bab ii sepsis dan bblr

Upload: karno-kariman

Post on 06-Apr-2018

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr

    1/38

    BAB I

    TINJAUAN PUSTAKA

    1.1 BBLR

    1.1.1 Definisi

    Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya

    pada saat kelahiran kurang dari 2.500 gram. Dahulu neonatus dengan berat badan lahir

    kurang dari 2.500 gram atau sama dengan 2.500 gram disebut prematur. Pada tahun 1961

    oleh WHO semua bayi yang baru lahir dengan berat lahir kurang dari 2.500 gram disebut

    Low Birth Weight Infants (BBLR) (Yushananta,2001).

    1.1.2 Klasifikasi

    Berdasarkan kurva pertumbuhan intrauterin dari Lubchenko, maka kebanyakan bayi prematur

    akan dilahirkan dengan berat badan yang rendah (BBLR), BBLR dibedakan atas Berat Lahir

    Sangat Rendah (BLSR), yaitu bila berat bayi lahir < 1.500 gram, dan Berat Lahir Amat

    Sangat Rendah (BLASR), yaitu bila berat bayi lahir < 1.000 gram (Yushananta, 2001).

    Menurut Manuaba (1998), bayi dengan BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:

    1. Prematuritas murni

    Adalah bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat

    badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan atau disebut Neonatus Kurang Bulan

    - Sesuai Masa Kehamilan (NKB- SMK). Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh

    yang perlu untuk pertumbuhan dan perkembangan serta penyesuaian diri dengan lingkungan

    hidup di luar uterus maka perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan, pemberian

    1

  • 8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr

    2/38

    makanan dan bila perlu oksigen, mencegah infeksi serta mencegah kekurangan vitamin dan

    zat besi.

    a. Pengaturan suhu badan bayi prematuritas/ BBLR

    Bayi prematur dengan cepat akan kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia, karena

    pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah dan

    permukaan badan relatif luas oleh karena itu bayi prematuritas harus dirawat di dalam

    inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. Bila bayi dirawat dalam

    inkubator maka suhu bayi dengan berat badan, 2 kg adalah 35 derajat celsius dan untuk bayi

    dengan berat badan 2-2,5 kg adalah 33-34 derajat celsius. Bila inkubator tidak ada bayi dapat

    dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas, sehingga panas

    badannya dapat di pertahankan.

    b. Makanan bayi prematur

    Alat pencemaan bayi prematur masih belum sempuma. lambung kecil, enzim pencernaan

    belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/kg BB dan kalori 110 Kal/kg BB

    sehingga pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah

    lahir dan didahului dengan menghisap cairan lambung. Refleks menghisap masih lemah,

    sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi frekuensi yang lebih sering.

    ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI yang paling dahulu diberikan.

    Bila kurang, maka ASI dapat diperas dan di minumkan perlahan-lahan atau dengan

    memasang sonde menuju lambung. Permulaan cairan diberikan sekitar 50-60 cc/kg BB/hari

    dan terus dinaikkan sampai mencapai sekitar 200 cc/kg BB/hari.

    2

  • 8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr

    3/38

    c. Menghindari infeksi

    Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang masih lemah,

    kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan anti bodi belum sempuma. Oleh karena

    itu upaya preventif sudah dilakukan sejak pengawasan sehingga tidak terjadi persalinan

    prematuritas (BBLR). Dengan demikian perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara

    khusus dan terisolasi dengan baik.

    2. Dismaturitas

    Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa

    kehamilan, dismatur dapat terjadi dalam preterm, term, dan post term.

    1.1.3 Epidemiologi

    Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia

    dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosio-

    ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara

    berkembang dan angka kematiannya. Kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu

    daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah multicenter

    diperoleh angka BBLR dengan rentang 2.1%-17,2 %. Secara nasional berdasarkan analisa

    lanjut SDKI, angka BBLR sekitar 7,5 %.

    1.1.4 Faktor Resiko yang dapat menyebabkan BBLR

    Menurut Depkes (1993) terdapat tiga faktor yang mempengaruhi terjadinya BBLR, yaitu:

    3

  • 8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr

    4/38

    1. Faktor lbu

    a. Penyakit

    Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya perdarahan antepartum,

    trauma fisik dan psikologis, diabetes mellitus, toksemia gravidarum, dan nefritis akut.

    b. Umur ibu

    Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia < 20 tahun, dan multi gravida yang

    jarak kelahiran terlalu dekat. Kejadian terendah ialah pada usia antara 26 - 35 tahun. Masa

    kehamilan merupakan masa yang rawan bagi seorang ibu, sehingga diperlukan kesiapan yang

    matang untuk menghadapinya termasuk kecukupan umur ibu. Kuti (1994) dalam Srimalem

    (1998) mengatakan umur ibu yang terlalu muda (kurang dari 20 tahun) atau terlalu tua (lebih

    dari 35 tahun) cenderung meningkatkan frekuensi komplikasi selama kehamilan dan

    persalinan. Hasil penelitian terhadap 632 ibu hamil diperoleh kejadian BBLR pada ibu hamil

    yang berusia 10-19 tahun dan 36-45 tahun menunjukkan kejadian BBLR yang tinggi

    dibandingkan dengan kelompok umur yang lain.

    c. Keadaan sosial ekonomi

    Keadaan ini sangat berperanan terhadap timbulnya prematuritas. Kejadian tertinggi terdapat

    pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik

    (khususnya anemia) dan pelaksanaan antenatal yang kurang. Demikian pula kejadian

    prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak sah.temyata lebih tinggi bila

    dibandingkan dengan bayi yang lahir dari perkawinan yang sah.

    4

  • 8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr

    5/38

    d. Sebab lain

    Ibu perokok, ibu peminum alkohol dan pecandu obat narkotik.

    2. Faktor janin

    Hidramion, kehamilan ganda dan kelainan kromosom.

    3. Faktor lingkungan

    Tempat tinggal di dataran tinggi radiasi dan zat-zat racun.

    1.1.5 Karakteristik Bayi BBLR

    Menurut Manuaba (1998), karakteristik Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah

    sebagai berikut:

    a. Berat kurang dari 2.500 gram

    b. Panjang badan kurang dari 45 cm

    c. Lingkar dada kurang dari 30 cm.

    d. Lingkar kepala kurang dari 33 cm.

    e. Usia kehamilan kurang dari 37 minggu.

    f. Kepala relatif besar, kepala tidak mampu tegak

    g. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kulit kurang, otot hipotonik- lemah.

    h. Pernafasan tidak teratur dapat terjadi gagal nafas, pernafasan sekitar 40- 50 kali per menit.

