seminar sepsis

22

Click here to load reader

Upload: suryabuayabh6429

Post on 21-Jun-2015

1.021 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Seminar Sepsis

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka kejadian sepsis neonatorum masih cukup tinggi dan merupakan penyebab

kematian utama pada neonatus. Hal ini dikarenakan neonatus rentan terhadap infeksi.

Kerentanan neonatus terhadap infeksi dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain kulit

dan selaput lendir yang tipis dan mudah rusak, kemampuan fagositosis dan leukosit

immunitas masih rendah.

Berdasarkan perkiraan World Health Organitation (WHO) hampir semua (98%)

dari lima juta kematian neonatal terjadi di negara berkembang. Lebih dari dua pertiga

kematian itu terjadi pada periode neonatal dini dan 42% kematian neonatal disebabkan

infeksi seperti: sepsis, tetanus neonatorum, meningitis, pneumonia, dan diare. (Imral

chair, 2007)

Laporan WHO tahun 2005 angka kematian bayi baru lahir di Indonesia adalah 20

per 1000 kelahiran hidup. Jika angka kelahiran hidup di Indonesia sekitar 5 juta per tahun

dan angka kematian bayi 20 per 1000 kelahiran hidup, berarti sama halnya dengan setiap

hari 246 bayi meninggal, setiap satu jam 10 bayi Indonesia meninggal, jadi setiap enam

menit satu bayi Indonesia meninggal. (Roesli Utami, 2008) Menurut DEPKES RI angka

kematian sepsis neonatorum cukup tinggi 13-50% dari angka kematian bayi baru lahir.

Masalah yang sering timbul sebagai komplikasi sepsis neonatorum adalah meningitis,

kejang, hipotermi, hiperbilirubinemia, gangguan nafas, dan minum.(Depkes, 2007)

Infeksi pada neonatus lebih sering di temukan pada BBLR. Infeksi lebih sering

ditemukan pada bayi yang lahir di rumah sakit dibandingkan dengan bayi yang lahir di

luar rumah sakit. Dalam hal ini tidak termasuk bayi yang lahir di luar rumah sakit dengan

cara septik. Segala bentuk infeksi yang terjadi pada bayi merupakan hal yang lebih

berbahaya dibandingkan dengan infeksi yang terjadi pada anak atau dewasa. Ini

merupakan alasan mengapa bayi harus dirawat dengan ketat bila dicurigai mengalami

infeksi.

Page 2: Seminar Sepsis

B. TujuanTujuan Umum : Mengetahui masalah yang timbul akibat penyakit sepsis dan penanganannya.Tujuan Khusus :1. Menjelaskan pengertian sepsis2. Mengidentifikasi faktor penyebab terjadinya sepsis3. Menjelaskan tanda dan gejala akibat sepsis4. Menjelaskan penanganan yang dilakukan akibat terjadinya sepsis5. Menjelaskan cara pencegahan sehingga tidak terjadi sepsis6. Merekomendasikan penanganan lanjutan akibat sepsis

C. ManfaatSebagai masukan bagi RSUP Sanglah dalam penanganan pasien dengan sepsis dan penanganan lanjutannya.

D. Metode PenulisanMetode yang digunakan adalah tinjauan pustaka dengan mempelajari literatur yang ada baik dari perpustakaan maupun yang diakses dari website serta observasi penanganan pasien dengan sepsis yang dilakukan di RSUP Sanglah. Dari hasil ini dilakukan pembahasan dan rekomendasi.

Page 3: Seminar Sepsis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi

Sepsis neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran darah pada bayi selama empat

minggu pertama kehidupan. Insiden sepsis bervariasi yaitu antara 1 dalam 500 atau 1 dalam

600 kelahiran hidup (Bobak, 2005).

Sepsis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan respons sistemik terhadap

infeksi pada bayi baru lahir (Behrman, 2000). Sepsis adalah sindrom yang dikarekteristikkan

oleh tanda-tanda klinis dan gejala-gejala infeksi yang parah yang dapat berkembang kearah

septikemia dan syok septik (Dongoes, 2000)

Sepsis neonatorum adalah semua infeksi pada bayi pada 28 hari pertama sejak

dilahirkan. Infeksi dapat menyebar secara nenyeluruh atau terlokasi hanya pada satu orga

saja (seperti paru-paru dengan pneumonia). Infeksi pada sepsis bisa didapatkan pada saat

sebelum persalinan (intrauterine sepsis) atau setelah persalinan (extrauterine sepsis) dan

dapat disebabkan karena virus (herpes, rubella), bakteri (streptococcus B), dan fungi atau

jamur (candida) meskipun jarang ditemui. (John Mersch, MD, FAAP, 2009). Sepsis dapat

dibagi menjadi dua yaitu,

1. Sepsis dini :terjadi 7 hari pertama kehidupan. Karakteristik : sumber organisme pada saluran genital ibu dan atau cairan amnion, biasanya fulminan dengan angka mortalitas tinggi.

