bblr bab i,ii

59
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Berat badan lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang 2.500 gram,tanpa memandang usia kehamilan. BBLR dibedakan menjadi dua bagian yaitu BBL sangat rendah bila berat badan lahir kurang dari 1.500 gram dan BBLR bila berat badan lahir antara 1.501-2.499 gram. (Marmi, S.ST, Kukuh Rahardjo, 2012). Berat badan lahir rendah (kurang dari 2.500 gram) merupakan salah satu faktor utama yang berkontribusi terhadap kematian perinatal dan neonatal. Berat badan lahir rendah (BBLR) di bedakan dalam 2 kategori yaitu : BBLR karena prematur (usia kandungan kurang dari 37 minggu) atau BBLR karena intrauterin growth retardation(IUGR) yaitu bayi cukup bulan tetapi berat kurang untuk usiannya. Banyak BBLR di negara berkembang dengan 1

Upload: anita-kristi

Post on 08-Dec-2014

122 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: BBLR BAB I,II

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berat badan lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan

kurang 2.500 gram,tanpa memandang usia kehamilan. BBLR dibedakan

menjadi dua bagian yaitu BBL sangat rendah bila berat badan lahir kurang

dari 1.500 gram dan BBLR bila berat badan lahir antara 1.501-2.499 gram.

(Marmi, S.ST, Kukuh Rahardjo, 2012).

Berat badan lahir rendah (kurang dari 2.500 gram) merupakan salah

satu faktor utama yang berkontribusi terhadap kematian perinatal dan

neonatal. Berat badan lahir rendah (BBLR) di bedakan dalam 2 kategori

yaitu : BBLR karena prematur (usia kandungan kurang dari 37 minggu)

atau BBLR karena intrauterin growth retardation(IUGR) yaitu bayi cukup

bulan tetapi berat kurang untuk usiannya. Banyak BBLR di negara

berkembang dengan IUGR sebagai akibat ibu dengan status gizi buruk,

anemia, malaria, dan menderita penyakit menular seksual (PMS) sebelum

konsepsi atau ketika hamil. (www.balitbang.depkes.go.id).

Menurut badan kesehatan (WHO), salah satu penyebab kematian

bayi adalah bayi berat lahir rendah (BBLR), persoalan pokok pada BBLR

adalah angka kematian perinatalnya sangat tinggi dibanding angka

kematian perinatal pada bayi normal. Penelitian Puffer (1993)

menunjukkan bahwa resiko kematian perinatal bayi dengan berat badan

1

Page 2: BBLR BAB I,II

lahir kurang dari 2.000 gram adalah 10 kali lebih besar, kematian bayi

dengan berat badan antara 2.000 gram sampai 2.399 gram 4 kali lebih

besar dibanding dengan kematian perinatal bayi dengan berat badan

normal. Angka kejadian BBLR dianggap sebagai indikator kesehatan

masyarakat karena erat hubunganya dengan angka kematian, kesakitan dan

kejadian gizi kurang di kemudian hari. Menurut WHO, BBLR merupakan

penyebab dasar kematian dari dua pertiga kematian neonatus. Sekitar 16%

dari kelahiran hidup atau 20 juta bayi pertahun dilahirkan dengan berat

badan kurang dari 2.500 gram dan 90% berasal dari Negara berkembang.

Peneliti lainya menyebutkan bahwa dinegara berkembang di perkirakan

setiap 10 detik terjadi satu kematian bayi akibat dari penyakit atau infeksi

yang berhubungan dengan BBLR. (Siza, 2002).

Keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia masih belum

memuaskan, terbukti dari masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan

Angka Kematian Bayi (AKB). Indikator kesehatan yang berhubungan

dengan kesejahteraan anak adalah Angka Kematian Bayi (AKB)

merupakan salah satu indikator penting untuk menentukan derajat

kesehatan masyarakat dan menilai keberhasilan pembangunan di bidang

kesehatan. Angka kejadian BBLR di Indonesia sangat bervariasi antara

satu daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil studi

di 7 daerah Multicenter diperoleh angka BBLR dengan rentan 2,1%-

17,2%, Secara nasional berdasarkan analisa, Bayi prematur atau BBLR

mempunyai masalah menyusui karena refleks menghisapnya masih lemah.

2

Page 3: BBLR BAB I,II

Berdasarkan estimasi dari Survei Demografi dan kesehatan Indonesia

(SDKI). Pada tahun 1992-1997 yaitu secara nasional proporsi bayi dengan

berat badan lahir rendah yaitu 7,7% untuk perkotaan 6,6%. Dari data

tersebut terlihat bahwa selama kurun waktu tiga tahun memperlihatkan

adanya masalah BBLR di rumah sakit Al-fatah  (Ardiansyah, 2010).

Berdasarka servey nasional AKI di Provinsi Jawa Timur, pada lima

tahun terakhir, dari tahun 2007 – 2011, menunjukkan kecenderungan yang

meningkat. Laporan Kematian Ibu (LKI) kab/kota se-Jatim, menunjukkan

AKI Jawa Timur pada tahun 2009 adalah 90.70 per 100.000 kelahiran

hidup, tahun 2010 adalah 101.40 per 100.000 kelahiran hidup dan pada

tahun 2011 adalah 104.3 per 100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut

sudah melampaui dari target MDGs sebesar 102 per 100.000 Kelahiran

Hidup. Data yang diperoleh dari BPS Provinsi Jawa Timur menunjukkan

bahwa AKB selama sepuluh tahun terakhir ini relatif menunjukkan angka

yang menurun. AKB pada tahun 2011 adalah 29.24 per 1000 kelahiran

hidup, menunjukkan angka yang menurun dari tahun sebelumnya yang

sebesar 29.99 per 1.000 kelahiran hidup, namun tersebut masih jauh dari

target MDGs tahun 2015, yaitu sebesar 23 per 1.000 Kelahiran Hidup.

