bab ii sepsis dan bblr
TRANSCRIPT
-
8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr
1/38
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 BBLR
1.1.1 Definisi
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya
pada saat kelahiran kurang dari 2.500 gram. Dahulu neonatus dengan berat badan lahir
kurang dari 2.500 gram atau sama dengan 2.500 gram disebut prematur. Pada tahun 1961
oleh WHO semua bayi yang baru lahir dengan berat lahir kurang dari 2.500 gram disebut
Low Birth Weight Infants (BBLR) (Yushananta,2001).
1.1.2 Klasifikasi
Berdasarkan kurva pertumbuhan intrauterin dari Lubchenko, maka kebanyakan bayi prematur
akan dilahirkan dengan berat badan yang rendah (BBLR), BBLR dibedakan atas Berat Lahir
Sangat Rendah (BLSR), yaitu bila berat bayi lahir < 1.500 gram, dan Berat Lahir Amat
Sangat Rendah (BLASR), yaitu bila berat bayi lahir < 1.000 gram (Yushananta, 2001).
Menurut Manuaba (1998), bayi dengan BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
1. Prematuritas murni
Adalah bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat
badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan atau disebut Neonatus Kurang Bulan
- Sesuai Masa Kehamilan (NKB- SMK). Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh
yang perlu untuk pertumbuhan dan perkembangan serta penyesuaian diri dengan lingkungan
hidup di luar uterus maka perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan, pemberian
1
-
8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr
2/38
makanan dan bila perlu oksigen, mencegah infeksi serta mencegah kekurangan vitamin dan
zat besi.
a. Pengaturan suhu badan bayi prematuritas/ BBLR
Bayi prematur dengan cepat akan kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia, karena
pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah dan
permukaan badan relatif luas oleh karena itu bayi prematuritas harus dirawat di dalam
inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. Bila bayi dirawat dalam
inkubator maka suhu bayi dengan berat badan, 2 kg adalah 35 derajat celsius dan untuk bayi
dengan berat badan 2-2,5 kg adalah 33-34 derajat celsius. Bila inkubator tidak ada bayi dapat
dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas, sehingga panas
badannya dapat di pertahankan.
b. Makanan bayi prematur
Alat pencemaan bayi prematur masih belum sempuma. lambung kecil, enzim pencernaan
belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/kg BB dan kalori 110 Kal/kg BB
sehingga pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah
lahir dan didahului dengan menghisap cairan lambung. Refleks menghisap masih lemah,
sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi frekuensi yang lebih sering.
ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI yang paling dahulu diberikan.
Bila kurang, maka ASI dapat diperas dan di minumkan perlahan-lahan atau dengan
memasang sonde menuju lambung. Permulaan cairan diberikan sekitar 50-60 cc/kg BB/hari
dan terus dinaikkan sampai mencapai sekitar 200 cc/kg BB/hari.
2
-
8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr
3/38
c. Menghindari infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang masih lemah,
kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan anti bodi belum sempuma. Oleh karena
itu upaya preventif sudah dilakukan sejak pengawasan sehingga tidak terjadi persalinan
prematuritas (BBLR). Dengan demikian perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara
khusus dan terisolasi dengan baik.
2. Dismaturitas
Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa
kehamilan, dismatur dapat terjadi dalam preterm, term, dan post term.
1.1.3 Epidemiologi
Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia
dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosio-
ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara
berkembang dan angka kematiannya. Kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu
daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah multicenter
diperoleh angka BBLR dengan rentang 2.1%-17,2 %. Secara nasional berdasarkan analisa
lanjut SDKI, angka BBLR sekitar 7,5 %.
1.1.4 Faktor Resiko yang dapat menyebabkan BBLR
Menurut Depkes (1993) terdapat tiga faktor yang mempengaruhi terjadinya BBLR, yaitu:
3
-
8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr
4/38
1. Faktor lbu
a. Penyakit
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya perdarahan antepartum,
trauma fisik dan psikologis, diabetes mellitus, toksemia gravidarum, dan nefritis akut.
b. Umur ibu
Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia < 20 tahun, dan multi gravida yang
jarak kelahiran terlalu dekat. Kejadian terendah ialah pada usia antara 26 - 35 tahun. Masa
kehamilan merupakan masa yang rawan bagi seorang ibu, sehingga diperlukan kesiapan yang
matang untuk menghadapinya termasuk kecukupan umur ibu. Kuti (1994) dalam Srimalem
(1998) mengatakan umur ibu yang terlalu muda (kurang dari 20 tahun) atau terlalu tua (lebih
dari 35 tahun) cenderung meningkatkan frekuensi komplikasi selama kehamilan dan
persalinan. Hasil penelitian terhadap 632 ibu hamil diperoleh kejadian BBLR pada ibu hamil
yang berusia 10-19 tahun dan 36-45 tahun menunjukkan kejadian BBLR yang tinggi
dibandingkan dengan kelompok umur yang lain.
c. Keadaan sosial ekonomi
Keadaan ini sangat berperanan terhadap timbulnya prematuritas. Kejadian tertinggi terdapat
pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik
(khususnya anemia) dan pelaksanaan antenatal yang kurang. Demikian pula kejadian
prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak sah.temyata lebih tinggi bila
dibandingkan dengan bayi yang lahir dari perkawinan yang sah.
4
-
8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr
5/38
d. Sebab lain
Ibu perokok, ibu peminum alkohol dan pecandu obat narkotik.
2. Faktor janin
Hidramion, kehamilan ganda dan kelainan kromosom.
3. Faktor lingkungan
Tempat tinggal di dataran tinggi radiasi dan zat-zat racun.
1.1.5 Karakteristik Bayi BBLR
Menurut Manuaba (1998), karakteristik Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah
sebagai berikut:
a. Berat kurang dari 2.500 gram
b. Panjang badan kurang dari 45 cm
c. Lingkar dada kurang dari 30 cm.
d. Lingkar kepala kurang dari 33 cm.
e. Usia kehamilan kurang dari 37 minggu.
f. Kepala relatif besar, kepala tidak mampu tegak
g. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kulit kurang, otot hipotonik- lemah.
h. Pernafasan tidak teratur dapat terjadi gagal nafas, pernafasan sekitar 40- 50 kali per menit.