2. Sepsis lanjutan/nosokomial : terjadi setelah minggu pertama kehidupan dan didapat dari lingkungan pasca lahir. Karakteristik : Didapat dari kontak langsung atau tak langsung dengan organisme yang ditemukan dari lingkungan tempat perawatan bayi, sering mengalami komplikasi. (Vietha, 2008)

2. Epidemiologi

Page 4: Seminar Sepsis

Sepsis terjadi pada kurang dari 1% bayi baru lahir tetapi merupakan penyebab dari 30%

kematian pada bayi baru lahir. Infeksi bakteri 5 kali lebih sering terjadi pada bayi baru lahir

yang berat badannya kurang dari 2,75 kg dan 2 kali lebih sering menyerang bayi laki-laki.

2.3 Etiologi

Bakteria seperti Escherichia coli, Listeria monocytogenes, Neisseria meningitidis,

Sterptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae tipe B, Salmonella, dan Streptococcus

grup B merupakan penyebab paling sering terjadinya sepsis pada bayi berusia sampai

dengan 3 bulan. Streptococcus grup B merupakan penyebab sepsis paling sering pada

neonatus.

Pada berbagai kasus sepsis neonatorum, organisme memasuki tubuh bayi melalui ibu

selama kehamilan atau proses kelahiran. Beberapa komplikasi kehamilan yang dapat

meningkatkan resiko terjadinya sepsis pada neonatus, antara lain:

Perdarahan

Demam yang terjadi pada ibu

Infeksi pada uterus atau plasenta

Ketuban pecah dini (sebelum 37 minggu kehamilan)

Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau lebih sebelum melahirkan)

Proses kelahiran yang lama dan sulit.

Streptococcus grup B dapat masuk ke dalam tubuh bayi selama proses kelahiran.

Menurut Centers for Diseases Control and Prevention (CDC) Amerika, paling tidak

terdapat bakteria pada vagina atau rektum pada satu dari setiap lima wanita hamil,

yang dapat mengkontaminasi bayi selama melahirkan. Bayi prematur yang menjalani

perawatan intensif rentan terhadap sepsis karena sistem imun mereka yang belum

berkembang dan mereka biasanya menjalani prosedur-prosedur invasif seperti infus

jangka panjang, pemasangan sejumlah kateter, dan bernafas melalui selang yang

dihubungkan dengan ventilator. Organisme yang normalnya hidup di permukaan

kulit dapat masuk ke dalam tubuh kemudian ke dalam aliran darah melalui alat-alat

seperti yang telah disebut di atas.

Bayi berusia 3 bulan sampai 3 tahun beresiko mengalami bakteriemia tersamar, yang

bila tidak segera dirawat, kadang-kadang dapat megarah ke sepsis. Bakteriemia

tersamar artinya bahwa bakteria telah memasuki aliran darah, tapi tidak ada sumber

Page 5: Seminar Sepsis

infeksi yang jelas. Tanda paling umum terjadinya bakteriemia tersamar adalah

demam. Hampir satu per tiga dari semua bayi pada rentang usia ini mengalami

demam tanpa adanya alasan yang jelas - dan penelitian menunjukkan bahwa 4% dari

mereka akhirnya akan mengalami infeksi bakterial di dalam darah. Streptococcus

pneumoniae (pneumococcus) menyebabkan sekitar 85% dari semua kasus

bakteriemia tersamar pada bayi berusia 3 bulan sampai 3 tahun.

4. Patofisiologi

Sepsis dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi sistemik. Pelepasan

endotoksin oleh bakteri menyebabkan perubahan fungsi miokardium, perubahan

ambilan dan penggunaan oksigen, terhambatnya fungsi mitokondria, dan kekacauan

metabolik yang progresif. Pada sepsis yang tiba-tiba dan berat, complment cascade

menimbulkan banyak kematian dan kerusakan sel. Akibatnya adalah penurunan

perfusi jaringan, asidosis metabolik, dan syok, yang mengakibatkan disseminated

intravaskuler coagulation (DIC) dan kematian (Bobak, 2005).Bayi baru lahir mendapat

infeksi melalui beberapa jalan, dapat terjadi infeksi transplasental seperti pada infeksi

konginetal virus rubella, protozoa Toxoplasma, atau basilus Listeria monocytogenesis.

