bblr bab i,ii
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berat badan lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan
kurang 2.500 gram,tanpa memandang usia kehamilan. BBLR dibedakan
menjadi dua bagian yaitu BBL sangat rendah bila berat badan lahir kurang
dari 1.500 gram dan BBLR bila berat badan lahir antara 1.501-2.499 gram.
(Marmi, S.ST, Kukuh Rahardjo, 2012).
Berat badan lahir rendah (kurang dari 2.500 gram) merupakan salah
satu faktor utama yang berkontribusi terhadap kematian perinatal dan
neonatal. Berat badan lahir rendah (BBLR) di bedakan dalam 2 kategori
yaitu : BBLR karena prematur (usia kandungan kurang dari 37 minggu)
atau BBLR karena intrauterin growth retardation(IUGR) yaitu bayi cukup
bulan tetapi berat kurang untuk usiannya. Banyak BBLR di negara
berkembang dengan IUGR sebagai akibat ibu dengan status gizi buruk,
anemia, malaria, dan menderita penyakit menular seksual (PMS) sebelum
konsepsi atau ketika hamil. (www.balitbang.depkes.go.id).
Menurut badan kesehatan (WHO), salah satu penyebab kematian
bayi adalah bayi berat lahir rendah (BBLR), persoalan pokok pada BBLR
adalah angka kematian perinatalnya sangat tinggi dibanding angka
kematian perinatal pada bayi normal. Penelitian Puffer (1993)
menunjukkan bahwa resiko kematian perinatal bayi dengan berat badan
1
lahir kurang dari 2.000 gram adalah 10 kali lebih besar, kematian bayi
dengan berat badan antara 2.000 gram sampai 2.399 gram 4 kali lebih
besar dibanding dengan kematian perinatal bayi dengan berat badan
normal. Angka kejadian BBLR dianggap sebagai indikator kesehatan
masyarakat karena erat hubunganya dengan angka kematian, kesakitan dan
kejadian gizi kurang di kemudian hari. Menurut WHO, BBLR merupakan
penyebab dasar kematian dari dua pertiga kematian neonatus. Sekitar 16%
dari kelahiran hidup atau 20 juta bayi pertahun dilahirkan dengan berat
badan kurang dari 2.500 gram dan 90% berasal dari Negara berkembang.
Peneliti lainya menyebutkan bahwa dinegara berkembang di perkirakan
setiap 10 detik terjadi satu kematian bayi akibat dari penyakit atau infeksi
yang berhubungan dengan BBLR. (Siza, 2002).
Keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia masih belum
memuaskan, terbukti dari masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan
Angka Kematian Bayi (AKB). Indikator kesehatan yang berhubungan
dengan kesejahteraan anak adalah Angka Kematian Bayi (AKB)
merupakan salah satu indikator penting untuk menentukan derajat
kesehatan masyarakat dan menilai keberhasilan pembangunan di bidang
kesehatan. Angka kejadian BBLR di Indonesia sangat bervariasi antara
satu daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil studi
di 7 daerah Multicenter diperoleh angka BBLR dengan rentan 2,1%-
17,2%, Secara nasional berdasarkan analisa, Bayi prematur atau BBLR
mempunyai masalah menyusui karena refleks menghisapnya masih lemah.
2
Berdasarkan estimasi dari Survei Demografi dan kesehatan Indonesia
(SDKI). Pada tahun 1992-1997 yaitu secara nasional proporsi bayi dengan
berat badan lahir rendah yaitu 7,7% untuk perkotaan 6,6%. Dari data
tersebut terlihat bahwa selama kurun waktu tiga tahun memperlihatkan
adanya masalah BBLR di rumah sakit Al-fatah (Ardiansyah, 2010).
Berdasarka servey nasional AKI di Provinsi Jawa Timur, pada lima
tahun terakhir, dari tahun 2007 – 2011, menunjukkan kecenderungan yang
meningkat. Laporan Kematian Ibu (LKI) kab/kota se-Jatim, menunjukkan
AKI Jawa Timur pada tahun 2009 adalah 90.70 per 100.000 kelahiran
hidup, tahun 2010 adalah 101.40 per 100.000 kelahiran hidup dan pada
tahun 2011 adalah 104.3 per 100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut
sudah melampaui dari target MDGs sebesar 102 per 100.000 Kelahiran
Hidup. Data yang diperoleh dari BPS Provinsi Jawa Timur menunjukkan
bahwa AKB selama sepuluh tahun terakhir ini relatif menunjukkan angka
yang menurun. AKB pada tahun 2011 adalah 29.24 per 1000 kelahiran
hidup, menunjukkan angka yang menurun dari tahun sebelumnya yang
sebesar 29.99 per 1.000 kelahiran hidup, namun tersebut masih jauh dari
target MDGs tahun 2015, yaitu sebesar 23 per 1.000 Kelahiran Hidup.
Medical Record RSUD Gambiran Kota Kediri BBLR pada tahun
2010 mencapai 337 kasus dengan berat badan lahir (<2.500) gram, tahun
2011 mencapai 363 kasus dengan berat badan lahir (<2.500) gram, dan
pada tahun 2012, angka kejadian BBLR berjumlah 336 dari 1.888
3
kelahiran hidup, dan 46 bayi yang tercatat meninggal dunia dengan berat
badan lahir (<2.500) gram. [
Faktor yang mempengaruhi terjadinya persalinan dengan BBLR
antara lain kemiskinan merupakan akar dari masalah yang menimbulkan
kondisi kurang gizi pada kaum perempuan selain ketersediaan pangan dan
konsumsi makanan yang kurang jumlahnya maupun nilai gizinya
menimbulkan kurang energi kronik (KEK) dan anemia. Kondisi tersebut
lazim didapatkan pada kaum ibu di desa yang sudah sejak kecil menderita
kurang kalori dan protein (KKP) dan anemia. Nilai budaya setempat
seringkali belum menempatkan kaum perempuan dalam kesetaraan gender,
sehingga pembagian makanan dalam keluarga tidak mendapat prioritas.