5
-
8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr
6/38
i. Kepala tidak mampu tegak
j. Frekuensi nadi 100-140 kali per menit.
1.1.6 Komplikasi pada Bayi BBLR
Komplikasi yang terjadi pada bayi BBLR antara adalah:
1. Kesukaran bernafas : fungsi organ belum sempuma
2. Pneumonia, aspirasi : refleks menelan dan batuk belurn sempurna
3. Perdarahan intraventrikuler: perdarahan spontan di ventrikel otak lateral disebabkan
anoksia menyebabkan hipoksia otak yang dapat menimbulkan terjadinya kegagalan peredaran
darah sistemik
1.1.7 Masalah-masalah pada Bayi BBLR
Masalah-masalah yang muncul pada bayi BBLR adalah sebagai berikut:
1. Suhu Tubuh
a. Pusat pengatur panas badan belum sempurna
b. Luas badan bayi relatifbesar sehingga penguapannya bertambah
c. Otot bayi masih lemah
d. Lemak kulit dan lemak coklat kurang sehingga cepat kehilangan panas badan
6
-
8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr
7/38
e. Kemampuan metabolisme panas masih rendah, sehingga bayi dengan BBLR perlu
diperhatikan agar tidak terlalu banyak kehilangan panas badan dan dapat diperhatikan sekitar
30oC sampai 37oC
2. Pernafasan
a. Pusat pengatur pernafasan belum sempuma
b. Surfaktan paru-paru masih kurang, sehingga perkembangannya tidak sempurna
c. Otot pernafasan dan tulang iga lemah
d. Dapat disertai penyakit-penyakit : penyakit hialin membran, mudah infeksi paru-paru,
gagal pernafasan.
3. Alat pencernaan makanan
a. Belum berfungsi sempurna, sehingga penyerapan makanan kurang baik
b. Aktivitas otot pencernaan makanan masih belum sempurna sehingga pengosongan
lambung berkurang.
c. Mudah terjadinya regurtasi isi lambung dan dapat menimbulkan aspirasi pneumonia.
4. Hepar yang belum matang (immatur)
Mudah menimbulkan gangguan pemecahan bilirubin, sehingga mudah terjadi
hiperbilirubinemia (kuning) sampai keroikterus.
7
-
8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr
8/38
5. Ginjal masih belum matang
Kemampuan mengatur pembuangan sisa metabolisme dan air masih belum sempurna
sehingga mudah terjadi edema.
6. Perdarahan dalam otak
a. Pembuluh darah bayi prematur masih rapuh dan mudah pecah
b. Sering mengalami gangguan pernafasan sehingga memudahkan terjadi perdarahan dalam
otak.
c. Perdarahan dalam otak memperburuk keadaan dan dapat menyebabkan kematian.
d. Pemberian oksigen belum mampu diatur sehingga memudahkan terjadi perdarahan dan
nekrosis.
1.2 SEPSIS NEONATORUM
1.2.1. Definisi
Sepsis neonatorum, sepsis neonatus dan septikemia neonatus merupakan istilah yang telah
digunakan untuk menggambarkan respons sistemik terhadap infeksi pada bayi baru lahir.
Sepsis neonatorum adalah suatu bentuk penyakit yang digambarkan dengan adanya
infeksi bakteri secara sistemik pada bulan pertama kehidupan yang ditandai hasil kultur darah
yang positif. Definisi lainnya adalah sindroma klinis yang ditandai gejala sitemik dan disertai
bakteriemia yang terjadi dalam bulan pertama kehidupan.
8
-
8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr
9/38
1.2.2 Epidemiologi
Insidensi sepsis neonatorum beragam, dari 1-4/1000 kelahiran hidup di negara maju dengan
fluktuasi yang besar sepanjang waktu dan tempat geografis. Keragaman insiden dari rumah
sakit ke rumah sakit lainnya dapat dihubungkan dengan angka prematuritas, perawatan
prenatal, pelaksanaan persalinan, dan kondisi lingkungan di ruang perawatan. Angka sepsis
neonatorum meningkat secara bermakna pada bayi dengan berat badan lahir rendah dan bila
ada faktor resiko ibu ( obstetrik ) atau tanda- tanda koriamnionitis, seperti ketuban pecah
lama ( > 18 jam ), demam intrapartum ibu (> 37,5C ), leukositosis ibu (>18000/mm3),
pelunakan uterus dan takikardi janin (>180 kali/menit). Faktor resiko host meliputi jenis
kelamin laki-laki, cacat imun didapat atau kongenital, galaktosemia ( Escherichia coli)
pemberian preparat besi intramuskuler ( E.coli), anomali kongenital (saluran kencing,
asplenia, myelomeningokel, saluran sinus), omfalitis dan kembar (terutama kembar kedua
dari janin yang terinfeksi). Prematuritas merupakan faktor resiko baik pada sepsis awal
maupun lanjut.
1.2.3 Klasifikasi
Berdasarkan umur dan onset / waktu timbulnya gejala-gejala, sepsis neonatorum dibagi
menjadi dua:
1.2.3.1 Early onset sepsis neonatal / sepsis awitan awal dengan ciri-ciri:
* Umur saat onset mulai lahir sampai 3 hari
* Penyebab organisme dari saluran genital ibu.
* Organisme grup B Streptococcus, Escherichia coli, Listeria non-typik,
Haemophilus influezae dan enterococcus.
9
-
8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr
10/38
* Klinis melibatkan multisistem organ (resiko tinggi terjadi pneumoni)
* Mortalitas mortalitas tinggi (15-45%).
1.2.3.2 Late onset sepsis neonatal / sepsis awitan lanjut dengan ciri-ciri:
* Umur saat onset timbul setelah usia 3 hari sampai 28 hari
* Penyebab selain dari saluran genital ibu atau peralatan.
