kps edisi 7

Upload: tisa-angelia

Post on 06-Mar-2016

29 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Mengenai Kerjasama Pemerintah dan Swasta

TRANSCRIPT

  • Desember 2009 [Kerjasama Pemerintah & Swasta] KPS 1

    KOLOM: Sigit Pramono Pemerintah Harus Pastikan Iklim Investasi Kondusif

    KPSKerjasamaPemerintahdan Swasta

    eDisi 11 - Des 2009

    Investor Butuh regulasI memadaI

    Kinerja CMnP Makin Mulus

    KPSTerkendala Masalah Tanah

    laporan khusus:

  • KPS [Kerjasama Pemerintah & Swasta] Desember 20092

    KPSKerjasamaPemerintahdan Swasta

    PENASIHAT/PELINDUNGDeputi Bidang Sarana & Prasarana,Bappenas

    PENANGGUNG JAWABDirektur Pengembangan Kerjasama Pemerintah & Swasta Bappenas

    PEMIMPIN REDAKSIYudo Dwinanda Priaadi

    DEWAN REDAKSIJusuf Arbi, Rachmat Mardiana,Sunandar, Eko Wiji Purwanto, Gunsairi,Novie Andriani, Moh.Taufiq Rinaldi

    REDAKTUR PELAKSANAAhmed KurniaGusti Andry

    REPORTER/RISETFauzi Djamal, Bambang Mustaqim,Lies Pandan Wangi

    FOTOGRAFERR Langit M

    DESIGN GRAFISF Imelda L

    ALAMAT ReDAKsiInfrastructure ReformSector Development Program (IRSDP) BAPPENASJl. Tanjung No.47Jakarta 10310www.irsdp.org

    Tel. (62-21) 3925392Fax. (62-21) 3925290

    dari redaksi

    Kesimbangan nampaknya menjadi prinsip untuk urusan pertanahan. Melalui UU 5/1960 tentang Pokok-Pokok Agraria, negara menyatakan memiki hak menguasai atas bumi, air dan ruang kasa atas dasar pengu-a saan tersebut, negara menjamin dapat memberikan hak-hak atas tanah kepa-da warganegara Indonesia. Antara lain adalah Hak Milik dan Hak Guna Usaha.

    Setahun kemudian terbit UU 20/1961 tentang Pencabutan Hak-Hak atas Ta-nah dan Benda-Benda yang ada di atasnya. UU ini memungkinkan pencabut an hak atas tanah. Pencabutan ini dapat dilaksanakan - meminjam istilah dalam UU 20/1961 - dalam rangka melaksanakan usaha-usaha pembangunan nega-ra. UU 20/1961 mungkin sudah banyak yang lupa. Bahwa hak atas tanah yang diberikan negara dapat dicabut, mungkin banyak juga yang tidak percaya. Yang jelas, sebagian orang berpendapat UU ini tidak sesuai perkembangan jaman.

    Pengadaan tanah merupakan elemen penting dalam persiapan KPS. Kega-galan pengadaan tanah yang tepat waktu dengan sendirinya menunda selu-ruh proses transaksi, konstruksi, dan operasi infrastruktur. Ketidakjelasan tun-tasnya pengadaan tanah menjadi masalah utama bagi investor dan penyedia kredit. Mereka sangat memperhatikan peluang dan momentum bisnis. Meleset berarti berkurang atau bahkan hilang kesempatan bisnis. Untuk pemerintah, konsekuensinya jelas. Pelayanan infrastruktur akan terhambat.

    Namun pembebasan tanah tidak dapat juga dilaksanakan secepat-cepatnya semata-mata untuk memenuhi tenggat waktu bisnis. Pasal 6 UU 5/1960 me-negaskan bahwa semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial. Namun ini juga berarti bahwa adanya keseimbangan antara kepentingan pemegang hak atas tanah (pemilik tanah) dengan kepentingan umum.

    Pemerintah mempersiapkan RUU Pengadaan Tanah. Ide dasarnya adalah mempercepat proses pengadaan tanah untuk kepentingan umum. UU ini dipo-sisikan akan menggantikan UU 20/1960. Salah satu aspek utama adalah men-jaga kesimbangan tersebut. Kesimbangan diperlukan antara menyediakan ke-pentingan umum, melindungi hak-hak masyarakat pemegang hak atas tanah.

    Aspek penting lain adalah melindungi proses pengadaan tanah dari dinami-ka yang tidak perlu. Hal ini dimitigasi dengan mekanisme land freezing, yaitu melarang perpindahan hak atas tanah setelah ditetapkan lokasi pembangun-an, kecuali atas ini Bupati/Walikota. Artinya, setiap tanah yang masuk rencana pembangunan tak dapat diperjualbelikan, tanpa izin tertulis Bupati/Walikota.

    RUU memuat kewajiban melakukan musyawarah antara pihak yang me-merlukan tanah dengan masyarakat pemegang hak atas tanah. Panitia Peng-adaan Tanah (P2T) bertindak sebagai fasilitator. Yang dimusyawarahkan adalah alternatif bentuk ganti rugi. Nilanya sendiri ditentukan Lembaga Penilai, yaitu pihak professional yang akan mengkaji nilai tanah, bangunan, dan tanaman.

    Sebelum musyawarah, wajib dilakukan penyuluhan pada masyarakat. Pe-nyuluhan dilakukan oleh P2T yang menyampaikan rencana, manfaat dan tu-juan pembangunan, tata cara pengadaan tanah, kebijakan dan bentuk ganti rugi, pelaksanaan pemberian ganti rugi, dan tata cara pengajuan keberatan. Penyuluhan dilakukan setelah adanya kepastian lokasi proyek. Apabila pemilik tanah tidak setuju dengan nilai dan bentuk ganti rugi, maka dijamin adanya mekanisme pengajuan keberatan. Supaya adil, pengadilan dimanfaatkan seba-gai penentu keadilan. Apapun putusannya harus diterima oleh semua pihak.

    Untuk memenuhi kepentingan umum diperlukan tanah, dan atas nama pemenuhan kepentingan umum pengadaannya memang harus dipercepat. Mudah-mudahan prinsip keseimbangan tetap dapat terjaga.

    Mudah-mudahan KPS dapat semakin semarak setelah adanya UU ini.

    KESEIMBANGAN URUSAN TANAH

    Laporan khusus

  • Desember 2009 [Kerjasama Pemerintah & Swasta] KPS 3

    KPS

    daftar isiDesember 2009

    2 DARI REDAKSI

    LAPORAN UTAMA4 investor butuh reguLasi memadaiPemerintah memastikan akan terlibat dalam pembebasan lahan bagi proyek-proyek infrastruktur. Pasalnya, infrastruk-tur merupakan salah satu prioritas pemerintah dalam lima tahun mendatang.

    6 menteri pu Jabarkan program 100 hari

    8 sbY Fokuskan bidang inFrastruktur

    KOLOM11 pemerintah harus pastikan ikLim investasi kondusiFoleh Sigit Pramono, Ketua Perbanas

    LAPORAN KHUSUS12 kinerJa Cmnp makin muLus

    16 kps terkendaLa masaLah tanahMeski Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) dalam pembangunan dan pengelolaan jalan tol sudah dijalank-an, tapi masalah pembebasan lahan kerap masih jadi kendala. Lantas, apa solusinya?

    DINAMIKA18 sosiaLisasi penYediaan inFrastruktur di paLuMeski pemerintah pusat telah mengeluarkan beberapa regulasi tentang penyediaan infrastruktur dalam skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS), tapi pemerin-tah daerah belum memahaminya dengan baik.

    20 sosiaLisasi penYediaan inFrastruktur di paLembang

    22 sosiaLisasi penYediaan inFrastruktur di Lamongan

    SOROT24 seJak Lama, as bangun toL bermitra swastaBeberapa Negara Bagian di Amerika Serikat ikut ambil bagian dalam pembangunan tol dengan kerjasama yang melibatkan pihak swasta.

    INFO KPS26 update proYek kps Yang dibantu oLeh pdF-irsdp per desember 2009

    sorotSejak Lama,

    AS Bangun Tol Bermitra Swasta

    24

    Laporan utamaInvestor Butuh Regulasi Memadai

    dinamika

    4

    18

    Laporan khusus22

  • KPS [Kerjasama Pemerintah & Swasta] Desember 20094

    LAPORAN utama

    MeMang, anggaran negara tidak MeMadai dalaM peMbia yaan infrastruktur. Karena itu, peran swasta sangat diharapkan, kata Wakil Presiden Boediono saat memberi-kan pengarahan kepada seluruh Gubernur, Bupati dan Walikota se-Indonesia pada acara Musyawarah Perencanaan Pembangunan Na-sional (Musrenbangnas), di Jakarta, Jumat-Minggu (11-13 Desember 2009).

    Menurut Wapres, anggaran negara tidak akan cukup untuk membiayai pembangun-an infrastruktur pemerintah. Itu sebabnya diperlukan upaya untuk menarik partisipasi dunia usaha, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Jangan sampai ada kegagalan

    untuk merangkul mereka yang mampu mendukung pembiayaan pembangunan, tegas Wapres.

    Upaya menarik investor swasta, kata Wapres, harus melalui regulasi yang mema-dai. Karena itu, Undang-Undang (UU) yang sudah ada harus dijabarkan dengan aturan pelaksana yang komplit, sehingga aturan main menjadi jelas. Kalau UU yang sudah ada, tetapi ketentuan pelaksana belum leng-kap, ya harus dilengkapi, ujar dia.

