referat oma (word)

30
REFERAT OTITIS MEDIA AKUT Penyusun : Rosa Lina 030.08.213 Pembimbing: dr. Agus S, Sp.THT-KL, M.Kes Kepaniteraan Klinik Ilmu Telinga Hidung Tenggorok Rumah Sakit TNI Angkatan Laut Dr. Mintohardjo

Upload: ridy-ishvara-p

Post on 26-Jul-2015

793 views

Category:

Documents


41 download

TRANSCRIPT

Page 1: Referat Oma (Word)

REFERAT

OTITIS MEDIA AKUT

Penyusun :

Rosa Lina

030.08.213

Pembimbing:

dr. Agus S, Sp.THT-KL, M.Kes

Kepaniteraan Klinik Ilmu Telinga Hidung Tenggorok

Rumah Sakit TNI Angkatan Laut Dr. Mintohardjo

Periode 18 Juni – 21 Juli 2012

Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Page 2: Referat Oma (Word)

LEMBAR PENGESAHAN

Referat yang berjudul “Otitis Media Akut” telah diterima dan disetujui

pada tanggal Juli 2012

oleh pembimbing sebagai salah satu syarat menyelesaikan

Kepaniteraan Klinik Ilmu Telinga, Hidung, dan Tenggorok.

Rumah Sakit TNI Angkatan Laut Dr. Mintohardjo

Jakarta, Juli 2012

dr. Agus S, Sp.THT.KL, M.Kes

Page 3: Referat Oma (Word)

Kata Pengantar

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayahnya sehingga saya

dapat menyelesaikan karya tulis ini. Karya tulis berjudul “Otitis Media Akut” ini dibuat sebagai

salah satu syarat kelulusan dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu Telinga Hidung danTenggorok di

Rumah Sakit TNI Angkatan Laut Dr. Mintohardjo.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pembimbing, Dr. Agus

S, Sp.THT.KL, M.Kes yang telah memberikan kesempatan dan bimbingannya dalam proses

penyelesaian karya tulis ini.

Penulis sadar bahwa masih banyak kekurangan dalam pembuatan karya tulis ini, oleh

karena itu penulis sangat mengharapkan kritik maupun saran agar dapat menyelesaikan karya

tulis yang lebih baik lagi di kemudian hari.

Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi penyusun sendiri dan teman teman sejawat

lainnya.

Penulis,

Rosa Lina

030.08.213

Page 4: Referat Oma (Word)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan………………………………………………………………………..

Kata Pengantar……………………………………………………………………………..

Daftar isi……………………………………………………………………………………

BAB I

Pendahuluan………………………………………………………………………………….1

BAB II

II.1

. Anatomi Telinga

II.1.1. Anatomi Telinga Luar……………………………………………………..…..2

II.1.2. Anatomi Telinga Tengah…………………………………………………..….3

II.1.3. Anatomi Telinga Dalam…………………………………………………..…..4

II.2. Fisiologi Telinga…………………………………………………………………..…….5

BAB III

III.1. Definisi…………………………………………………………………………………7

III.2. Etiologi dan Faktor Predisposisi……………………………………………………….7

III.3. Patofisiologi dan Stadium……………………………………………………………..9

III.4. Gejala Klinik………………………………………………………………………….11

III.5. Diagnosis……………………………………………………………………………..11

III.6. Penatalaksanaan………………………………………………………………………13

Page 5: Referat Oma (Word)

III.7. Komplikasi……………………………………………………………………………15

BAB IV

Kesimpulan…………………………………………………………………………………16

Daftar Pustaka……………………………………………………………………………………

Page 6: Referat Oma (Word)

BAB I

PENDAHULUAN

Otitis media akut, otitis media akut adalah peradangan pada telinga tengah yang bersifat

akut atau tiba-tiba.(1) Otitis media akut merupakan salah satu kelainan telinga tengah yang paling

sering ditemukan terutama pada anak-anak. Meskipun masih dalam penelitian dalam pencegahan

dan terapi, angka kejadian penyakit ini terus meningkat.Sekitar 25 juta orang pertahun

mengunjungi dokter akibat otitis media akut. Infeksi pada telinga ini merupakan diagnosis yang

paling sering ditegakkan pada anak di Amerika dan diagnosis kedua tersering dalam kedokteran

menyeluruh. Bayi dan anak beresiko paling tinggi terinfeksi otitis media akut, dengan angka

kejadian pada anak berusia 1 tahun sekitar 62%, sedangkan anak-anak berusia 3 tahun sekitar

