balance edisi 7

56
PACU PACU KINERJA KINERJA DI DI TAHUN TAHUN KUDA KUDA EDISI TAHUN I VOLUME 07

Upload: andirama-putra

Post on 19-Jan-2016

46 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

taf

TRANSCRIPT

Page 1: Balance Edisi 7

PACU PACU KINERJAKINERJA

DI DI TAHUN TAHUN KUDAKUDA

EDISI TAHUN I VOLUME 07

Page 2: Balance Edisi 7

Keanekaragaman Hayatiuntuk

Masa Depan Bangsa

pep.pertamina.com

Page 3: Balance Edisi 7

3VOLUME 007 TAHUN I

MEMASUKI 2014, PT Pertamina EP mendapatkan target yang tidak ringan. Kita diminta untuk bisa membukukan produksi minyak sebesar 128.000 BOPD dan 1072 MMFSCD gas, di penghujung tahun ini. Bercermin pada kondisi tahun lalu, tentunya dibutuhkan usaha yang luar biasa untuk menjawab tantangan produksi di 2014. Bukan hanya kerja keras. Melainkan perencanaan jangka panjang, yang mengacu pada potensi yang kita punya, yakni aset-aset Pertamina EP.

Dalam mengejar target menaikkan produksi, umumnya fokus kita pada aset-aset eksisting produksi, yang rata-rata sudah berumur. Mungkin fasilitasnya sudah tidak memenuhi syarat dan sebagainya. Produksi kita pun naik-turun, akibat kejadian-kejadian yang tidak direncanakan (un planned). Semestinya fasilitas-fasilitas produksi yang sudah berumur itu direvitalisasi, agar memberikan kinerja yang prima. Namun karena dikejar target, kita seolah tidak punya kesempatan untuk melakukan itu.

Kita tidak siap menghentikan operasi suatu lapangan produksi untuk revitalisasi fasilitas, karena tidak tahu, produksi yang hilang akan digantikan dari mana? Dari tahun ke tahun ini terjadi, yang membuat kita hanya sekedar mampu bertahan. Hari ini kita memikirkan produksi besok, besok kita memikirkan produksi lusa, begitu seterusnya. Ini terjadi, karena kita tidak cukup mengenali aset kita. Ini kurang sehat.

Mengapa saya katakan demikian? Karena selain aset eksisting produksi, kita juga mempunyai aset dalam bentuk reserve, cadangan hasil eksplorasi. Data yang ada menyebutkan, cadangan yang kita temukan sejak 2007 sampai 2013, mencapai 200 juta barrel. Namun sayangnya, cadangan-cadangan temuan eksplorasi tersebut, baru sedikit yang termonetisasi menjadi aset produksi.

Kalau kita mengenali aset-aset kita dengan baik, maka kita akan tahu, mana saja cadangan hasil eksplorasi yang bisa secepatnya dimonetisasi, untuk menggantikan produksi yang hilang saat kita merevitalisasi fasilitas eksisting produksi. Dari sinilah kita bisa berharap masa depan kemajuan produksi Pertamina EP. Dan itu hanya bisa dilakukan, jika kita mengenali aset-aset kita dengan baik.

AdriansyahPresiden Direktur

KENALI ASET KITA

cover : Presiden Direktur PT Pertamina EP, Adriansyah,

difoto oleh Tatan Agus RST.

S U R A T C E O

Page 4: Balance Edisi 7

4 TAHUN I VOLUME 007

Pemimpin Redaksi Aji Prayudi (VP Legal Relations)Wakil Pemimpin Redaksi Agus Amperianto (Manajer Humas)Redaktur Pelaksana Arya Dwi Paramita, Pandji Galih AnoragaRedaksi Hidayat Tantan, Tatan Agus RST, Sigit Widihardono, Humas Asset 1, Humas Asset 2, Humas Asset 3, Humas Asset 4, Humas Asset 5, Humas Pangkalan Susu, Humas Rantau, Humas Lirik, Humas Jambi, Humas Adera, Humas Ramba, Humas Pendopo, Humas Prabumulih, Humas Limau, Humas Tambun, Humas Jatibarang, Humas Subang, Humas Cepu, Humas Tarakan, Humas Sangatta, Humas Sangasanga, Humas Tanjung, Humas Bunyu, Humas Sorong

Alamat Redaksi:Menara Standard Chartered, Lantai 21-29Jl. Prof. Dr. Satrio No. 164 Jakarta Selatanemail: [email protected]

S U A R A P E M B A C A

Th e Best Reporting Of Th e Month

Untuk topik “Kinerja dan Target Field” terpilih tiga la-poran terbaik, masing- masing

1. Nur Sukmaputeri M dari Field Prabumulih

2. Septrianur Kurniawan dari Field Sangatta

3. Rihal Amel Aulia Haqi dari Field Lirik.

Hadiah untuk masing-ma-sing pemenang, akan dikirm ke alamat kantor masing-ma-sing. Untuk Topik Laporan BALANCE edisi 8, topik la-poran yang dilombakan adalah “Safety di Field”. Laporan paling lambat diterima Redaksi BALANCE pada 5 Februari 2011.

Terima Kasih

Berharap Lebih Banyak Gas dari Benggala

Industri di medan sempat mati suri sejak Maret2013. Banyak perusa-haan yang tutup dan mem-PHK kar-yawan. Mereka tak punya pilihan lain. Bukan usahanya sudah tidak prospek-tif, tapi karena tak adanya pasokan gas sebagai bahan bakar yang meng-gerakkan mesin produksi. Perusahaan Gas Negara, yang melayani distribusi gas di hilir tak bisa berbuat banyak ka-rena pasokan dari hulunya memang tidak ada.

Untunglah, tak berlangsung lama, menyusul keberhasilan Field Pang-kalan Susu mengebor sumur Benggala. Meski belum terlalu besar 4 sampai 5 MMSCFD, tapi sudah cukup untuk membangkitkan harapan kalangan in-dustri di Medan. Tak berlebihan jika Gubernur Sumut Gatot Pujo Nugroho menyampaikan terima kasih secara khusus kepada Pertamina EP yang langsung menyalurkan produksi gas-nya untuk kepentingan domestik.

Saya berharap, pengeboran lain-nya juga akan sukses sehingga tak sekedar untuk industri, gas juga bisa dipakai untuk bahan bakar pembang-kit listrik yang kondisinya juga tak kalah memprihatinkan. Sekarang ini seperti juga daerah lainnya di Indo ne-sia, yang kita protes di Medan adalah kondisi listrik yang hidup mati. Tarif

mau naik silakan saja, selama listrik-nya menyala. Rasanya tak adil, tarif naik, listriknya hidup mati hidup mati.

Hamdani LubisMedan

Mengangkat kiprah wanita migas

Industri migas sejak dulu kerap di-idetikkan dengan dunia laki-laki. Persepsi ini tak bisa hilang dari benak pembaca sampai sekarang. Ini diperte-gas dengan berita-berita di media massa yang pendekatannya sangat maskulin terhadap berita-berita migas. Yang jadi pertanyaan, apakah memang tak ada sosok yang bisa diangkat dari wanita-wanita yang bekerja di sektor migas? Maksud saya bukan yang be-kerja di supporting, tapi yang benar-benar bermandi keringat di lini paling depan, Tinggal berbulan-bulan di rig.

Jika BALANCE bisa memotret sepak terjang mereka, tentulah akan menjadi berita dan bacaan yang me-narik. Potret mereka sebagai profe-sional migas tentunya akan menjadi inspirasi bagi anak-anak muda untuk mengikuti jejak mereka, setidaknya ada alternatif pilihan profesi setelah menamatkan pendidikan.

IndriatiMahasiswi Tingggal di Bandung

Suara Pembaca diajangkan sebagai sarana sambung rasa

pembaca dengan pengelola majalah BALANCE. Kirimkan kritik dan saran Anda, tidak lebih dari 600

karakter ke email:[email protected]

Redaksi menerima kiriman artikel dan foto seputar kegiatan dunia migas dan hal yang berkaitan, maksimal 6.000 karakter. Kirim ke: [email protected]

Page 5: Balance Edisi 7

5VOLUME 007 TAHUN I

Sebagai nakhoda baru, Adriansyah siap membawa kapal PEP berlayar, mengarungi badai, mencapai pantai tujuan. “Banyak potensi yang belum dioptimalkan,” ujarnya.

ESOK HARUS LEBIH BAIK

34

WAWANCARA:

AdriansyahP R E S I D E N D I R E K T U R

TATA

N A

GU

S R

ST.

PT Pertamina RP (PEP) dibebani target produksi 128.000 BOPD, melebihi produksi 2013 yang hanya 121.000. Kekurangannya diharapkan bisa ditambal dari monetisasi sumur ekplorasi dan proyek EOR.

PACU KINERJA DI TAHUN KUDA

◆ Rana: Memotret Sambil Bertualang, Mengapa Tidak? 42

◆ Kaleidoskop 2013 46

◆ Info Penerbangan 53

◆ Field Pangkalan Susu: Titik Balik Sumur Benggala 10

◆ Field Rantau: Rebound di Triwulan Terakhir 12

◆ Field Lirik: Kerja Keras, Kerja Cerdas, dan Kerja Ikhlas 14

◆ Field Pendopo: Ikhtiar Menjaga Produksi 16

◆ Field Prabumulih: Mengandalkan Darah Muda 18

◆ Field Tambun: Mengembalikan Pamor Sang Primadona 20

◆ Field Jatibarang: Bor di Sini, Bor di Sana 22

◆ Field Subang: Durian Runtuh Sumur POP 24

◆ Field Cepu: Bekerja Dengan Enjoy dan Happy 26

◆ Field Tarakan: Ujian Lapangan Sembakung 28

◆ Field Sangatta: Berkah Telaten pada Sumur Tua 30

◆ Field Tanjung: Asa dari Tanjung 32

D A F T A R I S I

6

Nita Sofi ani, Ratu Bumi Indonesia, kerap bepergian ke berbagai daerah untuk mengkampanyekan cinta lingkungan. Capekkah? “Enjoy saja. Saya senang berbagi ilmu dengan orang lain,” ujar Mojang kelahiran Bandung tersebut.

CINTA LINGKUNGAN ALA NITA

52

38

APA & SIAPA:

WISATA: When in Prag

WW

W.K

AB

AR

24

.CO

M

Page 6: Balance Edisi 7

6 TAHUN I VOLUME 007

L APANGANLAPANGAN milik PT Pertamina EP (PEP) sekarang tak ubahnya seperti atlet yang sudah melewati masa ke emasan dipak-

sa terus ikut berlomba. Dia dipaksa mencapai finis dengan segala cara, dijejali doping dan vitamin agar tak pingsan di tengah jalan.

Dalam bahasa Adriansyah, Presi-den Direktur PEP, ibarat mobil tua yang dipacu melebihi kapasitas mak-simal yang dia bisa. “Ibarat mobil yang kecepatannya hanya 30 km, dipaksa berlari 40 km,” ujar Doktor Geofi sika lulusan Universitas Texas tersebut, kepada BALANCE awal Januari lalu. Mobil pun sering batuk-batuk. Untuk masuk perawatan di bengkel, tak me-mungkinkan karena semakin tercecer mencapai tujuan. Satu-satunya cara diperbaiki sambil jalan.

Dengan perbaikaan tersebut, mobil bisa dimaksimalkan sehingga

L A P O R A N U T A M A

PT Pertamina EP (PEP) dibebani target produksi 128.000 BOPD, melebihi produksi 2013 yang hanya 121.000. Kekurangannya diharapkan bisa ditambal dari monetisasi sumur ekplorasi dan proyek EOR.

PACU PACU KINERJA KINERJA DI TAHUN DI TAHUN KUDAKUDA

Page 7: Balance Edisi 7

7VOLUME 007 TAHUN I

kecepatannya bisa dipacu men-capai di 100 km. Cuma, tetap saja tak bisa mencapai tujuan tepat waktu. Kalau mau harus digeber sampai 200 km. Tapi pi-lihan itu tak mungkin dilaku-kan karena bukan sekedar mogok mesin mobil bisa lang-sung ambrol. Apa boleh kecepa-tan pun stagnan.

Begitupun dengan fasilitas produksi Pertamina. Jika ingin produksi naik, fasilitas pro-duksi harus masuk bengkel, di-overhaul. “Produksi ter sendat, salah satunya karena terjadi un-planned shutdown akibat per-alatan yang sudah tua,” ujar Adriansyah. Tapi jika itu dilaku-kan, lapangan harus berhenti produksi minimal tiga bulan. “Terus terang untuk saat ini kira tidak berarni merevitalisasi fasilitas produksi,” ujarnya.

Kepada BALANCE bebe-rapa Field Manager terus terang mengkhawatirkan kondisi rig yang beroperasi di wilayah operasi mereka. Karena dipaksa bekerja keras, bebe-rapa spare parts nya cepat aus sehingga harus diganti. “Pusing juga kalau be-gitu,” ujar seorang FM yang berlokasi di wilayah Sumatera.

Beberapa tahun belakangan, tertun danya pengerjaan pengeboran lebih banyak disebabkan perbaikan rig yang memang sudah berumur.

Pada periode 2012-2013, misal-nya meningkat lebih dari lima kali lipat dibandingkan periode 2007-2011, dari sekitar 10% menjadi 50 % lebih. (lihat grafis Hambatan Operasional Pengeboran) Selain per-alatan, keterlambatan pengeboran juga disebabkan pengadaan lahan. UU N0 2 Tahun 2012 tentang pengadaan lahan berimbas pada birokrasi yang semakin panjang. Akibatnya, 32 sumur selama 2013 tidak dapat diker-jakan. Karena terjadinya penundaan, angka non productive time (NPT) se-

makin tinggi. Akibatnya, produksi pun tak sesuai target

Kondisi ini dipahami betul oleh Adriansyah, Makanya, ia tidak ber-harap tambahan produksi 2014 di-

Menahan produksi

sebetulnya secara tidak

langsung berarti

menaikkan produksi sekitar

15-20%.

dapat dari sumur-sumur eksist-ing. “Ke direktur operasi, saya hanya pesan bisa menahan pro-duksi seperti sekarang saja sudah bagus,” ujarnya. Untuk tahun 2014, Pertamina EP di-bebani korporat untuk ber-produksi sebesar 128,000 BOPD (barrel oil per day,) di atas angka prroduksi sekarang yang 121.000-an. “ Kita masih harus cari tambah 7.000 BOPD,” ujar Adriansyah. Ia berterus terang tidak berharap tambahan itu didapat dari su-mur-sumur eksisting.

Jika dipaksa, tak mustahil kejadian seperti cerita mobil tadi. Fasilitas produksi ambrol dan perbaikannya bisa memak-an waktu lama. Lain cerita kalau ada sumur baru. “Kalau ada ja-minan sumur baru bisa ber-produksi dalam jumlah besar, saya bisa langsung perintahkan

lapangan tertentu untuk revitali-sasi,” ujar Adriansyah.

Menahan produksi itu sebetulnya secara tidak langsung berarti menaik-kan produksi sekitar 15-20%. Sumur-sumur tua yang dimiliki Pertamina EP adalah sumur tua yang mengalami de-cline rate sebesar 15-20%. Jadi tiap la-pangan harus mencari dengan berba-gai cara untuk mengkompensasikan penurunan tersebut dengan berbagai cara, bisa reaktivasi sumur atau pin-dah lapisan pengeboran, biasa disebut walkover. Sayang, rencana tak semua-nya lancar. Banyak onak duri. Pada 2013 banyak pengeboran tertunda, lebih dari 50%, (lihat grafi s data pe-ngeboran )

Lalu dari mana Adriansyah akan menambal kekurangannya? “Saya minta sumur-sumur eksplorasi untuk segera on stream,” Salah satunya sumur Jatiasih. Dari sana diharapkan bisa dilairkan minyak sebesar 3.000 BOPD. “Saya harap Maret sudah bisa POP,” ujarnya. POP adalah put on pro-

TATA

N A

GU

S R

ST.

Page 8: Balance Edisi 7

8 TAHUN I VOLUME 007

duction, istilah untuk menyebut sumur yang sudah dikembangkan dari sumur eksplorasi menjadi sumur pro-duksi. Dengan status POP, sumur sudah bisa dimonetisasi. Selanjutnya ditingkatkan menjadi POFD (plan of further development) setelah menda-pat persetujuan SKK MIgas

Selain struktur Jatiasih, menurut Adriansyah, sumur-sumur ekplorasi yang dekat dengan fasilitas menjadi prioritas untuk ditingkatkan status-nya menjadi POP. “Kalau bangun fasi-litas lagi akan lama dan butuh biaya,” ujar Adriansyah

Ardianyah mengakui, pengem-bangan dari sumur ekplorasi ke pro-duksi rada tersendat. “Masih banyak yang belum dimonetisasi. Delaynya terlalu lama,” ujarnya. Di tahun 2014, yang disebut sebagai tahun kuda pada penanggalan China, persolaan itu akan menjadi fokus perhatiannya. Ia menyebutkan delay itu salah satu pe-nyebabnya karena penemuan ekplora-si kecil-kecil sehingga tak ekonomis jika dikembangkan sendiri. “Tentu tak bisa dibiarkan. Harus dicari cara nya. Misalnya dengan membundling bebe-rapa sumur untuk dikembangkan,” kata Adriansyah.

Persoalan monetisasi ini sempat menjadi pembahasan serius pada Rapat Kerja Direktorat Eksplo rasi pada 7 Januari lalu, bertempat di ruang rapat direksi lantai 27 kantor

L A P O R A N U T A M A

SAFETY adalah jiwanya industri migas. Dia harus diletakkan pada urutan teratas standar operasi. Benak jangan melulu di-jejali target produksi. Mindsetnya, safety dulu produksi kemudian. “Safety harus menjadi kesadaran tiap orang. Safety is everybody business,” ujar Presiden Direk-tur Pertamina EP, Adriansyah. Untuk mencapai itu, safety harus terus dikam-

panyekan. “Terus terang kampanye kita masih kurang,” ujarnya. Ia lalu menun-juk dinding ruangan rapat tempat wa-wancara dilakukan. “Tak satu pun pesan safety ada di ruangan ini,” ujarnya. Seha-rusnya, pesan safety terpasang dimana-mana, “Mulai dari ke luar lift, orang harus sudah mulai diingatkan tentang safety,” ujarnya.

