balance edisi 2.pdf

44
GENJOT PRODUKSI EDISI TAHUN I VOLUME 03

Upload: buinhan

Post on 31-Dec-2016

258 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Balance edisi 2.pdf

GENJOTPRODUKSI

EDISI TAHUN I VOLUME 03

Page 2: Balance edisi 2.pdf
Page 3: Balance edisi 2.pdf

3VOLUME 003 TAHUN I

P EMBACA budiman, bukan tanpa alasan jika di cover kami memasang foto tangki minyak di dalam cermin. Kami berharap, statistik produksi semester satu yang kami sajikan sebagai menu laporan Utama dijadikan cermin untuk melang-

kah lebih baik di semester berikutnya. Meski, bisa jadi angka-angka statistik itu tidak terlalu menggem-birakan karena masih belum menyentuh target.

Bukan saatnya lagi “buruk rupa cermin dibelah.” Seperti disampaikan Direktur Operasi Satoto Agustono yang kami muat dalam rubrik Wawancara, sekarang eranya solutif. Setiap masalah harus dicari pemecahannya. Jangan dibiarkan menggantung. Bukan zamannya lagi mencari-cari alasan, yang pada akhirnya lebih sering terasa hanya sebagai upaya untuk mencari pembenaran .

Laporan Utama kali ini, kami lengkapi dengan profi l semua Asset, mulai dari Asset 1 sampai Asset Lima, Kita bersyukur, para GM yang menjadi komandan di masing-masing asset berkomitmen untuk terus menyingsikan lengan baju, memacu produksi ke titik optimum. Mereka optimistis, semeter dua akan lebih baik dibandingkan semester pertama. Keyakinan ini tentulah menjadi modal dalam bekerja untuk menggenapkan target

Untuk rubrik lainnya, kami juga tampilkan tulisan-tulisan yang segar. Pada rubrik Seni misalnya, kami mengangkat Jazz Gunung. Disebut begitu karena event ini digelar di lereng gunung Tengger. Acara rutin yang sudah memasuki taun kelima ini menjadi magnet baru bagi para pengemar jazz.

Untuk Wisata, kami tulis Bukhara dan Samarkand. Kedua tempat ini kini diburu para pelancong spiritual yang berwisata tak sekadar menyegarkan indrawi, tapi juga jiwa. Untuk rubrik Rana, kami mengangkat komunitas kaligrafi di Kudus. Dari gang sempit, lahir seniman-seniman yang teguh memegang spirit seni kaligrafi .

Tak lupa dalam kesempatan ini, kami segenap jajaran BALANCE mengucapkan selama iedul fi tri 1434 H. Mohon Maaf lahir dan Batin.

CERMIN

cover : Foto: Tatan Agus RST, Desain: Sigit Widihardono.

P O J O K R E D A K S I

Page 4: Balance edisi 2.pdf

4 TAHUN I VOLUME 003

Pemimpin Redaksi Aji Prayudi (VP Legal Relations)Wakil Pemimpin Redaksi Agus Amperianto (Manajer Humas)Redaktur Pelaksana Arya Dwi Paramita, Pandji Galih AnoragaRedaksi Hidayat Tantan, Tatan Agus RST, Sigit Widihardono

Alamat Redaksi:Menara Standard Chartered, Lantai 21-29Jl. Prof. Dr. Satrio No. 164 Jakarta Selatanemail: [email protected]

S U A R A P E M B A C A

Konsep BALANCE Fungsi public relations dalam sua-

tu perusahaan tentunya bukan hanya sebagai penghubung antara perusaha-an dengan publiknya, tapi juga men-jadi penghubung antara perusahaan dengan karyawan dan seluruh lingkup internalnya. Me nyadari akan hal itu, saya menyambut dengan baik pener-bitan majalah BALANCE edisi satu dan dua oleh divisi Public Relations PT Pertamina EP.

Mengawali sesuatu memang bia-sanya akan lebih sulit daripada me-ne ruskan yang sudah ada, namun de-ngan tekad dan kesungguhan yang kuat saya optimis majalah BALANCE ini akan berkembang dengan baik dan menyajikan informasi secara le-bih mendalam dan aktual.

Untuk itu, sedikit saran yang da-pat saya katakan, kiranya majalah BALANCE lebih memiliki konsep di se tiap edisinya. Sehingga terjadi kore-lasi antara halaman demi halaman, baik saat membahas tentang dunia mi-gas ataupun tentang hiburan. Atas per-hatiannya saya ucapkan terima kasih.

Granita DwisthiJakarta

Bernilai Sastra dan SeniSaya pribadi mengucapkan sela-

mat kepada tim redaksi atas rilisnya

majalah BALANCE dalam beberapa bulan terakhir. Sungguh upaya yang sangat positif yang di tunjukan oleh tim Media dan kawan-kawan untuk mengkomunikasikan berita menarik dari kantor pusat sampai pelosok wilayah kerja Pertamina EP di selu-ruh Indonesia. Semoga kedepannya BALANCE terus berkembang men-jadi majalah yang menginspirasi bagi penikmatnya.

Cover Story edisi Juni 2013 “Drama Penyelamatan Talangjimar” bagi saya merupakan karya besar bagi BALANCE. Sebuah moment yang diceritakan kembali dengan sa-ngat apik dan menegangkan didu-kung oleh seni fo to grafi yang sangat baik pula, saya ra sanya berada disana langsung didepan lokasi blowout. Namun lebih dari itu BALANCE me-miliki potensi untuk berkembang menjadi Majalah yang me miliki nilai sastra dan seni yang tinggi.

Di edisi-edisi berikutnya saya mengharapkan partisipasi seluruh pe-kerja Pertamina EP untuk berkontri-busi dalam penulisan artikel. Akan sa-ngat menarik bila ada kisah-kisah lucu tentang mereka yang ada di lapangan, pengalaman dengan warga sekitar, atau pun kegiatan-kegiatan resmi Pertamina EP dengan lingkungan dan lain sebagainya. Saya harapkan kisah tersebut bisa menjadi sebuah sharing knowledge dan inspirasi bagi semua penikmat BALANCE. Seiring dengan rencana perombakan website Perta-mina EP saya harapkan Tim Media juga mendapat tempat disana bekerja-

sama dengan PEP Channel akan men-jadi sebuah kola bo rasi Media yang manis yang mendukung satu sama lain. Maju Terus BALANCE PEP!!

Pangeran Al HudaJakarta

Perbanyak Liputan CSRSalah satu yang terus menjadi

gu gatan kepada industri migas ada-lah peranannya dalam mensejahter-akan masyarakat. Sebetulnya, suara-suara seperti ini bukan hal aneh. Dari sisi fi losofi s, bukankah sesuai dengan UUD 45? Bukankah bumi, laut, udara dan ke kayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasasi oleh negara dan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat?

Sayangnya, selama ini sumbang-sih industri migas dalam memak-murkan masyarakat tak banyak diu-las media. Yang banyak disorot justru soal produksi, terutama soal lifting yang tidak memenuhi target. Sedang-kan di hilir, yang banyak mendapat perhatian soal BBM subsidi. Saya ya-kin sudah banyak yang dilakukan perusahaan migas memberdayakan masyarakat, terutama di tempat me-reka beroperasi. Saya berharap BALANCE bisa menyuarakan hal ter-sebut dengan me nyediakan space yang lebih banyak.

SuherliJakarta

- Terima kasih masukannya.

Suara Pembaca diajangkan sebagai sarana sambung rasa

pembaca dengan pengelola majalah BALANCE. Kirimkan kritik dan saran Anda, tidak lebih dari 600

karakter ke email: [email protected]

Redaksi menerima kiriman artikel dan foto seputar kegiatan dunia migas dan hal yang berkaitan, maksimal 6.000 karakter. Kirim ke: [email protected]

Page 5: Balance edisi 2.pdf

5VOLUME 003 TAHUN I

GM Asset 4 Pertamina EP, Pribadi Mahagunabangsa termasuk penganut fanatik fi losofi “Tak Kenal, Maka Tak Sayang.” Karena itu dia berpikir keras mencari cara paling efektif untuk mengenal semua anak buahnya di Asset 4.

TAK KENAL,TAK SAYANG

Jejaknya tertulis dengan tinta emas karena berhasil melipatkan produksi di Prabumulih, Sanga-sanga, dan Bunyu. Tantangan baru menganga: produksi Pertamina EP terperosok ke angka terendah dalam lima tahun terakhir.

26

24

WAWANCARA:SATOTO AGUSTONODirektur Operasi

Berbagai upaya dilakukan untuk menggejot produksi. Mulai diterapkan Teknologi EOR dan Teknologi X-Flow Handler. Terkendala pengadaan lahan dan pencurian minyak. Masih jadi tulang punggung holding.

Setelah berpuluh tahun tak ditengok orang, Lirik kini mulai dilirik. Meski produksinya tidak besar, dia menjadi satu-

satunya lapangan di Asset 1 yang kinerja semester I-nya paling moncer.

Produksi Asset 3 pada semester pertama paling rendah dibandingkan asset lain. Hilang 1.200 BOPD karena pipa bocor.

Menebus malu dengan menggenjot produksi.

Capaian Produksi Asset 2 hingga Juli 2013 rata-rata 97% dari target. Ada beberapa rencana pengeboran belum bisa

dieksekusi karena blow out di Talangjimar dan masalah pembebasan lahan.

Sumur-sumur di fi eld Cepu membukukan produksi mencapai 200% dari target. Angka yang dipatok manajemen, dari

lapangan operasional selain unitisasi adalah 1200 BOPD. Ternyata yang diperoleh mencapai 2300 BOPD.

GM Asset 5, Abdul Chalik punya istilah khas untuk struktur reservoir Kalimantan: “Tali sepatu”. “Sebagai daerah delta, struktur

reservoir di Kalimantan seperti lances-lances,” ujarnya.

LIRIK MULAI DILIRIK

MENGEJAR SUKSES “MISSION IMPOSIBLE”

IKHTIAR MELUNASI UTANG

MENGELOLA AIR DI SUMUR SUMUR TUA

MENGANDALKAN SEMANGGI DAN TIUNG BIRU

MENGOPTIMALKAN STRUKTUR TALI SEPATU

◆ Rumah Cemara “Surga” di Gegerkalong 20

◆ Menemukan Puisi di Bukhara dan Samarkand 30

◆ Jazz Gunung : New Orleans Rasa Nusantara 34

◆ Kaligrafi dari Gang Sempit 36

◆ Tali Silaturahmi Lebaran 40

BEKERJADENGAN HATI

D A F T A R I S I

6

10

Asset 1

Asset 2

Asset 3

Asset 4

Asset 5

12

14

16

18

TATA

N A

GU

S R

ST

TATA

N A

GU

S R

STTA

TAN

AG

US

RST

Page 6: Balance edisi 2.pdf

6 TAHUN I VOLUME 003

IKHTIAR MELUNASI

UTANGBerbagai upaya dilakukan

untuk menggejot produksi. Mulai diterapkan Teknologi

EOR dan Teknologi X-Flow Handler. Terkendala

pengadaan lahan dan pencurian minyak. Masih

jadi tulang punggung holding.

L A P O R A N U T A M A

TATA

N A

GU

S R

ST

Page 7: Balance edisi 2.pdf

7VOLUME 003 TAHUN I

S ETIAP pergantian ta-hun, Presiden Direktur Pertamina EP Syamsu Alam punya rutini-tas menghitung utang. Kebiasaaan ini terus di-

lakukan sejak menjadi orang nomor satu di perusahaaan migas terbesar kedua di Indonesia tersebut. Tahun ini, nilainya fantastis, belasan rupiah per hari. Toh utang segunung itu tak membuatnya limbung. Peraih gelar Doktor di dari A&M University, Texas Amerika Serikat tersebut tetap fokus.

“Kita akan berupaya dengan sega-la daya untuk melunasinya,” ujar Alam kepada BALANCE saat berbuka puasa dengan Radaktur Media Massa nasio-nal beberapa waktu lalu.

Utang yang dimaksud Alam adalah utang produksi. Pada Januari, lifting minyak Pertamina EP sekitar 120.650 BOPD (barrel oil per day) “Begitu per-gantian tahun baru, kita sadar beru-tang 17.000 barrel,” ujar Alam. Korpo-rat membebankan target kepada Per-tamina EP untuk tahun 2013 sebesar 137.181 BOPD. Jika di rupiahkan de-ngan patokan harga minyak 100 dollar per barrel dengan kurs Rp 10.000 per dollar, nilainya sekitar Rp 17 miliar.

Target yang dibebankan korporat lebih tinggi dibandingkan target SKK Migas yang hanya 132.000 BOPD. Direktur Hulu PT Pertamina EP Muhammad Husen yang juga Komi-saris Utama PT Pertamina EP meng-aku sengaja memasang call tinggi. “Saya bisa saja memasang rendah. Te-tapi apakah teman-teman mau hidup begitu-begitu saja,” ujarnya. (lihat box: Belum mau memuji). Maksud Husen, dengan target tinggi akan me rangsang karyawan untuk bekerja optimal. Sebaliknya, kalau targetnya rendah, bisa terjebak pada perasaan cepat puas.

Syamsu Alam mengamini pernya-taan tersebut. Ia menyebutkan target tinggi mengharuskan setiap karyawan waspada, senantiasa mencari inovasi baru. “Bagi kita, target tinggi itu cam-buk untuk kerja keras,” ujar Pria kela-hiran Purworejo 2 April 1963 tersebut. Sampai semester satu selesai, kerja keras itu mulai membuahkan hasil. Per Juni, angka produksi sudah naik men-jadi 122.0615 BOPD, masih defisit 14.000 BOPD dari target korporat atau 9.000 BOPD dari target SKK Migas.

Alam mengakui, Pertamina EP di 2013 masih menghadapi masalah tek-nis dan non teknis sehingga belum

berproduksi optimal. Secara teknis, tantangan utama yang dihadapi Pertamina EP, ialah kondisi lapangan migas yang 80 persen merupakan la-pangan tua, dengan rata-rata penu-runan produksi secara alamiah menca-pai 18 persen, serta kondisi infrastruk-tur operasi dan fasilitas produksi yang juga uzur. Sumur tua berujung pada kadar air yang tinggi pada sumur.

“Kita juga menhadapi problem bawah tanah yang tidak dapat dipre-diksi sebelumnya, “ujar Syamsu Alam. Ini terjadi di Field Bunyu. Produksi la-pangan Bunyu, menurut taksiran Alam turun sekitar 5.000 BOPD. Struktur reservoir yang berupa lances menyebabkan produksi turun begitu cepat, jauh dari estimasi semula.

Disamping itu, lanjutnya, terdapat pula tantangan non teknis, antara lain isu keamanan terkait pencurian mi-nyak dan fasilitas produksi, seperti mi-salnya kasus Tempino – Plaju, dan ille-gal drilling (pengeboran ilegal, red) di Lapangan Pendopo dan Mangunjaya.

Kendala non teknis lainnya, kata Alam, ialah isu pemekaran daerah di sekitar wilayah operasi Pertamina EP, seperti di Sanga-sanga, Luwuk (Sula-wesi Tenggah), dan Musi Rawas. Per-tamina EP juga harus menghadapi per-soalan tumpang tindih lahan, dengan wilayah kerja pertambangan batubara di Kalimantan. Juga masalah sosial, pungutan tidak resmi, tuntutan tenaga kerja, dan sebagainya.

“Regulasi terkait implementasi Undang-Undang Nomor 2 tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah juga cukup menghambat kinerja kami. Ini karena tidak kunjung terbitnya aturan teknis pedoman pelaksanaan Undang-Un-dang tersebut,” kata Alam lagi.

Khusus untuk pencurian minyak, Alam menyebutkan Pertamina EP ke-hilangan sekitar 4.000 barrel per hari karena disikat sindikat pencoleng mi-nyak. Jika dirupiahkan Pertamina EP mengalami kerugian sekitar Rp 4 mi-liar per hari.

TATA

N A

GU

S R

ST

Presiden Direktur Pertamina EP, Syamsu Alam

Page 8: Balance edisi 2.pdf

8 TAHUN I VOLUME 003

Eskalasi pencurian minyak itu te-rus meningkat dari waktu ke waktu.Manajemen Pertamina EP sudah mela-porkan berbagai kasus pencurian ke-pada kepolisian. Trend penjarahan ini sudah berlangsung sejak pertengahan 2011. Untuk tahun ini saja, sudah 126 berkas laporan sudah ditandata ngani di Kepolisian. Cuma, entah mengapa penindakan tak kunjung datang. Kasus terakhir, pencurian kembali terjadi di Jalur pipa Temponi—Plaju, yang me-mang sudah berulangkali jadi target pencurian para begundal.