* 0rganisme Staphylococcus coagulase-negatif, Staphylococcus aureus,
Pseudomonas, Grup B Streptococcus, Escherichia coli, dan Listeria.
* Klinis biasanya melibatkan organ lokal/fokal (resiko tinggi terjadi meningitis).
* Mortalitas mortalitas rendah ( 10-20%).
1.2.4 Etiologi
Etiologi terjadinya sepsis pada neonatus adalah dari bakteri.virus, jamur dan protozoa
(jarang). Penyebab yang paling sering dari sepsis awitan awal adalah Streptokokus grup B
dan bakteri enterik yang didapat dari saluran kelamin ibu. Sepsis awitan lanjut dapat
disebabkan oleh SGB, virus herpes simplek (HSV), enterovirus dan E.coli. Pada bayi dengan
berat badan lahir sangat rendah, Candida dan Stafilokokus koagulase-negatif (CONS),
merupakan patogen yang paling umum pada sepsis awitan lanjut.
Jika dikelompokan maka didapat:
* Bakteri gram positif
10
-
8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr
11/38
Streptokokus grup B penyebab paling sering.
Stafilokokus koagulase negatif merupakan penyebab utama bakterimia
nosokomial.
Streptokokus bukan grup B.
* Bakteri gram negatif
Escherichia coli Kl penyebab nomor 2 terbanyak.
H. influenzae.
Listeria monositogenes.
Pseudomonas
Klebsiella.
Enterobakter.
Salmonella.
Bakteria anaerob.
Gardenerella vaginalis.
Walaupun jarang terjadi, terhisapnya cairan amnion yang terinfeksi dapat
menyebabkan pneumonia dan sepsis dalam rahim, ditandai dengan distres janin atau asfiksia
neonatus. Pemaparan terhadap patogen saat persalinan dan dalam ruang perawatan atau di
masyarakat merupakan mekanisme infeksi setelah lahir.
11
-
8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr
12/38
1.2.5 Patogenesis
Terdapat perbedaan patogenesa antara sepsis neonatus yang early onset/awitan awal dengan
yang late onset/awitan lanjut.early onset didapat secara transmisi vertikal dalam uterus atau
intra partus,sedangkan late onset biasanya secara transmisi horisontal dan intra partus.
1.2.5.1 Early onset / awitan awal
Hal yang paling penting faktor resiko terjadinya infeksi adalah pada saat persalinan dimana
keberadaan mikroorganisme dalam saluran genito urinarius.Bakteri pada saluran genito
urinarius naik secara asending dan mencapai cairan amnion setelah terjadi ruptur pada
membran prematur ( PROM ). Infeksi secara asending juga dapat terjadi pada saat kontak
dengan membran korioamnetik dalam uterus yang berdampak lahir hidup atau mati beberapa
jam setelah lahir. Altematif lain adalah pada saat neonatus kontak dengan mikroorganisme
selama melalui jalan lahir. Ketika fetus menghisap/aspirasi cairan amnion yang
terkontaminasi.mikroorganisme mencapai bagian bawah saluran sistem pemapasan dan
menyebabkan kerusakan sel epitel dari paru- paru.sebagai hasilnya adalah pnemonia dan
distres pemapasan yang terlihat pada beberapa jam setelah kelahiran. Sepsis neonatal yang
berat terjadi jika bakteri menginvasi melalui intravaskular dan adanya kegagalan dari tuan
rumah untuk mengeliminasi mikroorganisme patogen.
Secara singkat dapat dikemukakan sebagai berikut:
* Transplasenta (antepartum).
* Asenderen kuman vagina ( partus lama,ketuban pecah sebelum waktunya).
12
-
8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr
13/38
* Waktu melewati jalan lahir (kuman dari vagina dan rektum).
1.2.5.2 Late onset /awitan lanjut
Transmisi secara horisontal memegang peranan yang besar,kontak yang erat dengan ibu yang
menyusui,dan penularan transmisi secara nosokomial.Yang paling utama penyebab faktor
resiko didapatkannya nosokomial sepsis adalah penggunaan lama kateter plastik
intravaskuler, penggunaan prosedur invasif, pemakaian antibiotik, perawatan yang lama di
rumah sakit,kontaminasi dari peralatan laboratorium pendukung, cairan intravena atau
enteral,dan peralatan yang terkontaminasi.Bagaimanapun,situasi yang meningkatkan paparan
neonatus terhadap mikroorganisme menghasilkan peningkatan yang tinggi terhadap infeksi
nosokomial dalam perawatan.
Secara singkat dapat dikemukakan sebagai berikut:
* Akibat tindakan manipulasi (intubasi,kateterisasi,pemasangan infus.dll).
* Defek kongenital (omfalokel,meningokel,labioskizis,labiopalatoskizis,dll).
*Koloni kuman beasal dari saluran napas atas,konjungtiva,membran mukosa, umbilikus dan
kulit yang menginvasi / menyebar secara sistemik.
Faktor - faktor resiko untuk terjadinya sepsis neonatus perlu juga diketahui. Faktor
resiko dari sepsis neonatus terdiri faktor pejamu, sosio-ekonomi, riwayat persalinan,
perawatan bayi baru lahir, dan kesehatan serta keadaan gizi ibu, merupakan faktor-faktor
resiko terpenting pada sepsis neonatal.
Dari laporan penelitian pada sepsis neonatal yang terjadi segera setelah
lahir,menunjukkan adanya satu atau lebih faktor resiko pada riwayat kehamilan dan
13
-
8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr
14/38
persalinan. Faktor-faktor tersebut adalah kelahiran kurang bulan, berat badan lahir rendah,
ketuban pecah dini, infeksi maternal peripartum, kelahiran aseptik, kelahiran traumatik, dan
keadaan hipoksia. Pada umumnya sepsis neonatal tidak akan terjadi pada bayi lahir cukup
bulan dengan riwayat kehamilan dan persalinan normal.
Dari faktor-faktor diatas dapat diringkas menjadi dua faktor besar yaitu faktor ibu
anak dan ada juga yang membaginya menjadi faktor mayor-minor.
Faktor ibu :
*Ketuban pecah sebelum waktunya.
