bab ii bblr

27
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Bayi Lahir Berat badan merupakan ukuran antropometrik yang terpenting, dipakai pada setiap kesempatan memeriksa kesehatan anak pada semua kelompok umur. Berat badan merupakan hasil peningkatan/penurunan antara lain tulang, otot, lemak, cairan tubuh, dll. Berat badan dipakai sebagai indikator terbaik pada saat ini untuk mengetahui keadaan gizi dan tumbuh kembang anak. Kualitas bayi baru lahir juga dapat diketahui melalui pengukuran berat badan bayi setelah dilahirkan. Pengukuran berat badan bayi lahir dapat dilakukan dengan menggunakan timbangan yang relatif murah, mudah dan tidak memerlukan banyak waktu. Berat badan bayi lahir dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu berat badan lahir rendah (BBLR) dan berat badan lahir normal (BBLN). Faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan janin antara lain yaitu: faktor janin diantaranya kelainan janin, faktor etnik dan ras diantaranya disebabkan oleh faktor genetik dan lingkungan, serta faktor kelainan kongenital yang berat pada bayi sehingga seringkali mengalami retardasi pertumbuhan sehingga berat badan lahirnya rendah. Selain itu faktor maternal juga mempengaruhi pertumbuhan janin, faktor tersebut diantaranya konstitusi ibu yaitu jenis kehamilan ganda

Upload: isone-sories

Post on 14-Jul-2016

274 views

Category:

Documents


18 download

DESCRIPTION

Tinjauan Pustaka

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II BBLR

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Berat Bayi Lahir

Berat badan merupakan ukuran antropometrik yang terpenting, dipakai pada

setiap kesempatan memeriksa kesehatan anak pada semua kelompok umur. Berat

badan merupakan hasil peningkatan/penurunan antara lain tulang, otot, lemak, cairan

tubuh, dll. Berat badan dipakai sebagai indikator terbaik pada saat ini untuk

mengetahui keadaan gizi dan tumbuh kembang anak.

Kualitas bayi baru lahir juga dapat diketahui melalui pengukuran berat badan

bayi setelah dilahirkan. Pengukuran berat badan bayi lahir dapat dilakukan dengan

menggunakan timbangan yang relatif murah, mudah dan tidak memerlukan banyak

waktu. Berat badan bayi lahir dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu berat badan

lahir rendah (BBLR) dan berat badan lahir normal (BBLN).

Faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan janin antara lain yaitu:

faktor janin diantaranya kelainan janin, faktor etnik dan ras diantaranya disebabkan

oleh faktor genetik dan lingkungan, serta faktor kelainan kongenital yang berat pada

bayi sehingga seringkali mengalami retardasi pertumbuhan sehingga berat badan

lahirnya rendah. Selain itu faktor maternal juga mempengaruhi pertumbuhan janin,

faktor tersebut diantaranya konstitusi ibu yaitu jenis kehamilan ganda ataupun

tunggal, serta keadaan lingkungan ibu. Faktor plasenta juga mempengaruhi

pertumbuhan janin yaitu besar dan berat plasenta, tempat melekat plasenta pada

uterus, tempat insersi tali pusat, kelainan plasenta.

Kelainan plasenta terjadi karena tidak berfungsinya plasenta dengan baik

sehingga menyebabkan gangguan sirkulasi oksigen dalam plasenta. Lepasnya

sebagian plasenta dari perlekatannya dan posisi tali pusat yang tidak sesuai dengan

lokasi pembuluh darah yang ada di plasenta dapat mengakibatkan terjadinya

gangguan aliran darah plasenta ke bayi.

Beberapa faktor yang mempengaruhi ukuran bayi waktu lahir yaitu :

a. Jangka waktu kehamilan

Bayi postmatur lebih panjang, berat dan lebih terisi dari pada mereka yang lahir

pada umur lengkap. Bayi yang sedikit prematur kurang lemaknya dan karenanya

tampak agak lemah dan kurus.

Page 2: BAB II BBLR

8

b. Gizi ibu

Terdapat hubungan yang jelas antara gizi ibu selama bulan–bulan terakhir

kehamilan dan ukuran bayi pada saat lahir. Semakin buruk gizi ibu semakin

kurang berat dan panjang bayinya.

c. Keadaan ekonomi keluarga

Keadaan sosial ekonomi mempengaruhi kualitas dan kuantitas gizi ibu selama

bulan–bulan terakhir kehamilan dan ukuran bayi pada saat lahir. Semakin buruk

gizi ibu semakin kurang berat dan panjang bayinya.

d. Urutan kelahiran

Rata – rata bayi yang lahir pertama beratnya kurang dan lebih pendek dari pada

bayi yang lahir berikutnya dalam keluarga yang sama

e. Ukuran keluarga

Anak – anak yang lahir selanjutnya dalam keluarga besar, terutama bila jarak

kelahirannya dekat dengan kelahiran kakaknya, cenderung lebih kecil dari

saudaranya yang lebih tua. Hal ini sebagian disebabkan oleh kondisi kesehatan

umum ibunya.