Yang lebih umum, infeksi didapatkan melalui jalur vertikel, dari ibu selam proses

persalinan ( infeksi Streptokokus group B atau infeksi kuman gram negatif ) atau

secara horizontal dari lingkungan atau perawatan setelah persalinan ( infeksi

Stafilokokus koagulase positif atau negatif).

Faktor- factor yang mempengaruhi kemungkinan infeksi secara umum berasal dari

tiga kelompok, yaitu :

1. Faktor Maternal

Status sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang. Mempengaruhi kecenderungan

terjadinya infeksi dengan alasan yang tidak diketahui sepenuhnya. Ibu yang

berstatus sosio- ekonomi rendah mungkin nutrisinya buruk dan tempat tinggalnya

padat dan tidak higienis. Bayi kulit hitam lebih banyak mengalami infeksi dari

pada bayi berkulit putih.

Status paritas (wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan umur ibu (kurang

dari 20 tahun atua lebih dari 30 tahun

c. Kurangnya perawatan prenatal.

Page 6: Seminar Sepsis

d. Ketuban pecah dini (KPD)

e. Prosedur selama persalinan.

2. Faktor Neonatatal

Prematurius ( berat badan bayi kurang dari 1500 gram), merupakan faktor resiko

utama untuk sepsis neonatal. Umumnya imunitas bayi kurang bulan lebih rendah

dari pada bayi cukup bulan. Transpor imunuglobulin melalui plasenta terutama

terjadi pada paruh terakhir trimester ketiga. Setelah lahir, konsentrasi

imunoglobulin serum terus menurun, menyebabkan hipigamaglobulinemia berat.

Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan kulit.

Defisiensi imun. Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik, khususnya

terhadap streptokokus atau Haemophilus influenza. IgG dan IgA tidak melewati

plasenta dan hampir tidak terdeteksi dalam darah tali pusat. Dengan adanya hal

tersebut, aktifitas lintasan komplemen terlambat, dan C3 serta faktor B tidak

diproduksi sebagai respon terhadap lipopolisakarida. Kombinasi antara defisiensi

imun dan penurunan antibodi total dan spesifik, bersama dengan penurunan

fibronektin, menyebabkan sebagian besar penurunan aktivitas opsonisasi.

c. Laki-laki dan kehamilan kembar. Insidens sepsis pada bayi laki- laki empat kali

lebih besar dari pada bayi perempuan.

3. Faktor Lingkungan

Pada defisiensi imun bayi cenderung mudah sakit sehingga sering memerlukan

prosedur invasif, dan memerlukan waktu perawatan di rumah sakit lebih lama.

Penggunaan kateter vena/ arteri maupun kateter nutrisi parenteral merupakan

tempat masuk bagi mikroorganisme pada kulit yang luka. Bayi juga mungkin

terinfeksi akibat alat yang terkontaminasi.

Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bis menimbulkan resiko pada

neonatus yang melebihi resiko penggunaan antibiotik spektrum luas, sehingga

menyebabkan kolonisasi spektrum luas, sehingga menyebabkan resisten berlipat

ganda.

Page 7: Seminar Sepsis

Kadang- kadang di ruang perawatan terhadap epidemi penyebaran mikroorganisme

yang berasal dari petugas ( infeksi nosokomial), paling sering akibat kontak

tangan.

Pada bayi yang minum ASI, spesies Lactbacillus dan E.colli ditemukan dalam

tinjanya, sedangkan bayi yang minum susu formula hanya didominasi oleh

E.colli.

Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui

beberapa cara, yaitu :

Pada masa antenatal atau sebelum lahir. Pada masa antenatal kuman dari ibu setelah

melewati plasenta dan umbilikus masuk dalam tubuh bayi melalui sirkulasi darah

janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang dapat menembus plasenta

antara lain virus rubella, herpes, sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza, parotitis.

Bakteri yang dapat melalui jalur ini, antara lain malaria, sipilis, dan toksoplasma.