*Infeksi peripartum.
*Partus lama.
*Infeksi intrapartum.
Faktor anak:
*Berat badan lahir rendah.
*Prematuritas.
*Kecil untuk masa kehamilan.
*Defek kongenital.
*Bayi laki-laki lebih banyak dari perempuan.
*Tindakan resusitasi saat melakukan intubasi.
14
-
8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr
15/38
*Kehamilan kembar.
*Dan lain-lain.
Faktor mayor :
*Ruptur membran ibu yang lama > 24 jam.
*Ibu dengan demam intrapartum > 38C,
*Korioamnionitis.
*Fetal takikardi > 160 kali /menit.
Faktor minor:
*Ibu dengan demam intrapartum > 37,5C.
*Kehamilan kembar.
*Bayi prematur
*Ibu dengan leukositosis (hitung sel darah putih >15.000).
*Ruptur membran > 12 jam.
*Takipnea
*Kolonisasi SGB pada ibu.
*APGAR score yang rendah
*Berat badan lahir rendah
15
-
8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr
16/38
*Lochia berbau busuk.
Berikut ini akan dibahas sebagian dari faktor-faktor yang telah disebut diatas.
Berat lahir.
Berat lahir memegang peran penting pada terjadinya sepsis neonatal. Dilaporkan bahwa bayi
dengan berat lahir rendah mempunyai resiko 3 kali lebih tinggi terjadi sepsis daripada bayi
dengan berat lahir lebih dari 2500 gram.Makin kecil berat lahir makin tinggi angka kejadian
sepsis. Masalah sepsis bukan saja terjadi dekat setelah lahir,tetapi seringkali seorang bayi
berat lahir rendah setelah dapat mengatasi masalah prematuritasnya selama 5 hari pertama
kehidupan ,meninggal setelah mendapat sepsis dikemudian hari(late onset sepsis neonatal).
Walaupun angka kematian sepsis onset lambat mempunyai prognosis yang lebih baik
daripada sepsis onset dini.
Perawatan di Unit Perawatan Intensif Neonatus ( NICU ).
Neonatus yang dirawat di ruang rawat intensif mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya
infeksi. Hal ini dapat dimengerti oleh karena pada umumnya pasien yang dirawat di ruang
intensif adalah pasien berat.Pada umumnya infeksi merupakan penyebab kematian pada bayi
kecil
Respon imun penjamu.
Kerentanan bayi baru lahir terhadap terjadinya sepsis diduga disebabkan oleh karena sistem
imunologi baik humoral maupun selular yang masih imatur.Para peneliti banyak melaporkan
mengenai pengaruh jenis kelamin pada kejadian sepsis neonatal.Dikemukakan bahwa sepsis
neonatal lebih banyak dijumpai pada anak laki-laki daripada bayi perempuan.Bayi lelaki juga
lebih rentan terhadap infeksi basil enterik gram negatif sedangkan bayi perempuan lebih
16
-
8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr
17/38
rentan terhadap infeksi bakteri kokus gram positif.Angka kejadian bayi lelaki lebih rentan
menderita sepsis daripada perempuan dengan rasio 7:3. Dugaan penyebabnya adalah peran
faktor sex-linked pada kerentanan penjamu terhadap infeksi. Telah disepakati bahwa gen
yang terletak pada kromosom x mempengaruhi fungsi kelenjar thymus dan sintesis
imunoglobulin.Perempuan mempunyai dua gen x mungkin hal ini yang menyebabkan lebih
tahan terhadap infeksi. Beberapa peneliti membuktikan bahwa bayi perempuan lebih jarang
menderita sindrom distres pemapasan. Peneliti lain melaporkan bahwa rasio
lecithin:sphingomyelin dan konsentrasi saturated phosphatidylcholine serta kortisol dalam
cairan amnion pada kehamilan 28-40 minggu bayi perempuan lebih tinggi daripada bayi
lelaki.
Faktor geografi.
Jenis bakteri penyebab berbeda antara satu rumah sakit dengan rumah sakit lain atau antara
negara satu dengan negara lain.Hal ini disebabkan karena perbedaan fasilitas pelayanan
kesehatan, budaya setempat termasuk sexual-practices, pelayanan perawatan, dan pola
penggunaan antibiotik.Hal tersebut akan menyebabkan pola etiologi sepsis neonatal berbeda
pada tiap negara. Spesies Salmonella dan Enterobacteriacae lainnya serta Streptococcus
pneumonia di samping E.coli di daerah tropis banyak dilaporkan sebagai penyebab utama
sepsis neonatal. Faktor lain adalah jenis kolonisasi bakteri pada ibu hamil-pun berbeda di
setiap negara.
Faktor sosio-ekonomi.
Pola gaya hidup ibu,termasuk kebiasaan.kondisi perumahan, status nutrisi, dan penghasilan
orang tua sangat mempengaruhi resiko terjadinya infeksi pada bayi baru lahir. Sebenarnya
berat bayi lahir rendah dan prematuritas merupakan faktor resiko terpenting terjadinya sepsis
17
-
8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr
18/38
neonatal Kesempatan bayi kontak dengan infeksi akan meningkat ketika bayi tersebut
pulang.Pertemuan dengan anggota keluarga lain serumah,akan meningkatkan resiko
terjadinya infeksi (khususnya infeksi stafilokokus) akan sangat menular ke anggota keluarga
yang lain. Keadaan tersebut akan menjadi lebih berat bila pada keluarga dengan sosio
ekonomi rendah.
Perawatan di bangsal bayi.
Dibangsal perawatan bayi baru lahir seringkali infeksi berasal dari orang dewasa,termasuk
ibu,perawat atau keluarga lain yang berkunjung. Transmisi melalui droplet merupakan
sumber infeksi terbanyak, baik berasal dari orang dewasa maupun dari bayi lahir. Infeksi
stafilokokus biasanya dihubungkan dengan transmisi dari orang dewasa,sedangkan penularan
dari alat dan cairan menyebabkan infeksi spesies Proteus, Klebsiella, Serratia marcescans,
Pseudomonas, dan Flavobacterium.