    Salah satu regulasi yang sedang dalam proses perbaikan adalah Perpres Nomor 67 Tahun 2005, tentang kerjasama pemerintah dan swasta dalam pembangunan infrastruk-tur. Revisi aturan tersebut merupakan salah

    Pemerintah memastikan akan terlibat dalam pembebasan lahan bagi proyek-proyek infrastruktur. Pasalnya, infrastruktur merupakan salah satu prioritas pemerintah dalam lima tahun mendatang.

    InvestormemadaI

    BUTUHREgULASI

    Upaya untuk menarik investor swasta harus melalui regulasi yang memadai

  • Desember 2009 [Kerjasama Pemerintah & Swasta] KPS 5

    LAPORAN utama

    Dalam 100 hari, PerPres baru harus

    suDah selesai, sehingga

    bisa menjaDi acuan untuk memberikan

    kePastian berinvestasi

    satu prioritas pemerintah dalam Program 100 hari. Perpres Nomor 67 Tahun 2005 sedang dikaji, apa yang menjadi hambatan-hambatannya, tambah Wapres.

    PeMbebaSan LahanSementara itu, Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto mengatakan, kesulitan daerah untuk membebaskan lahan sering-kali berujung pada terhambatnya pemba-ngunan infrastruktur. Salah satunya adalah pembangunan tol trans Jawa, yang proses pembebasan lahannya baru 26% dari total kebutuhan 4.500 hektar.

    Menurut Djoko, jika pemerintah daerah (pemda) kesulitan membebaskan lahan dan menghambat pembangunan, maka pemerintah pusat akan masuk dan mengintervensi. Kalau pembebasan lahan benar-benar menjadi masalah pembangun-an infrastruktur penting, seperti jalan tol, nanti kami bicarakan. Namun memang, tidak bisa secara general, sebab harus dilihat case by case, terangnya.

    Seiring pemberlakuan otonomi daerah (otda), pembebasan lahan untuk proyek in-frastruktur merupakan kewenangan daerah. Namun, daerah masih sulit melaksanakan kewenangan itu secara maksimal. Pembe-basan lahan memang masalah dari dulu, yang menjadi penyebab terhambatnya pembangunan infrastruktur. Sementara itu, kalau pemerintah pusat mau masuk, sudah tidak diperbolehkan lagi, paparnya.

    Saat ini, hanya enam hal yang masih menjadi wewenang pemerintah pusat, yaitu politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal, serta agama.

    Djoko menambahkan, saat pihaknya ingin mengintervensi masuk dalam hal pembebasan lahan dan meminta anggar-an untuk itu, Departemen Keuangan dan Bappenas tidak mengizinkan. Karena, masalah pembebasan lahan sudah menjadi urusan daerah, kata dia.

    Payung huKuMSenada dengan itu, Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Radjasa menjelaskan bahwa revisi Perpres Nomor 67 Tahun

    2005 sudah hampir selesai. Tinggal mem-butuhkan satu kali rapat lagi, ujarnya.

    Dengan revisi itu, kata Hatta, inves-tor akan mendapatkan kejelasan dalam partisipasi pembangunan infrastruktur. Dalam 100 hari, Perpres baru harus su-dah selesai, sehingga bisa menjadi acuan untuk memberikan kepastian berinvesta-si, tambah dia.

    Sedangkan Wakil Ketua KADIN Sandiaga Uno mengatakan pembebasan lahan memang merupakan kendala utama dalam pembangunan infrastruk-tur. Menurut dia, pada tahun 2007 lalu ada sindikasi kredit dari beberapa per-bankan sebesar Rp5 triliun, untuk pem-bangunan jalan tol. Namun, hingga saat ini tidak ada satu kilometer pun yang terbangun dan satu rupiah kredit terkucurkan, ungkapnya.

    Menurut dia, penyebab terhambatnya proyek itu adalah masalah pembebasan la-han. Dan dalam hal itu, bank dan dunia usaha sama-sama dirugikan. Untuk itu, masalah pembebasan lahan harus menjadi prioritas, harap dia.

    Boediono

  • KPS [Kerjasama Pemerintah & Swasta] Desember 20096

    LAPORAN utama

    MENTERI PU JABARKAN program 100 harI

    Departemen Pekerjaan Umum akan memastikan penyelesaian pembebasan tanah proyek infrastruktur PU untuk kepentingan umum, seperti pembebasan tanah untuk pembangunan jalan tol dan Banjir Kanal Timur.

    dalaM jangka pendek, pendekatan dengan masyarakat dan pemda tetap dilakukan. Namun, bila tidak ada kesepakatan meskipun har-ga tanah sudah dinilai tim appraisal independen, maka akan dilakukan konsinyasi. Demikian disam-paikan Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto dalam coffee morning bersama wartawan di Gedung

    Departemen PU, Jakarta (12/11), yang turut di-hadiri oleh pejabat eselon I Departemen PU.

    Menteri PU Djoko Kirmanto mengakui masalah tanah menjadi hambatan utama dalam penyelesaian pembangunan infrastruktur. Untuk jangka panjang, Departemen PU memberikan masukan terhadap Revisi UU Nomor 20 Tahun 1961 dan Perubahan Perpres Nomor 36 Tahun 2005 jo Perpres Nomor 65 Tahun 2006. Da-

    lam Revisi UU Nomor 20 Tahun 1961 tentang Pencabutan Hak atas Tanah dan Benda-benda diatasnya, diusulkan adanya pasal yang meng-atur bahwa tanah yang telah ditetapkan untuk kepentingan umum maka hak kepemilikannya tercabut demi hukum. Namun penetapannya tentunya sudah melalui konsultasi publik.

    Sementara itu, pada Perubahan Perpres No-mor 36 Tahun 2005 jo Perpres Nomor 65 Tahun 2006 diusulkan beberapa hal yakni, percepatan waktu musyawarah dari 120 hari menjadi 60 hari. Konsinyasi dapat dilakukan bila tanah yang bebas telah mencapai 51% dari sebelumnya 75%. Pelak-sanaan pekerjaan sudah dapat dilakukan setelah konsinyasi dan keanggotaan Panitia Pengadaan Tanah yang diisi oleh pejabat yang bisa bekerja

    masalah tanah menjaDi hambatan utama

    Masalah tanah menjadi hambatan utama dalam penyelesaian pembangunan infrastruktur

  • Desember 2009 [Kerjasama Pemerintah & Swasta] KPS 7

    LAPORAN utama

    penuh. Kemudian, insentif diberikan ke-pada Lurah atau Camat, termasuk Pejabat Pembuat Akta Tanah.

    Sedangkan, di bidang Sumber Daya Air, yang menjadi program 100 hari Departe-men PU yakni menyelesaikan audit teknis kondisi embung, waduk, bendung dan bendungan serta jaringan irigasi di seluruh Indonesia. Kegiatan ini dilakukan pada 31 Balai Besar dan Balai yang dimiliki oleh Direktorat Jenderal Sumber Daya Air dan ditargetkan selesai pada Januari 2010.

    Menyelesaikan prasarana pengendalian banjir Banjir Kanal Timur dengan target dapat mengalirkan air ke laut pada masa 100 hari ini.

    Di bidang Bina Marga adalah mening-katkan kapasitas jalan lintas Sumatera dan Sulawesi sepanjang 695 Km. Kontraknya memang harus sudah selesai akhir tahun ini dan pada Desember nanti saya minta Dirjen Bina Marga untuk melakukan pengecekan kata Menteri PU Djoko Kirmanto.

    Membentuk Tim Nasional Penyiapan Pembangunan Infrastruktur Penghubung JawaSumatera (IPJS). Menurut Djoko Kirmanto, Perpres pembentukan tim yang bertugas mempersiapkan pembangunan ter-masuk penyusunan studi kelayakan tengah dalam penyelesaian. Pilihan infrastruktur penghubung baik berupa jembatan bentang panjang, berupa terowongan maupun pe-

    ningkatan peran pelabuhan saat ini tengah dipertimbangkan mana yang terbaik.

    Penerapan kontrak berbasis kinerja (KBK) pada pembangunan jalan di Pan-tura Jawa dan pembentukan quality assur-ance unit sektor jalan. Sebagai tahap awal, KBK rencananya akan diterapkan pada ruas DemakTringguli (12 Km) dan CiasemPamanukan (21 Km). Saat ini, dokumen tender dua ruas tersebut tengah disiapkan dan akan mulai ditenderkan pada akhir Bu-lan November ini.

    Di bidang Tata Ruang yakni menye-lesaikan konsep penyelesaian konflik tata ruang. Menteri PU memberi contoh suatu daerah yang telah berubah menjadi stadion Sepak Bola dan bangunan lainnya, namun masih bersatatus kawasan hutan lindung. Oleh karena itu kita akan lakukan audit tata ruang untuk mencocokan antara peta Departemen Kehutanan dengan kenyataan di lapangan jelasnya.

    Di bidang Cipta Karya yakni melaku-kan koordinasi dengan kementerian lain terkait program pembangunan infrastruk-tur yang akan dilakukan Departemen PU pada daerah terdepan dan terluar Indone-sia berupa permukiman di 250 kawasan perbatasan dan pulau kecil terluar. Depar-temen PU juga akan memberi dukungan penyediaan air minum untuk pelabuhan di 44 titik.

    Menteri PU Djoko Kirmanto yakin mampu menjalankan Program 100 Hari

  • KPS [Kerjasama Pemerintah & Swasta] Desember 20098

    LAPORAN utama

    dalaM pidatonya, presiden sby MeMasukkan bidang infrastruktur ke dalaM 15 prograM kerja yang segera dilakukan selama 100 hari pertama. Dalam 100 hari pertama ini akan ada cetak biru sekaligus memikirkan penda-naannya, sehingga semua bisa dijalankan. Dalam merumuskan ini, pemerintah pusat akan beker-jasama seerat-eratnya dengan pemerintah daerah dan dunia usaha. Karena banyak sekali infrastruk-tur yang mesti dijalankan dengan skema Public Private Partnership (PPP).