Beban pekerjaan yang berat pada perempuan desa menambah buruknya
gizi dan kesehatan kaum perempuan. Kondisi tersebut seorang perempuan
memasuki masa kehamilan yang menambah buruk kesehatan dan gizinya.
Kelahiran yang terlalu muda, terlalu rapat, terlalu banyak dan terlalu tua
menambah buruknya kondisi kesehatan dan gizi ibu hamil yang
merupakan salah satu faktor yang menyebabkan timbulnya BBLR
(Mitayani, 2009).
Penyuluhan harus diberikan pada ibu dan keluarga pada saat masa
kehamilan terutama tentang nutrisi yang baik saat kehamilan, pola hidup
yang sehat dan deteksi dini atas kehamilan dengan resiko tinggi. Dari
berbagai upaya baik peningkatan pelayanan dari petugas kesehatan
maupun dari pihak ibu beserta keluarga, hal ini akan membantu mencegah
4
dan mengurangi kelahiran bayi dengan resiko tinggi terutama bayi dengan
BBLR. Tingginya angka kematian bayi baru lahir dengan resiko tinggi,
terutama pada bayi dengan BBLR, merupakan tanggung jawab tenaga
kesehatan untuk memfasilitasi proses adaptasi bayi dengan BBLR pada
masa transisi karena adanya masalah pada jam – jam pertama kehidupan
luar rahim. Dengan mengetahui masalah – masalah potensial yang akan
terjadi pada bayi dengan BBLR, maka akan membantu tenaga kesehatan
mengetahui tindakan apa yang harus segera dilakukan, seperti ;
penanganan bayi BBLR dengan menggunakan metode kanguru (PMK),
merujuk bayi BBLR ke rujukan yang lebih lengkap fasilitasnaya.
Melihat tingginya angka kesakitan dan kematian pada bayi dengan
BBLR, Maka peneliti tertarik untuk membahas dan mempelajari lebih
dalam tentang penyakit berat badan lahir rendah pada bayi baru lahir.
5
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mempelajari dan mempraktikkan asuhan keperawatan pada
klien dengan kasus Berat Badan Lahir Rendah di RSUD Gambiran Kota
Kediri.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan mahasiswa mampu :
a. Pengkajian dan analisa data prioritas klien untuk kasus BBLR
b. Merumuskan diagnosa atau masalah keperawatan dari kasus BBLR
c. Melakukan rencana asuhan keperawatan untuk kasus BBLR
d. Menyusun segera implementasi (dependen, independen,
interdependen) kasus BBLR
e. Mengevaluasi efektifitas asuhan yang diberikan dan memperbaiki
tindakan yang dipandang perlu diperbaiki dengan kasus BBLR
C. MANFAAT PENELITIAN
Hasil studi kasus dapat dimanfaatkan oleh institusi maupun profesi
dalam upaya penyempurnaan asuhan keperawatan pada kasus Berat Badan
Lahir Rendah.
6
1. Pendidikan
Hasil studi kasus ini dapat dimanfaatkan sebagai masukan penyempurnaan
penanganan kasus Berat Badan Lahir Rendah.
2. Perawat
Sebagai sumbangan teoritis maupun aplikatif bagi profesi keperawatan
dalam asuhan keperawatan pada kasus Berat Badan Lahir Rendah.
3. Penulis
Menambah wawasan, pengetahuan dan pengelaman dalam melakukan
penelitian di Rumah sakit
D. PENGUMPULAN DATA
Teknik Pengambilan Data :
1. Dengan melakukan wawancara yaitu, melakukan pengkajian pada
klien atau keluarga.
2. Dengan observasi langsung keadaan umum klien saat pengkajian.
3. Dengan studi dokumentasi rekam medis berupa hasil-hasil
pemeriksaan dan dokumentasi klien selama di rawat di rumah sakit
sampai saat pengkajian dilakukan.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1.Pengertian
Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat
badanya saat lahir kurang dari 2.500 gram (sampai dengan 2.499 gram).
(Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Pelayanan Kesehatan
Nasional Maternal Dan Neonatal, ed. 1,2010).
Berat badan lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan
kurang 2.500 gram,tanpa memandang usia kehamilan. BBLR dibedakan
menjadi dua bagian yaitu BBL sangat rendah bila berat badan lahir kurang
dari 1.500 gram dan BBLR bila berat badan lahir antara 1.501-2.499 gram.
(Marmi, S.ST, Kukuh Rahardjo, 2012).
Berat badan lahir rendah dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu :
1) Bayi berat lahir rendah (BBLR), berat lahir 1.500-2.500 gram.
2) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), berat lahir 1.000-1.500 gram.
3) Bayi berat lahir ekstrem rendah (BBLER), berat lahir < 1.000 gram.
(A.B Saifuddin, 2000).
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan
yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga di sebabkan
dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu),
tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilanya,
8
yaitu tidak mencapai 2.500 gram. (Atika Proverawati, dkk. Berat Badan
Lahir Rendah, 2010)
2. Etiologi
Berat badan lahir seorang bayi dipengaruhi oleh beberapa faktor,
baik dari ibu maupun dari bayi itu sendiri. Faktor-faktor tersebut adalah :
1) Status gizi ibu hamil
Kualitas bayi lahir sangat bergantung pada asupan gizi ibu
hamil. Gizi yang cukup akan menjamin bayi lahir sehat dengan
berat badan cukup. Namun, kekurangan gizi yang adekuat dapat
menyebabkan Berat Badan Lahir Rendah. (Pilliteri, 2002).
