bahan oma vindy

15
Pendahuluan Otitis Media Akut (OMA) merupakan inflamasi akut pada sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid yang berlangsung kurang dari tiga minggu. 1 Yang dimaksud dengan telinga tengah adalah ruang di dalam telinga yang terletak antara membran timpani dengan telinga dalam serta berhubungan dengan nasofaring melalui tuba Eustachius. 2 Perjalanan OMA terdiri atas beberapa aspek yaitu efusi telinga tengah yang akan berkembang menjadi pus oleh karena adanya infeksi mikroorganisme, adanya tanda inflamasi akut, serta munculnya gejala otalgia, iritabilitas, dan demam. 3 Dalam realita yang ada, OMA merupakan salah satu dari berbagai penyakit yang umum terjadi di berbagai belahan dunia, termasuk di negara-negara dengan ekonomi rendah dan Indonesia, serta memiliki angka kejadian yang cukup bervariasi pada tiap-tiap negara. 4,5 Penyakit ini juga telah menimbulkan beban lain yang cukup berarti, diantaranya waktu dan biaya. OMA merupakan penyakit infeksi yang paling sering terjadi di Amerika Serikat. Salah satu laporan Center for Disease Control and Prevention (CDC) dalam salah satu programnya yaitu CDC’s Active Bacterial Core Surveillance (ABCs) di Amerika Serikat tahun 1999 menunjukkan kasus OMA terjadi sebanyak enam juta kasus per tahun. Meropol, dkk juga mendapati 45-62% indikasi pemberian antibiotik

Upload: leo-kolong

Post on 18-Feb-2016

219 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

oma oma oma

TRANSCRIPT

Page 1: Bahan OMA Vindy

Pendahuluan

Otitis Media Akut (OMA) merupakan inflamasi akut pada sebagian atau

seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel

mastoid yang berlangsung kurang dari tiga minggu.1 Yang dimaksud dengan

telinga tengah adalah ruang di dalam telinga yang terletak antara membran

timpani dengan telinga dalam serta berhubungan dengan nasofaring melalui tuba

Eustachius.2 Perjalanan OMA terdiri atas beberapa aspek yaitu efusi telinga

tengah yang akan berkembang menjadi pus oleh karena adanya infeksi

mikroorganisme, adanya tanda inflamasi akut, serta munculnya gejala otalgia,

iritabilitas, dan demam.3

Dalam realita yang ada, OMA merupakan salah satu dari berbagai

penyakit yang umum terjadi di berbagai belahan dunia, termasuk di negara-negara

dengan ekonomi rendah dan Indonesia, serta memiliki angka kejadian yang cukup

bervariasi pada tiap-tiap negara.4,5 Penyakit ini juga telah menimbulkan beban lain