    Dalam acara jumpa wartawan, Kamis (12/11), Menteri Pekerjaan Umum Djoko

    Kirmanto bersama jajarannya, menjelaskan program 100 hari Kementerian Pekerjaan Umum. Dalam sambutannya, Djoko Kirmanto kembali menekankan bahwa masalah infrastruktur memang sangat penting sekali, sehingga instansi yang ditanganinya telah memasukkan proyek-proyek infrastruktur baik untuk program 100 hari maupun lima tahun. Termasuk itu masalah infrastruktur yang dijalankan dengan skema KPS. Kami akan terus meneruskan proyek-proyek infrastruktur, termasuk dengan skema KPS. ujarnya.

    Wakil Menteri PU Hermanto Dardak juga menekankan masalah infrastruktur tetap

    SBY FOKUSKAN BIDANg Infrastruktur

    Kementerian Pekerjaan Umum telah menyusun sejumlah program kerja yang dibagi ke dalam dua bagian. Pertama, program 100 hari dan kedua program lima tahun. Terkait penerapan skema Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS), Presiden SBY pertama kali setelah dilantik menjadi Presiden Periode 2009-2014, sangat menekankan masalah infrastruktur.

    Presiden SBY menekankan pembangunan infrastruktur

  • Desember 2009 [Kerjasama Pemerintah & Swasta] KPS 9

    LAPORAN utama

    dijalankan, termasuk dengan pola KPS. Kami menyerahkan skema KPS berjalan terus di instansi kami, seperti di Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (BPPSPAM), imbuhnya.

    Di BPPSPAM sendiri, sejumlah proyek infrastruktur dengan skema KPS masih menumpuk dikerjakan. Dari semua proyek itu, BPPSPAM membaginya ke dalam tiga kategori. Pertama KPS yang telah beroperasi. Kedua KPS yang masih berpeluang dan yang ketiga KPS Pilot Project. KPS

    air minum yang ditangani BPPSPAM yang statusnya sedang beroperasi terdapat 25 proyek yang tersebar di seluruh Indonesia. Status yang masih berpeluang ada 10 proyek dan yang termasuk pilot project terdapat di tiga daerah, masing-masing di Kabupaten Tangerang, Kota Dumai dan Kabupaten Bandung.

    Sementara KPS infrastruktur jalan juga masih terus digenjot. Departemen PU masih harus menyelesaikan rencana pembangunan jalan tol dengan menggunakan pola KPS. Statusnya ada yang sedang beroperasi dan berpeluang.

    KPS SeKTOr TranSPOrTaSi jaLan TOL yang MeLibaTKan Pu

    JaLan toL Cibitung-CiLinCingKemajuan proyek: Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol (PPJT) ruas tol Cibitung-Cilincing ditandatangani antara Departemen Pekerjaan Umum (PU) dengan PT MTD CTP Expressway pada tanggal 29 Januari 2007. Masa konsesi 35 tahun sejak ditandatanganinya PPJT. Masa pembebasan tanah dan masa konstruksi direncanakan masing-masing selama dua tahun. Tarif tol awal pada 2011 disepakati per kilometer Rp600 untuk golongan I, Rp900 untuk golongan II A, dan Rp1.200 untuk golongan II B. Financial close untuk ruas tol Cibitung-Cilincing dilaksanakan pada

    tanggal 28 November 2007. Pekerjaan konstruksi proyek tol ruas cibitung-Cilincing direncanakan akan mulai dilakukan pada tahun 2008. Pendanaan: Dana berasal dari CIMB

    JaLan toL Cimanggis-CibitungKemajuan proyek: Perusahaan patungan PT Bakrie & Brothers Tbk, PLUS Expressways Berhad dan Global Financindo (Capitalinc) mengalahkan pesaingnya, konsorsiun Thiess-Waskita. Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto menandatangani

    surat penetapan pemenang pada 17 September 2007. Dengan tarif tol Rp500/km untuk golongan I dan Rp750/km untuk golongan IIA dan Rp1.000/km untuk golongan IIB pada saat mulai dioperasikan 2010 mendatang. Pekerjaan konstruksi proyek jalan tol Cimanggis-Cibitung direncanakan akan mulai dilaksanakan pada 2009 dan diperkirakan selesai pada

    2011. Pendanaan: Sumber pendanaan 30% berasal dari ekuitas sedangkan sisanya adalah pinjaman.

    JaLan toL peJagan-pemaLangKemajuan proyek: Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol (PPJT) ditandatangani pada tanggal 21 Juli 2006. Sedangkan financial closure untuk ruas tol Pejagan-Pemalang dilaksanakan pada tanggal 20 Juli 2007. Sebelumnya pemerintah sempat memberi peringatan berupa ancaman pemutusan kontrak pengusahaan jalan tol bila investor gagal menunjukkan jaminan pendanaan dari bank hingga 21 Juli 2007. Pendanaan: PT Pejagan-Pemalang Tol Road mendapat kredit US$264 juta (Rp2,38 triliun) dari Credit Suisse. PT Pejagan Pemalang telah membayarkan jaminan pelaksanaan (performance bond) sebesar Rp30,467 miliar untuk ruas Pejagan-Pemalang. Jumlah itu merupakan 1% dari investasi dikurangi nilai tanah sebagaimana yang diminta Departemen Pekerjaan Umum.

    JaLan toL pemaLang-batangKemajuan proyek: Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol (PPJT) ditandatangani pada tanggal 21 Juli 2006. Sedangkan financial closure untuk ruas tol Pemalang-Batang dilaksanakan pada tanggal 20 Juli 2007. Sebelumnya pemerintah sempat memberi peringatan berupa ancaman pemutusan kontrak pengusahaan jalan tol bila investor gagal

    DePartemen Pu masih harus me-nyelesaikan rencana Pembuatan jalan Dengan Pola kPs

  • KPS [Kerjasama Pemerintah & Swasta] Desember 200910

    LAPORAN utama

    menunjukkan jaminan pendanaan dari bank hingga 21 Juli 2007. Sampai dengan 21 juli 2008, sedang diupayakan kemungkinan pemindahan/pergeseran trase jalan tol, yang melewati kelurahan Pekajangan Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan. Hal tersebut dilakukan karena rute yang dilewati tidak sesuai dengan peta lokasi yang telah disosialisasikan selama ini, dimana seharusnya trase jalan tol melewati Desa Ambokembang Kec. Kedungwuni. Pendanaan: pinjaman dari Credit Suisse, PT Pemalang-Batang Tol Road mendapat kredit US$182 juta atau Rp1,64 triliun. PT Pemalang Batang telah membayarkan jaminan pelaksanaan (performance bond) sebesar Rp21,585 miliar. Jumlah itu merupakan 1% dari investasi dikurangi nilai tanah sebagaimana yang diminta Departemen Pekerjaan Umum.

    JaLan toL Cengkareng-batu Ceper-kunCiranKemajuan proyek: Permohonan dukungan pemerintah sudah diusulkan Departemen Pekerjaan Umum, khususnya menyangkut pembagian alokasi risiko (land capping). Pekerjaan konstruksi proyek tol ruas ini direncanakan akan mulai dilakukan pada 2009 dan diperkirakan akan selesai pada 2011. Pendanaan: NA

    JaLan toL pasar minggu- CassabLanCaKemajuan proyek: Pemerintah akan membentuk tim kecil yang melibatkan unsur Departemen PU dan pemprov DKI Jakarta yang akan merumuskan mengenai persiapan pelaksanaan tender jalan tol Pasar Minggu-Cassablanca tersebut, termasuk pembentukan panitia tendernya. Pekerjaan

    konstruksi proyek tol Pasar Minggu-Cassablanca direncanakan akan mulai dilakukan pada 2011. Pendanaan: NA

    JaLan toL rawa buaYa-sunterKemajuan proyek: Pemerintah akan membentuk tim kecil yang melibatkan unsur Departemen PU dan pemprov DKI Jakarta yang akan merumuskan mengenai persiapan pelaksanaan tender jalan tol Rawa Buaya-Sunter tersebut, termasuk pembentukan panitia tendernya. Pekerjaan konstruksi proyek tol Rawa Buaya-Sunter direncanakan akan mulai dilakukan pada 2011. Pendanaan: NA

    JaLan toL semarang-batangKemajuan proyek: Penandatanganan Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol (PPJT) ruas Semarang-Batang dilaksanakan pada tanggal 21 Juli 2006. Financial closure dilakukan pada tanggal 20 Juli 2007. Penandatanganan kredit Pembiayaan dari Credit Suisse Bank dilaksanakan pada tanggal 20 Juli 2007 di Jakarta. Penandatanganan kredit merupakan langkah maju setelah sebelumnya pemerintah sempat memberi ultimatum untuk memutuskan kontrak pengusahaan jalan tol bila ketiga investor gagal menunjukkan jaminan pendanaan dari bank hingga 21 Juli 2007. PT Marga Setia Puri Utama telah membayar jaminan pelaksanaan (performance bond) sebesar Rp31,4 miliar atau 1% dari investasi dikurangi nilai tanah sebagaimana yang diminta pemerintah (Departemen PU). Pekerjaan konstruksi proyek tol Semarang-Batang direncanakan akan mulai dilakukan pada 2010. Pendanaan: Dana berasal dari kredit Suisse Bank sebesar US$274 juta (Rp2,47 triliun).