Status gizi ibu sebelum hamil berperan dalam pencapaian
gizi ibu saat hamil. Penelitian Rosmeri (2000) menunjukkan
bahwa status gizi ibu sebelum hamil mempunyai pengaruh yang
bermakna terhadap kejadian BBLR. Ibu dengan status gizi kurang
(kurus) selama hamil mempunyai resiko 4,27 kali untuk
melahirkan bayi BBLR dibandingkan dengan ibu yang mempunyai
status gizi baik (normal). (Lubis, 2005).
2) Umur ibu saat hamil
Kehamilan dibawah usia 20 tahun dapat menimbulkan
banyak permasalahan karena bisa mempengaruhi organ tubuh
seperti rahim, bahkan bayi bisa prematur dan berat badan lahir
kurang. Hal ini disebabkan karena wanita yang hamil muda belum
9
bisa memberikan suplai makanan dengan baik dari tubuhnya untuk
janin di dalam rahimnya. Selain itu, wanita tersebut juga bisa
menderita anemia karena sebenarnya ia sendiri masih
membutuhkan sel darah merah tetapi sudah harus dibagi dengan
janin yang ada dalam kandunganya. (Teresa S, 2002).
3) Umur kehamilan
Umur kehamilan dapat menentukan berat badan janin,
semakin tua kehamilan maka berat badan janin akan semakin
bertambah. Pada umur kehamilan 28 minggu berat janin ± 1.000
gram, sedangkan pada kehamilan 37-42 minggu berat janin
diperkirakan mencapai 2.500-3.500 gram. (Wiknjosastro, 2002).
4) Kehamilan ganda
Pada kehamilan kembar dengan distensi uterus yang
berlebihan dapat menyebabkan persalinan prematur dengan BBLR.
Kebutuhan ibu untuk pertumbuhan hamil kembar lebih besar
sehingga terjadi defisiensi nutrisi seperti anemia hamil yang dapat
mengganggu pertumbuhan janin dalam rahim.
5) Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan berkaitan dengan pengetahuan tentang
masalah kesehatan dan kehamilan yang akan berpengaruh pada
perilaku ibu, baik pada diri maupun perawatan kehamilanya serta
pemenuhan gizi saat hamil. (Bobak, Irene M.,dkk, 2004).
10
6) Penyakit ibu
Beberapa penyakit yang dapat mempengaruhi berat badan
lahir bayi jika diderita oleh ibu yang sedang hamil,misalnya :
a. Jantung
b. Hipertensi
c. Pre-Eklamsi dan Eklamsi
d. Diabetes Melitus
e. Carcinoma
Penyakit tersebut dapat menimbulkan retardasi
pertumbuhan intrauterine (IURG) janin, yang menyebabkan janin
menjadi jauh lebih kecil dan lemah dari pada yang diharapkan
untuk tahap kehamilan bersangkutan. (Datta, 2004).
7) Faktor kebiasaan ibu
Kebiasaan ibu sebelum atau selama hamil yang buruk seperti
merokok, minum minuman beralkohol, pecandu obat dan
pemenuhan nutrisi yang salah dapat menyebabkan anomaly
plasenta karena plasenta tidak mendapat nutrisi yang cukup dari
arteri plasenta ataupun karena plasenta tidak mampu mengantar
makanan ke janin. Selain itu, aktifitas yang berlebihan jug adapt
merupakan faktor pencetus terjadinya masalah Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR).
11
3. Klasifikasi
Ada beberapa cara dalam mengelompokkan bayi BBLR yaitu :
1. Menurut harapan hidupnya :
a. Bayi berat lahir rendah (BBLR) berat lahir 1500 – 2500 gram
b. Bayi barat lahir sangat rendah (BBLSR) berat lahir 100 – 1500
gram
c. Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) berat lahir kurang dari
100 gram.
2. Menurut masa gestasinya :
a. Prematuritas murni : masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan
berat badanya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi berat
atau biasa di sebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa
kehamilan (NKB - SMK).
b. Dismaturitas : bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat
badan seharusnya untuk masa gestasi itu. berat bayi mengalami
retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi yang kecil
untuk masa kehamilanya (KMK). ( Atika Proverawati, dkk. Berat
Badan Lahir Rendah, 2010).
12
4. Manifestasi Klinis
Pasien dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sering
mengalami beberapa masalah, yaitu :
1) Gangguan tumbuh kembang
Tingginya angka ibu hamil yang mengalami kurang gizi,
seiring dengan hiduprisiko tinggi untuk melahirkan bayi BBLR
dibandingkan ibu hamil yang tidak menderita kekurangan gizi.
Apabila tidak meninggal pada awal kelahiran, bayi BBLR akn
tumbuh dan berkembang lebih lambat, terlebih lagi apabila
mendapat ASI ekslusif yang kurang dan makanan pendamping ASI
yang tidak cukup. Oleh karena itu bayi BBLR cenderung besar
menjadi balita dengan status gizi yang rendah. (Herry, 2004).
2) Hipotermi
Hal ini terjadi karena peningkatan penguapan akibat
kurangnya jaringan lemak dibawah kulit dan permukaan tubuh
yang lebih luas dibandingkan dengan bayi yang memiliki berat
badan lahir normal. Hipotermi pada BBLR juga terjadi karena
pengaturan suhu yang belum berfungsi dengan baik dan produksi
panas yang berkurang karena lemak coklat (brown fat) yang belum
cukup. (Winkjosastro, 2002: 776).