Di pihak lain,penggunaan antibiotik yang berlebihan akan menyebabkan perubahan
pola resistensi bakteri setempat.Penggunaan preparat ampisilin dan gentamisin atau
kloramfenikol (sebagai pengobatan standar)dalam jangka waktu panjang menyebabkan
resistensi antibiotik tersebut. Akhir-akhir ini dilaporkan peningkatan resistensi bakteri
terhadap golongan sefalosporin generasi ketiga terhadap enterik gram negatif lebih cepat
terjadi dibandingkan dengan pengobatan standar.Pemakaian obat topikal terutama
hexachlorophene sebagai anti septik untuk perawatan talipusat, dilaporkan sangat efektif
menghambat kolonisasi stafilokokus tetapi tidak menghambat kolonisasi bakteri gram
negatif. Walaupun demikian belum pemah dilaporkan hubungan antara pemakaian
hexachlorophene dengan kejadian sepsis neonatal.
18
-
8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr
19/38
1.2.6 Diagnosis
Diagnosis sepsis dapat ditegakkan dengan:
1.Anamnesa dan pemeriksaan fisik/ berdasarkan gejala klinis.
2.Tes laboratorium yang mendukung dalam membuat anamnesis.
1.2.6.1 Dari gejala-gejala klinis / manifestasi klinis
Bayi-bayi sepsis dapat dengan cepat keadaannya memburuk dan terapi antibiotik secara
empiris dimulai jika diduga ada tanda-tanda klinis sepsis.Tidak ada tes yang cepat dan
terpercaya untuk konfirmasi dari diagnosis etiologi.Isolasi mikroorganisme dari darah,cairan
serebrospinal.atau urine merupakan gold standar untuk diagnosis pasti,bagaimanapun hasil
kultur adalah terpenting, namun sensitivitas dari metoda kultur kadang-kadang dapat
rendah.Peneliti harus dapat mempunyai sebuah tes atau panel tes yang dapat mengidentifikasi
bayi sepsis dengan akurat dan cepat sambil menunggu hasil kultur.Banyak kemajuan dari
bukan metoda kultur,seperti teknologi dari polymerase chain reaction I PCR ,memberi janji
dalam mendiagnosa infeksi.Bagaimanapun,tetap tes laboratorium non spesifik untuk
mendiagnosa infeksi dari bakteri invasif adalah paling penting pada neonatal.
Manifestasi klinis dari early onset biasanya distres pemapasan disertai dengan
pneumoni dan sepsis, tapi untuk late onset menunjukan gejala sepsis,meningitis, dan
osteoarthritis.
# Early onset / awitan awal.
Tanda-tanda klinis muncul semenjak 6 jam kehidupan >50 kasus, mayoritas / kebanyakan
muncul pada 72 jam pertama umur kehidupan.
19
-
8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr
20/38
Tanda awal biasanya sering tidak spesifik dan tidak diketahui.
*Hilangnya aktifitas spontan.
*Poor sucking.
*Apnea.
*Bradikardi.
*Suhu tubuh yang tidak stabil.
Tanda-tanda dan gejala lainnya.
*Distres pernafasan.
Kebanyakan neonatus dengan early onset infeksi menunjukkan gejala distres
pernafasan yang sulit dibedakan dengan bentuk HMD, pneumonia, atau penyebab lain dari
kesulitan bernafas,dengan penampilan seperti sianosis, dispneu, takipneu, apnea, retraksi
epigastrium, dan intercostal.Terjadinya gejala distres pernafasan adalah >80 dari
neonatus.Pneumonia dan septikemi merupakan bentuk manifestasi yang banyak
*Gangguan kardiovaskuler.
Bradikardi, pallor, penurunan perfusi, hipotensi.
*Gangguan metabolik.
Hipotermia,hipertermia,asidosis metabolik (ph
*Gangguan neurologik.
Lethargi,hipotonia,penurunan aktifitas,seizures.
20
-
8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr
21/38
# Late onset / awitan lanjut
* Gejala dan tanda-tanda klinis muncul >7 hari kehidupan.Transmisi secara horisontal dapat
dari yang lain (dari neonatus yang terinfeksi atau dari perawat kesehatan) atau secara
vertikal (dari ibu yang terlalu sering berdekatan).Tanda-tanda yang sering biasanya
demam,lethargi. Irritable, poor feeding, dan takipnea.
* Distres pernafasan yang tidak begitu jelas.
1.2.6.2 Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium pada bayi-bayi sepsis sebagai berikut:
a.Skrining sepsis yang rutin.
-Hitung jenis darah lengkap.
-Kultur darah.
-Apusan bahan dari bagian yang mengalami infalamasi.
-Apusan dari telinga dan tenggorokan (pada early -onset infeksi).
-Urine secara mikroskopis dan kultur.
-Rontgen thoraks.
-C-reaktif protein.
b.Tes rutin tambahan,dari indikasi klinis yang didapatkan.
-Lumbal pungsi,
21
-
8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr
22/38
-Kultur dan gram dari aspirasi lambung.
-Kultur dan gram dari apusan vagina yang lebih tinggi dari ibu.
-Kultur dari endotrakeal tube atau aspirasi dari trakeal.
-Kultur dari drainase dada.
-Kultur dari kateter vaskular.
-Kultur darah kwantitatif atau kultur darah multipel.
-IgG konsentrasi serial untuk spesifik organisme.
-IgM konsentrasi untuk organisme spesifik.
-Buffy coat secara mikroskopik.
1.2.7 Komplikasi
*Meningitis bakterialis.
*Enterokolitis nekrotikans.
*Koagulasi intravaskuler diseminata.
*Syok septik.
1.2.8 Terapi
*Umum
*Rawat dalam ruang isolasi / inkubator.
22
-
8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr
23/38
*Cuci tangan sebelum dan sesudah memeriksa bayi.
*Pemeriksa harus memakai pakaian ruangan yang telah disediakan.
*Pengaturan suhu dan posisi bayi.