Pertamina akhirnya menyatakan status darurat. Pemompaan di ruas pipa minyak baru itu dihentikan se-mentara. Kepala SKK Migas, Prof Dr Rudi Rubiandini mengakui bisa mema-hami keputusan tersebut, “Peng henti-an atas koordinasi dengan SKK Migas,” ujarnya saat dihubungi BALANCE. Ia menyebutkan sehari sebelum penyeto-pan, Dirut Pertamina me nelpon diri-nya untuk berkoordinasi. “Saya bisa memahami alasannya. Ibu Karen kesal karena pencurian minyak terus mun-cul.” Rudi menambahkan.

Jalur pipa minyak Tempino – Plaju yang dikelola oleh PT Pertagas, anak perusahaan PT Pertamina (Per-sero), dioperasikan secara komersial sejak 17 Juli 2013 setelah melalui masa pra dan commissioning sejak 9 Juli 2013. Jalur pipa tersebut meng-gantikan pipa lama yang sudah tidak aman untuk dioperasikan karena ter-

lalu banyak mengalami kerusakan aki-bat aksi illegal tapping yang tidak bisa dikendalikan.

Jalur pipa baru Tempino–Plaju dengan panjang 260 km ditanam pada kedalaman 1,5-2 meter di bawah per-mukaan tanah. Dengan kapasitas ang-kut 24.000 barel per hari, jalur pipa baru tersebut semula diharapkan da-pat menghentikan aksi penjarahan minyak yang menghubungkan sekitar 9 sumber minyak menuju Kilang Pertamina Refi nery Unit III Plaju.

Rata-rata losses selama sepekan operasi komersial tersebut telah men-capai 18% dari rata-rata penyaluran 12.000 bph. Apabila dilihat trennya,

losses cenderung meningkat dari se-mula hanya 4,45% pada hari pertama hingga terakhir sempat mencapai 39,5%. Dalam sepekan saja, kehilang-an minyak telah mencapai sekitar 17.500 barel atau setara dengan Rp 17,5 miliar. Jika kehilangan dihitung dari 1 Januari hingga 23 Juli 2013, ni-lai kerugian telah mencapai sekitar Rp 280 miliar.

Penghentian pemompaan terse-but berakibat produksi minyak dari Tem pino, Bajubang, Kanali Asam, dan Bentayan akan berkurang. Akibatnya pasokan minyak mentah menuju Kilang RU III Plaju juga berkurang se-hingga berpengaruh pada persediaan

L A P O R A N U T A M A

TATA

N A

GU

S R

ST

120.650122.615

150.000

140.000

130.000

120.000

110.000

100.000

90.000 JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOV DES

Rencana Produksi Minyak PT Pertamina EP Semester I 2013

140.000120.000100.000

80.00060.00040.00020.000

0 2008 2009 2010 2011 2012 RKAP 2013

116.621127.137 129.954 124.106 127.635

137.181BOPD

Produksi Minyak Tahun 2008-2012 & Rencana Produksi Tahun 2013

1.200

1.150

1.100

1.050

1.000

950

900 2008 2009 2010 2011 2012 RKAP 2013

1.0031.043 1.054 1.070 1.054

1.160MMSCFD

Produksi Gas tahun 2008-2012 & Rencana Produksi Tahun 2013

1.068,83

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOV DES

1.250.000

1.200.000

1.150.000

1.100.000

1.050.000

1.000.000

950.000

900.000

850.000

800.000

1.046,83

Realisasi Produksi Gas PT Pertamina EP Semester I 2013

Direktur Hulu PT Pertamina,Muhammad Husen

Page 9: Balance edisi 2.pdf

9VOLUME 003 TAHUN I

BBM untuk wilayah Sumatera bagian Selatan. Akan tetapi, apabila pemom-paan dilakukan, minyak akan habis di tengah jalan tanpa dapat dicegah. Be-berapa titik pipa di sepanjang jalur KM 265 s.d KM 139 mengalami pres-sure loss besar, bahkan pada Titik KM 174 pressure sempat ‘nol’.

***Meski produksi belum mencapai

target, kinerja keuangan perseroan tak ikut Dalam enam bulan pertama di 2013, anak usaha PT Pertamina (Persero) ini berhasil meraup laba ber-sih mencapai USD 1.035.869 miliar atau Rp 10,08 triliun.

Pencapaian laba bersih ini jauh le-bih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yang nilainya sekitar Rp 9 triliun atau naik sekitar 15%. Dengan pencapaian di Semester I – 2013 sebesar Rp 10,08 triliun ini, bu-kan tidak mungkin pada akhir 2013 Pertamina EP bakal mengantongi laba bersih hingga diatas Rp 20 triliun.

Selain karena faktor kenaikan harga minyak kinerja keungan yang kinclong ini disebabkanoptimalisasi biaya di semua sektor kegiatan. Alam menyebutkan jajarannya berseman-gat untuk berprestasi lebih baik baik pada semester dua, Salah satunya de-ngan peningkatan kemampuan reka-

Di antara kontraktor migas di Indonesia, biasa disebut Kontaktor Kontrak Kerjasama (KKKS). Pertamina EP termasuk paling kontasn produksinya. “Pertamina EP, satu-satunya kontraktor yang produksinya tidak decline,” ujar Direktur Hulu Pertamina, Muhammad Husen. Kini, produksi Pertamina berada di urutan kedua di belakang Chevron.

Tak heran jika sampai sekarang Pertamina EP masih jadi tulangpunggung Pertamina, termasuk pencapaian target 200 K, atau 200 ribu barrel pada “EP menyumbangkan kontrubusi priofi t untuk Pertamina lebih dari 50 %.” ujar pria kelahiran Bandung, 2 Maret 1957 tersebut. Ia menyebutkan belum mau memuji. “Sebenarnya produksi bisa ditingkatkan lagi sehingga pujian itu belum saya sampaikan,” Husen menegaskan

Ia berharap jajaran Pertamia EP tidak berpuas diri. Sebagai komisaris utama Pertamina EP, Husen mengaku memelototi pergeraskan produksi Pertamina EP. Ia juga membantu Pertamina EP mencari cara untuk meng op timal kan potensi. Salah satunya dengan mendorong perce patan implementasi EOR untuk optimasi sumur. “Kita akan undang partner-partner yang sudah terbukti mampu,” ujar Husen.

Pada pertengahan Ramadhan lalu, secara khusus memberikan pengarahan kepada jajaran manajemen Pertamina EP terkait dengan peresmian pemakaian teknologi EOR di empat lapangan, masing-masing di Rantau, Tempino, Bajubang, dan Tanjung. “Dari proyek EOR, korporat menargetkan ada penambahan sekitar 5.000 BOPD.”

Selain EOR, ia juga mengendorse pemakaian teknologi X fl ow-handler yang sudah terbukti menambah produksi sekitar 700-1000 di JOB (Joint Operation Body) Bumi Siak Pusako di blok CPP. Teknologi ini bekerja dengan memanfatkan prinsisp mekanika fl uida, yaitu meningkatkan gaya adesi antara molekul minya dan air. Penghisapan minyak yang biasanya hanya dari satu layer, dengan teknologi ini bisa dua layer sekaligus.

Upaya lainnya adalah meningkatkan efektivitas pengeboran. Direktorat Hulu akan menyiapakan dua tim, yakni tim surface dan tim subsurface. Tenaganya dari internal Pertamina dan lintas Abnak Perusahaan. Untuk surface, SOP akan disempurnakan, sedangkan subsurface akan melilih lokasi terbaik untuk dibor.

BELUM MAU MEMUJI

yasa secara berkesinambungan, me-lalui penguasaan teknologi dan per-alatan tek nologi terkini, untuk menc-ari, mengangkat dan memproduksi-kan minyak dan gas secara optimal.

Pertamina EP, juga terus mening-katkan kemampuan rekayasa, mana-jerial dan profesionalisme sumber daya manusia (SDM) secara berkesi-nambungan, dengan mengedepankan konsep kerjasama tim yang solid dan bersinergi, pemenuhan dan pengisian kebutuhan SDM andal dan profesio-nal sesuai tuntutan bisnis perusaha-an, serta pemenuhan sertifikasi ke-ahlian atau kompetensi teknis SDM sesuai keperluan.

“Kami senantiasa menerapkan oper ational excellence dalam operasional kegiatan eksplorasi dan produksi. Pe-nerapan Health, Safety and Environ ment (HSE) Exellence juga menjadi yang ter-depan di semua kegiatan operasi Pertamina EP,” papar Alam.

Selain itu, tambahnya, Pertamina EP juga semakin menguatkan pene-rapan budaya dan etos kerja yang ber-kinerja dan berkualitas tinggi, serta pemenuhan sertifi kasi dan keandalan peralatan produksi yang aman, ramah lingkungan dan berkinerja tinggi.

Net Profi t 5 Tahun Terakhir (2006 s/d 2012) VS Semester I 2013

13.487.920

12.000.54512.802.545

16.916.181

21.000.000

MUSD1.035.869

Rp 10,08 TRILIUNNET PROFIT

(dalam juta rupiah)

22.000.000

20.000.000

18.000.000

16.000.000

14.000.000

12.000.000

10.000.000

8.000.000

6.000.000

4.000.000

2.000.000

-2008 2009 2010 2011 2012 SEMESTER I

2013*)realisasi tidak termasuk selisih kurs

Page 10: Balance edisi 2.pdf

10 TAHUN I VOLUME 003

L A P O R A N U T A M A

S ETELAH berpuluh tahun tak ditengok orang, Lirik kini mulai dilirik. Meski produksinya tidak besar, dia menjadi satu-satunya lapangan di Asset yang

kinerja semeter I-nya paling moncer melebihi di atas target, yakni %. Sementara lapangan lain masih ter-tatih, yakni Rantau %, Pangkalan Susu persen, Jambi persen, dan Ramba %.

“Kalau dirata-ratakan asset 1 baru mencapai 95,54 persen dari sasaran,” ujar GM Asset 1 Irwansyah. Asset 1 ditargetkan perusahaaan bisa me-nyumbangkan produksi sebesar 17.209 BOPD. Pada semester satu, baru mencapai 16.930 BOPD. Selain karena sumur-sumur yang mengalami decline, tak terpenuhinya target juga disebabkan keterlambatan eksekusi pengeboran karena masalah pembe-basan lahan.

“Pada semester 1 ini, dari rencana pengeboran 13 sumur, hanya terlak-sana 7 sumur,” ujar Irwansyah. Selama UU no 2 tahun 2012 tentang Peng-adaan Lahan tak dibenahi, persoalan pengadaan lahan tetap tak terselesai-kan. Salah satu kelemahan UU itu adalah memperpanjang rantai bi-rokrasi sehingga waktu yang dibutuh-kan lebih lama. Dengan hambatan itu, Irwansyah memperkirakan dari ren-cana pengeboran 52 sumur pada 2013, hanya akan terealisasi 32.

Meski begitu, Ia optimistis pro-duksi di semester dua akan lebih baik. Berbagai optimasi sumur akan dilaku-

kan, baik dengan menggantikan per-alatan lifting, dari scroll pump dengan esp, sampai teknologi baru. Penam-bahan itu diharapkan datang dari Feld Lirik. Lapangan yang terletak di Indra-giri Hulu, Riau ini memang berpotensi menjadi bintang, Produk sinya seka-rang memang hanya 2000 barel, masih jauh dari kemampuan optimum Seperti dikatakan Direktur Operasi Satoto Agustono, Field Lirik baru ber-produksi sekitar 10% dari tingkat opti-mum reservoir. Volume gross yang di-

pompa dari perut bumi sekarang ini sekitar 120 ribu perhari, dengan kadar air sekitar 98,5 %. Menurut taksiran Satoto, titik optimal gross Lirik sekitar 1 juta barrel. Dengan asumsi kadar mi-nyak 1 persen saja, produksi bisa men-capai 10.000 barrel. “Kalau separuhnya saja, produksinya bisa 5.000 barrel,” Satoto menambahkan.

Irwansyah mengamini bahwa po-tensi Lirik yang masih belum diopti-malkan. Untuk itu, dalam waktu de-kat, Asset 1 akan mengimpelementa-

LIRIK MULAI

DILIRIK

Asset 1 melakukan optimalisasi sumur

untuk mengejar taget. Terkendala pengadaan lahan

dan gangguan keamanan

TATA

N A

GU

S R

ST

Page 11: Balance edisi 2.pdf

11VOLUME 003 TAHUN I

sikan teknologi X fl ow –handler di be-berapa sumur. Tahap awal disiapkan 13 sumur, “Mayoritas di Lirik,” ujar Irwansyah. Teknologi ini terbukti efeftif menaikkan produksi di JOB (Joint Operating Body) Bumi Siak Pusako sampai 1000 BOPD dari. “Kita berharap ada penambahan sekitar dari pemakaian teknologi X fl ow-han-dler. “Irwansyah menambahkan.

Penambahan juga diharapkan datang dari lapangan Rantau, yang mulai menerapkan teknologi EOR (Enhanced Oil Recovery). Sekarang ini produksi Rantau sekitar 4.000 BOPD. Dari EOR diharapkan ada tambahan 1.300 BOPD. “Ujicobanya berlangsung baik,” kata Irwansyah. Teknologi pemulihan sumur ini diterapkaan juga di Field Jambi untuk struktur Baju-

bang dan Tempino.Kenaikan juga diharapkan dari la-

pangan Ramba yang selama ini jadi tulangpunggung Asset1. Produksi la-pangan ini paling besar dibandingkan field yang lain. Sekarang, berada di angka 5000-an, Khusus Juni sudah menyentuh angka 5.600. “Saya harap-kan dalam waktu dekat, bisa menyen-tuh angka psikologis 6.000 BOPD.

Sebetulnya, jika masalah pencuri-an teratasi, dengan mudah Ramba mencapai angka produksi psikologis tersebut. “Dari seluruh lapangan di Asset 1. Lapangan Ramba paling rawan gangguan keamanan,” ujar Irwansyah. Sekitar 20-30 sumur dikuasai sindikat pencoleng minyak yang kerap berope-rasi secara terang-terangan. Mereka juga melengkapi diri dengan senjata

api. Tak sekadar mencuri minyak, para preman juga kerap mendikte perusa-haan soal tenaga kerja.

Beberapa bulan lalu, salah satu vendor perusahaan dicegat saat mem-bawa barang-barang untuk penge-boran. Mereka mempermasalahkan petugas keamanan yang mengawal bukan warga setempat. Ribut tak ter-elakkan sampai tembak-tembakan.

“Di depan kantor kita di Mangun-jaya, sumur kita dipagari mereka,” ujar Irwansyah. Ia mengaku tak bisa berbuat apa-apa mengatasi masalah tersebut. “Kita hanya bisa memantau. Penindakan tugasnya instansi lain,” ujarnya. Persoalannya, penindakan tak kunjung datang. Pencurian mi-nyak pun menjadi problem klasik yang tak kunjung terselesaikan.

MENGEJAR EMAS PROPERSelain mengejar kenaikan produksi. Irwansyah punya mimpi lain : mendapatkan

predikat emas proper. Lapangan Rantau salah satu kandidat yang disiapkan untuk itu. Dibandingkan lapangan lain di Asset 1, Rantau paling memungkinkan meraihnya ker-ena lapang ini sudah langganan hijau. “Saya langsung suruh mereka benchmark ke Medco Rimau,” ujarnya.

Blok Rimau, Sumatera Selatan yang dikelola Medco sudah dua kali berturut mendapat predikat emas. Untuk minyak, predikat emas itu termasuk luar biasa. Hanya sedikit perusahaan yang mendapatannya. Yang banyak diberikan kepada gas dan geothermal yang pengelolaan lingkungannya tak serumit minyak.

“Dengan benchmark, kita gak perlu memulai dari nol, “ujar Irwansyah. Benchmark inipula yang dilakukan Irwansyah saat memimpin Field Parabumulih meraih predikat Hijau. Sebelum menjabat GM Asset 1, Irwansyah adan Field Manajer Prabumulih.

Jika Rantau berhasil meraih emas akan menjadi sejarah, tak hanya bagi Pertamina EP, tapi juga Pertamina. Selama ini baru Geothermal saja yang sudah di-angerahi emas. Untuk minyak paling benter hijau setiap penghargaan Proper digelar. Proper merupakan program unggulan Kementerian Lingkungan Hidup yang berupa kegiatan pengawasan dan pemberian insentif dan / atau disinsentif kepada penang-gung jawab usaha dan / atau kegiatan.