13
3) Asfiksia
Asfiksia atau gagal bernafas secara spontan saat lahir atau
beberapa menit setelah lahir sering menimbulkan penyakit berat
pada BBLR. Hal ini disebabkan oleh kekurangan surfaktan (ratio
lesitin atau sfingomielin kurang dari 2), pertumbuhan dan
pengembangan yang belum sempurna, otot pernafasan yang masih
lemah dan tulang iga yang mudah melengkung atau pliable thorak.
(Winkjosastro, 2002).
4) Kematian
Pada saat kelahiran maupun sesudah kelahiran, bayi dengan
berat badan lahir rendah kecenderungan untuk terjadinya masalah
lebih besar jika dibandingkan dengan bayi yang berat badan
lahirnya normal. Hal ini dikarenakan organ tubuhnya belum
berfungsi sempurna seperti bayi normal. Oleh karena itu, ia
mengalami banyak kesulitan untuk hidup di luar uterus ibunya.
Semakin pendek masa kehamilannya maka semakin kurang
sempurna pertumbuhan organ-organ dalam tubuhnya, sehingga
mudah terjadi komplikasi serta meningkatkan angkat kematian
pada bayi. (Winkjosastro, 2002).
14
5. Penatalaksanaan
Dengan memperhatikan gambaran klinis dan berbagai
kemungkinan yang dapat terjadi pada bayi prematuritas maka perawatan
dan pengawasan ditunjukan pada pengaturan suhu,pemberian makanan
bayi, ikterus, pernapasan, hipoglikemi dan menghindari infeksi.
1. Pengaturan suhu badan bayi prematuritas atau BBLR
Bayi prematur dengan cepat akan kehilangan panas badan
dan menjadi hipotermi kaena pusat pengaturan panas belum
berfungsi dengan baik, metabolisme rendah dan permukaan badan
relatif luas. Oleh karena itu bayi prematur harus dirawat dalam
inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim,
apabila tidak ada inkubator bayi dapat dibungkus dengan kain dan
di sampingnya ditaruh botol berisi air panas sehingga panas
badannya dapat dipertahankan. Cegah kehilangan panas pada bayi
dengan upaya antara lain :
1) Segera setelah lahir, keringkan permukaan tubuh sebagai
upaya untuk mencegah kehilangan panas akibat evaporasi
cairan ketuban pada permukaan tubuh bayi.
2) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan
hangat.
3) Tutup kepala bayi.
4) Anjurkan ibu untuk memeluk dan memberikan ASI.
15
5) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru
lahir.
6) tempatkan bayi dilingkungan hangat.
7) Rangsang taktil.
8) Manfaatkan metode kanguru
Secara klinis, dengan cara ini detak jantung bayi stabil dan
pernapasan lebih teratur, sehingga penyebaran oksigen ke
seluruh tubuhnya pun lebih baik.
2. Makanan bayi premature
Alat pencernaan bayi belum sempurna, lambung kecil
enzim pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3-5
gr/kg BB dan kalori 110 kal;/kg BB sehingga pertumbuhan dapat
meningkat. Pemberian minum bayi setelah 3 jam setelah lahir dan
didahului dengan menghisap cairan lambung, reflek masih lemah
sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit dengan
frekwensi yang lebih sering. ASI merupakan makanan yang paling
utama sehingga ASI-lah yang paling dahulu diberikan, bila faktor
menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan diberikan
dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sonde.
Permulaan cairan yang diberikan 50-60 cc/kgBB/hari terus
dinaikan sampai mencapai sekitar 200 cc/kgBB/hari.
16
3. Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim
hatinya belum matur dan bilirubin tak berkonjugasi tidak
dikonjugasikan secara efisien sampai 4-5 hari berlalu. Ikterus dapat
diperberat oleh polisetemia, memar hemolisias dan infeksi karena
hiperbilirubinemia dapat menyebabkan kenikterus maka warna
bayi harus sering dicatat dan bilirubin diperiksa, bila ikterus
muncul dini atau lebih cepat bertambah coklat.
4. Pernapasan
Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran
hialin. Pada penyakit ini tanda-tanda gawat pernapasan selalu ada
dalam 4 jam. Bayi harus dirawat terlentang atau tengkurap dalam
incubator, dada abdomen harus dipaparkan untuk mengobservasi
pernapasan.
5. Hipoglikemi
`Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi
berberat badan rendah, harus diantisipasi sebelum gejala timbul
dengan pemeriksaan gula darah secara teratur.
6. Menghindari infeksi
Bayi prematur mudah sekali mengalami infeksi karena daya
tahan tubuh masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan
pembentukan antibodi belum sempurna. Oleh karena itu tindakan
17
prefentif sudah dilaksanakan sejak antenatal sehingga tidak terjadi
persalinan dengan prematuritas (BBLR).
6. Pemeriksaan diagnostik
1) Jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai
23.000-24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada
sepsis ).
2) Hematokrit ( Ht ) : 43%- 61 % ( peningkatan sampai 65 % atau lebih
menandakan polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau
hemoragic prenatal/perinatal ).
3) Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan
dengan anemia atau hemolisis berlebihan ).
4) Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2
hari, dan 12 mg/dl pada 3-5 hari.
5) Destrosix : tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah
kelahiran rata-rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari
ketiga.
6) Pemantauan elektrolit ( Na, K, Cl ) : biasanya dalam batas normal
pada awalnya.
7) Pemeriksaan Analisa gas darah.
18
7. Komplikasi
1) Sindrom aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum, sindrom distres
respirasi, penyakit membran hialin
2) Dismatur preterm terutama bila masa gestasinya kurang dari 35 minggu
3) Hiperbilirubinemia, patent ductus arteriosus, perdarahan ventrikel otak
4) Hipotermia, Hipoglikemia, Hipokalsemia, Anemi, gangguan
pembekuan darah
5) Infeksi, retrolental fibroplasia, necrotizing enterocolitis (NEC)
6) Bronchopulmonary dysplasia, malformasi konginetal
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Di dalam memberikan asuhan keperawatan digunakan system atau
metode proses keperawatan yang dalam pelaksanaannya dibagi menjadi 5
tahap, yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi
I.Pengkajian
1) Masalah yang berkaitan dengan ibu. Penyakit seperti hipertensi,
toksemia, plasenta previa,abrupsio plasenta, inkompeten servikal,
kehamilan kembar, malnutrisi dan diabetes mellitus.