    Departemen PU masih harus menyelesaikan rencana pembuatan jalan dengan pola KPS

  • Desember 2009 [Kerjasama Pemerintah & Swasta] KPS 11

    KOLOM kemItraan

    Public Private Partnership (PPP) atau Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) adalah skema yang relatif baru bagi investor mau-pun pemerintah. Karena itu, harus dikemas dengan efektif dan tepat.

    Skema PPP ini juga membutuhkan jangka waktu yang relatif lama untuk bisa diimplementasikan secara efektif terhadap investor dan pemerintah. Sehingga kemu-dian, investor bisa melihat bahwa skema itu baik atau tidak bagi mereka untuk menda-patkan profit atas investasinya.

    Secara umum, skema PPP cukup baik diterapkan di Indonesia, apalagi pemerintah pada dasarnya tidak mempunyai dana cu-kup untuk mengembangkan dan memper-cepat proyek infrastrukturnya. Karena itu, pemerintah harus menjaga dengan serius ketertarikan investor terhadap sektor infra-struktur. Jadi, saya kira skema PPP itu po-sitif-positif saja, asalkan memang diarahkan untuk meningkatkan minat investor masuk ke dalamnya.

    Lalu, untuk meningkatkan peran swasta di sektor infrastruktur, maka pemerintah diharuskan untuk memberikan berbagai in-sentif dan stimulus yang menarik. Jika hal itu diabaikan, maka investor akan memilih masuk ke negara lain yang memberikan ber-bagai tawaran stimulus dan insentif lebih menarik daripada Indonesia.

    Sementara itu, bagi pemerintah sendiri, peran swasta sangat diperlukan untuk bersa-

    ma-sama membangun perekonomian Indo-nesia, terutama melalui sektor infrastruktur. Sektor infrastruktur merupakan prasyarat mutlak bagi masuknya suatu investasi ke In-donesia. Dengan infrastruktur yang mema-dai, maka investasi dipastikan akan masuk ke Indonesia. Seperti misalnya, jalanan di beberapa daerah di Pulau Jawa yang masih banyak rusak, akan sangat mengganggu masuknya suatu investasi di wilayah itu, Termasuk dengan krisis listrik yang terjadi akhir-akhir ini.

    Langkah untuk menarik masuknya in-vestasi adalah dengan memastikan berku-

    rangnya risiko-risiko yang akan dihadapi investor. Misalnya, masalah pembebasan lahan yang seringkali menjadi pengham-bat utama pelaksanaan proyek infrastruk-tur, harus segera dituntaskan. Artinya, pemerintah harus mampu menyelesaikan masalah pembebasan lahan yang menjadi penghambat utama proyek infrastruktur pemerintah. Dan jika masalah itu bisa dise-lesaikan pemerintah, maka otomatis iklim investasi Indonesia semakin menarik nanti-nya ke depan.

    Pasalnya, masalah tanah itu menjadi sangat prioritas dan mendesak untuk di-bebaskan. Karena itu, pemerintah harus bersikap tegas dan semakin jelas dalam melaksanakan pembebasan lahan. Sehingga, dengan pembenahan iklim investasi itu, maka secara otomatis akan menarik minat perbankan untuk terlibat dalam pembiaya-annya. Sebab proyek-proyek infrastruktur yang ditawarkan akan semakin menarik dan capable, karena adanya dukungan penuh pemerintah dalam pembebasan lahan. Dengan demikian, perbankan akan berani mengambil risiko untuk membiayai proyek itu. Apalagi, iklim yang kondusif akan me-ningkatkan rasa percaya diri investor untuk menggarap proyek dengan jangka panjang dan ditambah dengan dukungan perbankan serta pemerintah. Jadi, intinya pemerintah harus segera membenahi iklim investasi agar kondusif, seperti kepastian hukum, masalah lahan, dan dukungan pemerintah.

    IklIm InvestasIkondusIfPemerintah harus memastikan agar iklim investasi di Indonesia kondusif, sehingga pelaksanaan pembiayaan dengan skema Public Private Partnership bisa berjalan dengan efektif.

    oleh Sigit Pramono, Ketua PerbanaS

    PEMERINTAH HARUS PASTIKAN

    Pemerin-tah harus menjaga

    ketertarikan investor terhaDaP

    sektor infra-struktur

  • KPS [Kerjasama Pemerintah & Swasta] Desember 200912

    LAPORAN khusus

    bisnis infrastruktur di tanah air dalaM beberapa tahun terakhir keMbali Menggeliat. Tumbuhnya bisnis di sektor ini terjadi sejak terbetuknya pemerintahan baru hasil Pemilu 2004, dan terus bergairah hingga saat ini. Pasalnya, pemerintah memiliki komitmen kuat untuk menggerakkan kembali pembangunan infrastruktur di tanah air yang sejak dihantam krisis ekonomi tahun 1997, infrastruktur Indonesia semakin tertinggal diban-ding negara tetangga.

    Apalagi, Bank Dunia pada saat itu juga menyarankan agar pemerintah memulai kembali pembangunan infrastrukturnya.

    Dalam laporan berjudul Averting an Infrastructure Crisis: A Fra-me Work for Policy and Action, lembaga dunia ini menyebutkan, setelah stabilitas ekonomi makro tercapai, saatnya pemerintah memprioritaskan pembangunan infrastruktur fisik di semua bidang secara nasional.

    Faktanya, sejak 2005 hingga akhir Desember 2009, pembangunan berbagai sarana infrastruktur di tanah air kem-bali tumbuh. Tak hanya proyek pemerintah di pusat dan be-berapa daerah, proyek-proyek swasta juga mulai marak. Salah satu indikasi kebangkitan sektor ini adalah Bnk Mandiri, bank terbesar di negeri ini, telah meningkatkan kucuran kredit pada

    Kendala klasik, soal pembebasan tanah, masih menghantui bisnis jalan tol. Tapi dalam setahun terakhir, PT Citra Marga Nusaphala Persada berhasil meningkatkan pendapatan dan laba perusahaan. Apa strateginya?

    kInerja Cmnp makIn mulus

  • Desember 2009 [Kerjasama Pemerintah & Swasta] KPS 13

    cmnP juga melakukan Diversifikasi usaha untuk menDongkrak Perusahaan Dengan sektor telekomunikasi

    bidang ini. Menurut Ventje Rahardjo, Direk-tur Bank Mandiri, infrastruktur merupakan salah satu sektor yang pesat perkembangan-nya sejak 2005 seiring meningkatnya kepas-tian usaha di Indonesia.

    Kondisi ini tentu saja menjadi angin segar bagi semua pelaku bisnis dan stakehol-der di bidang infrastruktur. Salah satunya adalah PT Citra Marga Nusaphala Persada (CMNP). Perseroan yang bergerak di bidang konstruksi, pengoperasian dan pengelolaan sistem jalan tol ini, dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan kinerja yang semakin positif.

    Hal ini bermula pada awal 2005, CMNP berhasil mendapatkan kontrak dari Pemerin-tah untuk menggarap Jalan Tol Lingkar Luar Kota Bogor sepanjang 6,3 kilometer. Jalan tol yang menghubungkan Jl Soleh Iskandar dan Jl Raya Bogor di kawasan Kedung Ha-lang dengan Tol Jagorawi di Sentul City ini, pengoperasiannya sudah dimulai sejak awal Desember 2009.

    Jauh sebelumnya, perusahaan yang masuk dalam Group Bhakti ini telah meng-garap dan mengoperasikan sebagian besar ruas Tol Dalam Kota Jakarta. Jalan tol ter-padat di Indonesia ini, merupakan mesin pencetak uang terbesar sepanjang tahun bagi CMNP. Belum lagi dengan proyek jalan tol lainnya.

    Di Surabaya misalnya, melalui anak per-usahaannya yang bernama PT Citra Marga Surabaya (CMS), CMNP terlibat dalam pembangunan dan pengoperasian jalan Tol Bandara Juanda sepanjang 12,3 kilometer. Tak tanggung-tanggung, di perusahaan yang memiliki aset sekitar Rp1,4 triliun dengan hak konsesi hingga 2040 ini, CMNP meme-gang mayoritas saham hingga 95%.

    Pembangunan Jalan Tol DepokAnta-sari sepanjang 22,8 kilometer juga dipegang oleh CMNP. Bersama empat investor lain-nya yak ni, PT Waskita Karya, PT Hutama Karya, Goup Bosowa, dan Pembangunan Perumahan (PP), CMNP menempatkan 62,5% saham pada proyek ini.

    Sedangkan di Manila, CMNP juga me-miliki sekitar 11% saham di Citra Metro Manila Tollways Corporation (Citra Mani-

    la). Perusahaan yang beraset sekitar US$500 juta ini, telah menggarap proyek jalan tol di Filipina sejak 1990 dan mengoperasi-kan Jalan Tol South Metro Manila Skyway (SMMS) sepanjang 9,5 kilometer dari kota Buendia ke Bicutan.

    DiverSifiKaSiSepanjang hampir lima tahun ini, CMNP juga melakukan diversifikasi usaha un-tuk mendongkrak pertumbuhan. Sektor yang mulai dimasuki adalah bisnis solusi infra struktur di sektor telekomunikasi. Dalam bidang ini, CMNP bekerjasa-ma dengan Pemerintah Daerah Jawa Barat, Jawa Timur dan Kalimantan Timur. Di ketiga daerah ini kebutuhan akan pemban-gunan infrastruktur telekomunikasi cukup besar. Direktur Keuangan CMNP, I Ketut

  • KPS [Kerjasama Pemerintah & Swasta] Desember 200914

    LAPORAN khusus

    PenDaPatan utama cmnP

    berasal Dari Proses

    gerbang tol

    Mar djana menyatakan, jika tidak me-lakukan ekspansi, perusahaannya hanya akan tumbuh sekitar 5%.