Medical Record RSUD Gambiran Kota Kediri BBLR pada tahun

2010 mencapai 337 kasus dengan berat badan lahir (<2.500) gram, tahun

2011 mencapai 363 kasus dengan berat badan lahir (<2.500) gram, dan

pada tahun 2012, angka kejadian BBLR berjumlah 336 dari 1.888

3

Page 4: BBLR BAB I,II

kelahiran hidup, dan 46 bayi yang tercatat meninggal dunia dengan berat

badan lahir (<2.500) gram. [

Faktor yang mempengaruhi terjadinya persalinan dengan BBLR

antara lain kemiskinan merupakan akar dari masalah yang menimbulkan

kondisi kurang gizi pada kaum perempuan selain ketersediaan pangan dan

konsumsi makanan yang kurang jumlahnya maupun nilai gizinya

menimbulkan kurang energi kronik (KEK) dan anemia. Kondisi tersebut

lazim didapatkan pada kaum ibu di desa yang sudah sejak kecil menderita

kurang kalori dan protein (KKP) dan anemia. Nilai budaya setempat

seringkali belum menempatkan kaum perempuan dalam kesetaraan gender,

sehingga pembagian makanan dalam keluarga tidak mendapat prioritas.

Beban pekerjaan yang berat pada perempuan desa menambah buruknya

gizi dan kesehatan kaum perempuan. Kondisi tersebut seorang perempuan

memasuki masa kehamilan yang menambah buruk kesehatan dan gizinya.

Kelahiran yang terlalu muda, terlalu rapat, terlalu banyak dan terlalu tua

menambah buruknya kondisi kesehatan dan gizi ibu hamil yang

merupakan salah satu faktor yang menyebabkan timbulnya BBLR

(Mitayani, 2009).

Penyuluhan harus diberikan pada ibu dan keluarga pada saat masa

kehamilan terutama tentang nutrisi yang baik saat kehamilan, pola hidup

yang sehat dan deteksi dini atas kehamilan dengan resiko tinggi. Dari

berbagai upaya baik peningkatan pelayanan dari petugas kesehatan

maupun dari pihak ibu beserta keluarga, hal ini akan membantu mencegah

4

Page 5: BBLR BAB I,II

dan mengurangi kelahiran bayi dengan resiko tinggi terutama bayi dengan

BBLR. Tingginya angka kematian bayi baru lahir dengan resiko tinggi,

terutama pada bayi dengan BBLR, merupakan tanggung jawab tenaga

kesehatan untuk memfasilitasi proses adaptasi bayi dengan BBLR pada

masa transisi karena adanya masalah pada jam – jam pertama kehidupan

luar rahim. Dengan mengetahui masalah – masalah potensial yang akan

terjadi pada bayi dengan BBLR, maka akan membantu tenaga kesehatan

mengetahui tindakan apa yang harus segera dilakukan, seperti ;

penanganan bayi BBLR dengan menggunakan metode kanguru (PMK),

merujuk bayi BBLR ke rujukan yang lebih lengkap fasilitasnaya.

Melihat tingginya angka kesakitan dan kematian pada bayi dengan

BBLR, Maka peneliti tertarik untuk membahas dan mempelajari lebih

dalam tentang penyakit berat badan lahir rendah pada bayi baru lahir.

5

Page 6: BBLR BAB I,II

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mempelajari dan mempraktikkan asuhan keperawatan pada

klien dengan kasus Berat Badan Lahir Rendah di RSUD Gambiran Kota

Kediri.

2. Tujuan Khusus

Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan mahasiswa mampu :

a. Pengkajian dan analisa data prioritas klien untuk kasus BBLR

b. Merumuskan diagnosa atau masalah keperawatan dari kasus BBLR

c. Melakukan rencana asuhan keperawatan untuk kasus BBLR

d. Menyusun segera implementasi (dependen, independen,

interdependen) kasus BBLR

e. Mengevaluasi efektifitas asuhan yang diberikan dan memperbaiki

tindakan yang dipandang perlu diperbaiki dengan kasus BBLR

C. MANFAAT PENELITIAN

Hasil studi kasus dapat dimanfaatkan oleh institusi maupun profesi

dalam upaya penyempurnaan asuhan keperawatan pada kasus Berat Badan

Lahir Rendah.

6

Page 7: BBLR BAB I,II

1. Pendidikan

Hasil studi kasus ini dapat dimanfaatkan sebagai masukan penyempurnaan

penanganan kasus Berat Badan Lahir Rendah.

2. Perawat

Sebagai sumbangan teoritis maupun aplikatif bagi profesi keperawatan

dalam asuhan keperawatan pada kasus Berat Badan Lahir Rendah.

3. Penulis

Menambah wawasan, pengetahuan dan pengelaman dalam melakukan

penelitian di Rumah sakit

D. PENGUMPULAN DATA

Teknik Pengambilan Data :

1. Dengan melakukan wawancara yaitu, melakukan pengkajian pada

klien atau keluarga.

2. Dengan observasi langsung keadaan umum klien saat pengkajian.

3. Dengan studi dokumentasi rekam medis berupa hasil-hasil

pemeriksaan dan dokumentasi klien selama di rawat di rumah sakit

sampai saat pengkajian dilakukan.

7

Page 8: BBLR BAB I,II

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1.Pengertian

Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat

badanya saat lahir kurang dari 2.500 gram (sampai dengan 2.499 gram).

(Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Pelayanan Kesehatan

Nasional Maternal Dan Neonatal, ed. 1,2010).

Berat badan lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan

kurang 2.500 gram,tanpa memandang usia kehamilan. BBLR dibedakan

menjadi dua bagian yaitu BBL sangat rendah bila berat badan lahir kurang

dari 1.500 gram dan BBLR bila berat badan lahir antara 1.501-2.499 gram.

(Marmi, S.ST, Kukuh Rahardjo, 2012).

Berat badan lahir rendah dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu :

1) Bayi berat lahir rendah (BBLR), berat lahir 1.500-2.500 gram.

2) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), berat lahir 1.000-1.500 gram.

3) Bayi berat lahir ekstrem rendah (BBLER), berat lahir < 1.000 gram.

(A.B Saifuddin, 2000).

Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan

yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga di sebabkan

dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu),

tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilanya,

8

Page 9: BBLR BAB I,II

yaitu tidak mencapai 2.500 gram. (Atika Proverawati, dkk. Berat Badan

Lahir Rendah, 2010)

2. Etiologi

Berat badan lahir seorang bayi dipengaruhi oleh beberapa faktor,

baik dari ibu maupun dari bayi itu sendiri. Faktor-faktor tersebut adalah :

1) Status gizi ibu hamil

Kualitas bayi lahir sangat bergantung pada asupan gizi ibu

hamil. Gizi yang cukup akan menjamin bayi lahir sehat dengan

berat badan cukup. Namun, kekurangan gizi yang adekuat dapat

menyebabkan Berat Badan Lahir Rendah. (Pilliteri, 2002).

Status gizi ibu sebelum hamil berperan dalam pencapaian

gizi ibu saat hamil. Penelitian Rosmeri (2000) menunjukkan

bahwa status gizi ibu sebelum hamil mempunyai pengaruh yang

bermakna terhadap kejadian BBLR. Ibu dengan status gizi kurang

(kurus) selama hamil mempunyai resiko 4,27 kali untuk

melahirkan bayi BBLR dibandingkan dengan ibu yang mempunyai

status gizi baik (normal). (Lubis, 2005).

2) Umur ibu saat hamil

Kehamilan dibawah usia 20 tahun dapat menimbulkan

banyak permasalahan karena bisa mempengaruhi organ tubuh

seperti rahim, bahkan bayi bisa prematur dan berat badan lahir

kurang. Hal ini disebabkan karena wanita yang hamil muda belum

9

Page 10: BBLR BAB I,II

bisa memberikan suplai makanan dengan baik dari tubuhnya untuk

janin di dalam rahimnya. Selain itu, wanita tersebut juga bisa

menderita anemia karena sebenarnya ia sendiri masih

membutuhkan sel darah merah tetapi sudah harus dibagi dengan

janin yang ada dalam kandunganya. (Teresa S, 2002).

3) Umur kehamilan

Umur kehamilan dapat menentukan berat badan janin,

semakin tua kehamilan maka berat badan janin akan semakin

bertambah. Pada umur kehamilan 28 minggu berat janin ± 1.000

gram, sedangkan pada kehamilan 37-42 minggu berat janin

diperkirakan mencapai 2.500-3.500 gram. (Wiknjosastro, 2002).

4) Kehamilan ganda

Pada kehamilan kembar dengan distensi uterus yang

berlebihan dapat menyebabkan persalinan prematur dengan BBLR.

Kebutuhan ibu untuk pertumbuhan hamil kembar lebih besar

sehingga terjadi defisiensi nutrisi seperti anemia hamil yang dapat

mengganggu pertumbuhan janin dalam rahim.

5) Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan berkaitan dengan pengetahuan tentang

masalah kesehatan dan kehamilan yang akan berpengaruh pada

perilaku ibu, baik pada diri maupun perawatan kehamilanya serta

pemenuhan gizi saat hamil. (Bobak, Irene M.,dkk, 2004).

10

Page 11: BBLR BAB I,II

6) Penyakit ibu

Beberapa penyakit yang dapat mempengaruhi berat badan

lahir bayi jika diderita oleh ibu yang sedang hamil,misalnya :

a. Jantung

b. Hipertensi

c. Pre-Eklamsi dan Eklamsi

d. Diabetes Melitus

e. Carcinoma

Penyakit tersebut dapat menimbulkan retardasi

pertumbuhan intrauterine (IURG) janin, yang menyebabkan janin

menjadi jauh lebih kecil dan lemah dari pada yang diharapkan

untuk tahap kehamilan bersangkutan. (Datta, 2004).

7) Faktor kebiasaan ibu

Kebiasaan ibu sebelum atau selama hamil yang buruk seperti

merokok, minum minuman beralkohol, pecandu obat dan

pemenuhan nutrisi yang salah dapat menyebabkan anomaly

plasenta karena plasenta tidak mendapat nutrisi yang cukup dari

arteri plasenta ataupun karena plasenta tidak mampu mengantar

makanan ke janin. Selain itu, aktifitas yang berlebihan jug adapt

merupakan faktor pencetus terjadinya masalah Berat Badan Lahir

Rendah (BBLR).

11

Page 12: BBLR BAB I,II

3. Klasifikasi

Ada beberapa cara dalam mengelompokkan bayi BBLR yaitu :

1. Menurut harapan hidupnya :

a. Bayi berat lahir rendah (BBLR) berat lahir 1500 – 2500 gram

b. Bayi barat lahir sangat rendah (BBLSR) berat lahir 100 – 1500

gram

c. Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) berat lahir kurang dari

100 gram.

2. Menurut masa gestasinya :

a. Prematuritas murni : masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan

berat badanya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi berat

atau biasa di sebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa

kehamilan (NKB - SMK).

b. Dismaturitas : bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat

badan seharusnya untuk masa gestasi itu. berat bayi mengalami

retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi yang kecil

untuk masa kehamilanya (KMK). ( Atika Proverawati, dkk. Berat

Badan Lahir Rendah, 2010).

12

Page 13: BBLR BAB I,II

4. Manifestasi Klinis

Pasien dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sering

mengalami beberapa masalah, yaitu :

1) Gangguan tumbuh kembang

Tingginya angka ibu hamil yang mengalami kurang gizi,

seiring dengan hiduprisiko tinggi untuk melahirkan bayi BBLR

dibandingkan ibu hamil yang tidak menderita kekurangan gizi.

Apabila tidak meninggal pada awal kelahiran, bayi BBLR akn

tumbuh dan berkembang lebih lambat, terlebih lagi apabila

mendapat ASI ekslusif yang kurang dan makanan pendamping ASI

yang tidak cukup. Oleh karena itu bayi BBLR cenderung besar

menjadi balita dengan status gizi yang rendah. (Herry, 2004).