2) Bayi pada saat kelahiran. Umur kahamilan biasanya antara 24
sampai 37 minggu, rendahnya berat badan pada saat kelahiran,
SGA, atau terlalu besar dibanding umur kehamilan; berat biasanya
kurang dari 2.500 gram; kurus, lapisan lemak subkutan sedikit atau
19
tidak ada; kepala relativ lebih besar dibanding badan, 3 cm lebih
besar dibanding lebar dada; kelainan fisik yang mungkin terlihat;
nilai Apgar pada 1 sampai 5 menit, 0 sampai 3 menunjukkan
kegawatan yang parah, 4 sampai 6 kegawatan sedang, dan 7
sampai 10 normal.
3) Kardiovaskular. Denyut jantung rata-rata 120 sampai 160 per
menit pada bagian aikal dengan ritme yang teratur pada saat
kelahiran, kebisingan jantung terdengar pada seperempat bagia
interkostal, yang menunjukkan aliran darah dari kanan ke kiri
karena hipertensi atau atelektasis paru.
4) Gastrointestinal. Penonjolan abdomen; pengeluaran mekonium
biasanya terjadi dalam waktu 12 jam; reflek menelan dan
menghisap yang lemah; ada atau tidak ada anus; ketidaknormalan
congenital lain.
5) Integumen. Kulit yang berwarna merah muda atau merah,
kekuning-kuningan, sianosis, atau campuran bermacam warna,
sedikit vernik kaseosa dengan rambut lanugo disekujur tubuh,
kurus, kulit tampak transparan, halus dan mengilap, edema yang
menyeluruh atau dibagian tertentu yang terjadi pada saat kelahiran,
kuku pendek belum melewati ujung jari, rambut jarang atau
mungkin tidak ada sama sekali, petekie atau ekimosis.
20
6) Muskuloskeletal. Tulang kartilago telinga belum tumbuh dengan
sempurna, lembut dan lunak, tulang tengkorak dan tulang rusuk
lunak; gerakan lemah dan tidak aktif atau latergik.
7) Neurologis. Reflek dan gerakan pada tes neurologis tampak tidak
resisten, gerak reflek hanya berkembang sebagian, menelan,
menghisap dan batuk sangat lemah atau tidak efektif; tidak ada
atau menurun tanda neurologis,mata mungkin tertutup atau
mengatup apabila umur kehamilan belum mencapai 26 minggu;
suhu tubuh tidak stabil, biasanya hipotermia, gemetar, kejang dan
mata berputar, biasanya bersifat sementara, tapi mungkin juga ini
mengindikasikan adanya kelainan neurologis.
8) Paru. Jumlah pernafasan rata-rata 40-60 per menit diselingi dengan
periode apnea; pernafasan yang tidak teratur, dengan flaring nasal
(nasal melebar), dengkuran, retraksi (interkosta, suprasternal,
substernal); terdengar suara gemerisik.
9) Ginjal. Berkemih terjadi setelah 8 jam kelahiran; ketidakmampuan
untuk melarutkan ekskresi ke dalam urine.
10) Reproduksi. Bayi prematur; klitoris yang menonjol dengan labia
mayora yang belum berkembang; bayi laki-laki skrotum yang
belum berkembang sempurna,testis tidak turun kedalam skrotum.
11) Temuan sikap. Tangis yang lemah, tidak aktif, dan tremor.
21
II.Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia
kehamilan yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga
disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan
38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa
kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Biasanya hal ini terjadi
karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan
yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta,
infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai
makanan ke bayi jadi berkurang. Pada bayi BBLR sebagian fungsi organ
belum matang.
Sindrom gangguan pernapasan pada bayi BBlr adalah
perkembangan matur pada system pernapasan atau tidak adekuatnya
jumlah surfaktan pada paru-paru, defisiensi surfaktan menyebabkan
gangguan paru untuk memprtahankan stabilitasnya, alveolus akan
kembali kolaps setiap akhir ekspirasi sehingga untuk pernapasan
berikutnya dibutuhkan tekanan negative intrathorak yang lebih besar dan
disertai usaha inspirasi yang kuat. Bayi prematur relativ belum sanggup
membentuk antibodi, dan daya fagositosis serta reaksi terhadap infeksi
belum baik. Karena sistem kekebalan tubuh bayi BBLR belum matang.
Selain itu, karena kulit dan selaput lendir membrane tidak memiliki
perlindungan seperti bayi cukup bulan. Resiko bayi BBLR terkena
infeksi sangat tinggi.
22
Bayi BBLR memiliki lemak subkutan kurang atau sedikit,
struktir kulit yang belum matatng dan rapuh, sensitivitas yang kurang
akan memudahkan terjadinya kerusakan integritas kulit, terutama pada
daerah yang sering tertekan pada waktu lama, selain itu pengaturan suhu
bayi prematur dengan cepat akan kehilangan panas badan, karena pusat
pwngaturan panas badan belum berfungsi dengan baik. Permukaan badan
relatif lebih luas dan jaringan lemak subkutan tipis. Jaringan lemak
subkutan yang tipis bisa juga mengakibatkan malnutrisi pada bayi dan
menyebabkan bayi mengalami hipoglikemia.