*Khusus
a.Suportif untuk menjaga stabilitas hemodinamik dan oksigenisasi jaringan vital.
b. Terapi 02 bila ditemukan: sianosis, distres pemapasan ,apnea, dan serangan kejang.
c. Pemberian cairan dan elektrolit. Pada keadaan umum yang jelek, diberikan secara
parenteral sesuai dengan umur dan berat badan bayi. Bila keadaan umum baik dapat
diberikan nutrisi enteral secara bertahap dan parenteral dikurangi sampai kebutuhan
rumatan terpenuhi peroral.
d. Atasi kejang
e. Atasi hiperbilirubin
f. Atasi anemia.syok.
g.Antibiotik
Sebelum pemberian antibiotik, periksa kultur, dan tes resistensi. Diberikan antibiotik
spektrum luas untuk gram negatif dan positif selama belum ada hasil kultur.
h.Terapi awal (sebelum ada kultur dan resistensi) :
Kombinasi ampisilin+Gentamisin
23
-
8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr
24/38
Hari 1-7
Ampisillin :50 mg/KgBB/setiap 12 jam, pemberian IV, IM
Gentamisin : 2 Kg : 5 mg/KgBB/1x hari, IV,IM
Hari 8+
Ampisillin :50 mg/KgBB/setiap 8 jam, pemberian IV, IM
Gentamisin : 2 Kg : 7,5 mg/KgBB/2x hari, IV,IM
Bila organisme tidak ditemukan dan bayi tetap menunjukkan tanda infeksi sesudah 48 jam,
ganti ampisilin dengan sefotaxim, sedangkan gentamisin tetap dilanjutkan.
sefotaksim: 50 mg/KgBB/tiap 8 jam, IV (hari 1-7)
50 mg/KgBB/tiap 6 jam, IV (hari 8+)
1.2.9 Pencegahan
1.2.9.1 Dari Ibu.
Grup B Streptococcus merupakan penyebab terberat sebagai patogen terbanyak pada akhir
tahun 1960an dan biasanya sebagai penyebab dari early-onset sepsis. Sepuluh sampai 30
wanita hamil dengan kolonisasi Grup B Streptococcus dalam vagina atau daerah rektum.Dua
pendekatan utama : prenatal skrining (semua wanita hamil di skrining untuk deteksi infeksi
Grup B Streptococcus pada 35-37 minggu kehamilan dan dilakukan pengobatan untuk
24
-
8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr
25/38
kulturnya yang positif) dan identifikasi dari wanita beresiko tinggi serta mengobati sebelum
terjadinya persalinan.
1.2.9.2 Dari Neonatus.
Pemberian antibiotik profilaksis untuk bayi-bayi asimtomatis yang diduga beresiko tinggi
terjadi sepsis oleh Grup B Streptococcus masih kontroversial.
25
-
8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr
26/38
BAB II
ILUSTRASI KASUS
Identitas Pasien
Nama : AD
MR : 287766
Umur : 18 hari
Jenis kelamin : Laki-laki
Anak : III dari 3 bersudara
Suku bangsa : Minangkabau
Alamat : Sawah Dangka
Tanggal masuk : 24 Oktober 2011
Anamnesis (Alloanamnesis diberikan oleh ibu kandung)
Seorang pasien bayi laki laki berumur 18 hari telah dirawat selama 10 hari di bangsal
perinatologi RSUD DR Achmad Mochtar Bukittinggi dengan diagnosis BBLR dan sepsis
neonatorum.
Keluhan Utama:
Kebiruan di sekitar mulut sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Badan terasa dingin sejak 3 jam sebelum masuk rumah sakit
Kebiruan disekitar mulut sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit
Anak malas menyusu sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit
Muntah tidak ada, riwayat tersedak disangkal, sesak napas tidak ada
26
-
8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr
27/38
Perdarahan di hidung, mulut, dan saluran cerna tidak ada
Buang air kecil warna dan jumlah biasa
Buang air besar warna dan konsistensi biasa
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien pernah dirawat di bangsal anak (perinatologi) RSUD DR Achmad Mochtar
dengan diagnosis BBLR 1600 gr sejak lahir hingga usia 13 hari. Pasien pulang kerumah
selama 5 hari, dengan keadaan baik saat pulang, lalu kembali lagi ke RSUD DR Achmad
Mochtar tanggal 24 Oktober 2011 dengan keluhan kebiruan disekitar mulut.
Riwayat Penyakit Keluarga:
Tidak ada anggota keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini.
Riwayat Kehamilan Ibu:
Selama hamil ibu tidak pernah menderita penyakit berat, tidak mengkonsumsi obat-
obatan atau jamu, tidak pernah mendapat penyinaran selama hamil, kontrol teratur ke bidan,
hamil kurang bulan.
Riwayat Kelahiran:
Lahir spontan, ditolong oleh Bidan, kurang bulan, saat lahir langsung menangis kuat,
berat badan lahir 1600 gr, panjang badan 40 cm, A/S = 7/8, tidak ada riwayat kuning atau
biru waktu lahir.
Riwayat Makanan dan Minuman:
Bayi : ASI : 0 sekarang ( diberi tiap 3 jam, masing masing
27
-
8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr
28/38
payudara 15 menit )
Bubur susu : -
Susu Formula : -
Buah, Biskuit : -
Nasi Tim : -
Kesan : Kualitas dan kuantitas cukup
Riwayat Imunisasi:
Belum ada
Riwayat Sosial Ekonomi:
Pasien merupakan anak ke-3 dari 3 bersaudara, Ibu berumur 33 tahun, tamat SD, Ibu
Rumah Tangga, Ayah berumur 40 tahun, tamat STM, petani dengan penghasilan Rp.
200.000.
Riwayat Perumahan dan Lingkungan :
Tinggal di rumah kontrak, semi permanen, lantai tanah, pekarangan sempit, sumber
air minum dari sumur gali, buang air besar di sungai, sampah dibakar.