2) Hipotermi

Hal ini terjadi karena peningkatan penguapan akibat

kurangnya jaringan lemak dibawah kulit dan permukaan tubuh

yang lebih luas dibandingkan dengan bayi yang memiliki berat

badan lahir normal. Hipotermi pada BBLR juga terjadi karena

pengaturan suhu yang belum berfungsi dengan baik dan produksi

panas yang berkurang karena lemak coklat (brown fat) yang belum

cukup. (Winkjosastro, 2002: 776).

13

Page 14: BBLR BAB I,II

3) Asfiksia

Asfiksia atau gagal bernafas secara spontan saat lahir atau

beberapa menit setelah lahir sering menimbulkan penyakit berat

pada BBLR. Hal ini disebabkan oleh kekurangan surfaktan (ratio

lesitin atau sfingomielin kurang dari 2), pertumbuhan dan

pengembangan yang belum sempurna, otot pernafasan yang masih

lemah dan tulang iga yang mudah melengkung atau pliable thorak.

(Winkjosastro, 2002).

4) Kematian

Pada saat kelahiran maupun sesudah kelahiran, bayi dengan

berat badan lahir rendah kecenderungan untuk terjadinya masalah

lebih besar jika dibandingkan dengan bayi yang berat badan

lahirnya normal. Hal ini dikarenakan organ tubuhnya belum

berfungsi sempurna seperti bayi normal. Oleh karena itu, ia

mengalami banyak kesulitan untuk hidup di luar uterus ibunya.

Semakin pendek masa kehamilannya maka semakin kurang

sempurna pertumbuhan organ-organ dalam tubuhnya, sehingga

mudah terjadi komplikasi serta meningkatkan angkat kematian

pada bayi. (Winkjosastro, 2002).

14

Page 15: BBLR BAB I,II

5. Penatalaksanaan

Dengan memperhatikan gambaran klinis dan berbagai

kemungkinan yang dapat terjadi pada bayi prematuritas maka perawatan

dan pengawasan ditunjukan pada pengaturan suhu,pemberian makanan

bayi, ikterus, pernapasan, hipoglikemi dan menghindari infeksi.

1. Pengaturan suhu badan bayi prematuritas atau BBLR

Bayi prematur dengan cepat akan kehilangan panas badan

dan menjadi hipotermi kaena pusat pengaturan panas belum

berfungsi dengan baik, metabolisme rendah dan permukaan badan

relatif luas. Oleh karena itu bayi prematur harus dirawat dalam

inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim,

apabila tidak ada inkubator bayi dapat dibungkus dengan kain dan

di sampingnya ditaruh botol berisi air panas sehingga panas

badannya dapat dipertahankan. Cegah kehilangan panas pada bayi

dengan upaya antara lain :

1) Segera setelah lahir, keringkan permukaan tubuh sebagai

upaya untuk mencegah kehilangan panas akibat evaporasi

cairan ketuban pada permukaan tubuh bayi.

2) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan

hangat.

3) Tutup kepala bayi.

4) Anjurkan ibu untuk memeluk dan memberikan ASI.

15

Page 16: BBLR BAB I,II

5) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru

lahir.

6) tempatkan bayi dilingkungan hangat.

7) Rangsang taktil.

8) Manfaatkan metode kanguru

Secara klinis, dengan cara ini detak jantung bayi stabil dan

pernapasan lebih teratur, sehingga penyebaran oksigen ke

seluruh tubuhnya pun lebih baik.

2. Makanan bayi premature

Alat pencernaan bayi belum sempurna, lambung kecil

enzim pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3-5

gr/kg BB dan kalori 110 kal;/kg BB sehingga pertumbuhan dapat

meningkat. Pemberian minum bayi setelah 3 jam setelah lahir dan

didahului dengan menghisap cairan lambung, reflek masih lemah

sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit dengan

frekwensi yang lebih sering. ASI merupakan makanan yang paling

utama sehingga ASI-lah yang paling dahulu diberikan, bila faktor

menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan diberikan

dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sonde.

Permulaan cairan yang diberikan 50-60 cc/kgBB/hari terus

dinaikan sampai mencapai sekitar 200 cc/kgBB/hari.

16

Page 17: BBLR BAB I,II

3. Ikterus

Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim

hatinya belum matur dan bilirubin tak berkonjugasi tidak

dikonjugasikan secara efisien sampai 4-5 hari berlalu. Ikterus dapat

diperberat oleh polisetemia, memar hemolisias dan infeksi karena

hiperbilirubinemia dapat menyebabkan kenikterus maka warna

bayi harus sering dicatat dan bilirubin diperiksa, bila ikterus

muncul dini atau lebih cepat bertambah coklat.

4. Pernapasan

Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran

hialin. Pada penyakit ini tanda-tanda gawat pernapasan selalu ada

dalam 4 jam. Bayi harus dirawat terlentang atau tengkurap dalam

incubator, dada abdomen harus dipaparkan untuk mengobservasi

pernapasan.

5. Hipoglikemi

`Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi

berberat badan rendah, harus diantisipasi sebelum gejala timbul

dengan pemeriksaan gula darah secara teratur.

6. Menghindari infeksi

Bayi prematur mudah sekali mengalami infeksi karena daya

tahan tubuh masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan

pembentukan antibodi belum sempurna. Oleh karena itu tindakan

17

Page 18: BBLR BAB I,II

prefentif sudah dilaksanakan sejak antenatal sehingga tidak terjadi

persalinan dengan prematuritas (BBLR).

6. Pemeriksaan diagnostik

1)   Jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai

23.000-24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada

sepsis ).

2)    Hematokrit ( Ht ) : 43%- 61 % ( peningkatan sampai 65 % atau lebih

menandakan polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau

hemoragic prenatal/perinatal ).

3)   Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan

dengan anemia atau hemolisis berlebihan ).

4)    Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2

hari, dan 12 mg/dl pada 3-5 hari.

5)   Destrosix : tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah

kelahiran rata-rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari

ketiga.

6)   Pemantauan elektrolit ( Na, K, Cl ) : biasanya dalam batas normal

pada awalnya.

7)   Pemeriksaan Analisa gas darah.

