memahami apa itu premedikasi dan mengetahui golongan antikolinergik yang

digunakan.

1

Page 2: Bedah

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Obat-obatan preanestik yang disebut juga premedikasi dibutuhkan untuk mempersiapkan

hewan sebelum pemberian obat anestetik, baik lokal, regional ataupun umum. Premedikasi

diberikan kurang lebih setengah sampai satu jam sebelum pemberian anestesi umum atau

anestesi lokal. Obat-obat tersebut disuntikkan secara intramuskular, subkutan atau bahkan

intravena.

Tujuan utama dari pemberian obat premedikasi adalah untuk memberikan sedasi psikis,

mengurangi rasa cemas dan melindungi dari stress mental atau factor-faktor lain yang berkaitan

dengan tindakan anestesi yang spesifik. Hasil akhir yang diharapkan dari pemberian premedikasi

adalah terjadinya sedasi dari pasien tanpa disertai depresi dari pernapasan dan sirkulasi.

Kebutuhan premedikasi bagi masing-masing pasien dapat berbeda. Rasa takut dan nyeri harus

diperhatikan betul pada prabedah.

Manfaat premedikasi adalah:

1.      Membuat hewan menjadi lebih tenang dan terkendali.

2.      Mengurangi dosis anestesi.

3.      Mengurangi efek-efek anatomik yang tidak diinginkan.

4.      Mengurangi efek-efek samping yang tidak diinginkan.

5.      Mengurangi nyeri preopersi.

Premedikasi diberikan berdasar atas keadaan psikis dan fisiologis pasien yang ditetapkan

setelah dilakukan kunjngan prabedah. Dengan demikian maka pemilihan obat premedikasi yang

akan digunakan harus selalu dengan memperhitungkan umur pasien, berat badan, status fisik,

derajat kecemasan, riwayat hospitalisasi sebelumnya (terutama pada anak), riwayat reaksi

terhadap obat premedikasi sebelumnya (bila pasien pernah diberi anestesi sebelumnya), riwayat

penggunaan obat-obat tertentu yang kemungkinan dapat berpengaruh pada jalannya anestesi

(missal MAO inhibitor, kortikosteroid, antibiotic tertentu), perkiraan lamanya operasi,

macamnya operasi (missal terencana, darurat, pasien rawat inap atau rawat jalan) dan rencana

obat anestesi yang akan digunakan.

2

Page 3: Bedah

Obat-obat yang digunakan dalam anestesi premedikasi adalah:

1. Anticholinergik (Atropine Sulfate, Scopolamine dan Glycopyrrolate)

2. Analgesik (Morphine, Peperidine, Methadone dan Pentadocine)

3. Neuroleptanalgesik

4. Transquilizer

5. Obat dissosiatif

6. Barbiturate

Reaksi fisiologis obat terhadap nyeri dan rasa takut terdiri atas bagian yaitu reaksi

somatic (voluntary) dan reaksi simpatetik (involuntary). Efek somatic ini timbul didalam

kecerdasan dan menumbuhkan dorongan untuk bertahan atau menghindari kejadian tersebut.

Kebanyakan pasien akan melakukan modifikasi terhadap manifestasi efek somatic tersebut dan

menerima keadaan yaitu dengan Nampak tenang. Reaksi saraf simpatis terhadap rasa takut atau

nyeri tidak dapat disembunyikan oleh pasien. Rasa takut dan nyeri mengaktifkan syaraf simpatis

untuk menimbulkan perubahan system sirkulasi dalam tubuh. Perubahan ini disebabkan oleh

stimulasi efferen simpatis yang ke pembuluh darah, dan sebagian karena naiknya katekolamin

dalam sirkulasi. Impuls adrenergic dari rasa takut timbul dikorteks cerebri dan dapat ditekan

dengan tidur atau dengan sedativa yang mencegah kemempuan untuk menjadi takut.