Pemberian penghargaan Proper bertujuan mendorong perusahaan untuk taat ter-hadap peraturan lingkungan hidup dan mencapai keunggulan lingkungan (environ-mental excellency) melalui integrasi prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan da-lam proses produksi dan jasa, penerapan system manajemen lingkungan, 3R, efi siensi energi, konservasi sumber daya dan pelaksanaan bisnis yang beretika serta bertang-gung jawab terhadap masyarakat melalui program pengembangan masyarakat.

Kriteria penilaian Proper tercantum dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 5 tahun 2011 tentang Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan. Secara umum peringkat kinerja Proper dibedakan menjadi 5 warna Emas, Hijau, Biru, Merah dan Hitam, dimana kriteria ketaatan digu-nakan untuk pemeringkatan biru, merah dan hitam, sedangkan kriteria penilaian as-pek lebih dari yang dipersyaratkan (beyond compliance) adalah hijau dan emas. Adapun aspek ketaatan dinilai dari pelaksanaan dokumen lingkungan (AMDAL/UKL-UPL), upaya pengendalian pencemaran air dan udara, pengelolaan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dan penanggulangan kerusakan lingkungan khusus bagi kegiatan pertambangan.TA

TAN

AG

US

RST

Page 12: Balance edisi 2.pdf

12 TAHUN I VOLUME 003

L A P O R A N U T A M A

SEJAK dilantik menjadi GM Asset Maret lalu, Tubagus Nasiruddin ke-rap dipusingkan soal pe-nanganan produksi air (Water Management).

Sumur-su mur di wilayahnya di luberi air yang konsentrasinya terus mening-kat. “Ba nyak sumur sumur yang Kadar Air di atas % WC. Dan ini merupa-kan tantangan ke depan,” ujarnya.

“Problema” ini pun sempat men-jadi perhatian, Wakil Menteri ESDM, saat meresmikan gas kota di Prabu-mulih (Dukungan Untuk Gas Kota). Ia menyarankan Pertamina EP untuk me-nambah fasilitas produksi untuk me-ngelola air yang volumenya makin meningkat.

Sumur-sumur di wilayah kerja Pertamina EP, termasuk di Asset2, se-bagian besar sudah renta. Sumur-su-mur ini sudah dibor puluhan tahun. Bahkan, ada yang sudah berumur dia-tas 50 tahun Semakin berumur sebuah su mur, berbagai penyakit mulai da-tang. Salah satunya, kadar air semakin tinggi. Rata-rata di atas 90 %.

Dengan angka setinggi itu, otoma-tis minyak pun semakin tidak mudah diangkat. Sebenarnya sumur sumur tersebut secara alamiah akan menga-lami decline (penurunan tekan an dan cadangan di reservoir). Aki batnya, pro-duksi pun cepat sekali menurun. Untuk menyiasatinya, dilakukan stimulus de-ngan injeksi kedalam sumur dengan tekanan air yang lebih besar, biasa di-sebut waterflood (secondary recovery). Hal ini penting, karena bukan hanya sekadar menahan produksi sumur agar tidak terus terjerembab, tetapi dapat memanfaatkan air yang terproduksi ke permukaan. Jadi sebetulnya adanya tam bahan produksi air inipun merupa-kan anugrah yang harus disiati dengan benar dan terencana baik.

“Kita juga terus berupaya mencoba menutupi utang-utang produksi mi-nyak dengan mengebor sumur-sumur baru,” ujar Tubagus Nasiruddin. Na-

mun toh, semuanya tak semulus yang direncanakaan. Misalnya di Field Ade-ra, dari rencana empat pengeboran baru pada 2013, hanya terlaksana satu sumur. Seperti juga di tempat lain, laju pengeboran di sini rada tersendat ka-rena persoalan keamanan dan peng-adaan lahan.

Seperti estimasi awal, sumur itu bisa mengalirkan 200-300 barrel BOPD. Tapi, angka ini belum bisa me-nutupi utang lapangan tersebut yang sejak tahun lalu produksinya terus me-nyusut. “Saya dapat warisan sumur yang utangnya cukup besar secara pro -sen tase, namun mudah-mudahan se-

MENGELOLA AIR DI SUMUR SUMUR TUA

Capaian Produksi Asset 2 sampai Juli 2013 rata rata 97% dari target. Ada beberapa rencana pengeboran belum bisa dieksekusi karena blow out di struktur Talangjimar dan masalah pembebasan lahan.

GM Asset 2, Tubagus Nasiruddin

TATA

N A

GU

S R

ST

Page 13: Balance edisi 2.pdf

13VOLUME 003 TAHUN I

cara volume dapat dibantu dari lapang-an-lapangan lainnya yang diharapkan dapat mengatasinya.” ujar Tubagus.

Saat diserahkan penggelolannya kepada Asset 2 pada Maret lalu, angka produksi Lapangan Adera hanya 920 BOPD, jauh dari target yang mencapai 1.800 BOPD. Rata-rata produksi pada

semester 1 sekitar 58 persen. Tubagus op timistis kinerja field Adera akan mem baik. “Per Juni, naik menjadi 1190 atau 66,1 persen,” ujarnya, Pe-nam bah an produksi diharapkan datang dari pengeboran sumur baru yang akan segera rampung, “Pada se-mester 2, Kita akan bor dua sumur

lagi di Adera” ujar Tubagus.Karena produksi Adera yang cekak

tersebut, secara keseluruhan produksi Asset 2 masih di bawah target, sekitar 97% dari target 23.900 BOPD. Tubagus menyebutkan, selain pengadaan lahan sehingga pengeboran tertunda, pro-duksi yang di bawah target juga karena gangguan keamanan, “Tak sekadar pen curian minyak, juga perusakan ter-hadap fasilitas produksi,” ujarnya. Per-soalan gangguan keamanan ini sempat dipaparkan kepada Wamen ESDM.

Selain Adera, lapangan lain yang pencapaiannya di bawah target adalah Prabumulih, sekitar 95%. Pencapaaian di bawah target ini disebabkan tertun-danya tiga pengeboran di Talangjimar yang tadinya diharapkan bisa menga-lirkan minyak 600-650 BOPD. Selain tiga sumur di Talangjimar, satu penge-boran tertunda karena persoalan peng-adaan lahan. Alhasil dari rencana 8 pe-ngeboran hanya teralisasi 4 sumur.

Seperti ditulis dalam cover story BALANCE edisi kedua, salah satu su-mur di Talangjimar, yakni sumur berkode TLJ-249, biasa juga ditandai dengan kode lokasi TLJ-25 INF pada akhir Maret lalu mengalami blowout yang cukup hebat. Karena kejadian ini, pengeboran di struktur ini ditangguh-kan. “Kita masih evaluasi, Secara psiko-logis, kejadian itu masih berdampak pada teman-teman di Departemen Drilling,” ujar Tubagus.

Selain Adera dan Prabumulih, As-set 2 punya dua fi eld lain, yakni Li mau dan Pendopo. Keduanya berpro duksi di atas target, yakni Limau sekitar 10.600 BOPD atau 104%, dan Pendopo 108%, sekitar 1400 BOPD. Prestasi ini bisa dicapai karena semua rencana pe-ngeboran bisa dilaksanakan. Untuk Limau direncanakan 10 sumur pada 2014, separuhnya sudah bisa diselesai-kan pada semester pertama. Sedangkan Pendopo, sudah menyelesaikan satu pe-ngeboran seperti direncanakan. Selain minyak, Pendopo juga memproduksi gas sebesar rata rata 146.000 mscfd.

TAK MATI DI LUMBUNG PADIEkonom peraih nobel, Jeff rey Sachs menyebutnya sebagai kutukan sumber daya

alam untuk mendedah fenomena negara kaya SDA tapi rakyatnya masih berkubang dalam kemiskinan, jauh tertinggal dari negara-negara yang miskin SDA. Meski tak seekstrem yang digambarkan Sachs, fenomena serupa terjadi juga di Indonesia. Beberapa daerah yang kaya SDA, terutama di luar Jawa jauh tertinggal dibanding-kan daerah lain.

Pemerintah mencoba mengatasinya dengan membuat terobosan lewat program-program yang dirasakan langsung manfaatnya oleh masyarakat seperti gas kota. Program ini sudah dilaksanakan di delapan kota, termasuk Prabumulih. Program gas kota ini memanfaatkan gas alam yang langsung disalurkan ke rumah penduduk. Untuk Prabumulih, gas alamnya bersumber dari Field Prabumulih yang dikelola Asset 2 Pertamina EP, “Kita alokasikan untuk gas kota 1 mmmscf,” ujar GM Asset 2, Tubagus Nasiruddin. Ia menyebutkan Pertamina EP sangat mendukung program gas kota tersebut. “Kalau untuk kesejahteraaan masyarakat, pasti kita dukung,” Tubagus menambahkan.

Pengaliran Produksi gas yang dimanfaatkan sebagai gas kota untuk masyarakat Kota Prabumulih, merupakan Upaya CSR, menurut Tubagus, merupakan sejarah penting bagi image perusahaan. “Selama puluhan tahun gas tsb di eksploitasi di daerah Prabumulih untuk pendapatan negara dan daerah, namun masyarakat merasakan kegunaannya sebagai bahan bakar rumah masyarakat baru tahun ini.”

Pada tanggal 26 Juli 2013, telah diresmikan penyalurannya oleh Wamen ESDM dan Gubernur Sumsel di salah satu desa Kota Prabumulih. Dan sebagai tahap awal gas kota ini rencananya untuk kurang lebih 4000 KK di kota Prabumulih.

Dengan program gas kota, peribahasa “tikus mati di lumbung padi” sepertinya menjauh dari warga Prabu mulih. Sebagai tahap awal program ini rencananya diperuntukan bagi kurang lebih 4000 KK di kota Prabumulih. Pemanfaatan gas alam diresmikan Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Susilo Siswo Utomo pada 26 Juli 2013.

“Pengaliran gas untuk rumah tangga di Prabumulih merupakan upaya pemerintah untuk menghilangkan ketergantungan pada Bahan Bakar Minyak (BBM). Semoga dengan peresmian ini, pengaliran gas di kota Prabumulih bisa semakin lancar dan dapat dimanfaatkan lebih baik,” kata Susilo di Desa Wonosari, Prabumulih, Sumatera Selatan.

Wamen ESDM mengatakan penyediaan gas bumi yang dilengkapi dengan penye diaan infrastruktur di sektor rumah tangga juga dimaksudkan untuk mengu-rangi beban subsidi terhadap BBM. Pada tahun 2025, pemakaian energi nasional hanya akan memanfaatkan minyak bumi sebesar 20 persen saja. Sehingga peman-faatan gas bumi, merupakan energi alternatif yang potensial karena peng gunaannya efektif sehingga diharapkan dapat mengganti pemakaian minyak bumi.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Edy Hermantoro mengatakan pemerintah telah membangun jaringan gas bumi untuk rumah tangga di kota Palembang dan Surabaya. Pada tahun 2012, program pembangunan jaringan dis-tribusi gas bumi untuk rumah tangga telah dilaksanakan di kota Tarakan, Depok, Bekasi, Sidoarjo, Sengkang, rusun Jabotabek, Bontang, Cirebon, Bogor, Jambi dan Prabumulih. Pada tahun 2013 program serupa akan dilaksanakan dikota Subang, Sidoarjo, Ogan Ilir, Blora dan Sorong.

Page 14: Balance edisi 2.pdf

14 TAHUN I VOLUME 003

L A P O R A N U T A M A

F ACHRIZAL tak ubah-nya sedang melaksana-kan “mission imposible” saat didapuk sebagai GM Asset April lalu. Pro-duksi sumur sedang me-

nukik. Feld Jatibarang yang selama ini menjadi andalan anjlok. Di area ter sebut, pipa bawah laut di anjungan X-Ray bocor. Akibatnya, beberapa su-mur di sana ditutup. Padahal biasa-nya, dari sana mengalir tak kurang dari . BOPD.

Pipa tersebut memang sudah aus. Umurnya sudah 34 taun. Padahal, se-usai dengan desain awal, pipa itu ha-nya diperkirakan bertahan 30 tahun, Meski oleh Pertamina baru dioperasi-kan 2002, pipa itu sebetulnya sudah dipakai sejak lama. Sebelumnya, ope-

ratornya adalah Arco yang menyerah-kan kembali asset tersebut ke Per-tamina pada 1999. “Tapi kita tak bisa mengganti begitu saja hanya dengan alas an sudah melewati masa berlaku. SKK Migas pasti tak setuju,” ujar Fachrizal, 51 tahun. Persetujuan baru diberikan jika didasarkan pada kajian-kajian yang lebih spesifi k.

Menurut alumnus Teknik Mesin Universitas Trisakti tersebut, sebetul-nya sebelum kebocoran terjadi, kajian sedang dipersiapkan. Pipa ternyata tak bisa menunggu. Sebelum kajian itu dilakukan, bocor terjadi di sana-sini yang tak mungkin diperbaiki. Solusinya diganti total. Dan itu mem-butuhkan waktu berbulan-bulan. Apa boleh buat, puluhan sumur di anj-ungan itu harus dinonaktifkan.

Field lain, Tambun mengalami cerita serupa. Produksinya yang ta-dinya berkisar 6.000-an BOPD me-nyusut tinggal 5.000-an. Penyebabnya, kadar air di beberapa sumur mening-kat. Periode sebelumnya, terlalu asyik menggenjojot produksi ke titik opti-mal, tanpa diimbangi sumur injeksi yang memadai. Akibat sudah beru-mur, sumur injeksi bocor kemana-ma-na sehingga minyak tak bisa diangkat. “Patternnya sudah tidak sesuai se-hingga harus dibikin lagi,” ujar Fachrizal, yang hampir tiga puluh ta-hun berkarir di Pertamina,

Praktis hanya Field Subang yang produksinya normal. Total produksi Asset 2 saat Fachrizal memulai tugas sebagai GM sekitar 11.000-an “Kita berutang 3.000-an barrel, “ujar pria

MENGEJAR SUKSES“MISSION IMPOSIBLE”Produksi Asset 3 pada semester pertama paling rendah dibandingkan asset lain. Hilang 1.200 BOPD karena pipa bocor. Menebus malu dengan menggenjot produksi.

GM Asset 3,FachrizalTATA

N A

GU

S R

ST

Page 15: Balance edisi 2.pdf

15VOLUME 003 TAHUN I

kelahiran Jakarta tahun 1962 terse-but. Dari modal itulah, alumnus Teknis Mesin Universitas Trisakti itu mulai bekerja. “Yang saya tahu, saya tak mungkin bekerja sendiri,” ujarnya. Untuk itulah, ia mengajak seluruh anak buahnya bahu membahu, fokus pada peningkatan produksi.

Tentu tak serta merta. Tak bisa sim salabim produksi meningkat da-lam satu malam. Untuk semester I, kalau dirata-ratakan, produksi Asset 3 masih jauh dari target sekitar 79%, terendah dibandingkan asset lain. Toh Fachrizal optimistis produksi di se-mester kedua akan naik. “Prognosa saya akhir tahun kita bisa mencapai 90,6 % “ujar Fachrizal. Jika diangka-kan sekitar 13.352 dari target 14.700. “Juli ini produksi kita sudah 13.000

an” Fachrizal menambahkanPencapaian itu ditopang Field

Jatibarang yang kembali kembali nor-mal, menyusul selesainya pergantian pipa bawah laut di anjungan X Ray. “Perbaikan pipa itu sudah selesai Mei,” ujar Fachrizal.

PT Pertamina Eksplorasi dan Produksi atau Pertamina EP (PEP) Asset 3 Field Jatibarang yang berope-rasi di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, sepertinya akan bisa mengejar target produksi sebanyak 7.014 barel minyak pada tahun ini. Tahun lalu, dari target yang sama, baru bisa tere-alisasikan sekitar 88 persen.Pencapai-an ini ditopang dengan keberhasilan pengeboran sumur migas KRB-11 yang berlokasi di Desa Sukra Wetan, Kecamatan Sukra, Kabupaten Indra-

mayu. Sumur itu mampu mengalirkan minyak hingga 440 BOPD serta gas 4,4 MMSCF per hari.

Sukses pengeboran itu menjadi penyemangat untuk meneruskan pe-ngeboran KRB A5 dan KRB A6 yang masih dalam persiapan. PT Pertamina EP III Field Jatibarang saat ini menge-lola 174 sumur. Dari jumlah tersebut, sebanyak 23 sumur dikelola melalui metode ESP atau Electric Sumbursible Pum, sebanyak 78 sumur dikelola menggunakan metode gas lift, dan 73 sisanya menggunakan metode Natural Flow atau semburan alami.