18

Page 19: BBLR BAB I,II

7. Komplikasi

1) Sindrom aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum, sindrom distres

respirasi, penyakit membran hialin

2) Dismatur preterm terutama bila masa gestasinya kurang dari 35 minggu

3)   Hiperbilirubinemia, patent ductus arteriosus, perdarahan ventrikel otak

4)  Hipotermia, Hipoglikemia, Hipokalsemia, Anemi, gangguan

pembekuan darah

5)   Infeksi, retrolental fibroplasia, necrotizing enterocolitis (NEC)

6)   Bronchopulmonary dysplasia, malformasi konginetal

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Di dalam memberikan asuhan keperawatan digunakan system atau

metode proses keperawatan yang dalam pelaksanaannya dibagi menjadi 5

tahap, yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan,

dan evaluasi

I.Pengkajian

1) Masalah yang berkaitan dengan ibu. Penyakit seperti hipertensi,

toksemia, plasenta previa,abrupsio plasenta, inkompeten servikal,

kehamilan kembar, malnutrisi dan diabetes mellitus.

2) Bayi pada saat kelahiran. Umur kahamilan biasanya antara 24

sampai 37 minggu, rendahnya berat badan pada saat kelahiran,

SGA, atau terlalu besar dibanding umur kehamilan; berat biasanya

kurang dari 2.500 gram; kurus, lapisan lemak subkutan sedikit atau

19

Page 20: BBLR BAB I,II

tidak ada; kepala relativ lebih besar dibanding badan, 3 cm lebih

besar dibanding lebar dada; kelainan fisik yang mungkin terlihat;

nilai Apgar pada 1 sampai 5 menit, 0 sampai 3 menunjukkan

kegawatan yang parah, 4 sampai 6 kegawatan sedang, dan 7

sampai 10 normal.

3) Kardiovaskular. Denyut jantung rata-rata 120 sampai 160 per

menit pada bagian aikal dengan ritme yang teratur pada saat

kelahiran, kebisingan jantung terdengar pada seperempat bagia

interkostal, yang menunjukkan aliran darah dari kanan ke kiri

karena hipertensi atau atelektasis paru.

4) Gastrointestinal. Penonjolan abdomen; pengeluaran mekonium

biasanya terjadi dalam waktu 12 jam; reflek menelan dan

menghisap yang lemah; ada atau tidak ada anus; ketidaknormalan

congenital lain.

5) Integumen. Kulit yang berwarna merah muda atau merah,

kekuning-kuningan, sianosis, atau campuran bermacam warna,

sedikit vernik kaseosa dengan rambut lanugo disekujur tubuh,

kurus, kulit tampak transparan, halus dan mengilap, edema yang

menyeluruh atau dibagian tertentu yang terjadi pada saat kelahiran,

kuku pendek belum melewati ujung jari, rambut jarang atau

mungkin tidak ada sama sekali, petekie atau ekimosis.

20

Page 21: BBLR BAB I,II

6) Muskuloskeletal. Tulang kartilago telinga belum tumbuh dengan

sempurna, lembut dan lunak, tulang tengkorak dan tulang rusuk

lunak; gerakan lemah dan tidak aktif atau latergik.

7) Neurologis. Reflek dan gerakan pada tes neurologis tampak tidak

resisten, gerak reflek hanya berkembang sebagian, menelan,

menghisap dan batuk sangat lemah atau tidak efektif; tidak ada

atau menurun tanda neurologis,mata mungkin tertutup atau

mengatup apabila umur kehamilan belum mencapai 26 minggu;

suhu tubuh tidak stabil, biasanya hipotermia, gemetar, kejang dan

mata berputar, biasanya bersifat sementara, tapi mungkin juga ini

mengindikasikan adanya kelainan neurologis.

8) Paru. Jumlah pernafasan rata-rata 40-60 per menit diselingi dengan

periode apnea; pernafasan yang tidak teratur, dengan flaring nasal

(nasal melebar), dengkuran, retraksi (interkosta, suprasternal,

substernal); terdengar suara gemerisik.

9) Ginjal. Berkemih terjadi setelah 8 jam kelahiran; ketidakmampuan

untuk melarutkan ekskresi ke dalam urine.

10) Reproduksi. Bayi prematur; klitoris yang menonjol dengan labia

mayora yang belum berkembang; bayi laki-laki skrotum yang

belum berkembang sempurna,testis tidak turun kedalam skrotum.

11) Temuan sikap. Tangis yang lemah, tidak aktif, dan tremor.

21

Page 22: BBLR BAB I,II

II.Patofisiologi

Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia

kehamilan yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga

disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan

38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa

kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Biasanya hal ini terjadi

karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan

yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta,

infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai

makanan ke bayi jadi berkurang. Pada bayi BBLR sebagian fungsi organ

belum matang.

Sindrom gangguan pernapasan pada bayi BBlr adalah

perkembangan matur pada system pernapasan atau tidak adekuatnya

jumlah surfaktan pada paru-paru, defisiensi surfaktan menyebabkan

gangguan paru untuk memprtahankan stabilitasnya, alveolus akan

kembali kolaps setiap akhir ekspirasi sehingga untuk pernapasan

berikutnya dibutuhkan tekanan negative intrathorak yang lebih besar dan

disertai usaha inspirasi yang kuat. Bayi prematur relativ belum sanggup

membentuk antibodi, dan daya fagositosis serta reaksi terhadap infeksi

belum baik. Karena sistem kekebalan tubuh bayi BBLR belum matang.

Selain itu, karena kulit dan selaput lendir membrane tidak memiliki

perlindungan seperti bayi cukup bulan. Resiko bayi BBLR terkena

infeksi sangat tinggi.

22

Page 23: BBLR BAB I,II

Bayi BBLR memiliki lemak subkutan kurang atau sedikit,

struktir kulit yang belum matatng dan rapuh, sensitivitas yang kurang

akan memudahkan terjadinya kerusakan integritas kulit, terutama pada

daerah yang sering tertekan pada waktu lama, selain itu pengaturan suhu

bayi prematur dengan cepat akan kehilangan panas badan, karena pusat

pwngaturan panas badan belum berfungsi dengan baik. Permukaan badan

relatif lebih luas dan jaringan lemak subkutan tipis. Jaringan lemak

subkutan yang tipis bisa juga mengakibatkan malnutrisi pada bayi dan

menyebabkan bayi mengalami hipoglikemia.