f. Kegiatan janin

Aktivitas janin yang berlebihan dapat menyebabkan berat bayi dibawah rata –

rata untuk panjang badannya. Ini akan memberi gambaran kurus pada bayi

2. BBLR

Banyak literatur yang telah mendefinisikan BBLR. Namun definisi tersebut

hampir sama antara satu dengan yang lainya. Sebelum tahun 1961 definisi BBLR

dimasukan kedalam kategori bayi yang prematur. Setelah periode tersebut WHO

mendefinisikan BBLR sebagai kelompok bayi yang lahir dengan berat kurang dari

2500 gram terlepas dari usia kehamilan, baik prematur atau cukup bulan.(Depkes RI,

2009; Unicef, 2004; WHO, 1961)

Berat lahir adalah berat bayi baru lahir yang diukur dalam satu jam pertama

kehidupan (Unicef, 2004). Bayi baru lahir normal adalah bayi baru lahir dari

kehamilan yang aterm (37-42 minggu) dengan berat badan lahir 2500-4000 gram

(Saifuddin, 2002). Insiden berat badan lahir rendah adalah persentase bayi lahir

hidup yang berat badanya kurang dari 2500 gram per jumlah total bayi yang lahir

hidup yang ditimbang dalam periode waktu yang sama dikalikan dengan 100

(Unicef, 2004).

Page 3: BAB II BBLR

9

Masa atau usia kehamilan sering disebut dengan masa gestasi dapat

dikategorikan ke dalam tiga kelompok yaitu masa preterm, masa aterm, dan masa

postterm.

Masa kehamilan preterm adalah suatu masa yang menunjukan usia kehamilan

kurang dari 37 minggu. Bayi yang lahir pada masa preterm disebut dengan bayi

prematur (Manuaba, 1998). Umumnya bayi yang lahir prematur mengalami BBLR

sekitar 60% (WHO, 1961). Kelahiran prematur menyebabkan aktivasi endokirn

janin sebelum dewasa, kelebihan tekanan rahim, perdarahan, infeksi atau radang

intrauterin (Harnietta, 2005).

Masa kehamilan aterm adalah masa kehamilan anatara 37 sampai 42 minggu.

Bayi dilahirkan pada masa aterm disebut dengan bayi lahir cukup bulan dan bayi ini

dapat mengalami BBLR dan dapat juga lahir normal. Bila pada masa aterm bayi

dilahirkan kurang dari 2500 gram disebut dengan bayi kecil masa kehamilan

(KMK).

Masa kehamilan Postterm atau sering disebut dengan masa kehamilan lebih

bulan atau lebih dari 42 minggu. Bayi yang dilahirkan pada masa posterm lebih

matur dibandingkan dengan bayi yang dilahirkan pada masa aterm. Pada bayi yang

mengalami BBLR masa posterm akan lebih mudah ditangani dibandingkan dengan

bayi BBLR prematur.

Berdasarkan klasifikasi masa kehamilan maka bayi BBLR dapat dibagi

menjadi tiga kategori yaitu BBLR prematur, bayi kecil untuk masa kehamilan

(KMK), dan Kombinasi prematur dan bayi kecil masa kehamilan.

a. BBLR Prematur

BBLR prematur adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan kurang

dari 37 minggu dengan berat badan kurang dari 2500 gram. Bila bayi yang

lahir dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badanya kurang

dari seharusnya desebut dengan dismatur kurang bulan kecil untuk masa

kehamilan. Karakteristik bayi BBLR prematur adalah berat lahir kurang dari

2500 gram, panjang badan kurang atau sama dengan 45 cm, lingkar dada

kurang dari 30 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm. Semakin awal bayi lahir,

semakin belum sempurna perkembangan organ-organ tubuhnya, dan semakin

rendah berat badanya saat lahir dan semakin tinggi resikonya mengalami

berbagai komplikasi berbahaya (Sunaryanto, 2009).

Page 4: BAB II BBLR

10

b. Bayi Kecil untuk Masa Kehamilan (KMK)

Bayi kecil untuk masa kehamilan merupakan bayi BBLR yang

diakibatkan karena gangguan pertumbuhan intranutrien. Bayi kecil masa

kehamilan adalah bayi yang dilahirkan dengan berat badan lahir kurang dari

10th Bayi kecil masa kehamilan bisa terjadi tanpa penyebab patologis atau

penyebab sekunder persentil untuk berat sebenarnya dengan umur

kehamilan (Manuaba, 1998). Namun dalam berbagai literatur akhir-akhir

ini yang merujuk pada kejadian BBLR, istilah bayi kecil untuk masa

kehamilan dapat didefinisikan sebagai bayi yang lahir dengan berat badan

kurang dari 2500 gram dengan usia kehamilan lebih atau sama dengan 37

minggu (Depkes RI, 2011). Istilah yang banyak digunakan dengan bayi

kecil untuk masa kehamilan diantaranya pseudoprematuritas, dismaturitas,

fetal malnutrisi, chronic fetal distress. Small for Gestational Age (SGA),

dan Intra Uterin Grouth Retardation (IUGR) (Manuaba, 1998).

intrauterine growth retradation (IUGR). Bayak faktor yang

menyebabkan bayi kecil masa kehamilan seperti bayi dengan kelainan

kongenital atau kelainan kromosom sering dikaitkan dengan BBLR,

Masalah plasenta dapat menghambat penyediaan oksigen dan nutrisi yang

adekuat pada janain, dan infeksi (Pastrakulijic, 2000).

