skripsi vindy n siampa

79
KARAKTERISTIK PENDERITA KATARAK DI BALAI KESEHATAN MATA MASYARAKAT MAKASSAR PERIODE 1 SEPTEMBER – 31 DESEMBER 2010 OLEH: VINDY NUGRAHA SIAMPA C111 05 169 PEMBIMBING: Dr. SRI RAMADHANY, M.Kes DR. Dr. HABIBAH S. MUHIDDIN, Sp.M(K) BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN v

Upload: vindy-nugraha-siampa

Post on 29-May-2017

239 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Skripsi Vindy n Siampa

KARAKTERISTIK PENDERITA KATARAK DI BALAI KESEHATAN MATA MASYARAKAT MAKASSAR

PERIODE 1 SEPTEMBER – 31 DESEMBER 2010

OLEH:

VINDY NUGRAHA SIAMPAC111 05 169

PEMBIMBING:

Dr. SRI RAMADHANY, M.KesDR. Dr. HABIBAH S. MUHIDDIN, Sp.M(K)

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DANILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR2012

v

Page 2: Skripsi Vindy n Siampa

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas

Berkat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian

dan penulisan skripsi dengan judul: Karakteristik Penderita Katarak Di

Balai Kesehatan Mata Masyarakat Makassar Periode September-

Desember 2010 sebagai salah satu syarat menyelesaikan kepaniteraan

klinik di bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran

Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar.

Begitu banyak kesulitan dan hambatan yang penulis hadapi dalam

tahap persiapan, pelaksanaan, dan penyelesaian skripsi ini. Namun

dengan bimbingan, dorongan semangat, bantuan serta doa dari berbagai

pihak, maka skripsi ini dapat penulis selesaikan. Untuk itu melalui

kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih dan

penghargaan secara tulus dan ikhlas kepada yang terhormat:

1. dr. Sri Ramadhany, M.Kes dan Dr. dr. Habibah S Muhiddin, Sp.M(K)

selaku pembimbing yang dengan kesediaan, keikhlasan, dan

kesabaran meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan

arahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai.

2. Kepala bagian dan staf pengajar Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

dan Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas

Hasanuddin Makassar.

3. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, para Pembantu

Dekan, staf pengajar dan seluruh karyawan.

vi

Page 3: Skripsi Vindy n Siampa

4. Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan beserta staf.

5. Direktur Balai Kesehatan Mata Masyarakat Makassar beserta staf

atas segala bantuan selama penulis melakukan penelitian.

6. Kedua orang tua dan saudara-saudara kami yang tercinta atas doa

dan cinta kasihnya.

7. Teman-teman dokter muda khususnya teman minggu di bag.IKM

(riki, mouris, alif, inna, sunny, mirna, muthe) yang telah memberikan

doa, dorongan semangat dan informasi-informasi yang sangat

berharga.

8. Semua pihak yang tidak sempat disebutkan satu persatu, namun

bantuannya begitu besar bagi penulis.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberkati dengan berlipat

ganda semua yang kalian lakukan melalui pikiran, perkataan maupun

perbuatan.

Penulis menyadari tulisan ini tidak luput dari salah dan khilaf,

karena itu saran, kritik, dan masukkan dari pembaca adalah sesuatu yang

senantiasa penulis harapkan demi kemajuan bersama. Harapan penulis,

semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita.

Makassar, Januari 2012

Penulis

vii

Page 4: Skripsi Vindy n Siampa

ABSTRAK

Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatDan Ilmu Kedokteran Komunitas

Fakultas KedokteranUniversitas Hasanuddin

Skripsi, Januari 2012

Vindy Nugraha SiampaKarakteristik Penderita Katarak Di Balai Kesehatan Mata Masyarakat Makassar Periode 1 September – 31 Desember 2010x + 47 halaman + 8 tabel + 5 lampiran

Latar Belakang: Kebutaan di Indonesia merupakan bencana nasional sebab kebutaan menyebabkan kualitas sumber daya manusia (SDM) rendah. Hal ini berdampak pada kehilangan produktivitas serta membutuhkan biaya untuk rehabilitasi dan pendidikan orang buta. Katarak menjadi penyebab utama kebutaan di Asia dan menyebabkan 70% kasus kebutaan di Indonesia (0,78%). Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrahakies, Inggris Catarct, dan Latin Cataracta yang berarti air terjun. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi protein lensa atau akibat kedua-duanya. Katarak terjadi lebih sering pada usia tua dan pada wanita (45,9%) dibandingkan pria (38,8%)

Metode: Penelitian ini bersifat deskriptif, dilaksanakan pada tanggal 9-21 Mei 2011 di Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM), yang bertujuan untuk memperoleh gambaran karakteristik penderita katarak di BKMM pada bulan September – Desember 2010. Dari jumlah populasi sebanyak 1562 penderita, diperoleh sampel sebanyak 315 dengan teknik sytematic random sampling yang memenuhi kriteria seleksi. Data hasil penelitian berupa data sekunder yang diperoleh dari rekam medik pasien. Data diolah dengan program komputer SPSS dan Exel 2007 dan disajikan dalam bentuk tabel disertai penjelasan.

Hasil Penelitian: Distribusi tertinggi berdasarkan masing-masing variabel adalah: kelompok umur ≥50 tahun (74,6%), jenis kelamin perempuan (56,8%), kelompok pekerjaan lainnya (39,4%), jenis katarak senil (84,1%), jenis katarak senil immatur (42,3%).

Saran: Oleh karena banyak data didalam status penderita yang kurang lengkap, maka perlu kiranya pengisian status pasien ditulis secara lengkap terutama identitas, anamnesis faktor-faktor risiko, serta keseragaman dalam menganamnesis pasien. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam tentang hubungan katarak dengan faktor-faktor predisposisinya.

Kepustakaan: 11 (2005 - 2011)

viii

Page 5: Skripsi Vindy n Siampa

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................ii

HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................iii

PANITIA SIDANG UJIAN............................................................................iv

KATA PENGANTAR....................................................................................v

ABSTRAK..................................................................................................vii

DAFTAR ISI...............................................................................................vii

DAFTAR TABEL.........................................................................................ix

DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................x

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah..............................................................1

B. Rumusan Masalah......................................................................4

C. Tujuan Penelitian.........................................................................5

D. Manfaat Penelitian.......................................................................6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Katarak......................................................................7

B. Epidemiologi Katarak..................................................................7

C. Etiologi Katarak...........................................................................9

ix

Page 6: Skripsi Vindy n Siampa

D. Gejala Klinis Katarak.................................................................11

E. Klasifikasi Katarak.....................................................................12

F. Penatalaksanaan Katarak.........................................................14

BAB III. KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti......................................17

B. Gambaran Hubungan Variabel Yang Diteliti..………………….18

C. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif .................................19

BAB IV . METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ........................................................................24

B. Tempat dan waktu penelitian………………............……………24

C. Populasi dan Sampel................................................................24

D. Metode Pengumpulan Data......................................................25

E. Pengelolaan dan Penyajian Data.............................................25

BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian....................................................................... 26

B. Pembahasan.......................................................................... 37

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan...............................................................................43

B. Saran........................................................................................45

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................46

LAMPIRAN

x

Page 7: Skripsi Vindy n Siampa

DAFTAR TABEL

Tabel V.1 Distribusi Penderita Katarak menurut Umur..............................27

Tabel V.2 Distribusi Penderita Katarak menurut Jenis Kelami.................28

Tabel V.3 Distribusi Penderita Katarak menurut Pekerjaan.....................29

Tabel V.4 Distribusi Penderita Katarak menurut Jenis Katarak........ .......30

Tabel V.5 Distribusi Penderita Katarak menurut Jenis Katarak Senil.....32

Tabel V.6 Distribusi Hubungan Umur dan Jenis Katarak.........................33

Tabel V.7 Distribusi Hubungan Jenis Kelamin dan Jenis Katarak...........34

Tabel V.8 Distribusi Hubungan Pekerjaan dan Jenis Katarak.................36

11

Page 8: Skripsi Vindy n Siampa

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Undangan Seminar Proposal

Lampiran 2 Surat Undangan Seminar Hasil

Lampiran 3 Surat Permohonan Izin Meneliti Kepada Gubernur Sulawesi-

Selatan

Lampiran 4 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Di Balai

Kesehatan Mata Masyarakat Makassar

12

Page 9: Skripsi Vindy n Siampa

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Kebutaan di Indonesia merupakan bencana nasional sebab

kebutaan menyebabkan kualitas sumber daya manusia (SDM) rendah.

Hal ini berdampak pada kehilangan produktivitas serta membutuhkan

biaya untuk rehabilitasi dan pendidikan orang buta. Dunia diperkirakan

menghabiskan dana US$ 25 miliar setiap tahun untuk masalah itu.