    Tak heran jika ekspektasi laba bersih CMNP hingga akhir Desember 2009 mencapai Rp139 miliar. Laba ini menga-lami kenaikan hingga 88,9% dibanding periode yang sama pada 2008 yang hanya Rp72 miliar. Sedangkan total pendapatan perusahaan menjadi Rp630 miliar, meng-alami kenaikan sekitar 11% dibanding tahun lalu yang hanya Rp 568,96 miliar.

    Padahal pada kuartal ketiga 2009, CMNP baru merilis laba bersih Rp74 miliar, atau turun 19% dari Rp92 miliar. Penurunan ini disebabkan oleh beban usaha perusahaan yang naik 4,4% men-jadi Rp236 miliar dari Rp226 miliar. Biaya pinjaman naik signifikan menja-di Rp117 miliar dari sebelumnya Rp83 miliar. Sedangkan pendapatan naik tipis 3,5% dari Rp428 miliar menjadi Rp443 miliar. Kenaikan pendapatan perusahaan berasal dari penyesuaian pendapatan jalan tol Surabaya.

    Pendapatan utama CMNP berasal dari proses gerbang tol, pembangunan berbagai proyek ongkos manajemen, dan jasa-jasa sejenis. Apalagi, CMNP memi-

    liki mahkota permata yakni Jalan Tol Dalam Kota Jakarta. Seksi tol ini meng-hubungkan jantung Kota Jakarta dengan tingkat lalulintas yang sangat padat se-panjang hari.

    Tak heran jika Danareksa Sekuritas mengestimasikan jalan tol dalam kota ini bisa menyumbang nilai discaunted cash flow (DCF) sebesar Rp780 per saham bagi CMNP. Dengan posisi keuangan bersih utang, jalan tol dalam kota ini akan menjadi mesin uang bagi CMNP. Kemilau jalan tol dalam kota ini makin bersinar pasca kenaikan tarif sebesar 15% September 2009.

    KenDaLa KLaSiKMeski begitu, laju pertumbuhan bisnis jalan tol masih menghadapi kendala kla-sik yakni, masalah tanah, termasuk bagi CMNP. Direktur Teknik dan Operasi PT Citra Waspphutowa (anak perusahaan CMNP yang menggarap Tol DepokAntasari) Ir Tri Agus Riyanto menutur-kan, masalah utama dalam bisnis jalan tol adalah tanah. Pada tahun 1978 sampai 1996, 90% tanah dibebaskan oleh pe-merintah hingga 600 kilometer. Apalagi, tanah yang digunakan umumnya milik

    Aktivitas lalulintas di gerbang tol Sentul Baratyang baru beroperasi

  • Desember 2009 [Kerjasama Pemerintah & Swasta] KPS 15

    Keberadaan jalan tol sangat membantu mengatasi kepadatan lalulintas

    pemerintah. Tapi sekarang sulit sekali membebaskan tanah, ujarnya.

    Padahal, lanjut Agus, proyek jalan tol baru bisa berjalan jika tanahnya sudah beres. Karenanya, tata cara pembebasan tanah ha-rus dibereskan oleh pemerintah agar inves-tor, kontraktor dan pihak lain yang terlibat bisa menyelesaikan sesuai target. Selain itu, pemerintah juga harus memberikan iklim investasi yang kondusif, terutama 22 ruas tol yang sedang diproses pengadaan tanahnya. Diantaranya Jalan Tol Trans Java dan bebe-rapa proyek di Jawa Barat dan sekitarnya. Untuk konstruksi sudah banyak ahlinya tapi masalah membebaskan tanah belum ada ahlinya, tambah Agus.

    Kendala soal tanah ini dirasakan CMNP ketika terlibat dalam pembangunan Tol DepokAntasari melalui anak perusa-haanya yang bernama PT Citra Wasphuto-wa. Ruas tol sepanjang 22,8 kilometer ini, menurut Agus secara financial tidak layak.

    Pasalnya, pada saat penandatanganan Per-janjian Pengusahaan Jalan Tol (PPJT) Mei 2006, biaya tanah masih sekitar Rp700 mi-liar. Tapi saat ini beban tanah diperkirakan mencapai Rp2 triliun dan biaya konstruksi mencapai Rp1,2 triliun. Nilai investasi ini naik 160% dari estimasi awal.

    Maklum, proyek yang direncanakan untuk mempercepat akses transportasi dari kawasan Depok dan sekitarnya menuju Ja-karta ini, melintasi area padat penduduk. Akibatnya, kenaikan biaya akuisisi lahan dari 24% dari nilai total proyek menjadi 52% membuat kebutuhan investasi mem-bengkak dari alokasi awal sekitar Rp2,9 tri-liun, menjadi hampir Rp5 triliun.

    Untuk itu, harus ada titik temu an-tara investor dengan pemerintah untuk menyelesaikan masalah ini, agar tar-get pembangunan tercapai dan geliat bisnis infrastruktur di tanah air juga kian meroket.

    harus aDa titik temu antara Pemerintah Dan investor agar target Pembangunan tercaPai

  • KPS [Kerjasama Pemerintah & Swasta] Desember 200916

    LAPORAN khusus

    indonesia yang terbentang dari sabang saMpai Merauke, dari Pulau Rote sampai Pulau Penyengat, jelas sangat membutuhkan sarana dan prasarana in-frastruktur yang memadai. Belum lagi dengan pesatnya pertumbuhan ekonomi, khususnya di perkotaan sejak dekade 80an hingga saat ini, juga menyebabkan terjadinya peningkatan kebutuhan akan infrastruktur.

    Salah satu sarana infrastruktur yang sangat dibutuhkan negeri ini adalah pembangunan dan pengelolaan jalan, termasuk jalan tol. Apalagi, pertumbuhan dan mobilitas penduduk di perkotaan juga terus bertambah. Hal ini menyebabkan terus bertambahnya kebutuhan akan penambahan ruas jalan arteri dan jalan tol baru di kota-kota besar di berbagai daerah.

    Seiring tingginya kebutuhan akan infrastruktur, investasi di sektor inipun terus meng-alami kenaikan. Sementara anggaran negara sangat terbatas, karena harus membiayai sek-tor-sektor vital lainnya. Sepanjang 20052009 misalnya, kebutuhan investasi di sektor in-frastruktur rata-rata mencapai US$13 milliar per tahun. Padahal, anggaran negara hanya mampu untuk memenuhi sekitar 38% dari total kebutuhan investasi itu.

    Karenanya, pemerintah pun melakukan beberapa upaya untuk meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat, sehingga kesenjangan antara kebutuhan dan pelayanan dapat dimini-

    kps terkendala masalah tanah

    PT Jasamarga adalah satu-satunya BUMN operator jalan tol. Operator lainnya adalah investor swasta.

    Meski Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) dalam pembangunan dan pengelolaan jalan tol sudah dijalankan, tapi masalah pembebasan lahan kerap masih jadi kendala. Lantas, apa solusinya?

  • Desember 2009 [Kerjasama Pemerintah & Swasta] KPS 17

    malkan. Salah satu caranya adalah dengan mengajak pihak swasta terlibat dalam investasi, pembangunan dan pengelolaan jalan tol di seluruh tanah air.

    Untuk mengatur keterlibatan dan partisipasi pihak swasta, pemerintah pun membuat skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS). Dengan skema ini, pihak swasta memung-kinkan untuk berpartisipasi dalam pembangunan infrastruktur yang bernilai ekonomi. Jika pola KPS ini berjalan lancar, pemerintah akan memfokuskan pada pembangunan infrastruk-tur yang tidak komersial tapi vital bagi masyarakat, seperti pembangunan jalan arteri, drai-nase, infrastruktur pedesaan, dan lainnya.

    Skema KPS kian terbuka setelah dikeluarkannya UU No 38 Tahun 2004 tentang Jalan, Perpres No 67 Tahun 2005 dan PP No 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol. Dalam regulasi ini, terbuka peluang besar melakukan kerjasama antara pemerintah dengan investor swasta, baik dari dalam maupun luar negeri untuk membangun dan mengelola jalan tol.

    Hasilnya, saat ini pun mulai terasa. Di antaranya, pembangunan jalan tol di Indonesia mulai tumbuh dan meningkat. Dari data yang ada, saat ini terdapat sekitar 647 kilometer jalan tol yang sudah beroperasi di Indonesia. Dari data ini, 499 kilometer di antaranya dio-

    perasikan oleh PT Jasa Marga dan sisanya, sekitar 148 km dioperasikan oleh investor swasta.

    Sayangnya, meski skema KPS sudah berjalan, tapi menurut Direktur Teknik dan Operasi PT Citra Waspphutowa (anak perusahaan PT Citra Marga Nusaphala Persada yang menggarap pro-yek Tol DepokAntasari), Ir Tri Agus Riyanto, terdapat kendala yang menghambat berjalannya skema KPS di sektor pembangunan jalan tol. Kendala utamanya adalah turunnya nilai ke-layakan bisnis dan masalah pembebasan lahan. Semua ini berawal dari kelayakan tanah yang terlambat diselesaikan, yang sebenarnya menjadi tugas pemerintah, ujarnya.