Bayi dengan BBLR juga mengalami kerusakan pada otak yang
mungkin terjadi dan salah satunya akan mengalami periventrikular
leukomalaria (PVL). Kerusakan bagian dalam otak yang
menstransmisikan informasi antara sel-sel saraf dan sumsum tulang
belakang,juga dari satu bagian otak ke otak yang lain, jaringan otak yang
rusak mempengaruhi sel-sel saraf yang mengendalikan gerak, bayi PVL
berisiko mengalami gangguan mengendalikan otot (cerebral palsy).
(ATIKA PROV) Saluran pencernaan pada bayi BBLR juga belum
berfungsi sempurna sehingga penyerapan makanan dengan lemah atau
kurang baik. Aktivitas otot masih belum semprna, sehingga pengosongan
lambung berkurang. Bayi BBLR mudah kembung, hal ini disebabkan
oleh stenosis anorektal. (ASUHAN NEONATUS)
Semua bayi premature menjadi ikterus karena enzim hatinya
belum matur dan bilirubin tak berkonjugasi, tidak dikonjugasikan secara
23
efisien sampai 4-5 hari berlalu. Ikterus dapat diperberat oleh polisetemia,
memar hemolisias dan infeksi karena hiperbilirubinemia dapat
menyebabkan kenikterus maka warna bayi harus sering dicatat dan
bilirubin diperiksa,bila ikterus muncul dini atau lebih cepat bertambah
coklat. (MARMI DAN RAHAJO)
24
III. PHATWAY
Etiologi
(faktor ibu, faktor plasenta, faktor janin)
Berat Badan Lahir Rendah
sebagian fungsi organ tubuh belum matang
jaringan lemak otak
subkutan tipis
periventrikular leukomalaria
permukaan tubuh strukrut tubuh kekurangan
relatif luas belum matang cadangan kerusakan sel saraf
energy (gerak motorik)
kehilangan panas sensitivitas
melalui klit kurang malnutrisi gangguan mengendalikan
otot
Hipertermia Resiko Hipoglikemia
Kerusakan integritas reflek menelan dan menghisap
Kulit belum sempurna
Gangguan pemenuhan nutrisi
Paru
Usus Hati sistem kekebalan
Tubuh perkembangan
Dinding peristaltik konjugasi pada sistem
Lambung belum bilirubin belum penurunan daya pernapasan
Lunak sempurna baik tahan tubuh
Paru tidak dapat
Mudah pengosongan hiperbilirubin Resiko mempertahankan
Kembung lambung infeksi stabilitasnya
belum baik Ikterus
ketidak efektifan pola nafas
25
IV. Diagnosa keperawatan yang muncul
1.
26
C. KONSEP BAYI BARU LAHIR
`Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir selama satu jam
pertama kelahiran. (Saifudin 2002).
Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai usia 4 minggu.
Lahirnya biasanya dengan usia gestasi 38-42 minggu. (Donna L. Wong
2003).
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur
kehamilan 37-42 minggu, dan berat lahir 2500-4000 g. (Dep. Kes. RI
2005).
Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2.500-4.000 gram,
cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan
konginental (cacat bawaan) yang berat.
Pada waktu kelahiran, sejumlah adaptasi psikologik mulai terjadi pada
tubuh bayi baru lahir, karena perubahan dramatis ini, bayi memerlukan
pemantauan ketat untuk menentukan bagaimana ia membuat suatu
transisi yang baik terhadap kehidupan diluar uterus. Bayi baru lahir juga
membutuhkan perawatan yang dapat meningkatkan kesempatan
menjalani transisi dengan berhasil. (Patricia W. Ladewig. 2006).
berdasarkan definisi bayi baru lahir normal tersebut, dapat
diperoleh cirri-ciri bayi baru lahir normal sebagai berikut :
1. Berat badan 2500-4000 g.
2. Panjang badan 48-52 cm.
3. Lingkar dada 30-38 cm.
27
4. Lingkar kepala 33-35 cm.
5. Frekuensi jantung 120-160 kali/menit.
6. Pernapasan ± 40-60 kali/menit.
7. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan
cukup.
8. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah
sempurna.
9. Kuku agak panjang dan lemas.
10. Genetalia: perempuan labia mayora sudah menutupi labia
minora. Laki-laki testis sudah turun, skrotum sudah ada.
11. Refleks isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.
12. Refleks morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah
baik.
13. Refleks graps atau menggenggam sudah baik.
14. Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama,
mekonium berwarna hitam kecokelatan.
Itulah beberapa ciri bayi baru lahir normal. Jika ternyata seorang
bayi yang baru lahir tidak memiliki semua ciri tersebut, berarti ia lahir
tidak normal, atau biasa disebut bayi baru lahir bermasalah. (Sitiatava
Rizema Putra 2012).
28
D. KONSEP TUMBUH KEMBANG
1. Pengertian pertumbuhan dan perkembangan
Manusia hidup tidaklah secara permanen,melainkan terus
berubah-ubah. Mulai dari pertumbuhan, menjadi janin, bayi, lahir,
dewasa, dan akhirnya mati. Saat bayi lahir, belum memiliki
kemampuan apapun kecuali menangis. Dengan cara berinteraksi secara
terus-menerus dengan lingkungan sekitar, bayi akan lebih
menyempurnakan diri, hingga bayi tersebut mengalami perubahan fisik
sampai menjadi lebih seimbang.
Namun, perubahan yang dialami setiap individu tidak selamanya
dikatakan sebagai perkembangan. Perubahan dalam arti perkembangan
mempunyai maksud dan arti yang berbeda-beda antara lain :
1) Perkembangan adalah bertambah sempurnanya fungsi alat
tubuh yang dapat dicapai melalui tubuh kematangan dan
belajar. (Whalley dan Wong, 2000).