Jatibarang tak syak lagi menjadi backbone produksi Asset 3. Potensinya terus dioptimalkan Dari 22 penge-boran yang ditargetkan Asset 3, ham-pir semuanya dilakukan di Jati barang. Hanya beberapa dilakukan di field Subang. Bahkan, Tambun sama sekali tak merencanakan pengeboran. “Untuk Tambun, kita hanya maintenance agar produksinya tidak turun terus,” ujar Fachrizal. Upaya yang dilakukan be-rupa reparasi sumur dan fracture. Di akhir tahun diharapkan produksi bisa mencapai 4.500 BOPD, naik 200 BOPD dari produksi Juli

Meski tidak di tahun ini, Fachrizal optimistis produksi fi eld Tambun ma-sih bisa ditingkatkan. “Tim EOR sudah turun,” ujarnya. Ia mengakui pena-nganan dengan EOR itu seharusnya di -lakukan lebih awal. “EORnya terlam-bat. Jadi penambahan produksi baru bisa beberapa tahun ke depan,” kata Fachrizal.

Selain minyak, Field Tambun juga menghasilkan gas sebanyak 50 MMSCF yang produksinya konstan alias tudak bertambah, tidak juga berkurang. Yang jadi andalan Asset 3 untuk gas memang bukan Area Tambun, tapi Subang. Dari fi eld, ini di-hasilkan gas sebesar 270 mmscf. “Dalam waktu dekat dengan penam-bahan kompresor kita berharap ada pe-nambahan 20 mmscf lagi,” ujar Fachrizal. Untuk minyak produksi fi eld Subang paling kecil di asset 3, yakni 1900-an BOPD.

INGIN BERAKHIR DENGAN KEPALA TEGAK

GM Asset 3 Fachrizal punya cita-cita, yang menurutnya sederhana. “Saya hanya ingin mengakhiri setiap penugasan dengan kepala tegak,” ujarnya. Maksudnya, minimal target yang dibebankan perusahaan terpenuhi. Dengan begitu, ia merasa berarti. “Dalam bekerja. Saya hanya ingi keberadaan saya bermanfaat bagi lingkungan , “Farchrizal menegaskan. Ia mengatakan tak ngoyo dalam bekerja, tapi berusaha melakukan sesuatu agar kehadirannya diperhitungkan lingkungan. “Saya gak mau dianggap tak bisa bekerja,” ujarnya.

Dalam beberapa kali penugasan. Fachrizal mampu mengakhirinya dengan kepala tegak. Saat bertugas di Prabumulih pada 2009, sumur mengalami crack, air melimpah kemana-mana. Karena gak bisa injeksi dengan maksimal, produksi hanya tinggal 5.000-an, Ahirnya dengan berbagai upaya, saat dia meninggalkan Prabumulih pada Desember 2011, produksi sudah naik menjadi 7.000-an

Dari Prabumulih, Fachrizal kemudian dipercaya menjadi Feld Manager Jatibarang, sebelu m akhirnya dipercaya menjadi GM Asset 3. Ia mengemban tugas menaikkan produksi dari 11.000-an menjadi 14.000-an. “itu saya anggap sebagai challenges,” ujar Fachrizal. Tantangan semakin berlipat kalau Pondok Makmur pengelolaannya diserahkan kepada Asset 3 pada Oktober nanti. Sekarang ini, produksi lapangan yang masih berstatus proyek ini masih sekitar 1.300. dari target sekitar 3.000 BOPD.

Mencermati produksi semester pertama, Fachrizal mengakui tak terlalu menggembirakan. “Kita berjalan dengan kepala yang tak tegak, “ujar Fachrizal. Ia pun memompa semangat anak buahnya untuk meraih performa prima. “Kita malu kepada perusahaan yang telah memeberikan segalanya kepada kita,” Fachri menambahkan. Untuk menebus rasa malu, tak ada cara lain, selain terus berupaya menggenjot produksi.

Page 16: Balance edisi 2.pdf

16 TAHUN I VOLUME 003

L A P O R A N U T A M A

GM ASSET , Pribadi Mahagunabangsa se-dang berbunga-bun-ga. Wajahnya tak hen-ti menyungging se-nyum. “Saya happy

dengan pencapaian semester satu,” ujarnya. Sumur-sumur di field Cepu membukukan produksi % dari tar-get. Pada Agustus , Asset Field Cepu menembus angka . barel per hari (BOPD), jauh melampaui target yang dipatok manajemen Angka yang dipatok managemen, dari lapangan operasional selain unitiasasi adalah . BOPD BOPD. Sebelumnya, fi eld Cepu termasuk ke dalam wilayah kerja Region Jawa, yang setelah reorganisa-si Maret lalu, dipecah menjadi Asset dan Asset

Kontribusi peningkatan produksi secara signifkan ini didapatkan, teru-tama dari struktur Semanggi dan Tiungbiru. Pada awal tahun 2013, jum-lah produksi Field Cepu hanya menca-pai 1.687 BOPD di bulan Januari dan 1.474 di Bulan Februari,

MENGANDALKANSEMANGGI

DAN TIUNG BIRU

Field Cepu mencatat produksi 154 persen di atas target. Perlu mindset

baru dalam menjalankan bisnis minyak.

FOTO

-FO

TO: T

ATA

N A

GU

S R

ST

GM Asset 4, Pribadi Mahagunabangsa

Trend peningkatan produksi mi-nyak di Pertamina EP Asset 4 Field Cepu terjadi sejak bulan April 2013. Pada saat itu, terjadi peningkatan pro-duksi yang cukup drastis hingga men-capai 2.379 BOPD karena adanya pen-ingkatkan di Struktur Kawengan, Se-manggi dan Tiung Biru. Tiung Biru di sumur TBR-01 mencapai 449 BOPD, Struktur Semanggi pada SMG-P12, SMG-75, SMG-P13 yang mencapai 236 BOPD, serta Struktur Kawengan terda-pat KWG-P25 yang mencapai 105 BOPD.

Selanjutnya, hingga Bulan Agus tus produksi Field Cepu terus mengalami kenaikan dengan kenaikan terbesar pada Struktur Semanggi sekitar 448% hingga mencapai 477 BOPD termasuk tambahan dari sumur tua yang di-produksikan oleh KUD/BUMD menca-

pai 697 BOPD dan penambahan pro-duksi dari pekerjaan reparasi di bebe-rapa sumur khususnya di POP TPN di sumur TPN-01 sebesar 391 BOPD. Peak produksi dicapai pada hari Kamis (15/8) sebesar 3.182 BOPD.

Pribadi, kini 53 tahun optimistis bisa terus memacu produksi ke tingkat optimum antara 3.700-4.000. “Komit-men kita tak sekedar memenuhi target asset, tapi juga memikirkan target per-usahaan tercapai,” ujar Pria kelahiran Pacitan tersebut. Yang jadi bintang baru adalah struktur tiung biru, Dari satu sumur ekplorasi yang diproduksi (put on production) sudah mengucur 500 barrel per hari

Dari struktur itu, menurut hasil eksplorasi dua tahun lalu itu bisa mengalirkan 2.500 barel minyak per hari dan gas 2,75 juta standar kaki ku-

Page 17: Balance edisi 2.pdf

17VOLUME 003 TAHUN I

bik gas per hari (MMSCFD). Untuk sekarang, saat minyak susah dicari, penemuan di struktur Tiung Biru itu sangat berarti.

Struktur Tiung Biru terletak 15 ki-lometer sebelah Tenggara kota Cepu, Jawa Tengah, atau sekitar 28 km sebe-lah barat daya kota Bojonegoro, Jawa Timur. Struktur Tiung Biru yang secara struktural merupakan satu kesatuan struktur dengan struktur Jambaran yang dikelola Mobil Cepu Ltd. Karena berada dalam satu struktur, seka-rang lagi dijajaki unitisasi Tiung Biru –Jambaran

Selain Tiung Biru, struktur yang lainnya juga terus dioptimalkan, ada-lah Tapen, Kawengan, dan Semanggi. Di Kawengan, produksi dipacu dengan mulai melakukan pemulihan sumur, melalui Enhanched Oil Recovery (EOR).”

Sebetulnya EOR ini rada terlambat. Jadi harus kita pacu,” ujar Pribadi, Di Tapen, dimulai pengeboran sumur eks-plorasi yang diharapkan dalam waktu dekat bisa mengalirkan 400 barrel BOPD.

Ia menegaskan perlu mindset baru dalam menjalankan bisnis minyak. Tak bisa lagi business as usual. “Harus dis-adari sumur-sumur kita sudah tua. Bekerja tida bisa seperti biasa harus me lihat dengan cara berbeda,” ujar Pribadi. Sumur-sumur di Field Cepu umum nya peninggalan Belanda. Struk-tur Semanggi, misalnya, sudah dibor sejak 1890. Pribadi mencontohkan un-tuk tim subsurface harus mau mengais-ngais data sumur-sumur yang dulu di-anggap tak layak, dipelototi satu per satu dan dikorelasikan dengan sumur sebelahnya.” Dulu yang kita anggap air,

bisa saja ada karbonnya,” ujarnya.Selain fi eld Cepu, dalam waktu de-

kat Asset 5 akan deserahi tugas menge-lola unitisasi Sukowati sepenuhnya. Sekarang operasional masih ditangan-gi PHE PPGJ. Untuk semester I, kinerja unitisasi Sukowati belum seperti diha-rapkan. Dari target 28.000 BOPD baru bisa memenuhi 25.000 BOPD,

Pribadi yakin bisa mengoptimal-kan produksi di unitisasi Sukowati. Sumber penyakit di yang menyebab-kan tersendatnya produksi sudah ter-deteksi. Alumnus Teknik Mesin Uni-ver sitas Trisakti ini menyebutkan pe-nyemenan di sumur-sumur di sana saat eksplorasi tidak terlalu bagus se-hingga air merembes, Padahal mobil-isasi air lebih cepat dibandingkan mi-nyak. Akibatnya yang terpompa keluar hanya air, bukan minyak. “Empat su-mur sudah direparasi, hasilnya bagus,” ujar Pribadi. Di unitisasi itu ada 13 su-mur yang penyemenannya diperbaiki. Ia optimistis, sumur-sumur di unitisasi Sokowati bisa dipompa sampai titik optimal sebesar 30.000 BOPD

Untuk mencapai target, baik di unitisasi Sukowati amaupun di Field Cepu, menurut Pribadi, harus pandai-pandai menjaga hubungan dengan stakeholder baik itu masyarakat mau-pun Pemerintah Daerah (lihat Box Merangkap Dinas PU dan Dinas Sosial. Maklum WK Asset 4 itu menembus tiga Daerah Tk II, Blora, Bojonegoro dan Cepu. Tiap daerah kadang-kadang mengeluarkan regulasi sendiri, yang berbeda satu sama lain. “Dari sisi tek-nis, tak ada kendala,” ujar Pribadi.

Yang berasal dari masyarakat, kendala macam-macam. Tapi yang pa-ling sering adalah pemortalan akses masuk ke wilayah operasi. Ia menye-butkan bisa memahami tindakan ma-syarakat tersebut. “Saya tak mengaga-pnya gangguan. Ini seperti rengekan anak yang minta diperhatikan,” ujar Pribadi, Untuk itu, Ia minta kepada anak buahnya bersabar menghadapi situasi tersebut, “Dengan komunikasi yang baik, semua kendala bisa dia-tasi,” Pribadi menambahkan.

MERANGKAP DINAS SOSIAL DAN DINAS PU

Kantor Field Cepu tak melulu mengurusi masalah operasi yang berkaitan dengan migas. “Dulu kita merangkap menjadi Dinas Sosial dan Dinas PU, “ujar GM Asset 4, Pribadi Mahagunabangsa. Masyarakat masih beranggapan bahwa yang bertangungjawab soal jalan, meski itu jalan umum tanggung jawab Pertamina karena letaknya yang berdekatan. Begitupun kalau ada bencana, tangan langsung terjulur ke Pertamina-EP.

“Pertamina pasti bantu. Tapi masyakar perlu disadarkan ada instansi yang mengurusi hal tersebut,” ujar Pribadi. Penyadaran itu dilakukan dengan pelan-pelan. “Beda dengan problem teknik, menghadapi masyarakat itu harus sabar, Jangan putus asa dan jangan bosan” ujarnya. Untuk melancarkan komunikasi, Management Asset 4 seminggu sekali mengadakan forum dialog dengan stakeholder. Sekerang persepsi masyarakat sudah mulai berubah. Pertamina tak lagi dianggap sebagai Dinas PU ataupun Dinas Sosial.

Soal berhubungan dengan masyarakat, Pribadi punya pengalaman tak terlupakan. Saat menjabat sebagai Manager Teknik Produksi di Lapangan Sangatta pada awal 2001, Dia sempat “disandera” oleh masyarakat lokal. Mereka menuntut dinaiknya status dari tenaga outsource menjadi pekerja. “Saya disekap sehari semalam,” ujar Pribadi. Beberapa di antaranya membawa senjata tajam. Lampu juga sudah dipadamkan.

Saat itu petugas kepolisian tak bisa berbuat apa-apa. “Mereka bilang tindakan warga itu sudah anarkis, tapi tak bisa berbuat apa karena tak ada tenaga,” kata Pribadi. Ia kemudian mengontak Komandan Kodim yang sudah dikenalnya. Bertiga dengan anak buahnya, komandan itu berhasil membubarkan warga. “Di bisnis migas, ada fenomena yang berubah setelah era reformasi,” ujarnya. Semasa era orde baru, masyarakat tak berani menyentuh lapangan migas, tapi di era keterbukaan mereka dengan leluasa menyuarakan aspirasi. “Saya bisa memahami. Mereka merasa harus bisa menikmati kekayaan alam yang ada di daerahnya,” Pribadi menambahkan.

Page 18: Balance edisi 2.pdf

18 TAHUN I VOLUME 003

L A P O R A N U T A M A

L ANCES itu memben-tuk lapisan yang saling tumpang tindih dengan rentang tidak terlalu panjang mirip tali sepa-tu. Reservoirnya banyak

tapi gak nyambung satu sama lain. Minyak tak selalu terperangkap da-lam batuan, bisa juga hamparan pa-sir. Sementara struktur di Sumatera lebih mirip selimut, reservoirnya tak banyak tapi rentangnya lebar dan menyambung satu sama lain. Reser-voir umumnya terperangkap pada batuan,

Abdul Chalik tahu betul “dalam-an” struktur Kalimantan karena seba-

gian besar pengabdiannya sebagai seorang geolog dihabiskan di pulau tersebut. Setelah menamatkan pendi-dikan Geo logi di Universitas Gadjah Mada pada 1989, Dia langsung ditem-patkan di Sanggata sampai 1999. Setelah berkeliling di Barat, pada 2009 dia kembali ke Kalimantan se-bagai Manajer Operasi di Unit Bisnis Eksploitasi dan Produksi (UBEP) Sanga-sanga Tarakan. UBEP itu baru dikembalikan ke Pertamina dari ope-rator sebelumnya Medco.

Bersama-sama dengan GM UBEP Sang-sanga-Tarakan, Satoto Agutono, kini Direktur Produksi, Abdul Chalik memperkenalkan pendekatan baru

untuk menaklukkan struktur Kali-mantan. Salah satunya, pengeboran formasi “sarang tawon”. Disebut begi-tu karena jarak pengeboran sangat ra-pat, tak ubahnya sarang tawon, Di ka-langan geolog, formasi ini biasa dise-but grid base driling.

Pada 2008 itu wilayah kerja terse-but baru dikembalikan ke Pertamina dari operator sebelumnya Medco. Saat alih kelola itu produksi Sanga sanga sekitar 4.300 barel.

Dengan pendekatan sarang tawon tersebut, produksi perlahan naik. Angakanya sempat mencapai 8.600 BOPD Kini produksi Sanga-sanga berkisar 7.500-8.000.

MENGOPTIMALKAN STRU

GM Asset 5, Abdul Chalik punya istilah khas untuk struktur reservoir Kalimantan. Ia menyebutnya sebagai struktur tali sepatu. “Sebagai daerah delta, struktur reservoir di Kalimantan seperti lances-lances,” ujarnya.