Pada masa intranatal atau saat persalinan. Infeksi saat persalinan terjadi karena yang

ada pada vagina dan serviks naik mencapai korion dan amnion. Akibatnya, terjadi

amniotis dan korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilikus masuk dalam tubuh

bayi. Cara lain, yaitu saat persalinan, cairan amnion yang sudah terinfeksi akan

terinhalasi oleh bayi dan masuk dan masuk ke traktus digestivus dan traktus

respiratorius, kemudian menyebabkan infeksi pada lokasi tersebut. Selain cara

tersebut di atas infeksi pada janin dapat terjadi melalui kulit bayi atau port de entre

lain saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman. Beberapa

kuman yang melalui jalan lahir ini adalah Herpes genetalis, Candida albican,dan

N.gonorrea.

Infeksi paska atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran

umumnya terjadi akibat infeksi nosokomial dari lingkungan di luar rahim (misal

melalui alat- alat : penghisap lendir, selang endotrakhea, infus, selang nasogastrik,

botol minuman atau dot). Perawat atau profesi lain yang ikut menangani bayi dapat

menyebabkan terjadinya infeksi nosokomil. Infeksi juga dapat terjadi melalui luka

umbilikus (AsriningS.,2003)

5. Manifestasi Klinik

Page 8: Seminar Sepsis

Menurut Arief, 2008, manifestasi klinis dari sepsis neonatorum adalah sebagai berikut,

Umum : panas (hipertermi), malas minum, letargi, sklerema

Saluran cerna: distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare, hepatomegali

Saluran nafas: apnoe, dispnue, takipnu, retraksi, nafas cuping hidung, merintih, sianosis

Sistem kardiovaskuler: pucat, sianosis, kulit lembab, hipotensi, takikardi, bradikardi

Sistem syaraf pusat: iritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas minum, pernapasan

tidak teratur, ubun-ubun membonjol

Hematologi: Ikterus, splenomegali, pucat, petekie, purpura, perdarahan.

Gejala sepsis yang terjadi pada neonatus antara lain bayi tampak lesu, tidak kuat

menghisap, denyut jantungnya lambat dan suhu tubuhnya turun-naik. Gejala-gejala lainnya

dapat berupa gangguan pernafasan, kejang, jaundice, muntah, diare, dan perut kembung

Gejala dari sepsis neonatorum juga tergantung kepada sumber infeksi dan

penyebarannya:

Infeksi pada tali pusar (omfalitis) menyebabkan keluarnya nanah atau darah dari pusar

Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan koma, kejang,

opistotonus (posisi tubuh melengkung ke depan) atau penonjolan pada ubun-ubun

Infeksi pada tulang (osteomielitis) menyebabkan terbatasnya pergerakan pada lengan atau

tungkai yang terkena

Infeksi pada persendian menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri tekan dan sendi

yang terkena teraba hangat

Infeksi pada selaput perut (peritonitis) menyebabkan pembengkakan perut dan diare

berdarah.

6. Pemeriksaan Penunjang

Pertanda diagnostik yang ideal memiliki kriteria yaitu nilai cut off tepat yang optimal,

nilai diagnostik yang baik yaitu sesitivitas mendekati 100%, spesifisitas lebih dari 85%,

Positive Probable Value (PPV) lebih dari 85%, Negative Probable Value (NPV) mendekati

100%, dan dapat mendeteksi infeksi pada tahap awal. Kegunaan klinis dari pertanda

diagnostik yang ideal adalah untuk membedakan antara infeksi bakteri dan virus, petunjuk

untuk penggunaan antibiotik, memantau kemajuan pengobatan, dan untuk menentukan

prognosis.

Page 9: Seminar Sepsis

Pertanda hematologik yang digunakan adalah hitung sel darah putih total, hitung

neutrofil, neutrofil imatur, rasio neutrofil imatur dengan neutrofil total (I:T), mikro

Erytrocyte Sedimentation Rate (ESR), dan hitung trombosit. Tes laboratorium yang

dikerjakan adalah CRP, prokalsitonin, sitokin IL-6, GCSF, tes cepat (rapid test) untuk

deteksi antigen, dan panel skrining sepsis.

Saat ini, kombinasi petanda terbaik untuk mendiagnosis sepsis adalah sebagai berikut:

IL6, dan IL1-ra untuk 1-2 hari setelah munculnya gejala; IL6 (atau IL1-ra 0, IL8, G-CSF,

TNF, CRP, dan hematological indices pada hari ke-0); CRP, IL6 (atau GCSF dan

hematological indices pada hari ke-1); dan CRP pada hari-hari berikutnya untuk memonitor

respons terhadap terapi. Tabel 3 menjelaskan sensitivitas dan spesifisitas dari berbagai uji

laboratorium.