Kesan : Sanitasi dan higiene lingkungan kurang
Pemeriksaan Fisik:
Tanda Vital
Keadaan umum : Kurang aktif
Kesadaran : Sadar
Frekuensi Nadi : 140 x / menit
28
-
8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr
29/38
Frekuensi nafas : 63 x/ menit
Suhu : 35.4 C
Berat Badan : 1400 kg
Tinggi Badan : 40 cm
Pemeriksaan Sistemik :
Kulit : Teraba dingin, tampak pucat, sianosis tidak ada, kuning tidak ada.
Kepala : Bentuk bulat, simetris, tidak ada deformitas, rambut hitam tidak mudah dicabut
Mata : Konjungtiva anemis, sklera ikterik, pupil isokor, refleks cahaya +/+
Mulut : Mukosa mulut dan lidah basah, sianosis sirkumoral ada
Telinga : Tidak ada kelainan
Hidung : Tidak ada kelainan
Tenggorok : sukar dinilai
Leher : Tidak ada pembesaran KGB
Dada : Paru : I : normochest, simetris, retraksi tidak ada
P : Fremitus kiri sama dengan kanan
P : Sonor
A : bronkovesikuler, ronkhi tidak ada, wheezing tidak ada
Jantung : I : Iktus tidak terlihat
P : Iktus teraba di LMCS RIC V
P : batas jantung sukar dinilai
A : Bunyi jantung murni, irama teratur, bising tidak ada.
Abdomen : I : Tidak membuncit
P : hepar teraba - pinggir tajam,konsistensi kenyal,permukaan rata, lien
tidak teraba
29
-
8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr
30/38
P : Timpani.
A : Bising usus (+) normal.
Genitalia : Tidak ditemukan kelainan, status pubertas A1P1G1
Ekstremitas : Akral dingin, perfusi baik
Pemeriksaan Laboratorium
Darah : Hb : 8,9 gr/dl
Ht : 27 %
Trombosit : 67.000 /mm3
Leukosit : 14.700/ mm3
Eritrosit : 2.900.000/mm3
Diagnosis kerja : - BBLR
- Sepsis Neonatorum
Sikap : Rawat Inkubator
Oksigen liter/menit (nasal)
IVFD G:Z = 4 :1 (D 10%) + Ca Glukonas 10 cc/kolf + KCL 10 Meq/kolf 150
cc/kgBB/hari = 6 tetes/menit
Ampicilin 3x 70 mg
Gentamicin 1x6 mg
Aminofilin paid 5 % 32 cc/hari = 1,3 cc/jam
Paracetamol 150 mg (T 38,5)
Rencana : PT/APTT
Kultur Darah
30
-
8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr
31/38
Cross match
Elektrolit
Lumbal pungsi
Follow Up
Selasa, 25 Oktober 2011
S/ Demam tinggi ada, sesak nafas ada, kuning tidak ada, kebiruan tidak ada, kejang tidak ada.
Muntah tidak ada, buang air kecil warna dan jumlah biasa, buang air besar warna dan
konsistensi biasa.
O/ Keadaan Umum : Berat, kurang aktif
Frek nadi : 98x/menit
Frek Napas : 63x/menit
Suhu : 39,8o C
BB : 1400 gram
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.
Hidung : Nafas cuping hidung tidak ada
Thorak : paru : retraksi tidak ada, ronkhi tidak ada, wheezing tidak ada
Jantung : Bunyi jantung murni, irama teratur
Abdomen : Distensi tidak ada, bising usus positif normal
Ekstrimitas : akral hangat, perfusi baik
Kesan : Belum tampak perbaikan
Terapi : O2 Liter/menit (headbox)
IVFD G:Z = 4:1 (D10%) + Ca Glukonas 10cc/kolf + KCL 10 Meq/Kolf
150 cc / KgBB/hari = 6 tetes/ menit
Coba minum ASI 8 x 3cc/hari/ NGT
31
-
8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr
32/38
(2) Ampicillin 3x70mg
(2) Gentamicin 1x6 mg
Aminofusin paid 5% 28cc/hari = 1,3cc/jam
Paracetamol 150 mg (bila T38,5o C)
Rencana Pemeriksaan : Lumbal Punksi, Cross match
Lumbal Punksi di tunda karena orang tua masih berunding dan anak bertambah sesak
Rabu, 26 Oktober 2011
S/ Demam ada, sesak napas ada, kuning dan kebiruan tidak ada, kejang tidak ada, anak,
toleransi minum kurang, muntah tidak ada, buang air kecil warna dan jumlah biasa, buang air
besar warna dan konsistensi biasa.
O/ Keadaan Umum : Sakit berat, kurang aktif
Frek nadi : 160x/menit
Frek Napas : 60x/menit
Suhu : 38,5o C
BB : 1400 gram
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.
Hidung : Nafas cuping hidung tidak ada
Thorak : paru : retraksi tidak ada, ronkhi tidak ada, wheezing tidak ada
Jantung : Bunyi jantung murni, irama teratur
Abdomen : Distensi tidak ada, bising usus positif normal
Ekstrimitas : akral hangat, perfusi baik
Hasil laboratorium
Hb : 11.1 g/dl
Leukosit : 11. 200/ul
32
-
8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr
33/38
Eritrosit : 4.510.000/ul
Trombosit : 404.000/ul (agregasi)
Hematokrit : 34.8 %
Kesan : Belum tampak perbaikan
Terapi : O2 Liter/menit (headbox)
IVFD G:Z = 4:1 (D10%) + Ca Glukonas 10cc/kolf + KCL 10 Meq/Kolf
150 cc / KgBB/hari = 6 tetes/ menit
Coba minum ASI 8 x 3cc/hari/ NGT
(1) Cefotaxim 3x70 mg
(3) Gentamicin 1x6 mg
Aminofusin paid 42cc/hari
Paracetamol 150 mg (bila T38,5o C)
Telah dijelaskan tetang lumbal pungsi, keluarga mengerti dan menolak untuk dilakukan
lumbal pungsi.
Sikap: Naikkan dosis menpur : cefotaxim 4 x70 mg, gentamicin 2x5 mg
Kamis, 27 Oktober 2011
S/ Demam tidak ada, sesak napas tidak ada, kuning dan kebiruan tidak ada, kejang tidak ada,
anak, anak sudah mau menyusu, muntah tidak ada, buang air kecil warna dan jumlah biasa,
buang air besar warna dan konsistensi biasa.