TATA

N A

GU

S R

ST

GM Asset 5, Abdul Chalik

Page 19: Balance edisi 2.pdf

19VOLUME 003 TAHUN I

BERHARAP TAK HENTI MENERANGIGas yang dihasilkan Field Bunyu, sebenarnya kalah jauh dibandingkan

lapangan lain. Tapi memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat sekitar. Gas yang tak seberapa itu sepenuhnya disalurkan ke PLN Tarakan. Tanpa gas dari Bunyu, bisa dipastikan masyarakat Tarakan akan gekap gulita. “Gas Bunyu itu kecil. Itu pun bukan gas sendiri tapi ikut dengan minyak,” ujar Abdul Chalik. Karena tak sendiri itulah, ia tak bisa memastikan samapi kapan gas tersebut akan mengalir. Begitupun dengan volumenya.

Dalam kelaziman jual beli gas, sebetulnya security supply menjadi salah satu yang dipersyaratkan pembeli. Tapi tidak di Bunyi. “Saya katakana ke PLN apa adanya sehingga tak bisa dituntut kalau ada ada apa-apa,” ujar Chalik seraya berharap gas akan terus mengalir dari Bunyu sehingga Tarakan bisa terus benderang.

Sejak 1 Juli 2012, gas sebanyak 3-4,5 MMscfd mengalir dari fi eld Bunyu ke PLN Tarakan melalui pipa sepanjang 32 km, Bagi Masyarakat Tarakan, Field Bunyu tak ubahnya sebagai Dewa Penolong. Sebelumnya, mereka mengandalkan pasokan dari Medco yang di awal 2012 produksinya anjlok. PLN Tarakan pun terancam collapse. Kembali ke solar jelas bukan solusi cerdas karena biaya akan membengkak menjadi USD 60.000 per hari, atau ESD 1.800. 000 sementara kalau memakai gas hanya keluar dana dana sepertiganya, sekitar USD 500 ribuan per bulan.

Pendekatan “sarang tawon” diba-wa saat keduanya ditugaskan di Region Kawasan Timur Indonesia. Satoto sebagai GM dan Abdul Chalik sebagai Manajer Senior Ekploitasi. Di sini pun sukses. Lapangan Bunyu yang sempat tertidur kembali bisa berproduksi di atas 10.000 BOPD, se-perti era keemasan pada 1959. Bunyu pun segera menjadi andalan KTI yang kembali berkilau. Produksi terakhir pada 2012 mencapai 13.000-an de-ngan tingkat keberhasilan penge-boran mencapai

Akankah keberhasilan itu kembali dicapai pada 2013? “Meski semester 1 masih 96%, Kami optimistis bisa memenuhi target,” ujar Abdul Chalik, Asset 5 adalah sebutan baru sebagai pengganti region KTI seiring dengan perubahan di tubuh Pertamina EP. WK-nya semua lapangan yang sebe-lumnya masuk region KTI (Bunyu,

Sanggata, dan Papua ditambah la-pangan Tanjung, Sanga-sanga dan Tarakan,

Pada semester I, dari target sebe-sar 22.068 hanya tercapai 21.383 atau sekitar 95,3 %. Adapun pencapaian Produksi semester I per Lapangan, yakni Bunyu (81.2 %), Sangasanga (96.3 %), Tanjung (101.2 %), Sangatta (125.8 %), Tarakan (107.9 % dan Papua (116.2 %), Penurunan produksi di Bunyu jauh di atas estimasi manaje-men yang memperkirakan penurunan-nya atau declines hanya sekitar 40%.

Menurut Abdul Chalik, penu-runan produksi Field Bunyu terjadi pada bulan Mei dan Juni didominasi decline alamiah sumur yang sangat tajam, melebihi 80% per tahun. Bahkan di beberapa sumur di struktur Bunyu Nibung, seperti sumur Bor BN-32 yang memiliki decline 98% karena kadar kenaikan kadar air.

Di sisi lain, pengeboran baru be-lum konklusif seperti di sumur B-161 karena minyak pada sumur tersebut merupakan minyak berat. Untuk memproduksikan sumur tersebut akan dilakukan stimulasi parafinic. Rencana pengeboran juga belum sepe-nuhnya terealisasi karena terkendala pengadaan lahan yang termasuk ka-wasan hutan. Padahal, potensinya jauh lebih bagus dari yang dibor seka-rang. “Karena terkendala pengadaan lahan, kita ngebor duluan yang lahan-nya siap, meski kurang potensial,” kata Chalik. Jika persoalan lahan ini teratasi. Ia optimistis produksi Field Bunyu akan bertambah.

Menurut Chalik untuk mening-katkan produksi Asset5, pengeboran akan terus digalakkan. Pada semester 2, ada 14 sumur yang akan dibor mas-ing 5 sumur di Field Sangasanga, 5 su-mur di Field Bunyu, 3 sumur di Field Tanjung dan 1 sumur di Field Tarakan. Sebelumnya ada semester I telah di-lakukan pen geboran di 21 sumur Bor, yaitu 12 sumur di Field Sangasanga, 5 sumur di Field Bunyu dan 4 sumur di Field Tanjung.

Selain pengeboran baru, workover juga akan ditambah. “Work over ini terbukti efektif,” ujar Abdul Chalik, pencapaian produksi rata-rata work over. SM-1 Asset 5 sebesar 2606 BOPD atau 395% dari target. Work over ini adalah memindahkan peker-jaan dari satu lapisan ke lapisan lain dalam satu sumur

Peningkatan produksi juga akan dilakukan dengan melakukan opti-masi pada sumur-sumur di Field Bunyu dengan mengganti lifting gas lift menjadi ESP. Begitupun juga de-ngan Field Sangasanga dan Sangatta, mengganti SRP menjadi ESP. “Semen-tara di Tanjung kita akan lakukan Hydraulic Fracturing,” ujar Abdul Chalik. Dengan sumua yang dilaku-kan itu, ia optimistis Asset 5 yang di-pimpinnya bisa memenuhi target produksi 2013.

KTUR TALI SEPATU

Page 20: Balance edisi 2.pdf

20 TAHUN I VOLUME 003

I N S P I R A S I

R UMAHKU surgaku,” be gitu kata sebuah pe patah. Dan bagi pe-can du narkotika, psi-kotropika, dan zat adiktif (NAPZA)” ser-

ta ODHA (orang dengan HIV/AIDS) surga itu adalah Rumah Cemara di ja-lan Gegerkalong, Bandung. Di sini Kepercayaan diri yang sudah ter-puruk ke titik nol dipompa dengan sentuhan cinta kasih. Mereka memba-ngun kepingan harga diri yang sudah porak poranda. “Saya kembali menjadi manusia,” ujar salah seorang pende-rita ODHA kepada BALANCE, perte-ngahan Juli lalu.

Ia tak lagi meratapi nasib sebagai orang terbuang. Semangatnya untuk hidup kembali menyala. Ia mulai be-rani bermimpi, Rumah Cemara sejak tiga tahun lalu memfasilitasi para penderita HIV/AIDS dan pecandu NAPZA melanglang jagat, mengikuti turnamen sepakbola Homeless World Cup, yang diakui FIFA sebagai kalen-der resmi untuk komunitas tunawis-ma. Pesertanya, adalah orang-orang tak berumah atau terusir dari rumah, termasuk para pecandu narkoba, pen-derita HIV/AIDS.

Tak sekadar lewat, di ajang itu tim Rumah Cemara menorehkan pretasi cemerlang. Pada 2011, yang dilang-

sungkan di Paris, tim Indonesia men-duduki tempat keenam dengan men-galahkan negara-negara bola, seperti Italia, Denmark, Belanda, dan Nigeria. Di ajang itu, pemain Indo nesia, Ginanjar Kusmayadi, seorang pender-ita HIV/AIDS terpilih sebagai pemain terbaik. Pada keikutsertaaan yang kedua di Mexico, tim Rumah Cemara menduduki tempat keempat.

Tahun ini, Homeless World Cup 2013 akan digelar di Pozan Polandia, dimulai pada 11 Agustus. Timnas Rumah Cemara pun berlatih keras un-tuk ajang tersebut. Tak sekadar meng-genjot ketrampilan mengolah kulit bundar, para pemain yang terpilih di-bekali penguatan mental dan sikap hi-dup, serta pelajaran tambahan: baha-sa Inggris. Tujuannya, tentu saja agar mereka tak hanya bengong. Tapi bisa interaksi dengan tim lain, sekaligus bertukar pengalaman sebagai manu-sia yang disamakan nasib, tidur berat-

“SURGA” DIGEGERKALONG

RUMAH CEMARA

Awalnya hanya sekadar tempat curhat pecandu NAPZA dan penderita HIV/AIDS, Mengembalikan kepercayaan diri untuk bisa berarti.

FOTO

-FO

TO: T

ATA

N A

GU

S R

ST

Page 21: Balance edisi 2.pdf

21VOLUME 003 TAHUN I

Halaman 21 Inspirasi (Comdev)HaHaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaallllalalaaaalaallalallll mmmmmmmmamamammammmmmmmmmmmm n n n nnnnnn 2121212111211 IIIIIIInnsnsnssnssnnsnnsppipipipippipipipippirraararaararaaaaasissisisisiiisiss ((((((((((CoCoCoCoCoCoCoCoooooCoooooooooCooommdmmdmdmdmddmdmmdmdmdmdmdmdmdmdmdmdmmmmmddmmmmmdmddmddmdmddmmdddmmmmmdmdmmmdmdmdmdmmm eveveeveeeeeeeeeeveveveveveveevevveeeeeeeeveeeeevveeeevv))))))))

ap langit.Para anggota timnas, yang berasal

dari berbagai daerah di Indonesia mengikuti pemusatan latihan dengan jadwal ketat. Saat BALANCE bertan-dang ke markas Rumah Cemara, me re ka mengawali hari dengan kursus bahasa Inggris, Peng ajarnya Kheista Leonie yang juga Manajer Tim Na sio nal S treet Soccer In do nesia untuk Home less World Cup 2013, Wa nita yang akrab dipanggil Kisi tersebut membagikan materi kursus dalam bentuk lirik lagu.

Di bawah lengkung pohon yang rindang, sambil diiringi musik mereka mendiskusikan soal yang diberikan. Tawa dan canda menggenapkan sua-

sana siang itu. Mereka belajar ala ser-san, “serius tapi santai”, Pikiran mere-ka sudah menyebrang ke Pozan Polandia,

Selesai kursus, pemain timnas ber-latih tanding street soccer. Diantar ang-kutan umum, mere-ka menuju arena yang berlokasi di-belakang gedung bisnis yang disesaki kios fotocopy yang sebelumnya terser-ak di berbagai sudut kampus negeri di Bandung tersebut. Tempat street soccer

itu unik berada di kolong jembatan Sukajadi. Ukuran nya lumayan luas, se-suai dengan standar internasional la-pangan street soccer.

Lapangan itu menjadi saksi, un-tuk kesekian kali olahraga, khususnya

sepakbola bisa mendinginkan amarah warga yang kerap terjebak tawuran massal. Tempat itu memisahkan dua wilayah warga.. Perkelahian yang ker-ap makan korban itu umumnya dis-ebabkan hal sepele. Tawuran itu kini hanya menjadi sejarah. Setelah Rumah Cemara mendirikan Lapangan street soccer tersebut, warga yang tadinya bertikai menjadi akur karena sering bermain bola bersama, RC mengama-natkan untuk saling menjaga lapang-an tersebut, alhasil tawuran pun tak pernah terjadi lagi.

Semangat kebersamaan pula yang menjadi ruh tim Rumah Cemara. Ini ditunjukan melalui sumbangan se ada-nya dari masing-masing pemain, serta peraturan untuk pemain yang berka-ta-kata kasar juga dikenakan denda se besar lima belas ribu rupiah (Rp 15.000,00) per perandingan. Uang nya digunakan untuk membeli minum se-bagai pelepas dahaga selepas puasa

Di bawah lengkung pohon

yang rindang, sambil diiringi musik mereka

mendiskusikan soal yang

diberikan.

Dimanusiakan: membangun kepingan-kepingan harga diri seorang manusia dengan cinta kasih.

Page 22: Balance edisi 2.pdf

22 TAHUN I VOLUME 003

I N S P I R A S I

atau disumbangkan kepada warga yang membutuhkan di daerah tersebut.

Terik matahari membakar sema-ngat untuk saling mencetak gol. Satu per satu dari kedua tim unjuk gigi un-tuk mengolah si kulit bundar, meng-gocek kesana kemari, dan tak ada kata out karena seluruh lapangan dilapisi papan setinggi setengah meter, bola dikatakan out apabila keluar melam-bung melewati papan. Dalam per-tandingan ini tiada kata menang atau kalah. Yang ada hanyalah kebersa-maan untuk membentuk tim yang kompak dan kuat agar bisa kembali berprestasi di ajang HWC 2013.

***Rumah Cemara didirikan 2003

lalu. Pendirinya adalah para pencandu NAPZA dan penderita HIV/AIDS, yang merasakan kesepian karena tak diacuhkan sekeliling. Solidaritas antar sesama menjadi energi untuk terus maju. Kini organisasi ini berkembang

menjadi lembaga nirlaba pendam-pingan penderita HIV/AIDS dan pe-candu NAPZA yang disegani. Kedua penyakit ini me-mang kerap beriri-san. Pen derita HIV/AIDS umumnya ada lah para pencan-du obat yang kerap bertukar alat suntik

Di salah satu ruangan kantor, ter-pampang perjalan-an Rumah Cemara sejak 2003 hingga kini. Foto dan Pia-gam tersusun rapi, tak ketinggalan juga beberapa kutipan semangat atau jar-gon dari tokoh-to-koh dunia yang mewakili keadaan Rumah Cemara dari tahun ke tahun.

Di sini, mereka saling menyema-ngati sama lain. Tadinya sekadar untuk

membunuh kebosanan, akhirnya me-numbuhkan harapan. Dengan hidup yang positif, orang yang divonis mengi-

dap HIV/AIDS bisa berumur panjang. Salah satunya adalah pebasket legendaris NBA Magic Johnson. Ginandjar Kusma-yadi, salah se orang pendiri Ru mah Ce-mara merasakan ke-ke balan tubuhnya me rembet naik sete-lah beraktivitas di sa-na. Saat divonis peng-idap HIV/AIDS, pada 1998, kekebalan tu-buhnya, biasanya di-tandai lecocyt dalam darah, berada pada

kisaran 138, jauh dari manusia normal yang kekebalannya minimal berada pada kisaran 450. Kini, kekebalannya sudah hampir menyentuh angka 438.

Tak ada jeruji atau borgol,

yang disiapkan kalau sewaktu-waktu mereka ngamuk. Tak

juga hardikan. Para penderita

diajarkan kembali rasa

tepa selira.

FOTO

-FO

TO: T

ATA

N A

GU

S R

ST

“Timnas Indonesia”, tim HWC 2013 yang akan berlaga di Polandia.

Page 23: Balance edisi 2.pdf

23VOLUME 003 TAHUN I

Sebelum menderita HIV/AIDS, pria yang akrab dipanggil Ginan terse-but adalah pencandu berat narkotik. Ia hampir tewas overdosis saat kuliah di salah satu PTN terkenal di Bandung. Dengan kesungguhan hati, ia menja-lani rehabilitasi. Apa boleh buat, kes-eringannya gonta-ganti alat suntik sesama pemakai meninggalkan pe-nyakit lain. Tubhnya dideteksi sudah kemasukan virus HIV/AIDS. Periode kegelapan dimulai. Satu per satu, te-man meninggalkan. “Kesepian adalah rumah saya,” ujar pria kelahiran 13 Juli 1980tersebut. Untunglah, ia tak terus terjerembab. Bersama beberapa penderita lain, ia kemudian mendiri-kan Rumah Cemara.

Menurut Ginan, HIV tidak akan berkembang dengan cepat di dalam tubuh jika mental penderita bagus. Sebaliknya jika seorang penderita da-lam kondisi stres. Virus itu akan lebih cepat menyebar sampai tulang sung-sum. Kata Ginan, semakin mereka se-

nang, semakin lama pula mereka ber-tahan. “Pengobatanya harus berim-bang. Selain medis, pengobatan non medis juga harus dilakukan,” Ginan menambahkan.

Untuk menciptakan kesenangan inilah, Rumah Cemara mendesain ber-bagai program. Salah satunya, aktivitas sepakbola yang akhirnya mengantar-kan Ginan sebagai the best player pada perhelatan Homeless World Cup 2011.