Sedangkan sebanyak tiga juta orang buta di Indonesia memerlukan dana

rehabilitasi dan pendidikan sekitar US$ 1,5 miliar sampai US$ 2 miliar

setahun.1

Data dari Departemen Kesehatan (1982) ditemukan, buta satu

mata sebanyak 2,1 % dan buta dua mata 1,2%. Sedangkan hasil survey

nasional tahun 1993-1996 menunjukkan, prevalensi kebutaan di

Indonesia cukup tinggi, yaitu mencapai 1,5%. Artinya ada tiga juta

orang buta ditemukan di antara 210 juta penduduk Indonesia, atau

merupakan angka tertinggi di Asia. Angka ini menempatkan Indonesia

pada urutan pertama di Asia dan nomor dua setelah negara-negara di

Afrika Tengah dan sekitar gurun Sahara sebagai Negara dengan jumlah

penduduk tertinggi yang menderita kebutaan.1,2

Sebagai perbandingan, di Bangladesh angka kebutaan

mencapai 1 %, di India 0,7 %, Thailand 0,3 %, Jepang dan AS berkisar

antara 0,1-0,3%. Hal ini berarti angka kebutaan di Indonesia 10 kali

13

Page 10: Skripsi Vindy n Siampa

lebih tinggi. Katarak menjadi penyebab utama kebutaan di Asia dan

menyebabkan 70% kasus kebutaan di Indonesia (0,78%), kemudian

diikuti glaukoma (0,20%), kelainan refraksi (0,14%), penyakit kornea,

retina, dan kekurangan vitamin A. Pada tahun 2000, jumlah penderita

katarak di Indonesia berbanding lurus dengan jumlah penduduk usia

lanjut, yaitu sekitar 15,3 juta. Diperkirakan setiap satu menit terdapat

satu orang menjadi buta dan setiap tahun bertambah 500.000 orang

buta, terutama bagi penduduk yang berada di daerah miskin dengan

sosial ekonomi lemah. Hal ini menunjukkan adanya kecenderungan

peningkatan buta katarak dari tahun ke tahun.1,2

Katarak merupakan penyakit yang pertama dari lima area prioritas

utama pada prakarsa global untuk mengurangi angka kebutaan (Vision

2020). Katarak dipilih karena merupakan penyebab utama gangguan

penglihatan didunia. Katarak merupakan masalah nasional yang perlu

segera ditanggulangi. Katarak dapat menyebabkan penurunan

produktivitas. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Farida (1989-

1999), lebih dari separuh (52%) kebutaan disebabkan oleh katarak.

Bahkan 16 % buta oleh karena katarak dialami oleh penduduk usia

produktif (40-54 tahun). Penyakit katarak di Indonesia terjadi pada usia

lebih muda, yaitu pada usia 45 tahun. Sedangkan Negara maju seperti

AS, Inggris, dan Jepang kasus katarak terjadi pada usia 60 tahun. Ini

berarti, orang Indonesia lebih awal 10-15 tahun mengidap penyakit

katarak.3,11

14

Page 11: Skripsi Vindy n Siampa

Menurut WHO, sebanyak 25 juta penduduk buta karena

katarak. Diperkirakan jumlah penderita kebutaan akibat katarak di dunia

saat ini adalah 17 juta orang. Untuk itu WHO dengan Vision 2020 (An

International Partnership Among Those Working for Blindness

Prevention, to Eliminate Avoidable Prevention, to Eliminate Avoidable

Blindness by the Year 2020) bekerja keras untuk menurunkan angka

kebutaan dan menghindari ancaman kebutaan yang dikhawatirkan

dapat mencapai angka 80 juta pada tahun 2020. Katarak dapat

disembuhkan, terlebih dengan semakin majunya teknologi kedokteran

saat ini. dunia dan karena aman, maka tersedianya intervensi

pembedahan yang efektif mengarah pada perbaikan yang dramatis pada

fungsi penglihatan. Namun, hasil dari operasi katarak bergantung pada

pengalaman pembedahan, jenis operasi yang dilakukan, adanya penyakit

penyerta pada mata, dan kondisi lingkungan sosial. Sebagai contoh,

sebuah studi populasi yang berpusat di Australia baru-baru ini

menunjukkan bahwa 85% mata yang telah dikoreksi membaik dalam hal

ketajaman penglihatan dari 6 / 12 (20/40) atau lebih baik setelah

pembedahan katarak. Sebaliknya, sebuah penelitian di India menunjukkan

bahwa 32% dari mata mendapatkan hasil penglihatan yang berkurang

(jarak ketajaman visual 20/60) dan 20% dari matanya buta setelah

pembedahan katarak.3,11

Untuk menanggulangi kebutaan, Kemenkes telah mengembangkan

strategi-strategi yang dituangkan dalam Kepmenkes nomor

1473/MENKES/SK/2005 tentang Rencana Strategi Nasional

15

Page 12: Skripsi Vindy n Siampa

Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan Kebutaan (Renstranas

PGPK) untuk mencapai Vision 2020. Salah satu strategi dalam

Renstranas PGPK adalah penguatan advokasi, komunikasi dan sosialisasi

pada semua sektor untuk upaya penanggulangan gangguan penglihatan

dan kebutaan. Selain itu, Kemenkes juga telah melakukan upaya deteksi

dini dan penanggulangan gangguan penglihatan pada kelompok

masyarakat mulai dari bayi/balita, usia sekolah sampai usia lanjut,

terutama terhadap penyebab utama kebutaan yaitu katarak, kelainan

refraksi, glaukoma dan xeroftalmia.4

Menurut Menkes, pelayanan kesehatan indera penglihatan yang

dikembangkan di Puskesmas, Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM)

dan RS pemerintah belum mampu menuntaskan sendiri masalah

kesehatan masyarakat. Maka, perlu kerjasama dengan LSM dalam dan

luar negeri untuk berbagai kegiatan mulai dari promotif, preventif, kuratif

dan rehabilitatif kepada masyarakat.4

Dari masalah tersebut diatas, melihat besarnya prevalensi

kebutaan khususnya yang disebabkan oleh penyakit katarak, sehingga

hal ini menjadi latar belakang bagi penulis untuk untuk melakukan

penelitian tentang karakteristik penderita katarak di Balai Kesehatan

Mata Masyarakat Makassar.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka

dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

16

Page 13: Skripsi Vindy n Siampa

1. Bagaimana gambaran prevalensi terjadinya katarak pada orang-

orang yang berusia di atas dan di bawah 50 tahun.

2. Bagaimana gambaran prevalensi terjadinya katarak pada laki-laki

atau perempuan.

3. Bagaimana gambaran prevalensi terjadinya katarak pada orang-

orang dengan pekerjaan tertentu (petani, nelayan, ibu rumah

tangga, buruh, sopir, PNS, dll)

4. Bagaimana gambaran prevalensi terjadinya katarak pada orang-

orang dengan tingkat pendidikan SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi,

dan tidak sekolah.

5. Bagaimana gambaran prevalensi katarak berdasarkan suku-suku

yang ada di Sulawesi Selatan.

6. Bagaimana gambaran prevalensi macam-macam katarak.

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui karateristik penderita katarak yang

mengunjungi Poliklinik Mata di Balai Kesehatan Mata Makassar

periode 1 September sampai 31 Desember 2010.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui prevalensi terjadinya katarak lebih banyak

pada orang-orang yang berusia di atas dan di bawah 50

tahun.

17

Page 14: Skripsi Vindy n Siampa

b. Untuk mengetahui prevalensi terjadinya katarak pada orang-

orang dengan pekerjaan tertentu (petani, nelayan, ibu rumah

tangga, buruh, sopir, PNS, dll).

c. Untuk mengetahui prevalensi terjadinya katarak pada orang-

orang dengan tingkat pendidikan SD, SMP, SMA, Perguruan

Tinggi, dan tidak sekolah.

d. Untuk mengetahui prevalensi terjadinya katarak pada suku-

suku yang ada di Indonesia, khususnya di Sulawesi Selatan

(Bugis, Makassar, Toraja, dan Mandar)

e. Untuk mengetahui prevalensi terjadinya katarak lebih banyak

pada laki-laki atau perempuan.

f. Untuk mengetahui prevalensi macam-macam katarak.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Memberikan gambaran karakteristik penderita katarak di Balai

Kesehatan Mata Masyarakat Makassar.

2. Sebagai bahan sumbangan ilmiah yang diharapkan dapat

bermanfaat untuk pembaca atau peneliti berikutnya.

3. Merupakan pengalaman berharga bagi peneliti dalam rangka

menambah wawasan, pengetahuan serta untuk pengembangan

diri khususnya dalam bidang penelitian.

18

Page 15: Skripsi Vindy n Siampa

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN KATARAK

Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrahakies, Inggris

Catarct, dan Latin Cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa

Indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti tertutup air terjun

akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada

lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan lensa),

denaturasi protein lensa atau akibat kedua-duanya. Biasanya kekeruhan

mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak

mengalami perubahan dalam waktu yang lama.5

Katarak adalah perubahan pada lensa mata yang sebelumnya

jernih dan tembus cahaya menjadi keruh. Katarak menyebabkan penderita

tidak bisa rnelihat dengan jelas karena lensa yang keruh cahaya sulit

mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada

retina. Katarak terjadi perlahan-lahan sehingga penderita terganggu

secara berangsur. Katarak dapat terjadi pada kedua mata pada waktu

yang tidak bersamaan.

B. EPIDEMIOLOGI KATARAK

Katarak dapat mengenai kedua mata, tetapi umumnya katarak

pada satu mata dapat berkembang lebih cepat dari mata yang lainnya.