yang cukup berarti, diantaranya waktu dan biaya. OMA merupakan penyakit

infeksi yang paling sering terjadi di Amerika Serikat. Salah satu laporan Center

for Disease Control and Prevention (CDC) dalam salah satu programnya yaitu

CDC’s Active Bacterial Core Surveillance (ABCs) di Amerika Serikat tahun 1999

menunjukkan kasus OMA terjadi sebanyak enam juta kasus per tahun. Meropol,

dkk juga mendapati 45-62% indikasi pemberian antibiotik pada anak-anak di

Amerika Serikat disebabkan OMA.6 Di Australia, tiap tahunnya 3-5% anak

meninggal akibat komplikasi otitis media dan 15 anak menderita kehilangan

pendengaran permanen akibat otitis media. Di Indonesia sendiri angka kejadian

otitis media sebesar 3,9-6,9%.7

Faktor usia merupakan salah satu faktor resiko yang cukup berkaitan

dengan terjadinya OMA. Kasus OMA secara umum banyak terjadi pada anak-

anak dibandingkan kalangan usia lainnya. Kondisi demikian terjadi karena faktor

anatomis, dimana pada fase perkembangan telinga tengah saat usia anak-anak,

tuba Eustachius memang memiliki posisi yang lebih horizontal dengan drainase

yang minimal dibandingkan dengan usia lebih dewasa.2 Hal inilah yang membuat

kecenderungan terjadinya OMA pada usia anak-anak lebih besar dan lebih ekstrim

dibandingkan usia dewasa. Berdasarkan realita yang ada, Donaldson menyatakan

Page 2: Bahan OMA Vindy

bahwa anak-anak berusia 6-11 bulan lebih rentan terkena OMA, dimana

frekuensinya akan berkurang seiring dengan pertambahan usia, yaitu pada rentang

usia 18-20 bulan. Pada usia yang lebih tua, beberapa anak cenderung tetap

mengalami OMA dengan persentase kejadian yang cukup kecil dan terjadi paling

sering pada usia empat tahun dan awal usia lima tahun. Setelah gigi permanen

muncul, insidensi OMA menurun dengan signifikan, walaupun beberapa individu

yang memang memiliki kecenderungan tinggi mengalami otitis tetap sering

mengalami episode eksaserbasi akut hingga memasuki usia dewasa. Kadang-

kadang, individu dewasa yang tidak pernah memiliki riwayat penyakit telinga

sebelumnya, namun mengalami Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) yang

disebabkan oleh adanya infeksi virus juga mengalami OMA.8

Page 3: Bahan OMA Vindy

Epidemiologi

Otitis media terdapat pada semua bangsa diseluruh dunia baik di negara

berkembang maupun negara maju dengan angka kejadian bervariasi. Di negara-

negara berkembang angka kejadian jauh lebih tinggi karena beberapa hal misalnya

higiene yang kurang, faktor sosioekonomi, gizi yang rendah, kepadatan penduduk

serta masih ada pengertian masyarakat yang salah terhadap penyakit ini sehingga

mereka tidak berobat sampai tuntas.

Di Amerika Serikat, otitis media terdiagnosis lebih dari 5 juta kali setiap

tahunnya, dan merupakan alasan paling banyak dituliskannya resep antibiotik

untuk anak-anak. Di Australia, tiap tahunnya 3-5% anak meninggal akibat

komplikasi otitis media dan 15 anak menderita kehilangan pendengaran permanen

akibat otitis media. Di Indonesia sendiri angka kejadian otitis media sebesar 3,9-

6,9%.7

Stadium OMA

1) Stadium Oklusi Tuba Eustachius

Tanda adanya oklusi tuba eustachius adalah gambaran retraksi membran

timpani akibat terjadinya tekanan negatif di dalam telinga tengah, akibat

absorbsi udara. Kadang-kadang membran timpani tampak normal (tidak

ada kelainan) atau berwarna keruh pucat. Efusi mungkin telah terjadi, tapi

tidak dapat di deteksi. Stadium ini sukar dibedakan dengan otitis media

serosa yang disebabkan oleh virus atau alergi.1

2) Stadium Hiperemis (Stadium Pre-Supurasi)