    5

  • 8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr

    6/38

    i. Kepala tidak mampu tegak

    j. Frekuensi nadi 100-140 kali per menit.

    1.1.6 Komplikasi pada Bayi BBLR

    Komplikasi yang terjadi pada bayi BBLR antara adalah:

    1. Kesukaran bernafas : fungsi organ belum sempuma

    2. Pneumonia, aspirasi : refleks menelan dan batuk belurn sempurna

    3. Perdarahan intraventrikuler: perdarahan spontan di ventrikel otak lateral disebabkan

    anoksia menyebabkan hipoksia otak yang dapat menimbulkan terjadinya kegagalan peredaran

    darah sistemik

    1.1.7 Masalah-masalah pada Bayi BBLR

    Masalah-masalah yang muncul pada bayi BBLR adalah sebagai berikut:

    1. Suhu Tubuh

    a. Pusat pengatur panas badan belum sempurna

    b. Luas badan bayi relatifbesar sehingga penguapannya bertambah

    c. Otot bayi masih lemah

    d. Lemak kulit dan lemak coklat kurang sehingga cepat kehilangan panas badan

    6

  • 8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr

    7/38

    e. Kemampuan metabolisme panas masih rendah, sehingga bayi dengan BBLR perlu

    diperhatikan agar tidak terlalu banyak kehilangan panas badan dan dapat diperhatikan sekitar

    30oC sampai 37oC

    2. Pernafasan

    a. Pusat pengatur pernafasan belum sempuma

    b. Surfaktan paru-paru masih kurang, sehingga perkembangannya tidak sempurna

    c. Otot pernafasan dan tulang iga lemah

    d. Dapat disertai penyakit-penyakit : penyakit hialin membran, mudah infeksi paru-paru,

    gagal pernafasan.

    3. Alat pencernaan makanan

    a. Belum berfungsi sempurna, sehingga penyerapan makanan kurang baik

    b. Aktivitas otot pencernaan makanan masih belum sempurna sehingga pengosongan

    lambung berkurang.

    c. Mudah terjadinya regurtasi isi lambung dan dapat menimbulkan aspirasi pneumonia.

    4. Hepar yang belum matang (immatur)

    Mudah menimbulkan gangguan pemecahan bilirubin, sehingga mudah terjadi

    hiperbilirubinemia (kuning) sampai keroikterus.

    7

  • 8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr

    8/38

    5. Ginjal masih belum matang

    Kemampuan mengatur pembuangan sisa metabolisme dan air masih belum sempurna

    sehingga mudah terjadi edema.

    6. Perdarahan dalam otak

    a. Pembuluh darah bayi prematur masih rapuh dan mudah pecah

    b. Sering mengalami gangguan pernafasan sehingga memudahkan terjadi perdarahan dalam

    otak.

    c. Perdarahan dalam otak memperburuk keadaan dan dapat menyebabkan kematian.

    d. Pemberian oksigen belum mampu diatur sehingga memudahkan terjadi perdarahan dan

    nekrosis.

    1.2 SEPSIS NEONATORUM

    1.2.1. Definisi

    Sepsis neonatorum, sepsis neonatus dan septikemia neonatus merupakan istilah yang telah

    digunakan untuk menggambarkan respons sistemik terhadap infeksi pada bayi baru lahir.

    Sepsis neonatorum adalah suatu bentuk penyakit yang digambarkan dengan adanya

    infeksi bakteri secara sistemik pada bulan pertama kehidupan yang ditandai hasil kultur darah

    yang positif. Definisi lainnya adalah sindroma klinis yang ditandai gejala sitemik dan disertai

    bakteriemia yang terjadi dalam bulan pertama kehidupan.

    8

  • 8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr

    9/38

    1.2.2 Epidemiologi

    Insidensi sepsis neonatorum beragam, dari 1-4/1000 kelahiran hidup di negara maju dengan

    fluktuasi yang besar sepanjang waktu dan tempat geografis. Keragaman insiden dari rumah

    sakit ke rumah sakit lainnya dapat dihubungkan dengan angka prematuritas, perawatan

    prenatal, pelaksanaan persalinan, dan kondisi lingkungan di ruang perawatan. Angka sepsis

    neonatorum meningkat secara bermakna pada bayi dengan berat badan lahir rendah dan bila

    ada faktor resiko ibu ( obstetrik ) atau tanda- tanda koriamnionitis, seperti ketuban pecah

    lama ( > 18 jam ), demam intrapartum ibu (> 37,5C ), leukositosis ibu (>18000/mm3),

    pelunakan uterus dan takikardi janin (>180 kali/menit). Faktor resiko host meliputi jenis

    kelamin laki-laki, cacat imun didapat atau kongenital, galaktosemia ( Escherichia coli)

    pemberian preparat besi intramuskuler ( E.coli), anomali kongenital (saluran kencing,

    asplenia, myelomeningokel, saluran sinus), omfalitis dan kembar (terutama kembar kedua

    dari janin yang terinfeksi). Prematuritas merupakan faktor resiko baik pada sepsis awal

    maupun lanjut.

    1.2.3 Klasifikasi

    Berdasarkan umur dan onset / waktu timbulnya gejala-gejala, sepsis neonatorum dibagi

    menjadi dua:

    1.2.3.1 Early onset sepsis neonatal / sepsis awitan awal dengan ciri-ciri:

    * Umur saat onset mulai lahir sampai 3 hari

    * Penyebab organisme dari saluran genital ibu.

    * Organisme grup B Streptococcus, Escherichia coli, Listeria non-typik,

    Haemophilus influezae dan enterococcus.

    9

  • 8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr

    10/38

    * Klinis melibatkan multisistem organ (resiko tinggi terjadi pneumoni)

    * Mortalitas mortalitas tinggi (15-45%).

    1.2.3.2 Late onset sepsis neonatal / sepsis awitan lanjut dengan ciri-ciri:

    * Umur saat onset timbul setelah usia 3 hari sampai 28 hari

    * Penyebab selain dari saluran genital ibu atau peralatan.