Rumah Cemara juga membuka Treatment Centre (TC) sebagai layan an konseling dan pengobatan bagi pende-rita HIV/AIDS dan pecandu Napza, TC menempati rumah khusus di Jalan Taman Kembang No 11 Ciwaruga, sekitar satu kilometer dari kantor Rumah Ce ma ra. Para penderita diajak membangun membangun kembali ni-lai-nilai pribadi dan sosial yang telah hilang, dikarenakan kebiasaan penggu-naan zat terlarang termasuk nilai-nilai pribadi dan sosial.

Dengan bantuan konselor keter-

gantungan obat, Rumah Cemara mem-berikan dukungan sosial yang sistema-tis sebelum mereka kembali ke masya-rakat. Tempat ini mendidik para peng-guna napza untuk belajar bertanggung-jawab. Mereka diberi arahan dengan penuh perhatian dan cinta. Tak ada je-ruji atau borgol, yang disiapkan kalau sewaktu-waktu mereka ngamuk. Tak juga hardikan. Para penderita diajar-kan kembali rasa tepa selira.

Mereka juga diberikan pemaham-an tentang perjuangan untuk menda-patkan sesuatu. Jika proses sudah di-lakukan, rewards akan datang sendiri, seperti yang diterima Rumah Cemara. Berbagai donatur dan perusahaaan termasuk Pertamina EP tanpa sung-kan mengulurkan bantuan setiap ko-munitas ini punya program, termasuk keikutsertaan pada ajang Homeless World Cup 2013. Rumah Cemara pun tetap tegak berdiri, sebagai “rumah surga” bagi penderita kecanduan obat dan ODHA.

Timnas Indonesia HWC 2013 bersama manajer dan pelatih

Page 24: Balance edisi 2.pdf

24 TAHUN I VOLUME 003

A P A & S I A P A

TAK KENAL

TAK SAYANG

GM Asset Pertamina EP, Pribadi Mahagunabangsa termasuk penganut fa-natik fi losofi “Tak Kenal, Maka Tak Sayang.” Karena itu dia berpikir keras

mencari cara paling efektif untuk me-ngenal semua anak buahnya di Asset .

Sejak Maret lalu seiring dengan reorganisasi di tubuh Pertamina EP, organisasi diefi sienkan. Dari sepuluh GM, diciutkan hanya menjadi lima GM. Istilah Region diganti menjadi Asset. Alur dan fungsi organisasi pun berubah. Khusus untuk Asset 2, Pribadi membawahkan Wilayah Kerja di Kabupaten Tuban, Cepu, dan Bojonegoro. Pergantian ini diikuti perubahan SDM. Banyak wajah baru masuk. “Banyak yang tidak saya kenal,” ujar pria kelahiran Pacitan 53 tahun lalu tersebut.

Tak hanya Pribadi, antara sesama

karyawan pun ternyata tak saling kenal. Pernah saat makan siang di pantry, kalau menanyakan orang yang baru masuk, karyawan yang ditanya hanya menggeleng. “Gawat, kalau mereka tidak saling mengenal, bagaimana organisasi mau bekerja?” ujarnya. Untuk itulah, ia berinisiatif mengadakan outbond untuk seluruh karyawan.

“Alhamdulillah, sekarang sudah banyak yang kenal,” ujar alumnus Terknik Mesin Universitas Trisakti tersebut. Tak sekadar kenal, Pribadi pun membuka ruang kerjanya lebar-lebar setiap anak buahnya. “Selama tak sibuk saya layani tanpa harus bikin janji dulu,” ujarnya. Ia juga pasti menyempatkan diri mengajak bercakap karyawan dari daerah operasi yang datang ke Jakarta, siapa pun tanpa dibatasi strata, mulai dari karyawan biasa sampai manajer. Tema obrolan tak dibatasi pada persoalan pekerjaaan, tapi juga hal lain, termasuk urusan pribadi.

TATA

N A

GU

S R

ST

Page 25: Balance edisi 2.pdf

25VOLUME 003 TAHUN I

GM Asset Pertamina EP, Abdul Chalik lagi keran-jingan rafting. Dia mera-sakan sensasi luar biasa saat air sungai menciprati tubuhnya atau saat tangan-

nya mendayung melewati celah batu. “Fun luar biasa,” ujar pria kelahiran Surabaya tahun lalu tersebut. Tak sekadar di Citarik, Sukabumi, tempat olahraga uji nyali ini pertama dipopulerkan di Indonesia, ia juga memburu liukan-li-ukan sungai di luar Jawa, seperti Bali.

Hobi ini tak dinikmatinya sendiri. Ia juga menularkannya kepada anak buahnya baik yang di Jakarta maupun di wilayah kerja yang dibawahkan Asset 5, yang meliputi Tanjung, Sangatta, Sanga-sanga, Tarakan, Bunyu, dan Papua.

Setiap ada kesempatan, mereka diajak berkecipak di derasnya air sungai. Beberapa yang tak biasa, menolaknya dengan alasan tak bisa berenang. Toh Chalik terus meyakinkan. “Saya selalu katakan, kita tak bisa terbang toh tetap bisa naik pesawat terbang,” ujarnya ngakak. Biasanya manjur. Yang tadinya takut, akhirnya mencoba. Beberapa malah jadi ketagihan seperti dirinya.

Setelah rafting, geolog lulusan Universitas Gadjah Mada itu merasa tubuhnya kembali fresh. Bapak satu orang anak ini menyukainya karena menganggap dinamis, seperti bersepeda dan jalan kaki yang rutin dijalaninya. “Saya ini bosanan. Kalau yang diam seperti treadmill, gak suka,” ujar pria yang semasa kuliah senang naik gunung tersebut.

FUN DENGAN RAFTING

TATA

N A

GU

S R

ST

Page 26: Balance edisi 2.pdf

26 TAHUN I VOLUME 003

W A W A N C A R A

SATOTO AGUSTONODIREKTUR OPERASI

BEKERJA DENGAN HATI

Jejaknya tertulis dengan tinta emas karena berhasil melipatkan

produksi di Prabumulih, Sanga-sanga, dan Bunyu. Tantangan

baru menganga: produksi Pertamina EP terperosok ke angka terendah dalam lima

tahun terakhir.

TATA

N A

GU

S R

ST

Page 27: Balance edisi 2.pdf

27VOLUME 003 TAHUN I

D IA bukan geolog yang bermimpi bisa membongkar perut bumi untuk me-nemukan cadangan-cadangan rak-sasa. Perminyakan juga merupakan dunia asing yang tak menarik mi-natnya saat kuliah. Dia lebih senang

menguliti mesin sesuai dengan kuliahnya di Jurusan Mesin Universitas Trisakti. Mengirimkan lamaran pe-kerjaan ke Pertamina, lebih karena baktinya kepada orang tua. Di hari ke sepuluh saat berbaring di rumah sakit pada , ayahnya berkata lemah, “Mengapa Toto tak juga mengirimkan lamaran ke Pertamina?”

Pertanyaan itu sebetulnya kerap dilontarkan ayahn-ya. Tapi, dia menanggapinya dengan tak acuh. Minatnya tak terusik. Apalagi saat itu, dia su-dah mapan, bekerja di perusahaan otomotif internasional dengan gaji yang lebih dari cukup untuk ukuran bujangan pada saat itu serta menda-patkan kendaraan dinas.

Tapi, saat pertanyaan itu diulangi ayahnya saat sakit, nuraninya mengetuk-ngetuk nalarnya. “Alangkah berdosanya saya, jika terjadi apa-apa dengan ayah saya, keinginan itu tak saya laksanakan, “ujar lelaki berperawakan kecil tersebut mengenang kejadian puluhan lalu tersebut. Ia pun bergegas membawa kertas ke rumah sakit, menuliskan lamaran sesuai dengan petunjuk ayahnya, kemudian dikirim ke kantor Pertamina EP, saat itu beralamat di Jalan Kramat 59, Jakarta Pusat

“Saya nothing to lose saja, yang penting sudah memenuhi keinginan ayah” ujarnya. Dari empat ribu yang mengkuti tes, 150 diterima termasuk dirinya. Dia pun meninggalkan kemapanan hidup di ibukota. Meninggalkan gaji jutaan rupiah, menuju Tanjung, penugasan pertamanya dengan gaji Rp 600 ribu. Di kota yang kala itu masih termasuk remote area itu, dia mencoba mencintai pekerjaan dan perusahaan, Dia mensinergikan badan, pikiran hati dan jiwa. Setiap kebosanan menyergap, Satoto mencairkannya dengan mengenangkan senyum bahagia ayahnya saat tahu dirinya akhirnya memilih bekerja di Pertamina.

Dari bawah, dia merintis karir, melewati segala onak duri. Lelaki berusia 50 tahun tersebut, kini menjadi

salah satu Dewan Direksi Pertamina EP – Dia adalah Satoto Agustono, Direktur Opreasi Pertamina EP. Pak Toto, demikkian Dia biasa disapa anak buahnya, meninggalkan jejak emas pada setiap fi eld yang ditinggalkannya.

Pada 2003-2006, saat menjadi Field Manajer Prabumulih, dia berhasil meningkatkan produksi dari 6.000 BOPD menjadi 12.000 BOPD. Saat menjadi GM UBEP Sanga-sanga pun begitu. Saat dikembalikan Medco, produksi hanya 4.300 BOPD. Sentuhan tanagannya mmelipatkan produksi menjadi 8.600 BOPD. Dia juga sukses mengembalikan keceriaan Bunyu saat menjadi GM Region KTI (Kawasan Timur Indonesia) berhasil mengembalikan produksi seperti di

era keemasan pada 1950-an. Produksinya sempat menyentuh 13.000-an BOPD.

Dengan jejak emas seperti itu, wajar belaka jika sebutan “GM bertangan dingin” tersampir di pundaknya, “Semua orang bisa melakukannya selama bekerja dengan hati,” ujar pria kelahiran Tarakan 30 Agustus 1963 itu merendah saat diminta komentar tentang sebutan tersebut. Ia menegaskan, pekerjaan di perminyakan membutuhkan team work. Ia mengenang saat-saat kekompakan yang terbangun di fi eld, “semua orang ikut menari tanpa saya paksa,’ Satoto menambahkan.

Maksudnya, sekecil apapun, setiap karyawan berusaha memberikan kontribusi sesuai dengan kemampuan dan tugasnya.

Banyak yang bilang Anda bertangan dingin ?Saya greget kalau dibilang begitu. Tetapi itu sesuatu

yang baik patut bersyukur. Kenapa sih tangan dingin ? sebenarnya tidak juga, dunia cuma ada tiga, material, proses, dan hasil. Hasil tergantung materi dan prosesnya. Dunia perminyakan materinya reservoir, yang tak bisa kita kutak-katik, itu pemberian Allah. Yang bisa kita otak-atik prosesnya karena yang melakukan itu people. Pemberian Allah kepada manusia itu tak sekadar otak, tapi juga hati. Semuanya harus didayagunakan

Otaklah yang mencari beragam teknologi terbaru dunia minyak, mulai dari pengeboran sampai pengolahan. Hati menggenapkannya sehingga tetap berpikiran jernih dan fokus.

Otaklah yang mencari beragam teknologi terbaru dunia minyak, mulai dari pengeboran sampai pengolahan. Hati menggenapkannya sehingga tetap berpikiran jernih dan fokus.

Page 28: Balance edisi 2.pdf

28 TAHUN I VOLUME 003

Apa yang dilakukan sehingga sukses melipatgandakan produksi saat menjadi GM di Prabumulih, Sanga-sanga dan Bunyu?

Bekerja dengan hati dan melakukan pekerjaan di luar kebiasaan. Kalau Anda melakukan hal yang rutin, hasilnya pun akan biasa-biasa saja. Kalau ingin berbeda, kita juga harus melakukan hal yang berbeda. Kalau sama saja, serahkan saja pada mesin. Saat dari rumah ke kantor, kita selalu menggunakan jalan A,B,C, ceritanya akan selalu sama. Kehati-hatian akan hilang karena semua lekuk jalan sudah kita fahami, begitu juga dalam bekerja. Kita akhirnya terjebak pada suasana comfort zone. Ini berbahaya bagi semua, termasuk company. Beda kalau kita mencoba jalan lain, Pikiran kita akan terangsang, untuk lebih berhati-hati sehingga selamat sampai tujuan..

Sekarang kinerja semester satu kurang begitu menggembirakan. Sebenarnya apa yang terjadi?

Semester 1 memang kurang menggembirakan karena hanya tercapai 91 persen dari target, sekitar 123.000 BOPD. Saya kira dalam lima tahun ke belakang ini yg paling rendah Banyak penyebabnya. Secara alamiah produksi sumur-sumur itu akan mengalami decline. Untuk mengatasinya kita melakukan berbagai upaya, mulai dari optimasi sumur, lifting, work over dan peengeboran baru. Semua yang melakukan itu people dan kita melakukan moving besar-besartan pada Maret. Apapun namanya perubahan yang cukup besar dengan memindahkan hampir 500 orang dalam waktu bersamaan akan bergampak cujkup luas tidak Flow pekerjaaan akan berubah. Ini kondisi cukup menantang

Mungkin karena targetnya terlalu tinggi ?(Tiap tahun target produksi Pertaminma EP selalu

dinaikkan dengan angka yang lebih tinggi dari yang dibebankan SKK Migas. Tahun 2013, misalnya korporat menargetkan 137.181 BOPD, sedangkan SKK Migas hanya 132. 000 BOPD)

Target itu bisa dibilang terlalu tinggi tapi itulah yang sudah kita komitmenkan ke managemen, Dari angka itulah, kita bergerak ma-manage reservoir. Belum ada penemuan cadangan baru yang signifi kan. Harus diakui, usaha yang dilakukan belum ada yang luar biasa, Padahal kalau ingin menghasilkan sesuatu harus cari yang bebrda. Maret sampai sekarang belum terlihat.

***Satoto adalah seorang rendah

hati, Kepada BALANCE, Dia berulang kali minta maaf karena terpaksa harus menjadwal ulang wawancara karena kesibukan mendadak “Cita-cita saya hanya ingin bermanfaat bagi orang lain dan lingkungan.” ujarnya. Baginya, jabatan lebih sebagai akibat dari proses yang dilaluinya, bukan target. “Saya tidak pernah bercita–cita menjadi manajer ataupun direktur.”

Kini, tangan dinginnya diuji produksi Pertamina EP yang tidak terlalu bagus. Dalam lima tahun terakhir, angka semester ini merupakan yang terburuk. “Saya akan turun gunung,” ujar Satoto. Persoalan teknis yang sebetulnya menjadi tanggungjawab fi eld manager, GM porsinya akan lebih diperhatikan “Kalau sekarang hanya 20%, nanti porsinya saya tingkatkan menjadi 50%,” Satoto menambahkan.

Apa rekomendasi Anda untuk menaikan produksi ?

Pertama-tama mindset bekerja kita harus diperbaiki. Harus profesional. Jangan selalu menunggu perintah, Mentalitas harus diperbaiki. Dalam bekerja itu, orang

itu harus mensinergikan badan, pikiran, hati, dan jiwa. Hasilnya, pasti akan dahsyat. Mengubah mindset ini tidak gampang. Perlu satu tahun atau paling cepat enam bulan. Dalam proses ini, harus sabar, tidak boleh bosan. Saya bisa begini karena Pertamina yang mendidik, Tanpa Pertamina tak akan begini. Betapa sabarnya Pertamina mendidik saya. Kenapa saya juga tidak bisa sabar dengan Pertamina

Anda yakin Pertamina EP bisa berproduksi sesuai terget ?

W A W A N C A R A

Saya sekarang tekankan kepada para manajer nggak mau tahu alasan sebuah sumur tidak bisa dioptimalkan. Yang saya butuhkan solusi, bukan alasan. Alasan ini kerap hanya dijadikan pembenaran saja. Ujung-ujungnya, lebih pintar mencari alasan dari pada solusi. Saat ditanya solusi, jawabannya masih dievaluasi. Kan tidak make sense kerja seperti itu.

Page 29: Balance edisi 2.pdf

29VOLUME 003 TAHUN I

Sangat yakin karena masih banyak lapangan potensinya tinggi, misalnya Lirik, Limau, Ramba, Rantau, Lirik, yang selama ini gak dilirik, masih bisa ditingkatkan. Produksinya sekarang hanya 2000 barel, gros-nya 120 ribu atau kadar airnya sekitar 98,5%. Ini masih jauh dari potensi optimum. Dari reservoir yang ada, titik optimalnya gross sekitar 1 juta barel. Kalau berhasil diangkat separuhnya dengan kadar minyak satu persen atau 0,5 persen lebih rendah dari sekarang, produksi bisa mencapai 5000 BOPD.

Artinya target sebetulnya bisa dicapat tanpa pengeboran ?