    Karenanya, Agus pun mengusulkan agar dicari jalan keluar secara bersama. Pihaknya melihat, lebih baik jika persoalan tanah dibebas-

    kan terlebih dulu oleh pemerintah, baru kemudian diganti oleh swasta yang terlibat dalam proyek tersebut. Setelah itu, lanjutnya, pemerintah dan swasta harus duduk bersama me-nentukan tarif yang bisa disepakati bersama secara optimal. Untuk itu, payung hukumnya harus segera dibentuk. Apalagi dalam National Summit lalu, juga sudah disampaikan agar revisi Perpres No 67 Tahun 2005 bisa masuk dalam program 100 hari pemerintahan SBYBudiono, jelasnya.

    Meski begitu, Agus membocorkan bahwa ke depannya persoalan tanah memang akan menjadi domain pemerintah untuk membebaskannya terlebih dahulu. Setelah itu, proyek baru ditawarkan pada swasta, yang akan mengerjakan konstruksinya. Contohnya proyek Tol Cipularang dan W1 Kebon JerukPenjaringan yang Desember 2009 dijadwalkan sele-sai. Demikian juga dengan proyek tol di Makassar yang tanahnya sudah dibebaskan oleh pemerintah, terang Agus.

    Memang betul. Pemerintah seharusnya memang berperan dalam membebaskan tanah untuk mengurangi faktor komersil dalam pandangan masyarakat. Sehingga, tarif jalan tolnya pun bisa libih murah, investasi menjadi turun, dan perbankan pun lebh mampu membiayai proyek ini dengan jangka kredit yang lebih pendek. Solusinya, soal pengadaan dan pembebas-an tanah harus diatur secara jelas dalam UU Pembebasan Tanah yang akan segera diajukan pemerintah. Semoga.

    skema kPs kian terbuka setelah

    keluarnya uu 38/2004,

    PerPres 67/2005 Dan PP 15/2005 tentang jalan

  • KPS [Kerjasama Pemerintah & Swasta] Desember 200918

    dInamIka

    sosIalIsasI penyedIaan Infrastruktur dI paluMeski pemerintah pusat telah mengeluarkan beberapa regulasi tentang penyediaan infrastruktur dalam skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS), tapi pemerintah daerah belum memahaminya dengan baik. Akibatnya, penyiapan proyek PPP di berbagai daerah masih sangat rendah.

    hal tersebut disampai-kan oleh Jusuf Arby dari Direktorat PKPS Bappenas dalam Sosialisasi Penye-diaan Infrastruktur Melalui Kerjasama Pemerintah dan Swasta Sesuai Perpres No 67 Tahun 2005 di Ruang Pertemuan Kota Palu, Sulawesi Tengah, Kamis (22/10/09).

    Acara yang digelar oleh Direktorat Peningkatan Kerjasama Pemerintah dan Swasta (PKPS), Deputi Bidang Sarana dan Prasarana (BSP) Bappenas beker-jasama dengan Pemerintah Kota Palu

    ini, bertujuan untuk memberikan arah-an serta masukan tentang tata cara pelaksanaan kerjasama pemerintah dan swasta di berbagai sektor infrastuktur berdasarkan Perpres No 67 tahun 2005.

    Dalam pemaparannya, Yudo D Pri-aadi dari Direktorat PKPS menyatakan, sesuai target Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 20052009, pembangunan ekonomi dan infrastruk-tur yang direncanakan pemerintah memiliki beberapa tujuan. Di antaranya, mempercepat pertumbuhan GDP menja-di 7,6%, meningkatkan rasio investasi/

    GDP menjadi 28.4%, mengurangi ting-kat pengangguran menjadi 5.1%, dan mengurangi tingkat kemiskinan men-jadi 8.2%. Agar target RPJM terpenuhi, minimal 5% dari GDP harus disalurkan untuk investasi infrastruktur, karena infrastruktur yang memadai dan berke-sinambungan merupakan prasyarat sekaligus kebutuhan mendesak, tam-bahnya.

    Yudo juga menjelaskan jenis infra-struktur yang dapat dikerjasamakan dengan swasta. Di antaranya, transpor-tasi (pelabuhan laut, sungai, danau,

  • Desember 2009 [Kerjasama Pemerintah & Swasta] KPS 19

    bandar udara, dan jaringan rel KA), ja-lan tol dan jembatan tol, pengairan (air baku), air minum (sarana pengambilan air baku, jaringan transmisi, jaringan distribusi, dan instalasi pengolahan), sampah dan air limbah, jaringan tele-komunikasi, listrik (pembangkit, trans-misi, dan distribusi), migas (pengolahan, penyimpanan, pengangkutan, transmisi, dan distribusi). Kebutuhan investasinya pun cukup besar. Sesuai Infrastructure Summit 2005, pada periode 20052009 kebutuhan investasi diperkirakan menca-pai US$145 miliar, ujarnya.

    Untuk itu, pihaknya menjamin bah-wa pelaksanaan kerjasama dalam Perpres No 67 tahun 2005 mengedepankan prin-sip-prinsip keadilan, keterbukaan, trans-paran, bersaing, bertanggung-gugat, saling menguntungkan dan mendukung. Sedangkan tata cara pengadaan badan usaha bisa terlibat dalam proyek kerjasa-ma dilaksanakan dalam beberapa tahap. Pertama, melalui pelelangan umum. Kedua, pemerintah membentuk panitia pengadaan dan menetapkan pemenang lelang berdasarkan pada rekomendasi panitia pengadaan. Ketiga, rincian pelak-sanaan dijelaskan lebih lanjut dalam Lam-piran Perpres Nomor 67 Tahun 2005.

    Terkait tugas dan wewenang Peme-rintah Daerah dalam pelaksanaan KPS,

    Yudo memaparkan beberapa hal. Per-tama, Pemda menjadi penanggungjawab pelaksanaan proyek kerjasama yang cakupannya di daerah. Kedua, melaku-kan identifikasi, penetapan, dan penyia-pan proyek yang akan dikerjasamakan. Ketiga, mengevaluasi proposal proyek atas prakarsa badan usaha, menetapkan besarnya pertambahan nilai (bonus) dan kompensasi hak intelektual bagi badan usaha. Keempat, melaksanakan penga-daan melalui lelang, membentuk Panitia Lelang, dan menetapkan pemenang ber-dasarkan rekomendasi Panitia Lelang.

    Kelima, menetapkan tarif dan me-kanisme penyesuaiannya. Keenam, me-netapkan kompensasi tarif untuk proyek

    yang mempunyai kepentingan sosial, berdasarkan hasil lelang. Ketujuh, meng-kaji, mengelola risiko, dan menyetujui/menolak usulan pemberian Dukungan Pemerintah. Kedelapan, melaksanakan negosiasi dan menandatangani Perjanji-an Kerjasama. Kedelapan, mengeluarkan Izin Pengusahaan.

    Selain itu, acara ini juga mensosiali-sasikan regulasi lain. Yakni, Peraturan Pe-merintah tentang air minum yang disam-paikan oleh Amri Dharma dari BPP SPAM. Siklus Proyek KPS oleh Eko Wiji Purwanto. Manajemen Risiko dan Dukung an Peme-rintah Dalam Proyek KPS oleh Dadang Jusron dari Pusat Pengelolaan Risiko Fis-kal Departemen Keuangan. Serta, Ben-tuk-Bentuk Kerjasama Pemerintah dan Swasta (PPP Modalities) oleh Susongko dari Lembaga Konsultan.

    Berdasarkan hasil pemaparan dan dis-kusi dapat disimpulkan beberapa hal. Per-tama, adanya beberapa peraturan daerah yang belum sinkron dengan regulasi yang dibuat pemerintah pusat. Kedua, regulasi yang sudah dibuat pemerintah pusat be-lum sepenuhnya dipahami dengan baik oleh pemerintah daerah dan swasta se-hingga menyebabkan rendahnyanya ke-mampuan penyiapan proyek PPP. Ketiga, semua permasalahan di daerah akan dibahas lebih lanjut di tingkat pusat.

    semua Permasalahan

    Di Daerah akan Dibahas lebih lanjut Di tingkat Pusat

  • KPS [Kerjasama Pemerintah & Swasta] Desember 200920

    dInamIka

    sosIalIsasI penyedIaan Infrastruktur dI palemBangRegulasi tentang penyediaan infrastruktur dalam skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) dan peraturan terkait lainnya yang dibuat pemerintah pusat, belum dipahami dengan baik oleh pemerintah daerah dan swasta. Akibatnya, penyiapan proyek PPP di berbagai daerah, termasuk di Palembang, masih sangat rendah.

    deMikian diungkapkan yudo d priaadi dari Direktorat PKPS Bappenas dalam Sosialisasi Penyediaan Infrastruktur Melalui Kerjasama Pemerintah dan Swasta Sesuai Perpres No 67 Tahun 2005 di Ruang Pertemuan Kota Palembang, Sumatera Sela-tan, Selasa (27/10).

    Acara yang digelar oleh Direktorat Pe-ningkatan Kerjasama Pemerintah dan Swasta (PKPS), Deputi Bidang Sarana dan Prasarana (BSP) Bappenas bekerjasama dengan Peme-rintah Kota Palembang ini, bertujuan untuk memberikan arahan serta masukan tentang tata cara pelaksanaan kerjasama pemerin-tah dan swasta di berbagai sektor infrastuk-tur berdasarkan Perpres No 67 tahun 2005 dan peraturan terkait lainnya.

    Asisten II Pemerintah Kota Palembang dalam sambutannya menyatakan, pihaknya sangat antusias terhadap acara sosialisasi ini mengingat masih banyaknya kendala yang dihadapi pemerintah daerah terkait pembangunan infrastruktur. Ia mengharap-kan, melalui acara ini berbagai regulasi yang telah dibuat pemerintah pusat dapat dipahami dengan baik oleh pemerintah daerah dan semua pihak yang terkait. Se-lain itu, berbagai kendala yang dihadapi pe-merintah daerah dapat diketahui secepat-nya oleh pemerintah pusat sehingga akan ditemukan solusi yang tepat, harapnya.