Bayi berat lahir rendah merupakan masalah penting dalam

pengelolaannya karena mempunyai kecenderungan ke arah peningkatan

terjadinya infeksi, kesukaran mengatur nafas tubuh sehingga mudah untuk

menderita hipotermia. Selain itu bayi dengan Berat Bayi Lahir Rendah

(BBLR) mudah terserang komplikasi tertentu seperti ikterus, hipoglikemia

yang dapat menyebabkan kematian. Kelompok bayi berat lahir rendah yang

dapat di istilahkan dengan kelompok resiko tinggi karena pada bayi berat

lahir rendah menunjukan angka kematian dan kesakitan yang lebih tinggi

dengan berat bayi lahir cukup.

Menurut Manuaba (1998) ada tiga faktor penyebab KMK, yaitu faktor

ibu, faktor uterus dan plasenta, dan faktor janin. Faktor ibu yang berperan

dalam menyebabkan terjadinya bayi KMK seperti malnutrisi, penyakit ibu

(hipertensi, paru, penyakit gula), komplikasi hamil (preeklamsia, eklamsia,

perdarahan), dan kebiasaan ibu (perokok, peminum). Faktor uterus dan

Page 5: BAB II BBLR

11

plasenta dapat berupa gangguan pembuluh darah, gangguan insersi tali

pusat, kelainan bentuk plasenta, dan perkapuran plasenta. Faktor janin

berupa kelainan kromosom, hamil ganda, infeksi dalam rahim, cacat

bawaan.

c. Kombinasi Prematur dan Bayi Kecil Masa Kehamilan

Kombinasi bayi premaatur dan bayi kecil masa hamil dipastiakan

akan menyebabkan bayi lahir dengan berat badan rendah. Umumnya bayi

dengan berat lahir dengan kondisi prematur dan bayi kecil masa kehamilan

kurang dari 1500 gram disebut bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR)

(WHO,1961; Unicef, 2004)

d. Patofisiologi dan Etiologi BBLR

Sangat susah untuk memisahkan secara tegas antara faktor-faktor

yang berkaitan dengan prematur dan faktor yang berkaitan dengan IUGR

yang menyebabkan terjadinya BBLR. Sampai sekarang penyebab terbanyak

yang diketahui menyebabkan terjadinya BBLR adalaah kelahiran prematur.

Dan dalam kasus demikian bayi yang BBLR harus mendapatkan

penanganan yang adekuat. Sedangkan faktor lain berkaitan dengan faktor

ibu dan janin (Depkes RI, 2011).

Menurut WHO (2004) faktor etiologi yang berkontribusi

menyebabkan kejadian berat badan lahir rendah terutama di negara-negara

berkembang meliputi penggunaan tembakau ( merokok, konsumsi

tembakau kunyah, dan tembakau untuk kegunaan terapi), kurang intake

kalori, berat badan rendah sebelum masa kehamilan, primipara, jenis

kelamin janin, tubuh pendek, ras, riwayat BBLR sebelumnya, angka

mordibitas umum, dan faktor risiko lingkungan seperti paparan timbal, dan

jenis-jenis polusi udara (WHO, 2004).

Page 6: BAB II BBLR

12

Sumber : World Health Organisation

e. Dampak Berat Badan Lahir Rendah

BBLR sangat erat kaitannya dengan mortalitas dan mordibitas janin.

Keadaan ini dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan kognitif,

kerentanan terhadap penyakit kronis di kemudian hari (Unicef, 2004). Pada

tingkat populasi, proporsi bayi dengan BBLR adalah gambaran

multimasalah kesehatan masyarakat mencakup ibu yang kekurangan gizi

jangka panjang, kesehatan yang buruk, kerja keras dan perawatan kesehatan

dan kehamilan yang buruk. Secara individual, BBLR merupakan prediktor

penting dalam kesehatan dan kelangsungan hidup bayi yang baru lahir dan

berhubungan dengan risiko tinggi pada kematian bayi dan anak (Unicef,

2004).

Dampak lanjutan dari BBLR dapat berupa gagal tumbuh (grouth

faltering), anak pendek 3 kali lebih besar di banding non BBLR,

pertumbuhan terganggu, penyebab wasting, dan risiko malnutrisi (Sirajudin

dkk, 2011).