Pada stadium hiperemis, tampak pembuluh darah yang melebar di

membran timpani tampak hiperemis serta edema. Sekret yang telah

terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar

terlihat.1

3) Stadium Supurasi

Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel

superfisial serta terbentuknya eksudat purulen di kavum timpani,

menyebabkan membran timpani menonjol (bulging) ke arah liang telinga

luar. Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat,

serta rasa nyeri di telinga semakin bertambah berat.1

Page 4: Bahan OMA Vindy

4) Stadium perfrorasi

Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotik atau

virulensi kuman yang tinggi, maka dapat terjadi ruptur membran timpani

dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke telinga luar. Anak yang

tadinya gelisah sekarang menjadi tenang, suhu badan menurun dan anak

dapat tertidur dengan nyenyak.1

5) Stadium Resolusi

Bila membran timpani tetap utuh, maka keadaan membran timpani

perlahan-lahan akan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka

sekretnya akan berkurang dan akhirnya kering. Bila daya tahan tubuh baik

atau virulensi kuman rendah, maka resolusi dapat terjadi walaupun tanpa

pengobatan. OMA berubah menjadi OMSK bila perforasi menetap dengan

sekret yang keluar terus-menerus atau hilang timbul. OMA dapat tibul

gejala sisa (sequele) berupa otitis media serosa bila sekret menetap di

kavum timpani tanpa terjadinya perforasi.1

Gejala Klinis

Gejala awal yang sering timbul pada pasien OMA, yaitu infeksi saluran

nafas atas. Gejala klinis OMA bergantung pada stadium penyakit serta umur

pasien. Pada anak yang sudah dapat berbicara keluhan utama adalah rasa nyeri di

dalam telinga, di samping suhu tubuh yang tinggi. Biasanya terdapat riwayat

batuk pilek sebelumnya. Pada anak yang lebih besar atau pada orang dewasa,

selain rasa nyeri, terdapat gangguan pendengaran berupa rasa penuh di telinga

atau rasa kurang mendengar. Pada bayi dan anak kecil, gejala khas OMA adalah

suhu tubuh tinggi dapat mencapai 39,5°C (pada stadium supurasi), anak gelisah

dan sukar tidur, tiba-tiba anak menjerit waktu tidur, diare, kejang-kejang dan

kadang-kadang anak memegang telinga yang sakit. Bila terjadi ruptur membran

timpani, maka sekret mengalir ke liang telinga, suhu tubuh turun dan anak tidur

tenang.1,9

Diagnosa Banding

Pada pasien dengan keluhan otore (keluarnya cairan dari telinga tengah),

yang biasanya rekuren, didiagnosa sebagai Otitis Media Supuratif Kronik

Page 5: Bahan OMA Vindy

(OMSK), atau dapat dicurigai sebagai tubotimpani maupun kolesteatoma. Infeksi

primer maupun sekunder dari otalgia (nyeri pada telinga) dan otore juga

bermanifestasi pada otitis eksterna. Gejala lain dari otalgia yang menjalar

dirasakan pada sakit gigi dan sendi temporomandibular. Pada orang dewasa,

keluhan otalgia dapat didiagnosa banding sebagai neoplasma laring dan laring.

Sedangkan pada neonatus dan bayi, otalgia disertai demam tinggi dapat dicurigai

meningitis.9

Tatalaksana

Terapi bergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan pada stadium awal

ditujukan untuk mengobati infeksi saluran napas, dengan pemberian antibiotik,

dekongestan lokal atau sistemik, dan antipiretik.1

1) Stadium Oklusi

Terapi ditujukan untuk membuka kembali tuba Eustachius sehingga tekanan

negatif di telinga tengah hilang. Diberikan obat tetes hidung HCl efedrin

0,25% untuk anak < 12 tahun atau HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologis

untuk anak diatas 12 tahun dan dewasa. Sumber infeksi lokal harus diobati.

Antibiotik diberikan bila penyebabnya kuman.

2) Stadium Presupurasi

Diberikan antibiotik, obat tetes hidung dan analgesik. Bila membran timpani

sudah terlihat hiperemis difus, sebaiknya dilakukan miringotomi. Dianjurkan

pemberian antibiotik golongan penisilin atau eritromisin. Jika terjadi

resistensi, dapat diberikan kombinasi dengan asam klavulanat atau

sefalosporin. Untuk terapi awal diberikan penisilin intramuskular agar

konsentrasinya adekuat di dalam darah sehingga tidak terjadi mastoiditis

terselubung, gangguan pendengaran sebagai gejala sisa dan kekambuhan.

Antibiotik diberikan minimal selama 7 hari.

3) Stadium Supurasi

Selain antibiotik, pasien harus dirujuk untuk melakukan miringotomi bila

membran timpani masih utuh sehingga gejala cepat hilang dan tidak terjadi

ruptur.

4) Stadium Perforasi

Page 6: Bahan OMA Vindy

Terlihat sekret banyak keluar, kadang secara berdenyut. Diberikan obat cuci

telinga H2Ow2 3% selama 3-5 hari serta antibiotik yang adekuat sampai 3

minggu. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi akan menutup sendiri

dalam 7-10 hari.

5) Stadium Resolusi

Membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi, dan

perforasi menutup. Bila tidak, antibiotik dapat dilanjutkan sampai 3 minggu.

Bila tetapi, mungkin telah terjadi mastoiditis.

Sekitar 80% kasus OMA sembuh dalam 3 hari tanpa pemberian antibiotik.