Adriansyah mengaku akan berbuat apa saja untuk meningkatkan performa safety perusahaan yang dipimpinnya. “Disuruh Lelin apa saja saya mau,” Adriansyah menegaskan. Lelin yang di-maksud adalah Lelin Eprianto, VP HSSE Pertamina EP. Tentu penilaian akhir ke-berhasilan safety bukan seberapa banyak banner safety dipasang dan stiker ditem-

SAFETY IS EVERYBODY BUSINESS

Page 9: Balance Edisi 7

9VOLUME 007 TAHUN I

pel di kaca. “Safety itu ukurannya zero fa-tality. Kalau masih ada, berarti masih ada yang kurang,” ujarnya.

Lelin mengakui Pertaminya EP masih belum mencapai kriteria excel-lence dalam safety. Tahun 2013 masih terjadi dua kali kejadian fatality ma-sing-masing, di Cepu dan Limau dalam rentang waktu berdekatan: hanya dua minggu. Penyebabnya sama, yakni ke-setrum. “Antara mau ketawa dan gemes,” kata Lelin. Untuk ukuran in-

dustri migas yang padat teknologi, fa-tality karena kesetrum memang cukup mengherankan.

Untut itulah, ia terus berkeliling ke tiap field Tak sekedar sosialisasi, tapi juga meningkatkan kompetensi karya-wan lewat class safety yang diadakan tiap Sabtu-Minggu. Pelatihaan sengaja diada-kan pada hati-hari itu biar tidak meng-gagu operasi. Di seluruh Pertamina EP ada 9000 orang yang dijadwalkan megi-kuti kelas. Sampai sekarang baru selesai

900 orang. Program kelas ini sudah di-mulai Juli lalu dan akan berakhir pada Juli 2014.

Untuk memastikan HSSE berjalan, Lelin meminta bantuan AOC (agent of change) yang berada di setiap lapangan untuk memberikan report. Ia menyebut-kan salah satu kelemahan di Pertamina adalah menjaga kontinyuitas. Untuk me-mastikan program yang dikembangkan terus berjalan, ia meminta bagian lain untuk mengecek.

Pertamina EP. Menurut VP Eks-ploration PEP, Nanang Abdul Manaf, beberapa isu penting yang dibahas secara intensif dalam raker tersebut, antara lain asset inventory yang up to date (leads, prospects, drill ready pros-pects, serta discovery structures), per-cepatan monetisasi hasil temuan eksplorasi, long term planning serta people development.

Tidak ketinggalan pula diskusi menyangkut evaluasikinerja eksplo-rasi tahun 2013 serta menyiapkan strategi eksekusi program kerja tahun 2014 agar dapat mencapai target se-suai dengan yang telah ditetapkan.Hingga saat ini explorasi PEP menge-lola sekitar 395 prospects dan leads dengan sumber daya ditempat (pro-spective resources in place) sebesar 12.6 BBOE

Selain monetisasi sumur eksplo-rasi, menurut Adriansyah, amunisi yang juga akan dipakai untuk men-dongkrak produksi adalah proyek EOR (enhancved oil recovery). Ia akan memfokuskan pengerjaan pada bebe-rapa struktur. Tidak seperti sekarang, tersebar di banyak struktur dengan perlakuan sama. Dengan fokus pada beberapa struktur yang potensial, ia berharap segera ada model yang bisa diduplikasi di lokasi lain sehingga EOR tak sekedar manis di bibir, tapi betul-betul bisa meningkatkan pro-duksi.

Page 10: Balance Edisi 7

10 TAHUN I VOLUME 007

L A P O R A N U T A M A

FIELD PANGKALAN SUSU

TITIK BALIK TITIK BALIK SUMUR BENGGALASUMUR BENGGALAMenargetkan produksi harian pada 2014 di atas target RKAP. Menyelamatkan industri di Sumatera Utara yang mati suri karena kekurangan pasokan gas.

S ETELAH lama tak ter-dengar, Field Pangkalan Susu mulai menggeliat, menyusul beroperasi-nya sumur Benggala . Mereka dianggap penye-

lamat industri di Sumatera Utara yang telah mati suri. Secara khusus, Gubernur Sumatera Utara, Gatot Pujo Nugroho pada Senin November mengunjungi sumur yang terle-tak di Desa Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat.

Saat itu, Gatot didampingi jajaran pejabat Pemerintah Provinsi Sumut dan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas

Saat ini, sumur Benggala-01 sudah memasok sekitar 2,6 MMSCFD gas untuk PT Perusahaan Gas Negara (PGN) menggunakan jalur PJBG eksist ing. Kemampuan pasok gas Benggala-01 secara kontinyu berkisar 4,5 – 5 MMSCFD, sehingga sisanya dari 2,6 MMSCFD itu, akan dijajaki untuk didistribusikan ke PLN guna memecahkan persoalan kekurangan gas untuk pembangkitan listrik di Sumut.

“Saat ini status PJBG dengan PLN sedang dalam proses diskusi menentu-kan skema yang tepat seperti apa untuk pasokan gas ke pembangkit lis-trik itu,” ujar PR Manager Pertamina EP Agus Amperianto. Seiring dengan itu, Pertamina EP melakukan per-

Oleh Viktorio Charta Primantara Bumi (SKK Migas) Perwakilan Sumut. Usai melakukan pengecekan, ia me-nyampaikan terima kasih atas komit-men dan kesungguhan Pertamina, dalam membantu menghidupkan kembali industri dan listrik di Sumut.

“Tak terhitung berapa surat yang kami kirimkan ke pemerintah pusat untuk persoalan krisis energi Sumut, Ini adalah terobosan dan kami sangat berterimakasih,” ujar Gatot. Sejak Maret 2013 lalu wilayah Sumut teru-tama Kota Medan, mengalami krisis pasokan gas yang mengakibatkan kelangkaan energi. Akibatnya, sejum-lah perusahaan utamanya yang berba-han baku gas harus tutup, dan ratu-san karyawan mengalami PHK (pe-mutusan hubungan kerja).

Page 11: Balance Edisi 7

11VOLUME 007 TAHUN I

siapan pengeboran sumur Benggala-02 dan Benggala-03.

Dalam pelaksanaan kegiatan pe-ngeboran sumur gas Benggala-01, Pertamina EP menghabiskan biaya sampai dengan USD 18 juta, dengan kedalaman mencapai 3.400 Meter. “Biaya yang kami keluarkan memang sangat tinggi. Hal ini menunjukkan betapa besar risiko dan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menghasilkan energi,” jelas Agus.

Dengan posisi Benggala yang stra-tegis, wajar jika Field Pangkalan Susu mulai dipehitungkan orang. “Saya hanya bisa bersyukur kepada Allah. Senang itu pasti, “ ujar Dirasani Th aib, Field Manager Pangkalan Susu. Ia mulai menjabat sebagai orang nomor satu di Pangkalan Susu sejak Sep-tember 2013. Pada periode kepemim-pinannya yang baru seumur jagung itu, telah berhasil menghantarkan Pangkalan Susu melebihi target yakni 503.25 BOPD atau 105.26%. Tren positif dicapai dalam tiga bulan ter-

peroleh dari kegiatan eksplorasi sumur BGL – 02 serta diberi kemu-dahan untuk memaksimalkan pro-duksi sumur BGL – 01,” ujar pria kela-hiran Dayat Kruet, Aceh 48 tahun lalu tersebut.

Pria penyuka kopi Aceh ini menu-turkan bahwa kondisi dan sistem kerja yang nyaman dapat meningkat-kan kinerja yang optimal, menjadikan rekan pekerja lebih bahagia dan hu-bungan antar pekerja menjadi lebih menyenangkan.

“Tak ada yang lebih baik, bekerja dengan orang – orang yang menye-nangkan dan menjalin hubungan la-yaknya kawan, Kita harus serius tapi jangan lupakan untuk bersantai. Ja-ngan lupa, Allah selalu melindungi kita semua” ujarnya.

Dirasani menuturkan, bekerja dalam hal apapun harus didasari de-ngan niat yang tulus dan ikhlas se-hingga mendapatkan restu dari Allah SWT, hal ini merupakan salah satu kunci yang membuka jalannya hingga menjadi Field Manager. “Saya baru singgah di tiga Field, Prabumulih, Pangkalan Susu dan Rantau, karena restu Allah saya kembali ke Pangkalan Susu, dan mendapat kepercayaan untuk memimpin lapangan ini.”

Produksi Pangkalan SusuOktober

2013November

2013Desember

2013Target RKAP

2014

Minyak 554,39 BOPD 621,40 BOPD 706,09 BOPD 584 BOPD

Gas - - - 12,44 MMSCFD

akhir. Pada Oktober sebesar 554.39 BOPD, November sebesar 621.40 BOPD dan Desember 706.09 BOPD

Dengan tren positif seperti itu, perusahaan pun menaikkan target sebesar 584 BOPD untuk minyak dan 12.44 MMSCFD untuk gas. “Mari kita semua yakin dan percaya, dengan kerja keras, cerdas, dan ikhlas serta komit-men yang tinggi Pangkalan Susu mampu mencapai lebih dari itu,.” Ujarnya. Ia menargetkan produksi ha-rian sebanyak 741 BOPD untuk mi-nyak dan 12.58 MMSCFD untuk gas.

Mimpi-mimpi tersebut tentu akan berhasil jika ditunjang oleh beberapa strategi yang telah direncanakan sebe-lumnya seperti usaha melakukan recov-ery pada sumur tua yang belum pernah dijamah, konversi lifting yang lebih se-suai, dan meningkatkan kinerja gas lift dengan cara menaikkan tekanan injek-si setelah dilakukannya penggantian pada main gas line.

“Mari kita bersama – sama berdoa agar kesuksesan dan hasil dapat di-

TATA

N A

GU

S R

ST.

Page 12: Balance Edisi 7

12 TAHUN I VOLUME 007

L A P O R A N U T A M A

sumur tersebut berkontribusi besar pada perolehan produksi Rantau.

Ia memperkirakan permasalahan serupa akanterjadi pada 2014. “Problem kepasiran akan menjadi prio-ritas yang harus di antisipasi untuk meningkatkan produksi Rantau,” kata pria kelahiranSleman 23 Maret 1960 tersebut. Untuk tahun ini, berdasarkan RKAP, Field Rantau ditargetkan untuk memproduksi minyak 3,832 BOPD dan gas 4.89 MMSCFD

Pencapaian target diharapkan berasal dari kontribusi eksisting sebe-sar 2,160 BOPD dan dari EOR sebesar 1,672 BOPD. Kontribusi pencapaian target produksi diharapkan dari pro-duksi eksisting, work over dan prog-ram pengeboran dari struktur Rantau dan struktur lainnya mencakup Serang Jaya, Perapen, PematangJaya, Kuala Simpang Barat, Kuala Dalam, dan Sungai Buluh. Upaya peningkatan dan pencapaian produksi ditandai adanya percepatan realisasi program kerja 2014 dengan telah ditajaknya dua sumurbor RNT-DZ8 dan RNT-SZ16 yang telah berproduksi pada Desember 2013.

S ETELAH sempat ketar ketir dengan produksi pada triwulan kedua dan ketiga, Field Manager Rantau Sigit Gunanto bisa menutup tahun

dengan lega. Pada triwulan ter-akhir, produksi mulai rebound. Untuk Oktober produksi minyak sebe-sar , BOPD, sekitar % dari tar-get. Pada November produksi minyak empat naik ke angka, BOPD (%) dan padaDesember sebesar , (%)

Meski tak sebesar produksi pada triwulan pertama, rata-rata roduksi pada triwulan terkahir itu cukup untuk mengantarkan Rantau men-gantongi angka rata-rata produksi sebesar 3,808 BOPD atau sekitar 84% dari target. Peningkatan ini disebab-kan berhasilnya perawatan sumur P-206, R-82 dari problem kepasiran yang sempat mengganjal produksi tri-wulan kedua dan ketiga.

Sementara itu, produksi gas jauh lebih menggembirakan dibandingkan minyak. Total pencapaian rata-rata se-lama 2013 sebesar 163.5 % darisasa-

ran 2013 sebesar 3.07 MMSCFD, de-ngan produksi tiga bulan terakhir, yaitu padaOktober sebesar 5.01 MMSCFD, untuk November sebesar 4.71MMSCFD dan Desember 2013 sebesar 4.55 MMSCFD. Rata-rata pro-duksi Gas 2013 sebesar 5.03 MMSCFD

Jika tak terperosok terlalu dalam di triwulan kedua dan ketiga bisa di-pastikan rata-rata produksi minyak lebih besar lagi. Bukan tak mungkin bisa mencapai target. Pada triwulan pertama boleh disebut produk Field Rantau sangat mulus, on the track se-suai dengan target. Berkat sumbangan produksi triwulan pertama lah, rata-rata produksi Rantau 2013 mencatat rekor sebagai rata-rata produksi ter-tinggi dalam delam tahun terakhir sejak 2005.

Sigit Gunanto menyebutkan penurunan produksi yang cukup tajam pada triwulan kedua dan ketiga disebabkan beberapa sumur, seperti P-206, R-082, P-414 menghadapi per-soalan kepasiran. Sumur-sumur terse-but memang berada pada struktur Rantau dengan tipe Unconsolidated Sandstone Reservoir. Padahal sumur-

FIELD RANTAU

REBOUNDREBOUNDDI TRIWULANDI TRIWULANTERAKHIRTERAKHIRMencatat produksi tertinggi sejak delapan tahun terkahir. Berkat kerja keras dan kerjasama solid dari seluruh pekerja dan pekarya.

Page 13: Balance Edisi 7

13VOLUME 007 TAHUN I

Produksi Field Rantau memang hanya berharap dari sumur eksisiting karenalebihdari lima tahun tak ada pengeboran ekplorasi di WKP Rantau. Untuk memastikan semua rencana kerja on planned, on budget, on return, dan on revenue seperti kebijakan yang sudah digariskan presiden direktur, menurut Sigit, akan dilakukan koordi-nasi dan monitoring semua RK me-laluirapat war room, rapat TW yang dilakukansetiap triwulan,rapat koor-dinasi mingguan dengan EPT Asset. “Semua koordinasi tersebut dilakukan melibatkan semua fungsi terkaitter-masuk EPT Asset I dan PMT EOR

Rantau untuk memastikan RK terlak-sana,” ujar Sigit.

Dengan sederet tantangan dari-BOD (Board of Director) sepertinya Sigit bakal lebih sering melakukan MWT (management walk through) ke lo-kasi sumur, fasilitas produksi dan-penunjang, seperti yang biasa dilaku-kan selama ini. Dalam setiap kunjung-annya pria yang pernah menjadi Field Manager di Pangkalan Susu ini akan memulai mengecek hal-hal yang seder-hana seperti kebersihan dan kerapihan ruangan. “Kalau tempat kita bekerja ber sih dan rapih, suasana hati juga akan bersih dan tenang serta dapat

Produksi RantauOktober

2013November

2013Desember

2013Target2014

Minyak 3372 BOPD 3443 BOPD 3414 BOPD 3832 BOPD

Gas 5,01 MMSCFD 4,71 MMSCFD 4,55 MMSCFD 4,89 MMSCFD

meng hilangkan rasa jenuh,” ujar pria yang mempunyai hobi bermain golf ini.

Meski produksi Rantau belum ter-capai sesuai dengan target RK, bukan-berarti Field Rantau sepi prestasi. Terbukti dengan diraihnya proper hi-jauyang ketiga kalinya sejak tahun 2011 dari Kementerian Lingkungan Hidup, sertifikasiISO 14001, ISO 18001, ISO 9001 dari TÜV Nord Indonesia, Patra Adhikriya Bhumi Madya (Penerapan SMHSE dan CSMS) dari Pertamina Persero dan sertifi kasi ISRS7 level 6 (System is fully Imple mented) dari DNV Indonesia di tahun 2013 setelah sebelumnya mem-peroleh level 5 di tahun 2012, ISRS7 level 6 merupakan pencapaian level tertinggi di seluruh Field PT. Pertamina EP. “Semuanya berkat kerja keras pekerja dan team work yang solid,” ujar Sigit.

TATA

N A

GU

S R

ST.

Page 14: Balance Edisi 7

14 TAHUN I VOLUME 007

L A P O R A N U T A M A

BOPD. M. Nur menyebutkan target 2105 BOPD yang dibebankan perusa-haan akan tercapai, masing-masing dari 1953 BOPD dari sumur eksisting, 71 BOPD dari reparasi sumur, 13 BOPD dari reopening, 21 BOPD dari stimulasi sumur, dan 47 BOPD dari optimasi produksi.

M. Nur berharap Lirik bisa ber-produksi melampaui target sampai 2200 BOPD. “Insya Allah dengan kerja keras, kerja cerdas, dan kerja ikhlas akan tercapai,” ujarnya. Me-lihat trend produksi Lirik, target itu bukan pepesan kosong. Meski pro-duksinya paling kecil dibandingkan lapangan-lapangan lain di wilayah kerja Aset1, Lirik satu-satunya la-pangan yang membukukan produksi di atas target.

Pada oktober 2013, Lirik mencapai produksi 2050 BOPD dari sasaran 1874 BOPD atau sekitar 109% dari sa-saran year to date. Pada November 2013, mencapai i 2025 BOPD dari sa-saran 1852 BOPD (109%). Pada Desember 2013, mencapai 2074 BOPD dari sasaran 1831 BOPD (113%).

FM Lirik menargetkan produksi 2014 di atas angka yang dibebankan perusahaan. Motto “selama kita masih mempunyai tekad dan target untuk kita raih, maka kesuksesan besar akan selalu menanti” menjadi mantra pengawal target.