    * 0rganisme Staphylococcus coagulase-negatif, Staphylococcus aureus,

    Pseudomonas, Grup B Streptococcus, Escherichia coli, dan Listeria.

    * Klinis biasanya melibatkan organ lokal/fokal (resiko tinggi terjadi meningitis).

    * Mortalitas mortalitas rendah ( 10-20%).

    1.2.4 Etiologi

    Etiologi terjadinya sepsis pada neonatus adalah dari bakteri.virus, jamur dan protozoa

    (jarang). Penyebab yang paling sering dari sepsis awitan awal adalah Streptokokus grup B

    dan bakteri enterik yang didapat dari saluran kelamin ibu. Sepsis awitan lanjut dapat

    disebabkan oleh SGB, virus herpes simplek (HSV), enterovirus dan E.coli. Pada bayi dengan

    berat badan lahir sangat rendah, Candida dan Stafilokokus koagulase-negatif (CONS),

    merupakan patogen yang paling umum pada sepsis awitan lanjut.

    Jika dikelompokan maka didapat:

    * Bakteri gram positif

    10

  • 8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr

    11/38

    Streptokokus grup B penyebab paling sering.

    Stafilokokus koagulase negatif merupakan penyebab utama bakterimia

    nosokomial.

    Streptokokus bukan grup B.

    * Bakteri gram negatif

    Escherichia coli Kl penyebab nomor 2 terbanyak.

    H. influenzae.

    Listeria monositogenes.

    Pseudomonas

    Klebsiella.

    Enterobakter.

    Salmonella.

    Bakteria anaerob.

    Gardenerella vaginalis.

    Walaupun jarang terjadi, terhisapnya cairan amnion yang terinfeksi dapat

    menyebabkan pneumonia dan sepsis dalam rahim, ditandai dengan distres janin atau asfiksia

    neonatus. Pemaparan terhadap patogen saat persalinan dan dalam ruang perawatan atau di

    masyarakat merupakan mekanisme infeksi setelah lahir.

    11

  • 8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr

    12/38

    1.2.5 Patogenesis

    Terdapat perbedaan patogenesa antara sepsis neonatus yang early onset/awitan awal dengan

    yang late onset/awitan lanjut.early onset didapat secara transmisi vertikal dalam uterus atau

    intra partus,sedangkan late onset biasanya secara transmisi horisontal dan intra partus.

    1.2.5.1 Early onset / awitan awal

    Hal yang paling penting faktor resiko terjadinya infeksi adalah pada saat persalinan dimana

    keberadaan mikroorganisme dalam saluran genito urinarius.Bakteri pada saluran genito

    urinarius naik secara asending dan mencapai cairan amnion setelah terjadi ruptur pada

    membran prematur ( PROM ). Infeksi secara asending juga dapat terjadi pada saat kontak

    dengan membran korioamnetik dalam uterus yang berdampak lahir hidup atau mati beberapa

    jam setelah lahir. Altematif lain adalah pada saat neonatus kontak dengan mikroorganisme

    selama melalui jalan lahir. Ketika fetus menghisap/aspirasi cairan amnion yang

    terkontaminasi.mikroorganisme mencapai bagian bawah saluran sistem pemapasan dan

    menyebabkan kerusakan sel epitel dari paru- paru.sebagai hasilnya adalah pnemonia dan

    distres pemapasan yang terlihat pada beberapa jam setelah kelahiran. Sepsis neonatal yang

    berat terjadi jika bakteri menginvasi melalui intravaskular dan adanya kegagalan dari tuan

    rumah untuk mengeliminasi mikroorganisme patogen.

    Secara singkat dapat dikemukakan sebagai berikut:

    * Transplasenta (antepartum).

    * Asenderen kuman vagina ( partus lama,ketuban pecah sebelum waktunya).

    12

  • 8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr

    13/38

    * Waktu melewati jalan lahir (kuman dari vagina dan rektum).

    1.2.5.2 Late onset /awitan lanjut

    Transmisi secara horisontal memegang peranan yang besar,kontak yang erat dengan ibu yang

    menyusui,dan penularan transmisi secara nosokomial.Yang paling utama penyebab faktor

    resiko didapatkannya nosokomial sepsis adalah penggunaan lama kateter plastik

    intravaskuler, penggunaan prosedur invasif, pemakaian antibiotik, perawatan yang lama di

    rumah sakit,kontaminasi dari peralatan laboratorium pendukung, cairan intravena atau

    enteral,dan peralatan yang terkontaminasi.Bagaimanapun,situasi yang meningkatkan paparan

    neonatus terhadap mikroorganisme menghasilkan peningkatan yang tinggi terhadap infeksi

    nosokomial dalam perawatan.

    Secara singkat dapat dikemukakan sebagai berikut:

    * Akibat tindakan manipulasi (intubasi,kateterisasi,pemasangan infus.dll).

    * Defek kongenital (omfalokel,meningokel,labioskizis,labiopalatoskizis,dll).

    *Koloni kuman beasal dari saluran napas atas,konjungtiva,membran mukosa, umbilikus dan

    kulit yang menginvasi / menyebar secara sistemik.

    Faktor - faktor resiko untuk terjadinya sepsis neonatus perlu juga diketahui. Faktor

    resiko dari sepsis neonatus terdiri faktor pejamu, sosio-ekonomi, riwayat persalinan,

    perawatan bayi baru lahir, dan kesehatan serta keadaan gizi ibu, merupakan faktor-faktor

    resiko terpenting pada sepsis neonatal.

    Dari laporan penelitian pada sepsis neonatal yang terjadi segera setelah

    lahir,menunjukkan adanya satu atau lebih faktor resiko pada riwayat kehamilan dan

    13

  • 8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr

    14/38

    persalinan. Faktor-faktor tersebut adalah kelahiran kurang bulan, berat badan lahir rendah,

    ketuban pecah dini, infeksi maternal peripartum, kelahiran aseptik, kelahiran traumatik, dan

    keadaan hipoksia. Pada umumnya sepsis neonatal tidak akan terjadi pada bayi lahir cukup

    bulan dengan riwayat kehamilan dan persalinan normal.

    Dari faktor-faktor diatas dapat diringkas menjadi dua faktor besar yaitu faktor ibu

    anak dan ada juga yang membaginya menjadi faktor mayor-minor.

    Faktor ibu :

    *Ketuban pecah sebelum waktunya.

    *Infeksi peripartum.

    *Partus lama.