Observasi dapat dilakukan. Antibiotik dianjurkan jika gejala tidak membaik dalam

dua sampai tiga hari, atau ada perburukan gejala. Ternyata pemberian antibiotik

yang segera dan dosis sesuai dapat terhindar dari tejadinya komplikasi supuratif

seterusnya. Masalah yang muncul adalah risiko terbentuknya bakteri yang resisten

terhadap antibiotik meningkat. American Academy of Pediatrics (2004)

mengkategorikan OMA yang dapat diobservasi dan yang harus segera diterapi

dengan antibiotik sebagai berikut.10

Usia Diagnosis pasti (certain) Diagnosis meragukan (uncertain)

Kurang dari 6 bulan Antibiotik Antibiotik6 bulan sampai 2 tahun Antibiotik Antibiotik jika gejala

berat, observasi jika gejala ringan

2 tahun ke atas Antibiotik jika gejala berat, observasi jika gejala ringan

Observasi

Diagnosis pasti OMA harus memiliki tiga kriteria, yaitu bersifat akut,

terdapat efusi telinga tengah, dan terdapat tanda serta gejala inflamasi telinga

tengah. Gejala ringan adalah nyeri telinga ringan dan demam kurang dari 39°C

dalam 24 jam terakhir. Sedangkan gejala berat adalah nyeri telinga sedang-berat

atau demam 39°C. Pilihan observasi selama 48-72 jam hanya dapat dilakukan

pada anak usia enam bulan sampai dengan dua tahun, dengan gejala ringan saat

pemeriksaan, atau diagnosis meragukan pada anak di atas dua tahun. Follow-up

dilaksanakan dan pemberian analgesia seperti asetaminofen dan ibuprofen tetap

diberikan pada masa observasi.11

Page 7: Bahan OMA Vindy

Menurut American Academic of Pediatric (2004), amoksisilin merupakan

first-line terapi dengan pemberian 80mg/kgBB/hari sebagai terapi antibiotik awal

selama lima hari. Amoksisilin efektif terhadap Streptococcus penumoniae. Jika

pasien alergi ringan terhadap amoksisilin, dapat diberikan sefalosporin seperti

cefdinir. Second-line terapi seperti amoksisilin-klavulanat efektif terhadap

Haemophilus influenzae dan Moraxella catarrhalis, termasuk Streptococcus

penumoniae. Pneumococcal 7-valent conjugate vaccine dapat dianjurkan untuk

menurunkan prevalensi otitis media.10,11

Terdapat beberapa tindakan pembedahan yang dapat menangani OMA

rekuren, seperti miringotomi dengan insersi tuba timpanosintesis, dan

adenoidektomi.12

1. Miringotomi

Miringotomi ialah tindakan insisi pada pars tensa membran timpani, supaya

terjadi drainase sekret dari telinga tengah ke liang telinga luar. Syaratnya adalah

harus dilakukan secara dapat dilihat langsung, anak harus tenang sehingga

membran timpani dapat dilihat dengan baik. Lokasi miringotomi ialah di kuadran

posterior-inferior. Bila terapi yang diberikan sudah adekuat, miringotomi tidak

perlu dilakukan, kecuali jika terdapat pus di telinga tengah (Djaafar, 2007).

Indikasi miringostomi pada anak dengan OMA adalah nyeri berat, demam,

komplikasi OMA seperti paresis nervus fasialis, mastoiditis, labirinitis, dan

infeksi sistem saraf pusat. Miringotomi merupakan terapi third-line pada pasien

yang mengalami kegagalan terhadap dua kali terapi antibiotik pada satu episode

OMA. Salah satu tindakan miringotomi atau timpanosintesis dijalankan terhadap

anak OMA yang respon kurang memuaskan terhadap terapi second-line, untuk

menidentifikasi mikroorganisme melalui kultur.

2. Timpanosintesis

Menurut Bluestone dalam Titisari (2005), timpanosintesis merupakan pungsi

pada membran timpani, dengan analgesia lokal supaya mendapatkan sekret untuk

tujuan pemeriksaan. Indikasi timpanosintesis adalah terapi antibiotik tidak

memuaskan, terdapat komplikasi supuratif, pada bayi baru lahir atau pasien yang

sistem imun tubuh rendah. Menurut Buchman (2003), pipa timpanostomi dapat

menurun morbiditas OMA seperti otalgia, efusi telinga tengah, gangguan

Page 8: Bahan OMA Vindy

pendengaran secara signifikan dibanding dengan plasebo dalam tiga penelitian

prospertif, randomized trial yang telah dijalankan.