Katarak sangat umum mempengaruhi sekitar 60% orang berusia di atas

60 tahun dan lebih dari 1,5 juta operasi katarak dilakukan di Amerika

19

Page 16: Skripsi Vindy n Siampa

Serikat setiap tahun. Penyakit katarak ini banyak terjadi di negara-negara

tropis seperti Indonesia. Hal ini berkaitan dengan faktor penyebab katarak,

yakni sinar ultraviolet yang berasal dari sinar matahari, penyebab lainnya

adalah kekurangan gizi yang dapat mempercepat proses berkembangnya

penyakit katarak. Penelitian-penelitian potong-lintang mengidentifikasi

adanya katarak pada sekitar 10% orang Amerika Serikat, dan

prevalensi ini meningkat sampai 50% untuk mereka yang berusia

antara 65 dan 74 tahun dan sampai sekitar 70% untuk mereka yang

berusia lebih dari 75 tahun. Sebagian besar kasus bersifat bilateral,

walaupun kecepatan perkembangannya pada masing-masing mata

jarang sama. Pada penelitian yang lain oleh Nishikori da Yamomoto,

perbandingan laki-laki dan perempuan yaitu 1:8 dengan dominan

perempuan pada pasien di atas 65 tahun yang dioperasi untuk katarak

senile.6,8

The beaver dam eye study adalah penelitian pada populasi yang

lebih besar yang dilakukan pada akhir 1980-an (data yang diterbitkan di

tahun 1990-an). Penelitian itu melaporkan bahwa 38,8% pria dan 45,9%

wanita yang berusia lebih dari 74 tahun memiliki katarak yang signifikan.

Tindak lanjut dari penelitian dilakukan antara tahun 1993 dan 1995 untuk

memperkirakan kejadian katarak nuklear subcabsular nuklear, kortikal dan

posterior (PSC) pada penelitian kohort. insiden katarak nuklear terjadi

pada 13,1%, katarak nuklear cortical pada 8,2%, dan PSC di 3,4%.

Penelitian longitudinal pada katarak merupakan penelitian epidemiologi

terhadap faktor risiko kekeruhan lensa. Dalam penelitian ini, kekeruhan

20

Page 17: Skripsi Vindy n Siampa

nuklear dikaitkan dengan bertambahnya umur, ras putih, pendidikan yang

lebih rendah, pengobatan Gout, merokok, riwayat keluarga katarak

nuklear, PSC yang sudah ada sebelumnya dan penggunaan dini

kacamata.7

Pada penelitian lain oleh Singapore National Eye Center tentang

prevalensi katarak pada masyarakat pedesaan di Indonesia, Jenis yang

paling umum katarak untuk kedua jenis kelamin (disesuaikan untuk usia)

ialah jenis katarak campuran (13%) diikuti oleh jenis katarak nulear

(5,7%), dan jenis katarak kortikal (4%) ). Prevalensi setiap katarak untuk

orang dewasa berumur 21-29 adalah 1,1%, meningkat menjadi 82,8%

untuk mereka yang berusia lebih tua dari 60 tahun. Kecenderungan

serupa dengan usia yang dicatat untuk katarak nuklear kortikal, dan PSC.

Perempuan memiliki tingkat prevalensi yang lebih tinggi daripada pria

untuk semua jenis katarak kecuali kortikal. Ada kecenderungan

peningkatan prevalensi semua jenis katarak dengan penurunan

education.10

C. ETIOLOGI KATARAK

Lensa terbuat sebagian besar dari air dan protein. Protein spesifik

dalam lensa bertanggung jawab untuk menjaga kejernihannya. Selama

bertahun-tahun struktur protein ini lensa berubah, akhirnya mengarah ke

kekeruhan lensa secara bertahap. Kadang katarak dapat terjadi pada saat

lahir atau pada anak usia dini sebagai akibat dari kerusakan enzim

bawaan, dan trauma hebat pada mata, operasi mata, atau peradangan

intraokular juga dapat menyebabkan katarak terjadi lebih awal dalam

21

Page 18: Skripsi Vindy n Siampa

kehidupan. Faktor lain yang dapat mengakibatkan pengembangan katarak

pada usia lebih dini termasuk paparan ultraviolet-sinar yang berlebihan,

diabetes, merokok, atau penggunaan obat tertentu, seperti steroid oral,

topikal, atau dihirup. Obat lain yang lebih kurang berhubungan dengan

katarak termasuk penggunaan jangka panjang statin dan fenotiazin.8

Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau

bertambahnya usia seseorang. Katarak kebanyakan muncul pada usia

lanjut. Anak dan bayi dapat menderita katarak yang terjadi karena

penyakit yang diderita oleh ibu selama masa kehamilan, keadaan ini

disebut sebagai katarak kongenital. Berbagai faktor dapat mengakibatkan

tumbuhnya katarak lebih cepat. Faktor lain dapat mempengaruhi

kecepatan berkembangnya kekeruhan lensa seperti DM dan obat tertentu,

sinar ultraviolet B dari cahaya matahari, efek racun dari rokok, dan

alcohol, gizi kurang vitamin E, dan radang menahun di dalam bola mata.

Cedera mata dapat mengenai semua umur seperti pukulan keras, tusukan

benda., terpotong, panas yang tinggi, bahan kimia, dapat merusak lensa

mata dan keadaan ini disebut sebagai katarak traumatik.7,8,9

Program pencegahan yang sukses memerlukan pemahaman yang

baik tentang faktor risiko katarak. yang berhubungan dengan usia

Sejumlah makalah telah ditulis tentang epidemiologi katarak. yang

berkaitan dengan usia. Dua buah paper review telah diterbitkan pada

tahun 1995 yang meringkas tentang faktor risiko yang diketahui sebagai

penyebab katarak yang dapat dikategorikan dalami demografi,

lingkungan, yang berhubungan gaya hidup, penyakit yang berhubungan,

22

Page 19: Skripsi Vindy n Siampa

dan lain-lain. Studi yang lebih baru telah dikonfirmasi dan temuan ini telah

diperluas tetapi belum diidentifikasikan sebagai kategori baru faktor risiko,

dan beberapa uji klinis prospektif sedang berlangsung untuk menilai efek

tambahan antioksidan. Penelitian cross-sectional menunjukkan bahwa

antioksidan memberi perlindungi terhadap perkembangan katarak. Faktor

demografis yang paling jelas adalah meningkatnya usia, tetapi

kebanyakan penelitian juga menunjukkan bahwa wanita memiliki

peningkatan risiko terhadap katarak. Katarak juga umumnya lebih umum

ditemukan pada orang dengan status sosial ekonomi rendah. Faktor risiko

lingkungan yang utama adalah berkaitan antara paparan mata oleh UV-B.

Faktor risiko yang berhubungan dengan gaya hidup meliputi peningkatan

risiko katarak nuklear karena merokok dan peningkatan risiko yang

potensial terjadinya katarak berkaitan dengan konsumsi alkohol yang

tinggi. Faktor risiko yang yang berhubungan dengan penyakit termasuk

diabetes, hipertensi dan obat antihipertensi, dan penggunaan obat

antipsikotik atau steroid. Riwayat keluarga juga telah terbukti memiliki

beberapa hubungan dengan kejadian katarak.11

D. GEJALA KLINIS KATARAK 7

Katarak berkembang secara berlahan dan tidak menimbulkan nyeri

diserta gangguan penglihatan yang muncul secara bertahap. Gangguan

penglihatan pada katarak tergantung pada letak kekeruhan lensa, apakah

di bagian tepi. tengah atau sudah menyeluruh.

Gejala-gejala yang dapat ditemukan pada penderita katarak yaitu:

23

Page 20: Skripsi Vindy n Siampa

Penurunan ketajaman visual. Perbedaan jenis katarak mungkin

memiliki berbeda pada ketajaman visual, tergantung pada cahaya,

ukuran pupil, dan derajat miopia. Adanya subcapsular katarak

posterior meskipun kecil dapat sangat mengganggu ketajaman

membaca meskipun jarak relatif tidak terpengaruh.

Silau. Penderita katarak sering melaporkan sensitif terhadap cahaya

yang menyilaukan, yang mana menggambarkan perubahan beratnya

katarak yang kurang sensitif terhadap cahaya yang terang menjadi

sensitif terhadap cahaya yang menyilaukan pada siang hari atau

cahaya lampu. Peningkatan sensitivitas cahaya ini terutama pada

subkaspsular katarak posterior dan perubahan lensa cortical anterior.

Perubahan sensitivitas kontras. Sensitivitas kontras merupakan

kemampuan untuk mendeteksi variasi dari bayangan halus. Abnormal

dari sensitivitas terhadap kontras bukan merupakan indikator yang

spesifik untuk penurunan penglihatan yang disebabkan oleh katarak.

Miopi. Perkembangan dari katarak dapat meningkatkan kekuatan

dioptri dari lensa yang biasanya menyebabkan miopi derajat sedang-

berat.

Diplopia atau polyopia monokular.

E. KLASIFIKASI KATARAKKatarak diklasifikasikan dalam dua divisi utama, yaitu:

I. Katarak Developmental

a. Katarak kongenital, merupakan katarak yang mulai terjadi sebelum

atau segera setelah lahir dan bayi berusia kurang dari satu tahun.