3. Faktor Resiko BBLR

Beberapa faktor yang mempengaruhi BBLR adalah :

a. Faktor ibu

Page 7: BAB II BBLR

13

1) Sosioekonomi dan demografi

Sosioekonomi meliputi status sosial ekonomi yang rendah, status

perkawinan, tingkat pendidikan yang rendah. Budaya meliputi ras/ suku.

Faktor demografi meliputi umur ibu sewaktu hamil. Prognosa kehamilan

sangat ditentukan oleh usia seseorang. Umur yang terlalu muda atau kurang

dari 17 tahun dan umur yang terlalu lanjut lebih dari 34 tahun merupakan

kehamilan resiko tinggi. 18 Kehamilan pada usia muda erupakan faktor resiko

hal ini disebabkan belum matangnya organ reproduksi untuk hamil

(endometrium belum sempurna) sedangkan pada umur diatas 35 tahun

endometrium yang kurang subur serta memperbesar kemungkinan untuk

menderita kelainan kongenital, sehingga dapat berakibat terhadap kesehatan

ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan janin dan beresiko untuk

mengalami kelahiran prematur.17 Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah

pada usia kurang dari 20 tahun. Kejadian terendah terjadi pada usia antara 26 –

35 tahun.

Ras yaitu bayi yang lahir dari ras kulit hitam dua kali lebih besar

kemungkinannya mengalami BBLR dibanding ras kulit putih, hal ini

disebabkan karena pada kelompok ras kulit hitam yang minoritas orang miskin

sehingga asupan gizi selama hamil kurang karena pendapatannya tidak dapat

memenuhi kebutuhan gizi yang seharusnya didapatkan selama hamil.

Faktor sosial ekonomi, budaya berhubungan dengan tingkat pendidikan,

pekerjaan ibu, ekonomi keluarga. Pendidikan secara tidak langsung akan

mempengaruhi hasil suatu kehamilan khususnya terhadap kejadian bayi

dengan berat badan lahir rendah. Hal ini dikaitkan dengan pengetahuan ibu

dalam memelihara kondisi kehamilan serta upaya mendapatkan pelayanan dan

pemeriksaan kesehatan selama kehamilan.

Ekonomi keluarga dapat menunjukkan gambaran kemampuan keluarga

dalam memenuhi kebutuhan gzi ibu selama hamil yang berperan dalam

pertumbuhan janin. Keadaan sosial ekonomi sangat berperan terhadap

timbulnya prematuritas. Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial

ekonomi rendah. Hal ini disebabkan keadaan gizi yang kurang baik dan

periksa hamil.

Pekerjaan fisik banyak dihubungkan dengan peranan seorang ibu yang

mempunyai pekerjaan tambahan diluar pekerjaan rumah tangga dalam upaya

Page 8: BAB II BBLR

14

meningkatkan pendapatan keluarga. Beratnya pekerjaan ibu selama kehamilan

dapat menimbulkan terjadinya prematuritas karena ibu tidak dapat beristirahat

dan hal tersebut dapat mempengaruhi janin yang sedang dikandung.

Kejadian prematuritas juga terjadi pada bayi yang lahir dari perkawinan

yang tidak sah lebih besar bila dibandingkan dengan bayi yang lahir dari

perkawinan yang sah. Hal ini karena hamil diluar nikah masih merupakan

sesuatu yang belum dapat diterima masyarakat, karena dianggap sebagai anak

haram atau hasil perzinahan. Wanita yang hamil diluar nikah akan menghadapi

masalah psikologis yaitu takut, rendah diri terhadap kehamilannya sehingga

cenderung untuk menghilangkan dengan cara menggugurkan kandungan. Oleh

sebab itu layanan antenatal bahkan tidak pernah dilakukan.

2) Resiko medis ibu sebelum hamil dan gangguan, penyakit selama hamil

Resiko medis ibu sebelum hamil antara lain paritas, bila berat badan

kurang dari 40 kg dan tinggi badan ibu kurang dari 145 cm, cacat bawaan,

pernah melahirkan BBLR, abortus spontan dan faktor genetik.5,19 Paritas

adalah jumlah anak yang dikandung dan dilahirkan oleh ibu. Paritas primipara

yaitu wanita yang pernah melahirkan bayi dengan berat janin diatas 2500 gram

pada umur kehamilan 37 sampai 42 minggu.17 Mereka mempunyai resiko

1,32 kali lebih besar untuk terjadi BBLR. Paritas yang beresiko melahirkan

BBLR adalah paritas nol yaitu bila ibu pertama kali hamil dan paritas lebih

dari empat. Hal ini dapat berpengaruh pada kehamilan berikutnya karena

kondisi rahim ibu belum pulih jika untuk hamil kembali.

Jarak kehamilan juga merupakan faktor resiko medis ibu sebelum hamil

yang mempengaruhi kejadian BBLR. Semakin kecil jarak antara dua kelahiran

semakin besar resiko melahirkan BBLR. Kejadian tersebut disebabkan oleh

komplikasi perdarahan antepartum, partus prematur dan anemia berat.