FIELD LIRIK

KERJA KERJA KERAS KERAS KERJA CERDAS KERJA CERDAS DAN KERJA IKHLASDAN KERJA IKHLAS

T AK hanya tergan-tung di dinding-din-ding kantor, motto itu hampir selalu di-rapalnya dalam ber-bagai kesempatan di

hadapan seluruh karyawan, baik for-mal maupun informal. “Biar jadi mo-tivasi, Tak hanya karyawan, juga un-tuik saya sendiri,” ujar Field Manager Lirik M, Nur. Ia mulai berkarir di Pertamina sejak tahun dan mulai dipercaya sebagai makho-da Field Lirik pada Agustus . Sebelumnya dia menjabat sebagai se-nior production specialist pada Asset Prabumulih.

Bunyi motto tersebut memang penuh energi penyemangat, “selama kita masih mempunyai tekad dan tar-get untuk kita raih, maka kesuksesan besar akan selalu menanti”. Bisa dipa-hami jika FM Lirik memilih mema-sang target tinggi untuk produksi 2014, jauh di atas target yang diberi-kan perusahan yang hanya 2105

Meski dihadang berbagai kendala, M Nur optimistis Tim Lirik dapat

mencapai produksi melebihi sasaran yang ditetapkan

oleh Pertamina EP. Selain pencapaian

produksi, ia berharap Lirik dapat

mempertahankan PROPER Hijau di tahun 2014, zero incident,

zero accident, dan zero pollution.

Oleh Rihal Amel Aulia Haqi

Page 15: Balance Edisi 7

15VOLUME 007 TAHUN I

Lirik, lapangan yang yang terle-tak di Indragiri Hulu, Riau ini me-mang berpotensi menjadi bintang, Produk sinya sekarang masih jauh dari kemampuan optimum. Seperti dikata kan Direktur Pengembangan Satoto Agustono, Field Lirik baru berproduksi sekitar 10% dari tingkat optimum reservoir. Volume gross yang dipompa dari perut bumi seka-rang ini sekitar 120 ribu perhari, de-ngan kadar air sekitar 98,5%. Menurut taksiran Satoto, titik opti-mal gross Lirik sekitar 1 juta barrel. Dengan asumsi kadar minyak 1 per-

sen saja, produksi bisa dipompa sampai 10.000 BOPD. Kalau sepa-ruhnya saja, produksinya bisa 5.000 barrel.

Irwansyah mengamini bahwa po-tensi Lirik yang masih belum diopti-malkan. Untuk itu, Asset 1 akan meng impelementasikan teknologi S fl ow–handler di beberapa sumur. Dari 13 sumur yang disiapkan pada tahap awal, kebanyakan di lirik. Teknologi ini terbukti, efektif menaikkan pro-duksi di JOB (joint operating body) Bumi Siak Pusako sampai 1000 BOPD.

Produksi Tiga Bulan Terakhir LirikOktober 2013 November

2013Desember

2013Target 2014

Minyak 2050 BOPD 2025 BOPD 2074 BOPD 2125 BOPD

Catatan : Field Lirik hanya memproduksi minyak.

Apakah produksi 2014 betul-be-tul akan mulus tanpa onak dan duri? M. Nur menggeleng. Pria penyuka badminton dan jogging ini menyebut-kan beberapa kendala mungkin saja akan dihadapi dalam pencapaian pro-duksi 2014, seperti gangguan turbin gas sebagai sarana vital produksi dan ganguan cuaca.

Meski dihadang berbagai kendala, M Nur optimistis Tim Lirik dapat mencapai produksi melebihi sasaran yang ditetapkan oleh Pertamina EP. Selain pencapaian produksi, Ia ber-harap Lirik dapat mempertahankan PROPER Hijau di tahun 2014, zero in-cident, zero accident, dan zero pollution. Untuk itu, ia selalu memotivasi selu-ruh pekerja dan mitra kerja Field Lirik untuk dapat kerja keras, kerja cerdas, dan kerja ikhlas. Hal yang sama tentu berlaku untuknya juga.

Page 16: Balance Edisi 7

16 TAHUN I VOLUME 007

FIELD PENDOPO

IKHTIARIKHTIAR MENJAGA MENJAGA PRODUKSIPRODUKSIProduksi gas Field Pendopo di akhir tahun 2013 meningkat tajam. Masalah sosial masih menjadi kendala dalam meningkatkan produksi.

EKARIZA sumringah. Di penghujung tahun, pada Desember . produksi gas mening-kat tajam menjadi MMSCFD dibanding pro-

duksi Desember sebesar MMSCFD, Kenaikkannya mencapai MMSCFD, sekitar %. Kenaikan ini dipicu telah beroperasinya kompresor di Musi Barat dan Betung.

Kenaikan produksi gas di field Pendopo di awal tahun kuda ini men-capai 116 % dibanding target rata-rata produksi produksi 2014. “Ini anuge-rah Allah Swt,” ujar Ekariza. Pria kela-hiran Jakarta, 23 September 1964 tersebut baru seumur jagung menjadi Field Manajer Pendopo. Ia menjabat sejak 1 Oktober 2013.

Tak hanya gas, produksi minyak pun merambat naik meski tipis. Angkanya sudah mencapai rata rata 2128 BOPD (barrel oil per day), se-dangkan gas mencapai rata rata 221 MMSCFD (lihat grafi s). Apakah tren postif ini akan terus bertahan di 2014? Ekariza tersenyum, Ia memilih bersikap konservatif. “Kami berusaha

menjaga agar rata-rata produksi tidak turun dan terus berusaha untuk me-ningkatkan produksi,” ujarnya.

Berdasarkan RKAP, Tahun 2014, field Pendopo ditargetkan produksi minyak minimal 2005 BOPD, lebih rendah dari produksi tiga bulan ter-akhir namun diharapkan produksi mi-nyak Field Pendopo tahun 2014 bisa diatas angka 2100 BOPD. Yang disyu-kuri Eka, selama tahun 2013, fatality nol. Bagi Eka, safety harus diletakkan di tempat teratas standar operasi. Tak ada artinya peningkatan produksi jika harus mengorbankan safety.

Meski baru tiga bulan menjabat, Ekariza tahu persis Filed Pendopo masih punya modal untuk menaikkan produksi. Meski tak ada kegiatan pe-ngeboran baru, namun melalui usaha reparasi dan perawatan sumur eksis-ting diharapkan produksi minyak dan gas dapat dipertahankan bahkan di-tingkatkan.Sebelum menjadi FM pria yang berkarir di Pertamina sejak 1992 memelototi aset di seluruh wilayah ker ja Pertamina EP, termasuk Pendopo. Dia menjabat sebagai Mana-jer Planning, Portfolio & Budgeting/

Strategic Planning & Risk Management Pertamina EP.

Eka, demikian pria ini biasa di-sapa, menyebutkan di Field Pen-dopo tidak ada sumur eksplorasi yang ditingkatkan menjadi sumur produksi. “ Dalam  lima tahun terakhir   Field Pendopo  belum ada reserve yang di-dapatkan dari kegiatan eksplorasi,” ujarnya Praktis untuk memenuhi tar-get, Field Pendopo hanya mengandal-kan struktur eksisting, yaitu Sopa, Jirak, Betung, Musi Barat, Musi Timur dan Benuang.

Masalah sosial masih menjadi kendala utama dalam pengembangan dan peningkatan produksi minyak. “ Terutama di Struktur Jirak dan Sopa,” ujar Eka.. Penduduk di sekitar wilayah kerja menuntut perusahaan melaku-kan perbaikan jalan. “Mereka minta dicor dengan beton,” Eka menambah-kan. Pada saat ini jalan- jalan di dae-rah tersebut masih merupakan jalan tanah. Selama tuntutannya belum di-penuhi.banyak jalan di portal oleh masyarakat sehingga pergerakan alat berat dan hoist untuk melakukan pe-rawatan sumur terkendala.

L A P O R A N U T A M A

Page 17: Balance Edisi 7

17VOLUME 007 TAHUN I

kan salah satu kunci utama dalam peningkatan produksi migas. Menurut Eka, peralatan fasilitas pro-duksi harus dilakukan perawatan se-cara preventive maintenance bukan break down maintenance, sehingga di-perlukan kesiapan yang tepat dan cepat dari bagian RAM Surface Facilities dalam menyelesaikan per-masalahan yang ada di fasilitas pro-duksi selain bagaimana melengkapi peralatan lifting untuk memproduk-sikan minyak.

Terkait dengan kebijakan operasi dari presiden direktur (based on planned, based on budget, based on rev-enue, and based on return ), Eka mewa-jibkan kepada seluruh pekerja di Field

“Masalah ini harus segera bisa di-atasi karena kalau masalah sosial ini tidak bisa teratasi maka pengem-bangan suatu lapangan dalam rangka peningkatan produksi migas juga ter-kendala,” ujar bapak satu putri ini. Untuk mengatasi hal tersebut, Eka menyebutkan akan lebih menginten-sifkan komunikasi dengan masyara-kat sekitar dan pemerintahan daerah setempat untuk mengurangi dampak dampak yang tidak baik. Operasional di lapangan sebisa mungkin bisa ber-jalan lancar secara aman tanpa gang-guan dari masyarakat sekitar daerah operasi,” ujar Eka.

Disamping masalah sosial, ke-handalan fasilitas produksi merupa-

Produksi PendopoOktober

2013November

2013Desember

2013

Minyak 2096 BOPD 2116 BOPD 2128 BOPD

Gas 224 MMSCFD 217 MMSCFD 221 MMSCFD

Pendopo dalam merencanakan suatu rencana kerja agar dilakukan dengan konsep perencanaan menggunakan sistem IASDEO (identify, asses, select, defi ne, execute, operation ) dan TECOP (technical, economical, commercial, orga-nizational, political) yang terukur. Disamping itu, tata waktu suatu ren-cana kerja sampai eksekusinya harus realistis dengan mempertimbangkan kemampuan dari fungsi terkait dan stake holder lainnya (masyarakat, vendor dan pemerintah daerah) jika diperlukan.

Untuk mensinergikan itu semua, menurut dia, diperlukan komitmen dari setiap lini fungsi untuk melaksa-nakannya serta selalu memelihara ko-munikasi yang baik antara pekerja satu dengan yang lainnya. “Sehingga masalah yang timbul dapat diselesai-kan segera baik formal maupun infor-mal dengan konsep bekerja adalah amanah, ibadah, berdoa dan selalu bersyukur,” ujar Eka.

TATA

N A

GU

S R

ST.

Page 18: Balance Edisi 7

18 TAHUN I VOLUME 007

L A P O R A N U T A M A

I BARAT dua sisi mata uang, pengelolaan manajemen per-usahaan dan environment, sa-ling bertaut erat, Untuk itu Field Manager Prabumulih Subli Ibrahim senantiasa

melakukan improvement terhadap ke-duanya, Hasilnya, pada lalu fi eld dengan luas ., km ini berhasil mencatat pencapaian ISRS Level , perolehan PROPER hijau untuk kedua kalinya, zero fatality untuk tahun ke-delapan secara berturut-turut, serta .. total jam kerja selamat.

Terlepas dari pencapaian tersebut, Subli menyebutkan 2013 merupakan tahun penuh tantangan. Realisasi pro-duksi yang dibukukan Field Prabumulih belum mampu memenuhi target.

Meski demikian, dirinya bersyukur bahwa di tengah kondisi goncangan akibat restrukturisasi organisasi per-usahaan, Field Prabumulih mampu mempertahankan angka produksi dari kemerosotan tajam. Kondisi ini tercip-ta berkat adanya dukungan dari top management dan fungsi terkait sekali-gus team work yang solid. “Field Prabumulih memiliki pekerja-pekerja yang smart dengan dominasi tenaga muda yang memiliki gairah tinggi dalam bekerja,” imbuh pria penyuka

traveling ini. Kedekatan Field Prabu-mulih dengan Asset 2 secara geografi s juga diakunya memberikan pengaruh yang sangat positif dan signifi kan.

Dalam triwulan terakhir, angka per olehan produksi minyak (BOPD) yakni 10.203, 10.294, serta 10.964. Se-me ntara untuk produksi gas (MMSCFD) tercatat perolehan seba-nyak 170.48, 160.60, dan 168.26. “Persen tase realisasi produksi secara kumulatif 2013 hanya 94% dikarena-kan antara lain tidak tercapainya target produksi pengeboran,” terang figur yang telah ‘men cicipi’ Lapangan Rantau hingga Papua ini.

Untuk pengeboran produksi hanya tiga sumur yang terealisasi (PMB-25, PMB-26, dan OGN-A7) dari 7 target pengeboran pada awal 2013. Satu sumur yakni TLJ-25 INF mengalami blow out pada 31 Maret 2013 silam se-mentara pengeboran 3 sumur lainnya ditunda (GNK-PD 3, TLJ-28 INF, dan GNK-PD5) akibat berada di bawah prioritas sumur fi eld lain. Begitupun dengan pengeboran EOR. Dari rencana delapan belas sumur, hanya terealisasi satu pengeboran, Sementara untuk KUPL, dari rencana 26 sumur hanya terealisasi 7 KUPL dan 6 reparasi.

Dari berbagai kegiatan pengebor-an 2013, non productive time (NPT) di Field Prabumulih utamanya menca-

kup masalah teknis terutama pada well control dengan angka presentase sebesar 49% dimana total loss yang terjadi sebanyak 689,5 jam.

Kendati angka perolehan produksi di tahun 2013 belum mencapai target, Subli optimistis bisa memenuhi target produksi 2014. Dengan RKAP 2014 sebesar 11.245 BOPD dan 164.67 MMSCFD yang dibebankan perusa-haan, Field Prabumulih menoreh RK operasionalnya pada angka 11.251 BOPD dan 164.67 MMSCFD. Peme-nuhan target tersebut tidak hanya ber-asal dari produksi existing, melainkan juga dari kegiatan reparasi, re-opening, stimulasi, KUPL, bot, kondensat, dan POP. Selain itu pengeboran (sebanyak 10 sumur) diharapkannya dapat mem-bawa angin segar dengan target pro-duksi total year to date 1.014 BOPD.

Walaupun belum ada POFD yang disetujui oleh SKK Migas serta nilai ang ka pada sumur eksplorasi yang akan dijadikan sumur produksi on stream, reserve dari sejumlah struktur dapat dioptimalkan. “Prabumulih me-miliki struk tur yang potensial di tahun 2014 yang akan dimanfaatkan untuk peningkatan produksi secara maksi-mal,” tutur pria kelahiran Balikpapan ini dengan yakin.

Struktur-struktur yang dimaksud adalah Ogan, Tanjung Tiga Barat, Talang

FIELD PRABUMULIH

MENGANDALKAN MENGANDALKAN DARAH MUDADARAH MUDAMengoptimalkan potensi sumur-sumur pada struktur aktif dan tidak aktif. Ditunjang tim yang smart dan bergairah tinggi dalam bekerja.

Oleh Nur Sukmaputeri M

Page 19: Balance Edisi 7

19VOLUME 007 TAHUN I

kendala-kendala operasional yang akan dihadapi meliputi faktor internal dan eksternal. Untuk internal, permasalah-an water handling dirasakannya mem-butuhkan perhatian khusus terlebih lagi pemecahan masalahnya mampu mendongkrak perolehan angka pro-duksi. Sementara untuk faktor ekster-nal, mencakup UU pengadaan tanah No. 2 Tahun 2012, regulasi yang sema-kin ketat, infrastruktur, serta angka pertumbuhan masyarakat yang tinggi menyebabkan adanya pendudukan di lahan-lahan perusahaan.

Pemenuhan target dan sasaran di tahun 2014 juga akan diiringi dengan upaya manajemen yang baik. sejalan dengan kebijakan business portofolio management (based on planned, based on budget, based on revenue, dan based on return) yang dicanangkan Presiden Direktur Pertamina EP. Bentuk-bentuk upaya itu antara lain penyusunan esti-masi RK dengan cepat, teliti dan realis-tis terutama dalam hal estimasi EPC (engineering-procurement-construction), sehingga tidak lagi ada keterlambatan dan RK dapat terus dikawal sesuai tar-get, koordinasi secara berkala dengan para ahli di fungsi EPT, SF, SPRM, L&R serta fi nance, memonitor biaya proyek dan bekerja sama secara aktif dengan finance controller serta mengoptimal-kan teknologi melalui pemanfatan soft-ware pendukung.

Kegiatan-kegiatan sosial dan rela-si kelembagaan juga akan terus diting-katkan mengingat kondisi sosial poli-tik kemasyarakatan yang aman akan mendukung situasi kerja yang kondu-sif. “Permohonan dukungan dari ber-bagai pihak juga akan terus digiatkan untuk membangun sense of belonging stakeholder terhadap perusahaan,” te-rang Subli. Melalui rencana teknis dan upaya manajemen, situasi kerja yang kondusif, serta kinerja team work yang berkesinambungan, Subli meng-ungkapkan bahwa dirinya mantap untuk menghadapi tantangan di tahun 2014.

Jimar, Gunung Kemala, Prabu mu lih Barat, Tanjung Miring Barat, Kuang, Beringin, Lembak, Kemang, Pema at, Tasim, Pagar Dewa, Prabu Menang, Merabu, dan juga Titis. Anti si pasi ter-hadap decline rate juga disiapkan me-lalui penggunaan bioenzyme di bebe-

rapa sumur serta tidak mempro duk-sikan sumur di atas laju kritis coning.

Identifikasi hambatan juga telah dirumuskan sebagai titik awal upaya preventif yang disiapkan untuk menge-liminasi kendala-kendala di sepanjang 2014. Berdasarkan pengamatan Subli,

Produksi PrabumulihOktober

2013November

2013Desember

2013Target RKAP

2014

Minyak 10.203 BOPD 10.294 BOPD 10.964 BOPD 11.245 BOPD

Gas 170.48 MMSCFD

160.60 MMSCFD

168.26 MMSCFD

164.67MMSCFD

NPL (non productive time) : 689,5 jam

TATA

N A

GU

S R

ST.