24

Page 21: Skripsi Vindy n Siampa

Biasanya disebabkan oleh herediter dan penyakit sistemik lain,

anomali okular dan penyakit infeksi maternal.

b. Katarak Juvenil, ditemukan saat lahir sampai usia dewasa.

Disebabkan oleh penyakit herediter dan bisa merupakan kelanjutan

dari katarak kongenital.

II. Katarak Degeneratif

a. Katarak senilis, biasa timbul sesudah usia 50 tahun, kadang-

kadang umur kurang dari 40 tahun, hampir selalu mengenai kedua

mata walaupun yang satu dapat lebih bear dari yang lain.

Kekeruhan dapat pada korteks atau sekitar nukleus. Katarak senilis

merupakan katarak yang paling sering ditemukan. Katarak senilis

dibagi menjadi 4 stadium, yaitu; stadium insipien, stadium immatur,

stadium matur, dan stadium hipermatur.

b. Katarak radiasi. Mempunyai perkembangan yang lambat, mulai

pada bagian posterior korteks kira-kira 2 tahun sesudah eksposure

dengan sinar radium atau rontgen.

c. Katarak komplikata. Katarak yang berhubungan dengan penyakit

mata lainnya seperti iridosiklitis, koroiditis, uveitis, ulkus kornea,

glaukoma, ablasio retina, dan tumor intra okular.

d. Katarak yang berhubungan dengan penyakit sistemik atau

keracunan. Diabetes mellitus merupakan predisposisi untuk

berkembang menjadi katarak senilis, juga pada orang dewasa

muda dengan bentuk bilateral kortikal katarak. Zonular katarak

25

Page 22: Skripsi Vindy n Siampa

didapat pada defisiensi paratiroid. Dinitrophenol dan naphthalene

dapat menyebabkan pembentukan katarak.

e. Katarak traumatika. Kontusio pada bola mata tanpa perforasi dapat

menyebabkan katarak yang timbul beberapa hari/minggu sesudah

kotusio.

F. PENATALAKSANAAN KATARAK

Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan

tetapi jika gejala katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak

diperlukan.Kadang kala cukup dengan mengganti kacamata.Hingga

saat ini belum ada obat-obatan, makanan, atau kegiatan olahraga yang

dapat menghindari atau menyembuhkan seseorang dari gangguan

katarak.Akan tetapi melindungi mata terhadap sinar matahari yang

berlebihan dapat memperlambat terjadinya gangguan katarak.

Kacamata gelap atau kacamata regular yang dapat menghalangi sinar

ultraviolet sebaiknya digunakan ketika berada diruang terbuka pada

siang hari. Tingkat keberhasilan operasi katarak cukup tinggi, lebih 95%

tindakan operasi menghasilkan perbakan penglihatan apabila tidak

terdapat gangguan pada kornea, retina saraf mata atau masalah mata

lainnya.

Cara pembedahan katarak dapat dilakukan dengan intrakapsular

yaitu mengeluarkan lensa bersama dengan kapsul lensa atau

ekstrakapsular yaitu mengeluarkan isi lensa (korteks dan nucleus)

melalui kapsul anterior yang dirobek (kapsulotomi anterior) dengan

26

Page 23: Skripsi Vindy n Siampa

meninggalkan kapsul posterior. Atau juga dengan dengan

faekoemulsifikasi.5,6

Operasi Katarak Ekstrakapsular adalah suatu tindakan

pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi

lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga

massa lensa dan korteks lensa dapat keluar melalui robekan tersebut.

Termasuk ke dalam golongan ini ekstraksi liniear, aspirasi, dan irigasi.

Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan

kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa

intraokula posterior, perencanaan implantasi sekunder lensa

intraocular. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu

dapat terjadinya katarak sekunder.5

Operasi Katarak Intrakapsular merupakan teknik pembedahan

dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul, pada metode ini

tidak akan terjadi katarak sekunder dan merupakan tindakan

pembedahan yang popular. Kontra indikasi pada pembedahan ini

adalah pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang masih

mempunyai ligament hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi

pada pembedahan ini adalah astigmatisme, glaucoma, uveitis,

endoftalmitis, dan perdarahan.5

Fakoemulsifikasi dengan irigasi atau aspirasi (atau keduanya)

adalah teknik ekstrakapsular yang menggunakan getaran-getaran

ultrasonik untuk mengangkat nukleus dan korteks melalui insisi limbus

yang kecil (2-5 mm), sehingga mempermudah penyembuhan pasca

27

Page 24: Skripsi Vindy n Siampa

operasi. Teknik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik dan

kebanyakan katarak senilis yang padat, dan keuntungan insisi limbus

yang kecil agak berkurang kalau akan dimasukkan lensa intraokuler,

meskipun sekarang lebih sering digunakan lensa intraokuler fleksibel

yang dapat dimasukkan melalui insisi seperti itu.6,7

Penatalaksanaan pasca operasi terutama ditujukan untuk

mencegah infeksi dan terbukanya luka operasi. Pasien diminta tidak

banyak bergerak dan menghindari mengangkat beban berat selama

sebulan. Mata ditutup selama beberapa hari atau dilindungi dengan

kacamata atau pelindung pada siang hari. Selama beberapa hari atau

dilindungi dengan kacamata atau pelindung pada siang hari. Selama

beberapa minggu harus dilindungi dengan pelindung logam pada

malam hari. Kacamata permanent diberikan 6-8 minggu setelah

operasi.6

28

Page 25: Skripsi Vindy n Siampa

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. DASAR PEMIKIRAN VARIABEL YANG DITELITI

Penyakit katarak sering ditemukan di negara-negara yang sedang

berkembang maupun di Negara maju, dengan melihat perbedaan yang

sangat mencolok antara katarak senile dan katarak kongenital. Hal ini

mempunyai dampak sosial yang besar. Sesuai dengan tujuan penelitian

yaitu untuk melihat karateristik penderita katarak, maka terdapat beberapa

karateristik penderita katarak seperti umur, jenis kelamin, pendidikan,

pekerjaan, status gizi, keturunan, suku bangsa, tempat tinggal, dan

penyakit penyerta.

Diantara berbagai karakteristik di atas, yang akan diteliti adalah

variabel independent pada penderita katarak yang datang berobat di

poliklinik mata Balai Kesehatan Mata Makassar adalah umur, jenis

kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan suku bangsa. Selain itu juga untuk

melihat jenis katarak apa yang diderita oleh pasien, baik itu katarak

kongenital, katarak juvenile, katarak senile, atau katarak lainnya.

29

Page 26: Skripsi Vindy n Siampa

JENIS KELAMIN

UMUR

PENDIDIKAN

TEMPAT TINGGAL

PENYAKIT PENYERTA

SUKU BANGSA

KETURUNAN

STATUS GIZI

PEKERJAAN

KA

TAR

AK

KATARAKKONGENITAL

KATARAKJUVENIL

KATARAKSENIL

KATARAKLAINNYA

B. GAMBARAN HUBUNGAN VARIABEL YANG DITELITI

Keterangan gambar :

: variabel yang diteli

: variabel yang tidak diteliti

30

Page 27: Skripsi Vindy n Siampa

C. DEFINISI OPERASIONAL DAN KRITERIA OBJEKTIF

1. Variabel dependen

Katarak adalah kekeruhan pada lensa yang memiiki derajat

kepadatan yang sangat bervariasi dan dapat disebabkan oleh

berbagai hal, tetapi biasanya berhubungan dengan proses

penuaan. Bentuk-bentuk katarak yaitu katarak kongenital, katarak

juvenil, katarak senile, dan katarak jenis lainnya.

2. Variabel independen

2. 1. Karakteristik umum

a. Umur

Umur penderita adalah lamanya orang hidup sampai

sekarang yang dinyatakan dalam satuan tahun. Variabel umur

merupakan variabel yang baik untuk mengetahui seberapa besar

kemungkinan seseorang yang telah lanjut usia untuk menderita

katarak. Sebagaimana diketahui dari berbagai kepustakaan yang

memperlihatkan kecenderungan yang lebih besar bagi orang

yang lanjut usia untuk menderita katarak.

Umur dikelompokkan menjadi ;

o < 50 tahun

o ≥50 tahun

b.Jenis kelamin

Variabel jenis kelamin merupakan salah satu variabel yang

baik untuk mengetahui kemungkinan mana yang lebih banyak

menderita katarak, apakah laki-laki atau perempuan ataukah

31

Page 28: Skripsi Vindy n Siampa

berimbang. Hal ini dapat memberi informasi tentang faktor resiko

yang berkaitan dengan jenis kelamin dalam hal penyakit katarak.