Reaksi kardiovaskular secara neurologis berbeda dengan rasa takut, karena arcus reflek

yang tersangkut seluruhnya ada dibatang otak dibawah sensorus thalamus. Ini berarti pendekatan

klinis untuk menghilangkan kedua hal tersebut harus berbeda. Tanda akhir dari reaksi adrenergic

terhadap rasa takut ialah meningkatnya detak jantung dan tekanan darah. Maka umumnya tujuan

pemberian obat premedikasi adalah menghilangkan kecemasan, mendapat sedasi, mendapat

analgesi, mendapat amnesi, dan mendapat efek antisialogoque. Disamping itu pada keadaan

tertentu juga menaikkan pH cairan lambung, mengurangi volume cairan lambung, dan mencegah

terjadinya reaksi alergi.

3

Page 4: Bedah

2.2 Definisi Anticholinergic

Antikolinergik adalah sekelompok obat yang menstimulasi saraf parasimpatik dengan

melepaskan neurohormon asetilkolin. Obat ini antara lain digunakan untuk mestimulasi

peristaltis, meningkatkan sekresi kelenjar ludah, getah lambung dan air mata, dan memperkuat

sirkulasi dengan mengurangi lendir dan mengendurkan otot-otot saluran napas.

Antikolinergik adalah ester dari asam aromatik dikombinasikan dengan basa organik. Ikatan

ester adalah esensial dalam ikatan yang efektif antara antikolinergik dengan reseptor asetilkolin.

Obat ini berikatan secara blokade kompetitif dengan asetilkolin dan mencegah aktivasi reseptor.

Efek selular dari asetilkolin yang diperantarai melalui second messenger seperti cyclic guanosine

monophosphate (cGMP) dicegah.Reseptor jaringan bervariasi sensitivitasnya terhadap blokade.

Faktanya : reseptor muskarinik tidak homogen dan subgrup reseptor telah dapat diidentifikasikan

: reseptor neuronal (M1),cardiak (M2) dan kelenjar (M3). Contoh premedikasi golongan

antikolinergik :

2.2.1 Atropine Sulfate

Atropine mempunyai efek kompetitif inhibitor terhadap efek muskarinik dari

asetylcholin. Atropine ini dapat menembus barier lemak misalnya blood brain barrier, plasenta

barrier dan tractus gastrointestinal. Reaksi tersering dari pemakaian obat ini ialah menghasilkan

efek anti sialogoque, mengurangi sekresi ion asam lambung, menghambat reflek bradikardia dan

efek sedative dan amnestik (terutama scopolamine). Efek lain yang merugikan adalah nadi yang

meningkat, midriasis, cyclopegia, kenaikan suhu, mengeringnya secret jalan napas dan pada

CNS toxicity terjadi gelisah dan agitasi.

Obat dengan aktivitas antikolinergik dapat menghasilkan respon buruk yang signifikan

bila diberikan dalam kombinasi misalnya obat-obatan seperti atropin dan skopolamin

menghambat reseptor acetylcholine muskarinik dan dapat menghasilkan baik gangguan perifer

(konstipasi, mulut kering, takikardia, retensi urin, mengurangi keringat) dan gangguan sentral

(kognitif dan memori, kebingungan, delirium, sakit kepala, penglihatan kabur, pusing, dan

mengantuk). Pemberian bersamaan dengan obat antikolinergik dapat menyebabkan berbagai

macam gejala, terutama pada pasien usia lanjut yang sangat rentan, karena decrements

berhubungan dengan usia pada asetilkolin endogen. Oleh karena itu, kombinasi obat ini perlu

dihindari.

4

Page 5: Bedah

Mekanisme Kerja Atropin

Hewan yang tidak diberi atropine sebelum pembiusan akan mengalami atelektasis pada

stadium anastesia.  Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat

penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang sangat

dangkal. Hal ini terjadi karena eter meningkatkan sekresi bronkus dan juga menyebabkan

volume tidal pernafasan mengalami depresi dan akhirnya mengalami paralisis diafragma.