Bayi dengan BBLR juga mengalami kerusakan pada otak yang

mungkin terjadi dan salah satunya akan mengalami periventrikular

leukomalaria (PVL). Kerusakan bagian dalam otak yang

menstransmisikan informasi antara sel-sel saraf dan sumsum tulang

belakang,juga dari satu bagian otak ke otak yang lain, jaringan otak yang

rusak mempengaruhi sel-sel saraf yang mengendalikan gerak, bayi PVL

berisiko mengalami gangguan mengendalikan otot (cerebral palsy).

(ATIKA PROV) Saluran pencernaan pada bayi BBLR juga belum

berfungsi sempurna sehingga penyerapan makanan dengan lemah atau

kurang baik. Aktivitas otot masih belum semprna, sehingga pengosongan

lambung berkurang. Bayi BBLR mudah kembung, hal ini disebabkan

oleh stenosis anorektal. (ASUHAN NEONATUS)

Semua bayi premature menjadi ikterus karena enzim hatinya

belum matur dan bilirubin tak berkonjugasi, tidak dikonjugasikan secara

23

Page 24: BBLR BAB I,II

efisien sampai 4-5 hari berlalu. Ikterus dapat diperberat oleh polisetemia,

memar hemolisias dan infeksi karena hiperbilirubinemia dapat

menyebabkan kenikterus maka warna bayi harus sering dicatat dan

bilirubin diperiksa,bila ikterus muncul dini atau lebih cepat bertambah

coklat. (MARMI DAN RAHAJO)

24

Page 25: BBLR BAB I,II

III. PHATWAY

Etiologi

(faktor ibu, faktor plasenta, faktor janin)

Berat Badan Lahir Rendah

sebagian fungsi organ tubuh belum matang

jaringan lemak otak

subkutan tipis

periventrikular leukomalaria

permukaan tubuh strukrut tubuh kekurangan

relatif luas belum matang cadangan kerusakan sel saraf

energy (gerak motorik)

kehilangan panas sensitivitas

melalui klit kurang malnutrisi gangguan mengendalikan

otot

Hipertermia Resiko Hipoglikemia

Kerusakan integritas reflek menelan dan menghisap

Kulit belum sempurna

Gangguan pemenuhan nutrisi

Paru

Usus Hati sistem kekebalan

Tubuh perkembangan

Dinding peristaltik konjugasi pada sistem

Lambung belum bilirubin belum penurunan daya pernapasan

Lunak sempurna baik tahan tubuh

Paru tidak dapat

Mudah pengosongan hiperbilirubin Resiko mempertahankan

Kembung lambung infeksi stabilitasnya

belum baik Ikterus

ketidak efektifan pola nafas

25

Page 26: BBLR BAB I,II

IV. Diagnosa keperawatan yang muncul

1.

26

Page 27: BBLR BAB I,II

C. KONSEP BAYI BARU LAHIR

`Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir selama satu jam

pertama kelahiran. (Saifudin 2002).

Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai usia 4 minggu.

Lahirnya biasanya dengan usia gestasi 38-42 minggu. (Donna L. Wong

2003).

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur

kehamilan 37-42 minggu, dan berat lahir 2500-4000 g. (Dep. Kes. RI

2005).

Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2.500-4.000 gram,

cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan

konginental (cacat bawaan) yang berat.

Pada waktu kelahiran, sejumlah adaptasi psikologik mulai terjadi pada

tubuh bayi baru lahir, karena perubahan dramatis ini, bayi memerlukan

pemantauan ketat untuk menentukan bagaimana ia membuat suatu

transisi yang baik terhadap kehidupan diluar uterus. Bayi baru lahir juga

membutuhkan perawatan yang dapat meningkatkan kesempatan

menjalani transisi dengan berhasil. (Patricia W. Ladewig. 2006).

berdasarkan definisi bayi baru lahir normal tersebut, dapat

diperoleh cirri-ciri bayi baru lahir normal sebagai berikut :

1. Berat badan 2500-4000 g.

2. Panjang badan 48-52 cm.

3. Lingkar dada 30-38 cm.

27

Page 28: BBLR BAB I,II

4. Lingkar kepala 33-35 cm.

5. Frekuensi jantung 120-160 kali/menit.

6. Pernapasan ± 40-60 kali/menit.

7. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan

cukup.

8. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah

sempurna.

9. Kuku agak panjang dan lemas.

10. Genetalia: perempuan labia mayora sudah menutupi labia

minora. Laki-laki testis sudah turun, skrotum sudah ada.

11. Refleks isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.

12. Refleks morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah

baik.

13. Refleks graps atau menggenggam sudah baik.

14. Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama,

mekonium berwarna hitam kecokelatan.

Itulah beberapa ciri bayi baru lahir normal. Jika ternyata seorang

bayi yang baru lahir tidak memiliki semua ciri tersebut, berarti ia lahir

tidak normal, atau biasa disebut bayi baru lahir bermasalah. (Sitiatava

Rizema Putra 2012).

28

Page 29: BBLR BAB I,II

D. KONSEP TUMBUH KEMBANG

1. Pengertian pertumbuhan dan perkembangan

Manusia hidup tidaklah secara permanen,melainkan terus

berubah-ubah. Mulai dari pertumbuhan, menjadi janin, bayi, lahir,

dewasa, dan akhirnya mati. Saat bayi lahir, belum memiliki

kemampuan apapun kecuali menangis. Dengan cara berinteraksi secara

terus-menerus dengan lingkungan sekitar, bayi akan lebih

menyempurnakan diri, hingga bayi tersebut mengalami perubahan fisik

sampai menjadi lebih seimbang.