    *Infeksi intrapartum.

    Faktor anak:

    *Berat badan lahir rendah.

    *Prematuritas.

    *Kecil untuk masa kehamilan.

    *Defek kongenital.

    *Bayi laki-laki lebih banyak dari perempuan.

    *Tindakan resusitasi saat melakukan intubasi.

    14

  • 8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr

    15/38

    *Kehamilan kembar.

    *Dan lain-lain.

    Faktor mayor :

    *Ruptur membran ibu yang lama > 24 jam.

    *Ibu dengan demam intrapartum > 38C,

    *Korioamnionitis.

    *Fetal takikardi > 160 kali /menit.

    Faktor minor:

    *Ibu dengan demam intrapartum > 37,5C.

    *Kehamilan kembar.

    *Bayi prematur

    *Ibu dengan leukositosis (hitung sel darah putih >15.000).

    *Ruptur membran > 12 jam.

    *Takipnea

    *Kolonisasi SGB pada ibu.

    *APGAR score yang rendah

    *Berat badan lahir rendah

    15

  • 8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr

    16/38

    *Lochia berbau busuk.

    Berikut ini akan dibahas sebagian dari faktor-faktor yang telah disebut diatas.

    Berat lahir.

    Berat lahir memegang peran penting pada terjadinya sepsis neonatal. Dilaporkan bahwa bayi

    dengan berat lahir rendah mempunyai resiko 3 kali lebih tinggi terjadi sepsis daripada bayi

    dengan berat lahir lebih dari 2500 gram.Makin kecil berat lahir makin tinggi angka kejadian

    sepsis. Masalah sepsis bukan saja terjadi dekat setelah lahir,tetapi seringkali seorang bayi

    berat lahir rendah setelah dapat mengatasi masalah prematuritasnya selama 5 hari pertama

    kehidupan ,meninggal setelah mendapat sepsis dikemudian hari(late onset sepsis neonatal).

    Walaupun angka kematian sepsis onset lambat mempunyai prognosis yang lebih baik

    daripada sepsis onset dini.

    Perawatan di Unit Perawatan Intensif Neonatus ( NICU ).

    Neonatus yang dirawat di ruang rawat intensif mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya

    infeksi. Hal ini dapat dimengerti oleh karena pada umumnya pasien yang dirawat di ruang

    intensif adalah pasien berat.Pada umumnya infeksi merupakan penyebab kematian pada bayi

    kecil

    Respon imun penjamu.

    Kerentanan bayi baru lahir terhadap terjadinya sepsis diduga disebabkan oleh karena sistem

    imunologi baik humoral maupun selular yang masih imatur.Para peneliti banyak melaporkan

    mengenai pengaruh jenis kelamin pada kejadian sepsis neonatal.Dikemukakan bahwa sepsis

    neonatal lebih banyak dijumpai pada anak laki-laki daripada bayi perempuan.Bayi lelaki juga

    lebih rentan terhadap infeksi basil enterik gram negatif sedangkan bayi perempuan lebih

    16

  • 8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr

    17/38

    rentan terhadap infeksi bakteri kokus gram positif.Angka kejadian bayi lelaki lebih rentan

    menderita sepsis daripada perempuan dengan rasio 7:3. Dugaan penyebabnya adalah peran

    faktor sex-linked pada kerentanan penjamu terhadap infeksi. Telah disepakati bahwa gen

    yang terletak pada kromosom x mempengaruhi fungsi kelenjar thymus dan sintesis

    imunoglobulin.Perempuan mempunyai dua gen x mungkin hal ini yang menyebabkan lebih

    tahan terhadap infeksi. Beberapa peneliti membuktikan bahwa bayi perempuan lebih jarang

    menderita sindrom distres pemapasan. Peneliti lain melaporkan bahwa rasio

    lecithin:sphingomyelin dan konsentrasi saturated phosphatidylcholine serta kortisol dalam

    cairan amnion pada kehamilan 28-40 minggu bayi perempuan lebih tinggi daripada bayi

    lelaki.

    Faktor geografi.

    Jenis bakteri penyebab berbeda antara satu rumah sakit dengan rumah sakit lain atau antara

    negara satu dengan negara lain.Hal ini disebabkan karena perbedaan fasilitas pelayanan

    kesehatan, budaya setempat termasuk sexual-practices, pelayanan perawatan, dan pola

    penggunaan antibiotik.Hal tersebut akan menyebabkan pola etiologi sepsis neonatal berbeda

    pada tiap negara. Spesies Salmonella dan Enterobacteriacae lainnya serta Streptococcus

    pneumonia di samping E.coli di daerah tropis banyak dilaporkan sebagai penyebab utama

    sepsis neonatal. Faktor lain adalah jenis kolonisasi bakteri pada ibu hamil-pun berbeda di

    setiap negara.

    Faktor sosio-ekonomi.

    Pola gaya hidup ibu,termasuk kebiasaan.kondisi perumahan, status nutrisi, dan penghasilan

    orang tua sangat mempengaruhi resiko terjadinya infeksi pada bayi baru lahir. Sebenarnya

    berat bayi lahir rendah dan prematuritas merupakan faktor resiko terpenting terjadinya sepsis

    17

  • 8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr

    18/38

    neonatal Kesempatan bayi kontak dengan infeksi akan meningkat ketika bayi tersebut

    pulang.Pertemuan dengan anggota keluarga lain serumah,akan meningkatkan resiko

    terjadinya infeksi (khususnya infeksi stafilokokus) akan sangat menular ke anggota keluarga

    yang lain. Keadaan tersebut akan menjadi lebih berat bila pada keluarga dengan sosio

    ekonomi rendah.

    Perawatan di bangsal bayi.

    Dibangsal perawatan bayi baru lahir seringkali infeksi berasal dari orang dewasa,termasuk

    ibu,perawat atau keluarga lain yang berkunjung. Transmisi melalui droplet merupakan

    sumber infeksi terbanyak, baik berasal dari orang dewasa maupun dari bayi lahir. Infeksi

    stafilokokus biasanya dihubungkan dengan transmisi dari orang dewasa,sedangkan penularan

    dari alat dan cairan menyebabkan infeksi spesies Proteus, Klebsiella, Serratia marcescans,

    Pseudomonas, dan Flavobacterium.