Dari suatu studi prospektif didapatkan bahwa interval persalinan

menunjukkan hubungan bermakna dengan kejadian BBLR. Jarak kehamilan

yang sangat pendek dan jarak sangat panjang menjadi faktor resiko terjadinya

ibu melahirkan BBLR. Faktor resiko ibu hamil hubungannya dengan BBLR

didapatkan resiko relatif 1,32 pada primipara dan resiko relatif 1,48 pada ibu

dengan interval kehamilan lebih dari 6 tahun.

Bayi berat lahir rendah terjadi apabila ibu mengalami

gangguan/komplikasi selama kehamilan seperti hiperemesis gravidarum yaitu

Page 9: BAB II BBLR

15

komplikasi mual dan muntah pada hamil muda bila terjadi secara terus

menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan cadangan karbohidrat dan lemak

habis terpakai untuk keperluan energi, perasaan mual ini disebabkan oleh

meningkatnya kadar estrogen. Hiperemesis yang terus menerus dapat

menyebabkan kekurangan asupan makanan yang dapat mempengaruhi

perkembangan janin.

BBLR juga terjadi jika Ibu menderita pre eklampsia dan eklampsia. Pre

eklampsia ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema dan proteinuria

yang timbul karena kehamilan. Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita

hamil, dalam persalinan / nifas yang ditandai dengan kejang dan koma.

Kondisi tersebut dapat mempengaruhi plasenta dan uterus karena aliran darah

ke plasenta menurun sehingga terjadi gangguan fungsi plasenta. Pada

hipertensi yang agak lama dapat mempengaruhi perkembangan janin, sehingga

mudah terjadi partus prematur.

Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya

perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, diabetes mellitus dan

penyakit infeksi menjadi salah satu penyebab BBLR karena janin tumbuh

lambat atau memperpendek usia kehamilan ibu.

Penyakit infeksi akut antara lain disebabkan oleh masuknya

mikroorganisme patogen dalam tubuh kemudian dapat menyebabkan

timbulnya tanda-tanda atau gejala penyakit. Mikroorganisme penyebab infeksi

dapat berupa bakteri, protozoa, jamur dan virus (rubella, toksoplasma). Hal

tersebut dapat menyebabkan kelainan dan penularan kongenital pada bayi

sehingga bayi yang dilahirkan prematur.

Patogenesis kejadian BBLR juga diakibatkan oleh penyakit TB paru,

malaria, penyakit non infeksi seperti penyakit jantung, asma dan kurang gizi

(KKP) karena status gizi yang buruk. Penyakitpenyakit tersebut dapat

mengganggu proses fisiologis metabolisme dan pertukaran gas pada janin

berakibat terjadinya partus prematur sehingga beresiko BBLR.

Anemia pada ibu hamil adalah suatu keadaan yang menunjukkan kadar

haemoglobin (Hb) di dalam darah lebih rendah dari nilai normal yaitu 11

g/100 ml. Kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan

jumlah sel darah merah dan membentuk sel darah merah janin dan plasenta.

Page 10: BAB II BBLR

16

Pengaruh anemia terhadap kehamilan yaitu dapat terjadi abortus, persalinan

prematur, perdarahan antepartum.

3) Lingkungan dan perilaku

Perilaku ibu yang suka merokok maupun terkena pajanan asap rokok,

serta konsumsi alkohol dan obat-obatan beresiko untuk melahirkan bayi

BBLR. Menurut penelitian angka insidensi bayi BBLR dari ibu yang merokok

dua kali lebh besar dari ibu yang tidak merokok. Penggunaan obat juga

menyebabkan sejumlah efek yang merusak pada janin termasuk

pertumbuhannya dan dapat menyebabkan cacat kongenital. Radiasi dan

paparan zat-zat racun juga berpengaruh, kondisi tersebut dikhawatirkan terjadi

mutasi gen sehingga dapat menimbulkan kelainan kongenital pada janin.24

Lingkungan juga mempengaruhi untuk menjadi resiko untuk melahirkan

BBLR. Faktor lingkungan yaitu bila ibu bertempat tinggal di dataran tinggi

seperti pegunungan. Hal tersebut menyebabkan rendahnya kadar oksigen

sehigga suplai oksigen terhadap janin menjadi terganggu. Ibu yang tempat

tinggalnya di dataran tinggi beresiko untuk mengalami hipoksia janin yang

menyebabkan asfiksia neonatorum. Kondisi tersebut dapat berpengaruh

terhadap janin oleh karena gangguan oksigenisasi/kadar oksigen udara lebih

rendah dan dapat menyebabkan lahirnya bayi BBLR.

4) Karakteristik pelayanan antenatal

Jenis pelayanan kesehatan yang harus dilakukan oleh ibu hamil adalah

pemeriksaan kehamilan/pelayanan antenatal. Pelayanan antenatal harus

dilakukan, sehingga kondisi ibu dan janin dapat dikontrol dengan baik.