Jenis kelamin dikelompokkan menjadi :

o Laki-laki

o Perempuan

c. Pendidikan

Adalah pendidikan formal terakhir yang telah dicapai oleh

penderita sesuai yang tercantum distatus. Dengan mengetahui

tingkat pendidikan penderita, maka dapat diketahui sampai

sejauh mana pengetahuan penderita tentang penyakit katarak

yang dialamimya. Tingkat pendidikan yang dimaksud adalah:

o Tidak sekolah

o SD

o SMP

o SMA

o Perguruan Tinggi

d. Pekerjaan

Adalah apa yang dilakukan oleh penderita sehari-hari

dalam mencari nafkah, sebelum menderita penyakit ini sampai

sekarang. Dengan mengetahui jenis pekerjaan penderita, dapat

dilihat apakah ada hubungan pekerjaan penderita dengan resiko

menderita katarak. Jenis pekerjaan yang dimaksud adalah:

o Petani

o Nelayan

32

Page 29: Skripsi Vindy n Siampa

o Buruh

o Sopir

o Ibu rumah tangga

o dll

e.Suku bangsa

Variabel suku bangsa adalah salah satu variabel yang

dapat digunakan untuk menilai apakah ada hubungan antara suku

bangsa tertentu yang lebih banyak menderita katarak. Suku

bangsa yang dimaksud adalah:

o Makassar

o Bugis

o Mandar

o Toraja

o dll

2.2.Karakteristik khusus

a.Katarak kongenital

Adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera

setelah lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun.Katarak

kongenital merupakan penyebab kebutaan pada bayi yang cukup

berarti akibat penanganannya yang kurang tepat.

b.Katarak juvenile

Adalah katarak yang ditemukan saat lahir sampai usia

dewasa. Katarak juvenile biasanya merupakan kelanjutan dari

katarak kongenital.

33

Page 30: Skripsi Vindy n Siampa

c. Katarak senile

Adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia

lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun. Penyebabnya sampai sekarang

belum diketahui secara pasti. Katarak senile secara klinik dikenal

dalam 4 stadium, yaitu

Katarak insipien; dimana kekeruhan lensa masih ringan

dengan cairan lensa yang normal. Iris, bilik mata depan,

sudut bilik mata normal. Shadow test negative dan penyulit

tidak ada.

Katarak immatur; dimana kekeruhan lensa sudah terjadi

sebagian dengan cairan lensa bertambah. Iris terdorong, bilik

mata depan terdorong, dan sudut bilik mata sempit Shadow

test positif dan penyulit yang muncul berupa glaukoma.

Katarak matur; dimana kekeruhan lensa bersifat menyeluruh

dengan cairan lensa yang kembali normal. Iris, bilik mata

depan, sudut bilik mata juga normal. Shadow test negative

dan penyulit tidak ada.

Katarak hipermatur; dimana kekeruhan lensa bersifat masif

dengan cairan lensa semakin berkurang. Iris menjadi

tremulous, bilik mata depan menjadi dalam, dan sudut bilik

mata mulai terbuka . Shadow test pseudopositif dan penyulit

yang muncul biasanya uveitis dan glaukoma.

34

Page 31: Skripsi Vindy n Siampa

d. Katarak lainnya

Katarak lainnya merupakan katarak yang disebabkan oleh

faktor-faktor lainnya seperti radiasi, trauma, penyakit mata lainnya

seperti iridosiklitis, koroiditis, uveitis, ulkus kornea, glaukoma,

ablasio retina, dan tumor intra okular, serta penyakit sistemik

seperti diabetes mellitus.

35

Page 32: Skripsi Vindy n Siampa

BAB IV

METOLOGI PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian

deskriptif yang dimaksudkan untuk memaparkan karakteristik

penderita katarak secara objektif berdasarkan fakta yang tercatat di

rekam medis.

B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

Lokasi penelitian yang dipilih adalah Poliklinik Mata Balai

Kesehatan Mata Masyarakat Makassar dan dilaksanakan pada

tanggal 9 - 21 Mei 2011

C. POPULASI DAN SAMPEL

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua penderita

katarak yang mengunjungi Poliklinik Mata Balai Kesehatan Mata

Masyarakat Makassar dari tanggal 1 September sampai 31

Desember 2010.

3. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah penderita katarak

yang mengunjungi Poliklinik Mata Balai Kesehatan Mata

Masyarakat Makassar dari tanggal 1 September sampai 31

Desember 2010. Dimana teknik pengambilan sample yang

digunakan adalah teknik Random Sampling yaitu suatu teknik

36

Page 33: Skripsi Vindy n Siampa

pengambilan sample secara random atau acak. Jumlah populasi

pada penelitian ini sebanyak 1562 penderita sehingga dengan

menggunakan rumus yang ada, didapatkan sampel sebanyak

315 penderita katarak.

Rumus untuk menentukan jumlah Sampel menggunakan :

N dimana : n = Besarnya sampel penelitian

n : -------------------- N = Besar populasi

1 + N ( d2) d = Degree of reability (0,05)

D. METODE PENGUMPULAN DATA

Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang diambil

dari bagian rekam medik Balai Kesehatan Mata Makassar dengan

metode systematic random sampling. Dimulai dengan pengambilan

data awal dari ruang pengelolaan data dengan cara komputerisasi.

Data tersebut diurutkan berdasarkan nomor register, kemudian

pengambilan data tersebut diambil secara sistematis (systematic

random sampling) dan diserahkan ke bagian rekam medik untuk

dicarikan statusnya.

E. PENGELOLAAN DAN PENYAJIAN DATA

Pengelolaan data dilakukan melalui komputer dengan

menggunakan program SPSS dan Excel 2003.

Penyajian data secara deskriptif dalam bentuk tabel-tabel

distribusi disertai penjelasan-penjelasan.

37

Page 34: Skripsi Vindy n Siampa

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian desriptif yang bertujuan untuk

mengetahui distribusi penderita katarak berdasarkan umur, jenis kelamin,

dan pekerjaan yang mengunjungi Balai Kesehatan Mata Masyarakat

(BKMM) Makassar periode September - Desember 2010. Selain itu

penderita katarak yang datang juga dibedakan terhadap jenis katarak

yang diderita, apakah katarak kongenital, juvenil, senil atau katarak jenis

lainnya seperti katarak traumatik, komplikata, radiasi, atau katarak yang

berhubungan dengan penyakit sistemik. Pada katarak senil dapat

dibedakan lagi apakah menderita jenis katarak senil insipien, immatur,

matur atau hipermatur. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data

sekunder dari status penderita, catatan medis, dan catatan-catatan yang

dilakukan di bagian poliklinik mata BKMM Makassar yang terdapat pada

periode tersebut.

Data yang diperoleh kemudian dikelompokkan dan diolah menurut

kelompok umur penderita, pekerjaan, jenis kelamin dan jenis katarak yang

diderita sehingga dapat diketahui distribusi dari penderita katarak

berdasarkan hal tersebut. Selanjutnya data tersebut diolah dengan

menggambarkan hubungan antara kelompok umur, jenis kelamin, dan

pekerjaan penderita dengan jenis katarak yang diderita.

38

Page 35: Skripsi Vindy n Siampa

1. Distribusi penderita katarak menurut umur

Tabel V.1

Distribusi Penderita Katarak menurut Umur pada Poliklinik Balai Kesehatan Mata

Masyarakat (BKMM) Makassar Periode September-Desember 2010

Umur (Tahun)

Penderita Katarak

N %

< 50 80 25,4

≥ 50 235 74,6

Jumlah 315 100,0Sumber : Data Sekunder

Pada tabel V.1 tampak bahwa distribusi penderita katarak yang

paling tinggi ditemukan pada kelompok umur lebih atau sama dengan 50

tahun, yaitu berjumlah 235 kasus atau 74,6%, sedangkan yang berusia

kurang dari 50 tahun berjumlah 80 kasus atau 25,4% dari seluruh sampel

yang diteliti.

Grafik V.1

Distribusi Penderita Katarak menurut Umur pada Poliklinik Balai Kesehatan Mata

Masyarakat (BKMM) Makassar Periode September-Desember 2010

< 50 ≥ 50

25.4

74.6

39

Page 36: Skripsi Vindy n Siampa

2. Distribusi penderita katarak berdasarkan jenis kelaminTabel V.2

Distribusi Penderita Katarak menurut Jenis Kelamin pada Poliklinik Balai

Kesehatan Mata Masyrakat (BKMM) Makassar Periode September-Desember

2010

Jenis KelaminPenderita Katarak

N %

Laki-laki 136 43.2

Perempuan 179 56,8

Jumlah 315 100,0 Sumber : Data Sekunder

Pada tabel V.2 tampak bahwa distribusi penderita katarak yang

paling tinggi ditemukan pada kelompok jenis kelamin perempuan, yaitu

berjumlah 179 kasus atau 56,8%, sedangkan pada laki-laki berjumlah 136

kasus atau 43,2% dari seluruh sampel yang diteliti.

Grafik V.2Distribusi Penderita Katarak menurut Jenis Kelamin pada Poliklinik Balai

Kesehatan Mata Masyrakat (BKMM) Makassar Periode September-Desember

2010

Laki-laki Perempuan

43.2

56.8

40

Page 37: Skripsi Vindy n Siampa

3. Distribusi penderita katarak berdasarkan pekerjaan

Tabel V.3

Distribusi Penderita Katarak menurut Pekerjaan pada Poliklinik Balai Kesehatan

Mata Masyrakat (BKMM) Makassar Periode September-Desember 2010

PekerjaanPenderita Katarak

N %

Petani 26 8,3

Nelayan 23 7,3

Buruh 32 10,2

Sopir 16 5,1

IRT 41 13,0

PNS 53 16,8

Dll 124 39,4

Jumlah 315 100,0Sumber: Data Sekunder

Pada tabel V.3 tampak bahwa distribusi penderita katarak pada

kelompok pekerjaan petani sebanyak 26 kasus atau 8,3%, nelayan

sebanyak 23 kasus atau 7,3%, buruh sebanyak 32 kasus atau 10,2%,

sopir sebanyak 16 kasus atau 5,1%, ibu rumah tangga sebanyak 41 kasus

atau 13,0%, pegawai negeri sipil sebanyak 53 kasus atau 16,8% dan

kelompok pekerjaan lainnya sebanyak 124 kasus atau 39,4%.