    Di pihak lain,penggunaan antibiotik yang berlebihan akan menyebabkan perubahan

    pola resistensi bakteri setempat.Penggunaan preparat ampisilin dan gentamisin atau

    kloramfenikol (sebagai pengobatan standar)dalam jangka waktu panjang menyebabkan

    resistensi antibiotik tersebut. Akhir-akhir ini dilaporkan peningkatan resistensi bakteri

    terhadap golongan sefalosporin generasi ketiga terhadap enterik gram negatif lebih cepat

    terjadi dibandingkan dengan pengobatan standar.Pemakaian obat topikal terutama

    hexachlorophene sebagai anti septik untuk perawatan talipusat, dilaporkan sangat efektif

    menghambat kolonisasi stafilokokus tetapi tidak menghambat kolonisasi bakteri gram

    negatif. Walaupun demikian belum pemah dilaporkan hubungan antara pemakaian

    hexachlorophene dengan kejadian sepsis neonatal.

    18

  • 8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr

    19/38

    1.2.6 Diagnosis

    Diagnosis sepsis dapat ditegakkan dengan:

    1.Anamnesa dan pemeriksaan fisik/ berdasarkan gejala klinis.

    2.Tes laboratorium yang mendukung dalam membuat anamnesis.

    1.2.6.1 Dari gejala-gejala klinis / manifestasi klinis

    Bayi-bayi sepsis dapat dengan cepat keadaannya memburuk dan terapi antibiotik secara

    empiris dimulai jika diduga ada tanda-tanda klinis sepsis.Tidak ada tes yang cepat dan

    terpercaya untuk konfirmasi dari diagnosis etiologi.Isolasi mikroorganisme dari darah,cairan

    serebrospinal.atau urine merupakan gold standar untuk diagnosis pasti,bagaimanapun hasil

    kultur adalah terpenting, namun sensitivitas dari metoda kultur kadang-kadang dapat

    rendah.Peneliti harus dapat mempunyai sebuah tes atau panel tes yang dapat mengidentifikasi

    bayi sepsis dengan akurat dan cepat sambil menunggu hasil kultur.Banyak kemajuan dari

    bukan metoda kultur,seperti teknologi dari polymerase chain reaction I PCR ,memberi janji

    dalam mendiagnosa infeksi.Bagaimanapun,tetap tes laboratorium non spesifik untuk

    mendiagnosa infeksi dari bakteri invasif adalah paling penting pada neonatal.

    Manifestasi klinis dari early onset biasanya distres pemapasan disertai dengan

    pneumoni dan sepsis, tapi untuk late onset menunjukan gejala sepsis,meningitis, dan

    osteoarthritis.

    # Early onset / awitan awal.

    Tanda-tanda klinis muncul semenjak 6 jam kehidupan >50 kasus, mayoritas / kebanyakan

    muncul pada 72 jam pertama umur kehidupan.

    19

  • 8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr

    20/38

    Tanda awal biasanya sering tidak spesifik dan tidak diketahui.

    *Hilangnya aktifitas spontan.

    *Poor sucking.

    *Apnea.

    *Bradikardi.

    *Suhu tubuh yang tidak stabil.

    Tanda-tanda dan gejala lainnya.

    *Distres pernafasan.

    Kebanyakan neonatus dengan early onset infeksi menunjukkan gejala distres

    pernafasan yang sulit dibedakan dengan bentuk HMD, pneumonia, atau penyebab lain dari

    kesulitan bernafas,dengan penampilan seperti sianosis, dispneu, takipneu, apnea, retraksi

    epigastrium, dan intercostal.Terjadinya gejala distres pernafasan adalah >80 dari

    neonatus.Pneumonia dan septikemi merupakan bentuk manifestasi yang banyak

    *Gangguan kardiovaskuler.

    Bradikardi, pallor, penurunan perfusi, hipotensi.

    *Gangguan metabolik.

    Hipotermia,hipertermia,asidosis metabolik (ph

    *Gangguan neurologik.

    Lethargi,hipotonia,penurunan aktifitas,seizures.

    20

  • 8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr

    21/38

    # Late onset / awitan lanjut

    * Gejala dan tanda-tanda klinis muncul >7 hari kehidupan.Transmisi secara horisontal dapat

    dari yang lain (dari neonatus yang terinfeksi atau dari perawat kesehatan) atau secara

    vertikal (dari ibu yang terlalu sering berdekatan).Tanda-tanda yang sering biasanya

    demam,lethargi. Irritable, poor feeding, dan takipnea.

    * Distres pernafasan yang tidak begitu jelas.

    1.2.6.2 Laboratorium

    Pemeriksaan laboratorium pada bayi-bayi sepsis sebagai berikut:

    a.Skrining sepsis yang rutin.

    -Hitung jenis darah lengkap.

    -Kultur darah.

    -Apusan bahan dari bagian yang mengalami infalamasi.

    -Apusan dari telinga dan tenggorokan (pada early -onset infeksi).

    -Urine secara mikroskopis dan kultur.

    -Rontgen thoraks.

    -C-reaktif protein.

    b.Tes rutin tambahan,dari indikasi klinis yang didapatkan.

    -Lumbal pungsi,

    21

  • 8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr

    22/38

    -Kultur dan gram dari aspirasi lambung.

    -Kultur dan gram dari apusan vagina yang lebih tinggi dari ibu.

    -Kultur dari endotrakeal tube atau aspirasi dari trakeal.

    -Kultur dari drainase dada.

    -Kultur dari kateter vaskular.

    -Kultur darah kwantitatif atau kultur darah multipel.

    -IgG konsentrasi serial untuk spesifik organisme.

    -IgM konsentrasi untuk organisme spesifik.

    -Buffy coat secara mikroskopik.

    1.2.7 Komplikasi

    *Meningitis bakterialis.

    *Enterokolitis nekrotikans.

    *Koagulasi intravaskuler diseminata.

    *Syok septik.

    1.2.8 Terapi

    *Umum

    *Rawat dalam ruang isolasi / inkubator.

    22

  • 8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr

    23/38

    *Cuci tangan sebelum dan sesudah memeriksa bayi.

    *Pemeriksa harus memakai pakaian ruangan yang telah disediakan.

    *Pengaturan suhu dan posisi bayi.