Page 20: Balance Edisi 7

20 TAHUN I VOLUME 007

FIELD TAMBUN

MENGEMBALIKAN MENGEMBALIKAN PAMORPAMORSANG PRIMADONASANG PRIMADONAKenaikan water cut masig menjadi momok yangb menghambat produksi. Berkomitmen untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berada disekitar wilayah operasi.

F IELD Tambun pernah menjadi pr imadona penghasil migas di pulau jawa dengan produksi diatas . BOPD. Namun, kini pesonanya

memudar. Produksinya hanya ting-gal separuh. Pada , produksi hanya tinggal . BOPD. “Sekitar % penyebab penurunan produksi kita adalah kenaikan water cut yang tinggi” ujar Field Manager Tambun, Ir H. Abdullah. Pria kelahiran Parigi tahun lalu tersebut bersama anak buahnya harus berpikir keras menca-ri inovasi dan terobosan agar pamor sang primadona tak terus redup. “Peningkatan produksi harga mati bagi kami,” ujarnya.

Abdullah mengaku produksi 2013 masih tak memenuhi target. Tentu tak harus diratapi, Menurut Abdullah pencapaian di tahun 2013 itu harus menjadi motivasi untuk hasil yang lebih baik di tahun berikutnya. “Kita

termasuk dalam zona unitisasi PHE” ujarnya. Ada tiga sumur yang renca-nanya akan dikerjakan di tahun 2014 untuk peningkatan produksi di wilayah MB-unit.

Ia optimistis target 2014 yang di-bebankan perusahaan akan tercapai dengan membenahi fasilitas produksi dan pekerjaan WOWS “Kita yakin mampu mempertahankan dan me-ningkatkan produksi Field Tambun,” ujar Abdullah. Persiapan yang akan di-terapkan pada 2014 adalah sumur pe-

L A P O R A N U T A M A

Oleh Yong Mursito Ardy harus tetap optimis jangan pesimis,” Abdullah menambahkan.

Usaha peningkatan produksi migas di wilayah Field Tambun terus dilaksanakan, terhitung mulai 2010 sudah ada 3 sumur eksplorasi (Ranca-jawa/RCJ) di daerah Muara Gembong, Kabupaten Bekasi dan sumur eksplo-rasi TBD-1 (Tambun Deep-1)telah di bor. Akan tetapi hasil yang diharap-kan masih belum sesuai. Selain ken-dala teknis yang dihadapi, penundaan pengeboran di dua lokasi Field Tambun menjadi penyebab produksi belum bisa sesuai harapan. Untuk tahun 2014, gak ada pengeboran sumur eksplorasi.

Walaupun kita belum berhasil dari beberapa pengeboran, ia yakin produksi kita masih bisa naik,” kata-nya optimis. Ia menyebutkan masih ada potensi di wilayah MB-Unit yang menjadi aset potensial dan diperki-rakan mampu menghasilkan produksi minyak hingga 650 BOPD. “Selama ini memang produksi MB-Unit belum bisa kita optimalkan karena masih

Page 21: Balance Edisi 7

21VOLUME 007 TAHUN I

katan kualitas dan mutu Field Tambun, aspek HSSE, serta CSR (Cor porate Social Responsibility).Tak jarang ia hadir dalam training yang diadakan HSSE untuk memberikan apresiasi bagi para peserta. Peran aktifnya dalam setiap kegiatan MWT (Mana ge ment Walk Th rough) dengan turun langsung ke la-pangan dan memberikan masukan guna peningkatan kualitas Field Tambun menunjukan hasil positif, ter-bukti bahwa di tahun 2013 Field Tambun mampu menciptakan zero accident.

“Ya harusnya di tahun 2014 kita sudah bisa mendapatkan proper emas” ujarnya sambil tersenyum. Dalam tiga tahun terakhir Field Tambun memang sudah berhasil mencapai PROPER Hijau yang sekaligus menunjukkan komitmen Field Tambun untuk bersi-nergi menjaga kelestarian alam dan pe-ningkatan kesejahteraan masyarakat yang berada disekitar wilayah operasi. “Proper memang bukan menjadi target utama melainkan hanya sebagai bukti

komitmen perusahaan” imbuhnya. Selain perhatian terhadap masyarakat sekitar, sosok kalem ini menyempat-kan berbaur dengan pekerja dan pek-arya di lingkungan Field Tambun. Dia sering terlihat berkumpul bersama ja-maah salat zuhur di mushola Field Tambun untuk mengikuti siraman rohani.

Sejalan dengan kebijakan on plan, on budget, on revenue yang sudah ditetapkan oleh Presiden Direktur PT Pertamina EP, Abdullah menyebutkan akan menyelaraskan setiap program kerja agar efektif dan efisien. “Kita perlu lebih selektif, perlu prioritas dalam pekerjaan. Pilih yang memang secara langsung bisa berpengaruh pada produksi. Aspek HSSE juga diperlu kan agar dapat menunjang keselamatan saat bekerja dan tidak merusak ling-kungan” kata Abdullah. Pengalaman di PT Pertamina sejak tahun 1991 mem-buatnya yakin bahwa Field Tambun masih mampu menjadi primadona penghasil migas di Pulau Jawa.

ngeboran eksploitasi di struktur eksisting, reparasi dan work over. “Kita akan coba menurunkan cut off dari su-mur-sumur yang ada saat work over nanti” Andullah menambahkan.

Selain permasalahan water cut, yang harus ada perubahan signifi kan adalah perbaikan kinerja ESP (electrical submersible pump). Saat ini hampir 70% sumur produksi di wilayah Field Tambun menggunakan ESP. “ESP yang sering mati hidup ini juga bikin pusing aja” imbuhnya singkat. Guna mengan-tisipasi permasalahan power ESP ini akan dibuat power cadangan dari PLN melalui trafo step down yang sesuai de-ngan VSD (variable speed drive). Untuk sementara diterapkan di struktur RD. Kalau evaluasi memuaskan, baru dipa-sang di setiap cluster Field Tambun. “Langkah awal ini diharapakan mem-beri hasil positif untuk menunjang produksi di tahun 2014,” ujar Abdullah.

Selain fokus peningkatan pro-duksi, bapak empat orang anak ini juga menaruh perhatian untuk pening-

Page 22: Balance Edisi 7

22 TAHUN I VOLUME 007

FIELD JATIBARANG

BOR DI SINI BOR DI SINI BOR DI SANABOR DI SANAMengintensifkan pengeboran sumur baru untuk menggenjot produksi. Kerja cerdas dengan mengandalkan inovasi dan pemanfaatan teknologi baru.

S EMANGATNYA menya-la senantiasa. Kamus hidupnya tak pernah mengenal kata menye-rah. “Hidup merupa-kan sebuah tantangan

bagi siapapun yang menjalaninya,”

Peningkatan produksi sudah menjadi harga mati bagi Ceppy Agung Kurniawan. Ia terus memompa sema-ngat anak buahnya untuk mencari su-mur-sumur baru. Status sumur eks-plorasi pun ditingkatkan menjadi sumur produksi, dikenal dengan sebut put on prouction (POP). Pada 2013 lalu, misalnuya sudah diselesaikan berapa program sumur POP yang hasilnya melebihi estimasi, Misalnya, sumur KRE-02. Targetnya untuk minyak sebesar 200 BOPD dan gas 0,9 MMSCFD.

“Dari hasil tes Alhamdulillah pro-duksi minyak di lokasi tersebut sangat bagus mencapai angka 365 BOPD,” ujar Ceppy, Tak hanya minyak, di sumur itu terdapat pula kandungan gas yang tidak kalah besarnya, yakni mencapai 3.29 MMSCFD.

Ceppy Agung menargetkan bisa berproduksi sebesar 8.000 BOPD untuk minyak. “Tentu ini bukanlah

L A P O R A N U T A M A

kata Field Manager Jatibarang, Ceppy Agung Kurniawan. Menurut pria yang berpenampilan modis dan trendi ini wajib hukumnya bagi siapa pun harus berusaha dengan segala upaya untuk melewati setiap tantangan.

Page 23: Balance Edisi 7

23VOLUME 007 TAHUN I

hambatan itu bisa kita atasi,” ujar Ceppy.

Seiring degan kebijakan Presiden Direktur PT Pertamina EP agar setiap RK on planed, on budget, on revenue, dan on return Field Jatibarang sudah menyiapkan berbagai langkah strate-gis. “Kita mengusung kerja cerdas de-ngan mengandalkan inovasi dan pe-manfaatan teknologi baru,” ujar Ceppy.

Selain produksi yang kinclong, semasa kepemimpinannya telah ba-nyak penghargaan yang diterima PT Pertamina EP Field Jatibarang, an-tara lain penghargaan PROPER hijau, penghargaan Raksa Prasadha kate-gori perusahaan peduli lingkungan, serta pencapaian level 4 untuk serti-fi kasi ISRS 7. “Kami senantiasa beru-paya mewujudkan rasa kepedulian yang tinggi terhadap masyarakat dan lingkungan di sekitar daerah ope-rasi,” ujar Ceppy.

pekerjaan mudah. Perlu perjuangan ekstra,” ujarnya.

Untuk memenuhi target tersebut, Field Jatibarang tak hanya mengan-dalkan sumur-sumur eksisting, tapi juga sumur-sumur baru seperti Jatibarang yang diharapkan dapat mengalirkan minyak 174 BOPD, struktur Randegan 186 BOPD, struk-tur Cemara Selatan 150 BOPD, Struktur Cemara Barat 144 BOPD, struktur CemaraTimur 268 BOPD, struktur Karangenggal 166 BOPD, X-ray 330 BOPD.

Pengeboran sumur baru akan terus dilaksanakan pada 2014 ma-sing-masing, sumur JKL-01, sumur GTR-01, KRB-01, dan TTM-01. Dengan pengeboran sumur baru ter-sebut, Ceppy berharap produksi bisa mencapai target. “Tak hanya kami yang puas, juga akan menjadi kontri-busi besar bagi devisa negara,” ujarnya.

Ia memperkirakan pada 2014, masalah-masalah laten seperti izin pengeboran, izin moving antar wilayah, fasilitas produksi yang sudah aus akan menjadi kendala dalam pen-capaian target. “Mudah-mudahaan

“Kami senantiasa berupaya

mewujudkan rasa kepedulian yang tinggi terhadap masyarakat dan

lingkungan di sekitar daerah

operasi.”

Page 24: Balance Edisi 7

24 TAHUN I VOLUME 007

Keberhasilan pengembangan sumur POP pada 2013 diharapkan berlanjut pada 2014. Reserve dari hasil kegiatan eksplorasi dalam lima tahun terakhir sebesar 344.59 MSTB, baru termonetisasi 124.23 MBO.

DUA bulan menjelang pergantian tahun ke , Defrian Basya mendapat du-rian runtuh. Tepat Novem ber ,

jajarannya berhasil merampungkan

sumur POP (put on production) dengan kode BBS-. Minyak yang dipom-pa lumayan besar sekitar sebesar BOPD (barrel oil per day), dengan jepi-tan mm, setelah dilakukan perforasi pada lapisan Cibulakan DST# interval -m. Perolehen ini jauh di atas

target awal yang hanya BOPDSebelum itu, Defrian sempat deg-

degan karena produksi masih di ba wah target. Pada Oktober produksi ma sih 1409 BOPD. Setelah sumur POP BBS-02 rampung, produksinya langsung me lonjak. Pada November tercatat 1541 BOPD dan Desember 1796 BOPD.

Pria kelahiran Palembang 3 De-sem ber 1962 ini, akhirnya bisa menu-tup tahun dengan senyuman. “Alham-dulilah produksi kita 109 persen di atas target,” kata Defrian. Alum nus Teknik Pertambangan Universitas Sriwijaya ini menjabat FM Subang sejak 1 Maret 2013.

Menurut Defrian, keberhasilan ini adalah hasil dari kerja keras dan dukungan berbagai pihak, baik inter-nal maupun eksternal, khususnya tim Asset 3 Subang Field. ”Ini adalah ke-berhasilan kita bersama, kita wajib bersyukur dan terus berusaha untuk melakukan yang terbaik untuk Pertamina EP khususnya Subang Field,“ tuturnya bangga.

Field Subang memang sedang giat memonetisasi sumur eksplorasi men-

L A P O R A N U T A M A

FIELD SUBANG

DURIAN DURIAN RUNTUH RUNTUH SUMUR POPSUMUR POP

Page 25: Balance Edisi 7

25VOLUME 007 TAHUN I

jadi sumur produksi, biasa dikenal de-ngan sebutan POP. Dari kegiatan eks-plorasi, Field Subang mempunyai tabung an reserve yang lumayan besar. Reserve dari hasil kegiatan eksplorasi dalam li ma tahun terakhir sebesar 344.59 MSTB yang berasal dari struktur Bam bu Gunung dan Bambu Besar. Yang sudah dimonetisasi baru 124.23 MBO.

Untuk tahun 2014, berencana melakukan POP (put on production) su-mur-sumur eksplorasi sebanyak 3 sumur yaitu JRB-01, BMH-01 dan JAS-01 dengan target produksi sebesar 450 BOPD. Selain pengeboran sumur POP, Field Subang juga akan melaku-kan pengeboran satu sumur ekpoitasi di struktur Cilamaya Utara dengan kode sumur CLU-CII/2),

Dengan semua aktivitas penge-boran itu, Defrian, yakin bisa meme-nuhi target RKAP 2014 sebesar 1457 BOPD untuk minyak.

Bukan berarti perjalanan akan lan-car-lancar saja. Menurut Defrian, ken-

dala yang mungkin dihadapi dalam pencapaian target 2014 yaitu jadwal yang cukup ketat untuk penyiapan dan eksekusi program put on production (POP) sumur-sumur eksplorasi (JRB-01, BMH-01 dan JAS-01) dan penge-boran sumur eksploitasi (CLU-CII/2), serta kendala sosialnya.

Untuk lebih meningkatkan per-forma di tahun 2014, Defrian me-nyiapkan sejumlah langkah, “yang perlu dilakukan adalah bekerja secara teamwork, strategis dan tetap fokus terhadap pekerjaan-pekerjaan yang sudah direncanakan agar tidak terjadi delay atau pun loss opportunity yang dapat mengakibatkan berkurangnya revenue ataupun over budget,” ujarnya. Ini sejalan dengan kebijakan yang di-gariskan presiden direktur agar setiap RK on planed, on budget, on revenue, dan on return.

Selain produksi, Defrian menyata-kan tetap berkomitmen untuk me gembangkan program Corporate Social

Responsibility (CSR). Untuk yang satu ini, Field Subang, termasuk yang paling menonjol di wilayah kerja Pertamina EP Asset 3. Dari sisi pertanian dan pe-ngembangan ekonomi misalnya, Field Subang berhasil menjadikan Karawang yang dikenal sebagai sentra padi di Jawa Barat, kini juga menjadi sentra jamur.

Lewat inisiatif Pertamina EP Field Subang, berdiri “Kampung Jamur” di Desa Sukamulya, Kecamatan Cimalaya Kulon, Karawang. Selain mengem-bang kan potensi baru perekonomian lokal, budidaya jamur di Sukamulya juga menyelesaikan problem ling-kungan. Yakni menumpuknya jerami pasca panen padi. Jerami yang sebe-lumnya tak banyak bermanfaat, ter-nyata material ter baik untuk tumbuh-nya jamur.

Memang, bertani jamur bukan kegiatan baru bagi warga Karawang. Namun sebelum Field Subang turun tangan, para petani jamur terlilit sis-tem ijon yang merugikan. Oleh Per-tamina EP Field Subang, para petani lantas dibimbing membentuk kelom-pok tani. Ibu-ibunya pun dilatih mem-buat makanan olahan dari jamur. Me-re ka juga dibukakan akses pasar, mu-lai pasar tradisional hingga on line.

Bukan hanya warga yang disentuh, Owa Jawa pun mendapat perhatian. Menggandeng Yayasan Owa Jawa, Field Subang menggelar program per-lindungan dan pelestarian Primata en-demik Jawa Barat, yang ter ancam pu-nah ini. “Dunia usaha ada lah elemen penting dalam upaya menjaga keseim-bangan lingkungan terutama keaneka-ragaman hayati,” ucap Defrian tentang programnya ini.

Defrian Basya tampak tahu betul, CSR dan pelestarian lingkungan, me-rupakan etika bisnis yang tidak bisa di lepaskan dari kelangsungan dunia industri. Dengan komitmen pimpinan seperti itu, tak heran jika Field Subang pada 2013 kembali mendapatkan PROPER hijau, untuk yang kempat kali.

Produksi SubangOktober

2013November

2013Desember

2013Target RKAP

2014

Minyak 1409 BOPD 1541 BOPD 1796 BOPD 1457 BOPD

Gas 268 MMSCFD 276 MMSCFD 276 MMSCFD …

NPT (non productive time) 2013 : 2.304 jam

Page 26: Balance Edisi 7

26 TAHUN I VOLUME 007

FIELD CEPU

BEKERJA BEKERJA DENGAN DENGAN ENJOYENJOY DAN DAN HAPPYHAPPYSelama 2013 produksi mencapai 250% dari target. Mengalirkan gas untuk menerangi Jawa Tengah.

R UTININITAS ini di-lakukannya selama bertugas di Cepu. Pukul . pagi setiap hari pria ini sudah ber-ada di kantor. Tak lang-

sung duduk di meja kerja. Dia berdiri di lobi kantor Mentul Pertamina EP Asset Field Cepu. Tersenyum lebar dan menyapa satu demi satu pekerja atau mitra kerja yang melintas.

Pria itu adalah Wresniwiro, orang nomor satu di Field Cepu, yang dikenal sebagai sosok sederhana baik di kalang-an Pertamina EP maupun di ling-kungan ekternal. Pria kelahiran Jakar-ta 12 Desember 1958 tersebut meya-kini bahwa tugasnya sebagai Field Ma-na ger adalah membuat seluruh ba wah-annya nyaman, bersemangat dan jadi lebih kreatif.