2) Pertumbuhan adalah bertambah jumlah dan besarnya sel
diseluruh bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur.
(Whalley dan Wong, 2000).
Perkembangan tidak hanya mencangkup evolusi, tetapi juga
mencangkup involusi atau penurunan dan perusakan kea rah kematian.
Sedangkan pertumbuhan terbatas pada perubahan yang bersifat evolusi
atau perubahan yang menuju kea rah yang lebih maju.
29
Dalam pertumbuhan dan perkembangan anak terdapat suatu
peristiwa yang di alaminya yaitu masa percepatan dan perlambatan.
Masa tersebut akan berlainan dalam suatu organ tubuh, percepatan dan
perlambatan tersebut merupakan suatu kejadian yang berbeda dalam
setiap organ tubuh akan tetapi masih saling berhubungan satu dengan
yang lain. Peristiwa pertumbuhan pada anak dapat terjadi perubahan
tentang besarnya, jumlah, ukuran di dalam tingkat sel, organ maupun
individu, sedangkan peristiwa perkembangan pada anak dapat terjadi
pada perubahan bentuk dan fungsi pematangan organ mulai dari aspek
sosial, emosional, dan intelektual. Pertumbuhan dan perkembangan
pada anak terjadi mulai dari pertumbuhan dan perkembangan secara
fisik, intelektual maupun emosional. Peristiwa pertumbuhan dan
pertembangan secara fisikdapat terjadi dalam perubahan ukuran besar
kecilnya fungsi organ mulai daritingkat sel hingga perubahan organ
tubuh. Pertumbuhan dan perkembangan secara intelektualanak dapat di
lihat dari kemampuan secara symbol maupun abstrak seperti berbicara,
bermain, berhitung, membaca dan lain-lain, sedangkan perkembangan
emosional anak dapat di lihat dari perilaku sosial di lingkungan anak.
2. Pola Pertumbuhan dan Perkembangan
Merupakan peristiwa yang terjadi selama proses pertumbuhan dan
perkembangan pada anak, baik terjadi percepatan maupun perlambatan
yang saling berhubungan antara satu organ dengan organ lain. Dalam
30
peristiwa tersebut dapat mengalami beberapa pola pertumbuhan dan
perkembangan pada anak, diantaranya:
1) Pola pertumbuhan fisik yang terarah
2) Pola perkembangan dari umum ke khusus
3) Pola perkembngan berlangsung dalam tahap perkembangan
4) Pola perkembangan dipengaruhi oleh kematangan dan latihan
(Belajar)
3. Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Dan Perkembangan
1) Faktor herediter
Merupakan faktor pertumbuhan yang dapat diturunkan
yaitu suku, ras, dan jenis kelamin. Jenis kelamin ditentukan
sejak dalam kandungan. Anak laki-laki setelah lahir cenderung
lebih besar dan tinggi dari pada anak perempuan, hal ini akan
nampak saat anak sudah mengalami masa pra-pubertas.
(Marlow, 1988 dalam supartini, 2004).
2) Faktor lingkungan : faktor yang memegang peranan penting
dalam menentukan tercapai dan tidaknya potensi yang sudah
dimiliki.
31
4. Prinsip Pertumbuhan Dan Perkembangan Neonatus, Bayi, Balita Dan
Anak
Proses tumbuh kembang anak juga mempunyai prinsip-
prinsip yang saling berkaitan. Prinsip-prinsip tersebut adalah
sebagai berikut :
1) Tumbuh kembang adalah proses yang continue dimulai sejak
konsepsi sampai maturitas, atau dewasa.
2) Dalam periode tersebut terdapat adanya masa percepatan atau
perlambatan.
Tiga periode pertumbuhan percepatan :
a) Masa janin
b) Masa bayi (0-1 tahun)
c) Masa puberitas
3) Pola perkembangan dapat diramalkan.
Pola perkembangan anak adalah sama pada semua anak,
tetapi kecepatan berbeda antara anak satu dengan anak yang
lainya. Dengan demikian perkembangan seorang anak dapat
diramalkan.
Contoh : anak akan belajar duduk sebelum belajar berjalan.
4) Perkembangan erat hubunganya dengan maturitas sistem
susunan saraf.
Contoh : tidak ada latihan yang dapat menyebabkan anak
dapat berjalan sampai saraf siap untuk itu.
32
5) Aktifitas seluruh tubuh diganti respon individu yang khas.
Contoh : bayi akan menggerakkan seluruh tubuhnya bila
melihat sesuatu yang menarik.
6) Arah perkembangan anak adalah Cepalakaudal
Contoh : menggerakkan kepala dulu, mengangkan dada,
menggerakkan ekstremitas bagian bawah.
7) Reflek primitive seperti reflek menggenggam dan melangkah
akan menghilang sebelum gerakan volunteer tercapai.
Contoh : melangkah atau berjalan akan menghilang pada
usia 5-6 tahun.
Prinsip tumbuh kembang menurut (Potter dan Perry 2005)
a. Perkembangan merupakan hal yang teratur dan mengikuti
rangkaian tertentu.
b. Perkembangan adalah sesuatu yang terarah dan berlangsung
terus menerus.
c. Perkembangan merupakan hal yang kompleks, dapat
diprediksi, terjadi dengan pola yang konsisten dan kronologis.