Sangat bisa. Di Klamono dulu, saya meningkatkan produksi dari 500 menjadi 1000, tanpa pengeboran sama sekali, hanya reaktivasi sumur. Jadi dari lapangan yang ada jika dioptimalkan target bisa dicapai tanpa perlu ngebor, Cukup dengan reaktivasi sumur-sumur lama, pasang pompa dan injeksi. Sekarang ini banyak lapangan yang hanya bekerja 10% dari kemampuan reservoirnya. Ibarat orang berbadan tegap kalau disuruh mengangkat yang kecil, kan lama badanya malah jadi kecil.

Kenapa lapangan-lapangan itu tidak dioptimalkan?

Banyak yang tidak mau tahu kemampuan maksimal reservoir tiap sumur, Tidak mau memeriksa dengan detail historical sebuah sumur, Kalau sumur berproduksi 200 barrel, misalnya berpikir itun sudah optimum. Padahal bekerjanya sumur tersebut baru 20 persen.

Kadang-kadang saya ngenes. dulu saat jadi fi eld manajer bisa langsung eksekusi, sekarang tidak lagi, hanya mengarahkan.

Menghadapi kondisi seperti ini apa yang akan Anda dilakukan?

Saya harus mengubah strategi. Harus turun gunung. Tadinya, lebih banyak melakukan hal-hal yang sifatnya policy berkaitan dengan posisi sebagai direksi, bicara teknis hanya sekitar 20-30% persen. Ke depan soal teknis, mungkin harus ditingkatkan menjadi 50%.

Saya sekarang tekankan kepada para manajer nggak mau tahu alasan sebuah sumur tidak bisa dioptimalkan. Yang saya butuhkan solusi, bukan alasan. Alasan ini kerap hanya dijadikan pembenaran saja. Ujung-ujungnya, lebih pintar mencari alasan dari pada solusi. Saat ditanya solusi, jawabannya masih dievaluasi. Kan tidak make sense kerja seperti itu.

Kenapa itu bisa terjadi, karena sudah masuk comfort zone. Mau dipindah aja bingung, nanti mau melakukan apa di tempat baru. Saya ingin mengubah mentalitas seperti itu.

FOTO

-FO

TO: T

ATA

N A

GU

S R

ST

Page 30: Balance edisi 2.pdf

30 TAHUN I VOLUME 003

BAGI Hafiz, penyair Persia paling populer, Samarkand dan Bukhara adalah hadiah Tuhan yang paling Indah. Di sajak yang ditulisnya

pada abad ke-, Hafi z berujar, “kalau saja Shirazi Turk yang cantik mere-but hatiku, akan kuberikan Samarkand and Bukhara sebagai ganti tahi lalat Indianya.” Jika sempat berkunjung ke dua kota Uzbekistan itu, Anda akan tahu Hafi z sungguh tak berdusta.

Hingga kini, Bukhara dan Samar-kand tetap merupakan tempat paling indah dan eksotik di muka bumi ini. Sebagaimana ditemukan para petua-lang mutakhir, puluhan tahun berada di bawah cengkeraman kekuasaan ko-munis Uni Soviet, tak sanggup melun-turkan warna Bukhara dan Samarkand sebagai pusat spiritualisme.

Atmosfer Bukhara dan Samarkand masih mengumandangkan aura yang menenangkan jiwa. Bagi mereka yang melakukan traveling bagi kesenangan jasmani semata, dua kota ini boleh jadi tak terlampau menarik. Namun bagi mereka yang melakukan perjalanan untuk memperoleh ketenangan jiwa, peace of mind, Bukhara dan Sa mar kand adalah pilihan tepat.

Bukhara, yang berada tepat di Jalan Sutera, jalur perdagangan uta-ma masa lalu, adalah kota yang telah berusia lebih dari 2.000 tahun. Kota ini merupakan contoh hidup kota abad pertengahan Asia Tengah. Bangunan-ba ngun an urbannya masih bertahan utuh. Hingga kini Bukhara masih pe nuh monumen abad perte-ngahan yang indah.

Ada yang menyebut, nama Bukhara

MENEMUKAN PUISIDI BUKHARA DAN SAMARKAND

W I S A T A

diturunkan dari kata bahasa sanseker-ta Vihara. Dalam catatan etnografi ber-bahasa Inggris abad ke-19, kota ini di-sebut Bokhara, sementara dalam ca-tatan Dinasti Tang di Cina, disebut se-bagai Buhe/Puhe. Meski sempat men-

jadi pusat perkembangan kebudayaan Persia Islam, bukan berarti Bukhara tak berarti bagi umat lain.

Bukhara juga merupakan “rumah” bagi banyak kaum Yahudi. Istilah bukhara jews, alias Yahudi Bukhara, per-

TH

ER

ED

LIS

T.F

R

Page 31: Balance edisi 2.pdf

31VOLUME 003 TAHUN I

nah menjadi istilah yang diterima umum untuk menyebut semua umat Yahudi yang tersebar di Asia Tengah. Agama nasrani pun tercatat jelas per-nah berumah di kota yang kini berpen-duduk tak lebih dari 300 ribu jiwa itu.

Bukhara merupakan satu dari pu-sat utama peradaban Persia Iran. Hingga kini, selain inskripsi ayat-ayat Al-Quran yang berbahasa Arab, selu-ruh kaligrafi indah yang menghiasi sudut Bukhara berbahasa Persia. Un tuk

waktu yang lama, wilayah Bukhara me-mang berada di bawah kekuasaan kekaisaran Persia.

Situs arsitektur dan arkeologisnya merupakan pilar sejarah seni Persia. Penduduk awal Bukhara sebenarnya adalah kaum Arya. Tapi kaum Soghdian Iran kemudian menguasai wilayah itu, dan menjadikan bahasa Persia lazim digunakan. Emir Bukhara terakhir Muhammad Alim Khan (1880-1944) juga masih berbahasa Persia.

Bukhara dan rangkaian bangunan bersejarahnya kini telah resmi masuk daftar situs warisan dunia versi UNESCO. Mausoleum, masjid dan ma-drasah di Bukhara, semuanya memang unik. Arsitektur dan ragam hias yang distilisasi dari tradisi Islam yang ketat, melahirkan bangunan yang mampu mengingatkan penatapnya pada ke-kuasaan Tuhan yang tak berbatas.

Peninggalan paling ternama di kota ini adalah makam, atau Mauso-leum Ismail Samani, dan beberapa pe-ninggalan bangunan madrasah raksa-sa. Mausoleum Ismail Samani yang di-bangun pada abad ke-9 (antara 892 dan 943) ini kerap disebut-sebut seba-gai puncak mahakarya arsitektur Islam di abad pertengahan.

Mausoleum ini merupakan tempat peristirahatan terakhir Ismail Samani, pendiri Dinasti Samani, dinasti Persia terakhir yang menguasai Asia Tengah. Meski tak raksasa, bangunan ini meru-pakan sebuah masterpiece arsitektural. Sepintas, mausoleum ini sangat seder-hana, sekadar gabungan kubah sete-ngah bulat diatas sebuah kubus persegi.

Toh, mausoleum Samani menun-jukkan keindahan yang jenius dari kes-ederhanaan sebuah desain. Kejenius an

Traveling kini tak lagi bertujuan untuk fun. Mereka yang tercerahkan melakukan perjalanan untuk menemukan kedamaian, menemukan peace of mind. Petualangan di Bukhara dan Samarkand adalah perjalanan menemukan diri, membaca keindahan puisi dan menangkap semangat kaum sufi.

MA

PP

ER

Y.C

OM

Page 32: Balance edisi 2.pdf

32 TAHUN I VOLUME 003

muncul dari komposisi seimbang un-sur diagonal dan persegi sederha anta-ra fasad dan interiornya. Seluruh fasad terlihat identik di keempat sisinya.

Yang menarik dicatat, mausoleum ini dibangun kala hukum Islam yang berlaku di negeri itu, mengharamkan bangunan di makam kaum muslimin. Selain Mausoleum Ismail Samani, situs lain yang masuk kategori “wajib kun-jung” jika Anda berada di Bukhara ada-lah kompleks Lyab-I Hauz yang indah menenangkan.

Lyab-I Hauz (1568-1622) adalah kawasan di seputar hauz (atau situ alias danau kecil) yang tersisa di pusat kota Bukhara. Di awal kekuasaan Komunis Soviet, ada banyak hauz yang menjadi sumber air bagi Bukhara. Tapi penguasa Soviet menilai hauz sebagai sumber berjangkitnya penyakit dan menutup banyak hauz pada 1920-an dan 1930-an.

Lyab-I Hauz selamat dari penguru-gan karena kawasan ini merupakan ba-gian dari ansamble karya arsitektur yang indah. Sejak abad ke-16, kom-pleks Lyab-I Hauz boleh dikata tak ba-nyak mengalami perubahan. Di kom-pleks ini ada Kukeldash (1568-1569), madrasah terbesar Bukhara; Khanaka Nadir Divan-Begi, asrama kaum sufi (1620) dan madrasah sufi ( (1622).

Situs ajaib lain di Bukhara adalah Po-i-Kalyan (atau Poi Kalyan, “Kaki dari sang Akbar”) adalah komplek bangun-an di kaki minaret Kalyan. Kompleks ini terdiri dari Minaret Kalyan: menara bundar raksasa berdesain indah yang mengecil di bagian atas. Diameter ba-gian bawah menara ini sekitar 9 meter, 6 meter di bagian atas. Sementara ting-gi menara ini sekitar 45,6 meter.

Di kompleks yang sama juga ada masjid Kalyan, dibangun pada 1514. Ukurannya sama besar dengan masjid Bibi-Khanym di Samarkand. Mesjid ini merupakan salah satu bangunan terbe-sar di Asia Tengah.

Sejak dulu Bukhara adalah magnet budaya. Ia menjadi inspirasi semua

penyair terkemuka kesusastraan Persia. “Oh, Bukhara! Segala keriaan milikmu, jayalah!” begitu tulis Rudaki, penyair yang dijuluki bapak puisi Persia. Sementara Dehkhoda menaf-sir Bu khara “kolam pengetahuan” ka-rena di masanya Bukhara adalah pusat kemajuan sains dan kehidupan akademik.

Raksasa puisi Jalaluddin Rumi juga memuja kota ini. “Bukhara adalah tambang ilmu. Dari Bukhara berasal dia yang menggenggam pengetahu-an,” tulis Rumi satu kali. Para pe-nguasa Ilmu seperti Ibnu Sina, Al-Khawarizmi dan lainnya memang per-nah melalui kehidupannya di Bukhara. Kota ini memang tak pernah sepi dari kebijaksanaan.

Di salah satu sudut lapangan uta-ma Bukhara terdapat patung filosof populis Khwaja Nasruddin. Padanan Abu Nawas ini di Indonesia lebih dike-nal sebagai Nasruddin Khoja, yang hu-mor dan anekdot fi losofi snya merupa-kan hikmah bernilai tinggi. Patung di Bukhara Central Square ini menggam-barkan Nasruddin diatas keledai kesayangannya.

Bukhara juga merupakan tempat kelahiran Muhammad Ibn Ismail Ibn Ibrahim Ibn al-Mughirah Ibn Bardi ziyeh al-Bukhari, alias Imam Bukhari, penulis Sahih Bukhari, kitab hadis paling otori-tatif di dunia Islam. Ia meninggal dunia pada 256 hijriah di Khartank, Samarkand. Hingga kini, makamnya masih setia dikunjungi ribuan orang.

Makam imam kelahiran Bukhara yang terletak di Samarkand ini seolah mengikat dua kota tua ini dan meng-haruskan kita untuk juga mengun-jungi Samarkand, salah satu kota ter-tua di dunia.

Usianya sudah lebih dari 2700 ta-hun. UNESCO, yang juga menempat-kan Samarkand dalam daftar Warisan Dunia (World Heritage List) menyebut kota ini Kantung Persilangan Budaya – Crossroads of cultures. Pasalnya, di masa lalu Samarkand adalah salah satu titik

W I S A T A

utama Jalur Sutera.Saking tuanya, Samarkand telah

mengalami pergantian begitu banyak penguasa. Raja Shah Zaman dalam dongeng seribu satu malam, juga diki-sahkan sebagai penguasa Samarkand. Kala berdiri pada 700 sebelum masehi, kota ini berada di bawah kekuasaan Achaemenid Persia. Samarkand kemu-dian ditaklukkan Alexander Agung pada 329 sebelum masehi.

Dari abad ke 6 sampai abad ke-13, Samarkand mencapai masa kejayaan, bahkan tumbuh jauh lebih besar dari Samarkand saat ini. Kala itu Samarkand

WW

W.U

ZB

EK

ISTA

N.O

RG

RU

SS

IA-C

IS.T

RIP

OD

.CO

M

Page 33: Balance edisi 2.pdf

33VOLUME 003 TAHUN I

bergantian dikuasai bangsa Turki Barat, Arab, Samanid Persia, Karakhan Turki, Seljuk Turki, Karakitay dan Kho rezm shah, sebelum akhirnya di-serbu bangsa Mongol pada 1220.

Pada 1370, penguasa Mongol Timur Leng tiba-tiba memutuskan men jadikan Samarkand ibukota proyek kekaisaran dunia versinya, yang wila yahnya memanjang dari India hingga Turki. Berikutnya, se-lama 35 tahun, Timur Leng memba-ngun ulang Samar kand, dan meme-nuhinya dengan hasil karya puncak para seniman dan perajin dari seluruh

ngat mengagumkan.Sayang, pada abad ke-16 dinasti

Shaybanids yang menguasai Uzbek memindahkan ibukota mereka ke Bukhara. Akibatnya, Samarkand meng-alami kemunduran. Setelah diserbu warlord Persia Nadir Shah pada abad ke-18, Samarkand menjadi kota tak berpenghuni. Baru pada akhir abad ke-18, penguasa Bukhara menghidupkan lagi kota ini. Sejak 1868, hingga komu-nisme Soviet runtuh dua abad kemu-dian, Samarkand berada di bawah kekuasaan Rusia.

Jika berkunjung ke Samarkand, anda bisa memutuskan menginap di hotel yang tepat menghadap Registan, pemandangan paling menakjubkan di seluruh Asia Tengah, kalau tidak di se-luruh dunia. Kompleks bangunan ini merupakan pusat Samarkand di masa lalu. Registan terdiri dari tiga madrasah raksasa yang berada di tiga sisi sebuah lapangan yang sangat luas.

Bangunan pertama adalah Madra-sah Ulugh Beg di sebelah barat yang se-lesai dibangun pada 1420 oleh Ulugh Beg sendiri. Bangunan madrasah ini dihiasi beragam mozaik dengan tema astronomi. Di Timur ada Madrasah Sherdar. Madrasah ini selesai dibangun pada 1636 oleh penguasa Shaybanid, Emir Yalangtush sebagai mirror image dari madrasah Ulugh Beg.

Selain Registan, dan observatori-um Ulugh Beg, situs yang harus dikun-jungi adalah Masjid Bibi-Khanym dan Shah-i-Zinda, alias Makam raja yang Hidup adalah kompleks bangunan di sekitar makam Qusam Ibn Abbas, ke-ponakan Nabi Muhammad SAW yang dipercaya membawa Islam masuk ke Asia Tengah.

Persis seperti ujaran Persia yang kerap diulang-ulang penduduk dua kota itu:

“Bukhara ghovvat-e isalm-e deen ast,” (Bukhara adalah kekuatan agama), “Samarkand seyqal roy-e zamin-e ast,” (Sementara Samarkand itu penggoda di muka bumi).

wilayah taklukannya.Sejak itu, perlahan Timur Leng

memperoleh lemasyhuran karena kebi-jakan dan kemurahan hatinya. Setelah Timur, giliran cucunya Ulugh Beg memerintah Samarkand selama 40 ta-hun. Di Samarkand Ulugh Beg mendiri-kan akademi sains yang mengumpul-kan banyak astro nom dan mate ma-tikawan ternama masa itu.

Ulugh Beg juga memerintahkan pembangun an sebuah observatorium. Di dalamnya terdapat peta angkasa raksasa dari marmer (dengan diameter 63 meter) yang tingkat presisinya sa-

FAR

M5

.STA

TIC

FLI

CK

R.C

OM

WW

W.T

HE

TR

AV

ELW

OR

D.C

OM

Saking tuanya, Samarkand

telah mengalami pergantian

begitu banyak penguasa.