Namun, perubahan yang dialami setiap individu tidak selamanya

dikatakan sebagai perkembangan. Perubahan dalam arti perkembangan

mempunyai maksud dan arti yang berbeda-beda antara lain :

1) Perkembangan adalah bertambah sempurnanya fungsi alat

tubuh yang dapat dicapai melalui tubuh kematangan dan

belajar. (Whalley dan Wong, 2000).

2) Pertumbuhan adalah bertambah jumlah dan besarnya sel

diseluruh bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur.

(Whalley dan Wong, 2000).

Perkembangan tidak hanya mencangkup evolusi, tetapi juga

mencangkup involusi atau penurunan dan perusakan kea rah kematian.

Sedangkan pertumbuhan terbatas pada perubahan yang bersifat evolusi

atau perubahan yang menuju kea rah yang lebih maju.

29

Page 30: BBLR BAB I,II

Dalam pertumbuhan dan perkembangan anak terdapat suatu

peristiwa yang di alaminya yaitu masa percepatan dan perlambatan.

Masa tersebut akan berlainan dalam suatu organ tubuh, percepatan dan

perlambatan tersebut merupakan suatu kejadian yang berbeda dalam

setiap organ tubuh akan tetapi masih saling berhubungan satu dengan

yang lain. Peristiwa pertumbuhan pada anak dapat terjadi perubahan

tentang besarnya, jumlah, ukuran di dalam tingkat sel, organ maupun

individu, sedangkan peristiwa perkembangan pada anak dapat terjadi

pada perubahan bentuk dan fungsi pematangan organ mulai dari aspek

sosial, emosional, dan intelektual. Pertumbuhan dan perkembangan

pada anak terjadi mulai dari pertumbuhan dan perkembangan secara

fisik, intelektual maupun emosional. Peristiwa pertumbuhan dan

pertembangan secara fisikdapat terjadi dalam perubahan ukuran besar

kecilnya fungsi organ mulai daritingkat sel hingga perubahan organ

tubuh. Pertumbuhan dan perkembangan secara intelektualanak dapat di

lihat dari kemampuan secara symbol maupun abstrak seperti berbicara,

bermain, berhitung, membaca dan lain-lain, sedangkan perkembangan

emosional anak dapat di lihat dari perilaku sosial di lingkungan anak.

2. Pola Pertumbuhan dan Perkembangan

Merupakan peristiwa yang terjadi selama proses pertumbuhan dan

perkembangan pada anak, baik terjadi percepatan maupun perlambatan

yang saling berhubungan antara satu organ dengan organ lain. Dalam

30

Page 31: BBLR BAB I,II

peristiwa tersebut dapat mengalami beberapa pola pertumbuhan dan

perkembangan pada anak, diantaranya:

1) Pola pertumbuhan fisik yang terarah

2) Pola perkembangan dari umum ke khusus

3) Pola perkembngan berlangsung dalam tahap perkembangan

4) Pola perkembangan dipengaruhi oleh kematangan dan latihan

(Belajar)

3. Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Dan Perkembangan

1) Faktor herediter

Merupakan faktor pertumbuhan yang dapat diturunkan

yaitu suku, ras, dan jenis kelamin. Jenis kelamin ditentukan

sejak dalam kandungan. Anak laki-laki setelah lahir cenderung

lebih besar dan tinggi dari pada anak perempuan, hal ini akan

nampak saat anak sudah mengalami masa pra-pubertas.

(Marlow, 1988 dalam supartini, 2004).

2) Faktor lingkungan : faktor yang memegang peranan penting

dalam menentukan tercapai dan tidaknya potensi yang sudah

dimiliki.

31

Page 32: BBLR BAB I,II

4. Prinsip Pertumbuhan Dan Perkembangan Neonatus, Bayi, Balita Dan

Anak

Proses tumbuh kembang anak juga mempunyai prinsip-

prinsip yang saling berkaitan. Prinsip-prinsip tersebut adalah

sebagai berikut :

1) Tumbuh kembang adalah proses yang continue dimulai sejak

konsepsi sampai maturitas, atau dewasa.

2) Dalam periode tersebut terdapat adanya masa percepatan atau

perlambatan.

Tiga periode pertumbuhan percepatan :

a) Masa janin

b) Masa bayi (0-1 tahun)

c) Masa puberitas

3) Pola perkembangan dapat diramalkan.

Pola perkembangan anak adalah sama pada semua anak,

tetapi kecepatan berbeda antara anak satu dengan anak yang

lainya. Dengan demikian perkembangan seorang anak dapat

diramalkan.

Contoh : anak akan belajar duduk sebelum belajar berjalan.

4) Perkembangan erat hubunganya dengan maturitas sistem

susunan saraf.

Contoh : tidak ada latihan yang dapat menyebabkan anak

dapat berjalan sampai saraf siap untuk itu.

32

Page 33: BBLR BAB I,II

5) Aktifitas seluruh tubuh diganti respon individu yang khas.

Contoh : bayi akan menggerakkan seluruh tubuhnya bila

melihat sesuatu yang menarik.

6) Arah perkembangan anak adalah Cepalakaudal

Contoh : menggerakkan kepala dulu, mengangkan dada,

menggerakkan ekstremitas bagian bawah.

7) Reflek primitive seperti reflek menggenggam dan melangkah

akan menghilang sebelum gerakan volunteer tercapai.

Contoh : melangkah atau berjalan akan menghilang pada

usia 5-6 tahun.

Prinsip tumbuh kembang menurut (Potter dan Perry 2005)

a. Perkembangan merupakan hal yang teratur dan mengikuti

rangkaian tertentu.

b. Perkembangan adalah sesuatu yang terarah dan berlangsung

terus menerus.

c. Perkembangan merupakan hal yang kompleks, dapat

diprediksi, terjadi dengan pola yang konsisten dan kronologis.