3. Adenoidektomi

Adenoidektomi efektif dalam menurunkan risiko terjadi otitis media dengan

efusi dan OMA rekuren, pada anak yang pernah menjalankan miringotomi dan

insersi tuba timpanosintesis, tetapi hasil masih tidak memuaskan. Pada anak kecil

dengan OMA rekuren yang tidak pernah didahului dengan insersi tuba, tidak

dianjurkan adenoidektomi, kecuali jika terjadi obstruksi jalan napas dan

rinosinusitis rekuren.

Pencegahan

Terdapat beberapa hal yang dapat mencegah terjadinya OMA. Mencegah

ISPA pada bayi dan anak-anak, menangani ISPA dengan pengobatan adekuat,

menganjurkan pemberian ASI minimal enam bulan, menghindarkan pajanan

terhadap lingkungan merokok, antibiotik profilaksis, vaksinasi dan menjaga

higenitas telinga.10,12

Prognosis

Prognosis pasien dengan OMA tanpa komplikasi dapat mengalami

perbaikan tanpa gejala sisa. Dari beberapa kasus, pada perbaikan stadium

supuratif, efusi telinga tengah yang steril tetap ada. Bila efusi ini berlanjut selama

lebih dari 3 bulan, maka diagnosis OME (otitis media efusi) ditegakkan. Pasien

yang mengalami perforasi membran timpani dengan otore, sebagian kecil terus

berkembang menjadi OMSK karena kegagalan resolusi membran timpani.10

DAFTAR PUSTAKA

1. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. 2007. Buku Ajar Ilmu

Kesehatan: Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Jakarta, Balai Penerbit

FKUI, hal. 64-77.

Page 9: Bahan OMA Vindy

2. Tortora, GJ, Derrickson, BH, 2009. The Special Senses. Dalam: Roesch, B., dkk,

ed. Principles of Anatomy and Physiology 12th edition International Student

Version Volume 1. Hoboken: John Wiley and Sons, Inc, 620-621.

3. World Health Organization (WHO). 2010. Second Hand Smoke: Accessing The

Burden of Disease at National and Local Levels. Enviromental of Disease Series,

18: 12-13; 23-26.

4. World Health Organization (WHO). 2006. Primary Ear and Hearing Care

Training Resource: Advanced Level. WHO Press.

5. World Health Organization Regional Office for South Asia (WHO-SEARO).,

2007. Situation Review and Update on Deafness, Hearing Lossand Intervention

Programmes Proposed Plans of Action for Preventionand Alleviation of Hearing

Impairment in Countries of the South-East Asia Region.

6. Meropol, SB, Glick, HA, Asch, DA. 2008. Age Inconsistency in The American

Academy of Pediatrics Guidelines for Acute Otitis Media. Pediatrics, 121(4):

657-663.

7. Rumimpunu A, Kountul C, Buntuan V. 2013. Pola bakteri aerob dan uji

kepekaan terhadap antibiotika pada penderita otitis media di poliklinik THT-

KL BLU RSUP prof. Dr. R. D. Kandou manado periode Desember 2012-

Januari 2013. Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi.

8. Donaldson, JD. 2010. Middle Ear, Acute Acute Otitis Media, Medical Treatment:

Overview, eMedicine. Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/

article/859316-overview. [Diakses 03 Septembe 2011].

9. Lalwani AK. 2008. Current Diagnosis dan Treatment: Otolaryngology Head

and Neck Surgery. United State of America, The McGraw-Hill Companies,

Inc.

10. American Academy of Pediatrics and America Academy of Family

Physicians. 2004. Diagnosis and Management of Acute Otitis Media.

Pediatrics 113(5):1451-1465.

11. Kerschner, JE. 2007. Otitis Media. In: Kliegman, R.M., ed. Nelson Textbook

of Pediatrics. 18th ed. USA: Saunders Elsevier, 2632-2646.

12. Buchman, CA, Levine, JD, Balkany, TJ. 2003. Infection of the Ear. In: Lee,

K.J., ed. Essential Otolaryngology Head and Neck Surgery. 8th ed. USA:

McGraw-Hill Companies, Inc, 462-511.

Page 10: Bahan OMA Vindy