    *Khusus

    a.Suportif untuk menjaga stabilitas hemodinamik dan oksigenisasi jaringan vital.

    b. Terapi 02 bila ditemukan: sianosis, distres pemapasan ,apnea, dan serangan kejang.

    c. Pemberian cairan dan elektrolit. Pada keadaan umum yang jelek, diberikan secara

    parenteral sesuai dengan umur dan berat badan bayi. Bila keadaan umum baik dapat

    diberikan nutrisi enteral secara bertahap dan parenteral dikurangi sampai kebutuhan

    rumatan terpenuhi peroral.

    d. Atasi kejang

    e. Atasi hiperbilirubin

    f. Atasi anemia.syok.

    g.Antibiotik

    Sebelum pemberian antibiotik, periksa kultur, dan tes resistensi. Diberikan antibiotik

    spektrum luas untuk gram negatif dan positif selama belum ada hasil kultur.

    h.Terapi awal (sebelum ada kultur dan resistensi) :

    Kombinasi ampisilin+Gentamisin

    23

  • 8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr

    24/38

    Hari 1-7

    Ampisillin :50 mg/KgBB/setiap 12 jam, pemberian IV, IM

    Gentamisin : 2 Kg : 5 mg/KgBB/1x hari, IV,IM

    Hari 8+

    Ampisillin :50 mg/KgBB/setiap 8 jam, pemberian IV, IM

    Gentamisin : 2 Kg : 7,5 mg/KgBB/2x hari, IV,IM

    Bila organisme tidak ditemukan dan bayi tetap menunjukkan tanda infeksi sesudah 48 jam,

    ganti ampisilin dengan sefotaxim, sedangkan gentamisin tetap dilanjutkan.

    sefotaksim: 50 mg/KgBB/tiap 8 jam, IV (hari 1-7)

    50 mg/KgBB/tiap 6 jam, IV (hari 8+)

    1.2.9 Pencegahan

    1.2.9.1 Dari Ibu.

    Grup B Streptococcus merupakan penyebab terberat sebagai patogen terbanyak pada akhir

    tahun 1960an dan biasanya sebagai penyebab dari early-onset sepsis. Sepuluh sampai 30

    wanita hamil dengan kolonisasi Grup B Streptococcus dalam vagina atau daerah rektum.Dua

    pendekatan utama : prenatal skrining (semua wanita hamil di skrining untuk deteksi infeksi

    Grup B Streptococcus pada 35-37 minggu kehamilan dan dilakukan pengobatan untuk

    24

  • 8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr

    25/38

    kulturnya yang positif) dan identifikasi dari wanita beresiko tinggi serta mengobati sebelum

    terjadinya persalinan.

    1.2.9.2 Dari Neonatus.

    Pemberian antibiotik profilaksis untuk bayi-bayi asimtomatis yang diduga beresiko tinggi

    terjadi sepsis oleh Grup B Streptococcus masih kontroversial.

    25

  • 8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr

    26/38

    BAB II

    ILUSTRASI KASUS

    Identitas Pasien

    Nama : AD

    MR : 287766

    Umur : 18 hari

    Jenis kelamin : Laki-laki

    Anak : III dari 3 bersudara

    Suku bangsa : Minangkabau

    Alamat : Sawah Dangka

    Tanggal masuk : 24 Oktober 2011

    Anamnesis (Alloanamnesis diberikan oleh ibu kandung)

    Seorang pasien bayi laki laki berumur 18 hari telah dirawat selama 10 hari di bangsal

    perinatologi RSUD DR Achmad Mochtar Bukittinggi dengan diagnosis BBLR dan sepsis

    neonatorum.

    Keluhan Utama:

    Kebiruan di sekitar mulut sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit.

    Riwayat Penyakit Sekarang:

    Badan terasa dingin sejak 3 jam sebelum masuk rumah sakit

    Kebiruan disekitar mulut sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit

    Anak malas menyusu sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit

    Muntah tidak ada, riwayat tersedak disangkal, sesak napas tidak ada

    26

  • 8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr

    27/38

    Perdarahan di hidung, mulut, dan saluran cerna tidak ada

    Buang air kecil warna dan jumlah biasa

    Buang air besar warna dan konsistensi biasa

    Riwayat Penyakit Dahulu:

    Pasien pernah dirawat di bangsal anak (perinatologi) RSUD DR Achmad Mochtar

    dengan diagnosis BBLR 1600 gr sejak lahir hingga usia 13 hari. Pasien pulang kerumah

    selama 5 hari, dengan keadaan baik saat pulang, lalu kembali lagi ke RSUD DR Achmad

    Mochtar tanggal 24 Oktober 2011 dengan keluhan kebiruan disekitar mulut.

    Riwayat Penyakit Keluarga:

    Tidak ada anggota keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini.

    Riwayat Kehamilan Ibu:

    Selama hamil ibu tidak pernah menderita penyakit berat, tidak mengkonsumsi obat-

    obatan atau jamu, tidak pernah mendapat penyinaran selama hamil, kontrol teratur ke bidan,

    hamil kurang bulan.

    Riwayat Kelahiran:

    Lahir spontan, ditolong oleh Bidan, kurang bulan, saat lahir langsung menangis kuat,

    berat badan lahir 1600 gr, panjang badan 40 cm, A/S = 7/8, tidak ada riwayat kuning atau

    biru waktu lahir.

    Riwayat Makanan dan Minuman:

    Bayi : ASI : 0 sekarang ( diberi tiap 3 jam, masing masing

    27

  • 8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr

    28/38

    payudara 15 menit )

    Bubur susu : -

    Susu Formula : -

    Buah, Biskuit : -

    Nasi Tim : -

    Kesan : Kualitas dan kuantitas cukup

    Riwayat Imunisasi:

    Belum ada

    Riwayat Sosial Ekonomi:

    Pasien merupakan anak ke-3 dari 3 bersaudara, Ibu berumur 33 tahun, tamat SD, Ibu

    Rumah Tangga, Ayah berumur 40 tahun, tamat STM, petani dengan penghasilan Rp.

    200.000.

    Riwayat Perumahan dan Lingkungan :

    Tinggal di rumah kontrak, semi permanen, lantai tanah, pekarangan sempit, sumber

    air minum dari sumur gali, buang air besar di sungai, sampah dibakar.