5. Tahap Pencapaian Tumbuh Kembang Anak

Dalam tahap pencapaian pertumbuhan dan perkembangan,

anak dapat di kelompokkanke dalam dua kelompok besar yakni

kelompok usia 0-6 tahun yang di bagi menjadi tahap prenatal yang

terdiri dari masa embrio (mulai konsepsi-8 minggu) dan masa fetus

33

Page 34: BBLR BAB I,II

(9 minggu-lahir), tahap post natal yang terdiri dari masa neonates

(0-28 hari) dan masa bayi (29 hari-1 tahun), tahap prasekolah (3-6

tahun), dan kelompok usia 6 tahun ke atas yang terbagi dalam masa

pra remaja (6-10 tahun) dan masa remaja (10-18/20 tahun)

6. Cara Deteksi Tumbuh Kembang Anak

1. Penilaian Pertumbuhan anak

Dalam melakukan penilaian terhadap pertumbuhan anak

terdapat beberapa cara yang dapat di gunakan untuk mendeteksi

tumbuh kembang pada anak di antaranya adalah :

a) Pengukuran Antropometrik

Pengukuran antropometrik ini dapat meliputi

pengukuran tinggi badan (Panjang badan), berat badan,

lingkar kepala dan lingkar lengan atas. Dalam pengukuran

antropometrik terdapat dua cara dalam pengukuran yaitu

pengukuran yang berdasarkan umur dan pengukuran tidak

berdasarkan umur.

b) Pemeriksaan Fisik

Dalam melakukan penilaian terhadap pertumbuhan

dan perkembangan anak dapat ditentukan

denganmelakukan pemeriksaan fisik, dengan melihat

bentuk tubuh, perbandingan bagian tubuh dan anggota

gerak lainnya, menentukan jaringan otot dengan memeriksa

lengan atas, pantat dan paha, menentukan jaringan lemak

34

Page 35: BBLR BAB I,II

dilakukan pada pemeriksaan triseps, menentukan

pemeriksaan rambut dan gigi geligi.

c) Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan ini di lakukan guna menilai keadaan

pertumbuhan dan perkembangan dengan status keadaan

penyakit, adapun pemeriksaanyang dapat di lakukan adalah

sebagai berikut pemeriksaan kadar hemoglobin,

pemeriksaan serum protein (albumin dan globulin),

hormonal dan lain-lain.

d) Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan ini di gunakan untuk menilai umur

tumbuh kembang seperti umur tulang, apabila di curiga

adanya gangguan pertumbuhan.

E. KONSEP HOSPITALISASI

Hospitalisasi adalah suatu proses yang karena suatu alasan yang

berencana atau darurat mengharuskan anak untuk tinggal di RS, menjalani

terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah.

Perasaan yang sering muncul pada anak adalah cemas, marah, sedih, takut

dan rasa bersalah (Wong, 2000). Timbul karena :

a) Menghadapi sesuatu yang baru dan belum pernah di

alaminya

b) Rasa tidak aman dan nyaman

35

Page 36: BBLR BAB I,II

c) Perasaan kehilangan sesuatu yang biasa di alaminya dan sesuatu

yang di rasakan menyakitkan.

Reaksi tahap hospitalisasi

Reaksi anak terhadap hospitalisasi :

a) Kecemasan karena perpisahan, kehilangan, perlukaan tubuh dan

rasa nyeri masa bayi (0-1 tahun)

b) Perpisahan dengan orang tua : gangguan pembentukan rasa percaya

dan kasih sayang

c) Terjadi stranger anxiety (usia 6 bulan) : cemas apabila berhadapan

dengan orang asing dan perpisahan

d) Reaksinya : menangis, marah, banyak melakukan gerakan

Masa Toddler (2-3 tahun)

a) Sumber stress yang utama : cemas akibat perpisahan

b) Respon : tahap protes, putus asa dan pengingkaran

c) Tahap protes : menangis kuat, menjerit memanggil orang tua atau

menolak perhatian yang di berikan orang lain

d) Tahap putus asa : menangis berkurang, anak tidak aktif, kurang

menunjukkan minat bermain dan makan, sedih dan apatis.

e) Tahap pengingkaran : mulai menerima perpisahan, membina

hubungan secara dangkal, anak mulai terlihat menyukai

lingkungannya.

36

Page 37: BBLR BAB I,II

Masa prasekolah

a) Perawatan di RS : anak untuk berpisah dari lingkungan yang di

rasakannya aman, penuh kasih saying, dan menyenangkan.

b) Reaksi terhadap perpisahan : menolak makan, sering bertanya,

menangis, secara perlahan dan tidak kooperatif terhadap petugas

kesehatan.

Masa sekolah

a) Timbul kecemasan : berpisah dengan lingkungan yang di cintainya

b) Kehilangan control karena adanya pembatasan aktifitas

c) Kehilangan kontrol : perubahan peran dalam keluarga

d) Anak kehilangan kelompok sosialnya karena ia biasa melakukan

melakukan kegiatn bermain atau pergaulan sosial, perasaan takut

mati dan adanya kelemahan fisik

e) Reaksi terhadap perlukaan atau rasa nyeri

f) Sudah mampu mengontrol prilaku jika merasa nyeri : menggigit

bibir atau memegang sesuatu dengan erat

Masa remaja

a) Timbul perasaan cemas : harus berpisah dengan teman sebaya

b) Pembatasan aktivitas di RS : anak kehilangan control terhadap

dirinya dan menjadi terganggu pada keluarga atau petugas

kesehatan

c) Reaksi yang sering muncul : menolak perawatan atau tindakan

yang di lakukan, anak tidak maukooperatif dengan petugas

37

Page 38: BBLR BAB I,II

kesehatan atau menarik diri dari keluarga sesame pasien dan

petugas kesehatan

d) Perasaan sakit : respon anak bertanya-tanya, menarik diri dari

lingkungan atau menolak kehadiran orang lain

Reaksi orang tua terhadap respon hospitalisasi anak

1. Perasaan cemas dan takut : mendapat prosedur menyakitkan,

menunggu informasi tentang diagnose penyakit anaknya, takut

kehilangan anak pada kondisi sakit terminal

2. Perasaan sedih : muncul pada saat anak dalam kondisi terminal

3. Perasaan fristasi : anak yang telah di rawat cukup lama dan tidak

mengalami perubahan, tidak ada adekuatnya dukungan psikologis.

\

38