    Sebagaimana yang dilakukan di Kota Palu, dalam pemaparannya, Yudo D Priaadi dari Direktorat PKPS mensosialisasikan be-berapa poin penting. Di antaranya, tujuan pembangunan ekonomi dan infrastruktur, jenis infrastruktur yang dapat dikerjasa-makan dengan pihak swasta, kerangka ku-kum KPS, Lampiran Perpres Nomor 67 Tahun

  • Desember 2009 [Kerjasama Pemerintah & Swasta] KPS 21

    2005 tentang Tata Cara Pengadaan Badan Usaha, tugas dan wewenang pemerintah daerah dalam melaksanakan KPS, dan lainnya.

    Untuk itu, Yudo menjamin bahwa pelaksana-an kerjasama dalam Perpres Nomor 67 Tahun 2005 mengedepankan prinsip keadilan, keterbu-kaan, transparan, bersaing, bertanggung-gugat, saling menguntungkan dan mendukung. Sedang-kan tata cara pengadaan badan usaha bisa terli-bat dalam proyek kerjasama dilaksanakan dalam beberapa tahap. Pertama, melalui pelelangan umum. Kedua, pemerintah membentuk panitia pengadaan dan menetapkan pemenang lelang berdasarkan pada rekomendasi panitia pen-gadaan. Ketiga, rincian pelaksanaan dijelaskan lebih lanjut dalam Lampiran Perpres 67/2005.

    Acara ini, juga digunakan untuk mensosiali-sasikan UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Berkaitan dengan Perpres Nomor 111 Tahun 2007. Dalam sosiali-sasi UU Lalu Lintas ini, Hotma Simanjuntak dari Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Depar-temen Perhubungan, menjelaskan beberapa poin penting. Antara lain, tentang Perlengka-

    pan Jalan (Pasal 26), Jembatan Timbang (Pasal 170), Pengujian Kendaraan Bermotor (Pasal 49, 50, 53 dan 55), Angkutan Umum (Pasal 139), Angkutan Multi Moda (Pasal 165), Terminal (Pasal 33, 35, dan 38).

    Selain itu, beberapa regulasi lain juga diso-sialisasikan pada acara ini. Yakni, Siklus Proyek KPS oleh Eko Widji Purwanto dari Direktorat PKPS Bappenas. Manajemen Risiko dan Dukung-an Pemerintah Dalam Proyek KPS oleh Maman Suhendra dari Pusat Pengelolaan Risiko Fiskal De-partemen Keuangan. Tak ketinggalan, sosialisasi tentang Bentuk-Bentuk Kerjasama Pemerintah dan Swasta (PPP Modalities) oleh Susongko dari Lembaga Konsultan.

    Berdasarkan hasil pemaparan dan diskusi, kesimpulan acara ini juga sama dengan yang dilaksanakan di Palu. Pertama, regulasi yang sudah dibuat pemerintah pusat belum sep-enuhnya dipahami dengan baik oleh pemerin-tah daerah dan swasta, sehingga menyebab-kan rendahnya kemampuan penyiapan proyek PPP. Kedua, semua permasalahan di daerah akan dibahas lebih lanjut di tingkat pusat.

    Pemerintahan Kota Palembang sangat antusias terhadap sosialisasi pembangunan infrastruktur melalui skema KPS

  • KPS [Kerjasama Pemerintah & Swasta] Desember 200922

    dInamIka

    sosIalIsasI penyedIaan Infrastruktur dI lamongan

    kali ini, Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur, mendapat giliran sosialisasi. Acara berlangsung di Ruang Pertemuan Kabupaten Lamongan, Kamis (29/10). Pada acara yang bertajuk Sosialisasi Penyediaan Infrastruktur Melalui Ker-jasama Pemerintah dan Swasta Sesuai Perpres No 67 Tahun 2005 ini, Yudo D Priaadi dari Direktorat PKPS Bappenas menya-takan, meski pemerintah pusat telah mengeluarkan beberapa regulasi tentang penyediaan infrastruktur dalam skema KPS, hingga saat ini pemerintah daerah dan swasta belum mema-haminya dengan baik. Aki-batnya, penyiapan proyek PPP di berbagai daerah, termasuk di Lamongan masih sangat rendah.

    Sementara itu, Sekre-taris Daerah Pemerintah

    Sosialisasi tentang tata cara pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) dalam penyediaan berbagai sektor infrastruktur berdasarkan Perpres Nomor 67 Tahun 2005, terus diagendakan oleh Direktorat Peningkatan Kerjasama Pemerintah dan Swasta (PKPS), Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), di berbagai daerah di Indonesia.

    Kabupaten Lamongan dalam sambutannya menyampai-kan, pihaknya menyambut antusias sosialisasi ini meng-ingat banyaknya kendala yang dihadapi Pemda dalam pembangunan infrastruktur. Ia mengharapkan, mela-lui acara ini berbagai regulasi yang dibuat pemerintah pusat dapat dipahami dengan baik oleh Pemda dan se-mua pihak yang terkait di daerah. Sebaliknya, berbagai kendala yang dihadapi Pemda juga bisa diketahui pusat sehingga akan ditemukan solusi yang tepat.

    Saat memaparkan tentang Perpres Nomor 67 Ta-hun 2005, Yudo D Priaadi menjelaskan, dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 20052009, pembangunan ekonomi dan infrastruktur menargetkan pencapaian beberapa hal. Di antaranya, mempercepat pertumbuhan GDP menjadi 7,6%, meningkatkan ra-sio investasi/GDP menjadi 28,4%, mengurangi tingkat pengangguran menjadi 5,1%, dan mengurangi tingkat kemiskinan menjadi 8,2%. Agar target ini terpenuhi, minimal 5% dari GDP harus digunakan untuk investasi infrastruktur, karena infrastruktur yang memadai dan berkesinambungan merupakan prasyarat sekaligus kebu-tuhan mendesak, tambahnya.

    Selanjutnya, Yudo memaparkan jenis Infrastruk-tur yang dapat dikerjasamakan dengan swasta. Yakni, transportasi (pelabuhan laut, sungai, danau, bandar udara, dan jaringan rel KA); jalan tol dan jembatan tol; pengairan (air baku); air minum (sarana pengambilan air baku, jaringan transmisi, jaringan distribusi, dan instalasi pengolahan); sampah dan air limbah; jaring-an telekomunikasi; listrik (pembangkit, transmisi, dan

  • Desember 2009 [Kerjasama Pemerintah & Swasta] KPS 23

    distribusi); migas (pengolahan, penyimpanan, pengangkutan, transmisi, dan distribusi). Sesuai Infrastructure Summit 2005, sepanjang periode 20052009 membutuhkan investasi sekitar US$145 miliar, ujarnya.

    Untuk itu, pihaknya menjamin bahwa pelaksa-naan kerjasama dalam Perpres No 67 tahun 2005 mengedepankan prinsip keadilan, keterbukaan, transparan, bersaing, bertanggung-gugat, saling menguntungkan dan mendukung. Apalagi, tata cara pengadaan badan usaha yang terlibat dalam proyek kerjasama dilaksanakan dengan sistem ter-buka. Pertama, melalui pelelangan umum. Kedua, pemerintah membentuk panitia pengadaan. Ke-tiga, penetapan pemenang lelang didasarkan pada rekomendasi panitia pengadaan. Keempat, rincian pelaksanaan dijelaskan lebih lanjut dalam Lampir-an Perpres 67/2005.

    Dalam melaksanakan KPS, Menurut Yudo, Pemda juga memiliki tugas dan wewenang. Per-tama, Pemda menjadi penanggungjawab pelaksa-naan proyek yang cakupannya di daerah. Kedua, melakukan identifikasi, penetapan, dan penyiapan proyek yang akan dikerjasamakan. Ketiga, menge-valuasi proposal proyek atas prakarsa badan usaha. Keempat, menetapkan besarnya pertambahan ni-lai (bonus) dan kompensasi hak intelektual bagi badan usaha. Kelima, melaksanakan pengadaan melalui lelang, membentuk Panitia Lelang, dan menetapkan pemenang berdasarkan rekomendasi Panitia Lelang.

    Keenam, menetapkan tarif dan mekanisme pe-nyesuaiannya. Ketujuh, menetapkan kompensasi tarif untuk proyek yang mempunyai kepentingan sosial berdasarkan hasil lelang. Kedelapan, meng-kaji, mengelola risiko, dan menyetujui atau meno-lak usulan pemberian Dukungan Pemerintah. Ke-sembilan, melaksanakan negosiasi dan menanda-

    tangani Perjanjian Kerjasama. Kesepuluh, menge-luarkan Izin Pengusahaan.

    Selain mensosialisasikan Perpres Nomor 67 Tahun 2005, acara ini juga mensosialisasikan be-berapa regulasi lain. Antara lain, Peraturan Pe-merintah tentang air minum yang disampaikan oleh Amri Dharma dari BPPSPAM, Siklus Proyek KPS oleh Eko Wiji Purwanto dari Direktorat PKPS, Manajemen Risiko dan Dukungan Pemerintah Dalam Proyek KPS oleh Dadang Jusron dari Pusat Pengelolaan Risiko Fiskal Departemen Keuangan. Serta, Bentuk-Bentuk Kerjasama Pemerintah dan Swasta (PPP Modalities) oleh Anto dari Kon-sultan FRSDP.