    Kesan : Sanitasi dan higiene lingkungan kurang

    Pemeriksaan Fisik:

    Tanda Vital

    Keadaan umum : Kurang aktif

    Kesadaran : Sadar

    Frekuensi Nadi : 140 x / menit

    28

  • 8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr

    29/38

    Frekuensi nafas : 63 x/ menit

    Suhu : 35.4 C

    Berat Badan : 1400 kg

    Tinggi Badan : 40 cm

    Pemeriksaan Sistemik :

    Kulit : Teraba dingin, tampak pucat, sianosis tidak ada, kuning tidak ada.

    Kepala : Bentuk bulat, simetris, tidak ada deformitas, rambut hitam tidak mudah dicabut

    Mata : Konjungtiva anemis, sklera ikterik, pupil isokor, refleks cahaya +/+

    Mulut : Mukosa mulut dan lidah basah, sianosis sirkumoral ada

    Telinga : Tidak ada kelainan

    Hidung : Tidak ada kelainan

    Tenggorok : sukar dinilai

    Leher : Tidak ada pembesaran KGB

    Dada : Paru : I : normochest, simetris, retraksi tidak ada

    P : Fremitus kiri sama dengan kanan

    P : Sonor

    A : bronkovesikuler, ronkhi tidak ada, wheezing tidak ada

    Jantung : I : Iktus tidak terlihat

    P : Iktus teraba di LMCS RIC V

    P : batas jantung sukar dinilai

    A : Bunyi jantung murni, irama teratur, bising tidak ada.

    Abdomen : I : Tidak membuncit

    P : hepar teraba - pinggir tajam,konsistensi kenyal,permukaan rata, lien

    tidak teraba

    29

  • 8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr

    30/38

    P : Timpani.

    A : Bising usus (+) normal.

    Genitalia : Tidak ditemukan kelainan, status pubertas A1P1G1

    Ekstremitas : Akral dingin, perfusi baik

    Pemeriksaan Laboratorium

    Darah : Hb : 8,9 gr/dl

    Ht : 27 %

    Trombosit : 67.000 /mm3

    Leukosit : 14.700/ mm3

    Eritrosit : 2.900.000/mm3

    Diagnosis kerja : - BBLR

    - Sepsis Neonatorum

    Sikap : Rawat Inkubator

    Oksigen liter/menit (nasal)

    IVFD G:Z = 4 :1 (D 10%) + Ca Glukonas 10 cc/kolf + KCL 10 Meq/kolf 150

    cc/kgBB/hari = 6 tetes/menit

    Ampicilin 3x 70 mg

    Gentamicin 1x6 mg

    Aminofilin paid 5 % 32 cc/hari = 1,3 cc/jam

    Paracetamol 150 mg (T 38,5)

    Rencana : PT/APTT

    Kultur Darah

    30

  • 8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr

    31/38

    Cross match

    Elektrolit

    Lumbal pungsi

    Follow Up

    Selasa, 25 Oktober 2011

    S/ Demam tinggi ada, sesak nafas ada, kuning tidak ada, kebiruan tidak ada, kejang tidak ada.

    Muntah tidak ada, buang air kecil warna dan jumlah biasa, buang air besar warna dan

    konsistensi biasa.

    O/ Keadaan Umum : Berat, kurang aktif

    Frek nadi : 98x/menit

    Frek Napas : 63x/menit

    Suhu : 39,8o C

    BB : 1400 gram

    Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.

    Hidung : Nafas cuping hidung tidak ada

    Thorak : paru : retraksi tidak ada, ronkhi tidak ada, wheezing tidak ada

    Jantung : Bunyi jantung murni, irama teratur

    Abdomen : Distensi tidak ada, bising usus positif normal

    Ekstrimitas : akral hangat, perfusi baik

    Kesan : Belum tampak perbaikan

    Terapi : O2 Liter/menit (headbox)

    IVFD G:Z = 4:1 (D10%) + Ca Glukonas 10cc/kolf + KCL 10 Meq/Kolf

    150 cc / KgBB/hari = 6 tetes/ menit

    Coba minum ASI 8 x 3cc/hari/ NGT

    31

  • 8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr

    32/38

    (2) Ampicillin 3x70mg

    (2) Gentamicin 1x6 mg

    Aminofusin paid 5% 28cc/hari = 1,3cc/jam

    Paracetamol 150 mg (bila T38,5o C)

    Rencana Pemeriksaan : Lumbal Punksi, Cross match

    Lumbal Punksi di tunda karena orang tua masih berunding dan anak bertambah sesak

    Rabu, 26 Oktober 2011

    S/ Demam ada, sesak napas ada, kuning dan kebiruan tidak ada, kejang tidak ada, anak,

    toleransi minum kurang, muntah tidak ada, buang air kecil warna dan jumlah biasa, buang air

    besar warna dan konsistensi biasa.

    O/ Keadaan Umum : Sakit berat, kurang aktif

    Frek nadi : 160x/menit

    Frek Napas : 60x/menit

    Suhu : 38,5o C

    BB : 1400 gram

    Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.

    Hidung : Nafas cuping hidung tidak ada

    Thorak : paru : retraksi tidak ada, ronkhi tidak ada, wheezing tidak ada

    Jantung : Bunyi jantung murni, irama teratur

    Abdomen : Distensi tidak ada, bising usus positif normal

    Ekstrimitas : akral hangat, perfusi baik

    Hasil laboratorium

    Hb : 11.1 g/dl

    Leukosit : 11. 200/ul

    32

  • 8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr

    33/38

    Eritrosit : 4.510.000/ul

    Trombosit : 404.000/ul (agregasi)

    Hematokrit : 34.8 %

    Kesan : Belum tampak perbaikan

    Terapi : O2 Liter/menit (headbox)

    IVFD G:Z = 4:1 (D10%) + Ca Glukonas 10cc/kolf + KCL 10 Meq/Kolf

    150 cc / KgBB/hari = 6 tetes/ menit

    Coba minum ASI 8 x 3cc/hari/ NGT

    (1) Cefotaxim 3x70 mg

    (3) Gentamicin 1x6 mg

    Aminofusin paid 42cc/hari

    Paracetamol 150 mg (bila T38,5o C)

    Telah dijelaskan tetang lumbal pungsi, keluarga mengerti dan menolak untuk dilakukan

    lumbal pungsi.

    Sikap: Naikkan dosis menpur : cefotaxim 4 x70 mg, gentamicin 2x5 mg

    Kamis, 27 Oktober 2011

    S/ Demam tidak ada, sesak napas tidak ada, kuning dan kebiruan tidak ada, kejang tidak ada,

    anak, anak sudah mau menyusu, muntah tidak ada, buang air kecil warna dan jumlah biasa,

    buang air besar warna dan konsistensi biasa.