Wresniwiro menjabat sebagai FM Cepu sejak 1 Desember 2012. Dia masuk Pertamina tahun 1989 setelah menamatkan pendidikan di jurusan Pertamabang Universitas Veteran Yogyakarya Berbagai penugasan sudah dilakoninya. Terakhir, sebelum menja-

bat Field Manager Cepu, dia ditugasi se-bagai Manager Legal and Relations Region Jawa,

“Kalau teman-teman Field Cepu be kerja dengan senang dan bahagia, tidak perlu saya perintah pun mereka akan bekerja dengan baik”. “Saya kan cuma menyemangati,” Wresniwiro menambahkan. Menyemangati tak harus dengan materi. Sapaan ramah di pagi hari ataupun sekedar tepuk bahu seperti bisa menjadi energi penyemangat.

Bagi Wresniwiro, bekerja adalah kesenangan, bukan semata-mata me-lakukan apa yang diperintahkan, tetapi harus tahu dengan baik apa yang ha rus dilakukan untuk mendukung Perta-mina EP meraih apa yang dicita-cita-kan. Jika sudah begitu, kinerja pasti lebih baik. Target bukan lagi beban.

Terbukti pada 2013, rata-rata pro-duksi minyak Pertamina EP Asset 4 Field Cepu mencapai 2,680 BOPD, atau 250% dari target sebesar. Meski produksi terbilang kecil dibandingkan fi eld lain, pencapai produksi dua sete-ngah kali lipat merupakan yang paling besar di seluruh PEP. Sebagai lapangan baru, target yang dibebankan kepada

fi eld Cepu masih minimalis, ternyata hasilnya di luar dugaan.

Pencapaaian di atas target ini sudah terjadi pada awal tahun. Pada ja-nuari, produksi Field Cepu sudah men-capai 117% dari target. Tiap bulan ang-kanya terus naik. Kenaikan tajam di-mulai pada awal semester kedua, de-ngan perolehan 157,7 persen di atas target. Puncaknya pada triwulan ter-akhir untuk, Oktober tercatat 739 BOPD sekitar 182,2 persen, 3,288 BOPD sekitar (272,9%), No vem ber 3,718 BOPD (316,2%), De sem ber 4,125BOPD (365,4%)

Sedangkan untuk gas belum masuk proyeksi produksi pada 2013. Tetapi pada 2014, gas jurtu menjadi tulang punggung Field Cepu dengan mulai berproduksinya Blok Gundih.

“Produksi meningkat karena te-man-teman Field Cepu bekerja dengan “enjoy” dan “happy”, sehingga banyak ide-ide yang muncul untuk meningkat-kan produksi Field Cepu,” ujarnya.

Dengan bekal itu pula, Wresniwiro optimistis bisa memenuhi target yang dibebankan perusahaan pada 2014. Ia memang kehilangan lapangan Kaweng an, Nglobo, Ledok dan Se-

Oleh Kartika Tiara

L A P O R A N U T A M A

Page 27: Balance Edisi 7

27VOLUME 007 TAHUN I

yang dikembangkan PEP di Blok Gundih membuahkan hasil. Semua gas yang dihasilkan akan dialirkan ke PLTU ini. Dengan memakai gas dari Gundih, diperkirakan PLN bisa me-mangkas cost 2,9 triliun per tahun.

Setelah pengelolaan ya diserahkan ke Field Cepu, menjadi kewajiban Wresniwiro dan anak buahnya untuk terus mempompa gas dari Blok Gundih agar Jawa Tengah terang. Selain men-jaga produksi Blok Gundih, Field Cepu juga ditagetkan produksi minyak

Untuk produksi minyak 2014, Wresniwiro selaku Cepu Field Manager berkomitmen 2,332 BOPD, sedangkan untuk gas 5 MMSCFD (exclude Blok Gundih), Jadi secara keseluruhan tar-get Field Cepu ada 3.121 BEPD (barrel equivalent per day). Wresniwiro bertekad memenuhi target tersebut, melalui program perawatan sumur-su-mur Tiungbiru dan Tapen, mengupa-yakan yang terbaik dari sumur NCJ-A/1 dan NCJ-A/4, serta tentu saja 9

manggi, yang pengelolannya diserah-kan korporat kepada Geo Cepu Indo-nesia, melalui mekanisme KSO. Tapi sebagai penggantinya, Field Cepu di-serahi mengelola Blok Gundih yang sebelumnya menjadi bagian Proyek Pengembangan Gas Jawa.

Produksi Blok Gundih ini lumayan besar, sekitar 50 MMSCFD. Blok Gun-dih ini boleh dibilang menjadi penyela-mat kelistrikan di Jawa Tengah, se ka-ligus menghemat subsidi listrik yang terus membengkak. Sebelum ini untuk menerangi Jawa Tengah, PLTU Tam-bak Lorok terpaksa menggunakan so-lar, tiap tahun defi sit triliunan rupiah.

Awalnya untuk kebutuhan gas, di-alokasi dari Bontang melalui pipa Kalimantan–Jawa. Apa boleh buat, proyek itu tak kunjung jalan. Kalau tak juga dapat pasokan gas, pada perte-ngahan tahun lalu, PLTU ini hampir di-tutup. PLN tak kuat lagi jika terus-te-rusan memakai solar. Untunglah Pro-yek Pengembangan Gas Jawa (PPGJ)

Produksi CepuOktober

2013November

2013Desember

2013Target RKAP

2014

Minyak 3.288 BOPD 3.718 BOPD 4.125 BOPD 2.332 BOPD

sumur gas di Gundih.Selain program perawatan sumur,

Wresniwiro juga percaya bahwa mem-perbanyak koordinasi dengan Pemerin-tah Daerah / Pemerintah Kabupaten serta aparat keamanan dan meng-up grade para pekerja dan mitra kerja di Field Cepu akan membantu Pertamina EP Asset 4 Field Cepu menghindari de-cline rate di tahun 2014.

Dengan mengupayakan terlak-sananya hal-hal tersebut diatas, Wresniwiro memiliki harapan bahwa kebijakan Presiden Direktur Perta mi-na EP yakni on planed, on bunget, on revenue dan on return da pat dipenuhi oleh Pertamina EP Asset 4 Field Cepu.

Meraih apa yang menjadi komit-men dan target Field Cepu tahun 2014 tidak akan mudah. Wresniwiro meng-akui bahwa kendala non teknikal se-perti keamanan dan kekurang paha-man masyarakat akan peraturan dae-rah masing-masing khususnya terkait lokal konten menjadi tantangan terbe-sar bagi Field Cepu. Meski demikian ia tetap optimis tidak ada yang tidak bisa diraih apabila seluruh Field Cepu mem-berikan yang terbaik dan senantiasa bekerja sama.

ZA

KY

AR

SY

Page 28: Balance Edisi 7

28 TAHUN I VOLUME 007

FIELD TARAKAN

UJIAN LAPANGAN UJIAN LAPANGAN SEMBAKUNGSEMBAKUNGField Tarakan tak lagi marjinal setelah diserahi lapangan yang diserahterimakan dari Medco E&P. Mengalirkan gas untuk listrik di perbatasan Malaysia.

K ESIBUKAN Rahmad Wibowo di tahun kuda ini akan sema-kin berlipat. Jika se-belumnya hanya me-melototi struktur

Tarakan, pada alumnus Teknik Perminyakan Universitas Trisakti ini harus memperhatikan denyut struk-tur Sembakung, yang diserah teri-makan kembali kepada Pertamina EP (PEP) pada Sabtu Desember .

Lapangan yang berada di Ka-bupaten Nunukan, Kalimantan Utara (dulu Kalimantan Timur) itu, sebe-lumnya dikelola Medco E& P dengan status technical assistance contract (TAC). Saat serah terima produksinya tercatat, sekitar 1.500 Barrel Oil Per Day (BOPD) dari 70 sumur.

Lapangan Sembakung tentunya menjadi pertaruhan tak hanya mana-jemen Field Tarakan, tapi juga Pertamina EP (PEP) secara keselu-ruhan. Minimal harus bisa berproduk-si sama dengan saat diserahterimak-an. Jika anjlok, orang dengan mudah akan membandingkan kompetensi PEP dengan operator sebelumnya. “Saya anggap tantangan bukan beban ,” ujar Rahmad yang menjabat FM

Sampai dengan 1983, lapangan dengan luas area 23,37 kilometer per-segi ini berproduksi secara ‘natural fl ow’. Kemudian sejak Oktober 1983, Lapangan Sembakung telah beralih dari sistem pengangkatan alami artifi -cial lift menggunakan Hydraulic Jet Pump (HJP).

L A P O R A N U T A M A

Tarakan sejak 1 November 2012.Lapangan Sembakung pertama

kali ditemukan oleh Arco pada 1975, dan diproduksikan pertama kali pada 1977. Lapangan ini sempat terhenti kegiatan operasi produksinya selama 21 bulan, yaitu dari Agustus 1981 sampai dengan April 1983.

Harapan itu bakal terwujud jiika produksi

Sembakung tetap mengkilap. Meski sempat mencapai

produksi 3.000 BOPD, untuk tahun 2014, lapangan ini hanya ditagetkan berproduksi sama seperti saat dise-

rah terimakan, yakni 1459 BOPD.

Page 29: Balance Edisi 7

29VOLUME 007 TAHUN I

Meski sempat mencapai produksi 3.000 BOPD, untuk tahun 2014, lapangan ini hanya ditagetkan berproduksi sama se-perti saat dise rah terimakan, yakni 1459 BOPD. “Field Tarakan ditagetkan 2.179 BOPD.” ujar Rahmad, Selain dari Sembakung, struk tur Tarakan ditaget-kan bisa mengalirkan minyak sebesar 720 BOPD.

Target untuk Tarakan ini lebih ren-dah dibandingkan target 2013 yang mencapai 823 BOPD. Target 2013 hanya 94% terpenuhi atau sekitar 774 BOPD. Dalam tiga bulan terkahir, rata-rata produksi malah lebih rendah lagi, hanya 713 BOPD. Pada Okrober, pro-duksi tercatat 786 BOPD, dan terus menurun pada November sebesar 716 BOPD, dan Desember 685 BOPD.

Rahmad menyebutkan, produksi meleset dari target karena ada empat rencana pengeboran yang tidak terlak-sana. Penyebabnya izin lingkungan (RKL/RPL) belum keluar.” Kalau ter-laksana, pencapaian produksi eksisting bisa 127 % dari target,” ujar pria kela-hiran 28 Januari 1966 ini. Ia mengakui susah mencari sumur untuk direakti-vasi karena rata-rata lokasinya beriri-san dengan pemukiman. “Itu akan menjadi kendala pencapaian target 2014, selain decline produksi yang tinggi akibat kenaikan kadar air,” imbuh Rahmad.

Sejak 22 Desember 1993, PT PERTAMINA menandatangani Tech-nical Assistance Contract (TAC) de-ngan PT Genindo Citra Perkasa untuk mengelola lapangan Sembakung se-lama 20 tahun dengan operator atas TAC tersebut adalah Perkasa Equa-torial Sembakung Ltd. (PESL).

Pada Oktober 2005, PT Medco Energi International, Tbk. Mengambil alih PESL dan selanjutnya lapangan ini dikelola oleh Medco Sembakung seba-gai operator dari TAC Sembakung de-ngan nama TAC Pertamina – Medco Sembakung. Hingga akhirnya kembali dikelola penuh Pertamina pada 21 Desember 2013.

“Pertamina EP telah menyusun se-jumlah rencana kerja dan strategi untuk meningkatkan produksi minyak dan gas dari kondisi yang sekarang. Hal ini tidak terlepas dari bagian strategi “agresive upstream” usaha hulu,” ujar Agus Amperianto, PR Manager Perta-mina EP, usai acara serah terima kem-bali Lapangan Sembakung dari Medco E&P ke Pertamina EP.

Agus mengatakan, selama bersta-

tus TAC Pertamina – Medco, Lapangan Sembakung telah mengedepankan standar tinggi pengelolaan lingkungan dan pemberdayaan masyarakat. Tak heran lapangan ini termasuk yang ber-mandi penghargaan. Di antaranya dua kali Penghargaan PROPER Biru dari Kementerian Lingkungan Hidup, serta dua kali Penghargaan PROPER Emas dari BLHD (Badan Lingkungan Hidup Daerah) Provinsi Kalimantan Timur untuk periode 2011-2012 dan 2012-2013.

“Yang paling fenomenal, di peng-hujung masa kontrak TAC, Medco E&P Sembakung berhasil mengalirkan gas bagi kebutuhan listrik masyarakat per-batasan di Kabupaten Nunukan dan Sebatik melalui Pembangkit Listrik 8 Megawatt milik PT PLN,” ungkap Agus dengan bangga. Ia pun berharap, ke depan Lapangan Sembakung dapat melanjutkan jejak kemakmuran warga di perbatasan Indonesia – Malayisa yang telah diukir dalam 20 tahun ter-akhir itu.

Harapan itu bakal terwujud jika produksi Sembakung tetap mengki lap.

Produksi TarakanOktober

2013November

2013Desember

2013Target RKAP

2014

Minyak 786 BOPD 716 BOPD 685 BOPD 2179 BOPD

FO

TO

-FO

TO

: Z

AK

Y A

RS

Y

Page 30: Balance Edisi 7

30 TAHUN I VOLUME 007

lakukan. Tapi ini bukan sesuatu yang mudah dilakukan. Per soalan peng-adaan lahan masih menjadi persoalan pelik untuk sumur-sumur baru. Wilayah Kerja Field Sangatta beririsan dengan Taman Nasional Kutai (TNK). Sampai di sini sebenarnya tidak terjadi masalah, Walaupun secara de facto lo-kasi berada di TNK, tetapi secara de jure bisa buat perjanjian kolaborasi de-ngan pihak kehutanan (Balai TNK).

Yang jadi masalah adalah pembe-

S UMURSUMUR di Field Sangatta, seperti juga di lapangan-lapangan lain milik Pertamina sudah renta. Penyakitnya stan-dar: tekanan di dalam

sumur itu mulai melemah dan kadar air yang tinggi. “Ini menjadi PR sen-diri bagi kami untuk dapat mening-katkan produksi,” ujar Field Manager Sangatta, Abdul Muhar.

Tak mudah memang meningkat-kan produksi di Field Sangatta. Dalama lima tahun terkakhir tak ada sumur baru yang dikembangkan dari temuan ekplorasi. Memang pernah ada sumur POP, yakni di struktur Tapah tapi produksinya jauh dari eks-pektasi. Diharapkan bisa mengalirkan sampai 168 BOPD, ternyata pompa hanya bisa mengangkat 2 BOPD, jum-lah yang tidak signifi kan dan tak eko-nomis untuk dilanjutkan.

“Informasi terakhir dari tim eks-plorasi pusat rencana pengeboran pa-ling dekat adalah Sumur Brajanata di Sangatta Utara dengan perkiraan tajak pada pertengahan tahun 2014,” ujar

FIELD SANGATTA

BERKAH BERKAH TELATEN PADA TELATEN PADA SUMUR TUASUMUR TUAPada 2013 mencatat produksi 120 % dari target. Mengedepankan safety, pemberdayaan lingkungan, dan tanggung jawab sosial perusahaan.

Oleh Septrianur Kurniawan

L A P O R A N U T A M A

pria yang akrab dipanggil Muhar terse-but. Alumnus Teknik Elektro Univer-sitas Sriwijaya itu sudah 22 tahun mengabdi di Pertamina dengan penu-gasan yang beragam. Sebelum diper-caya sebagai Field Manager Sangatta 1,5 tahun lalu, Muhar menjabat Asst. Manager Perencanaan dan Engineering Pertamina EP Field Sangatta.

Untuk memperpanjang hidup Field Sangatta, penambahan cadangan melalui kegiatan eksplorasi mutlak di-

Page 31: Balance Edisi 7

31VOLUME 007 TAHUN I

basan, karena sebagian besar tanah di kawasan WKP Pertamina dan TNK ini sudah dikuasai masyarakat lokal de-ngan berbekal surat garap dari peme-rintah desa. Sebagai perusahaan yang akan memperkuat bisnis dengan me-nambah sumur-sumur baru, manaje-men Field Sangatta harus memahami karakter lokal masyarakat asli yang perlu disikapi secara khusus dengan pendekatan tertentu dari tim perusahaan.

Dengan posisi pelik seperti itu, Abdul Muhar dan tim, tak punya ba-

nyak pilihan, selain merawat “barang tua” dengan ketelatenan ekstra tinggi. Ketelatenan itu berbuah manis. Pada 2013 lalu, produksi yang dibukukan Sangatta melebihi target, yakni 1.464 BOPD, sekitar 120,13% dari target. Meski begitu, Abdul Muhar dan tim mesti berhati-hati. Dalam tiga bulan terakhir hir, produksi fl uktuatif dan dibawah rata-rata produksi per tahun. Tercatat pada Oktober sebesar 1.368 BOPD, kemudian turun tipis pada

November menjadi 1.343 BOPD, dan naik menjadi sebesar 1.401 BOPD.

Muhar mengatakan produksi Field Sangatta cukup kecil bila dibandingkan lapangan-lapangan lainnya di Perta-mina EP. “Namun hal ini tidak mem-buat kami berkecil hati, kami akan terus melakukan inovasi-inovasi dan kerjasama tim sehingga Lapangan Sangatta dapat meningkatkan produk-sinya”, ujar pria kelahiran Pendopo, 31 Mei 1963 tersebut.

Dengan perolehan produksi 2013, Muhar yakin target yang dibebankan

perusahaan sebesar 1.323 BOPD bisa terpenuhi.. “Dengan tidak ada RK pe-ngeboran sumur pengembangan di tahun 2014, kami sangat bergantung pada kondisi sumur eksisting”, Muhar menambahkan. Memang ada upaya lain seperti reaktivasi/reparasi/reopen-ing sumur yang ada, tapi hasilnya di-perkirakan tidak terlalu signifi kan.