Dari data tersebut maka distribusi penderita katarak menurut jenis

pekerjaan yang tertinggi yaitu pada profesi lainnya sebanyak 39,4% dan

yang terendah yaitu pada profesi sopir sebanyak sebanyak 5,1% dari

keseluruhan sempel yang diteliti.

41

Page 38: Skripsi Vindy n Siampa

Grafik V.3

Distribusi Penderita Katarak menurut Pekerjaan pada Poliklinik Balai Kesehatan

Mata Masyrakat (BKMM) Makassar Periode September-Desember 2010

Petani Nelayan Buruh Sopir IRT PNS Dll

8.3 7.310.2

5.1

1316.8

39.4

4. Distribusi penderita katarak berdasarkan jenis katarak

Tabel V.4

Distribusi Penderita Katarak menurut Jenis Katarak pada Poliklinik Balai

Kesehatan Mata Masyrakat (BKMM) Makassar Periode September-Desember

2010

Jenis katarakPenderita katarak

N %

Katarak kongenital 2 0,6

Katarak juvenil 9 2,9

Katarak senil 265 84,1

Katarak lainnya 39 12,4

Jumlah 315 100.0Sumber : Data Sekunder

Pada tabel V.4 tampak bahwa distribusi penderita katarak pada

jenis katarak kongenital sebanyak 2 kasus atau 0,6%, kemudian katarak

juvenil sebanyak 9 kasus atau 2,9%, katarak senil sebanyak 265 kasus

42

Page 39: Skripsi Vindy n Siampa

atau 84,1% dan katarak lainnya 39 kasus atau 12,4%. Pada jenis katarak

lainnya yang dimaksud yaitu jenis katarak yang tidak termasuk dalam

kriteria objektif seperti katarak traumatik, katarak komplikata dan katarak

yang berhubungan dengan penyakit sistemik.

Dari data tersebut maka distribusi penderita katarak menurut jenis

katarak yang tertinggi yaitu pada katarak senil sebanyak 84,1% dan yang

terendah pada katarak kongenital sebanyak 0,6% dari keseluruhan

sampel yang diteliti.

Grafik V.4

Distribusi Penderita Katarak menurut Jenis Katarak pada Poliklinik Balai

Kesehatan Mata Masyrakat (BKMM) Makassar Periode September-Desember

2010

Katarak kongenital Katarak juvenil Katarak senil Katarak lainnya

0.600000000000001

2.9

84.1

12.4

43

Page 40: Skripsi Vindy n Siampa

Tabel V.5

Distribusi Penderita Katarak menurut Jenis Katarak Senil pada Poliklinik Balai

Kesehatan Mata Masyrakat (BKMM) Makassar Periode September-Desember

2010

Jenis katarak SenilPenderita Katarak

N %

Katarak senil insipien 37 14,0

Katarak senil immatur 112 42,3

Katarak senil matur 94 35,5

Katarak senil hipermatur 22 8,3

JUMLAH 265 100,0

Sumber: Data Sekunder

Pada tabel V.5 menggambarkan distribusi dari katarak senil yang

merupakan jenis katarak yang tertinggi yaitu sebanyak 84,1% dari

keseluruhan sampel yang diteliti, dimana didapatkan pada jenis katarak

senil insipien sebanyak 37 kasus atau 14,0%, katarak senil immatur

sebanyak 112 kasus atau 42,3%, katarak senil matur sebanyak 94

kasusatau 35,5%, dan katarak senil hipermatur sebanyak 22 kasus atau

8,3%.

Dari data tersebut maka distribusi penderita katarak senil yang

tertinggi yaitu pada jenis katarak senil immatur sebanyak 112 kasus atau

42,3% dan yang terendah pada jenis katarak senil hipermatur yaitu

sebanyak 22 kasus atau 8,3% dari seluruh katarak senil yang diteliti.

44

Page 41: Skripsi Vindy n Siampa

Tabel V.5

Distribusi Penderita Katarak menurut Jenis Katarak Senil pada Poliklinik Balai

Kesehatan Mata Masyrakat (BKMM) Makassar Periode September-Desember

2010

Katarak senil insipien

Katarak senil immatur

Katarak senil matur

Katarak senil hipermatur

14

42.335.5

8.3

5. Distribusi jenis katarak menurut umur

Tabel V.6Distribusi Hubungan Umur dan Jenis Katarak pada Poliklinik Balai Kesehatan Mata

Masyrakat (BKMM) Makassar Periode September-Desember 2010

Umur(tahun)

Jenis Katarak∑kongeni

taljuvenil Insipien immat

ur matur hipermatur

Lainnya

< 50 N(%)

2(0,6)

9(2,9)

12(3,8)

11(3,5)

12(3,8)

2(0,6)

32(10,2)

80(25,4)

≥ 50 n 0 0 25 101 82 20 7 235(%) (0,0) (0,0) (7,9) (32,1) (26,0) (6,3) (2,2) (74,6)

∑ n 2 9 37 112 94 22 39 315(%) (0,6) (2,9) (11,7) (35,6) (29,8) (7,0) (12,4) (100,0)

Sumber : Data Sekunder

Pada tabel V.6 tampak bahwa distribusi penderita katarak dengan

umur kurang dari 50 tahun tertinggi ditemukan pada katarak jenis lainnya

sebanyak 32 kasus atau 10,2% dan yang terendah pada jenis katarak

45

Page 42: Skripsi Vindy n Siampa

kongenital dan katarak senil hipermatur sebanyak 2 kasus atau 0,6%.

Pada distribusi penderita katarak dengan umur lebih atau sama dengan

50 tahun yang tertinggi pada jenis katarak senil immatur sebanyak 101

kasus atau 32,1% dan yang terendah pada katarak kongenital dimana

tidak ada kasus yang ditemukan.

Tabel V.6

Distribusi Hubungan Umur dan Jenis Katarak pada Poliklinik Balai Kesehatan

Mata Masyrakat (BKMM) Makassar Periode September-Desember 2010

kongenital juvenil Insipien immatur matur hipermatur LainnyaJenis Katarak

0.600000000000001

2.9 3.8 3.5 3.8 0.600000000000001

10.27.9

32.1

26

6.32.2

< 50 ≥ 50

6. Distribusi jenis katarak menurut jenis kelamin

Tabel V.7Distribusi Hubungan Jenis Kelamin dan Jenis Katarak pada Poliklinik Balai

Kesehatan Mata Masyrakat (BKMM) Makassar Periode September-Desember 2010

Jenis KelaminJenis Katarak

∑kongenital

Juvenil

insipien

immatur

matur

hipermatur

Lainnya

Laki-laki N 0 5 15 49 38 5 24 136(%) (0,0) (1,6) (4,8) (15,6) (12,1) (1,6) (7,6) (43,2)

Perempuan

N 2 4 22 63 56 17 15 179(%) (0,6) (1,3) (7,0) (20,0) (17,8) (5,4) (4,8) (56,8)

∑ N 2 9 37 112 94 22 39 315(%) (0,6) (2,9) (11,7) (35,6) (29,8) (7,0) (12,4) (100,0)

Sumber : Data Sekunder

46

Page 43: Skripsi Vindy n Siampa

Pada tabel V.7 tampak bahwa distribusi penderita katarak dengan

jenis kelamin laki-laki yang tertinggi pada jenis katarak senil immatur

sebanyak 49 kasus atau 15,6% dan terendah pada jenis katarak

kongenital dimana tidak ada kasus yang ditemukan. Pada distribusi

penderita katarak dengan jenis kelamin perempuan yang tertinggi pada

jenis katarak senil immatur sebanyak 63 kasus atau 20,0% dan yang

terendah pada katarak kongenital sebanyak 2 kasus atau 0,6% dari

keseluruhan sampel yang diteliti.