7. Penatalaksanaan

Diberikan kombinasi antibiotika golongan Ampisilin dosis 200 mg/kg BB/24 jam i.v (dibagi

2 dosis untuk neonatus umur <> 7 hari dibagi 3 dosis), dan Netylmycin (Amino glikosida)

dosis 7 1/2 mg/kg BB/per hari i.m/i.v dibagi 2 dosis (hati-hati penggunaan Netylmycin

dan Aminoglikosida yang lain bila diberikan i.v harus diencerkan dan waktu pemberian ½

sampai 1 jam pelan-pelan).

Dilakukan septic work up sebelum antibiotika diberikan (darah lengkap, urine, lengkap,

feses lengkap, kultur darah, cairan serebrospinal, urine dan feses (atas indikasi), pungsi

lumbal dengan analisa cairan serebrospinal (jumlah sel, kimia, pengecatan Gram), foto

polos dada, pemeriksaan CRP kuantitatif).

Pemeriksaan lain tergantung indikasi seperti pemeriksaan bilirubin, gula darah, analisa gas

darah, foto abdomen, USG kepala dan lain-lain.

Apabila gejala klinik dan pemeriksaan ulang tidak menunjukkan infeksi, pemeriksaan darah

dan CRP normal, dan kultur darah negatif maka antibiotika diberhentikan pada hari ke-7.

Apabila gejala klinik memburuk dan atau hasil laboratorium menyokong infeksi, CRP tetap

abnormal, maka diberikan Cefepim 100 mg/kg/hari diberikan 2 dosis atau Meropenem

dengan dosis 30-40 mg/kg BB/per hari i.v dan Amikasin dengan dosis 15 mg/kg BB/per

hari i.v i.m (atas indikasi khusus).

6. Pemberian antibiotika diteruskan sesuai dengan tes kepekaannya. Lama pemberian

antibiotika 10-14 hari. Pada kasus meningitis pemberian antibiotika minimal 21

Page 10: Seminar Sepsis

hari.Pengobatan suportif meliputi : Termoregulasi, terapi oksigen/ventilasi mekanik,

terapi syok, koreksi metabolik asidosis, terapi hipoglikemi/hiperglikemi, transfusi darah,

plasma, trombosit, terapi kejang, transfusi tukar

8. Diagnosa keperawatan

1. Hipertermia berhubungan dengan kerusakan control suhu sekunder akibat infeksi atau

inflamasi

Kriteria Hasil

Suhu tubuh berada dalam batas normal (Suhu normal 36,5o-37o C)

Nadi dan frekwensi napas dalam batas normal (Nadi neonatus normal 100-180

x/menit, frekwensi napas neonatus normal 30-60x/menit)

Intervensi dan Rasional

INTERVENSI RASIONAL

Monitoring tanda-tanda vital setiap dua

jam dan pantau warna kulit

Perubahan tanda-tanda vital yang

signifikan akan mempengaruhi proses

regulasi ataupun metabolisme dalam

tubuh.

Observasi adanya kejang dan dehidrasi Hipertermi sangat potensial untuk

menyebabkan kejang yang akan semakin

memperburuk kondisi pasien serta dapat

menyebabkan pasien kehilangan banyak

cairan secara evaporasi yang tidak

diketahui jumlahnya dan dapat

menyebabkan pasien masuk ke dalam

kondisi dehidrasi.

Berikan kompres denga air hangat pada

aksila, leher dan lipatan paha, hindari

penggunaan alcohol untuk kompres.

Kompres pada aksila, leher dan lipatan

paha terdapat pembuluh-pembuluh dasar

besar yang akan membantu menurunkan

demam. Penggunaan alcohol tidak

dilakukan karena akan menyebabkan

Page 11: Seminar Sepsis

penurunan dan peningkatan panas secara

drastis.

Kolaborasi

Berikan antipiretik sesuai kebutuhan jika

panas tidak turun.

Pemberian antipiretik juga diperlukan

untuk menurunkan panas dengan segera.

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan sekunder akibat demam

Kriteria Hasil

Suhu tubuh berada dalam batas normal (Suhu normal 36,5o-37o C)

Nadi dan frekwensi napas dalam batas normal (Nadi neonatus normal 100-180

x/menit, frekwensi napas neonatus normal 30-60x/menit)

Bayi mau menghabiskan ASI/PASI 25 ml/6 jam

Intervensi dan Rasional

INTERVENSI RASIONAL

Monitoring tanda-tanda vital setiap dua

jam dan pantau warna kulit

Perubahan tanda-tanda vital yang

signifikan akan mempengaruhi proses

regulasi ataupun metabolisme dalam

tubuh.