83%.(2) Di Amerika Serikat, diperkirakan75% anak mengalami minimal satu episode otitis media

sebelum usia 3 tahun dan hampir setengah dari mereka mengalami tiga kali atau lebih. Insiden

Otitis media akut tertinggi terjadi pada usia 2 tahun pertama kehidupan, dan yang kedua pada

waktu berusia 5 tahun bersamaan dengan anak masuk sekolah Insiden ini cenderung menurun pada anak

dengan usia lebih dari 6 tahun. Otitis Media Akut atau (OMA) banyak terjadi pada anak karena

sumber infeksi dari tenggorok atau pilek yang terjadi terus menerus.(3)

Indonesia sebagai negara berkembang perlu memperhatikan masalah kesehatan

ini,namun hal ini tidak didukung dengan pendataan yang jelas tentang insidensi otitis media akut

itu sendiri. Data yang didapat dari Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Bekasi, Otitis Media

Akut (OMA) selalu ada pada 20 besar penyakit dengan insidensi tersering. Penyebab OMA dapat

berupa virus atau bakteri. Pada 25% pasien, tidak ditemukan miroorganisme penyebabnya. Virus

ditemukan pada 25% kasus dan kadang menginfeksi telinga tengah bersama bakteri.(4)

Page 7: Referat Oma (Word)

BAB II

ANATOMI DAN FISIOLOGI TELINGA

II.1. Anatomi Telinga

Untuk memahami tentang gangguan pendengaran perlu diketahui dan dipelajari anatomi

telinga dan fisiologinya. Telinga terdiri dari tiga bagian; telinga luar, tengah, dan dalam. Bagian

luar dan tengah telinga menyalurkan gelombang suara dari udara ke telinga dalam yang berisi

cairan, untuk memperkuat energi suara dalam proses tersebut.(5)

II.1.1. Anatomi Telinga Luar

Telinga luar terdiri dari pinna (bagian daun telinga, auricula), meatus auditorius

eksternus (liang telinga), dan membrana timpani (gendang telinga). Pinna, suatu lempeng tulang

rawan elastin terbungkus kulit, yang berfungsi mengumpulkan gelombang suara dan

menyalurkannya ke liang telinga. Daun telinga secara parsial menahan gelombang suara yang

mendekati telinga dari arah belakang, dengan demikian membantu seseorang membedakan

apakah suara datang dari arah depan atau belakang.(6) Liang telinga berbentuk huruf S dengan

rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya

terdiri dari tulang. Pada sepertiga bagian luar kulit telinga terdapat banyak kelenjar serumen.

Kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit liang telinga. Pada duapertiga bagian dalam hanya

sedikit dijumpai kelenjar serumen. (5)

II.1.2. Anatomi Telinga Tengah

Membran timpani yang teregang menutupi pintu masuk ke telinga tengah. Membran

timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga dan terlihat oblik

terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars flaksida sedangkan bagian bawah disebut

pars tensa.(6) Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membran timpani disebut sebagai

umbo. Dari umbo bermula suatu refleks cahaya ke arah bawah yaitu pada pukul 7 untuk

membran timpani kiri dan pukul 5 untuk membran timpani kanan. Refleks cahaya adalah cahaya

Page 8: Referat Oma (Word)

dari luar yang dipantulakan oleh mamran timpani. Membran timpani dibagi dalam 4 kuadran,

dengan menarik garis searah dengan prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada

garis itu di umbo, sehingga didapatkan bagian atas-depan, atas-belakang, bawah-depan, serta

bawah-belakang, untuk menyatakan letak perforasi membran timpani.(5)

Tulang pendengaran di dalam telinga tengah saling berhubungan. Prosesus longus maleus

melekat pada membran timpani, maleus melekat pada inkus, dan inkus melekat pada stapes.

Stapes terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan dengan koklea. Tuba eustachius

termasuk dalam telinga tengah yang menghubungkan daerah nasofaring dengan telinga tengah.