Grafik V.7

Distribusi Hubungan Jenis Kelamin dan Jenis Katarak pada Poliklinik Balai

Kesehatan Mata Masyrakat (BKMM) Makassar Periode September-Desember

2010

kongenital Juvenil insipien immatur matur hipermatur LainnyaJenis Katarak

0.600000000000001 1.3

7

20

17.8

5.4 4.8

1.6

4.8

15.6

12.1

1.6

7.6

Laki-laki (%) Perempuan (%)

47

Page 44: Skripsi Vindy n Siampa

7. Distribusi jenis katarak menurut pekerjaanTabel V.8

Distribusi Hubungan Pekerjaan dan Jenis Katarak pada Poliklinik Balai Kesehatan Mata Masyrakat (BKMM) Makassar Periode September-Desember

2010

Pekerjaan Jenis Katarak

∑kongenital

juvenil

insipien

immatur

matur

hipermatur

lainnya

PetaniN 0 0 3 5 12 4 2 26

(%) (0,0) (0,0) (1,0) (1,6) (3,8) (1,3) (0,6) (8,3)

Nelayan

N 0 0 1 8 9 1 4 23(%) (0,0) (0,0) (0,3) (2,5) (2,9) (0,3) (1,3) (7,3)

BuruhN 0 0 3 13 8 3 5 32

(%) (0,0) (0,0) (1,0) (4,1) (2,5) (1,0) (1,6) (10,2)

SopirN 0 0 1 8 3 0 4 16

(%) (0,0) (0,0) (0,3) (2,5) (1,0) (0,0) (1,3) (5,1)

IRTN 0 0 7 16 14 1 3 41

(%) (0,0) (0,0) (2,2) (5,1) (4,4) (0,3) (1,0) (13,0)

PNSN 0 0 8 14 16 3 12 53

(%) (0,0) (0,0) (2,5) (4,4) (5,1) (1,0) (3,8) (16,8)

DllN 2 9 14 48 32 10 9 124

(%) (0,6) (2,9) (4,4) (15,2) (10,2) (3,2) (2,9) (39,4)

∑N 2 9 37 112 94 22 39 315

(%) (0,6) (2,9) (11,7) (35,6) (29,8) (7,0) (12,4) (100,0)Sumber : Data Sekunder

Pada tabel V.8 tampak bahwa distribusi penderita katarak

kongenital hanya ditemukan pada kelompok pekerjaan yang lainnya

sebanyak 2 kasus atau 0,6%. Pada katarak juvenil ditemukan pada

kelompok pekerjaan yang lainnya sebanyak 9 kasus atau 2,9%. Pada

Katarak senil insipien tertinggi ditemukan pada pekerjaan lainnya

sebanyak 14 kasus atau 4,4% dan terendah pada nelayan dan sopir

sebanyak 1 kasus atau 0.3%. Pada Katarak senil immatur tertinggi pada

pekerjaan lainnya sebanyak 48 kasus atau 15,2% dan terendah pada

petani sebanyak 5 kasus atau 1,6%. Pada Katarak senil matur tertinggi

pada pekerjaan lainnya sebanyak 32 kasus atau 10,2% dan terendah

48

Page 45: Skripsi Vindy n Siampa

pada sopir sebanyak 3 kasus atau 1,0%. Pada Katarak senil hipermatur

tertinggi pada pekerjaan lainnya sebanyak 10 kasus atau 3,2% dan

terendah pada sopir dimana tidak ada kasus yang ditemukan. Pada

Katarak lainnya tertinggi pada PNS sebanyak 12 kasus atau 3,8% dan

terendah pada petani sebanyak 2 kasus atau 0,6% dari seluruh sampel

yang diteliti.

Grafik V.8

Distribusi Hubungan Pekerjaan dan Jenis Katarak pada Poliklinik Balai

Kesehatan Mata Masyrakat (BKMM) Makassar Periode September-Desember

2010

kongenital juvenil insipien immatur matur hipermatur lainnyaJenis Katarak

0.600000000000001

2.94.4

15.2

10.2

3.2 2.9

1 1.6

3.8

1.3 0.6000000000000010.3

2.5 2.9

0.31.31

4.12.5

1 1.60.3

2.51 1.3

2.2

5.14.4

0.31

2.5

4.45.1

1

3.8

Petani (%) Nelayan (%) Buruh (%) Sopir (%) IRT (%) PNS (%) Dll (%)

B. PEMBAHASAN

Setelah melakukan pengambilan data di Balai Kesehatan Mata

Masyarakat periode September-Desember 2010, semua data hasil

penelitian dikumpulkan dan diolah kemudian dikelompokkan berdasarkan

umur, jenis kelamin, pekerjaan dan jenis katarak yang diderita.

49

Page 46: Skripsi Vindy n Siampa

1. Distribusi penderita katarak menurut umur

Berdasarkan pada hasil penelitian yang tampak pada tabel V.1

maka jumlah penderita katarak yang mengunjungi Balai Kesehatan Mata

Masyarakat periode September-Desember 2010 yang tertinggi berusia

diatas atau sama dengan 50 tahun, yaitu berjumlah 235 kasus atau

74,6%, sedangkan yang berusia kurang dari 50 tahun berjumlah 80 kasus

atau 25,4%. Hal ini memperlihatakan bahwa katarak lebih sering terjadi

pada orang yang berusia lanjut dimana katarak merupakan salah satu

penyakit degeneratif. Ini juga sesuai dengan penelitian-penelitian potong-

lintang yang mengidentifikasikan adanya katarak pada sekitar 10% orang

Amerika Serikat dan prevalensi ini meningkat sampai sekitar 50% untuk

mereka yang berusia lebih dari 75 tahun serta hasil penelitian dari

Singapore National Eye Center bahwa prevalensi setiap katarak untuk

orang dewasa berumur 21-29 adalah 1,1%, meningkat menjadi 82,8%

untuk mereka yang berusia lebih tua dari 60 tahun.6,10

Pada tabel V.6 dapat dilihat bahwa bahwa distribusi penderita

katarak dengan umur kurang dari 50 tahun tertinggi ditemukan pada

katarak jenis lainnya sebanyak 32 kasus atau 10,2%. Hal ini dapat

disebabkan oleh karena pada umur tersebut merupakan usia yang

produktif dan aktif untuk beraktifitas sehingga mudah terpapar oleh bahan-

bahan yang dapat menyebabkan trauma pada mata yang dapat

menyebabkan katarak traumatik, juga dapat juga disebabkan oleh

penyakit sistemik seperti diabetes mellitus serta katarak yang disebabkan

oleh komplikasi dari penyakit mata lainnya. Pada penderita katarak

50

Page 47: Skripsi Vindy n Siampa

dengan umur lebih atau sama dengan 50 tahun yang tertinggi pada jenis

katarak senil immatur sebanyak 101 kasus atau 32,1%. Hal ini mungkin

disebabkan karena pada katarak senil insipien, penderita katarak belum

mendapatkan gejala yang bermakna sehingga penderita belum

memeriksakannya dan pada saat katarak meningkat menjadi katarak senil

immatur lalu penderita mendapatkan gejala yang bermakna yang

mendorong penderita untuk memeriksakan diri

2. Distribusi penderita katarak menurut jenis kelamin

Pada tabel V.2 dapat dilihat bahwa jenis kelamin perempuan lebih

banyak menderita katarak yaitu sebanyak 179 kasus atau 56,8%

dibandingkan dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 136 kasus atau

43,2%. Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Nishikori da Yamomoto,

dimana perbandingan laki-laki dan perempuan yang menderita katarak

yaitu 1:8 dengan dominan perempuan pada pasien di atas 65 tahun

yang dioperasi untuk katarak senile. Sedangkan menurut The beaver

dam eye study melaporkan bahwa 38,8% pria dan 45,9% wanita yang

berusia lebih dari 74 tahun memiliki katarak yang signifikan.6,7

Dalam hubungannya dengan tabel V.7 yang memperlihatkan

hubungan antara jenis kelamin dan jenis katarak yang diderita, terlihat

bahwa pada pada katarak senil ditemukan lebih banyak pada perempuan

daripada laki-laki. Hal ini sesuai dengan penjelasan sebelumnya yang

menyatakan penderita katarak pada perempuan makin meningkat sesuai

dengan penambahan umur. Namun pada katarak jenis lainnya, ternyata

laki-laki lebih banyak menderita katarak dari perempuan. Hal ini mungkin

51

Page 48: Skripsi Vindy n Siampa

disebabkan oleh faktor pekerjaan pada laki-laki yang lebih berisiko untuk

mendapatkan trauma pada mata, pola hidup seperti merokok dan alkohol,

penyakit sistemik seperti diabetes melitus dan keadaan-keadaan lainnya

yang mana meningkatkan risiko untuk pada laki-laki. Pada katarak

kongenital dan juvenil, sulit untuk melihat hubungan antara jenis kelamin

dengan jenis katarak karena jumlah data yang diperoleh sangat terbatas

dimana pada katarak kongenital diperoleh hanya 2 kasus sedangkan pada

katarak juvenil 9 kasus.

3. Distribusi penderita katarak menurut pekerjaan

Jenis pekerjaan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan

katarak. Pekerja-pekerja pada sektor manufaktur dan konstruksi yang

sering berinteraksi dengan bahan-bahan yang dapat mengiritasi mata atau

menyebabkan trauma pada mata memiliki resiko yang lebih tinggi untuk

terkena katarak. Begitu pula pada pekerjaan-pekerjaan lainnya seperti

petani, nelayan, sopir dll dimana lebih mudah untuk terpapar sinar radiasi,

debu,dan zat-zat yang mudah untuk mengiritasi mata dan memicu

terjadinya katarak. Pada tabel V.3 tampak bahwa distribusi penderita

katarak yang tertinggi ditemukan pada kelompok pekerjaan lainnya

sebanyak 124 kasus atau 39,4% kemudian pegawai negeri sipil sebanyak

53 kasus atau 16,8%, ibu rumah tangga sebanyak 41 kasus atau 13,0%,

buruh sebanyak 32 kasus atau 10,2%, petani sebanyak 26 kasus atau

8,3%, nelayan sebanyak 23 kasus atau 7,3%, dan yang terendah

ditemukan pada sopir sebanyak 16 kasus atau 5,1%. Pada penelitian ini,

sulit untuk melihat hubungan antara jenis katarak dengan jenis pekerjaan

52

Page 49: Skripsi Vindy n Siampa

penderita karena data yang diperoleh terbatas dimana pada tabel

distribusi katatrak berdasarkan jenis pekerjaan, sebanyak 39,4 %

penderita tidak tercantum data pekerjaannya. Adapun data yang

tercantum biasanya bersifat umum dan tidak menjelaskan spesifikasi

pekerjaannya yang sebenarnya.