Sebaliknya, Pemberian atropin menghalangi bahaya pembentukan mukosa sehingga mengurangi

timbulnya atelektasis.

Adapun alasan pemberian eter lebih cepat bereaksi pada hewan dengan premedikasi

atropin karena atropin mengeringkan sekresi mukosa alveolar dan dengan demikian

memudahkan penyerapan obat bius.

Dosis

1. Dosis 1 mg intra vena, dapat diulang dalam 3-5 menit sampai dosis total 0,03 - 0,04 mg/kg

BB

2. Dosis untuk bradikardi 0,5 mg intra vena, dapat diulang setiap 3-5 menit maksimal 3 mg/kg

BB

Indikasi Atropin

1. Meringankan  gejala gangguan pada gastrointestinal yang ditandai dengan  spasme otot polos

(antispasmodic)

2. Mydriasis pada mata

3. Premedikasi untuk mengeringkan sekret bronchus dan saliva yang bertambah pada intubasi

dan anestesia inhalasi

4. Mengembalikan  bradikardi yang berlebihan

Efek Samping

1. Antimuscarinik termasuk kontipasi

2. Transient bradycardia (diikuti  dengan takikardi, palpitasi, dan aritmia)

3. Penurunan sekret bronkial

4. Retensi urin

5

Page 6: Bedah

5. Dilatasi pupil dengan kehilangan akomodasi, fotophobia, mulut kering

6. Mual, muntah dan pusing

6

Page 7: Bedah

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Obat-obatan preanestik yang disebut juga premedikasi dibutuhkan untuk mempersiapkan

hewan sebelum pemberian obat anestetik, baik lokal, regional ataupun umum. Premedikasi

diberikan kurang lebih setengah sampai satu jam sebelum pemberian anestesi umum atau

anestesi lokal. Obat-obat tersebut disuntikkan secara intramuskular, subkutan atau bahkan

intravena. Manfaat premedikasi adalah:

1.      Membuat hewan menjadi lebih tenang dan terkendali.

2.      Mengurangi dosis anestesi.

3.      Mengurangi efek-efek anatomik yang tidak diinginkan.

4.      Mengurangi efek-efek samping yang tidak diinginkan.

5.      Mengurangi nyeri preopersi.

Obat-obatan dan dosis yang digunakan untuk premedikasi dipilih dipilih tergantung pada:

1. Umur, kondisi dan temperemen hewan.

2. Ada atau tidak adanya rasa nyeri.

3. Teknik anestesi yang dipakai.

4. Adanya antisipasi komplikasi.

Obat-obat yang digunakan dalam anestesi premedikasi adalah: Anticholinergik seperti

Atropine sulfate yang bekerja mengurangi sekresi kel. Ludah dan bronchial dan mencegah

bradycardia, Scopolamine, Glycopyrrolate. Hewan yang tidak diberi atropine sebelum

pembiusan akan mengalami atelektasis pada stadium anastesia.  Atelektasis adalah pengkerutan

sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus)

atau akibat pernafasan yang sangat dangkal. Efek samping penggunaan Atropine Sulfat adalah

kontipasi, transient bradycardia (diikuti  dengan takikardi, palpitasi, dan aritmia), penurunan

sekret bronchial, retensi urin, dilatasi pupil dengan kehilangan akomodasi, fotophobia, mulut

kering, mual, muntah dan pusing.

7

Page 8: Bedah

DAFTAR PUSTAKA

1. R.H.Jhon,PharmD,FCCP and H.Philip,PharmD. Cholinergic-Anticholinergic Drug

Interactions, Pharmacy Times August 2005.

2. George M.Savva,phD, Fiona E.Matthews,phD, etc. Anticholinergic Medication Use

and Cognitive Impairment In the Older population: The Medical Research Council

Cognitive Fountion and Ageing Study, 2011.

3. Anonim, http://m.youtube.com/watch?v=g-H5pwlr3lk, diakses pada tanggal 27

februari 2015.

8