Observasi adanya hipertermi, kejang dan

dehidrasi.

Hipertermi sangat potensial untuk

menyebabkan kejang yang akan semakin

memperburuk kondisi pasien serta dapat

menyebabkan pasien kehilangan banyak

cairan secara evaporasi yang tidak

diketahui jumlahnya dan dapat

menyebabkan pasien masuk ke dalam

kondisi dehidrasi.

Berikan kompres hangat jika terjadi

hipertermi, dan pertimbangkan untuk

langkah kolaborasi dengan memberikan

antipiretik.

Kompres air hangat lebih cocok digunakan

pada anak dibawah usia 1 tahun, untuk

menjaga tubuh agar tidak terjadi hipotermi

secara tiba-tiba. Hipertermi yang terlalu

lama tidak baik untuk tubuh bayi oleh

karena itu pemberian antipiretik

Page 12: Seminar Sepsis

diperlukan untuk segera menurunkan

panas, misal dengan asetaminofen.

Berikan ASI/PASI sesuai jadwal dengan

jumlah pemberian yang telah

ditentukan

Pemberian ASI/PASI sesuai jadwal

diperlukan untuk mencegah bayi dari

kondisi lapar dan haus yang berlebih.

3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan volume

bersirkulasi akibat dehidrasi

Kriteria Hasil

Tercapai keseimbangan ai dalam suang interselular dan ekstraselular

Keadekuatan kontraksi otot untuk pergerakan

Tingkat pengaliran darah melalui pembuluh kecil ekstermitas dan memelihara fungsi

jaringan

Intervensi dan Rasional

INTERVENSI RASIONAL

perawatan sirkulasi (misalnya periksa nadi

perifer,edema, pengisian perifer, warna,

dan suhu ekstremitas)

1. meningkatkan sirkulasi arteri dan vena

pantau perbedaan ketajaman/tumpul dan

panas/dingin

2. mengetahui sensasi perifer,

kemungkinan parestesia

pantau status cairan 3. mengetahui keseimbangan antara

asupan dan haluaran

4. PK: Trombositopenia

Tujuan

Perawat akan menangandi dan mengurangi komplikasi penurunan trombosit.

Intervensi dan Rasional

INTERVENSI RASIONAL

Pantau JDL, hemoglobin, tes koagulasi

dan jumlah trombosit

Nilai ini membantu mengevaluasi respon

klien terhadap pengobatan dan resiko

terhadap pendarahan akibat dari sepsis.

Pantau tanda tau gejala pendarahan

spontan atau perdarahan hebat : ptekie,

Pemantauan secara konstan sangat

dibutuhkan untuk menjamin deteksi dini

Page 13: Seminar Sepsis

ekimosis, hematoma spontan,

perubahan tanda-tanda vital.

adanya episode perdarahan

Pantau tanda perdarahan sisemik atau

hipovolemia, seperti peningkatan

frekuensi nadi, napas dan tekanan

darah, perubahan status neurologis

Perubahan pada oksigen sirkulasi akan

mempengaruhi fungsi jantung, vascular

dan fungsi neurologis

Daftar pustaka

Anonim. 2007. Sepsis. Akses internet di http://www.pediatrik.com/ilmiah_popular/20060220-

1uyr3qilmiahpopular.doc

Berkow & Beers. 1997. Neonatal Problems : Sepsis Neonatorum. Akses internet di

http://debussy.hon.ch/cgi-bin/find?1+submit+sepsis_neonatorum

Carpenito, LJ. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktek Klinis, Edisi 6. Jakarta :

EGC.

Doengoes, dkk. 1999 .Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta :EGC

Harianto, Agus. 2008. Sepsis Neonatorum. Akses internet di

http://www.pediatrik.com/artikel/sepsis-neonatorium

Novriani, Erni. 2008. Sepsis Neonatorum. Akses Internet di http://cemolgadis-

melayu.blogspot.com/2008/12/kepanak-sepsis.html

Nurcahyo. 2000. Sepsis Neonatorum. Akses internet di

http://www.indonesiaindonesia.com/images_greenish/misc/navbits_finallink.gif

Page 14: Seminar Sepsis