O/ Keadaan Umum : Sakit sedang, kurang aktif
Frek nadi : 158x/menit
Frek Napas : 56x/menit
Suhu : 37,1o C
BB : 1500 gram
33
-
8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr
34/38
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.
Hidung : Nafas cuping hidung tidak ada
Thorak : paru : retraksi tidak ada, ronkhi tidak ada, wheezing tidak ada
Jantung : Bunyi jantung murni, irama teratur
Abdomen : Distensi tidak ada, bising usus positif normal
Ekstrimitas : akral hangat, perfusi baik
Kesan : ada perbaikan
Terapi : ASI OD
(2) Cefotaxim 4x70 mg
(4) Gentamicin 2x5 mg
Jumat, 28 Oktober 2011
S/ Demam tidak ada, sesak napas tidak ada, kuning dan kebiruan tidak ada, kejang tidak ada,
bayi rawat gabung dengan ibu, mau minum ASI, muntah tidak ada, buang air kecil warna dan
jumlah biasa, buang air besar warna dan konsistensi biasa.
O/ Keadaan Umum : Sakit sedang, kurang aktif
Frek nadi : 130x/menit
Frek Napas : 51x/menit
Suhu : 37o C
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.
Hidung : Nafas cuping hidung tidak ada
Thorak : paru : retraksi tidak ada, ronkhi tidak ada, wheezing tidak ada
Jantung : Bunyi jantung murni, irama teratur
Abdomen : Distensi tidak ada, bising usus positif normal
Ekstrimitas : akral hangat, perfusi baik
34
-
8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr
35/38
Kesan : hemodinamik stabil
Terapi : ASI OD
(3) Cefotaxim 4x70 mg
(5) Gentamicin 2x5 mg
Sabtu,29 Oktober 2011
S/ Demam tidak ada, sesak napas tidak ada, kuning dan kebiruan tidak ada, kejang tidak ada,
anak sudah mau menyusu, muntah tidak ada, buang air kecil warna dan jumlah biasa, buang
air besar warna dan konsistensi biasa.
O/ Keadaan Umum : Sakit sedang, kurang aktif
Frek nadi : 156x/menit
Frek Napas : 55x/menit
Suhu : 37,1o C
BB : 1500 gram
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.
Hidung : Nafas cuping hidung tidak ada
Thorak : paru : retraksi tidak ada, ronkhi tidak ada, wheezing tidak ada
Jantung : Bunyi jantung murni, irama teratur
Abdomen : Distensi tidak ada, bising usus positif normal
Ekstrimitas : akral hangat, perfusi baik
Kesan : ada perbaikan
Terapi : ASI OD
(4) Cefotaxim 4x70 mg
(6) Gentamicin 2x5
35
-
8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr
36/38
Minggu,30 Oktober 20011
S/ Demam tidak ada, sesak napas tidak ada, kuning dan kebiruan tidak ada, kejang tidak ada,
anak, anak sudah mau menyusu, muntah tidak ada, buang air kecil warna dan jumlah biasa,
buang air besar warna dan konsistensi biasa.
O/ Keadaan Umum : Sakit sedang, kurang aktif
Frek nadi : 158x/menit
Frek Napas : 56x/menit
Suhu : 37,1o C
BB : 1500 gram
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.
Hidung : Nafas cuping hidung tidak ada
Thorak : paru : retraksi tidak ada, ronkhi tidak ada, wheezing tidak ada
Jantung : Bunyi jantung murni, irama teratur
Abdomen : Distensi tidak ada, bising usus positif normal
Ekstrimitas : akral hangat, perfusi baik
Kesan : ada perbaikan
Terapi : ASI OD
(5) Cefotaxim 4x70 mg
(7) Gentamicin 2x5 mg
Senin,31 Oktober 2011
S/ Demam tidak ada, sesak napas tidak ada, kuning dan kebiruan tidak ada, kejang tidak ada,
anak, anak sudah mau menyusu, muntah tidak ada, buang air kecil warna dan jumlah biasa,
buang air besar warna dan konsistensi biasa.
O/ Keadaan Umum : Sakit sedang, kurang aktif
36
-
8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr
37/38
Frek nadi : 150x/menit
Frek Napas : 51x/menit
Suhu : 36,5o C
BB : 1500 gram
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.
Hidung : Nafas cuping hidung tidak ada
Thorak : paru : retraksi tidak ada, ronkhi tidak ada, wheezing tidak ada
Jantung : Bunyi jantung murni, irama teratur
Abdomen : Distensi tidak ada, bising usus positif normal
Ekstrimitas : akral hangat, perfusi baik
Kesan : Hemodinamik stabil
Terapi : ASI OD
(6) Cefotaxim 4x70 mg
Selasa,1 November 2011
S/ Demam tidak ada, sesak napas tidak ada, kuning dan kebiruan tidak ada, kejang tidak ada,
anak sudah mau menyusu, muntah tidak ada, buang air kecil warna dan jumlah biasa, buang
air besar warna dan konsistensi biasa.
O/ Keadaan Umum : Sakit sedang, kurang aktif
Frek nadi : 152x/menit
Frek Napas : 48x/menit
Suhu : 36,8o C
BB : 1600 gram
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.
Hidung : Nafas cuping hidung tidak ada
37
-
8/3/2019 BAB II Sepsis Dan Bblr
38/38
Thorak : paru : retraksi tidak ada, ronkhi tidak ada, wheezing tidak ada
Jantung : Bunyi jantung murni, irama teratur
Abdomen : Distensi tidak ada, bising usus positif normal
Ekstrimitas : akral hangat, perfusi baik
Kesan : Hemodinamik stabil
Terapi : ASI OD
(7) Cefotaxim 4x70 mg
Kurva Suhu
33
34
3536
37
38
39
40
41
24 Okt 25 Okt 26 Okt 27 Okt 28 Okt 29 Okt 30 Okt 31 Okt 01-Nop
Suhu (Celcius)