Tuba eustachius dalam keadaan normal tertutup, tetapi dapat dibuat terbuka dengan gerakan

menguap, mengunyah, atau menelan. Pembukaan tersebut memungkinkan tekanan udara di

dalam telinga tengah menyamakan diri dengan tekanan atmosfer, sehingga tekanan di kedua sis

membran timpani menjadi setara. Infeksi yang berasal dari tenggorok kadang-kadang menyebar

melalui tuba eustachius ke telinga tengah.(6)

Gambar 1.1 Anatomi Telinga Tengah

Page 9: Referat Oma (Word)

II.I.3. Anatomi Telinga Dalam

Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah lingkaran dan

vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak koklea disebut

helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala vestibuli. Pada irisan

melintang koklea tampak skala vestibuli sebelah atas, skala timpani di sebelah bawah dan skala

media (duktus koklearis) berada diantaranya.(6) Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfa,

sedangkan skala media berisi endolimfa. Dasar skala vestibuli disebut membran vestibuli

(Reissner’s membrane) sedangkan dasar skala media adalah membran basalis. Pada membran

basalis ini terletak organ corti. Pada skala media terdapat bagian yang disebut membran tektorial

dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut luar,

dan canalis corti yang membentuk organ corti (gambar 1.4).(5)

Gambar 1.2. Membran Timpani Kanan

Page 10: Referat Oma (Word)

II.2. Fisiologi Telinga

Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam

bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran tersebut

menggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang

pendengaran (maleus, inkus, dan stapes). Rantai tulang ini bergerak dengan frekuensi yang sama,

memindahkan getaran dari membran timpani ke jendela oval yang menghubungkan ke telinga

dalam. Tulang-tulang pendengaran itu yang akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit

tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong.(6)

Energi tulang yang telah diamplifikasi akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap

lonjong sehingga perilimfa pada skala vestibuli bergetar. Getaran diteruskan melalui membrana

Reissner yang mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antar membran

basilaris dan membra tektorial. Proses ini merupakan rangsangan mekanik yang mnyebabkan

terjadinya defleksi stereosillia sel-sel rambut sehingga kanal ion terbuka dan terjadi

pengelepasan ion bermuatan listrik. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut,

sehingga melepaskan neurotransmitter ke sinaps yang akan menimbulkan potensial aksi pada

saraf auditorius.(8)

Gambar 1.3 Anatomi Telinga

Page 11: Referat Oma (Word)

Gambar 1.4 Anatomi Telinga Dalam

Page 12: Referat Oma (Word)

BAB III

OTITS MEDIA AKUT

III.1. Definisi

Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa liang telinga tengah, tuba

Eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. Otitis media terbagi atas otitis media supuratif

dan otitis media non-supuratif, dimana masing-masing memiliki bentuk akut dan kronis. Otitis

media akut termasuk dalam bentuk otitis media supuratif.(5) Otitis media akut ialah peradangan

telinga tengah yang mengenai sebagian atau seluruh periosteum dan terjadi dalam waktu kurang

dari 3 minggu.

III.2. Etiologi dan Faktor Predisposisi

Telinga tengah biasanya steril, meskipun terdapat mikroba di nasofaring dan faring.

Secara fisiologik terdapat mekanisme pencegahan masuknya mikroba ke dalam telinga tengah

oleh silia mukosa tuba Eustachius, enzim, dan antibodi. Otitis media akut ini bisa terjadi karena

pertahanan tubuh ini terganggu. Sumbatan tuba Eustachius merupakan faktor penyebab utama

dari otitis media. Sumbatan juga dapat dikarenakan adanya massa yang menyumbat seperti

tumor ataupun akibat pemasangan tampon.(9) Karena fungsi tuba terganggu, pencegahan invasi

kuman ke dalam telinga tengah juga terganggu, sehingga kuman masuk ke dalam telinga tengah

dan terjadi peradangan. Infeksi saluran napas atas juga alergi dapat menjadi pencetus

(gambar1.4). Bayi dan anak-anak memiliki tuba Eustachius yang lebih horizontal, pendek, dan

lebih lebar, hal ini mempermudah terjadinya otitis media akut pada anak yang sering terserang

infeksi saluran napas (gambar 1.5). (10)

Kuman penyebab utama pada otitis media akut ialah bakteri piogenik, seperti

Streptokokus hemoltikus, Stafilokokus aureus, Pneumokokus. Selain itu kadang-kadang

ditemukan juga Hemofilus influenza yang sering ditemukan pada anak yang berusia dibawah 5

Page 13: Referat Oma (Word)

tahun, Escherichia colli, Streptokokus anhemolitikus, Proteus vulgaris, dan Pseudomonas

aurugenosa. (11)

III.3. Patofisiologi dan Stadium

Gambar 1.5 tuba Eustachius

Gambar 1.4. Patogenesis OMA

Page 14: Referat Oma (Word)

Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas atas seperti batuk, pilek,

dan radang tenggorokan. Infeksi menyebar ke telinga tengah melewati tuba Esutachius. Kuman

yang masuk ke tuba Eustachius menyebabkan reaksi radang dan edema di dinding tuba (8)

Eustachius, hal ini menyebabkan fungsi tuba Eustachius sebagai pencegah invasi kuman ke

telinga tengah terganggu. Kuman dapat terus menyebar ke telinga tengah, terjadi proses radang

dan edema hebat di telinga tengah. Terbentuklah sekret yang awalnya serosa lalu berubah

menjadi purulen yang makin lama bertambah banyak yang menyebabkan bulging pada membran

timpani dan dapat terjadi perforasi. (12)

Berdasarkan perubahan mukosa telinga tengah sebagai akibat infeksi otitis media akut dapat

dibagi dalam 5 stadium; (5)

Stadium Otitis Media Akut

1. Stadium Oklusi Tuba Eustachius

Tanda adanya oklusi tuba Eustachius ialah gambaran retraksi membran timpani

akibat terjadinya tekanan negatif di dalam telinga tengah, akibat absorpsi udara. Kadang-

kadang membran timpani tampak normal (tidak ada kelainan) atau berwarna keruh pucat.

Efusi mungkin telah terjadi, tetapitidak dapat di deteksi. Stadium ini sukar dibedakan

dengan otitis media serosa yang disebabkan oleh virus ataupun alergi.

Gambar 1.6 Patofisiologi OMA

Page 15: Referat Oma (Word)

2. Stadium Hiperemis (Pre-Supurasi)

Pada stadium hiperemis,tampak pembuluh darah yang melebar di membran

timpani atau seluruh membran timpani tampak hiperemis serta edema. Sekret yang telah

terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar terlihat.

3. Stadium Supurasi

Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel

superfisial, serta terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani menyebabkan

membran timpani menonjol (bulging) ke arah liang telinga luar. Pada keadaan ini pasien

tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta rasa nyeri telinga bertambah hebat.

Apabila tekanan nanah di kavum timpani tidak berkurang, maka terjadi iskemia, akibat

tekanan pada kapiler-kapiler, serta timbul tromboflebitis pada vena-vena kecil dan

neksrosis mukosa dan submukosa. Nekrosis ini pada membran timpani terlihat sebagai

daerah yang lembek dan berwarna kekuningan. Di tempat ini biasanya akan terjadi

ruptur.

Bila tidak dilakukan insisi membran timpani (miringotomi) pada stadium ini,

maka kemungkinan besar membran timpani akan ruptur dan nanah keluar ke liang telinga

luar. Dengan melakukan miringotomi, luka insisi akan meutup kembali sedangkan

apabila terjadi ruptur, maka lubang tempat ruptur (perforasi) tidak mudah menutup

kembali.

4. Stadium Perforasi

Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotika atau virulensi

kuman yang tinggi, maka dapat terjadi ruptur membran timpani dan nanah keluar

mengalir dari telinga tengah ke telinga luar. Anak yang tadinya gelisah sekarang menjadi

tidur dengan tenang, suhu badan turun, dan anak dapat tertidur nyenyak. Keadaan ini

disebut dengan otitis media akut stadium perforasi.

5. Stadium Resolusi

Page 16: Referat Oma (Word)

Bila membran timpani tetap utuh, maka keadaan membran timpani perlahan-lahan

akan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan

akhirnya kering. Bila daya tahan tubuh baik atau virulensikuman rendah, maka resolusi

dapat terjadi walaupun tanpa pengobatan.

III.4. Gejala Klinik

Gejala klinik otitis media supuratif akut (OMA) tergantung dari stadium penyakit dan

umur penderita. Gejala stadium supurasi berupa demam tinggi dan suhu tubuh menurun pada

stadium perforasi. Gejala klinik otitis media supuratif akut (OMA)berdasarkan umur penderita,

yaitu. (5,12)

Bayi dan anak kecil

- Gejalanya : demam tinggi bisa sampai 39⁰C merupakan tanda khas, sulit tidur, tiba-tiba

menjerit saat tidur, mencret, kejang-kejang, dan kadang-kadang anak memegang telinga

yang sakit.

Anak yang sudah bisa bicara

- Gejalanya : biasanya rasa nyeri dalam telinga, suhu tubuh tinggi, dan riwayat batuk pilek

sebelumya.