    O/ Keadaan Umum : Sakit sedang, kurang aktif

    Frek nadi : 158x/menit

    Frek Napas : 56x/menit

    Suhu : 37,1o C

    BB : 1500 gram

    33

  • 8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr

    34/38

    Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.

    Hidung : Nafas cuping hidung tidak ada

    Thorak : paru : retraksi tidak ada, ronkhi tidak ada, wheezing tidak ada

    Jantung : Bunyi jantung murni, irama teratur

    Abdomen : Distensi tidak ada, bising usus positif normal

    Ekstrimitas : akral hangat, perfusi baik

    Kesan : ada perbaikan

    Terapi : ASI OD

    (2) Cefotaxim 4x70 mg

    (4) Gentamicin 2x5 mg

    Jumat, 28 Oktober 2011

    S/ Demam tidak ada, sesak napas tidak ada, kuning dan kebiruan tidak ada, kejang tidak ada,

    bayi rawat gabung dengan ibu, mau minum ASI, muntah tidak ada, buang air kecil warna dan

    jumlah biasa, buang air besar warna dan konsistensi biasa.

    O/ Keadaan Umum : Sakit sedang, kurang aktif

    Frek nadi : 130x/menit

    Frek Napas : 51x/menit

    Suhu : 37o C

    Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.

    Hidung : Nafas cuping hidung tidak ada

    Thorak : paru : retraksi tidak ada, ronkhi tidak ada, wheezing tidak ada

    Jantung : Bunyi jantung murni, irama teratur

    Abdomen : Distensi tidak ada, bising usus positif normal

    Ekstrimitas : akral hangat, perfusi baik

    34

  • 8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr

    35/38

    Kesan : hemodinamik stabil

    Terapi : ASI OD

    (3) Cefotaxim 4x70 mg

    (5) Gentamicin 2x5 mg

    Sabtu,29 Oktober 2011

    S/ Demam tidak ada, sesak napas tidak ada, kuning dan kebiruan tidak ada, kejang tidak ada,

    anak sudah mau menyusu, muntah tidak ada, buang air kecil warna dan jumlah biasa, buang

    air besar warna dan konsistensi biasa.

    O/ Keadaan Umum : Sakit sedang, kurang aktif

    Frek nadi : 156x/menit

    Frek Napas : 55x/menit

    Suhu : 37,1o C

    BB : 1500 gram

    Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.

    Hidung : Nafas cuping hidung tidak ada

    Thorak : paru : retraksi tidak ada, ronkhi tidak ada, wheezing tidak ada

    Jantung : Bunyi jantung murni, irama teratur

    Abdomen : Distensi tidak ada, bising usus positif normal

    Ekstrimitas : akral hangat, perfusi baik

    Kesan : ada perbaikan

    Terapi : ASI OD

    (4) Cefotaxim 4x70 mg

    (6) Gentamicin 2x5

    35

  • 8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr

    36/38

    Minggu,30 Oktober 20011

    S/ Demam tidak ada, sesak napas tidak ada, kuning dan kebiruan tidak ada, kejang tidak ada,

    anak, anak sudah mau menyusu, muntah tidak ada, buang air kecil warna dan jumlah biasa,

    buang air besar warna dan konsistensi biasa.

    O/ Keadaan Umum : Sakit sedang, kurang aktif

    Frek nadi : 158x/menit

    Frek Napas : 56x/menit

    Suhu : 37,1o C

    BB : 1500 gram

    Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.

    Hidung : Nafas cuping hidung tidak ada

    Thorak : paru : retraksi tidak ada, ronkhi tidak ada, wheezing tidak ada

    Jantung : Bunyi jantung murni, irama teratur

    Abdomen : Distensi tidak ada, bising usus positif normal

    Ekstrimitas : akral hangat, perfusi baik

    Kesan : ada perbaikan

    Terapi : ASI OD

    (5) Cefotaxim 4x70 mg

    (7) Gentamicin 2x5 mg

    Senin,31 Oktober 2011

    S/ Demam tidak ada, sesak napas tidak ada, kuning dan kebiruan tidak ada, kejang tidak ada,

    anak, anak sudah mau menyusu, muntah tidak ada, buang air kecil warna dan jumlah biasa,

    buang air besar warna dan konsistensi biasa.

    O/ Keadaan Umum : Sakit sedang, kurang aktif

    36

  • 8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr

    37/38

    Frek nadi : 150x/menit

    Frek Napas : 51x/menit

    Suhu : 36,5o C

    BB : 1500 gram

    Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.

    Hidung : Nafas cuping hidung tidak ada

    Thorak : paru : retraksi tidak ada, ronkhi tidak ada, wheezing tidak ada

    Jantung : Bunyi jantung murni, irama teratur

    Abdomen : Distensi tidak ada, bising usus positif normal

    Ekstrimitas : akral hangat, perfusi baik

    Kesan : Hemodinamik stabil

    Terapi : ASI OD

    (6) Cefotaxim 4x70 mg

    Selasa,1 November 2011

    S/ Demam tidak ada, sesak napas tidak ada, kuning dan kebiruan tidak ada, kejang tidak ada,

    anak sudah mau menyusu, muntah tidak ada, buang air kecil warna dan jumlah biasa, buang

    air besar warna dan konsistensi biasa.

    O/ Keadaan Umum : Sakit sedang, kurang aktif

    Frek nadi : 152x/menit

    Frek Napas : 48x/menit

    Suhu : 36,8o C

    BB : 1600 gram

    Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.

    Hidung : Nafas cuping hidung tidak ada

    37

  • 8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr

    38/38

    Thorak : paru : retraksi tidak ada, ronkhi tidak ada, wheezing tidak ada

    Jantung : Bunyi jantung murni, irama teratur

    Abdomen : Distensi tidak ada, bising usus positif normal

    Ekstrimitas : akral hangat, perfusi baik

    Kesan : Hemodinamik stabil

    Terapi : ASI OD

    (7) Cefotaxim 4x70 mg

    Kurva Suhu

    33

    34

    3536

    37

    38

    39

    40

    41

    24 Okt 25 Okt 26 Okt 27 Okt 28 Okt 29 Okt 30 Okt 31 Okt 01-Nop

    Suhu (Celcius)