4. Distribusi penderita katarak menurut jenis katarak

Pada tabel V.4 tampak bahwa distribusi penderita katarak yang

tertinggi ditemukan pada katarak senil sebanyak 265 kasus atau 84,1%,

kemudian katarak lainnya sebanyak 39 kasus atau 12,4%, katarak juvenil

sebanyak 9 kasus atau 2,9%, dan yang terendah ditemukan pada jenis

katarak kongenital sebanyak 2 kasus atau 0,6%. Katarak merupakan

salah satu penyakit degeneratif. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian

dimana pada jenis katarak senil ditemukan sebanyak 84,1% kasus

penderita katarak. Pada pembahasan mengenai hubungan kartarak

berdasarkan umur, dimana didapatkan penderita katarak yang berusia

diatas atau sama dengan 50 tahun, yaitu berjumlah 235 kasus atau

74,6%, yang menunjukkan bahwa katarak sangat berhubungan dengan

umur penderita dimana pada penelitian yang ada sebelumnya

menyatakan bahwa prevalensi terjadinya katarak meningkat sampai

sekitar 50% untuk mereka yang berusia lebih dari 75 tahun.8

Pada jenis katarak lainnya yang dimasud yaitu jenis katarak yang

tidak termasuk dalam kriteria objektif yaitu katarak traumatik, katarak

radiasi, katarak komplikata, serta katarak yang berhubungan dengan

penyakit sistemik.

53

Page 50: Skripsi Vindy n Siampa

Pada tabel V.5 menggambarkan distribusi dari katarak senil dan

ditemukan distribusi penderita katarak senil yang tertinggi yaitu pada jenis

katarak senil immatur sebanyak 112 kasus atau 42,3%, kemudian katarak

senil matur sebanyak 94 kasus atau 35,5%, katarak senil insipien

sebanyak 37 kasus atau 14,0%, dan yang terendah pada jenis katarak

senil hipermatur yaitu sebanyak 22 kasus atau 8,3%. Tingginya penderita

katarak senil immatur dan katarak senil matur yang ditemukan pada

penelitian ini dapat disebabkan oleh karena pada tahap ini katarak sudah

memperlihatkan gangguan yang bermakna pada penderita khususnya

penglihatan yang kabur karena kekeruhan yang terdapat pada lensa serta

komplikasi yang yang dapat muncul seperti glaukoma. Hal ini

menyebabkan banyaknya penderita yang datang untuk memeriksakan diri.

Pada katarak senil insipien, gejala dari katarak masih sangat minimal

sehingga belum terdapat gangguan yang bermakna pada penderita

sehingga belum memeriksakan diri.

54

Page 51: Skripsi Vindy n Siampa

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Setelah melakukan penelitian tentang karakteristik penderita

katarak terhadap umur, jenis kelamin, pekerjaan dan jenis katarak di Balai

Kesehatan Mata Masyarakat periode September-Desember 2010, maka

dapat disimpulkan:

1. Pada distribusi penderita katarak menurut kelompok umur, prevalensi

paling tinggi didapatkan pada kelompok umur lebih atau sama

dengan 50 tahun, yaitu berjumlah 235 kasus atau 74,6%.

2. Pada distribusi penderita katarak menurut jenis kelamin, prevalensi

tertinggi didapatkan pada jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak

179 kasus atau 56,8%.

3. Pada distribusi penderita katarak menurut pekerjaan, prevalensi paling

tinggi didapatkan pada kelompok pekerjaan lainnya yang merupakan

pekerjaan yang tidak diketahui sebanyak 124 kasus atau 39,4%.

4. Pada distribusi penderita katarak menurut jenis katarak, prevalensi

paling tinggi didapatkan pada katarak senil sebanyak 265 kasus atau

84,1%.

5. Pada distribusi penderita katarak senil, prevalensi yang paling tinggi

didapatkan pada jenis katarak senil immatur sebanyak 112 kasus atau

42,3%.

55

Page 52: Skripsi Vindy n Siampa

6. Pada distribusi hubungan penderita katarak dengan umur, maka

prevalensi penderita katarak dengan kurang dari 50 tahun tertinggi

ditemukan pada katarak jenis lainnya sebanyak 32 kasus atau 10,2%

sedangkan pada penderita katarak dengan umur lebih atau sama

dengan 50 tahun yang tertinggi pada jenis katarak senil immatur

sebanyak 101 kasus atau 32,1%.

7. Pada distribusi hubungan penderita katarak dengan jenis kelamin,

prevalensi penderita katarak pada laki-laki yang tertinggi ditemukan

pada jenis katarak senil immatur sebanyak 49 kasus atau 15,6% dan

penderita katarak dengan jenis kelamin perempuan prevalensi yang

tertinggi ditemukan pada jenis katarak senil immatur sebanyak 63

kasus atau 20,0%.

8. Pada distribusi hubungan penderita katarak dengan jenis pekerjaan,

prevalensi penderita katarak pada pekerjaan sebagai petani tertinggi

ditemukan pada jenis katarak senil matur sebanyak 12 kasus atau

3,8%, pada nelayan tertinggi ditemukan pada jenis katarak senil matur

sebanyak 9 kasus atau 2,9%, pada buruh tertinggi ditemukan pada

jenis katarak senil immatur sebanyak 13 kasus atau 4,1%, pada sopir

tertinggi ditemukan pada jenis katarak senil immatur sebanyak 8

kasus atau 2,5%, pada IRT tertinggi ditemukan pada jenis katarak

senil immatur sebanyak 16 kasus atau 5,1%, pada PNS tertinggi

ditemukan pada jenis katarak senil matur sebanyak 16 kasus atau

5,1%, dan pada profesi lainnya tertinggi ditemukan pada jenis katarak

senil immatur sebanyak 48 kasus atau 15,2%.

56

Page 53: Skripsi Vindy n Siampa

B. SARAN

Setelah melakukan penelitian mengenai karakteristik penderita

katarak di Balai Kesehatan Mata Masyarakat periode September–

Desember 2010, maka dapat diberikan saran berupa :

1. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian

yang lebih mendalam tentang hubungan katarak dengan faktor-

faktor predisposisinya.

2. Oleh karena banyak data didalam status penderita yang kurang

lengkap, maka perlu kiranya pengisian status pasien ditulis secara

lengkap terutama identitas, anamnesis faktor-faktor risiko, serta

keseragaman dalam menganamnesis pasien.

57

Page 54: Skripsi Vindy n Siampa

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. Kebutaan di Indonesia Merupakan Bencana Nasional

(online) 2005 jan 07 (cited 2011 April 22) : Available from:

http://www.gizi.net/cgibin/berita/fullnews.cgi?

newsid1073465780,28036,

2. Anonim. 1,5% Penduduk Indonesia Mengalami kebutaan (online)

2008 (cited 2011 April 22): Available from: http://

www.indonesianeyebank. org/ ?pilih=news&aksi=lihat&id=11

3. Wahyu GG. Visi 2020 Hak Untuk Melihat. (online) 2008 (cited 2011

April 23). Available from: http://pestagagasan.blogspot.

com/2008/12/visi-2020-hak-untuk-melihat-pendahuluan.html

4. Anonim. Gangguaan Penglihatan Masih Menjadi Masalah Kesehatan

(online) 2008 (cited 2011 April 22): Available from:

http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/84-gangguan

-penglihatan-masih-menjadi-masalah-kesehatan.html

5. Illyas S. Ilmu Penyakit Mata, Edisi ke-3, fakultas kedokteran

Universitas Indonesia; 2004, 200-11

6. Vaughan DG, Abury T. Lensa dalam oftalmologi umum, Edisi 14

Widya Medika, Jakarta, 2006. 175-83

7. Lens and cataract, In: basic aand clinical science course. Section 11.

Chapter 5,6,7. American academy of ophtalmology: Mosby; 2008-

2009.p. 43-68, 71-4, 75-7

58

Page 55: Skripsi Vindy n Siampa

8. Paine DA, Randleman JB. Cataract (on line) 2008 (cited 2011 April

22): Available from: http://www.emedicinehealth. com/cataract

/article_em.htm

9. Thomson V. Cataract (online) 2011 (cites 2011 April 23): Available

from: http://www.allaboutvision.com/conditions/cataracts.htm

10. Husain R, Tong L, Fong A, Cheng JF, How A, Chua WH,et al.

Prevalence of cataract in rural Indonesia. Ophthalmology. 2005

Jul;112(7): p.1255-62

11. Mccarty CA, Taylor HR. The Genetics of Cataract. Investigative

Ophthalmology & Visual Science . 2001 Jul; p.1677-8

59