Pemeriksaan antenatal adalah pemeriksaan kehamilan yang diikuti dengan

upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan. Tujuannya adalah

untuk menjaga agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilan, persalinan dan

nifas dengan baik dan selamat, serta menghasilkan bayi yang sehat.

Pemeriksaan antenatal dilakukan oleh tenaga kesehatan yang terlatih dan

terdidik dalam bidang kebidanan, yaitu pembantu bidan, bidan, dokter dan

perawat yang sudah dilatih. Jumlah kunjungan perawatan kehamilan berkaitan

dengan kejadian BBLR. Pengaruh pelayanan antenatal selama kehamilan

terhadap kejadian BBLR meliputi faktor-faktor sebagai berikut yaitu :

kunjungan pertama pelayanan antenatal, jumlah kunjungan pelayanan

antenatal, serta kualitas pelayanan antenatal. Kunjungan pertama pemeriksaan

Page 11: BAB II BBLR

17

antenatal dilakukan segera setelah diketahui terlambat haid, sehingga

diharapkan dapat menetapkan data dasar yang mempengaruhi pertumbuhan

dan perkembangan janin dalam rahim dan kesehatan ibu sampai persalinan.

Ibu hamil juga dianjurkan untuk melakukan pengawasan antenatal sebanyak 4

kali, yaitu pada setiap trimester sedangkan trimester terakhir sebanyak 2 kali.

Kualitas pelayanan antenatal meliputi sifat/struktur dan jenis pelayanan yang

diberikan oleh tenaga kesehatan. Dalam hal ini pelayanan antenatal yang

kontinu/ kadang-kadang serta layanan antenatal yang ditujukan pada segmen

kehamilan beresiko.

5) Faktor resiko lain yang berkembang seperti stress, faktor fisik dan

psikososial

Kondisi kejiwaan ibu juga sangat berpengaruh kepada janin. Oleh sebab

itu keadaan mental ibu selama kehamilan juga harus dijaga dan diperhatikan,

antara lain dengan cara memberikan motivasi kepada ibu selama pemeriksaan

kehamilan. Dukungan psikologis dan perhatian akan berdampak terhadap pola

kehidupan sosial pada wanita hamil, sehingga wanita hamil merasa nyaman

dan dapat menjaga emosional selama kehamilannya. Gangguan emosional

dapat mengganggu kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya serta

menghambat asuhan neonatal pascapersalinan.24

b. Faktor janin :

1) Hidraamion/polihidramnion yaitu keadaan dimana banyaknya air ketuban

melebihi 2000 cc, pada keadaan normal banyaknya air ketuban dapat

mencapai 1000 cc untuk kemudian menurun lagi setelah minggu ke 38

sehingga hanya tinggal beberapa ratus cc saja. Hidraamnion dianggap sebagai

kehamilan resiko tinggi karena dapat membahayakan ibu dan anak, pada

hidramnion menyebabkan uterus regang sehingga dapat menyebabkan partus

prematur. Kondisi ini biasanya terjadi pada kehamilan ganda.

2) Kehamilan ganda/ kembar ialah satu kehamilan dengan dua janin atau lebih.

Berat badan janin pada kehamilan kembar lebih ringan daripada janin pada

kehamilan tunggal pada umur kehamilan yang sama. Berat badan bayi yang

umumnya baru lahir pada kehamilan kembar kurang dari 2500 gram.

Frekuensi hidramnion kira – kira sepuluh kali lebih besar pada kehamilan

ganda daripada kehamilan tunggal. Pada kehamilan kembar cenderung untuk

terjadinya partus prematur.

Page 12: BAB II BBLR

18

3) Keadaan lain yang mungkin terjadi BBLR yaitu cacat bawaan akibat

kelainan kromosom (sindroma down, turner) serta cacat bawaan karena infeksi

intrauterine (menyebabkan gangguan pada bayi dalam bentuk fetal

dismaturity) sehingga janin lahir dengan berat badan yang lebih kecil atau

mati dalam kandungan, BBLR dapat terjadi akibat ketuban pecah dini yaitu

keluarnya cairan jernih dari vagina pada kehamilan lebih dari 20 minggu

sebelum proses persalinan berlangsung. Hal ini dapat mempengaruhi kondisi

janin. Bila usia kehamilan belum cukup bulan, namun ketuban sudah pecah

sebelum waktunya maka hal tersebut dapat mengakibatkan kelahiran prematur

sehingga bayi yang dilahirkan beresiko untuk BBLR.