5. Tahap Pencapaian Tumbuh Kembang Anak
Dalam tahap pencapaian pertumbuhan dan perkembangan,
anak dapat di kelompokkanke dalam dua kelompok besar yakni
kelompok usia 0-6 tahun yang di bagi menjadi tahap prenatal yang
terdiri dari masa embrio (mulai konsepsi-8 minggu) dan masa fetus
33
(9 minggu-lahir), tahap post natal yang terdiri dari masa neonates
(0-28 hari) dan masa bayi (29 hari-1 tahun), tahap prasekolah (3-6
tahun), dan kelompok usia 6 tahun ke atas yang terbagi dalam masa
pra remaja (6-10 tahun) dan masa remaja (10-18/20 tahun)
6. Cara Deteksi Tumbuh Kembang Anak
1. Penilaian Pertumbuhan anak
Dalam melakukan penilaian terhadap pertumbuhan anak
terdapat beberapa cara yang dapat di gunakan untuk mendeteksi
tumbuh kembang pada anak di antaranya adalah :
a) Pengukuran Antropometrik
Pengukuran antropometrik ini dapat meliputi
pengukuran tinggi badan (Panjang badan), berat badan,
lingkar kepala dan lingkar lengan atas. Dalam pengukuran
antropometrik terdapat dua cara dalam pengukuran yaitu
pengukuran yang berdasarkan umur dan pengukuran tidak
berdasarkan umur.
b) Pemeriksaan Fisik
Dalam melakukan penilaian terhadap pertumbuhan
dan perkembangan anak dapat ditentukan
denganmelakukan pemeriksaan fisik, dengan melihat
bentuk tubuh, perbandingan bagian tubuh dan anggota
gerak lainnya, menentukan jaringan otot dengan memeriksa
lengan atas, pantat dan paha, menentukan jaringan lemak
34
dilakukan pada pemeriksaan triseps, menentukan
pemeriksaan rambut dan gigi geligi.
c) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan ini di lakukan guna menilai keadaan
pertumbuhan dan perkembangan dengan status keadaan
penyakit, adapun pemeriksaanyang dapat di lakukan adalah
sebagai berikut pemeriksaan kadar hemoglobin,
pemeriksaan serum protein (albumin dan globulin),
hormonal dan lain-lain.
d) Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan ini di gunakan untuk menilai umur
tumbuh kembang seperti umur tulang, apabila di curiga
adanya gangguan pertumbuhan.
E. KONSEP HOSPITALISASI
Hospitalisasi adalah suatu proses yang karena suatu alasan yang
berencana atau darurat mengharuskan anak untuk tinggal di RS, menjalani
terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah.
Perasaan yang sering muncul pada anak adalah cemas, marah, sedih, takut
dan rasa bersalah (Wong, 2000). Timbul karena :
a) Menghadapi sesuatu yang baru dan belum pernah di
alaminya
b) Rasa tidak aman dan nyaman
35
c) Perasaan kehilangan sesuatu yang biasa di alaminya dan sesuatu
yang di rasakan menyakitkan.
Reaksi tahap hospitalisasi
Reaksi anak terhadap hospitalisasi :
a) Kecemasan karena perpisahan, kehilangan, perlukaan tubuh dan
rasa nyeri masa bayi (0-1 tahun)
b) Perpisahan dengan orang tua : gangguan pembentukan rasa percaya
dan kasih sayang
c) Terjadi stranger anxiety (usia 6 bulan) : cemas apabila berhadapan
dengan orang asing dan perpisahan
d) Reaksinya : menangis, marah, banyak melakukan gerakan
Masa Toddler (2-3 tahun)
a) Sumber stress yang utama : cemas akibat perpisahan
b) Respon : tahap protes, putus asa dan pengingkaran
c) Tahap protes : menangis kuat, menjerit memanggil orang tua atau
menolak perhatian yang di berikan orang lain
d) Tahap putus asa : menangis berkurang, anak tidak aktif, kurang
menunjukkan minat bermain dan makan, sedih dan apatis.
e) Tahap pengingkaran : mulai menerima perpisahan, membina
hubungan secara dangkal, anak mulai terlihat menyukai
lingkungannya.
36
Masa prasekolah
a) Perawatan di RS : anak untuk berpisah dari lingkungan yang di
rasakannya aman, penuh kasih saying, dan menyenangkan.
b) Reaksi terhadap perpisahan : menolak makan, sering bertanya,
menangis, secara perlahan dan tidak kooperatif terhadap petugas
kesehatan.
Masa sekolah
a) Timbul kecemasan : berpisah dengan lingkungan yang di cintainya
b) Kehilangan control karena adanya pembatasan aktifitas
c) Kehilangan kontrol : perubahan peran dalam keluarga
d) Anak kehilangan kelompok sosialnya karena ia biasa melakukan
melakukan kegiatn bermain atau pergaulan sosial, perasaan takut
mati dan adanya kelemahan fisik
e) Reaksi terhadap perlukaan atau rasa nyeri
f) Sudah mampu mengontrol prilaku jika merasa nyeri : menggigit
bibir atau memegang sesuatu dengan erat
Masa remaja
a) Timbul perasaan cemas : harus berpisah dengan teman sebaya
b) Pembatasan aktivitas di RS : anak kehilangan control terhadap
dirinya dan menjadi terganggu pada keluarga atau petugas
kesehatan
c) Reaksi yang sering muncul : menolak perawatan atau tindakan
yang di lakukan, anak tidak maukooperatif dengan petugas
37
kesehatan atau menarik diri dari keluarga sesame pasien dan
petugas kesehatan
d) Perasaan sakit : respon anak bertanya-tanya, menarik diri dari
lingkungan atau menolak kehadiran orang lain
Reaksi orang tua terhadap respon hospitalisasi anak
1. Perasaan cemas dan takut : mendapat prosedur menyakitkan,
menunggu informasi tentang diagnose penyakit anaknya, takut
kehilangan anak pada kondisi sakit terminal
2. Perasaan sedih : muncul pada saat anak dalam kondisi terminal
3. Perasaan fristasi : anak yang telah di rawat cukup lama dan tidak
mengalami perubahan, tidak ada adekuatnya dukungan psikologis.
\
38