Anak lebih besar dan orang dewasa

- Gejalanya : rasa nyeri dan gangguan pendengaran (rasa penuh dan pendengaran

berkurang).

III.5. Diagnosis

1. Anamnesis gejala yang didapati pada pasien

2. Pemeriksaan telinga dengan menggunakan lampu kepala

3. Otoskop untuk melihat gambaran membran timpani yang lebih jelas

4. Kultur sekret dari membran timpani yang perforasi untuk mengetahui mikroorganisme

penyebab

Page 17: Referat Oma (Word)

Diagnosis otitis media akut juga ahrus memenuhi 3 hal berikut(10)

1. Penyakitnya muncul mendadak (akut)

2. Ditemukan tanda efusi (efusi: pengumpulan cairan disuatu rongga tubuh) di telinga

tengah. Efusi dibuktikan dengan adanya salah satu tanda berikut:

Mengembungnya membran timpani

Gerakan membran timpani yang terbatas

Adanya bayangan cairan di belakang membran timpani

Cairan yang keluar dari membran timpani

3. Adanya tanda/gejala peradangan telinga tengah yang dibuktikan dengan adanya salah

satu diantara tanda berikut:

Kemerahan pada membran timpani

Nyeri telinga yang mengganggu tidur dan aktivitas normal

Otitis media akut harus dibedakan dengan otitis media dengan efusi yang sangat menyeruoai otitis media akut. Untuk dapat membedakannya perhatikan hal-hal berikut;

(10)

Gejala dan Tanda Otitis Media Akut Otitis Media Efusi

Nyeri telinga, demam, gelisah + -

Efusi telinga tengah + +

Membran timpani suram + + / -

Membran timpani bulging + / - -

Gerakan membran timpani

berkurang +

+

Page 18: Referat Oma (Word)

III.6. Penatalaksanaan

Terapi otitis media akut tergantung pada stadium penyakitnya; (8)

1. Stadium Oklusi Tuba Eustachius

Terutama bertujuan untuk membuka kembali tuba Eustachius dari sumbatan, sehingga

tekanan negatif di telinga tengah menghilang. Diberi obat tetes hidung HCl efedrin 0,5%

dalam larutan fisiologik (anak <12 tahun) atauh HCl efedrin 1% dalam larutan fisiologik

untuk yang berumur di atas 12 tahun dan pada orang dewasa. Selain itu sumber infeksi

harus diobati Antibiotika diberikan bila penyebab penyakit adlah kuman, buka oleh virus

atau alergi.

2. Stadium Hiperemis (Stadium Pre-Supurasi)

Pemberian antibiotika yang dianjurkan ialah golongan penisilin atau ampisilin. Ampisilin

dengan dosis 50-100mg/kgBB per hari dibagi dalam 4 dosis atau amoksisilin 40mg/kgB

per hari dibagi dalam 3 dosis. Bila pasien alergi terhadap penisilin dapat diberi

eritromisin dengan dosis 40mg/kgBB per hari. Pemberian antibiotika dianjurkan diberi

selama 7 hari. Selain itu dapat diberikan obat tetes hidung dan analgetika.

3. Stadium supurasi

Pemberian antibiotika disertai miringotomi bila membran timpani masih utuh. Dengan

miringotomi gejala-gejala klinis lebih cepat hilang dan ruptur dapat dihindari.

4. Stadium Perforasi

Tabel 1.7. OMA dan Otitis Media Efusi

Page 19: Referat Oma (Word)

Pada stadium ini sekret banyak keluar dan terkadang keluar secara berdenyut, sekret yang

banyak ini merupakan media yang baik untuk pertumbuhan kuman, oleh karena itu

sangat perlu dilakukan pencucian tellinga untuk menghilangkan sekret. Pengobatan yang

diberikan adalah obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotika yang

adekuat.

5. Stadium Resolusi

Bila tidak terjadi stadium resolusi biasanya sekret akan terus mengalir melalui perforasi

membran timpani. Pada keadaan ini mpemberian antibiotika dapat dilanjutkan smapai 3

minggu. Bila 3 minggu setelah pengobatan sekret masih terlihat banyak keluar maka

kemungkinan telah terjadi komplikasi mastoiditis. (5)