4. Pencegahan BBLR

Upaya-upaya pencegahan merupakan hal yang sangat penting dalam

menurunkan insiden atau kejadian berat badan lahir rendah di masyarakat. Upaya-

upaya ini dapat dilakukan dengan (Sunaryanto, 2010).

a. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal empat kali selama

periode kehamilan yakni 1 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester kedua, dan

2 kali pada trimester ke II.

b. Pada ibu hamil dianjurkan mengkonsumsi diet seimbang serat dan rendah lemak,

kalori cukup, vitamin dan mineral termasuk 400 mikrogram vitamin B asam folat

setiap hari. Pengontrolan berat badan selama kehamilan dari pertambahan berat

bada awal dikisaran 12,5-15 kg .

c. Hindari rokok atau asap rokok dan jenis polusi lain, minuman berlkohol, aktivitas

fisik yang berlebihan.

d. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam

rahim, faktor resiko tinggi dalam kehamilan, dan perawatan diri selama

kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatanya dan janin yang dikandung

dengan baik.

e. Pengontrolon oleh bidan secara berkesinambungan sehingga ibu dapat

merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat.

5. Determinan Eko-Sosial Kesehatan

Kerangka konsep determinan kesehatan yang diterima luas dewasa ini adalah

bahwa tingkat kesehatan individu dan distribusi kesehatan yang adil dalam populasi

Page 13: BAB II BBLR

19

ditentukan oleh banyak faktor yang terletak di berbagai level. Pada 1996, Susser dan

Susser mengemukakan teori “eco-epidemiology”. Kerangka konsep eko-

epidemiologi mengintegrasikan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan dan

terjadinya penyakit, yang melibatkan sistem kausasi di berbagai level dan lintas

level, meliputi level genetik, epigenetik, individu, keluarga, komunitas, dan sosial.

Pendekatan eko-epidemiologi menekankan pemahaman tentang keterkaitan

(interconnectiveness), ketergantungan (interdependence), dan interaksi (interaction)

antara elemen-elemen dalam suatu sistem yang terletak di tiap level dan lintas level,

serta perkembangan paparan yang berlangsung sepanjang perjalanan hidup, dan

konteks sosio-temporal yang mempengaruhi risiko penyakit. Dahlgren dan

Whitehead (1991) menggambarkan determinan sosial kesehatan terletak di berbagai

level dalam model eko-sosial kesehatan (Gambar 1). Perhatikan bahwa pelayanan

kesehatan bukan satu-satunya determinan kesehatan, melainkan hanya salah satu

dari banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan individu dan populasi. Teori eko-

sosial kesehatan Dahlgren dan Whitehead (1991) maupun Krieger (2011)

menjelaskan bahwa kesehatan/ penyakit yang dialami individu dipengaruhi oleh

faktorfaktor yang terletak di berbagai lapisan lingkungan, sebagian besar determinan

kesehatan tersebut sesungguhnya dapat diubah (modifiable factors). Gambar 1

memeragakan, individu yang kesehatannya ingin ditingkatkan terletak di pusat,

dengan faktor konstitusional (gen), dan sistem lingkungan mikro pada level sel/

molekul. Lapisan pertama (level mikro, hilir/ downstream) dari determinan

kesehatan meliputi perilaku perorangan (individu) dan gaya hidup, baik yang

meningkatkan atau sebaliknya merugikan kesehatan, misalnya pilihan untuk

merokok atau tidak merokok. Termasuk determinan pada level mikro adalah faktor

konstitusional genetik yang dapat berinteraksi dengan paparan lingkungan, dan

memberikan perbedaan apakah individu lebih rentan atau lebih kuat menghadapi

paparan lingkungan yang merugikan. Selanjutnya perilaku maupun karakteristik

individu tersebut dipengaruhi oleh pola keluarga, pola pertemanan, dan norma-

norma di dalam komunitas. Lapisan kedua (level meso) adalah pengaruh sosial dan

komunitas, yang meliputi norma komunitas, nilai-nilai sosial, lembaga komunitas,

modal sosial, jejaring sosial, dan sebagainya. Faktor sosial pada level komunitas

dapat memberikan dukungan bagi anggota-anggota komunitas pada keadaan yang

menguntungkan bagi kesehatan. Sebaliknya faktor yang ada pada level komunitas

dapat juga memberikan efek negatif bagi individu dan tidak memberikan dukungan

Page 14: BAB II BBLR

20

sosial yang diperlukan bagi kesehatan anggota komunitas. Lapisan ketiga (level

ekso) meliputi faktor-faktor struktural: lingkungan pemukiman/ perumahan/ papan

yang baik, ketersediaan pangan, kondisi di tempat bekerja, kondisi sekolah,

penyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan, akses terhadap pelayanan kesehatan

yang bermutu, akses terhadap pendidikan yang berkualitas, lapangan kerja yang

layak. Lapisan terluar (level makro, hulu/ upstream) meliputi kondisi-kondisi dan

kebijakan makro sosial-ekonomi, budaya, dan politik umumnya, serta lingkungan

fisik. Termasuk faktor-faktor makro yang terletak di lapisan luar adalah kebijakan

publik, stabilitas sosial, ekonomi, dan politik, hubungan internasional/ kemitraan

global, investasi pembangunan ekonomi, peperangan/ perdamaian, perubahan iklim

dan cuaca, eko-sistem, bencana alam (maupun bencana buatan manusia/ man-made

disaster seperti kebakaran hutan), dan sebagainya.