Page 34: Balance edisi 2.pdf

34 TAHUN I VOLUME 003

P UKUL dua siang itu sang surya menyelinap di antara kabut Tengger. Panasya tak mam-pu menaklukkan dingin yang yang mem-balut sekujur dataran tinggi tersebut. Sweater dan jaket nan tebal pun tak cu-kup ampuh untuk menghangatkan badan.

Toh hawa dingin itu tidak membekukan semangat para penggemar musik jazz yang sedang berbaris menukarkan tiket yang mereka pesan via online.

JAZZ GUNUNG

Eksotisme Gunung Bromo dan Tengger menjadi panggung hidup yang mencairkan Jazz menjadi tontonan menghibur. Menjadi destinasi wisata baru.Teks dan foto: Arya Dwi Paramita.

NEW ORLEANSRASA NUSANTARA

Lamat-lamat, terdengar sayup su-ara biduanita saat check sound menyanyi-kan lagu yang sempat menjadi hits pada akhir era 1990an.

Hari ini saat yang kunantiSatu malam bertemu denganmuTiada pernah coba kau lupakanMalam minggu bertemu dengamuReff :Dahulu… semua indahDahulu… terasa bergeloraDahulu… hanya ada akuDahulu… ku menjadi bunga cintamuYa, itu suara Rieka

Roeslan biduanita yang membawa lagu “Dahulu” bersama band Th e Groove kala itu dan menjadi “theme song” pasangan muda mudi di masanya. Rieke adalah salah satu pengisi acara bertajuk Jazz gunung tersebut. Event bertaraf interna-sional ini adalah pagelar-an Jazz tetinggi di Indo-

S E N IFO

TO-F

OTO

: A

RYA

DW

I PA

RA

MIT

A

Page 35: Balance edisi 2.pdf

35VOLUME 003 TAHUN I

Cantrek, Blambangan Art School, Sierra Sutejo, Balawan and Batuan Ethnic Fusion, Bandanaira, dan Yovie Wi dianto Fusion. Semen tara pada hari kedua Bromo digoyang oleh Tahez Komez, Kramat Madura, Kulkul, Ring of Fire, Rieka Roeslan, dan Barry Likumahuwa Project.

Para musisi mencampurkan elemen-elemen jazz kon-vensional, dengan musik etnis khas Indonesia. Kulkul mi-salnya yang menggabungkan musik jazz dengan gamelan Bali, atau Kramat Madura yang membawakan musik perkusi dengan mengusung warna musik khas Madura.

Tidak kalah fenomenal, Ring of Fire Project yang diga-gas Djaduk Ferianto tampil di Jazz Gunung 2013 dengan format berbeda. Djaduk berkolaborasi dengan Jen Shyu dan pianis jazz senior Indonesia, Idang Rasjidi. Jen Shyu, musisi kelahiran Illinois yang membawa darah Taiwan dan Timor Leste, memainkan komposisi musik khas Taiwan diwarnai dentingan piano Idang Rasjidi dan pu-kulan perkusi Djaduk Ferianto.

Jazz Gunung mengalami peningkatan jumlah penonton signifi kan, dari sekitar 300 orang pada tahun 2009, kini telah mampu menembus 2.000 orang. Hadir pada pertun-jukkan ini pejabat tinggi daerah, pejabat tinggi negara, peng-usaha perminyakan, bankir, dan artis fi lm Indonesia turut menikmati penampilan para musisi hingga larut malam. Jazz Gunung telah menjadi pilihan wisata yang tidak lagi didominasi penggemar jazz saja. Rentang usia penonton su-dah sangat beragam, dari anak-anak sampai orang tua.

Dalam situsnya, Jazz Gunung mengklaim bahwa dari sisi landscape, Jazz Gunung menawarkan kelebihan tersen-diri yaitu pemandangan alam gunung, dalam hal ini atmos-fer alam atau suasana Kawasan Gunung Bromo. Jazz Gunung digelar di alam terbuka. Alam Bromo berikut kondi-si sosio-kultural di sekitarnya bukan sekadar menjadi back-drop, atau latar belakang yang bersifat pelengkap.Kawasan Bromo - Tengger – Semeru justru menjadi panggung hidup. Ia menyatu dengan seluruh manusia yang terlibat dalam ak-tivitas tersebut termasuk musisi dan pengunjung.

Lebih lanjut situs resmi tersebut mengungkapkan bahwa alam Bromo dan Pegunungan Tengger dengan se-genap warga dan tradisi di sekitarnya menjadi spirit uta-ma yang menaungi pemusik dan pengunjung. Angin, uda-ra sejuk, hawa segar, aroma rumput, embun, awan, langit biru, satwa, dan tentu saja Gunung Bromo itu sendiri, menjadi bagian tak terpisahkan dari presentasi seniman. Mereka menjadi bagian dari musik itu sendiri. Alam men-jadi orkestrasi indah. Klaim itu nyata. (ADP)

nesia, menggema dari ke tinggian 2.000 me-ter di atas permukaan laut. Sebuah pa-duan sempurna antara merdunya senan-dung gunung dan indahnya jazz, seperti

slogan yang terpampang di sejumlah titik arena pertunjukkan.

Jazz memang bisa dimainkan dimana saja. Buddy Bolden dulu meniup cornet-nya

di kedai cukur rambut miliknya. Kejadian di New Orlens pada 1891 itu kemudian diang-gap sebagai kelahiran Jazz. Dari kota inilah,

musik ini merambat ke Sungai Mississippi, Memphis, St. Louis, Chic ago, sampai

akhirnya memantul. ke seantero jagat, termasuk di Indonesia, dengan langgam

masing- masing.Tak ada pakem ketat dalam musik jazz,

Harmonisasi dibangun dari improvisasi nada-nada spontan pemainnya, Legenda jazz, Luois Amstrong mendedah jazz sebagai musik yang harus dirasakan dalam hati, “Kalau kau me-nanyakannya, kau tak akan pernah tahu” ujarnya.

Dalam jazz gunung, rasa itu disatukan dalam panggung terbuka berlatar belakang pemandangan pegunungan dataran tinggi

Tengger yang eksotis. Dingin menjadi tan-tangan tersendiri bagi para musisi.Tak ja-

rang para vokalis dan saxophonis melontarkan ba gaimana dingin-

nya logam yang bersentuhan dengan bibir saat berdialog dengan penonton. Namun dinginnya suasana di ke-tinggian tidak bisa mem-bendung semangat dan kehangatan para pengge-mar musik

Tahun 2013, event ini digelar selama dua hari, Jum’ at dan Sabtu, 21 - 22 Juni 2013. Pada hari per-tama, panggung di-hangatkan oleh pe-nampilan musisi Jen Shyu

Grup asal Bali: KulkulButet Kertaredjasa, Alit, dan Gundhi menjadi Trio MC acara ini.

Page 36: Balance edisi 2.pdf

36 TAHUN I VOLUME 003

SEKELOMPOK anak lelaki bersarung dengan sepeda ontelnya meliuk masuk ke gang sempit, lalu mereka menuntun sepeda beriringan, masuk ke sebuah gazebo bercat hijau kusam, tampak halaman dan ruang kelas yang asri dengan beberapa pohon mangga, itulah Lembaga Kaligrafi Kudus.

Walau terletak di dalam gang, tak menyurutkan anak-anak di kota santri ini untuk belajar seni menulis indah, khususnya kaligrafi Arab. Dari tempat inilah banyak terlahir kaligrafer-ka-ligrafer handal bertaraf nasional bahkan internasional.

Lembaga yang didirikan oleh H.M Noor Aufa Shiddiq ini, tak pernah sepi didatangi anak-anak, remaja, bahkan dewasa, terlebih di bulan Ramadhan. Dari ketelatenan Noor Aufa anak-anak dibimbing untuk menggoreskan pena, kuas, dan kapur di berbagai media, dari papan tulis, kertas, hingga kanvas.

Walau berada tersembunyi di dalam gang sempit, bukan halangan untuk menggoreskan prestasi besar, setidaknya dari Jagalan Langgardalem, Kudus inilah generasi muda dibina.

R A N A

Teks dan Foto: Tatan Agus RST.

KALIGRAFI DARI GANG SEMPIT

Page 37: Balance edisi 2.pdf

37VOLUME 003 TAHUN I

Page 38: Balance edisi 2.pdf

38 TAHUN I VOLUME 003

R A N A

Page 39: Balance edisi 2.pdf

39VOLUME 003 TAHUN I

R A N A

Page 40: Balance edisi 2.pdf

40 TAHUN I VOLUME 003

L E N S A P E R I S T I W AFO

TO-F

OTO

: TA

TAN

AG

US

RST

.

Page 41: Balance edisi 2.pdf

41VOLUME 003 TAHUN I

L ANTAI Gedung Standard Charterred, Jakarta Senin Agustus disesaki kar-yawan seragam putih biru. Presiden Pertamina EP Syamsu Alam bersama para BOD lainnya yang didampingi para istri tampak sabar menanti uluran tangan dari

ratusan para pekerja dan mitra kerjanya. Seperti tahun-tahun sebelumnya, Pertamina EP mengisi hari pertama kerja seusai lebaran Idul Fitri dengan halal bihalal.

“Ini salah satu ajang untuk saling dekat dan memelihara tali silaturahmi “ujar Presiden Direktur Pertamina EP, Syamsu Alam. Dengan kedekatan dan silaturahmi yang terus terjalin sesama karyawan, visi perusahaan bakal lebih mudah tercapai. Saat halal bihalal, suasana benar-benar cair, tak ada sekat antara atasan dan bawahan. Semuanya larut dalam semangat lebaran.

KILANG MINI UNTUK ATASI PENCURIAN MINYAK

Sekretaris Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan gas Bumi (SKK Migas), Gde Pradnyana punya solusi praktis untuk memgbatasi pencurian minyak yang nyaris tanpa jeda di sepanjang jalur pipa Tempino- Plaju. “Bangun kilang mini di Tempino,” ujar Gde yang dihubungi seusai Acara Halal Bihalal Jajaran Kementrian ESDM di Jakarta, Selasa 13 Juli. Dengan dibangun kilang mini tersebut, minyak langsung diolah tanpa haruis dialirkan ke Plaju dulu.

Investasi yang dibutuhkan untuk membangun kilang tersebut lumayan besar sekitar $ 300 juta, sekitar 3 triliun. “Pembangunan kilang jauh lebih menguntungkan daripada ratusan miliar tiap tahun hilang karena dicuri,” ujar Gde yang juga komisaris Perta mina EP. Pencurian minyak mentah milik Pertamina EP di jalur Tempino (Jambi) ke Plaju (Sumatera Selatan) berlangsung sejak 2007 lalu. Tiap tahun eskalasinya terus meningkat

Presiden Direktur Pertamina EP Syamsu Alam mengaku sependapat bahwa pembangunan kilang mini di Tempino sangat bisa menangkal pencurian minyak

TALI SILATURAHMI LEBARAN

Page 42: Balance edisi 2.pdf

42 TAHUN I VOLUME 003

L E N S A P E R I S T I W A

Pertamina EP. “Sangat bisa, malingnya tidak ada lagi kalau kita bangun kilang mini, “ujar Alam,

Meski begitu, ia menyebutkan tak bisa serta merta melaksanakan usulan tersebut. “Itu kan bukan wewenang kami, itu wewenang persero (induk perusahaan) yakni PT Pertamina (Persero).” kata Alam. Alasannya kilang urusannya hilir, sedangkan Perttamina EP, konsentrasinya hanya di hulu. “Tugas kami produksi minyak mentah,” kata Syamsu

Pencurian minyak mentah milik Pertamina EP di jalur Tempino (Jambi) ke Plaju (Sumatera Selatan) berlangsung sejak 2007 lalu. Tiap tahun eskalasinya terus meningkat. Menteri ESDM Jero Wacik meminta pihak kepolisian tegas dan segera menangkap para maling minyak tersebut karena telah merugikan negara. “Kita minta tangkap saja (maling minyak), karena telah merugian negara,” ujar Jero.

SELAMAT DULU PRODUKSI KEMUDIAN

Meski dikejar target, Pertamina EP tetap meletakkan faktor keselamatan di tempat tertinggi dalam standar operasi perusahaaan. Presiden Direktur Pertamina EP, Syamsu Alam dalam berbegai kesempatan tanpa kenal lelah mengingatkan jajarannya untuk senantiasa waspada.

Saat bertkunjung ke Field Sangasanga, 29 Juli lalu, Alam kembali menggarisbawahi hal tersebut “Saya menekankan kepada seluruh karyawan untuk mengutamakan keselamatan di tempat kerja. Tidak perlu terburu-buru yang penting selamat.” ujarnya.

Sangasanga selama ini menjadi salah satu area yang menjadi tulanggpunggung Pertamina EP. Ke depan posisimya akan semakin penting. Seperti dikatakan GM Asset 5, Abdul Chalik, produksi Lapangan Sangasanga masih bisa dikembangkan

Pada kunjungannya kali ini, Syamsu ditemani VP OC&OE, Tolingul Anwar, General Manager Asset 5, Abdul Chalik, berikut rombongan Pertamina EP Pusat. Kedatangan rombongan tersebut disambut langsung oleh Sangasanga Field Manager, Hanief Jauhari.

Pada pagi hari Presiden Direktur PT Pertamina EP melakukan Mana gement Walk Th rough (MWT) di Area Samboja dan Sangasanga, dilanjutkan dengan serah terima jabatan Persatu an Wanita Patra (PWP) Pertamina EP Sangasanga Field. Serah terima ini dipimpin Atu Syamsu Alam, istri Presiden Direktur PT Pertamina EP.

Pada sore hari, rombongan Pertamina EP Pusat menghadiri acara Safari Ramadhan di Gedung Wisma

Ria. Acara yang dimulai pukul 17.00 WITA itu diawali pengarahan safety briefi ng melalui video safety induction dan pemberian sambutan

Pada acara Safari Ramadhan ini, Presiden Direktur PT Pertamina EP menyarahkan secara simbolik bantuan mesin pembuat pakan ikan sebanyak 4 unit, pembangunan rumah penyimpanan mesin pakan ikan, serta bantuan plang nama dengan total nilai Rp 119,3 juta kepada Karang Ta runa Desa Sarijaya Kecamatan Sanga sanga. Bantuan ini diberikan melalui program CSR Hati Kartajaya (Usaha Tambak Ikan Karang Taruna Sarijaya) yang merupakan usaha tambak ikan air tawar binaan PT Pertamina EP Sangasanga Field untuk mendukung pengembangan potensi alam sungai yang bernilai ekonomis.

Juga dilakukan pemberian santunan berupa paket sembako senilai total Rp 125 juta secara simbolik. San tunan sembako sebanyak 500 paket tersebut nantinya akan diberikan kepada janda fakir miskin serta anak yatim piatu yang berasal dari beberapa desa di Kecamatan Sangasanga, Keca matan Samboja dan Kecamatan Anggana. ASA RIA

NAKHODA BARU FIELD RAMBABuka bersama pada 31 Juli lalu menjadi acara

terakhir Alkifl i Adnan sebagai Field Manager Ramba “Buka bersama kali ini bukanlah perpisahan, karena kita semua adalah keluarga keluarga besar Pertamina,” ujar Alikifl i Adnan, Ia berharap siapapun yang memegang tampuk pimpinan, Field Ramba dapat tetap memberikan hasil yang terbaik bagi perusahaan,” ucap Alkifl i Adnan. Di mata karyawan Alkifl i dikenal sebagai orang yang teliti dan rendah hati. Ia juga bisa menjadi bapak sekaligus menjadi kakak.

Nakhoda baru Field baru selanjutnya dipercayakan kepada Bustanul Fikri. Pria kelahiran Plaju 18 Sep tem ber 1958 tersebut sebelumnya menjabat sebagai Senior GGRP Specialis di Fungsi OC-OE. Lulusan Teknik Kimia, Universitas Sriwijaya tersebut pertama kali ditempatkan di Prabumulih

Bagi Bustanul, amanah sebagai pimpinan Field Ramba menjadi tantangan yang berat. Ia harus bisa mempertahankan performa Ramba yang selama ini menjadi tulang punggung Asset 1. Per Juni, produksinya sekitar 5.600 BOPD. Perusahaan menargetkan produksi Ramba berada di level 6.000-an BOPD. Tugas ini tidak ringan, terutama menghadapi ganguan keamanan. Sekitar 20-30 sumur dikuasai sindikat pencoleng minyak yang kerap beroperasi secara terang-terangan. (Minati)

Page 43: Balance edisi 2.pdf

Komitmen Kami Tumbuh Bersama Lingkungan

Satu Sumur Seribu Pohon

Page 44: Balance edisi 2.pdf