Miringotomi

Miringotomi adalah tindakan insisi pada pars tensa membran timpani, agar terjadi

drenase sekret dari telinga tengah ke liang telinga luar. Miringotomi merupakan tindakan

pembedahan kecil yang dilakukan secara a-vue (dilihat langsung), anak harus tenang, dan dapat

dikuasai, sehingga membran timpani dapat dikuasai dengan baik. Lokasi miringotomi ialah di

kuadran posterior inferior karena didaerah ini tidak didapatkan tulang pendengaran. Untuk

tindakan ini harus menggunakan lampu kepala yang mempunyai sinar cukup terang, memakai

corong telinga, dan pisau khusus (miringotom) yang berukuran kecil dan steril (tabel 1.8) (5)

Page 20: Referat Oma (Word)

III.7 Komplikasi

- Otitis media supuratif kronik, yang ditandai dengan keluarnya sekret dari telinga lebih

dari 2 bulan. (5)

- Otitis media yang tidak diobati dapat menyebar ke jaringan sekitar telinga tengah,

sehingga dapat timbul mastoiditis, abses-subperiosteal, sampai komplikasi yang

menyerang otak seperti meningitis dan abses otak.(7)

- Otitis media yang tidak diatasi juga dapat menyebabkan hilangnya pendengaran

permanent, cairan di telinga tengah dan otitis media kronik dapat mengurangi

pendengaran anak serta dapat menyebabkan masalah dalam kemampuan bicara dan

bahasa.(12)

Tabel 1.8. Miringotomi

Page 21: Referat Oma (Word)

BAB IV

KESIMPULAN

Otitis media akut adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, dan

antrum serta sel sel mastoid. Otitis media akut terdiri dari 5 stadium. Penyebab otitis media akut

dapat berupa infeksi bakteri maupun virus. Bayi dan anak-anak dan anak-anak lebih sering

terserang otitis media akut dibanding orang dewasaa. Gejala klinis yang didapati pada otitis

media akut tergantung pada stadium penyakit dan usia pasien. Terapi yang perlu dilakukan juga

bergantung pada stadium. Otitis media akut yang tidak tertangani dengan baik bisa berlanjut dan

dapat menimbulkan komplikasi. Oleh karena itu, diperlukan ketepatan diagnosis dan terapi yang

tepat.

Page 22: Referat Oma (Word)

DAFTAR PUSTAKA

1. Teele.Dw, Klein Jo: Department of pediatrics, Boston City Hospital: Epidemiology of

otitis media during the first seven years of life in children. Available from:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2732519

2. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, et al. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ketiga. Jakarta;

Penerbit FKUI; 2004. p. 105-06.

3. Anonymous. Otits Media Akut. Available from:

http://childrenclinic.wordpress.com.2009/08/02/otitis-media-akut-infeksi-telinga-pada-

anak/

4. Suwento R. Epidemiologi Penyakit THT di 7 Propinsi. Kumpulan makalah dan pedoman

kesehatan telinga. Lokakarya THT Komunitas. Jakarta, 2009:8-9

5. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, et al. Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT. Edisi

Keenam. Jakarta; Balai Penerbit FKUI; 2010. p. 145-153.

6. Guyton, Arthur C. & John E. Hall, 1997, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 9,

Editor: Irawati Setiawan. Jakarta; ECG:2001.p.178-182

7. Tierney L M, McPhee S J, Papadaxis M A. 2005. Current Medical Diagnosis And

Treatment. McGraw Hill Appleton Lange, Toronto USA. Ebook.

8. Adams GL, Boeis, LR, Higler PA. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi keenam. Jakarta;

Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2000. p. 240-59.

9. Aboet.Askaroellah. Diagnosis and Management of Acute Otitis Media. Available from:

http://www.scribd.com/doc/80444228/46645242-Otitis-Media-Akut

Page 23: Referat Oma (Word)

10. Otits Media (Ear Infection) Available from:

http//www.nidcd.nih.gov/health/hearing/ototism/asp

11. Vetri RW, Sprinkle PM., Etiologi Peradangan Telinga Luar dan Tengah. Ballenger JJ.

Ed. Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi 13. Bahasa Indonesia,

jilid I. Jakarta: Binarupa Aksara; 1994:194-224

12. Chan LS, Takata GS, Shekelle P, Morton SC, Mason W, Marcy SM. Evidence

assessment of management of acute otitis media: II. Research gaps and priorities for

future research. Pediatrics.2001;108 :248– 254

13. Karma PH, Penttilä MA, Siplä MM, Kataja MJ. Otoscopic diagnosis of middle ear effusion

in acute and non-acute otitis media. I. The value of different otoscopic findings. Int J

Pediatr Otorhinolaryngol.1989;17 :37– 49