Hambatan lainnya menyangkut rig atau hoist yang terbatas. Di Sangatta, kini beroperasi tiga rig untuk pera-

watan sumur dan reaktivasi. Pada 2013 kerja ketiga hoist sangat tinggi, se-hingga beberapa komponen yang aus harus diperbaiki atau diganti. “Ini perlu waktu sehingga mempengaruhi prog-ram sumur fi eld“, ujar Muhar. Ia ber-harap seluruh kendala dapat dimini-malisasi sehingga target produksi terpenuhi.

Meski sedang menggenjot pro-duksi, menurut Muhar, ia tak melu-pakan safety. “Kami seluruh manaje-men menegaskan kepada seluruh pe-kerja dan mitra kerja untuk selalu mengedepankan safety”, ujarnya, Ia menyebutkan kesadaran akan kesela-matan dan monitoring terhadap selu-ruh pekerjaan harus diutamakan. Soal safety ini terus ditanamkan dalam diri masing-masing individu pekerja, se-hingga apapun pekerjaan yang dilaku-kan selalu sesuai koridor aman.

Dengan SOP yang ketat, Field Sangatta mencatat zero fatality pada 2013. Hal ini harus ditanamkan dalam diri masing-masing individu pekerja, sehingga apapun pekerjaan yang di-lakukan selalu sesuai koridor aman.

“Kami sangat mengedepankan masalah safety dan pemberdayaan lingkungan, disamping tanggung jawab sosial”, Muhar menambahkan. Ini bukan sekedar lip service. Terbukti dengan diraihnya proper hijau pada 2013. “ Ini pertama kali kami menda-patkan hijau, Sebelumnya selama tiga tahu berturut-turut dapat biru”.

Muhar berharap pada 2014 dan tahun-tahun selanjutnya Field Sangatta dapat mempertahankan prestasinya, bahkan mengingkatkan lagi ke jenjang yang lebih tinggi.

Beserta tim lapangan Sangatta, ia berjanji akan selalu mengoptimalkan asst-aset potensial yang berada di Lapangan Sangatta, dengan mengacu pada perkembangangan teknologi, kempetensi SDM, dan profesional-isme. sehingga visi Pertamina EP men-jadi perusahaan kelas dunia bisa dapat direalisasikan di Field Sangatta.

Produksi SangattaOktober

2013November

2013Desember

2013Target RKAP

2014

Minyak 1.368 BOPD 1.343 BOPD 1.401 BOPD 1323 BOPD

Page 32: Balance Edisi 7

32 TAHUN I VOLUME 007

Tanjung diusahakan sepenuhnya oleh PT Pertamina EP Field Tanjung.

Tak mudah memompa minyak dari sana. Setiap tambahan produksi satu barrel harus diupayakan dengan lelehan keringat. Saat bertemu dengan Heraguang Oktober lalu, ia hanya ber-janji menaikkan produksi sampai akhir tahu sekitar 102 persen di atas target. Saat itu produksi masih 101 %.

Ternyata, menaikkan produksi meski tipis tak semudah membalik-kan tangan. Dalam triwulan terkahir rata-rata produksi turun, meski penu-runannya tipis. Pada Oktober tercatat 4115 BOPD, November 4.072 BOPD, dan Desember 4001 BOPD.

Rata-rata produksi Field Tanjung sebesar 4.245,2 BOPD atau 101,07 % dari target yang ditentukan RKAP. “Meski tak sampai 102%, saya ber-sykur produksi masih di atas target,” Heragung menambahkan

Penambahan itu meski sedikit patut diapresiasi. Lapangan Tanjung yang sumurnya rata-rata sudah uzur mengalami penurunan alamiah seki-tar 20%. Heragung dan anak buahnya dengan berbagai cara menahan laju penurunan sumur itu dengan mem-perbanyak pengeboran dan mainte-nance sumur. Tahun 2003 diselesai-kan pengeboran tiga sumur.

Untuk 2014, perusahaan menaik-kan target menjadi 4.319 BOPD. Heragung optimis, target tersebut bisa dipenuhi. Selain dari sumur-su-mur eksisting, juga dari tambahan tiga sumur baru yang dibor tahun ini.

Ia menyebutkan beberapatan ken-dala pencapaian target produksi 2014, antara lain tumpang tindih lahan de-ngan Perusahaan tambang batubara di sturuktur Tapian Timur yang hingga saati nimasih terus dinegosiasikan. “Untuk kepentingan negara, mudah-mudahan lahan itu segera bisa diman-faatkan,” ujar alumnus Teknik Mesin Universitas Brawijaya tersebut.

Persoalan lain. minimnya sumur gas di Tanjung Field, sehingga untuk

M ESKI produksi sedang seret, asa tak pernah pergi dari Tanjung. “ Dari cadangan minyak yang

ada, recovery faktornya baru men-capai , %,” ujar Field Manager Tanjung, Heragung Ujiantoro. Tak sekedar produksi, pria ramah ini se-lama tahun , sibuk membenahi fi sik lingkungan kantor.

Gedung-gedung dipercantik. Wisma yang terbakar dibangun kem-bali dengan fasilitas sekelas hotel ber-bintang. “Saya ingin karyawan yang bekerja di sini betah dan punya ke-banggan,” ujar Heragung yang sebe-lum menjadi orang nomor satu di Tanjung, sempat menjabat sebagai manager surface facility di Lapangan Prabumulih. Secara berseloroh karya-wan di sana kerap menyebut tahun 2013 sebagai tahun pembangunan

Lapangan Tanjung sudah lebih seabad dijamah, dihisap beragam pompa, mulai dari pompa angguk sampai yang modern, seperti pompa ESP. Entah sudah berapa banyak mi-nyak yang dialirkan dari sana dan sudah berapa pimpinan berganti.

Pertama ditemukan pada 1898

oleh Perusahaan Belanda Mijn Bouw Maatchappij Martapura, kemudian di-ambil alih Dotsche Petro leum Maats-chappij pada 1912. Perusahaan Belanda lain, yakni NV Bataaf sche Petroleum Maatschappij (BPM) mene ruskan pengusahaan Lapangan Tanjung pada 1930, sebelum akhirnya diambil alih Jepang pada 1942-1945.

Setelah Jepang menyerah pada pe-rang dunia kedua, BPM meneruskan masa pengusahaan dengan menerus-kan pembangunan infrastruktur, ter-masuk membangun pipa 20 inci ke Balik papan. Lapangan Tanjung mulai produksi pada 1963. Bukan BPM, yang memproduksi PT Shell Indonesia.

Mulai 1965, Lapangan Tanjung di-ambil alih PN Pertamina, sebagai cikal bakal Pertamina. Pada 11 November 1989 ditandatangani kontrak Enhanced Oil Recovery (EOR) Tanjung Raya an-tara Pertamina dengan Southern Cross dan Bonham.

Masa kontrak berlangsung selama 15 tahun, berakhir pada 2004. Sebelum kontrak berakhir, pada 1992 terjadi-pengalihan hak dan kewajiban partner, beralih ke tangan Bow Valley, sampai akhirnya sejak 1994 beralih ke tangan Talisman yang kontraknya berakhir pada 10 November 2004. Sekarang

FIELD TANJUNG

ASA DARI ASA DARI TANJUNGTANJUNGTumpang tindih lahan dengan konsesi pertambangan masih menjadi kendala pemenuhan target 2014. Berharap dari proyek EOR. Bisa jadi model untuk lapangan lain.

L A P O R A N U T A M A

Page 33: Balance Edisi 7

33VOLUME 007 TAHUN I

nya perkebunan maupun pemukiman masyarkat yang mendekati area ope-rasi maupun menempati tanah-ta-nah/ROW milik Pertamina .Melalui strategi kerjasama dengan Pemerintah Daerah dan aparat terkait serta pene-rapan CSR diharapkan masalah ini bisa dieliminasi untuk kelancaran operasi serta pencapaian target yang telah ditetapkan.

Menurut Heragung, sebanyak tujuh strukturaktif akan dioptimal-kan guna mempertahankan sekaligus meningkatkan produksi melalui metode yang selamaini tebukti keber-hasilannya, yaitu stimulation, fractur-ing serta water injection.

Pada tahun ini peningkatan pro-duksi juga akan diusahakan melalui penerapan teknologi baru di antara-nya: injeksi surfaktan, huff & puff serta pemasangan X-Flow handler.

Yang paling ditunggu keberhasil-annya adalah injeksi surfaktan. Tak hanya Field Tanjung, tapi seluruh Pertamina EP. Begitu berhasil di Tanjung, Pertamina punya role model untuk menjalan teknogi EOR di tem-pat lain. Pemakain injeksi surfaktan merupakan pendekatan baru dari penggunaan teknologi pemulihan sumur, biasa disebut EOR (enhanced oil recovery). Sebelumnya mengguna-kan injeksi air (waterflood). Field Tanjung bekerjsama dengan pakar IPB untuk mengaplikasi surfaktan buatan dalam negri yang dibuat dari kelapa sawit. Yang sekarang banyak dipakai perusahaan migas Indonesai masih merupakan produk impor sehingga lebih mahal.

Presiden Direktur Pertamina EP, Adriansyah termasuk yang menunggu dengan harap- harap cemas dengan ke-berhasil proyek EOR di Rantau. EOR termasuk salah satu piranti yang diha-rapkan bisa menaikkan produksi selain dari percepatan pengembangan su-mur-sumur eksplorasi. “Kalau sudah ada yang berhasil, akan lebih mudah diduplikasi di tempat lain,” ujarnya.

Produksi TanjungOktober

2013November

2013Desember

2013Target RKAP

2014

Minyak 4115 BOPD 4.072 BOPD 4001 BOPD 4319 BOPD

operasi power plant yang merupakan jantung dari operasioanal Tanjung saat ini masih mengandalkan penggu-naan gas ikutan (associated gas). Diupayakan untuk tahun ini bisa

mendapatkan tambahan produksi gas melalui reparasi sumur gas yang ada.

Juga tak kalah pentingnya adalah permasalahan sosial yang mulai mun-cul yang berkaitan semakin banyak-

TATA

N A

GU

S R

ST.

Page 34: Balance Edisi 7

34 TAHUN I VOLUME 007

W A W A N C A R A

ESOK HARUS LEBIH BAIK

AdriansyahPR E S I DE N DI R E K T U R

Sebagai nakhoda baru, Adriansyah siap membawa kapal PEP berlayar, mengarungi

badai, mencapai pantai tujuan.

“Banyak potensi yang belum dioptimalkan,”

ujarnya.

TATA

N A

GU

S R

ST

Page 35: Balance Edisi 7

35VOLUME 007 TAHUN I

BERPULUH tahun lalu, seorang bocah berja-jar langkah dengan ayah nya di sebuah jalan yang masih ber-batu dan ber debu di ka-

wasan Prabu mulih, Sumatera Selatan. Tiba-tiba wuiss… sebuah Hardtop lewat. Debu beterbangan. Alih-alih memaki, si ayah justru menyemangati anaknya. “Hebat-hebat tuh insinyur Pertamina. Sekolahnya gak di sini, jauh harus ke Jawa,” ujarnya.

Pertamina dan minyak adalah kosa kata yang sangat akrab di telinga warga Prabumulih yang memang dari dulu dikenal sebagai daerah penghasil minyak, termasuk bapak dan bocah tersebut. Banyak warga yang kerja di rig. Istilah di sana manda untuk me-nyebut orang yang sedang bekerja di rig. “Tapi ayah saya tak pernah manda dimana pun. Ayah saya tentara,” ujar Adriansyah. Bocah yang dicekoki ayahnya tentang kehebatan insinyur-insinyur Pertamina itu, kini tak hanya sekedar jadi “tukang insinyur”, tapi menjadi bos ratusan insinyur.

Sejak dua bulan lalu, dia didapuk menjadi Presiden Direktur Pertamina EP, menggantikan pejabat sebelumnya Syamsu Alam. Kenangan masa kecil ten tang Pertamina boleh jadi ikut an-dil, menjadi energi yang mendorong-nya mendaki puncak karir. Setidaknya memori masa kecil itulah yang mem-bantunya dan meringankanya saat harus menjauhi dunia astronomi yang digandrunginya sejak remaja.

Selesai SMA, Adriansyah pergi ke Jawa, kuliah di ITB untuk mentun-taskan cita-citanya menjadi seorang astronom. Ia terkesima dengan cerita-cerita tentang UFO dan penjelajahan luar angkasa. Setelah melewati tahun pertama kuliah dan diminta memilih jurusan, Adriansyah mulai goyah. Se-telah mendapat informasi kiri-kanan, masa depan seorang astronom di Indo-nesia tidak menjanjikan. “Nanti istri saya makan apa,” ujar pria kelahiran

Prabumulih, 18 Juli 1960 tersebut.Akhirnya, pilihan jatuh ke jurusan

Geofi sika dan Meteorologi, jurusan yang ketika itu lagi harum. Lulusannya banyak yang bekerja di perusaha-an-perusahaan minyak dengan gaji yang lumayan besar. Memori masa ke-cilnya mulai terputar, terutama cerita penyemangat dari ayahnya tentang kehebatan insinyur Pertamina.

Karena kenangan itu pula, Adriansyah ringan saja meninggalkan pekerjaan di pabrik pengolahan, milik perusaahan multinasional yang sudah dijalaninya hampir setahun saat pang-gilan kerja dari Pertamina datang. Dia pun mulai bekerja dengan sepenuh hati. “Banyak yang bilang saya ter-lalu loyal kepada perusahaan,” ujar Adriansyah ngakak.

Kerja kerasnya terbayar. Berbagai jabatan penting sempat dipercayakan perusahaan ke pundaknya. Sebelum diangkat sebagai nakhoda Pertamina EP (PEP), dia dipercaya memegang beberapa jabatan penting, antara lain SVP Upstream Technology Centre, SVP Upstream Businees Development, dan Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energy (PGE)

Tantangan yang dihadapi Adriansyah jelas tak mudah. Banyak yang menuding PEP sekarang under achievment. Banyak yang menunggu, apakah Adriansyah bisa membalikkan penilaian negatif tersebut? Terbe bani-kah dia dengan pengharapan yang besar tersebut? “Saya fun saja, Saya

juga ingin tahu, seberapa besar batas kemampuan saya. Kalau tidak tentu-nya, masih banyak yang mampu,” ujar Adriansyah.

Jawabannya sekilas terdengar arogan, tapi sebetulnya biasa untuk seseorang yang senang berkompetisi, seperti Adriansyah. “Saya senang dengan atmosfi r kompetisi. Kita di-tuntut me la kukan yang terbaik. Soal hasil, itu nomor dua,” ujar Adriansyah. Dengan kesenangannya pada at-mosfi r kompetisi bisa difahami jika Adriansyah menyenangi sekligus me-mainkan hampir semua jenis olahraga, mulai dari bola kaki sampai bridge.

Berikut petikan wawancara de-ngan BALANCE tentang strateginya membawa PEP ke arah yang lebih baik:

Banyak yang menuding PEP under achievment, komentar Anda?

Kalau memang under achiever, fi ne. Kita bikin on part achiever. Saya optimis, ada potensi yang belum tersentuh. Teman-teman eksplorasi mendapat penghargaan karena bisa melipatgandakan cadangan. Tapi dari temuan selama lima tahun (2007-2013 (yang mencapai 200 juta barrel itu, belum semua dimonetisasi. Saya anggap ini peluang. Belum lagi dari potensi EOR (enhanced oil recovery).

Bagaimana profi l produksi PEP?

Di awal tahun sempat naik 123 ribu-an BOPD, tetapi di bulan Agustus drop, kemudian naik lagi, tapi tidak signifi kan. Rata-trata produksi kita di tahun 2013 sekitar 121 ribuan.

Produksi kita ini stagnan. Memang sangat sulit menambah produksi dari sumur-sumur eksisting. Kalau mau, kita harus melakukan revitalisasi dan perbaikan fasilitas produksi. Tapi itu tidak mungkin dilakukan. Bukan tidak ada uang. Kita tidak punya kesempat an untuk itu. Revi tali sasi itu harus meng-hentikan produksi. Perbaikan itu bisa memakan waktu sampai tiga bu lan. Dari mana kita menambalnya. Saya

“Saya fun saja, Saya juga ingin tahu, seberapa besar batas kemampuan saya. Kalau tidak tentunya, masih banyak yang mampu.”

Page 36: Balance Edisi 7

36 TAHUN I VOLUME 007

W A W A N C A R A

hanya minta ke Pak Benny (Direktur Operasi-red) menjaga agar pro duksi tidak turun. Itu saja sudah bagus.

Tapi untuk 2014, oleh kor-porat PEP dibebani target 128 ribu BOPD, darimana menutupi ke ku rangannya?

Kita harus mempercepat memo-netisasi temuan-temuan eksplorasi. Jangan delay-nya terlalu lama. Proyek seperti Gundih, Matindok, Donggi bisa dipercepat on stream-nya Temuan-temuan marjinal yang dekat dengan fasilitas juga bisa di speed-up. Saya juga sudah minta struktur Jati Asih untuk se cepatnya on stream. Dari situ insya Allah kita dapat tambahan 3.000 BOPD.

Tambahan lainnya diharapkan dari proyek EOR. Kita akan speed up EOR, tapi fokus pada tiga empat struktur saja. Kalau sudah ada yang berhasil replikanya akan mudah. Tapi sekarang ini, belum ada yang bisa dija-dikan role model. Saya tidak ingin kalau menemukan satu keseulitan, langsung pindah ke struktur lain, Saya lebih suka kita maju 20 langkah dalam satu sruktur daripada maju satu langkah dalam banyak struktur. Karena belum ada role model, kalau teman-teman ditanya yakin bisa ngerjain EOR? Gak akan bisa jawab karena kita belum per-nal melakukan yang sifatnya full scale.

Sebetulnya dari sisi resiko, baik teknis maupun fi nansial, money-tisasi temuan eksplorasi lebih tak beresiko dibandingkan dengan proyek EOR.

Kenapa terjadi delay dari temuan-temuan eksplorasi ke produksi?

Penyebabnya macam-macam. Salah satunya, temuan eksplorasi ada yang kecil-kecil sehingga tak ekonomis jika dikembangkan. Tapi itu bisa disiasati dengan mem-bundling satu dua struktur menjadi satu POD (plan of development).