    Berdasarkan hasil pemaparan dan diskusi se-lama acara disimpulkan beberapa hal. Pertama, adanya peraturan daerah yang belum sinkron de-ngan regulasi yang dibuat pemerintah pusat. Ked-ua, regulasi yang sudah dibuat pemerintah pusat belum sepenuhnya dipahami dengan baik oleh Pemda dan swasta sehingga menyebabkan ren-dahnya kemampuan penyiapan proyek PPP. Ketiga, semua permasalahan di daerah akan dibahas lebih lanjut di tingkat pusat.

    sesuai infrastructure summit 2005, sePanjang PerioDe 2005-2009 membutuhkan investasi us$145 miliar

  • KPS [Kerjasama Pemerintah & Swasta] Desember 200924

    sorot

    SEJAK LAMA, AS BANGuN ToL bermitra swasta

    meLibatkan pihak swasta daLam pem-bangunan inFrastruktur JaLan toL di amerika serikat (as) sudah terJadi seJak tahun 1794. Semua pembiayaan jalan tol, yang merupakan sejarah jalan tol pertama di AS, mur-ni didanai oleh pihak swasta. Keterlibatan pihak swasta ini terus berlangsung hingga tahun 1937. Kemudian, untuk selanjutnya, pemerintah ikut ber-peran mensinkronkan peran swata dalam pemba-ngunan jalan bebas hambatan ini.

    Dikutip dari Majalah Governing, peran aktif pe-merintah AS dalam hal pembiayaan ini mengikuti sekaligus membantu kelancaraan pembangunan tol, sehingga jalan bagi penduduk Philadelphia-Lancaster Turnpike dan sekitarnya semakin cepat

    terpenuhi dan bisa digunakan serta dilalui oleh penduduk sekitarnya.

    Keterlibatan pemerintah ini diikuti oleh Negara Bagian Florida yang sedang membangun I-595 Ex-pressway dengan menelan biaya US$1,8 miliar. Pembiayaan dari sektor swasta yang dipimpin ACS Infrastructure Development ini menggunakan ske-ma availability payment yang merupakan model dari pembiayaan yang sangat populer di Eropa.

    Usai pembangunannya, selama 35 tahun, pemerintah membayar penggantiannya kepada konsorsium tersebut lebih dari US$1,8 miliar dan melanjuti pengelolaannya. Artinya, penetapan tarif merupakan otorita tunggal pemerintah, di samping Pemerintah Florida mempertahankan ke-

    seimbangan beban biaya jalan tol yang direncana akan selesai tahun 2014 itu.

    Sama halnya pembangunan di nega-ra bagian Amerika lainnya, yakni Mary-land. Maryland kini dalam tahap pem-bangunan Intercounty Connector (IC) yang merupakan tol pertama timur-barat jalan raya di pinggiran utara Washington DC. Ditargetkan, pembangunan IC meng-habiskan dana sebanyak US$2,6 miliar. Dana tersebut diambil dari kendaraan bermotor pada jam sibuk. Selanjutnya usai pembangunan tol tersebut peme-rintah Maryland berupaya memperta-hankan keberadaan tol tersebut, seh-ingga pendapatan didapatkan 100 persen dari tarif tol tersebut.

    Yang tak kalah besar dalam hal tol ini yang memakan dana besar dalam pem-bangunannya di negara bagian AS lain-nya adalah Virginia yang sedang mem-

    Beberapa Negara Bagian di Amerika Serikat ikut ambil bagian dalam pembangunan tol dengan kerjasama yang melibatkan pihak swasta. Tidak hanya pembangunannya, namun hingga pada tahap pengelolaan jalan tol.

    Penetapan tarif tol merupakan otoritas pemerintah di Florida, Amerika Serikat

  • Desember 2009 [Kerjasama Pemerintah & Swasta] KPS 25

    bangun I-495 HOT Lanes. Dana yang dibutuhkan dalam pembangunan tol ini sebanyak US$1,9 miliar. Virgia bermitra dengan swasta untuk memperluas I-495 dan seperlima besarnya biaya proyek yakni US$400 juta ditanggung Pemerin-tah Virginia.

    Skema pembiayaan I-495 dari sektor swasta ini tidak berhenti pada pembangunannya saja, sampai pemeliharaan jalan pun dikelola oleh dua perusahaan swasta, yaitu Fluor dan Trans-urban. Artinya, semua tidak lepas daripada persetujuan antara pemerintah dengan swasta. Salah satu kesepakatan dengan Virginia yakni pemeliharaan tersebut kontrak selama 75 ta-hun dari pendapatan tol tersebut. Swasta me-megang penuh atas penetapan tarif tol, namun Virginia tetap mempertahankan 30 persen dari pendapatan tol.

    Lain halnya di Texas, Texas bermitra dengan per-usahaan swasta yang berge-rak di bidang infrastruktur dan mampu membiayai hingga US$1,4 miliar hingga pemeliharaan dan penge lolaannya. Selain itu, untuk melanjutkan kemi-traannya dua perusahaan swasta, Zachry American Infrastructure dan Cintra (perusahaan dari Spanyol), yang membangun State

    Highway 130 tersebut membayar uang sewanya dimuka sebesar US$26 juta selama 50 tahun ke depan kepada Texas.

    Untuk memicu pertumbuhan produk domes-tik dari segi transportasi pemerintah juga ikut mengontrol kenaikan tarif tol.

    Kesepakatan antara pemerintah pun tidak mutlak mengikuti kemauan dari investor. Adapun yang dihasilkan dari kesepakatan kedua belah pihak tersebut, jika swasta atau investor tidak mampu melunasi perjanjian dan penyelesaian pembangunan tol hingga 2012, maka peme-rintah akan mengambil alih termasuk melunasi utang hingga menyelesaikan pembangunan tol tersebut.

    Belajar dari negara-negara bagian Amerika Serikat ini, dikutip dari Governing, Washington

    sudah membuka akses jalan bebas hambatan ini pada November 2007. California telah menyelesaikan pemban-gunan jalan arah selatan San Diego dengan bek-erjasama pengembang infrastruktur dari Aus-tralia. Pengelolaan dan pemeliharaan South Bay Expressway pun bermi-tra antara pemerintah dengan swasta.

    Pembiayaan sektor

    swasta tiDak terhenti PaDa

    Pembangunan saja

  • KPS [Kerjasama Pemerintah & Swasta] Desember 200926

    INFO kps

    no nama proyek status

    1

    Integrated Solid Waste Final Disposal and Treatment Facility for Greater Bandung Area West Java

    Dalam proses penyiapan pengadaan konsultan untuk bantuan penyiapan proyek (PDF)

    2

    Integrated Solid Waste Final Disposal and Treatment Facility for Bogor and Depok Area West Java

    Dalam proses penyiapan pengadaan konsultan untuk bantuan penyiapan proyek (PDF)

    3Consolidated Urban Development for Krueng Aceh River, Banda Aceh

    Dalam proses pengadaan konsultan untuk bantuan penyiapan proyek (PDF)

    4Potable Water Project Kab. Maros, Sulawesi Selatan

    Konsultan bantuan penyiapan proyek PDF telah dimobilisasi untuk penyiapan Pra FS

    5

    Gedebage Integrated Terminal, Kota Bandung (Terminal Terpadu Gedebage-Kota Bandung)

    Dalam proses pengadaan konsultan untuk bantuan penyiapan proyek (PDF)

    6 pltu jawa tengah

    Pra-kualifikasi sudah dilaksanakan (7 perusahaan lolos PQ)Saat ini masih menunggu ijin prinsip dukungan pemerintah agar bisa melanjutkan proses tender

    7

    Pre-Feasibility Study and TAS for The Margagiri-Ketapang Ferry Project

    Konsultan PDF sudah dimobilisasi untuk FS dan mereview lokasi pengganti pelabuhan

    8peningkatan penyediaan air Bersih, kota palu

    Proses penyiapan pengadaan konsultan untuk bantuan penyiapan proyek (PDF)

    9

    pembangunan Instalasi pengolahan air Bersih dan perpipaan, kabupaten lamongan

    10pembangunan system penyediaan air minum, kota serang

    UPDATE PROyEK KPS yANG DIBANTU OLEH PDF-IRSDP PER DESEMBER 2009

  • Desember 2009 [Kerjasama Pemerintah & Swasta] KPS 27

    11 kertajati West java International Airport

    Dalam proses persiapan pengadaan konsultan bantuan penyiapan proyek (PDF)

    12

    Cruise Ship terminal tanah ampo kab. karang asem, Bali

    Dalam proses pengadaan individual konsultan untuk bantuan transaksi proyek (PDF)

    13pembangunan terminal kargo pekan Baru, riau

    Dalam proses persiapan pengadaan konsultan bantuan penyiapan proyek (PDF)

    14pembangunan terminal terpadu multimoda karya jaya, palembang

    Dalam proses persiapan pengadaan konsultan bantuan penyiapan proyek (PDF)

    15malioboro area development

    Bappenas telah mengeluarkan surat persetujuan untuk memberikan bantuan

    penyiapan proyek pada Tanggal 26

    November 2009

    Saat ini dalam proses persiapan pengadaan konsultan bantuan penyiapan proyek (PDF)

    16sanitasi komunal dan Iplt rumah susun kota palembang

    Bappenas telah memberikan surat persetujuan atas usulan proyek tersebut

    pada Tanggal 26 Mei 2009

    Sampai saat ini pemerintah daerah kota Palembang belum memberikan data-data

    awal terkait dengan rencana pembangunan

    sanitasi komunal dan IPLT rumah susun

  • KPS [Kerjasama Pemerintah & Swasta] Desember 200928

    INFO kps