Para ilmuwan belum dapat memperkirakan dengan persis kontribusi masing-

masing determinan itu terhadap kesehatan. Tetapi CDC (2016) membuat estimasi

kasar tentang berapa besar masing-masing dari kelima determinan memberikan

kontribusi bagi kesehatan populasi seperti disajikan Gambar 2. Perhatikan,

kontribusi pelayanan kesehatan terhadap kesehatan populasi tidak lebih dari 25%.

Lebih dari 50% pola kesehatan populasi, dan distribusi penyakit pada populasi,

ditentukan oleh determinan sosial. Di samping itu determinan sosial kesehatan

berinteraksi dan memengaruhi perilaku individdu terkait kesehatan.

Page 15: BAB II BBLR

21

6. Perspektif Sepanjang Hayat Terjadinya Penyakit

David Barker (Gambar 3), seorang profesor epidemiologi dari Inggris pada

tahun 1990 mempublikasikan sebuah teori termashur yang disebut “thrifty

phenotype hypothesis”. Teori itu disebut juga “hipotesis pemrograman janin” (“fetal

programming hypotesis”),“fetal origin hypothesis”, atau “hipotesis Barker”).

Hipotesis Barker mengubah cara berpikir tentang kausa dari berbagai penyakit

kronis di usia dewasa, yakni diabetes, penyakit kardiovaskuler, dan kanker. Barker

mengkritik gagasan bahwa berbagai penyakit kronis itu disebabkan oleh kombinasi

antara gen yang buruk dan gaya hidup yang tidak sehat di usia dewasa. Barker

mengemukakan bahwa akar penyebab penyakit kronis terletak di awal kehidupan.

Menurut Barker, asupan makanan yang diperoleh janin dari ibunya, dan paparan

infeksi setelah kelahiran, dengan permanen “memrogram” struktur dan metabolisme

tubuh, yang menentukan kerentanannya untuk mengalami penyakit kronis pada

kehidupan kemudian hari (Barker et al., 2013).

David Barker membuka area penelitian yang baru, yakni area yang meneliti

penyebab kesehatan dan penyakit terletak pada masa perkembangan (development).

Gagasan itu berimplikasi pada pendekatan baru dalam strategi mengatasi epidemi

penyakit kronis. David Barker mengemukakan bahwa upaya untuk mengatasi

epidemi penyakit kronis di negara maju dan berkembang membutuhkan pergeseran

Page 16: BAB II BBLR

22

fokus pada faktor risiko gaya hidup di usia dewasa kepada pemberian prioritas

kepada kesehatan dan gizi remaja putri, ibu hamil, dan bayi. Selama 30 tahun

dengan konsisten Barker melakukan penelitian untuk memperoleh pemahaman yang

lebih mendalam tentang gagasan itu, dan menerjemahkannya dalam bentuk langkah-

langkah intervensi yang bisa dilakukan.

B. PENELITIAN TERDAHULU

1. Colti Sistiarani (2008). Faktor Maternal Dan Kualitas Pelayanan Antenatal Yang

Berisiko Terhadap Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Hasil dari

penelitian ini menyebutkan bahwa Dari hasil analisis multivariat terbukti bahwa

umur kurang dari 20 tahun dan umur lebih dari 34 tahun, jarak kelahiran kurang dari

2 tahun serta kualitas pelayanan antenatal yang kurang baik merupakan variabel

yang paling dominan berisiko terhadap BBLR.

2. Sandra surya rini, iga trisna w (2015).Faktor–Faktor Risiko Kejadian Berat Bayi

Lahir Rendah Di Wilayah Kerja Unit Pelayanan Terpadu Kesmas Gianyar II. Hasil

Page 17: BAB II BBLR

23

penelitian ini menyebutkan bahwa Umur ibu, kadar Hb, jarak paritas, jumlah

kunjungan antenatal, jumlah paritas, faktor sosial ekonomi, tingkat pendidikan ibu,

status gizi ibu adalah faktor risiko terjadinya BBLR sedangkan riwayat pekerjaan

ibu selama hamil adalah faktor proteksi. Variabel yang paling dominan berpengaruh

terhadap kejadian BBLR adalah variabel usia ibu.

3. Sagung Adi Sresti Mahayana, Eva Chundrayetti, Yulistini (2015). Faktor Risiko

yang Berpengaruh terhadap Kejadian Berat Badan Lahir Rendah di RSUP Dr. M.

Djamil Padang. Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa Faktor risiko anemia

dan kelainan plasenta memiliki hubungan dengan kejadian BBLR di RSUP Dr. M.

Djamil Padang. Dan Faktor risiko anemia dan paritas merupakan faktor risiko yang

paling berpengaruh terhadap kejadian BBLR di RSUP Dr. M. Djamil Padang.