Berapa persisnya temuan eks-plorasi yang belum dimonetisasi?

Sedang kita inventarisasi datanya. Yang pasti jumlahnya tidak sedikit.

***

Di sela-sela kesibukannya, Adriansyah masih menyempatkan menyumbangkan pengalaman dan pengetahuan di dunia kampus. Se pe-kan sekali, dia mengajar program S2 di Universitas Indonesia. Dia meng-ampu mata kuliah Geofi sika Reservoir. “Saya biasanya mengajar Jum’at malam,” ujar Adriansyah.

Adriansyah punya bekal lebih dari cukup untuk berbagi ilmu ke-pada mahasiswa salah satu PTN ter-baik di Indonesia tersebut. Dari sisi keilmu an, dia menyandang gelar Phd untuk bidang Geofi sika dari Univer-sitas Texas, salah satu perguruan tinggi terbaik di dunia untuk teknik perminyakan. Dari sisi praktis, penu-gasannya yang panjang di Pertamina membuatnya khatam karakter unik perut bumi Indonesia.

Pasti bukan karena uang jika Adriansyah mau bersusah payah menjadi dosen, pekerjaan yang tak bisa dilakukan sambil lalu. Paling-paling honor yang diterimanya ratu-san ribu rupiah per bulan. Padahal. setiap kali mau mengajar, eff ort yang dikeluarkan luar biasa, seperti diakui Ardiansyah, persiapannya lebih keras dibandingkan saat mau ujian. Belum lagi kalau diserahi tugas untuk mem-bimbing tesis mahasiswa.

Lalu apa yang dicari Adriansyah? “Ibarat pisau. Jika tak diasah ilmu yang saya dapat bisa berkarat,” ujar Adriansyah. Dengan menjadi dosen, dia dipaksa untuk terus mengikuti perkembangan mutakhir dari bidang Geofi sika. Selain itu, Adriansyah me-manfaatkan dunia akademik untuk berbagi pengalaman hidup dengan siapa saja, mulai dari sesama dosen, mahasiswa, sampai tukanng parkir. “Saya senang berkomunikasi dengan siapa saja,” ujarnya.

Bagi Adriansyah, bertukar cakap itu bukan kegiatan tanpa guna. Semua pengalaman hidup yang didapatnya akan tersimpan di memori otaknya, yang akan membantunya saat harus

memutuskan keputusan-keputusan penting, baik yang sifatnya pribadi ataupun korporasi. “Perspektif kita akan lebih kaya,” ujarnya.

Mengumpulkan keping informasi tak hanya dilakukan dilakukan di luar kantor. Di dalam kantor pun dia me-la kukan hal sama. Kalau perlu, dia mero bohkan sekat birokrasi. Bukan sekali dua kali, dia menemui manajer di ru ang annya. Agus Amperianto, PR Ma na jer PEP, sempat kaget ketika tiba-tiba presiden direktur masuk ru-angannya. Saat itu, ia tengah memper-bin cang kan persoalan tumpang tindih lahan yang menggangu kegiatan ope rasi dengan VP Ajie Prayudie. Tiba-tiba saja Adriansyah langsung masuk ruang an, melibatkan diri dalam per-bincangan dengan mem berikan ma-suk an konstruktif. “Terus terang saya kaget. Bia sa nya kalau ada masalah VP yang dipanggil ke ruangan presdir,” ujar Agus.

Adriansyah menggangap hal ter-sebut bukan hal luar biasa. “Kalau kita butuh informasi dan kebetulan lagi kosong, kan gak ada larangan presdir mendatangi manajer,” katanya enteng. Ia juga tak risi buka-bukaan dengan serikat pekerja yang kerap diposisikan sebagai pihak yang berseberangan de-ngan perusahaan.

Adriansyah mengaku sedang mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya, baik dari bagian operasi maupun supporting untuk menentu-kan stra tegi ke depan agar perusahaan terus berkembang, memberikan man-faat kepada karyawan, dan stakeholders.

Dari informasi dan peng-amatan Anda, kelemahan yang paling mendasar dari PEP dan mendesak untuk dibenahi apa ?

Pemahaman terhadap aset lemah. Padahal itu yang paling pen-ting untuk strategi ke depan.

Kalau bicara rencana ke depan harus mengacu kepada yang kita punya. Kita harus mengerti betul dengan aset-aset yang kita punya.

Page 37: Balance Edisi 7

37VOLUME 007 TAHUN I

Bagai mana agar kita fokus ke aset-aset tertentu yang betul-betul bisa mening-katkan produksi, Saya melihat dari tahun ke tahun hanya untuk survival saja, hari ini memikirkan produksi untuk besok, besok memikirkan untuk produksi besoknya lagi. Ini tidak sehat. Saat ditanya rencana long term kita tak punya jawaban yang pasti. Jika tidak mengerti aset yang kita mi-liki, kita tidak bisa focusing. Seringkali target tidak disertai data darimana diperolehnya. Kalau ditanya 128 ribu BOPD, seperti ditargetkan korporat, diperoleh darimana kita bingung.

Apa yang akan Anda lakukan?Selama ini portofolio aset di-

pegang sendirian oleh fungsi SPRM. Saya kira itu tidak terlalu efektif. Penge lolaan aset nantinya akan saya serahkan ke masing-masing GM. Saya setuju dengan pemikkiran Pak Alam, GM itu adalah CEO. Bukan hanya kartu nama, tapi kita kasih otoritas-

nya, terutama dalam manajemen aset. GM bukan hanya mengkoordinasi FM, Dia harus mengerti aset yang dimiliki-nya kemudian merencanakan pengem-bangannya. Saya termasuk orang yang percaya perencanaan yang baik akan mendapatkan hasil yang baik pula.

Anda tidak percaya keberun-tungan ?

Keberuntungan tidak datang sendiri. Seperti juga kecelakaan,

keberuntungan bukan tanpa sebab. Harus ada enabler-nya. Kalau naik motor, gak pa kai helm, Anda mem-buka kemungkin an untuk terjadi kecelakaan. Kalau tidak fokus ter-hadap pekerjaan, bagai mana bisa kita berharap ada keber untungan kenaikan produksi. Kalau tidak ada eff ort tidak ada keberuntun-gan, bukan saya gak percaya. Kata orang ma nusia berusaha, Yang Atas menetukan.

Masih yakin dengan SDM PEP?

Secara individual, saya berani adu dengan perusahaan mana pun di Indonesia. Contohnya, di bidang EOR, siapa di Indonesia yang lebih jago dari DR Putu. Persolaannya, kenapa kemampuan ini tidak di-sertai dengan performance unit bisnis tempatya bekerja. Kapabilitas individu tidak ada yang meragukan, tapi kapabilitas EOR PEP masih jadi pertanyaan.

Persoalan kita bagaimana meng-hasilkan produk kerja yang setara dengan kemampuan individunya. Ini masalah sistem yang harus dicip-takan untuk merangkai kemampuan individual untuk menghasilkan yang baik. Di sistem yang baik 2+2 harus sama dengan enam. Tapi kalau sistemnya bu ruk 2+2 bisa nol. Nah kesulitan kita, bagaimana memben-tuk sistem sehingga orang bisa ikut berkontribusi ke perusahaan sesuai dengan kapabilitasnya.

Tapi saya optimis dengan SDM yang saya punya. Tugas saya adalah menciptakan enabler untuk men-sinergikan kemampuan individu ke dalam sebuah sistem. Tiap orang harus melakukan continous improve-ment, besok harus lebih dari hari ini. Kita bekerja ini bukan pastisipasi. Mungkin ada yang merasa sudah be-kerja keras jika sampai di kantor jam enam pulang jam sepuluh. Saya tidak mengukur dari sana, Yang saya ukur hasilnya, ada tidak.

“Saya termasuk orang yang percaya perencanaan yang baik akan mendapatkan hasil yang baik pula.”

TATA

N A

GU

S R

ST

Page 38: Balance Edisi 7

38 TAHUN I VOLUME 006

“Though we travel the world over to find the beautiful, we must carry it with us or we find it not.” - Ralph Waldo Emerson

K AGET karena masih terbuai melihat land-scape Switzerland dari atas pesawat ketika pramugari membe-rikan announcement

ke pada penumpang bahwa sebentar lagi pesawat yang saya tumpangi dari Jerman ke Prague akan segera land-ing. Menarik nafas panjang, mengecek paspor yang ada di kantong kemeja saya. Tersenyum tipis, masih segar di-ingatkan saya, dan seperti baru sejam yang lalu, teman saya memberikan cerita tentang Praha. Kini, saya diatas Prague.

Berjalan menyusuri lorong-lorong besar Prague Ruzyně International Airport (Chezh: Mezinárodní letiště Praha-Ruzyně) menuju pengambilan bagasi, kesan saya yang pertama ada-lah, “Wow, ini bandara besar dan mewah, tapi kok sepi ya?” jam 2 siang kala itu, tidak ada antrian sama sekali disetiap counter yang saya lewati. Tak tahan saya untuk tidak membanding-bandingkan dengan bandara ditempat saya berasal, di Kalimantan timur yang sekalipun hanya tingkat kabupa-ten, tapi sangat ramai sekali.

WHEN IN PRAG

Patung John of Nepomuk. Pada 20 Maret 1393 ia dilemparkan ke dalam sungai Vltava dari Jembatan Charles atas perintah dari Wenceslaus, Raja Romawi dan Raja Bohemia.

Salah satu jembatan yang boleh dilewati metro untuk menuju Prague Castle.

W I S A T A

Bengong sekaligus lega, karena biaya shuffl e bus menuju centrum ha-nya 32 CZK (Czech Crown) atau hanya sekitar 20 ribu rupiah, dibandingkan dengan shuttle bus di Paris atau Italy yang 10 Euro. Dengan Bus bernomor 119, 50 menit membawa saya ke shut-

tle pemberhentian terakhir, Dejvicka. Dari Dejvicka, Metro A membawa saya ke arah tempat saya menginap yang berada di Old Town Square. Di Exit dari Staromestska station, mata saya lang-sung terarah ke jembatan yang dari ke-jauhan terpampang Prague Castle.

Page 39: Balance Edisi 7

39VOLUME 007 TAHUN I

Prague atau Prag atau juga biasa dikenal Praha adalah ibu kota Re pub lik Ceko. Kota ini memiliki penduduk se-kitar 1,5 juta jiwa. Kota Praha dibelah sungai Vltava atau disebut pula Moldau dalam bahasa Jerman. Bebe rapa ba-ngunan terkenal di kota ini antara lain adalah Charles Bridge atau Karluvmost dalam bahasa setempat, Praha Castle, Astronomical Clock di Old Town Square dan Menara Televisi Žižkov. Setelah Velvet Revolution atau sametová revoluce yang terjadi 17 November - 29 Desember 1989), dan kemudian ber-

pisah dar i Republik Czechslovakia pada akhir tahun 1992, Praha ditetap-kan sebagai ibukota Republik Ceko (Czech Repu-blic). Praha telah berdiri sejak abad kesebelas seba-gai ibukota Bohemia yang merupakan tempat tinggal-nya para pangeran dan raja-raja Ceko, Romawi, dan Jerman. Wilayah Praha se-luas 496 km persegi de-ngan jumlah penduduk 1.286.008. Sejak tahun 2004, Praha ditetapkan se-

bagai wila yah metropolitan berdasar-kan Eurostat. Sebagai daerah yang me-miliki pertumbuhan ekonomi transisi yang cepat dan wilayah terkaya di Republik Ceko Praha merupakan kota yang memiliki tingkat biaya hidup yang relatif rendah dibandingkan dengan kota-kota besar lainnya di Uni Eropa. Tidak dapat dipungkiri, Praha dikenal sebagai kota yang paling cantik di Eropa, karena alasan ini lah saya me-masukkan Prague dalam list Negara yang harus saya datangi saat saya berkunjung ke Eropa.

OLD TOWN SQUARE, PRAGUE

Berjalan hanya kurang lebih 50 meter dari tempat saya menginap, saya di sambut Old Town Square, Prague. Old Town Square (Chezh : Staroměstské náměstí) adalah kawas-an berbentuk persegi yang bersejarah di pusat kota Praha, Republik Ceko. Berada di lokasi antara Wenceslas Square dan Charles Bridge. Berbagai arsitektur bergaya Gothic bisa dilihat disini. Termasuk Gereja Tyn Church dan Barogue St Nicholas. Diantara gereja-gerja ini, terpampang Prague Astronomical Clock, pengunjung dapat melihat panorama pertokoan Old Town melalui menara Old Town Hall. Selain itu, ada juga Galeri Seni the Czech National Gallery di Kinsky Palace.

Di pusat alun-alun Old Town juga merupakan rumah untuk Jan Hus Statue, pastur Ceko dan Guru di Charles University Prague. Dalam ca-tatan sejarah, Jan Hus dibakar ditiang gantungan di Constance karena me-nolak dokrin dari Gereja Katolik pada 6 Juli 1415, di era fi lsafat Renaissance.

Old Town Square.

Di dalam BUS dari PRG Airport ke Centrum.

Page 40: Balance Edisi 7

40 TAHUN I VOLUME 007

W I S A T A

Pada sudut kanan Old Town, ter-dapat plague, bangunan pahatan wajah 27 bangsawan Protestan yang dihukum mati dengan kepala di penggal pada tahun 1621 setelah pertempuran Bila Hora. Pada neo Gothic timur, Old Town, pada sisi kanan-nya, di kontruksi ulang, diper-panjang keutara paska peladakan oleh Nazi pada tahun 1945, sehari sebelum tentara Soviet memasuki Kota Praha.

ASTRONOMICAL CLOCKTHE Prague Astronomical Clock atau Prague Orloj merupakan jam as-tronomi abad pertengahan yang ter-letak di Praha, diluar sudut Old Town Square. Jam ini pertama kali di pas-ang pada tahun 1410, jam ke-tiga

tertua didunia yang menjadikannya salah satu jam tertua yang masih bisa bekerja dengan baik hingga saat ini. Dan ya, tentu saja banyak yang terta-rik ingin melihat jam ini, berfoto juga tentunya. Saat saya berdiri meman-dangi jam ini, mengambil foto, dime-riahkan dengan desak-desakan de-ngan turis mancanegara, yang pada saat itu, saya menemukan banyak wajah-wajah Asia dari Jepang dan Korea yang datang berombongan de-ngan tour masing-masing. Saya ter-senyum lebar ketika menangkap ge-jolak mereka, antara ingin mende-ngarkan penjelasan sang tour guide

Pemandangan dari atas Sungai Vltava.

Astronomical Clock

dan berpose untuk di-upload di situs jejaring sosial.

Tentunya Astronomical Clock juga pernah mengalami kerusakan, jam ini berkali-kali berhenti dan sudah pernah berkali-kali di perbaiki, didekorasi ulang. Perbaikan yang pa-ling besar dan utama di tahun 1865-1866. Saat serangan dan pembakaran oleh tentara Jerman, the Orloj meng-alami kerusakan berat pada 8 Mei 1945 dan diperbaiki oleh Vojtěch Sucharda pada tahun 1948. Menurut kepercayaan masyarakat lokal, kota Praha akan mengalami penderitaan jika jam ini diterlantarkan.

Page 41: Balance Edisi 7

41VOLUME 007 TAHUN I

menikmati setiap inchi kemegahan dari Charles Bridge.

Charles Bridge membentang melintasi Sungai Vltava di Prag. Pembangunan jembatan ini mulai dari tahun 1357 dibawah naungan Raja Charles IV dan baru selesai di abai 15. Chales Bridge merupakan re-placement dari Judith Bridge yang hancur oleh banjir besar di Praha pada tahun 1342. Mulanya, Charles Bridge dinamai the Stone Bridge dan Praha Bridge kemudian resmi ber-ganti nama jadi Charles Bridge sejak tahun 1870. Jembatan ini menjadi salah satu jalur penting yang meng-hubungkan antara Old Town Square dan Praha Castle.

Panjang Charles Bridge 621 meter dengan lebar 10 meter. Ada 30 patung di sepanjang jalan ini, 15 pa-tung disisi kanan dan 15 patung disi-si kiri. Patung-patung ini memben-tuk dua baris, satu disetiap sisi. Diantara 30 patung ini terdapat pa-tung Saints Vincent Ferrer dan Procopius + Bruncvík column juga the Crucifi x and Calvary yang meru-pakan pahatan paling bersejarah di Charles Bridge.

Bisa dikatakan, Praha bukan me-rupakan kota yang besar, tetapi ada banyak hal menarik yang bisa dilaku-kan dan dikunjungi di kota ini. Saya bahkan sempat kewalahan dalam mengatur jadwal tinggal saya di Praha, takut overstay. Prag juga disukai oleh para turis yang hobi shopping karena nilai tukar CZK yang tidak terlampau tinggi dibandingkan negara-negara lain di Eropa yang menggunakan mata uang Euro.

Bersama dengan teman saya di-tempat saya menginap, kami melaku-kan ekplorasi di malam hari, merapat-kan coat untuk melawan udara dingin malam dan menikmati hangatnya teg-ukan Budweiser, beer lokal Czech sambil memandangi kerlap-kerlip lampu di Old Town Hall. Entah penga-ruh mengantuk atau apa, teman saya dari Belgia ini menggomel ketika me-nyadari dimana kami duduk, “oh God, I thought it was bar or something. I got mindf*ck, it’s steak Restaurant!” saya hanya mengangkat bahu, cuek, saya sedang menikmati malam.. Setengah bercanda saya berkata, “oh I thought Hercule Poirot people always accurate at place”. (Juhri Selamet)

Suasana Sore diatas Charles Bridge

CHARLES BRIDGE

SETELAH puas berputar-putar di Old Town Square dan Astonomical Clock, saya berjalan kaki menuju Charles Bridge. Di gerbang Charles Bridge, saya disambut patung-patung megah dan langit sore yang kemerahan. Di Majalah Time Travel, William Lee Adams menempatkan Charles Bridge di No.2 untuk 10 hal yang harus di-lakukan di Prague. Saya berterima kasih dengan List yang dibuat oleh Lee Adams, ketika saya berada di atas jembatan ini, berjalan pelan dibawah melankoli sore musim gugur, saya

Page 42: Balance Edisi 7

42 TAHUN I VOLUME 007

R A N A

SEMUA harus berangkat dari suka, senang, lalu jatuh hati. Itulah fotografi . Bila dimulai dengan hati yang senang semua beban di pundak terasa ringan, tak peduli dingin, lapar, haus, semua sirna saat melakukan aktivitas yang dicintai.

Di hutan Rahong-lah, kawah Candradimuka peserta Workshop Jurnalistik dan Photo Tour and Adventure Pertamina EP ini. Setelah seharian melahap teori dalam kelas di sebuah hotel di Bandung, mereka diangkut ke Pangalengan selama dua hari, tinggal di dalam tenda dengan udara dingin.

Para peserta ini harus tetap memotret walau di bawah guyuran hujan, bahkan harus turun ke sungai. Tentu sambil memperhatikan unsur keselamatan baik perlindungan alat fotografi maupun terlebih pengamanan diri saat memotret.

Di Sungai Palayangan, mereka bertualang dengan riam-riam dahsyat. Jemari mereka tak henti menangkap moment yang berlangsung begitu cepat. Tak hanya pesona jeram sungai, hamparan kebun teh dan keseha rian aktivitas para petani pun merupakan moment yang sungguh sayang untuk mereka lewatkan begitu saja.

Inilah sebagian foto-foto terbaik para peserta Photo Tour di penghujung tahun 2013. Teruslah memotret. (Tatan Agus RST)

Memotretsambil bertualang, kenapa tidak?

Karya Chairul Anwar Lubis.

Karya Pandjie Galih Anoraga.

Page 43: Balance Edisi 7

43VOLUME 007 TAHUN I

Karya Dedhi Offi Chaerullah.

Karya Ratih Wijayanti.

Page 44: Balance Edisi 7

44 TAHUN I VOLUME 007

R A N A

Karya Arie Fahlupi Aprianto.

Page 45: Balance Edisi 7

45VOLUME 007 TAHUN I

Karya Yonata Estia.

Karya Irpan Hilmi. Karya Viktorio Chatra Primantara.

Page 46: Balance Edisi 7

46 TAHUN I VOLUME 007

K A L E I D O S K O P 2 0 1 3

BLOW OUT menjadi ladang ujian keandal-an karyawan Pertamina EP (PEP) dalam menghadapi keadaan darurat. Sepanjang tahun , setidaknya terjadi dua kali blow out yang lumayan besar. Yang pertama di Talangjimar, Prabumulih Sumatera Selatan,

pada Maret, tepatnya di sumur dengan kode TLJ-. Saat sedang dibor terjadi kick. Karena tekanan yang besar, fl uida itu mengalir sampai ke permukaan yang mengaki-batkan blow out. Blow out diperkirakan terjadi karena gas charging atau gas yang terakumulasi dari bawah.

Sumur itu sudah dibor Belanda pada 1953. Saat itu, Belanda hanya mencari minyak. Begitu tahu ada gas, pe-ngeboran langsung dihentikan, lubang sumurnya dise-men. Diperkirakan penyemenan juga seadanya sehingga gas terus keluar dan terakumulasi selama 50 tahun pada kedalaman 300 meter. Begitu tersentuh mata bor, seperti balon langsung meletup, Saking kerasnya bunyi, ge mu-ruhnya masih terdengar sampai jarak ratusan meter.

Penanganan menjadi lebih kompleks karena sumur tersebut berdekatan dengan pemukiman penduduk. Tak sekedar masalah teknis, masalah sosial juga perlu dipikir-kan. Dibawah komando GM Asset 2, Tubagus Nasiruddin, setelah berjuang bahu membahu hampir sebulan, blow out itu bisa diatasi.

Ujian lain datang ketika terjadi blow out di lapangan Juata, Tarakan Kalimantan Utara. Kali ini semburan bu-kan gas, tapi lumpur dan air yang menyembur ke udara setinggi 23-30 meter. Kali ini giliran GM Asset 5 Abdul Chalik memimpin anak buahnya untuk menjinakkan sem buran liar tersebut. Berkat semangat pantang menye-rah dan kerjasama tim blow out bisa diatasi dalam waktu 48 jam 15 menit.

UJIAN BLOW OUT

WA

HY

U S

ET

YA

WA

NW

AH

YU

SE

TY

AW

AN

Page 47: Balance Edisi 7

47VOLUME 007 TAHUN I

GAS UNTUK NEGERI

M ESKI tak sebesar produksi mi-nyak, sepanjang produksi gas Pertamina EP (PEP), mencatat pres-tasi mengesankan, terutama jika dihubungkan sengan filosofi pe-ngelolaan sumber daya alam untuk

kemakmuran rakyat yang sebesar-besarnya. Di tengah kontroversi alokasi gas untuk domestik lapangan gasnya mampu menghidupkan industri di medan serta mene-rangkan Jawa Tengah.

Di Medan, kalangan industri yang lagi mati suri se-perti mendapat nafas buatan dengan beroperasinya sumur Benggala. Secara khusus, Gubernur Sumatera

Utara, Gatot Pujo Nugroho dan jajarannya pada Senin 25 November 2013 mengunjungi sumur yang terletak di Desa Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat.

Benggala-01 sudah memasok sekitar 2,6 MMSCFD gas untuk PT Perusahaan Gas Negara (PGN) mengguna-kan jalur PJBG eksisting. PGN kemudian menyalurkan-nya kepada pelangannya kalangan industri. Kemampuan pasok gas Benggala-01 secara kontinyu berkisar 4,5 – 5 MMSCFD, sehingga sisanya dari 2,6 MMSCFD itu, akan dijajaki untuk didistribusikan ke PLN guna memecahkan persoalan kekurangan gas untuk pembangkitan listrik di Sumut.

Sementara masyarakat Jawa Tengah bisa tersenyum karena pembangkit listrik tak jadi tutup setelah menda-pat pasokan gas dari Blok Gundih sebesar 50 MMSCFD. Blok Gundih ini boleh dibilang menjadi penyelamat ke-listrikan di Jawa Tengah, sekaligus menghemat subsidi listrik yang terus membengkak. Sebelum ini untuk me-nerangi Jawa Tengah, PLTU Tambak Lorok terpaksa menggunakan solar, tiap tahun defi sit triliunan rupiah.

FO

TO

-FO

TO

: TA

TAN

AG

US

RS

T.

Page 48: Balance Edisi 7

48 TAHUN I VOLUME 007

kembali Bumi Kalimantan Timur, ternyata ada motif lain dibalik kegiatan menanam itu.

“Program penanam pohon di akhir 2013 ini, juga me-rupakan upaya memberi batas Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) Pertamina EP dengan perusahaan pertambangan batubara,” ucapnya. Terungkap, selama ini ada permasa-lahan tumpang tindih lahan, antara Pertamina EP dan per-usahaan tambang yang beroperasi di Samboja.

Persoalan itu, menurut Agus cukup pelik. Tidak ada ke-jelasan batas Wilayah Kerja Pertambangan antara Perta-mina EP dan perusahaan batubara yang beroperasi di sana. Operasi pertambangan batubara kerap merangsek ke wila-yah operasi migas Pertamina EP, mengakibatkan rusaknya beberapa fasilitas hulu migas milik perusahaan negara ini.

“Kerusakan itu berakibat pada terhambatnya produk si minyak dan gas Pertamina EP. Oleh karena itu dengan dita-namnya pohon ini, diharapkan bisa menjadi border antara WKP Pertamina EP dan penambangan batubara,” tukasnya.

Sebelumnya, hal serupa dilakukan di jalur pipa Tempono-Plaju yang rawan pencurian. Jalur sepanjang 265 km ditanami pohon selain untuk pelestarian lingkungan juga untuk menandai kepemilikan Pertamina terhadap jalur tersebut.

PT PERTAMINA EP menutup tahun dengan menanam pohon. Pada Selasa, De sember tatkala banyak orang sedang me-nyiapkan terompet dan kembang api, di-la kukan penanaman pohon di lapangan Samboja, Kutai Kartanegara. Tanah yang

ta di nya kosong, mendadak dipenuhi barisan tunas-tunas muda.

Aksi ini bagian dari program “satu sumur seribu po-hon”. Seperti di Lapangan Samboja, karena di wilayah itu ada 10 sumur, bibit yang ditebar mencapai sepuluh ribu. Total sepanjang 2013, Pertamina EP sudah menanam 323.463 pohon.”

Public Relation (PR) Manager Pertamina EP menye-butkan penanaman 10.000 pohon di wilayah produksi minyak dan gas (migas) Samboja ini, merupakan wujud komitmen Pertamina EP terhadap upaya pelestarian ling-kungan. Seperti pisau bermata dua, selain menghijaukan

K A L E I D O S K O P 2 0 1 3

SATU SUMUR SERIBU POHON

FO

TO

-FO

TO

: Z

AK

Y A

RS

Y

Page 49: Balance Edisi 7

49VOLUME 007 TAHUN I

N AKHODA PT Pertamina EP (PEP) ber-alih dari Syamsu Alam ke Adriansyah. Pergantian dilakukan pada Rabu November . Alam senjutnya men-duduki jabatan baru sebagai SVP (Senior Vice President) Exploration, Direktorat

Hulu. Adriansyah sebelumnya menjabat sebagai Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energy.

Adriansyah bukan sosok asing di PEP. Setamat kuli-ah dari jurusan Geofi sika ITB, pada 1998, pria kelahiran Palembang 18 Juli 1960 ini memulai pekerjaannya di Pertamina di Pangkalan Brandan. Setelah itu dia men-duduki berbagai jabatan di Derektorat Hulu. Sebelum menjabat sebagai Direktur Utama PT Pertamina Geo-thermal Energy pada Mei 2013, selama dua tahun Adriansyah menjabat sebagai SVP Upstream Business Development, Direktorat Hulu. Sebelumnya, dia lama bergelut dengan perkembangan Teknologi Industri Hulu Migas UTC (Upstream Technology Center), juga di bawah naungan Direktorat Hulu Pertamina.

PERGANTIAN NAKHODA PEP

Syamsu Alam, (paling kiri) kini menduduki jabatan SVP (Senior Vice President) Exploration, Direktorat Hulu Pertamina, dan Adriansyah (paling kanan) adalah Presiden Direktur Pertamina EP kini.

FO

TO

-FO

TO

: TA

TAN

AG

US

RS

T.

Page 50: Balance Edisi 7

50 TAHUN I VOLUME 007

K A L E I D O S K O P 2 0 1 3

MESKI belum berhasil mendapatkan emas, PT Pertamina EP berhasil me-naikkan perolehan pengharagan PROPER hijau periode -. Dari sebelumnya delapan menjadi enam belas field. Beberapa di an-

taranya baru mendapatkannya setelah sebelumnya sela-lu diganjar biru, seperti Pangkalan Susu, Lirik, Pendopo, Jatibarang, Sangatta, Bunyu, Sanga-sanga dan Tarakan. Dua diantaranya, yakni Rantau dan Subang malah sempat menjadi kandidat peraih PROPER emas sehingga secara

NAIK KELAS UNTUK PROPER

ISRA UNTUK PERTAMA

khusus diundang untuk melakukan presentasi di Jakarta. Sementara TAC, yang tadinya empat turun menjadi

tiga. Untuk lapangan TAC, wewenang operasional pena-taan lingkungan sepenuhnya dijalankan oleh mitra TAC. Hasil penilaian PROPER diumumkan pada Selasa (10/12) oleh Menteri Lingkungan Hidup, Prof. Dr. Balthasar Kambuaya, MBA di Jakarta.

P R PERTAMINA EP dinobatkan sebagai pemenang kedua di kategori Best Disclosure in Annual Report dalam ajang Indonesia Sus tainability Reporting Award yang di-selenggarakan oleh NCSR (National Center for Sustainability Reporting) di Ballroom

Hotel Mulia Senayan Jakarta, Selasa (/).Selain itu, PT Pertamina EP juga mendapatkan se-

buah apresiasi Commendation for fi rst time report 2012 ber da sarkan keputusan dewan juri ISRA 2013. PT

Pertamina EP baru pertama kali mengikuti ajang Indonesia Sustainability Reporting Award yang pada tahun ini meru-pakan yang ke-9.

Ajang ISRA bertujuan memberikan penghargaan ke-pada perusahaan-perusahaan yang telah mengembang-kan Laporan Keberlanjutan, atau yang disebut juga Laporan CSR. Ajang lomba ISRA 2013 diikuti 34 perusa-haan. Event ini dianggap telah mendorong kesadaran per-usahaan untuk meningkatkan transparansi dan tata ke-lola perusahaan yang baik.

ZA

KY

AR

SY

ZA

KY

AR

SY

Page 51: Balance Edisi 7

51VOLUME 007 TAHUN I

INDONESIA adalah surga keanekaragaman ha-yati. Dari dahulu kala, para peneliti dari seantero jagat menyempatkan diri mencecap Nusantara, mereguk keindahan fl ora dan faunanya, kemu-dian mendokumentasikannya. Banyak spesies flora dan fauna, endemik asli Indonesia, dan

hanya satu-satunya di muka bumi. Misalnya Maleo, bu-rung asli Sulawesi yang biasa disebut sang pecinta sejati karena kesetiaaan kepada pasangan yang tiada tara. Jika Maleo punah, seluruh insan di muka bumi akan meratapi kepunahannya.

Jika itu terjadi untuk kesekian kali, elemen-elemen penanda Indonesia hilang satu per satu. Generasi men-datang, hanya akan dapat cerita bahwa dahulu kala per-nah ada ini dan itu di Indonesia. Supaya generasi men-datang tak hanya sekedar mendapat cerita, sepanjang tahun 2013 Pertamina EP melakukan aksi pernyelamatan spesies langka.

Selain Maleo Sulawesi Sulwesi Selatan, yang juga di-openi adalah Orangutan Kalimantan, Bekantan, Orangutan Sumatera, Owa Jawa, dan Tuntung Laut. Yang melakukan penyelamatan adalah fi eld dimana satwa itu berada. Tak sekedar mengulurkan dana tapi ikut ke luar masuk hutan, menyiangi onak dan duri untuk mendoku-mentasikan kehidupan satawa-satwa yang terancam punah tersebut.

PENYELAMATAN SATWA LANGKA

FO

TO

-FO

TO

: TA

TAN

AG

US

RS

T.

Page 52: Balance Edisi 7

52 TAHUN I VOLUME 007

A P A & S I A P A

NITA SOFIANI se-dang menikmati perannya seba-gai Ratu Bumi Indonesia. Dia kerap bepergian

ke berbagai daerah. Minggu ini di daerah sini, pekan depan di dae-rah sana adalah kebiasaan baru yang harus dijalaninya. Bukan untuk pelesiran, tapi untuk meng-kampanyekan cinta lingkungan. Capekkah Nita ? “Enjoy saja. Saya senang berbagi ilmu dengan orang lain,” ujar Mojang kelahiran Bandung, Oktober tersebut.

Dalam setiap pertemuan, dia selalu menyelipkan pesan pentingnya pelestarian air. “Jangan sampai generasi mendatang kekurangan air karena kita tidak menjaganya,” tukas perempuan berusia 21 tahun itu.

Sebagai duta bumi. Nita tak sekedar berkampanye cinta lingkungan. Ia mempraktikkan nilai-nilai pelestarian itu dalam kehidupan sehari-hari, Misalnya, dia selalu menolak jika diberikan kantong plastik kalau berbelanja. Sebagai gantinya, ia menyodorkan tas kain yang dikempitnya ke mana pun.

Nita ditahbiskan sebagai ratu Bumi Indonesia lewat ajang Miss Earth Indonesia 2013 yang bertema “Celebrating Th e Conservation & Preservation of Indonesian Water. Berbekal mahkota yang didapatkannya pada tanggal 17 Oktober lalu itu, alumnus D3 Bahasa Inggris Universitas Kristen Maranatha Bandung ini mewakili Indonesia dalam ajang Miss Earth International di Filipina, pertengahan Desember lalu. Pada ajang bergengsi itu, Nita mendapat tempik sorak dari hadirin. Dia menyabet beberapa penghargaan, antara lain miss friendship, top best talent.

CINTA LINGKUNGAN ALA

WW

W.K

AB

AR

24

.CO

M

Page 53: Balance Edisi 7

53VOLUME 007 TAHUN I

TERBANG DARI HALIM

Untuk mengurangi kepadatan Bandara Internasional Soekarno-Hatta, sejak Januari penerbangan domestik mulai dialihkan ke Bandara Halim Perdana Kusumah. Tapi ternyata belum semua maskapai yang siap. Baru Garuda Citilink yang membuka rute penerbangan dari Halim. Rencananya akan menyusul Garuda Indonesia pada Februari dan Air Asia pada Maret 2013. Berikut jad-wal penerbangan dari Halim Perdana Kusumah:

GARUDA CITILINK HALIMYOGJAKARTA

NomorPenerbangan

Berangkat:Jakarta

(Halim Perdana Kusumah)

Tiba:Yogyakarta

1 QG 100 11:20 12:35

2 QG 9321 13:25 14:40

3 QG 102 19:50 20:55

GARUDA CITILINK HALIM SEMARANG

NomorPenerbangan

Berangkat:Jakarta

(Halim Perdana Kusumah)

Tiba:Semarang

1 QG 118 9:55 11:10

2 QG 9315 14:50 16:05

GARUDA CITILINK HALIM MALANG

NomorPenerbangan

Berangkat:Jakarta

(Halim Perdana Kusumah)

Tiba:Malang

1 QG  9243 7:30 8:55

I N F O P E N E R B A N G A N

Page 54: Balance Edisi 7
Page 55: Balance Edisi 7

Komitmen Kami Tumbuh Bersama Lingkungan

Satu SumurSeribu Pohon

Page 56: Balance Edisi 7

pep.pertamina.com

Safety is

Everybody Business